Upload
others
View
30
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
FARMASI
BAGIAN BIOKIMIA, BIOLOGI MOLEKULER,
DAN FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
TIM PENYUSUN
dr. Syazili Mustofa, M. Biomed
Dr. dr. Evi Kurniawaty, M, Sc
Dr. Giska Tri Putri
Nuriah, Amd
Suharyani, SST
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robi, atas segala rahmat dan karunia-Nya Buku
Penuntun Praktikum Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi ini dapat tersusun dengan
baik. Penyusunan buku Penuntun Praktikum ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa
dalam menjalankan kegiatan praktikum, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih
baik dari teori yang telah dipelajari dalam kuliah. Buku Penuntun Praktikum ini di susun
sejalan dengan pengembangan inovasi pembelajaran Praktikum Biokimia, Biologi Molekuler
dan Fisiologi yang bertujuan meningkatkan pemahaman Ilmu Biokimia, Biologi Molekuler
dan Fisiologi melalui pembelajaran praktikum.
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran praktikum ini, maka disamping berisi teknik atau
metoda pemeriksaan Biokimiawi, buku praktikum ini juga memuat permasalahn klinis yang
berkaitan dengan pokok bahasan praktikum, teori yang mendasari pokok bahasan, serta
petunjuk mengenai issue-issue yang harus dibahas pada tiap pokok bahasan. Dengan susunan
seperti ini diharapkan kegiatan praktikum akan berjalan lebih efektif dan efisien, mahasiswa
akan lebih mampu belajar mandiri dan terarah, relevan dengan tuntutan tugas profesi lulusan
kelak serta merupakan pengalaman belajar yang menarik serta menyenangkan bagi
mahasiswa.
Selain akan meningkatkan kemampuan keterampilan psikomotorik, sebagaimana umumnya
tujuan pembelajaran praktikum, melalui bentuk praktikum pada tahap preklinik seperti ini
bagi mahasiswa kedokteran lebih diharapkan akan diperoleh peningkatan keterampilan
kognitif dan sikap. Pada kegiatan praktikum ini mahasiswa akan mendapatkan pengalaman
belajar dalam hal bagaimana kerja sama dan berinteraksi dengan teman-teman mahasiswa
dalam sebuah “team work”, dapat menjalankan hubungan yang erat dengan teman
mahasiswa, yang nantinya akan berkembang menjadi semangat solidaritas kolegalial, dan
juga membina hubungan kemitraan dengan dosen. Kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan Buku Penuntun Praktikum Biokimia ini kami ucapkan terima kasih dan
penghargaan.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
Kami menyadari bahwa buku Penuntun Praktikum Biokimia ini masih perlu memperoleh
perbaikan, untuk itu saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga Buku
Penuntun Praktikum Biokimia ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 2020
Penyusun
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
PERATURAN TATA TERTIB LABORATORIUM BIOKIMIA, BIOLOGI
MOLEKULER DAN FISIOLOGI
PERATURAN UMUM
1. Praktikan tidak boleh masuk ruangan laboratorium sebelum jam praktikum
2. Praktikan harus mengisi absensi sebelum melakukan praktikum
3. Sebelum praktikum dimulai sewaktu-waktu akan diadakan response / test mengenai
percobaan-percobaan yang sudah / akan dilakukan, baik lisan atau tertulis.
4. Ketidakhadiran mahasiswa pada kegiatan praktikum harus disertai alas an yang sah.
Selanjutnya mahasiswa tersebut diserahkan kepada Dosen Pembimbingnya sesegera
mungkin. Ketidakhadiran tanpa alas an yang sah atau Ketidakhadiran lebih dari dua kali
menyebabkan mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum Biokimia.
5. Hasil-hasil pekerjaan praktikum, keaktifan berdiskusi, response-responsi, test-test, akan
diperhitungkan dalam menentukan nilai akhir pelajaran Biokimia.
6. Setelah selesai melakukan percobaan praktikum, mahasiswa mendiskusikan topik
bahasan dalam kelompok masing-masing.
Mahasiswa harus meminta paraf Dosen Pembimbing pada kartu praktikumnya setiap
selesai melakukan kegiatan praktikum atau setelah menyerahkan makalah.
7. Mahasiswa diharuskan membuat laporan mengenai apa yang telah didiskusikan.
Laporan diserahkan minggu berikutnya.
PERATURAN KHUSUS
1. Jangan membuang kotoran/sampah ke dalam bak pencuci, buanglah ke tempat yang
telah disediakan.
2. Jangan memindahkan/membawa botol-botol reagen dari tempatnya.
3. Pergunakan zat-zat seefisien mungkin sesuai dengan buku petunjuk praktikum dan
jagalah supaya reagen tidak tercampur satu sama lain :
- Bila pada tiap botol reagen disediakan pipet, ambillah reagen dengan pipet
tersebut, dan untuk mengukurnya gunakanlah gelas ukur yang tersedia. Janganlah
sekali-kali menuangkan reagen dari botolnya, atau mempertukarkan pipet bersama
tutupnya.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
- Bila pada botol reagen tidak disediakan pipet khusus dapat digunakan pipet yang
mempunyai kalibrasi yang tersedia, tetapi tiap pengambilan zat haruslah pipet
tersebut dibilas dengan air terlebih dahulu.
4. Mikropipet yang Saudara pinjam, jika telah selesai dipergunakan agar dikembalikan ke
tempat semula yang telah disediakan
- Tips/ujung pipet bekas pakai agar disimpan pada tempat yang telah disediakan.
5. Hati-hatilah dengan zat-zat yang mudah terbakar, seperti : ether, benze, alcohol.
Jauhkan dari apI
6. Pemakaian bahan-bahan kimia yang uapnya beracun/berbau tidak enak, seperti : HCl
pekat, asam sulfat pekat, kloroform dan sebagainya, dikerjakan di lemari asam.
7. Membuang asam dan basa kuat harus dengan mengalirkan air yang banyak.
8. Semua alat harus bersih, jika perlu cucilah dengan campuran K-bichromat dan asam
sulfat pekat (terutama untuk biuret dan pipet)
9. Sekali-kali janganlah mempergunakan alat pusingan (sentrifugasi). Kalau belum
mengetahui caranya :
- Tabung sentrifugasi harus selalu setimbang dan dipasang berhadapan
- Janganlah mencoba memanaskan tabung sentrifugasi
- Bersihkan tabung setiap kali sesudah memakai
10. Setiap kali sebelum dan sesudah praktikum, alat-alat harus diperiksa dahulu. Kalau ada
yang rusak/hilang segera laporkan.
11. Alat-alat yang rusak/hilang diganti oleh praktikan yang bersangkutan dalam waktu 1
minggu
12. Peminjaman alat-alat di luar inventaris sendiri, selalu memakai bon peminjaman. Kalau
alat dikembalikan, bon peminjaman alat harus diminta kembali.
