26
POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER ANTIBODI AKIBAT PEMBERIAN CEKAMAN PANAS DAN METILPREDNISOLON PADA PUYUH (Coturnix coturnix Japonica) RAYHAN DIKA ARFAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018

POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

  • Upload
    lekhanh

  • View
    233

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER

ANTIBODI AKIBAT PEMBERIAN CEKAMAN PANAS DAN

METILPREDNISOLON PADA PUYUH

(Coturnix coturnix Japonica)

RAYHAN DIKA ARFAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 2: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Propolis

Mengatasi Penurunan Titer Antibodi Akibat Pemberian Cekaman Panas dan

Metilprednisolon pada Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Rayhan Dika Arfan

NIM B04140073

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 3: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

ABSTRAK

RAYHAN DIKA ARFAN. Potensi Propolis Mengatasi Penurunan Titer Antibodi

Akibat Pemberian Cekaman Panas dan Metilprednisolon pada Puyuh (Coturnix

Coturnix Japonica). Dibimbing oleh ELOK BUDI RETNANI dan KOEKOEH

SANTOSO.

Propolis mengandung beberapa senyawa seperti flavonoid, asam ester fenolat,

terpenoid, dan steroid yang berpotensi mempengaruhi respon kekebalan tubuh

sebagai imunostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi propolis

mengatasi penurunan titer antibodi akibat pemberian cekaman panas dan pemberian

metilprednisolon pada puyuh. Penelitian ini menggunakan 64 ekor puyuh betina

pada dua cekaman, yaitu perlakuan cekaman panas (umur 7-8 minggu) dan

pemberian Metilprednisolon (umur 16-20 minggu). Semua puyuh tersebut dibagi

menjadi empat perlakuan, yaitu cekaman panas 35⁰C dengan antigen ND, cekaman

panas 35⁰C dengan antigen sel darah merah domba (SDMD) 1%, Pemberian

Metilprednisolon jangka pendek dengan antigen ND, dan Pemberian

Metilprednisolon jangka panjang dengan anitgen SDMD 1%. Masing-masing

perlakuan dibagi lagi berdasarkan kelompok dosis propolis yang terdiri dari 4 ekor

puyuh, yaitu kelompok yang hanya diberi cekaman (Cekaman panas/

Metilprednisolon) dan kelompok dengan propolis dosis bertingkat dimulai dari 1x

dosis, 2x dosis, dan 4x dosis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberian

propolis secara signifikan (P<0.05) meningkatkan pembentukan antibodi terhadap

antigen SDMD 1% pada perlakuan Metilprednisolon jangka panjang dengan

kelompok dosis propolis 2.32 mg/0,16 kgbb. Sedangkan pada ketiga perlakuan

lainya menunjukan peningkatan pembentukan antibodi secara tidak signifikan

(P>0.05). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan pemberian propolis dapat

meningkatkan respon pembentukan antibodi pada puyuh yang mengalami stres

akibat cekaman.

Kata kunci: antibodi, cekaman panas, metilprdnisolon, propolis.

Page 4: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

ABSTRACT

RAYHAN DIKA ARFAN. Potention of Propolis to Resolved Decreases Antibodies

Titer Due to Heat Stress and Methylprednisolone On Japanese Quail (Coturnix

Coturnix Japonica). Supervised by ELOK BUDI RETNANI and KOEKOEH

SANTOSO.

Propolis contains some compounds such as flavonoids, phenolic acid esters,

terpenoids, and steroids which potentially affect the immune response as

immunostimulants. This study aims to learn about potentiality of propolis to

overcome the decline of antibody titer due to provision of heat stress and

methylprednisolone in quail. This study used 64 female quails on two stressors,

treated with heat stress (aged 7-8 weeks) and treated with methylprednisolone

(aged 16-20 weeks). All these quail were divided into four treatments, heat stress

(35⁰C) with ND antigen, heat stress (35⁰C) with Sheep red blood cells (SRBC) 1%

antigen, Short-term Methylprednisolone with ND antigen, and Long-Term

Methylprednisolone with SRBC 1% antigen. Each treatment was subdivided based

on propolis dose groups consisting of 4 quails, which are: the group that were given

stress (heat stress/ methylprednisolone) and the group with propolis multilevel

doses starting from dose 1x, dose 2x, and dose 4x. Results of this research showed

that propolis significantly (P<0.05) increased antibody formation against SRBC

1% antigen on long-term Metilprednisolone treatment with propolis dose group

2.32 mg/0,16 kgbw. While in the other three treatments showed an increased

formation of antibodies were not significant (P>0.05). Based on this research

results, it can be concluded that propolis treatment can improve the response of

formation antibodies in the quail who run into stress due to stressors.

Keywords: antibody, heat stress, methylprednisolone, propolis.

Page 5: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER

ANTIBODI AKIBAT PEMBERIAN CEKAMAN PANAS DAN

METILPREDNISOLON PADA PUYUH

(Coturnix coturnix Japonica)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

RAYHAN DIKA ARFAN

Page 6: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus
Page 7: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2018 ini ialah

Potensi Propolis Mengatasi Penurunan Titer Antibodi Akibat Pemberian Cekaman

Panas dan Metilprednisolon Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drh. Elok Budi Retnani, MS

dan Dr. Drh. Koekoeh Santoso selaku pembimbing atas segala bimbingan,

pengarahan, dukungan, nasihat, serta kesabarannya selama penelitian sampai akhir

penulisan skripsi ini. Seluruh staf Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi

Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

yang telah membantu selama pengumpulan data. Penulis mengungkapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Bapak Tridadi dan Ibu Karniti,

beserta kakak Azhar Hasna Rany atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang yang

diberikan. Teman-teman bimbingan penelitian Riky, Nanda, Jeni, Inda, Ratu, Risna,

Odi, dan Faldy atas dukungan, bantuan, dan kerjasamanya selama penelitian

berlangsung. Teman penyemangat selama masa perkuliahan Deanty Chairunnisa,

Egi, Yusa, Argo, Irwan, Meme, Riya, JSH Community dan seluruh angkatan FKH

51 yang bersedia membantu dan menemani perjalanan saat masa perkuliahan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan berguna bagi Penulis dan Pembaca, serta

untuk kemajuan di bidang kedokteran hewan..

Bogor, Agustus 2018

Rayhan Dika Arfan

Page 8: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Puyuh dan Immunitas Unggas 2

Immunosupresi dan stres pada Unggas 3

Propolis 3

METODE 4

Waktu dan Lokasi Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Prosedur Penelitian 4

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Respon Pembentukan Antibodi pada Pemberian Cekaman Panas 35⁰C 7

Respon Pembentukan Antibodi pada Pemberian Metilprednisolon 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

