Upload
idafajriyah
View
42
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dfddcsf
ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid merupakan organ kusus terbesar untuk fungsi endokrin dalam tubuh
manusiafungsinya dalah untuk mensekresikan jumlah hormontiroid yang cukup terutama
3,5,3 ‘5’-L-terta iodotironin (Tɜ) hormon tiroid merangsang pertumbuhan dan perkembangan
normal dan mengatur sejumlah fungsi homeostastis termasuk produk energi dan panas,di
asmping itu sel sel parafolikuler dari kelenjar tiroid manusia mensekresikan kolsitonin yang
penting dalam homeostasis kalsium (buku endrokinologi dasar dan klinik )
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu kupu dan terletak pada
leher bagian bawah di sebelah anterior trakea .kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral
yang di hubungkan oleh sebuah istmus.kelnjar tiroid mempunyai panjang kurang –lebih 5 cm
serta lebar 3cm dan berat kurang 30gram,aliran darah ke dalam tiroid ,per gram jaringan
kelenjar,sngat tinggi (kurang –lebih 5 ml/menit/gram tiroid )yaitu kurang- lebih lima kali
aliran darah kedalam hati.keadaan ini mencerminkan aktivitas metabolik kelenjar tiroid yang
tinggi.kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda :T₄(tiroksin) serta
Tɜ(triiodotrironin)yang keduanya di sebut dengan satu nama hormon tiroid dan kalsitonin
(medikal-bedah)
A. ANATOMI DAN HISTOLOGI TIROID
Kelenjar tiroid berasal dari suatu kantong yang menonjol keluar pada dasar faring,yang
tumbuk ke bawah di anterior trakea,mengalami bifurkasi dan membentuk suatu rangkaian
pita seluler.kelenjar ini terbentuk dari bola bola kecil atau folikel dan berkembang menjadi
dua lobus lateral tiroidyang di hubungkan oleh satu ismus tipis.asal dari kelenjar pada dasar
dari lidah terlihat dari foramen cecum.perjalanan migrasi ke bawah di tandai dengan duktus
tiroglosus,sisi dari duktus ini dapat menetap sampai dewasa sebagai kista duktus
tiroglosus .kista ini terisi mukus di lapisi dengan epitelium skuamosa,dan bisanya di temukan
pada anterior leher antara kartilago tiroid dan dasar lidah.suatu sisa dari ujung akhir duktus
tiroglosus di temukan dalam lobus piramidalis,melekat pada imus dari kelenjar.Isumus
kelenjar tiroid terletak tepat di bawah kartilago tiroid di pertengahan antar apeks kartilago
tiroid
Sternum masing masing lobus berbuah fir dan berukuran panjang sekitar 2,5 -4 cm,lebar 1 –
1,5 cm.berat kelenjar pada orang normal ,seperti di tentukan dengan pemeriksaan
ultrasonik ,bervariasi tergantung pada asupan iodium dari makanan,umur, dan berat
badan.tetapi pada orang dewasa beratnya sekitar 10 – 20 g.pertumbuhan ke atas dari kelenjar
tiroid di batasi oleh perletakan dari muskulus sternotiroid ke kartilago tiroid namun
pertumbuhan ke posterior dan ke bawah tak terhambat,sehingga pembesaran tiroid atau
goiter,seringkali akan meluas ke posterior dan inferior dan inferior atau malah substernal.
Potongan melintang dari leher setinggi ismus tiroid memperlihatkan hubungan dari kelenjar
tiroid dengan trakea,osofagus ateri krotis dan vena jugularis.ultrasonograpi,ct-scan,atau MRI
mengungkapkan hubungan ini secara invivo
Kelenjar tiroid mempunyai suplai darah yang kaya,ateri tiroidea superior berpangkal
pada arteri karotis ekstrna dan komunis,arteri tiroidea inferior dari trunkus tirosevikalis arteri
subklavia dan ateri tiroidea ima yang kecil dari arteri brakiosefalik pada arkus aorta.
Draenase aliran vena adalah via berbagai vena permukaan yang menyatu menjadi vena
riroidea superior,lateral dan inferior. aliran darah ke kelenjar tiroid adalah sekitar 5 mL/g /
menit pada hipertiroidisme, aliran darah ke kelenjar ini meningkat dengan nyata, dan suatu
suara siulan atau bruit dapat di dengar pada permukaan kutub bawah dari kelenjar dan malah
di rasakan pada daerah yang sama pada suatu getaran atau vibrasi. Pertimbangan anatomik
penting lainya termasuk dua pasang kelenjar paratiroid yang biasanya terletak di belakang
lobus tiroid bagian atas dan tengah dan nervus laringeus rekuren,yang berjalan sepanjang
trakea di belakang kelenjar tiroid.
Pada pemeriksaan mikroskopik kelenjar tiroid terdiri dari satu rangkaian folikel
dengan ukurang yang bervereasi.folikel ini mengandung suatu bahan berpulas merah muda
(dengan pulasan hemaktoksilin–eosin )di sebut “koloid”dan dikelilingi oleh lapisan tunggal
epitelium tiroid.penelitian kultur jaringan menunjukan bahwa setiap folikel dapat merupakan
suatau kelompok tunggal dari sel –sel.sel ini menjadi kolumner jika di rangsang oleh TSH
dan gepeng saat istirahat .sel –sel folikel mensintesis tiroglobulin yang di keluarkan ke dalam
lumen folikel,biosintesis T₄dan Tɜ terjadi di dalam tiroglobulin pada interaksi sel
kaloid.banyak mikrovili ini terlibat dalam endositosis dari tiroglobulin yang kemudian di
hidrolisa dalam sel untuk melepaskan hormon tiroid.
B. FISIOLOGI
a. stuktur dari hormon tiroid
Hormon tiroid unik karena mengandung 59 -65 % ungsur iodin stuktur hormon ini T₄ dan
Tɜ.tiroin yang di iodinisasi di turunkan dari iodinisasi cincin fenolik dari residu tirosin dalam
tiroglobulin membentuk mono dan diiodiotirosin yang di gabungkan membentuk Tɜ atau T₄
b. metabilisme iodium
Iodium memasuki tubuh dalam makanan atau air dalam bentuk ion iodida atau iodat
dalam labung,iodat di ubah menjadi iodida.dalam perjalanan 100 tahun iodin telah rarut dari
tanah dan terkukus ke dalam larutan ,sehingga di daerah pegunungan dan pedalaman pasokan
iodium kemungkinan sangat terbatas sementara unsur ini sangat melimpah di daerah
pantai,kelenjar tiroid memekatkan dan menjebak iodida dan mensintesa serta menyimpan
hormon tiroid dalam tiroglobulin yang mengkompensasi kelangkaan dari iodium.
Anjuran asupan iodium adalah 50 μg /hari jika asupan di bawah 50μg/hari maka
kelenjar ini tidak mampuh mempertahankan sekresi hormon yang adekuat dan akibatnya
timbul hipertofi tiroid (goiter ) dan hipotiroidisme .seperti klorida di absorbsi dengan cepat di
saluran gastrointestial dan di distribusikan dalam cairan ekstraseluler demikian juga dalam
sekresi kelnjar liur,lambung dan asi,walaupun konsentrasi iodida organik dalam pool cairan
ekstraseluler bervariasi langsung dengan asupan iodida.cairan ekstraseluler rendah sekali
karena bersihan iodida yang cepat dari cairan ekstraseluler melalui ambilan tiroidal dan
bersihan ginjal,dalam contoh yang di perlihatkan konsentrasi dalam cairan ekstraseluler
adalah 0,6 μg/dL atau sejumlah 150 μg I dalam pool ekstraseluler 25L.dalam kelnjar tiroid
terdapat transpor dari I serum melintasi memberan basalis sel tiroid.
Tiroid mengambil sekitar 115 μg I per 24 jam ;sekitar 75 μg I di gunakan untuk sintesis
hormon dan di simpan dalam tiroglobulin sisanya kembali ke dalam pool cairan ekstraseluler
.pool tiroid dari iodin organik sangat besar mencapai rata –rata 8-10 mg dan meru[akan suatu
cadangan hormon dan tirosin teriodinisasi yang melindungi organisme terhadap periode
kekurangan iodin,dari pool cadangan ini sekitar 75 μg iodida hormonal di lepaskan kedalam
sirkulasi setiap harinya,iodida hormonal ini sebagai sebagian besar berikatan dengan protein
pengikat –tiroksin serum,membentuk suatu pool sirkulasi dari sekitar 600μg I hormonal
(sebagai Tɜ dan T₄ )dari pool ini sekitar 75 μg I sebagai Tɜ dan T₄di ambil dan di
metabolisme oleh jaringan sekitar 60 μg I di kembalikan di pool iodida dan sekitar 15 μg I
hormonal di konjugasi dengan glukoronida atau sulfat dalam hati dan di sekresikan ke dalam
karena sebagian besar dari iodida makanan di sekresikan kedalam urin ,iodida urin 24 jam
merupakan indeks yang baik sekali dari asupan melalui makanan.ambilan iodin radioaaktif
24-jam (RAIU) oleh kelnjar tiroid berbanding terbalik dengan ukuran dari pool iodida
anorganik dan berbanding langsung dengan aktivitas tiroid .
c. sintesis dan sekresi hormon tiroid
sintesis dari T₄ dan Tɜ oleh kelenjar tiroid melibatkan enam langkah utama yaitu :
transpor aktif dari I melintas memberan basalis ke dalam sel tiroid
oksidasi dari iodida dan iodinasi dari residu tirosil dalam tiroglobulin
penggabungan molekul iodotirosin dalam tiroglobulin membentuk Tɜ dan T₄
proteolisis dari trioglobulin dengan pelepasan dari iodotirosin dan iodotironin bebas
deiodinasi dari iodotirosin di dalam sel tiroid dengan konsevasi dan penggunaan dari
iodida yang di bebaskan
di bawah lingkungan tertentu deiodinisasi -5 dari T₄ menjadi Tɜ intratiroidal.
Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikoprotein unik,tiroglobulin,dan suatu enzim
esensial.
1. Tiroglobulin
Merupakan suatu molekul glikoprotein besar yang mengandung 5496 asam amino,dengan
suatu berat molekul sekitar 660.000 dan kofisien endapan sebesar 19S. Mengandung sekita
140 residu tirosil dan sekitar 10 %karbohidrat dalam bentuk manosa,N-
asetilgulkosamin,galaktosa,fukosa,asam sialatdan sulfat dan kondroitin.senyawa triglobulin
19S merpakan suatu dimer dari dua subnit 12S dan suatu tetramer 27S sring di temukan
kandungan iodin dari molekul dapat bervariasi 0,1 % hingga 1% menurut berat .dalam
tiroglobulinyang mengandung 0,5 iodin (26 atom iodin per 660-kDa molekul ) molekul
monoiodotirosin(MIT),4,5 molekul diiodtirosin (DIT)2,5 molekul tiroksin(T₄)dan 0,7
molekul triiodotiroin (Tɜ)sekitar 75% dari monomer tiroglobulin terdiri dari daerah berlulang
tanpa tanpak tempan hormogenik.
Gen tiroglobulin manusia (HTG) terletak dari lengan panjang dari kromosom 8 distal dari
onkogen m-myn.TSH merangsang traskipsi dari gen tiroglobulindan hipofisektomi atau terapi
Tɜ menurunkan transkipsinya dari gen tiroglobulin mengandung sekitar 8500 neuklotida,yang
menjadi monomer pretiroglobulin (pre-ge)monomer pretiroglobulin mengandung suatu
peptida sinya 19- asam amino,di ikuti oleh suatu rantai 2750 asam-amino yang membentuk
monomer tiroglobulin mRNA di terjemahkan dalam rektikulum edoplsmik kasar.dan rantai
tiroglobulin diglikosilasi selama transpor ke apartus golgi.dalam apartus golgi dimer
tiroglobulin di masukan ke dala vesikel eksositotik yang berpungsi dengan memberan basalis
dan melepaskan tiroglobulin ke dalam lumen folikuler.di sini pada batas koloidapikal
tiroglobulin diiodinisasi dan di simpan dalam kaloid.
2. Peroksidase tiroidal
Merupaka suatu glikoprotein terikat membran dengan suatu berat molekul sekitar 102.000
dan suatu senyawa hem sebagai kelompok prostetik dari enzim,enzim ini memperantai
oksidasi dari ion iodida maupun pemasukan dari iodin kedalam residu tirosin dari
tiroglobulin,proksidase tiroidal di sintesis dalam retikulum endoplasmik kasar (RER= rough
endoplasmic rectikulum)setelah di sisipkan ke dalam membrandari sisternanya,zat ini di
tranfer ke permukaan sel apikal oleh unsur golgi dan vesikel eksositik.pada interaksi sel
kalaoid zat ini tersedia untuk iodinisasi dan hormogenesisi dalam tiroglobulin.biosintesis
proksidase tiroidal di rangsang oleh TSH.