13. Spesimen praktikum (darah, urin, air liur dan sebagainya) disiapkan oleh mahasiswa.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
SANKSI-SANKSI
Praktikan-praktikan yang dianggap melanggar peraturan-peraturan di atas akan dikenakan
sanksi sesuai dengan berat ringannya pelanggaran, dan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum sapai tak diperkenan mengikuti ujian.
Bandar Lampung, Maret 2018
Bagian Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
3
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA
PERATURAN TATA TERTIB LABORATORIUM
DAFTAR ISI
BAB I PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM
Mikropippet .............................................................
Sentrifuge....................................................................
Waterbath....................................................................
BAB II SPEKTROFOTOMETER. .....................................
BAB III BLANGKO & KURVA ............................................
BAB IV RUMUS PERHITUNGAN. .....................................
BAB V PENGUKURAN ASUPAN CAIRAN (AIR)
INDIVIDU.................................................................
BAB VI PERCOBAAN SALIVA ............................................
BAB VII FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
AKTIVITAS ENZIM AMILASE .........................
BAB VIII KARBOHIDRAT KUALITATIF 8
Menentukan Kadar Glukosa Darah ..........................
BAB IX KARBOHIDRAT KUANTITATIF
Reaksi Reduksi dengan Reaksi Benedict ...............
BAB X LIPID......................................................................
Menentukan Kadar Kolesterol Darah ..........................
BAB XI PROTEIN & ASAM AMINO......................................
Protein dan Asam Amino..................................... .
BAB XII URINE ......................................................................
Pemeriksaan Urine Kualitatif ......................................
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
BAB I
PENGENALAN PERALATAN LABORATORIUM
1. MIKROPIPET
Mikropipet (micropipet) adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan cairan
dalam jumlah kecil secara akurat. Penggunaan pipet gelas seperti pipet ukur dan pipet
gondok tidak mempunyai akurasi yang tinggi untuk volume kurang dari 1 ml. Sehingga
pada pemindahan cairan dengan volume kecil kurang dari 1000 microliter, orang
cenderung menggunakan mikropipet, biasa juga disebut dengan pipet otomatis.
Pipet otomatis ini mempunyai akuraritas dan presisi yang lebih baik dari pada pipet
gelas. Disamping itu setiap pipet dapat diset berapapun volumenya selama dalam range
volume pipet. Ada beberapa macam merek mikropipet yang beredar dipasaran seperti
Gilson, Pipetman, Biohit, Eppendorf, dll. Meskipun produk mikropipet telah dirancang
akurat dan presisi oleh pabriknya, alat tersebut tetap harus dikalibrasi jika digunakan
untuk laboratorium yang terakreditasi.
Ada beberapa macam micropipet yang digunakan dilaboratorium seperti misalnya
pipet merk Gilson yang mana tertulis di bagian atas pipet P20, P200 dan P1000.
P 20 : untuk memipet larutan dengan volume antara 2 - 20 ul
P 200 : untuk memipet larutan dengan volume antara 20 - 200 ul
P 1000 : untuk memipet larutan dengan volume antara 100 - 1000 ul
BAGIAN – BAGIAN MIKROPIPPET
1
2
3
4
5
6
7
8
1. Push Button
2. Control Button
3. Finger support
4. Ejector Button
5. Volume display
6. Tip Ejector
7. Tip cone
8. Tip
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Bagian micropipet terdiri dari automatic pippetor dan Pippete Tip. Automatic pippetor
berfungsi untuk memompa larutan yang akan dipindahkan dengan volume yang telah
ditentukan sebelumnya, sedangkan pippete tip berfungsi untuk menampung cairan yang
dipompa.
CARA MENGGUNAKAN MIKROPIPPET
1. Pegang mikropipet . bagian layar menghadap pengguna sehingga ibu jari dapat dengan
mudah menekan “pushbutton”
2. Buka box tip, tempatkan ujung pipet ke tip dan tekan dengan kuat sampai tip
menempel dengan sempurna
3. Angkat mikropipet dan jauhkan tip dari box tip
4. Tekan pada tekanan pertama ( lihat forward atau reverse pipeting)
5. Tempatkan ujung tip pada cairan
6. Perlahan lepaskan tombol tekan dan sedot cairan dengan tip
7. Angkat tip dari cairan dan cek cairan yang ada di tip
8. Lettakan tip ke dalam wadah yang telah di sediakan
9. Pelahan tekan tombol kuning dan keluarkan seluruh cairan
10. Dengan tombol masih di tekan tarik ujung tip
11. Buang tip dengan menekan tombol “tip ejector button “
12. Buang tip dalam wadah yang telah di tambahkan clorox ( hipoklorit )
2. SENTRIFUGE
Sentrifugasi adalah proses yang memanfaatkan gaya sentrifugal untuk sedimentasi
campuran dengan menggunakan mesin sentrifuga atau pemusing. Komponen campuran
yang lebih rapat akan bergerak menjauh dari sumbu sentrifuga dan membentuk endapan
( pellet ), menyisakan cairan supernatan yang dapat di ambil dengan dekantasi.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
CARA MENGGUNAKAN SENTRIFUGE
1. Hubungkan kabel power dengan sumber listrik
2. Buka tutup sentrifuge dengan menggunakan tombol Open. Saat tutup terbuka,
lampu indikator pada tombol open menyala. Lalu masukkan tabung secara simetri
( prinsipnya harus seimbang ), kemudian tutup
3. Atur kecepatan yang diinginkan (Rpm/Gforce) dengan menekan Speed (naik atau
turun) sampai kecepatan yang diinginkan. Bila kedua panah ditekan bersamaan,
maka kecepatannya dalam satuan ‘rcf’
4. run time-nya, dengan menekan tombol Time. Running time-nya ditunjukkan
dalam menit. Pada menit terakhir waktunya dihitung dalam detik
5. Atur suhu dengan menekan tombol Temp
6. Untuk mulai/ mengakhiri proses, tekan tombol Start/Stop
3. WATERBATH
Waterbath adalah alat laboratorium berbentuk kotak yang digunakan dalam proses
inkubasi. Perbedaan waterbath dengan inkubator adalah pada waterbath terdapat media
penghantar panas berupa air yang telah diatur suhunya. Proses inkubasi pada waterbath
sangat berguna dalam beberapa aplikasi, misalnya pengaturan suhu pada reagen tertentu,
peleburan / pencairan sebuah substrat, dan inkubasi kultur sel / inokulum.
