Presentasi Kasus Uveitis Anterior

Embed Size (px)

Citation preview

Presentasi Kasus UVEITIS ANTERIOROleh: Dissy Arnanti

Anatomi

Klasifikasi UveitisAnterior (Iris)

Uveitis

Media (Badan Siliiar)

Posterior (Koroid)

Definisi Uveitis AnteriorUveitis anterior adalah peradangan yang terjadi di uvea bagian anterior yang meliputi iris dan bagian anterior badan silier. Uveitis anterior disebut juga iritis jika inflamasi terjadi pada iris, disebut iridosiklitis apabila inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier.2

Epidemiologi Uveitis AnteriorInsidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang dan sekitar 75% merupakan uveitis anterior. Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka kejadian uveitis mulai berkurang. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait seperti spondilitis ankilosa, penyakit Reiter, sarkoidosis, dan arthritis

Klasifikasi Uveitis AnteriorKharakteristik Onset Sakit Fotofobia Pengelihatan kabur Merah sirkum-korneal Presipitat keratik Pupil Sinekia posterior Nodul iris Tempat Perjalanan Rekurensi Non-granulomatosa Akut Nyata Nyata Sedang Nyata Putih halus Kecil dan tak teratur Kadang-kadang Kadang-kadang Uvea anterior Akut Sering Granulomatosa Tersembunyi Tidak ada atau ringan Ringan Nyata Ringan Kelabu besar Kecil dan tak teratur Kadang-kadang Kadang-kadang Uvea anterior dan posterior Menahun Kadang-kadang

Etiologi Uveitis Anterior1) Autoimun : arthritis rheumatoid , spondilitis ankilosa, sindrom Reiter, colitis ulserativa, uveitis terinduksi lensa, sarkoidosis, penyakit Crohn, psoriasis 2) Infeksi : sifilis, tuberkulosis, lepra (Morbus Hansen), herpes zoster, herpes simpleks,onkoserkiasis, adenovirus 3) Keganasan : sindrom Masquerade, retinoblastoma, leukimia, limfoma, melanoma maligna 4) Lain-lain : idiopatik, uveitis traumatika, ablasio retina, iridosiklitis heterokromik Fuchs, gout, krisis glaukomatosiklitik

Manifestasi Klinis1. Gejala Subjektif a. Nyeri b. Lakrimasi dan Fotofobia c. Penglihatan kabur d. Mata merah 2. Gejala Objektif

Gejala Objektif1) Hiperemi 2) Keratik presipitat 3) Bilik mata Sel Fibrin Hipopion

4) Iris1,3 Hiperemi iris Sinekia iris - Sinekia posterior - Sinekia anterior

5) Perubahan pada lensa1,3 Dikenal 3 bentuk perubahan pada lensa akibat uveitis anterior, yaitu: pengendapan set radang, pigmen dan kekeruhan lensa. 6) Perubahan tekanan bola mata1,3 Tekanan bola mata pada uveitis anterior dapat rendah (hipotoni), normal atau meningkat (hipertoni). - Hipotoni Hipotoni timbul karena sekresi badan siliar berkurang karena peradangan. - Normotensi Menunjukkan berkurangnya peradangan dan perbaikan bilik depan mata. - Hipertoni Hipertoni dini ditemui pada uveitis hipertensif akibat blok pupil dan sudut irido-kornea oleh sel radang dan fibrin yang menyumbat saluran Schlemm dan trabekula

(a) dan (b) Injeksi perilimbus (silier),

(c) Keratik presipitat, (d) Uveitis anterior dengan keratik presipitat dan nodul Busacca pada iris,

(e) Uveitis anterior dengan hipopion pada kamera okuli anterior, (f) Sinekia posterior dengan pupil tampak ireguler

Penatalaksanaan Kortikosteroid Topikal Anti-inflamasi non steroid Siklopegik-midriatik

Komplikasi Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan intraokuler (TIO) akut yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia posterior), inflamasi, atau penggunaan kortikosteroid topikal. Peningkatan tekanan intraokuler dapat menyebabkan atrofi nervus optikus dan kehilangan pengelihatan permanen.1,4,5 Terjadinya inflamasi di bilik mata depan dan belakang menyebabkan terjadinya penebalan dan opasifikasi lensa, menyebabkan kelainan refraksi minimal yang biasanya mengarah ke myopia dan dapat berkembang menjadi katarak.

