Upload
eliza-aswananda
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/4/2019 Presus DM Eliza
1/37
PRESENTASI KASUS
Multiple Gangren DiabetikumRegio Calcaneus et dorsum pedissinistra pada DM tipe II
uncontrolled
Pembimbing:
Kolonel CKM dr.Djunaidi Ruray, Sp.PD
Disusun oleh:
Eliza Aswananda
0810221094
FK UPN
Oponent :
Caroline Pretty (FK UPN)
DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM
RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2011
8/4/2019 Presus DM Eliza
2/37
PENDAHULUAN
Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. Diabetes sudah merupakan
salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. 1,2
Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan prevalensi DM tipe 2, diantaranya.
Faktor demografi dimana jumlah penduduk yang meningkat, penduduk usia lanjut
bertambah banyak. Faktor gaya hidup masyarakat yang kebaratbaratan juga
memberikan peran, seperti menjamurnya restoran siap santap, penemuan teknologi
canggih yang menimbulkansedentary life, kurang gerak badan.2
Diabetes melitus merupakan penyakit kronik yang akan diderita seumur hidup.
Dalam perjalanan penyakitnya, dapat terjadi penyulit akut yang merupakan kegawatan
dan penyulit menahun yang dapat menimbulkan kecacatan. Dalam pengelolaan penyakit
tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga kesehatan lain, peran pasien dan
keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya guna
memahami lebih jauh tentang perjalanan penyakit DM, pencegahan penyulit DM, dan
penatalaksanaannya akan sangat membantu keikutsertaan mereka dalam usaha
memperbaiki hasil pengelolaan.2,3
Kaki diabetik adalah salah satu komplikasi kronik Diabetes mellitus dimana
terjadi neuropati sensorik, motorik, dan anatomik sehingga terjadi perubahan pada kulit
dan otot yang menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki yang
memudahkan terjadinya ulkus. Kerentanan terhadap infeksi membuat ulkus terinfeksi dan
menjadi infeksi yang meluas. Gangguan aliran darah yang berkurang membuat ulkus
infeksius menjadi sulit dikelola.3
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 2
8/4/2019 Presus DM Eliza
3/37
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Umur : 68 tahun
Agama : Kristen
Alamat : Komplek Kejagung, jl.Raya Ragunan, Pasar Minggu
Suku bangsa : Batak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 11 Agustus 2011
No. CM : 33 72 55
II. DATA DASAR
A. ANAMNESIS
Autoanamnesa tanggal 12 Agustus 2011
KELUHAN UTAMA :
Nyeri pada luka di tumit sebelah kiri sejak 2 hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN:
Luka menghitam, kadang bernanah
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada luka di kaki kiri yangsejak 2 hari SMRS. Keluhan juga disertai dengan luka yang menghitam dan bernanah.
Luka tersebut berawal karena pasien terjatuh sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien datang
berobat ke dokter dan dinyatakan patah tulang pada kaki kiri nya dan diajurkan untuk
segera melakukan operasi. Awalnya operasi sempat ditunda karena gula darah pasien
tinggi mencapai 300 mg/dl. Setelah gula darah dirasa sudah cukup relatif normal,
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 3
8/4/2019 Presus DM Eliza
4/37
dokter yang menangani pasien memutuskan untuk operasi. Saat ini dilakukan
pemasangan plate. 3 bulan setelah tindakan operasi, luka bekas operasi tidak kunjung
kering. Justru menurut penuturan pasien, luka nya semakin lama semakin berair,
dalam, dan menimbulkan rasa nyeri yang sangat hebat hingga mengganggu waktu
tidur. Pasien pun mengatakan luka nya tersebut menghitam dan bernanah. Awal bulan
Agustus 2011, tepatnya 9 hari SMRS, pasien sempat berobat ke bagian penyakit
dalam dan diberikan obat antibiotik dan obat penghilang rasa nyeri (pasien tidak tahu
nama obatnya). Namun ketika obat yang diberikan dokter habis, kira-kira 2 hari
SMRS pasien merasakan nyeri hebat kembali datang dari luka nya. Demam
disangkal, buang air besar lancar dan normal. Buang air kecil warna kuning jernih.
Pasien mengatakan menderita kencing manis sejak 15 tahun yang lalu.
Menurut pasien, pasien sering terbangu di malam hari untuk buang air kecil, yang
dirasakan hampir tiap jam. Pasien juga sering merasakan haus, walaupun sudah
banyak minum, tenggorokan dan mulut terasa kering, banyak makan, badan cepat
terasa lelah, lemas dan mudah mengantuk, dan sering juga merasakan kesemutan
pada ujung-ujung jari tangan. Pasien mengatakan pandangan matanya menjadi kabur,
meski pun setahun yang lalu pasien di katakan menderita katarak dan sudah di operasi
1 tahun yang lalu. Pasien rutin kontrol ke dokter dan diberikan obat methformin 500
mg 3x1 dan satu obat lagi pasien lupa nama obatnya. Namun pasien tidak teratur
minum obat. Pasien juga mengatakan memiliki darah tinggi yang di ketahui nya sejak
2007 yang lalu, pasien rutin mengkonsumsi obat penurun darah tinggi, captopril, 2x
sehari. Mengenai pola makan, pasien mengatakan bahwa pola makannya tidak diatur,
senang makan yang manis-manis. Makan makanan berlemak. Pasien mengaku tidak
pernah berolahraga. Pasien memiliki riwayat serangan stroke 8 bulan yang lalu, dan
saat ini pasien mengalami kelemahan tubuh bagian kiri dan menggunakan kursi roda
untuk membantu nya berjalan. Pasien memiliki ibu yag juga mederita penyakit
kencing manis.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Riwayat penyakit kencing manis : Ada, sejak 15 tahun yang lalu, tidak terkontrol
Riwayat penyakit darah tinggi : Ada, terkontrol
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 4
8/4/2019 Presus DM Eliza
5/37
Riwayat stroke : Ada, 8 bulan yang lalu
Alergi Obat : Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit kencing manis : Ibu kandung pasien
Riwayat penyakit darah tinggi : Disangkal
Riwayat penyakit jantung : Disangkal
Riwayat penyakit ginjal : Disangkal
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis (Pemeriksaan pada tanggal 12 Agustus 2011).
