Upload
drosophila-meilani-gaster
View
260
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KEDOKTERAN
BAB I
LAPORAN STATUS PASIEN BANGSAL NEUROLOGI
A. Identitas Pasien
NamaPasien : Tn. S
Umur : 53 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Alamat : Duren Sawit, Jakarta Timur
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk : 01 April 2016
Ruang Perawatan : Cempaka Bawah
B. Anamnesis
Keluhan Utama : Kejang di lengan kiri
Keluhan Tambahan : Perut terasa perih
Riwayat Penyakit Sekarang :
2 bulan SMRS os mengeluh kejang yang terbatas di lengan kiri. Kejang
tersebut berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul saat
os sedang duduk. Kemudian os dipijat dan keluhan kejang tidak muncul kembali.
8 hari SMRS os kembali mengeluh kejang ±20 menit di lengan kiri yang
berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul tiba-tiba saat
os sedang duduk disertai kelemahan di lengan kiri. Kemudian os dibawa ke RS
Harum dan dirawat selama 5 hari.
1 hari SMRS os kembali mengeluh kejang dengan durasi selama ± 5 menit
dalam keadaan sadar kemudian di bawa ke RSUP Persahabatan. Selain mengeluh
kejang pasien juga mengeluh perut terasa perih sejak ± 1 bulan SMRS. Keluhan
nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran, keluhan demam, keluhan berbicara
pelo, makan dan minum tersedak disangkal. Selain itu keluhan perubahan
perilaku disangkal.
Riwayat penurunan berat badan dan nafsu makan disangkal. Riwayat
trauma terutama di daerah kepala disangkal.
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini sebelumnya.
Os mengalami stroke ± 5 bulan SMRS
Riwayat hipertensi tetapi terkontrol (+) , Riwayat DM (-), Riwayat epilepsi (-),
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), riwayat epilepsi (-), riwayat Penyakit
jantung (-), Riwayat Stroke (-)
Riwayat Pribadi dan Sosial :
Merokok dan meminum alkohol disangkal, bekerja dan tinggal di lingkungan
paparan radiasi disangkal. Os senang mengkonsumsi makanan berlemak dan
pedas.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
KeadaanUmum :Tampak sakit sedang
Kesadaran : CM GCS : E4M6V5
Tanda Vital :
TD :140/90 mmHg Nadi: 88x/m RR:20x/m Suhu: 36,5oC
Kepala :Normocephal, Deformitas (-)
Mata :Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher :Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Dada simetris saat inspirasi ekspirasi
Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Cor : BJ I-II, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : NT (-), BU (+)
Esktremitas :Akral Hangat, Sianosis (-)
2
Status Neurologis
Nervi Craniales
N. I (Olfaktorius) : Normosmia
N. II (Opticus)
Ketajaman penglihatan : Kanan: Baik
Kiri : Baik
Pengenalan warna : Kanan : Baik
Kiri : Baik
Lapang Pandang : Baik
Funduscopy : Tidak dilakukan
N. III (Okulomotor), N. IV (Throklearis), N. VI (Abdusen) :
Ptosis : -/-
Strabismus : -/-
Nistagmus : -/-
Gerakan bola mata :Baik ke segala arah
Pupil : Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm
Refleks cahaya :
Langsung : +/+
TidakLangsung : +/+
N. V (Trigeminus) :
Sensorik :
N. V1 (Opthalmicus) : Baik / Baik
N. V 2 (Maxilaris) : Baik / Baik
N. V 3 (Mandibularis): Baik / Baik
Refleks Kornea : Tidak dilakukan
Motorik : Saat mengunyah kontraksi musculus maseter dan m.
Temporalis kiri dan kanan sama kuat
N. VII (Fasialis) :
Menutup mata : kelopak mata kiri dan kanan dapat menutup mata
Mengangkat Alis : alis kanan dan kiri simetris.
