Preskes Rm Firman

Embed Size (px)

Citation preview

Presentasi Kasus

REHABILITASI MEDIKSEORANG LAKI-LAKI 70 TAHUN dengan POST ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION) a. i. CLOSED FRACTURE HUMERI 1/3 TENGAH DEXTRA dan POST LLC ( LONG LEG CAST) a. i. CLOSED FRACTURE TIBIA ET FIBULA 1/3 TENGAH SINISTRA (NON UNION)

Oleh

Firman Adi Prasetyo G 0006082

Pembimbing Dr. dr. Hj. NOER RACHMA, Sp. RM

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET/ RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2011

STATUS PENDERITA I. IDENTITAS Nama : Tn. P Umur Agama Alamat Pekerjaan Status Tanggal Masuk Tanggal Periksa No RM II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama : tangan kanan dan kaki kiri sulit digerakkan B. Riwayat Penyakit Sekarang : 3 bulan yang lalu pasien sedang berjalan, ditabrak sepeda motor dari arah belakang dengan posisi tidak diketahui, pasien pingsan 5 menit, mual (-), muntah (-). Oleh keluarga pasien dibawa ke RSUD Karanganyar, karena keterbatasan biaya pasien dirujuk ke RSDM, pasien kemudian menjalani operasi pada tangan kanan dan kaki kiri di gips. 2 bulan yang lalu, pasien kontrol ke poliklinik bedah. Pasien mengeluhkan nyeri dan keterbatasan pergerakan pada tangan kanan dan kaki kiri. Pasien mengalami kesulitan dalam menggerakkan tangan kanan dan masih belum bisa berjalan, Aktifitas sehari-hari pasien masih memerlukan bantuan keluarga. Dokter bedah menyatakan bahwa tulang pada kaki kiri belum menyambung dan direncanakan dilakukan operasi pada kaki kiri. : 70 Tahun : Islam : Plawan RT 1/7 Girimulyo Ngargoyoso KRA :: Menikah : 28 Pebruari 2010 : 2 Maret 2011 : 01035148 Jenis kelamin : Laki-laki

C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit serupa Riwayat mondok Riwayat trauma Riwayat hipertensi Riwayat sakit jantung Riwayat sakit gula Riwayat asma Riwayat batuk lama : : : : : : : : disangkal disangkal (+) 3 bulan yang lalu disangkal disangkal disangkal disangkal disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat hipertensi Riwayat sakit jantung Riwayat sakit gula Riwayat asma Riwayat trauma Riwayat penyakit serupa E. : : : : : : disangkal disangkal disangkal disangkal disangkal disangkal

Riwayat Gizi dan Kebiasaan Sehari-harinya penderita makan makan baik. Riwayat merokok Riwayat minum alkohol : : disangkal disangkal 3 kali sehari, dengan lauk-pauk,ikan, daging, telur, sayur, tempe, dan tahu. Nafsu

F.

Riwayat Sosial Ekonomi Penderita saat ini sudah tidak bekerja. Mempunyai 1 istri dan 3 orang anak.Penderita memperoleh pelayanan kesehatan dengan menggunakan kartu Askeskin.

3

III . PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan Umum Tanda Vital : kesan baik,compous mentis, gizi kesan cukup. : T = 130 / 70 mmHg N = 98 kali/mnt Kepala : mesocephal, simetris Mata : Conjunctiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor 3mm/3mm Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), darah (-/-), sekret (-/-) Telinga : darah (-/-), sekret (-/-) Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-) stomatitis (-) Leher : JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar Thorax : Retraksi (-) Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus Cordis tidak tampak : Ictus Cordis tidak kuat angkat : Batas jantung kesan tidak melebar bising (-) Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : pengembangan dada kanan = kiri : fremitus raba kanan=kiri : sonor / sonor : Suara dasar vesikuler (+/+), Suara tambahan RBK (-/-), RBH (-/-). Wheezing (-/-) Rr = 20 kali/mnt S = 36,4 0C

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II interval normal, reguler,

Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Ekstremitas : Jejas (-) Oedem Status Lokalis R. humerus dextra - Look - Feel - Movement R.Curis sinistra - Look - Feel - Movement B. Status Psikiatri Deskripsi umum Penampilan : Laki-laki, tampak sesuai umur, perawatan diri baik Kesadaran : Kuantitatif : compos mentis Kualitatif : tidak berubah Perilaku dan Aktivitas Motorik : hipoaktif Pembicaraan : koheren Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, kontak mata (+) : terpasang cast, longgar (-) : NVD (-) : terlampir : oedem (-), scar operasi (+) : NVD (-) : terlampir Akral Dingin : Dinding perut // dinding dada : peristaltik (+) normal : tympani : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

5

Afek dan Mood Afek : Appropiate Mood : Baik Ganguan persepsi Halusinasi (-), ilusi (-) Proses berpikir Bentuk Isi Arus : realistik : waham (-) : koheren : baik : baik : jangka pendek / panjang : baik : daya nilai realistis : dapat dipercaya

Sensorium dan Kognitif - Daya konsentrasi - Orientasi - Daya ingat Daya Nilai Taraf dapat dipercaya C. Status Neurologis Kesadaran : GCS E4V5M6 : dalam batas normal

Fungsi Luhur: dalam batas normal Fungsi vegetatif N N N Tak dilakukan Fungsi sensorik :

Fungsi motorik dan reflek : 4 5 5 Tak dilakukan

Kekuatan

N N

N Tak dilakukan Tonus

+1 +2

+2 Tak dilakukan

Reflek fisiologis

-

Tak dilakukan Reflek patologis

D. Nervi Craniales Dalam batas normal

E. Range of Motion (ROM) ROM NECK Aktif Flexi Extensi Lateral bending kanan Lateral bending kiri 0 700 0 400 0 600 0 600 0 600 0 600 ROM Pasif 0 700 0 400

7

Rotasi kanan Rotasi kiri

0 900 0 900

0 900 0 900

EKSTREMITAS SUPERIOR Shoulder Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi External Rotasi Internal Rotasi Elbow Fleksi Ekstensi Pronasi Supinasi Wrist Fleksi Ekstensi Ulnar deviasi Radius deviasi Finger MCP I fleksi MCP II-IV fleksi DIP II-V fleksi PIP II-V fleksi MCP I ekstensi

ROM AKTIF Dextra 30 0 45 0 90 90 130 0 90 90 0-90 0-70 0-30 0-30 0-90 0-90 0-90 0-100 0-30 Sinistra 0-180 0-30 0-150 0-75 0-90 0-90 0-150 150-0 0-90 0-90 0-90 0-70 0-30 0-30 0-90 0-90 0-90 0-100 0-30

ROM PASIF Dextra 30 0 45 0 90 90 130 0 90 90 0-90 0-70 0-30 0-30 0-90 0-90 0-90 0-100 0-30 Sinistra 0-180 0-30 0-150 0-75 0-90 0-90 0-150 150-0 0-90 0-90 0-90 0-70 0-30 0-30 0-90 0-90 0-90 0-100 0-30

EKSTREMITAS INFERIOR Hip Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi Eksorotasi Endorotasi Knee Fleksi Ekstensi Ankle Dorsofleksi Plantarfleksi

ROM AKTIF Sn Dx 0 0 0 0 0 0 0-60 0-60 0-30 0-30

ROM PASIF Sn Dx 0-60 0-30 0 0 0 0 0-60 0-60 0-30 0-30

F. Manual Muscle Testing (MMT) NECK Fleksor M. Strenocleidomastoideus Ekstensor

: :

5 5 SINISTRA 5 5 5 5 5 5 5

EKSTREMITAS SUPERIORShoulder

DEXTRA 3 3 5 5 3 3 5

Fleksor

M Deltoideus anterior M Biseps

Ekstensor

M Deltoideus anterior M Teres mayor

Abduktor

M Deltoideus M Biceps

Adduktor

M Lattissimus dorsi

9

M Pectoralis mayor Internal Rotasi Eksternal Rotasi Elbow Fleksor M Lattissimus dorsi M Pectoralis mayor M Teres mayor M Infra supinatus M Biceps M Brachialis Ekstensor Supinator Pronator Wrist Fleksor Ekstensor Abduktor Adduktor Finger Fleksor Ekstensor M Triceps M Supinator M Pronator teres M Fleksor carpi radialis M Ekstensor digitorum M Ekstensor carpi radialis M ekstensor carpi ulnaris M Fleksor digitorum M Ekstensor digitorum

