36
PRE PLANING PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) DI MTS NU MA’ARIF DESA LINGGASARI KABUPATEN BANYUMAS Oleh: M GHOFUR FAIZAL SIGIT SUTRISNO ARIF EKO YUNIAWAN DANANG REZKHA NOVANDHORI SASONGKO DWI PRIO OKTORA FAJAR TRI PURNAMA TISKAWATI SUTISNA TRIANA INDRAJATI NURMALA SARI NOVITA SEKARSARI PUTRI KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Preplaning P3K Integratif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pra planning p3k

Citation preview

Page 1: Preplaning P3K Integratif

PRE PLANING

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI MTS NU MA’ARIF DESA LINGGASARI KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:

M GHOFUR FAIZAL

SIGIT SUTRISNO

ARIF EKO YUNIAWAN

DANANG REZKHA NOVANDHORI

SASONGKO DWI PRIO OKTORA

FAJAR TRI PURNAMA

TISKAWATI SUTISNA

TRIANA INDRAJATI

NURMALA SARI

NOVITA SEKARSARI PUTRI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDIKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PENDIDIKAN PROFESI NERS

PURWOKERTO

2014

Page 2: Preplaning P3K Integratif

PRE PLANING

PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI MTS NU MA’ARIF DESA LINGGASARI KABUPATEN BANYUMAS

A. Latar Belakang Kegiatan

Kecelakaan merupakan suatu peristiwa yang tidak direncanakan yang

dapat mengakibatkan seseorang kehilangan waktu, kerugian harta benda,

cedera, cacat, atau kematian. Kecelakaan dapat terjadi di mana saja seperti di

rumah, dalam perjalanan, di tempat kerja maupun di sekolah. Jenis

kecelakaan yang menimpa seseorang pun bisa bermacam-macam mulai dari

kecelakaan ringan sampai dengan kecelakaan berat yang dapat berakibat fatal.

Sekolah sebagai institusi yang telah dipercaya oleh orang tua tentunya

mempunyai tangguang jawab dalam menjaga peserta didiknya. Akan tetapi

realita yang ada sering kali terdapat banyak kecelakaan di area sekolah

seperti terjatuh, tersandung, tertabrak, cedera saat berolahraga, pingsan,

terkena cairan kimia saat sedang praktikum dan lain sebagainya. Melihat

banyaknya kasus kecelakaan yang terjadi di lingkungan sekolah, maka

penting bagi siswa untuk diberikan pendidikan tentang Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (P3K).

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) merupakan suatu upaya yang

digunakan untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat

kejadian dengan cepat dan tepat sebelum tenaga medis datang atau sebelum

korban dibawa kerumah sakit agar kejadian yang lebih buruk dapat dihindari.

Pendidikan P3K mengajarkan kepada siswa teknik yang tepat bagaimana

dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban kecelakaan yang

dilihatnya, bagaimana dia harus bersikap, bagaimana dia memanfaatkan

benda-benda di sekitarnya untuk dijadikan sebagai alat pertolongan. Dengan

memiliki pengetahuan tentang teknik-teknik P3K maka siswa diharapkan

dapat memberikan pertolongan pertama jika ada kejadian kecelakaan

disekitarnya. Pendidikan P3K ini dapat diaplikasikan pada kegiatan

ekstrakurikuler sekolah seperti PMR maupun kegiatan pramuka.

Page 3: Preplaning P3K Integratif

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan penatalaksanaan P3K ini diharapkan

para siswa dapat mengaplikasikan prinsip P3K di lingkungan sekolah

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pelatihan penatalaksanaan P3K diharapkan para

siswa :

a. Mampu menyebutkan pengertian Evakuasi dan Balut Bidai.

b. Memahami tujuan dan manfaat dilakukannya Evakuasi dan Balut

Bidai.

c. Memahami kontaindikasi melakukan Evakuasi dan Balut Bidai.

d. Mampu mendemonstrasikan Balut Bidai secara benar.

C. Proyek Inovasi Integratif

1. Nama dan Bentuk Program

Pelatihan Penatalaksanaan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

di MTS NU MA’Arif.

