34
Praktikum Pencemaran Udara (Debu) Oleh: Furqaan Hamsyani Praktikum 2. Pencemaran Udara (Debu) Judul Percobaan : Pencemaran udara yang disebabkan oleh debu Tujuan : - Mengetahui pencemaran udara yang disebabkan oleh debu dan faktor-faktor penyebabnya - Mengamati perbedaan pencemaran udara oleh debu berdasarkan perbedaan tinggi dan lokasi pengamatan - Mengetahui pencemaran debu didalam dan diluar ruangan - Mengetahui pengertian, kalsifikasi, proses, dampak pencemaran debu terhadap kesehatan manusia DASAR TEORI PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran lingkungan adalah peristiwa masuknya zat ± zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat terjadi akibat aktifitas manusiaatau secara alami. Sesuatu yang menyebabkan puolusi (pencemaran) disebut polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, makhluk hidup atau yang dihasilkan makhluk hidup, panas, suara atau radiasi. Berdasarkan sifat zat pencemar (polutan), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga

Praktikum 2 debu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sumber praktikum kemenLH

Citation preview

Page 1: Praktikum 2 debu

Praktikum Pencemaran Udara (Debu)

Oleh: Furqaan Hamsyani

Praktikum 2.Pencemaran Udara (Debu)

Judul Percobaan : Pencemaran udara yang disebabkan oleh debu

Tujuan : - Mengetahui pencemaran udara yang disebabkan oleh debu dan faktor-faktor

penyebabnya- Mengamati perbedaan pencemaran udara oleh debu berdasarkan perbedaan

tinggi dan lokasi pengamatan- Mengetahui pencemaran debu didalam dan diluar ruangan - Mengetahui pengertian, kalsifikasi, proses, dampak pencemaran debu terhadap

kesehatan manusia

DASAR TEORI

PENCEMARAN LINGKUNGANPencemaran lingkungan adalah peristiwa masuknya zat ± zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan. Pencemaran lingkungan dapat terjadi akibat aktifitas manusiaatau secara alami. Sesuatu yang menyebabkan puolusi (pencemaran) disebut polutan. Polutan dapat berupa bahan kimia, debu, makhluk hidup atau yang dihasilkan makhluk hidup, panas, suara atau radiasi. Berdasarkan sifat zat pencemar (polutan), pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu pencemaran kimiawi, fisik dan biologis. Pencemaran kimiawi adalah pencemaran yang disebabkan zat ± zat kimia. Pencemaran fisika adalah pencemaran yang disebabkan oleh zat cair, padat, atau gas. Pencemaran biologis adalah pencemaran yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme penyebab penyakit. Berdasarkan lingkungan yang terkena pencemaran maka pencemaran lingkungan dibedakan menjadi tiga yaitu pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah.

PENCEMARAN DEBUDebu ialah nama umum untuk sejumlah partikel padat kecil dengan diamter kurang dari 500 mikrometer (lihat juga pasir atau granulat). Di atmosfer Bumi, debu berasal dari sejumlah sumber: loess yang disebarkan melalui angin, letusan

Page 2: Praktikum 2 debu

2

gunung berapi, pencemaran, dll. Debu udara dianggap aerosol dan bisa memiliki tenaga radiasi lokal yang kuat di atmosfer dan berpengaruh pada iklim. Di samping itu, jika sejumlah partikel kecil disebarkan ke udara di daerah tertentu (seperti tepung terigu), dalam keadaan tertentu ini bisa menimbulkan bahaya ledakan.

Pengaruh terhadap kesehatanDebu bertanggung jawab menyebabkan penyakit paru seperti pneumokoniosis, penyakit yang yang terjadi di antara sejumlah pekerja tambang. Keadaan ini menyebabkan timbulnya pengaturan terhadap keadaan kerja. Untuk mencegah debu masuk lewat pernafasan, dapat menggunakan masker atau saputangan ketika berada di tempat berdebu.

Pengendalian debuPengendalian debu adalah penekanan partikel padat dengan diameter kurang dari 500 mikrometer. Pelanggaran kendali debu paling sering terjadi di pembangunan perumahan baru di daerah perkotaan.

