52
CASE REPORT TUMOR MAMMAE Disusun oleh : Ronny Saputra Pembimbing : dr. Yeppy AN Sp.B, FINaCS KEPANITERAAN SMF ILMU Bedah RSUD SOREANG

Preskas Bedah Mammae Ronny-ready

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iui

Citation preview

CASE REPORTTUMOR MAMMAE

Disusun oleh :

Ronny Saputra

Pembimbing : dr. Yeppy AN Sp.B, FINaCS

KEPANITERAAN SMF ILMU Bedah RSUD SOREANG

BAB ISTATUS PASIEN

IDENTITAS PASIENNama: Ny. SUmur: 33 tahunAlamat: Cisalak , BandungStatus Perkawinan: Menikah Agama: IslamPekerjaan: Ibu Rumah TanggaTanggal masuk: 02 Juli 2014Tanggal pemeriksaan: 02 Juli 2014ANAMNESIS Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiriRiwayat penyakit sekarangSejak 18 tahun yang lalu SMRS pasien mengeluh adanya benjolan di payudara kiri. Benjolan disertai rasa nyeri pada saat beraktivitas ringan sejak 2 bulan yang lalu, benjolan tidak membesar Keluhan tidak disertai adanya benjolan lain diluar payudara dan tidak terdapat keluhan lain, demam (-), sakit kepala (-), pusing (-), batuk (-), dan pilek (-). Tidak ada cairan keluar cairan dari puting. Tidak terdapat perubahan kulit pada payudara seperti peaudeorange (-). Riwayat penurunan berat badan tidak diketahui oleh os. Keluhan adanya benjolan di tempat lain seperti di ketiak disangkal os. Penderita menikah pada usia 15 tahun, telah memiliki 4 anak. Penderita mendapat haid pertama kali saat usia 14 tahun. Siklus haid teratur tiap bulan, lama haid sekitar 7 hari, banyaknya sekitar 1 pembalut tiap hari. Riwayat os menggunakan kontrasepsi suntik dan pada tahun 2004 disterilkan.

Riwayat penyakit terdahulu :Pasien belum pernah mengalami adanya benjolan sebelumnya, tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung maupun pengobatan TB.Riwayat Keluarga :Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada.Riwayat operasi : Pasien belum pernah operasi pada daerah dada maupun organ reproduksiRiwayat pengobatan: Pasien belum mendapat pengobatanRiwayat alergi : Tidak ada alergi makanan dan obat.PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis Keadaan umum: Tampak sakit ringanKesadaran: Kompos mentisTanda vital: TD = 120/80 mmHg RR = 20 x/menit N = 72 x/menit S = 350CKepala: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikLeher: JVP tak meningkatKGB (aksila/supraklavikula/infraklavikula) : Tidak terabaKulit: Turgor baikThoraks: Bentuk dan gerak simetris. Payudara asimetris.Pulmo : Sonor, VBS kiri = kanan , Wheezing (-/-) , Rhonki (-/-)Cor: Bunyi jantung murni reguler, murmur (-), gallop (-)Abdomen: Datar, lembut Hepar dan lien tidak teraba Bising usus (+) NormalEkstremitas : Edema -/-

Status Lokalisa/r mammae sinistra :Inspeksi tidak tampak massa, hiperemis (-), skin dimpling (-), peau dorange (-), ulkus (-), retraksi puting (-), nipple discharge (-)Palpasi: teraba massa bulat kenyal berdiameter 2 cm, solid, mobile, batas tegas, nyeri tekan (-). PEMBAHASANSeorang wanita berusia 33 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan pada mammae sinistra sejak 18 tahun yang lalu SMRS. Pus (-), darah (-), febris (-), nyeri (+). Benjolan terasa nyeri dan tidak membesar. Riwayat kontrasepsi suntik (+). Menarche usia 14 tahun. Sudah mempunyai 4 orang anak. Riwayat tumor mammae di keluarga (-). Riwayat menstruasi dalam batas normal.Dari pemeriksaan fisik ditemukan tampak sakit ringan, vital sign dalam batas normal, konjungtiva tidak anemis, KGB tidak teraba, mammae asimetris, status generalis lain dalam batas normal. Status lokalis didapatkan tampak massa berbentuk bulat, kenyal berdiameter 2 cm, mobile, solid, batas tegas, permukaan halus, hiperemis (-), skin dimpling (-), peau dorange (-), ulkus (-), retraksi puting (-), nipple discharge (-), nyeri tekan (-). DD/ Tumor mammae sinistra suspek beingna Tumor Phylloides Benigna Tubular Adenoma PEMERIKSAAN PENUNJANGUSUL PEMERIKSAAN Laboratorium lengkap USG mammae Foto Thorax PA Uji reseptor estrogen Biopsi Fine Needle Aspiration untuk pemeriksaan PA