RIWAYAT HIDUP 16

Page 9: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

DAFTAR TABEL

1 Titer antibodi terhadap ND pada puyuh yang diberi cekaman panas

35⁰C dan propolis 8 2 Titer antibodi terhadap SDMD 1% pada puyuh yang diberi cekaman

panas 35⁰C dan propolis 8

3 Titer antibodi terhadap ND pada puyuh yang diberi metilprednisolon

jangka pendek dan propolis 10 4 Titer antibodi terhadap SDMD 1% pada puyuh yang diberi

metilprednisolon jangka panjang dan propolis 10

DAFTAR GAMBAR

1 Desain penelitian untuk pengambilan sampel 5

Page 10: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus
Page 11: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Puyuh (Coturnix coturnix Japonica) merupakan salah satu jenis unggas yang

dimanfaatkan daging dan telur menjadi sumber protein hewani. Puyuh memiliki

kemampuan produktifitas yang tinggi, pemeliharaan yang singkat, dan investasi

rendah dalam pemeliharaannya (Wuryadi 2013). Puyuh mudah mengalami stres

akibat kemampuan produktifitasnya yang tinggi. Kondisi stres pada puyuh dapat

dipengaruhi oleh lingkungan seperti perubahan cuaca, pemindahan kandang dan

kepadatan populasi. Stres merupakan gangguan yang berdampak negatif pada

kesejahteraan hewan dan mempengaruhi respon biologis serta mengganggu

homestasis tubuh hewan. Tingginya suhu lingkungan adalah salah satu stres yang

dapat mengakibatkan penurunan imunitas pada unggas (Niu et al. 2009). Beberapa

organ limfoid pada unggas mengalami penurunan bobot akibat suhu lingkungan

yang tinggi, sehingga produksi limfosit mengalami penurunan mengakibatkan

jumlah antibodi yang dihasilkan oleh limfosit menjadi lebih rendah (Kusnadi 2009).

Selain itu, peningkatan kadar hormon stres yang muncul akibat stres seperti hormon

glukokortikoid pada unggas berpengaruh buruk pada kesehatan dan pertumbuhan

unggas (Nesheim et al. 2005), karena dapat menggangu fungsi kekebalan dan

jaringan limfoid (Virden & Kidd 2009). Metilprednisolon diketahui merupakan

kortikosteroid sintetik yang dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif lewat

aktivitasnya yang berikatan dengan reseptor glukorikortikoid pada sel hewan

(Dharma et al. 2015)

Antibodi merupakan efek nyata dari respon kekebalan humoral yang

berinteraksi spesifik terhadap antigen. Antibodi akan meningkat dengan aktivitas

sel fagosit untuk menangkap dan memusnahkan antigen, mencegah perlekatan

antigen pada sel agar tidak terjadi infeksi (Baratawidjaja 2014). Gangguan pada

lemahnya sistem imun akibat imunosupresan berpengaruh terhadap penurunan

produktivitas dari unggas. Kondisi imunosupresan akibat efek pemberian cekaman

panas dan kortikosteroid sintetik pada unggas diduga dapat dipulihkan dengan

bahan tambahan pakan yang bersifat imunostimulan seperti propolis. Menurut

Custadio et al. (2003), aktivitas propolis dapat digunakan sebagai antimikroba,

antiviral, antiinflamasi, antitumor, hepatoprotektor dan imunostimulan. Propolis

berpotensi sebagai antioksidan sebab dapat menangkap radikal hidroksi dan

superoksida kemudian menetralkannya. Propolis melindungi sel dan

mempertahankan keutuhan struktur sel dan jaringan serta dapat melindungi

membran lipid terhadap reaksi radikal bebas yang merusak (Cottica et al. 2011).

Saat ini informasi terkait cara meningkatkan sistem imunitas unggas masih terbatas

terutama pada respon pembentukan antibodi. Oleh karena itu, penelitian ini sangat

penting dilakukan untuk mempelajari potensi propolis sebagai sediaan

imunostimulan terhadap cekaman yang diberikan pada puyuh.

Page 12: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan potensi propolis untuk mengatasi

penurunan titer antibodi pada puyuh melalui:

1. Respon pembentukan antibodi terhadap ND pada pemberian cekaman panas

35⁰C dan Metilprednisolon, serta

2. Respon pembentukan antibodi terhadap SDMD pada pemberian cekaman panas

35⁰C dan metilprednisolon.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang potensi

propolis untuk mengatasi penurunan titer antibodi akibat pemberian cekaman pada

puyuh.

TINJAUAN PUSTAKA

Puyuh dan Immunitas Unggas

Secara ilmiah burung puyuh dikenal dengan nama Coturnix-coturnix

Japonica. C. Japonica ditemukan pada abad ke-delapan di jepang dengan sebutan

burung jepang liar (Wuryadi 2013). Puyuh (Coturnix coturnix Japonica)

merupakan salah satu jenis unggas dengan ukuran tubuh yang relatif kecil. Vali

(2008) burung puyuh betina dan jantan dapat dibedakan dengan melihat warna bulu

yang dimilikinya. Puyuh betina dewasa memiliki bulu dengan warna yang pucat

dengan bitnik-bintik gelap, sedangkan puyuh jantan dewasa memiliki warna bulu

yang gelap dan seragam pada bagian dada serta pipi. Puyuh sama seperti unggas

lainnya yang dapat terserang penyakit infeksius dan penyakit non infeksius.

Penyakit non infeksius adalah penyakit bukan dari agen infeksi misalnya akibat

defisiensi nutrisi, defisiensi vitamin, defisiensi mineral dan keracunan pakan

(Triakoso 2009). Penyakit infeksius disebabkan oleh agen infeksius antara lain

koryza (Snot), tetelo (Newcastle Disease), berak putih (Pullorum), Avian Influenza

(AI), dan Quail bronchitis (Abidin dan Mulyono 2005).

Organ limfoid dapat dibedakan menjadi limfoid primer dan sekunder (Liu

et al. 2009). Unggas dewasa memiliki dua organ limfoid primer, yaitu timus dan

bursa fabricius. Bursa fabricius merupakan tempat diferensiasi dan pematangan sel

limfosit B (Letran et al. 2011). Sistem kekebalan unggas dibagi menjadi sistem

kekebalan non-spesifik dan kekebalan spesifik. Sistem kekebalan non-spesifik,

yaitu barrier fisik dan kimia (bulu, kulit, mukosa); sel fagosit (makrofag, NK,

neutrofil, heterofil ); protein komplemen dan mediator peradangan dan sitokin dapat

menimbulkan respon kekebalan yang bersifat cepat dan paling awal dalam

pertahanan terhadap infeksi mikroorganisme (Ferdous et al. 2008). Menurut

Mazengia et al. (2009), sistem kekebalan spesifik merespon antigen secara spesifik

melalui reaksi antigen dan antibodi, membentuk sel T dan sel B memori terhadap

antigen pemaparnya. Limfosit B tetap dalam keadaan tidak aktif di dalam jaringan

limfoid. Antigen masuk ke dalam tubuh akan mengaktifkan makrofag yang terdapat

dalam jaringan limfoid untuk melakukan fagositosis dan membawanya ke limfosit

Page 13: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

3

B didekatnya. Antigen tersebut juga mengaktifkan sel T-helper pada saat yang

bersamaan. Sel limfosit B yang sudah terpapar antigen dalam organ limfoid

sekunder akan berdiferensiasi dan berproliferasi menjadi sel plasma penghasil

immunoglobulin (antibodi) sebagai sistem kekebalan humoral (Wibawan dan

Soejoedono 2003).

Immunosupresi dan stres pada Unggas

Imunosupresi adalah suatu kondisi melemahnya sistem pertahanan tubuh

yang ditandai dengan penurunan respon pembentukan antibodi akibat kerusakan

organ limfoid. Imunosupresi dapat disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan,

infeksi virus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan kortikosteroid yang bersifat

sitotoksik, dan penyakit tumor (Radji 2010). Penurunan jumlah antibodi dalam

tubuh menyebabkan agen penyakit akan lebih mudah masuk dan menginfeksi tubuh

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan dan produksi. Tanda-tanda terjadinya

kasus imunosupresi adalah penurunan performa produksi, penurunan bobot tubuh,

tingginya konversi pakan, banyaknya ayam kerdil, dan kematian yang tinggi dalam

flock peternakan (Tetty 2002).