3. Transpor iodidal
I di transpor melintas membran basalis dari sel tiroid oleh suatu proses yang memerlukan
energi aktif yang tergantung pada ATPase Na+ - Ka +sistem transpr aktif ini memungkinkan
kelenjar tiroid manusia untuk mempertahanka suatu konsentrasi iodida bebas 30-40 kali di
bandingkan plasma .jebakan tiroidida di rangsang jelas oleh TSH dan oleh antibodi
perangsang reseptor TSH ( TSH-R ab [stim])di temukan pada penyakit graves .jebakan ini
dapat di jenuhkan dengan sejumlah besar I dan di inhibasi oleh ion –ion seperi
CIO₄,SCN,NOɜ dan TcO₄ beberapa ion ini memepunyai klinik telah di gunakan dengan 123I
untuk memeprlihatkan cacat organifikasi dalam kelenjar tiroid,zat ini akan mengeser dan
akan mememungkinkan perabasan (dischrge)dari I nonorganifikasi dari jebakan
iodida .kalium perklorat dan kalium tiosianat telah di gunakan untuk mengobati
hipertiroidismryang di timbulkan oleh iodida.
4. Iodinisasi tirosil dalam tiroglobulin
Di dalam sel tiroid pada interaksi sel koloid ,iodida dioksidasi dengan cepat oleh H₂O₂ di
katalisasi oleh tiroperoksidase dan di ubah menjadi suatu perantara aktif yang di gabungkan
ke dalam residu tirosil dalam tiroglobulin H₂O₂ kemungkinan di bangkitkan oleh suatu
oksidase dihidroniotinamid adenin dinukleotida fosfat (NADPH)dengan adanya Ca²ᶧ proses
ini di stimulasi oleh TSH.perantara iodinisasi ini kemungkinan ion iodinum( Iᶧ) hipoiodat,atau
suatu radikal bebas iodin.tempat iodinisasi pada batas apikal (koloid)dari sel tiroid dapat di
lihat melalui autoradiografi.
5. Penggabungan dari residu lodatirosil dalam tiroglobulin
Penggabungan residu iodotirosil dalam tiroglobulin juga di katalisir oleh peroksidase
tiroidal. Di perkirakan bahwa hal ini merupakan suatu mekanisme intramolekuler melibatkan
3 lankah:
oksidasi dari residu iodotirosil menjadi suatu bentuk traktivasi oleh
peroksidase tiroidal.
penggabungan dari residu iodotirosil teraktivasi didalam molekul
tiroglobulin yang sama untuk membentuk suatu kuinol eter intermedia.
pemecahan dari kuinol eter membentuk iodotironin,dengan konversi dari
rantai samping alanin dari iodotirosin donor menjadi dehidroalanin.
Untuk terjadinnya proses ini,stuktur dimerik dari tiroglobulin penting. Di dalam molekul
tiroglobulin.dua molekul DIT dapat mengadakan penggabungan membentuk T4,dan suatu
molekul MIT dan DIT dapat mengadakan penggabungan membentuk T3. Obat-obatan
tiokarbamid terutama propiltiourasil,metimazol,dan karbimazol merupakan inhibitor poten
dari peroksidase tiroidal dan akan menghambat sintesis hormon tiroid. Obat –obat ini secara
klinik berguna dalam penatalaksanaan hipotiroidisme.
6. Preteolisis tiroglobulin dan sekresi hormon tiroid
Enzim lisosomal di sintesis oleh retikulum endoplasmik kasar dan di kemas oleh aparatus
golgi ke dalam lisosom.Struktur ini di kelilingi oleh membran,mempunyai suatu interior yang
bersifat asam dan di isi dengan enzim preteolitik,termasuk
protease,endopeptidase,hidrolisaglikosida,fosfatase,dan enzim-enzim lain. Pada interaksi sel
koloid,koloid di telan ke dalam suatu vesikel koloid oleh suatu proses makropinositosis atau
mikropinositosis dan di absorbsi ke dalam sel tiroid. Kemudian lisosoma berfungsi dengan
vesikel koloid dan terjadi hidrolisis dari tiroglobulin,melepaskan T4,T3, DIT,MIT, fragmen
peptida, dan asam amino. T3 dan T4 di lepaskan ke dalam sirkulasi, sementara MIT dan DIT
di deiodinisasi dan di lestarikan. Triglobulin dengan kandungan iodin yang rendah lebih cepat
di hidrolisa ketimbang triglobulin dengan kandungan iodin yang tinggi,yang kemungkinan
bermanfaat dalam daerah geografik dimana asupan iodin natural rendah. Sekresi hormon
tiroid distimulasi oleh TSH,yang mengaktivasi adenilil siklase dan oleh analog
cAMP(Bu)₂cAMP,menunjukan zat ini dependen cAMP,proteolisis triglobulin di inhibisi
oleh kelebihan iodida dan oleh litium,yang seperti litium karbonat,di gunakan untuk terapi
keadaan manik depresif.
7. Deiodinisasi intratiroidal
MIT dan DIT dibentuk selama sintesis dari hormon tiroid di deiodinisasi oleh deiodinase
intratiroidal. Enzim ini merupakan suatu flavoprotein yang tergantung pada NADPH di
temukan dalam mitokondria dan mikrosoma. Bertindak pada MIT dan DIT tetapi tidak pada
Tᶾ dan T₄. Iodida yang di lepaskan sebagian besar di gunakan kembali untuk sintesis
hormon;sejumlah kecil keluar dari tiroid masuk dalam pool tubuh.
C. KELAINAN DALAM SINTESIS DAN PELEPASAN HORMON TIROID
a. defek metabolik yang di turunkan (dishormongenesis)
Defek metabolik yang di turunkan dapat melibatkan setiap fase dari biosintesis
hormonal. Hal ini menimbulkan “dishormogenesis” atau gangguan sintesis hormon.pasien di
temukan dengan pembengkakan tiroid atau goiter hipotiroidisme ringan hingga berat ,serum
Tɜ dan T₄ yang rendah dan TSH serum yang meningkat,defek ini di laporkan secara lebih
dalam bab mengenai goiter nontosik
b.Efek defisiensi iodida pada biosintesis hormon
Suatu diet dengan iodin sangat rendah menurunkan kandungan iodin
intratiroid,meningkatkan rasio intratiroidal MIT terhadap DIT,meningkatkan rasio Tᶾ
terhadap T₄,menurunkan sekresi dari T₄ dan meningkatkan THS serum. Pada orang dewasa
dapat menimbulkan goiter,dengan satu ambilan iodin yang tinggi dan hipotiroidisme ringan
sama berat:pda neonatus,hal ini dapat menimbulkan kretinisme.
c. Efek dari kelebihan iodin pada biosintesis hormon
Dosis iodida semakin meningkat yang di berikan pada tikus dengan depisiensi iodida
pada awalnya menimbulkan peningkatan organifikasi iodida dan pembentukan hormon
hingga di capai suatu kadar kritis,pada titik ini terjadi inhibisi organifikasi dan hormogenesis
menurut efek wolff chikoff kemungkinan di sebabkan oleh inhibasi dari pembangkitan H₂O₂ oleh kandungan intratiroidal yang tinggi.pengamantan yang paling mencolok adalah bawhwa
efek ini adalah sementar dan kelenjar tiroid yang normal “lolos” dari efek I.
D. TRANSFOR HORMON TIROID
Hormon tiroid di akut dalam ikatan serum dengan protein kalier,walapun hanya 0,04%
dari T₄ dan 0,04% dari Tɜ dalah bebas bagian ini merupakan fraksi bebas yang merupakan
penyebaba dari aktifitas hormonal ,terdapat tiga protein transfor hormon tiroid utama globulin
pengikat-tiroksin (TBG),prealbulin pengikat troksin (TBPA) atau trastiterin dan albumin,
a. Globulin pengikat
TBG suatu rantai polipepida tunggal 54-kDa di sintesis dalam hepar mengandung 4 rantai
kabohidrat merupakan 23% dari berat molekul dan mempunyai hemologi dengan
antikimotrpsin dan antitiripsin secara normal terdapat sekitar 10 residu asam sialat dari
molekul menimbulkan penurunan bersihan metabolik peningkatan kadar TBG mempunyai
tepat pengikatan tunggal untuk T₄ dan Tɜ konsentrasi TBG serum adalah 15-30 μg/ml atau
280 -560 nmol/L kostanta afinitas (Ka) untuk T₄ adalah
1 x 10¹º Mˉ¹ dan untuk Tɜ adalah 5 x 10ᶿ Mˉ¹ anfis yang tinggi terdapat Tɜ dan T₄ memungkinkan TBG membawa sekitar 70% dari hormon tiroid sirkulasi.
b. Prealbumin pengikat-tiroksin
Trasterieterin atau prealbumin pengiat-tiroksin (TBPA)merupakan suatu polipepida
globuler 55 kDa yang terdiri dari empat subnit identik masing masing mengandung 127 asam
amino mengikat sekitar 10 % dari T₄ sirkulasi afintasnya untuk Tɜ adalah sekitar 10 kali lipat
lebih rendah dari pada untuk T₄sehingga sebaian besar membawa T₄. Disosiasi dari T₄ dan
Tɜdari TBPA sangat cepat sehingga TBPA mesrupkan suatu sumber dari T₄ yang di dapat
dengan cepat.terdapat tempat pengikat TBPA untuk protein pengikat retional tetapi traspor
dari T₄ tidak tergantung dari traspor protein pengikat retional.konsentrasu dari TBPA dalam
serum adalah 120-240 mg/L atau 2250-4300 nmol/L.
Peningkatan kadar TBPA dapat bersifat famelian dan terjadi pada pasien dengan
glucagonoma Atau karsinoma sel pulau larenghas pangkreas .pasien-pasoen ini mengalami
suatu peningkata total T₄.
c. Albumin
Albumin mempunyai suatu tempat pengikat yang kuat untuk T₄ dan Tɜ dan beberpa
penikat yang lebih lemah karena konsentarsinya yang tinggi dalam serum,albumin membawa
sekitar 15% dari T₄ dan Tɜsirkulasi.angka disosiasi yan g tinggi dari T₄ dan Tɜ dari albumin
membuat karier ini suatu sumber utama dari hormon bebas bagi jaringan .hipolbuminemia
seperti terjadi ada nefrosis atau pada sirosis hepatis berkaitan denga suatu T₄ dan Tɜ dengan
total yang rendah tetapi kadar hormon bebas normal.
Hipertiroksenemia disalbuminemia familial merupakan suatu ganguan ausotomal dominan
yang di wariskan di mana 25% dari albumin memperlihatkan pengikatan T₄ berafinitas
tinggi,mengakibatkan kadar T₄ total meninggi ,tetapi T₄ yang bebas normal
eutiroidisme,anfitas untuk Tɜdapat meninggi tetapi biasanya normal.
E. METABOLISME DARI HORMON TIROID
Sekresi harian dari kelenjar tiroid normal adalah sekitar 100 nmol T₄ sekitar 5nmol
Tɜdan kurang dari 5nmol Tɜ reversa (rTɜ)yang secara metabolik tidak aktif sebagian beras
dari pool Tɜ plasma berasal dari metabolik perifer (5 deiodinasi)T₄.aktivitas biologik dari
hormon tiroid sangat tergantung pada tempat dari atom iodin,deiodinisasi dari cincin luar T₄ (deiodinasi-5)menghasilkan 3,3,5 triodotiroin (Tɜ) ,yang tiga sampai delapan kali lebih poten
ketimbang T₄ .di pihak lain deodinisasi dari cincin dalam T₄(deiodnisasi-
5)menghasilkann3,3,5 triioditroin (reverse Tɜ atau rTɜ) yang secara metabolik inertlintasan
deiodinatif dari metabolsme tiroksin,monodeiodinisasi daricincin luar tiroksin merupakan
suatu proses “peningkatan” meningkatkan aktivitasmetabolik dari senyawa yang di hasilkan
secara monodeiodinisasi dari cincin dalam merupakan suatu peroses “penurunan” atau
inaktivasi deiodinisasi lanjutan dari molekul menghapus aktivitas hormon .
Paling sedikit 3 enzim mengkatalisir reakis monodeiodinisasei ini :tipe 1 deiodnisase-5,tipe 2
deiodnisase-5 dan tipe 3 deiodnisase cincin tirosil, atau deiodnisase-5,mereka berbeda dalam
lokalisasi jaringan ,spesifisitas substrat,dan efek dari penyakit.