2. Metode

a. Ceramah

b. Diskusi

c. Demonstrasi

3. Media

a. LCD

b. Layar

c. Laptop

d. Leaflet/modul

e. Probandus.

f. Mitela

4. Waktu dan Tempat

Waktu :

Page 4: Preplaning P3K Integratif

Tempat :

5. Pengorganisasian

a. Koordinator :

b. Notulen :

c. Pembawa Acara :

d. Penyaji :

e. Perkap & Dekdok:

f. Observer :

D. Setting Tempat

Keterangan:

= peserta = pembawa acara

= fasilitator =observer

= penyaji

= LCD

E. Kriteria Evaluasi

P

P

P

P P P

P

P

P

P

P

Page 5: Preplaning P3K Integratif

1. Kriteria Struktur

a. Narasumber : Kelompok Remaja Bakung Desa Linggasari

b. Audience : Siswa MTS NU MA’ARIF

2. Kriteria Proses

Penyaji menyampaikan materi mengenai Pertolongan Pertama pada

Kecelakaan (P3K) pada para siswa kemudian dilanjutkan dengan proses

diskusi antara penyaji dengan peserta sehingga didapatkan pemahaman

yang searah antara penyaji dan peserta. Kegiatan dilanjutkan dengan

simulasi/demontrasi untuk masing-masing pananganan kasus dengan

menggunakan alat peraga kemudian peserta dipersilahkan untuk

redemonstrasi sesuai kasus yang diperoleh.

3. Kriteria Hasil

a. Kehadiran peserta 100%

b. Peserta mampu memahami prinsip dasar P3K

c. Peserta dapat mendemonstrasikan prinsip P3K sesuai kasus dengan

benar sebesar 80%.

F. Susunan Acara

Terlampir

G. Materi

Terlampir

Page 6: Preplaning P3K Integratif

Lampiran 1

Susunan Acara Kegiatan Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) di MTS NU MA’Arif

No. Waktu Peran Penyuluh Peran Klien

1 15 Menit Pembukaan:

1. Memberi salam dan

memperkenalkan diri

2. Menjelaskan TIU dan TIK

3. Melakukan kontrak waktu

4. Menyebutkan materi P3K

yang akan diberikan

1. Menjawab salam

dan mendengarkan

2. Mendengarkan

3. Mendengarkan dan

memperhatikan

4. Mendengarkan

2 6 0 Menit Penyajian :

1. Menyampaikan materi

evakuasi

2. Menyampaikan materi balut

bidai

3. Demonstrasi

1. Mendengarkan dan

menjawab

2. Memperhatikan

3 30 Menit Evaluasi :

1. Memberi kesempatan peserta

untuk bertanya

2. Menjawab pertanyaan dari

peserta

3. Redemonstrasi dari peserta

4. Memberikan kesimpulan dan

bertanya secara lisan sesuai

dengan TIK.

1. Memberi pertanyaan

2. Mendengarkan dan

memperhatikan

3. Menjawab

pertanyaan

4 15 Menit Penutup :

1. Kontrak pertemuan

selanjutnya

2. Salam penutup

1. Membuat kontrak

waktu

2. Menjawab salam

Page 7: Preplaning P3K Integratif

Lampiran 2

LAMPIRAN MATERI

A. EVAKUASI DARURAT

1. Definisi

Evakuasi adalah perpindahan atau pemindahan dari ancaman atau

kejadian yang berbahaya.

2. Prinsip evakuasi

1. Jangan dilakukan jika tidak perlu

2. Melakukan sesuai dengan cara yang benar

3. Kondisi Fisik Penolong harus baik dan terlatih

4. Bila tidak ada bahaya berikan pertolongan dulu baru pindahkan

penderita. Bila situasi dan kondisi dilapangan relative tidak aman

mungkin harus dilakukan pemindahan penderita terlebih dahulu.