1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang.
2. Kesadaran : Compos Mentis.
3. Tanda Vital :
- TD : 150/70 mmHg.
- Nadi : 100 x/menit, reguler, isi cukup
- RR : 18 x/menit,- Suhu : 36 C (axilla).
- BB : 60 kg.- TB
- IMT
- Status Gizi
- Tingkah laku
- Alam Perasaan- Proses fikir
:
:
:
:
160 cm.
BB (kg) / TB2 (m2)
60 kg / 2,562 m2
23,4 kg/m2
Kesan : overweight
BB idaman = (TB 100) 10 %
= (160 100) 10 %= 60 6
= 54 kg
Kesan : BB berlebih
Wajar
BiasaWajar
4. Kulit : Sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tidak adahematom, suhu raba normal, turgor kulit baik.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 5
8/4/2019 Presus DM Eliza
6/37
5. Kepala &
rambut
: Normocephal, Rambut hitam keabuan, distribusi
merata, tidak mudah dicabut & tidak mudah rontok.
6. Mata : Konjungtiva tidak pucat, Sklera tidak ikterik,kedudukan bola mata simetris, pupil bulat isokor,
diameter 2 mm, lensa jernih, reflek cahaya positif,
edema palpebra tidak ada
7. Telinga : Normotia, liang telinga lapang, discharge tidak ada.
8. Hidung : Bentuk normal, tidak terdapat deviasi septum maupunsekret hidung, tidak ada nafas cuping hidung.
9. Mulut & gigi : Mukosa mulut basah, caries (+1), lidah kotor tidak
ada, bibir tidak kering, tidak tampak sianosis.
10. Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil TI TI tenang.
11. Leher : Simetris, trakea lurus ditengah, kelenjar tiroid tidak
teraba membesar, kelenjar getah bening tidak teraba
membesar, tidak ada kaku kuduk,
12. Thorak : Bentuk normal (Normochest), simetris saat statis dan
dinamis,
13. Paru
- Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak tampak retraksi
supraklavikula dan interkostal, tidak ada pelebaran
vena, tidak tampak sikatriks.
- Palpasi : Fremitus taktil kanan dan kiri simetris.
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru hati sela igaVI linea midklavikularis dextra.
- Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler pada kedua lapang paru,ronkhi tidak ada , wheezing tidak ada..
14. Jantung :
- Inspeksi : Iktus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus Cordis tidak kuat angkat, teraba pada sela iga V
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 6
8/4/2019 Presus DM Eliza
7/37
Linea Midclavicula Sinistra.
- Perkusi : Batas kanan jantung : sela iga V linea sternalis dextra.Batas kiri jantung : sela iga V linea midclavicula
Sinistra.
Batas atas jantung : sela iga III linea sternalis sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I II reguler, tidak ada murmur, tidak
ada gallop.
15. Abdomen :
- Inspeksi : datar, tidak tampak benjolan maupun sikatriks
- Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepar dan
lien tidak teraba pembesaran, ballotement tidak ada,
turgor kulit baik
- Perkusi : Tympani pada seluruh lapang abdomen. Shiftingdullness tidak ada.
- Auskultasi : Bising usus ada, normal
16 Ekstremitas
Bawah
: Inspeksi: Kulit kering. Pada plantar dan dorsal pedis
sinistra terdapat beberapa ulkus, dengan
ukuran 3x2x2 cm berwarna kemerahan
kehitaman, basah terdapat pus, tidak adadeformitas. Sensasi ada.
Palpasi: pulsasi arteri dorsalis pedis kiri tidak teraba17 Refleks fisiologis
Refleks patela
Reflek achilles
Sensibilitas
Nyeri
TekanRaba
kanan kiri
(+) (+)
(+) (+)
kanan kiri
(-) (+)
(+) (+)(+) (+)
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 7
8/4/2019 Presus DM Eliza
8/37
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan : Hiperkolesterolemia dan Hiperglikemia
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 8
Kimia Darah 8/811/8
Nilai
rujukan
Ureum 48 39 20-50
mg/dL
Kreatinin 0,9 0,9 0.5 1.5
mg/dL
Clolesterol 222 *
8/4/2019 Presus DM Eliza
9/37
III. RINGKASAN
Ny.SS, 68 tahun, datang ke RSPAD dengan keluhan nyeri hebat ulkus pada
calcaneus dan dorsum pedis sinistra. DM sejak 15 tahun yang lalu, ada gejala
polifagi, poliuri, polidipsi, kesemutan pada ujung-ujung jari tangan, pandangan
kabur. Minum obat tidak teratur. Tidak pernah berolahraga.
