57
Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014 68 POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI PROVINSI BALI I Made Rai Yasa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222 Email: [email protected] Submitted date: 15 Juli 2014 Approved date: 30 Juli 2014 ABSTRACT Buffalo Livestock Farming Potential And Issues In Bali Population of buffalo in Bali Province recently has decreased. From 2009 to 2013 the population was down 52.6% from 4.122 into 1.955. Research conducted in Jembrana District (Bali buffalo’s center), November to December 2013 through a focus group discussion (FGD), which involved stakeholders throughout Jembrana district, with AIAT Bali as a facilitator. The data and information obtained and were analyzed descriptively. The results showed that buffalo market opportunities in Bali is still open, especially for “yadnya” (a religious ceremony for Hindus) and to “Makepung” (buffalo race), since all this time the buffalo supplied from outside Bali. Several factors that could potentially hinders the development of buffalo in Bali, i.e. There is no standard price per kg of live weight as well as beef cattle, decreasing the use of buffalo to pull the wagon trasporting crops and cultivate the land, the shrinking of agricultural land to wallow and feed resources, as well as other factors such as calving interval length; although buffalo has the ability to utilize low-quality feed is better than cows. Hence, it is needed the policy support and technical assistance and institutional innovation to support the development of buffalo. Key words: Potential and problems, buffalo, Bali ABSTRAK Populasi kerbau di Provinsi Bali pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Dari tahun 2009 sampai 2013 populasi kerbau turun 52,6%, yaitu dari 4.122 ekor menjadi 1.955 ekor. Berkaitan dengan permasalahan tersebut dilakukan penelitian di Kabupaten Jembrana (sentra kerbau Bali), pada bulan Nopember sampai Desember 2013 melalui focus group discussion (FGD), yang melibatkan pemangku kepentingan terkait se kabupaten Jembrana dengan BPTP Bali selaku fasilitator. Data dan dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan peluang pasar kerbau di Bali masih terbuka, khususnya untuk “yadnya” (sarana upacara keagamaan bagi umat Hindu) dan untuk “makepung” (balapan kerbau), karena sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan kerbau tersebut, masih didatangkan dari luar Bali. Beberapa faktor yang berpotensi menghambat pengembangan kerbau di Bali antara lain : tidak ada standar harga per kg bobot hidup sebagaimana halnya sapi, menurunnya penggunaan kerbau untuk menarik gerobak pengangkut hasil kebun dan mengolah lahan, menyusutnya luas lahan pertanian untuk berkubang dan sumber pakan, serta faktor lain seperti panjangnya selang beranak; meskipun kerbau memiliki kemampuan memanfaatkan pakan berkualitas rendah lebih baik dibandingkan sapi. Perlu dukungan kebijakan dan pendampingan inovasi teknis serta kelembagaan untuk mendukung pengembangan kerbau di Bali. Kata kunci : Potensi dan permasalahan, kerbau, Bali PENDAHULUAN Populasi kerbau secara nasional termasuk di Provinsi Bali pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Populasi kerbau secara nasional termasuk di Provinsi Bali pada kurun waktu terakhir cenderung mengalami penurunan Secara nasional, populasi kerbau dari tahun 2009 sampai 2013 turun 23,2%, yaitu dari 1.932.927 ekor menjadi 1.483.992 ekor; dan pada periode yang sama, populasi kerbau di Provinsi Bali justru menurun 52,6%, yaitu dari 4.122 ekor menjadi 1.955 ekor (BPS, 2013). Berdasarkan laporan Guntoro dan Yasa (2003), pada tahun 1995 jumlah

POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

  • Upload
    dangnhu

  • View
    241

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201468

POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK KERBAUDI PROVINSI BALI

I Made Rai Yasa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222

Email: [email protected]

Submitted date: 15 Juli 2014 Approved date: 30 Juli 2014

ABSTRACT

Buffalo Livestock Farming Potential And Issues In Bali

Population of buffalo in Bali Province recently has decreased. From 2009 to 2013 the population wasdown 52.6% from 4.122 into 1.955. Research conducted in Jembrana District (Bali buffalo’s center),November to December 2013 through a focus group discussion (FGD), which involved stakeholdersthroughout Jembrana district, with AIAT Bali as a facilitator. The data and information obtained andwere analyzed descriptively. The results showed that buffalo market opportunities in Bali is still open,especially for “yadnya” (a religious ceremony for Hindus) and to “Makepung” (buffalo race), since allthis time the buffalo supplied from outside Bali. Several factors that could potentially hinders thedevelopment of buffalo in Bali, i.e. There is no standard price per kg of live weight as well as beefcattle, decreasing the use of buffalo to pull the wagon trasporting crops and cultivate the land, theshrinking of agricultural land to wallow and feed resources, as well as other factors such as calvinginterval length; although buffalo has the ability to utilize low-quality feed is better than cows. Hence, itis needed the policy support and technical assistance and institutional innovation to support thedevelopment of buffalo.

Key words: Potential and problems, buffalo, Bali

ABSTRAK

Populasi kerbau di Provinsi Bali pada beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Dari tahun 2009sampai 2013 populasi kerbau turun 52,6%, yaitu dari 4.122 ekor menjadi 1.955 ekor. Berkaitan denganpermasalahan tersebut dilakukan penelitian di Kabupaten Jembrana (sentra kerbau Bali), pada bulanNopember sampai Desember 2013 melalui focus group discussion (FGD), yang melibatkan pemangkukepentingan terkait se kabupaten Jembrana dengan BPTP Bali selaku fasilitator. Data dan dan informasiyang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan peluang pasar kerbau di Balimasih terbuka, khususnya untuk “yadnya” (sarana upacara keagamaan bagi umat Hindu) dan untuk“makepung” (balapan kerbau), karena sampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan kerbau tersebut,masih didatangkan dari luar Bali. Beberapa faktor yang berpotensi menghambat pengembangan kerbaudi Bali antara lain : tidak ada standar harga per kg bobot hidup sebagaimana halnya sapi, menurunnyapenggunaan kerbau untuk menarik gerobak pengangkut hasil kebun dan mengolah lahan, menyusutnyaluas lahan pertanian untuk berkubang dan sumber pakan, serta faktor lain seperti panjangnya selangberanak; meskipun kerbau memiliki kemampuan memanfaatkan pakan berkualitas rendah lebih baikdibandingkan sapi. Perlu dukungan kebijakan dan pendampingan inovasi teknis serta kelembagaanuntuk mendukung pengembangan kerbau di Bali.

Kata kunci : Potensi dan permasalahan, kerbau, Bali

PENDAHULUAN

Populasi kerbau secara nasional termasukdi Provinsi Bali pada beberapa tahun terakhirmengalami penurunan. Populasi kerbau secaranasional termasuk di Provinsi Bali pada kurunwaktu terakhir cenderung mengalami penurunan

Secara nasional, populasi kerbau dari tahun 2009sampai 2013 turun 23,2%, yaitu dari 1.932.927ekor menjadi 1.483.992 ekor; dan pada periodeyang sama, populasi kerbau di Provinsi Bali justrumenurun 52,6%, yaitu dari 4.122 ekor menjadi1.955 ekor (BPS, 2013). Berdasarkan laporanGuntoro dan Yasa (2003), pada tahun 1995 jumlah

Page 2: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

69

kerbau di Bali masih mencapai 11.172 ekor; danpada 2001 masih 7.775 ekor (Gambar 1).

Gambar 1. Perkembangan populasi kerbau diBali dari tahun 2003 s/d 2012

Secara ekonomis, nilai jual kerbau rata-ratatidak jauh berbeda dengan jenis sapi lokal.Disamping sebagai sumber daging, kerbau jugadapat dimanfaatkan sebagai tenaga kerja pengolahtanah, bahkan di daerah Jembrana (Bali Barat),kerbau lazim dimanfaatkan sebagai sarana atraksi“ Mekepung” (Darmadja. 1981). Memperhatikanpermasalahan dan potensi seperti uraian tersebut,dilakukan analisis untuk mengetahui permasalahandi lapangan untuk menyusun skenario kebijakanpengembangan kerbau di Bali.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di KabupatenJembrana Bali, pada bulan Nopember sampaiDesember tahun 2013. Data dikumpulkan melaluifocus group discussion (FGD), yang melibatkanpetani dan pengurus kelompok tani ternak kerbau,penyuluh lapangan yang bertugas di daerah sentrapopulasi kerbau, petugas dinas pertanian danpeternakan di kedua lokasi, serta enam orangpeneliti dan penyuluh BPTP Bali selaku fasilitator.Data dan dan informasi yang dikumpulkandifokuskan terkait dengan potensi pasar, danpermasalahan pengembangan kerbau di wilayahJembrana. Data yang diperoleh dianalisis secaradeskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan populasi kerbau di daerahsentra kerbau di Bali

Pada tahun 2012, ternak kerbau masih adadi enam kabupaten, yaitu Kabupaten Jembrana,Tabanan, Buleleng, Karangasem, Klungkung, danBadung. Di ke enam daerah tersebut populasikerbau berturut-turut 1.232 ekor, 356 ekor, 173ekor, 67 ekor, 29 ekor, dan 5 ekor (DinasPeternakan Provinsi Bali, 2013). Populasi diseluruh kabupaten tersebut secara umummengalami penurun diabndingkan tahun 2009,kecuali di Kabupaten Karangasem dan Badung.Pada tahun 2009, populasi kerbau di Kabupaten

Gambar 2. Kontribusi tiap-tiap kabupaten / kota terhadap populasi kerbau di Bali pada di Balitahun 2009 dan 2013

Potensi dan Permasalahan Pengembangan Ternak Kerbau di Provinsi Bali | I Made Rai Yasa

Page 3: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201470

Jembrana, Buleleng, Karangasem, dan Klungkungberturut-turut 3.246 ekor, 561 ekor,181 ekor, 100ekor, dan 24 ekor. Populasi kerbau di daerahsentra kerbau khususnya Kabupaten Jembranaselain mengalami penurunan populasi yang tinggi,kontribusi populasinya untuk Bali pun menuruncukup tinggi yaitu dari sekitar 79% manjadi 66%(Gambar 2).

Berdasarkan laporan Dinas Peternakan danKesehatan Hewan Bali (2013), dari 1.862 ekorkerbau yang ada di Bali pada tahun 2013, sebanyak843 ekor berkelamin betina, dan 1.019 ekorberkelamin jantan. Dari seluruh populasi jantantersebut, sebanyak 322 ekor atau 31,6% telahdikebiri, yang tidak bisa digunakan sebagaipemacek.

Potensi Pasar Kerbau

Peluang pasar kerbau di Bali masih terbuka,khususnya untuk “yadnya” (sarana upacarakeagamaan bagi umat Hindu) dan untuk“makepung” (tradisi balapan kerbau). Berdasarkanhasil FGD diketahui bahwa, meskipun sebagaisentra kerbaunya Bali, Kabupaten Jembranasendiri juga mendatangkan kerbau dari luar Bali.Kerbau yang didatangkan adalah bibit kerbau untuk“mekepung” dan kerbau untuk yadnya. Kerbauuntuk yadnya sering diistilahkan kerbau “suci”.Kerbau-kerbau tersebut umumnya didatangkandari luar Bali, yakni dari Kabupaten Banyuwangi,Probolinggo, bahkan dari Madura Jawa Timur.

Adanya kebutuhan pasar kerbau untuk“mekepung” dan untuk upacara yadnyamerupakan salah satu faktor pendukung masihberkembangnya kerbau di Jembrana. Mekepungdilaksanakan secara periodik antara bulan Junis/d November. Pada bulan-bulan tersebut,makepung dilaksanakan setiap 2 minggu sekali.Kebutuhan kerbau untuk kegiatan “mekepung”relatif banyak, sekitar 350 ekor atau 175 pasangper pelaksanaan makepung.

Pada saat ini, harga jual kerbau berbeda-bedatergantung kebutuhan pasar, apakah untukupacara yadnya, kerbau potong, atau pun untukmekepung. Harga pedet kerbau jantan yangmemiliki bodi ideal untuk lari/balapan, harganyadapat mencapai Rp. 30 juta/pasang atau sekitarRp. 15 juta/ekor sedangkan yang betina dapatmencapai Rp. 13 juta/ekor. Selanjutnya, kerbauyang menjadi juara makepung dapat mencapai Rp.100 juta/pasang; dan khusus untuk kerbau balapyang memiliki bentuk tanduk yang diistilahkan“tanduk Toraja” bisa mencapai Rp. 80. Juta/ekor.Selain memiliki harga jual yang spesial, kerbau

makepung ini juga dipelihara secara spesial. Selaindiberikan pakan hijauan berupa rumput lapangandan tanaman jagung muda lengkap denganbuahnya; juga diberikan pakan tambahan berupalarutan telur dan madu yang diaduk dengan “sprite”salah satu merk minuman di pasaran.

Hampir sama dengan kerbau untuk kegiatanmakepung, harga pedet kerbau untuk yadnya jugarelatif tinggi. Sebagai contoh, harga pedet kerbau“Yus Brana” yaitu kerbau hitam yang dilahirkandari induk berwarna putih mencapai Rp. 12 juta/ekor. Berbeda dengan kerbau makepung danyadnya, harga kerbau potong jantan dewasabiasanya dapat mencapai Rp. 20 juta/ekor; namunkerbau betina afkir memiliki nilai jual yang sangatrendah, sekitar Rp. 12 juta/ekor.

Perkembangan kelembagaan kelompokdi daerah sentra kerbau

Kabupaten Jembrana merupakan sentrakerbau di Bali. Pada laporan Dinas PeternakanJembrana tahun 2012 disebutkan, di kabupatenini hanya ada 3 kelompok tani ternak kerbau. Darike-3 kelompok tersebut, dua kelompok ada diKecamatan Melaya dan satu kelompok diKecamatan Negara. Kedua kelompok ternakkerbau di Kecamatan Melaya adalah: 1)Kelompok Tirta Kusuma yang berlamat di DesaCandikusuma dan 2) Kelompok Kebo Kemaleyang beralamat di Desa Melaya Tengah Kelod.Kelompok Tirta Kusuma berdiri pada tahun 1998dengan jumlah anggota 20 orang; dan denganpopulasi 40 ekor. Sedangkan Kelompok KeboKemale berdiri pada tahun 2008, dengan jumlahanggota 16 orang, dengan populasi kerbau 32 ekor.Di Kecamatan Negara, hanya ada satu kelompokkerbau yaitu Kelompok Ternak Kembang Laksana.Kelompok ini berdiri tahun 1994 dengan jumlahanggota sebanyak 42 orang, dan dengan populasi85 ekor. Memperhatikan data ini, hampir enamtahun belum ada perkembangan jumlah kelompokkerbau di sentra kerbau di Bali.

Permasalahan Pengembangan dan solusialternatif untuk peningkatan populasi Kerbaudi Bali

Beberapa faktor yang disebut sebagaipenyebab kurang tertariknya petani untukmemelihara kerbau antara lain : 1) Tidak adastandar harga per kg bobot hidup sebagaimanahalnya ternak sapi atau pun babi. Jadi kerbauumumnya dijual dengan taksiran yang telahditentukan harganya oleh pedagang kerbau;

Page 4: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

71

kondisi ini di sisi lain menguntungkan untuk kerbautertentu (kerbau untuk upacara yadnya dan kerbaumakepung) yang kebutuhannya terbatas, namunsecara umum mempersulit petani dalammemasarkan kerbau untuk potong. Selain itu,rendahnya nilai jual kerbau betina afkirmenyebabkan petani lebih tertarik menjual kerbaubetina muda. 2) Menurunnya penggunaan kerbauuntuk menarik gerobak pengangkut hasil kebun(kelapa, dll) dan mengolah lahan; sebagai akibatdari berkembangnya kendaraan bermotor dantraktor. Sebelum berkembangnya traktor, kerbaudigunakan untuk mengolah lahan pertanian.Menurut Soedjatmiko dan Tondosalimo (1977)dalam Diwyanto dan Handiwirawan (2007) kerbaudigunakan mengolah lahan pertanian karenasenang berkubang dan telapak kakinya lebih lebardibandingkan sapi sehingga mampu bekerja lebihberat (3). Menyusutnya luas lahan pertanian yangmerupakan tempat untuk berkubang dan sumberpakan kerbau. Kondisi ini semakin menurunkanminat petani memelihara kerbau. Selain faktor-faktor tersebut, menurunnya minat petanimengembangkan kerbau kemungkinandisebabkan oleh selang beranaknya yang panjang,2-3 tahun (Guntoro et al, 2001), dibandingkandengan sapi Bali yang berkisar 350 – 589 hariatau 1-1,6 tahun (Darmadja, 1981).

Panjangnya selang beranak pada kerbau,diduga disebabkan oleh beberapa faktor, antaralain rendahnya mutu pakan, manajemenpemeliharaan, serta adanya sifat “ birahi tenang”(silent heat). Kejadian “ silent heat “ pada kerbaumencapai 70-80 %. Keadaan ini menyebabkansulitnya mendeteksi birahi dan melakukanperkawinan secara tepat (Putro et al, 1992 dalamGuntoro dan Yasa, 2003). Selain itu, kerbaumembutuhkan waktu untuk mencapai dewasakelamin, umur kebuntingan, dan calving intervallebih panjang dibandingkan sapi (Tabel 1).

Keunggulan kerbau

Kerbau dikenal memiliki kemampuanmemanfaatkan pakan berkualitas rendah denganserat kasar tinggi seperti jerami padi, jagung, dankacang tanah dibandingkan sapi. Kemampuanmencerna serat kasar kerbau, 5% lebih tinggidibandingkan sapi; dan 4%-5% lebih efisien dalammenggunakan energi metabolis untukmenghasilkan susu (Dhanda, 2004). Keunggulantersebut kemungkinan disebabkan oleh rumennyamengandung bakteri selulolitik yang lebih banyakdibandingkan dengan rumen sapi. Pada cairanrumen kerbau terkandung tujuh koloni bakteriselulolitik (kelompok Ruminococcus sp.),

Tabel 1. Hasil-hasil penelitian tentang kinerja reproduksi sapi Bali dan kerbau

TernakUraian

Sapi Kerbau

Siklus berahi sapi induk - 21 hari (Pane, 1991) 16-29 hari (Kusnadi, 2009)Umur pertama dikawinkan - 18 bulan (Devendra et al, 1973 - 33 bulan (Dilaga, et al. , 2003)

dalam Anonimous, 1985)- 20 bulan (Pane, 1991)

Beranak pertama kali - 40 bulan (Devendra et al, 1973 - 43 bulan (Dilaga, et al. 2003)dalam Anonimous, 1985)

Lama bunting - 285 hari atau sekitar 9,3 bulan - 310- 315 hari (10,3-10,5 bulan)(Darmadja dan Sutedja, 1976 (Toelihere dan Siregar, 1982dalam Anonimous, 1985) dalam Toelihere 1985)

Berahi kembali setelah beranak - 110,7 hari (Pane, 1991) - 2 bulan setelah beranak (63,3%)dan lebih dari dua bulan(36,63%) (Zulbardi danKusumaningrum, 2005)

Jarak beranak (calving interval) - 528 ± 155 hari (17,6 bulan) - 21-24 bulan (Kusnadi, 2009)(Darmadja dan Sutedja, 1976dalam Lubis dan Sitepu, 1998)

- 290-566 hari (Lubis - 20 - 21 bulan (Dilaga et al., 2003)dan Sitepu, 1998)

Bobot lahir pedet jantan - 12,6 ± 2,6 kg (Sumbung et al. - 19 kg (Dilaga et al., 2003)1978)

Bobot lahir pedet betina - 11,9 ± 2,3 kg Sumbung et al. - 18 kg (Dilaga et al., 2003)(1978)

Potensi dan Permasalahan Pengembangan Ternak Kerbau di Provinsi Bali | I Made Rai Yasa

Page 5: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201472

sedangkan pada sapi hanya 4 koloni (Wahyudidan Masduqie 2004). Mikroba selulolitik rumenkerbau yang selanjutnya dibuat kultur mikrobaselulolitik dapat digunakan sebagai pakanseplemen untuk memacu proses degradasi seratpada rumen sapi. Isolat mikroba rumen kerbaudapat bersinergi positif dengan mikroba rumen sapi(Widiawati dan Winugroho, 2009), sehinggakemampuan mencerna pakan berserat oleh sapimeningkat (Thalib et al., 2000).

KESIMPULAN DAN SARAN

Peluang pasar kerbau di Bali masih terbuka,khususnya untuk “yadnya” (sarana upacarakeagamaan bagi umat Hindu) dan untuk“makepung” (tradisi balapan kerbau), karenasampai saat ini untuk memenuhi kebutuhan kerbautersebut, masih didatangkan dari luar Bali.

Beberapa faktor yang berpotensi menghambatpengembangan kerbau di Bali antara lain : 1) tidakadanya standar harga per kg bobot hidupsebagaimana halnya ternak sapi 2) menurunnyapenggunaan kerbau untuk menarik gerobakpengangkut hasil kebun dan mengolah lahan, 3)menyusutnya lahan pertanian tempat berkubangdan sumber pakan, serta 4) faktor lain sepertipanjangnya selang beranak pada kerbau;meskipun kerbau memiliki kemampuanmemanfaatkan pakan berkualitas rendah lebih baikdibandingkan sapi.

Perlu dukungan kebijakan, pendampinganinovasi teknis dan kelembagaan untuk mendukungpengembangan kerbau di Bali, paling tidak didaerah sentra kerbau di Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Dhanda, O.P. 2004. Developments in water buffaloin Asia and Oceania. Proceeding 7th WorldBuffalo Conggress. 20 - 23 October 2004,Makati Shangri-La Hotel, Ayala Avenue,Makati City, Philippines. p. 17-28.

Dilaga, S.H., Arman, C., Hasyim dan Lestari. 2003.Potensi Kerbau sebagai Penghasil Susuuntuk Menunjang Penelitian Uji Klinis Anti H.pylori pada Anak Balita Kurang Gizi diKabupaten Sumbawa. Proyek Penelitian danPengembangan Teknologi-Bappeda.

Diwyanto, K dan E, Handiwirawan, 2007.Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau

Mendukung Program Kecukupan DagingSapi.

E. Juarini, Sumanto, I.G.M. Budiarsana Dan L.Praharani. 2010. Studi Kelayakan UsahaPembibitan Ternak Kerbau Di Provinsi Banten(Feasibility Study of Buffalo Breeding Farm inBanten Province). Prosiding Seminar danLokakarya Nasional Kerbau 2010.

Guntoro, S dan I M R Yasa. 2003. AplikasiTeknologi Laserpunktur untuk Gertak Birahipada Kerbau Jurnal Sain Veteriner, Fak. UGMVol. XX. No.2 Th. 2003, pp : 7-10. ISSN : 0126-0421

Kusnadi, U. 2009. Kelayakan Usaha TernakKerbau Untuk Penghasil Bibit Dan Daging DiBeberapa Agroekosistem (Feasebility ofBuffalo Rearing System in SeveralAgroecosystem). Prosiding Seminar NasionalTeknologi Peternakan Dan Veteriner 2009.

Thalib, A., J. Bestari, Y. Widiawati, H. Hamid, danD. Suherman. 2000. Pengaruh perlakuansilase jerami padi dengan mikroba rumenkerbau terhadap daya cerna dan ekosistemrumen sapi. JITV Vol. 5 (1): 276-281

Toelihere, M R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Sapidan Kerbau. UI Press. Jakarta.