Daftar Pustaka Ardy H. Diagnostik Uveitis Anterior. Cermin dunia kedokteran 2003;87:47-54. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM. 2007. 63-9. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga. 2005. 85-94. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. 172-4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika. 2000. 155-60. Scuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Intraocular inflammation and uveitis. American Academy of Ophtalmology. 2009. LEO: San Fransisco. 101-13. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th. Jakarta: EGC. 2010. 150-4. Uveitis Org. [serial on the internet]. 2009 Mar 18 [cited 2011 May 28]. Available from: http://www.uveitis.org/patient/glossary/t_z.html BJO BMJ [serial on the internet]. 2008 Apr 12 [cited 2011 May 28]. Available from: bjo.bmj.com/content/94/3/336.full.html Al-Fawaz A, Roy H. Uveitis, Anterior, Nongranulomatous. Medscape Emedicine [serial on the internet]. 2010 Feb 24 [cited 2011 May 28]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798323-clinical

Identitas Pasien Nama : Ny. Iroh Umur : 37 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku / Bangsa : Jawa Pendidikan : Tamat SD Pekerjaan : Tidak bekerja Tanggal pemeriksaan : 3 Agustus 2011

Anamnesis Keluhan Utama : nyeri mata sebelah kanan sejak 2 hari yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli klinik mata dengan keluhan mata sebelah kanan terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini dirasakan awalnya ketika pasien bangun pagi. Pasien juga mengeluhkan mata silau jika melihat cahaya dan penglihatan buram. Pasien juga mengeluh mata merah, tetapi tidak belekan, tidak berair,tidak terasa gatal, dan tidak sulit membuka mata. Pasien menyangkal pernah mengalami nyeri kepala, mual, dan muntah. Pasien juga menyangkal pernah kemasukan benda asing pada mata, riwayat trauma pada mata disangkal dan juga tidak pernah menggunakan kontak lensa. Pasien menyangkal memiliki penyakit kencing manis dan darah tinggi. Pasien mengaku mempunyai riwayat nyeri sendi setiap bangun pagi sejak 5 tahun yang lalu dan masih merasakan keluhan tersebut sampai sekarang. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien tidak pernah sakit mata seperti ini sebelumnya Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit mata seperti ini. Riwayat Alergi : pasien tidak ada alergi

Pemeriksaan Fisik1. Status Generalis Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan Kesadaran : Compos mentis Tanda vital Tekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu : Frekwensi Pernapasan : 20 x/menit Berat Badan : 54 kg Kepala : normochepal Leher : tidak ada perbesaran kelenjar getah bening

Posisi Hirscberg

OD Reflex cahaya jatuh ditengah kornea (orthoporia) Bebas ke segala arah mata angin 20/60 Normal / palpasi 8,5 mmHg Fraktur (-) Krepitasi (-) Tumbuh teratur madarosis (-) Sikatrik (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Blefarospasme (-) Ektopion (-) Entropion (-) Trikiasis (-) Folikel (-) Papil (-) Folikel (-) Papil (-) Inj. Siliar (+) Inj. Konjungtiva (-) Jernih, infiltrat (-) Dalam, hipopion (-) Sinekia posterior (+) Anisokor,miosis, irreguler, RC (+) Jernih Jernih

OS Reflex cahaya jatuh ditengah kornea (orthoporia) Bebas ke segala arah mata angin 20/20 Normal / palpasi 14,6 mmHg Fraktur (-) Krepitasi (-) tumbuh teratur madarosis (-) Sikatrik (-) Oedem (-) Hiperemis (-) Blefarospasme (-) Ektopion (-) Entropion (-) Trikiasis (-) Folikel (-) Papil (-) Folikel (-) Papil (-) Inj. Siliar (-) Inj. Konjungtiva (-) Jernih, Infiltrat (-) Dalam, hipopion (-) Sinekia posterior (-) Bulat, RC (+) Jernih Jernih

Gerakan bola mata Visus TIO Rima orbita Suprasilia

Palpebra

Margo palpebra

Konjungtiva tarsal superior Konjungtiva tarsal inferior Konjungtiva bulbi Kornea BMD Iris Pupil Lensa Vitreus

Foto Pasien

Injeksi Siliar (+)

Pupil Miosis (+) Irreguler (+)

ResumeAnamnesa mata sebelah kanan terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu mata merah penglihatan buram fotofobia injeksi siliar riwayat nyeri sendi sejak 5 tahun yang lalu dan masih dialami sampai sekarang Pemeriksaan Fisik Visus Pupil Iris Lensa Konjungtiva Kornea Funduskopi TIO