Paparan stressor dapat mengaktivasi hypothalamicpituitary-adrenal

system/ HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus untuk mensekresikan

corticotrophin releasing hormone (CRH). CRH akan memberi sinyal kepada

kelenjar hipofise untuk memproduksi adreno-corticotropic hormone (ACTH), yang

kemudian merangsang korteks adrenal untuk menseksresikan hormon

kortikosteroid. Kortisol adalah kortikosteroid yang paling utama pada mamalia,

sedangkan kortikosteron adalah kortikosteroid utama pada bangsa aves (Virden &

Kidd 2009). Menurut Mashaly et al. (2004), cekaman panas dapat menganggu

pembentukan sel-sel imun, hal ini disebabkan karena meningkatnya pembentukan

hormon-hormon stres. Peningkatan hormon dalam tubuh adalah kortikosteron dan

kortisol, sedangkan penurunan hormon adalah adrenalin dan tiroksin dalam darah

(Sohail et al. 2010). Kortisol dan kortikosteron merupakan adrenal cortical

hormone major yang tergolong glucocorticoids yang berfungsi dalam proses

glycolysis, gluconeogenesis, dan lipolysis. Kortikosteroid sintetik yang digunakan

sebagai obat antiinflamasi dapat mengakibatkan terjadinaya penurunan sistem

immunitas tubuh. Metilprednisolon adalah kortikosteroid sintetik yang dapat

digunakan untuk menginduksi terjadinya stres. Aktivitas dari metilprednisolon

akan menyebabkan kematian sel akibat ikatannya dengan resptor glukokortikoid

pada sel hewan (Dharma et al. 2015).

Propolis

Propolis merupakan suatu zat yang dihasilkan lebah madu. Propolis adalah

sejenis resin yang karena teksturnya lengket seperti lem disebut sebagai lem lebah

(bee glue) (Hasan 2010). Resin dikumpulkan dari kuncup, kulit atau bagian lain

dari tumbuhan, kemudian resin dicampur dengan saliva dan enzim pada lebah

sehingga menjadi resin baru yang berbeda dengan resin asalnya (Pereira et al. 2002).

Sifat aktivitas biologis dari propolis berhubungan dengan asal tumbuhan (Salatino

et al. 2005). Propolis merupakan produk hasil hewan tetapi memiliki komponen

penyusun yang sebagian besar merupakan turunan dari tumbuhan. Kumazawa et al.

Page 14: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

4

(2004) mengemukakan bahwa flavonoid pada propolis dipastikan memiliki asal

usul sebagaimana flavonoid pada tumbuhan. Senyawa kimia lain yang terdapat

pada propolis diantaranya, asam ester fenolat, terpenoid, dan steroid. Propolis

mengandung karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Mineral yang

terkandung dalam propolis adalah Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Cu, dan Zn (Bankova et al.

2000). Vitamin yang terkandung dalam propolis adalah B1, B2, B6, A, C, E, asam

nikotinik dan asam pantotenik.

Resin mengandung flavonoid, fenol, dan berbagai asam. Flavonoid yang

terkandung dalam propolis selain bersifat sebagai antioksidan yang dapat mencegah

infeksi, juga bersifat menumbuhkan jaringan. Flavonoid juga memberikan efek

antibiotik alami yang kuat. Hal inilah yang dapat menyembuhkan atau mengurangi

rasa sakit, menghentikan peradangan, menetralkan racun, dan memperkuat sistem

kekebalan tubuh. Caffeic acid phenethyl ester (CAPE) adalah komponen biologis

aktif dari propolis yang memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh

(imunostimulan) dan memililiki kesamaan struktur dengan flavonoid (Siregar et al.

2011). Kandungan asam amino yang terbanyak yaitu arginin dan prolin (45.8%).

Zat besi dan kalsium merupakan mineral terbanyak yang terkandung dalam propolis,

berfungsi sebagai pembentuk kekebalan tubuh (Wade 2005). Propolis juga

mengandung beberapa komponen organik, seperti keton, lakton, quinon, steroid,

asam benzoat, ester, vitamin (A, B1, B2, B6, D, dan E), serta gula (Siregar et al.

2011)

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai April 2018.

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Departemen Anatomi, Fisiologi

dan Farmakologi Fakultas Kedoteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah Sel Darah

Merah Domba (SDMD) 1%, sel darah merah puyuh (SDM) 1%, PBS, antigen ND

aktif LaSota (Medivac®, MEDION), sampel plasma darah, akuades, dan alkohol.

Alat yang digunakan untuk pengambilan dan pengujian sampel darah puyuh

adalah tabung EDTA, spoit 1 ml, spoit 5 ml, kapas beralkohol, kapas kering, pipet

tetes, tabung mikro, sentrifus, spidol, microplate 96-well dengan dasar berbentuk

V, micropipette multichannel 2550µl, micropipette singlechannel 25200 µl dan

inkubator.

Prosedur Penelitian

Rancangan Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari puyuh (Coturnix

coturnix Japonica) betina sebanyak 64 ekor. Penelitian ini menggunakan dua bentuk

cekaman, yaitu cekaman panas (umur 7-8 minggu) dan metilprednisolon (umur16-

20 minggu). Perlakuan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat, yaitu cekaman

Page 15: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

5

panas 35⁰C dengan injeksi antigen sel darah merah domba (SDMD) 1%, cekaman

panas 35⁰C dengan vaksin ND aktif LaSota, metilprednisolon jangka panjang

dengan injeksi antigen SDMD 1% dan metilprednisolon jangka pendek dengan

vaksin ND aktif LaSota. Empat perlakuan ini dibagi lagi menjadi empat kelompok

dosis masing-masing terdiri dari 4 ekor.

Pembagian kelompok untuk cekaman panas 35⁰C dengan injeksi suspensi

SDMD 1% adalah sebagai berikut :

CD0 : Cekaman Panas (35 oC)

CD1 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis 0.58 mg/0.16 kgbb

CD2 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis 1.16 mg/0.16 kgbb

CD3 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis 2.32 mg/0.16 kgbb.

Pembagian kelompok untuk cekaman panas 35⁰C dengan vaksin ND aktif

LaSota adalah sebagai berikut :

CN0 : Cekaman Panas (35 oC)

CN1 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb

CN2 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb

CN3 : Cekaman Panas (35 oC) + Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb

Pembagian kelompok untuk metilprednisolon jangka panjang dengan injeksi

suspensi SDMD 1% adalah sebagai berikut :

MP0 : Metilprednisolon 0.70 ml/0.16 kgbb

MP1 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis 0.58 mg/0.16 kgbb

MP2 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis 1.16 mg/0.16 kgbb

MP3 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis 2.32 mg/0.16 kgbb

Pembagian kelompok untuk metilprednisolon jangka pendek dengan vaksin

ND aktif LaSota adalah sebagai berikut :

MS0 : Metilprednisolon 0.70 ml/0.16 kgbb

MS1 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb

MS2 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb

MS3 : Metilprednisolon 0.67 ml/0.16 kgbb + Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb

Burung puyuh diberikan perlakuan cekaman panas 35⁰C dan

metilprednisolon selama 4 hari, kecuali pada perlakuan metilprednisolon jangka

panjang tetap diberikan sampai hari terakhir pengamatan. Setelah 4 hari, burung

puyuh kemudian diberi propolis yang dilakuakn secara per oral. Pengambilan

sampel darah diambil pada hari ke-12 terhitung dari dilakukannya vaksinasi dengan

pemberian antigen (SDMD1% dan ND aktif LaSota). Selanjutnya sampel darah

akan diambil plasmanya.