HASIL PEMERIKSAAN LABDARAH RUTIN Hb: 14,3 mg/dL Ht: 43 % Leukosit: 13.000/mm3 Trombosit: 329.000/mm3HEMOSTASIS Masa pembekuan/CT: T Masa pendarahan/BT: 1KIMIA KLINIK Glukosa Darah Sewaktu: 87,7 mg/dL Ureum: 25,6 mg/dL Kreatinin: 0,74 mg/dL

FOTO RONTGEN PA

Cor, Sinuses & diafragma normalParu: Hilus normal Corakan paru bertambah Tidak tampak infiltrat/nodulJantung : Tidak tampak metastase Tidak tampak kardiomegali

PEMERIKSAAN USG

Mammae kiri : Cutis dan subcutis normal. Tampak lesi hipoechoic multipel, berbatas tegas, tepi lobulated. Ukuran 17,3 x 14,9 x 13,2 mm pada arah jam 12, 1cm dari areola kiri. Ukuran 9,9 x 8,6 x 9,5 mm pada arah jam 6, 1cm dari areola kiri. Mammae kanan : Cutis dan subcutis normal. Jaringan fibroglandular baik. Tidak tampak lesi an/hipo/hiperechoic Aksila: Tidak tampak nodul hipo/hiperekhoik pada kedua aksila Kesan : Lesi solid multipel pada mammae kiri, karakteristik benigna Saat ini tidak tampak lesi solid/kistik pada mammae kanan Tidak tampak pembesaran KGB pada kedua aksila

DK/ Tumor mammae sinistra suspek benigna

TERAPIUmum: Bedrest Diet biasaKhusus: IUVD RL Terapi operatif : Biopsi Eksisi Tunggu hasil PA Coamox3 x 1 PCT3 x 500 mg Imunos 3 x 1PROGNOSA Quo ad vitam: dubia ad bonam Quo ad functionam: dubia ad bonam Quo ad sanationam: dubia ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKAMayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound , Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien.Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu, kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang sesuai dapat diberikan kepada pasien.Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.Dalam tulisan kali ini akan di uraikan dan dibahas kelainan payudara yang jinak maupun kelainan payudara yang ganas dan diuraikan pula penatalaksanannya.ANATOMI PAYUDARAPayudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800gram.Batas-batas payudara yang tampak dari luar :superior : iga II atau IIIinferior : iga VI atau VIImedial : pinggir sternumlateral : garis aksilaris anterior / linea mid axillae Batas-batas payudara yang sesungguhnya :superior : hampir sampai ke klavikula medial : garis tengah lateral : m. latissimus dorsi Payudara terdiri dari berbagai struktur :parenkhim epitelial lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening otot dan fascia

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Korpus Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).Areola Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.PapillaBentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 1. Bentuk puting susu normalGambar 2. Bentuk puting susu pendekGambar 3. Bentuk puting susu panjangGambar 4. Bentuk puting susu terbenam/ terbalikVaskularisasiPerdarahan payudara terutama dari cabang arteri perforantes anterior dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis.Drainase limfatik Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila anterior (di antara batas bawah M. Pectoralis mayor). Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila posterior (daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang dada dan sebagain lengan. Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas. Drainasenya dari lengan. Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan supraclavicular. Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan KGB infraclavicular.Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi deficit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh :

NervusOtot/area persarafanDefisit fungsional

N. torasikus (of Bell)Serratus anteriorWinging scapula

N. torakodorsalisLatissimus dorsiTidak dapat mendorong diri sendiri untuk berdiri dari posisi duduk

N. pektoralis medial dan lateralPektoralis mayor dan minorKelemahan dari otot pektoralis

N. interkostobrakhialMenyebrang axilla secara transversal menuju bagian dalam lenganAnestesi pada bagian dalam lengan

FISIOLOGIS Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai perkembangan lobules-lobulus payudara juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.1. Perubahan siklik : volume meningkat hampir 50% setelah hari kedelapan dari silklus mensruasi.Kongesti vaskuler dan proliferasi lobular berkurang saat menstruasi 2. Kehamilan dan laktasi :duktus alveolaris dan lobularis berploriferasi dengan regresi setelah masa menyusui. Putting dan areola bertyambah gelap dan kelenjar mantgomery menjadi menonjol, strie tampak.3. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan parenkim.4. Penyimpangan: Perkembangan asimetrik atau hipertropi virginal pada anak perempuan dapat dikoreksi dengan pembedahan setelah dewasa. Ginekomasti pada anak laki-laki pubertas dapat diperbaiki jika tidak ada regresi atau kelainanan hormonal.TUMOR JINAK PAYUDARAJENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA

a. Fibroadenoma MammaeFibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah menopause, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm. Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang. Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10 cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm (giantfibroadenoma).

INSIDENS : Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita mudaberusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidakmerubah risiko terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari mammae yang dikenal sebagai kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi. Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadipada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae. GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile (dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting (puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel. Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.

DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melaluipemeriksaan fisik walaupun dianjurkan juga untuk dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang lebih besar (core needle biopsi).

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti saluran (ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas serta membran basalis yang intak

PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh anestesi lokal atau general. Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama, pembentukan dari trulymetachronous fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidakterdiagnosa

b. Kista MammaeKista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.

INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanitaberusia antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.

ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibatpenggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belumjelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang akanbergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.

GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal padapalpasi. Kista ini dapat juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasikdari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasikdari lesi yakni licin semasa dipalpasi. Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada kista.

DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan aspirasi sitologi. Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan diagnosis tetapipemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.

PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun, bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara keseluruhan setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini tidak terpenuhi, ultrasonografi, needlebiopsy dan eksisi direkomendasikan. Terdapat dua indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi mengandungi darah ( selagi tidak disebabkan oleh trauma darijarum ), kemungkinan terjadinya intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista. Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidakadekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum dilakukan eksisi.

c. Papilloma IntraduktusPapilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus mammae dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor ini bisa terjadi disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung dari sistem duktus yakni sinus lactiferous dan duktus terminalis.

INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal ataupostmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan dikatakanbahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik yang hiperplasia.

GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma Intraduktus soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan padapemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multipel yang masing-masing terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan terluar epitel menutupi lapisan mioepitel.

PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple discharge dapat menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi lokal duktus yang terkait bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakanprosedur bedah pilihan sebagai penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait dengan nipple discharge dengan pengangkatan jaringan sekitarseminimal mungkin. Apabila lesi benigna ini dicurigai mengalami perubahan kearah maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai radiasi.

d. Kelainan Fibrokistik Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.

INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%).

GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause. Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.

PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila medikamentosa tidak menghilangkan keluhannya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai usia lanjut.

e. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.

GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang cepat.

PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm (atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa. Bottom of Form

f. Adenosis SklerosisAdenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.

GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi (proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis.

PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.

g. GalaktokelGalaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti kanker.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkanDIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut. PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista terlalu kentaldan sulit di aspirasi h. Mastitis Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting. ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah. GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila. PENATALAKSANAAN : Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.

i. Ductus EctasiaEktasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran dan pengerasan dari duktus.

INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara wanita usia lanjut.

GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak kemerahan.