Wahyudi, A. dan Z. B. Masduqie. 2004. Isolasimikroba selulolitik cairan rumen beberapaternak ruminansia (Kerbau, sapi, kambing,dan domba). Protein, Jurnal Ilmiah Peternakandan Perikanan Vol. 11 (2) : 181-186

Widiawati, Y. Dan M. Winugroho. 2009. Aktivitasisolat mikroba rumen kerbau yang disimpanpada suhu rendah. Makalah Seminar danLokakarya nasional Kerbau 2009. BalaiPenelitian ternak, Ciawi, Bogor.

Zulbardi, M. Dan D.A. Kusumaningrum. 2005.Penampilan produksi ternak kerbau lumpur(Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes JawaTengah. Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Bogor, 12-13September 2005. Pusat Penelitian danPengembangan

Page 6: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

73

IDENTIFIKASI KASUS PENYAKIT GASTROINTESTINAL SAPI BALI DENGAN POLABUDIDAYA TRADISIONAL PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DESA MUSI

KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG

I Putu Agus KertawirawanBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasare-mail : [email protected]

Submitted date: 11 Juli 2014 Approved date: 25 Juli 2014

ABSTRACT

Case Identification Of Gastrointestinal Diseases In Bali Cattle FarmingWith Traditional Patterns On Dry Land Agroecosystems At Musi Gerokgak Village

District Buleleng

Gastrointestinal disease is one disease that can attack to all ages range of cattle. This disease does notdirectly cause death in livestock, but in chronic level it is able to decrease productivity and cause death.Determination of the presence of these parasites can be conducted by examining feces sample.. Theexperiment was conducted in the village of Musi, Gerokgak, Buleleng Regency in April 2013. The study aimsto determine the prevalence and types of gastrointestinal parasites using 52 Bali cattle divided into 2 groups,namely cow and calf. Samples taken in the form of feces, and testing was conducted at the Center forVeterinary Denpasar by Whitlock method with float and sedimentation test. Inspection includes the numberof eggs per gram (EPG) and the type of gastrointestinal parasites. The results were analyzed descriptively.The test results showed that the prevalence rates of gastrointestinal infections in cows 86.95%, higher than86.20% calf. Infection by Eimeria sp prevalence in calf was 82.61% higher than the cows amounted to65.52%. Parasites that infect there that are single, some are a combination of several types of worms andworms with some protozoa as well.

Key word : Bali Cattle, gastrointestinal parasites, prevalensi level

ABSTRAK

Penyakit gastrointestinal merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang ternak sapi dari berbagaiumur. Penyakit ini tidak secara langsung menyebabkan kematian pada ternak, namun jika bersifat kronismampu menurunkan tingkat produktivitas hingga menyebabkan kematian. Untuk mengetahui keberadaanparasit ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan sampel feses ternak di laboratorium. Penelitiandilaksanakan di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng pada bulan April 2013. Penelitianbertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi dan jenis parasit gastrointestinal menggunakan 52 ekorsapi Bali yang dibagi menjadi 2 kelompok umur yaitu induk dan pedet. Sampel yang diambil berupa feses,dan pengujian dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, dengan metode Whitlock menggunakan ujiapung dan sedimentasi. Pemeriksaan meliputi jumlah telur per gram (EPG) dan jenis parasit gastrointestinal.Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tingkat prevalensiinfeksi gastrointestinal pada induk sapi 86,95%, lebih tinggi dibandingkan pedet 86,20%. Untuk infeksi olehEimeria sp prevalensi pada pedet sebesar 82,61% lebih tinggi dibandingkan induk sebesar 65,52 %.Parasit yang menginfeksi ada yang bersifat tunggal, ada pula gabungan beberapa jenis cacing dan adapula cacing dengan protozoa sekaligus.

Kata Kunci : Sapi bali, parasit gastrointestinal, tingkat prevalensi

PENDAHULUAN

Desa Musi terletak di kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng. Secara agroekosistemmerupakan lahan kering dataran rendah iklimkering (LKDRIK). Budidaya pembibitan sapi Balimerupakan usaha peternakan dominan yangdigeluti petani di desa Musi, disamping budidaya

penggemukan. Berdasarkan data Badan PusatStatistik tahun 2013, populasi ternak sapi dikabupaten buleleng sebanyak 92.953 ekor atau19,44% dari total populasi Bali. Populasi tersebutmerupakan populasi terbesar ke dua setelahkarangansem sebanyak 109.486 ekor (22,90%).Berdasarkan laporan Statistik PeternakanKecamatan Gerokgak tahun 2009 jumlah sapi

Identifikasi Kasus Penyakit Gastrointenstinal Sapi Bali dengan Pola Budidaya Tradisional PadaAgroekosistem Lahan Kering Desa Musi Kec. Grokgak, Kab. Buleleng | I Putu Agus Kertawirawan

Page 7: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201474

induk di desa Musi pada tahun 2009 tercatatsebanyak 680 ekor atau 33% dari populasi sapi didesa ini.

Pola pengembangan ternak sapi di DesaMusi secara umum masih bersifat tradisional.Ternak biasanya ditempatkan pada kandang yangsederhana, ataupun di tambatkan pada pohon.Secara sanitasi, sistem pemeliharaan ternakseperti ini mencirikan pola budidaya secaratradisional. Teknologi pemeliharaan tradisionaldicirikan oleh manajemen usaha seadanya,kualitas pakan rendah, dan kurang mencukupi daritingkat kebutuhan gizi sehingga pertumbuhannyalambat dan pertambahan bobot badannya kecil.Dengan demikian tingkat keuntungan belumoptimal dengan waktu pemeliharaan lama(Wahyono et al. 1998). Pola peternakan yangmasih tradisional (kesehatan ternak belummendapat perhatian) memberikan peluangberbagai jenis penyakit, seperti parasiter, bakterialmaupun viral untuk berkembang (Suweta 1992).Beberapa jenis penyakit pada sapi Bali khususnyapenyakit parasiter yang disebabkan oleh cacing,banyak ditemui di lapangan, antara lainNematodiosis, Fasciolosis, Paramphistomosis danCystecircosis.

Penyakit cacingan tidak langsungmenyebabkan kematian, akan tetapi kerugian darisegi ekonomi sangatlah besar, sehingga penyakitparasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi.Kerugian akibat penyakit cacing, antara lain:penurunan berat badan, penurunan kualitasdaging, kulit, dan jeroan, penurunan produktivitasternak, penurunan produksi susu pada ternakperah, dan bahaya penularan pada manusia(zoonosis) (Imbang, 2007). Lebih lanjutWiryosuhanto dan Jacoeb (1994) menyatakanpenyakit endoparasit terutama cacing menyeranghewan pada usia muda (kurang dari 1 tahun).Prosentase yang sakit oleh endoparasit dapatmencapai 30% dan angka kematian yang bisaditimbulkan adalah sebanyak 30%.

Gejala umum dari hewan yang terinfeksicacing antara lain badan lemah dan bulu kusam,gangguan pertumbuhan yang berlangsung lama.Jika infeksi sudah lanjut diikuti dengan anemia,diare, dan badannya menjadi kurus yang akhirnyabisa menyebabkan kematian. Adanya parasit didalam tubuh ternak tidak harus diikuti olehperubahan yang sifatnya klinis. Kehadiran parasitcacing bisa diketahui melalui pemeriksaan feses,dimana ditemukan telur cacing. Makin banyakcacing makin banyak pula telurnya. Perubahanpopulasi cacing dalam perut sapi dapat diketahui

dengan menghitung total telur per gram feses(EPG) secara rutin. Tingkat prevalensi parasitcacing tergantung pada jumlah dan jenis cacingyang menginfeksinya (Subronto dan Tjhajati, 2001).

Berdasarkan permasalahan tersebut,penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkatprevalensi penyakit gastrointestinal yangmenginfeksi populasi sapi pada lokasi penelitiansehingga bisa dilakukan upaya pencegahan danperbaikan pola budidaya ternak sapi Bali terkaitusaha pengendalian infeksi penyakitgastrointestinal.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa MusiKecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng padabulan April tahun 2013. Sampel diambil secarasengaja (purposive) berupa feses segar yangberasal dari 23 ekor induk sapi bali umur 5-8 tahundan 29 ekor pedet/bakalan umur 10 – 12 bulan.Sampel feses (tinja) diambil sebanyak 50 – 100gram ditambah Formalin 10 % secukupnya.Pemeriksaan sampel dilakukan di Balai BesarVeteriner Denpasar, dengan metode Whitlockmenggunakan uji apung dan sedimentasi.Parameter yang diamati meliputi jenis danprevalensi infeksi parasit gastrointestinal (cacingdan protozoa). Sampel dinyatakan positif apabiladitemukan telur cacing ataupun oosit di dalamnya.Prevalensi infeksi dihitung dengan cara membagijumlah sampel yang positif terinfeksi parasitdengan total jumlah sampel yang diperiksa,kemudian dikalikan 100 %. Data hasil pemeriksaanselanjutnya dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian menunjukkan tingkatprevalensi infeksi gastrointestinal pada induk sapisebanyak 86,95%, lebih tinggi dibandingkan pedet/bakalan sebanyak 86,20%

Berdasarkan hasil yang diperoleh, sebagianbesar sapi di lokasi penelitian terinfeksi penyakitgastrointestinal. Infeksi yang terjadi bersifattunggal maupun kombinasi (lebih dari 1 jenisparasit gastrointestinal per ekor sapi). Prevalensiinfeksi gastrointestinal pada sapi bali yangdibudidayakan di lokasi penelitian di dominasi olehEimeria sp. Prevalensi Eimeria sp tertinggi terdapatpada pedet/bakalan sebesar 82,61% sedangkanpada induk sebesar 65,52 %. Prevalensi Eimeria

Page 8: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

75

sp tunggal pada induk sebesar 69,57%, Cooperiasp sebanyak 4,35% sedangkan prevalensikombinasi Eimeria sp, Cooperia sp, Chabertia spdan Bonustomum sp sebanyak 4,35% (masing-masing sebanyak 1 ekor), dan sebanyak 12,04%negatif. Sejalan dengan penelitian Yasa et al,(2007), dijelaskan bahwa 33 % induk sapi Bali diDesa Sanggalangit Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng terinfeksi parasit cacing jenisnematoda seperti Cooperia sp, Strongyloides sp,Bonustomum sp, dan Mecistocirus sp. Padapedet/bakalan, tingkat prevalensi Eimeria spsebanyak 48,28%, sedangkan kombinasi Eimeriasp dengan Cooperia sp sebanyak 6,90%, Eimeriasp dengan Mecistocirrus sp sebanyak 10,34 %,Cooperia sp dengan Trichostrongyloides 3,45%,Toxocara sp 6,90% dan 13,79 % negatif.

Secara lebih rinci parasit yang menginfeksisapi-sapi di lokasi penelitian adalah sebagaiberikut ;

1. KoksidiosisTingginya prevalensi Eimeria sp pada sampel

yang dikoleksi dari induk maupun pedet/bakalanmenunjukkan tingkat penyebaran kasuskoksidiosis yang terjadi cukup tinggi. Sejalandengan penelitian Yasa, (2010) diperoleh bahwatingkat prevalensi parasit penyebab koksidiosispada sapi yang berumur < 1 tahun, 1-2 tahun dan> 2 tahun di lahan kering Desa Musi KecamatanGerokgak Buleleng Bali berturut-turut 66,67%,16,67% dan 0 % dengan jumlah oosit per gram(OPG) feses berturut-turut 318 butir, 88 butir dan0 butir. Koksidiosis (diare berdarah pada pedet)merupakan penyakit yang menjadi permasalahanutama bagi petani di lahan kering di dalammengembangkan usaha pembibitan sapi bali.Tingginya penyebaran penyakit koksidiosis ini terkaitdengan tingkat sanitasi dan sistem budidaya yangdikembangkan oleh petani di lokasi penelitian yangmasih sangat tradisional. Sanitasi kandang yang

Tabel 1. Prevalensi Parasit Gastrointestinal pada Ternak Sapi di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak,Kabupaten Buleleng Bali, tahun 2013

Sampel Feses Sapi Sampel Diperiksa(buah) Sampel Positif(buah) Prevalensi (%)

Induk 23 20 86,95Pedet/Bakalan 29 25 86,20

Tabel 2. Hasil Laboratorium Jenis, Prevalensi dan EPG Sampel Gastrointestinal pada Induk dan BakalanSapi di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Bali, tahun 2013

Jenis Sapi Jenis Infeksi Jumlah sapi Persentasetrinfeksi (ekor) (%)

Induk Eimeria 16 69.57Cooperia 1 4.35Eimeria Cooperia 1 4,35Eimeria Cooperia Chabertia 1 4,35Eimeria Bunostomum 1 4,35Negatif 3 13,04

Total Sample 23 100,00

Pedet/Bakalan Eimeria 14 48,28Mecistocirrus 2 6,90

Cooperia 1 3,45Eimeria Cooperia 2 6,90Eimeria Mecistocirrus 3 10,34

Cooperia Trichostrongyloides 1 3,45Toxocara sp 2 6,90

Negatif 4 13,79

Total Sample 29 100,00

Sumber : Laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar, tahun 2013

Identifikasi Kasus Penyakit Gastrointenstinal Sapi Bali dengan Pola Budidaya Tradisional PadaAgroekosistem Lahan Kering Desa Musi Kec. Grokgak, Kab. Buleleng | I Putu Agus Kertawirawan

Page 9: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201476

buruk terlebih dengan manajemen perkandanganberpindah menyebabkan penyebaran dan tingkatinfeksi yang terjadi pada sapi cukup tinggi.

Siklus hidup parasit ini berawal dari keluarnyaookista bersama feses, kemudian akan terjadisprulasi 1-2 hari (tergantung spesies dan suhusekitar). Oosit yang telah mengalami sporulasikemudian termakan oleh hewan, selanjutnyaookita pecah dan terbentuk sporozoit yangmenyerang mukosa dan epitel usus. Sprorozoitkemudian berkembang menjadi schizont,makrogametosit dan mikrogametosit.Makrogamet dan mikrogamet kawin akhirnyaterbentuk zigot/ookiste. Hewan terinfeksi karenamenelan makanan terinfeksi ookiste (Darma danPutra 1997).

Melakukan pengobatan terhadap koksidiosisrelatif sulit, karena gejala penyakit tidak munculpada awal infeksi. Gejala penyakit justru barutampak jelas pada hari ke 17-18 hari post infeksiatau tertelannya pakan atau air minum yangtercemar oosit, khususnya oosit dari Eimeria bovis.Menurut Ernst dan Benz (1986) dalam Quigley(2001), penyebab kematian utama pada pedetadalah akibat terjadinya diare yang menyebabkanbanyaknya kehilanga elektrolit dan dehidrasi.Sedangkan pendarahan dan komplikasi olehinfeksi sekunder berperan meningkatkan angkamortalitas (kematian), dan pengobatan denganCorticosteroid merupakan kontra indikasi bagipenderita koksidiosis. Dilaporkan juga obat-obatanyang paling efektif untik mengobati koksidiosisantara lain Amprolium (10 mg/kg bb/hari selama 5hari) dan Sulfaquinoxaline (6 mg/lb/hari selama 3-5 hari). Diantara obat golongan Sulfonamide seperti; sulfaguanidine, sulfamerazin, sulfamethazine dansulfaquinoxaline ; adalah sulfaquinoxalinememberikan hasil yang paling memuaskan intukkasus koksidiosis (Ferguzon,2001).

2. Parasit cacing

a. Cooperia spTingkat prevalensi Cooperia sp lebih tinggi

terjadi pada sapi bakalan dibandingkan padasapi induk. Hal ini dimungkinkan jika bakalanyang diperoleh berasal dari luar wilayahpenelitian maupun hasil penyebaran di tingkatlokal wilayah penelitian dampak dari sanitasilingkungan yang buruk. Cooperia spmerupakan cacing gilig atau nematoda.Bentuknya kecil dan warnanya kemerah-merahan, dapat ditemukan di dalam usus kecilberbagai ruminansia, terutama sapi. Cacing

ini juga digolongkan sebagai cacing rambut,karena ukurannya yang kecil. Panjang cacingjantan rata-rata sedikit lebih besar dari 5 mm,dan yang betina kira-kira 6 mm. Menurut Anon.(1990) daur hidupnya mirip dengan nematodelainnya, dimana cacing tersebutmengeluarkan telurnya dari tubuh hospesmelalui feses dan di alam bebas berkembangdi bawah pengaruh kelembaban, suhu danoksigen yang cukup. Gejala infeksi padaternak sapi antara lain ; diare, lemah, anemia,dan pengurusan ternak (Noble dan Noble.1989).

b. Toxocara spToxocara sp merupakan cacing dari jenis

Nematoda. Pada sapi, spesies Toxocara spyang menginfeksi adalah Toxocara vitolorumdimana penularan cacing nematode ini dariinduk ke anak, tidak saja melalui telur maupunlarva infertil dalam feses ataupun lingkungankandang tapi dapat melalui air susu maupunsejak di dalam kandungan. Telur T. vitulorumyang infektif tidak akan menetas sampai telurtersebut termakan oleh induk semang.LarvaT.vitulorum hanya akan menyelesaikan siklushidupnya apabila termakan oleh hewan/indukbetina dan akan menginfeksi anak/keturunannya (Roberts,1993). Apabila telurT.vitulorum termakan oleh anak sapi atauanak kerbau, larvanya akan menembusdinding usus dan akan bermigrasi melaluisistem pembuluh darah menuju ke hati danparu-paru. Larva tersebut akan dibatukkankemudian tertelan lagi dan kembali ke ususkecil yang akhirnya menjadi cacing dewasadan mulai produksi telur 3-5 minggu setelahinfeksi (Hansen dan Perry.1994)

Anak sapi sangat peka terhadap infeksiT.vitulorum yang biasanya merupakan infeksipaten dan kemungkinan besar penyakit inibisa dicegah dengan pengobatan.Pengobatan bisa dilakukan pada anak sapiYang berumur antara 10-16 hari (Hansen danPerry,1994; Roberts,1993). Levamisol bisamembunuh larva Toxocara pada anak sapi 7hari setelah infeksi. Pengobatan pada sapibunting tidak dianjurkan karena umurkebuntingan biasanya tidak diketahui denganpasti dan tidak akan efektif pada hewan yangsudah bunting tua, selain itu diperlukan dosisyang lebih besar. Kebersihan kandang jugamerupakan faktor yang sangat penting.

Page 10: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

77

c. Chabertia spBerdasarkan hasil yang diperoleh,

prevalensi Chabertia sp ditemukan pada induksapi dengan persentase yang kecil yaitusebesar 4.35%. Chabertia merupakan jeniscacing dari klas Nematoda dan pada sapiadalah Chabertia ovina. Selain menyerangsapi, jenis cacing ini juga ditemukan padakambing dan domba. Cacing ini penularannyamelalui mulut (oral) dimana makanan yangmengandung telur cacing ikut masuk ke dalamtubuh sapi melalui mulut. Siklus hidupnyaterjadi dalam tubuh hospes dan mencarimakan dengan merobek permukaanpembuluh darah usus sehingga hewan yangterserang dapat menunjukkan gejalakelesuan, anemia dan pada kondisi beratmenyebabkan diare berdarah disertai lendir.Benzilmidazole merupakan obat efektif danumum digunakan untuk mengobati penyakitcacing gastrointestinal pada ruminansia(Soulsby,1982).

d. Bonustomum spBerdasarkan hasil yang diperoleh,

prevalensi Bonustomum sp ditemukan padainduk sapi dengan persentase yang kecil yaitusebesar 4.35%. Bonustomum sp merupakanjenis cacing dari klas Nematoda yangpenyebarannya sangat luas menyerang usushalus hingga duodenum pada ternak sapi danZebu serta dilaporkan pernah ditemukan jugapada kambing. Obat cacing yang baikdigunakan untuk mengendalikan penyakit iniadalah thiabendazole (75 mg/kb),Parbendazole (15 mg/kg), Fenbendazole (5mg/kg), Cambendazole (20 mg/kg),albendazole (75 mg/kg) atau thiophanate (50mg/kg) (Soulsby, 1982)

e. Mecistocirrus spBerdasarkan hasil yang diperoleh,

prevalensi Mecistocirrus sp ditemukan padapedet dengan persentase sebesar 10,34%.Mecistocirrus merupakan cacing dari klasnematode, dimana siklus hidupnya cacing inisangat panjang terjadi dalam tubuh hospesyang terdiri dari 4 tahap. Dampak yangditimbulkan dari infeksi parasit gastrointestinaladalah dapat memicu terganggunya metabo-lisme mineral tubuh seperti menurunnyaabsorbsi kalsium/phosphor dan magnesiumyang berdampak pada terganggunya prosespenguatan tulang sehingga menyebabkanterganggunya pertumbuhan tubuh ternak

terlebih pada ternak muda. Secara ekonomitentunya dapat menyebabkan penurunantingkat produksi dan harga jual ternak(Soulsby, 1982).

Infeksi cacing klas nematode umumnyadapat dikendalikan menggunakan obat yangbersifat broadspektrum seperti Benzimi-dazole, Parbendazole, Cambendazole,Mebendazole, Albendazole, atau Oxfenda-zole. Selain obat tersebut, Ivermectinmerupakan obat yang sangat efektifdigunakan untuk mengendalikan infeksicacing klas nematoda secara luas. Ivermectinsangat baik digunakan untuk mengendalikancacing nematode muda dan dewasa.

f. TrichostrongyloidesBerdasarkan hasil yang diperoleh,

prevalensi Trichostrongyloides ditemukanpada pedet dengan persentase yang kecilyaitu sebesar 4.35%. Trichostrongyloidesmerupakan jenis cacing klas nematode yangmasih satu genus dengan Cooperia spmaupun Mecistocirrus sp. Cacing dewasadapat ditemukan pada saluran pencernaandari ternak kambing, sapi, kuda dan vertebratalainnya. Larva dari cacing ini sangat banyakditemukan pada daun rumput di pagi maupunsore hari dimana temperature, kelembabandan intensitas cahaya yang baik (Soulsby,1982), sehingga diharapkan para peternakuntuk tidak mencari rumput pada pagi harimaupun sore hari pada saat sinar mataharibelum maupun tidak begitu terik. Larva cacingakan turun dari daun rumput seiring tingginyasuhu maupun sinar matahari dan mencaritempat yang lebih sejuk. Untuk mengenda-likan kasus penyakit ini sama dengan pengen-dalian parasit cacing klas nematoda lainnya.

KESIMPULAN

Tingkat prevalensi infeksi parasitgastrointestinal di Desa Musi, KecamatanGerokgak Kabupaten Buleleng relatif tinggi yakni86,95% untuk induk dan 86,20% untuk pedet/bakalan.

Prevalensi Eimeria sp pada pedet/bakalansebesar 82,61% lebih tinggi dibandingkan padainduk yakni sebesar 65,52 %

Parasit yang menginfeksi ada yang bersifattunggal, ada pula gabungan beberapa jeniscacing dan ada pula cacing dengan protozoasekaligus

Identifikasi Kasus Penyakit Gastrointenstinal Sapi Bali dengan Pola Budidaya Tradisional PadaAgroekosistem Lahan Kering Desa Musi Kec. Grokgak, Kab. Buleleng | I Putu Agus Kertawirawan

Page 11: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201478

SARAN

Upaya pencegahan adalah dengan perbaikanpola budidaya, menjaga sanitasi kandang, danmengolah limbah kotoran ternak (feses) menjadikompos untuk mencegah penyebaran sertamemutus daur hidup parasit. Upaya pengobatanadalah dengan pemberian obat antiparasit (cacingmaupun protozoa) yang bersifat broadspektrumsecara berkala atau di awal fase pemeliharaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1990. Beberapa Penyakit PentingPada Ternak. Seri Peternakan. ProyekPengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat/NAEP.Balai Informasi Pertanian DaerahIstimewa Aceh. Departemen Pertanian.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013. Balidalam Angka tahun 2013. http//bali.bps.go.id.diakses tanggal 7 Juli 2014

Ferguzon, D.L.2001. Coccidiosis of Cattle.Published Agriculture and Natural Resources,University of Nebraska Lincoln. http;//www.ianr.unl.edu/pubs/animaldesease/g336htm.

