26
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi. Sebagaimana ilmu- ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain fisiologi. Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organism dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi. 1.2. Tujuan dan manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa bisa mengenali kualitas sperma dan telur selain itu dapat menghitung fekunditas telur dan dapat melihat dan

Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan usaha budidaya ikan semakin hari dirasakan semakin

meningkat. Hal ini memang sudah sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi.

Sebagaimana ilmu-ilmu terapan yang lain, pengembangan ilmu dan teknologi

perikanan sangat ditentukan oleh pengetahuan dasar yang memadai, antara lain

fisiologi.

Fisiologi sebagai salah satu cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan

kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila organism dan fungsi sel

diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah reproduksi.

1.2. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa bisa mengenali kualitas

sperma dan telur selain itu dapat menghitung fekunditas telur dan dapat melihat dan

mengetahui proses embriologi pada ikan mas dari mulai striping sampai penetasan.

Adapun manfaatnya praktikan dapat mengenali secara langsung tingkat

kematangan gonad setiap jenis ikan dan diharapkan pengetahuan ini dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

2

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan

berfungsi secara fisik dan kimiawi atau sebagai salah satu cabang biologi yang

berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan dapat lebih mudah dipahami bila

organism dan fungsi sel diketahui, dimana salah satu bentuk fisiologi tersebut adalah

reproduksi. Yushinta Fujaya (2004) menyatakan reproduksi adalah kemampuan

individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya

atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan

dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang

selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.

Menurut Anonim (2006), meskipun tidak semua individu mampu

menghasilkan keturunan, namun setidaknya reproduksi berlangsung pada sebagian

besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Tingkah laku reproduksi pada ikan

merupakan suatu siklus yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kebanyakan ikan

mempunyai siklus reproduksi tahunan. Sekali mereka memulainya maka hal itu akan

berulang terus menerus sampai mati. Beberapa ikan malahan bias bereproduksi lebih

dari satu kali dalam satu tahun.

Ikan adalah kelompok vertebrata yang paling besar jumlahnya. Ikan

mendominasi kehidupan perairan diseluruh permukaan bumi. Jumlah spesies ikan

yang telah berhasil dicatat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan

berkembang mencapai 28.000 spesies. Jumlah spesies ikan yang hidup dipermukaan

Page 3: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

3

bumi adalah 21.723 spesies, sementara jumlah spesies vertebrata yang ada

diperkirakan sekitar 43.173 spesies (Nelson, 2001).

Ikan Mas (Cyprinus carpio L) termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang

mudah dipelihara dan disukai masyarakat karena dagingnya enak. Ikan mas juga

salah satu komoditas sector perikanan yang terus berkembang dari waktu ke waktu

dan mempunyai nilai ekonomis penting sebagai ikan komersial. Ikan ini mempunyai

sifat cepat tumbuh, mudah berkembang biak, mempunyai kemampuan beradaptasi

dan kandungan proteinnya cukup tinggi ( Khairuman, Sudenda dan Gunadi, 2002).

Pengamatan tentang tahap-tahap kematangan gonad ikan dapat dilakukan

secara morfologi dan secara histologi. Pengamatan secara morphologi dapat

dilakukan di lapangan dan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara histologi

hanya dapat dilakukan di laboratorium dan sangat memerlukan peralatan yang

canggih serta teliti dan memerlukan dana yang cukup besar. Bila pengamatan

dilakukan pada testes maka yang diamati adalah bentuk testes dan kedua sisinya,

ukuran (panjang dan diameter ) testes, perbandingan panjang testes dan rongga tubuh,

warnanya serta pembuluh darah pada permukaan testes. Demikian juga halnya bila

pengamatan dilakukan pada ovari tetapi yang perlu diamati lagi adalah diameter

beberapa butir telur (Pulungan,2005).

Dalam proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil

metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat

diimbangi dengan bertambah besar ukuran ikan (Effendi,1979 dalam Imeilda, 2008).

Penampakan ciri – ciri seksual ini pada beberapa spesies ikan baru nyata terlihat

apabila individu ikan mengalami kematangan gonad (kelamin), akan tetapi pada

Page 4: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

4

beberapa spesies ikan lainnya ciri – ciri seksual itu dapat terlihat dengan jelas

walaupun individu ikan tersebut belum matang gonad ataupun sudah selesai memijah

karena dapat terlihat pada ciri – ciri morfologi pada permukaan tubuhnya

(Djadjadiredja et al, 1977).

Sumantadinata (1983) menyatakan gonad ikan adalah sebagai kelenjar biak.

Gonad ikan betina dinamakan ovari dan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovari

dan testes ikan dewasa biasanya terdapat pada individu yang terpisah, kecuali pada

beberapa ikan, kadang-kadang gonad jantan dan betina ditemukan dalam satu

individu (ovotestes).