5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

EKSTREMITAS INFERIOR Hip Fleksor Ekstensor Abduktor Adduktor Knee Fleksor Ekstensor Ankle Fleksor M Psoas mayor M Gluteus maksimus M Gluteus medius M Adduktor longus Harmstring muscle Quadriceps femoris M Tibialis

SINISTRA

DEXTRA 5 5 5 5 5 5 5

Ekstensor

M Soleus

5

G. Status Ambulasi

: dependent

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan Laboratorium 1/3/2011 Hb Hct AE gr/dl AL AT : 7,1 x 103 L : 231 x 103 L : 13, 2 gr/dl : 38 % : 4,45 x 106 L Ureum Creatinin : 25 gr/dl : 0,8 gr/dl : 3,9

Albumin

V ASSESSMENT 1. Post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) a. i. Closed Fracture Os. Humerus 1/3 tengah dextra 2. Post LLC (Long Leg Cast) a. i. Closed Fracture Os. Tibia et. Fibula 1/3 tengah sinistra (Non Union)

VI. DAFTAR MASALAH Problem Medis keterbatasan gerak dan nyeri pada anggota gerak atas sebelah kanan Problem Rehabilitasi Medik 1. Fisioterapi : (+) keterbatasan gerak dan nyeri anggota gerak atas sebelah kanan 2. Speech Terapi : (-)

11

3. Ocupasi terapi : hari. 4. Sosiomedik

(+)

adanya

penurunan

melakukan aktifitas sehari: (+) memerlukan

bantuan untuk melaksanakan aktivitas sehari hari. 5. Ortesa-protesa : (-) 6. Psikologis seperti biasa VII. PENATALAKSANAAN 1. Terapi Medikamentosa As. Mefenamat tab 3x 1 Diet tinggi kalori 2800 kkal/hari, diet tinggi protein 1g/kgBB/ hari : (+) terbebani karena belum bisa leluasa menggerakkan tangan kanan dan berjalan

2. Terapi Rehabilitasi Medik ROM Exercise mobility exercise Terapi Modalitas untuk mengurangi nyeri: pemanasan, pijat TENS Okupasi terapi : memperbaiki fungsional independen memfasilitasi penyesuaian psikososial terhadap sisi kecacatan Alat bantu jalan: walker, tongkat rotan, tongkat penyangga Fisioterapi :

Speech terapi : (-) Sosiomedik pasien untuk selalu berusaha menjalankan home program maupun program di RS. Orthesa Protesa Psikologi rehabilitasi : (-) : : motivasi dan konseling keluarga

memberi motivasi kepada pasien agar selalu melaksanakan program

D.

IMPAIRMENT, DISABILITAS, DAN HANDICAP Impairment : Post ORIF (Open Reduction Internal Fixation) a. i. Closed Fracture Os. Humerus 1/3 tengah dextra Post LLC (Long Leg Cast) a. i. Closed Fracture Os. Tibia et. Fibula 1/3 tengah sinistra (Non Union) Disabilitas Handicap : penurunan fungsi angota gerak atas kanan dan bawah kiri : keterbatasan aktivitas sehari-hari.

E. GOAL - Meminimalkan impairment, disabilitas serta handicap yang dialami - Mencegah agar pasien tidak jatuh dalam komplikasi yang lebih buruk - Mengusahakan agar sedapat mungkin penderita tidak tergantung dengan orang lain.

VIII. PLANNING

13

- Konsul Bedah Ortopedi Cek Laboratorium darah lengkap

IX.

PROGNOSIS Ad Vitam Ad Sanam : dubia : dubia

Ad Fungsionam : dubia

TINJAUAN PUSTAKA

A. PATAH TULANG 1. Mekanisme trauma Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung,

dan trauma tidak langsung. Akibat trauma pada tulang tergantung jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka yang disebut sebagai patah tulang terbuka. 2. Klasifikasi tulang terbuka Derajat patah tulang terbuka : a. derajat I : laserasi kurang dari dua cm, fraktur sederhana dan dislokasi fragmen minimal b. derajat laserasi kontusi dislokasi fragmen jelas c. derajat luka rusak jaringan sekitarnya, kominutif, segmental, III : lebar, hebat di II : lebih otot Patah

dari dua cm, disekitarnya,

atau hilangnya

15

fragmen tulang ada yang hilang.