Diodinisase merupakan deodinase paling banyak dan sebaian besar di temukan di dalam
hepar,ginjal dan lebih sedikit dalam kelejar tiroid ,otot rangka,otot jantung dan jaringa
lainya ,kloning molekular dari deiodinase -5 tipe 1 telah mengungkapkan bahwa molekul ini
mengandung selenosistein dan ini kemungkinan merupakan tempat diodinisasi aktif.fungsi
utama dari diodinase-5n tipe 1 untuk memberikan Tɜ kepada plasma .bahan ini meningkat
pada hipertiroidisme dan menurun pada hipotiroidisme penigkatan aktivitas Pada
hiperiroidisme sebagaian menyebabkan kadar T3 yang tinggi pada sindroma ini enzim ini
dihamabt oleh propilitourasil tetapi bukan oleh timazol, yang menjelaskan mengapa
propilitourisil lebih efektif kadar T3 pada hipertiroidisme berat. Aktivitas inhibisi deiodinase-
5 tipe 1 menimbulkan gangguan konversi dari T4 menjadi T3. Sejumlah keadaan yang
berkaitan dengan penurunan konversi T4 menjadi T3 . Perhatikan bahwa hanya propitiourasil
dan ipodat mengganggu konversi intraselular dari T4 menjadi T3 keadaan lain dapat
memodifikasi rasio T4 menjadi T3 dalam serum, yang memerulaakan interprestasi dari uji
tiroid, tetapi mereka tidak mengubah produksi T3 intraselular. Defisiensi selenium dalam
makanan juga mengganggu konversi dari T4 menjadi T3. Dengan adanya defesiensi iodine,
penggantian selenium menyebabkan peningkatan aktivitas deiodinase , suatu percepatan dari
merabolisme T4 dan hipotiroidisme yang memburuk , karena kelenjar yang kekurangan
iodine tidak dapat mengkompensaqsi peningkatan metabolism T4.
Deiodinase tipe 2 sebagaian besar ditemukan dalam otak dan kelenjar hipofisis. Enzi
mini resisten terhadap propilitiourasil tetapi sangat peka terhadap T4 yang beredar . Efek
utama dari enzim ini adalah untuk mempertahankan suatu kadar yang konstan dari T3
intraselular dalam susunan sara pusat. Penurunan kadar T4 intaselular dalam susunan saraf
pusat. Penurunan dari T4 yang beredar menimbulkan peningkatan jumlah enzim dengan cepat
dalam otak dan sel-sel hipofisis, kemungkinan dengan mengubah kecepatan degradasi dan
inktivasi enzim, mempertahankan kadar T4 serum yang tinggi menurunkan deiodinase tipe 2,
melindungi sel otak dari T3 yang berlebihan. Keadaan ini merupakan mekanisme dengan
mana hipotalamus dan hipofisis memantau kadar T4 yang beredar. Produk metabolic lain dari
metabolism T4 seperti rT3 dapat juga memodifikasi kadar deiodinase tipe 2dalam otak dan
kelenjar hipofisis dan senyawa adrenergic alfa rangsang deiodinase tipe 2 dalam lemak
coklat. Makna fisologik dari reaksi ini tidak jelas.
Deiodinase tipe 3 ata diodinase cincin tirosil, ditemukan dalam membrane korionik
plasenta dan sel-sel glia dalam susunan saraf pusat. Enzim ini mengaktivasi T4 dengan
mengubahnya menjadi rT3 dan t3 dengan mengubahnya menjadi dioidotironin 3,3 (3,3-T2).
Enzi mini menibgkat pada hipotiroidisme. Dengan demekian, enzim ini dapat membantu
untuk melindungijanin dan otak dari kelebihan atau defesiensi T4.
Sekitar 80% dari T4 dimetabolisir melalui deiodinisasi , 35% menjadi t3 dan 45% menjadi
rT3. Sisanya sebagian besar diinaktivasi melaluiglukuronidasi dalam hepar dan sekresi ke
dalam empedu atau hingga suatu tingkat yang lebih kecil melalui sulfonasi dan deiodinissasi
dalam hepar atau ginjal .reaksi metabolic lain termasuk deaminasi dari rantai samping alanin,
membentuk turunan asam tiroasetat dengan aktivitas biologic yang rendah atau dekaboksilasi
atau pembelahan dari jembatan eter, membentuk senyawa tidak efektif.
Nilai kinetic iodotironin yang representative di ringkaskan dalam table 4-5. Volume
distribusi adalah jumlah plasma yang dapat mengandung ekuivalen pool ekstratiroidal total
dari senyawa. Dengan demikian, untuk T4 , konsentrasi serum adalah sekitar 100 nmol/L,
volume distribusi adalah sekitar 10L dan pool tubuh adalah sekitar 1000 nmol. Angka
bersihan metabolic untuk T4 hanya sekitar 10% perhari (100nmol) dan paruh hidup dari T4
dalam plasma adalah 7 hari. Pool T3 tubuh lebih kecil dan pergantiannya lebih cepat, dengan
lebih kecil dan pergantiannya lebih cepat, dengan paruh-hidup plasmanya 1 hari. Pool rt3
tubuh total ukuran sama dengan T3 , teta[I mempunyai pergantian ukuran sama dengan T3,
tetapi mempunyai pergantian yang lebih cepat, dengan suatu paruh hidup .
Tabel. Keadaan – keadaan atau faktor-faktor berhubungan dengan penurunan koversi
t4 menjadi T.
1. Kehidupan fetus
2. Pembatasan kalori
3. Penyakit hepar
4. Penyakit sistemik mayor
5. Obat-obatan :
Propiltiourasil
Glukokortikoid
Propanolol
Zat kontras rontgen teriodinasi (asam lopanoat, natrium ipodat)
Amiodaron
6. Defesiensi selenium
Plasma hanya 0,2 hari . Bersihan yang cepat dari T3 dan rT3 disebabkan oleh afnitas
pengikatan yang lebih rendah untuk protein pengikatan tiroid.
F. KONTROL DARI FUNGSI TIROID
Pertumbuhan dan fungsi dari kelenjar tiroid paling sedikit dikendalikan empat
mekainisme : (1) sumbu hipotalamus hipofisis tiroid klasik , dimana hormone pelepas
tiroropin hipotalamus (TRH) merangsang sintesis dan pelepasan dari hormon perangsang
tiroid hipofisis anterior (TSH) yang pada gilirannya merangsang sekresi hormon dan
pertumbuhan oleh kelenjar tiroid (2) deiodinase hipofisis dan perifer, yang memodifikasi efek
dari T4 dan T3 (3) autoregulasi dari sintesis hormone oleh kelenjar tiroid sendiri dalam
hubungannya dengan suplai iodinnya dan (4) stimulasi atau inhibisi dari fungsi tiroid oleh
autoantibody resptor TSH.
a. Thyrotropin- releasing Hormon
Hormonpelepas tirotropin (TRH) merupalan suatu tripeptida, prioglutamil-histidil-
prolineamida,disintesis oleh neuron dalam nuclei supraoptik dan supraventrikuler dari
hipotalamus. Hormon ini disimpan eminensia median dari hipotalamus dam kemudian
diangkut via system venosa portal jipofisis ke batang hipofissi ke kelnjar hipofisis anterior,
dimana ia mengendalikan sintesis dan pelepasan dari TSH. TRH juga ditemukan pada bagian
lain dari hipotalamus, otak dan medulla spinalis, dimana ia berfungsi sebgaia suatu
neurotransmitter. Gen untuk prepro TRH mengandung suatu unit transkripsi 3,3-kb yang
menyadni enam molekul TRH. Gen ini juga menyandi neuripeptida lain yang secara biologic
kemungkinan bermaknsa. Pada kelenjar hipofisis anterior, TRH berikatan dengan resptor
membrane spesifik pada triotrop dan sel pansekresi-prolatin, merangsang sintesis dan
pelepasan TSH maupun prolaktin. Hormon tiroid menyebabkan suatu pengosongan lambat
dari respetor TRH hipofisis, mengurangi respons TRH estrogen meningkatkan resptor
TRH ,meningkatkan kepekeaan hipofisis terhadap TRH.
Respons dari tritrop hipofisis terhadap TRH adalah bimodal : pertama, merangsang
pelepasan dari hormone yang disimpan , kedua merangsang aktivasi gen yang meningkatakan
sintesis hormone. TRH diberikan dengan resprotnya pada tritrop dan mengaktivasi suatu
protein G, yang pada giliriannya mengaktivasi fosfolipase C untuk mengindrolisa
fosfatidilinositol bilfosfat (PIP2) menjadi inositol triposfat (IP3). IP3 merangsang pelepasan
Ca2+ intraselular , yang menyebabkan respons letupan pertama dari pelepasan hormone.
Secara serentakk, terdapat pembangkitan dari diasilgliserol , yang mengaktivasi protein
kinase C, walaupun bertanggung jawab untuk fase kedua dan bertahan dari sekresi hormone.
Peningkatan dalam ca2+ intraselular dan kinase protein C dapat melibatkan suatu
penignkatan trasnkripsi . TRH juga merangsanng glikosilasi TSH, yang duperlukan untuk
aktivitas bilogik penuh dari hormon ini . Dengan demikian pasien dengan tumor hipotalamus
dan hiptiroidisme kemungkinan mempunyai TSH yang terukur , yang tidak aktif secara
biologic.
Penelitian in vitro dan inviro memperlihatkan bahwa T3 secara langsung menginhibisi
transkripsi dari gen prepro TRH dan dengan demikan pula sintesis TRH dan dengan demikan
pula sintesis TRH dalam hipotalamus. Karena T4 diubah menjadi T3 didalam neuron
peptidergik, maka hal ini juga merupakan inhibitor yang efektif dari sintesis dan sekresi
TRH.
TRH dimetbolisir dengan cepat , dengan suatu waktu paruh hormone yang diberikan
secara intravena secar 5 menit. Kadar TRH plasma pada orang normal sangat rendah,
berentang dari 25 hingga 100 pg/mL.
Sekresi TSH yang dirangsang TRH terjadi dalam suatu cara pulsasi sepanjang 24 jam .
Subjek normal mempunyai suatu amplitude pulsa TSH rata-rata sekitar 0,6µU/mL dan suatu
frekuensi rerata satu pulsa setiap 1,8 jam . Disamping itu ,orang normal memperlihatkan
irama sirkadian, dengan suatu TSH serum puncak pada malam hari, biasanya anatar tengah
malam dan jam 4 pagi .Puncak ini tidak berhubungan dengan tidur , makan atau sekresi
hormon hipofisis lain. Irama ini kemungkinan dikontrol oleh suatu “genetor pulsa”neuronal
hipotalamik yang mendorong sintesis TRH dalam nuclei supraoptik dan supraventikular.
Pada pasien hipotiroid, ampiltudo dari pulsa dan peningkatan nocturnal lebih besar
dibandingkan normal, dan pada pasien dengan hipertiroidisme kedua pulsa dan peningkatan
nocturnal mengalami supresi yang nyata.
Hormone dan obat-obatan tertentu dapat mengubah sintesis dan pelepasan TRH.
Sekresi TRH disitimulasi oleh penurunan T4 atau T3 serum (dengan penurunan T3
intraneuronal), oleh agonis adregenik-alfa dan oleh arginin vasopressin . Sebaliknya, sekresi
TRH diinhibasi oleh peningkatan T4 dan T3 serum (dengan T3 intraneuronal yang
meningkat) dana blockade alfa adrnergik.
TRH yang diberikan secara intravena pada manusia dengan dosis bolus 200-500 µg
menimbulkan suatu peningkatan yang cepat dari TSH serum, mencapai puncak pada sekitar
30 menit dan bertahan selama 2-3 jam.
b. Tritropin
Thyroid-stimulating hormone (hormone perangsang-tiroid) atau tritropin (TSH)
merupakan suatu glikoprotein yang disintesis dan disekresikan oleh tritrop dari kelenjar
hipofisis anterior. Mempunyai berat molekul 28.000 dan terdiri dari dua subunit yang
dihubungkan secara kovalen, alfa dan beta. Subunit alfa lazim untuk dua glikoprotein
hipofisis lain, FSH dan LH dan juga untuk hormone plasenta hCG, subunit beta berbeda
untuk setiap hormone glikoprotein dan memberikan sifat pengikatan dan aktivitas biologic
yang spesifik. Subunit alfa manusia mempunyai suatu inti apoprotein dari 92 asam amino dan
mengandung satu rantai oligosakarida. Glikosilasi terjadi dalam retrikulum endoplasma
kasar dan Golgi dari tritrop, dimana residu glukosa , manosa dan fukosa dan sulfat terminal
atau residu asam sialik dihubungkan dengan inti apoprotein.