Gambar 1 Desain penelitian untuk pengambilan sampel

H : Pengambilan darah

V : Vaksinasi SDMD 1% dan ND

: Pemberian cekaman panas 35⁰C dan metilprednisolon jangka pendek

: Pemberian metilprednisolon jangka panjang

: Pemberian propolis

H V 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Page 16: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

6

Penyiapan Antigen

Sel darah merah domba 1% (SDMD 1%) digunakan sebagai antigen untuk

menggertak sistem imun burung puyuh melalui injeksi intraperitoneal dan

digunakan dalam pengujian titer antibodi. Suspensi sel darah merah domba 1%

dibuat dari darah domba segar. Darah domba segar disentrifugasi dengan kecepatan

3000rpm selama 10 menit hingga terpisah antara plasma dan endapan sel darah

merahnya. Cairan plasma dibuang dengan menggunakan pipet. Sel-sel darah merah

yang tertinggal dicampur dengan NaCl 0.9% sebanyak 1:1, kemudian disentrifugasi

lagi hingga mengendap. Langkah pencucian tersebut diulang sebanyak dua kali.

Setelah pencucian kedua, endapan sel darah merah dicampur dengan NaCl 0.9%

sebanyak 1:1 (50%). Selanjutnya, suspensi tersebut dapat diencerkan dengan NaCl

0.9% untuk mendapatkan SDMD 1%.

Antigen lain dalam penelitian ini yang digunakan untuk menggertak sistem

imun burung puyuh adalah antigen ND aktif LaSota (Medivac®, MEDION) yang

diberikan melalui rute intranasal pada usia 1 hari Day Old Quail (DOQ) dan dilakukan

imunisasi ulang pada usia 6 minggu dan 16 minggu melalui intramuscular dengan dosis

mengikuti intruksi yang tertera, yaitu 0,2 ml per ekor. Selain itu, antigen ND ini

digunakan juga dalam pengujian titer antibodi dengan standar titer yang dipakai

sebasar 4 HAU (OIE 2012).

Pembuatan Plasma Darah

Proses pembuatan plasma yaitu sampel darah dimasukkan ke dalam tabung

dengan antikoagulan. Kemudian darah disentrifus selama 15 menit dengan

kecepatan 3.000 rpm. Supernatan dikoleksi sebagai plasma dan disimpan di dalam

microtube pada suhu -20 oC.

Pengujian Titer Antibodi

Titer antibodi pada sampel plasma puyuh yang diinduksi dengan vaksin ND

aktif LaSota ditentukan menggunakan prosedur Haemagglutination Inhibition

Assay sesuai petunjuk OIE (2012). Pengujian dimulai dengan 25 µl PBS dipipet dan

dimasukkan ke dalam sumur kolom 1 sampai 12. Kemudian setiap 25 µl sampel

serum/plasma dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom 1. Pada sumur kolom 1

dengan menggunakan pipet multichannel di homogenkan ± 5 kali lalu diambil

sebanyak 25 µl dan dimasukkan ke dalam sumur kolom 2. Dengan tips yang sama

pada kolom 2 di homogenkan ± 5 kali lalu diambil sebanyak 25 µl untuk

dimasukkan ke kolom 3. Prosedur kemudian diulang hingga kolom 10 kemudian

tips dengan 25 µl cairan dilepaskan dari pipet. Sebanyak 25 µl antigen standar (4

HAU) ditambahkan ke dalam setiap sumur kecuali pada sumur 10 dan 12. Sumur

kolom 12 ditambahkan 25 µl PBS. Kemudian microplate mikro diinkubasi selama

30 menit pada suhu ruang. Setelah diinkubasi, 25 µl sel darah merah (SDM) 1%

dipipet ke dalam seluruh sumur. Plate diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang

atau 60 menit pada suhu 4oC. Sumur-sumur pada kolom 11 adalah kontrol negatif,

hasil yang diharapkan adalah aglutinasi. Sedangkan sumur-sumur pada kolom 10

adalah kontrol positif, hasil yang diharapkan adalah pengendapan. Setelah

diinkubasi, hasil siap dibaca apabila SDM pada baris kontrol positif (kolom 10)

telah mengendap sempurna. Serum/plasma uji dinyatakan positif antibodi apabila

pada sumur uji terjadi pengendapan SDM yang artinya terjadi hambatan aglutinasi

Page 17: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

7

sel darah merah. Nilai titer antibodi berdasarkan pengenceran terakhir yang masih

menunjukkan hambatan aglutinasi sel darah merah (OIE 2012).

Titer antibodi pada sampel plasma puyuh yang diinduksi dengan SDMD 1%

ditentukan oleh aglutinasi dengan mengacu pada prosedur Leshchinsky dan Klasing

(2001) serta Bovenhuis et al. 2002). Serum/plasma diencerkan secara bertingkat

yaitu dari pengenceran yang pertama dipipet 50 µl dan diencerkan dengan PBS 50

µl menjadi pengenceran 2× (1/2), dari pengenceran yang kedua dipipet 50 µl dan

diencerkan dengan PBS 50 µl menjadi pengenceran 4× (1/4). Pengenceran

dilanjutkan dengan cara yang sama menjadi 8× (1/8), 16× (1/16), 32× (1/32), 64×

(1/64), 128× (1/128), 256× 1/256), dan 512× (1/512). Selanjutnya ke dalam tiap

sumur ditambahkan 50 µl suspensi SDMD 1% lalu diaduk rata (digoyang-goyang)

selama 5 menit, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 60 menit dan

didiamkan semalam pada suhu kamar. Titer antibodi diukur terhadap SDMD

dinyatakan sebagai log2 kebalikan dari plasma pengenceran tertinggi yang

memberikan aglutinasi lengkap (Bovenhuis et al. 2002).

Analisis Data

Data titer antibodi yang diperoleh dari pengujian dianalisis menggunakan

metode one way, analysis of variant (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey

untuk melihat adanya perbedaan nyata (P<0.5).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Pembentukan Antibodi pada Pemberian Cekaman Panas 35⁰C

Keadaan suhu lingkungan yang cukup tinggi dalam pemeliharaan unggas

akan menybabkan terjadinya cekaman panas yang berdampak pada penurunan

produksi dan imunitas ternak. Hewan-hewan ukuran kecil mudah terpengaruh

dengan suhu lingkungan yang tinggi, alasan dari fakta ini adalah bahwa ukuran

permukaan tubuh memainkan peran penting dalam kehilangan suhu melalui cara

radiasi dan konveksi (Ozbey dan Ozcelik 2004). Menurut Mashaly et al. (2004),

cekaman panas (heat stress) yang terjadi menyebabkan gangguan terhadap

pertumbuhan pada unggas karena pengeluaran panas tubuh memerlukan pengaturan

yang membutuhkan sebagian besar energi tubuh. Cekaman panas juga berperan

dalam terganggunya sel-sel imun, bobot relatif thymus dan limpa relatif lebih

rendah, berkurangnya respon antibodi, serta mengurangi kemampuan fagositik

makrofag (Niu et al. 2009). Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan hormon-

hormon stres yaitu glukokortikoid. Menurut Virden dan Kidd (2009) cekaman

panas yang menyebabkan stres pada unggas akan mengaktifkan sistem neurogenik

(fase alarm). Gagalnya upaya unggas pada fase alarm akan mengaktifkan

hypothalamicpituitary-adrenal system (HPA) dan sympathetic–adrenal medullar

(SAM) yang merupakan jalur utama di mana respon imun dapat diubah (Lara dan

Rorstagno 2013). Akibat aktifitas HPA akan dihasilkan corticotrophin releasing

factor oleh hipotalamus yang merangsang pituitari untuk melepaskan adreno-

corticotropic hormone (ACTH), sehingga sel-sel jaringan korteks adrenal

Page 18: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

8

berproliferasi mengeluarkan kortikosteroid. Kelebihan jumlah kortikosteroid dalam

tubuh unggas dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan jaringan limfoid

(Virden dan Kidd 2009).

