PRESENTASI 5 KASUS kejang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anak BA

Citation preview

LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi kasus dengan judul Kejang ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan AnakRumah Sakit Umum Daerah Budhi AsihPeriode 23 November 2015 30 Januari 2016

Oleh: Nama: Tri Ariyani AstutiNIM: 030.10.270

Telah diterima dan disetujui oleh penguji,

Jakarta,

Prof. dr. H. Widagdo, Sp.A, MBA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Kejang dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih periode 23 November 2015 30 Januari 2016. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang pasien yang datang dengan keluhan kejang.Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Prof. Dr. H. Widagdo, Sp.A. MBA selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini, serta kepada dokterdokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekanrekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2015 Penulis

Tri Ariyani Astuti

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I PENDAHULUAN4BAB II LAPORAN KASUS5I. Kejang demam berulang5II. Cerebral palsy17III. Meningoencenphalitis.29IV. Epilepsi41V. Hipoglikemi.54BAB III ANALISIS KASUS63BAB V TINJAUAN PUSTAKA67BAB VI KESIMPULAN98DAFTAR PUSTAKA99

BAB IPENDAHULUANMasalah kejang, convulsion, seizure, atau insult pada anak sering kali merupakan gejala atau keluhan utama yang menyebabkan orang tua berusaha mendapatkan pertolongan antara lain dengan membawa berobat ke tempat layanan kesehatan. Keluhan tersebut mungkin disertai dengan keluhan tambahan misalnya demam, sakit kepala, tidak nafsu makan, batuk, tidak sadar, dan lain-lain.Kejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat darurat. Hampir 5% anak berumur di bawah 16 tahun setidaknya pernah mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya gangguan neurologis. Keadaan tersebut merupakan keadaan darurat. Kejang mungkin sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau merupakan gejala awal dari penyakit berat, atau cenderung menjadi status epileptikus. Tatalaksana kejang seringkali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis yang salah atau penggunaan obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejang tidak terkontrol, depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya. Kejang adalah perubahan aktivitas motorik dan atau perilaku yang bersifat bangkitan (paroxysmal) dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Kejang terdapat pada anak dengan frekuensi sampai 10%. Kejang pada anak umumnya disebabkan oleh provokasi yang dapat berasal dari tubuh sendiri di luar otak seperti suhu meningkat, infeksi, sinkop, trauma kepala, hipoksia, toksin, aritmia jantung, atau karena obat. Sepertiga dari kasus kejang disebabkan oleh ayan (epilepsy) yaitu kejang yang terjadi karena letupan pelepasan muatan listrik di sel saraf secara berulang tanpa ada provokasi. Setelah mengalami kejang yang pertama, kemungkinan selanjutnya ialah anak tidak mengalami kejang lagi, atau kejang pertama tersebut merupakan awal dari epilepsi.[1]

BAB IILAPORAN KASUS KEJANG

KASUS I : KEJANG DEMAM BERULANG

IDENTITAS PASIENNama : An. NJenis Kelamin : PerempuanUmur: 1 tahunSuku Bangsa: BetawiTempat / tanggal lahir: Jakarta, 24 November 2014Agama: IslamAlamat: Jl. Ponco Wijaya No. 53 RT 03/05.

IDENTITAS ORANG TUA/ WALIAyah:Ibu :

Nama : Tn. UUmur : 30 tahunAlamat : Jl. Ponco Wijaya No. 53 RT 03/05.Pekerjaan : Pelayan restoranPenghasilan: Rp. 2.000.000Pendidikan : SMASuku Bangsa : IndonesiaAgama : Islam Nama : Ny. EUmur : 29 tahunAlamat : Jl. Ponco Wijaya No. 53 RT 03/05.Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan: -Pendidikan : SMASuku Bangsa : IndonesiaAgama : Islam

Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.

I. ANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien.Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 515Tanggal masuk : 30 Desember 2015 pukul 18.00 WIBTanggal anamnesis: 1 Desember 2015 pukul 08.00 WIBKeluhan utama: Kejang sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit (30/12/15)Keluhan tambahan: Demam, batuk berdahak

A. Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih oleh ibunya dengan keluhan kejang sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak dua kali sebelum masuk rumah sakit. Kejang pertama pada pukul (12.00 WIB) dengan durasi kejang sekitar 2 menit. Sebelum kejang pasien sedang bermain di kasur, tiba-tiba mata pasien mendelik keatas disertai dengan kedua kaki dan tangan yang bergerak terus menerus, dan lidah tergigit. Keluar busa dan muntah disangkal oleh ibu pasien. Setelah kejang pasien langsung tertidur, ketika bangun tidak ada kelemahan pada tubuhnya, namun menurut ibu pasien setelah kejang pada usia 9 bulan pasien menjadi tidak bisa duduk. Pada saat kejang pertama ibu pasien langsung membawa pasien ke Puskesmas, lalu oleh dokter puskesmas diberikan obat penurun panas, antibiotik dan obat kejang yang diberikan melalui pantat. Dan dokter mengatakan jika kejang lagi, saat kejang berikan obat yang dimasukan ke pantat. Kejang ke dua pada pukul (13.00 WIB) dengan durasi lima menit, sebelum kejang pasien sedang bermain dikasur, tiba-tiba mata pasien mendelik keatas disertai dengan kaki dan tangan yang bergerak terus menerus, dan lidah tergigit. Pada saat kejang terjadi, ibu pasien langsung memberikan obat kejang melalui pantat. Setelah kejang berhenti pasien langsung tertidur, lalu ibu pasien membawa pasien ke Puskesmas kembali. Dari Puskesmas disarankan untuk dibawa ke UGD RSUD Budhi Asih. Tiga hari sebelum kejang pasien demam, diukur dengan perabaan tangan saja. Ketika demam Ibu pasien mengkompres dengan air hangat, demam turun namun tidak lama demam naik kembali. Pasien juga batuk berdahak sejak tiga hari sebelum kejang, keluhan seperti diare, sesak nafas, mual muntah, keluar cairan dari telinga, buang air kecil berwarna merah disangkal oleh ibu pasien. Pasien semenjak demam sulit untuk makan, namun masih mau untuk minum. Ketika di UGD RSUD Budhi Asih pasien kejang untuk ke tiga kalinya sekitar pukul (16.00), durasi kejang sekitar lima menit, sebelum kejang pasien sedang menangis kemudian, tiba-tiba mata pasien mendelik keatas disertai dengan kaki dan tangan yang bergerak terus menerus, dan lidah tergigit. Setelah kejang pasien tertidur. Sebelum kejang, dikatakan oleh ibu pasien suhu badanya 38,5 C. B. Riwayat Penyakit Dahulu Berikut merupakan tabel ringkasan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien:PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit jantung(-)

Cacingan(-)Diare(-)Penyakit ginjal(-)

DBD(-)Kejang(+)Radang paru/ TBC(-)

Otitis(-)Morbili(-)Penyakit darah(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Lain-lain:(-)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita : Pasien pernah mengalami kejang pada usia 5 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan. Dan sebelum kejang ibu pasien mengatakan 2-3 hari sebelumnya pasien demam.

C. Riwayat Kehamilan dan KelahiranKEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalKontrol ke puskesmas sebanyak 5 kali, TT (-)

KELAHIRANTempat persalinanRumah pasien

Penolong persalinanDukun beranak

Cara persalinanSpontan

Penyulit : -

Masa gestasiCukup Bulan

Keadaan bayiBerat lahir : 2500 gram

Panjang lahir : 47 cm

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)Pucat (-)Nilai APGAR : (tidak tahu)Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ kelahiran : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan.

D. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I : 8 bulanGangguan perkembangan mental : Tidak adaPsikomotor :Tengkurap: Umur 4 bulan(Normal: 3-4 bulan)Duduk: -(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: -(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: -(Normal: 13 bulan)Bicara: -(Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan Pubertas :Rambut pubis : -Payudara :-Menarche : -Kesimpulan riwayat perkembangan : Perkembangan terlambat atau tidak sesuai dengan usianya.

E. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2ASI---

2 4ASI---

4 6ASI---

6 8ASI+-+

8 10ASI+-+

10 -12ASI+-+

Kesulitan makan : Os tidak memiliki kesulitan makan.Kesimpulan riwayat makanan : Asupan makan pasien sudah baik.

F. Riwayat ImunisasiVaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG2 bulan-----

DPT / PT------

Polio------

Campak------

Hepatitis B0 bulan-----

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap.

G. Riwayat KeluargaCorak reproduksi :NoTahun lahirJenis kelaminHidupLahir matiAbortusMati (sebab)Keterangan kesehatan

1.27 Juli 2010Perempuan(+)---Sehat

2.24 Nov 2014Perempuan(+)---Pasien

Riwayat pernikahan : Ayah / WaliIbu / Wali

NamaTn. UNy. E

Perkawinan ke-11

Umur saat menikah2423

Pendidikan terakhirSMASMA

AgamaIslamIslam

Suku bangsaBetawiBetawi

Keadaan kesehatanSehatSehat

Kosanguinitas(-)(-)

Penyakit, bila ada(-)(-)

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat kejang, epilepsi, astma, TBC, alergi, darah tinggi, penyakit jantung dan kencing manis disangkal.Riwayat anggota keluarga lain yang serumah: Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.H. Riwayat Lingkungan PerumahanPerumahan: Rumah milik mertuaKeadaan rumah: Ventilasi rumah cukup, pencahayaan kurang karena masih memerlukan lampu pada siang hari, air yang digunakan dari air PAM. Di dalam satu rumah, ada 7 orang yang tinggal didalamnya.Daerah/lingkungan: Padat penduduk, sampah dibuang didepan rumah dan diambil setiap hari, tidak banjir saat musim hujan.Kesimpulan keadaan lingkungan: lingkungan tempat pasien tinggal memiliki sirkulasi udara cukup namun pencahayaan yang kurang baik,walaupun bebas banjir dengan lingkungan yang kebersihannya cukup terjaga.II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 1 Desember 2015 pukul 10.00 WIB)1. Status GeneralisKeadaan Umum : Kesan Sakit: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisKesan Gizi: Kurang Keadaan lain: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-), edema (-)Data Antropometri :Berat badan: 7,1 kgTinggi badan: 68 cmLingkar kepala: 45 cmLingkar Lengan Atas: 21,5 cmStatus Gizi : BB / U = 7,1/9,4 x 100 % = 75,5 % (Gizi kurang) TB / U = 68/74 x 100 % = 91,8 % (Tinggi normal) BB / TB = 7,1/8,2 x 100 % = 86,5 % (Gizi kurang)Berdasarkan kurva CDC 2000 gizi pasien termasuk dalam kategori gizi kurang.

Tanda Vital :Tekanan darah:100 /60 mmHgNadi: 110 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regularNapas: 28 x/menit, tipe torako-abdominalSuhu: 37,7C (diukur dengan termometer air raksa pada aksila)Kepala : Normosefali (45 cm), ubun-ubun belum menutup datar dan sedikit cekungRambut: Rambut hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabutMata :Visus : Tidak dilakukanPtosis: -/-Sklera ikterik: -/-Lagofthalmus: -/-Konjungtiva anemis: -/-Cekung: -/- Exophthalmus: -/-Kornea jernih : +/+Strabismus: -/-Lensa jernih: +/+Nistagmus: -/-Pupil: Bulat, isokorRefleks cahaya: Langsung +/+ , tidak langsung +/+Edema palpebra: -/-Telinga :Bentuk : NormotiaTuli: -/-Nyeri tarik aurikula: -/-Nyeri tekan tragus: -/-Liang telinga: lapang +/+Membran timpani: Sulit dinilaiSerumen: -/-Refleks cahaya: Sulit dinilaiCairan: -/-Hidung :Bentuk: SimetrisNapas cuping hidung: -/-Sekret: -/- Deviasi septum: -Mukosa hiperemis: -/-Konka eutrofi: +/+Bibir : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)Mulut: Trismus (-), oral hygiene baik, karies gigi (-)Lidah: Normoglossia, Typhoid tongue (-), tremor (-), strawberry tongue (-)Tenggorokan: Tidak ada kelainan palatum, mukosa faring hiperemis (-), ukuran tonsil T1-TI, kripta tidak melebar, detritus (-)Leher: Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak massa/ benjolan, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun kelenjar getah bening, trakea teraba di tengahThoraks :Bentuk thoraks simetris saat statis maupun dinamis, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-), tipe pernapasan thorako-abdominal Paru : Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi (-) Palpasi : vocal fremitus sama kuat kiri dan kanan Perkusi : sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)Jantung : Inspeksi : tidak tampak ictus cordis Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midklaviklaris sinistra Perkusi : batas kiri jantung ICS V linea midklavikularis sinistra, batas kanan jantung ICS III-V linea sternalis dekstra, batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi :Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, roseola spots (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-), smiling umbilicus (-) Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 3 x/ menit Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, shifting dullness (-)Genitalia : Tidak ditemukan kelainan pada genitalia eksternaKelenjar Getah Bening :Preaurikuler: Tidak teraba membesarPostaurikuler: Tidak teraba membesarSubmandibula: Tidak teraba membesarSupraklavikula: Tidak teraba membesarAksila: Tidak teraba membesarInguinal: Tidak teraba membesarEkstremitas: Ekstremitas atas dan bawah teraba hangat, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, edema (-/-)Punggung : Tulang belakang bentuk normal dan tidak tampak deviasi, edema sakrum (-) Kulit: Warna kulit sawo matang merata, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit normal.

1. Status NeurologisRefleks FisiologisKananKiri

Biceps++

Triceps++

Patella++

Achilles++

Refleks PatologisKananKiri

Babinski--

Chaddock--

Oppenheim--

Gordon--

Schaeffer--

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk-

KananKiri

Kernig--

Laseq--

Brudzinski I--

Brudzinski II--

Pemeriksaan Nervus Kranialis : N. I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. II dan III (Optikus dan Okulomotorius) : Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+ N. IV dan VI (Troklearis dan Abducens) : Gerakan bola mata baik ke segala arah N. V (Trigeminus) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. VII (Facialis) : Wajah simetris, dapat menutup mata sempurna N. VIII (Vestibulo-koklearis) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. IX dan X (Glossofaringeus dan Vagus) : Tidak ada gangguan menelan N. XI (Aksesorius) : Gerakan leher dan bahu tidak terganggu N. XII (Hipoglosus) : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tanggal 30 Desember 2015 :Jenis PemeriksaanHasilNilai Normal

Hematologi Rutin

Hemoglobin10,3 g/dL 10,8 12,8 g/dL

Hematokrit31 %31 43 %

Leukosit8100/ L 5.000 14.500/ L

Trombosit256000/ L 229.000 553.000/ L

Eritrosit3,8 juta/ L3,7 5,7 juta/ L

MCV80 fL72 88 fL

MCH26,8 pg23 31 pg

MCHC33,5 g/dL32 36 g/dL

RDW14,1 %< 14 %

Kimia klinik

Metabolisme karbohidrat

Glukosa darah sewaktu71 mg/dL33-111 mg/dL

Elektrolit

Elektrolit serum

Natrium (Na)135 mmol/L135-155 mmol/L

Kalium (K)5,3 mmol/L3,5 5,5 mmol/L

Klorida (Cl)104 mmol/L98 109 mmol/L

IV. RESUMEPasien datang dengan keluhan kejang sejak dua jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang didahului dengan demam dan batuk berdahak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Ketika kejang pasien sedang bermain di kasur, tiba-tiba mata mendelik keatas, lidah tergigit dan kedua tangan dan kaki bergerak terus menerus. Sesudah kejang pasien tertidur, dan setelah tersadar tidak ada kelemahan pada anggota tubuh. Lama kejang sekitar dua menit, jarak antar kejang pertama dan yang kedua satu jam. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang serupa pada usia 5 bulan, 7 bulan, dan 9 bulan. Setelah kejang pad usia 9 bulan pasien manjadi tidak bisa duduk. Pada riwayat perkembangan pasien mengalami keterlambatan.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keaadan umum tampak sakit sedang, compos mentis, kesan gizi kurang, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110x/menit, pernafasan 28x/menit dan suhu 37,7C. Pemeriksaan fisik yang lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorim darah rutin, glukosa darah sewaktu, dan elektrolit tidak ditemukan kelainan.

