22
 1 BAB I ILUSTRASI KASUS 1) IDENTITAS Identitas pasien  Nama : an. A TTL/umur : 25 maret 2014 / 16 bulan Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. andaria II !l"k #$ N% 1& 'ukatani& Ta p"s. (ep"k. Jakarta !arat. Tan))al masuk : 21/06/15 *ukul : 02.0+ ,I! Identitas "ran) tua  Nama aa : Tn. ( sia : +2 taun *e ndidika n t erak ir : '1 *ekeraan : irasasta A)ama : islam Identitas Ibu : N . A sia : 25 taun *e ndidika n t erak ir : (+ *ekeraan : irasasta A)ama : islam  2) DAT A DASAR  ANAMNESIS Ana mne sis dilakukan seara all "ana mne sa ter ad ap ibu pas ien pad a tan ))a l 22.06.15 pukul 03.45 ,I! di ban)sal pediatri :

Presus Anak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Broncopneumonia

Citation preview

19

BAB I

ILUSTRASI KASUS

1) IDENTITAS

Identitas pasien

Nama

: an. A

TTL/umur

: 25 maret 2014 / 16 bulan

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat: Jl. Gandaria II Blok F9 NO 1, Sukatani, Tapos. Depok. Jakarta Barat.

Tanggal masuk: 21/06/15

Pukul

: 02.03 WIB

Identitas orang tua

Nama ayah

: Tn. D

Usia

: 32 tahun

Pendidikan terakhir: S1

Pekerjaan

: wiraswasta

Agama

: islam

Identitas Ibu

: Ny. A

Usia

: 25 tahun

Pendidikan terakhir: D3

Pekerjaan

: wiraswasta

Agama

: islam

2) DATA DASAR

ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa terhadap ibu pasien pada tanggal 22.06.15 pukul 08.45 WIB di bangsal pediatric :

Keluhan Utama

: Kejang dengan demam 2 Hari SMRSKeluhan tambahan

: Demam, batuk dan pilekRiwayat Penyakit Sekarang:

2 hari SMRS pasien mengalami panas dan batuk pilek, pasien oleh ibunya segera diberikan parasetamol syrup dan panasnya mereda. 1 hari SMRS pasien panas lagi dan tidak kunjung turun, 6 jam setelah demam pasien mengalami kejang pada seluruh tubuh selama kurang lebih 3-5 menit. Setelah itu pasien dibawa ke dokter klinik di dekat rumah. Dokter memberikan obat parasetamol syrup dan obat puyer. Setelah dilakukan pengobatan panas turun sebentar namun naik lagi. 5 jam setelah kejang pertama pasien mengalami kejang kembali pada seluruh tubuh selama kurang lebih 2-3 menit. Saat kejang dan kedua mulut pasien mengatup rapat, mata mendelik ke atas, kejang di seluruh tubuh. Sebelum kejang pasien sadar dan tidak ada kelumpuhan, selama kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar, langsung menangis dan tidak ada kelumpuhan. Pada saat kejang pasien sedang demam tinggi namun tidak diukur suhunya.

Pada saat demam tidak disertai keluar cairan dari telinga dan sebelumnya juga tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga juga tidak terdapat ruam-ruam pada kulit. Pasien tidak memiliki riwayat perdarahan seperti bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah dan buang air besar berdarah. Tidak ada keluhan perut kembung dan muntah. Ibu pasien mengatakan, pasien buang air besar lancar, biasanya satu kali sehari, tinja padat-lunak, berwarna kuning dan tidak ada darah. Buang air kecil juga lancar, warna jernih, tidak menangis saat buang air kecil. Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien masih batuk dan pilek.

Setelah kejang yang kedua pasien dibawa oleh orangtuanya ke UGD dan diberikan pengobatan berupa cairan infus dan parasetamol yang dimasukan lewat anus dan masuk ke bangsal anak pukul 00:05:49 WIB.

Penyakit sebelumnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang :

Pasien pernah mengalami kejang saat demam 1 kali pada 5 bulan yang lalu dan 1 kali lagi pada 1 bulan yang lalu.

Riwayat trauma kepala disangkal.