3. Alasan evakuasi

Alasan pemindahan atau evakuasi ada 2 macam, yaitu :

a. Pemindahan darurat

Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap

korban

Contoh situasi  yang membutuhkan pemindahan segera:

1.) Kebakaran atau bahaya kebakaran

2.) Ledakan atau bahaya ledakan

3.) Bahaya di lingkungan, seperti :

a.) Bangunan yang tidak stabil

b.) Mobil terbalik

c.) Kerumunan masa yang resah

d.) Material berbahaya

e.) Tumpahan minyak

f.) Cuaca ekstrim

Beberapa macam pemindahan darurat

a.) Tarikan baju

Page 8: Preplaning P3K Integratif

b.) Tarikan selimut atau kain

c.) Tarikan bahu/lengan

d.) Menggendong

e.) Memapah

f.) Membopong

g.) Angkatan pemadam

b. Pemindahan tidak darurat

Pemindahan biasa atau pemindahan tidak darurat dilakukan jika

keadaan tidak membahayakan penderita maupun penolong.

Contoh :

1.) Gangguan pernafasan

2.) Nyeri perut

3.) Pingsan

4. Teknik evakuasi

a. Teknik angkat langsung dengan tiga penolong:

1.) Ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi penderita , jika

memungkinkan beradalah pada sisi yang paling sedikit cedera.

2.) Penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah leher dan

bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah punggung

penderita.

3.) Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah punggung dan

bokong penderita.

4.) Penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah bokong dan

dibawah lutut penderita.

5.) Penderita siap diangkat dengan satu perintah.

6.) Angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara

bersamaan.

Page 9: Preplaning P3K Integratif

7.) Sisipkan tandu yang akan digunakan dan atur letaknya oleh

penolong yang lain.

8.) Letakkan kembali penderita diatas tandu dengan satu perintah

yang tepat.

9.) Jika akan berjalan tampa memakai tandu, dari langkah no 6

10.) Teruskan dengan memiringkan penderita ke dada penolong.

11.) Berdiri secara bersamaan dengan satu perintah.40

b. Teknik mengangkat tandu:

1.) Penolong dalam keadaan berjongkok dan akan mengangkat

tandu

2.) Tempatkan kaki pada jarak yang tepat.

3.) Punggung harus tetap lurus.

4.) Kencangkan otot punggung dan otot perut. Kepala tetap

menghadap kedepan dalam posisi netral.

5.) Genggamlah pegangan tandu dengan baik.

6.) Pada saat mengangkat punggung harus tetap terkunci sebagai

poros dan kekuatan konstraksi otot seluruhnya pada otot

tungkai.

7.) Saat menurunkan tandu lakukan langkah diatas pada urutan

selanjutnya.

c. Teknik angkat anggota gerak

Biasanya diperlukan dua penolong untuk melakukan teknik ini :

1.) Penolong pertama berada diposisi kepala penderita.

2.) Lakukan pengangkatan pada lengan penderita.

Page 10: Preplaning P3K Integratif

3.) Penolong yang lain berdiri diantara dua tungkai penderita,

menyelipkan tangan dan mengangkat ke dua lutut penderita.

4.) Dengan satu aba- aba kedua penolong dapat memindahkan

penderita dilokasi yang diinginkan.

5. Hal yang perlu diperhatikan

a. Rencanakan gerakan sebelum mengangkat dan memindahkan

penderita.

b. Jangan memindahkan dan mengangkat penderita jika tidak mampu.

c. Gunakan otot tungkai, panggul serta otot perut. Hindari

mengangkat dengan otot punggung dan membungkuk.

d. Jaga keseimbangan.

e. Rapatkan tubuh penderita dengan tubuh penolong saat

memindahkan dan mengangkat penderita.

f. Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Page 11: Preplaning P3K Integratif

BALUT BIDAI

A. PENGERTIAN

Balutan adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian

tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. Bidai

atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat bahan lain yang kuat

tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian

tulang/ organ yang patah tidak bergerak (imobilisasi) sehingga

memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

.