Tabel 1. Klasifikasi Gustilo Anderson (Maryanto, 2009)Tipe I Ukuran luka Tingkat trauma Soft tissue < 1 cm Kecepatan rendah/energi Kerusakan minimal soft tissue Tipe II 1- 3 cm Kecepatan tinggi/energi Tipe III > 3 cm Kecepatan tinggi/energi

yangTidak ada kerusakan yangKerusakan soft tissue yang luas luas, flap atau avulsi. meliputi otot, kulit dan sering struktur neurovasculer

Kerusakan (Crush) Fraktur

jaringanTidak ada tanda-tanda kerusakanRingan sampai menengah

luas dan tidak stabil

jaringan Biasanya simple, transversal atauFragmen fraktur cominutifBerat oblik pendek dengan fragmentingkat menengah tulang cominutif yang sedikit

fragmennya

kontaminasi Ukuran luka Tingkat trauma Soft tissue

Sedikit > 10 cm Kecepatan tinggi/energi

menengah > 10 cm Kecepatan tinggi/energi

tinggi > 10 cm Kecepatan tinggi/energi

Laserasi soft-tissue yang luas,Trauma soft tissue yang luasSama dengan tipe IIII-B lapisan flap yang bebas tidakdengan patahan periostal dan diperlukan luka tembak untuk menutupipenampakan tulang setelah debridement. Membutuhkan local atau flap tulang. Fraktur segmental sepertidilakukan

bebas untuk menutupi tulang. Trauma vasculer Tidak significant Tidak significant Trauma vasculer yang membutuhkan perbaikan dalam menyelamatkan ekstremitas yang terkena Massive

Kontaminasi

Tinggi

Massive

3. Diagnosis a. Anamnesa trauma harus diperinci kapan terjadinya, dimana terjadinya, jenisnya, berat ringan trauma, arah trauma, dan posisi pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma) b. Pemeriksaan umum dicari kemungkinan terjadinya komplikasi seperti syok pada fraktur multipel, fraktur terbuka. Tanda-tanda sepsis. c. Pemeriksaan status lokalis Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang panjang : 1. Look : cari apakah terdapat deformitas, functiolaesa, lihat juga ukuran panjang tulang 2. Feel : apakah terdapat nyeri tekan, ataupun gangguan neuro vascular disorder 3. Movement : untuk mencari adanya krepitasi, nyeri bila digerakkan, gerakan yang tidak mampu dilakukan

17

4. Penatalaksanaan Terapi operatif terdiri dari : a) reposisi terbuka, fiksasi interna b) reposisi tertutup, dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna Terapi operatif dengan reposisi anatomisdiikuti dengan fiksasi interna (ORIF, Open reduction internal fixation), artroplasti eksisional, eksisi fragmen, dan pemasangan endoprostesis B. FRAKTUR HUMERI Fraktur humeri dibagi menjadi (1) fraktur supra kondiler humeri; (2) fraktur interkondiler humeri; (3) fraktur batang humeri dan (3) fraktur kolum humeri. Pada pembahasan ini difokuskan pada fraktur batang humeri. Biasanya terjadi pada dewasa yang menyebabkan garis patah transversal atau kominutif. 1. Manifestasi klinis terjadi functio laesa lengan atas yang cedera, untuk menggunakan siku harus dibantu oleh tangan yang sehat. Bila terjadi gangguan pada nervus radialis, akan terjadi wrist drop atau drop hand. 2. Penatalaksanaan tindakan konservatif memberikan hasil yang baik karena fraktur humerus ini sangat baik daya penyembuhannya. Immobilisasi dengan gips berupa U slab atau hanging cast selama 6 minggu. C. FRAKTUR KRURIS 1. Pendahuluan Patah tulang (fraktur) kruris disebut juga patah tulang tibia dan atau fibula merupakan fraktur yang seringkali terjadi. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen fraktur bergeser. 2. Klasifikasi AO Muller Classification :