Riwayat penyakit dalam keluarga/sekitarnya yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang :

Ayah pasien mengaku waktu kecil sering kejang saat demam.

Tidak ada riwayat epilepsi di keluarga.

Riwayat Kehamilan : Pasien merupakan anak ke-1 dari ibu P1A0 dengan usia kehamilan 37 minggu, melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan satu kali sebulan sampai usia kehamilan 6 bulan, setelah memasuki kehamilan 7 bulan pemeriksaan dilakukan dua kali. Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit selama kehamilan, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan. Riwayat abortus dan lahir mati tidak ada. Riwayat Kelahiran :

Pasien merupakan anak kandung

Lahir spontan di Rumah Bersalin dengan bidan sebagai penolong

Berat badan lahir 2,7 kg dengan pajang badan 48 cm

Lahir cukup bulan dan langsung menangis

Tidak ada kelainan bawaanRiwayat perkembangan :

Pertumbuhan gigi I: 9 bulan Duduk

: 9 bulan Berjalan

: 14 bulan Bicara

: 9 bulan Membaca dan menulis belum bisa

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan usiannya.Riwayat imunisasi :

MacamDasarUlangan

IIIIIIIV

BCG1 bulan

Hepatitis B1 bulan2 bulan6 bulan

DPT2 bulan4 bulan6 bulan

Polio1 bulan2 bulan4 bulan6 bulan

Campak9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar telah lengkap dilaksanakan.Riwayat makanan :

Umur (bulan)ASI/PASIBuah/BiskuitBubur susuNasi timMakanan keluarga/makanan yang di cincang kasar

0-2ASI----

2-4ASI----

4-6ASIPisang/ Biskuit --

6-8ASIPisang/ Biskuit --

8-10ASI/Susu FormulaPisang, alpukat/ Biskuit -

10-12ASI/Susu FormulaPisang, alpukat/ Biskuit --

12-16ASI/Susu formula-Terkadang

0-2ASI kurang lebih 1 jam 2 x

2-4ASI: 1 jam 2-3 x

4-6ASI + pisang + bubur susuKurang lebih 2-3 sendok(lumat/halus)

6-8ASI +pisang/biskuit 2x+ bubur susu 2xKurang lebih setengah gelas aqua kecil setiap kali makan ( terkadang biskuit dipegang sendiri)

8-10ASI/Susu Formula @ kurang lebih 200ml 3x+ pisang / biskuit / alpukat 1 x +bubur tim 1x + bubur susu 1xKurang lebih 1 gelas aqua kecil ( makanan lembek )

10-12ASI/Susu Formula @ kurang lebih 200 ml 3x+ pisang/alpukat/biskuit 2x + bubur tim 2-3 xTakaran makanan sekali makan kurang lebih 1 gelas aqua kecil

12-16ASI/Susu formula+ pisang/alpukat/apel/melon 2x + makanan keluarga 3XTakaran makan tetap sama, kurang lebih 1 gelas aqua kecil

Jenis MakananFrekuensi

NasiSetiap hari, 3x sehari, @ 1 centong nasi tidak penuh

SayurSetiap hari, 2x sehari @1 mangkok kecil

Daging2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong kecil

Telur3 x seminggu, 2x/hari @ 1/2 butir telur

Ikan2 x seminggu, 2x/hari @ 1 potong kecil

TahuHampir setiap hari 1 potong kecil

TempeHampir setiap hari 1 potong kecil

SusuBebelac 6 botol/hari @ 100 ml

Buah-buahan1 hari 1-2 kali (alpukat, melon, apel dan pisang)

Kesan : kualitas makanan cukup dan kuantitas makanan cukup

Riwayat keluarga : keadaan anak

G0P1A0NoTanggal Lahir (umur)KelaminHidupLahir matiAbortusMatiKeterangan kesehatan

109/09/09 (16 bulan)Laki-laki(---Pasien

Anggota keluarga lain yang serumah :

Nenek pasienMasalah dalam keluarga :

Ayah pasien perokok aktif, merokok sejak umur 20 tahun dan satu hari menghabiskan 1 bungkus rokok. Kontak TB (-)

Status tempat tinggal :