PARTIKULATPartikulat - dikenal juga sebagai materi partikulat, partikel halus, dan jelaga - merupakan subdivisi kecil dari material padat tersuspensi dalam gas atau cair. Asal partikulat dapat merupakan buatan manusia atau alam. Polusi udara dan polusi air dapat mengambil bentuk partikel padat atau larutan. Garam adalah contoh dari kontaminan terlarut dalam air, sedangkan pasir umumnya merupakan partikulat padat. Untuk meningkatkan kualitas air, partikel-partikel padat dapat dihilangkan dengan filter air atau settling (proses partikulat turun dalam air dan membentuk sedimen), dan disebut sebagai partikel tak larut. Kontaminan yang dilarutkan dalam air dapat dikumpulkan dengan penyulingan, memungkinkan air untuk menguap dan kontaminan kembali mengendap. Beberapa partikulat terjadi secara alami, seperti yang berasal dari gunung berapi, badai pasir, dan kebakaran hutan. Kegiatan manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan, pembangkit listrik dan berbagai industri juga menghasilkan sejumlah besar partikulat. Pembakaran batubara di negara berkembang adalah metode utama untuk pemanasan rumah dan memasok energi. Rata-rata di seluruh dunia, aerosol antropogenik (yang dibuat oleh aktivitas manusia) mencapai sekitar 10 persen dari total jumlah aerosol di atmosfer kita. Peningkatan kadar partikel halus di udara terkait dengan bahaya kesehatan seperti penyakit jantung , fungsi paru-paru dan kanker paru-paru.

AEROSOLAerosol secara teknis merujuk pada partikel padat yang ada di udara (juga disebut abu atau partikulat) maupun tetesan cair. Dalam bahasa sehari-hari, aerosol merujuk pada tabung semprot aerosol maupun isi tabung itu. Istilah aerosol berasal dari kenyataan bahwa bahan yang "melayang" di udara adalah suspensi (campuran di mana partikel padat, cair, maupun gabungan keduanya disuspensikan di cairan). Untuk membedakan suspensi dari larutan yang

Page 3: Praktikum 2 debu

3

sesungguhnya, istilah sol yang semula berkembang berarti meliputi dispersi partikel tipis (sub-mikroscopik) dalam sebuah cairan. Dengan studi dispersi di udara, istilah aerosol berkembang dan kini mencakupi tetesan padat, partikel padat, dan gabungan keduanya.

Alat dan Bahan 1.    ALAT

NO NAMA ALAT JUMLAH1 Kaca pembesar 10 buah2 Kamera digital 5 buah3 Gunting 10 buah4 Sarung tangan karet 50 buah5 Masker 50 buah

2.    BAHANNO NAMA BAHAN JUMLAH1 Selotip besar 20 buah2 Lakband hitam 20 buah3 Spidol permanen 20 buah4 Kain Pembersih 10 buah5 Kertas milimeterblok 20 buah

Prosedur Kerja :1. Pergilah ke tepi jalan dan carilah tempat yang berdebu (Jalan Arteri Primer,

Jalan Arteri Sekunder, Jalan Kolektor Primer, Jalan Kolektor Sekunder, Jalan Lokal Primer, Jalan Lokal Sekunder, Jalan Lokal Lingkungan) dan didalam ruangan,

2. Kemudian dibersihkan daerah yang menjadi lokasi/tempat pengambilan sampel yang dipilih dan ditandai dengan selotip besar yang terlebih dahulu ditulis nama kelompok, tanggal dan waktu serta sampel ke-…...

3. Banyaknya sampel yang diambil adalah lima kali ulangan setiap satu titik pengambilan sampel terdiri dari tiga dimana untuk tiga hari berturut yaitu satu hari adalah satu sampel dan diulang sebanyak lima kali penjelasan dapat dilihat pada tabel dibawah.

4. Gunting selotip/lakband masing ± masing sepanjang delapan sentimeter. Tempelkan di tempat ± tempat yang dipilih yaitu titik pertama 1,5 meter dari bawah, titik kedua + 1 meter dari titik pertama, dan titik ketiga + 1 meter dari titik kedua (untuk diluar ruangan dan atau disesuaikan dengan lokasinya) dan untuk didalam ruangan disesuaikan dengan tinggi ruangan. Misalnya di pagar, tiang listrik, dinding pinggir jalan atau dinding pagar dan dinding dalam ruang. Rekatkan selotip di tempat ± tempat tersebut.

5. Cabut kembali selotip ± selotip tersebut secara hati ± hati6. Isikan pengamatan yang diperoleh ke dalam tabel pengamatan.