CARA KERJA WATERBATH
1. Isi waterbath dengan aquadest sampai batas tertentu
2. Nyalakan waterbath
3. Set pada suhu yang diinginkan dan tunggu 15 – 20 menit
4. Masukkan zat kimia yang akan dipanaskan dan tutup waterbath
5. Setelah selesai, matikan alat
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
4
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB II
SPEKTROFOTOMETER
1. Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector
vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah
spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari
suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari
spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Saputra, 2009)
Menurut Cairns (2009), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawaan atau warna
terbentuk.
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu :
a. Sumber Cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah
panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya polikromatis
menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang berbeda
(terdispersi).
c. Cuvet
Cuvet spektrofotometer adalah suatu alat yang digunakan sebagai tempat contoh atau
cuplikan yang akan dianalisis. Cuvet biasanya terbuat dari kwars, plexiglass, kaca,
plastic dengan bentuk tabung empat persegi panjang 1 x 1 cm dan tinggi 5 cm. Pada
pengukuran di daerah UV dipakai cuvet kwarsa atau plexiglass, sedangkan cuvet dari
kaca tidak dapat dipakai sebab kaca mengabsorbsi sinar UV. Semua macam cuvet dapat
dipakai untuk pengukuran di daerah sinar tampak (visible).
d. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi sinyal listrik yang
selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk jarum penunjuk atau
angka digital.Dengan mengukur transmitans larutan sampel, dimungkinkan untuk
menentukan konsentrasinya dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert :
“Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium
yang mengabsorpsi” (Khopkar, 2007).
Hukum Beer :
“Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut”
Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b), konsentrasi analit
(c), dan koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu spesi (senyawa) pada suatu
panjang gelombang (Khopkar, 2007).
A = abc
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Jika konsentrasi (c) diekspresikan sebagai molaritas (mol/L) dan ketebalan sel (b)
dinyatakan dalam centimeter (cm), koefisien absorptivitas molekuler (a) disebut
koefisien ekstinsi molar (ε) dan memiliki satuan [L/(mol.cm)] (Khopkar, 2007).
CARA KERJA SPEKTROFOTOMETER BOECO
1. Hubungkan spektrofotometer ke sumber arus
2. Nyalakan spektrofotometer dengan menekan tombol ON pada main spektrofotometer
3. Tampilan program akan muncul dan memberitahukan bahwa proses inisiasi sedang
berlangsung, tunggu hingga proses selesai
4. Biarkan selama 15 menit untuk pemanasan, setelah itu spektrofotometer
siap digunakan.
5. Atur panjang gelombangnya.
5. Setelah itu spektrofotometer siap digunakan untuk pengukuran serapan sample
pada panjang gelombang tertentu.
6. Kuvet dimasukkan setelah di lap dengan kertas tissue. Sisi kuvet yang terang
menghadap lubang cahaya dari spektrofotometer
7. Setelah selesai bekerja, kuvet dikeluarkan dan dibersihkan dari pelarutnya
kemudian dikeringkan.
8. Spektrofotometer dimatikan dengan mengklik tombol OFF pada main unit
spektrofotometer
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB III
BLANGKO DAN KURVA
Pembuatan Blangko dan Kurva
Larutan yang akan digunakan dalam spektrofotometer adalah larutan blanko. Larutan
blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analit untuk di analisa. Larutan standart
adalah larutan yang konsentrasi nya sudah di ketahui secara pasti. Apabila persyaratan
pembuatan kurva baku di atas tidak terpenuhi maka penyimpangan dari garis lurus biasanya
dapat disebabkan oleh kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikutan terjadi.
CARA KERJA
ο Pembuatan Kurva Standar
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
BAB IV
RUMUS PERHITUNGAN
Data dan Perhitungan
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
BAB V
PENGUKURAN ASUPAN CAIRAN (AIR) INDIVIDU
Cairan adalah Bahan yanng langsung mengalir secara alamiah, bukan padat /
gas(Sukmariah & Kamianti, 1990). Sementara cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air (pelarut) dan zat tertentu (zatterlarut). Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Cairan di dalam tubuh sebanyak 60% dari berat tubuh atau 2/3 dari
berat tubuh.(Mima & Swearingen, 1995)A.
Cairan di dalam tubuh manusia tidaklah terkumpul didalam satu tempat saja, tetapi
tersebar dalam dua ruangan utama yakni cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan
intraseluler adalah cairan yang terdapat didalam sel dengam jumlah sekita 40% dari berat
badan, dan merupakan bagian dari protoplasma. Pada intraseluler ini terjadi proses
metabolisme.
Cairan lain yang sekitar 20% dari berat badan merupakan cairan ekstraseluler yaitu
cairan yang terdapat diluar sel dan berperan dalam memberi bahan makanan bagi sel dan
membuang sampah sisa metabolisme. Cairan ekstraseluler ini terbagi menjadi dua, yaitu
cairan intersitial dan cairan intravaskuler. Cairan intravaskuler merupakan cairan yang
terdapat didalam pembuluh darah dan merupakan plasma yang berjumlah sekitar 5% dari
berat badan. Cairan intersitial adalah cairan yang terdapat pada celah antarsel atau disebut
pula cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari berat badan. Pada umumnya cairan
intrasitial berfungsi sebagai pelumas agar tidak terjadi gesekan pada saat dua jaringan
tersebut bergerak. Contoh dari cairan intersitial yaitu cairan pleura, cairan perikardial dan
cairan peritoneal
.
CARA KERJA
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi cairan tubuh manusia. Pengukuran
dilakukan berdasar perubahan warna cairan yang dikeluarkan oleh tubuh berupa urine.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah;
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
1. Studi Literatur
Tahap ini meliputi pencarian referensi dan diskusi tentang pemahaman terhadap
topik yang dibahas dalam penelitian, yakni tentang:
a. Karakteristik fotodioda dan LED.
b. Konsep pengolahan data dengan ATMega-8.
c. Pengujian dan pengkajian kemampuan-kemampuan fotodioda untuk
mengidentifikasi perubahan warna pada cairan. elakukan simulasi terhadap
pembacaan warna dengan karakterisasi fotodioda meliputi fungsi transfer,
sensivitas, hubungan input output, saturasi dan repeatabilitas.
2. Analisis.
Melakukan analisis dari hasil simulasi dan kajian terhadap hasil pembacan warna
dan pengolahan data dengan mikrokontroller ATMEGA-8. Hasil ini juga akan
dibandingkan denga pengukuran berdasar pembacaan tabel level warna cairan urine
yang sudah ada sehingga akan diperoleh hasil yang sesuai dengan rancangan yang
dibuat.
3. Penarikan Kesimpulan.
Kesimpulan diambil dari hasil analisis spesifikasi sistem.
Pembahasan
Hasil pembacaan warna akan memperlihatkan beberapa tingkatan kondisi cairan
tubuh kita.
