24
BAB I LAPORAN STATUS PASIEN BANGSAL NEUROLOGI A. Identitas Pasien NamaPasien : Tn. S Umur : 53 tahun JenisKelamin: Laki-laki Alamat : Duren Sawit, Jakarta Timur Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal Masuk : 01 April 2016 Ruang Perawatan : Cempaka Bawah B. Anamnesis Keluhan Utama : Kejang di lengan kiri Keluhan Tambahan : Perut terasa perih Riwayat Penyakit Sekarang : 2 bulan SMRS os mengeluh kejang yang terbatas di lengan kiri. Kejang tersebut berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul saat os sedang duduk. Kemudian os dipijat dan keluhan kejang tidak muncul kembali. 8 hari SMRS os kembali mengeluh kejang ±20 menit di lengan kiri yang berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul tiba-tiba saat os sedang duduk disertai kelemahan di lengan kiri. Kemudian os dibawa ke RS Harum dan dirawat selama 5 hari. 1

Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEDOKTERAN

Citation preview

Page 1: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

BAB I

LAPORAN STATUS PASIEN BANGSAL NEUROLOGI

A. Identitas Pasien

NamaPasien : Tn. S

Umur : 53 tahun

JenisKelamin : Laki-laki

Alamat : Duren Sawit, Jakarta Timur

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk : 01 April 2016

Ruang Perawatan : Cempaka Bawah

B. Anamnesis

Keluhan Utama : Kejang di lengan kiri

Keluhan Tambahan : Perut terasa perih

Riwayat Penyakit Sekarang :

2 bulan SMRS os mengeluh kejang yang terbatas di lengan kiri. Kejang

tersebut berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul saat

os sedang duduk. Kemudian os dipijat dan keluhan kejang tidak muncul kembali.

8 hari SMRS os kembali mengeluh kejang ±20 menit di lengan kiri yang

berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul tiba-tiba saat

os sedang duduk disertai kelemahan di lengan kiri. Kemudian os dibawa ke RS

Harum dan dirawat selama 5 hari.

1 hari SMRS os kembali mengeluh kejang dengan durasi selama ± 5 menit

dalam keadaan sadar kemudian di bawa ke RSUP Persahabatan. Selain mengeluh

kejang pasien juga mengeluh perut terasa perih sejak ± 1 bulan SMRS. Keluhan

nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran, keluhan demam, keluhan berbicara

pelo, makan dan minum tersedak disangkal. Selain itu keluhan perubahan

perilaku disangkal.

Riwayat penurunan berat badan dan nafsu makan disangkal. Riwayat

trauma terutama di daerah kepala disangkal.

1

Page 2: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Riwayat Penyakit Dahulu :

Os belum pernah mengalami keluhan seperti saat ini sebelumnya.

Os mengalami stroke ± 5 bulan SMRS

Riwayat hipertensi tetapi terkontrol (+) , Riwayat DM (-), Riwayat epilepsi (-),

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), riwayat epilepsi (-), riwayat Penyakit

jantung (-), Riwayat Stroke (-)

Riwayat Pribadi dan Sosial :

Merokok dan meminum alkohol disangkal, bekerja dan tinggal di lingkungan

paparan radiasi disangkal. Os senang mengkonsumsi makanan berlemak dan

pedas.

C. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

KeadaanUmum :Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM GCS : E4M6V5

Tanda Vital :

TD :140/90 mmHg Nadi: 88x/m RR:20x/m Suhu: 36,5oC

Kepala :Normocephal, Deformitas (-)

Mata :Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Leher :Pembesaran KGB (-)

Thoraks : Dada simetris saat inspirasi ekspirasi

Pulmo :Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Cor : BJ I-II, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : NT (-), BU (+)

Esktremitas :Akral Hangat, Sianosis (-)

2

Page 3: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Status Neurologis

Nervi Craniales

N. I (Olfaktorius) : Normosmia

N. II (Opticus)

Ketajaman penglihatan : Kanan: Baik

Kiri : Baik

Pengenalan warna : Kanan : Baik

Kiri : Baik

Lapang Pandang : Baik

Funduscopy : Tidak dilakukan

N. III (Okulomotor), N. IV (Throklearis), N. VI (Abdusen) :

Ptosis : -/-

Strabismus : -/-

Nistagmus : -/-

Gerakan bola mata :Baik ke segala arah

Pupil : Bulat, isokor, diameter 3mm/3mm

Refleks cahaya :

Langsung : +/+

TidakLangsung : +/+

N. V (Trigeminus) :

Sensorik :

N. V1 (Opthalmicus) : Baik / Baik

N. V 2 (Maxilaris) : Baik / Baik

N. V 3 (Mandibularis): Baik / Baik

Refleks Kornea : Tidak dilakukan

Motorik : Saat mengunyah kontraksi musculus maseter dan m.