G. KERJA HORMON TIROID
a. Reseptor Hormon Tiroid
Hormon tiroid T3 dan T4, beredar dalam plasma sebagaian besar terikat pada protein
tetapi dalam keseimbangan dengan hormone bebas. Hormon bebaslah yang diangkut melalui
difusi pasif ataupun karier spesifik melalui membrane sel, melalui sitoplasma sel,untuk
berikatan dengan suatu resptor spesifik pada inti sel. Didalam sel T4 diubah menjadi T3
melalui deodinase, menunjukkan bahwa T4 merupakan suatu prohormon dan T3 telah
dimurnikan. Merupakan salah satu dari “keluarga” resptor , kesemuannya sama dengan
resptor untuk retrovirus yang menyebabkan eritroblasis pada anak ayam dan terhadap resptor
inti ini untuk glukokortikoid , mineralokortikoid ,estrogen,progestin,vitamin D3 dan asam
retionat . Reseptor hormone tiroid manusia terdapat dalam paling tidak tiga bentuk hTR-α 1
dan 2 dan hTR-β1. hTR-α mengandung 410 asam amino, mempunyai berat molekul sekitar
47.000 dan gennya terletak pada kromoso 17. hTR-β mengandung 456 asam amino, dengan
berat molekul sekitar 52.000 dan gennya terdapat pada kromosom 3. Setiap resptor
mengandung 3 daerah spesifik suatu daerah amino terminal karboksil. Ada kemungkinan
bhawa hTR-β1 dan hTR-α1 merupakan bentuk reseptor yang aktif secara bilogik hTR- α2
tidak mempunyai kemampuan mengikat hormone, tetapi berikatan dengan unsur respons
hormone tiroid (TRE) pada DNA dan dengan demikian dapat bertindak pada beberapa kasus
untuk menghambat aktivitas dari T3. Afnitas pengikatan dari analog T3 terhadap reseptor T3
berbanding langsung dengan aktivitas biologic dari analog. Mutasi titik pada gen hTR-
β,yang menimbulkan reseptor T3 abnormal, merupakan penyebab dari sindrom resistensi
generalist terhadap hormone tiroid . Reseptor hormone tiroid dengan tempat TRE spesifik
pada DNA tanpa adanya T3 tidak seperti kasus dengan resptor hormone steroid.
b. Efek Fisologik Hormon tiroid
Efek transkripsional daro T3secara larakteristik meperlihatkan suatu lag time berjam-jam
atau berhari-hari untuk mencapai efek yang penuh . Aksi genomic ini menimbulkan
sejemulah efek, termasuk efek pada pertumbuhan jaringan ,pematangan otak dan peningkatan
produksi panas dan konsumsi oksigen sebagaian disebabkan peningkatan aktivitas dari Na+-
K+ ATPase, produksi dari reseptor beta adrenergic yang meningkat. Sejumlah aksi dari T3
tidak genomic, seperti penurunan dari deiodinase tipe 2 hipofisis dan peningkatan dari
trnaspor glikosa dan asam amino. Sejumlah efek spesifik dari hormone tiroid diringkaskan
berikut ini.
c. Efek pada Perkembangan Janin
System TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia sekitar
11 minggu. Sebelum saat ini, tiroid janin tidak mengkonsentrasikan . Karena kandungan
plasenta yang tinggi dari deiodinase tipe 3 , sebagian besar T3 dan T4 maternal diinaktivasi
dalam plasenta dan sangat sedikit hormone bebeas mencapai sirkulasi janin. Dengan
demikian, janin sebgaian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendir. Walaupun sejumlah
pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormone tiroid janin, perkembangan otak dan
pematangan skeletal jelas terganggu, menimbulkan kretinisme (retradasi mental dan
dwarfisme).
d. Efek pada konsumsi Oksigen, Produksi panas dan pembentukan Radikal Bebas
T3 meningkatkan konsumsi 02 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+-K+
ATPase dalam semua jaringan kecuali otak,lien dan testis. Hal ini nerperadn pada
peningkatan kecepatan metabolism basal(keseluruhan konsumsi 02 hewan saat istirahat ) dan
peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme. Hormon tiroid juga menurunkan
kadar dismutase superoksida , menimbulkan peningkatan pembentukan radikal bebas anion
superoksida. Hal ini dapat berperan pada timbulnya efek mengganggu dari hipertitoidisme
kronik.
e. Efek kardiovaskular
T3 mernagsang transkripsi dari rantai berat α myosin dan menghambat rantai beratβ
myosin, memeprbaiki kontraktilitas otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi dari Ca
2+ ATPase dalam reticulum sarkoplasmik, meningkatkan kontraksi diastolic jantung
mengubah isoform dari gen Na+ K+ ATPase gen dan meningkatkan resptor adrenergic beta
dan konsentrasi protein G. Dengan demikian , hormone tiroid mempunyai efek intropik dan
krontropik yang nyata terhadap jantung. Hal ini merupakan penyebab dari keluaran jantung
dan peningkatan nadi yang nyata hipertiroidisme dan kebalikannya pada hipotiroidisme.
f. Efek simpatik
Seperti dicatat diatas,hormone tiroid meningkatkan jumlah respetor adrenergic beta
dalam otot jantung, otot skeletal , jaringan adipose dan limfosit. Mereka juga menurunkan
reseptor aderenergik alfa miokardial. Di samping itu,mereka juga dapat memperbesar aksi
kateolamin pada ptempat pascareseptor. Dengan demikian , kepekaan terhadap katekolamin
meningkatkan dengan nyata pada hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan adrenergic
beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan takikardi dan aritmia.
g. Efek pulmonary
Hormone tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne normal pada
pusat pernafasan. Pada hipotiroidisme berat, terjadi hipoventilasi, kadang-kadang
memerlukan ventilasi bantuan.
h. Efek Hematologik
Peningkatan kebutuhan selular akan 02 pada hipertiroidisme menyebabkan
peningkatan produksi eritroprotein dan peningkatan eritropoiesis. Namun, volume darah
biasanya tidak meningkatkan karena hemodilusi dan penigkatan penggantian eritrosit.
Hormone tiroid meningkatkan kandungan, difosgliserat eritrosit,memungkinkan peningkatan
disosiasi 02 hemoglobun dan meingkatkan penyediaan 02 kepada jaringan. Keadaan yang
sebaliknya terjadi pada hipotiroidisme.
i. Efek Gastrointestinal
Hormone tiroid merangasang motilitas usus, yang dapat menimbulkan peningkatan
motilitas dan diare pada hipertiroidisme dan memperlambat transit usus serta konstipasi pada
hipotiroidisme. Hal ini juga menyumbang pada timbulnya penurunan berat badan yang
sedang pada hipotiroidisme dam pertambahan berat pada hipotiroidisme.
j. Efek Skeletal
Hormone tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang , meningkatkan resorpsi
tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil, pembentukan tulang. Dengan
demikian,hipertiroidisme dapat menimbulkan osteopenia yang bermakna dan pada kasus
berat, hiperkalsemia sedang, hiperkalsiuria, dan peningkatan ekskresi hidroksiprolin utin dan
hubungan silang pyridinium.
k. Efek Neuromuskular
Walaupun hormone tiroid mernagsang peningkatan sintesis dari banyak protein structural,
pada hipertiroidisme terdapat peningkatan penggantian protein dan kehilangan jaringan otot
atau miopati. Hal ini dapat berkaitan dengan kreatinuria sontan. Terdapat juga suatu
peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot,secara klinik diamati adanya hiperefleksia
atau hipertiroidisme atau sebaliknya pada hipotiroidisme. Hormone tiroid penting untuk
perkembang dan fungsi normal dari susunan saraf pusat dan hiperaktivasi pada
hipertiroidsme serta kelembaban pada hipotiroidsme dapat mencolok.
l. Efek Lipid Metabolisme Karbohidrat
Hipertiroidisme meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati demikan pula
absorbs glukosa usus. Dengan demikian, hipertiroidisme akan mengeksaserbasi
diabetes ,ilitus primer. Sintesis dan degradaasi kolesterol keduanya meningkat oleh hormone
tiroid. Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu peningkatan dari reseptor
low dnsity lipoprotein (LDL) hati, sehingga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas tiroid
yang berlebihan . Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan gliserol. Sebaliknya,
kadar kolesterol meningkat pada hipotiroidisme.
m. Efek Endokrin
Hormon tiroid meningkatkan pergantian metabolic dari banyak hormone dan obat-
obatan farmakologik. Contohnya, waktu paruh dari kortisol adalah sekitar 100 menit pada
orang normal,sekitar 50 menit pada pasien hipertiroid, sekitar 150 menit pada pasien
hipotiroid. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pasien hipertiroid, dengan fungsi
adrenal normal sehingga mempertahankan suatu kadar hormone sirkulasi yang normal.
Namun , pada seseorang pasien dengan insufisiensi adrenal, timbulnya hipertiroidisme atau
terapi hormone tiroid dari hipertiroidimse dapat mengungkapkan adanya penyakit adrenal.
Ovulasi dapat terganggu pada hipertiroidisme, menimbulkan inferlitas , yang dapat dikoreksi
dengan pemulihan keadaan eutiroid. Kadar prolaktin serum meningkatkan sekitar 40% pada
pasien dengan hipotiroidisme,kemungkinan suatu manifestasi dari peningkatan pelepasa
TRH, hal ini akan kembali normal dengan terapi T4 .
HIPERTIRODISME
A. Definisi Hipertiroid
1. Hipertiroidisme
a. Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormon tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis yang terjadi bila jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon ini. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah. Seperti kebnyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20-40 tahun ( asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin/oleh Hotma Rumahorbo;editor,Yasmih Asih-Jakarta:EGC,1999)
b. Menurut Martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh komplikasi kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya walaupun dengan frekuensi yang sedikit.
c. Hipertiroidisme adalah kondisi di mana kerja hormon tiroid mengakibatkan respons yang lebih besar dari keadaan normal (Hudak & Gallo,)
B. Etiologi
- Goiter nodula toksik
- Adenoma toksik (jinak)
- Karsinoma Tiroid (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-TSH)
- Tiroiditis subakut dan kronis
- Ingesti TH
C. Manifestasi Klinis
1. Sistem integumen seperti diaphoresis, ramvut halus dan jarang dan kulit lembab
2. Sistem pencernaan seperti berat badan menurun, nefsu makan meningkat dan diare
3. Sistem muskuluskletal seperti kelemahan4. Sistem pernafasan seperti dispnea dan takipnea
5. Sistem kardiovaskular seperti palpitasi, nyeri dada, sistolik menigkat, TD meningkat, takikardi dan disritmia
6. Metabolik seperti peningkatan laju metabolisme tubuh, intoleransi terhadap panas dan suhu subfebris
7. Sistem neurologi seperti mata kabur, mata lelah, imsomnia, infeksi atau ulkus kornea, sekresi air mata meningkat, konjungtiva merah, foto pobia, tremor hiperrefeks tendon
8. Sistem reproduksi seperti amenore, volume menstruasi berkurang dan libido meningkat
9. Psikologis/emosi seperti gelisah, iritabilitas, gugup/nervous, emosi labil, prilaku mania dan perhatian menyempit
D. Patofisiologi
ingesti TH
+
Tiroiditis, ingesti TH, Goiter nodula toksik Karsinoma Tiroid
Kontrol sekresi hormon TH Hilang
Jumlah reseptor Beta adrenergik Stimulasi Kardiak Hipermetabolisme
Takikardi Curah jantung , Volume
sekuncup , Kepekaan
adrenergik , Aliran darah
perifer
Sistem saraf simpatis
Keseimbangan Notrogen negatif
Lemak menipis
Defisiensi Nutrisi
Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid (TH). Karna kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme, yang meningkatkan aktifitas sistem saraf simpatis. Jumlaj TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini engarah pada takikardi dan peningkatan curah jantug, volume sekuncup, kepekaa adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak dan hasil akhir defisiensi nutrisi.Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum pubertas mengakibatkan penurunan libido pada kedua jenis kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria maupun wanita, setelah pubertas wanita akan juga menunjukan ketidaknyamanan menstruasi dan penurunan fertilitas.
E. Komplikasi
Aritmia biasa terjadi pada pasien yang mengalami hipertiroidisme dan merupakan
gejala yang terjadi pada gangguan tersebut. Setiap individu yang mengeluhkan aritmia
harus dievaluasi untuk mengetahui terjadinya gangguan tiroid.