1. Level-1. Jernih dan Tidak Berwarna
Seperti air putih, urine Anda jernih dan tidak berwarna. Artinya asupan cairan Anda sudah
cukup bagus dan fungsi ginjal terbilang bagus.
2. Level-2. Kuning Terang
Urine masih terbilang normal, Anda pun sudah cukup minum air. Tetap jaga asupan
cairan Anda minimal 6-8 gelas per hari.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
3. Level-3. Keruh
Urine sedikit keruh, ada indikasi terjadinya infeksi kandung kemih. Warna yang keruh
oleh lendir, jaringan dan protein yang terpecah dan tercampur saat air seni keluar.
4. Level-4. Kuning
Urine berwarna kuning seperti lemon, tandanya Anda sedikit dehidrasi. Mungkin Anda
kurang asupan cairan, coba tambah frekuensi minum air putih.
5. Level-5. Kuning Tua
Jika air seni berwarna kuning tua seperti jus apel, maka Anda perlu minum cairan lebih
banyak lagi. Bisa juga karena Anda mengonsumsi suplemen vitamin B
berkonsentrasi tinggi.
6. Level-6. Oranye
Anda sudah dehidrasi akut dan perlu minum air segera. Urine yang berwarna oranye
juga bisa merupakan tanda kadar bilirubin yang tinggi di dalam tubuh. Bilirubin
merupakan pigmen berwarna kuning yang dihasilkan dari perombakan sel darah merah
yang sudah lama. Bilirubin disaring dari darah oleh hati dan dikeluarkan lewat cairan
empedu. Jika biliburin terlalu banyak di dalam darah, mengindikasikan ada gangguan
pada liver Anda
7. Level-7. Pink Muda
Rona pink muda pada urine, kemungkinan karena Anda memakan banyak buah bit di
malam harinya. Tapi bisa juga akibat adanya darah padah urine. Jika urine Anda masih
dominan warna kuning muda daripada pink, maka tidak perlu khawatir. Namun ada
baiknya tetap memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui lebih dini apakah ada
infeksi kandung kemih atau saluran kencing.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
8. Level-8. Pink Tua
Kemungkinan kandungan darah pada urine Anda lebih banyak. Bisa menjadi sinyal
adanya infeksi kandung kemih atau kanker. Batu ginjal juga bisa jadi penyebab adanya
darah dalam urine. Jika ini yang terjadi, segera periksakan ke dokter.
9. Level-9. Cokelat
Beberapa jenis obat bisa menyebabkan urine berwarna seperti minuman cola. Namun
jika Anda sedang tidak mengonsumsi obat tertentu dan urine tetap berwarna cokelat,
kemungkinan ada masalah pada liver, ginjal atau akibat berolahraga terlalu keras. Otot
Anda menggunakan myoglobin untuk menangkap oksigen sebagai energi. Jika olahraga
terlalu keras, otot-otot tertentu bisa rusak, myoglobin masuk ke aliran darah dan
tercampur dengan urine. Sebaiknya periksa juga kondisi ini ke dokter karena terlalu
banyak myoglobin di dalam darah bisa mengganggu fungsi kerja ginjal dan
menyebabkan kegagalan ginjal.
Rujukan tabel warna yang digunakan sebagai pembanding.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB VI
PERCOBAAN SALIVA
( DENGAN BENEDICT)
Percobaan Saliva dengan Benedict
Kelenjar yang berada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva, atau
ludah. Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu kelenjar paroti, kelenjar
submandibular, kelenjar subingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil. Terletak
dibawah lidah bagian depan. Kelenjar parotid adalah kelenjarsaliva paling besar dan
terletak padabagian atas mulut di depan telinga. Saliva adalah cairan yang lebih kental
dari pada cairan lainya. Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% terdiri atas ion – ion
Ca+, Mg
+. Na
+, K
+, PO, Cl
+, HCO3, SO dan zat – zat organik seperti usin dan enzim
amilase atau ptialin. Musin atau glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan
kelenjar subman dibular, sedangkan ptialin di keluarkan kelenjar parotid. Saliva
mempunyai PH antara5,75-7,05. Padaumumnya PH saliva adalah dibawah 7
(Poedjiadi,2007;235).
Alat Bahan
- Bunsen - Airpati ( Amilum)
- Kaki 3 - Saliva 50 ml
- Labu erlenmeyer - Benedict
- 6 tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Gelas ukur
- Pipet tetes termometer
- Kasa
- Gelas kimia (Beaker glass)
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
CARA KERJA
1. Sediakan alat dan bahan
2. Masukan air sebanyak 50 ml kedalam 3 buah gelas kimia, kemudian diberi label
A, B dan C
3. Dalam praktikum adanya 3 perlakuan, perlakuan pertama gelas kimia yang
berlabel A, dibiarkan tidak diberi perlakuan khusus,pada gelas B dipanaskan
hingga suhu stabil pada 320C sedangkan gelas C dipanaskan hingga stabil pada
suhu 800C.
4. Sambil menunggu perlakuan ke 3 gelas, selanjutnya masukan 5 ml amilum
kedalam 6 tabung reaksi masing masing 2 tabung diberi label A, B, dan C
5. Pisahkan tabung reaksi yang sudah diberi label A, B, dan Cntuk 2 tabung berlabel
A dimasukan kedalam gelas kimia berlabel A, utnuk 2 tabung berlabel B
dimasukan kedalam gelas berlabel B setalah suhu seimbang 320C, dan untuk 2
tabung berlabel C dimasukan kedalam gelas berlabel C, yang sudah stabil pada
suhu 800C.
6. Tunggu selama 10 menit
7. Kemudian masukan 5 tetes saliva yang telah disaring oleh kain kasa kedalam 6
tabung reaksi baik untuk label A,B danC
8. Setelah itu masukan 2 tetes benedict kedalam 6 tabung reaksi baik yang berlabel
A,B dan C
9. Tunggu selama 5 menit, kemudian amati perubahannya. Semakin biru lauratan
ditandakan dengan tanda +
10. Kemudian amati 5 menit berikutnya dengan memberikan kembali 2 tetesan
benedict pada 6 tabung reaksi itu baik berlabel A,B dan C
11. Tuliskan hasil yang didapat.
Untuk membaca hasil percobaan Benedict, terlebih dahulu tabung harus dikocok,
kemudian dilihat warna dari larutannya :
- : larutan berwarna biru
+ : larutan berwarna hijau
++ : larutan berwarna hijau kekuningan
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
+++ : larutan berwarna kuning
++++ : larutan berwarna merah bata
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB VII
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM
AMILASE
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim Amilase
(suhu, temperatur, dll)
Enzim adalah suatu biokatalisator. Ia mampu meningkatkan kecepatan suatu reaksi
kimia yang terjadi dalam sel hidup. Tanpa enzim maka reaksi selular berlangsung sangat
lambat, bahkan mungkin tidak terjadi. Pada suatu reaksi enzimatik, secara spesifik enzim
akan berikatan dengan suatu substrat (salah satu reaktan pada reaksi tersebut) membentuk
suatu ikatan enzim-substrat, yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu produk yang
spesifik pula. Sifat reaksi enzimatik yang sangat spesifik ini menyebabkan tidak terjadinya
kekacauan proses metabolisme walaupun ada ribuan macam enzim dan substrat di dalam sel.