Page 4: Praktikum 2 debu

4

7. Gambar kan peta lokasi pengambilan sampel pencemaran udara yang disebabkan oleh debu.

Tabel 1. Pengamatan Dan Lokasi Pengambilan Sampel Diluar Ruangan (Dijalan Arteri Sekunder)

NoLokasi

Keterangan PenjelasanPagar Pembatas Politani disepanjang Jl. Samratulangi

1 Titik pertama dipagar A + - Adanya pepohonan - Dan adanya rumput

ilalang yang tingginya hampir 50 centimeter

Titik kedua dipagar A ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

Titik ketiga dipagar A ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

2 Titik pertama dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

Titik kedua dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

Titik ketiga dipagar B ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

3 Titik pertama dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk proyek bangunan

- Kendaraan pengangkut material

Titik kedua dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk proyek bangunan

- Kendaraan pengangkut material

Titik ketiga dipagar C +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk proyek bangunan

- Kendaraan pengangkut

Page 5: Praktikum 2 debu

5

material

Tabel 1. Lanjutan……

NoLokasi

Keterangan PenjelasanPagar Pembatas Politani disepanjang Jl. Samratulangi

4 Titik pertama dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

Titik kedua dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

Titik ketiga dipagar D ++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Agak dekat dengan proyek bangunan

5 Titik pertama dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk gedung GI dan ML

- Lalu lintas kendaraan roda dua (dominan) dan roda empat

Titik kedua dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk gedung GI dan ML

- Lalu lintas kendaraan roda dua (dominan) dan roda empat

Titik ketiga dipagar E +++ - Tidak terlindungi oleh rumput ilalang

- Pintu masuk gedung GI dan ML

- Lalu lintas kendaraan roda dua (dominan) dan roda empat

Keterangan :+ = sedikit debu++ = banyak debu

Page 6: Praktikum 2 debu

6

+++ = sangat banyak debu

Tabel 2. Pengamatan Dan Lokasi Pengambilan Sampel Didalam Ruangan

NoLokasi

Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria Pinulang Ruang 2.1

1 Titik pertama Dinding A ++ - Dekat dengan lantai - Sirkulasi udara yang

kurang bagus pada saat mmbersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik kedua Dinding A + - Sering tersapu oleh baju dan terjangkau tangan mahasiswa

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik ketiga Dinding A +++ - Jauh dari jangkaun tangan

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

2 Titik pertama Dinding B ++ - Dekat dengan lantai - Sirkulasi udara yang

kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik kedua Dinding B + - Sering tersapu oleh baju dan terjangkau tangan mahasiswa

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik ketiga Dinding B +++ - Jauh dari jangkaun tangan

- Sirkulasi udara kurang

Page 7: Praktikum 2 debu

7

bagus pada saat membersihkan ruang dengan jendela tertutup

Tabel 2. Lanjutan…

NoLokasi

Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria Pinulang Ruang 2.1

3 Titik pertama Dinding C ++ - Dekat dengan lantai - Sirkulasi udara yang

kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik kedua Dinding C + - Sering tersapu oleh baju dan terjangkau tangan mahasiswa

- Dekat dengan jendela- Sirkulasi udara yang

kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik ketiga Dinding C +++ - Jauh dari jangkaun tangan

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

- Diatas jendela4 Titik pertama Dinding D ++ - Dekat dengan lantai

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik kedua Dinding D + - Sering tersapu oleh baju dan terjangkau tangan mahasiswa

- Dekat dengan papan tulis sehingga terjangkau dengan tangan dosen

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada membersihkan atau

Page 8: Praktikum 2 debu

8

menyapu ruang dengan jendela tertutup

Tabel 2. Lanjutan…

NoLokasi

Keterangan PenjelasanGedung Kuliah Satria Pinulang Ruang 2.1

Titik ketiga Dinding D +++ - Jauh dari jangkaun tangan

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

- Diatas papan tulis5 Titik pertama Pintu E ++ - Daun pintu bagian

sebelah dalam - Dekat dengan lantai - Sirkulasi udara yang

kurang bagus pada Membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik kedua Pintu E ++ - Daun pintu bagian sebelah dalam

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Titik ketiga Pintu E +++ - Daun pintu bagian sebelah dalam Jauh dari jangkaun tangan

- Sirkulasi udara yang kurang bagus pada saat membersihkan atau menyapu ruang dengan jendela tertutup