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin

(gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang

berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan

betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur (Pulungan, 2004). Menurut

Wallace (1989) dalam Sapriana (2008), pematangan sel telur dapat dilakukan dengan

memberi rangsangan hormonal yang sesuai akan menyebabkan bertambahnya

diameter telur oosit karena penyerapan cairan lumen dan selanjutnya terjadi ovulasi.

Nilai fekunditas suatu individu ikan sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh

umur/ukuran individu ikan, jenis dan jumlah dari makanan yang dimakan serta sifat

ikan, kepadatan populasi, lingkungan hidup dimana individu ikan itu berada dan

faktor fisiologi tubuh dari individu ikan itu sendiri sangat mempenga-ruhi nilai

fekunditasnya. Ukuran diameter telur dari setiap individu ikan sangat bervariasi. Hal

ini tergantung dari jenis individu ikan itu sendiri (Ridwan et al, 2009).

Page 5: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

5

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat

Praktikum Fisiologi Reproduksi Hewan Air ini dilaksanakan pada tanggal 4

Desember sampai 15 Desember pukul 14.00 WIB yang bertempat di Laboratorium

Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat Dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah

mikroskop, nampan, alat bedah, cawan petri, alat tulis, larutan NaCl, telur ikan mas

(Cyprinus carpio), preparat histologi, jarum spuit, gelas kimia dan gonad ikan patin

(Pangasius pangasius),haemocytometer,larutan pembuahan, eosin, dll.

3.3. Metode Praktikum

Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung

dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan.

3.4. Prosedur Prkatikum

3.4.1. Menentukan Kualitas Gonad

Ikan dibedah

Amati secara morfologi gonadnya

Kalau testes ditampung semennya dan kalau ovary dihitung fekunditasnya

Penilaian semen secara makrokopis dan mikrokopis

Hitung volume semennya, konsentrasi sperma, motilitas serta viabilitasnya

Page 6: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

6

3.4.2. Tingkat Kematangan Gonad

Hidupkan mikroskop

Amati gambar histologi telur yang ada pada preparat yang telah disediakan

Tentukan tingkat kematang gonad telur tersebut

Gambar dan diserahkan pada asisten

3.4.3. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang

Keberhasilan Pemijahan Buatan

Timbang ikan uji dan bedah kemudian ambil gonadnya

Timbang gonad ikan, hati ikan serta usus ikan

Hitung IGS, IHS, IUS, Frekunditas telur dengan rumus seperti dibawah ini

serta diameter telur yang diamati dibawah mikroskop

IGS = berat gonad (gr )berat tubuh(gr )

x 100%

IHS = berat hati

berat tubuh x 100%

IUS = berat usus

berat tubuh x 100%

Sedangkan untuk frekunditas telur ambil seluruh gonad yang telah ditimbang

kemudian potong pada satu bagiannya. Bagian yang telah dipotong timbang

dan dihitung jumlah telurnya kemudian masukkan ke dalam rumus: Jumlah

Butir Telur x Perbandingan berat Gonad Seluruhnya dengan Berat Gonad

yang Dipotong.

Diameter telur dihitung dengan rumus 10/4 x 0,01 x diameter telur.

Page 7: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Pemijahan Buatan

o Volume semen (ml) = 3,0 ml

o Konsentrasi Spermatozoa = 7.750.000 sel/ml

o Motilitas spermatozoa = kamar 1 40/154 ×100% = 25,9 %

= kamar 2 52/168 ×100% = 30,9 %

= kamar 3 45/147 ×100% = 30,6 %

= kamar 4 46/131 ×100% = 35,1 %

= kamar 5 50/135 ×100% = 28,5 %

o Viabilitas spermatozoa = kamar 1 54/154 ×100% = 33,7 %

= kamar 2 72/168 ×100% = 42,8 %

= kamar 3 50/147 ×100% = 34,0 %

= kamar 4 45/131 ×100% = 34,3 %

= kamar 5 53/175 ×100% = 30,2 %

o Diameter Telur

Gambar 1. Diameter Telur

1. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )

2. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )

3. 10/4 × 0,01 × 70 = 1,75 µm ( inti telur berada ditepi )

4. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )

5. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )

Page 8: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

8

6. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )

7. 10/4 × 0,01 × 55 = 1,37 µm ( inti telur berada ditengah )

8. 10/4 × 0,01 × 60 = 1,5 µm ( inti telur berada ditengah )

9. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur tidak dampak )

10. 10/4 × 0,01 × 58 = 1,45 µm ( inti telur berada ditengah )

11. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur tidak dampak )

12. 10/4 × 0,01 × 47 = 1,25 µm ( inti telur berada ditengah )