Pada umumnya enzim adalah protein (kecuali enzim-enzim ribozim yang merupakan
molekul asam nukleat). Untuk dapat aktif bekerja, seringkali enzim membutuhkan suatu
komponen lain yang bukan protein. Zat non-protein ini lazimnya disebut kofaktor, yang dapat
merupakan suatu molekul organik atau suatu ion. Selain memerlukan keberadaan molekul
substrat dan kofaktor, untuk memperoleh kerja yang optimal diperlukan pula faktor-faktor
lain, seperti suhu dan pH lingkungan yang optimal.
Pada praktikum yang pertama mengenai enzim, akan ditunjukkan bahwa faktor-faktor
tersebut di atas sangat diperlukan keberadaannya agar enzim dapat aktif bekerja secara
optimal.
Dalam tubuh manusia terdapat enzim-enzim yang hanya diproduksi oleh sel-sel jaringan
tertentu saja. Kerusakan pada sel-sel jaringan tersebut akan menyebabkan enzim akan keluar
dari sel dan masuk ke dalam plasma darah. Fenomena ini dijadikan dasar untuk menggunakan
enzim sebagai petanda (‘marker’) adanya suatu kerusakan jaringan, atau dengan perkataan
lain : peningkatan kadar suatu enzim dalam darah dapat dipakai sebagai alat bantu
penegakkan diagnosis suatu penyakit. Contohnya : Aspartat Amino Transferase (AST, nama
dahulu GOT) dan Alanin Amino Transferase (ALT, nama dahulu GPT) sering digunakan
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
untuk menegakkan diagnosis penyakit hepar dan jantung. Kreatin kinase (CK) digunakan
untuk menegakkan diagnosis penyakit otot skelet. Fosfatase asam digunakan untuk
menegakkan diagnosis karsinoma prostate.
Pada percobaan yang kedua mengenai enzim, akan ditunjukkan bahwa peningkatan aktivitas
suatu enzim dalam plasma darah seorang yang dicurigai menderita suatu penyakit tertentu
merupakan suatu alat uji yang berharga untuk penegakkan diagnosis penyakit tersebut
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja enzim. Pada percobaan
ini digunakan sebuah enzim hidrolisis yang banyak dijumpai dalam air liur, yaitu enzim
amylase (“salivary amylase”, nama lain : ptialin).
tialin adalah suatu enzim kelas hidrolase yang menghidrolisis karbohidrat (amilum)
menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana, yaitu amilodekstrin, eritrodekstrin,
akrodekstrin dan selanjutnya terbentuk maltosa. Enzim ini berfungsi menghidrolisis amilum
sewaktu berada dalam rongga mulut dan hanya aktif bekerja pada pH 7,0 sehingga dalam
lambung enzim ini menjadi tidak aktif. Selain oleh kelenjar ludah, amylase juga diproduksi
oleh sel-sel pancreas (“pancreatic amylase”). Amilase ini berfungsi melanjutkan hidrolisis
amilum yang belum sempat dilakukan oleh salivary amylase. Activator enzim amilase antara
lain adalah Ca++
, Cl-, Br
- dan HPO4
-.
Amilase mempunyai berat molekul yang rendah (antara 40.000 – 50.000 Dalton), sehingga
dapat melewati glomeruli ginjal. Enzim ini merupakan satu-satunya enzim yang dijumpai
dalam urin normal. Aktivitas enzim ini meningkat pada pankreatitis akut, penyakit kelenjar
saliva, mumps, obstruksi ductus salivarus dan sebagainya. Penurunan aktivitas enzim terjadi
antara lain pada pnkreatitis nekrotika, hepatitis, keracunan CCl4, keracunan arsen dan
sebagainya. Pada pecobaan pertama substrat yang digunakan adalah amilum, sedangkan
enzimnya adalah ptyalin.
Ptilain menghidrolisis polimer glukosa yang mengandung ikatan alfa (1→4)
glikosidik. Polimer glukosa yang mengandung ikatan ini adalah amylum dan glikogen.
Karena ptyalin merupakan enzim yang memerlukan ion Ca++ sebagai activator, maka enzim
ini menjadi kurang atau tidak aktif bila pada percobaan ditambahkan EDTA, sitrat dan
okasalat. Oleh karena itu, bila kita akan mengukur aktivitas amylase darah, maka hendaknya
digunakan antikoagulan heparin atau dalam bentuk serum. Selain sebagai activator, kalsium
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
juga berfungsi untuk aktivitas dan untuk menstabilkan struktur peptide (stabilizer) ptyalin,
sehingga tidak mudah dirusak oleh proses proteolisis.
Prinsip percobaan :
Amilum dan iodium membentuk kompleks yang berwarna biru tua. Hidrolisis amilum oleh
ptyalin secara berturut-turut akan membentuk dekstrin dan oligosakarida yang bila mengikat
iodium akan membentuk kompleks berwarna yang berbeda-beda warnanya.
Amilodekstrin dengan iodium membentuk warna biru. Eritrodekstrin dengan iodium
membentuk warna merah. Akrodekstrin dan maltosa tidak membentuk kompleks berwarna
dengan iodium.
ptialin
Amilum Amilodekstrin Eritrodekstrin Akrodekstrin
+ iodium (Biru tua) (Merah) (Tak erwarna) Maltosa
(Tak berwarna)
Bahan-bahan :
- Larutan amilum 1%
- NaCl 1 %
- HCl 1 N
- Larutan iodium encer liur
- HgCl2 30%
Cara kerja :
a. 1 ml NaCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium diinkubasi pada suhu
370C selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga sudah dipanaskan
sampai 370C. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
b. 1 ml NaCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium diinkubasi pada suhu
370C selama 10 menit, kemudian tambahkan 2 ml air liur yang juga sudah dipanaskan
sampai 370C. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
c. 1 ml HCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium diinkubasi pada suhu
370C selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga sudah dipanaskan
sampai 370C. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
d. 1 ml akuades + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium diinkubasi pada suhu
370C selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga sudah dipanaskan
sampai 370C. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
e. 1 ml NaCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium diinkubasi pada suhu
750C selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga sudah dipanaskan
sampai 750C. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
f. 1 ml NaCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 3 tetes larutan iodium direndam dalam es
selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga sudah didinginkan dalam
air es. Perhatikan perubahan warna yang terbentuk.
g. 1 ml NaCl 1% + 3 ml larutan amilum 1% + 1 ml HgCl2 30% + 3 tetes larutan iodium
diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit, kemudian tambahkan 1 ml air liur yang juga
sudah dipanaskan sampai 370C. Perhatikan perubahan warna yang terbentut
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB VIII
UJI KARBOHIDRAT KULITATIF
REAKSI REDUKSI DENGAN REAKSI BENEDICT
Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring.
Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda asasnya. Cara
yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa sebagai zat produksi, pada test – test semacam
itu terdapat suatu zat dalam reagens yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh
glukosa. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya
reduksi yang mengandung garam cuprliah banyak dipergunakan.
Glukosuria dapat dibuktikan dengan cara yang spesifik yang menggunakan enzim
glukosa – oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna
dalam reagens yang digunakan.
Prinsip percobaan :
Gula mempunyai kemampuan mereduksi Cu++ menjadi Cu+ (endapan Cu2O).
Tergantung dari besar kecilnya endapan akan terlihat warna endapan yang berbeda-beda dari
hijau sampai merah bata.
Tujuan Percobaan :
Menunjukkan adanya gula dalam urine.
Bahan-bahan :
- Urine penderita Diabetes mellitus
- Larutan Benedict Kwalitatif
Prosedur praktikum :
3 ml lar. Benedict + 3 tetes urine, panaskan, kocok perhatikan warna yang terbentuk.
Lakukan percobaan yang sama dengan urine yang diencerkan 2 kali, 4 kali, dan 8 kali dan
seterusnya sampai terbentuk warna hijau.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Keterangan :
Reduksi positif dalam urine dapat disebabkan oleh reduktor-reduktor seperti :
- Gula-gula : glukosa, pentosa, fruktosa, galaktosa.
- Obat-obat antipirin, piramidon, PAS, santonin.
- Zat-zat yang normal terdapat dalam urine bila kadarnya tinggi : indikan, asam urat,
kreatinin.
- Bahan-bahan : formalin, CHCl3 tuk membaca hasil percobaan Benedict, terlebih dahulu
tabung harus dikocok, kemudian dilihat warna dari larutannya :
- : larutan berwarna biru
+ : larutan berwarna hijau
++ : larutan berwarna hijau kekuningan
+++ : larutan berwarna kuning
++++ : larutan berwarna merah bata
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
BAB IX
KARBOHIDRAT kUANTITAIF
MENENTUKAN KADAR GLUKOSA DARAH
Dalam menentukan jumlah glukosa dengan cara titrasi menggunakan reagens benedict
kuantitatif. Reagens ini berbeda dari kualitatif karena mengandung rhodanida, cuprooxida
yang kuning atau merah tidak dapat terbentuk lagi dan timbul warna putih pada presipital,
cuprorhodanida. Penentuan kadar glukosa darah diperlukan di klinik untuk menunjang
diagnosis penyakit tertentu seperti misalnya Diabetes Mellitus.
Dapat dilakukan dalam keadaan :
- Puasa
- 2 jam post prandial (sesudah makan)
Dapat pula dilakukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS), apabila diduga ada
peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah (hiper atau hipo glikemia).
Pada dasarnya ada dua metode pemeriksaan kadar glukosa darah, yaitu :
1. Metode reduksi, yaitu berdasarkan kemampuan glukosa untuk mereduksi Cu++ menjadi
Cu+
Metode ini kurang sensitive sebab yang dapat mereduksi Cu++ bukan hanya glukosa,
tetapi juga gula-gula lain seperti fruktosa, galaktosa, dan zat-zat lain seperti vitamin C,
creatinin, asam urat, glutation, dan sebagainya.
2. Metode enzimatik.
Glukosa dioksidasi oleh enzim glukosa oksidase menjadi asam glukonat + H2O2 dan
reaksi selanjutnya terbentuk zat berwarna. Glukosa oksidase hanya dapat mengoksidasi
glukosa saja, sehingga reaksi sangat spesifik dan hasilnya sangat akurat.
Prinsip percobaan :
GOD
Glukosa + H2O Asam glukonat + H2O2
2 H2O2 + 4-Amino Phenazon (tidak berwarna) + Phenol 4 H2O + 4-p-
benzoquinon monoimino-phenazon (berwarna merah).
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Tujuan Percobaan :
Menentukan kadar glukosa darah secara enzimatis dengan metode TRINDER GOD-PAP.
Bahan – bahan : agen warna glukosa pksidase (GOD-PAP). Reagen ini mengandung :
enzim glukosa oksidase (GOD) > 15 kU/l, peroksidase (POD) > 1 kU/l, 4Aminoantipyrine,
0,5 mmol/l, phenol (PAP) 5 mmol/l, buffer phosphate pH 7,5 250 mmol/l
1. Larutan glukosa standar 100 mg/dl (5,55 mmol/dl)
2. Serum atau plasma
3. Akuades
Pengukuran terhadap blanko :
Untuk setiap seri pemeriksaan hanya diperlukan satu standar an satu blanko.
Prosedur Praktikum :
1. Tiga ml darah dengan antikoagulan EDTA dipusingkan selama 10 menit pada kecepatan
2000 rpm, akan tampak plasma terpisah dari sel-sel darahnya.
2. Disini tidak dilakukan deprotenisasi.
3. Pipet ke dalam tabung kuvet :
Blanko Standar Sampel
Akuades 10 l - -
Standar - 10 l -
Plasma atau Serum - - 10 l
Reagen Warna GOD 100 l 100 l 100 l
4. Campurkan isi masing-masing tabung kuvet, kocok sampai rata kemudian :
- Inkubasi pada suhu 37 0C selama 5 menit atau;
Dibiarkan pada suhu kamar selama 20 – 25 menit
Hindari dari sinar matahari langsung
5. Kemudian dilakukan pembacaan absorbansi sampel (A sampel) dan absorbansi standar (A
standar) yang diukur terhadap blanko (A blanko = 0) pada panjang gelombang 546 nm.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Perhitungan :
Kadar glukosa ( C ) dalam darah , serum, atau plasma :
A Sampel
C = X 100 mg/dl (kadar standar)
A Standar
Atau
A Sampel
C = X 5,55 mmol/dl (kadar standar)
A Standar
Nilai Referensi :
Glukosa Puasa = 70 – 100 mg/100 ml
Glukosa 2 jam pp = < 140 mg/100 ml
Glukosa sewaktu = < 180 mg/100 ml tatan :
1. Dengan cara ini kadar glukosa darah dapat diukur secara linier sampai dengan 600 mg/100
ml.