V. DIAGNOSIS BANDING Kejang demam berulang Kejang demam kompleks Kejang demam simpleks ISPA Delayed development Gizi kurang

VI. DIAGNOSIS KERJA Kejang demam berulang ISPA Delayed development Gizi Kurang

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah Pemeriksaan feces lengkap Pemeriksaan urinalisa CT scan

VIII. PENATALAKSANAANA. Non-Medikamentosa1. Edukasi orang tua pasien tentang penyakit pasien.2. Observasi keadaan umum, tanda vital, dan kejang3. Edukasi saat kejang berlangsung, lindungi kepala dengan bantal, hindari benturan kepala atau bagian tubuh lain dengan benda keras, tajam, ataupun benda-benda berbahaya yang berada disekitar pasien saat kejang

B. Medikamentosa IVFD KAEN1B 3cc/kgbb/jam Diazepam 1 mg jika demam > 38,5 Paracetamol 70 mg jika demam Depaken syr 2x1cc

VIII. PROGNOSIS Ad Vitam: Ad bonam Ad Functionam: Ad bonam Ad Sanationam: Dubia ad bonam

KASUS II : CEREBRAL PALSY

IDENTITAS PASIENNama : An. DJenis Kelamin : Laki-lakiUmur: 10 tahunSuku Bangsa: SundaTempat / tanggal lahir: Jakarta, 16 Juli 2005 Agama: KristenAlamat: Jl. Ponco Wijaya No. 53 RT 03/05.

IDENTITAS ORANG TUA/ WALIAyah:Ibu :

Nama : Tn. XUmur : 40 tahunAlamat : Jl. Pembangunan No.31 RT 08/06. Kel Duren Tiga, Kec PancoranPekerjaan : Pegawai swatsaPenghasilan: Rp. 5.000.000Pendidikan : S1Suku Bangsa : IndonesiaAgama : Kristen Nama : Ny. KUmur : 38 tahunAlamat : Jl. Pembangunan No.31 RT 08/06. Kel Duren Tiga, Kec PancoranPekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan: -Pendidikan : S1Suku Bangsa : IndonesiaAgama : Kristen

Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.

I. ANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien.Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 512Tanggal masuk : 2 Desember 2015 pukul 19.00 WIBTanggal anamnesis: 3 Desember 2015 pukul 09.00 WIBKeluhan utama: Kejang sejak 20 hari sebelum masuk rumah sakit (12/11/2015)Keluhan tambahan: Muka, bibir dan kuku berwarna biru

A. Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih oleh ibunya dengan keluhan kejang sejak 20 hari sebelum masuk rumah sakit disertai dengan muka, bibir dan kuku berwarna biru. Dalam sehari kejang sebanyak 4 kali, dengan durasi 15-20 menit. Sebelum kejang pasien sedang tertidur ketika kejang mata pasien mendelik keatas, lidah tergigit dan terkadang mulut berbusa disertai dengan seluruh badan menjadi kaku. Setelah kejang pasien langsung tertidur. Pada saat kejang terjadi ibu pasien hanya memberikan oksigen. Pada saat kejang yang terakhir ibu pasien megatakan muka, bibir dan kuku menjadi biru dan ketika kejang ibu pasien mengatakan pasien tidak bernafas yang dilihat dari dadanya yang tidak naik turun setelah itu pasien langsung dibawa ke UGD RSUD Budhi Asih. Empat hari sebelum masuk rumah sakit pasien pernah mengalami hal yang serupa dan dibawa ke UGD RSUP Fatmawati disana pasien mendapatkan nebulizer ventolin dan cefixime. Setelah membaik pasien pulang.Pasien mengeluh demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam diukur dengan peraaban tangan saja, demam naik turun, ketika demam ibu pasien memberi obat penurun panas, setelah itu demam turun. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan seperti seperti sesak nafas disangkal oleh pasien.

B. Riwayat Penyakit Dahulu Berikut merupakan tabel ringkasan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien:PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit jantung(-)

Cacingan(-)Diare(-)Penyakit ginjal(-)

DBD(-)Kejang(+)Radang paru/ TBC(-)

Otitis(-)Morbili(-)Penyakit darah(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Lain-lain:ISPA, epilepsi, cerebral palsy

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita : Pasien pernah mengalami ISPA dan di opname sebanyak 2 kali pada usia 6 bulan dan 10 tahun. Pasien didiagnosis menderita epilepsi dan cerebral palsy sejak usia 3 bulan. Sebelum masuk rumah sakit pasien rutin mengkonsumsi obat anti kejang berupa clobazam, levetiracetam, dan asam valproat.

C. Riwayat Kehamilan dan KelahiranKEHAMILANMorbiditas kehamilanPada usia kehamilan 12 minggu terinfeksi toxoplasmosis dan cytomegalovirus.

Perawatan antenatalKontrol ke rumah sakit 1 kali perbulan.

KELAHIRANTempat persalinanDi rumah sakit

Penolong persalinanDokter

Cara persalinanSpontan dengan vacum

Penyulit : ketuban pecah dini

Masa gestasiCukup Bulan

Keadaan bayiBerat lahir : 3100 gram

Panjang lahir : 46 cm

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)Pucat (-)Nilai APGAR : (tidak tahu)Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ kelahiran : Riwayat infeksi toxoplasmosis dan cytomegalovirus saat kehamilan yang diketahui pada saat usia kehamilan 12 minggu, persalianan spontan dengan vacum atas indikasi ketuban pecah dini. Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan.

D. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I : 6 bulanGangguan perkembangan mental : adaPsikomotor :Tengkurap: -(Normal: 3-4 bulan)Duduk: -(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: -(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: -(Normal: 13 bulan)Bicara: -(Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan Pubertas :Rambut pubis : -Payudara : -Menarche : -Kesimpulan riwayat perkembangan : Perkembangan terlambat atau tidak sesuai dengan usiaE. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2ASI---

2 4ASI---

4 6ASI---

6 8-+--

8 10-+++

10 -12-+++

Umur di atas 1 tahun:Jenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi/ Pengganti2x/hari

Sayur3x/hari

Daging1x/hari

Telur1x/ 2 hari

Ikan1x/hari

Tahu1x/hari (@ 2 potong)

Tempe1x/hari (@ 2 potong)

Susu(-)

Lain-lain(-)

Kesulitan makan : Os tidak memiliki kesulitan makanKesimpulan riwayat makanan : Asupan makan pasien sudah baik, makanan selama ini diberikan harus di haluskan terlebih dahulu, dan sering tersedak

F. Riwayat ImunisasiVaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG------

DPT / PT------

Polio0 bulan-----

Campak------

Hepatitis B0 bulan-----

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap

G. Riwayat KeluargaCorak reproduksi :NoTahun lahirJenis kelaminHidupLahir matiAbortusMati (sebab)Keterangan kesehatan

1.16 Juli 2005Laki-laki (+)---Pasien

Riwayat pernikahan : Ayah / WaliIbu / Wali

NamaTn. UNy. E

Perkawinan ke-11

Umur saat menikah2927

Pendidikan terakhirSMASMA

AgamaIslamIslam

Suku bangsaBetawiBetawi

Keadaan kesehatanSehatSehat

Kosanguinitas(-)(-)

Penyakit, bila ada(-)(-)