Rumah orangtuaData orang tuaAyahIbu

Umur sekarang32 th25 th

Perkawinan keII

Umur saat menikah32 th25 th

Pendidikan terakhirS1D3

AgamaIslamIslam

Suku bangsaJawaJawa

Keadaan kesehatanBaikBaik

Penyakit bila adaTidak adaTidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 22/06/15pukul 02.03 WIB

Keadaan umum: tampak sakit sedang

Kesadaran

: composmentisTanda-tanda vital

Nadi

: 84 x/menit reguler, kuat, isi cukupSuhu

: 37,7 0C (axilla)

Pernafasan

: 46 x/menit, abdomino-thorakal, teratur, kedalaman normal

Panjang badan: 80 cm Berat badan

: 11 kg

BB ideal

: 10,5 kgLLA

: 15 cm

LK

: 46,5 cmStatus Lokalis

Kepala

Bentuk kepala

: normocephal (lingkar kepala 47 cm)

Rambut: rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabutUbun-ubun: ubun-ubun besar sudah menutupMuka: raut muka normalMata

: Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterikTelinga

: Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada

Hidung

: bentuk normal, ada sekret berwarna jernih di kedua lubang hidungMulut

: bibir lembab, faring hiperemis, tidak ada stomatitis, tonsil T1-T1 tenang

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar getah beningThorax

: normochest

Paru-paru

Inspeksi

: pergerakan simetris saat statis dan dinamis, retraksi tidak ada

Palpasi

: fremitus vokal dan taktil simetris kanan-kiri

Perkusi

: sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: suara napas bronkovesikuler pada seluruh lapang paru(inspirasi dan ekspirasi sama panjang), tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing, slem(+/+)Jantung

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis pada ICS V midclavicula sinistraPerkusi

: batas jantung kiri di ics iv midclavicula sinistra, batas jantung kanan di mid sternal ics iv, batas atas jantung kanan di ics III midclavicula sinistra. Auskultasi

: BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen

Inspeksi

: simetris, cembung, tdak ada kelainan di kulitAuskultasi

: Bising usus (+) normal

Palpasi

: Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati dan limpa, turgor kulit cukupPerkusi

: Timpani di seluruh abdomenEkstremitas ATASBAWAH

Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral hangatHangathangatHangat

Kekuatan normalNormalnormalNormal

Edema----

Perfusi baikBaikbaikBaik

Refleks fisiologis :

1. Bisep

2. Trisep

3. Patella

4. Achilles + (normal)+ (normal)

+ (normal)+ (normal)

+ (normal)+ (normal)+ (normal)+ (normal)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium tanggal 22/06/15Jenis pemeriksaanHasilNilai Rujukan

Hematologi

Hb

Ht

Eritosit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC10,7334.716.000*343.000

71

233213 - 18 g/dl

40 52 %

4,3 - 6,0 jt/uL

4800 - 10800/L

150000 - 400000/L

80 96 fl

27 32 pg

32 36 g/dL

Kesan hasil laboratorium : Leukositosis

Trakea intak ditengah

Cor: CTR 38,50C) Makan Lunak 1250 kcal7) PROGNOSIS

Quad ad vitam

: ad bonam

Quad ad functionam: ad bonam

Quad ad sanationam: dubia ad bonam8) FOLLOW UP22/06/1523/06/1524/06/15

Spasien masih demam, batuk pilek masih ada, pasien tidak mengalami kejang lagi, tidak ada mual dan muntah, makan dan minum pasien sedikit.Stidak ada kejang, demam masih ada, terdapat batuk dan pilek namun sudah berkurang, makan dan minum masih sedikitSsejak semalam pasien tidak demam, pagi hari jam 04.30 WIB pasien demam namun tak lama turun lagi. Batuk dan pilek masih ada namun berkurang. Dari semalam belum BAB, BAK (+) normal, minum banyak, makan kurang bernafsu, tidak ada mual dan muntah.