Hansen, J. and B. Perry. 1994. A Handbook. Theepidemiology, diagnosis and control of helmithparasites of ruminants. Published by theInternational Laboratory For Research OnAnimalDiseases,Nairobi, Kenya. p. 121

Laporan Statistik Pertanian dan PeternakanKecamatan Gerokgak. 2009. BPPKecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.

Roberts, J.A. 1993.Toxocara vituloruminRuminants. Vet.Bull. 63: 545-568

Imbang, D.R. 2007. Penyakit Parasit PadaRuminansia. Staf Pengajar JurusanPeternakan Fakultas Pertanian-PeternakanUniversitas Muhammidiyah Malang http://imbang.staff.umm.ac.id.

Wiryosuhanto, S. D. dan Jacoeb, T. N. 1994.Prospek BudidayaTernak sapi. PenerbitKanisius. Yogyakarta.

Noble, E.R dan Noble, G.A. 1989. Parasitologi,Biologi Penyakit Hewan. Edisi 5. Gajah MadaUniversity Press

Quiley,J.2001. A Review of Coccidiosis in Calves,http://www.calfnotes.com/fdffiles/CN017.pdf(Minggu, 1 Agustus 2010)

Soulsby, E.J.L. 1982. Helminths, Arthropods, andProtozoa Of Domesticated Animals. SeventhEdition. Published by Bailliere Tindall. London

Subronto dan I. Tjahajati.2001. Ilmu PenyakitTernak II. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.

Yasa, I.M, Adijaya, I.N, Sudaratmaja, I.G.A.K,Mahaputra, I.K, Trisnawati, W, Rinaldi, J,Elizabeth, D.A, Kertawirawan, I.P.A danRachim, A. 2007. Laporan Akhir Prima TaniRenovasi di Lahan kering dataran RendahBeriklim Kering Desa Sanggalangit,Kecamatan Gerokgak Buleleng Bali. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar

Yasa, I.M. 2010. Penyakit Diare Berdarah(koksidiosis) pada Pedet. Buletin Teknologidan Informasi Pertanian. Penyebar InformasiTeknologi dan Hasil Penelitian, Volume 8,Nomor 25 Desember 2010. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali

Page 12: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

79

KONTRIBUSI SUSU KAMBING TERHADAP PENDAPATAN USAHATANIINTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK KAMBING

Nyoman Ngurah AryaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Bali, 8022e-mail: [email protected]

Submitted date: 10 Juni 2014 Approved date: 5 Juli 2014

ABSTRACT

The Contribution Of Goat Milk Towards Farmers Income In The IntegratedFarming System Of Goat And Coffee Plant

Most farmers in the district Busungbiu have developed goats milk as economically valuable commoditysince the time of assessment Primatani by AIAT Bali. This study aims to analyze the contribution of goatsmilk income to the total income of the coffee plants – goats integration farming system. The study wasconducted in Sepang and Pucaksari villages, on July-September 2013, The samples determined by randomsampling. The number of samples was determined by Slovin method. Data collected by interviews using aquestionnaire. Data were analyzed by paired t-test. The result showed that, goats milk income contributevery significantly to the total income of the coffee plants – goats integration farming system.

Key words: Contribution, income, goats milk, integration farming system

ABSTRAK

Sebagian petani di Kecamatan Busungbiu telah mengembangkan susu kambing sebagai komoditas yangbernilai ekonomis sejak dilakukannya pengkajian Primatani oleh BPTP Bali. Penelitian ini bertujuan untukmenganalisis kontribusi pendapatan dari penjualan susu kambing terhadap total pendapatan usahataniintegrasi tanaman kopi – ternak kambing. Penelitian dilakukan di Desa Sepang dan Pucaksari, pada Juli– September 2013. Penentuan petani sampel dilakukan secara acak. Jumlah sampel ditentukan denganmetode Slovin, sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakankuesioner. Data dianalisis dengan uji t-berpasangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa, pendapatan daripenjualan susu kambing memberikan kontribusi yang sangat nyata terhadap total pendapatan usahataniintegrasi tanaman kopi – ternak kambing.

Kata kunci: Kontribusi, pendapatan, susu kambing, sistem usahatani integrasi

PENDAHULUAN

Sistem integrasi tanaman-ternak yangdicirikan adanya keterkaitan yang salingmenguntungkan antara tanaman dan ternak,merupakan salah satu sistem usahatani yangdapat mendorong pertumbuhan pendapatan petanidan pertumbuhan ekonomi wilayah, memperkuatketahanan pangan, dan memelihara keberlanjutanlingkungan (Pasandaran et al., 2005).

Sistem usahatani integrasi tanaman-ternaktelah menjadi bagian dari budaya bertanimasyarakat petani di Indonesia, seperti halnyayang diterapkan oleh petani kopi di KecamatanBusungbiu. Tanaman kopi telah diintegrasikandengan ternak kambing. Namun, karena berbagaiketerbatasan yang dimiliki petani khususnyadalam mengakses informasi dan teknologi, sistemintegrasi yang diterapkan petani belum berjalanoptimal.

Terkait dengan kondisi tersebut di atas, BalaiPengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali padatahun 2005 - 2009, telah melakukan pengkajianProgram Rintisan dan Akselerasi PemasyarakatanInovasi Teknologi Pertanian (Primatani), diKecamatan Busungbiu. Terdapat lima desa lokasipengkajian Primatani dua di antaranya berlokasidi Desa Sepang dan Pucaksari. Beberapateknologi telah diintroduksikan terfokus padapemanfaatan sumberdaya lokal secara optimaluntuk meningkatkan pendapatan petani, satu diantaranya adalah pengelolaan susu kambing.

Pemanfaatan susu kambing sebagaikomoditas yang bernilai ekonomis mulaidikembangkan petani, khususnya petanikooperator sejak dilakukannya pengkajianPrimatani. Sebelumnya, petani di lokasi penelitiantidak pernah berpikir bahwa kambing yang sedanglaktasi dapat diperah susunya, dapat dikonsumsimanusia dan bernilai ekonomis. Terkait dengan

Kontribusi Susu Kambing terhadap Pendapatan Usahatani Integrasi Tanaman Kopidengan Ternak Kambing | Nyoman Ngurah Arya

Page 13: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201480

hal tersebut studi ini dilakukan bertujuan untukmenganalisis kontribusi susu kambing terhadappendapatan usahatani integrasi tanaman kopi-ternak kambing.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Sepang danPucaksari, Kecamatan Busungbiu, KabupatenBuleleng, pada Juli – September 2013. Lokasipeneltian ditetapkan dengan sengaja (purposivesampling) dengan pertimbangan kedua desatersebut sebagai lokasi pengkajian PrimataniLKDTIBmelalui pendekatan integrasi tanamankopi-ternak kambing dimana petaninya telahmelakukan pemerahan susu kambing.

Jenis data yang diambil meliputi data primerdan skunder. Data primer diperoleh dari petanisampel pelaksana pengkajian (petani kooperator)Primatani melalui wawancara langsungmenggunakan daftar pertanyaan terstruktur(kuesioner). Sedangkan data skunder diperolehdari instansi/lembaga melalui laporan-laporan,hasil-hasil penelitian, dan bentuk informasi lainnyayang terkait dengan penelitian ini. Data yangdiambil mencakup karakteristik petani, luaspenguasaan lahan usahatani, jumlah ternakkambing, jumlah dan biaya produksi, jumlahproduksi, penerimaan usahatani, dll.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalahseluruh anggota kelompoktani Mekar Sari, DesaSepang dan Werdhi Gopala, Desa Pucaksari yangberjumlah 43 orang. Jumlah sampel ditetapkanmenggunakan metode Slovin, sebagai berikut:

Nn =

(1+Nα2)

43 =

(1+ 43 x 0,12)

= 30 orang

Keterangan:n = Jumlah sampel; N = Jumlah populasi; danα = Taraf signifikansi 10%.

Dampak pengelolaan susu kambing terhadappendapatan usahatani integrasi tanaman kopi-ternak kambing dihitung berdasarkan besarankontribusinya, secara matematis diformulasikansebagai berikut:

PsKont = x 100 %

TPu

Keterangan :Kont = Kontribusi pendapatan susu kambingPs = Pendapatan susu kambingTPu = Total pendapatan usahatani integrasi

tanaman kopi-ternak kambing

Untuk mengetahui tingkat signifikansikontribusi pendapatan susu kambing terhadappendapatan usahatani integrasi tanaman kopi-ternak kambing, dilakukan uji beda dengan ujit-berpasangan, karena kedua kelompok sampelmerupakan petani yang sama. Kelompok sampelyang dimaksud adalah: kelompok sampel pertamaadalah petani yang mengelola dan menjual susu,sedangkan kelompok sampel kedua adalah petaniyang tidak mengelola dan menjual susu kambing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani

Hasil analisis menunjukkan bahwa, seluruhpetani sampel berusia produktif, berkisar antara29 – 55 tahun, dengan persentase terbesar(33,33%) pada usia 29 – 35 tahun. Kondisi inidapat berdampak positif terhadap kinerja petanidalam mengelola usahatani integrasi tanamankopi-ternak kambing di lokasi penelitian.Peningkatan kinerja seseorang dalam hal inipetani, pada umumnya berbanding lurus denganpertambahan usianya sampai pada batas usiatertentu. Petani yang berada pada usia produktifbiasanya akan bekerja lebih efisien, produktivitasyarelatif tinggi, dan kemampuan bekerjanya akanmeningkat sampai mencapai umur tertentu.

Pendidikan formal sering dipakai sebagaisalah satu indikator untuk mengukur kompetensiseseorang untuk melakukan sesuatu hal.Pendidikan mempunyai peranan penting bagipetani dalam mengelola usahataninya, karenaberhubungan erat dengan tingkat keterampilan dankemampuan dalam penyerapan teknologiusahatani. Semakin tinggi tingkat pendidikanformal petani, pada uumnya semakin baik pulakemampuan berpikir, mengadopsi teknologimaupun keterampilannya dalam mengelolausahataninya.

Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahuibahwa, tingkat pendidikan petani responden relatif

Page 14: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

81

tinggi, karena sebagian besar (53,34%) memilikijenjang pendidikan SLTA. Terdapat satu orangpetani (3,33%) yang berpendidikan hinggaperguruan tinggi. Kondisi ini mengindikasikanbahwa kualitas sumber daya manusia (SDM)cukup baik, sehingga akan dapat berdampakpositif terhadap pengelolaan usahatani dan tingkatadopsi teknologi pertanian yang diintroduksikan.Dengan demikian diharapkan, petani kooperatorPrimatani yang memiliki pendidikan formal lebihtinggi dapat sebagai motivator, mampumengadopsi, dan menyebarluaskan teknologiusahatani integrasi yang diperoleh daripelaksanaan pengkajian Primatani kepada petanilain di sekitarnya. Diyakini, adopsi teknologidengan tepat, sehingga dapat meningkatkanpendapatan usahatani.

Luas lahan garapan petani dan statuspenguasaanya dapat mempengaruhi perilakupetani dalam mengelola usahataninya. Sebagaisumber penghidupan bagi petani, luas garapanmemiliki arti yang sangat penting karena dapatmenentukan jumlah produksi usahatani dan tingkatpendapatan mereka. Pada umumnya, luas lahangarapan berbanding lurus dengan jumlah produksi,pendapatan, dan curahan tenaga kerja. L u a slahan garapan setiap petani rata-rata 1,48 ha,sehingga dapat disimpulkan bahwa lahanusahatani yang dikelola petani sampel relatif cukupluas, sehingga sangat memungkinkan bisamemperoleh pendapatan yang layak. Berdasarkanstatus penguasaan lahan, sebagian besar petaniatau sebanyak 20 orang petani (66,67%) hanyasebagai petani penggarap (penyakap), sedangkanpetani yang menggarap miliknya sendiri sebanak10 orang (33,33%). Status peguasaan lahangarapan dapat mempengaruhi pengambilankeputusan dalam menjalankan kegiatanusahatani. Selain itu juga dapat mempengaruhitingkat pendapatan petani.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, makasebagian besar dari petani penggarap tersebutharus mencari pekerjaan sampingan, yaitu sebagaiburuhtani, buruh bangunan, sebagai tukang listrik,jual-beli produk-produk pertanian, dan membukausaha warung. Dengan banyaknya petani mencaripekerjaan sampingan mengindikasikan bahwa: (1)kemungkinan pendapatan usahataninya belummencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumahtangganya dan (2) memiliki waktu luang yangcukup banyak, sehingga berusaha untukmeningkatkan produktivitas dirinya.

Keragaan Usahatani Integrasi

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa,rata-rata petani mengusahakan tanaman kopiseluas 1,48 ha, dengan jumlah tanaman yangmenghasilkan 1.630 pohon, belum menghasilkan112 pohon, dan tidak menghasilkan/rusak 41pohon. Sedangkan pemilikan ternak kambing rata-rata 15 ekor per petani, terdiri atas jantan dewasa2 ekor, betina dewasa (induk) 8 ekor, jantan muda2 ekor, dan betina muda 3 ekor. Dapat dinyatakanbahwa jumlah ternak kambing yang dipeliharasetiap petani belum sebanding dengan luasan ataupopulasi tanaman kopi yang dikelola. Ternakkambing yang dipelihara petani belum mampumenyediakan pupuk, baik pupuk kandang maupunpupuk organik yang dibutuhkan tanaman kopi.Penggunaan pupuk dalam jumlah yang tidaksesuai dengan kebutuhan tanaman dapatberdampak terhadap rendahnya produksi kopiyang akan diperoleh. Mengacu pada Guntoro(2012), kebutuhan kompos untuk satu hektarkebun kopi, minimal memelihara kambing 25 ekor.Sehingga, untuk kebun kopi 1,48 ha yang dikuasaipetani minimal memelihara kambing sebanyak 37ekor.

Secara umum pelaksanaan budidayatanaman kopi dan kambing di lokasi penelitiansudah cukup baik. Beberapa aktivitas terkaitdengan budidaya tanaman kopi sudah dilakukanpetani meliputi: penggunaan bibit/klon yang unggul,penggemburan tanah, pemupukan, pemangkasantanaman pokok dan penaung, penyiangan, danpewiwilan. Terkait dengan penggunaan klon kopiRobusta, sebagian besar petani sudah melakukanpenanaman secara poliklonal, denganmengunakan rata-rata tiga klon dalam satuhamparan usahataninya, yang didomimasi klon BP358, BP 42, dan BP 409. Jarak tanam tanamankopi telah disesuaikan dengan lebar masing-masing teras, umumnya berjarak 2,25m x 2,50m.Umur tanaman kopi rata-rata 12,63 tahun.Tanaman penaung yang ditanam petani didominasioleh tanaman lamtoro, gamal, dan kaliandra. yangjuga dimanfaatkan sebagai sumber hijauan bagiternak kambing yang dipelihara.

Tanaman kopi dipupuk dengan pupuk organikyang berbahan baku kotoran kambing. Pemupukandilakukan setahun dua kali, yaitu pada awal danakhir musim penghujan sebanyak rata-rata 4,42kg/ph/th. Jumlah pupuk yang digunakan petani dilokasi penelitian masih di bawah takaran

Kontribusi Susu Kambing terhadap Pendapatan Usahatani Integrasi Tanaman Kopidengan Ternak Kambing | Nyoman Ngurah Arya

Page 15: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201482

rekomendasi dari pemupukan. Jumlah pupuk yangdigunakan sangat bergantung pada jumlah kotoranyang dihasilkan oleh ternak kambing yangdipelihara. Sehingga, secara umum jumlah rata-rata pupuk kandang dan pupuk organik yangdigunakan masih sangat jauh dari kebutuhantanaman. Menurut Guntoro (2012), pupuk organikpadat yang dibutuhkan tanaman kopi adalah 10kg/ph/th, yang diaplikasikan dua kali. Pemberianpupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhantanaman dapat menyebabkan jumlah produksiyang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yangdimiliki tanaman.

Terkait dengan pemeliharaan kambing, secaraumum petani sudah melakukannya dengan cukup

baik. Petani menempatkan ternak kambingnyasecara terpisah antara anak kambing, kambinginduk, dan pejantannya pada setiap bilik yang ada.Konstruksi kandang kambing dibangun denganmodel panggung, berbahan utama kayu beratapasbes dan umumnya menghadap ke timur.Satu bangunan kandang terdiri atas beberapa bilik,yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah ternakkambing yang dipelihara. Setiap bilik umumnyaberukuran 1,25 m x 1 m, diisi satu ekor kambingdewasa atau dua ekor anak kambing. Tempatmakanan kambing terdapat di bagian depankandangdan di antara tempat makanan dan tempattidur kambing terdapat sekat/dinding pembatas.Di bawah kandang dilantai dengan semen/beton

Gambar 1Kondisi Pertanaman Kopi Robusta

Gambar 2Konstruksi Kandang Kambing pada Petani

Page 16: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

83

untuk memudahkan membersihkan/mengumpulkan kotorannya. Pada beberapapetani yang sudah memanfaatkan urine kambingsebagai pupuk, di bagian belakang kandang dibuatsaluran urine untuk ditampung di bak yang terletakdi bagian belakang kandang.

Pakan utama dari ternak kambing adalahhijauan yang bersumber dari rumput, gulma, danpohon penaung berupa lamtoro, gamal, dankaliandra. Sebagian besar petani responden jugasudah mampu mengolah limbah kopi menjadikonsentrat sebagai pakan tambahan/penguat.Petani yang tidak memberikan pakan tambahan,pada umumnya memberi hijauan sepenuhnyadengan jumlah sekitar 5 kg/ekor/hari dengantambahan konsentrat sebagai pakan penguat rata-rata 250 kg/ekor/hari.

Produksi usahatani integrasi

Panen kopi di lokasi penelitian biasanyadilakukan petani setiap tahun pada bulan Juli sdAgustus. Dari jumlah populasi tanaman kopiRobusta produktif sebanyak 1.630 pohon dalamluasan 1,48 ha diperoleh produksi rata-rata kopisebanyak 1.136,53 kg atau sebanyak 0,70 kg/ph.Produksi kopi tersebut masih relatif rendah.Menurut Najiyati dan Danarti (1997), produksi rata-rata kopi Robusta mencapai 9 - 13 ku/ha/th atau0,75 - 1,08 kg/ph/th. Apabila diusahakan secaraintensif, jumlah produksinya dapat mencapai 20ku/ha/th atau 1,67 kg/ph/th.

Produksi kopi yang masih relatif rendahtersebut diduga akibat penggunaan pupuk yangbelum sesuai dengan kebutuhan tanaman kopi.Petani melakukan pemupukan tanaman kopihanya dengan pupuk organik sebanyak rata-rata4,42 kg/ph/th. Mengacu pada Guntoro (2012),tanaman kopi membutuhkan pupuk organiksebanyak 10 kg/ph/th diaplikasikan dua kali dalamsetahun, yaitu pada awal dan akhir musimpenghujan.

Bentuk produksi yang diperoleh petani daripemeliharaan ternak kambing adalah berupakambing potong dan susu kambing segar. Terkaitdengan kambing yang dihasilkan petani, yangdihitung dalam penelitian ini adalah jumlah kambingpotong yang dijual, yang berkontribusi terhadappenerimaan dan pendapatan petani pada tahun2012. Jumlah produksi kambing potong yangdiperoleh rata-rata 5 ekor per petani. Kamibingpotong tersebut dijual di lokasi usahatani denganharga rata-rata Rp 900.000,00/ekor. Sedangkan,jumlah produksi susu kambing segar yang

diperoleh pada tahun 2012 rata-rata 160,88 literdengan harga penjualan Rp 15.000/liter.Pendapatan Usahatani Integrasi

Pendapatan usahatani sering dipakai sebagaiindikator keberhasilan petani mengelolausahataninya. Tinggi rendahnya pendapatan petanidipengaruhi oleh beberapa faktor, satu diantaranyaadalah faktor harga, baik harga sarana produksimaupun harga produk usahatani yangbersangkutan.

Pendapatan usahatani adalah selisih antarapenerimaan usahatani dan seluruh biaya produksiusahatani yang dipakai dalam proses produksi.Cakupan biaya produksi dibatasi pada seluruhbiaya yang dikeluarkan secara tunai oleh petaniuntuk melakukan proses produksi usahataniintegrasi. Seluruh sarana produksi yang bersifatnatura yang bersumber dari petani itu sendiri,antara lain: pupuk kandang, pupuk organik, pakanternak kambing, tenaga kerja dalam keluarga, danbahan-bahan atau sarana produksi lainnya, tidakdihitung sebagai biaya produksi. Namun, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pupukorganik dan pakan kambing (konsentrat), selainkotoran ternak dan kulit kopi dihitung sebagai biayaproduksi, karena bahan-bahan tersebut dibelisecara tunai.

Induk kambing dan kambing pejantan,pembeliannya tidak dihitung sebagai biaya karenatelah dibeli dan diusahakan beberapa tahun yanglalu. Namun, peralatan yang digunakan dalampelaksanaan usahatani integrasi ini, dihitungsebagai biaya tetap melalui nilai penyusutannyasetiap tahun, yang dihitung dengan metodegaris lurus. Biaya tetap lainnya yang dihitungsebagai biaya produksi, adalah pajak bumi danbangunan (PBB), yang dibayarkan oleh petanipemilik setiap tahun. Petani penggarap tidakmembayar PBB, karena yang membayar adalahpemilik lahan. Secara rinci jumlah penerimaan,biaya produksi, dan pendapatan usahataniintegrasi tanaman kopi – ternak kambing disajikanpada Tabel 1.

Pada Tabel 1 terlihat bahwa, penggunaantenaga kerja luar keluarga hanya dibutuhkan padausahatani kopi dan menghabiskan biaya yangpaling banyak di antara biaya lainnya, yaitu sebesarRp 1.122.680,56. Kebutuhan tenaga kerja luarkeluarga paling besar terjadi pada saat panen kopi,karena tenaga kerja dalam keluarga tidakmencukupi untuk melakukannya. Sedangkanaktivitas lainnya menggunakan tenaga kerja dalamkeluarga petani.

Kontribusi Susu Kambing terhadap Pendapatan Usahatani Integrasi Tanaman Kopidengan Ternak Kambing | Nyoman Ngurah Arya

Page 17: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201484

Sarana produksi beternak kambingmembutuhkan biaya yang paling sedikit, yaitusebesar Rp 79.083,33 untuk 15 ekor kambing.Pengeluaran tunai hanya digunakan untuk membelibahan-bahan membuat pupuk organik, sepertidecomposer dan gula, sedangkan bahan lainnyaberupa kulit kopi tidak dihitung sebagai biayakarena milik petani sendiri. Pengeluaran tunaipengelolaan susu kambing berupa pembelian botoluntuk mengemas susu kambing.

Pada Tabel 1 dapat diketahuii juga bahwapendapatan usahatani kopi memberikan kontribusiyang paling besar terhadap pendapatan usahataniintegrasi tanaman kopi - ternak kambing.Sedangkan, susu kambing memberikan kontribusiyang paling kecil. Hal ini dapat dipahami, karenausahatani kopi merupakan mata pencaharianpokok bagi seluruh petani. Masing-masing petanimemiliki ternak kambing betina dan menghasilkankambing potong yang siap dijual dalam jumlahyang relatif sedikit. Selain itu, pemeliharaankambing sementara ini masih dianggap sebagaiusaha sampingan, sehingga pendapatan dari

penjualan kambing potong dan susu kambingbelum mampu mengimbangi pendapatan daripenjualan produksi kopi.

