24
INFERTILITAS REFERAT Oleh: Gita Chandra Setyorini, S.Ked FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

PRESENTASI REFERAT infertilitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

obsgyn

Citation preview

Page 1: PRESENTASI REFERAT infertilitas

INFERTILITAS

REFERAT

Oleh:

Gita Chandra Setyorini, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

Page 2: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Pendahuluan

Pendahuluan

BAB I

Page 3: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Latar Belakang

Infertilitas

Masalah kompleks, terkait dengan banyak faktor

Masalah kompleks, terkait dengan banyak faktor

(Hestiantoro, 2009)(Hestiantoro, 2009)

Keterlambatan penanganan akan

memperburuk prognosis infertilitas

Keterlambatan penanganan akan

memperburuk prognosis infertilitas

Pemeriksaan dan pengobatan yang relatif

lama( Bansal, 2004; Speroff, 2005)

15 % pasangan di seluruh dunia infertilWHO (1995): 8% pasangan di indonesia mengalami masalah infertilitas

15 % pasangan di seluruh dunia infertilWHO (1995): 8% pasangan di indonesia mengalami masalah infertilitas

(Prabudi, 2007; Hestiantoro, 2009)

Masalah global dalam kesehatan

reproduksi

Masalah global dalam kesehatan

reproduksi

(Prabudi, 2007)

Page 4: PRESENTASI REFERAT infertilitas
Page 5: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka

BAB II

Page 6: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Infertilitas

Landasan Teori

Page 7: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Klasifikasi

Page 8: PRESENTASI REFERAT infertilitas

(Cunningham, 2006; Ling and Duff, 2001)

Page 9: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Syarat pemeriksaan pasangan infertil

1. Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila pernah mengalami keguguran berulang, mengidap kelainan endokrin, pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut dan bedah ginekologik

2. Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter

3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36- 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan tersebut

4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri atau anaknya

( Wiknjosastro et al, 2005)

Page 10: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Pemeriksaan InfertilitasPemeriksaan Pada Istri

1. Fase 1:- Anamnesis :Usia, riwayat kehamilan, siklus haid, riwayat koitus, operasi, lifestyle- Pemeriksaan fisik: IMT, kelenjar tiroid, akne, galaktorea, pemeriksaan pelviks ( kelainan di vagina, serviks, uterus)-Penilaian ovulasi: suhu basal badan (SBB), pemeriksaan USG transvaginal, pemeriksaan hormon progesteron darah- Uji pasca senggama (UPS): 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi, getah serviks diambil 2-12 jam pasca senggama. UPS (+) bila paling sedikit ada 5 sperma/LPB

(Bansal, 2004; Adiyono et al, 2005; Hadibroto, 2005)

Page 11: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Pemeriksaan pada istri

2. Fase 2Pemeriksaan Histerosalphingografi (HSG) untuk

mencari patensi tuba. Pasien tidak senggama minimal 2 hari sebelumnya. Cara pemeriksaan dg menyuntikkan larutan radioopaque melalui kanalis servikalis ke uterus dan tuba fallopi (Tulandi, 1999)

3. Fase 3Laparoskopi menyuntikkan larutan metilen blue

dan dilihat pelimpahannya ke dalam peritoneum (Adiyono et al, 2005; Hadibroto, 2005)

Page 12: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Pemeriksaan pada Suami

Page 13: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Pra analisis sperma1. Sediaan diambil setelah abstinensia sedikitnya 48 jam, tidak lebih dari 7 hari2. sebaiknya dilakukan pemeriksaan dua sediaan. Waktu antara kedua

pemeriksaan tersebut tidak boleh kurang dari 7 hari atau kurang dari 3 bulan3. Sebaiknya sediaan dikeluarkan dalam kamar yang tenang dekat laboratorium.

Jika tidak, maka sediaan harus diantar ke laboratorium dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan

4. Sediaan sebaiknya diperoleh dengan cara masturbasi dan ditampung dalam botol kaca atau plastik bermulut lebar

5. Gunakan kondom dengan bahan plastik khusus (Mylex) atau penyimpan cairan khusus (HDC corporation, Mountian view, calif)

6. Coitus interuptus tidak dapat dipakai untuk mendapatkan siapan karena ada kemungkinan bagian pertama ejakulat yang mengandung sperma paling banyak akan hilang.

7. Siapan yang tidak lengkap sebaiknya tidak diperiksa, terutama jika bagian pertama ejakulat hilang.

8. Siapan harus dilindungi terhadap suhu yang ekstrim selama pengangkutan ke laboratorium (suhu antara 20-400 C)

9. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal pengumpulan, dan lamanya abstinensia (Kuswondo, 2002).

