PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    1/22

    MAHDA RIZKI LIANA0807101010065

    PEMBIMBING :

    dr.Dahril, Sp.U

    Kandung Kemih Neurogenik

    (Neurogenic Bladder)

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    2/22

    Fungsi kandung kemih normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara

    sistem saraf otonom dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks

    fungsi detrusor dan sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis bagian

    sakral (Purnomo, 2003).

    Istilah neurogenik bladder tidak mengacu pada suatu diagnosis spesifik melainkan

    lebih menunjukkan suatu gangguan fungsi urologi akibat kelainan neurologis.

    sehingga penyebab neurogenik dari gangguan kandung kencing dapat diakibatkan

    oleh lesi pada berbagai derajat (Luthfie, 2008).

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    3/22

    Vesika dan uretra berasal dari jaringan sekitar sinus urogenitalis. Sehingga lapisan

    otot polos keduanya sama. Lapisan dalam merupakan lapisan longitudinal dan

    lapisan luar membentuk anyaman sirkuler yang mengelilingi uretra. Anyaman

    sirkuler ini yang berperan pada keadaan istirahat atau tekanan penutupan dalam

    uretra

    Anyaman otot vesika ini menjadi satu lapisan dengan kelanjutan serabut-serabutnya

    di dinding uretra yang dikenal sebagai muskulus sfingter vesicae internus atau

    muskulus lisosfingtermuskulus sfingter uretra eksternus atau muskulus rabdosfingter yang merupakan lapisan

    otot polos dan terletak lebih ke distal. Muskulus rabdosfingter merupakan bagian dari

    otot-otot dasar panggul sehingga kekuatannya dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan

    dasar panggul. (Hampel, 2003)

    Anatomi dan fisiologi

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    4/22

    M. Rabdosfingter

    Uretra terbukaUretra tertutup

    M. lisosfingter

    Jar. Spongius

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    5/22

    Lower Urinary Tract terdiri dari 3 persarafan:

    1. Simpatis (T11-L2): n.hipogastrik

    2. Parasimpatis (S2-S4): n.pelvikus

    3. Somatik (S2-S4): n.pudendus

    Fase pengisian:Korteks/subkorteks menginhibisi pons (Pontine Micturation Center)stimulasi simpatis supresi parasimpatis rangsangan simpatis dr T11-L2diteruskan ke n.hipogastrik pelepasan norepinefrin relaksasi detrusordan kontraksi sfingter interna pengisian urin (vol dewasa 300-450 cc).

    Fase pengosongan:

    Buli terisi penuh timbul regangan rangsangan saraf aferen aktivasipusat miksi pons(PMC) stimulasi parasimpatis pelepasan acetilkolinpada muskarinik receptor dan nitric oxide di proksimal uretra kontraksidetrusor dan relaksasi sfingter interna/eksterna.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    6/22

    Fisiologi proses miksi

    Smiths general urology

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    7/22

    Definisi dan Etiologi

    Menurut American Urological Association Neurogenic Bladder adalah

    hilangnya fungsi kandung kemih yang normal akibat kerusakan pada

    sistem sarafnya. Neurogenic Bladder bisa terjadi akibat penyakit, cedera

    atau cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke

    kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya

    (Gerald et al.,2003)

    Neurogenic Bladder

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    8/22

    Di Amerika serikat, neurogenic bladder mengenai 40 -90% penderita multiple

    sclerosis (50-90% detrusor hyperrefleks , 20-30% detrusor arefleks), 37-72%

    Parkinson , 15% penderita stroke.

    Spinal cord injuries 70-84% nya menderita neurogenic bladder.

    Neurogenic bladder pada spina bififa yaitu mengenai 1 per 1000 bayi lahir hidup

    lebih dari 10 miliar dolar dikeluarkan untuk mengatasi masalah ini.

    Parkinson 35-70%

    stroke 15%

    detrusor hiperrefleks

    70-80%

    detrsor Arefleks

    20-30%

    Multipel sklerosis

    60-90%

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    9/22

    Storage phase Voiding phase

    Bladder function Bladder function

    Detrusor activity:

    Normal/stable

    Overactive: hiperrefleks/unstable

    Detrusor activity

    Normal

    Underactive

    Acontractile

    Bladder sensation:

    Normal

    Hypersensitive

    Hyposensitive

    Absent

    Uretheral function

    Normal

    Obstructive: dissynergia/mechanical

    Bladder capacity and complience:

    Normal

    High

    Low

    Uretheral function

    Normal

    Incompetent

    International Continence Society

    Klasifikasi Neurogenic Bladder

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    10/22

    2. Menurut Bors and comar

    Sensory neuron lesion, Motor neuron lesion, Upper motor neuron lesion, Lower motor

    neuron lesion dan Mixed upper and lower motor neuron lesion

    3. Bradley classification:

    Loop 1:

    Mencakup lesi antara korteks dan pons seperti pada tumor otak, cedera cerebrovaskular

    dan cerebral atrofi. Lesi pada loop 1 menimbulkan detrusor hiperrefleks.