Komplikasi hipertiroidisme yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik (badai
tiroid) yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroidisme yang menjalani
terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid, atau dapat terjadi pada pasien yang
tidak terdiagnosis hipertiroidisme. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai
106°F) dan apabila tidak diobati terjadi kematian.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)3. Bebas T4 (tiroksin)4. Bebas T3 (triiodotironin)5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bergantung pada tempat dan penyebab hipertiroidisme.
Apabila masalahnya berada di tingkat kelenjar tiroid, terapi yang biasanya diberikan
adalah obat-obatan antitiroid yang menghambat produksi TH atau obat-obatan
penyekat betauntuk menurunkan hiperresponsivitas simpatis. Obat-obatan yang
merusak jaringan tiroid juga dapat digunakan. Misalnya iodin radioaktif (I¹³¹) yang
diberikan dalam sediaan oral, diserap secara aktif oleh sel tiroid yang hiperaktif.
Setelah masuk, I¹³¹ merusak set tersebut. Terapi ini adalah terapi permanen untuk
hipertiroidisme dan sering menyebabkan individu menjadi hipotiroid dan memerlukan
penggantian TH seumur hidup.
Tiroidektomi parsial atau total dapat menjadi pilihan terapi. Tiroidektomi total
menyebabkan hipotiroidisme, begitu pula tiroidektomi parsial.
A. TERAPI OBAT ANTITIROID
Secara umum, terapi dengan obat antitiroid paling berguna pasien pasien muda
dengan kelenjar yang kecil dan penyakit ringan. Obat obat ini (propil tiourasil atau
metamizol) diberikan sampai penyakitnya mengalami remisi spontan. Ini terjadi pada
20-40 % pasien yang di obati untuk 6 bulan sampai 15 tahun. Walapun ini merupakan
satu satunya terapi yang meninggalkan kalenjar tiroid yang utuh, ini membutuhkan
pengawasan waktu yang lama, dan insiden kambuh tinggi mungkin 60-80 %
meskipun pasien pasien pilihan.
B. TERAPI BEDAH
Tiroidektomi subtotal adalah terapi pilihan unutk pasien pasien dengan kelnjar yang
sangat besar atau goiter multinodular. Pasien dipersiapkan dengan obat antitiroid
sampai eutiroid( kira kira 6 minggu). Sebagai tambahan mulai 2 minggu sebelum hari
operasi pasien diberikan larutan jenuh kalium iodida, 5 tetes2 kali sehari. Regimen ini
secara empiris menunjukan bahwa dapat mengurangi vaskularitas kelenjar dan
mempermudah operasi.
C. TERAPI IODIN RADIOAKTIF
Pada banyak pasien tanpa dasar penyakit jantung, iodin tadio aktif dapat segera
diberikan dengan dosis 80-120 Ci/gram taksiran berat tiroid dengan dasar
pemeriksaan fisik dan scan rektilineariodida ¹²³ I. Dosis dikoreksi untuk ambilan iodin
sesuai rumus berikut :
¹³¹I(µCi/g) x perkiraan x 100 = dosis
terapeutik ¹³¹I
berat tiroid (g) Ambilan RAI 24 jam dalam µCi
Pada pasien dengan dasar penyakit jantung tirotoksiosis berat atau kelenjar yang besar
(di atas 100 gram) biasanya di inginkan agar dicapai keadaan eutiroid sebelum iodin
radioaktif dimulai. Pasien pasien ini diobati dengan obat obat anititiroid (seperti
diatas) sampai mereka eutiroid; terapi kemudian di hentikan selama 5-7 hari;
kemudian ditentukan ambilan iodin radioaktif dan juga dilakukan scan; dan suatu
dosis 100-150 uCi/gram berat tiroid, dihitung berdasarkan ambilan ini. Suatu dosis
yang sedikit lebih besar diperlukan pada pasien pasien yang sebelumnya diobati
dengan obat obat antitiroid. Setelah pemberian iodin radioaktif, kelenjar akan
mengkerut dan pasien biasanya akan jadi eutiroid dalam waktu 6-12 minggu.
H. Pencegahan
1. Gunakan garam yang mengandung yodium
2. Hindari makanan yang dapat mengurangi hormon tiroksin, seperti kol, kacang
kedelai, kacang tanah, kacang polong dan stroberi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT NANDA INTERNASIONAL 2009 – 2011
Diagnosa1 Penurunan curah jantung
Definisi :ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan karakteristik
Perubahan frekuensi/irama jantung Takikardia
Perubahan preload
Keletihan
Faktor yang berhubungan
Perubahan frekuensi jantung
Diagnosa 2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup unutk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Faktor yang berhubungan
Faktor biologis Ketidakmampuan menelan makanan
Diagnosa 3 :keletihan
Definisi : rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkah yang biasanya secara terus-menerus
Batasan karakteristik
Ketidakmampuan mempertahankan aktivitas fisik pada tingkat yang biasanya Ketidakmampuan mempertahankan rutinitas yang biasanya Kurang energi
Lelah
Faktor yang berhubungan dengan
Fisiologis
Status penyakit Peningkatan kelelahan fisik
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROIDISME MENURUT DOENGOES
Konsep asuhan keperawatan pada klien hipertiroidisme merujuk pada konsep yang
dikutip dari Doenges (2000), seperti dibawah ini :
A. Pengkajian
1. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah, gangguan
koordinasi,Kelelahan berat.
b. Tanda : Atrofi otot
2. Sirkulasi
a. Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
b. Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, Peningkatatekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat. Sirkulasi kolaps, syok
(krisis tirotoksikosis).
3. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), Rasa nyeri / terbakar,kesulitan
berkemih (infeksi), Infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, Diare,
Urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria
jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah
dan menurun, hiperaktif ( diare )
4. Integritas / Ego
a. Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
b. Tanda : Ansietas peka rangsang
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : Hilang nafsu makan, Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet :peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
b. Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid ( peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah ), bau halitosis atau manis,
bau buah ( napas aseton)
6. Neurosensori
a. Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
b. Tanda : Disorientasi, megantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut),gangguan
memori ( baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;
koma). Aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri / Kenyamanan
a. Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), Wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
8. Pernapasan
a. Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
b. Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
9. Keamanan
a. Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
b. Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnyakekuatan
umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otototot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam )
10. Seksualitas
a. Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria kesulitan
orgasme pada wanita.
b. Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma :positif
secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan kolosterol meningkat
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien yang mengalami hipertiroidisme
adalah sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan denganperubahan
mekanisme perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik,
peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
C. Perencanaan / Intervensi.
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan kriteria :
1) Nadi perifer dapat teraba normal.
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
Perhatikan besarnya tekanan nadi
Rasional : Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
b. Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
Rasional : Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh
otot jantung atau iskemia
c. Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
Rasional : S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah
jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik
d. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi
Rasional : Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan
menurunkan curah jantung
e. Catat masukan dan haluaran
Rasional : Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
dehidrasi berat.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi
Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi
Intervensi :
a. Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas. Rasional : Nadi
secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan.
b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif, dan insomnia.
c. Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
Rasional : Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
d. Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage Rasional :
Meningkatkan relaksasi
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan
penurunan berat badan)
Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria :
a. Nafsu makan baik.
b. Berat badan normal.
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
a. Catat adanya anoreksia, mual dan muntah Rasional : Peningkatan aktivitas adrenergic
dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia.
b. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari Rasional :
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid
c. kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan
perubahan mekanisme perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak
mata/eksoftalmus.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas
dari ulkus.
Intervensi :
a. Observasi adanya edema periorbital Rasional : Stimulasi umum dari stimulasi
adrenergik yang berlebihan.
b. Evaluasi ketajaman mata. Rasional : Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari
peningkatan jaringan retroorbita.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap. Rasional : Melindungi kerusakan
kornea.
d. Bagian kepala tempat tidur ditinggikan Rasional : Menurunkan edema jaringan bila
ada komplikasi.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik .
Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
dengan kriteria : Pasien tampak rileks
Intervensi :
a. Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan imsomnis.
b. Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek , konsentrasi berkurang, yang
membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informas
c. Jelaskan prosedur tindakan
Rasional : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan
interpretasi.
d. Kurangi stimulasi dari luar
Rasional : Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
a. Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat menentukan pilihan
berdasarkana informasi.
b. Berikan informasi yang tepat
Rasional : Berat ringannya keadaan, penyebab, usia dan komplikasi yang muncul
akan menentukan tindakan pengobatan.
c. Identifikasi sumber stress
Rasional : Faktor psikogenik seringkali sangat penting dalam
memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini.
d. Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional : Mencegah munculnya kelelahan.
e. Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
Rasional : Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan
mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5tahun
kedepan.
7. Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan
pola tidur.
Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam
berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a. Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat,
waktu dan orang.
Rasional : Menentukan adanya kelainan pada proses sensori.
b. Catat adanya perubahan tingkah laku.
Rasional :Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat, sensitifitas
meningkat atau menangis atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang
sesungguhnya
c. kaji tingkat ansietas
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir.
d. Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan
Rasional :Penurunan stimulasi eksternal dapat menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka
rangsang saraf, halusinaso pendengara.
e. Orientasikan pasien pada tempat dan waktu.
Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada
realita/lingkungan.
f. Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional :Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi
pasien.Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti sedatif/tranquilizer, atau obat
anti psikotik.
Rasional :Meningkatkan relaksasi, menurunkan hipersensitifitas saraf/agitasi untuk
meningkatkan proses pikir.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
4. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
5. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
6. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
7. Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam
berpikir/berprilaku dan faktor penyebab
DAFTAR PUSTAKA
-. Patofisiologi: buku saku/Elizabeth J. Corwin ; alih bahasa, Nike Budhi Subekti ; editor bahasa indonesia, Egi Komara Yudha...[et al].—Ed.3 --- Jakarta : EGC2009.-. Tinjauan Klinis Hasil pemeriksaan laboratorium/ Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson ; ali bahasa, Brahm U. Pendit, Dewi Wulandri ; editor bahasa indonesia, Huriawati Hartanto. --- Ed. 11 --- Jakarta : EGC,2004-. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin / oleh Hotma Rumahorbo ; editor, Yasmin Asih --- Jakarta : EGC, 1999-. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma
HIPOTIROIDISME
A. DEFINISI
Hipotiroisme adalah sutu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid,
yang kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme
pada bayi dan anak-anak berakibat perlambatan pertumbuhan dan
perkembangan jelas adengan akibat yang menetap yang parah seperti retardasi
mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan
perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga
intraselular, terutama pada otot dan kulit, yang menimbulkan gambaran klinis
miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa kebanyakan reversibel
dengan terapi.
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormon tiroid berada di bawah nilai
optimal.
B. ETIOLOGI DAN INSIDENS
Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan sebagai (1) primer (kegagalan tiroid),
(2) sekunder (terhadap kekurangan TSH hipofisis), atau (3) tersier (berhubungan
dengan defisiensi TRH hipotalamus)- atau mungkin karena (4) resistensi perifer
terhadap kerja hormon tiroid, hipotiroidisme dapat diklasifikasikan sebagai goiter dan
non-goiter, tapi klasifikasi ini mungkin tidak memuaskan, karena tiroiditis hasimoto
dapat menimbulkan hiporoidisme dengan atau tanpa goiter.
Insidens berbagai penyebab hipotiroidisme akan berbeda-beda tergantung
faktor-faktor geografis dan lingkungan seperti diet iodida dan asupan populasi dan
distribusi umur populasi (anak atau dewasa). Penyebab hipotiroidisme yang disusun
berdasarkan frekuensi terjadinya pada polusi dewasa di amerika serikat, diberikan
dalam tabel 4-8. Tiroiditis hashimoto mungkin merupakan penyebab hipotiroidisme
tersering.
Tabel 4-8 etiologi hipotiroid
Primer:
1. Tiroiditis hasimoto:
Dengan goiter.
Atropi tiroid idiopatik, diduga sebagai stadium akhir penyakit tiroid
autoimun, setelah tiroiditis hasimoto atau penyakit graves.
2. Terapi lodin radioaktif untuk penyakit graves.
3. Tiroidektomi subtotal untuk penyakit graves atau goiter nodular.
4. Asupan iodida berlebihan (kelp, zat warna kontras).
5. Tiroiditis subakut.
6. Penyebab yang jarang di amerika serikat.
Defisiensi iodida.
Bahan goitrogenik lain seperti litium; terapi dengan obat antitiroid.
Kelainan bawaan sintetis hormon tiroid.
Sekunder: hipopitultarisme karena adenoma hipofisis, terapi ablasi hipofisis, atau
destruksi hipofisis.
Tersier: disfungsi hipotalamus (jarang).
Resistensi perifer terhadap kerja hormon tiroid.