Ditinjau dari kontribusinya, pendapatan daripenjualan susu kambing memberikan kontribusiyang cukup besar terhadap pendapatan usahataniintegrasi tanaman kopi – ternak kambing, yaitusebesar 11,65%. Hasil analisis uji t-berpasangan(paired t-test), menunjukkan bahwa endapatanpetani yang mengelola & menjual susu kambingberbeda sangar nyata dengan pendapatan petaniyang tidak mengelola & menjual susu kambing(thitung = 6,324 > ttabel = 2,045).

KESIMPULAN

Pendapatan dari penjualan susukambing memberikan kontribusi yang cukup besardan sangat nyata terhadap total pendapatanusahatani integrasi tanaman kopi Robusta –ternak kambing Peranakan Ettawa (PE) diKecamatan Busungbiu.

Tabel 1. Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Rata-rata Usahatani Integrasi TanamanKopi -Ternak Kambing Tahun 2012

Nilai (Rp)Uraian

Per usahatani (1,48 ha) Per hektar

Penerimaan1. Usahatani kopi 13.831.041,67 9.328.490,332. Kambing potong 4.436.666,67 4.436.666,673. Susu kambing 2.413.250,00 2.413.250,00

Jumlah penerimaan 20.680.958,33 16.178.407,00

Pengeluaran/Biaya-biaya:1. Biaya variabel:

- Saprodi kopi 161.850,00 109.161,42- Tenaga kerja luar keluarga (kopi) 1.122.680,56 757.203,61- Saprodi kambing 79.083,33 79.083,33- Saprodi susu kambing 261.008,33 261.008,33

2. Biaya tetap- Penyusutan peralatan (kopi) 143.054,81 96.484,81- Penyusutan kandang (kambing) 387.339,29 387.339,29- Pajak Bumi dan Bangunan (kopi) 51.266,67 34.577,34

Pendapatan1. Usahatani kopi 12.352.189,63 8.331.063,152. Kambing potong 3.970.244,05 3.970.244,053. Susu kambing 2.152.241,67 2.152.241,67

Jumlah pendapatan 18.474.675,35 14.453.548,87

Sumber: Hasil analisis data primer (diolah)Keterangan : Penerimaan dari penjualan kambing potong dan susu kambing, saprodi kambing, dan

penyusutan kandang tidak dikonversi ke dalam satuan hektar.

Page 18: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

85

Untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga petani khususnya pada system usahataniintegrasi tanaman-ternak, optimalisasipemanfaatan & pengolahan susu kambingmerupakan upaya yang perlu dikembangkanterutama pada wilayah-wilayah yang memilikiagroekosistem serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Budhi, M.K.S. 2009. Teori Ekonomi Mikro.Udayana University Press. Denpasar.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.Bumi Aksara. Jakarta.

Guntoro, S., M. R. Yasa, dan N. Sugama. 2002.Hasil Pengkajian Pemanfaatan LimbahPerkebunan (Kakao dan kopi) untuk PakanTernak. Kerjasama BPTP Bali denganBappeda Provinsi Bali. Denpasar

Guntoro, S. 2012. Meramu Pakan Ternak dariLimbah Perkebunan. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Hadisapoetro. S. 1987. Biaya dan Pendapatandalam Usahatani. Lembaga PendidikanPerkebunan. Yogyakarta.

Najiati dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya danPenanganan Lepas Panen. PenebarSwadaya.Jakarta.

Pasandaran, E., A. Djayanegara, K. Kariyasa, danF. Kasryno. 2005. Integrasi Tanaman Ternakdi Indonesia. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. PTRaja Grafindo Persada. Jakarta.

Tim Primatani Busungbiu. 2008. Primatani di LahanKering Dataran Tinggi Beriklim Basah diBusungbiu-Buleleng. Laporan Akhir Tahun2008. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali. Denpasar.

Kontribusi Susu Kambing terhadap Pendapatan Usahatani Integrasi Tanaman Kopidengan Ternak Kambing | Nyoman Ngurah Arya

Page 19: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201486

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN(Studi Kasus Desa Beringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan)

Jemmy RinaldiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222Email: [email protected]

Submitted date: 5 Juni 2014 Approved date: 5 Juli 2014

ABSTRACT

Food Crop Farming Contribution To The Farmer Income(Case Study Beringkit Village, District Marga, Tabanan)

The selection of commodities to be commercialized by the farmers are often imprecise and even detrimental.The purpose of this study is (1) To find out farmers income and farm crops feasibility level, (2) to determinethe contribution of income from farm commodity crops cultivated. This study was conducted with a survey/interview by simple questionnaire of Participatory Rural Appraisal Method. Interviews were conducted inBeringkit Village, District Marga, Tabanan with a total sample of 30 farmers. Analysis indicator used is theanalysis of farm income. Furthermore, the value of the type of income per farm compared to the entirerevenue generated crops. The results show that the income of farmers in a year of crops derived from rice andsoybean, with an average of 0.4 hectares planting area Rp. 7.370.000. The highest income earned on ricefarming cultivated two times during the year i.e. Rp. 6.732.000, categorized to viable. While the contributionof the highest income earned on rice farming is 91.34%. While the feasibility of the highest farm commoditiesgained on durian. While soybean only earn Rp. 638 000, - contribute 8,66%. Soybean farming can becategorized as non-viable. Therefore, farmers need to be introduced on soybean cultivation technology ofefficient and able to increase its revenue.

Key words: Contributions, farm income, crop

ABSTRAK

Pemilihan komoditas yang akan diusahakan petani sering kali tidak tepat dan bahkan merugikan petani.Tujuan dari kajian ini adalah : (1) mengetahui seberapa besar pendapatan petani dan tingkat kelayakanusahatani tanaman pangan, (2) mengetahui kontribusi pendapatan dari komoditas usahatani tanamanpangan yang diusahakan. Kajian ini dilakukan dengan metode survei/wawancara menggunakan kuesionersederhana yang dilakukan dengan metode Partisipatory Rural Apraisal (PRA). Wawacara dilakukan diDesa Beringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan dengan jumlah sampel sebanyak 30 petani. Indikatoranalisis yang digunakan adalah dengan analisis pendapatan usahatani. Selanjutnya nilai jenis pendapatanper usahatani dibandingkan dengan pendapatan seluruh komoditas tanaman yang dihasilkan. Hasil kajianmenunjukkan bahwa pendapatan petani dalam setahun dari tanaman semusim diperoleh dari usahatanipadi dan kedelai dengan rata-rata luas areal tanam 0,4 hektar sebesar Rp. 7.370.000,-. Pendapatan tertinggidiperoleh pada usahatani padi yang diusahakan 2 kali selama setahun yaitu sebesar Rp. 6.732.000,-dengan kategori layak untuk diusahakan. Sedangkan kontribusi pendapatan tertinggi diperoleh padausahatani padi yaitu 91,34%. Sedangkan kelayakan usahatani tertinggi diperoleh pada komoditas durian.Sedangkan usahatani kedelai hanya memperoleh pendapatan sebesar Rp. 638.000,- atau berkontribusisebesar 8,66%. Usahatani kedelai dapat dikategorikan tidak layak untuk diusahakan. Oleh sebab itu, petaniperlu dikenalkan tentang teknologi budidaya kedelai yang efisien dan mampu meningkatkan pendapatannya.

Kata kunci : Kontribusi, pendapatan usahatani, tanaman pangan

PENDAHULUAN

Dibandingkan sektor-sektor lainnya, sektorpertanian dianggap sektor yang lentur dalammenghadapi krisis moneter dan ekonomi, karenaselain merupakan sumber mata pencahariansebagian besar masyarakat, ternyata juga mampumeningkatkan kapasitas penyerapan tenaga kerja.

Hal ini dibuktikan bahwa usaha yang berbasis padasumberdaya domestik masih menunjukkankeunggulannya dalam menghadapi krisis ekonomidibandingkan usaha yang berbasis sumberdayaimpor (G. Kartono dkk, 2004).

Menurut Rachmadi Ramli dan Dewa K.S.Swastika (2005) pemilihan komoditas yang akandikembangkan di suatu daerah seharusnya yang

Page 20: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

87

memiliki keunggulan kompetitif, sehinggamenguntungkan dan berkesinambungan. Pada eraperdagangan bebas, semua komoditas pertaniandapat bebas diperdagangkan antar daerah, bahkannegara. Konsekuensi dari perdagangan bebasadalah hanya komoditas yang mempunyaikeunggulan kompetitif saja yang dapat bersaing.

Pada umumnya petani menentukankomoditas yang diusahakan adalah meresponkenaikan tingkat harga satu komoditas dalamjangka pendek. Padahal komoditas tersebutbelum tentu mempunyai keunggulan wilayah itu.Sering terjadi kelebihan produksi di suatu wilayahkarena petani menanam komoditas yang samapada waktu yang sama dan jumlah banyak sertamutu hasil yang kurang diperhatikan sehinggaberdampak pada harga jual.

Tujuan dari pengkajian ini adalah (1)mengetahui seberapa besar pendapatan petani dantingkat kelayakan usahatani tanaman panganyang diusahakan di Desa Beringkit, KecamatanMarga, Kabupaten Tabanan, (2) mengetahuikontribusi pendapatan dari komoditas usahatanitanaman pangan yang diusahakan di DesaBeringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

METODE PENELITIAN

Kajian dilakukan di Desa Beringkit,Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan denganpendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA).Suatu pengertian prinsip dari PRA menurut Leeuwis(2000), adalah pemberdayaan masyarakat(community empowerment), dengan melibatkanmasyarakat untuk berpartisipasi dalam prosesperencanaan (process of planning), pengambilankeputusan (decision making) dan pembelajaransosial (social learning).

Kajian ini dilakukan pada tahun 2012 denganmewawancara 30 responden petani mengenaiusahatani tanaman pangan yang diusahakan.Adapun analisis pendapatan digunakanrumus (Downey dan Erickson, 1985 danSuratiyah, 1997) :

I = Σ (y . Py ) - Σ (Xi . Pxi )

Keterangan :I = Pendapatan (Rp/ha)Y = Output/hasil (kg)Pxi = Harga input (Rp)Py = Harga output (Rp)Xi = Jumlah input (i = 1,2,3….n)

Data dianalisis secara deskriptif kualitatifmenggunakan tabulasi silang dan statistiksederhana. Analisis dilakukan denganmenggunakan analisis anggaran parsial. Indikatoranalisis yang dipakai adalah R/C ratio (Return CostRatio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan (nisbah) antarapenerimaan dan biaya. Secara matematik, hal inidapat dituliskan sebagai berikut :

Ra = C

R = Py.YC = FC + VCa = {(Py.Y) / (FC +VC)}

KeteranganR = PenerimaanC = BiayaPy = Harga outputY = OutputFC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)Jika a > 1 maka dikatakan layak,

a < 1 maka dikatakan tidak layak dana = 1 maka dikatakan impas (tidak untung maupun merugi)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan Usahatani Padi

Berdasarkan hasil PRA, usahatani yangpaling dominan di Desa Beringkit, KecamatanMarga, Kabupaten Tabanan adalah padi dankedelai. Luas lahan yang diusahakan masyarakatrata-rata sebesar 0,40 hektar atau 40 are. Lahantersebut diusahakan padi sebanyak dua kali dalamsetahun, sedangkan kedelai diusahakan satu kalidalam setahun.

Hasil PRA didapatkan bahwa rata-rata petanimengusahakan padi dengan benih yang digunakanyaitu Ciherang sebanyak 13 kg dengan luas lahansebesar 40 are. Penggunaan input sarana produksidalam berusahatani padi selain benih jugadigunakan pupuk dan obat-obatan. Penggunaanpupuk yaitu Urea, TSP, NPK Pelangi serta pupukkandang serta obat-obatan yaitu konfidor, trebon,firtako, score, ali, metapuron, dan decis.

Total biaya usahatani padi yaitu sebesar Rp.2.849.000,- terdiri dari biaya sarana produksi

Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan (Studi Kasus Desa Beringkit,Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan | Jemmy Rinaldi

Page 21: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201488

sebesar Rp. 874.000,- (30,68%) dan biaya tenagakerja sebesar Rp. 1.975.000,- (69,32%). Besarnyatotal biaya usahatani padi disebabkan karenabesarnya biaya tenaga kerja yang mencapaihampir 70% biaya yang dikeluarkan dalamberusahatani dengan diperhitungkannya biayatenaga kerja dalam keluarga dengan upah sebesarRp. 60.000/HOK. Jika biaya tenaga kerja dihitungsecara nyata yang dikeluarkan petani, maka totalbiaya hanya mencapai Rp. 760.000,- yaitu biayaolah tanah sebesar Rp. 440.000,- dan pencabutanbenih serta penenaman sebesar Rp. 320.000,-.Hal ini dapat dikatakan bahwa tenaga kerja dalamkeluarga dapat meminimalisir biaya sebesar Rp.1.215.000,- atau sebesar 20,25 HOK yaitukegiatan penyemaian benih, pemupukan,penyaiangan dan penyemprotan/pengendalianhama penyakit.

Produksi padi yang diusahakan petani di DesaBeringkit rata-rata menjual dengan cara tebasan,

yaitu menjual dengan kesepakatan antara petanidengan pembeli/tengkulak. Rata-rata produksi paditersebut dihargai sebesar Rp. 125.000,-/are. Halini menyebabkan nilai tawar petani kecil dan minatpetani untuk meningkatkan produksi rendah sertasulit untuk mengganti varietas yang lebih baik danproduksi tinggi. Berdasarkan hasil PRA,penerimaan hasil penjualan yang diterima petaniyaitu sebesar Rp. 5.000.000,- dengan luas arealtanam 40 are (Tabel 1).

Hasil analisis pendapatan dari usahatani padidengan luas areal tanam rata-rata sebesar 40 arememperoleh pendapatan sebesar Rp. 2.151.000,-dengan nilai R/C ratio 1,76. Artinya setiap seriburupiah yang dikeluarkan dalam berusahatani padi,maka akan memperoleh hasil sebesar seribu tujuhratus enam puluh rupiah. Hal ini dapat dikatakanbahwa usahatani padi yang dilakukan petani diDesa Beringkit layak untuk diusahakan.

Tabel 1. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Desa Beringkit, Marga, Tabanan dengan Luas Areal 0,40Hektar Tahun 2012

No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan(Rp) Total Nilai(Rp)

I. Biaya Sarana Produksi 1. Benih (Ciherang) 13 Kg 8,000 104,0002. Pupuk :

Urea 80 Kg 2,000 160,000 TSP 40 Kg 1,875 75,000 NPK Pelangi 40 Kg 3,000 120,000 Pupuk Organik (Kuda Laut) 200 Kg 400 80,0003. Obat-obatan : Konfidor 1 Bungkus 45,000 45,000 Trebon 1 Bungkus 45,000 45,000 Firtako 2 Bungkus 25,000 50,000 Score 1 Botol 45,000 45,000 Ali 4 Bungkus 5,000 20,000 Metapuron 4 Bungkus 5,000 20,000 Decis 2 Botol 55,000 110,000 Total Biaya Sarana Produksi 874,000

II. Biaya Tenaga Kerja 1. Olah tanah (borongan traktor) 40 Are 11,000 440,0002. Penyemaian benih 0.5 HOK 60,000 30,0003. Pencabutan benih + Tanam 40 Are 8,000 320,0005. Pemupukan 1.5 HOK 60,000 90,0006. Penyiangan (2x) 16 HOK 60,000 960,0007. Penyemprotan (3x) 2.25 HOK 60,000 135,0008. Panen (Tebasan) -

Total Biaya Tenaga Kerja 1,975,000III. Total Biaya Usahatani 2,849,000IV. Total Biaya Rill 1,634,000V. Produksi/Penerimaan 40 Are 125,000 5,000,000VI. Pendapatan Usahatani 2,151,000VII. Pendapatan Rill yang diterima 3,366,000VIII. R/C ratio 1.76

Page 22: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

89

Pendapatan Usahatani Kedelai

Usahatani kedelai merupakan usahapertanian yang dilakukan petani di Desa Beringkityang dominan dilkakukan setelah padi padamusim kering. Hal ini dilakukan setelah dua kalipenanaman padi dalam setahun. Rata-rata luasareal tanam yang diusahakan untuk kedelai yaitusebesar 0,40 hektar atau 40 are. Benih yangdigunakan yaitu Wilis sebanyak 15 kg. Sedangkanpupuk dan obat-obatan yang digunakan yaitu Urea,TSP, pupuk daun, Darmabas, serta Cix.

Berdasarkan hasil PRA, biaya yangdikeluarkan dalam berusahatani kedelai yaitusebesar Rp. 2.109.500 yang terdiri dari biaya inputsarana produksi sebesar Rp. 362.000,- (17,16%)dan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 1.747.500,-(82,84%). Berdasarkan nilai tersebut dapatdinyatakan bahwa biaya terbesar dalamberusahatani kedelai yaitu biaya tenaga kerja yangseluruhnya dilakukan oleh tenaga kerja dalamkeluarga dengan total 29,125 HOK. Hal ini berartibiaya yang dikeluarkan secara nyata hanya biayainput sarana produksi yaitu sebsar Rp. 362.000,.Produksi kedelai yang dihasilkan petani di DesaBeringkit tidak dapat diketahui karena sistempenjualan sama dengan sistem penjualan padi yaitu

dengan tebasan. Hasil penerimaan yangdihasilkan diperhitungkan dengan luas lahan panenyaitu rata-rata sebesar Rp. 25.000,-/are ataumenghasilkan Rp. 1.000.000 dengan luas arealpanen sebesar 40 are. (Tabel 2).

Berdasarkan hasil analisis pendapatanusahatani kedelai deangan luas lahan sebesar 40are yang dilakukan petani di Desa Beringkit,Kecamatan Marga mengalami kerugian sebesarRp. 1.109.500,- dengan nilai R/C ratio 0,47. Halini berarti setiap seribu rupiah yang dikeluarkanpetani dalam berusahatani kedelai akanmengahsilkan sebesar empat ratus tujuh puluhrupiah atau mengalami kerugian sebesar lima ratustiga puluh rupiah. Oleh karena itu usahatani kedelaitidak layak untuk diusahakan.

Kontribusi Pendapatan Usahatani

Kontribusi pendapatan usahatani di DesaBeringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanandiperhitungkan melalui komoditas tanaman yangpaling dominan diusahakan oleh petani di desatersebut. Berdasarkan hasil wawancara denganpendekatan PRA komoditas utama yang palingdominan diusahakan dalam setahun yaitu padi dankedelai. Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa

Tabel 2. Analisis Pendapatan Usahatani Kedelai di Desa Beringkit, Marga, Tabanan dengan Luas Areal0,40 Hektar Tahun 2012

No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Total Nilai(Rp)

I. Biaya Sarana Produksi 1. Benih (Wilis) 15 kg 8,000 120,0002. Pupuk : TSP 40 kg 1,875 75,000 Urea 18.5 kg 2,000 37,000 Pupuk Daun (Alami) 4 kaleng 10,000 40,000

3. Obat-obatan : Darmabas 1 botol 40,000 40,000 Cix 1 botol 50,000 50,000 Total Biaya Sarana Produksi 362,000

II. Biaya Tenaga Kerja 1. Olah Tanah 7 HOK 60,000 420,0002. Penanaman 12 HOK 60,000 720,0003. Pemupukan (2x) 3 HOK 60,000 180,0004. Penyiangan 5.625 HOK 60,000 337,5005. Penyemprotan 1.5 HOK 60,000 90,000

Total Biaya Tenaga Kerja 1,747,500 III. Total Biaya Usahatani 2,109,500 IV. Total Biaya Rill Usahatani 362,000 V. Produksi/Penerimaan (panen tebasan) 40 are 25,000 1,000,000 VI. Pendapatan Usahatani (1,109,500) VII. Pendapatan Rill yang diterima 638,000 VIII. R/C ratio 0.47

Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan (Studi Kasus Desa Beringkit,Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan | Jemmy Rinaldi

Page 23: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201490

pendapatan usahatani dalam satu tahun adalahsebesar Rp. 3.192.000,-. Kecilnya pendapatan dariusahatani disebabkan karena adanya kerugianusaha pada komoditas kedelai yaitu sebesar Rp.1.109.500,-. Jika diperhitungkan pendapatn rillyang diterima pertani dalam periode satu tahun,maka pendapatan yang diterima petani dalamberusahatani sebesar Rp. 7.370.000,- yang terdiridari dua kali tanam padi dengan pendapatansebesar Rp. 6.732.000,- dan satu kali tanamkedelai dengan pendapatan sebesar 638.000,-.Berdasarkan hasil tersebut, maka kontribusipendapatan usahatani terbesar diperoleh dariusahatani padi dengan nilai kontribusi sebesar91,34%. Sedangkan kontribusi usahatani kedelaihanya menyumbang sebesar 8,66% dari totalpendapatan usahatani (Tabel 3).

Berdasarkan hal tersebut, maka untukmeningkatkan pendapatan petani perlu dikenalkankembali kepada petani di Desa beringkit,Kecamatan Marga, Kabupetan Tabanan mengenaiteknologi budidaya kedelai agar tidak merugi. Jikadilihat dari Tabel 3, maka pendapatan usahatanikedelai dengan memperhitungkan biaya tenagakerja keluarga tidak layak untuk diusahakan. Olehsebab itu pemilihan komoditas perludipertimbangkan, dan peran penyuluh perluditingkatkan dalam mendampingi petani terutamapada penyebarluasan teknologi untukmeningkatkan produksi komoditas sertameningkatkan pendapatan petani.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pendapatan per tahun usahatani tanamanpangan diperoleh sebesar Rp. 7.370.000,- denganpendapatan tertinggi diperoleh pada usahatanipadi dengan kategori layak untuk diusahakandengan nilai kontribusi pendapatan sebesar91,34%.

Usahatani kedelai hanya memperoleh penda-patan yang kecil, bahkan merugi jika diperhi-tungkan biaya tenaga kerja keluarga dengankategori tidak layak untuk diusahakan.

Tabel 3. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Pangan di Desa Beringkit, Marga, Tabanan Tahun2012

No. Komoditas Luas Areal Pendapatan Pendapatan Kontribusi R/C KelayakanUsahatani (Rp) Rill yang Pendapatan Ratio Usaha

Diterima (Rp) (%)

1 Padi (2x) 0.4 ha 4,302,000 6,732,000 91.34 1.76 Layak2 Kedelai 0.4 ha (1,109,500) 638,000 8.66 0.47 Tidak Layak

Total 3,192,500 7,370,000 100

Penyuluh disarankan memberikan/menyarankan teknologi budidaya kedelai yangefisien agar usaha kedelai yang diusahakan petanitidak merugi dan mampu meningkatkanpendapatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1985.Manajemen Agribisnis. Dialihbahasakan olehRochidayat, Gonda S dan Alfonsus. PenerbitErlangga. Jakarta. 516 hal.

Kartono, G. Suyamto, F. Kasijadi, R. Hardianto,B. Irianto dan Z. Arifin. 2004. ProsidingSeminar Prospek Sub Sektor PertanianMenghadapi Era AFTA Tahun 2003. PusatPenelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.

Leeuwis, Cees. 2000. ReconceptualisingParticipation For Sustainable RuralDevelopment. Toward a Negotiation Approach.Development and Change. Vol. 31, Number5, November 2000 p. 931-959.