A. Simple B. Wedge C. Complex

Gambar 1. AO Muller Classification pada fraktur batang tibia (Colton., 2000) 3. Manifestasi Klinis Gejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo/ekso rotasi/ Daerah yang patah tampak bengkak, juga ditemukan adanya nyeri gerak dan tekan. 4. Penatalaksanaan Pada fraktur terbuka, dilakukan debrideman luka. kemudian dilakukan operasi secara terbuka tulang yang patah, dilanjutkan dengan immobilisasi, dapat dilakukan secara long leg plaster, hanya saja untuk fraktur terbuka dibuat jendela di atas luka setelah beberapa hari. Dari lubang jendela ini, luka dirawat sampai sembuh. Dapat juga dengan memakai pen di luar tulang untuk fraktur terbuka grade III (fiksasi eksterna), contonya dengan fiksasi eksterna judet, roger anderson, hoffman. screw dan metil metakrilat (INOE teknik) Pilihan terapi: a. Fraktur pada kedua tulang yang posisinya bagus dapat dipasang gips long leg b. Bila fraktur hanya terjadi pada tibia saja atau fibula saja dengan

19

tindakan konservatif sering terjadi non union. c. Bila terjadi total displacement dan angulasi dan tak dapat direposisi dengan hasil baik, sebaiknya dioperasi dengan ORIF d. Pada open fraktur derajat III harus dipasang external fiksasi a. Terapi operatif fraktur 1/3 tengah yang stabil, minimal displaced bisa dilakukan imobilisasi melalui gips dengan early weight bearing pada PTB (patellar tendon bearing) cast. non

b. Fiksasi dengan Plate 1) Indikasi displaced, unstable fracture pada proximal dan 1/3 distal tibia 2) Teknik Reduksi pada fraktur simpel (misal: spiral, obliq dan widge), reduksi dilakukan melalui platting dengan intrafragmentary log screw fixation pada kompleks fragmentasi (tipe C), reduksi tidak diperlukan dan plate harus menjembatani area fraktur, minimal eksposure, dan teknik reduksi tak langsung. 3) Manajemen Post operatif kaki dielevasikan dengan ankle 900 selama 5-7 hari sampai tercapai dorsofleksi secara aktif pergerakan ankle dan lutut dilakukan melalui fisioterapi bila tercapai mobilisasi pergerakkan kaki, maka diproteksi dengan short leg cast (SLC) 4) Komplikasi

untuk menghindari masalah kulit, dibutuhkan penutupan luka tanpa adanya penekanan c. Intramedulla ry nailing 1) Indikasi fraktur 1/3 tengah tertutup 2) Teknik Reduksi bagian tersulit dalam proses ini adalah menentukan koreksi rotasi 3) Manajemen Post operatif kaki dielevasikan beberapa hari sampai bengkak berkurang pasien lebih nyaman dengan pergerakan aktif pada pergelangan kaki dan lutut pada fraktur unstabil, dilakukan partial weight bearing 20-25 kg sampai tercapai full weight bearing yang harus tercapai pada minggu ke 8-10

4) Komplikasi nyeri lutut iritasi ligamen patella infeksi d. fiksasi eksternal 1) Indikasi poli trauma, life threatening, open fraktur (Gustilo grade 3b dan 3c) 2) Teknik Reduksi eksternal fiksator dapat juga digunakan sebagai alat reduksi, 3) Manajemen Post operatif weight bearing dilakukan dengan berat beban 10-15 kg jika sudah terbentuk callus, dilakukan full weight bearing

21

-

setelah pelepasan fiksasi eksternal, kaki diproteksi dengan splint 4) Komplikasi infeksi delayed union Sebagian besar fraktur shaft atau diafise dari tibia dapat diterapi dengan Long Leg Cast (LLC), dengan parameter pemendekan kurang dari 1 cm, angulasi kurang dari 50 dan deformitas rotasi kurang dari 50 setelah immobilisasi. ORIF seringkali digunakan pada fraktur 1/3 atau distal. eksternal fiksasi juga dipertimbangkan dengan keuntungan kerusakan jaringan lunak minimal, lebih cepat, dan kemampuan mengontrol fraktur yang sulit.