Pasien juga menderita hipertensi yang diketahuinya sejak 2007 yang lalu. Pada
riwayat penyakit keluarga pasien memiliki ibu yang menderita DM. Pasien juga
memiliki riwayat serangan stroke sekitar 8 bulan yang lalu. Saat ini terdapat
hemiparese sinistra, dan berjalan dengan menggunakan bantuan kursi roda.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan didapatkan tanda-tanda vital TD 150/70
Hipertensi Grade I. BB overweight, status gizi: berlebih. Pada ekstremitas bawah
terdapat multiple gangren dengan status lokalis calcaneus et dorsum pedis sinistra.
Pulsasi arteri dorsalis pedis tidak teraba.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiperglikemia pada pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial. Dan hiperkolesterolemia pada
pemeriksaan kadar kolesterol.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 9
8/4/2019 Presus DM Eliza
10/37
IV. DAFTAR MASALAH
1. Multiple gangren diabetikum calcaneus et dorsum pedis sinistra
2. DM tipe 2 tidak terkontrol
3. Hipertensi Grade I
4. Neuropati DM
5. Retinopati DM
6. Arteri peripheral disease
7. Hiperkolesterolemia
V. PENGKAJIAN
. DM tipe 2 uncontrolled.
Ditegakkan dengan adanya keluhan khas DM : poliuria, polidipsia
dan polifagi, 15 tahun yang lalu. Dan dari pemeriksaan gula darah
puasa 267 mg/dl. Konsumsi methformin 500 mg 3x1 dan satu
macam lagi pasien lupa.Namun tidak teratur.
Rencana Diagnosis
Cek aseton darah, profil lipid, DL
Cek GDS dan GD2PP
Rencana Terapeutik
a. Medika Mentosa
IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
(diambil berdasarkan jumlah kebutuhan cairan pada orang
dewasa)
Humalog 24-24-24 U
Lantus 0-0-20 U
b. Suportif
Diet DM
Penentuan kebutuhan kalori :
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 10
8/4/2019 Presus DM Eliza
11/37
Kalori basal : 54kg x 25 kkal = 1350 kkal
Koreksi / penyesuaian :
Umur > 40 tahun : 10 % x 1350 kkal = 135 kkal
Aktifitas ringan : 20 % x 1350 kkal = 270 kkal
Total kebutuhan = 1350 135 + 270
= 1485 kkal 1500 kkal
Dengan perincian sbb :
Karbohidrat 45- 65 % dari seluruh total asupan energi. Maka
diambil 55 % untuk mencukupi kebutuhan karbohirat per hari
pada pasien ini.
Protein 10-20 % dari seluruh total asupam energi. Maka diambil
20 % untuk mencukupi kebutuhan protein per hari pada pasien
ini.
Lemak 20-25 % dari seluruh total asupan energi. Maka diambil
20 % untuk mencukupi kebutuhan lemak per hari pada pasien ini.
KH = 45 % x 1500 kkal = 675 kkal
Protein = 20 % x 1500 kkal = 300 kkalLemak = 20 % x 1500 kkal = 300 kkal
Dan semua dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20 %,
makan siang 30 %, dan sore 23 %. Serta makanan cemilan 10-
15%.
Serta pemberian serat tidak kalah penting nya, dapat diberikan 25
gram per hari.
Kurangi makanan yang mengandung pemanis buatan.
Rencana Monitoring
Kurva harian gula darah + aseton
Profil lipid
DL
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 11
8/4/2019 Presus DM Eliza
12/37
Rencana Edukatif
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (education control)
tentang :
- Perjalanan penyakit DM
- Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan resikonya
- Intervensi farmakologis dan non-
farmakologis serta target perawatan.
- Interaksi antara asupan makanan, aktifitas
fisik, dan obat hipoglikemik oral.
- Cara pemantauan glukosa darah dan
pemahaman hasil glukosa darah atau urine mandiri.
- Mengatasi sementara keadaan gawat
darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.
- Pentingnya latihan jasmani teratur.
2. Gangren diabetikum pedis sinistra
Komplikasi dari Diabetes Mellitus ialah Makroangiopati yaitu
penyakit pembuluh darah koroner, dan penyakit pembuluh darah
tungkai bawah. Mikroangiopati juga merupakan komplikasi Diabetes
Mellitus, yaitu Retinopati diabetik, Nefropati diabetik, Neuropati
diabetik. Pada pasien ini terdapat penyakit arteri perifer sering terjadi
pada pasien diabetes mellitus tipe-2 uncontrolled dan biasa terjadi
dengan gejala tipikal Intermittent claudicatio, meskipun sering tanpa
gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang
pertama muncul.
Rencana Diagnostik
Kultur pus dan uji resistensi
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 12
8/4/2019 Presus DM Eliza
13/37
Foto kaki
Angiografi
Konsul bedah orthopedi
Rencana Terapeutik Perawatan kaki (ulkus diabetic) : metabolic control, vascular
control, wound control, microbiological control, pressure
control.
Inj. Cefalexine 2 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg (amp)
Asam mefenamat untuk pereda nyeri
Edukasi
Education control
3. Hipertensi grade I
Pasien memiliki riwayat hipertensi namun pasien tidak tahu kapan
tepatnya, Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 150/70
mmHg.