B. TUJUAN

1. Pembalutan

a. Menahan sesuatu sebagai penutup luka, pita tali kulit, bidai dan

bagian tubuh yang cedera.

b. Memberi tekanan

c. Melindungi bagian tubuh yang cedera

d. Memberikan penyongkong terhadap bagian tubuh yang cedera

e. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya.

f. Mencegah terjadi pembengkakan.

g. Mencegah terjadinya kontaminasi

2. Pembidaian

a. Imobilisasi (

b. Mengurangi nyeri

c. Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah & syaraf di

sekitarnya

C. MACAM BALUT BIDAI

1. Pembalutan

Page 12: Preplaning P3K Integratif

a. Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi

antiseptik. Juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan fiksasi

pada sendi yang terkilir.

b. Pembalut pita/gulung dapat dibuat dari kain katun, kain kasa,

flannel ataupun bahan elastik. Di pasaran, yang banyka dijual

sebagai pembalut pita adalah yang terbuat dari kain kasa. Ada

beberapa ukuran pembalut pita/gulung:

- Pembalut pita ukuran 2,5 cm untuk jari-jari

- Pembalut pita ukuran 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan

- Pembalut pita ukuran 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan

bawah, betis dan kaki.

- Pembalut pita ukuran 10 cm untuk paha dan sendi panggul

- Pembalut pita ukuran >10 - 15 cm untuk dada, punggung dan

perut

c. Mitela merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90

cm, terbuat dari kain mori. Pada penggunaannya seringkali dilipat-

lipat sehingga menyerupai dasi. Dalam hal ini mitela dapat diganti

dengan pembalut pita.

Page 13: Preplaning P3K Integratif

d. Funda adalah kain segitiga samakaki yagn sisi kiri dan kanannya dibelah 6 – 10 cm tingginya dari alas, sepanjang kurang lebih 1/3 dari panjang alas dan sudut puncaknya dilipat ke dalam.

e. Platenga merupakan pembalut segitiga yang dibelah dari puncak

sampai setengah tingginya. Pembalut ini biasa digunakan pada

pembalutan payudara/mammae untuk membalut perut atau panggul.

2. Pembidaian

a. Bidai Kaku (Rigid Splint) : Dapat dibuat dari bahan apapun (kayu,

logam, fiber glass)

b. Bidai Lunak (Soft Splint) : Air splints (PASG), bantal

c. Bidai Traksi (Traction Splint) : Untuk fraktur ekstremitas bawah

Page 14: Preplaning P3K Integratif

D. BEBERAPA TEKNIK PENGGUNAAN BALUT BIDAI

1. Pembalutan Dengan Pita (Gulung)

Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang

berbentuk segitiga. Secara umum cara membalut dengan pita dapat

mengikuti langkah-langkah berikut:

- Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka

dipilih pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.

- Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu

ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal

untuk menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut,

kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah

bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan

yang satu dengan bebatan berikutnya.

- Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung

yang lain secukupnya.

a. Balutan sirkuler (spiral bandage)

Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder.

Caranya:

Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran, lalu pada saat

membalut tepi atas balutan harus menutupi tepi bawah balutan

sebelumnya, demikian seterusnya.

Page 15: Preplaning P3K Integratif

b. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage)

Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut.

Caranya:

Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka

pembalut diarahkan ke atas dengan menyudut 45°, lalu di tengah

pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah dengan sudut 45° juga,

demikian seterusnya.

c. Balutan angka delapan (figure of eight)

Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua

bagian tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir,

ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di lateral, karena

itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi eksterna untuk

mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung ligamentum

tersebut baru kemudian dibalut.

Caranya:

Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali,

lalu diteruskan ke punggung kaki (dalam hal membalut

pergelangan kaki), melingkari telapak kaki, naik lagi ke

punggung dan pergelangan kaki, demikian seterusnya

sehingga membentuk angka delapan.

Page 16: Preplaning P3K Integratif

Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini,

dipergunakan plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut

dilekatkan dari sisi medial pergelangan melingkari telapak

kaki ke sisi lateral, lalu dari sisi medial punggung kaki

melingkari rtumit ke sisi lateral, demikian seterusnya dengan

diselang-seling. Plester harus cukup panjang hingga

mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus diganti

setiap 4-6 hari.

d. Balutan rekurens (recurrent bandage)

Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya

pada luka di puncak kepala.