Rachmadi Ramli dan Dewa K.S. Swastika. 2005.Analisis Keunggulan Kompetitif BeberapaTanaman Palawija di Lahan Pasang SurutKalimantan Tengah. Jurnal Pengkajian danPengembangan Teknologi Pertanian Vol. 8,No.1, Maret 2005 : 67 – 77. Pusat Penelitiandan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Suratiyah, K. 1997. Analisis Usahatani. JurusanSosial Ekonomi Pertanian. Fakultas PertanianUniversitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Page 24: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

91

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT SALAK GULA PASIRDENGAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG SAPI PADA MEDIA TANAM

I Nyoman AdijayaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasare-mail:[email protected]

Submitted date: 27 Juni 2014 Approved date: 15 Juli 2014

ABSTRACT

Boost Growth Of Salak Gula Pasir Seed With Use Cow ManureIn Media Planting.

Study of the use cow manure in the planting medium nursery of salak gula pasir has been done in AmertaPala Farmers Group, Pajahan village, Pupuan subdistrict, Tabanan regency for 5 months from April toSeptember 2014, were tested planting medium that is a mixture of manure to the planting medium (soil +cow manure ratio of 1: 1) as compared to the use of soil planting medium used by farmers. The number of potexperiments were 4,000 pots / polybag with 10% (400 pots) using a planting soil. Observations were done onseedling growth components such as plant height, number of leavesand fresh weight of plant / seed. Resultsof t-test analyzes were conducted the use of seedling growth component of media planting (soil + cowmanure ratio 1: 1) significantly increased seedling growth characterized by increased plant height and freshweight of plants, but did not significant on the number of leaves of seedlings. Height and fresh weight ofseedlings of salak gula pasir age of 5 months (37.80 cm and 14.20 g) respectively increased 10.53% and40.59% in the planting medium soil + manure (ratio 1: 1) compared to only using soil planting medium(34.20 cm and 10.10 g).

Key words: Media seeds, bark sugar, cow manure, soil

ABSTRAK

Kajian penggunaan pupuk kandang sapi pada media tanam pembibitan salak gula pasir telah dilakukan diKelompok Tani Amerta Pala Desa Pajahan Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan selama 5 bulan daribulan April sampai dengan September 2014. Media tanam yang diuji yaitu campuran pupuk kandang padamedia tanam (tanah + pupuk kandang sapi perbandingan 1:1) dibandingkan dengan penggunaan mediatanam tanah yang biasa digunakan petani. Jumlah pot percobaan yaitu sebanyak 4.000 pot/polibag dengan10% (400 pot) menggunakan media tanam tanah. Pengamatan dilakukan terhadap komponen pertumbuhanbibit seperti tinggi tanaman, jumlah dan dan berat basah tanaman/bibit. Hasil analisis t-test yang dilakukanterhadap komponen pertumbuhan bibit menunjukan penggunaan media tanam (tanah+pupuk kandangsapi perbandingan1:1) nyata meningkatkan pertumbuhan bibit yang ditandai dengan meningkatnya tinggitanaman dan berat basah tanaman, namun tidak berbeda terhadap jumlah daun bibit. Tinggi dan beratbasah bibit salak gula pasir umur 5 bulan (37,80 cm dan 14,20 g) meningkat masing-masing 10,53 % dan40,59 % pada media tanam tanah + pupuk kandang (perbandingan 1:1) dibandingkan hanya menggunakanmedia tanam tanah saja (34,20 cm dan 10,10 g).

Kata kunci: Media bibit, salak gulapasir, pupuk kandang sapi, tanah

PENDAHULUAN

Salah satu kultivar yang diberi nama salakgula pasir telah ditetapkan sebagai varietas unggulberdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 584/Kpts/TP.240/7/94 tanggal 23 Juli 1994. Varietasini memiliki kelebihan yaitu rasa manis yang khasnamun memiliki produktivitas yang lebih rendah.Wijana (1997) menyatakan bahwa perbedaan khas

dari salak yang tumbuh di Bali adalah dari segirasa, yaitu menjadi dua kelompok. Kelompokpertama adalah salak varietas Bali yangmempunyai rasa daging buah manis, asem danada rasa sepet, kelompok kedua adalah salakvarietas gula pasir yang rasanya tanpa rasa asemdan sepat. Keunggulan salak gula pasir dapat kitalihat dari segi kualitas maupun dari segi ekonomi.Salak gula pasir memiliki daging buah yang

Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Salak Gula Pasir dengan Penggunaan Pupuk Kandang SapiPada Media Tanam | I Nyoman Adijaya

Page 25: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201492

rasanya jauh lebih manis dibandingkan dengansalak Bali. Rasa manis ini sudah dapat kitarasakan sejak buahnya masih muda.

Dilaporkan populasi salak gula pasir diKabupaten Karangasem terus mengalamipeningkatan. Tahun 1996 populasi salak gulapasirhanya 1.000 pohon (Wijana, 1997) kemudiantahun 2008 populasi salak gula pasir di daerah inimencapai 1.500.000 pohon (Rai, 2009; Rai et al.,2010), sedangkan tahun 2012 dilaporkan populasimenjadi 1.815.016 pohon (Anonimus, 2013).

Beberapa tahun terakhir salak gula pasirdikembangkan tidak saja di sentra produksinya diKabupaten Karangasem akan tetapi sudahdikembangkan dibeberapa kabupaten seperti diKabupaten Gianyar, Bangli, Badung Tabanan danBuleleng. Hal ini tidak terlepas dari keunggulanyang dimiliki salak gula pasir sehinggamemberikan harga yang jauh lebih tinggidibandingkan salak bali lainnya. Hal ini sesuaidengan pernyataan Sarmiati et al. (2000) yangmenyatakan perbedaan kualitas (cita rasa) ini jugaberdampak terhadap nilai jual dari salak gula pasir,dimana harga jual salak gula pasir jauh lebih tinggidibandingkan dengan salak Bali denganperbandingan harga 10:1.

Di Kabupaten Tabanan salak Gula pasirbanyak dikembangkan di Kecamatan Pupuan danSelemadeg, karena secara ekonomis salak gulapasirlebih menguntungkan dibandingkan salaklainnya. Usahatani yang dilakukan umumnyamenanam secara campuran dengan tanamanutama seperti kopi dan kakao, tetapi ada juga yangmengusahakan secara monokultur.

Kendala utama yang ditemui dalampengembangan salak Gula pasir adalahketersediaan bibit dengan kualitas baik.Sukewijaya et al. (2009) menyatakan pembibitanditingkat petani memerlukan waktu kurang lebih6-8 bulan sampai bibit siap untuk dipindahkan kelapangan. Pembibitan yang dilakukan petaniumumnya dengan pendederan biji pada guludanyang telah disiapkan, atau menanam bibitlangsung pada lahan.

Pembibitan salak dapat dilakukan dengan duacara yaitu dengan membibitkan biji dan melaluicara klonal (pencangkokan) anakan. Masing-masing cara pembibitan memiliki kelebihan dankekurangan masing-masing. Pembibitan denganbiji membutuhkan waktu yang lebih panjangsampai tanaman menghasilkan. Dibutuhkan waktu5-6 tahun sampai tanaman berproduksi,sedangkan dengan cara klonal (pencangkokan

anakan) hanya membutuhkan waktu 2,5 tahun(Guntoro, 2004).

Penggunaan biji sebagai sumber bibit padatanaman salak lebih banyak dilakukan ditingkatpetani. Hasil Focus Group Discution yangdilaksanakan di petani salak Desa Pajahan,Pupuan, Tabanan mendapatkan salah satupermasalahan yang dihadapi adalah kurangnyapengetahuan petani di dalam memproduksi bibityang baik sehingga dibutuhkan waktu yang relatiflama (lebih dari 6 bulan) sampai bibit dapatdipindahkan ke lahan. Cara umum yang banyakdilakukan petani adalah mendeder biji padaguludan yang telah disiapkan tanpa menggunakankantong plastik dan tambahan media tanam,sehingga persentase tumbuh rendah.

Untuk mempercepat ketersediaan bibit,pembibitan dalam polibag/kantong plastik denganmenggunakan media tanam yang baik akanmampu mempercepat dan meningkatkan kualitasbibit. Dengan media tanam yang baik bibit telahsiap dipindahkan ke lahan pada umur 5 bulan.Kelebihan lain dari pembibitan menggunakankantong plastik adalah bibit yang dihasilkan padasaat dipindahkan ke lapangan akan langsung dapatberadaptasi dengan lingkungannya denganminimnya stagnasi pertumbuhan tanaman.

Beberapa hasil penelitian menunjukkanbahwa pemanfaatan media tanam yang baik danpemanfaatan kantong plastik sebagai wadahmampu meningkatkan pertumbuhan danperkembangan bibit. Adijaya et al. (2013)mendapatkan media tanam seperti campurantanah dengan pupuk kandang, sekam, serbukgergaji dan bahan lainnya terbukti mampumeningkatkan pertumbuhan bibit sehingga dapatdijadikan alternatif sebagai media tanam padapembibitan salak. Melihat hasil tersebut makadiseminasi penggunaan tanah + pupuk kandangsapi yang merupakan media tanam terbaik padamedia pembibitan salak gula pasirinidilaksanakan.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Rancangan Penelitian

Kajian dilakukan di Kelompok Tani AmertaPaladari bulan April sampai dengan September2014. Perlakuan yang diuji pada pembibitan salakgula pasir ini adalah penggunaan media pembibitanterbaik yang dihasilkan pada kajian sebelumnya

Page 26: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

93

yaituM2: tanah + pupuk kandang (perbandingan1:1) dan M1 : tanah saja sebagai pembanding.

Jumlah bibit yang ditanam sebanyak 4.000polibag dengan 10% (400 pot percobaan) sebagaikontrol/hanya menggunakan media tanah saja(M1). Pot/polibag yang telah terisi dengan mediatanam disusun pada rumah pesemaian yang telahdibuat dengan naungan paranet agar lingkungandapat terkendali. Campuran media tanam sesuaiperlakuan dimasukkan pada kantong plastikdengan ukuran diameter 12 cm dengan tinggi 15cm, sampai kurang lebih 5 cm dari bagian bagianatas kantong plastik/polibag.

Perkecambahan Biji

Sebelum dilakukan penanaman terhadapbibit, maka dilakukan pengecambahan terhadapbenih/biji salak (pre nursery). Biji salak yangdiambil dari buah yang telah masak fisiologisdirendam terlebih dahulu selama 24 jam kemudiandimasukkan ke dalam kantong plastik. Kantongplastik dengan ukuran 2 kg dapat menampungsampai 50 biji salak. Ujung plastik bagian bawahdiberikan lubang untuk memberikan aerasiterhadap benih sedangkan plastik bagian atasdiikat agak longgar. Setiap hari dilakukanpenyiraman terhadap benih untuk menjagakelembaban. Setelah berumur 3-4 minggu bijisalak yang telah berkecambah siap dipindahkanke kantong plastik/polibag yang telah diberi mediatanam sesuai perlakuan. Bibit yang ditanamadalah bibit yang dihasilkan dari biji yangmenghasilkan kecambah sempurna.

Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan bibit dilakukan pada rumah bibityang telah disiapkan meliputi penyiraman,penyiangan, pengendalian OPT serta pemupukan.Penyiraman dilakukan agar kebutuhan tanamanakan air tercukupi dengan melihat kondisi lapangdemikian pula dengan penyiangan dan

pengendalian OPT disesuaikan dengan kondisigulma dan hama pada tanaman.

Pengumpulan Data dan Analisis

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhantanaman dilakukan setiap 1 bulan sekali.Komponen pertumbuhan yang diamati yaitu tinggitanaman, jumlah daun per tanaman dan beratbasah tanaman/bibit. Pengamatan dilakukan padamasing-masing 10 tanaman setiap perlakuan.

Pengamatan berat basah tanaman/bibitdilakukan dengan mengambil 10 pot sampel perperlakuan. Setelah tanaman dibawah tanah (akar)dipisahkan dengan media dan lalu dilakukanpenimbangan berat total tanaman.Untuk mengetahui pengaruh perlakuanpenggunaan media tanam dilakukan analisis datamenggunakan t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kajian menunjukkan penggunaan mediatanam M2: tanah + pupuk kandang (perbandingan1:1) memberikan pertumbuhan bibit yang lebih baikdibandingkan dengan hanya M1: hanyamenggunakan media tanah saja. Hal ini terlihatdari meningkatnya tinggi tanaman dan berat basahtanaman (Tabel 1 dan Tabel 3), namunpenambahan pupuk kandang pada media tanamtidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlahdaun bibit salak gula pasir (Tabel 2).

Pengaruh penggunaan pupuk kandang sapipada campuran media pada tinggi tanaman terlihatnyata mulai umur tanaman/bibit 2 bulan. Padaumur tanaman/bibit 5 bulan tinggi tanamanmeningkat sebesar 10,53 % (37,80 cm)dibandingkan bibit pada media tanah saja,sedangkan berat basah tanaman/bibit baruberbeda nyata pada umur bibit 3 bulan. Pada umurtanaman/bibit 5 bulan terjadi peningkatan beratbasah tanaman/bibit 40,59% (14,20 g)

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman/bibit sampai umur 5 bulan pada pembibitan salak gula pasir akibatperlakuan jenis media tanam

Tinggi tanaman/bibit (cm)Perlakuan

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan

M1 20,80 23,10 26,90 31,90 34,20M2 21,60ns 27,40* 32,20* 35,70* 37,80*

Keterangan:ns: tidak berbeda nyata, * :berbeda nyata

Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Salak Gula Pasir dengan Penggunaan Pupuk Kandang SapiPada Media Tanam | I Nyoman Adijaya

Page 27: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201494

dibandingkan berat basah tanaman/bibit padapenggunaan media tanam tanah saja.

Hal ini menunjukkan dengan penggunaanmedia ini memberikan pengaruh positif terhadapperkembangan tanaman baik dibawah tanah (akartanaman)maupun di atas tanah. Hasil ini sejalandengan penelitian Zaller (2006; 2007) yangmenyatakan bahwa alokasi biomassa ke akarberhubungan dengan proporsi kompos/bahanorganik pada media tanam. Semakin tinggi tinggiproporsi kompos pada campuran media makaproporsi akar akan meningkat.Meningkatnyaproporsi akar tanaman akan mempengaruhi beratbibit tanaman.

Perbaikan sifat fisik dan kimia media tanammemberikan peningkatan pertumbuhan bibit salakgula pasir. Hal ini sesuai dengan pendapatKurniatyet al. (2010) yang menyatakanpenambahan bahan organik pada media tanamakan memberikan kondisi yang dapat membantupergerakan air dan udara dalam media menjadilebih baik. Kondisi ini juga akan mempengaruhipenyerapan unsur hara oleh tanaman. Semakinbaik penyerapan unsur hara oleh tanamanmenyebabkan pertumbuhan tanaman semakinbaik yang ditandai dengan meningkatnya tinggidan bobot tanaman.

Penambahan media (bahan organik) padamedia tanam bibit salak memberikan perbaikanterhadap sifat fisik tanah. Hal ini berpengaruhterhadap perkembangan tanaman akibat perbaikan

sifat fisik tanah. Syukur (2005) menyatakanpemberian pupuk organik ke dalam tanah akanmeningkatkan volume pori menahan air dan diikutioleh perkembangan akar yang lebih baik sehinggaberat akar tanaman meningkat.

Pemberian pupuk organik akan jugameningkatkan kandungan hara pada mediatanam. Suriadikarta dan Simanungkalit (2006)menyatakan pupuk organik/bahan organik memilikifungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaanhara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikroseperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipunjumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahanorganik dapat mencegah kahat unsur mikro padatanah marginal atau tanah yang telah diusahakansecara intensif dengan pemupukan yang kurangseimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukarkation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuksenyawa kompleks dengan ion logam yangmeracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn.Terpenuhinya kebutuhan hara bibit akibatpemberian pupuk kandang pada media tanammenyebabkan pertumbuhan tanaman semakinbaik yang ditandai dengan meningkatnya tinggitanaman dan berat basah tanaman/bibit.

Meningkatnya berat tanaman/bibit di atastanah akan berpengaruh terhadap peningkatanaktivitas fotosintesis tanaman, sedangkanperbaikan sifat fisika tanah berpengaruh terhadapperkembangan tanaman di bawah tanah. Sitompuldan Guritno (1995 dalam Astranindita, 2011)

Tabel 2. Rata-rata berat jumlah daunper tanaman sampai umur 5 bulan pada pembibitan salak gula pasirakibat perlakuan jenis media tanam

Jumlah daun per tanaman(helai)Perlakuan

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan

M1 1,00 1,60 2,30 2,90 3,10M2 1,00ns 1,80ns 2,70ns 3,00ns 3,30ns

Keterangan:ns: tidak berbeda nyata

Tabel 3. Rata-rata berat basah tanaman/bibitsampai umur 5 bulan pada pembibitan salak gula pasirakibat perlakuan jenis media tanam

Berat basah tanaman/bibit (g)Perlakuan

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan

M1 3,70 5,60 6,60 7,40 10,10M2 3,80ns 6,00ns 8,20* 11,50* 14,20*

Keterangan:ns: tidak berbeda nyata; *= berbeda nyata

Page 28: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

95

menyatakan daun berfungsi dalam menyerap CO2dalam fotosintesis sedangkan akar berfungsi dalammenyerap air dan unsur hara. Pendapat ini sejalandengan hasil penelitian yang menunjukkan terjadipeningkatan pertumbuhan tanaman (tinggi danberat basah tanaman/bibit) dengan penambahanpupuk kandang sapi pada media tanam.

KESIMPULAN

Perlakuan media tanam pada pembibitansalak gula pasirberpengaruh nyata terhadappertumbuhan bibit salak gula pasir. Media tanamM2 (tanah + pupuk kandang sapi perbandingan1:1) memberikan pertumbuhan lebih baikdibandingkan penggunaan media tanah saja,ditandai dengan komponen pertumbuhan yangpaling baik (tinggi tanaman dan berat basahtanaman yang lebih tinggi). Tinggi tanaman danberat basah bibit umur 5 bulan (37,80 cm dan14,20 g) meningkat masing-masing 10,53 % dan40,59 % dibandingkan penggunaan media tanahsaja.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada timpengkaji salak gula pasir (I Made Rai Yasa, PutuAgus Kertawirawan, I Putu Sugiarta dan Putu YosiPriningsih) atas dukungan dalam pelaksanaanpengkajian dari persiapan, pelaksanaan kegiatan,pengumpulan data dan analisis sampai tulisan inidapat diselesaikan, serta (bapak NyomanSukiarta, Nyoman Diastra, Ketut Grana dan KetutParwata) yang telah banyak membantu dalampelaksanaan lapang.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N., K. Mahaputra, M.R. Yasa, P.A.Kertawirawan, P. Sugiarta, K. Parwata dan P.Y. Priningsih. 2013. Kajian Pembibitan,Peningkatan Produktivitas dan Kualitas SalakGula Pasir. Laporan Akhir Tahun. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali. 29 hal.

Anonimus. 2013. Program Penyuluhan PertanianBPP Bebandem. UPT Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura KecamatanBebandem, Kabupaten Karangasem.

Astranindita, H. 2011. Pengaruh Macam MediaTanam dan Kultivar Terhadap PertumbuhanBibit Salak Lokal Jawa Tengah. Skripsi.Jurusan Agronomi, Fakultas PertanianSurakatra.

Guntoro, S. 2004. Budidaya Salak Bali.Yogjakarta: Penerbit Kanisius. 43 hal.

Kurniaty, R., B. Budiman dan M. Suartana. 2010.Pengaruh Media dan Naungan Terhadap MutuBibit Suren (Toona sureni MERR.). JurnalPenelitian Hutan Tanaman 7 (2): 77 – 83.

Rai, I.N. 2009. Optimalisasi PengembanganKomoditi Salak sebagai Potensi UnggulanPertanian. Dalam Suparta, N.S., N. Rai danG.S. Kusuma (Eds).: Strategi MembangunKarangasem, Perspektif MengentasKemiskinan dan Mengejar Ketertinggalan.Pustaka Nayottama, Denpasar.

Rai, I.N., C.G.A. Semarajaya dan I. W. Wiraatmaja.2010. Studi Fenologi Pembuahan Salak GulaPasir Sebagai Upaya Mengatasi KegagalanFruit-Set. Jurnal Hortikultura 20 (3): 216-222.

Sarmiati, N., W. Suparmi, M. A. Trisnawati. 2000.Upaya Pelestarian Salak Gula Pasir melaluiPelatihan dan Pembinaan dengan TeknikPencangkokan di Desa Sibetan. Singaraja:Jurusan Pendidikan Fisika, FakultasPendidikan Mipa Institut Keguruan dan IlmuPendidikan Negeri Singaraja.

Sukewijaya, I M, N.Rai dan M.S. Mahendra. 2009.Development of salak bali as an organic fruit.As. J. Food Ag-Ind. Special Issue, S37-S43.

Suriadikarta, D.A., dan R.D.M. Simanungkalit.2006. Pendahuluan. Dalam: Pupuk Organikdan Pupuk Hayati. Editor: R.D.M.Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, RastiSaraswati, Diah Setyorini, dan Wiwik Hartatik.Bogor: Penerbit Balai Besar LitbangSumberdaya Lahan Pertanian. Hal 1-10.

Syukur, A. 2005. Penyerapan Boron oleh TanamanJagung di Tanah Pantai Bugel dalamKaitannya dengan Tingkat FrekuansiPenyiraman dan Pemberian bahan Organik.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 (2)20-26.

Wijana, G. 1997. Pelestarian dan PengembanganSalak Gula Pasir. Denpasar: FakultasPertanian Universitas Udayana Denpasar.

Zaller, J.G. 2006. Vermicompost as a substitutefor peat in potting media: Effects ongermination, biomass allocation, yields andfruit quality of three tomato varieties. ScientiaHorticulturae 112 (2007) 191–199.

Zaller, J.G. 2007. Vermicompost in seedling pottingmedia can affect germination, biomassallocation, yields and fruit quality of threetomato varieties. European Journal of SoilBiology 43 (2007) S332eS336.

Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Salak Gula Pasir dengan Penggunaan Pupuk Kandang SapiPada Media Tanam | I Nyoman Adijaya

Page 29: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201496

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI DENGAN MEMANFAATKANKETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN LOKAL (DADEM)

DALAM BERBAGAI KOMPOSISI PAKAN

Ni Luh Gede Budiari dan IAP ParwatiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasar

Submitted date: 24 Juni 2014 Approved date: 15 Juli 2014

ABSTRACT

Optimization of Local Forage Feed (Dadem) to Incrase Balinese CattleIn Vary Composition

Low production and feed quality in the dry season is a major obstacle to raising livestock in the tropics. Aneffort that can be done is by utilizing the Local forage availability by managing the composition of theavailable forage. Research was conducted in Belantih village, Kintamani District, Bangli Regency in 2010until 2011. Draft used is a randomized block design (RBD) with 8 treatment. Treatment during the rainyseason is the control ration (R0): 100% elephant grass, R1: 70% grass, 20% kaliandra + 10% dadem, R2: R1+ 1 kg of rice bran and R3: R1 + 1 kg of coffee pulp. Treatment in the dry season is the control ration (R0):100% dadem, R1: 30% elephant grass + 60% dadem + 10% calliandra, R2: R1 + 1 kg of rice bran and R3:R1 + 1 kg of coffee pulp. Each treatment was repeated 4 times so that there are 32 experimental units.Parameters observed initial body weight, final body weight and weight gain. Assessment results obtainedfinal body weight and weight gain of formula ration dry season is higher than formula feed during the rainyseason, but showed no statistically significant differences (P> 0.05). This is due to the nutritional content(protein and energy) is the same in each treatment. Feed problems in the dry season to Kintamani area canbe overcome with the use of specific feed ingredients by adjusting the composition of a given forage.