    Loop 2:

    Mencakup lesi antara jaras intraspinal dan pons dapat menimbulkan detrusor arefleks dan

    retensi urin.

    Loop 3:

    Mencakup Jaras afferent perifer detrusor hingga bersinaps pada motor neuron n.pudendus.

    lesi pada loop 3 menyebabkan terjadinya detrusor-sfingter dissinergi atau relaksasi sfingter

    involunter.

    Loop 4 :

    Loop 4a : mencakup jaras afferen suprasakral dan jaras efferen n.pudendal ke sfingter

    eksterna

    Loop 4b : jaras afferen sfingter ekstrena hingga nukleus n.pudendal (Onufs nucleus).

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    11/22

    4. Klasifikasi Nesbit,Lapides,dan baum:

    a) Sensory neurogenic bladder:Timbul disebabkan oleh penyakit yang secara selektif mencederai jaras sensoris antara bladder dan spinal

    cord atau jaras afferent ke otak.

    Lesi terletak pada radiks posterior sakralis dan kolumna posterior medulla spinalis segmen sakral.

    b) Motor neurongenic bladder:

    Akibat yang timbul dari penyakit yang merusak inervasi motorik parasimpatis pada kandung kemih.

    c) Uninhibited neurogenic bladder

    Merupakan akibat dari lesi pada traktus kortikospinal yang menyebabkan gangguan fungsi inhibisi pada

    muskulus detrusor.

    d) Refleks neurogenic bladder

    Tipe ini umumnya terjadi pada cidera yang menyebabkan terputusnya pusat serebral dan pontinemicturition centre(PMC) dengan medulla spinalis.

    e) Autonomous neurogenic bladder

    Terjadi pada cidera yang mengakibatkan terpisahnya motor neuron dan sensory neuron bladder dari sacral

    spinal cord.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    12/22

    5. Klasifikasi Krane:

    a) Detrusor hiperrefleks:umumnya dikaitkan dengan lesi supraspinal.

    b)Detrusor arefleks:dapat merupakan bentuk dekompensasi detrusor atau akibat dari

    beberapa kondisi yang menimbulkan inhibisi pada pmc.

    6. Klasifikasi Wain,benson and raezer (fungsional kandung kemih):

    a) Failure to empty: kegagalan yang terjadi pada fase miksi akibat kontraksi detrusor

    yang tidak adekuat. kegagalan relaksasi sfingter atau kombinasi keduanya.

    b) Failure to store: kegagalan pada fase penyimpanan yang terjadi akibat hiperaktif

    detrusor,daya renggang rendah dan kegagalan sfingter berkontraksi.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    13/22

    Patofisiologi Kandung Kemih Neurogenik

    Lesi supra pons

    Kerusakan supra pons akan menimbulkan hilangnya inhibisi dan

    keadaan hiperrefleks.

    kerusakan korteks/subkorteks inhibisi PMC hiperstimulasi

    parasimpatis hiperrefleks kontraksi detrusor dan relaksasi

    sfingter uretra inkontinensia.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    14/22

    Lesi antara pons dan dan sakral medula spinalis

    Akan timbul DDS. Pada DDS terjadi kontraksi secara bersamaan

    detrusor dan sfingter uretra tekanan yang tinggi intra bladdder-

    memicu timbulnya refluks yg dpt memicu kerusakan ginjal dan

    urosepsis.

    Bila kerusakan hanya mengenai nucleus detrusor maka akan terjadi

    flasid m.detrusor arefleks sementara sfingter uretra ekstena yg di

    persarafi n.pudendus berkontraksi timbulnya retensi urin

    Bila kerusakan mengenai inti n.pudendus maka akan terjadi

    kelemahan atau flaccid sfingter eksterna sementara detrusor

    berkonstraksi inkontinensia urin

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    15/22

    Lesi Lower motor neuron (Lesi pada radiks S2-S4)

    Lesi pada radiks sakral penurunan sensibilitas

    kandung kemih terhadap impuls regang.