PENATALAKSANAAN : Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada tepi areola.

j. Nekrosis LemakNekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata. DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi

TUMOR GANAS MAMMAE

A. DefinisiCa mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011)

B. Epidemiologi

Berdasarkan data Globocan (IARC) 2002, ca mammae menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan ( incidence rate 38 per 100.000 perempuan). Sedangkan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun 2004 diketahui bahwa ca mammae menempati urutan pertama pasien rawat inap sebanyak 15,4% dan pasien rawat jalan sebanyak 15,78% (Depkes RI, 2007). Insiden ca mammae relatif cukup tinggi, menempati urutan ke dua setelah keganasan mulut rahim dalam deretan 10 keganasan terbanyak di Indonesia, rata-rata penderita kanker payudara adalah 10 jiwa dari 100.000 perempuan, dan terdapat kesan terjadi peningkatan insiden sebagai refleksi perubahan pola hidup dan makanan masyarakat Indonesia. Jumlah penderita kanker payudara tertinggi ada di DKI Jakarta berjumlah 1200 lebih, disusul Jawa Tengah dan provinsi-provinsi lain di pulau Jawa. (Depkes RI, 2007) Di Indonesia, kanker menduduki peringkat ke enam sebagai penyebab kematian utama. Sekitar 800.000 orang Indonesia terserang kanker tiap tahunnya.Ca mammae merupakan kanker tersering yang dijumpai di Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais. Data tahun 2010 dari Instalasi Rekam Medis dan Admission RS Kanker Dharmais, ca mammae menduduki urutan pertama yaitu sebanyak 225 orang dari 859 orang yang terdeteksi kanker (26,2 %). Harianto dan Hukom melaporkan 40 % pasien yang berobat ke RS Kanker Dharmais pernah berobat ke rumah sakit lain. Mereka umumnya datang karena ada kekambuhan. Kasus ca mammae yang terdiagnosis di RS Kanker Dharmais umumnya pada stadium lanjut, hanya 13,4 % yang terdiagnosis pada stadium I dan II.C. EtiologiSampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen (Soetrisno, 1988). Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu : 1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi. 2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide. 3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus, herpes virus), EB virus. 4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. 5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker. D. Factor resikoFaktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, yaitu: 1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara2. Anak perempuan dan saudara perempuan dari wanita dengan kanker payudara3. Menarke dini (kurang dari 12 tahun)4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama (>30 tahun)5. Menopouse pada usia lanjut6. Riwayat penyakit payudara jinak7. Obesitas setelah menopouse8. Kontrasepsi oral9. Terapi penggantian hormon estrogen atau progesteron10. Gaya hidup 11. Status sosial ekonomi tinggi (Smeltzer 2000; Swart 2011)

E. PatofisiologiSel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).

Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu sel manjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah mengalami metastasis.

F. KlasifikasiBerdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasi menjadi: Non-invasif a. Intraduktal b. Lobular karsinoma in situ Invasiva. Karsinoma invasif duktalb. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant c. Karsinoma invasif lobular d. Karsinoma mucinous e. Karsinoma medullary f. Karsinoma papillary g. Karsinoma tubular h. Karsinoma adenoid cystici. Karsinoma sekretori (juvenile) j. Karsinoma apocrine k. Karsinoma dengan metaplasia i. Tipe squamous ii. Tipe spindle-cell iii. Tipe cartilaginous dan osseous iv. Mixed type Pagets disease of the nipple

G. StadiumUntuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons). Sistem TNM TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :a) Ukuran Tumor (T) : Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNMUkuran Tumor (T) Interpretasi

T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor

Tis Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in situ (DCIS), atau Pagets disease

T1 T1a T1b Diameter tumor 2cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T2 T2a T2b Diameter tumor 2-5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T3 T3a T3b Diameter tumor 5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T4 T4a T4b Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node Dengan fiksasi ke dinding toraks Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit

b) Palpable Lymph Node (N)Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM Palpable Lymph Node (N) Interpretasi

N0 Kanker belum menyebar ke lymph node

N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan dapat digerakkan

N2 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktru lengan

N3 Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node ipsilateral

c) Metastase (M) Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM Metastase Interpretasi

M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh

M1 Metastase ke organ jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut: Stadium Numerik Kanker Payudara Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Node Metastase

0 Tis N0 M0

1 T1 N0 M0

IIA T1 T2 N1 N0 M0 M0

IIB T2 T3 N1 N0 M0 M0

IIIA T1, T2 T3 N2 N1 M0 M0

IIIB T4 N3 M0

IV T N M1

H. Manifestasi

Tanda dan gejala Ca mammae adalah : Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema, hingga kulit kelihatan seperti jeruk (peau dorange), mengkerut atau timbul borok (ulkus pada payudara). Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Pendarahan pada puting susu. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada lengan dan penyebaran kanker di seluruh tubuh.