Temporalis kiri dan kanan sama kuat

N. VII (Fasialis) :

Menutup mata : kelopak mata kiri dan kanan dapat menutup mata

Mengangkat Alis : alis kanan dan kiri simetris.

Saat meringis : sudut bibir kiri dan kanan simetris

N. VIII (Vestibulokoklearis): kesan baik kanan dankiri

N. IX (Glossofaringeal) & N.X (Vagus): Disfonia (-), Disfagia (-)

3

Page 4: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

N. XI (Asesorius) :

Saat menoleh : kontraksi M. Sternocleidomastoideus kiri dan kanan

Saat mengangkat bahu : kontraksi M. Trapezius baikkiridankanan

N. XII (Hipoglossus) :

Dalam keadaan : tidak ada deviasi lidah

Saat dijulurkan : tidak ada deviasi lidah

Atrofi Lidah : tidak ada

Fasikulasi : tidak ada

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk : (-)

Laseque : (-)>70°/(-)>70°

Kernig : (-)>135°/(-)>135°

Brudzinky I,II : (-)/(-)

Motorik

Paresis : Terdapat hemiparese sinistra

5555 3333

5555 4444

Tonus : normotonus pada keempat ekstremitas

Trophy : tidak ada hipotrophy pada keemapt ekstremitas

Sensorik : kesan baik

Refleks Fisiologis

Biceps : +/+

Triceps : +/+

Patella : +/+

Achilles : +/+

Refleks Patologis

Refleks Tromner : (-)/(+)

Refleks Hoffman : (-)/(+)

4

Page 5: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Refleks Chaddok : (-)/(+)

Refleks Schaeffer : (-)/(+)

Fungsi Otonom

Miksi : Inkontinensia (-), Retensi (-), Anuria (-)

Defekasi : Inkontinensia (-), retensi (-)

D. Diagnosis

Klinis :

a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra

b. Hemiparese sinistra

c. Post Stroke

d. Hipertensi

e. Gastritis

Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan

Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor

primer dd/post Stroke

Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor

E. Saran :

1. Pemeriksaan darah rutin

2. Pemeriksaan Gula darah puasa

3. Pemeriksaan Elektrolit

4. Pemeriksaan Ureum, Creatinin

5. Pemeriksaan Lipid profile

6. Pemeriksaan SGOT, SGPT

7. Pemeriksaan Rontgen thoraks

8. Pemeriksaan CT-Scan Kepala

F. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (Tanggal 01/04/2016)

Hematologi

Darah Rutin

Leukosit : 10,21 ribu/mm3

5

Page 6: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Hitung Jenis

Netrofil : 80,9 % (50-70)

Limfosit : 12,3 % (25-40)

Monosit : 4,6 % (2-8)

Eosinofil : 1,5 % (2-4)

Basofil : 0,8 % (0-1)

Eritrosit : 5,77 juta/uL

Hemoglobin : 15,7g/dL

Hematrokit : 48 %

MCV : 82,7 fl

MCH : 27,2 pg (26-34)

MCHC : 32,9 (32-35)

RDW-CV : 11,47 (11,5-14,5)

Kimia Klinik

GDS : 133 mg/dL

Elektrolit

Natrium : 145 mmol/L (135-145)

Kalium : 4,20 mmol/L (3,5-5,5)

Klorida : 108 mmol/L (98-109)

Ureum : 20 mg/dl (20-40)

Creatinin : 0,9 mg/dl (0,8-1,5)

Lipid Profile

Kolesterol total : 158 mg/dL

HDL : 26 mg/dL

Trigliserida : 177 mg/dL (<150)

6

Page 7: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Hasil pemeriksaan CT-Scan Kepala dengan kontras (Tanggal 4 April 2016)