Keterangan :+ = sedikit debu++ = banyak debu+++ = sangat banyak debu

Page 9: Praktikum 2 debu

9

Pertanyaan :1. Tempat mana yang paling banyak debunya…….?2. Titik pengambilan sampel yang mana terdapat banyak debunya, dan makin

tinggi titik pengambilan sampel debu bagaimana jenis debunya…….?3. Tempat mana yang belum begitu tercemar oleh debu…….?4. Menurut pendapat kalian, apa yang dimaksud dengan debu, kalsifikasi debu,

debu yang bagaimana yang berdampak pada manusia, bagaimana cara mengurangi pencemaran udara yang disebabkan oleh debu di daerah yang kalian amati…….?

Jawaban1. Tempat paling banyak debunya adalah:

- Untuk diluar ruangan terutama di jalan yang paling banyak debunya adalah dekat dengan lokasi kegiatan proyek yang dikarenakan aktifitas manusia yang tinggi sehingga debu disekitarnya tidak dihiraukan serta aktifitas kendaraan berat yang mengangkut material menghasilkan debu terutama pada ban dan dekat dengan knalpot kendaraan.

- Untuk didalam ruangan secara keseluruhan banyak terdapat debu dikarenakan pada saat membersihkan ruangan sirkulasi udara sangat tidak bagus atau dapat dikatakan ruangan disapu atau dibersihakan dalam keadaaan jendela atau ventelasi udara tertutup.

2. Titik pengambilan sampel yang paling banyak debunya:- Untuk aktifitas dekat dengan proyek biasanya setiap titik pengambilan

sampel banyak terdapat debu dikarenakan tidak terhalangi oleh tumbuh-tumbuhan dan sirkulasi udara yang tidak bagus karena terhalang oleh adanya tumpukkan material-material bangunan.

- Yang paling banyak debu adalah dekat dengan lantai dan diatas atau dekat dengan plapon dikarenakan jauh dari jangkauan aktifitas manusia untuk dekat dengan plapon dan dekat dengan daerah lantai yang disapu.

3. Tempat yang tidak tercemar oleh debu adalah tempat yang jauh dari aktifitas kegiatan proyek dan kendaraan bermotor dan sirkulasi udara saat melakukan kegiatan kebersihan atau menyapu dalam keadaan baik

4. Dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

Page 10: Praktikum 2 debu

10

PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH DEBU

Pencemaran UdaraUdara merupakan campuran berbagai macam gas yang terdapat pada

lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan, karena masih ada zat-zat atau bahan-bahan atau komponen lain yang masuk sehingga komposisi udara tersebut berubah. Penambahan benda–benda (partikel) atau gas – gas asing di luar ketentuan komposisi alamiah maupun penambahan komponen dalam jumlah yang berlebihan, sekalipun sama dengan komponen udara atmosfer dapat mengakibatkan suatu proses yang disebut polusi atau pencemaran udara (Ryadi, 1988).

Pencemaran udara dapat bersumber dari beberapa gas seperti sulfur dioksida, hydrogen sulfida dan karbon monoksida yang selalu bebas di udara sebagai produk sampingan dari proses – proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan dan sebagainya. Selain itu, partikel – partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh angina, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992).

Polusi udara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Dampak buruk polusi udara pada kesehatan mulai banyak dibicarakan setelah timbulnya beberapa kejadian di Belgia tahun 1930, di Pennsylvania tahun 1948 dan di London pada tahun 1952. Pada kejadian–kejadian tersebut, timbul stagnansi udara yang mengakibatkan peningkatan jumlah bahan polutan di udara, khususnya sulfur dioksida dan partikel lainnya dengan peningkatan angka kematian secara tajam (Aditama, 1992).

Fardiaz, (1992) membedakan jenis polutan udara primer atau polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya menjadi lima kelompok, yaitu karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan partikel. Toksisitas kelima kelompok polutan tersebut berbeda-beda, polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel.

Pencemaran udara pada prinsipnya dapat terjadi dimana saja termasuk areal pertukangan kayu. Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara dari keadaan normal. Penyebab pencemaran udara beragam baik secara alamiah maupun pencemaran karena ulah manusia. Pencemaran udara pada areal pertukangan kayu dapat bersumber secara alamiah, seperti debu yang berterbangan akibat tiupan angin, dan dari aktivitas mesin- mesin yang mengeluarkan angin dan menyebabkan debu berterbangan, baik dalam maupun luar ruangan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di areal pertukangan kayu yang berpotensi terhadap pencemaran udara adalah melalui proses pemotongan, pengetaman dan penghalusan atau pengamplasan (Whardana, 2001).