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat kejang, epilepsi, astma, TBC, alergi, darah tinggi, penyakit jantung dan kencing manis disangkal.Riwayat anggota keluarga lain yang serumah: Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.H. Riwayat Lingkungan PerumahanPerumahan: Rumah milik sendiriKeadaan rumah: ventilasi rumah cukup, pencahayaan cukup karena tidak memerlukan lampu pada siang hari, air yang digunakan dari air PAM. Di dalam satu rumah, ada 4 orang yang tinggal didalamnya.Daerah/lingkungan: padat penduduk, sampah dibuang didepan rumah dan diambil setiap hari, tidak banjir saat musim hujan.Kesimpulan keadaan lingkungan: lingkungan tempat pasien tinggal memiliki sirkulasi udara dan pencahyaan yang cukup dengan lingkungan yang kebersihannya cukup terjaga.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 3 Desember 2015 pukul 10.00 WIB)Status GeneralisKeadaan Umum : Kesan Sakit: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos mentisKesan Gizi: NormalKeadaan lain: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-), edema (-)Data Antropometri :Berat badan: 22 kgTinggi badan: 126 cmLingkar kepala: 50 cmLingkar Lengan Atas: 22 cmStatus Gizi : BB / U = 22/33 x 100 % = 66,6 % (Gizi buruk) TB / U = 126/139 x 100 % = 91,6 % (Tinggi normal) BB / TB = 22/24 x 100 % = 90,6 % (Gizi normal)Berdasarkan kurva CDC 2000 gizi pasien termasuk dalam kategori gizi normal. Tanda Vital :Tekanan darah:110 / 65 mmHgNadi: 100 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regularNapas: 30 x/menit, tipe torako-abdominalSuhu: 36,5C (diukur dengan termometer air raksa pada aksila)Kepala: Normosefali (50 cm), ubun-ubun besar sudah menutupRambut: Rambut hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabutMata :Visus : Tidak dilakukanPtosis: -/+Sklera ikterik: -/-Lagofthalmus: -/-Konjungtiva anemis: -/-Cekung: -/- Exophthalmus: -/-Kornea jernih : +/-Strabismus: -/tidak dapat dinilaiLensa jernih: +/tidak dapat dinilaiNistagmus: -/tidak dapat dinilaiPupil: Bulat, OD 2 mmRefleks cahaya: Langsung +/-, tidak langsung +/-Edema palpebra: -/-Telinga :Bentuk : NormotiaTuli: -/-Nyeri tarik aurikula: -/-Nyeri tekan tragus: -/-Liang telinga: lapang +/+Membran timpani: Sulit dinilaiSerumen: -/-Refleks cahaya: Sulit dinilaiCairan: -/-Hidung :Bentuk: SimetrisNapas cuping hidung: -/-Sekret: -/- Deviasi septum: -Mukosa hiperemis: -/-Konka eutrofi: +/+Bibir : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)Mulut: Trismus (-), oral hygiene baik, karies gigi (-)Lidah: Normoglossia, Typhoid tongue (-), tremor (-), strawberry tongue (-)Tenggorokan: Tidak ada kelainan palatum, mukosa faring hiperemis (-), ukuran tonsil T1-TI, kripta tidak melebar, detritus (-)Leher: Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak massa/ benjolan, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun kelenjar getah bening, trakea teraba di tengahThoraks :Bentuk thoraks simetris saat statis maupun dinamis, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-), tipe pernapasan abdominal thorakal.Paru : Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi (-) Palpasi : vocal fremitus sama kuat kiri dan kanan Perkusi : sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : tidak tampak ictus cordis Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midklaviklaris sinistra Perkusi : batas kiri jantung ICS V linea midklavikularis sinistra, batas kanan jantung ICS III-V linea sternalis dekstra, batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi :Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, roseola spots (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-), smiling umbilicus (-) Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 3 x/ menit Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, shifting dullness (-)Genitalia : Tidak ditemukan kelainan pada genitalia eksternaKelenjar Getah Bening :Preaurikuler: Tidak teraba membesarPostaurikuler: Tidak teraba membesarSubmandibula: Tidak teraba membesarSupraklavikula: Tidak teraba membesarAksila: Tidak teraba membesarInguinal: Tidak teraba membesarEkstremitas: Ekstremitas atas dan bawah teraba hangat, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, edema (-/-)Punggung : Tulang belakang skoliosis, edema sakrum (-) Kulit: Warna kulit putih merata, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit normal

1. Status NeurologisRefleks FisiologisKananKiri

Biceps++++

Triceps++++

Patella++++

Achilles++++

Refleks PatologisKananKiri

Babinski++

Chaddock++

Oppenheim--

Gordon--

Schaeffer--

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk-

KananKiri

Kernig--

Laseq--

Brudzinski I--

Brudzinski II--

Pemeriksaan Nervus Kranialis : N. I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. II dan III (Optikus dan Okulomotorius) : Ptosis N. IV dan VI (Troklearis dan Abducens) : Gerakan bola mata baik ke segala arah N. V (Trigeminus) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. VII (Facialis) : Wajah simetris, dapat menutup mata sempurna N. VIII (Vestibulo-koklearis) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. IX dan X (Glossofaringeus dan Vagus) : Gangguan menelan N. XI (Aksesorius) : Gerakan leher dan bahu tidak terganggu N. XII (Hipoglosus) : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANGB. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tanggal 2 Desember 2015 :Jenis PemeriksaanHasilNilai Normal

Hematologi Rutin

Hemoglobin11,7 g/dL 10,8 12,8 g/dL

Hematokrit34 %31 43 %

Leukosit8100/ L 5.000 14.500/ L

Trombosit202.000/ L 229.000 553.000/ L

Eritrosit4,1 juta/ L3,7 5,7 juta/ L

MCV84 fL72 88 fL

MCH28 pg23 31 pg

MCHC34,5 g/dL32 36 g/dL

RDW13,1 %< 14 %

Kimia klinik

Metabolisme karbohidrat

Glukosa darah sewaktu93 mg/dL33-111 mg/dL

Elektrolit

Elektrolit serum

Natrium (Na)138 mmol/L135-155 mmol/L

Kalium (K)4,0 mmol/L3,6 5,5 mmol/L

Klorida (Cl)112 mmol/L98 109 mmol/L

IV. RESUMEPasien datang dengan keluhan kejang yang sudah berlangsung 20 hari sebelum masuk rumah sakit disertai dengan muka, bibir dan kuku berwarna kebiruan. Dalam sehari kejang sebanyak 4x dengan durasi 15-20 menit. Sebelum kejang pasien sedang tertidur, tiba-tiba mata mendelik keatas, lidah tergigit, terkadang mengeluarkan busa dari mulut dan seluruh badan menjadi kaku. Setelah kejang pasien tertidur. Pasien juga mengeluhkan demam dan batuk berdahak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien sudah terdiagnosis menderita cerebral palsy dan epilepsi sejak umur 3 bulan, dan pernah 2x di opname akibat ISPA. Riwayat kehamilan, pada usia kehamilan 3 bulan dinyatakan positif terinfeksi toxoplasmosis dan cytomegalovirus. Riwayat perkembangan terlambat atau perkembangan tidak sesuai dengan usianya.Pada pemeriksaan fisik keadaan umum composmentis, tampak sakit sedang, status gizi baik. Tekanan darah 110/65 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 36,5 c, pernafasan 30x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan OD ptosis, kornea keruh. Tulang belakang skolisis. Pada status neurologis didapatkan reflex fisiologis meningkat, refelx patologis babinski (+/+) chadock (+/+). Nervus cranilias parese N. III, IX, X. Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.

V. DIAGNOSIS BANDING Cerebral palsy Epilepsi generalisata tonik Epilepsi generalisata tonik klonik Epilepsi generalisata sekunder ISPA Bronkopneumonia Tuberkulosis paru

VI. DIAGNOSIS KERJA Cerebral palsy Epilepsi generalisata tonik ISPA

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan darah Pemeriksaan urinalisa Uji tuberkulin Foto thorax

VIII. PENATALAKSANAANC. Non-Medikamentosa1. Edukasi orang tua pasien tentang penyakit pasien.2. Observasi keadaan umum, tanda vital, dan kejang3. Edukasi saat kejang berlangsung, lindungi kepala dengan bantal, hindari benturan kepala atau bagian tubuh lain dengan benda keras, tajam, ataupun benda-benda berbahaya yang berada disekitar pasien saat kejang

D. Medikamentosa O2 nasal kanul 2L/m NaCl 0,9% 10 cc + ventolin 1 tube / 2 hari Drip phenitoin 400 mg dalam 30 menit selanjutnya phenitoin 2 x 50 mg iv Depaken 3x3,5 mg

VIII. PROGNOSIS Ad Vitam: Ad bonam Ad Functionam: Ad malam Ad Sanationam: Dubia ad malam

KASUS III : MENINGOECENPHALITIS

IDENTITAS PASIENNama : An. MJenis Kelamin : Laki-lakiUmur: 1 tahunSuku Bangsa: SundaTempat / tanggal lahir: Jakarta, 23 Juli 2014 Agama: IslamAlamat: Jl. Cipinang galur kulon No.2 RT 03/05, Jatinegara

IDENTITAS ORANG TUA/ WALIAyah:Ibu :

Nama : Tn. SUmur : 48 tahunAlamat : Jl. Cipinang galur kulon No.2 RT 03/05, JatinegaraPekerjaan : PedagangPenghasilan: Rp. 1.200.000Pendidikan : SMASuku Bangsa : IndonesiaAgama : IslamNama : Ny. NUmur : 42 tahunAlamat : Jl. Cipinang galur kulon No.2 RT 03/05, JatinegaraPekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan: -Pendidikan : SMPSuku Bangsa : IndonesiaAgama : Islam

Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.

I. ANAMNESISDilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu kandung pasien.Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 614Tanggal masuk : 8 Agutus 2015 pukul 19.00 WIBTanggal anamnesis: 8 Agustus 2015 pukul 19.00 WIBKeluhan utama: Kejang sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit Keluhan tambahan: Demam, batuk berdahak

A. Riwayat Penyakit SekarangPasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih oleh ibunya dengan keluhan kejang 3 jam SMRS, yang timbul mendadak setelah pasien bangun tidur, dengan ciri kelojotan, mata mendelik ke atas, dan lidah tidak tergigit, selama 10 detik. Kejang terjadi sebanyak 3 kali. Sebelum kejang, pasien aktivitas seperti biasa, setelah kejang pasien menjadi mengantuk dan lemas. Kejang ini baru pertama kali terjadi pada pasien. Menurut ibu pasien sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien sudah terlihat lemas dan tidak acuh terhadap lingkungan sekitar. Jika dipanggil atau diajak main hanya diam saja. Dan menurut ibu pasien, pasien yang tadinya bisa jalan rambatan menjadi tidak bisa dan hanya tidur saja.3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien demam, diukur dengan perabaan tangan. Demam terus menerus tidak dipengaruhi waktu, tidak disertai dengan keringet malam. Demam juga disertai dengan batuk berdahak. Keluhan seperti sesak nafas disangkal oleh ibu pasien. Semenjak demam pasien jadi sulit makan. Pasien pernah berobat ke puskesmas dan hanya diberi obat batuk, antibiotik dan penurun panas.

B. Riwayat Penyakit Dahulu Berikut merupakan tabel ringkasan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien:PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit jantung(-)

Cacingan(-)Diare(-)Penyakit ginjal(-)

DBD(-)Kejang(+)Radang paru/ TBC(-)

Otitis(-)Morbili(-)Penyakit darah(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Lain-lain:-

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa.

C. Riwayat Kehamilan dan KelahiranKEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalKontrol ke bidan 1 kali perbulan. TT 2x

KELAHIRANTempat persalinanDi Puskesmas

Penolong persalinanBidan

Cara persalinanSpontan

Penyulit : -

Masa gestasiCukup Bulan

Keadaan bayiBerat lahir : 3000 gram

Panjang lahir : 45 cm

Lingkar kepala : (tidak tahu)

Langsung menangis (+)Pucat (-)Nilai APGAR : (tidak tahu)Kelainan bawaan : tidak ada

Kesimpulan riwayat kehamilan/ kelahiran : Neonaus cukup bulan sesuai masa kehamilan.

D. Riwayat PerkembanganPertumbuhan gigi I : 6 bulanGangguan perkembangan mental : adaPsikomotor :Tengkurap: -(Normal: 3-4 bulan)Duduk: -(Normal: 6-9 bulan)Berdiri: -(Normal: 9-12 bulan)Berjalan: -(Normal: 13 bulan)Bicara: -(Normal: 9-12 bulan)

Perkembangan Pubertas :Rambut pubis : -Payudara : -Menarche : -Kesimpulan riwayat perkembangan : Perkembangan terlambat atau tidak sesuai dengan usia

E. Riwayat MakananUmur (bulan)ASI/PASIBuah / BiskuitBubur SusuNasi Tim

0 2ASI---

2 4ASI---

4 6ASI---

6 8ASI+--

8 10ASI+++

10 -12ASI+++

Umur di atas 1 tahun:Jenis MakananFrekuensi dan Jumlah

Nasi/ Pengganti2x/hari

Sayur1x/hari

Daging1x/minggu

Telur1x/ 3 hari

Ikan1x/minggu

Tahu1x/hari (@ 1 potong)

Tempe1x/hari (@ 1 potong)

Susu(-)

Lain-lain(-)

Kesulitan makan : Os tidak memiliki kesulitan makanKesimpulan riwayat makanan : Asupan makan pasien sudah baik.

F. Riwayat ImunisasiVaksinDasar ( umur )Ulangan ( umur )

BCG2 bulan-----

DPT / PT2 bulan4 bulan6 bulan---

Polio0 bulan2 bln4 bulan---

Campak--9 bulan---

Hepatitis B0 bulan1 bulan6 bulan---

Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar tidak lengkap

G. Riwayat KeluargaCorak reproduksi :NoTahun lahirJenis kelaminHidupLahir matiAbortusMati (sebab)Keterangan kesehatan

1.16 Juli 1994Perempuan (+)---Sehat

2. 22 Februari 1996Perempuan(+)---Sehat

3.5 Juli 1998Laki-laki(+)---Sakit

4.13 Mei 2009Perempuan(+)---Sehat

5. 20 April 2011Perempuan(+)---Sehat

6.23 Juli 2014Laki-laki(+)---Pasien

Riwayat pernikahan : Ayah / WaliIbu / Wali

NamaTn. SNy. N

Perkawinan ke-11

Umur saat menikah3226

Pendidikan terakhirSMASMP

AgamaIslamIslam

Suku bangsaBetawiBetawi

Keadaan kesehatanSakitSehat

Kosanguinitas(-)(-)

Penyakit, bila ada(-)(-)

Riwayat penyakit keluarga : Kakak pasien menderita TBC dalam pengobatan, ayah pasien menderita stroke sejak 5 tahun yang lalu. Riwayat kejang, epilepsi, astma, alergi, darah tinggi, penyakit jantung dan kencing manis disangkal.Riwayat anggota keluarga lain yang serumah: Anggota keluarga pasien yang tinggal satu rumah tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.H. Riwayat Lingkungan PerumahanPerumahan: Rumah milik sendiriKeadaan rumah: ventilasi rumah sangat kurang karena hanya ada satu didepan, pencahayaan kurang karena memerlukan lampu pada siang hari, air yang digunakan dari air PAM. Di dalam satu rumah, ada 8 orang yang tinggal didalamnya.Daerah/lingkungan: Padat penduduk, sampah dibuang didepan rumah dan diambil setiap 3 hari, tidak banjir saat musim hujan.Kesimpulan keadaan lingkungan: lingkungan tempat pasien tinggal memiliki sirkulasi udara dan pencahyaan yang cuk kurang dengan lingkungan yang kebersihannya cukup terjaga.

