38
Pembimbing : dr. Juniati Victoria Pattiasina, SpM.

Presus Afakia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medis

Citation preview

  • 1. Visus

  • 2. Kedudukan bola mata

  • 3. Super silia

  • 4. Palpebra Superior dan inferior

  • 5. konjungtiva tarsalis superior & inferior

  • 6. Konjungtiva Bulbi

  • 7. Sistem lakrimalis 8. Sklera

  • 9. Kornea

  • 10. Bilik mata depan

  • 11. Iris

  • 12. Pupil

  • 13. Lensa 14. Badan Kaca

  • 15. Fundus Okuli

  • 16. Palpasi 15. Kampus Visi

  • ANALISA KASUS Diagnosis pada pasien ini adalah :OD : Afakia OS : Katarak Senilis Imatur Presbiopi

  • - Identitas Umur pasien 70 tahun, lebih mengarah ke katarak senilis yaitu kekeruhan lensa pada usia diatas 50 tahun

    - Anamnesis :Keluhan utama pada pasien dikategorikan dalam kelompok penyakit mata dengan penurunan visus perlahan tanpa mata merah. Pada kelompok penyakit ini kemungkinan penyakit yang terjadi adalah kelainan refraksi, katarak, glaukoma kelainan makula dan retina

  • Riwayat Perjalanan Penyakit Sekitar 7 bulan lalu Pasien mengatakan penglihatannya buram dan kabur seperti ada gambaran asap serta silau apabila melihat cahaya, pandangan sedikit lebih jelas pada malam hari dibanding siang hari, sesuai keluhan subjektif pada pasien katarak

  • Pasien menyangkal kalau ia menderita diabetes dan hipertensi , menyingkirkan diagnosis retinopati diabetika

    Pasien menyangkal suka melihat halo/pelangi di sekitar lampu dan menyangkal kalau pandanganmenjadi sempit , menyingkirkan dx glaukoma kronik

  • - Pemeriksaan fisik Pemeriksaan oftalmolgis :Tajam penglihatan mata kanan 1/60 , koreksi S + 10 0,4 Tajam penglihatan mata kiri 20/100 Pin Hole Maju, Koreksi S-2,25 0,3 Pin Hole TetapLensa OD : Afakia (+) Lensa OS : Keruh dan shadow test (+), menandakan katarak senilis imatur

  • PENATALAKSANAANOD : Medikamentosa : Cendo Xitrol 4 6 kali sehari,1 2 tetes Cendo Floxa 1 2 tetes setiap 4 6 jam Pemberian koreksi dengan penanaman Intra Ocular Lensa OS : Memakai kacamata Medikamentosa : Catarlent 5x/hari satu tetes, terus menerus

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Afakia adalah keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut menjadi hipermetropia tinggi

  • Penyebab AfakiaKongenital 2. Afakia paska operasi.3. Post Traumatik 4. Posterior dislokasi dari lensa ke vitreus akan menyebabkan optikal Afakia

  • Tanda AFAKIAIris Tremulans Bilik mata depan lebih dalam Pupil lebih hitam

  • Tata laksana AFAKIA Tidak diberi koreksi sama sekali Pemberian koreksi dengan lensa kontak Pemasangan lensa intraokular

  • TERIMA KASIH

    Jageer 6 itu paling besar,, klo jager 1 paling kecil *Hifema : Terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.

    Hipopion : pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpaadanyamikroorganismepatogen,sepertibakteri,jamurmaupunvirus,karena hipopion adalah reaksi inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu sendiri.

    Efek Tyndall : efek tyndall menunjukkan ada atau menetapnya peradangan dalam bola mata, Terdapat efek Tyndall menetap dengan beberapa sel menunjukkan telah terjadi perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah iris. Bila terjadi peningkatan efek Tyndall disertai dengan eksudasi sel menunjukkan adanya eksaserbasi peradangan. Padapemeriksaanbiomikroskop(slitlamp)halinitampaksebagaiflare,yaitupartikelpartikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall). Pemeriksaan dilakukan dengan lampu celah dalam ruangan gelap dengan celah1 mm dan tinggi celah 3 mm dengan sudut 45 . dapat dibedakan sel yang terdapatdalam bilik mata depan.Jenis sel : Limfosit dan sel plasma bulat, mengkilap putih keabuan. Makrofag lebihbesar, warna tergantung bahan yang difagositosis. Sel darah berwarna merah