Sifat dan Karakteristik Debu

Page 11: Praktikum 2 debu

11

Debu adalah partikel-partikel zat yang disebabkan oleh pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat padat dan sebagainya (Suma’mur, 1988). Debu umumnya berasal dari gabungan secara mekanik dan meterial yang berukuran kasar yang melayang-layang di udara yang bersifat toksik bagi manusia. Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:1. Sifat Pengendapan, adalah sifat debu yang cendrung selalu mengendap

proporsi partikel yang lebih daripada yang ada di udara.2. Sifat Permukaan Basah, Permukaan debu akan cendrung selalu basah,

dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu di dalam tempat kerja.

3. Sifat Penggumpalan, oleh karena permukaan debu yang selalu basah maka dapat menempel antara debu satu dengan yang lainnya sehingga menjadi menggumpal Turbuelensi udara membantu meningkatkan pembentukkan gumpalan.

4. Sifat Listrik Statis, sifat listrik statis yang dimiliki partikel debu dapat menarik partikel lain yang berlawanan sehingga mempercepat terjadinya proses penggumpalannya.

5. Sifat Optis, partikel debu yang basah/lembab dapat memancarkan sinar sehingga dapat terlihat di dalam kamar yang gelap.

Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz, 1992).

Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan terutama terjadi pada sistem pernafasan. Faktor lain yang paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel ke dalam pernafasan. Debu-debu yang berukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh jalan pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah jalan pernafasan (Yunus, 1997).

Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap, gas atau kabut yang berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru bila terinhalasi selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung sampai alveoli menampung 14.000 liter udara di tempat kerja selama 40 jam keja satu minggu (Aditama, 2006).

American Lung Association membagi penyakit paru akibat kerja mejadi dua kelompok besar : Pneumoconiosis disebabkan karena debu yang masuk ke dalam paru serta penyakit hipersensitivitas seperti asma yang disebabkan

Page 12: Praktikum 2 debu

12

karena reaksi yang berlebihan terhadap polutan di udara (Suma’mur, 1996).

Jenis debuJenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya

perbedaan daya larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan berbeda pula. Faridawati (1995) mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan anorganik, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Jenis Debu Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Kesehatan Pada Manusia.

No. Jenis Debu Contoh (Jenis Debu)I Organik

a. Alamiah1. Fosil2. Bakteri3. Jamur4. Virus5. Sayuran6. Binatang

b. Sintesis1. Plastik2. Reagen

Batu bara, karbon hitam, arang, granitTBC, antraks, enzim, bacillus Histoplasmosis, kriptokokus, thermophilic Cacar air, Q fever, psikatosisPadi, gabus, serat nanas, alang-alangKotoran burung, ayam

Politetrafluoretilen, toluene diisosianatMinyak isopropyl, pelarut organik

II Anorganika. Silika bebas

1. Crystaline2. Amorphous

b. Silika1. Fibosis2. Lain-lain

c. Metal1. Inert2. Bersifat keganasan

Quarz, trymite cristobaliteDiatomaceous earth, silica gel

Asbestosis, sillinamite, talkMika, kaolin, debu semen

Besi, barium, titanium, alumunium, sengArsen, kobal, nikle, uranium, khrom

Sumber-Sumber DebuDebu yang terdapat di dalam udara terbagi dua, yaitu deposite

particulate matter adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena ada daya tarik bumi. Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap (Yunus, 1997). Sumber- sumber debu dapat berasal dari udara, tanah, aktivitas mesin maupun akibat aktivitas manusia yang tertiup angin.

Pengukuran Kadar Debu di UdaraPengukuran kadar debu di udara bertujuan untuk mengetahui apakah

Page 13: Praktikum 2 debu

13

kadar debu pada suatu lingkungan kerja berada konsentrasinya sesuai dengan kondisi lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi pekerja. Dengan kata lain, apakah kadar debu tersebut berada di bawah atau di atas nilai ambang batas (NAB) debu udara. Hal ini penting dilaksanakan mengingat bahwa hasil pengukuran ini dapat dijadikan pedoman pihak pengusaha maupun instansi terkait lainnya dalam membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja, sekaligus menekan angka prevalensi penyakit akibat kerja.