II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 8 Agustus 2015 pukul 19.00 WIB)Status GeneralisKeadaan Umum : Kesan Sakit: Tampak sakit sedangKesadaran: Apatis Kesan Gizi: NormalKeadaan lain: Anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), dyspnoe (-), edema (-)Data Antropometri :Berat badan: 9,1 kgTinggi badan: 89 cmLingkar kepala: 46 cmLingkar Lengan Atas: 22 cmStatus Gizi : BB / U = 9,1/11,5 x 100 % = 79 % (Gizi kurang) TB / U = 89/80 x 100 % = 105 % (Tinggi normal) BB / TB = 9,1/12 x 100 % = 75,8% (Gizi kurang)Berdasarkan kurva CDC 2000 gizi pasien termasuk dalam kategori gizi kurang. Tanda Vital :Tekanan darah:90 / 60 mmHgNadi: 110 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regularNapas: 28 x/menit, tipe torako-abdominalSuhu: 36,5C (diukur dengan termometer air raksa pada aksila)Kepala : Normosefali (46 cm), ubun-ubun besar belum menutup datar sedikit cekungRambut: Rambut hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabutMata :Visus : Tidak dilakukanPtosis: -/-Sklera ikterik: -/-Lagofthalmus: -/-Konjungtiva anemis: -/-Cekung: -/- Exophthalmus: -/-Kornea jernih : +/+Strabismus: -/- Lensa jernih: +/+Nistagmus: -/-Pupil: Bulat, anisokor Refleks cahaya: Langsung +/-, tidak langsung +/-Edema palpebra: -/-Telinga :Bentuk : NormotiaTuli: -/-Nyeri tarik aurikula: -/-Nyeri tekan tragus: -/-Liang telinga: lapang -/-Membran timpani: Sulit dinilaiSerumen: +/+Refleks cahaya: Sulit dinilaiCairan: -/-Hidung :Bentuk: SimetrisNapas cuping hidung: -/-Sekret: -/- Deviasi septum: -Mukosa hiperemis: -/-Konka eutrofi: +/+Bibir : Mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)Mulut: Trismus (-), oral hygiene baik, karies gigi (-)Lidah: Normoglossia, Typhoid tongue (-), tremor (-), strawberry tongue (-)Tenggorokan: Tidak ada kelainan palatum, mukosa faring hiperemis (-), ukuran tonsil T1-TI, kripta tidak melebar, detritus (-)Leher: Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak massa/ benjolan, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun kelenjar getah bening, trakea teraba di tengahThoraks :Bentuk thoraks simetris saat statis maupun dinamis, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi suprasternal (-), retraksi intercostal (-), retraksi subcostal (-), tipe pernapasan abdominal thorakal.Paru : Inspeksi : simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada pernapasan yang tertinggal, retraksi (-) Palpasi : vocal fremitus sama kuat kiri dan kanan Perkusi : sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (+/+), wheezing (-/-)

Jantung : Inspeksi : tidak tampak ictus cordis Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V linea midklaviklaris sinistra Perkusi : batas kiri jantung ICS V linea midklavikularis sinistra, batas kanan jantung ICS III-V linea sternalis dekstra, batas atas jantung ICS III linea parasternalis sinistra Auskultasi : bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi :Perut buncit, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut maupun benjolan, roseola spots (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-), smiling umbilicus (-) Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 3 x/ menit Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, shifting dullness (-)Genitalia : Tidak ditemukan kelainan pada genitalia eksternaKelenjar Getah Bening :Preaurikuler: Tidak teraba membesarPostaurikuler: Tidak teraba membesarSubmandibula: Tidak teraba membesarSupraklavikula: Tidak teraba membesarAksila: Tidak teraba membesarInguinal: Tidak teraba membesarEkstremitas: Ekstremitas atas dan bawah teraba hangat, capillary refill time (CRT) kurang dari 2 detik, edema (-/-)Punggung : Tulang belakang normal tidak ada deviasi, edema sakrum (-) Kulit: Warna kulit putih merata, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor kulit normal.

1. Status NeurologisRefleks FisiologisKananKiri

Biceps++++

Triceps++++

Patella++++

Achilles++++

Refleks PatologisKananKiri

Babinski++

Chaddock++

Oppenheim++

Gordon--

Schaeffer--

Tanda Rangsang Meningeal

Kaku kuduk+

KananKiri

Kernig++

Laseq--

Brudzinski I--

Brudzinski II--

Pemeriksaan Nervus Kranialis : N. I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. II dan III (Optikus dan Okulomotorius) : Pupil anisokor RCL +/- RCTL +/- N. IV dan VI (Troklearis dan Abducens) : Gerakan bola mata baik ke segala arah N. V (Trigeminus) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. VII (Facialis) : Wajah asimetris N. VIII (Vestibulo-koklearis) : Tidak dilakukan pemeriksaan N. IX dan X (Glossofaringeus dan Vagus) : Tidak ada gangguan menelan N. XI (Aksesorius) : Gerakan leher dan bahu tidak terganggu N. XII (Hipoglosus) : Tidak dilakukan pemeriksaan

III. PEMERIKSAAN PENUNJANGC. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 Agustus 2015 :Jenis PemeriksaanHasilNilai Normal

Hematologi Rutin

Hemoglobin11,3 g/dL 10,8 12,8 g/dL

Hematokrit36 %31 43 %

Leukosit28.400/ L 5.000 14.500/ L

Trombosit630.000/ L 229.000 553.000/ L

Eritrosit5,3 juta/ L3,7 5,7 juta/ L

MCV66,8 fL72 88 fL

MCH21,2 pg23 31 pg

MCHC31,7 g/dL32 36 g/dL

RDW13,41 %< 14 %

Kimia klinik

Metabolisme karbohidrat

GDS117 mg/dl33-111 mg/dl

Elektrolit serum

Natrium (Na)134 mmol/L135-155 mmol/L

Kalium (K)5,0 mmol/L3,6 5,5 mmol/L

Klorida (Cl)110 mmol/L98 109 mmol/L

IV. RESUMEPasien dibawa ke IGD RSUD Budhi Asih oleh ibunya dengan keluhan kejang 3 jam SMRS, yang timbul mendadak, dengan ciri kelojotan, mata mendelik ke atas, dan lidah tidak tergigit, selama 10 detik. Kejang terjadi sebanyak 3 kali. Sebelum kejang, pasien aktivitas seperti biasa, setelah kejang pasien menjadi mengantuk dan lemas. Kejang ini baru pertama kali terjadi pada pasien. Menurut ibu pasien sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien, pasien sudah terlihat lemas dan tidak acuh terhadap lingkungan sekitar. 3 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien demam, disertai dengan batuk berdahak. Riwayat perkembangan terlambat. Riwayat penyakit keluarga kaka pasien menderita TBC dan dalam pengobatan,Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum apatis, tampak sakit sedang kesan gizi kurang. Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 110x/m, pernapasan 28x/m, dan suhu 36,5c. Pada pemeriksaan paru dengan auskultasi didapatkan rhonki. Pada status neurologis, reflex fisilogis meningkat, reflex patologis +, tanda rangsang meningeal +, dan nervus cranialis kesan parese nervus III dan VII central. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis (28.400 / L).

V. DIAGNOSIS BANDING Meningoecenphalitis Meningitis Tuberculosis Meningitis Bakterial Delayed development Gizi kurang

VI. DIAGNOSIS KERJA Meningoecenphalitis Delayed development Gizi kurang

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemmeriksaan urinalisa Uji tuberkulin Foto thorax Analisa cairan LCS

VIII. PENATALAKSANAANE. Non-Medikamentosa1. Edukasi orang tua pasien tentang penyakit pasien.2. Observasi keadaan umum, tanda vital, dan kejang3. Edukasi saat kejang berlangsung, lindungi kepala dengan bantal, hindari benturan kepala atau bagian tubuh lain dengan benda keras, tajam, ataupun benda-benda berbahaya yang berada disekitar pasien saat kejang

F. Medikamentosa O2 2L/m jika perlu IVFD Asering 5 cc/kgbb/jam Inj fenitoin 2 x 22,5 mg Inj cefotaxim 3x600 mg Inj gentamicin 1x45 mg Paracetamol 3x100 mg Prednison 3x3 mg

VIII. PROGNOSIS Ad Vitam: Dubia Ad bonam Ad Functionam: Ad malam Ad Sanationam: Dubia ad malam

KASUS IV : EPILEPSI

IDENTITAS PASIENNama : An. AJenis Kelamin: Laki - lakiUmur: 3 tahun 6 bulanSuku: Padang - BetawiTempat / tanggal lahir: Jakarta, 14 Mei 2012 Agama: IslamAlamat: Jl. Kranji X No. 43, RT01/03 Bekasi barat.

IDENTITAS ORANG TUA/ WALIAyah:Ibu :

Nama : Tn. RUmur : 35 tahunAlamat : Jl. Kranji X No. 43, RT01/03 Bekasi barat. Pekerjaan : SupirPenghasilan: Rp. 2.500.000Pendidikan : SMASuku Bangsa : Betawi Agama : IslamNama : Ny. DUmur : 34 tahunAlamat :.Jl. Kranji X No.43, RT 01/03 Bekasi baratPekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan: -Pendidikan : SMASuku Bangsa : BetawiAgama : Islam

Hubungan dengan orang tua: Pasien merupakan anak kandung.

I. ANAMNESISDilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ibu kandung pasienLokasi : Bangsal lantai V Barat, kamar 512Tanggal masuk : 23 November 2015 pukul 09.00 WIB (di poliklinik)Tanggal anamnesis : 27 Novenber 2015 pukul 09.00 WIBKeluhan utama: Kejang sejak 2 minggu SMRSKeluhan tambahan: Batuk dan pilek

A. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Poliklinik RSUD Budhi Asih dengan keluhan kejang 2 minggu SMRS tanpa disertai demam, kejang terjadi setiap hari dan semakin lama frekuensinya semakin sering. Dalam sehari kurang lebih 8x dalam sehari dengan durasi 1 menit. Sebelum kejang pasien sedang bermain tiba-tiba kejang kedua tangan dan kaki menyentak, berulang, cepat, mata mendelik keatas, rahang bawah maju mundur. Selama kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien langsung tersadar kembali. Pasien juga mengeluh keluhan lainnya berupa pilek dan batuk yang sudah berlangsung 3 hari. Keluhan lain seperti, nyeri kepala, mual, muntah maupun penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan disangkal. BAK dan BAB tidak terdapat kelainan.

B. Riwayat Penyakit DahuluBerikut merupakan tabel ringkasan riwayat penyakit yang diderita oleh pasien:PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi(-)Difteria(-)Penyakit jantung(-)

Cacingan(-)Diare(-)Penyakit ginjal(-)

DBD(-)Kejang(+))Radang paru/ TBC(-)

Otitis(-)Morbili(-)Penyakit darah(-)

Parotitis(-)Operasi(-)Lain-lain:(-)

Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita : kejang tanpa demam pada usia 8 bulan pada kelopak mata dan mulut (rahang bawah) dengan durasi tidak lebih dari 1 menit dan frekuensinya 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu dua kali setelah 5-10 menit Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb. 10 15 menit: - Cenderung menjadi status konvulsivus - Berikan fenitoin 15 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%- Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb. 30 menit:- Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 15 menit.

- Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda -tanda depresi pernafasan. - Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.

KEJANG DEMAM4.1 DEFINISIKejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan perubahan aktifitas motorik dan/ atau behavior yang bersifat paroksismal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh.[1] Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.[7,8]

4.2 EPIDEMIOLOGIPendapat para ahli tentang usia penderita saat terjadi bangkitan kejang demam tidak sama. Pendapat para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP) usia termuda bangkitan kejang demam adalah 6 bulan. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Berkisar 2%-5% anak dibawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Lebih dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara 6 bulan sampai dengan 22 bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.Di berbagai negara insiden dan prevalensi kejang demam berbeda. Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia, prevalensi kejang demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika. Di Jepang, kejadian kejang demam berkisar 8,3%-9,9%. Bahkan di kepulauan Mariana (Guam), telah dilaporkan insidensi kejang demam yang lebih besar, mencapai 14%. Prognosis kejang demam baik, dimana kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64-0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian kecil berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Sedangkan 4% penderita kejang demam secara bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi.[7,8]

4.3 KLASIFIKASIBerdasarkan atas studi epidemiologi, kejang demam dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kejang demam sederhana (70-75%), kejang demam kompleks (20-25%), dan kejang demam simtomatik (5%).

Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, umumnya berlangsung beberapa detik/ menit, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri, pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat perkembangan normal. Kejang tipe ini biasanya terdapat pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 39C. Sedangkan kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini : Kejang lama > 15 menit kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.Lalu, kejang demam simtomatik, dengan sifat yaitu umur dan sifat demam adalah sama dengan pada kejang demam sederhana, dan sebelumnya anak telah mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.[1,7]

4.4 PATOFISIOLOGIKejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi.Sel saraf seperti juga sel hidup umumnya, mempunya potensial membran. Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial intrasel lebih negatif dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat, potensial membran berkisar 30-100 mV, selisih potensial membran ini akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan rangsanan. Potensial membran ini terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama ion Na+, K+, dan Ca2+. Bila sel saraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik maka akan mengakibatkan menurunnya potensial membran. Penurunan potensial membran ini akan menyebakan permeabilitas membran terhadap ion Na+ akan meningkat sehingga Na+ akan lebih banyak masuk ke dalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan potensial membran masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion Na+ dan ion K+, sehingga selisih potensial kembali ke keadaan istirahat.Perubahan potensial yang demikian sifatnya tidak menjalar, yang disebut respon lokal. Bila rangsangan cukup kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap (firing level), maka permeabilitas membran terhadap Na+ akan meningkat secara besar-besaran pula, sehingga timbul spike potensial atau potensial aksi. Potensil aksi ini akan dihantarkan ke sel saraf berikutnya melalui sinaps dengan perantara zat kimia yang dikenal dengan neurotransmitter. Bila perangsangan telah selesai, maka permeabilitas membran kembali ke keadaan istirahat, dengan cara Na+ akan kembali ke luar sel dan K+ masuk ke dalam sel melalui mekanisme pompa Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa glukosa dan oksigen.Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori : Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K, misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia. Perubahan permeabilitas membran sel saraf, misalnya hipokalsemia dan hipomagnesemia. Perubahan relatif neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan neurotransmitter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat akan menimbulkan kejang.Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan hiposia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat.Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemi neuron karena kegagalan metabolisme di otak.Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut : Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum matang/ imatur Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2 yang akan merusak neuron. Demam meningkatkan cerebral blood flow (CBF) serta meningkatkan kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion keluar masuk sel.Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak akan meninggalkan gejala sisa. Pada kejang demam yang lama (lebih dari 15 menit) biasanya diikuti dengan apneu, hipoksemia (disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet), asidosis laktat (disebabkan oleh metabolisme anaerobik), hiperkapnea, hipoksi arterial, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian ini menyebabkan gangguan peredaran darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia dan edema otak, dan pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron.[1,3]

4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG[7]Untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang yakni meliputi pemeriksaan laboratorium, pungsi lumbal, EEG, dan pencitraan.Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pungsi lumbal dianjurkan pada :- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan Bayi > 18 bulan tidak rutinNamun bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.Selanjutnya, pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karena itu, pemeriksaan EEG tidak direkomendasikan. Namun, pemeriksaan ini masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-Scan atau MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti : Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) Paresis nervus VI Papilledema

4.6 TATALAKSANAPada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan, yaitu: 1. Pengobatan fase akut Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Pada waktu pasien sedang kejang semua pakaian yang ketat dibuka, dan pasien dimiringkan kepalanya apabila muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Awasi tanda vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan pemberian antipiretik. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazapem yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/ menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. sedangkan obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5-0,75 mg/ kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. 2. Mencari dan Mengobati Penyebab 3. Pengobatan Profilaksis Kambuhnya kejang demam perlu dicegah. Bila kejang demam berlangsung lama dan mengakibatkan kerusakan otak yang menetap (cacat). Ada 3 upaya yang dapat dilakukan: 1. Profilaksis intermitten, pada waktu demam. Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik kerena penyerapannya lebih cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,5C atau lebih. Diazepam dapat pula diberikan sacara oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis pada waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia.1. Profilaksis terus-menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari. Pemberian fenobarbital 4-5 mg/kg BB/hari menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat, tetapi kadang-kadang menunjukkan efek samping hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari. Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjandinya epilepsi di kemudian hari. Profilaksis dapat diberi pada keadaan seperti terdapat kelainan perkembangan neurologi (misalnya cerebral palsy, retardasi mental, mikrosefali), kejang demam berlangsung lama dari 15 menit, bersifat fokal, atau diikuti kelainan neurologis sepintas atau menetap, terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara kandung, kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi di bawah 12 bulan, kejang demam 4 kali pertahun. - 1. Mengatasi segera bila terjadi kejang.Pemberian obat saat anak demam AntipiretikTidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Anti kejangPemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu >38,5C. sedangkan fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.Edukasi pada orang tuaPerlunya edukasi pada orang tua agar kejang dapat diatasi serta mengurangi kecemasan pada orang tua. Hal-hal yang dapat disampaikan yaitu: - Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik- Memberitahukan cara penanganan kejang- Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali- Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi beserta efek samping obatIndikasi pemberian obat rumatanPengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu): Kejang lama > 15 menit Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, hidrosefalus, retardasi mental. Kejang fokal Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila : Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan Kejang demam 4 kali per tahunObat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat yaitu 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.[7,9]