Rencana diagnostic :
foto toraks, EKG
Rencana terapi :
Captopril 2 x 6,25 mg
Diet HT : pemberian garam Natrium dibatasi, pada orang
normal 3000 mg/ hari ( 1 sendok teh ). Pada pasien ini disarankan agar menggunakan
garam natrium 2400 mg ( sendok teh )
Rencana Monitoring
Tekanan darah harian
Cek lab : ureum, kreatinin.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 13
8/4/2019 Presus DM Eliza
14/37
Rencana Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,
penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
Menjelaskan pentingnya merubah pola hidup
Menjelaskan pentingnya kontrol rutin untuk pengendalian
hipertensi dan mencegah komplikasinya.
4. Neuropati DM
Pada anamnesa pasien mengeluh kesemutan pada kedua ujung-ujung
jari tangan.
Rencana diagnostic :
Konsul neurologi
Rencana terapi :
Neurobion 5000 i.v
Rencana Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,
penatalaksanaa dan komplikasi penyakit
Menjelaskan pentingnya mengontrol kadar gula darah guna
mencegah komplikasi.
5. Retinopati DM
Pada anamnesis di dapatkan pasien mengeluh pandangan nya
sering kabur. Meski pasien telah menjalani operasi katarak 1 tahun yang
lalu.
Rencana diagnostic :
konsul bagian mata
Rencana terapi :
vitamin A 1x1
Rencana Edukasi :
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 14
8/4/2019 Presus DM Eliza
15/37
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit,
penatalaksanaa dan komplikasi penyakit
Menjelaskan pentingnya mengontrol kadar gula darah guna
mencegah komplikasi.
6. Arteri Pheriperal Disease (ADP)
Atas Dasar : Pasien mengeluh luka di kaki sulit sembuh sejak
post operasi 3 bulan yang lalu. (aliran pembuluh darah perifer
terganggu komplikasi DM 15 tahun yang tidak terkontrol)
mengganggu transmisi O2 penyembuha luka terganggu.
Pada pemeriksaan fisik : pulsasi arteri dorsalis pedis sinistra tidak
teraba. ABI (ankle brackhial Index) N < 0,9
Pada pasien ini 120/130 = 0,93
Rencana diagnostic :
Angiografi
Rencana terapi :
Aspilet 1 x 100 mg
7. Hiperkolesterolemia
Atas dasar : senang makan makanan berlemak, makan tidak
terkontrol, stroke 8 bulan yang lalu arterosklerosis
Rencana diagnostic :
cek profil lipid dan kolesterol tiap 3 bulan
Rencana terapi :
simvastatin 10 mg 1x1 malam hari
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 15
8/4/2019 Presus DM Eliza
16/37
VI. PENELUSURAN (FOLLOW UP)
Tanggal 12 Agustus 2011
S : lemas, kedua ujung tangan kesemutan, luka dikaki tertutup perban
O : KU : Tampak sakit sedang
KS : CM
TTV : Tensi : 130/80 mmHg Nadi : 90x /menit
RR : 18x / menit Suhu : 360c
Mata : CA-/-, SI -/-
Thorak : Simetris saat statis dan dinamis
Cor : BJI II regular, murmur, (-), gallop (-),
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, supel, BU (+) normal, turgor baik, Nyeri tekan (-), H/L
tidak teraba membesar
Ekstermitas : Akral hangat, ulkus pada kaki kiri tertutup perban.A : 1. DM tipe 2 uncontrolled
2. Ganggren multiple diabetikum pedis dekstra
3. Hipertensi Grade I
4. Neuropati DM
5. Retinopati DM
6. Arteri Pheriperal Disease
7. Hiperkolesterolemia
P : IVFD nacl 0.9% 20 tpm
Humalog 24-24-24 U
Lantus 0-0-20 U
Inj. Cefalexine 2 x 500 mg
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 16
8/4/2019 Presus DM Eliza
17/37
8/4/2019 Presus DM Eliza
18/37
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.1
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus Ebers
di Mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda
banyak kencing. Kemudian Celsus atau Paracelcus 30 tahun SM juga menemukan
penyakit itu, tetapi baru 200 tahun kemudian, A retaeus menyebutnya sebagai penyakit
aneh dan menamai penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung
untuk mengalirkan cairan dari satu tempat ke tempat lain. Cendekiawan India dan China
pada abad 3 sampai dengan 6 Masehi juga menemukan penyakit ini, malah dengan
mengatakan urin pasien-pasien ini rasanya manis. Tahun 1674 Willis melukiskan urin
tadi seperti digelimangi madu dan gula. Oleh karena itu sejak itu nama penyakit itu
ditambah dengan kata mellitus (madu). 1,3,7
KLASIFIKASI
1. Diabetes melitus tipe 1
Terjadi destruksi sel , umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Terjadi
melalui proses imunologik atau idiopatik. Kekerapan di negara barat 10%, di
negara tropik jauh lebih sedikit lagi. Gambaran klinik biasanya timbul pada masa
kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Tetapi ada juga yang timbul pada
masa dewasa. 2,3
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 18
8/4/2019 Presus DM Eliza
19/37
2. Diabetes melitus tipe 2
Jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul makin sering setelah
umur 40 tahun. 2,3
3. Diabetes melitus tipe lain
Defek genetik fungsi sel , defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan
sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Sindrom Down, Sindrom
Klinefelter, chorea Hungtinton, porfiria, dan lain-lain). 2,3
4. Diabetes melitus gestasional
Diabetes yang mulai timbul atau mulai diketahui selama kehamilan. 2,3
Perbandingan antara DM tipe 1 dengan DM tipe 2 5
DM tipe 1 DM tipe 2
Nama lama
Umur (th)
Keadaan klinik saat diagnosis
Kadar insulin
Berat badan
Terapi
DM Juvenil
Biasa40 (tapi tak selalu)
Ringan
Insulin cukup / tinggi
Biasanya gemuk / normal
Diet, olah raga, tablet,
insulin
ETIOLOGI
DM tipe 2 disebut juga Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
disebabkan karena kegagalan relatif sel dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 19
8/4/2019 Presus DM Eliza
20/37
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti
sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. 2,4,5
Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel
pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa
darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah terjadi kelelahan sel
pankreas, baru terjadi diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan adanya kadar
glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus.2,4,5
PATOFISIOLOGI
Pada DM tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak. Tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulinini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak,
tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di dalam pembuluh
darah meningkat. 4
GEJALA KLINIS
Banyak makan (polifagia)
Sering merasa haus (polidipsia)
Sering kencing (poliuria) terutama malam hari
Lemas
Berat badan menurun
Kesemutan pada jari tangan dan kaki
Gatal-gatal
Penglihatan kabur
Impotensi pada pria
Pruritus vulva pada wanita
Luka sukar sembuh
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 20
8/4/2019 Presus DM Eliza
21/37
Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
FAKTOR RISIKO DM
Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
Riwayat keluarga dengan DM
Umur. Risiko untuk menderita prediabetes meningkat seiring dengan
meningkatnya usia.