Page 17: Preplaning P3K Integratif

Caranya:

Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3

kali. Setelah pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan

dipegang oleh seorang pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan

disini dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke

dahi. Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi

dan di oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat

dengan plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital.

2. Pembalutan Dengan mitela

Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat

banyak gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan

pertama pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu macam.

Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang

berbentuk bulat. Dapat pula untuk menggantung lengan yang cedera.

Selain itu dapat dilipat sejajar dg alasnya, menjadi pembalut bentuk dasi

(cravat), dalam hal ini mitella dapat diganti dengan pembalut pita.

Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-

langkah berikut:

Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.

Page 18: Preplaning P3K Integratif

Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang

akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu

diikatkan.

Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan

pada ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau dapat

dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat dan kepentingannya.

a. Membalut dada

Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu penderita,

sedang sisi alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut alasnya ditarik

ke punggung kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi dari atas bahu

ditarik ke punggung dan disimpulkan dengan salah satu sudut alas.

b. Membalut sendi siku atau sendi lutut

Sendi siku (atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri

yang minimum. Sebuah k ain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm,

bagian tengahnya diletakkan pada lekuk siku (atau lekuk lutut) dan

ujung-ujungnya dililitkan mengelilingi sendi – ujung atas mengelilingi

lengan atas (atau tungkai atas) dari proksimal ke lekuk sendi, sedang

Page 19: Preplaning P3K Integratif

ujung bawah mengelilingi lengan bawah (atau tungkai bawah) dari

distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu disimpukan di sisi lateral

sendi.

c. Menggendong lengan

1. Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan

keadaan luka dan postur pasien

2. Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan ketiak,

dengan puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang cedera dan

salah satu sudut alas kain ujungnya mencapai belakang leher dari

sisi yang berlawanan dengan lengan yang cedera

3. Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan

bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar

4. Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari

tangan lebih tinggi daripada siku

Page 20: Preplaning P3K Integratif

5. Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang

leher dari arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan

bawah seperti menggendong

6. Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi

tidak boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan

kulit ke tulang belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas

pleksus brakialis

7. Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan

dengan peniti.

d. Membalut pergelangan tangan

Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan

di telapak tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan, lalu

mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.

Page 21: Preplaning P3K Integratif

e. Membalut tumit dan dan pergelangan kaki

Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu

letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua ujungnya

dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan; setelah

diulang secukupnya, lalu disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki.

3. Teknik Bidai

Pada setiap kecelakaan dengan benturan yang keras,

kemungkinan patah tulang harus dipikirkan. Bahkan bila ragu-ragu,

korban tetap harus diperlakukan sebagai penderita patah tulang. Salah

satu cara yag dilakukan untuk menangani patah tulang adalah dengan

teknik bidai.

a. Bidai pada Kasus Patah Tu;ang Lengan Atas

Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang

panjang. Tanda-tanda patah pada tulang panjang baik lengan maupun

tungkai antara lain: nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat

nyeri sumbu. Nyeri sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila

tulang itu ditekan dari ujung ke ujung.

Page 22: Preplaning P3K Integratif

Tindakan pertolongan

Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan

untuk mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan

bawah merapat ke dada, lengan digantungkan ke leher.

Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku

tidak dapat dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang

meliputi lengan bawah, dan biarkan lengan dalam keadaan lurus

tanpa perlu digantungkan ke leher

b. Bidai pada Kasus Patah Tulang Lengan Bawah

Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi

yang searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di sisi yang searah

dengan jari kelingking. Apabila salah satu ada yang patah maka yang

yang lain dapat bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah

itu tidak beranjak dari tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah

tulang panjang tetap ada.

Page 23: Preplaning P3K Integratif

Tindakan pertolongan:

Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini

dapat dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi

luar dan sebilah lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula

dipergunakan bidai dengan setumpuk kertas koran

membungkus lengan.

Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi

rasa sakit.

Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut

Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit

lengan sehingga pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.

Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai

mitella.

c. Bidai pada Kasus Patah Tulang Paha

Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki

sebatang tulang panjang, sehingga tanda-tanda patah tulang paha

tidak jauh berbeda dengan pada lengan atas.