Kesan :

Lesi dengan perifokal edema tipe finger like di lobus parietal

kanan

7

Page 8: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

G. Diagnosis Akhir

Klinis :

a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra

b. Hemiparese sinistra

c. Hipertensi

d. Gastritis

Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan

Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor primer

Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor

H. Terapi

a. Medikamentosa

IVFD RL/ 12 jam

Anti konvulsan 3x100 mg (PO)

Antihipertensi

Amlodipin 1x5 mg (PO)

Anti hiperkolesterolemia

Simvastatin 1x10 mg (PO)

Antiplatelet 1x75 mg (PO)

Gastroprotektor 2x1 ampul (IV)

b. Non-medikamentosa :

Konsul spesialis paru

Konsul Rehab Medik

I. Prognosis

Ad Vitam : dubia ad malam

Ad fungsional : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

8

Page 9: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Definisi

Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang

(space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga

tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Di dalam

hal ini mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningens, vaskuler, kelenjar

hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian

tubuh lainnya. 1

2. Epidemiologi

Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United State (2005-

2006) angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 14,8 per 100.000

populasi per tahun di mana wanita lebih banyak di banding pria. 1

3. Klasifikasi

Keganasan tumor otak yang memberikan implikasi pada prognosamya didasari oleh

morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang berkaitan dengan tingkah laku

biologis. Sifat-sifat keganasan tumor otak secara klasik didasari oleh hasil evaluasi

morfologi makroskopis dan histologis neoplasma, dikelompokkan atas kategori-

kategori :

a. Benigna (jinak) di mana morfologi tumor tersebut makroskopis menunjukkan

batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya mendesak organ-organ sekitarnya.

Di samping itu biasanya juga dijumpai adanya pembentukan kapsul serta tidak

adanya metastasis maupun rekurensi setelah dilakukan pengangkatan total.

Tampilan histologisnya menunjukkan struktur yang reguler, pertumbuhan

lambat tanpa mitosis, densitas sel yang rendah dengan diferensiasi struktur

yang jelas parenkhim, stroma yang tersusun teratur tanpa adanya formasi yang

baru.

b. Maligna (ganas) ditandai oleh tampilan makroskopis yang infiltraf atau

ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta cenderung

membentuk metastasis dan rekurensi pasca-pengangkatan total.

9

Page 10: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

4. Etiologi

a. Primer : kelainan pada otak itu sendiri, contoh :

1) Astrositoma

2) Glioblastoma Multiforme

3) Oligodendroma

4) Sel glia : mikroglia, oligodendroglia dan Astrosit

b. Sekunder : metastasis dari organ lain yang memiliki tumor.2

5. Manifestasi Klinis Sindrom Tumor Otak

Perubahan pada parenkhim intrakranial baik difus maupun regional akan

menampilkan gejala dan tanda gangguan neurologis sehubungan dengan gangguan

pada nukleus spesifik tertentu atau serabut traktus pada tingkat neurofisiologi dan

neuroanatomi tertentu seperti gejala-gejala: kelumpuhan, gangguan mental,

gangguan endokrin, dan sebagainya. Presentasi klinis ini sering kali dapat

mengarahkan perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum presentasi

klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian

tekanan intrakranial; namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat progresif

walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial, perlu

dicurigai adanya tumor otak.2

a. Tekanan Tinggi Intrakranial

Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah : nyeri

kepala, muntah proyektil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala di sini

cenderung bersifat intermitent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat

terutama di pagi hari, berlokasi sekitar daerah frontal atau oksipital serta

sering kali disertai muntah yang ‘menyemprot’ (proyektil). Tumor otak

pada bayi yang menyumbat aliran likuor serebro spinalis sering kali

ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang progresif dan ubun-

ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang lebih besar di

mana suturanya relatif sudah merapat, biasanya gejala papiledema terjadi

lebih menonjol.1

10

Page 11: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

b. Kejang

Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat

berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Ia dapat

merupakan gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan

menetap untuk beberapa lama sampai gejala lainnya timbul. 1

c. Perdarahan Intrrakranial

Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan

perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral. 1

d. Gejala Disfungsi Umum

Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari gangguan

fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai dengan koma. Penyebab

umum dari disfungsi serebral ini adalah tekanan intrakranial yang

meninggi dan pergeseran otak akibat gumpalan tumor dan edema perifokal

di sekitarnya atau hidrosefalus sekiunder yang terjadi. 1

e. Gejala Neurologis Fokal

Perubahan personalitas atau gangguan mental biasanya menyertai tumor-

tumor yang terletak di daerah frontal, temporal dan hipotalamus, sehingga

seringkali penderita-penderira tersebut diduga sebagai penyakit non-

organik atau fungsionil. Gejala afasia agak jarang dijumpai, terutama pada

tumor yang berada di hemisfer kiri (dominan). Tumor-tumor daerah

supraselar, nervus optikus dan hipotalamus dapat mengganggu akuitas

visus. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan khas dari

tumor-tumor para selar dan dengan adanya tekanan intrakranial yang

meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens. Nistagmus

biasanya timbul pada tumor-tumor fosa posterior. Kelemahan wajah dan

hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan sensorik serta kadang ada

defek visuil merupakan refleksi kerusakan yang melibatkan kapsula interna

atau korteks yang terkait. Gangguan endokrin menunjukkan adanya

kelainan pada hipotalamus-hipofise. 1

11

Page 12: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

6. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Tumor Otak

Pemeriksaan scan tomografi komputer merupakan pemeriksaan terpilih untuk

mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam hal ini dapat diketahui secara

terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya terhadap jaringan sekitarnya.

Pemeriksaan konvensional seperti : foto polos kepala, EEG, echoensefalografi

sudah jarang digunakan kecuali pada keadaan darurat dengan kendala fasilitas

pemeriksaan mutakhir di atas tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik

pembedahan otak.2

7. Penanganan Tumor Otak

Modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup tindakan-tindakan :

1. Terapi operatif

Tindakan operasi pada tumor otak (khususnya yang ‘ganas’) bertujuan untuk

mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi internal mengingat bahwa obat-

obatan antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus-menerus. Prinsip

penangan tumor jinak adalah pengambilan total sementara pada tumor ganas

tujuannya selain dekompresi juga memudahkan untuk pengobatan selanjutnya

(kemoterapi atau radioterapi) sehingga mendapatkan outcome yang lebih baik.

Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik operasi dan penanganan

pascabedah sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan

penanganan operatif terhadap tumor otak.3

2. Terapi konservatif (nonoperatif)

3. Radioterapi

Tujuan dari terapi ini adalah menghancurkan tumor dengan dosis yang masih

dapat ditoleransi oleh jaringan normal yang ditembusnya. Keberhasilan terapi

radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh beberapa faktor :3

a. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya.

b. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal

c. Tipe sel yang disinar

d. Metastasis yang ada

e. Kemampuan sel normal untuk repopulasi dan

f. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi radiasi.

4. Kemoterapi

12

Page 13: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum mempunyai

nilai keberhasilan yang bermakna sekali.

5. Immunoterapi

Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa tumbuhnya suatu

tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi immunologi tubuh sehingga

diharapkan dengan melakukan restorasi sistem immun dapat menekan

pertumbuhan tumor.3

13

Page 14: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

BAB III

ANALISA KASUS

Os laki-laki berusia 53 tahun didiagnosis adanya tumor otak. Diagnosis tersebut

ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Keluhan utama

yang membawa os ke RS adalah kejang fokal yakni di lengan kiri. Keluhan kejang

dapat berasal dari ekstrakranial maupun intrakranial. Penyebab ekstrakranial dapat

berupa ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik. Adapun penyebab

intrakranial dapat berasal dari gangguan terhadap vaskular otak, proses infeksi,

trauma kapitis maupun neoplasma.

2 bulan SMRS os mengeluh kejang yang terbatas di lengan kiri. Kejang tersebut

berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul saat os sedang

duduk. Kemudian os dipijat dan keluhan kejang tidak muncul kembali.

8 hari SMRS os kembali mengeluh kejang ±20 menit di lengan kiri yang

berlangsung ± selama 5 menit dalam keadaan sadar. Kejang timbul tiba-tiba saat os

sedang duduk disertai kelemahan di lengan kiri. Kemudian os dibawa ke RS Harum

dan dirawat selama 5 hari.