OKu/ Kes : tampak sakit sedang, composmentis

TTV : HR : 80x/menit, RR : 34x/menit, Suhu : 38,40C

Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar sudah menutup

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna jernihMulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis, T1-T1 tenang Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak adaLeher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema, perfusi baik

Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal

Refleks triseps (+/+) normal

Refleks patella (+/+) normal

Refleks achilles (+/+) normal

Refleks Patalogis

Refleks Babinski (-)

Refleks Oppenheim (-)

OKu/ Kes : tampak sakit sedang, composmentis

TTV : N : 80 x/menit, RR : 35 x/menit, Suhu : 37,5 0CKepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar sudah menutup

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna jernih

Mulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis (-), T1-T1 tenang

Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema, perfusi baik

Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal

Refleks triseps (+/+) normal

Refleks patella (+/+) normal

Refleks achilles (+/+) normal

Refleks Patalogis

Refleks Babinski (-)

Refleks Oppenheim (-)OKu/ Kes : tampak sakit sedang, composmentis

TTV : N : 120 x/menit, RR : 28 x/menit, Suhu : 37,9 0C

Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterikHidung : bentuk normal, ada sekret berwarna jernih berkurang

Telinga : Bentuk daun telinga normal, liang telinga lapang, sekret tidak ada, nyeri tekan tidak ada

Mulut : tidak ada sianosis, mukosa basah, faring hiperemis (-), T1-T1 tenang

Leher : KGB tidak teraba membesar

Thorax : Cor : BJ I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Paru : SN vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing

Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : Akral hangat, kekuatan normal, tidak ada edema, perfusi baik

Reflek Fisiologis: Refleks biseps (+/+) normal

Refleks triseps (+/+) normal

Refleks patella (+/+) normal

Refleks achilles (+/+) normal

Refleks Patalogis

Refleks Babinski (-)

Refleks Oppenheim (-)

Akejang demam kompleks

ISPAAkejang demam kompleks

ISPAAriwayat kejang demam kompleks

ISPA teratasi

P IVFD D5 saline 1100 cc/24 jam

Injeksi cefotaxim 3x250 mg IV Mucopect 1/6 tab + cetirizin 1 mg : 2x1 pulv Sanmol 4x1 cth Diazepam 3x1 mg pulv Makan Lunak 1250 kcal Ekstra nebulizer : NaCl 0,9%P IVFD D5 saline 1100 cc/24 jam

Injeksi cefotaxim 3x250 mg IV Mucopect 1/6 tab + cetirizin 1 mg : 2x1 pulv Sanmol 4x1 cth Diazepam 3x1 mg pulv Makan Lunak 1250 kcalP Aff infus

Injeksi cefotaxime stop, ganti dengan cefalexime 3x125 mg p.o

Pulv batuk dilanjutkan

Sanmol 4x1 cth (k/p)

Diazepam 3x1 mg

pulv p.o

Diet MB 3x/hari

Bila sampai siang

demam (-) :

boleh pulang siang

BAB IIANALISA KASUS1. Anamnesis :

Dari anamnesis didapatkan pada saat kejang pasien sedang demam tinggi dan tidak ada penurunan kesadaran baik sebelum maupun sesudah kejang, hal itu menunjukkan demam pada saat kejang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Hal-hal tersebut mendukung ditegakkannya diagnosis kejang demam sesuai dengan Konsensus penatalaksanaan kejang demam IDAI.

Selain itu usia pasien juga memperkuat kejang demam karena menurut kepustakaan mengatakan biasanya kejang demam terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan puncaknya pada usia 14 18 bulan. Pasien mengalami kejang berulang sebanyak 2 kali, selama 3-5 menit dalam 24 jam, kejang berhenti sendiri, kejang bersifat umum. Hal tersebut diatas mendukung ditegakkannya diagnosis kejang demam kompleks karena sesuai dengan klasifikasi kejang demam kompleks menurut Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI.

Pada anamnesis juga didapatkan pasien menderita batuk dan pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan secret yang keluar jernih sehingga ditegakkan juga diagnosis Infeksi Saluran Napas Akut bagian atas. Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang diderita oleh pasien ini sebagai proses ektrakranial yang bisa memicu terjadinya kejang demam pada pasien ini.

Pada saat demam tidak disertai keluar cairan dari telinga dan sebelumnya juga tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga melemahkan diagnosis Otitis Media Akut.