Saat meringis : sudut bibir kiri dan kanan simetris
N. VIII (Vestibulokoklearis): kesan baik kanan dankiri
N. IX (Glossofaringeal) & N.X (Vagus): Disfonia (-), Disfagia (-)
3
N. XI (Asesorius) :
Saat menoleh : kontraksi M. Sternocleidomastoideus kiri dan kanan
Saat mengangkat bahu : kontraksi M. Trapezius baikkiridankanan
N. XII (Hipoglossus) :
Dalam keadaan : tidak ada deviasi lidah
Saat dijulurkan : tidak ada deviasi lidah
Atrofi Lidah : tidak ada
Fasikulasi : tidak ada
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : (-)
Laseque : (-)>70°/(-)>70°
Kernig : (-)>135°/(-)>135°
Brudzinky I,II : (-)/(-)
Motorik
Paresis : Terdapat hemiparese sinistra
5555 3333
5555 4444
Tonus : normotonus pada keempat ekstremitas
Trophy : tidak ada hipotrophy pada keemapt ekstremitas
Sensorik : kesan baik
Refleks Fisiologis
Biceps : +/+
Triceps : +/+
Patella : +/+
Achilles : +/+
Refleks Patologis
Refleks Tromner : (-)/(+)
Refleks Hoffman : (-)/(+)
4
Refleks Chaddok : (-)/(+)
Refleks Schaeffer : (-)/(+)
Fungsi Otonom
Miksi : Inkontinensia (-), Retensi (-), Anuria (-)
Defekasi : Inkontinensia (-), retensi (-)
D. Diagnosis
Klinis :
a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra
b. Hemiparese sinistra
c. Post Stroke
d. Hipertensi
e. Gastritis
Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan
Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor
primer dd/post Stroke
Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor
E. Saran :
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan Gula darah puasa
3. Pemeriksaan Elektrolit
4. Pemeriksaan Ureum, Creatinin
5. Pemeriksaan Lipid profile
6. Pemeriksaan SGOT, SGPT
7. Pemeriksaan Rontgen thoraks
8. Pemeriksaan CT-Scan Kepala
F. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (Tanggal 01/04/2016)
Hematologi
Darah Rutin
Leukosit : 10,21 ribu/mm3
5
Hitung Jenis
Netrofil : 80,9 % (50-70)
Limfosit : 12,3 % (25-40)
Monosit : 4,6 % (2-8)
Eosinofil : 1,5 % (2-4)
Basofil : 0,8 % (0-1)
Eritrosit : 5,77 juta/uL
Hemoglobin : 15,7g/dL
Hematrokit : 48 %
MCV : 82,7 fl
MCH : 27,2 pg (26-34)
MCHC : 32,9 (32-35)
RDW-CV : 11,47 (11,5-14,5)
Kimia Klinik
GDS : 133 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 145 mmol/L (135-145)
Kalium : 4,20 mmol/L (3,5-5,5)
Klorida : 108 mmol/L (98-109)
Ureum : 20 mg/dl (20-40)
Creatinin : 0,9 mg/dl (0,8-1,5)
Lipid Profile
Kolesterol total : 158 mg/dL
HDL : 26 mg/dL
Trigliserida : 177 mg/dL (<150)
6
Hasil pemeriksaan CT-Scan Kepala dengan kontras (Tanggal 4 April 2016)
Kesan :
Lesi dengan perifokal edema tipe finger like di lobus parietal
kanan
7
G. Diagnosis Akhir
Klinis :
a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra
b. Hemiparese sinistra
c. Hipertensi
d. Gastritis
Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan
Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor primer
Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor
H. Terapi
a. Medikamentosa
IVFD RL/ 12 jam
Anti konvulsan 3x100 mg (PO)
Antihipertensi
Amlodipin 1x5 mg (PO)
Anti hiperkolesterolemia
Simvastatin 1x10 mg (PO)
Antiplatelet 1x75 mg (PO)
Gastroprotektor 2x1 ampul (IV)
b. Non-medikamentosa :
Konsul spesialis paru
Konsul Rehab Medik
I. Prognosis
Ad Vitam : dubia ad malam
Ad fungsional : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
8
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang
(space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga
tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Di dalam
hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar
hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian
tubuh lainnya. 1
2. Epidemiologi
Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United State (2005-
2006) angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 14,8 per 100.000
populasi per tahun di mana wanita lebih banyak di banding pria. 1
3. Klasifikasi
Keganasan tumor otak yang memberikan implikasi pada prognosamya didasari oleh
morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang berkaitan dengan tingkah laku
biologis. Sifat-sifat keganasan tumor otak secara klasik didasari oleh hasil evaluasi
morfologi makroskopis dan histologis neoplasma, dikelompokkan atas kategori-
kategori :
a. Benigna (jinak) di mana morfologi tumor tersebut makroskopis menunjukkan
batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya mendesak organ-organ sekitarnya.
Di samping itu biasanya juga dijumpai adanya pembentukan kapsul serta tidak
adanya metastasis maupun rekurensi setelah dilakukan pengangkatan total.
Tampilan histologisnya menunjukkan struktur yang reguler, pertumbuhan
lambat tanpa mitosis, densitas sel yang rendah dengan diferensiasi struktur
yang jelas parenkhim, stroma yang tersusun teratur tanpa adanya formasi yang
baru.
b. Maligna (ganas) ditandai oleh tampilan makroskopis yang infiltraf atau
ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung
membentuk metastasis dan rekurensi pasca-pengangkatan total.
