Presus DM Eliza

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    1/37

    PRESENTASI KASUS

    Multiple Gangren DiabetikumRegio Calcaneus et dorsum pedissinistra pada DM tipe II

    uncontrolled

    Pembimbing:

    Kolonel CKM dr.Djunaidi Ruray, Sp.PD

    Disusun oleh:

    Eliza Aswananda

    0810221094

    FK UPN

    Oponent :

    Caroline Pretty (FK UPN)

    DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM

    RSPAD GATOT SOEBROTO

    JAKARTA

    2011

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    2/37

    PENDAHULUAN

    Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak

    menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan

    salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. 1,2

    Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan prevalensi DM tipe 2, diantaranya.

    Faktor demografi dimana jumlah penduduk yang meningkat, penduduk usia lanjut

    bertambah banyak. Faktor gaya hidup masyarakat yang kebaratbaratan juga

    memberikan peran, seperti menjamurnya restoran siap santap, penemuan teknologi

    canggih yang menimbulkansedentary life, kurang gerak badan.2

    Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup.

    Dalam perjalanan penyakitnya, dapat terjadi penyulit akut yang merupakan kegawatan

    dan penyulit menahun yang dapat menimbulkan kecacatan. Dalam pengelolaan penyakit

    tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan

    keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna

    memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan penyulit DM, dan

    penatalaksanaannya akan sangat membantu keikutsertaan mereka dalam usaha

    memperbaiki hasil pengelolaan.2,3

    Kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronik Diabetes mellitus dimana

    terjadi neuropati sensorik, motorik, dan anatomik sehingga terjadi perubahan pada kulit

    dan otot yang menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang

    memudahkan terjadinya ulkus. Kerentanan terhadap infeksi membuat ulkus terinfeksi dan

    menjadi infeksi yang meluas. Gangguan aliran darah yang berkurang membuat ulkus

    infeksius menjadi sulit dikelola.3

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 2

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    3/37

    PRESENTASI KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. SS

    Umur : 68 tahun

    Agama : Kristen

    Alamat : Komplek Kejagung, jl.Raya Ragunan, Pasar Minggu

    Suku bangsa : Batak

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Tanggal masuk : 11 Agustus 2011

    No. CM : 33 72 55

    II. DATA DASAR

    A. ANAMNESIS

    Autoanamnesa tanggal 12 Agustus 2011

    KELUHAN UTAMA :

    Nyeri pada luka di tumit sebelah kiri sejak 2 hari SMRS

    KELUHAN TAMBAHAN:

    Luka menghitam, kadang bernanah

    RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

    Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada luka di kaki kiri yangsejak 2 hari SMRS. Keluhan juga disertai dengan luka yang menghitam dan bernanah.

    Luka tersebut berawal karena pasien terjatuh sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien datang

    berobat ke dokter dan dinyatakan patah tulang pada kaki kiri nya dan diajurkan untuk

    segera melakukan operasi. Awalnya operasi sempat ditunda karena gula darah pasien

    tinggi mencapai 300 mg/dl. Setelah gula darah dirasa sudah cukup relatif normal,

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 3

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    4/37

    dokter yang menangani pasien memutuskan untuk operasi. Saat ini dilakukan

    pemasangan plate. 3 bulan setelah tindakan operasi, luka bekas operasi tidak kunjung

    kering. Justru menurut penuturan pasien, luka nya semakin lama semakin berair,

    dalam, dan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat hingga mengganggu waktu

    tidur. Pasien pun mengatakan luka nya tersebut menghitam dan bernanah. Awal bulan

    Agustus 2011, tepatnya 9 hari SMRS, pasien sempat berobat ke bagian penyakit

    dalam dan diberikan obat antibiotik dan obat penghilang rasa nyeri (pasien tidak tahu

    nama obatnya). Namun ketika obat yang diberikan dokter habis, kira-kira 2 hari

    SMRS pasien merasakan nyeri hebat kembali datang dari luka nya. Demam

    disangkal, buang air besar lancar dan normal. Buang air kecil warna kuning jernih.

    Pasien mengatakan menderita kencing manis sejak 15 tahun yang lalu.

    Menurut pasien, pasien sering terbangu di malam hari untuk buang air kecil, yang

    dirasakan hampir tiap jam. Pasien juga sering merasakan haus, walaupun sudah

    banyak minum, tenggorokan dan mulut terasa kering, banyak makan, badan cepat

    terasa lelah, lemas dan mudah mengantuk, dan sering juga merasakan kesemutan

    pada ujung-ujung jari tangan. Pasien mengatakan pandangan matanya menjadi kabur,

    meski pun setahun yang lalu pasien di katakan menderita katarak dan sudah di operasi

    1 tahun yang lalu. Pasien rutin kontrol ke dokter dan diberikan obat methformin 500

    mg 3x1 dan satu obat lagi pasien lupa nama obatnya. Namun pasien tidak teratur

    minum obat. Pasien juga mengatakan memiliki darah tinggi yang di ketahui nya sejak

    2007 yang lalu, pasien rutin mengkonsumsi obat penurun darah tinggi, captopril, 2x

    sehari. Mengenai pola makan, pasien mengatakan bahwa pola makannya tidak diatur,

    senang makan yang manis-manis. Makan makanan berlemak. Pasien mengaku tidak

    pernah berolahraga. Pasien memiliki riwayat serangan stroke 8 bulan yang lalu, dan

    saat ini pasien mengalami kelemahan tubuh bagian kiri dan menggunakan kursi roda

    untuk membantu nya berjalan. Pasien memiliki ibu yag juga mederita penyakit

    kencing manis.

    RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :

    Riwayat penyakit kencing manis : Ada, sejak 15 tahun yang lalu, tidak terkontrol

    Riwayat penyakit darah tinggi : Ada, terkontrol

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 4

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    5/37

    Riwayat stroke : Ada, 8 bulan yang lalu

    Alergi Obat : Disangkal

    RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

    Riwayat penyakit kencing manis : Ibu kandung pasien

    Riwayat penyakit darah tinggi : Disangkal

    Riwayat penyakit jantung : Disangkal

    Riwayat penyakit ginjal : Disangkal

    B. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis (Pemeriksaan pada tanggal 12 Agustus 2011).

    1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang.

    2. Kesadaran : Compos Mentis.

    3. Tanda Vital :

    - TD : 150/70 mmHg.

    - Nadi : 100 x/menit, reguler, isi cukup

    - RR : 18 x/menit,- Suhu : 36 C (axilla).

    - BB : 60 kg.- TB

    - IMT

    - Status Gizi

    - Tingkah laku

    - Alam Perasaan- Proses fikir

    :

    :

    :

    :

    160 cm.

    BB (kg) / TB2 (m2)

    60 kg / 2,562 m2

    23,4 kg/m2

    Kesan : overweight

    BB idaman = (TB 100) 10 %

    = (160 100) 10 %= 60 6

    = 54 kg

    Kesan : BB berlebih

    Wajar

    BiasaWajar

    4. Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak adahematom, suhu raba normal, turgor kulit baik.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 5

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    6/37

    5. Kepala &

    rambut

    : Normocephal, Rambut hitam keabuan, distribusi

    merata, tidak mudah dicabut & tidak mudah rontok.

    6. Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik,kedudukan bola mata simetris, pupil bulat isokor,

    diameter 2 mm, lensa jernih, reflek cahaya positif,

    edema palpebra tidak ada

    7. Telinga : Normotia, liang telinga lapang, discharge tidak ada.

    8. Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum maupunsekret hidung, tidak ada nafas cuping hidung.

    9. Mulut & gigi : Mukosa mulut basah, caries (+1), lidah kotor tidak

    ada, bibir tidak kering, tidak tampak sianosis.

    10. Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil TI TI tenang.

    11. Leher : Simetris, trakea lurus ditengah, kelenjar tiroid tidak

    teraba membesar, kelenjar getah bening tidak teraba

    membesar, tidak ada kaku kuduk,

    12. Thorak : Bentuk normal (Normochest), simetris saat statis dan

    dinamis,

    13. Paru

    - Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak retraksi

    supraklavikula dan interkostal, tidak ada pelebaran

    vena, tidak tampak sikatriks.

    - Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris.

    - Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru hati sela igaVI linea midklavikularis dextra.

    - Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler pada kedua lapang paru,ronkhi tidak ada , wheezing tidak ada..

    14. Jantung :

    - Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak

    - Palpasi : Iktus Cordis tidak kuat angkat, teraba pada sela iga V

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 6

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    7/37

    Linea Midclavicula Sinistra.

    - Perkusi : Batas kanan jantung : sela iga V linea sternalis dextra.Batas kiri jantung : sela iga V linea midclavicula

    Sinistra.

    Batas atas jantung : sela iga III linea sternalis sinistra.

    - Auskultasi : Bunyi jantung I II reguler, tidak ada murmur, tidak

    ada gallop.

    15. Abdomen :

    - Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan maupun sikatriks

    - Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepar dan

    lien tidak teraba pembesaran, ballotement tidak ada,

    turgor kulit baik

    - Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen. Shiftingdullness tidak ada.

    - Auskultasi : Bising usus ada, normal

    16 Ekstremitas

    Bawah

    : Inspeksi: Kulit kering. Pada plantar dan dorsal pedis

    sinistra terdapat beberapa ulkus, dengan

    ukuran 3x2x2 cm berwarna kemerahan

    kehitaman, basah terdapat pus, tidak adadeformitas. Sensasi ada.

    Palpasi: pulsasi arteri dorsalis pedis kiri tidak teraba17 Refleks fisiologis

    Refleks patela

    Reflek achilles

    Sensibilitas

    Nyeri

    TekanRaba

    kanan kiri

    (+) (+)

    (+) (+)

    kanan kiri

    (-) (+)

    (+) (+)(+) (+)

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 7

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    8/37

    C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Kesan : Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 8

    Kimia Darah 8/811/8

    Nilai

    rujukan

    Ureum 48 39 20-50

    mg/dL

    Kreatinin 0,9 0,9 0.5 1.5

    mg/dL

    Clolesterol 222 *

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    9/37

    III. RINGKASAN

    Ny.SS, 68 tahun, datang ke RSPAD dengan keluhan nyeri hebat ulkus pada

    calcaneus dan dorsum pedis sinistra. DM sejak 15 tahun yang lalu, ada gejala

    polifagi, poliuri, polidipsi, kesemutan pada ujung-ujung jari tangan, pandangan

    kabur. Minum obat tidak teratur. Tidak pernah berolahraga.