Harvey et. al (2000) berpendapat bahwa intramedullary nailing pada penanganan kasus open fraktur tibia dan fibula menyebabkan infeksi yang superfisial. Sedangkan kontra indikasi penggunaan intra medullary nailing adalah (1) fraktur stabil yang tidak membutuhkan fiksasi internal; (2) fraktur tibia dengan cominutive yang banyak; (3) fraktur tibia letak tinggi; (4) fraktur tibia letak rendah. Court Brown dan Mc Birnie (1995) melakukan studi epidemiologis di United Kingdom dengan hasil 77 % fraktur tibia adalah closed fraktur dan 54 % disertai dengan perlukaan jaringan lunak yang minimal. Samiento (1995) meneliti bahwa fraktur spiral, 1/3 distal dan energi rendah merupakan lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sedangkan fraktur transversal, 1/3 tengah, dan energi tinggi lebih umum terjadi pada pria dibandingkan wanita (Towanen, 2001)

D. ASPEK REHABILITASI PADA PASCA FRAKTUR Evaluasi rehabilitasi dilakukan dengan mencatat adanya edema, perubahan besar, atrofi otot, ulkus tekan dan atau bukti klinis Deep Vein Trombosis (DVT). Palpasi denyut perifer di atas dan di bawah tempat fraktur. Lakukan pemeriksaan neurologis dengan cermat untuk menyingkirkan kelainan sensorik dan motorik akibat cedera saraf perifer. Perhatikan adanya nyeri saat palpasi. Uji Otot manual tidak dapat dilakukan secara akurat pada kasus pasca fraktur akut. Tujuan utama perawatan rehabilitasi pada pasca fraktur adalah mengembalikan pasien pada aktifitas normalnya. Mobilisasi yang cepat mengurangi hilangnya efek dari proses imobilisasi dalam sistem kardiopulmoner dan muskuloskeletal. Setelah periode mobilisasi awal, pikirkan penggunaan ortosis fraktur.

Pedoman perawatan pasca bedah 1. Hari 2-3 periksa adanya komplikasi pasca operasi latihan aktif yang dibantu dapat dimulai pada bidang gerak anatomi yang normal 2. Hari 4 beranjaklah pada cara berjalan tiga titik dengan tongkat ketiak pembantu berjalan standar dan kemudian dengan penahan berat badan sesuai toleransi tanpa penahan berat atau berat badan yang menyentuh tanah dengan alat bantu jalan standar atau tongkat ketiak jika prostesis porus/ tidak bersemen atas ORIF. Latihan isometrik untuk otot kuadriseps harus diajarkan sebelum pulang dari rumah sakit.

23

3. 6-12 minggu pasca bedah lakukan penilaian radiografi lanjutkan dengan tongkat jika digunakan prostesis bersemen lanjutkan dengan penahan berat parsial dengan alat bantu jalan standar dasar dengan tongkat ketiak jika digunakan prostesis bersemen mulailah latihan isotonik beban ringan untuk memperkuat otot paha dan panggul Komplikasi 1. Non union pada tempat fraktur 2. cedera saraf perifer 3. sindrom kompartemen 4. komplikasi kulit 5. refleks distrofi simpatetik

DAFTAR PUSTAKA

Colton. C. L. et. al. 2000. AO Principles of Fracture Management. Thieme. Stutgart. New York De Jong W. et. al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta Garrison. S. J. 1995. Dasar-dasar terapi dan Rehabilitasi Fisik. Hipcrates. Yakarta. Harvey. et. al. 2000. Intramedullarynailing in the treatment of Open fracture of tibia and fibula. The journal of Bone and Joint Surgery. 1975; 57:909-915

Maryanto I. 2009. Fraktur terbuka grade III. Bahan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Solo Saleh I. et. al. 2000. Fraktur humerus dalam kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Saleh I. et. al. 2000. Fraktur kruris dalam kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Toivanen J. A. K. 2001. Treatment of Low Energy Tibial Shift Fracture: Plaster cast, versus reamed intramedullary nailing. Academic Dissertation. Faculty of Medicine. University of Tampera. Finland Vaccaro A. R. 2002. Orthopaedic Knowledge update. American Academy of Orthopaedic Surgeons. USA

25