Ratan titer antibodi dalam plasma terhadap vaksin ND aktif dengan

pemberian cekaman panas 35⁰C disajikan pada Tabel 1, sedangkan rataan titer

antibodi dalam plasma terhadap sel darah domba (SDMD) 1% dengan pemberian

cekaman panas 35⁰C disajikan pada Tabel 2.

Table 1 Titer antibodi terhadap ND pada puyuh yang diberi cekaman panas 35⁰C

dan propolis

Kelompoka Perlakuan GMT

(Log2)±SEb

Titer Antibodi per

Individu (Log2)

1 2 3 4

CN0 Cekaman Panas (35⁰C ) 1.25 ± 0.50a 2 1 1 1

CN1 Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb 1.5 ± 0.58a 1 2 1 2

CN2 Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb 1.75 ± 0.96a 1 2 1 3

CN3 Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb 2.25 ± 0.96a 1 2 3 3

Keterangan: a Jumlah sampel plasma dari tiap kelompok dosis berbeda adalah 4 ekor b Rataan titer antibodi ditampilkan sebagai geometric mean titer (GMT) dalam log2

± standard error p Superscript yang sama pada kolom GMT±SE tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata (p>0.05) antar kelompok pada tingkat kepercayaan 95%

Table 2 Titer antibodi terhadap SDMD 1% pada puyuh yang diberi cekaman panas

35⁰C dan propolis

Kelompok Perlakuan GMT

(Log2)±SE

Titer Antibodi per

Individu (Log2)

1 2 3 4

CD0 Cekaman Panas (35⁰C ) 2.75 ± 0.50a 3 2 3 3

CD1 Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb 3.5 ± 1.29a 3 2 5 4

CD2 Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb 3.5 ± 1.00a 4 2 4 4

CD3 Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb 4.5 ± 0.58a 5 4 4 5

Keterangan: p Superscript yang sama pada kolom GMT±SE tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata (p>0.05) antar kelompok pada tingkat kepercayaan 95%

Hasil uji hemaglutinasi inhibisi menunjukan titer antibodi ND pada puyuh

yang diberi cekaman panas 35⁰C (Tabel 1) di tiap kelompok dosis memiliki titer

antibodi yang rendah. Titer antibodi dianggap protektif terhadap antigen ND

spesifik apabila menunjukan nilai 26 hemaglutination inhibition unit (HIU) atau

lebih (OIE 2012). Titer antibodi ND tertinggi pada klompok CN3 sebesar 22.25 ± 0.96

HIU dengan dosis propolis 2.32 mg/0,16 kgbb, sedangkan titer antibodi terendah

pada kelompok CN0 sebesar 21.25 ± 0.50 HIU dengan tanpa pemberian propolis.

Penelitian perlakuan cekaman panas pada Tabel 1 menggunakan cekaman panas

35⁰C yang diberikan selama 4 hari dengan usia puyuh 7-8 minggu mengakibatkan

tidak munculnya respon adaptif. Gunawan dan Sihombing (2004) menjelaskankan

bahwa unggas akan kesulitan melakukan adaptasi terhadap perubahan suhu

lingkungan terutama unggas yang telah berusia diatas tiga minggu. Rataan titer

antibodi yang rendah pada tabel 1 tetap memperlihatkan peningkatan sesuai dengan

penambahan dosis propolis yang diberikan namun tidak berbeda nyata (P>0,05).

Zulkifi et al. (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa suhu lingkungan yang

tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi antibodi pada ayam muda.

Page 19: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

9

Tabel 2 menunjukan pengaruh utama pemberian propolis dan cekaman panas

pada pembentukan antibodi terhadap SDMD 1%. Puyuh yang diberikan dosis

propolis 2.32 mg/0.16 kgbb memiliki rataan titer antibodi SDMD 1% tirtinggi

sebesar 4.5 ± 0.58 log2, sedangkan puyuh tanpa pemberian propolis memiliki rataan

titer terendah sebesar 2.75 ± 0.50 log2. Mashaly et al. (2004) dalam penelitiannya

menybutkan bahwa ayam petelur yang mengalami cekaman panas menghasilkan

antibodi SDMD sebesar 3.08 log2 setelah 1 minggu injeksi SDMD. Penelitian lain

pada ayam pedaging dengan perlakuan cekaman panas menunjukan hasil titer

antibodi SDMD sebesar 4.78 log2 setelah 1 minggu injeksi SDMD 7% melalui rute

intravena (Niu et al. 2009). Data hasil pemeriksaan menunjukan adanya

peningkatan pada penambahan dosis propolis namun tidak berbeda nyata dengan

P>0.05 yang artinya perbedaan dosis yang digunakan tidak menunjukan hasil

spesifik pemberian propolis. Bartlett dan Smith (2003) mengamati bahwa ayam

pedaging yang terkena tekanan panas memiliki tingkat antibodi sirkulasi yang lebih

rendah, serta menurunkan kadar IgM dan IgG spesifik, baik selama respon humoral

primer dan sekunder.

Kondisi lingkungan yang penuh tekanan pada unggas mengakibatkan

terbentuknya radikal bebas / Reactive Oxygen Species (ROS) di saat tubuh berusaha

mempertahankan homeostasis thermal (Lara dan Rorstagno 2013). Sebagai

akibatnya, tubuh memasuki tahap stres oksidatif dan mencoba untuk melindungi

diri dari efek seluler radikal bebas yang merusak dengan diaktifkannya

Hipothalamicpituitary-Adrenal System /HPA axis (Virden dan Kidd 2009).

Menurut Sohail et al. (2010), tindakan pencegahan cekaman panas ini secara tidak

langsung menurunkan hormon adrenalin dan tiroksin, dan meningkatkan hormon

kortikosteron dan kortisol dalam darah. Produksi glukokostikoid yang berlebihan

dapat menyebabkan gangguan pembentukan berbagai sitokin yang diperlukan

untuk respon imunitas. Cekaman panas dapat mengganggu pembentukan T-helper

2 cytokines, yang sangat penting untuk pembentukan antibodi (Wang et al. 2001).

Penelitian ini menunjukan bahwa kelompok CN0 dan CD0 dengan tanpa

pemberian propoilis menghasilkan nilai titer paling rendah. Berbeda dengan

kelompok CN3 dan CD3 dengan adanya pemberian propolis menunjukan nilai titer

yang lebih tinggi. Hal ini dapat dikatakan dengan adanya penambahan propolis

mampu meningkatkan proses pembentukan antibodi terhadap ND dan SDMD 1%,

meskipun tidak berbeda nyata (P>0.05). Beberapa studi mengenai aktivitas propolis

pada imunitas humoral ayam diketahui bahwa suplementasi diet dengan propolis

dapat menginduksi titer antibodi yang lebih tinggi terhadap avian influenza,

Newcastle disease (ND), and vaksin infecctious bursal disease (IBD) (Taheri et al.

