Upload
gita-chan
View
117
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
obsgyn
Citation preview
INFERTILITAS
REFERAT
Oleh:
Gita Chandra Setyorini, S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
Pendahuluan
Pendahuluan
BAB I
Latar Belakang
Infertilitas
Masalah kompleks, terkait dengan banyak faktor
Masalah kompleks, terkait dengan banyak faktor
(Hestiantoro, 2009)(Hestiantoro, 2009)
Keterlambatan penanganan akan
memperburuk prognosis infertilitas
Keterlambatan penanganan akan
memperburuk prognosis infertilitas
Pemeriksaan dan pengobatan yang relatif
lama( Bansal, 2004; Speroff, 2005)
15 % pasangan di seluruh dunia infertilWHO (1995): 8% pasangan di indonesia mengalami masalah infertilitas
15 % pasangan di seluruh dunia infertilWHO (1995): 8% pasangan di indonesia mengalami masalah infertilitas
(Prabudi, 2007; Hestiantoro, 2009)
Masalah global dalam kesehatan
reproduksi
Masalah global dalam kesehatan
reproduksi
(Prabudi, 2007)
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
BAB II
Infertilitas
Landasan Teori
Klasifikasi
(Cunningham, 2006; Ling and Duff, 2001)
Syarat pemeriksaan pasangan infertil
1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila pernah mengalami keguguran berulang, mengidap kelainan endokrin, pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan bedah ginekologik
2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36- 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan tersebut
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya
( Wiknjosastro et al, 2005)
Pemeriksaan InfertilitasPemeriksaan Pada Istri
1. Fase 1:- Anamnesis :Usia, riwayat kehamilan, siklus haid, riwayat koitus, operasi, lifestyle- Pemeriksaan fisik: IMT, kelenjar tiroid, akne, galaktorea, pemeriksaan pelviks ( kelainan di vagina, serviks, uterus)-Penilaian ovulasi: suhu basal badan (SBB), pemeriksaan USG transvaginal, pemeriksaan hormon progesteron darah- Uji pasca senggama (UPS): 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi, getah serviks diambil 2-12 jam pasca senggama. UPS (+) bila paling sedikit ada 5 sperma/LPB
(Bansal, 2004; Adiyono et al, 2005; Hadibroto, 2005)
Pemeriksaan pada istri
2. Fase 2Pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) untuk
mencari patensi tuba. Pasien tidak senggama minimal 2 hari sebelumnya. Cara pemeriksaan dg menyuntikkan larutan radioopaque melalui kanalis servikalis ke uterus dan tuba fallopi (Tulandi, 1999)
3. Fase 3Laparoskopi menyuntikkan larutan metilen blue
dan dilihat pelimpahannya ke dalam peritoneum (Adiyono et al, 2005; Hadibroto, 2005)
Pemeriksaan pada Suami
Pra analisis sperma1. Sediaan diambil setelah abstinensia sedikitnya 48 jam, tidak lebih dari 7 hari2. sebaiknya dilakukan pemeriksaan dua sediaan. Waktu antara kedua
pemeriksaan tersebut tidak boleh kurang dari 7 hari atau kurang dari 3 bulan3. Sebaiknya sediaan dikeluarkan dalam kamar yang tenang dekat laboratorium.
Jika tidak, maka sediaan harus diantar ke laboratorium dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan
4. Sediaan sebaiknya diperoleh dengan cara masturbasi dan ditampung dalam botol kaca atau plastik bermulut lebar
5. Gunakan kondom dengan bahan plastik khusus (Mylex) atau penyimpan cairan khusus (HDC corporation, Mountian view, calif)
6. Coitus interuptus tidak dapat dipakai untuk mendapatkan siapan karena ada kemungkinan bagian pertama ejakulat yang mengandung sperma paling banyak akan hilang.
7. Siapan yang tidak lengkap sebaiknya tidak diperiksa, terutama jika bagian pertama ejakulat hilang.
8. Siapan harus dilindungi terhadap suhu yang ekstrim selama pengangkutan ke laboratorium (suhu antara 20-400 C)
9. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal pengumpulan, dan lamanya abstinensia (Kuswondo, 2002).