Key words: Productivity, Bali cattle, local feed composition

ABSTRAK

Produksi dan kualitas pakan yang rendah pada musim kering merupakan kendala utama pemeliharaanternak di daerah tropis. Usaha yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan ketersediaan hijauan pakanLokal dengan mengatur komposisi hijauan yang ada. Penelitian dilaksanakan di desa Belantih, KecamatanKintamani, Kabupaten Bangli pada tahun 2010 sampai 2011. Rancangan yang digunakan adalah RancanganAcak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan. Perlakuan pada musim hujan adalah Ransum kontrol (R0) :100% rumput gajah, R1 : 70% rumput gajah, 20% kaliandra + 10% dadem, R2 : R1 + 1 kg dedak padi danR3 : R1 + 1 kg dedak kulit kopi. Perlakuan pada musim kemarau adalah Ransum kontrol (R0) : 100%dadem, R1 : 30% rumput gajah + 60% dadem + 10% kaliandra, R2 : R1 + 1 kg dedak padi dan R3: R1 + 1 kgdedak kulit kopi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 32 unit percobaan.Parameter yang diamati berat badan awal, berat badan akhir dan pertambahan berat badan. Hasil pengkajiandiperoleh berat badan akhir dan pertambahan berat badan untuk formula ransum musim kemarau lebihtinggi dari formula ransum pada musim hujan, namun secara statistik tidak menunjukan perbedaan yangnyata (P>0,05). Hal ini disebabkan kandungan gizi (protein dan energi) masing-masing perlakuan adalahsama.Permasalahan pakan dimusim kemarau untuk daerah Kintamani dapat diatasi dengan pemanfaatanbahan pakan spesifik lokasi dengan mengatur komposisi hijauan yang diberikan.

Kata kunci : Produktivitas, sapi bali, pakan lokal, komposisi.

PENDAHULUAN

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsiyang memiliki kontribusi penting terhadappeningkatan populasi dan produksi daging sapinasional. Program Swasembada Daging Sapi dankerbau (PSDSK) yang dimulai awal tahun 2005hingga tahun 2010 masih belum membuahkanhasil. Pada periode tahun 2005-2009, Indonesiamasih mengimpor 40% dari total kebutuhan dagingsapi yang pada tahun 2009 mencapai 322,1 ribu

ton (Anon, 2009). Faktor yang mempengaruhi tidaktercapainya swasembada daging sapi tahun 2010salah satunya adalah rendahnya populasi danproduktivitas ternak. Hal ini disebabkan karenaketersediaan hijauan yang berfluktuatif. Padamusim hujan produksi hijauan melimpahsedangkan pada musim kemarau produksi hijauansangat rendah bahkan pada daerah-daerah tertentusama sekali tidak ada, sehingga berpengaruhnegatif terhadap produktivitas sapi Bali (Susila,2007). Disamping itu usaha peternakan yang

Page 30: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

97

diusahakan masih bersifat tradisional, pemberianpakan pada ternak masih seadanya hanyamemberikan hijauan secara keseluruhan sehinggatidak mampu memberikan pertumbuhan yangmaksimal (Panjaitan et al., 2001). Guntoro (2002)mengatakan bahwa pemeliharaan sapipenggemukan dengan pola tradisional, yaitupakan hanya terdiri dari rumput dan kadang-kadangditambah ketela atau hijauan lain tergantungpersediaan yang ada di lokasi, hanya mampumemberikan peningkatan berat badan 0,2-0,3 kg/ekor/hari.

Daerah Kintamani merupakan daerahperkebunan kopi yang mempunyai potensi limbahrata-rata 9.355 ton per tahun dan juga ada jenishijauan yang potensi sebagai sumber pakan yaitudadem (Ficus fistilosa) yang keberadaannyabanyak ditemukan di daerah yang mempunyaiketinggian tempat 700 – 1300 m dpl.

Budiari. (2009) melaporkan bahwa produksidadem rata-rata 200 kg/pohon/tahun. Lebih lanjut(Sumantra, 2004) melaporkan dademdimanfaatkan sebagai tanaman pagar dan daunnyasebagai pakan sapi terutama pada musimkemarau saat persediaan rumput tidak mencukupi.Dilihat dari kandungan nutrisinya dadem memilikikandungan protein yang tinggi 15,65 %. Hasilpenelitian Budiari dan Parwati (2012) melaporkanbahwa ternak sapi yang diberi pakan 70% dademdapat meningkatkan bobot badan harian sebesar0,43 kg/ekor/hari. Untuk meningkatkanproduktivitas ternak pada saat musim kemarau danmusim hujan maka dikaji komposisinya sesuaidengan daya dukung dan ketersediaan pakan lokalyang ada. Komposisi pakan ini diharapkan mampumengoptimalkan ketersediaan pakan yang adatanpa mengurangi nilai gizi dari pakan yangdiberikan.

METODE PENELITIAN

Pengkajian dilakukan di Desa Belantih,Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Balipada tahun 2011. Rancangan yang digunakanadalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan8 perlakuan pakan (4 perlakuan pakan untuk pakanpada musim hujan dan 4 perlakuan pakan untukpakan musim kemarau). Perlakuan pada musimhujan adalah Ransum kontrol (R0) : 100% rumputgajah, R1 : 70% rumput gajah, 20% kaliandra +10% dadem, R2 : R1 + 1 kg dedak padi dan R3: R1 + 1 kg dedak kulit kopi. Perlakuan pada

musim kemarau adalah Ransum kontrol (R0) :100% dadem, R1 : 30% rumput gajah + 60%dadem + 10% kaliandra, R2 : R1 + 1 kg dedakpadi dan R3: R1 + 1 kg dedak kulit kopi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kalisehingga terdapat 32 unit percobaan.

Ternak sapi sebelum diberikan perlakuanditimbang terlebih dahulu untuk mendapatkan rata-rata berat badan awal. Pakan hijauan diberikansesuai dengan cara petani yaitu 10% dari beratbadan (sekitar 25 kg) dengan intensitas pemberian2 kali per hari, pagi dan sore. Dedak padi dandedak kulit kopi diberikan satu kali sehari dengancara dicampur dengan air (basah ) yaitu pagi hari.

Data bobot badan diperoleh dengan carapenimbangan ternak sapi setiap bulan.Pertambahan bobot badan diukur denganmenghitung selisih bobot badan saat penimbangandengan bobot badan sebelumnya. Parameter yangdiamati meliputi bobot badan awal, pertambahanbobot badan, bobot badan akhir. Data yangdiperoleh dianalisis dengan sidik ragam,dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (Steeldan Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertambahan Bobot Sapi Pada Saat MusimHujan (MH)

Hasil pengkajian menunjukan berat badanawal dan berat badan akhir ternak pada musimhujan (MH) untuk semua perlakuan tidakmenunjukan perbedaan yang nyata (P>0,05).Pertambahan berat badan untuk sapi yangmendapatkan pakan tambahan kulit kopi adalah0,48 kg/hari nyata lebih tinggi (P<0,05) dariperlakuan R0 dan R1 masing-masing 29,17% dan22,92%. Sapi yang diberikan pakan tambahandedak padi menghasilkan pertambahan beratbadan yaitu 0,39 kg/hari tidak berbeda nyata(P>0,05) dengan R3, namun nyata lebih tinggi(P<0,05) dibandingkan R0 dan R1 (Tabel1). Halini menunjukan kandungan gizi (protein dan energi)dari sapi yang diberikan pakan tambahan dedakpadi dan kulit kopi (R3-1 dan R3-2) lebih tinggi(Tabel 4) sehingga dapat meningkatkanpertumbuhan sapi. Parwati et al. (2006)melaporkan bahwa sapi yang diberi pakantambahan dedak padi maupun dedak kulit kopimenghasilkan pertambahan berat badan hariansebesar 0,58 kg/ekor/hari dan 0,47 kg/ekor/hari.

Meningkatkan Produktivitas Sapi Bali Dengan Memanfaatkan Ketersediaan Hijauan Pakan Lokal(Dadem) Dalam Berbagai Komposisi Pakan | Ni Luh Gede Budiari dan IAP. Parwati

Page 31: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 201498

Lebih lanjut Guntoro et al. (2007) melaporkanbahwa dengan perlakuan yang samamendapatkan pertambahan berat badan hariansebesar 0,63-0,65 kg/ekor/hari.Pertambahan Bobot Sapi Pada Saat MusimKemarau (MK)

Pada saat musim kemarau produksi rumputmulai menurun, sehingga sapi yang diberikan pakancampuran rumput gajah, dadem dan kaliandra (R1)mampu menghasilkan pertambahan berat badansebesar 0,39 kg/ekor/hari nyata lebih tinggi dariR0, apabila dibandingkan dengan R2 dan R3 secarastatistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata(P>0,05) (Tabel 2). Hai ini menunjukan bahwadengan pemberian pakan seperti R1 kandungannutrisi (protein dan energi) dari pakan telah

mencukupi kebutuhan sapi penggemukansehingga menghasilkan pertambahan beratbadan yang sama dengan sapi yang diberikanpakan tambahan dedak padi dan dedak kulit kopi(Tabel 4).

Apabila hasil perlakuan pakan pada musimhujan dan musim kemarau masing-masingperlakuan dibandingkan R0-1 vs R0-2, R1-1 vs R1-2, R2-1 vs R2-2 dan R3-1 vs R3-2 untuk perlakuanR2-1 vs R2-2, R2-2 menunjukan bahwa berat badanakhir dan pertambahan berat badan pada saat MKnyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan R2-1(Tabel 3). Perbandingan berat badan akhir danpertambahan berat badan untuk perlakuan pakanR0-1 vs R0-2, R1-1 vs R1-2, dan R3-1 vs R3-2meskipun secara statistik tidak menunjukanperbedaan yang nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan

Tabel 1. Perkembangan pertumbuhan sapi penggemukan pada saat musim hujan di Desa Belantih,Kecamatan Kintamani, Kab. Bangli tahun 2011

PerlakuanNo Uraian

R0 R1 R2 R3

1 Berat badan awal (kg) 258,00a 258,00a 258,75a 257,75a

2 Berat badan akhir (kg) 312,5a 317,5a 321a 334,5a

3 Pertambahan berat badan (kg/hari) 0,34a 0,37a 0,39ab 0,48b

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 2. Perkembangan pertumbuhan sapi penggemukan pada saat musim kemarau di Desa Belantih,Kecamatan Kintamani, Kab. Bangli tahun 2011

PerlakuanNo Uraian

R0 R1 R2 R3

1 Berat badan awal (kg) 258,25a 257,50a 257,00a 257,25a

2 Berat badan akhir (kg) 313,25a 319,50a 332,00a 333,00a

3 Pertambahan berat badan (kg/hari) 0,34a 0,39ab 0,46b 0,47b

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 3. Perkembangan pertumbuhan sapi penggemukan pada musim hujan dan musim kemarau diDesa belantih, Kecamatan Kintamani, Kab. Bangli

PerlakuanNo Uraian

R0-1 R0-2 R1-1 R1-2 R2-1 R2-2 R3-1 R3-2

1 Berat badan awal (kg) 258,00a 258,25a 258,00a 257,50a 258,75a 257,00a 257,75a 257,25a

2 Berat badan akhir (kg) 312,50a 313,25a 317,50a 319,50a 321,00a 332,00b 334,50a 333,00a

3 Pertambahan berat 0,34a 0,34a 0,37a 0,39a 0,39a 0,46b 0,48a 0,47a

badan (kg/hr)

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Page 32: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

99

karena kandungan nutrisi dari formula ransumuntuk musim kemarau kandungan proteinnya lebihtinggi dari formula ransum pada musim hujan.Perbedaan ini disebabkan karena musim kemaraujumlah hijauan yang paling banyak diberikansehingga kandungan protein ransum menjadi lebihtinggi.

Suharlina (2011) melaporkan bahwa padamusim kemarau potensi leguminosa pohonsebagai tanaman pakan di daerah tropismemegang peranan penting dalam penyediaanpakan hijauan yang bergizi tinggi. Ternakmengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhanenergi dan konsumsi pakan sangat dipengaruhi

oleh status fisiologis ternak, kualitas danpalatabilitas ransum.

Gambar 1. Pertumbuhan ke empat perlakuanmenunjukan peningkatan walau peningkatan bobotbadan harian kontrol lebih rendah dari perlakuanR1-1, R1-2, R2-1, R2-2, R3-1 dan R3-2 (Gambar1). Pertumbuhan sapi yang diberikan tambahandedak padi dan dedak kulit kopi lebih tinggi dariperlakuan yang lain, hal ini disebabkan dedak padidan dedak kulit kopi sebagai pakan sumber proteindalam ransum sapi. Hasil penelitian Parwati et al.(2006) menyatakan bahwa sapi yang diberi pakantambahan dedak padi dan dedak kulit kopimenghasilkan pertambahan berat badan (0,58 kg

Tabel 4. Kandungan Gizi Formula Ransum Sapi Penggemukan di Desa Belantih, Bangli.

% Kcal/grSampel

Bahan Kering Abu Protein Kasar Serat kasar Lemak Kasar GE

R0-1 97.53 11.06 13.54 28.40 4.17 3.70R0-2 97.53 11.21 13.63 28.29 4.14 3.67R1-1 98.38 12.22 14.67 22.02 4.86 3.84R1-2 98.38 12.38 14.82 21.90 4.83 3.85R2-1 98.02 12.26 16.81 28.96 5.48 3.93R2-2 98.03 12.41 16.85 28.85 5.45 3.94R3-1 98.20 11.11 18.78 22.19 4.07 3.15R3-2 98.21 11.28 18.64 22.08 4.04 3.15

Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Udayana diDenpasar.

Gambar 1. Pertumbuhan sapi penggemukan di daerah Kintamani pada musim hujan dan kemarau.

Meningkatkan Produktivitas Sapi Bali Dengan Memanfaatkan Ketersediaan Hijauan Pakan Lokal(Dadem) Dalam Berbagai Komposisi Pakan | Ni Luh Gede Budiari dan IAP. Parwati

Page 33: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014100

vs 0,47 kg). Lebih lanjut Guntoro et al. (2004)melaporkan bahwa pemberian kulit kopi sebanyak100 – 200 g/ekor/hari pada kambing peranakanetawa meningkatkan pertumbuhan rata-rata dari68,15 g (pakan tradisional) menjadi 99,25 -100.10 g.

KESIMPULAN

Melalui pengaturan komposisis pakan,mampu menghasilkan pertambahan berat badansapi yang sama baik saat musim kemaraumaupun musim hujan.

Pemanfaatan bahan pakan spesifik lokasi(dadem) pada saat musim kemarau dapatmeningkatkan pertumbuhan sapi sama sepertipada musim hujan

SARAN

Dadem perlu terus dikembangkan untukmeningkatkan produktivitas sapi di daerahKintamani.

DAFTAR PUSTAKA

Annonimous.2009.http://duniaveteriner.com/2009/11/program-swasembada-daging-tanggung-jawab-bersama/print. Diunduh tanggal 14Nopember 2011.

Budiari, N.L.G. 2009. Potensi dan PemanfaatanPohon Dadem sebagai Pakan Ternak Sapipada Musim kemarau. Bulletin Teknologi danInformasi Pertanian. Edisi 22,Desember,2009. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali : 10-12.

Budiari. N.L.G. dan I.A.P Parwati. 2012. KajianPengaruh Pemberian Pakan Dadem TerhadapProduktivitas Sapi Penggemukan Pada MusimKemarau di Kecamatan Kintamani, Bangli.Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian,Vol. 10 No. 29. April 2012. BPTP Bali. ISSN: 1693-1262

Guntoro, S.2002. Membudidayakan Sapi Bali.Kanisius, Yogyakarta.

Guntoro, S., N.Suyasa, I.M. Londra. 2007.Pemberian Probiotik Bio-Cas Untuk Ternak.Brosur. Balai Pengkajian Teknologi PertanianBali. 2 hal. Guntoro, S., dan I.M.R. Yasa.2003. Pemanfaatan Kopi Terfermentasi UntukPenggemukan Peranakan Ettawah (PE)Muda. Prosiding. Seminar NasionalRevitalisasi Teknologi Kreatif Dalammendukung Agribisnis dan Otonomi Daerah.

Pusat Penelitian dan Pengembangan SosialEkonomi Pertanian. Badan penelitian danPengembangan Pertanian. DepartemenPertanian. Hal.379-382

Guntoro, S., M. Rai Yasa, Rubiyo, dan I.N.Suyasa.2004. Prosiding Seminar Nasional SistemIntegrasi Tanaman-Ternak. Denpasar 20-22Juli 2004. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan bekerjasamadengan Balai Pengkajian Teknologi pertanian(BPTP) Bali dan Crop-Animal SystemsReseach Network (CASREN). Hal. 389-395.

Parwati, I.A.P., S. Guntoro, N. Suyasa, M.R. Yasa,M. Londra, Sriyanto. 2006. Penelitian AdaptifPengolahan Limbah Perkebunan untuk PakanTernak. Balai Pengkajian Teknologi pertanian(BPTP) Bali

Panjaitan, T. 2001. NutritiveValue of PreservedGliricidia (Glirisidia sepium) as RuminantFeed. Master Thesis. James Cook University

Panjaitan, T. and Jaswadi. 2003. Potency ofFodder Crops Legume in Dry Tropic of WestNusa Tenggara. Seminar Nasional Umbi-umbian dan Kacang-kacangan. Balitkabi.Malang

Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H. 1993. Prinsip danProsedur Statistika. Suatu PendekatanBiometrik. Penerbit Gramedia PustakaUtama, Jakarta

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1991. Prinsip danprosedur Statistika. Diterjemahkan BambangSumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Sumantera, W. 2004. Potensi Hutan Bukit Tapaksebagai Sarana Upacara Adat, Pendidikan,dan Konservasi Lingkungan. Laporan UnitPelaksana Tugas Balai Konservasi TumbuhanKebun Raya “Eka Karya” Bali-LIPI.Tabanan,Bali.

Suharlina dan Luki Abdullah. 2011. Peningkatanproduktivitas Indigofera spsebagaiPakanBerkualitas Tinggi Melalui AplikasiPupuk Organik Cair : 1. Produksi Hijauan danDampaknya Terhadap Kondisi Tanah.Prosiding.Seminar dan Lokakarya nasionalIlmu Tanaman Pakan Tropik.Fakultaspeternakan Universitas Udayana Denpasar-Bali. Hal 37-43.

Susila, T.G.O., I.B.G.Pratama dan I.M.Raka. 2007.Peningkatan Produktivitas Sapi BaliPenggemukan Melalui Suplementasi MineralVitamin Kompleks dalam Ransum BerbasisJerami Padi. Prosiding Seminar NasionalPercepatan Alih Teknologi PertanianMendukung Ketahanan Pangan. Denpasar, 2Agustus 2007. Balai Pengkajian TeknologiPertanian Bali. Hal. 399-403.

Page 34: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

101

PEMANFAATAN PULPA BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN METODEFERMENTASI BERTINGKAT DALAM PEMBUATAN BREM KAKAO

Dewa Ayu PuspawatiUniversitas Mahasaraswati Denpasar

Jl. Kamboja No. 11A, Denpasar-Utara, Bali, 80232E-mail: [email protected]

Submitted date: 14 Juni 2014 Approved date: 5 Juli 2014

ABSTRACT

The Utilization Of Cocoa Pod Husks (Theobroma Cacao L) Through Fractional DistillationIn Cacao Brem Processing

One of the commodities in Indonesia which need an intermediate technology is cacao (Theobroma cacao l.).Recently, cocoa beans are known as basic ingredients for chocolate production. The process of manufacturingchocolate leaves cocoa pod husks (CPH) – which are usually unprocessed maximally. In increasing thevalue of cocoa pod husks, the society may simply process them so that these products could compete in theglobal market. Thus, in the end, the value of cacao can be increased along with an innovation in producinga unique beverage made of cocoa pod husks. This preliminary study aims at investigating whether cocoapod husks can be processed into fresh liquor through fractional distillation which is done by adding whitesugar. The study is an experimental study which is in a form of preliminary study to create a unique beveragemade of cocoa pod husks through fractional distillation i.e. by adding different amount of white sugar threetimes. Based on the alcohol content in processed food product, three types of beverages are known: (1)brem/tuak with (low alcohol content or about 8.6%), (2) wine (moderate alcohol content or about 9%-18%),and (3) distilled liquor (high alcohol content or more than 30%). The study discovers that cocoa pod huskscan be processed into beverage with low alcohol content which was about 5,79% and called cacao brem.

Keywords: Cocoa pod husks, fractional distillation, brem, alcohol.

ABSTRAK

Salah satu hasil perkebunan di Indonesia yang membutuhkan seperangkat teknologi tepat guna adalahkakao (Theobroma cacao l.). Selama ini, biji kakao dikenal sebagai bahan baku untuk pembuatan coklat.Proses pengolahan coklat kemudian meninggalkan pulpa kakao yang belum dimanfaatkan secara maksimal.Agar pulpa kakao lebih bernilai ekonomis, bahan ini dapat diolah dengan sederhana sebagai salah satuupaya pengembangan produk dalam pasar global. Sehingga pada akhirnya, daya guna pulpa buah kakaoakan meningkat seiring dengan terciptanya satu produk olahan baru berupa minuman unik dari pulpakakao. Tujuan penelitian awal ini adalah untuk mengetahui apakah pulpa buah kakao dapat dimanfaatkanmenjadi minuman segar beralkohol melalui fermentasi bertingkat yang dilakukan dengan penambahangula. Penelitian ini merupakan eksperimental yang sederhana, merupakan penelitian awal dalampembuatan minuman unik dari pulpa kakao menggunakan metode fermentasi bertingkat yaitu penambahangula sebanyak tiga kali dengan kadar gula berbeda-beda. Berdasarkan kandungan alkoholnya produkolahan minuman segar beralkohol dibedakan menjadi tiga macam yaitu: brem/tuak (alkohol rendah) 0,9%-8,6%, anggur (alkohol sedang) 9%-18%, dan minuman keras distilled liquor (alkohol tinggi) > 30%. Hasilyang didapatkan dari penelitian ini adalah minuman segar beralkohol rendah dengan kadar alkohol sebesar5,79% dan disebut dengan brem kakao.

Kata kunci: Pulpa buah kakao, fermentasi bertingkat, brem, alkohol

PENDAHULUAN .

Pada waktu musim panen buah kakao,biasanya petani kakao hanya disibukkan denganmengurus biji kakaonya, sementara bagian lainnyaterabaikan. Karena selain biji, bagian kakao yanglain tergolong limbah. Padahal bagian-bagian buah

kakao masih mempunyai nilai ekonomis. Buahkakao terdiri dari empat bagian, yaitu kulit,plasenta, pulpa dan biji (Kementrian Pertanian RI,2010). Pulpa yang mengelilingi biji di dalam buahkakao, merupakan satu massa yang mengandungpersentasi cairan yang cukup besar. Saat buahkakao dipecah, pulpa akan terkontaminasi oleh

Pemanfaatan Pulpa Buah Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Metode Fermentasi BertingkatDalam Pembuatan Brem Kakao | Dewa Ayu Puspawati

Page 35: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014102

jasad renik, sehingga fermentasi pulpa terjadi.Proses fermentasi ini menyebabkan terjadinya duaperubahan besar pada pulpa, yaitu 1) peragian gulamenjadi alkohol oleh khamir dan bakteri asamlaktat dan 2) peragian alkohol menjadi asam asetatoleh bakteri asam asetat. Volume dan komposisipulpa akan berubah-ubah setiap hari dan terusmenerus terfermentasi (Anonimus, 2007)

Selain bijinya yang dapat digunakan sebagaibahan baku pembuatan cokelat, pulpa buah kakaosudah mulai dikembangkan menjadi bahan bakudalam pembuatan nata de cacao (KementrianPertanian RI, 2010). Nata de cacao merupakanproduk fermentasi dari pulpa kakao. Berdasarkanproses alami yang dapat terjadi pada pulpa danproduk fermentasi berupa nata de cacao, tidakmenutup kemungkinan bahwa pulpa buah kakaodapat diolah menjadi produk lain berupa minumansegar beralkohol serupa brem. Dari hal tersebutingin diketahui sebagai penelitian awal, apakahpulpa buah kakao dapat diolah menjadi minumansegar, dan apakah kadar alkohol yang terkandungdalam minuman tersebut memenuhi standarketentuan alkohol untuk minuman brem.