    Pasien juga menderita hipertensi yang diketahuinya sejak 2007 yang lalu. Pada

    riwayat penyakit keluarga pasien memiliki ibu yang menderita DM. Pasien juga

    memiliki riwayat serangan stroke sekitar 8 bulan yang lalu. Saat ini terdapat

    hemiparese sinistra, dan berjalan dengan menggunakan bantuan kursi roda.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan tanda-tanda vital TD 150/70

    Hipertensi Grade I. BB overweight, status gizi: berlebih. Pada ekstremitas bawah

    terdapat multiple gangren dengan status lokalis calcaneus et dorsum pedis sinistra.

    Pulsasi arteri dorsalis pedis tidak teraba.

    Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperglikemia pada pemeriksaan kadar

    glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial. Dan hiperkolesterolemia pada

    pemeriksaan kadar kolesterol.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 9

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    10/37

    IV. DAFTAR MASALAH

    1. Multiple gangren diabetikum calcaneus et dorsum pedis sinistra

    2. DM tipe 2 tidak terkontrol

    3. Hipertensi Grade I

    4. Neuropati DM

    5. Retinopati DM

    6. Arteri peripheral disease

    7. Hiperkolesterolemia

    V. PENGKAJIAN

    . DM tipe 2 uncontrolled.

    Ditegakkan dengan adanya keluhan khas DM : poliuria, polidipsia

    dan polifagi, 15 tahun yang lalu. Dan dari pemeriksaan gula darah

    puasa 267 mg/dl. Konsumsi methformin 500 mg 3x1 dan satu

    macam lagi pasien lupa.Namun tidak teratur.

    Rencana Diagnosis

    Cek aseton darah, profil lipid, DL

    Cek GDS dan GD2PP

    Rencana Terapeutik

    a. Medika Mentosa

    IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm

    (diambil berdasarkan jumlah kebutuhan cairan pada orang

    dewasa)

    Humalog 24-24-24 U

    Lantus 0-0-20 U

    b. Suportif

    Diet DM

    Penentuan kebutuhan kalori :

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 10

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    11/37

    Kalori basal : 54kg x 25 kkal = 1350 kkal

    Koreksi / penyesuaian :

    Umur > 40 tahun : 10 % x 1350 kkal = 135 kkal

    Aktifitas ringan : 20 % x 1350 kkal = 270 kkal

    Total kebutuhan = 1350 135 + 270

    = 1485 kkal 1500 kkal

    Dengan perincian sbb :

    Karbohidrat 45- 65 % dari seluruh total asupan energi. Maka

    diambil 55 % untuk mencukupi kebutuhan karbohirat per hari

    pada pasien ini.

    Protein 10-20 % dari seluruh total asupam energi. Maka diambil

    20 % untuk mencukupi kebutuhan protein per hari pada pasien

    ini.

    Lemak 20-25 % dari seluruh total asupan energi. Maka diambil

    20 % untuk mencukupi kebutuhan lemak per hari pada pasien ini.

    KH = 45 % x 1500 kkal = 675 kkal

    Protein = 20 % x 1500 kkal = 300 kkalLemak = 20 % x 1500 kkal = 300 kkal

    Dan semua dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20 %,

    makan siang 30 %, dan sore 23 %. Serta makanan cemilan 10-

    15%.

    Serta pemberian serat tidak kalah penting nya, dapat diberikan 25

    gram per hari.

    Kurangi makanan yang mengandung pemanis buatan.

    Rencana Monitoring

    Kurva harian gula darah + aseton

    Profil lipid

    DL

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 11

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    12/37

    Rencana Edukatif

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (education control)

    tentang :

    - Perjalanan penyakit DM

    - Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

    Penyulit DM dan resikonya

    - Intervensi farmakologis dan non-

    farmakologis serta target perawatan.

    - Interaksi antara asupan makanan, aktifitas

    fisik, dan obat hipoglikemik oral.

    - Cara pemantauan glukosa darah dan

    pemahaman hasil glukosa darah atau urine mandiri.

    - Mengatasi sementara keadaan gawat

    darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.

    - Pentingnya latihan jasmani teratur.

    2. Gangren diabetikum pedis sinistra

    Komplikasi dari Diabetes Mellitus ialah Makroangiopati yaitu

    penyakit pembuluh darah koroner, dan penyakit pembuluh darah

    tungkai bawah. Mikroangiopati juga merupakan komplikasi Diabetes

    Mellitus, yaitu Retinopati diabetik, Nefropati diabetik, Neuropati

    diabetik. Pada pasien ini terdapat penyakit arteri perifer sering terjadi

    pada pasien diabetes mellitus tipe-2 uncontrolled dan biasa terjadi

    dengan gejala tipikal Intermittent claudicatio, meskipun sering tanpa

    gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang

    pertama muncul.

    Rencana Diagnostik

    Kultur pus dan uji resistensi

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 12

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    13/37

    Foto kaki

    Angiografi

    Konsul bedah orthopedi

    Rencana Terapeutik Perawatan kaki (ulkus diabetic) : metabolic control, vascular

    control, wound control, microbiological control, pressure

    control.

    Inj. Cefalexine 2 x 500 mg

    Metronidazol 3 x 500 mg (amp)

    Asam mefenamat untuk pereda nyeri

    Edukasi

    Education control

    3. Hipertensi grade I

    Pasien memiliki riwayat hipertensi namun pasien tidak tahu kapan

    tepatnya, Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 150/70

    mmHg.