Pasien lebih muda, lebih sering dihubungkan dengan goiter; pada pasien lebih
tua, kelenjar mungkin dihancurkan total oleh proses imunologis dan satu-satunya sisa
penyakit ini adalah uji antibodi mikrosomal antitiroid yang terus menerus positif.
Seperti juga, stadium terakhir penyakit graves adalah hipotiroidisme. Hal ini makin di
percepat dengan terapi destruktif seperti pemberian iodin radioaktif atau tiroidektomi
subtotal. Kelenjar tiroid yang terlibat dalam penyakit autoimun lebih rentan terhadap
asupan iodida berlebihan, (seperti, makan tablet “klep”, iodide-containing cough
preparat atau obat antiaritmia amiodaron) atau pemberian media kontras radiografik
yang mengandung iodida. Sejumlah besar iodida yang besar menghambat sintesis
hormon tiroid, menimbulkan hipotiroidisme dengan goiter pada pasien dengan
kelainan kelenjar tiroid; kelenjar normal biasanya “lolos” dari blok iodida (lihat di
atas). walaupun prosesnya bisa disembuhkan sementara dengan menghentikan iodida,
penyakit dasarnya biasanya akan terus berlangsung dan biasanya akan terjadi
hipotiroidisme, Hipotiroidisme dapat terjadi selama fase lanjut tiroiditis subakut; ini
biasanya sementara, akan tetapi dapat menjadi permanen pada kira-kira 10 o/o pasien.
Defisiensi iodida adalah penyebab hipotiroidisme yang jarang ditemukan di amerika
serikat tapi lebih sering di negara-negara berkembang.obat-obat tertentu dapat
menghambat sintesis hormon dan menimbulkan hipotiroidisme dengan giter; pada
saat ini litium karbonas merupakan penyebab farmakologis tersering di hipotiroidisme
(disamping iodida), yang digunakan dalam terapi keadaan manik-depresif, dan
amiodaron. Terapi kronis (jangka panjang) dengan obat-obat antitiroid propiltiourasil
dan metimazol akan berakibat sama. Kelaianan bawaan sintesis hormon tiroid akan
berakibat terjadinya hipotiroidisme berat bila hambatan pada sintesis hormon adalah
lengkap, atau hipotiroidisme ringan bila hambatan hanya sebagian. Defisiensi
hipofisis dan hipotalamus cukup jarang ditemukan sebagai penyebab hipotiroidisme
dan biasanya dihubungkan dengan gejala-gejala dan tanda-tanda lain. Resistensi
perifer terhadap hormon tiroid akan dibicarakan di bawah ini.
C. MANIFESTASI KLINIK
Manisfestasi persistem
o tanda kardiovaskuler : hipotiroidisme ditandai oleh adanya gangguan kontraksi
otot, bradikardi dan penurunan curah jantung.
o Fungsi paru : pada orang dewasa, hipotiroidisme ditandai dengan pernafasan
dangkal dan lambat dan gangguan respons ventilasi terhadap hiperkapnes atau
hipoksia.
o Peristaltik usus : jelas menurun, berakibat konstipasi kronis dan kadang-
kadang ada sumbatan feses berat atau ileus.
o Fungsi ginjal : terganggu, dengan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus dan
kegagalan kemampuan untuk mengeksresikan beban cairan.
o Anemia : setidaknya ada empat mekanisme yang turut berperan dalam
terjadinya anemia pada pasien hipotiroidsme : (1) gangguan sintesis
hemoglobin sebagai akibat defisiensi hormon tiroksin; (2) difisiensi zat besi
dari peningkatan kehilangan zat besi akibat menoragia, demikian juga karena
kegagalan usus untuk mereabsorbsi besi; (3) difisiensi asam folat akibat
gangguan absorbsi asam folat pada usus; (4) anemia pernisiosa, dengan
anemia megaloblastik difisiensi vitamin B12.
o Sistem neoromuskular : banyak pasien mengeluh gejala-gejala yang
menyangkut sistem neuromuskular seperti kram otot parah, parestesia dan
kelemahan otot.
o Gejala-gejala sistem saraf pusat : dapat termasuk kelemahan kronis, letargi
dan tidak mampu berkonsentrasi.
(sumber : Endoktrinologi dasar dan klinik)
Manisfestasi klinik
Hipotiroidisme berat, mengakibatkan suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal.
Pasien biasanya mulai mengalami kenaikan berat badan yang bahkan terjadi tanpa
peningkatan asupan makanan, kulit menjadi tebal karena penumpukan
mukopolisakarida dalam jaringan subcutan (asal mula istilah miksedema). Rambut
menipis dan rontok, wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng, pasien sering
mengeluh rasa dingin meskipun dalam lingkungan yang hangat, proses mental
menjadi tumpul dan pasien tampak apatis. Bicara menjadi lambat, lidah membesar
dan ukuran tangan serta kaki bertambah. Pasien sering mengeluh konstipasi.
Ketulian dapat pula terjadi.
Koma miksedema, menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim
dan berat, dimana pasien mengalami hipotermia dan tidak sadarkan diri. Koma
miksedema dapat terjadi sesudah peningkatan letargi yang berlanjut menjadi
stupor dan kemuadian koma.
(sumber : pengkajian dan penatalaksanaan pasien gangguan endoktrin)
Manifestasi klinik
Hipotiroidisme bentuk dewasa dan bentuk juvenilis antara lain : lelah, suara
parau, tidak tahan dingin, keringat berkurang, kulit dingin, dan kering wajah
membengkak dan gerak lamban, relaksasi lambat dari refleks tendon. Wanita
menderita hipotiroidisme sering mengeluh hipermonore.
(sumber : Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, penerbit buku kedokteran : EGC,
Jakarta, 1994)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain :
kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan
peningkatan kolesterum serum, kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula
rendah.
Pada hipertiroidisme primer kadar TSH serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin
rendah, sebaliknya kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder. ( Sylvia A. Price. 2006 : 1225 ).
E. KOMPLIKASI
Koma miksedema: koma miksedema adalah stadium akhir dari hipotiroidisme
yang tidak diobati. Di tandai oleh kelemahan progresif, stupor, hipotermia,
hipoventilasi, hipoglisemia, hiponatremia, intoksikasi air, syok dan meninggal.
Walaupun jarang, ini dapat terjadi lebih sering dalam masa mendatang,
dihubungkan dengan peningkatan penggunaan radioiodin untuk terapi penyakit
graves, dengan akibat hipotiroidisme permanen. Karena ini paling sering pada
pasien-pasien tua dengan adanya dasar penyakit paru dan pembuluh darah,
mortalitasnya sangat tinggi.
Pasien (atau seorang anggota keluarga bila pasien koma) mungkin ingat
akan penyakit tiroid terdahulu, terapi radioiodin, atau tiroidektomi. Anamnesis
menunjukan awitan bertahap dari letargi terus berlanjut menjadi stupor atau
koma. Pemeriksaan menunjukan bradikardi dan hiportermia berat dengan suhu
tubuh mencapai 24o C (75o F). Pasien biasanya wanita tua gemuk dengan
kulit kekuning-kuningan, suara parau, lidah besar, rambut tipis, mata
membengkak, ileus dan refleks-refleks melambat. Mungkin ada tanda-tanda
penyakit-penyakit lain seperti pneumonia infark miokard, trombosis serebral
atau perdarahan gastrointestinal. Petunjuk laboratorium dari diagnosis koma
miksedema, termasuk serum “lactescent”, karotia serum yang tinggi,
kolesterol serum yang meningkat, dan protein cairan serebrospinalis yang
meningkat. Efusi pleural, perikardial atau abdominal dengan kandungan
protein tinggi bisa juga didapatkan. Tes serum akan menunjukan FT4 yang
rendah dan biasanya TSH yang sangat meningkat. Asupan iodin radioaktif
tiroid adalah rendah dan antibodi antitiroid biasanya positif kuat, menunjukan
dasar tiroiditis EKG menunjukan sinus bradikardi dan tegangan rendah.
Seringkali bila pemeriksaan laboratorium tidak tersedia, diagnosis harus
dibuat secara klinis.
Patofisiologi koma miksedema menyangkut 3 aspek utama (1) retensi
CO2, hipoksia (2) ketidak-seimbangan cairan dan elektrolit dan (3) hipotermia.
Retensi CO2 telah lama dikenal sebagai bagian internal dari koma miksedema
dan di anggap diakibatkan oleh faktor-faktor seperti : obesitas, kegagalan
jantung, ileus, imobilisasi, pneumonia, efusi pleural atau peritoneal, depresi
sistem saraf pusat dan otot-otot dada yang lemah cukup turut berperan.
Kegagalan pasien miksedema berespons terhadap hipoksia atau hiperkapnia
mungkin akibat hipotermia. Kegagalan dorongan ventilatori sering berat, dan
bantuan pernapasan hampir selalu dibutuhkan pada pasien dengan koma
miksedema. Terapi hormon tiroid pada pasien-pasien miksedema memperbaiki
hipotermia dan sangat meningkatkan respons ventilasi yang terganggu,
respirasi yang dibantu hampir selalu perlu pada pasien dengan koma
miksedema. Gangguan cairan dan elektrolit yang utama adalah intoksikasi
cairan akibat syndrome of inappropriate secretion of vasopressin (SIADH).
Kelainan ini terlihat sebagai hiponatremia dan ditangani dengan restriksi air.
Hipotermia sering tidak dikenali karena termometer klinis biasanya hanya
sampai kira-kira 34oC (93oF); suatu jenis termometer laboratorium yang
mencatat skala yang lebih besar harus digunakan untuk mendapatkan
pembacaan suhu tubuh yang tepat. Suhu tubuh yang rendah bisa disebabkan
karena hilangnya stimulasi tiroksin pada mekanisme transpor natrium kalium
dan aktivitas ATPase yang menurun. Penghangatan kembali tubuh secara aktif
adalah kontra indikasi, karena dapat menginduksi vasodilatasi dan kolaps
vaskular. Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi yang berguna untukmelihat
efektivitas tiroksin.
Kelainan-kelainan lain yang dapat mendorong terjadinya koma
miksedema termasuk gagal jantung, edema paru, efusi pleural atau peritoneal,
ileus, kelebihan pemberian cairan, atau pemberian –pemberian obat-obat
sedatif atau narkotik pada pada pasien dengan hipotiroidisme berat.
Insufisiensi adrenal kadang-kadang terjadi berkaitan dengan koma miksedema,
tetapi ini relatif jarang dan biasanya berhunbungan dengan miksedema
hipofisis atau insufisiensi adrenal autoimun yang terjadi bersamaan (sindrom
schimid). Kejang, episode perdarahan, hipokalsemia atau hiperkalsemia bisa
dijumpai. Adalah penting utuk membedakan miksedema hipofisis dari
miksedema primer. Pada miksedema hipofisis bisa didapatkan insufisiensi
adrenal dan penggantian adrenal perlu dilakukan. Petunjuk klinis tentang
adanya miksedema hipofisis termasuk riwayat adanya amenore atau impotensi
dan rambut pubis atau aksilar yang jarang, kolestrol serum normal dan kadar
TSH hipofisis yang normal atau rendah. Pada CT scan atau MRI dapat
memperlihatkan pelebaran sella tursika. Tetapi koma miksedema, dibicarakan
dibawah.
Miksedema dan penyakit Jantung
Dahulu, terapi pasien dengan miksedema dan penyakit jantung, khususnya
penyakit arteri koronaria, sangat sukar karena penggantian levotiroksin sering kali
dihubungkan dengan eksaserbasi angina, gagal jantung, miokard. Namun karena
sudah ada angioplasti koronaria dab bypass arteri koronaria, pasien denga
niksedema dan penyakit arteri koronari dapat diterapi secara operatif dan terapi
penggantian tiroksin yang lebih cepat dapat ditolerin.