13. 10/4 × 0,01 × 62 = 1,55 µm ( inti telur berada ditengah )

14. 10/4 × 0,01 × 63 = 1,58 µm ( inti telur berada ditengah )

15. 10/4 × 0,01 × 61 = 1,53 µm ( inti telur berada ditengah )

16. 10/4 × 0,01 × 64 = 1,60 µm ( inti telur berada ditepi)

17. 10/4 × 0,01 × 68 = 1,70 µm ( inti telur berada ditepi)

18. 10/4 × 0,01 × 68 = 1,70 µm ( inti telur berada ditepi)

19. 10/4 × 0,01 × 50 = 1,25 µm ( inti telur berada ditepi )

20. 10/4 × 0,01 × 56 = 1,40 µm ( inti telur berada ditepi )

Rata-rata diameter telur = 1,46 µm

4.1.2. Pengamatan Beberapa Data Biologi Reproduksi Ikan Yang Menunjang

Keberhasilan Pemijahan Buatan

Indeks Gonad Somatik = Berat gonad ÷ berat tubuh × 100 %

= 0,32 gr ÷ 8,78 gr × 100 %

= 3,64 %

Indeks Hati Somatik = Berat hati ÷ berat tubuh × 100 %

= 0,22 gr ÷ 8,78 gr × 100 %

= 2,50 %

Indeks Usus Somatik = Berat usus ÷ berat tubuh × 100 %

= 0,46 gr ÷ 8,78 gr × 100 %

Page 9: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

9

= 5,23 %

Fekunditas = 83 butir × 2,90 = 240,7 butir atau 241 butir

4.1.3. Hasil Pengamatan Perkembangan Embriogenesis

Perhitungan Dosis Ovaprim (Betina dan Jantan) dan Ovoposisi

Dosis ovaprim Betina = Berat tubuh ÷ 1000 × dosis

= 364 ÷ 1000 × 0,7 ml

= 0,25 ml

Dosis ovaprim Jantan = Berat tubuh ÷ 1000 × dosis

= 364 ÷ 1000 × 0,3 ml

= 0,11 ml

Ovoposisi = Berat total telur ÷ Berat sample telur × jumlah telur sample

= 47,9 gr ÷ 0,2 gr × 1487 butir

= 356137 butir

Pengamatan perkembangan embrio

Jam 08.00 – 08.45 WIB = Embrio belum berkembang.

Gambar 2. Embrio belum berkembang

Jam 09.45 – 14.26 WIB = Blastodisk sempurna.

Page 10: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

10

Gambar 3. Blastodisk sempurna

Jam 15.10 – 19.12 WIB = Morula.

Gambar 4. Morula

Jam 19.40 – 20.00 WIB = Blastula.

Gambar 5. Blastula

Jam 20.30 – 21.28 WIB = Gastrula.

Gambar 6. Gastrula

Jam 22.00 – 23.45 WIB = Perisai embrio.

Page 11: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

11

Gambar 7. Perisai Embrio

Jam 00.00 – 15.45 WIB = Mulai tahap organogenesis, sudah mulai

kelihatan bintik mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai

terbentuknya organ.

Gambar 8. Organogenesis

Jam 16.00 WIB = Telur telah menetas menjadi larva.

Gambar 9. Larva

Page 12: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

12

4.1.4. Pengamatan Histologi Testis Ikan Baung

Gambar 10. Preparat TKG I

Jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spermatogonium mulai terlihat

yang akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.

Gambar 11. Preparat TKG II

Testis berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-

niferi yang berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan

spermatogonium.

Page 13: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

13

Gambar 12. Preparat TKG III

Jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar. Sebagian masih

terlindung oleh sista yang berbentuk kantong.

Gambar 13. Preparat TKG IV

Spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. Sel spermatozoa yang

terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.

4.2. Pembahasan

Selama praktikum didapat hasil – hasil pengamatan sebagai berikut yaitu

pengamatan untuk pemijahan buatan didapatkan volume semen 3,0 ml, konsentrasi

spermatozoa 7.750.000 sel/ml, dan rata-rata diameter telur 1,46 µm serta untuk inti

telur yang ditengah memiliki nilai persentase 50%, inti sel telur yang ke tepi 35%.

Jadi, jumlah persentase untuk keduanya 85% sehingga dapat diartikan telur tersebut

telah matang gonad karena persentasenya sudah ≥ 80%.Volume semen diukur dengan

cara menyedot semen yang berhasil distriping dari induk ikan jantan dengan memakai

spuit sedangkan konsentrasi spermatozoa ditentukan dengan menggunakan alat

hemositometer (kamar hitung) dan untuk mengukur diameter telur dilakukan dengan

Page 14: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

14

cara dilihat di mikroskop dan begitu juga cara melihat inti sel telur sehingga dapat

diketahui kematangan dari telur tersebut.