I. DiagnosisBerdasarkan Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia, diagnosis kanker payudara dapat ditegakkan melalui tahapan-tahapan berikut:Pemeriksaan KlinisAnamnesis, hal-hal yang perlu dicari adalah informasi mengenai:0. Keluhan pada payudara atau ketiak beserta perjalanan penyakitnya:0. Benjolan0. Kecepatan tumbuh0. Rasa sakit0. Nipple discharge0. Nipple retraction (ditanyakan pula mengenai onsetnya)0. Krusta di areola0. Kelainan pada kulit, misalnya dimpling, peau dorange, ulserasi, venektasi0. Perubahan warna kulit0. Benjolan di ketiak0. Edema lengan bawah

0. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis), antara lain:0. Nyeri tulang (vertebra, femur)0. Rasa penuh di ulu hati0. Batuk0. Sesak0. Sakit kepala hebat

Pemeriksaan Fisik0. Status generalis0. Status lokalis :0. Pemeriksaan terhadap kedua payudara0. Massa tumor0. Lokasi0. Ukuran0. Konsistensi0. Permukaan0. Bentuk dan batas tumur0. Jumlah tumor0. Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m. Pectoralis, dan dinding dada1. Perubahan kulit0. Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit0. Peau dorange, ulserasi1. Nipple0. Tertarik0. Erosi0. Krusta0. Discharge1. Status KGB (jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar)0. KGB aksila0. KGB infraklavikula0. KGB supraklavikula0. Lokasi organ

Pemeriksaan radiodiagnostik/imaging1. Recommended (diharuskan) USG payudara dan mamografi untuk tumor > 3 cm Foto thorax USG abdomen (hepar)

2. Optional (atas indikasi) Bone scanning/Bone survey (bila pada lesi > 5 cm) CT-scan

Pemeriksaan sitologi (FNAB = Fine Needle Aspiration Biopsy)Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganasPemeriksaan histopatologiDilakukan potong beku dan atau parafin, bahan pemeriksaan diambil melalui :1. Core biopsy1. Biopsi eksisional1. Biopsi insisional1. Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB1. Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, P53, dll

LaboratoriumPemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastasis.Mamography Mammography adalah suatu pemeriksaan x-ray dari dada yang mempunyai kemampuan untuk mendeteksi suatu kanker di dada ketika ia masih sangat kecil, jauh sebelum ia dapat dirasakan dengan pemeriksaan payudara. Kira-kira 85%-90% dari semua kanker-kanker payudara ditemukan/dideteksi dengan mammography. Penemuan awal dengan mammography telah mengurangi angka kematian dari kanker payudara sebanyak 20%-30% pada wanita-wanita berumur lebih dari 50 tahun.

UltrasonografiUltrasonografi dari lesi mencurigakan terdeteksi pada mamografi atau pemeriksaan fisik. Ultrasonografi digunakan terutama sebagai metode relatif murah dan efektif untuk membedakan massa kistik payudara dan massa payudara padat yang biasanya diperiksa dengan biopsi, dalam banyak kasus, hasil dari biopsi adalah tumor jinak. Namun, saat ini ultrasonogafi juga memberikan informasi berharga tentang sifat dan tingkat massa padat dan lesi payudara lainnya.MRIMRI digunakan untuk beberapa kasus, yaitu : kasus kanker payudara dengan hasil mammografi negatif, untuk mengetahui ukuran tumor dalam kanker lobular invasif, untuk memantau respon kanker payudara terhadap terapi preoreratif, ada kejanggalan antara penilaian pengkajian awal terhadap gumpalan di payudara.