Riwayat pernah menderita DM gestasional Riwayat lahir dengan BB rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB
rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding bayi yang lahir dengan BB
normal.
Faktor risiko yang bisa dimodifikasi :
Berat badan lebih
Kurang aktifitas fisik
Hipertensi
Dislipidemia
Diet tak sehat. Diet dengan tinggi gula dan rendah serat akan meningkatkan risiko
menderita prediabetes dan DM tipe 2.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
Penderitapolycictic ovary syndrome (PCOS)
Penderita sindroma metabolik
DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM,
pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 21
8/4/2019 Presus DM Eliza
22/37
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh (whole blood)
vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan angka-angka
kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan
pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler. 2,4,5
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup diabetisi.
Tujuan penatalaksanaan
A. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman
dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
B. Jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroaniopati,
makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya
morbiditas dan maortalitas dini DM.
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan terapi gizi medis dan latihan jasmani selama
beberapa waktu ( 2 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan
atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara
tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis berat, stres berat, berat badan yang menurun
dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan. Pengetahuan tentang
pemantauan mandiri tanda dan gejala hipoglikemia dan cara mengatasinya harus
diberikan pada pasien, sedangkan pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan
secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. 5,6
Edukasi
Edukasi yang diberikan kepada pasien meliputi pemahaman tentang :
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 22
8/4/2019 Presus DM Eliza
23/37
Perjalanan penyakit DM
Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
Penyulit DM dan risikonya
Intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan. Interaksi antara asupan makanan, aktifitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau
insulin serta obat-obatan lain.
Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
Mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit, atau hipoglikemia.
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
o Masalah khusus yang dihadapi (misal : hiperglikemia pada kehamilan).
Pentingnya perawatan diri.
Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
Terapi gizi medis (TGM)
Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan kebutuhannya guna
mencapai target terapi. Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
diabetisi perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. 5,6
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu
selama 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. 5,6
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 23
8/4/2019 Presus DM Eliza
24/37
Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan TGM dan latihan jasmani.
Insulin
Farmakokinetik
Berbagai jenis insulin mulai dari human insulin sampai insulin analog. Kebutuhan
insulin basal dan prandial/setelah makan terdapat jenis insulin yang digunakan,
yang pada akhirnya akan tercapai kendali kadar glukosa darah sesui sasaran
terapi. Untuk memenuhi kebutuhan insulin basal dapat digunakan insulin kerja
menengah (intermediate-acting insulin) atau kerja panjang (long-acting insulin).
Sementara untuk memenuhi insulin prandial (setelah makan) digunakan insulin
kerja cepat (sering disebut insulin reguler/short-acting insulin) atau insulin kerja
sangat cepat (rapid atau ultra-rapid acting insulun) 8
Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar nonketotik Hiperglikemia dengan asidos laktat.
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal.
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan TGM.
Ganguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Jenis dan lama kerja insulinBerdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 24
8/4/2019 Presus DM Eliza
25/37
Insulin campuran tetap (premixed insulin)
Efek samping terapi insulin
Efek samping utama adalah terjadinya hipoglikemia
Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
Mekanisme OHO dan Insulin
Sulfonilurea :Bekerja di pankreas, meningkatkan sekresi insulin
Contoh: Generik: Glibenklamid,
Produk: Daonil, 2,5 mg, 5 mg
Dosis harian: 2,5 - 15 mg
Lama kerja: 12 24 jam
Frekuensi: 1-2 x/hari
Pemberian sebelum makan
Biguanid: Bekerja di hati, menekan produksi glukos
Contoh: Generik: Metformin,
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 25
Cara kerja Efek samping Penurunan A1C
SulfonilureaMeningkatkan sekresi
insulin
BB naik,
hipoglikemia1,5 2,5 %
BiguanidMeningkatkan sekresi
insulin1,5 2,5 %
MetforminMenekan produksi
glukosa hati
Diare, dispepsia,
asidosis laktat1,5 2,5 %
Penghambat glukosidase
alfa
Menghambat absorpsi
glukosa
Flatulens, tinja
lembek0,5 1,0 %
TiazolinidindionMeningkatkan
sensitivitas terhadap
insulin
Edema 1,3 %
Insulin
Menekan produksi
glukosa hati, stimulasi
pemanfaatan glukosa
Hipoglikemia,
BB naikPotensial normal
8/4/2019 Presus DM Eliza
26/37
Produk: Glocophage, 500 mg, 850 mg
Dosis harian: 250-3000 mg
Lama kerja: 6 8 jam
Frekuensi: 1- 3 x/hari
Pemberian bersama/setelah makan
Penghambat glukosidase alfa : Bekerja di saluran cerna, menghambat absorpsi
glukosa
Contoh : Generik: Acarbose
Produk: Glucobay,50 mg, 100 mg
Dosis harian: 100-300 mg
Frekuensi: 3 x/hari
Pemberian bersama suapan pertama
Tiazolidindion : Bekerja pada sel, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin
Contoh : Generik: Pioglitazon
Produk: Actos, 15 mg, 30 mg
Dosis harian: 15 30 mg
Frekuensi: 1 x/hariPemberiannya tidak tergantung jadwal makan
Jenis dan Lama Kerja InsulinInsulin Awitan Efek puncak Durasi efektif Durasi maksimum
Regular 0,5-1,0 2 3 3 6 4 6
NPH 2-3 4 - 10 10 16 14 18
Lente 3-4 4 10 12 18 16 20
Insulin Awitan Efek puncak Durasi efektif Durasi maksimum
Lispro 0,25 1 2 3 4 -
Aspart 0,25 1 2 3 4 -
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 26
8/4/2019 Presus DM Eliza
27/37
Glargine 4-5 Tanpa
puncak
24 24
Insulin di Indonesia
Lama kerja Efek Puncak Macam Buatan
Cepat
6 8 jam
2 4 jam Novo-Rapid Novo (U-40 dan U-100)
Humalog Eli Lilly (U-100)
Pendek
6 8 jam
2 4 jam Actrapid Novo (U-40 dan U-100)
Humulin-R Eli Lilly (U-40 dan U-100)
Menengah
18-24 jam
4 12 jam Insulatard Human Novo (U-40 dan U-100)
Monotard Humad Novo (U-40 dan U-100)
Humulin-N Eli Lilly (U-100)
Campuran14 - 15 jam
1 8 jam Mixtard 30/70 -
Humulin 30/70 -
Panjang
24 jam
Tanpa puncak Lantus Aventis
Cara pemakaian insulin
Insulin kerja cepat/pendek: diberikan 15-30 menit sebelum makan
Insulin analog: diberikan sesaat sebelum makan
Insulin kerja menengah: 1-2 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan
Cara pemberian insulin
1. insulin intra vena
2. insulin subkutan
Cara penghitungan dosis insulin subkutan
Pasien dengan terapi insulin intravena 2 U/jam selama 6 jam terakhir,
rekomandasi dosisnya adalah:
Dosis subkutan/hari adalah 80% dari total insulin harian (ITH) yang
diberikan invus intra vena:
80% X (2 U/jam X 24) = 38 U
Dosis insulin basal: 50% dari DTH subkutan:
50% X 38 U = 19 U (insulin analog long-acting)
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 27
8/4/2019 Presus DM Eliza
28/37
Dosis total harian: 50% dari DTH subkutan:
50% X 38 U = 19 U total prandial (insulin analog rapid-acting)
Jika pasien makan 3 X/hari maka diberikan 6 U setiap kali makan
Dosis koreksi:
(glukosa darah aktual glukosa darah sasaran) : faktor koreksi
Faktor koreksi = 1500 : 38 = - 40 mg/dl (formula ini menggunakan insulin
reguler) faktor koreksi untuk insulin analog= 1700 : 38 = -40 mg/d
Komplikasi terapi insulin
1. Hipoglikemia
2. Peningkatan berat badan
3. Edema insulin
4. Reaksi lokal terhadap suntikan insulin
5. Alergi
Cara pemberian OHO
Sulfonilurea generasi I dan II : 10 30 menit sebelum makan
Glimepiride : sebelum/ sesaat sebelum makan
Repaglinide, nateglinide : sebelum makan
Metformin : sebelum/ sesudah makan karbohidrat (sesuai toleransi) Penghambat glukosidase (Acarbose) : bersama suapan pertama
Glitazone : tidak bergantung pada jadual makan
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara berahap sesuai respon
kadar glukosa darah bisa sampai dosis mendekati maksimal atau maksimal.
Hindari penggunaan OHO kerja panjang pada usia lanjut dengan DM.
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan :
oPemicu sekresi insulin (insuline secretagogue) : sulfonilurea dan glinid.
oPenambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiaolidindon.
oPenghambat glukoneogenesis : metformin
oPenghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase .
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 28
8/4/2019 Presus DM Eliza
29/37
Terapi kombinasi
Tujuan terapi kombinasi:
o Menurunkan produksi glukosa dari hati
o Meningkatkan sekresi insulin
o Meningkatkan kerja insulin dengan menurunkan resistensi insulin
Jenis terapi kombinasi:
o Kombinasi mulai 2 sampai 4 macam OHO
o Jenis OHO ditambahkan secara bertahap sesuai respon
o TKOI = Terapi Kombinasi OHO + Insulin
o Insulin sensitizer (glitazon) dapat dikombinasikan dengan semua jenis
SOHO tapi tidak dengan insulin karena dapat menyebabkan edema.