2005). Sifat antioksidan, sitostik, anti-mutagenik, dan imunomodulator propolis

didasarkan atas kandungan isinya yang kaya akan flavonoid, phenolic acid dan

terpenoid (Seven et al. 2008). Penelitian yang dilakukan Utami (2017), menemukan

bahwa kandungan flavonoid, Zn, vitamin C dan E dalam propolis sebagai

antioksidan dalam melumpuhkan radikal bebas dapat menghambat aktivitas HPA

axis akibat stres oksidatif. Antioksidan berperan dalam melindungi bursa fabricius

sebagai organ limfoid dari pengaruh hormon adrenal korteks berupa glukokortikoid

dan kortikosteron selama ayam broiler dalam kondisi cekaman (Bikrisima et al.

2013).

Page 20: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

10

Respon Pembentukan Antibodi pada Pemberian Metilprednisolon

Metilpredinsolon termasuk ke dalam kelompok adrenokortikosteroid

sintetik yang memiliki struktur mirip dengan hormon alami yang dihasilkan oleh

kelenjar adrenal. Obat golongan kortikosteroid seperti metilprednisolon ini dapat

mengakibatkan terjadinya immunosupresi. Kortikosteroid akan menekan sistem

kekebalan tubuh sehingga akan membuat puyuh lebih mudah terpapar agen

penyakit. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi penyakit pada

puyuh adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi merupakan tindakan

memasukkan antigen berupa virus atau agen penyakit yang telah dilemahkan ke

dalam tubuh yang sehat dengan tujuan merangsang pembentukan kekebalan

(Wibawan dan Soejoedono 2003). Kekebalan tubuh unggas dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti jenis, umur, tipe vaksin, dosis, dan rute vaksinasi yang akan

memengaruhi hasil dan proses dari antigen oleh sel kekebalan tubuh individu hewan

(Swayne 2008).

Ratan titer antibodi dalam plasma terhadap vaksin ND aktif dengan

pemberian metilprednisolon jangka pendek disajikan pada Tabel 3, sedangkan

rataan titer antibodi dalam plasma terhadap SDMD 1% dengan pemberian

metilprednisolon jangka panjang disajikan pada Tabel 4.

Table 3 Titer antibodi terhadap ND pada puyuh yang diberi metilprednisolon

jangka pendek dan propolis

Kelompoka Perlakuan GMT

(Log2)±SEb

Titer Antibodi per

Individu (Log2)

1 2 3 4

MS0 Metilprednisolon 0.70 mg/0.16 kgbb 8.25 ± 0.96p 8 7 9 9

MS1 Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb 8.5 ± 1.00p 7 9 9 9

MS2 Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb 8.75 ± 0.50p 9 8 9 9

MS3 Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb 9.0 ± 0.00p 9 9 9 9

Keterangan: a Jumlah sampel plasma dari tiap kelompok dosis berbeda adalah 4 ekor b Rataan titer antibodi ditampilkan sebagai geometric mean titer (GMT) dalam log2

± standard error p Superscript yang sama pada kolom GMT±SE tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata (p>0.05) antar kelompok pada tingkat kepercayaan 95%

Table 4 Titer antibodi terhadap SDMD 1% pada puyuh yang diberi

metilprednisolon jangka panjang dan propolis

Kelompoka Perlakuan GMT

(Log2)±SEb

Titer Antibodi per

Individu (Log2)

1 2 3 4

MP0 Metilprednisolon 0.70 mg/0.16 kgbb 1 ± 0.00p 1 1 1 1

MP1 Propolis Dosis 0.58 mg/0.16 kgbb 2.25 ± 0.50pq 2 2 2 3

MP2 Propolis Dosis 1.16 mg/0.16 kgbb 3 ± 1.414pq 3 2 2 5

MP3 Propolis Dosis 2.32 mg/0.16 kgbb 4 ± 1.414q 3 3 6 4

Keterangan: p,q Superscript yang berbeda pada kolom GMT±SE menunjukkan adanya perbedaan

yang nyata (p < 0,05) antar kelompok pada tingkat kepercayaan 95%

Hasil pemeriksaan titer antibodi ND dengan uji HI pada Tabel 3 menunjukan

bahwa terjadi peningkatan titer antibodi yang dihasilkan seiring dengan

peningkatan dosis propolis. Hasil rataan titer antibodi ND pada plasma yang

tertinggi dihasilkan pada kelompok MS3 sebesar 29.0 ± 0.00 HIU yang diberi propolis

dengan dosis 2.32 mg/0,16 kgbb, dan rataan titer antibodi ND terendah dihasilkan

Page 21: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

11

pada kelompok MS0 sebesar 28.25 ± 0.96 (Tabel 3). Menurut Office International

Epizootic (2012) titer antibodi dianggap protektif terhadap antigen ND spesifik

apabila menunjukan nilai 26 HIU atau lebih. Berdasarkan rataan titer antibodi ND

semua kelompok mencapai nilai protektif terhadap infeksi ND 26 HIU. Perbedaan

jumlah titer antibodi ND yang dihasilkan pada pemberian metilpredinsolon jangka

pendek antar kelompok dosis propolis tidak menunjuakan hasil yang bebeda nyata

(P>0.05). Hal ini dapat diartikan bahwa propolis mampu memberikan efek

perbaikan terhadap sistem imunitas setelah pemberian metilprednisolon jangka

pendek, namun tidak signifikan. Metillprednisolon yang diberikan dengan jangka

pendek tidak dapat menyebabkan penurunan antibodi dikarenakan daya kerjanya

yang termasuk dalam short acting dengan waktu paruh antar 8 – 12 jam (Gupta dan

Bhatia 2008).

Pemeriksaan jumlah titer antibodi terhadap SDMD 1% dengan uji

hemaglutinasi pada Tabel 4 menunjukan bahwa terjadi pembentukan antibodi

terhadap SDMD 1%. Nilai tertinggi yang didapat dari pemeriksaan sebesar 4 ±

1.414 Log2 pada kelompok MP3 dan nilai terendah pada kelompok MP0 sebesar 1

± 0.00 Log2. Boa-Amponsem et al.(2002) menyatakan bahwa titer antibodi

terhadap SDMD yang dihasilkan pada ayam di hari 10 induksi 0.25% SDMD adalah

2.0 Log2 dengan rute inokulasi intramuscular. Penelitian lain yang dilakukan pada

mencit yang diinduksi dengan dosis SDMD 5% dan rute inokulasi intraperitonial

menunjukan rataan titer antibodi SDMD sebesar 3 Log2 (Emelda et al. 2015). Hasil

rataan titer antibodi SDMD 1% yang dihasilkan dalam penelitian ini meningkat

sejalan dengan dilakukannya penambahan dosis propolis. Peningkatan yang terjadi

pada perlakuan metilprednisolon jangka panjang antar kelompok dosis propolis

menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05). Hal ini dapat menunjukan bahwa

peningkatan yang terjadi pada kelompok dengan dosis propolis 2.32 mg/0.16 kgbb

secara signifikan mampu mengatasi terjadinya gangguan sistem imun selama

pemberian metilprednisolon jangka panjang. Perlakuan metilprednisolon jangka

panjang secara individu (Tabel 4) menghasilkan nilai titer antibodi SDMD 1% yang

rendah. Menurut Franchini et al. (2004) efek pemberian kortikosteroid dosis tinggi

dalam jangka panjang berupa lepasnya heterofil dari sumsum tulang, menurunkan

sirkulasi monosit dan makrofag, penurunan jumlah limfosit, atrofi organ timus dan

apoptosis prekursor sel limfosit T dan B.