    Persarafan simpatis intact detrusor relaksasi dan

    sfingter interna kontraksi.namun keruskan padan.pudendus sfingter eksterna flaksid sehingga

    Mekanisme untuk mempertahankan kontinens

    selama kenaikan tekanan intra abdominal yang

    mendadak hilang, sehingga stress inkontinens sering

    timbul pada batuk atau bersin

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    16/22

    Secara umum gejala klinis neurogenic bladder terdiri dari urgensi, frekuensi,

    retensi dan inkontinens.

    Hiperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi,

    urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan (localising

    value) karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat kerusakan jaras darisuprapons maupun suprasakral.

    Pada lesi neurologis antara pons dan medula spinalis bagian sakral terutama pada

    DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi. Retensi dapat juga timbul akibat

    kelemahan kontraksi detrusor seperti pada lesi LMN. Pada pria adalah pentinguntuk menyingkirkan kemungkinan kelainan urologis seperti hipertrofi prostat atau

    striktur (Wyndaele, 2008).

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    17/22

    Pemeriksaan fisik dan penunjang

    a. Penilaian saluran kemih bagian atas

    untuk menilai fungsi ginjal,deteksi hidronefrosis dan kemungkinan refluksvesikoureteral. Pemeriksaan radiologis: urografi intravena dan voidingcystourethrogram

    b. Penilaian pengosongan kandung kemih

    Penilaian sisa urine dapat dengan katerisasi pada saat pertama pemeriksaanmaupun dengan menggunakan USG. Residu urine lebih dari 100 mldikatakan bermakna.

    c. Deteksi hiperrefleksia detrusor

    Pemeriksaan CMG dan EMG dari sfingter uretra eksterna akan membantumenentukan disfungsi neurogenik dan adanya suatu DDS yang signifikan.Kontraksi abnormal dari otot detrusor dapat dideteksi dengan baik denganmenggunakan filling cystometogram.pada penderita dengan hiperrefleksiakandung kemih terjadi peningkatan tekanan yang spontan pada pengisian.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    18/22

    d. Pemeriksaan neurologis

    meliputi pemeriksaan sensibilitas perianal untuk mengetahui ada

    tidaknya sacral sparing. Terdapat beberapa macam tes seperti

    refleks anus, refleks bulbokavernosus dan tes air es untuk

    memeriksa aktifitas refleks pada segmen sakral medula spinalis.

    Adanya tonus anal, refleks anal dan refleks bulbokavernosus

    positif menandakan utuhnya konus dan lengkung refleks lokal.

    Didapatkannya kontraksi volunter sfingter anal menunjukkan

    utuhnya kontrol volunter dan pada kasus kuadriplegia hal ini

    mungkin menandakan lesi medula spinalis yang inkomplit.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    19/22

    Kegagalan menyimpan:

    1. Intervensi behavioralBerkemih terjadwal sebelum kandung

    kemih terisi penuh.

    Bladder training: kateterisasi

    intermiten, restriksi cairan,crede

    manuver dan medikamentosa.

    2. Intervensi farmakologis

    Obat yang dapat memblok reseptor

    asetilkolin (propantelin,antidepresan

    trisiklik,dll) dan obat antispasmodik(oksibutinin).

    3. Intervensi operasi

    Sistoplasti dan ostomi

    Kegagalan mengosongkan:

    1. Intervensi behavioralBerkemih terjadwal + upaya

    peningkatan tekanan intraabdominal

    dengan valsava manuver + kateterisasi

    intermiten tiap 4-6 jam untuk nilai urin

    sisa.

    2. Intervensi farmakologis

    Obat yang bersifat kolinergik (betanekol

    klorida). Pada DDS digunakan pemblok

    alfa adrenergik (prazosin, trazosin,,dll)untuk menurunkan aktivitas sfingter

    3. Intervensi operasi

    Sfingterotomi transurethral

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    20/22

    Pasien neurogenic bladder sangat jarang atau bahkan tidak dapatpulih dari gangguan ini sehingga tujuan dari terapi yang diberikan

    adalah untuk mengendalikan efek dan meningkatkan kualitas hidup.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    21/22

    Kandung Kemih Neurogenik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan

    ketidakmampuan untuk mengontrol kandung kemih akibat kerusakan pada susunan

    saraf.

    Upaya konservatif terbaik yang dapat dilakukan yaitu pelatihan kandung kemih. Bila

    penanganan neurogenik bladder tidak dilakukan secara tepat maka dapat

    menyebabkan gagal ginjal akibat tekanan yang dihasilkan oleh ekspansi kandung

    kemih yang berlebihan dan infeksi saluran kemih.

  • 7/29/2019 PRESENTASI REFRAT BEDAH.pptx

    22/22

    TERIMAKASIH