Positron Emision Tomography ScanningPET scanning digunakan untuk mengidentifikasi metastasis kelenjar adjuvant.getah bening nonaxilary untuk kanker payudara stadium lanjut dan kanker payudara inflamatory sebelum memulai terapi non

TesGenetikPenyebab utama dari pewarisan kanker payudara adalah mutasi dari gen BRCA1 atau BRCA2, yang merupakan faktor resiko dari pengembangan penyakit lain. Akan tetapi gen ini sangat jarang ditemukan pada populasi wanita dengan kanker payudara. Tes ini sudah dilakukan di Amerika Serikat.J. Tatalaksana

0. Pembedahaan ( Mastektomi radikal )Jenis operasi yang dapat digunakan untuk terapi kanker payudara adalah: BCS (Breast Conserving Surgery)Merupakan tindakan operasi yang dapat dilakukan apabila penderita masih ingin mempertahankan payudaranya.BCS merupakan pilihan apabila tumor tidak multipel,tidak terletak di sentral, mamografi tidak memperlihatkan adanya tanda keganasan lain yang difus : penderita belum pernah mendapatkan terapi radiasi di dada, dapat kontrol teratur, dan tersedia sarana radio terapi yang memadai. Mastektomi SimpelMerupakan tindakan operasi yang bertujuan mengangkat seluruh jaringan payudara, termasuk juga seluruh axillary tail dan fascia m. Pectoralis. Mastektomi radikal modifikasiAdalah tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat seluruh jaringan payudara dan KGB axila, namun hanya mengikutsertakan fascia m. Pectoralis dan meninggalkan m. Pectoralis mayor dan minor. Mastektomi radikalJenis operasi ini bertujuan untuk mengangkat seluruh jaringan payudara, KGB axila, dan juga m. Pectoralis.

Lumpectomy

Lumpectomy adalah operasi menghilangkan daerah payudara yang terpengaruh DCIS dan membatasi jaringan sehat yang mengelilinginya. Prosedur ini memungkinkan pasien untuk mempertahankan sebanyak mungkin payudara yang masih sehat, tergantung pada banyak jaringan yang dihilangkan.

0. Terapi Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. 0. Terapi Hormon Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. 0. Kemoterapi Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja. Kemoterapi dalam penatalaksanaan kanker payudara haruslah kombinasi. Adapun kombinasi yang sering dipakai antara lain: CMF (Cyclophospamide, Adriamycin, 5 Fluoro Uracil) CEF (Cyclophospamide, Epirubicin, 5 Fluoro Uracil) CAF (Cyclophospamide, Adriamycin , 5 Fluoro Uracil) Taxane + Doxorubicin Capecetabin

Adapun terapi yang dilakukan terbagi atas :1. Stadium 0 BCS atau mastektomi simpel2. Kanker payudara std.dini/operabelpembedahan 3. Kanker Payudara lokal lanjut Operabel : Mastektomi simpel + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + terapi hormonal Inoperabel: Radiasi kuratif + Terapi hormonal Radiasi + operasi +kemoterapi + terapi hormonal Kemoterapi Neoadjuvan + Operas + Kemoterapi + Radiasi + Terapi hormonal4. Kanker Payudara Lanjut metastase Jauh Terapi primer ; terapi sistemik (kemoterapi dan terapi hormonal) Terapi Tokoregional (radiasi dan pembedahan) apabila diperlukai

K. Prognosis

L. Pencegahan Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey. Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi (PERABOI) 2003. Cetakan I : 2004.2. www.emedicine.com/plastic/topic521.htm#section~introduction3. www.wisc.edu/wolberg/breast.html#anatomy4. www.cancerbacup.org.uk/Cancertype/Breast/Typesofbreastcancer/Pagetsdisease#5830 5. J R C Sainsbury, et al. 2000. Breast cancer. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender6. Sabiston, Buku Ajar Bedah. Essential of Surgery bagian 2, Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC, 19947. David.C.Sabiston, JR, MD. IN THE Biological Basis of Modern Surgical Practice. Fifteenth Edition. Wb Saunders Company, 19978. Michael.M.Henry. In Clinical Surgery Second Edition. Elsevier Saunders, 20059. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC10. Aksara Medisina, kumpulan kuliah Ilmu Bedah Khusus, Salemba, Jakarta, 199011. Charlene J Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart (Mc.Graw.Hill Nursing Core Series) International Edition12. Schwartz Shires. Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, EGC13. MD, Sharock R. Theodore, Ilmu Bedah edisi 7, EGC14. http://www.irwanashari.com/2009/12/tumor-jinak-payudara.html15. http://legasi.blogspot.com/2007/01/fibroadenoma-mammae.html16. http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara"17. http://rahasiapayudara.net/blog/tag/non-invasive-cancer/

5