Pengamatan beberapa data biologi reproduksi ikan yang menunjang

keberhasilan pemijahan buatan didapatkan hasil indeks gonad 3,64 %, indeks hati

somatik 2,50 %, indeks usus somatik 5,23 % dan fekunditas 241 butir. Penentuan dari

indeks gonad somatic ikan dilakukan terhadap setiap tingkat kematangan gonad

(TKG) dengan cara menimbang berat total tubuh ikan, kemudian ikan dibedah dan

ditimbang gonadnya (Effendi,1992). Begitu juga untuk Pengamatan nilai indeks hati

somatic dan indeks usus somatic yang sebelumnya gonad yang ditimbang namun

untuk indeks hati somatic hati yang ditimbang dan indeks usus somatic usus yang

ditimbang.

Pengamatan perkembangan embriogenesis didapatkan hasil perhitungan Dosis

ovaprim Betina 0,25 ml, Dosis ovaprim Jantan 0,11 ml dan ovoposisi 356137 butir

serta untuk perkembangan embrio selama ± 48 jam yaitu dari jam 08.0–08.45 wib

embrio belum berkembang, jam 09.45–14.26 wib blastodisk sempurna, jam 15.10–

19.12 wib morula, jam 19.40 – 20.00 wib blastula, jam 20.30–21.28 wib gastrula, jam

22.00–23.45 wib perisai embrio, jam 00.00–15.45 wib mulai tahap organogenesis,

sudah mulai kelihatan bintik mata, ada garis-garis dibagian punggung sampai

terbentuknya organ dan terakhir jam 16.00 wib telur telah menetas menjadi larva.

Pengamatan histologi testis ikan baung didapatkan hasil TKG I sampai TKG IV

untuk testis ikan baung.

Page 15: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

15

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Praktikum pengamatan untuk pemijahan buatan dapat disimpulkan telur

tersebut telah matang gonad karena persentasenya sudah ≥ 80%. Pengamatan

beberapa data biologi reproduksi ikan yang menunjang keberhasilan pemijahan

buatan didapatkan hasil indeks gonad 3,64 %, indeks hati somatik 2,50 %, indeks

usus somatik 5,23 % dan fekunditas 241 butir. Pengamatan perkembangan

embriogenesis pada jam 08.00 wib tanggal 14 desember berakhir sampai jam 16.00

wib tanggal 15 desember telur telah menetas menjadi larva.

Pengamatan histologi testis ikan baung dapat disimpulkan TKG I dengan ciri-

ciri jaringan ikat terlihat lebih dominan, sel-sel spermatogonium mulai terlihat yang

akan memasuki perkembangan tahap spermatogonia.TKG II dengan ciri-ciri testis

berkembang ditandai dengan terlihatnya kantong-kantong tubulus semi-niferi yang

berisi spermatosit primer berasal dari perkembangan spermatogonium.TKG III

dengan ciri-ciri jaringan ikat testis terlihat lebih sedikit, spermatid menyebar.

Sebagian masih terlindung oleh sista yang berbentuk kantong dan TKG IV dengan

ciri-ciri spermatid dan spermatozoa terlihat lebih jelas. sel spermatozoa yang

terbentuk mengisi kantong-kantong tubulus seminiferi.

5.2. Saran

Praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih memperhatikan para asisten

saat menjelaskan prosedur kerja praktikum agar tidak terjadi kesalahan hasil yang

diperoleh saat praktikum.

Page 16: Praktikum Fisiologi Reproduksi Akuatik

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Ikhtiologi. Universitas Hasanuddin Makassar

: Makassar.

Djadjadiredja, R. S. et al. 1977. Pedoman pengenalan sumberdaya perikanan. Bagian

I. Direktorat jendral perikanan. Jakarta.

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Sri Dwi. Bogor. 112 hal.

Fujaya, Yushinta.2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan.

PT.Rineka Cipta : Jakarta.

Khairuman, Sudenda, D dan Gunadi, B. 2002. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif.

PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Nelson, J.S. 2001. Fisher Of The World. New York 524 p: John Wiley And Sons.

Pulungan. 2004. Hand Out Kuliah Mata Kuliah Biologi Perikanan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

Pulungan, 2005. Fekunditas dan Seberan Diameter Telur dari Beberapa enis Ikan

Cyprinid dari Danau Lubuk Siam, Riau. Pusat Penelitian Universitas Riau,

pekanbaru. 57 hal (tidak diterbitkan).

Ridwan et al. 2009. ‘Penuntun Praktikum Biologi Perikanan’. Fakultas perikanan

Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru

Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia.

Sastra Budaya. Bogor. 129 hal.