Bilamana kadar glukosa diatas 600 mg%, encerkan plasma 3 kali, yaitu dengan
menambahkan akuades 2 kali volume plasma dan ulangi prosedur penentuan glukosa
darah. Hasilnya kemudian dikalikan dengan 3.
2. Hasil tidak dipengaruhi oleh kreatinin, fruktosa, galaktosa asam urat, glutation, asam
askorbat, bilirubin, dalam darah dan EDTA selama batas fisiologis.
3. Bilirubin sampai kadar 10 mg/100 ml tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan Asam
askorbat (Vit. C) dalam jumlah besar dapat merendahkan hasil pemeriksaan.
4. Warna yang terbentuk stabil selama 1 jam.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
23
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB X
LIPID
MENENTUKAN KADAR KOLESTEROL DARAH
Kolesterol seperti juga triasil gliserol (trigliserida) sering disangkut pautkan dengan
penyakit aterosklerosis (penebalan pembuluh darah), terutama yang menyangkut pembuluh
darah koroner. Oleh karena itu penentuan kadar kolesterol dan triasil gliserol secara bersama-
sama selalu diindikasikan terhadap dugaan adanya penyakit jantung koroner (PJK), walaupun
pada kenyataannnya penyakit ini tidak selalu disertai dengan peninggian kadar kolesterol
darah.
Kolesterol di dalam plasma berada dalam bentuk bebas (free cholesterol) dan dalam
bentuk ester dengan asam lemak (cholesteryl ester), dan untuk memudahkan pengangkutnya
didalam plasma darah, ia berikatan dengan protein, membentuk lipoprotein plasma. Sebagian
besar kolesterol plasma berada dalam fraksi low density lipoprotein (LDL). Kadar kolesterol
total normal didalam plasma sekitar 150 – 250 mg% yang 1/3-nya berasal dari makanan
sehari-hari, sedangkan 2/3-nya berasal dari sintesis didalam tubuh dengan asetil CoA sebagai
bahan bakunya (sintesis de-novo).
Dulu orang mengira bahwa penyakit jantung koroner (PJK) selalu berhubungan
dengan kadar kolesterol darah total yang tinggi, tetapi ternyata bahwa penderita
penyakitjantung koroner kadang-kadang menunjukkan kadar kolesterol darah yang normal,
bahkan sedikit menurun. Sekarang orang cenderung mencari rasio LDL-kolesterol/HDL-
kolesterol adalah 3/1. Bila rasio LDL-kolesterol/HDL kolesterol meninggi, misalnya 4/1,
maka resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) yang meninggi, walaupun kadar
kolesterol darah total masih dalam batas-batas normal. Sebaliknya bila rasio LDL-
kolesterol/HDL-kolesterol menurun, misalnya 2/1 atau 3/2, maka resiko terjadinya penyakit
jantung koroner juga menurun, walaupun kadar kolesterol darah total meninggi. Oleh karena
itu sekarang tidak saja dilakukan penetuan kadar kolesterol darah total, tetapi juga kadar
LDL-kolesterol, HDL-kolesterol dan protein-protein yang membentuk lipoprotein (Apo A1
dan APo B).
Didalam makanan, kolesterol didapatkan dalam lemak hewani. Kadar kolesterol yang
meninggi didalam darah (hiperkolesterolemia) dapat bersifat familial herediter (diwariskan)
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
dan dapat juga menyertai penyakit-penyakit lain, seperti Diabetes mellitus, Hipothiroidi.
Nefrotik sindrom dan lain-lain. Kadar kolesterol darah yang rendah (hipokolesterolemia),
seperti pada penyakit hipertiroidi atau diet pantang lemak, dapat juga berpengaruh terhadap
sintesis membran sel dan hormon-hormon kortikosteroid, karena kolesterol merupakan bahan
baku dalam sintesis membran sel dan hormone-hormon tersebut. Ekskresi kolesterol terjadi
memlalui hepar ke saluran empedu, walaupun sebagian kolesterolnya terabsorbsi kembali
dalam usus.
Prinsip percobaan :
CHE
Kolesterol ester +H2O Kolesterol + fatty acid
CHO
Kolesterol + O2 Kolestin-3-1 + H2O2
POD
H2O2 + 4-aminophenazon + phenol quinonamine + 4 H2O (berwarna merah)
Tujuan Percobaan :
Menentukan kadar kolesterol total darah dalam plasma secara enzimatis dengan metode
CHOD-PAP
Bahan-bahan :
1. Reagen warna kolesterol oksidase (CHOD-PAP). Reagen ini mengandung : enzim
kolesterol oksidase (CHOD) > 100 U/l, kolesterol ester > 150 U/l, Peroksida > 5 kU/l,
Phenol (PAP) 5 mmol/l, 4-aminophenazone 0,3 mmol/l, Natrium Azida 0,05 % buffer
phosphate pH 6,5 100 mmol/l.
2. Larutan kolesterol standar 200 mg/dl atau 5,17 mmol/l
3. Serum atau plasma
Pengukuran terhadap blanko :
Untuk setiap seri pemeriksaan hanya diperlukan satu standar dan satu blanko.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
Prosedur Praktikum :
1. Tiga ml darah dipusingkan selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm, akan tampak
plasma terpisah dari sel-sel darahnya.
2. Pipet ke dalam tabung kuvet :
Blanko Standar Sampel
Standar - 10 l -
Plasma atau Serum - - 10 l
Reagen Warna GOD 100 l 100 l 100 l
3. Campurkan isi masing-masing tabung kuvet, kocok sampai rata kemudian :
- Inkubasi pada suhu 37 0C selama 5 menit, atau :
- Dibiarkan pada suhu kamar selama 20 – 25 menit
Hindari dari sinar matahari langsung.
4. Kemudian dilakukan pembacaan absorbansi sampel (A sampel) dan absorbansi standar (A
standar) yang diukur terhadap blanko (A blanko = 0) pada panjang gelombang 546 nm.
Perhitungan :
Kadar kolesterol ( C ) dalam darah , serum, atau plasma :
A Sampel
C = X 200 mg/dl (kadar standar)
A Standar
Atau
A Sampel
C = X 5,17 mmol/dl (kadar standar)
A Standar
Referensi :
1. Usia dibawah 30 tahun = 180mg/dl
2. Usia 30 tahun ke atas = 200 mg/dl
Catatan :
1. Dengan cara ini kadar kolesterol darah dapat diukur secara linier sampai dengan 750
mg/100 ml.
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2020
2. Bilamana kadar kolesterol diatas 750 mg%, encerkan plasma 3 kali, yaitu dengan
menambahkan NaCl 0,9% 2 kali volume plasma dan ulangi prosedur penentuan kolesterol
darah. Hasilnya kemudian dikalikan dengan 3.