PENYULIT DM
I. Penyulit akut
1. Ketoasidosis diabetik
2. Hiperosmoral nonketotik
3. Hipoglikemia
II. Penyulit menahun
1. Makroangiopati :
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati :
Retinopati diabetikNefropati diabetik
3. Neuropati diabetik
4. Ulkus diabetikum
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 29
8/4/2019 Presus DM Eliza
30/37
ULKUS DIABETIKUM
Definisi :
Kelainan tungkai kaki bawah akibat DM yang tidak terkendali. 7
Etiologi :
Gangguan Pembuluh Darah
Gangguan Persyarafan
Infeksi
Hiperglikemia yang tidak terkontrol akan berakibat :
- Pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang
- Leukosit DM tidak normal
- Fungsi fagositosis dan Bakterisid intrasel menurun
- Kekakuan arteri
Adanya peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga terjadi gangguan
mikrosirkulasi Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan :
- Berkurangnya aliran darah
- Berkurangnya hantaran oksigen pada serabut saraf
- Degenerasi dari serabut saraf
Keadaan ini dapat mengakibatkan neuropati.
Kaki diabetik dengan neuropati akan mengalami
- Gangguan sensorik
- Gangguan motorik
- Gangguan otonom
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 30
8/4/2019 Presus DM Eliza
31/37
Klasifikasi kaki diabetic menurut EDMONDS 2004-2005Stage 1 : normal foot
Stage 2 : hight risk foot
Stage 3 : ulserated foot
Stage 4 : infected foot
Stage 5 : necrotic foot
Stage 6 : unsalvable foot
Untuk stage 1 dan stage 2 peran pencegahan primer sangat penting.
Untuk stage 3 dan stage 4 memerlukan pelayanan spesialistik
Untuk stage 5 dan 6 merupakan kasus rawat inap
Upaya pencegahan primer
1. penyuluhan kesehatan DM, komplikasi dan kesehatan kaki
2. status gizi yang baik dan pengendalian DM
3. pemeriksaan berkala DM dankomplikasinya.
4. pemeriksaan kaki penderita
5. pencegahan perlindungan terhadap trouma luar
6. hygiene personal termasuk kaki
7. menghilangkan factor biomekanis yang mungkin menyebabkan
ulkus
Klasifikasi Kaki Diabetik
Dalam mengklasifikasikan kaki pada penderita DM tentukan dulu kalainan apa
yang lebih dominan :
1. gangguan pembuluh darah
2. gangguan persyarafan
3. infeksi
gejala-gejala akibat gangguan pembuluh darah :
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 31
8/4/2019 Presus DM Eliza
32/37
- sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan dan melakukan kegiatan
fisik
- jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat
- rasa nyeri pada kaki pada waktu istirahat dan malam hari
gejala-gejala akibat gangguan neuropati :
- perasaan baal
- kelemahan sistem otot
- deformitas kaki
- sulit mengatur keseimbangan tubuh
- bergesernya sendi pada sendi kaki depan
menurut Wargner, kaki DM dibagi 6 yaitu :
1. kulit utuh tapi ada kelainan benda kaki akibat neuropati
2. Derajat I : terhadap ulkus superfical, terbatas pada kulit
3. Derajat II : ulkus dalam, menembus tendon/tulang
4. Derajat III : ulkus dengan atau tanpa osteomielitis
5. Derajat IV : gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan/tanpa selulitis.
6. Derajat V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Klasifikasi kaki diabeticum akibat dari kelainan pembuluh darah perifer yaitu :
Stage 1 : Oklusi pembuluh darah tanpa gejala klinis.
Stage 2 : Klaudikasio intermiten.
Stage 3 : Kaki iskemik dengan nyeri saat istirahat
Stage 4 : Ulkus / gangren
Penatalaksanaan ulkus / gangren diabetic1
Metabolic control
Memperbaiki keadaan umum pasien
Menurunkan kadar gula darah seoptimal mungkin
Memperbaiki status nutrisi
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 32
8/4/2019 Presus DM Eliza
33/37
Memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka;
kadar albumin, Hb serta derajat oksigenisasi jaringan
Vaskular control
Modifikasi faktor resiko
Hentikan merokok
Memperbaiki bebagai faktor resiko terkait arterioskeloris :
Hiperglikemi
Hipertensi
Dislipidemia
Terapi farmakologis (aspirin)
Revaskularisasi (tehnik bedah vascular)
Wound control
Perawatan luka, evaluasi luka, klasifikasi ulkus pedia setelah debridemant yang
adekuat
Microbiological control
Dilakukan test kultur pus dan dilihat kuman jenis apa lakukan test sensivitas untuk
mendapatkan sensivitas terhadap antibiotik apa.
Pressure control
- Pencegahan/perlindungan terhadap sepatu khusus
- Higiene personal termasuk kaki
- Menghilangkan faktor biomekanis yang mungkin menyebabkan ulkus.
Education control
- Penting karena perjalanan penyakit DM lama dan dibutuhkan pengetahuan cukup
guna mengindari terjadinya komplikasi yang merugikan pasien.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 33
8/4/2019 Presus DM Eliza
34/37
PERENCANAAN MAKAN
- Dengan komposisi seimbang antara KH, protein, dan lemak.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kesegaran jasmani untuk mencapai berat badan ideal.