Pengambilan/pengukuran kadar debu di udara biasanya dilakukan dengan metode gravimetric, yaitu dengan cara menghisap dan melewatkan udara dalam volume tertentu melalui saringan serat gelas/kertas saring. Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengambilan sampel debu total (TSP) di udara seperti:1. High volume air sampler, alat ini menghisap udara ambien dengan pompa

berkecepatan 1,1 - 1,7 m³/menit, partikel debu berdiameter 0,1-10 mikron akan masuk bersama aliran udara melewati saringan dan terkumpul pada permukaan serat gelas. Alat ini dapat digunakan untuk pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 - 8 jam.

2. Low volume air sampler, alat ini dapat menangkap debu dengan ukuran sesuai yang kita inginkan dengan cara mengatur flow rate 20 liter/menit dapat menangkap partikel berukuran 10 mikron. Dengan mengetahui berat kertas saring sebelum dan sesudah pengukuran maka kadar debu dapat dihitung.

3. Low volume dust sampler, alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low volume air sampler.

4. Personal Dust Sampler (LVDS), alat ini biasa digunakan untuk menentukan Respiral Dust (RD) di udara atau debu yang dapat lolos melalui filter bulu hidung manusia selama bernafas. Untuk flow rate 2 liter/menit dapat menangkap debu yang berukuran < 10 mikron. Alat ini biasanya dugunakan pada lingkungan kerja dan dipasang pada pinggang pekerja karena ukurannya yang sangat kecil.

Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk DebuNilai ambang batas (NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja

yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.

Nilai ambang batas kadar debu yang ruangan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999, dan disesuaikan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002, pada lampiran I tentang Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan lingkungan kerja perkantoran. Adapun kandungan

Page 14: Praktikum 2 debu

14

debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran debu rata-rata 8 jam adalah 0,15mg/m³.Pengaruh Debu Terhadap Kesehatan Manusia

Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda (Pujiastuti, 2002).

Ada tiga cara masuknya bahan polutan seperti debu dari udara ke tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingesti, dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan dari udara dapat menyebabkan gangguan di paru dan saluran nafas. Bahan polutan yang cukup besar tidak jarang masuk ke saluran cerna. Selain itu juga batuk merupakan suatu mekanisme untuk mengeluarkan debu-debu tersebut. Bahan polutan dari udara juga dapat masuk ketika makan atau masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara juga dapat menjadi pintu masuk bahan polutan di udara, khusunya bahan organik dapat melakukan dan dapat menimbulkan efek sistemik (Aditama, 1992).

Paparan debu di udara selain mengganggu jalan pernafasan dapat pula memberikan dampak negatif lain apabila ditinjau dari aspek biologisnya. Menurut Riyadina (1996), efek biologis paparan debu di udara terhadap kesehatan manusia atau pekerja terdiri dari:1. Efek fibrogenik, debu fibrogenik sebagai debu respirabel dari kristal silika

(asbestos), debu batubara, debu berrylium, debu talk, dan debu dari tumbuhan. Konsentrasi massa dari sisa debu yang respirabel sebagai faktor tunggal yang paling penting pada perkembangan/kemajuan keparahan pneumokoniosis pada pekerja.

2. Efek iritan, pengaruh iritan dari debu yang berbeda tidak spesifik, sehingga keadaan ini tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pengaruh dari debu. Tetapi secara klinis atau dengan tes fungsional ataupun pemeriksaan secara morfologi dapat diperlihatkan kasus dimana efek yang timbul berasal dari debu.

3. Efek alergi, debu dari tumbuhan hewan mempunyai sifat dapat meningkatkan reaksi alergi. Beberapa reaksi kekebalan biasanya membentuk respon secara psikologi berupa iritasi. Secara patologi dapat ditentukan melalui tes alergi sebagai penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan yang umumnya berupa asma bronchial. Debu organik yang menyebabkan alergi meliputi tepung, pollen (serbuk sari), rambut hewan, bulu unggas, jamur, cendawan dan serangga.

4. Efek karsinogenik, penyebab yang berperan penting dalam pertumbuhan kanker pada manusia adalah debu asbestos, arsenik, chromium dan nikel. Akan tetapi, penyebab tersebut kurang lebih 2000 substansi kimia diketahui sebagai penyebab timbulnya kanker.