Analisis Sperma Normal
Metode Penanganan InfertilitasMetode Penanganan Infertilitas
Pada wanita Pada Pria
Berdasar analisis semen rutin
Berdasar analisis semen rutinInduksi OvulasiInduksi Ovulasi Berdasar
etiologi/kausatifBerdasar
etiologi/kausatif
Induksi OvulasiInduksi Ovulasi
Terapi pada wanita
Terapi pada pria1. Berdasar Analisis Semen Rutin (Hestiantoro, 2009)
a. Kelainan Volume
1) Hipospermia penyebab:- stres pengobatan stress- retrogade ejaculation terapi obat dan pencucian sperma
- endokrinopati testosteron- coitus terlalu sering kurangi frekuensi coitus- unexplained AIH
2) Hiperspermiapenyebab: abstinensia seksualis terlalu lama dan hipersekresi vesika seminalis.-Jika spermiogram normal terapi: tingkatkan frekuensi senggama- Jika spermiogram abnormal terapi: split ejaculate/withdrawal coitus/treated sperm in vitro
Terapi pada priab. Kelainan jumlah
1) PolizoospermiaTerapi: peningkatan frekuensi coitus, AIH dengan treated spermatozoa, sperm washing
2) OligozoospermiaTerapi dengan klomifen sitrat, Tamoxifen, Kombinasi HMG dan
hCG, FSH dan hCG
c. Abnormalitas kualitas spermatozoa (motilitas baik dan cukup, tapi morfologi normal < 50%)Terapi: - ATP, androgen dosis rendah, phospholipid esensial
- Antibiotik, vitamin E+vitamin B, pentoksifilin - AIH dengan atau tanpa sperm treated (sperm washing dan sperm swim up) - Terapi hormonal FSH dan hCG
Terapi pada pria2. Berdasar etiologi/kausatif
a. Etiologi yang tidak dapat diobati: Klinefelter syndrome, Cryptorchidism bilateral, Atrofi testis, Sertoli cell only syndrome, Agenesis vas deferensb. Etiologi yang dapat diobati1) Varikokel Terapi: vasoligasi vena spermatika interna sinistra dan embolisasi2) Infeksi kelenjar asesoris (infeksi prostat, vesika seminalis, epididimis)
Terapi antibiotika (amoksisilin, doksisiklin, erithromisin)+roborantia (vitamin E, C, B kompleks)3) Imunologi
Terapi kortikosteroid, AIH dengan treated sperm4) Endokrinopati
- Jika FSH&LH meningkat, testosteron subnormal tidak perlu obat hormonal- Jika FSH meningkat, LH & testosteron normal terapi: AIH, hormonal tidak perlu- jika FSH, LH, testosteron rendah+ vol. Testis abnormal + konsistensi < padat terapi: gonadotropin
(HCB+HMG) / testosteron
Teknologi Khusus dalam Penanganan Infertilitas
Inseminasi Buatan ART (Assisted Reproductive Technologies)
Berdasar tempat peletakan spermaBerdasar tempat
peletakan spermaBerdasar asal
spermaBerdasar asal
sperma
AIH (artificial
insemination husband)
AIH (artificial
insemination husband)
AID( artificial
insemination donor)
AID( artificial
insemination donor)
Intrauterine inseminationIntrauterine insemination
Intracervical inseminationIntracervical insemination
ZIFT (Zygote
intra fallopian transfer)
ZIFT (Zygote
intra fallopian transfer)
FIVET (Fertilisasi in vitro embrio transfer)
FIVET (Fertilisasi in vitro embrio transfer)
GIFT(Gamet
intra fallopian transfer)
GIFT(Gamet
intra fallopian transfer)
Daftar PustakaAdiyono, W., Praptohardjo U., Moerjon, S. 2005. Laparoskopi dan Histeroskopi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Pp. 231-234. Arsyad, K.M. 1992. Tatacara Penanganan Infertilitas Pria. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 1992. Bansal, K. 2004. Practical Approach to Infertility Management. New Delhi: Jaypee Brothers. Pp. 1-37 Bobak, L.M., Lowdermilk, D.L., Jensen M.D., Perry, S.E. 2004. Maternal Nursing 4th ed. St. Louis, Missauri: Mosby Co. Hadibroto, B.R. 2005. Histeroskopi. Medan: Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU RS HAM-RSPM. Pp.1-16 Hansotia, M., Desai S., Parihar M., 2002. Advance Infertility Management. New Delhi. Federation of Obstetric and
Gynecological Societies of India. Pp. 82-85.Hestiantoro, Andon. 2009. Tatalaksana Pemeriksaan Dalam Infertilitas. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran 170/ vol.36.
No 41.Juli-Agustus 2009. Kuswondo, Gunawan. 2002. Analisis Semen pada Pasangan Infertil. Thesis. Semarang: Bagian/SMF Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi. Olds, S.B., London, M.L., Ladewig, P.A. 1988. Maternal Newborn Nursing. Canada: Addison Wesley Publishing. Speroff, Fritz A.M.2005. Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility. 7th Edition. Baltimore Maryland: Williams
and Wilkins.pp 2013-56. Sugono,. 2008. Perbedaan Pengaruh Pemberian Clomiphene Citrate dan Letrozole terhadap Perkembangan Folikel
serta Profil Hormonal pada Wanita dengan Unexplained Infertility. Thesis. Semarang: Bagian/SMF Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi.
Wiknjosastro, Hanifa; Saifuddin, A. Bari dan Trijatmo Rachimhadhi. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Alhamdulillah...
Terima kasih...^_^
Wassalamualaikum wr wb