    *Sinekia : iris menempel pada kornea (anterior) lensa (posterior)

    Koloboma : menggambarkan lubang yang terdapat pada strukturmata, sepertilensa mata,kelopak mata,iris,retina,koroid, ataudiskus optikus. Lubang ini telah ada sejak lahir dan dapat disebabkan adanya jarak antara dua struktur di mata. Strukturini gagal menutup sebelum bayi dilahirkan. Koloboma dapat terjadi pada satu atau kedua mata.*Pemeriksaan pupil terhadap cahaya langsung : Tutuplah mata yang tidak diperiksa, sedang yang diperiksa disinari cahayadan perhatikan reaksi pupil tersebut. Normal pupil akan mengecil

    Pemeriksaan pupil terhadap cahaya tak langsung : Sekarang perhatikan reaksi pupil pada mata yang tidak disinari , kalau mata yang sebelahnya disinari. Normal pada kedua pemeriksaan tersebut, pupil menjadi miosis *Shadow test : untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa Dasar : makin sedikit lensa keruh pada bagian posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris pada lensa Teknik : sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45 derajat dengan dataran iris. Dengan loupe dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh Nilai : Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan), ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disebut shadow test (+)Bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat pada katarak matur, shadow test (-)Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudopositif *Tensi okuli : Secara digital < dengan palpasi / perabaan pada bola mata. Pasien suruh melihat ke bawah tp tidak sampai menutup matanya. Lalu kita palpasi bagian kelopak matanya. Jari telunjuk yg satu menekan sedang jari telunjung tangan yang lainnya merasakan fluktuasinya. Jika fluktuasinya keras maka bs diartikan kalo TIO nya tinggi (normal TIO < 20 mmHg)

    **Biometer : pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur panjang sumbu bola mata, kelengkungan kornea dan kedalaman bilik mata depan, sehingga didapatkan ukuran lensa intra okular yang akan ditanam dalam bola mata

    Keratometri : Pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dansangat berharga namun mempunyai keterbatasan*Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah baik keadaan pre operasi maupun intra operasi serta diduga tidak akan mengalamai komplikasi lainya maka dapat mengikuti petunjuk pemeriksaan lanjutan (follow up sebagai berikut )Kunjungan pertama : dijadwalkan dalam kurun waktu 24 48 jam setelah operasi (untuk mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran luka yang menyebabkan bilik mata depan dangkal, hipotonus, peningkatan tekanan intraokular, edema kornea ataupun tanda tanda peradangan)Kunjungan kedua : dijadwalkan pada harike 4 7 setelah operasi jika tidak dijumpai maslaah pada kunjungan pertama, yaitu untuk mendeteksi dan mengatasi kemungkinan endoftalmitis yang paling sering terjaddi pada minggu pertama pasca operasi Kunjungan ketiga : dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan pasien dimana bertujuan untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi terbaik yang diharapakan Obata2an yang digunakan pasien pasca operasi bergantung dari keadaan mata serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tetatpi pengguna tetes mata kombinasi antibiotika dan steroid harus diberikan kepada pasien untuk digunakan setiap hari selama minimal 4 minggu pasca operasi