5. Efek sistemik toksik, banyak substansi yang berbahaya menyebabkan efek sistemik toksik sebagai hasil dari debu yang masuk melalui sistem

Page 15: Praktikum 2 debu

15

saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan, menunjukkan efek sistemik toksik yang jelas.

6. Efek pada kulit, partikel-partikel debu yang berasal dari material yang berbentuk pita dan tebal seperti fiberglass, dan material tahan api sering sebagai penyebab dermatitis.

Beberapa faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan akibat paparan debu bagi pekerja di ruang kerja. Menurut Yunus (1997) dan Suma’mur (1996), dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan atau penyakit akibat pekerja yang bekerja di ruangan akibat paparan debu adalah :1 Faktor Fisik, meliputi : Jenis bahan, Ukuran Partikel, Bentuk Partikel,

Daya penetrasi, Konsentrasi, Daya larut, Luas permukaan (Higroskopisitas), Lama waktu paparan dan Turbulensi udara.

2 Faktor Kimia, meliputi : Tingkat keasaman dan kebasahan (Alkalinitas), Kecendrungan untuk bereaksi dengan bahan dalam paru-paru, dan jenis persenyawaan.

3 Faktor Individual Pekerja, meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Anatomi dan fisiologi, Daya tahan tubuh (Immunologis), Genetik, dan Emosi (Psikologis), Keadaan gizi, Kepekaan tubuh, Motivasi kerja dan pengaruh lingkungan (Habituasi).

Tergantung dari lamanya paparan dan kepekaan individual terhadap debu, berbagai gangguan atau penyakit dapat timbul pada pekerja. Debu yang masuk ke dalam saluran pernafasan menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan non spesifik berupa bersin dan batuk. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah pekerja terpapar selama bertahun-tahun. Penyakit akibat paparan debu yang lain seperti asma kerja, bronchitis industri. Umumnya penyakit paru akibat debu mempunyai gejala dan tanda yang mirip dengan penyakit paru lainnya yang tidak disebabkan oleh debu di tempat kerja. Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan anamnesis yang teliti meliputi riwayat pekerjaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan, karena penyakit biasanya baru timbul setelah paparan yang cukup lama. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu terhadap paru diperlukan untuk dapat mengenali kelainan yang terjadi serta cara melakukan pencegahan (Yunus, 1997).

Pengendalian Paparan Debu di Ruangan KerjaMenurut Siswanto, sebagaimana yang dikutip oleh Simatupang (2005)

bahwa pengendalian yang paling efektif adalah pengendalian secara tehnik dan merupakan alternatif pertama yang dianjurkan. Pengendalian secara tehnik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin-mesin pemotong kayu dengan alat penghisap debu. Kemudian alat penghisap debu tersebut dihubungkan pipa dan keseluruhan alat ini bekerja secara otomatis. Riyadina (1996), membagi upaya pencegahan terhadap paparan debu dari lingkungan kerja menjadi 2 macam yaitu melalui pengukuran secara tehnis dan pemeriksaan

Page 16: Praktikum 2 debu

16

secara medis dengan penjelasan sebagai berikut ini:1. Pengukuran secara teknis, kondisi lingkungan kerja perlu dikontrol dengan

melakukan pengukuran kadar debu udara untuk jangka waktu tertentu dan dilakukan secara kontinu, khususnya di tempat yang potensial menghasilkan debu. Monitor terhadap konsentrasi debu udara sangat penting untuk mengetahui kadarnya apakah berada di bawah atau di atas nilai ambang batas debu udara. Selanjutnya usaha agar konsentrasi/kadar debu tidak melampaui batas, maka dengan pemasangan alat penyedot dan pengatur udara akan sangat membantu untuk kontrol debu udara pada suatu ruangan. Untuk proteksi bagi pekerja dengan kondisi lingkungan yang potensial menghasilkan debu yang banyak, diharuskan memakai alat pelindung diri terutama alat pelindung pernafasan berupa masker. Masker yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan ukurannya sehingga pemakaian masker tidak mengganggu aktivitas dan kenyamanan pemakainya.