    Rencana diagnostic :

    foto toraks, EKG

    Rencana terapi :

    Captopril 2 x 6,25 mg

    Diet HT : pemberian garam Natrium dibatasi, pada orang

    normal 3000 mg/ hari ( 1 sendok teh ). Pada pasien ini disarankan agar menggunakan

    garam natrium 2400 mg ( sendok teh )

    Rencana Monitoring

    Tekanan darah harian

    Cek lab : ureum, kreatinin.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 13

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    14/37

    Rencana Edukasi :

    Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,

    penatalaksanaan dan komplikasi penyakit

    Menjelaskan pentingnya merubah pola hidup

    Menjelaskan pentingnya kontrol rutin untuk pengendalian

    hipertensi dan mencegah komplikasinya.

    4. Neuropati DM

    Pada anamnesa pasien mengeluh kesemutan pada kedua ujung-ujung

    jari tangan.

    Rencana diagnostic :

    Konsul neurologi

    Rencana terapi :

    Neurobion 5000 i.v

    Rencana Edukasi :

    Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,

    penatalaksanaa dan komplikasi penyakit

    Menjelaskan pentingnya mengontrol kadar gula darah guna

    mencegah komplikasi.

    5. Retinopati DM

    Pada anamnesis di dapatkan pasien mengeluh pandangan nya

    sering kabur. Meski pasien telah menjalani operasi katarak 1 tahun yang

    lalu.

    Rencana diagnostic :

    konsul bagian mata

    Rencana terapi :

    vitamin A 1x1

    Rencana Edukasi :

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 14

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    15/37

    Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,

    penatalaksanaa dan komplikasi penyakit

    Menjelaskan pentingnya mengontrol kadar gula darah guna

    mencegah komplikasi.

    6. Arteri Pheriperal Disease (ADP)

    Atas Dasar : Pasien mengeluh luka di kaki sulit sembuh sejak

    post operasi 3 bulan yang lalu. (aliran pembuluh darah perifer

    terganggu komplikasi DM 15 tahun yang tidak terkontrol)

    mengganggu transmisi O2 penyembuha luka terganggu.

    Pada pemeriksaan fisik : pulsasi arteri dorsalis pedis sinistra tidak

    teraba. ABI (ankle brackhial Index) N < 0,9

    Pada pasien ini 120/130 = 0,93

    Rencana diagnostic :

    Angiografi

    Rencana terapi :

    Aspilet 1 x 100 mg

    7. Hiperkolesterolemia

    Atas dasar : senang makan makanan berlemak, makan tidak

    terkontrol, stroke 8 bulan yang lalu arterosklerosis

    Rencana diagnostic :

    cek profil lipid dan kolesterol tiap 3 bulan

    Rencana terapi :

    simvastatin 10 mg 1x1 malam hari

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 15

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    16/37

    VI. PENELUSURAN (FOLLOW UP)

    Tanggal 12 Agustus 2011

    S : lemas, kedua ujung tangan kesemutan, luka dikaki tertutup perban

    O : KU : Tampak sakit sedang

    KS : CM

    TTV : Tensi : 130/80 mmHg Nadi : 90x /menit

    RR : 18x / menit Suhu : 360c

    Mata : CA-/-, SI -/-

    Thorak : Simetris saat statis dan dinamis

    Cor : BJI II regular, murmur, (-), gallop (-),

    Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Abdomen : datar, supel, BU (+) normal, turgor baik, Nyeri tekan (-), H/L

    tidak teraba membesar

    Ekstermitas : Akral hangat, ulkus pada kaki kiri tertutup perban.A : 1. DM tipe 2 uncontrolled

    2. Ganggren multiple diabetikum pedis dekstra

    3. Hipertensi Grade I

    4. Neuropati DM

    5. Retinopati DM

    6. Arteri Pheriperal Disease

    7. Hiperkolesterolemia

    P : IVFD nacl 0.9% 20 tpm

    Humalog 24-24-24 U

    Lantus 0-0-20 U

    Inj. Cefalexine 2 x 500 mg

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 16

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    17/37

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    18/37

    TINJAUAN PUSTAKA

    DEFINISI

    Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

    kedua-duanya.1

    Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers

    di Mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda

    banyak kencing. Kemudian Celsus atau Paracelcus 30 tahun SM juga menemukan

    penyakit itu, tetapi baru 200 tahun kemudian, A retaeus menyebutnya sebagai penyakit

    aneh dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung

    untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Cendekiawan India dan China

    pada abad 3 sampai dengan 6 Masehi juga menemukan penyakit ini, malah dengan

    mengatakan urin pasien-pasien ini rasanya manis. Tahun 1674 Willis melukiskan urin

    tadi seperti digelimangi madu dan gula. Oleh karena itu sejak itu nama penyakit itu

    ditambah dengan kata mellitus (madu). 1,3,7

    KLASIFIKASI

    1. Diabetes melitus tipe 1

    Terjadi destruksi sel , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi

    melalui proses imunologik atau idiopatik. Kekerapan di negara barat 10%, di

    negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinik biasanya timbul pada masa

    kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Tetapi ada juga yang timbul pada

    masa dewasa. 2,3

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 18

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    19/37

    2. Diabetes melitus tipe 2

    Jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah

    umur 40 tahun. 2,3

    3. Diabetes melitus tipe lain

    Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

    endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan

    sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Sindrom Down, Sindrom

    Klinefelter, chorea Hungtinton, porfiria, dan lain-lain). 2,3

    4. Diabetes melitus gestasional

    Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama kehamilan. 2,3

    Perbandingan antara DM tipe 1 dengan DM tipe 2 5

    DM tipe 1 DM tipe 2

    Nama lama

    Umur (th)

    Keadaan klinik saat diagnosis

    Kadar insulin

    Berat badan

    Terapi

    DM Juvenil

    Biasa40 (tapi tak selalu)

    Ringan

    Insulin cukup / tinggi

    Biasanya gemuk / normal

    Diet, olah raga, tablet,

    insulin

    ETIOLOGI

    DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)

    disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin

    adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh

    jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak

    mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.

    Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 19

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    20/37

    maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti

    sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. 2,4,5

    Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel

    pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa

    darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel

    pankreas, baru terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar

    glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus.2,4,5

    PATOFISIOLOGI

    Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi

    jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulinini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi

    jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,

    tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan

    sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh

    darah meningkat. 4

    GEJALA KLINIS

    Banyak makan (polifagia)

    Sering merasa haus (polidipsia)

    Sering kencing (poliuria) terutama malam hari

    Lemas

    Berat badan menurun

    Kesemutan pada jari tangan dan kaki

    Gatal-gatal

    Penglihatan kabur

    Impotensi pada pria

    Pruritus vulva pada wanita

    Luka sukar sembuh

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 20

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    21/37

    Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg

    FAKTOR RISIKO DM

    Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

    Riwayat keluarga dengan DM

    Umur. Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan

    meningkatnya usia.

    Riwayat pernah menderita DM gestasional Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB

    rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan BB

    normal.

    Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :

    Berat badan lebih

    Kurang aktifitas fisik

    Hipertensi

    Dislipidemia

    Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko

    menderita prediabetes dan DM tipe 2.

    Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :

    Penderitapolycictic ovary syndrome (PCOS)

    Penderita sindroma metabolik

    DIAGNOSIS

    Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis

    tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,

    pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 21

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    22/37

    enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood)

    vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka

    kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan

    pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan

    glukosa darah kapiler. 2,4,5

    PENATALAKSANAAN

    Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup diabetisi.

    Tujuan penatalaksanaan

    A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman

    dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

    B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroaniopati,

    makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya

    morbiditas dan maortalitas dini DM.

    Pilar penatalaksanaan DM

    1. Edukasi

    2. Terapi gizi medis

    3. Latihan jasmani

    4. Intervensi farmakologis

    Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama

    beberapa waktu ( 2 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai

    sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan

    atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara

    tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

    metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat badan yang menurun

    dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang

    pemantauan mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus

    diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan

    secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. 5,6

    Edukasi

    Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 22

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    23/37

    Perjalanan penyakit DM

    Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM

    Penyulit DM dan risikonya

    Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan. Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau

    insulin serta obat-obatan lain.

    Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin

    mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).

    Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.

    Pentingnya latihan jasmani yang teratur.

    o Masalah khusus yang dihadapi (misal : hiperglikemia pada kehamilan).

    Pentingnya perawatan diri.

    Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

    Terapi gizi medis (TGM)

    Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya guna

    mencapai target terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama

    dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang

    dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada

    diabetisi perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,

    jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat

    penurun glukosa darah atau insulin. 5,6

    Latihan Jasmani

    Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu

    selama 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.

    Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat

    badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

    glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik

    seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani

    sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan

    kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. 5,6

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 23

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    24/37

    Intervensi Farmakologis

    Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai

    dengan TGM dan latihan jasmani.

    Insulin

    Farmakokinetik

    Berbagai jenis insulin mulai dari human insulin sampai insulin analog. Kebutuhan

    insulin basal dan prandial/setelah makan terdapat jenis insulin yang digunakan,

    yang pada akhirnya akan tercapai kendali kadar glukosa darah sesui sasaran

    terapi. Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja

    menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja panjang (long-acting insulin).

    Sementara untuk memenuhi insulin prandial (setelah makan) digunakan insulin

    kerja cepat (sering disebut insulin reguler/short-acting insulin) atau insulin kerja

    sangat cepat (rapid atau ultra-rapid acting insulun) 8

    Insulin diperlukan pada keadaan :

    Penurunan berat badan yang cepat

    Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

    Ketoasidosis diabetik

    Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik Hiperglikemia dengan asidos laktat.

    Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.

    Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

    Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan TGM.

    Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

    Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.

    Jenis dan lama kerja insulinBerdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :

    Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

    Insulin kerja pendek (short acting insulin)

    Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

    Insulin kerja panjang (long acting insulin)

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 24

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    25/37

    Insulin campuran tetap (premixed insulin)