Hipotioroidisme dan penyakit neuropsikiatrik
Hipotiroidisme sering disertai depresi yang mungkin cukup para. Lebih jarang lagi
pasien dapat mengalami kebingungan, paranoid, atau bahkan maniak (“myxedema
madness”). Skrining perawatan psikiatrik dengan T4 dan TSH adalah cara efisien
untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali memberikan respon
terhadap terapi tunggal levotiroksin atau dikombinasi dengan obat-obat
psikofarmakologik. Efektivitas terapi pasien hipotiroid yang terganggu
meningkatkan hipotesis bahwa penambahan T3 dan T4 pada regimen
psikoteraupeutik untuk pasien depresi, mungkin membantu pasien tanpa
memperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus dilakukan untuk
menegakkan konsep ini sebagai terapi standar.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi
Terapi hipotiroidisme
Hipotiroidisme diobati dengan levotiroksin (T4) , yang terdapat dalam
bentuk murni dan stabil dan tidak mahal. Levotiroksin dikonvensi menjadi T3
di intraselular, sehingga kedua hormon sama-sama didapatkan dalam tubuh
walaupun hanya satu jenis. Titoid kering tidak memuaskan karena isi
hormonya yang bermacam-macam , dan triodotirosin (sebgai liotironin) tidak
memuaskan karena absorpsinya yang cepat dan waktu paruhnya yang singakat
dan efek sementara. Waktu paruh levotiroksin kira-kira 7 hari, jadi hanya
perlu diberikan sehari sekali. Poreparat ini diabsorsi dengan, kadar dalam
darah mudah dipantau dengan cara mengikuti FT4I atau FT4 dan kadar TSH
serum. Ada peningkatan T4 atau atau FT4I kira-kira 1-2 ug/dl (13-26 nmol/L)
dan disertai penurunan TSH sebanyak 1-2 u U/L (1-2 mU/L) mulai dalam 2
jam dan berakhir setelah 8-10 jam setelah dosis peroral 0,1-0,15 mg
levotiroksin sebaiknya diminum pagi hari untuk menghindari gejala-gejala
insomnia yang dapat timbul bila diminum malam hari. Sebagai tambahan,
ketika kadar serum tiroksin dipantau atau sebelum mendapat dosis harian
hormon untuk mendapat data yang konsisten.
Dosis levotiroksin, dosis penggantian rata-rata levotiroksin pada dewasa
adalah berkisar 0,05-0,2 mg/hari, dengan rata-rata 0,125 mg/hari. Dosis
levotiroksin bervariasi sesuai dengan umur dan berat badan. Anak kecil
membutuhkan dosis yang cukup mengejutkan dibanding orang dewasa. Pada
orang dewasa, rata-rata dosis penggantian T4 kira-kira 1,7 ug/kg/hari atau 0,8
ug/pon/hari. Pada orang dewasa lebih tua , dosis penggantian lebih rendah,
kira-kira 1,6 ug/kg/hari, atau sekitar 0,7 ug/pon/hari. Untuk suptesi TSH pada
pasien dengan goiter nodular atau kanker kelenjar tiroid, rata-rata dosis
levotiroksin kira-kira 2,2 ug/kg/hari (1 ug/pon/hari). Keadaan malabsorbsi atau
pemberian bersama preparat alumunium atau kolestiranium akan mengubah
preparat alumunium atau kolestiramin akan mengubah absorbsi T4, dan pada
pasien-pasien seperti ini dibutuhkan T4 lebih besar. Levotiroksin memiliki
mempunyai waktu paruh cukup panjang (7 hari) sehingga jika pasien tidak
mampu mendapat tetapi lewat mulut untuk beberapa hari, meniadakan terapi
levotiroksin tidak akan mengganggu. Namun jika pasien mendapat terapi
parental, dosis parental T4 kira-kira 75-80 % dosis peroral.
Terapi koma miksedema
Koma miksedema adalah kedaruratan medis yang akut dan harus ditangani
diunit perawatan intensif. Gas-gas darah harus dimonitor secara teratur, dan
pasien – pasien biasanya membutuhkan intubasi ventilasi mekanis. Penyakit-
penyakit yang berhubungan seperti infeksi atau gagal ginjal cari dan harus
diobati dengan terapi yang tepat. Cairan intravena harus diberikan dengan
hati-hati dan asupan cairan bebas berlebihan harus dihindarkan karena pasien-
pasien dengan koma miksedema mengabsorpsi semua oabat-obatan dengan
buruk, pemberian livotiroksin harus secara intravena. Pasien-pasien ini
mempunyai deplesi tiroksin serum yang sangat jelas dan sejumlah besar
tempat-tempat pengikatan yang kosong, pada globulin pengikat tiroksin dan
jadi harus menerima dosis muatan awal tiroksin intravena, diikuti dengan
suatu dosis harian intravena yang kecil. Suatu dosis awal sejumlah 300-400 ug
levotiroksin diberikan intravena, diikuti oleh 50 ug levotiroksin intravena
setiap hari. Petunjuk klinis adanya perbaikan adalah peningkatan suhu tubuh
dan kembalinya fungsi serebral yang normal dan fungsi pernapasan. Jika
duketahui pasien memiliki fungsi adrenal normal sebelum koma, dukungan
adrenal mungkin tidak diperlukan. Namun, bila tidak ada data tersedia,
kemungkinan danya penyerta insufisiensi adrenal (berhubungan dengan
penyakut adrenal autoimun atau insufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini,
kotisol plasma harus diukur
Tabel dosis penggantian levotiroksin
Umur Dosis levotiroksin
(ug/kg/hari)
0-6 bulan 8- 10 ug/kg/hari
7-11 bulan 6-8 ug/kg/hari
1-5 tahun 5-6 ug/kg/hari
6-10 tahun 3-4 ug/kg/hari
11-20 tahun 2-3 ug/kg/hari
Dewasa 1-2 ug/kg/hari
diadaptasi dan dimodifikasi, dengan izin, dari Dussault J. Fisher DE :
Hypothyroidisme in infants and children. IN: Werner and ingbars's the
thyroid, 6th ed. Braverman LE, Utiger RD (editor). Lippincott, 1991.
atau jika waktu memungkinkan (30 menit) uji stimulasi konsintropin harus
dilakukan. Kemudian dukungan adrenal penuh harus diberikan seperti,
hidrokortison, hemimuksinat 100 mg intravena diikuti dengan 50 mg intravena
tiap 6 jam, tapering dose setelah 7 hari. Dukungan adrenal dapat dihentikan
lebih dini jika kortisol plasma ptraterapi sekitar 20 ug/dl atau lebih besar atau
hasil stimulasi konsitropin dalam batas normal. Bila memberikan levotiroksin
intravena dosis besar ada resiko bawaan mempresipitasi angina kegagalan
jantung atau aritmia pada pasien-pasien tua dengan dasar penyakit arteri
koronaria jadi, jenis terapi ini tidak dianjurkan untuk pasien-pasien rawat jalan
dengan miksedema adalah lebih baik untuk memulai perlahan-lahan dan
kemudian sampai dosis seperti disebut diatas.
Miksedema dengan penyakit jantung pada hipotiroidosme
Pada pasien-pasien tua terutama yang eengan penyakit kardiovaskular
harus mulai terapi perlahan-lahan. Levotiroksin diberikan dengan dosis 0,025
mg/hari untuk 2 minggu , dengan meningkatkan 0,025 mg tiap 2 minggu
sampai mencapai dosis 0-,1 atau 0,125 mg perhari. Biasanya diperlukan waktu
2 bulan untuk seorang pasien mencapai keseimbangan dengan dosis penuh.
Pada pasie-pasien ini, jantung sangat pekat terhadap kadar tiroksin yang
beredar dan bila terjadi angina pektoris atau aritmia jantung, perlu untuk
menurunkan dosis tiroksin dengan segera. Pada pasie-pasien yang lebih muda
atau pasien-pasien dengan penyakit ringan, penggantian penuh dapat segera
dimulai.
Efek toksik terapi levotiroksin
Tidak dilaporkan adanya alergi terhadap levotiroksin murni, walau mungkin
pada pasien timbul alergi terhadap pewarna atau pada komponen tablet.
Reaksi toksik utama kelebihan levotiroksin adalah gejala-gejala hipotiroidisme
terutama gejala-gejal jantung dan osteoporosis. Gejal tiroktoksik pada jantung
adalah aritmia, khusunya tachicardia atrial proksimal atau fibrilasi. Insomnia,
tremor, gelisah dan panas berlebih dan juga dapat mengganggu. Dengan
mudah dosis harian levotiroksin ditiadakan untuk 3 hari dan kemudian
peburunan dosis mengatasi masalah ini. Peningkatan resorupsi tulang dan
osteoporosis berat telah dikaitkan dengan hipertiroidisme yang berlangsung
lama dan akan timbul pada pasien yang diobati dengan levotiroksin jangka
lama. Hal ini dapat dicegah dengan pemantauan teratur dan dengan
mempertahankan kadar normal serum FT4 dan TSH pada pasien yang dapat
terapi penggantian jangka panjang. Pada pasien yang mendapat terapi supresi
TSH untu goiternodular atau kanker tiroid, jika FT4I atau FT4 dijaga pada
batas normal atas walau jika TSH disupresi efek samping terapi T4 pada
tulang akan minimal.
(sumber : Francis S. Greenspans, MD, Kelenjar Tiroid, Endektronologi Dasar
dan Klinik)
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Modifikasi aktivitas. Penderita hipotiroidisme akan mengalami
pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat. Sebagai
akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat.
Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam
berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status
kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat hipotiroidisme.
Peranan perawat yang penting adalah membantu perawatan dan
kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk
melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas-batas toleransi
yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilitas.
Pemantauan yang berkelanjutan. Pemantauan tanda-tanda vital dan
tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses
penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendetekdi (1)
kemunduran status fisik serta mental, (2) tanda-tanda serta gejala yang
menunjukan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui
kemampuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernapasan, dan (3)
keterbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
Obat-obat harus diberikan dengan sangat hati-hati kepada pasien
hipotiroidisme mengingat adanya perubahan metabolisme serta eksresi
obat dan penurunan laju metabolik serta status pernapasan.
Pengaturan suhu. Pasien sering mengalami gejala menggigil dan
menderita intoleransi yang ekstrim terhadap hawa dingin meskipun ia
berada dalam ruangan bersuhu nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan
selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi terhadap
hembusan angin. Jika pasien ingin menggunakan bantal pemanas atau
selimut listrik untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dan gejala
menggigil tersebut, perawat harus menjelaskan bahwa penggunaan alat
ini harus dihindari karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer,
kehilangan panas tubuh yang lebih lanjut dan kolaps vaskuler.
Disamping itu, pasien tanpa sadar dapat terbakar ketika menggunakan
alat-alat tersebut akibat respons pasien yang lambat dan status mental
yang menurun.
Dukungan emosional. Penderita hipotiroidisme sedang hingga berat
dapat mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan
penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis,
yang sering dijumpai pada penyakit ini. Gejala dini nonspesifik dapat
menimbulkan reaksi negatif dari anggota keluarga serta sahabat, dan
pasien mungkin dianggap sebagai individu yang mentalnya labil, tidak
kooperatif atau tidak mau berpatisipasi dalam aktivitas perawatan-
mandiri.Setelah kondisi hipotiroidisme berhasil diobati dan semua
gejalanya sudah berkurang, pasien dapat mengalami depresi dan rasa
bersalah sebagai akibat dari progresivitas serta intensitas gejala yang
timbul. Pasien dan keluarganya harus diberi tahu bahwa semua gejala
tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan
merupakan bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluarganya
mungkin memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah
dan reaksi emosional yang muncul.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Pasien
dan keluarganya sering sangat prihatin terhadap perubahan yang
mereka saksikan akibat hipotiroidisme. Pasien diberitahu untuk terus
minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun gejala sudah
membaik. Instruksi tentang diet diberikan untuk meningkatkan
penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk mempercepat
pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental
pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan
dijelaskan tentang tujuan terapi, program pengobatan serta efek
samping yang harus dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua
instruksi dan pedoman ini harus disampaikan pula secara terlutis
kepada pasien, keluarga dan perawat kunjungan rumah.
(sumber : Brunner dan Suddarth, Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G.
Bare, volume 2 edisi 8, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran : EGC, 2002)
Penatalaksanaan
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa
hari atau minggu, sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai
dosis pemeliharaan maksimal 150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis
pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya.
Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat
digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus
dipertahankan dalam kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien
dengan hipotiroidisme sekunder sebaiknya dengan mengikuti kadar tiroksin
bebas. ( Sylvia A. Price. 2006 : 1225 ).