9
4. Etiologi
a. Primer : kelainan pada otak itu sendiri, contoh :
1) Astrositoma
2) Glioblastoma Multiforme
3) Oligodendroma
4) Sel glia : mikroglia, oligodendroglia dan Astrosit
b. Sekunder : metastasis dari organ lain yang memiliki tumor.2
5. Manifestasi Klinis Sindrom Tumor Otak
Perubahan pada parenkhim intrakranial baik difus maupun regional akan
menampilkan gejala dan tanda gangguan neurologis sehubungan dengan gangguan
pada nukleus spesifik tertentu atau serabut traktus pada tingkat neurofisiologi dan
neuroanatomi tertentu seperti gejala-gejala: kelumpuhan, gangguan mental,
gangguan endokrin, dan sebagainya. Presentasi klinis ini sering kali dapat
mengarahkan perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum presentasi
klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian
tekanan intrakranial; namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat progresif
walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, perlu
dicurigai adanya tumor otak.2
a. Tekanan Tinggi Intrakranial
Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah : nyeri
kepala, muntah proyektil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala di sini
cenderung bersifat intermitent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat
terutama di pagi hari, berlokasi sekitar daerah frontal atau oksipital serta
sering kali disertai muntah yang ‘menyemprot’ (proyektil). Tumor otak
pada bayi yang menyumbat aliran likuor serebro spinalis sering kali
ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang progresif dan ubun-
ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang lebih besar di
mana suturanya relatif sudah merapat, biasanya gejala papiledema terjadi
lebih menonjol.1
10
b. Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Ia dapat
merupakan gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan
menetap untuk beberapa lama sampai gejala lainnya timbul. 1
c. Perdarahan Intrrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan
perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral. 1
d. Gejala Disfungsi Umum
Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari gangguan
fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai dengan koma. Penyebab
umum dari disfungsi serebral ini adalah tekanan intrakranial yang
meninggi dan pergeseran otak akibat gumpalan tumor dan edema perifokal
di sekitarnya atau hidrosefalus sekiunder yang terjadi. 1
e. Gejala Neurologis Fokal
Perubahan personalitas atau gangguan mental biasanya menyertai tumor-
tumor yang terletak di daerah frontal, temporal dan hipotalamus, sehingga
seringkali penderita-penderira tersebut diduga sebagai penyakit non-
organik atau fungsionil. Gejala afasia agak jarang dijumpai, terutama pada
tumor yang berada di hemisfer kiri (dominan). Tumor-tumor daerah
supraselar, nervus optikus dan hipotalamus dapat mengganggu akuitas
visus. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari
tumor-tumor para selar dan dengan adanya tekanan intrakranial yang
meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens. Nistagmus
biasanya timbul pada tumor-tumor fosa posterior. Kelemahan wajah dan
hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan sensorik serta kadang ada
defek visuil merupakan refleksi kerusakan yang melibatkan kapsula interna
atau korteks yang terkait. Gangguan endokrin menunjukkan adanya
kelainan pada hipotalamus-hipofise. 1
11
6. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Tumor Otak
Pemeriksaan scan tomografi komputer merupakan pemeriksaan terpilih untuk
mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam hal ini dapat diketahui secara
terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya terhadap jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan konvensional seperti : foto polos kepala, EEG, echoensefalografi
sudah jarang digunakan kecuali pada keadaan darurat dengan kendala fasilitas
pemeriksaan mutakhir di atas tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik
pembedahan otak.2
7. Penanganan Tumor Otak
Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-tindakan :
1. Terapi operatif
Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ‘ganas’) bertujuan untuk
mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal mengingat bahwa obat-
obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus. Prinsip
penangan tumor jinak adalah pengambilan total sementara pada tumor ganas
tujuannya selain dekompresi juga memudahkan untuk pengobatan selanjutnya
(kemoterapi atau radioterapi) sehingga mendapatkan outcome yang lebih baik.
Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan
pascabedah sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan
penanganan operatif terhadap tumor otak.3
2. Terapi konservatif (nonoperatif)
3. Radioterapi
Tujuan dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang masih
dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Keberhasilan terapi
radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa faktor :3
a. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya.
b. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal
c. Tipe sel yang disinar
d. Metastasis yang ada
e. Kemampuan sel normal untuk repopulasi dan
f. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi.
4. Kemoterapi
12
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai
nilai keberhasilan yang bermakna sekali.
5. Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa tumbuhnya suatu
tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh sehingga
diharapkan dengan melakukan restorasi sistem immun dapat menekan
pertumbuhan tumor.3
13
BAB III
ANALISA KASUS
Os laki-laki berusia 53 tahun didiagnosis adanya tumor otak. Diagnosis tersebut
ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Keluhan utama
yang membawa os ke RS adalah kejang fokal yakni di lengan kiri. Keluhan kejang
dapat berasal dari ekstrakranial maupun intrakranial. Penyebab ekstrakranial dapat
berupa ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik. Adapun penyebab
intrakranial dapat berasal dari gangguan terhadap vaskular otak, proses infeksi,
trauma kapitis maupun neoplasma.