Brem merupakan produk cair yangmengandung alkohol, gula pereduksi, gas CO2,dan sedikit asam organik. Brem terbentuk darireaksi antara zat tepung dengan enzim dan sedikitair, sehingga menghasilkan gula. Kemudian gulayang dihasilkan bereaksi lagi dengan enzim,sehingga menghasilkan alkohol dan CO2. Enzimyang mampu mengubah glukosa menjadi alkoholdan CO2 selama fermentasi adalah enzim zimaseyang dihasilkan oleh Saccharomyces cereviseae(Anonimus, 2012)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuiapakah fermentasi bertingkat yang dilakukandengan penambahan gula akan mempengaruhikandungan alkohol dalam brem pulpa buah kakao.Selain itu, penelitian ini dapat memberikaninformasi awal tentang pengolahan pulpa buahkakao sebagai salah satu alternatif yang memenuhistandar minimum ketentuan untuk minuman brem.Sehingga, daya gua buah kakao dapat ditingkatkandan satu produk olahan baru dalam dunia minumanbrem dapat dihasilkan dari pulpa buah kakao.

METODE PENELITIAN

Penelitian eksperimental dilaksanakan diLaboratorium Biologi Universitas MahasaraswatiDenpasar, Denpasar-Bali, dilaksanakan dari bulanMaret sampai dengan bulan Mei 2013. Prinsipdasar penelitian awal ini, melaksanakan fermentasi

bertingkat dengan penambahan gula sebanyak tigakali yaitu hari ke 6, ke 11 dan ke 17 sejakfermentasi dimulai. Cairan pulpa kakao yangdikumpulkan dari 40 kg buah kakao disaringdengan kain bersih dan diencerkan sampaimemperoleh 6 liter larutan. Sebagai sumber energiawal Saccharomyces cereviceae dalam 6 literlarutan pulpa kakao, ditambahkan 637,398 gr gula,dimana penambahan gula ini dimodifikasi daripenambahan gula pada proses pembuatanminuman beralkohol Seni BIPIK 13 Tahun 1977dalam Suprapti (2005) seperti tampak pada Tabel1. Selanjutnya dari 6 liter larutan tersebut yangsekarang disebut dengan must dimasukkan kedalam tiga buah botol masing-masing diisi 2 literlarutan. Data yang diamati berupa persentasekadar alkohol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian para ahli bidangteknologi pangan, untuk mencapai kadar alkoholtertentu, telah ditemukan ketentuan jumlah gulayang harus digunakan, baik pada pemakaian awalmaupun tambahannya. Penelitian inimenggunakan penambahan gula dalam jumlahtertentu dilakukan dalam tiga tahap selamafermentasi berlangsung. Penambahan gula Isebanyak 675 gr, dilakukan hari ke 6 sejakfermentasi dimulai. Penambahan gula II sebanyak500 gr, dilakukan pada hari ke 11, penambahangula III sebanyak 325 gr, dilakukan pada hari ke17.

Kadar alkohol hasil fermentasi bertingkat padamasing-masing botol ditunjukkan oleh Tabel 2.

Pada 0 menit fermentasi, belum terlihataktivitas, kemudian pada 5 menit pertama mulaikeluar gelembung-gelembung gas karbondioksida,tetapi masih jarang. 15 menit kemudiangelembung-gelembung yang keluar semakinbanyak, tampak dari keluarnya gelembung dengancepat dan juga terlihat aktivitas lain berupa kabut-kabut di atas permukaan must. Kemudian terlihatbuih-buih yang menutupi bagian permukaan hinggakeluar melalui selang menuju perangkap udara,hingga tercium bau tape dan terdengar suaraletupan-letupan kecil.

Fermentasi awal dimulai dari tanggal 13 Aprilsampai dengan tanggal 19 April 2013 yaitu selama6 hari, dimana pada hari keenam gelembung-gelembung gas karbondioksida yang keluarsemakin sedikit dan tampak semakin lambatnyakeluar gelembung sehingga segera dilakukanpenambahan gula tingkat I (fermentasi II) sebanyak

Page 36: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

103

675 gr. Langkah-langkah yang dilakukan adalahdengan menuangkan must sejumlah 200 ml darimasing-masing botol fermentasi kedalam suatuwadah, kemudian dicampur dengan penambahangula tingkat I dan diaduk-aduk sampai gula benar-benar larut. Must dengan penambahan gula terlarutsegera dituangkan ke dalam masing-masing botolfermentasi dan diaduk kembali denganmenggunakan pengaduk kayu untuk memastikangula telah tercampur rata. Selanjutnya, masing-masing botol fermentasi ditutup sempurna denganpenutup terbuat dari gabus yang telah dirancangsecara khusus. Proses penutupan botol fermentasitelah sempurna antara lain ditandai dengan tidakterciumnya lagi bau atau aroma tape dan mulaikembalinya terbentuk gelembung-gelembung gaskarbondioksida. Untuk lebih memperjelas prosespembuatan brem dari pulpa kakao dapat dilihatpada Gambar 1.

Proses fermentasi II tampak aktif kembali.Namun ketika gelembung-gelembung gaskarbondioksida yang keluar semakin melemah,yaitu pada tanggal 24 April 2013, penambahan gulatingkat II (fermentasi III) sebanyak 500 gr segera

dilakukan. Fermentasi III segera aktif kembalisetelah gula ditambahkan pada must denganproses sama seperti langkah fermentasi II.Fermentasi kembali melemah pada tanggal 30 April2013 yang ditandai dengan sedikitnya gelembung-gelembung gas karbondioksida yang keluar. Agaralkohol yang sudah terbentuk tidak teroksidasimenjadi asam cuka, maka harus segeraditambahkan gula. Penambahan gula tingkat IIIyang merupakan penambahan gula terakhir(fermentasi IV) dilakukan tanggal 30 April 2013sebanyak 325 gr. Begitu gula dicampurkan, makafermentasi kembali berlangsung aktif. Fermentasikembali semakin melemah dan akhirnya berhentipada tanggal 6 Mei 2013 dan segera dilakukanpembongkaran untuk selanjutnya dilakukanpemeriksaan kadar alkohol. Selama kurang lebih23 hari pemeraman dapat diamati perubahan-perubahan yang terjadi karena aktivitas fermentasi,dimana perubahan tersebut merupakan hasilpenguraian oleh mikroorganisme.

Penambahan gula mempengaruhi kadaralkohol yang terbentuk. Hal ini terlihati dari hasilpenelitian saat fermentasi I (F1), rata-rata kadar

Tabel 1. Penambahan Gula pada Proses Pembuatan Minuman Beralkohol

No. Kadar Alkohol yang Jumlah gula awal yang Jumlah gula yangdiinginkan (%) digunakan (g/lt) digunakan (g/lt)

1 0,9 12,557 15,5832 1,6 24,933 31,0573 2,3 43,480 49,8674 3,0 56,160 62,3345 5,1 106,233 112,4466 6,5 131,167 143,6347 8,6 168,568 187,2688 9,9 193,502 224,9339 12,0 237,400 274,801

Sumber: Seni BIPIK 13 Tahun 1977, Dep. Perindustrian dalam Suprapti (2005)Keterangan:No. 1-7 merupakan tuak (minuman segar)No. 8-9 merupakan minuman anggur.G/ liter dihitung berdasarkan banyaknya larutan yang difermentasikan

Tabel 2. Hasil Uji Kadar Alkohol

Kadar Alkohol pada Masing-masing Botol (%)No. Fermentasi

1 2 3 Jumlah Rata-rata

1 I 5,09 5,06 5,13 15,28 5,092 II 5,45 5,48 5,43 16,36 5,453 III 6,47 6,43 6,52 19,42 6,474 IV 5,79 5,93 5,67 17,39 5,79

Pemanfaatan Pulpa Buah Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Metode Fermentasi BertingkatDalam Pembuatan Brem Kakao | Dewa Ayu Puspawati

Page 37: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014104

alkohol 5,09%, pada fermentasi II (F2) rata-ratakadar alkohol yang terbentuk sebesar 5,45%,fermentasi III (F3) rata-rata kadar alkohol yangterbentuk sebesar 6,47% dan terakhir padafermentasi IV 5,79%. Dari hasil uji kadar alkohol,baik dalam F1, F2, F3, F4 ternyata telah memenuhistandar untuk brem/tuak/badeg (anggur muda)yang kadar alkoholnya 0,9%-8%. Hal ini sesuaiketentuan dari Departemen Perindustrian (BIPIK,1977 dalam Suprapti 2005).

Minuman segar dengan kadar alkohol rendah(0,9%-8%) di beberapa tempat sering dikenaldengan nama sesuai daerahnya masing-masing.Sebagai contoh di Jawa Timur dikenal denganLegen, di Jawa Tengah dikenal dengan Badeg, diBali dikenal dengan Brem.Tiga jenis minumansegar tersebut biasa diidentifikasikan minumansegar berkadar alkohol rendah hasil fermentasi

nira/ kelapa atau beras ketan/ ketela pohon.Karena dalam penelitian ini bahan dasar yangdigunakan adalah pulpa buah kakao dan kadaralkohol terakhir 5,79%, maka peneliti mengusulkannama minuman segar berkadar alkohol rendahsebagai hasil penelitian awal ini dengan BREMKAKAO. Minuman hasil olahan pulpa buah kakaoini telah memenuhi standar untuk minuman brem.

Selama kurang lebih 23 hari pemeramandapat diamati perubahan-perubahan yang terjadikarena aktivitas fermentasi, dimana perubahantersebut merupakan hasil penguraian olehmikroorganisme, sesuai dengan pernyataanSuprapti (2005) yaitu fermentasi merupakan suatuproses perubahan yang terjadi terhadap bahanpangan yang disebabkan oleh aktivitas mikrobasehingga sifat-sifat dan kondisinya menjadiberubah dari sebelumnya, kecuali gizi dan

Gambar 1. Bagan Alir Pembuatan Brem Kakao

Page 38: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

105

kalorinya. Contohnya, seperti proses pembuatantapai, tempe, kecap, keju, cuka.

Proses fermentasi ditandai dengan adanyagelembung-gelembung gas karbondioksida danadanya buih-buih yang menutupi bagianpermukaan must. Buih-buih yang ada dipermukaan semakin banyak dan akhirnya keluarmelalui selang menuju perangkap udara, hinggatercium bau tape dan terdengar suara letupan-letupan kecil. Peristiwa yang terjadi sesuai denganpernyataan Purnomo dan Adiono (1987) dimanaSaccharomyces cerevisiae merupakan khamir“permukaan” (Top Yeast) dan selama fermentasiberlangsung, buih-buih yang mengandung khamirterbawa ke permukaan dari anggur yang sedangdifermentasikan. Aktivitas masih berlangsung padainkubasi 24 jam hanya saja aktivitas yang munculberubah menjadi gumpalan-gumpalan kecil naikturun. Aktivitas ini terhenti dan digantikan denganaktivitas berupa gelembung-gelembung kecil,sesuai dengan pernyataan Norman (1988).

Hasil uji alkohol pada Tabel 2 menunjukkanbahwa telah terjadi penurunan kadar alkohol darihasil penambahan gula II (fermentasi III) ke hasilpenambahan gula III (fermentasi IV) sebesar0,68%. Ada beberapa kemungkinan yang dapatterjadi yaitu: (1) kadar alkohol 6,47% dapatmematikan Saccharomyces cerevisiae, sehinggawalaupun ada penambahan gula, tidak akan adayang melakukan fermentasi secara maksimal; (2)berkurangnya jumlah Saccharomyces cerevisiae,mengakibatkan waktu yang diperlukan lebih lamauntuk dapat mengubah gula menjadi alkohol; dan(3) waktu optimal yang dibutuhkan untukfermentasi secara umum yaitu selama 7-10 hariseperti yang dikemukakan oleh Suprapti (2005)tidak terpenuhi. Kemungkinan ketiga dilakukankarena kekhawatiran akan terjadinya perubahanalkohol menjadi asam asetat akibat aktifnyabakteri asam asetat tersebut. Karena itu, begitugelembung-gelembung yang keluar melemah,maka botol fermentasi segera dibongkar untukdilakukan penambahan gula walaupun fermentasibelum berjalan ± 7 hari.

Untuk menghasilkan alkohol yang diinginkanperlu memperhatikan lama waktu fermentasi, danjumlah gula yang digunakan. Hal ini disebabkankarena fermentasi merupakan aktivitas yangberkesinambungan, laju fermentasi dapatdihentikan dengan melakukan pasteurisasi(Santoso, 1996). Dan ada cara lain yang dapatdilakukan untuk menghentikan fermentasi yaitumencegah pertumbuhan khamir dan sekaligusmencegah rusaknya hasil fermentasi oleh bakteri,

dapat dilakukan dengan menambahkan natriumbenzoat (Saragih, 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian awal danpembahasan yang dilakukan, maka dapatdisimpulkan bahwa pulpa buah kakao (Theobromacacao L.) dapat dimanfaatkan menjadi minumansegar dengan kadar alkohol sebesar 5,79%melalui fermentasi bertingkat dan minuman segarhasil olahan pulpa buah kakao dengan kadaralkohol 5,79% diberi nama Brem Kakao.

Bagi petani kakao disarankan untuk mencobamengolah limbah buah kakao (Theobroma cacaoL.) khususnya bagian pulpa, sehingga pulpa tidaklagi menjadi limbah karena dibuang begitu saja,tetapi justru menjadi sumber tambahanpendapatan. Bagi peneliti yang ingin melanjutkanpenelitian awal ini disarankan untuk meninjauaspek-aspek lain yang berpengaruh, sepertipengenceran pulpa, jumlah gula yang ditambahkandan waktu fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA

Kakao, government told, 2007. Available from:<http://id.Wikipedia.Org/wiki/kakao>.[5 June2012]

Brem Minuman Hasil Fermentasi Khas Bali,government told, 2012. Available from: <http://edokimaterapan.blogspot.com/2012/01/brem-minuman-hasil-fermentasi-khas-bali.html.>.[30 July 2014].

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2010,Pemanfaatan Pulpa Kakao, Available from:<http://epetani.deptan.go.id.2010-2014>. [27July 2014].

Norman, W.D. 1988. Teknologi PengawetanPangan. Jakarta : Penerbit UniversitasIndonesia.

Purnomo. H. dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Santoso. HB.2005. Kembang dan Tahu SusuKedelai. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Saragih, Y.P. 2004. Membuat Nata De Coco.Jakarta: Penerbit Puspa Sarana.

Suprapti, M.L. 2005. Badeg dan Anggur JambuMete. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Pemanfaatan Pulpa Buah Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Metode Fermentasi BertingkatDalam Pembuatan Brem Kakao | Dewa Ayu Puspawati

Page 39: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014106

PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGITERHADAP USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG PENINGKATAN PENDAPATAN

PETANI DI LAHAN KERING

I Made SukadanaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasare-mail: [email protected]

Submitted date: 30 Juni 2014 Approved date: 25 Juli 2014

ABSTRACT

Role of Agricultural Extension of Technological Innovation in The Dissemination of CornFarming Income Support The Improvement Of Farmers In The Dry Land

This study aimed to determine the role of agricultural extensionin technological innovation to maize farmingto increase the income of farmer sindryland. The research was conducted in Hamlet Yeh Mampeh, SouthBatur village, Kintamani, Bangli, Bali in May 2012.The data were processedusing the descriptive analysis ofqualitative and statistical analysis (Chi-Square orX2). The results showed that the level of income of farmerswhoobtained the highest compost treatment RB2.0tons/ha+1000 lietrbi our incows/ha+urea75kg/haprovidethe high estrevenueof Rp12.3 million,While the income levelof farmer swhoobtained atleast compost treatmentRB2.0tons/habiourin1000 liters/haof urea0kg/haprovide the lowest incomeof Rp11.04 million, -.The role ofagricultural extension corresponding relationship shave a positive influence on the improvement of farmers’income after applying uahatani system sindrylandmaize.

Keywords: Extention, income, corn farming, upland

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penyuluhan pertanian dalam inovasi teknologi terhadapusahatani jagung mendukung peningkatan pendapatan petani di lahan kering. Penelitian ini dilaksanakandi Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selatan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali padaMei 2012. Data diolah analisis deskriptif kualitatif dan menggunakan analisis statistik (Chi-Square atau X2).Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani yang paling tinggi didapat pada perlakukankompos RB 2,0 ton/ha + biourin sapi 1000 lietr/ha + urea 75 kg/ha memberikan pendapatan yang palingtinggi sebesar Rp 12.376.750,-0o. Sedangkan tingkat pendapatan petani yang paling rendah didapat padaperlakuan kompos RB 2,0 ton/ha + biourin 1000 liter/ha + urea 0 kg/ha memberikan pendapatan yang palingrendah sebesar Rp 11.040.000,-. Hubungan keterkaitan peranan penyuluhan petanian memberikanpengaruh yang positif terhadap peningkatan pendapatan petani setelah menerapkan sistem uahatani jagungdi lahan kering.

Kata kunci : Penyuluhan, pendapatan, usahatani jagung, lahan kering

PENDAHULUAN

Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistempendidikan nonformal dimaksudkan agar penerimamanfaat utama penyuluhan yaitu petani dankeluarganya bersedia merubah perilaku merekayang meliputi perubahan pada aspek pengetahuan,sikap, dan ketrampilan sehingga mereka mampumemecahkan masalah yang dihadapi dan dapatmenolong dirinya sendiri untuk memperbaiki tarafhidup dan meningkatkan kesejahteraannya.Penyuluh pertanian mempunyai peranan yangsangat penting dalam peningkatan pengetahuan

petani akan teknologi di bidang pertanian.Upaya peningkatan produksi jagung di dalam

negeri diarahkan pada pemanfaatan lahan marginal(Aria dan Chozin, 2009). Sebagian besar lahanpenanaman jagung di Indonesia berupa lahankering, yaitu sebesar 80%, sedangkan di lahansawah irigasi sebesar 20% (Ria, 2009). Masalahutama penanaman jagung di lahan kering adalahkebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curahhujan, bervariasinya kesuburan lahan dan adanyaerosi yang mengakibatkan penurunan kesuburanlahan (Adisarwanto dan Widyastuti, 2002). Selainitu masalah lain di lahan kering adalah memiliki

Page 40: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

107

pH dan kandungan bahan organik yang rendah.Di tingkat nasional produktivitas jagung baru

mencapai 3,4 t ha-1 (BPS Provinsi Bali, 2010)sedangkan di tingkat penelitian mencapai 4,5-8,0t ha-1. Ditinjau dari ketersediaan luasannya, lahankering terutama di Bali, potensial untukpengembangan jagung. Hal ini disebabkan olehpemupukan yang tidak tepat dosis, waktu dancaranya menyebabkan tanaman tidak tumbuhoptimal, baik karena tanaman kekurangan unsurhara maupun kelebihan pupuk (Sukadana, dkk.,2012).

Kekurangan unsur hara yang diperlukan olehtanaman dapat ditanggulangi dengan carapemupukan. Pemupukan yang tepat, berbedatergantung dari kesuburan tanah dan jenis tanah.Kesuburan tanah memberikan kontribusi sebesar55% terhadap produksi tanaman (Gunarto, 2007).Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah seperti sifat fisik, kimia dan biologitanah terutama pada struktur tanah, menaikanbahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisikehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumberzat makanan bagi tanaman.

Beberapa macam pupuk organik dengankeunggulan dan kelemahannya masing-masingtersedia di lapangan misalnya pupuk kandang sapi,pupuk kandang ayam dan kascing. Penggunaanpupuk organik akhir-akhir ini memegang perananyang sangat penting dengan meningkatnyakesadaran masyarakat terhadap kesehatan produkpertanian (Aribawa, et al., 2009).

Urin (air kencing) merupakan limbah yangdihasilkan oleh ternak peliharaan seperti sapi,kambing atau babi. Hartatik dan Widowati (2006)menyatakan bahwa urin ternak terdiri dari 90-95%air. Urin sapi mengandung nitrogen yang tinggisekitar 15-20%. Oleh karena itu, sangatberpotensi untuk digunakan sebagai pupuk cair.Sehingga urin juga dapat dijadikan sebagai sumberhara bagi tanaman. Urin sapi mengandung unsurN,P, dan K yang cukup tinggi dan mengandungCa yang dapat meningkatkan ketahanan terhadapserangan hama dan penyakit.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun YehMampeh, Desa Batur Selatan, KecamatanKintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali padaMei 2012. Pemilihan lokasi penelitian ditentukansecara sengaja (Purposive Sampling) denganpertimbangan bahwa beberapa petani jagung di

lokasi tersebut telah menerapkan usahatanijagung terutama pada varietas lokal Kuning YehMampeh. Adapun penentuan sampel dilakukansecara acak sederhana dari populasi tanamanyang ada di petani. Data dianalisis menggunakananalisis pendapatan usahatani, bertujuan untukmengetahui peningkatan pendapatan petanisetelah menerapkan sistem usahatani jagung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan petani merupakan selisih antarapenerimaan dengan total biaya yang dikeluarkandalam usahatani. Adapun penerimaan merupakanhasil kali jumlah produksi (hasil panen) denganharga jual per kilogram. Tinggi rendahnyapendapatan yang diperoleh petani padi ditentukanoleh jumlah produksi yang dicapai, harga jual danbiaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya yangdikeluarkan oleh petani dalam mengelolausahataninya meliputi biaya pembelian bibit,pupuk dan pestisida, upah tenaga kerja, biayapenyusutan alat dan pajak. Perbedaan hasilproduksi dengan total biaya produksimenyebabkan keuntungan yang diperoleh setiappetani berbeda. Untuk mengetahui rata-ratapendapatan yang diterima petani dari usahatanijagung varietas lokal Kuning Yeh Mampeh denganperlakuan pupuk organik dan organik per hektardi lahn kering dapat disajikan pada Tabel 1.

Analisis usahatani terhadap perlakuanpemupukan tersebut menunjukkan bahwausahatani jagung vartietas lokal Kuning YehMampeh dengan menggunakan pupuk organikpada perlakukan kompos RB 2,0 ton/ha + biourinsapi 1000 lietr/ha + urea 75 kg/ha memberikanpendapatan yang paling tinggi sebesar Rp12.376.750, diikuti dengan perlakuan Kompos RB2,0 ton/ha + biourin 1000 liter/ha + urea 75 kg/hadegan memberikan pendapatan sebesar Rp11.865.250,- dilanjutkan dengan perlakuanKompos RB 0 ton/ha + biourin 0 liter/ha + urea300 kg/ha dengan memberikan pendapatansebesar Rp 11.858.050,- dan pada perlakuanKompos RB 2,0 ton/ha + biourin 1000 liter/ha +urea 0 kg/ha memberikan pendapatan yang palingrendah sebesar Rp 11.040.000,-.