Page 14: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Analisis Sperma Normal

Page 15: PRESENTASI REFERAT infertilitas
Page 16: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Metode Penanganan InfertilitasMetode Penanganan Infertilitas

Pada wanita Pada Pria

Berdasar analisis semen rutin

Berdasar analisis semen rutinInduksi OvulasiInduksi Ovulasi Berdasar

etiologi/kausatifBerdasar

etiologi/kausatif

Page 17: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Induksi OvulasiInduksi Ovulasi

Terapi pada wanita

Page 18: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Terapi pada pria1. Berdasar Analisis Semen Rutin (Hestiantoro, 2009)

a. Kelainan Volume

1) Hipospermia penyebab:- stres pengobatan stress- retrogade ejaculation terapi obat dan pencucian sperma

- endokrinopati testosteron- coitus terlalu sering kurangi frekuensi coitus- unexplained AIH

2) Hiperspermiapenyebab: abstinensia seksualis terlalu lama dan hipersekresi vesika seminalis.-Jika spermiogram normal terapi: tingkatkan frekuensi senggama- Jika spermiogram abnormal terapi: split ejaculate/withdrawal coitus/treated sperm in vitro

Page 19: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Terapi pada priab. Kelainan jumlah

1) PolizoospermiaTerapi: peningkatan frekuensi coitus, AIH dengan treated spermatozoa, sperm washing

2) OligozoospermiaTerapi dengan klomifen sitrat, Tamoxifen, Kombinasi HMG dan

hCG, FSH dan hCG

c. Abnormalitas kualitas spermatozoa (motilitas baik dan cukup, tapi morfologi normal < 50%)Terapi: - ATP, androgen dosis rendah, phospholipid esensial

- Antibiotik, vitamin E+vitamin B, pentoksifilin - AIH dengan atau tanpa sperm treated (sperm washing dan sperm swim up) - Terapi hormonal FSH dan hCG

Page 20: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Terapi pada pria2. Berdasar etiologi/kausatif

a. Etiologi yang tidak dapat diobati: Klinefelter syndrome, Cryptorchidism bilateral, Atrofi testis, Sertoli cell only syndrome, Agenesis vas deferensb. Etiologi yang dapat diobati1) Varikokel Terapi: vasoligasi vena spermatika interna sinistra dan embolisasi2) Infeksi kelenjar asesoris (infeksi prostat, vesika seminalis, epididimis)

Terapi antibiotika (amoksisilin, doksisiklin, erithromisin)+roborantia (vitamin E, C, B kompleks)3) Imunologi

Terapi kortikosteroid, AIH dengan treated sperm4) Endokrinopati

- Jika FSH&LH meningkat, testosteron subnormal tidak perlu obat hormonal- Jika FSH meningkat, LH & testosteron normal terapi: AIH, hormonal tidak perlu- jika FSH, LH, testosteron rendah+ vol. Testis abnormal + konsistensi < padat terapi: gonadotropin

(HCB+HMG) / testosteron

Page 21: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Teknologi Khusus dalam Penanganan Infertilitas

Inseminasi Buatan ART (Assisted Reproductive Technologies)

Berdasar tempat peletakan spermaBerdasar tempat

peletakan spermaBerdasar asal

spermaBerdasar asal

sperma

AIH (artificial

insemination husband)

AIH (artificial

insemination husband)

AID( artificial

insemination donor)

AID( artificial

insemination donor)

Intrauterine inseminationIntrauterine insemination

Intracervical inseminationIntracervical insemination

ZIFT (Zygote

intra fallopian transfer)

ZIFT (Zygote

intra fallopian transfer)

FIVET (Fertilisasi in vitro embrio transfer)

FIVET (Fertilisasi in vitro embrio transfer)

GIFT(Gamet

intra fallopian transfer)

GIFT(Gamet

intra fallopian transfer)

Page 22: PRESENTASI REFERAT infertilitas
Page 23: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Daftar PustakaAdiyono, W., Praptohardjo U., Moerjon, S. 2005. Laparoskopi dan Histeroskopi. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro. Pp. 231-234. Arsyad, K.M. 1992. Tatacara Penanganan Infertilitas Pria. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 1992. Bansal, K. 2004. Practical Approach to Infertility Management. New Delhi: Jaypee Brothers. Pp. 1-37 Bobak, L.M., Lowdermilk, D.L., Jensen M.D., Perry, S.E. 2004. Maternal Nursing 4th ed. St. Louis, Missauri: Mosby Co. Hadibroto, B.R. 2005. Histeroskopi. Medan: Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU RS HAM-RSPM. Pp.1-16 Hansotia, M., Desai S., Parihar M., 2002. Advance Infertility Management. New Delhi. Federation of Obstetric and

Gynecological Societies of India. Pp. 82-85.Hestiantoro, Andon. 2009. Tatalaksana Pemeriksaan Dalam Infertilitas. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran 170/ vol.36.

No 41.Juli-Agustus 2009. Kuswondo, Gunawan. 2002. Analisis Semen pada Pasangan Infertil. Thesis. Semarang: Bagian/SMF Obstetri Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi. Olds, S.B., London, M.L., Ladewig, P.A. 1988. Maternal Newborn Nursing. Canada: Addison Wesley Publishing. Speroff, Fritz A.M.2005. Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility. 7th Edition. Baltimore Maryland: Williams

and Wilkins.pp 2013-56. Sugono,. 2008. Perbedaan Pengaruh Pemberian Clomiphene Citrate dan Letrozole terhadap Perkembangan Folikel

serta Profil Hormonal pada Wanita dengan Unexplained Infertility. Thesis. Semarang: Bagian/SMF Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi.

Wiknjosastro, Hanifa; Saifuddin, A. Bari dan Trijatmo Rachimhadhi. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Page 24: PRESENTASI REFERAT infertilitas

Alhamdulillah...

Terima kasih...^_^

Wassalamualaikum wr wb