Tidak terdapat ruam-ruam pada kulit, tidak memiliki riwayat perdarahan seperti bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah dan buang air besar berdarah. Hal itu melemahkan diagnosis demam dengue dan demam berdarah dengue. Tidak adanya riwayat trauma pada kepala dan riwayat epilepsy di keluarga melemahkan diagnosis epilepsi.2. Pemeriksaan fisik :

Suhu tubuh pasien pada saat diperiksa 37,7oC, hal tersebut menunjukan bahwa suhu tubuh pasien berada diatas normal ( N axila= 34,7 37,30C).

Nadi 84 x/menit reguler, kuat, isi cukup masih dalam batas normal (80-150x/menit) Pada pemeriksaan hidung ditemukan sekret berwarna jernih dan pada pemeriksaan mulut didapatkan faring hiperemis. Hal-hal tersebut mendukung ditegakkannya diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang menjadi penyebab terjadinya kejang demam pada pasien ini.

Tidak ada secret pada liang telinga melemahkan diagnosis otitis media akut.

Tidak ada pembesaran hati melemahkan salah satu kriteria diagnosis DBD.

Pada pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya peningkatan refleks fisiologis, tidak ditemukan adanya refleks patologis. Hal ini membuktikan adanya proses ekstrakranial yang memicu kejang demam dan tidak didapatkannya deficit neurologis setelah demam. Hal tersebut juga melemahkan diagnosis epilepsi.

Tidak adanya bunyi wheezing, hal ini menyingkirkan diagnosis bronkiolitis

Tidak adanya defisit neurologis setelah demam menunjukan bahwa prognosis pada pasien baik.

3. Pemeriksaan penunjang :

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium darah didapatkan leukosit meningkat yang menunjukkan kemungkinan besar adanya proses infeksi oleh bakteri.

Hematokrit tidak meningkat dan trombosit dalam batas normal melemahkan kriteria laboratorium diagnosis DBD.

Untuk pemeriksaan lumbal pungsi dan pecitraan kurang dibutuhkan pada pasien ini, Karena indikasi pungsi lumbal adalah menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Bila pasti bukan meningitis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) pada pasien ini tidak perlu dilakukan karena sesuai dengan kepustakaan, EEG dilakukan pada pasien dengan kejang demam yang tidak khas misalnya : kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

Sedangkan pencitraan dilakukan hanya atas indikasi seperti adanya kelainan neurologik fokal yang menetap, paresis nervus VI dan papiledema.

Untuk tatalaksana ISPA seharusnya dilakukan kultur terlebih dahulu untuk memberikan antibiotik sebagai tatalaksananya4. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan :

A. IVFD Dextrose 5% - Saline 1100 cc/ 24 jam. Normal salin (saline 0,9%) mempunyai osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum, sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Jika konsentrasi ion Na+ lebih rendah daripada serum maka cairan akan bersifat hipotonik yang menyebabkan cairan keluar dari dalam pembuluh darah ke jaringan sekitarnya. Terapi cairan hipotonik yang cepat dapat menyebabkan terjadinya efek merusak seperti hemolisis. Penambahan dekstrosa 5% akan menyebabkan cairan infus mempunyai osmolaritas yang sama atau lebih tinggi dari plasma, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.9 Pada pasien ini pemberian infus sangat dianjurkan karena untuk mencegah terjadinya hiperpireksia yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan yang berlebihan. Penambahan dekstrosa 5% ini juga merupakan sumber kalori, dimana 5% dextrose berarti mengandung 200 kalori. Penentuan kebutuhan cairan menurut Holiday-Segar : Sampai 10 kg( 100 ml/ kgBB

11- 20 kg

( 1000 ml + 50 ml/kgBB

> 20 kg

( 1500 ml + 20 ml/kgBB

Maka kebutuhan cairan pada pasien ini (BB 11 kg) adalah :

1000 ml + (1 x 50)ml = 1050 ml/24 jamPasien mendapat terapi cairan sebanyak 1100 cc melalui infus, hal ini kurang lebih sesuai dengan penghitungan rumus kebutuhan cairan Holiday Segar.A. Diet makanan lunak 1250 kcal.

Dengan perhitungan kalori menggunakan RDA Calorie :

Usia : 16 bulan (1 tahun 4 bulan), kebutuhan menurut RDA Calorie adalah 100 kcal.