4.7 PROGNOSISKejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Lalu, kematian karena kejang demam juga tidak pernah dilaporkan.Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah : Riwayat kejang demam dalam keluarga Usia kurang dari 12 bulan Temperatur yang rendah saat kejang Cepatnya kejang setelah demamBila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.Faktor risiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor risiko menjadi epilepsi adalah : Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama Kejang demam kompleks Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandungMasing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10-40%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan pada kejang demam.[7]

CEREBRAL PALSY (14)4.1 DEFINISICerebral palsy adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan kelompok mengenai pusat pengendalian pergerakan dan postur dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah buruk pada usia selanjutnya. Gangguan pengendalian pergerakan sering bersamaan dengan gangguan sensasi, persepsi, kognitif, komunikasi, dan tingkah laku seperti epilepsy dan masalah muskuloskeletal.4.2 EPIDEMIOLOGICP adalah ganguan pergerakan kronik yang sering terjadi yang dimulai pada masa kanak-kanak. Dengan insiden 3.6 per 1000 anak dengan perbandingan rasio laki:wanita adalah 1,4:1. Angka kejadian palsi serebral di berbagai negara bervariasi antara 2-2,5 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi CP meningkat pada prematur dengan berat badan lahir 5 tahun 5-10 mg im/iv, anak 1 bulan-5 tahun 0,2-2 mg im/ivd. Golongan suksinimidEtosuksimidIndikasi : epilepsi petit mal murniDosis : 20-30 mg.kgBB/harie. Golongan anti epilepsi lainnya- Sodium valproatIndikasi : epilepsi petit mal murni, dapat pula untuk epilepsi mempunyai cara kerja menstabilkan keluar masuknya natrium pada sel otakDosis : sehari total 8-30 mg/kgBB KarbamazepinIndikasi : epilepsi lobus temporalis dengan epilepsi grandmalDosis : dewasa 800-1200 mg/hari

Pemakaian Obat Anti Epilepsi pada AnakPenderita epilepsi cenderung untuk mengalami serangan kejang secara spontan, tanpa faktor provokasi yang kuat atau yang nyata. Timbulnya bangkitan kejang yang tidak dapat diprediksi pada penderita epilepsi selain menyebabkan kerusakan pada otak, dapat pula menimbulkan cedera atau kecelakaan. Kenyataan inilah yang membuat pentingnya pemberian antikonvulsan pada pasien epilepsi. Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan anti epilepsi sebab jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Terdapat dua mekanisme anti epilepsi yang penting yaitu:1) Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam focus epileptik2) Mencegah letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi, Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam pengobatan epilepsi; karbamazepin untuk bangitan parsial sederhana maupun kompleks, sedangkan asam valproat terutama untuk bangkitan lena maupun bangkitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik klonik.

Penghentian Obat Anti EpilepsiTerdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menghentikan terapi obat antiepilepsi, yaitu:1) Syarat umum untuk menghentikan pemberian obat antiepilepsi : Pasien menjalani terapi secara teratur dan telah bebas dari bangkitan selama minimal dua tahun Gambaran EEG normal Dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan Penghentian dimulai dari satu obat antiepilepsi yang bukan utama.2) Kekambuhan setelah penghentian obat antiepilepsi Kekambuhan setelah penghentian obat antiepilepsi akan lebih besar kemungkinannya pada keadaan sebagai berikut: Semakin tua usia Epilepsi simptomatik Gambaran EEG yang abnormal Semakin lama adanya bangkitan sebelum dapat dikendalikan Tergantung banyak sindrom epilepsi yang diderita; sangat jarang pada sindrom epilepsi benigna dengan gelombang tajam pada daerah sentro-temporal, 5-25% pada epilepsi lena masa kanak-kanak, 25-75% epilepsi parsial kriptogenik/simptomatik, 85-95% pada epilepsi mioklonik pada anak. Penggunaan lebih dari satu obat antiepilepsi Masih mendapatkan satu atau lebih bangitan setelah memulai terapi Mendapat terapi 10 tahun atau lebih.Kemungkinan untuk kambuh lebih kecil pada pasien yang telah bebas dari bangkitan selama 3-5 tahun, atau lebih dari 5 tahun. Bila bangkitan timbul kembali makagunakan dosis efektif terakhir (sebelum pengurangan dosis obat anti terapi), kemudian dievaluasi kembali.[12,13]

4.7 PROGNOSISPasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas dari serangan paling sedikit 2 tahun dan bisa lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan, pasien tidak mengalami serangan epilepsi lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan 30% pasien tidak mengalami remisi meskipun minum obat dengan teratur. Sesudah remisi, kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering didapat pada epilepsi tonik-klonik dan epilepsi parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah mengalami relaps sesudah remisi.[13]

BAB VIKESIMPULANMasalah kejang, convulsion, seizure, atau insult pada anak sering kali merupakan gejala atau keluhan utama yang menyebabkan orang tua berusaha mendapatkan pertolongan antara lain dengan membawa berobat ke tempat layanan kesehatan. Pada saat pasien datang dengan keluhan kejang, maka kita harus memilah apakah kejang tersebut dikarenakan infeksi atau non infeksi. Apabila dikarenakan non infeksi, maka harus dicari apakah terdapat kelainan metabolik, kelainan elektrolit, keganasan atau epilepsi. Hal yang terpenting dalam kejang sendiri adalah tatalaksana kejang saat kejang itu sendiri terjadi dan pencarian etiologi serta tatalaksana etiologinya. Untuk semua tatalaksana awal kejang adalah sama sesuai dengan algoritme yang ada, yang berbeda adalah pada saat penatalaksanaan etiologinya.

DAFTAR PUSTAKA1. Widagdo. Tatalaksana masalah penyakit anak dengan kejang. Jakarta: Sagung Seto. 2011. P. 4-8; 31-42; 47-58.2. Johnston MV. Seizures in childhood. In: Behrman RE, Kliegman RM, and Jenson HB, editors. Nelson textbook of pediatric. 17th ed. India: Elsevier. 2004. p. 1993-2009. 3. UNDIP. Kejang pada anak. Available at: http://eprints.undip.ac.id/29064/2/Bab_2.pdf. Accessed on June 19th, 2014.4. Ginsberg L. Lecture notes neurologi. 8th ed. Jakarta: Erlangga. 2008. p. 79-88; 122-33.5. Raftery AT, Lim E, and Ostor AJ. Differential diagnosis. UK: Elsevier. 2010. p.80-3.6. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit, Volume 2 Edisi 6. Jakarta: ECG, 2006.p.1157-66.7. Pusponegoro H., Widodo D., Ismael S. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI;2006.p.1-2.8. Fuadi, Bahtera T, Wijayahadi N. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak.Sari Pediatri 2010; 12(3): 142-9.9. Baumann R., Duffner P. Treatment of Children with Simple Febrile Seizures. The AAP Practice parameter. Pediatr Neurol 2000; 23: 11-17.10. Suwarba IGNM. Insidens dan Karakteristik Klinis Epilepsi pada Anak. Sari Pediatri 2011; 13(2): 123-8.11. Octaviana F. Epilepsi. Medicinus. Vol 21 Desember 2008. FKUI.12. Pudjiaji, Antonius. Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat: Kejang. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2013. p. 31-8.13. Lazuardi S. Buku Ajar Neurologi Anak. In: Soetomenggolo T, Ismael S, editors. Pengobatan Epilepsi. Jakarta: BP IDAI; 2000. p. 237-38.14. Berhman, Kliegman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook Of Pediatrics: Cerebral Palsy. Elsevier; 2015. p 4395-4410.15. Widagdo. Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta: Sagung Seto. 2012. p. 90-9.16. Tidy C. Encephalitis and Meningoencephalitis. Available at. http://www.patient.co.uk. Accessed on June 20th, 2014. 99