    Cendo Xitrol = deksametason, polimisin,neomisin Cendo floxa = *Aphakic spectacles Lensa sferis konveks dipakai untuk mengkoreksi afakia dengan kekuatan 10 dioptri untuk penglihatan jauh dan sekitar 13 dioptri untuk melihat dekat. Lensa dengan kekuatan tinggi ini menyebabkan masalah optik dan fisik terutama pada afakia unilateral. Masalah-masalah tersebut antara lain : Fisik, kacamata yang tebal menyebabkan ketidaknyamanan secara fisik Magnifikasi. Setiap satu dioptri lensa sferis konveks menyebabkan magnifikasi bayangab sebesar 3%. Oleh karena itu, lensa sferis konveks 10 dioptri yang digunakan untuk koreksi afakia akan menyebabkan magnifikasi bayangan hingga 30% yang akan menimbulkan diplopia. Roving Ring Scotoma, sudut alfa pada kacamata afakia lebih besar sehingga sinar jatuh pada lensa dan dibelokkan ke bagian sentral lensa dan tidak mencapai pupil, hal ini menyebabkan ada area pada lapang pandang yang tidak terlihat, dan oleh karena sudut lensa ada di sekeliling lensa, menghasilkan skotoma berbentuk cincin, dan tidak terfiksasi di satu tempat pada lapang pandang, bergerak sesuai dengan pergerakan mata (roving). Jack-in-the-box Phenomenon, adanya skotoma menyebabkan objek yang terlihat di perifer lapang pandang pasien terlihat kabur, sehingga pasien akan memalingkan wajahnya menuju ke objek tersebut, namun objek akan menghilang karena bayangan objek jatuh pada area skotoma. Hal ini akan menyebabkan pasien memalingkan pandangannya lebih dekat ke arah objek tersebut dan akan diperoleh bayangan objek yang jelas dan tajam.

    Contact lenses Lensa kontak mengurangi magnifikasi bayangan hingga 3-4%. Diindikasikan terutama pada pasien usia muda dan kasus-kasus dengan afakia unilateral dimana tidak terdapat fasilitas untuk implantasi IOL.*1Bila lensa sudah habis dikeluarkan pada ekstraksi lensa, atau massa lensa sudah habis diabsorpsi seperti pada disisi lensa atau ekstraksi lensa, atau ekstraksi linier maka keadaan ini disebut afakia*Kongenital Suatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir.2. Afakia paska operasi.Terjadi setelah operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction ), ECCE Extra Capsular Cataract Extraction )3. Post Traumatik. Diikuti oleh trauma tumpul atau tembus, yang mengakibatkan subluksasi atau dislokasi dari lensa.4. Posterior dislokasi dari lensa ke vitreus akan menyebabkan optikal Afakia

    *Akibat tidak terdapatnya lensa di dalam bilik mata belakang, maka iris tidak ada sandaran ke belakang sehingga terjadi iris tremulans dimana iris bergoyang pada setiap pergerakan mata. Bilik mata depan menjadi lebih dalam. Pupil hitam.

    Lensa yang tidak ada pada seorang emetropa akan memberikan kelainan refraksi. Hipermetropa kira kira 10 dioptri. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis (+) 10 dioptri, supaya dapat melihat jauh. Koreksi ini harus diberikan 3 bulan setelah operasi, sebab sebelum 3 bulan, keadaan refraksinya masih berubah ubah, karena lukanya belum tenang, masih mengadakan tarikan tarikan, sehingga astigmatismenya tidak tetap, ditambah masih terdapatnya edema dari kornea dan jaringan lainya. Untuk pengelihatan dekatnya harus ditambah lagi dengan S + 3D karena tidak adanya akomodasi.1,3

    pasien mengaku apabila pasien melihat obyek dengan memicingkan matanya maka pada bagian tengah dari obyek akan terlihat jelas sedangkan pada bagian tepinya terlihat kabur, hal ini sesuai dengan keluhan kondisi gejala subyektif pada afakia, dimana terdapat fenomena jack in the box*1 karena dapat menimbulkan aniseikonia yang berat, bentuk dan besar bayangan di kedua mata tidak sama besar, perbedaanya terlalu banyak, sehingga sukar untuk mendapatkan pengelihatan binokuler2 terutama pada usia lanjut, mengalami kesulitan untuk memasang dan melepas. Lensa kontak adalah lensa yang diletakkan di atas kornea. Lensa tersebut karena daya kohesi akan tetap menempel pada kornea. Lensa kontak dapat berupa :

    3 cara terbaik, sebelum operasi dilakukan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan biometri untuk mengetahui power dari lensa I.O.L yang akan ditanamkan. Untuk itu diperlukan alat biometer dan keratometer. Dengan ultrasound A scan biometer dapat diketahui panjang bola mata dari kornea sampai bintik kuning dalam mm (L). sedangkan kelengkungan kornea diukur dengan keratometer yang dikonversikan dalam Dioptri (K)*