    Efek samping terapi insulin

    Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia

    Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang

    dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

    Mekanisme OHO dan Insulin

    Sulfonilurea :Bekerja di pankreas, meningkatkan sekresi insulin

    Contoh: Generik: Glibenklamid,

    Produk: Daonil, 2,5 mg, 5 mg

    Dosis harian: 2,5 - 15 mg

    Lama kerja: 12 24 jam

    Frekuensi: 1-2 x/hari

    Pemberian sebelum makan

    Biguanid: Bekerja di hati, menekan produksi glukos

    Contoh: Generik: Metformin,

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 25

    Cara kerja Efek samping Penurunan A1C

    SulfonilureaMeningkatkan sekresi

    insulin

    BB naik,

    hipoglikemia1,5 2,5 %

    BiguanidMeningkatkan sekresi

    insulin1,5 2,5 %

    MetforminMenekan produksi

    glukosa hati

    Diare, dispepsia,

    asidosis laktat1,5 2,5 %

    Penghambat glukosidase

    alfa

    Menghambat absorpsi

    glukosa

    Flatulens, tinja

    lembek0,5 1,0 %

    TiazolinidindionMeningkatkan

    sensitivitas terhadap

    insulin

    Edema 1,3 %

    Insulin

    Menekan produksi

    glukosa hati, stimulasi

    pemanfaatan glukosa

    Hipoglikemia,

    BB naikPotensial normal

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    26/37

    Produk: Glocophage, 500 mg, 850 mg

    Dosis harian: 250-3000 mg

    Lama kerja: 6 8 jam

    Frekuensi: 1- 3 x/hari

    Pemberian bersama/setelah makan

    Penghambat glukosidase alfa : Bekerja di saluran cerna, menghambat absorpsi

    glukosa

    Contoh : Generik: Acarbose

    Produk: Glucobay,50 mg, 100 mg

    Dosis harian: 100-300 mg

    Frekuensi: 3 x/hari

    Pemberian bersama suapan pertama

    Tiazolidindion : Bekerja pada sel, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin

    Contoh : Generik: Pioglitazon

    Produk: Actos, 15 mg, 30 mg

    Dosis harian: 15 30 mg

    Frekuensi: 1 x/hariPemberiannya tidak tergantung jadwal makan

    Jenis dan Lama Kerja InsulinInsulin Awitan Efek puncak Durasi efektif Durasi maksimum

    Regular 0,5-1,0 2 3 3 6 4 6

    NPH 2-3 4 - 10 10 16 14 18

    Lente 3-4 4 10 12 18 16 20

    Insulin Awitan Efek puncak Durasi efektif Durasi maksimum

    Lispro 0,25 1 2 3 4 -

    Aspart 0,25 1 2 3 4 -

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 26

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    27/37

    Glargine 4-5 Tanpa

    puncak

    24 24

    Insulin di Indonesia

    Lama kerja Efek Puncak Macam Buatan

    Cepat

    6 8 jam

    2 4 jam Novo-Rapid Novo (U-40 dan U-100)

    Humalog Eli Lilly (U-100)

    Pendek

    6 8 jam

    2 4 jam Actrapid Novo (U-40 dan U-100)

    Humulin-R Eli Lilly (U-40 dan U-100)

    Menengah

    18-24 jam

    4 12 jam Insulatard Human Novo (U-40 dan U-100)

    Monotard Humad Novo (U-40 dan U-100)

    Humulin-N Eli Lilly (U-100)

    Campuran14 - 15 jam

    1 8 jam Mixtard 30/70 -

    Humulin 30/70 -

    Panjang

    24 jam

    Tanpa puncak Lantus Aventis

    Cara pemakaian insulin

    Insulin kerja cepat/pendek: diberikan 15-30 menit sebelum makan

    Insulin analog: diberikan sesaat sebelum makan

    Insulin kerja menengah: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan

    Cara pemberian insulin

    1. insulin intra vena

    2. insulin subkutan

    Cara penghitungan dosis insulin subkutan

    Pasien dengan terapi insulin intravena 2 U/jam selama 6 jam terakhir,

    rekomandasi dosisnya adalah:

    Dosis subkutan/hari adalah 80% dari total insulin harian (ITH) yang

    diberikan invus intra vena:

    80% X (2 U/jam X 24) = 38 U

    Dosis insulin basal: 50% dari DTH subkutan:

    50% X 38 U = 19 U (insulin analog long-acting)

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 27

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    28/37

    Dosis total harian: 50% dari DTH subkutan:

    50% X 38 U = 19 U total prandial (insulin analog rapid-acting)

    Jika pasien makan 3 X/hari maka diberikan 6 U setiap kali makan

    Dosis koreksi:

    (glukosa darah aktual glukosa darah sasaran) : faktor koreksi

    Faktor koreksi = 1500 : 38 = - 40 mg/dl (formula ini menggunakan insulin

    reguler) faktor koreksi untuk insulin analog= 1700 : 38 = -40 mg/d

    Komplikasi terapi insulin

    1. Hipoglikemia

    2. Peningkatan berat badan

    3. Edema insulin

    4. Reaksi lokal terhadap suntikan insulin

    5. Alergi

    Cara pemberian OHO

    Sulfonilurea generasi I dan II : 10 30 menit sebelum makan

    Glimepiride : sebelum/ sesaat sebelum makan

    Repaglinide, nateglinide : sebelum makan

    Metformin : sebelum/ sesudah makan karbohidrat (sesuai toleransi) Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama suapan pertama

    Glitazone : tidak bergantung pada jadual makan

    OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara berahap sesuai respon

    kadar glukosa darah bisa sampai dosis mendekati maksimal atau maksimal.

    Hindari penggunaan OHO kerja panjang pada usia lanjut dengan DM.

    Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

    Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :

    oPemicu sekresi insulin (insuline secretagogue) : sulfonilurea dan glinid.

    oPenambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiaolidindon.

    oPenghambat glukoneogenesis : metformin

    oPenghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase .

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 28

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    29/37

    Terapi kombinasi

    Tujuan terapi kombinasi:

    o Menurunkan produksi glukosa dari hati

    o Meningkatkan sekresi insulin

    o Meningkatkan kerja insulin dengan menurunkan resistensi insulin

    Jenis terapi kombinasi:

    o Kombinasi mulai 2 sampai 4 macam OHO

    o Jenis OHO ditambahkan secara bertahap sesuai respon

    o TKOI = Terapi Kombinasi OHO + Insulin

    o Insulin sensitizer (glitazon) dapat dikombinasikan dengan semua jenis

    SOHO tapi tidak dengan insulin karena dapat menyebabkan edema.