: OD = 20/60 OS = 20/20 : OD = miosis, anisokor. reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+) OS = bulat, isokor reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+) : OD= sinekia posterior (+) OS= sinekia posterior (-) : OD & OS = jernih : OD = Oedem (+), Hiperemis (-),injeksi siliar (+) : OD= infiltrat (-) : OD = refleks fundus (+) OS = refleks fundus (+) : OD = normal/palpasi => 8,5 mmHg OS = normal/palpasi => 14,6 mmHg

DIAGNOSIS KERJA Uveitis Anterior

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Visus : untuk mengetahui ada besar nilai visus pasien Slit Lamp: untuk mengetahui adanya sinekia posterior, karetic prescipitate, flare Tonometri: untuk mengetahui adanya penyulit seperti glaukomaPENATALAKSANAAN Homatropin 2-5% setiap 6 jam Prednisolone acetate 1% 1-2 tetes setiap 1-2 jam Asam Mefenamat 250 mg Pemakaian Kacamata hitam bila diluar rumah Rujuk ke bagian penyakit dalam PROGNOSIS Ad vitam Ad function

: dubia ad bonam : dubia ad bonam

Analisa KasusAnamnesis dan Pemeriksaan Fisik Berdasarkan anamnesis didapatkan mata kanan pasien terasa nyeri sejak 2 hari yang lalu. Diagnosis banding Mata Nyeri: Glaukoma Akut Pada pasien ini, pasien tidak mual dan tidak muntah. Penglihatan pun tidak turun mendadak. TIO masih dalam batas normal (11-21 mmHg) pada pasien TIO OD= 8,5 mmHg. TIO OS= 14,6 mmHg. Pasien juga menyangkal melihat halo disekitar cahaya.Pupil midriasis (-). Maka diagnosis glaukoma akut dapat disingkirkan. Trauma Mata Pasien menyangkal pernah kemasukan benda asing ke dalam mata, trauma terkena benda tumpul ataupun tajam, trauma terkena zat kimia asam atau basa pun disangkal. Riwayat pemakaian kontak lensa (-) sehingga diagnosis trauma mata dapat disingkirkan Uveitis Anterior Pasien mengeluh mata nyeri, fotofobia, dan penglihatan kabur. Gejala tersebut merupakan gejala khas uveitis anterior.

Pasien juga mengeluh mata merah dan penglihatan buram

Diagnosis Banding Mata Merah Visus menurunVisus Keluhan Sklera Kornea BMD Pupil Iris Uveitis Menurun Nyeri mata, fotofobia Injeksi siliar Keratic presipitate Flare, hipopion Miosis, ireguler Sinekia posterior Keratitis Menurun Nyeri pada alis, fotofobia Injeksi siliar Keruh Flare, hipopion Normal Bs terjadi Sinekia anterior Glaukoma Menurun Nyeri kepala, mual, muntah Injeksi Siliar Keruh Dangkal Midriasis

Berdasarkan tabel diatas, maka diagnosis keratitis dan glaukoma dapat disingkirkan. Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien sudah 5 tahun mengeluh nyeri sendi setiap bangun pagi. Hal ini memperkuat diagnosis uveitis anterior karena penyebab terbanyak uveitis adalah Artritis Reumatoid.

Penatalaksanaan Homatropin 2-5% setiap 6 jam Sebagai midriacyl dan siklopegik yang berfungsi sebagai pencegahan sinekia dan mengurangi nyeri. Jika sudah terjadi sinekia maka midriacyl-siklopegik berfungsi untuk melepaskan sinekia. Prednisolone acetate 1% 1-2 tetes setiap 1-2 jam Penyebab uveitis pada pasien ini adalah autoimun sehingga diberikan kortikosteroid topikal untuk imunosupresan. Asam Mefenamat 250 mg Sebagai anti inflamasi non steroid untuk mengatasi radang dan mengurangi nyeri. Obat oral sehingga efek sistemik. Juga berfungsi untuk megurangi nyeri sendi pada pasien ini. Pemakaian Kacamata hitam bila diluar rumah Untuk menghindari fotofobia Rujuk ke bagian penyakit dalam Kemungkinan etiologi dari uveitis pada pasien ini adalah Artritis Reumatoid maka pasien dirujuk ke bagian penyakit dalam