1 hari SMRS os kembali mengeluh kejang dengan durasi selama ± 5 menit dalam

keadaan sadar kemudian di bawa ke RSUP Persahabatan. Selain mengeluh kejang

pasien juga mengeluh perut terasa perih sejak ± 1 bulan SMRS.

Keluhan nyeri kepala, muntah, penurunan kesadaran ditanyakan untuk melihat

suatu proses peningkatan tekanan intrakranial. Akan tetapi pada pasien ini tidak

ditemukan. Karena pada tumor otak kemungkinan ada proses tersebut yang sebagai

dampak dari SOL.

Keluhan berbicara pelo, makan dan minum tersedak disangkal. Hal ini untuk

mengetahui apakah kejang karena dampak dari stroke atau bukan.

Keluhan demam ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan kejang yang

diakibatkan oleh proses infeksi.

Riwayat penurunan berat badan dan nafsu makan disangkal. Riwayat trauma

terutama di daerah kepala disangkal. Hal ini ditanyakan untuk mengetahui dampak

dari keganasan yang dapat menyebabkan kakeksia.

Os menyangkal adanya riwayat trauma, hal ini dapat menyingkirkan kejang

akibat trauma kapitis.

14

Page 15: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

Os memiliki riwayat stroke, hal ini menandakan bahwa os post stroke dan kejang

yang ditimbulkan dapat merupakan sequele atau gejala sisa adapun hipertensi

memperkuat adanya faktor resiko terjadinya stroke pada pasien ini.

Pada pemeriksaan fisik di temukan kelemahan pada sisi kiri. Kelemahan dapat

merupakan defisit neurologis sebagai dampak dari SOL karena tumor di otak akan

tetapi dapat pula sebagai dampak dari post Stroke. Selain itu pada pemeriksaan refleks

patologis positif pada sisi kiri hal ini menandakan bahwa terdapat kelainan pada upper

motor neuron (UMN).

Pada pemeriksaan penunjang tidak didapatkan kelainan elektrolit dan nilai GDS.

Hal ini melemahkan kemungkinan kejang akibat proses ekstrakranial. Pada

pemeriksaan profil lipid, os memiliki kadar trigliserida yang tinggi. Hal ini

memperkuat adanya faktor resiko stroke. Pada pemeriksaan penunjang CT-Scan

Kepala didapatkan lesi dengan perifokal edema tipe Finger Like di lobus Parietal

Kanan. Hal ini menandakan adanya kemungkinan tumor di lobus parietal kanan yang

berdampak pada tubuh sisi kiri pasien. Selain itu lesi pada lokasi tersebut

berdampak pada bangkitan kejang yang bersifat fokal dan berulang. Secara teori

timbulnya kejang tanpa disertai adanya tanda tekanan intrakranial merupakan suatu

gejala awal SOL sebelum timbulnya gejala lain. Jadi kemungkinan pada pasien ini

masih bersifat permulaan. Oleh karena belum diketahui apakah tumor tersebut primer

ataupun metastasis oleh karena itu perlu dicari sumber dari tumor tersebut.

Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan antikonvulsan untuk mengatasi kejang,

anti hipertensi dan kolesterolemia untuk mengontrol faktor resiko. Diberikan

antiplatelet mencegah terjadinya stroke berulang dan gastroprotektor untuk mengatasi

gastritis. Adapun untuk medikamentosa perlu konsul paru untuk mengetahui primer

dari tumor otak tersebut karena tumor yang bersumber dari paru lebih banyak

ditemukan.

15

Page 16: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang bahwa

pasien pada kasus ini di diagnosis :

Klinis :

a. Kejang fokal di ekstremitas superior sinistra

b. Hemiparese sinistra

c. Hipertensi

d. Gastritis

Anatomis : Lesi tipe finger like di lobus parietal kanan

Etiologis : Tumor otak sugestif metastasis dd/tumor primer

Patologis : space occupying lesion /infiltrasi tumor

2. Saran

Dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui sumber tumor otak

pada pasien ini.

16

Page 17: Presentasi Kasus- Stase Saraf Mei

DAFTAR PUSTAKA

1. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi IV. PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

2. Oktavia, Neny. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia. Gajah Mada University Press.

3. Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2007. Pengenalan

dan Penatalaksanaa Kasus-kasus Neurologi. Buku Kedua. Departemen

Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Jakarta

17