3. Untuk penderita ikterus, bilirubin plasma akan mengganggu hasil pemeriksaan, oleh
karena itu hasil akhir perlu dikoreksi, yaitu dengan mengurangi 0,75 mmol/l untuk setiap
100 mol/l bilirubin atau mengurangi dengan 5 mg/100 ml untuk setiap 1 mg/100 mg
bilirubin.
4. Semua peralatan gelas harus benar-benar bersih dan kering.
5. Jangan menggunakan plasma/serum hemolisis, karena hemoglobin akan mengganggu
hasil reaksi.
6. Reagen dan campuran reaksi bersifat korosif, jadi jangan menggunakan pipet yang dihisap
oleh mulut, dan hati-hati jangan kontak dengan kulit dan mata.
7. Pemeriksaan harus dilakukan dalam keadaan puasa paling sedikit 12 jam.
8. Warna yang terbentuk stabil selama 1 jam.
Pertanyaan :
1. Selain dengan reaksi enzimatis kolesterol, dengan reaksi apalagi kolesterol darah dapat
ditentukan ?
2. Coba saudara sebutkan jenis-jenis makanan apa saja yang dapat menurunkan dan
meninggikan kadar kolesterol darah !
3. Sebutkan fungsi kolesterol dalam tubuh!
4. Terangkan mengapa terjadi peninggian kadar kolesterol pada penderita diabetes mellitus
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB XI
PROTEIN DAN ASAM AMINO
Protein dan Asam Amino
Protein merupakan polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam amino yang
berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida). Peptida ialah oligomer dari
asam amino yang memiliki peranan penting dalam banyak proses biologis. Protein merupakan
biomolekul yang sangat penting. Beberapa fungsi protein adalah sebagai katalisator (enzim),
pengangkut dan penyimpanan, penyebab gerakan, pendukung sistem kekebalan, pembentuk
dan transmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan deferensasi, pendukung kekuatan
struktural, dan lain-lain. Protein ini disusun oleh asam-asam amino yang juga mempunyai
peranan penting dalam metabolisme zat hidup. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya
bahwa secara umum ada tiga gugus yang reaktif pada asam amino yaitu gugus karboksil,
gugus amino, dan gugus rantai samping.
Alat Bahan
- Tabung reaksi - Albumin telur
- Penjempit tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Cawan porselen
- Gelas objek
- Bunsen
- Sikat tabung reaksi
- Pipet tetes
CARA KERJA
Uji adanya Unsur C, H, dan O
1. Memasukkan 1ml albumin telur kedalam cawan porselen
2. Meletakan kaca objek diatasnya, kemudian memanasakan nya
3. Memperhatikan adanya pengembunan pada gelas objek,yang menunjukkan
adanya Hidrogen (H) dan Oksigen (O)
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
2
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
4. Mengambil gelas objek, lalu mengamati bau yang terjadi,bila tercium rambut
terbakar maka mengandung Nitrogen.
5. Bila terjadi peng-arangan berarti ada atom Karbon (C)
6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi FK Unila
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
BAB XII
PEMERIKSAAN URINE KUALITATIF
Metode Pemeriksaan Urine Kualitatif
Pada praktikum yang lalu, telah dilakukan praktikum mengenai urine dengan rnetode
konvensional, yang pemeriksaannya menggunakan reagen cair .Saat ini telah dikembangkan
beberapa metode yang lebih modern untuk pemeriksaan urine tersebut, yang menggunakan
reagen yang lebih sedikit, sederhana kemasannya, urine dibutuhkan sedikit dan prosedur
pengerjaannya lebih sederhana bila dibandingkan dengan metode terdahulu.
Metode yang dimaksud tersebut adalah metode carik celup, yaitu berupa carik -carik
kertas yang dikemas dalam tabung, Pada masing-masing carik kertas itu terdapat beberapa
parameter yang akan diperiksa dan telah dikemas sedemikian rupa sehingga berisi berbagai
reagen yang telah dikeringkan, sesuai dengan parameter yang diperiksa tersebut.
Parameter-parameter yang terdapat pada kertas carik tersebut adalah sebagai berikut
1. Glukosa (glucose) 6. pH
2. Bilirubin 7. Protein
3. Keton (ketone) 8. Urobilinogen
4. Berat jenis (specific gravity) 9. Nitric (nitrite)
5. Darah (blood) 10. Leukosit (leucocyte)
Prinsip :
Variabel yang diperiksa Prinsip
1. Glucosa D-glukosa --glukosa oksidase → D-glukonolakton + H202
H202 --oksidasi + kromogen→ warna coklat
2. Bilirubin
Bilirubin + garam diazonium (2-6-diklorobenzene-
diazoniumfluoroborat) -- (asam)→azobilirubin (berwarna
merah violet)
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
3. Ketone Na nitroprussid (oksidator kuat) + asam asetoasetat & aseton
(bass) → senyawa berwarna ungu
4. Berat jenis bromthymol blue + poly (methyl, vinyl ether maleic acid
sodium salt berreaksi pada urine dengan bj >/ 6,5
5. Darah H202 - peroksidase (Hb) →H20 + On
On + kromogen (Benzidin) →senyawa berwarna hijau-biru
6. pH
Kertas uji mengandung indikator-indikator methyl red dan
bromthymol blue, kombinasi indikator-indikator
tersebut memungkinkan perubahan warna yang jelas, sesuai
dengan warna yang tertera pada tabung
7. Protein 3',3”,5',5” tetraklorofenol -3,4,5,6 tetrabromosulfoftalein
(buffer) + protein → warna hijau muda sampai tua
8. Urobilinogen urobilinogen + p-aminobenzaldehid - (asam) → zat warna azo
(merah)
9. Nitric
nitrat - Gram negatif→nitrit
nitrit + p-arsinilic acid + tetrahydrobenzoquinolin→senyawa
merah
10. Leukosit asam carbonat ester - esterase (granulosit) → indoxyl--
oksidasi → senyawa indigo berwarna indigo
Laboratorium Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2018
Cara kerja :
1. Basahi seluruh
permukaan reagen
carik dengan sampel
urine dan tarik
carik dengan segera
2. Ketukkan carik
pada bibir gelas
untuk mengurangi
urine yang berlebih
3. Pegang carik secara
horizontal dan
bandingkan dengan
kertas standar warna
yang terdapat pada label
tabung dan catat
hasilnya dengan waktu
seperti yang tertera pada
label tabung
Hasil dan interpratasi hasil pemeriksaan :
Parameter Waktu Hasil pemeriksaan Interpratasi hasil
pemeriksaan
1. Glukosa 30” -
2. Bilirubin 30” -
3. Keton 40” -
4. BJ 45” -
5. Darah 60” -
6. pH 60” -
7. Protein 60” -
8. Urobilinogen 60” -
9. Nitrit 60” -
10. Leukosit 2 menit -