    PENYULIT DM

    I. Penyulit akut

    1. Ketoasidosis diabetik

    2. Hiperosmoral nonketotik

    3. Hipoglikemia

    II. Penyulit menahun

    1. Makroangiopati :

    Pembuluh darah jantung

    Pembuluh darah tepi

    Pembuluh darah otak

    2. Mikroangiopati :

    Retinopati diabetikNefropati diabetik

    3. Neuropati diabetik

    4. Ulkus diabetikum

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 29

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    30/37

    ULKUS DIABETIKUM

    Definisi :

    Kelainan tungkai kaki bawah akibat DM yang tidak terkendali. 7

    Etiologi :

    Gangguan Pembuluh Darah

    Gangguan Persyarafan

    Infeksi

    Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan berakibat :

    - Pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang

    - Leukosit DM tidak normal

    - Fungsi fagositosis dan Bakterisid intrasel menurun

    - Kekakuan arteri

    Adanya peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit

    menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga terjadi gangguan

    mikrosirkulasi Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan :

    - Berkurangnya aliran darah

    - Berkurangnya hantaran oksigen pada serabut saraf

    - Degenerasi dari serabut saraf

    Keadaan ini dapat mengakibatkan neuropati.

    Kaki diabetik dengan neuropati akan mengalami

    - Gangguan sensorik

    - Gangguan motorik

    - Gangguan otonom

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 30

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    31/37

    Klasifikasi kaki diabetic menurut EDMONDS 2004-2005Stage 1 : normal foot

    Stage 2 : hight risk foot

    Stage 3 : ulserated foot

    Stage 4 : infected foot

    Stage 5 : necrotic foot

    Stage 6 : unsalvable foot

    Untuk stage 1 dan stage 2 peran pencegahan primer sangat penting.

    Untuk stage 3 dan stage 4 memerlukan pelayanan spesialistik

    Untuk stage 5 dan 6 merupakan kasus rawat inap

    Upaya pencegahan primer

    1. penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki

    2. status gizi yang baik dan pengendalian DM

    3. pemeriksaan berkala DM dankomplikasinya.

    4. pemeriksaan kaki penderita

    5. pencegahan perlindungan terhadap trouma luar

    6. hygiene personal termasuk kaki

    7. menghilangkan factor biomekanis yang mungkin menyebabkan

    ulkus

    Klasifikasi Kaki Diabetik

    Dalam mengklasifikasikan kaki pada penderita DM tentukan dulu kalainan apa

    yang lebih dominan :

    1. gangguan pembuluh darah

    2. gangguan persyarafan

    3. infeksi

    gejala-gejala akibat gangguan pembuluh darah :

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 31

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    32/37

    - sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan dan melakukan kegiatan

    fisik

    - jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat

    - rasa nyeri pada kaki pada waktu istirahat dan malam hari

    gejala-gejala akibat gangguan neuropati :

    - perasaan baal

    - kelemahan sistem otot

    - deformitas kaki

    - sulit mengatur keseimbangan tubuh

    - bergesernya sendi pada sendi kaki depan

    menurut Wargner, kaki DM dibagi 6 yaitu :

    1. kulit utuh tapi ada kelainan benda kaki akibat neuropati

    2. Derajat I : terhadap ulkus superfical, terbatas pada kulit

    3. Derajat II : ulkus dalam, menembus tendon/tulang

    4. Derajat III : ulkus dengan atau tanpa osteomielitis

    5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan/tanpa selulitis.

    6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah

    Klasifikasi kaki diabeticum akibat dari kelainan pembuluh darah perifer yaitu :

    Stage 1 : Oklusi pembuluh darah tanpa gejala klinis.

    Stage 2 : Klaudikasio intermiten.

    Stage 3 : Kaki iskemik dengan nyeri saat istirahat

    Stage 4 : Ulkus / gangren

    Penatalaksanaan ulkus / gangren diabetic1

    Metabolic control

    Memperbaiki keadaan umum pasien

    Menurunkan kadar gula darah seoptimal mungkin

    Memperbaiki status nutrisi

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 32

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    33/37

    Memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka;

    kadar albumin, Hb serta derajat oksigenisasi jaringan

    Vaskular control

    Modifikasi faktor resiko

    Hentikan merokok

    Memperbaiki bebagai faktor resiko terkait arterioskeloris :

    Hiperglikemi

    Hipertensi

    Dislipidemia

    Terapi farmakologis (aspirin)

    Revaskularisasi (tehnik bedah vascular)

    Wound control

    Perawatan luka, evaluasi luka, klasifikasi ulkus pedia setelah debridemant yang

    adekuat

    Microbiological control

    Dilakukan test kultur pus dan dilihat kuman jenis apa lakukan test sensivitas untuk

    mendapatkan sensivitas terhadap antibiotik apa.

    Pressure control

    - Pencegahan/perlindungan terhadap sepatu khusus

    - Higiene personal termasuk kaki

    - Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus.

    Education control

    - Penting karena perjalanan penyakit DM lama dan dibutuhkan pengetahuan cukup

    guna mengindari terjadinya komplikasi yang merugikan pasien.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 33

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    34/37

    PERENCANAAN MAKAN

    - Dengan komposisi seimbang antara KH, protein, dan lemak.

    Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut

    dan kesegaran jasmani untuk mencapai berat badan ideal.

    - Jumlah kalori dihitung seimbang berdasarkan BB idaman x

    kebutuhan basal + kebutuhan kalori untuk aktivitas.

    Dengan catatan :

    - Status Gizi = BB aktual x 100% / TB (cm) 100

    - BB idaman = (TB 100) 10%

    - Kebutuhan basal 30 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 25 kkal/kgBB untuk wanita

    - Kebutuhan kalori sesuai aktivitas / kalori yang dikeluarkan dalam

    kegiatannya : ringan 30 %, sedang 20 % dan berat 10 %

    - Jumlah kandungan kolesterol 300 mg/hari, jumlah kandungan serat +/- 25

    g/hari diutamakan serat yang larut. Konsumsi garam dibatasi bila hipertensi serta

    pemanis dapat digunakan secukupnya.

    LATIHAN JASMANI

    Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali tiap minggu selama 30menit (kurang

    lebihnya) yang bersifat CRIPE

    Continous :

    Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti.

    Contoh jogging 30 menit tanpa istirahat.

    Rytmical :

    Latihan olahraga harus dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi

    dan berelaksasi secara teratur.

    Interval :

    Latihan olahraga selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh :

    jalan cepat diselangi jalan lambat

    Progressive :

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 34

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    35/37

    Latihan secara bertahan sesuai dengan kemampuan dari intensitas ringan

    hingga mencapai 30-60 menit. Sasaran Heart rate 75-85% dari Maksimum Heart

    Rate dimana Maksimum heart rate = 220-umur (dalam tahun).

    Endurance :

    Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi

    seperti jalan santai/cepat sesuai umur, jogging, berenang dan bersepeda.

    Yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani adalah jangan sampai memulai

    olahraga sebelum makan, harus menggunakan sepatu yang pas, didampingi

    oleh orang yang tahu bagaimana mengatasi.

    PEMBAHASAN KHUSUS

    Daftar masalah pada pasien ini yaitu, DM tipe 2 hiperglikemia uncontrolled

    ditegakkan dari anamnesis terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia,

    polifagia. Terdapat juga keluhan tidak khas DM berupa kesemutan, cepat lelah. Minum

    obat DM tidak teratur dan tidak pernah olahraga. Hasil laboratorium menunjukkan

    hiperglikemia pada kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa 2 jam post prandial.

    Daftar masalah gangren multiple diabetiku calcaneus dan dorsum pedis sinistra

    ditegakkan dari anamnesis terdapat luka 3 bulan SMRS, terasa sangat nyeri. Pada

    pemeriksaan fisik didapatkan gangren multiple dengan status lokalis regio calcaneus dan

    dorsum pedis sinistra. Ulkus kaki terinfeksi bisa saja melibatkan banyak mikro

    organisme, a.l : stapilokokus, streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.

    Oleh karena itu untuk mengetahui mikroorganisme yang ada pada luka tersebut perlu

    dilakukan kultur pus untuk mengetahui mikroorganisme yang ada pada luka tersebut.

    Terjadinya masalah kaki diabetes diawali adanya hiperglikemi pada penyandang DM

    yang dapat menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati

    sensorik maupun motorik dan autonomi akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan

    otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak

    kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap

    infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran

    darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 35

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    36/37

    Daftar masalah hipertensi grade I didapatkan dari hasil pemeriksaan tanda vital

    tekanan darah mencapai 150/70, hipertensi juga merupakan salah satu komplikasi kronis

    dari DM. Hipertensi sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada organ target seperti

    jantung : hipertropi ventrikel kiri, angina, infark miokard. Otak seperti stroke, juga

    penyakit ginjal kronik dan retinopati.

    Daftar masalah retinopati diabetikum didapatkan dari anamnesis penglihatan

    pasien kabur. Neuropati diabetikum didapatkan dari anamnesis kesemuan pada kedua

    ujung jari tangan pasien. Arteri peripheral disease, pada pemeriksaan fisik didapatkan

    pulsasi arteri dorsalis pedis sinistra tidak teraba. Hiperkolesterolemia, didapatkan dari

    anamnesis pasien senang makanan yang berlemak, makan tidak terkontrol, riwayat

    serangan stroke 8 bulan yang lalu, kemungkinan ada aterosklerosis, pada hasil

    pemeriksaan laboraturium didapatkan hiperkolesterolemia.

    Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 36

  • 8/4/2019 Presus DM Eliza

    37/37

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran, edisi III, buku I, Media

    Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2001

    2. Subekti Imam, dkk. Penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam,

    Pusat penerbitan bagian ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta : 2000

    3. Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III, Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2006

    4. Sylvia A. Price, Loraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses

    Penyakit, edisi IV, buku II, alih bahasa dr. Peter Anugrah, Penerbit buku

    kedokteran EGC, Jakarta, 1995

    5. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia

    2006, Perkumpulan endokrinologi : 2006

    6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta : 2003

    7. Rully Roesli,Endang Susalit,Jusman Djafar. Nefropati Diabetik. Dalam : Slamet

    Suyono,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,Edisi 3, Jakarta, BP

    FKUI,2001 p.356-363

    8. Petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus, perkumpulan

    d k i l i i d i 2007