BB sekarang : 11 kg

Kebutuhan kalori : 11 x 100 = 1100 kcal

Pada pasien ini terdapat kenaikan suhu 1oC ( kenaikan 1oC ~ kenaikan 13 % kebutuhan kalori) = 1 x 13 %x 1100 kcal = 143 kcal

Total kebutuhan kalori = 1100 kcal + 143 kcal = 1243 kcal ~ 1250 kcal.

Jumlah tersebut sesuai dengan yang diberikan terhadap pasien.B. Injeksi Cefotaxime 3x250 mg IV. Obat ini merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga. Obat ini sangat aktif terhadap berbagai kuman Gram-positif maupun Gram-negatif aerobik. Obat ini juga efektif untuk pengobatan meningitis oleh bakteri Gram-negatif.10 Pemberian antibiotik ini saya setuju jika melihat hasil laboratorium yang lebih mengarah ke infeksi bakteri. Namun hal tersebut masih belum pasti sehingga kemungkinan infeksi akibat bakteri juga masih besar namun belum diketahui apakah bakteri Gram-positif atau Gram-negatif sehingga pemberian Cefotaxim sesuai karena spektrumnya luas. Dosis Cefotaxim pada anak adalah 50-200 mg/kgBB/hari IV dalam 4-6 dosis.

50 mg x 11 kg = 550 mg

200 mg x 11 kg = 2200 mg

Dosis yang bisa diberikan pada pasien ini adalah 550 mg 2200 mg per hari. Pemberian 3 x 250 mg IV perhari sudah sesuai dan berada pada rentang dosis yang tepat.

Pada hari ketiga cefotaxim IV diganti dengan cefalexin 3x125mg p.o., sefaleksin merupakan antibiotic golongan sefalosporin generasi pertama. Dosis cefalexin adalah 25-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.1025 mg x 11 kg = 275 mg/hari

50 mg x 11 kg = 550 mg/hari

Dosis yang diberikan pada pasien ini adalah 275mg 550 mg perhari. Jika 3x125 mg = 375 mg perhari, maka dosis yang diberikan sudah tepat karena berada pada rentang dosis yang sesuai. C. Sanmol (Paracetamol) 4x1cth. Sanmol syrup mengandung 120mg/5ml parasetamol. 1 cth (sendok teh) = 5 ml. Parasetamol mempunyai efek sebagai analgesik dan antipiretik.10 Pemberian antipiretik pada pasien ini sangat dibutuhkan karena jika tidak diberikan antipiretik di khawatirkan akan terjadi kejang kembali. Dosis diberikan pada pasien ini berdasarkan konsensus penatalaksanaan kejang demam tahun 2006 IDAI dosisnya 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari. 10 mg x 11 kg = 110 mg

15 mg x 11 kg = 165 mg

Dosis yang dapat diberikan pada pasien ini antara 110 mg 165 mg. Dosis 1 cth diberikan 4 kali sehari sudah tepat.D. Mucopect 1/6 tablet + cetirizine 1 mg = 2x1 pulv. Mucopect merupakan nama dagang dari Ambroksol sedangkan cetirizine. Ambroksol merupakan mukolitik yaitu obat yang dapat mengencerkan sekret saluran nafas dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.11 Pemberian ambroksol ini sesuai mengingat pasien mengalami ISPA dengan sekret hidung positif. Dosis ambroksol untuk anak adalah 1,2 1,6 mg/kgBB/hari.1,2 x 11 kg = 13,2 mg

1,6 x 11 kg = 17,6 mg

Dosis yang dapat diberikan pada pasien ini antara 13,2 mg 17,6 mg per hari. Sediaan tablet yang ada adalah 30 mg. Jika diberikan 1/6 tablet maka dosis yang diberikan adalah 1/6 x 30 = 5mg/kali diberikan 2x/hari = 10 mg perhari, hal ini menurut saya dirasa kurang jika melihat rentang dosis yang dapa diberikan.