- Jumlah kalori dihitung seimbang berdasarkan BB idaman x
kebutuhan basal + kebutuhan kalori untuk aktivitas.
Dengan catatan :
- Status Gizi = BB aktual x 100% / TB (cm) 100
- BB idaman = (TB 100) 10%
- Kebutuhan basal 30 kkal/kgBB untuk laki-laki dan 25 kkal/kgBB untuk wanita
- Kebutuhan kalori sesuai aktivitas / kalori yang dikeluarkan dalam
kegiatannya : ringan 30 %, sedang 20 % dan berat 10 %
- Jumlah kandungan kolesterol 300 mg/hari, jumlah kandungan serat +/- 25
g/hari diutamakan serat yang larut. Konsumsi garam dibatasi bila hipertensi serta
pemanis dapat digunakan secukupnya.
LATIHAN JASMANI
Dianjurkan latihan jasmani 3-4 kali tiap minggu selama 30menit (kurang
lebihnya) yang bersifat CRIPE
Continous :
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti.
Contoh jogging 30 menit tanpa istirahat.
Rytmical :
Latihan olahraga harus dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi
dan berelaksasi secara teratur.
Interval :
Latihan olahraga selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh :
jalan cepat diselangi jalan lambat
Progressive :
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 34
8/4/2019 Presus DM Eliza
35/37
Latihan secara bertahan sesuai dengan kemampuan dari intensitas ringan
hingga mencapai 30-60 menit. Sasaran Heart rate 75-85% dari Maksimum Heart
Rate dimana Maksimum heart rate = 220-umur (dalam tahun).
Endurance :
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi
seperti jalan santai/cepat sesuai umur, jogging, berenang dan bersepeda.
Yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani adalah jangan sampai memulai
olahraga sebelum makan, harus menggunakan sepatu yang pas, didampingi
oleh orang yang tahu bagaimana mengatasi.
PEMBAHASAN KHUSUS
Daftar masalah pada pasien ini yaitu, DM tipe 2 hiperglikemia uncontrolled
ditegakkan dari anamnesis terdapat keluhan khas DM berupa poliuria, polidipsia,
polifagia. Terdapat juga keluhan tidak khas DM berupa kesemutan, cepat lelah. Minum
obat DM tidak teratur dan tidak pernah olahraga. Hasil laboratorium menunjukkan
hiperglikemia pada kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa 2 jam post prandial.
Daftar masalah gangren multiple diabetiku calcaneus dan dorsum pedis sinistra
ditegakkan dari anamnesis terdapat luka 3 bulan SMRS, terasa sangat nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan gangren multiple dengan status lokalis regio calcaneus dan
dorsum pedis sinistra. Ulkus kaki terinfeksi bisa saja melibatkan banyak mikro
organisme, a.l : stapilokokus, streptokokus, batang gram negatif dan kuman anaerob.
Oleh karena itu untuk mengetahui mikroorganisme yang ada pada luka tersebut perlu
dilakukan kultur pus untuk mengetahui mikroorganisme yang ada pada luka tersebut.
Terjadinya masalah kaki diabetes diawali adanya hiperglikemi pada penyandang DM
yang dapat menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pembuluh darah. Neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomi akan mengakibatkan perubahan pada kulit dan
otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak
kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran
darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 35
8/4/2019 Presus DM Eliza
36/37
Daftar masalah hipertensi grade I didapatkan dari hasil pemeriksaan tanda vital
tekanan darah mencapai 150/70, hipertensi juga merupakan salah satu komplikasi kronis
dari DM. Hipertensi sendiri dapat menimbulkan komplikasi pada organ target seperti
jantung : hipertropi ventrikel kiri, angina, infark miokard. Otak seperti stroke, juga
penyakit ginjal kronik dan retinopati.
Daftar masalah retinopati diabetikum didapatkan dari anamnesis penglihatan
pasien kabur. Neuropati diabetikum didapatkan dari anamnesis kesemuan pada kedua
ujung jari tangan pasien. Arteri peripheral disease, pada pemeriksaan fisik didapatkan
pulsasi arteri dorsalis pedis sinistra tidak teraba. Hiperkolesterolemia, didapatkan dari
anamnesis pasien senang makanan yang berlemak, makan tidak terkontrol, riwayat
serangan stroke 8 bulan yang lalu, kemungkinan ada aterosklerosis, pada hasil
pemeriksaan laboraturium didapatkan hiperkolesterolemia.
Multiple Gangren pada DM tipe II tidak terkontrol 36
8/4/2019 Presus DM Eliza
37/37
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arif, dkk. Kapita selekta kedokteran, edisi III, buku I, Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2001
2. Subekti Imam, dkk. Penatalaksanaan kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam,
Pusat penerbitan bagian ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta : 2000
3. Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, Jilid III, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 2006
4. Sylvia A. Price, Loraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, edisi IV, buku II, alih bahasa dr. Peter Anugrah, Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta, 1995
5. Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia
2006, Perkumpulan endokrinologi : 2006
6. Penatalaksanaan Diabetes Melitus terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta : 2003
7. Rully Roesli,Endang Susalit,Jusman Djafar. Nefropati Diabetik. Dalam : Slamet
Suyono,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II,Edisi 3, Jakarta, BP
FKUI,2001 p.356-363
8. Petunjuk praktis terapi insulin pada pasien diabetes melitus, perkumpulan
d k i l i i d i 2007