Antibodi berperan sebagai efektor respon humoral dengan cara berikatan

dengan antigen dan menetralisir atau memfasilitasi proses eliminasi antigen yang

lebih mudah difagositosis oleh makrofag (Dashputre dan Naikwade 2010). Rataan

titer antibodi antar kelompok dosis propolis baik pada titer antibodi ND (Tabel 3)

dan titer antibodi SDMD 1% (Tabel 4) mengalami peningkatan. GMT yang

meningkat memperlihatkan pengaruh penting peningkatan dosis propolis yang

digunakan pada pembentukan antibodi. Hasil ini sejalan dengan pendapat Kalsum

et al. (2017) yang menyatakan bahwa pemberian propolis mampu merangsang

pembentukan antibodi secara signifikan melalui peningkatan potensi respon imun

humoral. Peningkatan titer antibodi menunjukkan bahwa adanya stimulasi terhadap

limfosit B, limfosit T dan makrofag (Faradilla dan Iwo 2014). Senyawa caffeic acid

phenethyl ester (CAPE) yang terkandung dalam propolis bersifat imunostimulan

yang mampu meningkatkan nilai titer antibodi disemua dosis pemberian propolis.

Penelitian Park et al. (2004) mengemukakan bahwa pemberian CAPE (20 mg/kg)

dari ekstraksi propolis dapat meningkatkan produksi IL-2, IL-4 dan IFN-γ. Menurut

Page 22: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

12

Baratawidjadja (2014), diferensiasi dan proliferasi limfosit B dalam pembentukan

antibodi secara bersama-sama didorong oleh senyawa IL-6 yang dihasilkan oleh

makrofag dan IL-2 yang dihasilkan oleh sel T (limfosit T). Secara tidak langsung

pemberian propolis dapat meningkatkan aktivasi sel B menjadi sel plasma yang

selanjutnya akan menghasilkan antibodi terhadap bahan asing.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian propolis meningkatan

respon pembentukan antibodi pada puyuh yang mengalami stres akbat cekaman.

Propolis secara signifikan (P<0.05) meningkatkan pembentukan antibodi terhadap

SDMD 1% pada perlakuan metilprednisolon jangka panjang dengan kelompok

dosis propolis 2.32 mg/0.16 kgbb (MP3). Tiga perlakuan lainnya menunjukan hasil

peningkatan titer antibodi yang tidak signifikan (P>0.05) antar kelompok dosis

propolis.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai konsentrasi dan dosis propolis

yang lebih tinggi untuk mempelajari pengaruhnya terhadap pembentukan antibodi

pada puyuh yang mengalami cekaman. Selain itu, pengukuran antibodi dapat

dilakuakan dengan metode ELISA yang memiliki tingkat sensitivitas dan

sepesifisitas tinggi agar didapatkan hasil yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z, Mulyono. 2005. Meningkatkan Produktivitas Puyuh: Si Kecil yang Penuh

Potensi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Bankova VS, de Castrob SL dan Marcuccic MC. 2000. Propolis: recent advances

in chemistry and plant origin. Apidologie. 31:3-15.

Baratawidjadja KG. 2014. Imunologi dasar edisi 11. Jakarta (ID) : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Bartlett JR dan Smith MO. 2003. Effects of different levels of zinc on the

performance and immunocompetence of broilers under heat stress. Poult. Sci.

82: 1580–1588.

Bikrisima SHL, Mahfudz LD dan Suthama N. 2013. Ketahanan Tubuh Ayam

Broiler pada Kondisi Tropis yang Diberi Jambu Biji Merah (Psidium

Guajava) Sebagai Sumber Antioksidan. Agromedia. 31(2): 42-57.

Boa-Amponsem K, Price SEH, Dunnington EA dan Siegel PB. 2001. Effect of

Route of Inoculation on Humoral Immune Response of White Leghorn

Chickens Selected for High or Low Antibody Response to Sheep Red Blood

Cells. Poult. Sci. 80:1073–1078.

Page 23: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

13

Bovenhuis H, H. Bralten, M. G. B. Nieuwland dan H. K. Parmentier. 2002. Genetic

Parameters for Antibody Response of Chickens to Sheep Red Blood Cells

Based on a Selection Experiment. Poult. Sci. 81: 309–315.

Custadio A.R., M.M.C. Ferreira, G. Negri, and A. Salatino. 2003. Clustering of

comb and propolis waxes based on the distribution of aliphatic constituents.

J. Braz. Chem. Soc. 14 (3): 354-357.

Cottica SM, Sawaya ACHF, Eberlin MN, Franco SL, Zeoula LM dan Jesuí V.

Visentainer. 2011. Antioxidant Activity and Composition of Propolis

Obtained by Different Methods of Extraction. J. Braz. Chem. Soc. 22 (5):

929-935.

Dashputre NL, Naikwade. 2010. Immunomodulatory activity of abutilon indicum

linn on albino mice. IJPSR. 1 (3):178-84.

Dharma IGBS, Berata IK, dan Samsuri. 2015. Studi Histopatologi Pankreas Tikus

Putih (Rattus Novergicus) yang Diberi Deksametason dan Suplementasi

Vitamin E. Ind. Med. Vet. 4(3): 257-266.

Emelda A, Rahman S dan Hardianti. 2015. Efek Imunostimulan Infus Buah

Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Asal Kab. Sidrab

Sulawesi Selatan Terhadap Sekresi Antibodi Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Jantan Dengan Teknik Hemaglutinasi. J. Trop. Pharm. Chem. 3 (1): 37-41.

Faradilla M dan Iwo MM. 2014. Efek Imunomodulator Polisakarida Rimpang

Temu Putih [Curcuma zedoaria(Christm.) Roscoe)]. JIFI. 12 (2): 273-278.

Ferdous F, Maurice D dan Scott T. 2008. Broiler chick thrombocyte response to

lipopolysaccharide. Poult Sci. 87:61-63.

Franchini A, Marchesini E, Ottaviani E. 2004. Corticosterone 21-acetate In Vivo

Induces Acute Stres in Chicken Timus Cell Proliferation, Apoptosis and

Cytokine Responses. Hitol Hispathol. 19 (3): 693-699.

Gunawan dan Sihombing DTH. 2004. Pengaruh Suhu Lingkungan Tinggi Terhadap

Kondisi Fisiologis Dan Produktivitas Ayam Buras. WARTAZOA. 14 (1): 31-

38.

Gupta P dan Bhatia V. 2008. Corticosteroid Physiology and Principles of Therapy.

Indan J. Pediatr. 75: 1039-1044.

Hasan AEZ. 2010. Sehat dan Cantik dengan Propolis. Bogor (ID): IPB Pr.

Kalsum N, Sulaeman A, Setiawan B dan Wibawan IWT. 2017. Efek Propolis Cair

Trigona Spp. Terhadap Respons Imun Tikus Sprague dawley Yang Diinfeksi

Sthapylococcus aureus. J. Gizi Pangan. 12 (1): 23-30

Kumazawa S, Taniguchi M, Suzuki Y, Shimura M, Kwon MS, Nakayama T. 2002.