2 bulan SMRS os mengeluh kejang yang terbatas di lengan kiri. Kejang tersebut
berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul saat os sedang
duduk. Kemudian os dipijat dan keluhan kejang tidak muncul kembali.
8 hari SMRS os kembali mengeluh kejang ±20 menit di lengan kiri yang
berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul tiba-tiba saat os
sedang duduk disertai kelemahan di lengan kiri. Kemudian os dibawa ke RS Harum
dan dirawat selama 5 hari.
1 hari SMRS os kembali mengeluh kejang dengan durasi selama ± 5 menit dalam
keadaan sadar kemudian di bawa ke RSUP Persahabatan. Selain mengeluh kejang
pasien juga mengeluh perut terasa perih sejak ± 1 bulan SMRS.
Keluhan nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran ditanyakan untuk melihat
suatu proses peningkatan tekanan intrakranial. Akan tetapi pada pasien ini tidak
ditemukan. Karena pada tumor otak kemungkinan ada proses tersebut yang sebagai
dampak dari SOL.
Keluhan berbicara pelo, makan dan minum tersedak disangkal. Hal ini untuk
mengetahui apakah kejang karena dampak dari stroke atau bukan.
Keluhan demam ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan kejang yang
diakibatkan oleh proses infeksi.
Riwayat penurunan berat badan dan nafsu makan disangkal. Riwayat trauma
terutama di daerah kepala disangkal. Hal ini ditanyakan untuk mengetahui dampak
dari keganasan yang dapat menyebabkan kakeksia.
Os menyangkal adanya riwayat trauma, hal ini dapat menyingkirkan kejang
akibat trauma kapitis.
14
Os memiliki riwayat stroke, hal ini menandakan bahwa os post stroke dan kejang
yang ditimbulkan dapat merupakan sequele atau gejala sisa adapun hipertensi
memperkuat adanya faktor resiko terjadinya stroke pada pasien ini.
Pada pemeriksaan fisik di temukan kelemahan pada sisi kiri. Kelemahan dapat
merupakan defisit neurologis sebagai dampak dari SOL karena tumor di otak akan
tetapi dapat pula sebagai dampak dari post Stroke. Selain itu pada pemeriksaan refleks
patologis positif pada sisi kiri hal ini menandakan bahwa terdapat kelainan pada upper
motor neuron (UMN).
Pada pemeriksaan penunjang tidak didapatkan kelainan elektrolit dan nilai GDS.
Hal ini melemahkan kemungkinan kejang akibat proses ekstrakranial. Pada
pemeriksaan profil lipid, os memiliki kadar trigliserida yang tinggi. Hal ini
memperkuat adanya faktor resiko stroke. Pada pemeriksaan penunjang CT-Scan
Kepala didapatkan lesi dengan perifokal edema tipe Finger Like di lobus Parietal
Kanan. Hal ini menandakan adanya kemungkinan tumor di lobus parietal kanan yang
berdampak pada tubuh sisi kiri pasien. Selain itu lesi pada lokasi tersebut
berdampak pada bangkitan kejang yang bersifat fokal dan berulang. Secara teori
timbulnya kejang tanpa disertai adanya tanda tekanan intrakranial merupakan suatu
gejala awal SOL sebelum timbulnya gejala lain. Jadi kemungkinan pada pasien ini
masih bersifat permulaan. Oleh karena belum diketahui apakah tumor tersebut primer
ataupun metastasis oleh karena itu perlu dicari sumber dari tumor tersebut.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan antikonvulsan untuk mengatasi kejang,
anti hipertensi dan kolesterolemia untuk mengontrol faktor resiko. Diberikan
antiplatelet mencegah terjadinya stroke berulang dan gastroprotektor untuk mengatasi
gastritis. Adapun untuk medikamentosa perlu konsul paru untuk mengetahui primer
dari tumor otak tersebut karena tumor yang bersumber dari paru lebih banyak
ditemukan.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang bahwa
pasien pada kasus ini di diagnosis :
Klinis :
a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra
b. Hemiparese sinistra
c. Hipertensi
d. Gastritis
Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan
Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor primer
Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor
2. Saran
Dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui sumber tumor otak
pada pasien ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
2. Oktavia, Neny. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Gajah Mada University Press.
3. Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2007. Pengenalan
dan Penatalaksanaa Kasus-kasus Neurologi. Buku Kedua. Departemen
Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Jakarta
17