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Perawatan Pasien Hipotiroidisme
1. Diagnosa keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan proses
kognitif
Tujuan
Meningkatkan partisipasi dalam aktifitas dan kemandirian
1. Meningkatkan
kemandirian pada
ativitas perawatan
a. Atur interval
waktu antar
aktivitas untuk
a Mendorong
aktivitas sambil
memberikan
kesempatan untuk
mendapatkan
istirahat yang
Beraktivitas
dalam perawatan
mandiri
Melaporkan
penurunan tingkat
kelelahan
Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
meningkatkan
istirahat dan
latihan yang
dapat di tolerir
b. Bantu aktivitas
perawatan
mandiri ketika
pasien berada
dalam keadaan
lelah
c. Berikan stimulasi
melalui
percakapan dan
aktivitas yang
tidak
menimbulkan
stres
d. Pantau respon
pasien terhadap
peningkatan
aktivitas
adekuat
b Memberi
kesempatan pada
pasien untuk
berpartisipasi
dalam aktivitas
perewatan –
mandiri
c Meningkatkan
perhatian tanpa
terlalu
menimbulkan stres
pada pasien
d Menjaga pasien
agar tidak
melakukan
aktivitas yang
berlebihan atau
kurang
Memperlihatkan
perhatian dan
keasadaran pada
lingkungan
Berpartisipasi
dalam aktivitas
dan berbagai
kejadian dalam
lingkungan
Berpartisipasi
dalam peristiwa
dan aktivitas
keluarga
Melaporkan tidak
adanya rasa nyeri
dada, peningkatan
kelelahan atau
gejala sesak napas
yang menyertai
peningkatan
aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan suhu tubuh
Tujuan
Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi Keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Berikan tambahan
lapisan pakaian
atau tambahan
1. Meminimalkan
kehilanngan panas
2. Mengurangi risiko
Mengalami
berkurangnya
gangguan rasa
selimut
2. Hindari dan cegah
penggunaan
sumber panas dari
luar ( misalnya,
bantal pemanas ,
selimut listrik atau
penghangat )
3. Pantau suhu tubuh
pasien dan
melaporkan
penurunan dari
nilai dasar suhu
normal pasien
4. Lindungi terhadap
pajanan hawa
dingin dan
hembusan
vasodilatasi perifer dan
kolaps vaskuler
3. Mendeteksi penurunan
suhu tubuh dan
dimulainya koma
miksedema
4. Meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien dan
menurunkan lebih lanjut
kehilangan panas
nyaman dan
intoleransi terhadap
hawa dingin
Mempertahankan
suhu tubuh dasar
Melaporkan rasa
hangat yang
adekuat dan
berkurangnya
gejala mengigil
Menggunakan
tambahan lapisan
pakaian atau
tambahan selimut
Menjelaskan
rasional untuk
menghindari
sumber panas dari
luar
3. Diagnosa keperawatan
Konstipasi berhubungan dengan penurunan fungsi gastrointestinal
Tujuan
Pemulihan fungsi usus yang normal
Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Dorong
peningkatan
asupan
cairandalam batas
– batas restriksi
cairan
2. Berikan makanan
1. Meminimalkan
kehilangan panas
2. Meningkatkan massa
feses dan frekuensi
buang air besar
3. Memberikan
rasional peningkatan
Mencapai pemulihan
kepadan fungsi usus
yang normal
Melaporkan fungsi usus
yang normal
Mengenali dan
mengkonsumsi
yang kaya akan
serat
3. Ajarkan kepada
pasien tentang
jenis – jenis
makanan yang
banyak
mengandung air
4. Pantau fungsi usus
5. Dorong pasien
untuk
meningkatkan
mobilitas dalam
batas – batas
toleransi latihan
6. Dorong pasien
untuk
menggunakan
pencahan dan
enema hanya bila
diperlukan saja.
asupan cairan
kepada pasien
4. Memungkinkan
deteksi konstipasi
dan pemulihan
kepada pola defekasi
yang normal
5. Meningkatkan
evakuasi usus
6. Meminimalkan
ketergantungan
pasien pada
pencahan serta
enema, dan
mendorong pola
evakuasi usus yang
normal
makanan yang kaya
serat
Minum cairan sesuai
dengan yang dianjurkan
setiap hari
Berpartisipasi dalam
peningakatan latihan
yang ditinggalkan
secara bertahap
Menggunakan
pencahan seperti yang
diresepkan dan
menghindari
ketergantungan yang
berlebihan pada
pencahan serta enema
4. Diagnosa keperawatan
Kurangnyapengetahuan tentang progran pengobatan untuk terapi penggantian
tiroid seumur hidup
Tujuan
Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan
Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Jelaskan dasar
pemikiran untuk
terapi penggantian
1. Meberikan rasional
penggunaan terapi
penggatian hormon
Menguraikan program
pengobatan dengan
hormon tiroid
2. Uraikan efek
pengobatan yang
dikehendaki pada
pasien
3. Bantu pasien
menyusun jadwal
dan checklist untuk
memastikan
pelaksanaan sendiri
terapi penggantian
hormon tiroid
4. Uraikan tanda –
tanda dan gejala
penberian obat
dengan dosis yang
berlebihan dan
kurang
5. Jelaskan perlunya
tindak lanjut jangka
panjang kepada
pasien dan
keluarganya
tiroid seperti yang
diresepkan kepada
pasien
2. Menorong pasien
untuk mengenali
perbaikan status
fisik dan kesehatan
yang akan terjadi
pada terapihormon
tiroid
3. Memastikan bawha
obat digunakan
seperti yang
diresepkan
4. Berfungsi sebagai
pengecekan bagi
pasien untuk
menentukan apakan
tujuan terapi
terpenuhi
5. Meningkatkan
kemungkinan bahwa
keadaan hipo – atau
hipertiroidisme akan
dapat dideteksi dan
diobati
bener
Menjelaskan rasional
bagi terapi penggatian
hormon tiroid
Mengenali hasil akhir
terapi penggantian
hormon tiroid yang
positif
Menggunakan obat
bagi diri sendiri seperti
yang diresepkan
Mengenali efek
samping yang
merugikan dan harus
segera dilaporkan
kepada dokter
timbulnya kembali
gejala hipotiroidisme
dan terjadinya gejala
hipertiroidisme
Menyatakan perlunya
kunjungan tindak
lanjut ke dokter untuk
jangka waktu lama
5. Diagnosa keperawatan
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan
Perbaikan status respiratory dan pemeliharaan pola napas yang normal
Intervansi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Pantau
frekuensi,
kedalaman, pola
pernapasan,
oksimetri
denyut nadi dan
gas darah
arterial
2. Dorong pasien
untuk napas
dalam dan batuk
3. Berikan obat
( hipnotik dan
sedatif )
deengan hati –
hati
4. Pelihara saluran
napas pasien
dengan
melakukan
pengisapan dan
dukungan
ventilasi jika
diperlukan.
1. Mengidentifikasi
hasil pemeriksaan
dasar untuk
memantau perubahan
selanjutnya dan
mengevaluasi
efektivitas intervensi
2. Mencegah atelektasis
dan meningkatkan
pernapasan yang
adekuat
3. Pasien
hipotiroidisme
sangat rentan
terhadap gangguan
pernapasan akibat
penggunaan obat
golongan hipnotik –
sedatif
4. Penggunaan saluran
napas artifisial dan
dukungan ventilasi
mungkin diperlukan
jika terjadi depresi
pernapasan.
Memperlihatkan
perbaikan status
pernapsan dan
pemeliharaan pola
pernapasan yang
normal
Menunjukkan
frekuensi,
kedalaman dan polan
respirasy yang
normal
Menarik napas
dalam dan batuk
ketika dianjurkan
Menunjukkan suara
napas yang normal
tanpa bising
tambahan pada
auskultasi
Menjelaskan
rasional penggunaan
obat yang berhati –
hati
Berpartisipasi pada
saat dilakukan
pengisapan dan
ventilasi
6. Diagnosa keperawatan
Perubahan proses berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapsan
Tujuan
Perbaikan proses berfikir
Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Orientasi pasien
terhadap waktu,
tempat, tanggal, dan
kejadian di sekitar
dirinya
2. Berikan stimulasi
lewat percakapan
dan aktivitas yang
tidak bersifat
mengancam
3. Jelaskan kepada
pasien dan keluarga
bahwa perubahan
pada fungsi kognitif
dan mental
merupakan akibat
dari proses penyakit
4. Pantau proses
kognitif serta
mental dan responya
terhadap pengobatan
serta terapi lainnya
1. Memudahkan
orientasi realitas
pada pasien
2. Memudahkan
stimulasi dalam
batas – batas
toleransi pasien
terhadap stres
3. Meyakinkan pasien
dan keluarga
tentang penyebab
perubahan kognitif
dan bahwa hasil
akhir yang positif
dimungkinkan jika
dilakukan terapi
yang tepat
4. Memungkinkan
evaluasi terhadap
efektivitas
pengobatan
Memperlihatkan
perbaikan fungsi
kognitif
Mengidentifikasi
waktu, tempat,
tanggal dan kejadian
dengan benar
Bereaksi ketika
dirangsang
Bereaksi secara
spontan ketika
pengobatan berhasil
Mengadakan interaksi
secara spontan dengan
keluarga dan
lingkungan
Menjelaskan bahwa
poerubahan dalam
proses mental dan
kognitif merupakan
hasil dan proses
penyakit
Menggunakan oabat
seperti yang
dipreskripsikan untuk
mencegah penurunan
pada proses kognitif
7. Masalah Kolaboratif
Miksedoma dan koma miksedema
Tujuan
Tidak adanya komplikasi
Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang diharapkan
1. Pantau pasien akan
adanya peningkatan
keparahan tanda dari
gejala hipotiroidisme
a. Penurunan tingkat
kesadaran, demensia
b. Penurunan tanda –
tanda vital ( tekanan
darah, nasi,
frukuensi)
c. Peningkatan
kesulitan dalam
membangun dan
menyadarkan pasien
2. Dukung dnegan
ventilasi jika terjadi
depresi dan kegagalan
pernapasan
3. Berikan obat ( misalnya
, hormon tiroksin )
seperti yang diresepkan
dengan sangat hati –
hati
4. Baik dan ubah posisi
tubuh pasien dengan
interval waktu tertentu
5. Hibdari penggunaan
obat – obat golongan
1. Hipotiroidisme
berat jika tidak
ditangani akan
menyebabkan
miksedema, koma
miksedema dan
pelambatan
seluruh sistem
tubuh
2. Dukungan
ventilasi
diperlukan untuk
mempertahankan
oksigenisasi yang
adekuat dan
pemeliharaan
saluran napas
3. Metabolisme
yanglambat dan
ateroklerosis pada
miksedema dapat
mengakibatkan
serangan angina
pada saat
pemberian tiroksin
4. Meminimalkan
risiko yang
berkaitan dengan
Tidak
memperlihatkan
miksedema dan
koma miksedema
Bereaksi secara
tepat terhadap
pertanyaan dan
kesadaran
disekitarnya
Tanda – tanda vital
kembali normal
atau mendekati
batas – batas
normal
Status pernapsan
membaik dengan
napas spontan yang
adekuat
Melaporkan tidak
adanya serangan
angina atau tanda –
tanda lain yang
menunjukkan
insufisiensi jantung
Tidak mengalami
atau hanya
mengalami
komplikasi
hipnotik, sedatif dan
analgetik
imobilitas
5. Perubahan pada
metabolisme obat
– obat ini sangat
meningkatkan
risiko jika
diberikan pada
keadaan
miksedema
yanagaa mianaimal
akibat imobilitas
( Sudart N Buderrt . 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT NANDA INTERNASIONAL 2009 – 2011
Diagnosa pada pasien dengan hipotiroidisme
1. Kekurangan volume cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraseluler. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium
Batasan Karakteristik
Penurunan pada tekanan darah
Kelemahan
2. Resiko konstipasi
Definisi : berisiko terhadap penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai dengan
kesulitan atau pasase fesestidak lampias dan atau pasase feses yang keras,kering dan
banyak
Faktor Resiko
a. fungsional
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Ketidak cukupan aktivitas fisik
Ketidak adekuatan toileting ( mis, jadwal waktu, posisi defekasi , privasi )
b. Fisiologis
Perubahan pada pola makan
Perubahan pada makanan biasanya
Ketidak adekuatan higiene oral
Asupan serat tidak cukup
3. Keletihan
Definisi : rasa letih luar biasa dan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada
tingkat yang biasanya secara terus - menerus
Batasan karakteristik
Gangguan konsentrasi
Gangguan libido
Kurang energi
Latergi
Lesu
Lelah
Faktor yang berhubungan
Status penyakit
Peningkatan kelelahan fisik
Stress
4. Gangguan pertukaran gas
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolar – kapiler
Batasan karakteristik
Dispnea
Gangguan penglihatan
5. Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari yang harus atau yang ingin dilakukan
Batasan karakteristik
Ketidak nyamanan setalah beraktivitas
Dispnea setalah beraktivitas
Faktor yang berhubungan
Tirah baring
Kelemahan umum
Imobilitas
DAFTAR PUSTAKA
Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson, penerbit buku kedokteran : EGC,
Jakarta, 1994
Francis S. Greenspans, MD, Kelenjar Tiroid, Endektronologi Dasar dan Klinik
Brunner dan Suddarth, Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, volume 2
edisi 8, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran : EGC, 2002
Sudart N Buderrt . 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
pengkajian dan penatalaksanaan pasien gangguan endoktrin
Endoktrinologi dasar dan klinik