Antioxidant activity of polyphenols in carob pods. J. Agri. Food. Chem.

50:373–377.

Kusnadi E. 2009. Perubahan malondialdehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan

rasio heterofil/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas. Media

Petern. 32(2): 8187.

Lara LJ dan Rostagno MH. 2013. Impact of Heat Stress on Poultry Production.

Animals. 3: 356-369.

Leshchinsky TV dan Klasing KC. 2001. Relationship Between the Level of Dietary

Vitamin E and the Immune Response of Broiler Chickens. Poult. Sci.

80:1590–1599

Page 24: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

14

Letran SE, Lee SJ, Atif SM, Uematsu S, Akira S, McSorley SJ. 2011. TLR5

functions as an endocytic receptor to enhance flagellin-specific adaptive

immunity. Eur. J. Immunol. 41:29-38.

Liu K, Victora GD, Schwickert TA, Guermonprez P, Meredith MM, Yao K, Chu

FF, Randolph GJ, Rudensky AY, dan Nussenzweig M. 2009. In vivo analysis

of dendritic cell development and homeostasis. Science. 324:392-397.

Mashaly MM, Hendricks GL, Kalama M, Gehad AE, Abbas AO dan Patterson PH.

2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses

of commercial laying hens. Poult. Sci. 83:889-894.

Mazengia H, Gelaye E dan Nega M. 2009. Evaluation of newcastle disease antibody

level after different vaccination regimes in three districts of Amhara Region,

Northwestern Ethiopia. J. Infect. Dis. Immun. 1:1619.

Nesheim MT, Nassem S, Younus M, Zafar ICH, Amir GH, Asim A dan Akhter S.

2005. Effects of potassium chloride and sodium bicarbonate supplementation

on thermotolerance of broiler exposed to heat stress. Int. J. Poult. Sci. 4:891-

895.

Niu ZY, Liu FZ, Yan QL dan Li WC. 2009. Effects of different levels of vitamin E

on growth performance and immune responses of broilers under heat stress.

Poult. Sci. 88, 2101–2107

[OIE] Office International des Epizootis World Organization (FR). 2012.

Terresterial Manual. Chapter 2.3.14.Newcastle Disease.Pp 119[internet].

[diunduh 11 Februari 2018]. Tersedia pada: www.oie.int.

Ozbey O dan Ozcelik M. 2004. The Effect of High Environmental Temperature on

Growth Performance of Japanese Quails with Different Body Weights. Int. J.

Poult. Sci. 3: 468-470.

Park JH, Lee JK, Kim HS, Chung ST, Eom JH, Kim KA, Chung SJ, Paik SY, Oh

HY. 2004. Immunomodulatory effect of caffeic acid phenethyl ester in Balb/c

mice. Int Immunopharmacol 4 (3):429-436.

Pereira ADS, Seixas FRMS, Aquino NFR, 2002. Própolis: 100 years of research

and future perspectives. Quím Nova 25:321–326.

Radji M. 2010. Imunologi dan Virologi. Jakarta (ID): PT ISFI Penerbitan.

Salatino A, Érica WT, Giuseppina N dan Dejair M. 2005. Origin and Chemical

Variation of Brazilian Propolis. eCAM. 2 (1): 33-38.

Seven PT, Seven I, Yılmaz M dan Simsek UG. 2008. The effects of Turkish

propolis on growth and carcass characteristics in broilers under heat stress.

Animal Feed Science and Technology. 146 : 137–148.

Siregar H, Fuah AM dan Octavianty Y. 2011. Propolis. Seminar Nasional

Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID): 42-45.

Sohail MU, Ijaz A, Yousaf MS, Ashraf K, Zaneb H, Aleem M dan Rehman H. 2010.

Alleviation of cyclic heat stress in broilers by dietary supplementation of

mannanoligosaccaride and Lactobacillusbased probiotic : Dynamics of

cortisol, thyroid hormones, cholesterol, C-reactive protein, and humoral

immunity. Poult Sci. 89 : 19341938.

Swayne DE. 2008. Newcastle Disease. USA : Blackwell Publishing. Wibowo SE,

Asmara W, Wibowo MH, Sutrisno B. 2013. Perbandingan tingkat proteksi

program vaksinasi Newcastle Disease pada Broiler. J. Sain Vet. 31(1): 1626.

Page 25: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

15

Taheri, H.R., Rahmani, H.R., Pourreza, J., 2005. Humoral immunity of broilers is

affected by oil extracted propolis (OEP) in the diet. Int. J. Poult. Sci. 4, 414–

417.

Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. Jakarata (ID): Agro Media Pustaka.

Triakoso, N. 2009. Aspek Klinik dan Penularan pada Pengendalian Penyakit

Ternak. Surabaya (ID): Departemen Klinik Veteriner FKH Universitas

Airlangga.

Utami NR. 2017. Potensi Propolis Sebagai Imunostimulan pada Burung Puyuh

(Coturnix coturnix Japonica) yang Diberi Metilprednisolon. [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertananian Bogor.

Vali N. 2008. The japanese quail: A Review. Int. J. Poult. Sci. 7 (9): 925-931.

Virden WS dan Kidd MT. 2009. Physiological stress in broilers: ramifications on

nutrient digestibility and responses. J Appl Poult Res. 18:338-347.

Wang S, Xu W dan Cao Q. 2001. The influence of stress inhibition on the plasma

levels of LPS, pro-inflammatory and Th1/Th2 cytokines in severely scalded

rats. Zhonghua Shao Shang Za Zhi. 17:177–180.

Wade, C. 2005. Can Be Propolis Rejuvenate The Immune System [Internet].

[diunduh 19 Februari 2018]. Tersedia pada:

www.thenaturalshopper.com/buy-bee-supplement/article.htm

Wibawan IWT dan Soejoedono RD. 2003. Imunologi. Bogor (ID): Fakultas

Kedokteran Hewan – Intitut Pertanian Bogor.

Wuryadi S. 2013. Beternak Puyuh. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Pg. 68.

Zulkifi I, Norma MT, Israf DA dan Omar AR. 2000. The effect of early age feed

restriction on subsequent response to high environmental temperatures in

female broiler chickens. Poult. Sci. 79:1401–1407.

Page 26: POTENSI PROPOLIS MENGATASI PENURUNAN TITER … · DAFTAR GAMBAR ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 ... HPA axis, sehingga merangsang hipotalamus

16

RIWAYAT HIDUP

Rayhan Dika Arfan lahir di Pekalongan, 08 Agustus 1996 dari ayah Tridadi

dan ibu Karniti. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dengan kakak

bernama Azhar Hasna Rany. Penulis menyelesaikan studinya di SDN 01

Petukangan, SMPN 13 Pekalongan, dan SMAN 01 Pekalongan. Tahun 2014

penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui

program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama

mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Anatomi

Veteriner 1 pada tahun ajaran 2015/2016, Parasitologi Veteriner : Ektoparasit pada

tahun ajaran 2016 dan Fisiologi Veteriner I tahun ajaran 2017. Selain itu, penulis

juga aktif menjadi anggota dan pengurus di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM)

FKH IPB periode 2015/2016 dan 2016/2017, serta Himpunan Minat Profesi

Ornithologi dan Unggas FKH IPB.