Cetirizine merupakan antihistamin 1 generasi kedua.10 Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama. Pemberian obat ini juga sesuai pada pasien yang mengalami ISPA karena bisa mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh reaksi inflamasi. Dosis cetirizine untuk anak usia 1-2 tahun adalah 250 mikrogram/kgbb, 2 x sehari.7 250 mikrogram x 11 kg = 2750 mikrogram (2,75 mg).sediaan yang ada adalah tablet 10 mg. Jika diberikan 1 mg hal ini menurut saya dirasa kurang jika melihat dosis yang dibutuhkan sesuai umur dan berat badan pasien.

Pemberian secara pulv (puyer) dilakukan untuk memudahkan pemberian kepada pasien mengingat umur pasien yang baru 16 bulan belum bisa untuk meminum obat tablet. E. Pada hari pertama pasien diberikan nebulisasi NaCl 0,9%. Tujuan nebulisasi adalah untuk mengencerkan sekret/dahak di saluran nafas dan paru-paru dengan menggunakan uap hangat sehingga mudah dikeluarkan. Uap hangat dihasilkan dari cairan (NaCl 0,9%) yang telah diproses dalam nebulator. Bila perlu dapat ditambahkan dengan ventolin sebagai bronkodilator. Idealnya Nebulisasi dilakukan tiap 6 jam bila perlu sampai tiap 4 jam selama 10-15 menit. Hal ini sesuai untuk pasien mengingat ISPA yang dialami pasien dengan secret hidung yang positif.12F. Diazepam 3 x 1 mg pulv. Pada pasien ini diberikan diazepam sesuai dengan kepustakaan bahwa pemberian diazepam oral dianjurkan sebagai metode yang efektif dan aman untuk mengurangi resiko kejang demam berulang. Pada mulanya setiap sakit demam dengan dosis 0,3 mg/kgBB/8 jam diberikan selama sakit yang biasanya pemberian 2-3 hari, karena memiliki efek samping yang ringan dibandingkan antikonvulsan lain, tetapi pemberian diazepam ini harus diperhatikan karena apabila pemberian dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan efek samping sedasi, ataksia dan iritabel.0,3 mg x 11kg = 3,3 mg/ 8 jam.

Jika hanya diberikan 1 mg tiap 8 jam menurut saya kurang jika melihat dosis yang disesuaikan dengan umur dan berat badan pasien.

5. Kesimpulan analisis kasus

Berdasarkan hasil analisis, saya setuju dengan diagnosis kejang demam kompelks dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penatalaksanaan pada pasien ini juga sudah sesuai hanya saja pada beberapa obat ada yang dirasa dosisnya kurang.

Pemberian rumatan pada pasien ini dipertimbangkan karena kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. Obat pilihan pertama saat ini ialah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis; atau fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis; diberikan selama 1 tahun bebas kejang. Kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. 6. PrognosisBerdasarkan perjalanan penyakit dari pasien ini, prognosis dari pasien ini baik karena tidak ada penurunan kesadaran dan tidak ada defisit neurologis. Faktor risiko berulangnya kejang demam pada pasien ini tetap ada walaupun hanya 10-15%. Faktor risiko epilepsi pada pasien ini juga ada, meskipun hanya 4-6%.

7. Edukasi pada orang tuaa. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.b. Memberitahukan cara penanganan kejang.c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.d. Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat

Daftar pustaka

1. Lumbantobing S M. Kejang Demam (Febrile Convulsions). Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2004.

2. Pusponegoro, Hardiono D.,dkk.Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta:Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia,2006.3. Nelson, Behrman, Kliegman, et al. Kejang-Kejang pada Masa Anak dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak,Volume 3,edisi 15 ,Jakarta:EGC,2000.Hal 2059-2063.4. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Kejang Demam. Dalam Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:FKUI,2002. Hal :847-855.5. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2002

6. Rahajoe Nastiti N, Supriyatno Bambang, Setyanto Darmawan Budi. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008.7. Soedarmo Sumarmo S. Poorwo, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 20088. Soetomenggolo ,Buku Ajar Neurologi Anak.Jakarta:EGC.1999. Hal 245-2519. Farmakologi dan Terapi ed. 5. Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : Gaya Baru, 2007.

BB/U = 02

TB/U= -20

BB/TB= 01

LK= -10

LLA= 01

Kesan Status Gizi : Gizi baik