2. Pemeriksaan secara medis, pemeriksaan secara medis dilakukan dengan pemeriksaan status kesehatan pekerja yang terpapar secara teratur dan biasanya dilakukan oleh dokter perusahaan. Upaya ini merupakan suatu langkah untuk mengetahui dan memonitor kondisi kesehatan pekerja serta sebagai suatu deteksi awal terhadap masalah kesehatan yang mungkin ditemui. Pemeriksaan kesehatan yang lengkap akan memberikan bukti yang akurat dari pekerja yang terpapar sehingga dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosa penyakit yang timbul akibat kerja. Umumnya pencegahan paparan debu ataupun kadar debu di ruangan kerja dapat dilakukan dengan cara ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruangan kerja melalui jendela dan pintu, ventilasi lokal dengan cara menghisap debu dari tempat sumber debu yang dihasilkan dengan menggunakan pompa hisap. Selain itu, Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menghindari masuknya debu organik yang ada di udara ke dalam paru pekerja dengan jalan penggunaan alat pelindung diri (masker) pada pekerja yang bekerja di tempat tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sembiring (1999) dalam Khumidal, (2009) bahwa penggunaan masker dengan ukuran 3-5 µ dapat menurunkan kadar debu yang masuk ke paru-paru pekerja hingga 87,6%. Alat pelindung pernafasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 17: Praktikum 2 debu

17

Gambar 1. Alat Pelindung Pernafasan

Page 18: Praktikum 2 debu

18

GAMBAR-GAMBAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEBU

Gambar 1. Debu Yang Dihirup Oleh Manusia

Gambar 2a. Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian

Page 19: Praktikum 2 debu

19

Gambar 2b.Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian

Gambar 2c. Debu Vulkanik Yang Menutupi Tanaman Pertanian

Page 20: Praktikum 2 debu

20

Gambar 3. Debu Pada Pertambangan Batubara

Gambar 3a. Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Yang Berdampak Pada Pejalan Kaki

Page 21: Praktikum 2 debu

21

Gambar 3b.Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah

Gambar 3c. Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah

Page 22: Praktikum 2 debu

22

Gambar 3d.Debu Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor Pada Jalan Tanah

Gambar 3d.Debu Vulkanik Yang Berkibat Pada Aktivitas Kendaraan Bermotor

Page 23: Praktikum 2 debu

23

REFERENSIAditama, Tjandra Yoga, 1992. Polusi Udara dan Kesehatan, Arcan, Jakarta.Allport, G, W. 1945. The Nature of Prejudice. Oxford: Addision-WeslyArya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak pencemaran lingkungan.Yogyakarta.

Penerbit Andi.Budiono, Sugeng, 2003. Higiene Perusahaan Dalam Bunga Rampai Hiperkes dan

K3 2ndFardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. YogyakartaFaridawati R., Yunus F., Aditama T.Y., Mangunnegoro H., Mamdy 2., 1997.

Prevalensi Penyakit Bronkitis Kronih Empise mo & Asma Kerja pada pekerja di PT. Krakatau Steel, J Respirologi Indonesia

Khumidal. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Tesis UNDIP-Semarang.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Diakses tanggal 6 januari 2011. http://digilib-ampl.net/file/pdf/Kepmenkes_No_1405_Tahun_2002.pdf

Mary Hardin and Ralph Kahn. "Aerosols and Climate Change". http://earthobservatory.nasa.gov/Features/Aerosols/.American Association for Aerosol Researc

Natoatmodjo S, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Natoatmodjo S, 2007. Promosi Kesehatan. Rineka CiptaPuji Astuti, Wiwiek, Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan

Kesehatan Kerja, Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2002.Riyadina, Woro, 1996. Efek Biologis Dari Paparan Debu, Media penelitian dan

pengembangan Kesehatan Vol.VI No. 1, Jakarta.Ryadi, S. 1982. Pencemaran Udara. Surabaya : Usaha NasionalSimatupang, Roy Pita Juliana, 2005. Pengukuran Kadar Debu Kayu dan

Hubungannya Dengan Kesehatan Pekerja PT. Tropical Wood Indotama Tanjung Morawa, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sitepu, Ernawati. 2002. Analisis Kuantitatif Debu Pada Beberapa Kilang Padi Di Desa Paya Bakung Kabupaten Deli Serdang. Skripsi FKM USU Medan

Suma”mur, 1998. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Toko Gunung Agung, Jakarta

Yunus, Faisal, 1997. Dampak Debu Industri Pada Paru Pekerja dan Pengendaliaannya, Cermin Dunia Kedokteran No. 115, Jakarta.