Tindakan pertolongan:

Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.

Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka

bidai sisi luar harus dipasang sampai pinggang.

Page 24: Preplaning P3K Integratif

Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka

bidai cukup sampai panggul.

Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke tempat lain.

d. Bidai pada Kasus Patah Tulang Betis

Seperti pada lengan bawah, betis memiliki dua buah tulang

panjang, yakni tulang kering dan tulang betis. Karena letaknya tidak

begitu terlindungi maka tulang kering lebih mudah patah. Apabila

hanya salah satu yang patah maka tulang yang lain dapat berfungsi

bidai. Karena itu meskipun sepintas tampak utuh, kemungkinan

patah tetap harus dipikirkan.

Tanda-tanda patah tulang betis adalah nyeri tekan di tempat

yang patah, nyeri sumbu, dan rasa sakit bila kaki digerakkan. Nyeri

tekan disini dapat pula diperiksa dengan menekan betis dari arah

depan dan belakang sekaligus.

Page 25: Preplaning P3K Integratif

Tindakan pertolongan:

1. Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa

jari di atas lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau selimut

untuk tempat menempatkan betis. Di bawah lutut dan mata kaki

diberi bantalan.

2. Selama menunggu pengangkutan kaki diletakkan lebih tinggi dari

bagian tubuh lainnya, untuk menghambat pembengkakan dan

mengurangi rasa sakit.

3. Apabila tulang yang patah terdapat di atas pergelangan kaki,

pembidaian berlapis bantal dipasang dari lutut hingga menutupi

telapak kaki.

E. INDIKASI

1. Fraktur (Patah Tulang)

a. Fraktur terbuka yaitu tulang yang patah mencuat keluar melalui luka

yang terdapat pada kulit.

b. Fraktur tertutup yaitu tulang yang patah tidak sampai keluar melalui

luka yang terdapat di kulit.

2. Terkilir

Terkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan olah

raga. Terkilir disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah

sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan pengikat antara

tulang (ligamen) robek. Robekan ini diikuti oleh perdarahan di bawah

kulit. Darah yang berkumpul di bawah kulit itulah yang menyebabkan

terjadinya pembengkakan.

Page 26: Preplaning P3K Integratif

Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada sendi yang

mengalami terkilir :

a. Terjadi peregangan dan memar pada otot atau ligamen, jenis ini

digolongkan terkilir ringan.

b. Robekan pada ligamen, ditandai dengan rasa nyeri, bengkak dan

memar biasanya lebih berat dari pada jenis tang pertama. Jenis ini

digolongkan terkilir sedang.

c. Ligamen sudah putus total sehingga sendi tidak lagi stabil. Biasanya

terjadi perdarahan sekitar robekan, yang tampak sebagai memaryang

hebat.

3. Luka terbuka

4. Penekanan untuk menghentikan pendarahan

F. PRINSIP PEMBERIAN BALUT BIDAI

1. Prinsip pembalutan

a. Rapat dan rapi

b. Jangan terlalu longgar

c. Ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui funsi sirkulasi

d. Bila ada keluhan terlalu erat longgarkan

2. Prinsip pembidaian

a. Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami

cedera.

b. Lakukan pembidaian pada dugaan terjadinya patah tulang.

c. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

d. Untuk pemasangan spalk pada saat pemasangan infuse pada bayi dan

anak-anak yang hiperaktivitas

Page 27: Preplaning P3K Integratif

REFERENSI

Ely, A dkk.1996. Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis III Untuk Mahasiswa

D-3 Keperawatan. Jakarta: Salemba.

Mancini, Mary E. 1994. Prosedur Keperawatan Darurat. Jakarta : EKG.

Mohamad, Kartono. 1991. Pertolongan Pertama. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama.

Purwadianto, Agus. 2000. Kedaruratan medik. Jakarta : Binarupa Aksara.

Schaffer, dkk. 2000. Pencegahan Infeksi & Praktek Yang Aman. Jakarta : EGC.

Zydlo, Stanley M. 2009. First Aid Cara Benar Pertolongan Pertama dan

Penanganan Darurat. Yogyakarta : Casmic Book