Hubungan Peranan Penyuluhan Pertanianterhadap peningkatan pendapatan petani melaluisistem usahatani jagung di lahan kering bertujuanuntuk meningkatkan jumlah produksi jagungmelalui pemanfaatan limbah ternak sebagai pupukorganik dan mengurangi penggunaan pupuk an

Peranan Penyuluhan Pertanian Dalam Diseminasi Inovasi Teknologi terhadap Usahatani JagungMendukung Peningkatan Pendapatan Petani Di Lahan Kering | I Made Sukadana

Page 41: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014108

organik (kimia). Hal ini sesuai dengan perananpenyuluhan sebagai proses penyebarluasaninformasi, penerangan, perubahan prilaku, sertaproses pendidikan yang berguna untukmeningkatkan pengetahuan dan keterampilanpetani dalam berusahatani, dan diharapkan dapatmeningkatkan jumlah produksi/panen.

Keterkaitan antara peranan penyuluhanpertanian terhadap peningkatan pendapatan petanimerupakan suatu hasil dari proses penyuluhanpertanian yang telah dilaksanakan. Melaluipenyuluhan pertanian, para petani mendapatkaninformasi mengenai menerapkan usahatani jagunglokal berbasis organik di lahan kering. Informasiyang didapatkan sangat bermanfaat gunameningkatkan pengetahuan dan keterampilanpetani dalam mengusahakan usahataninya,sehingga terbukti terjadi peningkatan produksijagung setelah petani menerapkan sistemusahatani tersebut.

KESIMPULAN

Adanya penyuluhan pertanian tentang sistemusahatani jagung di lahan kering dapatmeningkatkan pendapatan petani. Tingkatpendapatan petani yang paling tinggi didapat padaperlakukan kompos RB 2,0 ton/ha + biourin sapi1000 lietr/ha + urea 75 kg/ha memberikanpendapatan yang paling tinggi sebesar Rp12.376.750,-. Sedangkan tingkat pendapatan

Tabel 1. Analisis usahatani jagung varietas lokal Kuning Yeh Mampeh dengan perlakuan pupuk organikdan anorganik per hektar di Dusun Yeh Mampeh, Desa Batur Selalatan, Kecamatan Kintamani –Bangli, 2012

Perlakuan Biaya Tetap Biaya Total biaya Penerimaan Keuntungan B/C ratio Variabel

Kompos RB 0 ton/ha + 907.500 4.921.450 5.828.950 11.687.000 5.858.050 1,00Bio Urin 0 liter/ha +Urea 300 kg/ha

Kompos RB 2,0 ton/ha + 907.500 4.743.750 5.651.250 11.865.250 6.214.000 1,10 Bio urin 1000 liter/ha +Urea 150 kg/ha

Kompos RB 2,0 ton/ha + 907.500 4.689.000 5.596.500 12.376.750 6.780.250 1,21Bio urin 1000 liter/ha +Urea 75 kg/haKompos RB 2,0 ton/ha + 907.500 4.523.750 5.431.250 11.040.000 5.608.750 1,03Bio urin 1000 liter/ha +Urea 0 kg/ha

Sumber : Hasil penelitian jagung di lahan kering BPTP Bali, 2012.

petani yang paling rendah didapat pada perlakuankompos RB 2,0 ton/ha + biourin 1000 liter/ha +urea 0 kg/ha memberikan pendapatan yang palingrendah sebesar Rp 11.040.000,-.

SARAN-SARAN

Untuk sementara waktu dalam diseminasiinovasi teknologi terhadap usahtani jagungmendukung peningkatan pendapatan petani dilahan kering dapat disarankan menggunakaninovasi teknologi dengan perlakuan kompos RB2,0 ton/ha + biourin sapi 1000 lietr/ha + urea 75kg/ha memberikan pendapatan yang paling tinggisebesar Rp 12.376.750,- dibandingkan denganperlakuan yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T dan Widyastuti, Y.E. 2002.Meningkatkan Produksi Jagung di LahanKering,Sawah dan Pasang Surut. Jakarta: PT.Penebar Swadaya.

Aria, B., Chosin, M.A. 2009. Pengaruh DosisPupuk Kandang dan Frekuensi PemberianPupuk Urea terhadap Pertumbuhan danProduksi Jagung (Zea Mays L.) Di LahanKering. Makalah Ilmiah. Bogor : DepartemenAgronomi dan Hortikultura. Fakultas PertanianInstitut Pertanian Bogor.

Page 42: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

109

Aribawa, I.B., Kartini, N.L., Kariada,I.K. 2009.Pengaruh Beberapa Jenis Pupuk Organik danPupuk Urea terhadap Sifat Tanah dan HasilKacang Panjang di Lahan Kering PinggiranPerkotaan Denpasar Bali. Tersedia di http://kamulagingapain.blogspot.com/2009/10/pengaruh-beberapa-jenis- pupuk-organik.html

BPS Provinsi Bali, 2010. Bali Dalam Angka.Katalog BPS : 1102001.51.

Gunarto, L. 2007. Dengan Teknologi AGPI ProduksiPadi Ditingkatkan Secara Efisiean danBerkelanjutan. Paper Ilmiah. LembagaPengembangan Pertanian Organik Indonesia.

Hartatik, W., dan Widowati, L. R., 2006. PupukKandang. Paper Ilimiah. Proyek PenelitianProgram Pengembagan Agribisnis. BalaiBesar Penelitian Tanah.

Sukadana, I.M., Adijaya, I.N., Mahaputra, I.K.,Suwijana, I.M., Sumiarsa, N., 2012. KajianPemanfaatan Biourin Sapi Untuk MengurangiPenggunaan Urea pada Usahatani Jagung diLahan Kering. Laporan Akhir Tahun. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali.

Peranan Penyuluhan Pertanian Dalam Diseminasi Inovasi Teknologi terhadap Usahatani JagungMendukung Peningkatan Pendapatan Petani Di Lahan Kering | I Made Sukadana

Page 43: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014110

RESPON VARITAS UNGGUL BARU INPARI 10 YANG DIPUPUKDENGAN PUPUK ORGANIK, SEMI ORGANIK DAN AN ORGANIK

DI SUBAK BASANG BE, DESA PEREAN KANGIN KABUPATEN TABANAN

Wayan SunanjayaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jl. By Pas Ngurah Rai-Pesanggaran Denpasar SelatanEmail : [email protected]

Submitted date: 16 Juni 2014 Approved date: 5 Juli 2014

ABSTRACT

Response New Improved Varieties Inpari 10 Are Fertilized With Organic,Semi Organic And An Organic Fertilizer.

Integrated crop and resource management (ICM) as an effort to increase national rice production (P2BN)and to achieve a surplus of 10 million tonnes of rice in 2014. Along with Bali organic program, PTT has beenadopted by progressive farmers who are expected to be willing and able to disseminate to other farmers inthe vicinity. Utilization of organic fertilizer produced local farmers were able to reduce even without the useof an organic fertilizer to obtain maximum grain yield. Assessment carried out in Subak Basang Be, VillagePerean Kangin, Baturiti Tabanan, Bali. Time implementation of the MT II / MK I, July to October 2012.Assessment using a simple randomized block design (RBD) with 6 replicates. As the treatment are organicfertilizer, semi organic, and inorganic. Parameters observed that are maximum plant height, number ofproductive tillers, panicle length, weight of dry grain harvest, dry weight of stover harvest, total grain number,grain number contains, the number of empty grains per hill, weight of oven dried grain per hill, weight of drygrain harvest and dry weight of stover harvest tile, the riil weight of dry grain harvest per acre. Analysis of thedata using analysis of variance (ANOVA) and the mean difference test LSD 5% level of the significantparameters. Weight of dry grain harvest highest real per acre obtained in semi-organic fertilizer treatment,has increased by 14.44 and 67.02% respectively in the organic and inorganic fertilizers. The high weight ofdry grain harvests are backed by real per parameter number of empty grain weight per hill and dry grainharvest each tile with a value of correlation (r) 0.958 * and 0.847 *.

Keywords: Response, Inpari 10, organic, semi-organic, inorganic

ABSTRAK

Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) sebagai salah satu upaya peningkatan produksiberas nasional (P2BN) dan pencapaian target surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Seiring dengan programBali organik, PTT telah diadopsi oleh petani progresif yang diharapkan mau dan mampu menyebarluaskanke petani lain di sekitarnya. Pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan petani setempat mampu mengurangibahkan tanpa penggunaan pupuk an organik untuk memperoleh hasil gabah yang maksimal. Pengkajiandilaksanakan di Subak Basang Be, Desa Perean Kangin, Kecamatan Baturiti Tabanan, Bali. Waktupelaksanaan pada MT II/MK I, Juli sampai Oktober 2012. Pengkajian menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) sederhana dengan 6 ulangan. Sebagai perlakuan adalah pupuk organik, semi organik,dan an organik. Parameter yang diamati yakni tinggi tanaman maksimum, jumlah anakan produktif, panjangmalai, bobot gabah kering panen, bobot brangkasan kering panen, jumlah gabah total, jumlah gabah berisi,jumlah gabah hampa per rumpun, bobot gabah kering oven per rumpun, bobot gabah kering panen danbobot brangkasan kering panen ubinan, bobot gabah kering panen riil per are. Analisis data menggunakananalisis keragaman (ANOVA) dan uji beda rerata BNT taraf 5% terhadap parameter yang berpengaruhnyata. Bobot gabah kering panen riil per are tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan semi organik,mengalami peningkatan 14,44 dan 67,02% masing-masing pada pemupukan organik dan an organik.Tingginya bobot gabah kering panen riil per are didukung oleh parameter jumlah gabah hampa per rumpundan bobot gabah kering panen per ubinan masing-masing dengan nilai korelasi (r) 0,958* dan 0,847*.

Kata kunci: Respon, Inpari 10, organik, semi organik, an organik

Page 44: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

111

PENDAHULUAN

Pengelolaan tanaman dan terpadu (PTT) padibukan paket teknologi tetapi merupakan suatupendekatan dalam pemecahan masalah produksipadi di daerah setempat dengan menerapkanteknologi anjuran dan dipilih komponen teknologisecara bersama-sama dengan petani melaluianalisis kebutuhan teknologi (Suparman, 2012).Lebih lanjut dijelaskan, PTT padi sawah merupakansuatu pendekatan inovatif dan dinamis dalamupaya peningkatan produksi padi dan pendapatanpetani melaui perakitan teknologi secara partisipatifbersama petani. PTT padi dinilai cukup berhasilmeningkatkan produksi padi, sehingga akselerasipengadopsiannya kepada petani penggunadilakukan lebih intensif.

Budidaya tanaman padi di Bali diperankanbegitu kental oleh anggota Subak dengan sistempertanaman mengikuti ciri khasnya Sosio-Agraris-Religius. Tatanan budaya adiluhung Subaktersebut mesti dapat disinergikan dengan teknologiPTT yang sudah diyakini mampu meningkatkanhasil tanaman padi.

Pemberian bahan organik merupakan salahsatu komponen teknologi dasar PTT diharapkanberdampak ganda yakni tetap menjaga kesuburanlahan dan menyediakan hara bagi tanaman dalamkurun waktu yang lebih panjang. Sumarno (2006)menyatakan secara umum faktor penyebabterjadinya ketidakberlanjutan usaha pertanianadalah kemunduran kualitas lahan, terutamakesuburan fisik dan kimiawi, sehingga usahapertanian menjadi tidak layak secara ekonomi.Bukti empiris memperlihatkan bahwa penelantaranlahan pertanian sebagian besar disebabkan olehfaktor kesuburan tanah yang menurun, lapisanolah tanah yang habis tererosi, terjadinya infestasigulma, terdapatnya senyawa meracun tanaman,atau tidak tersedianya sumber pengairan.

Rendahnya kandungan bahan organik danpopulasi mikroba tanah, serta tekstur tanah yangkasar (lebih banyak fraksi pasir) juga seringmerupakan penyebab terjadinya ketidakberlanjutanpertanian tanaman pangan semusim. SementaraSumarno dan Kartasasmita (2012) menyatakanhambatan utama penggunaan pupuk organikadalah kebiasaan petani menggunakan pupukanorganik yang lebih praktis dan cepat terlihatmanfaatnya dan kurangnya pemahaman tentangmanfaat jangka panjang pupuk organik.Sedangkan Sudana (2010) menyatakan pertanianorganik dapat mencapai keseimbangan ekologis

melalui pola sistem pertanian, membangunhabitat, pemeliharaan keragaman genetika danpertanian. Mereka yang memproduksi, mengolah,memasarkan atau mengkonsumsi produk organikharus melindungi dan memberikan keuntunganbagi lingkungan secara umum, termasuk didalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayatiudara dan air. Seiring Program Bali Clean andGreen dan Go Organik mengisyaratkan untukmemanfaatkan sumberdaya lokal khususnyamemanfaatkan bahan organik seoptimal mungkin.

Beberapa hasil penelitian menunjukkanpeningkatan hasil padi dengan pemupukanorganik, diantaranya penelitian Kartini (2010)memperoleh hasil panen gabah kering panen perhektar meningkat 2,91 ton dengan pemupukankascing. Sutardi dan Nur Hidayat (2010)menyatakan pemberian pupuk organik 2 ton perhektar meningkatkan hasil padi dari 8,50 menjadi8,91 ton per hektar dengan sistem tabela.Demikian halnya penelitian Sugiono dan BambangPikukuh (2010) menyatakan, aplikasi pupukorganik 2 ton per hektar mampu meningkatkanrata-rata produksi padi di atas 1 ton padi varietasInpari 2,4,5 dan Mekongga pada lahan sawahintensif.

Penelitian bertujuan untuk melihat respon padiInpari 10 terhadap pemupukan organik, semiorganik dan an organik yang dapat ditunjukkanlangsung kepada petani.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di lahan sawah SubakBasang Be, Desa Perean Kangin, KecamatanBaturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Waktupelaksanaan Juli sampai Oktober 2012 padaMusim Tanam II/Musim Kemarau I (MTII/MKI).Rancangan yang digunakan adalah RancanganAcak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan.Sebagai perlakuan yakni :a. Pupuk Organik : pupuk kandang dan biourin

sapi yang sudah diolah dengan dosis masing-masing 5 ton dan 1600 liter per hektar.

b. Pupuk Semi organik : 100 kg urea + 100 kgNPK Pelangi + 300 kg Petroganik per hektar

c. Pupuk Anorganik : 100 kg urea + 200 kg NPKPelangi per hektarSeluruh perlakuan diulang 6 kali pada petakalami.

Respon Varitas Unggul Baru Inpari 10 Yang Dipupuk dengan Pupuk Organik, Semi Organik danAn Organik di Subak Basang Be, Desa Perean Kangin Kab. Tabanan | Wayan Sunanjaya

Page 45: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014112

Pelaksanaan

Pemupukan dilakukan 2 minggu setelahtanam (mst) dan 6 mst, kecuali pupuk kandangdiberikan pada pengolahan tanah ke dua. Pupukbiourin diaplikasikan setelah tanaman padiberumur 2 mst berturut-turut 8 kali dengan intervalseminggu sekali bersamaan dengan pengairanbasah kering. Selain pemupukan, semuakomponen teknologi PTT dilakukan pada seluruhpetak sawah, antara lain :1. Tapin Legowo 2:1 caplak 25x25 cm2. Tanam bibit umur muda <21 hss dengan 1-3

bibit/lubang tanam.3. Pengairan basah kering (intermittent) dengan

menggunakan alat pipa kontrol4. Pengendalian OPT secara terpadu.5. Panen mengikuti kreteria panen, adalah bulir

padi telah berwarna kuning dan keras.

Paremeter yang diamati meliputi : tinggitanaman maksimum, jumlah anakan produktif,panjang malai, bobot gabah kering panen, bobotbrangkasan kering panen, jumlah gabah total,jumlah gabah berisi, jumlah gabah hampa, bobotberangkasan kering oven dan bobot gabah keringoven per rumpun, bobot gabah kering panen ubinan,bobot brangkasan kering panen ubinan, bobotgabah kering panen riil per are. Analisis datamenggunakan analisis sidik keragaman (ANOVA)dilanjutkan dengan uji beda rerata BNT taraf 5%(Gomes, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkanperlakuan yang diberikan berpengaruh tidak nyata(P e” 0,05) hampir pada seluruh parameter yangdiamati kecuali jumlah gabah hampa per rumpun,bobot gabah kering panen ubinan, bobot

brangkasan kering panen ubinan dan bobot gabahkering panen riil per are berpengaruh nyata(P>0,05) sebagai akibat pemberian perlakuan.

Komponen Pertumbuhan dan KomponenHasil Tanaman Padi

Rata-rata tinggi tanaman maksimum, jumlahanakan produktif, Bobot brangkasan kering panenper rumpun dan panjang malai padi Inpari 10 yangdipupuk organik, semi organik dan an organikmenunjukkan perbedaan yang tidak nyata,kecendrungan pemupukan organik mampumemberikan pertumbuhan dan perkembangantanaman padi Inpari 10 setara dengan denganpemupukan lainnya (Tabel 1).

Tabel 2 menunjukkan, kecendrunganpemupukan an organik masih lebih baikdibandingkan dengan pemupukan lainnya. Bobotgabah kering panen per rumpun meskipun belummenunjukkan perbedaan yang nyata, tapi cendrungmeningkat. Pemupukan organik cendrungmemberikan bobot gabah kering panen per rumpunlebih tinggi yakni 2,80 dan 21,74% lebih tinggi biladibandingkan masing-masing dengan pemupukansemi organik dan an organik. Rata-rata bobotgabah kering panen per rumpun, jumlah gabahtotal, jumlah gabah berisi, bobot berangkasankering oven per rumpun padi Inpari 10 yangdipupuk organik, semi organik dan an organikberbeda tidak nyata, kecuali jumlah gabah hampaper rumpun yang berbeda nyata antar perlakuanyang diberikan. Jumlah gabah hampa tertinggidiperoleh pada pemupukan an organik, lebih tinggi35,54 dan 32,21% masing-masing dibandingkandengan pemupukan organik dan semi organik(Tabel 2).

Tabel 3 menunjukkan, rata-rata bobot gabahkering panen dan bobot brangkasan kering panenubinan, bobot gabah kering panen riil per arememberikan perbedaan hasil, kecuali bobot gabah

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman maksimum, jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot gabah keringpanen per rumpun padi Inpari 10 yang dipupuk organik, semi organik dan an organik

Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah anakan Bobot brangkasan Panjangmaksimum (cm) produktif per rumpun kering panen malai (cm)

per rumpun (gram) (batang)

Pemupukan organik 91.67 a 17.33 a 106.50 a 21.20 aPemupukan semi organik 92.58 a 20.17 a 143.40 a 20.30 aPemupukan an organik 93.12 a 20.83 a 109.50 a 23.30 a

KK (%) 8,13 22,25 29,32 15,74

Keterangan :Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yangtidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Page 46: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

113

kering oven per rumpun padi Inpari 10 yangdipupuk organik, semi organik dan an organik.Bobot gabah kering panen tertinggi diperoleh padapemupukan semi organik, lebih tinggi dibandingkandengan pemupukan organik maupun an organikmasing masing sebesar 30,56 dan 46,87%. Halyang sama terlihat pada bobot brangkasan keringpanen ubinan, bobot tertinggi diperoleh padapemupukan semi organik, lebih tinggi dibandingkandengan pemupukan organik maupun an organikmasing masing sebesar 39,39 dan 18,96%.

Bobot gabah kering oven per rumpunmenunjukkan perbedaan yang tidak nyata, namunpemupukan semi organik cendrung memberikanhasil yang lebih baik atau cendrung lebih tinggisebesar 16,04 dan 7,94% masing-masingdibandingkan dengan pemupukan organik maupun

an organik (Tabel 3). Rata-rata bobot gabah keringpanen riil per are padi Inpari 10 tertinggi diperolehpada pemupukan semi organik atau lebih tinggi10,44 dan 67,02% dibandingkan masing-masingdengan pemupukan organik maupun an organik(Tabel 3).

Pemupukan organik memberikan tingkatpertumbuhan dan hasil tanaman yang hampirsama dengan semi organik, serta pemupukan anorganik berbeda dengan pemupukan ke duanya.Hasil penelitian Purwanto dkk. (2011)menyimpulkan produktivitas tanaman pada lahanorganik belum bisa mengimbangi produktivitaspada lahan semiorganik. Tingkat pertumbuhantanaman sangat dipengaruhi oleh tingkatpertumbuhan dan komponen-komponen produksi.Purwanto dkk. (2011) menyatakan pada kondisi

Tabel 2. Rata-rata bobot brangkasan kering panen per rumpun, jumlah gabah total per rumpun, jumlahgabah berisi per rumpun, jumlah gabah hampa per rumpun, bobot berangkasan kering oven perrumpun padi Inpari 10 yang dipupuk organik, semi organik dan an organik

Perlakuan Bobot gabah Jumlah Jumlah Jumlah Bobotkering panen gabah total gabah berisi gabah hampa berangkasanper rumpun per rumpun per rumpun per rumpun kering oven

(gram) (butir) (butir) (butir) per rumpun(gram)

Pemupukan organik 106.50 a 1813.00 a 1062.70 a 670.80 b 39.70 aPemupukan semi organik 143.40 a 1804.00 a 1157.50 a 687.70 ab 51.70 aPemupukan an organik 109.50 a 1945.80 a 1039.30 a 909.20 a 44.2 a

KK (%) 24,57 31,54 26,78 21,59

BNT 5% - - - 235,98 -

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yangtidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Tabel 3. Rata-rata bobot gabah kering oven per rumpun, bobot gabah kering panen ubinan, bobotbrangkasan kering panen ubinan, bobot gabah kering panen riil per are padi Inpari 10 yangdipupuk organik, semi organik dan an organik

Perlakuan Bobot gabah Bobot gabah Bobot brangkasan Bobot gabah kering oven kering panen kering panen kering panen riil

per rumpun (gram) ubinan (kg) ubinan (kg) per are (kg)

Pemupukan organik 58.7 a 3.6 b 9.9 b 43.1 aPemupukan semi organik 57.1 a 4.7 a 13.8 a 47.6 aPemupukan an organik 54.0 a 3.2 b 11.6 a 28.5 b

KK (%) 23,07 - - -

BNT 5% - 1,05 2,46 11,41

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yangtidak nyata pada uji BNT taraf 5%

Respon Varitas Unggul Baru Inpari 10 Yang Dipupuk dengan Pupuk Organik, Semi Organik danAn Organik di Subak Basang Be, Desa Perean Kangin Kab. Tabanan | Wayan Sunanjaya

Page 47: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014114

ketersediaan hara tanah terpenuhi optimal,serapan akan meningkat sehingga kebutuhantanaman untuk pertumbuhan dan perkembanganterpenuhi secara optimal pula dan tingkat produksiakan tinggi. Peningkatan komponen pertumbuhandan komponen hasil akan diikuti denganpeningkatan produksi gabah kering. Mukhlis (2011)menyatakan, penambahan pupuk organik dapatmengembalikan keadaan tanah kembali subur,karena pupuk organik selain menambah hara jugadapat menggemburkan tanah sehingga akartanaman lebih mudah menyerap unsur hara.

KESIMPULAN

Rata-rata bobot gabah kering panen riil perare padi Inpari 10 tertinggi diperoleh padapemupukan semi organik atau lebih tinggi 10,44dan 67,02% dibandingkan masing-masing denganpemupukan organik maupun an organik.Pemupukan organik belum mampu mengimbangipemupukan semi organik secara nyata untukpertumbuhan dan hasil padi Inpari 10

SARAN

Petani kecil yang mau dan mampu mengubahkebiasaan menggunakan pupuk anorganik atausemi organik mestinya diapresiasi, terutama bagipetani kecil yang memiliki atau mengusahakanlahan kurang dari 0,5 hektar per keluarga tani.Uluran tangan pemerintah setempat atau pihakswasta sebagai mediator sangat dibutuhkan, agarproduk pertanian organik yang dihasilkan dapatdiakui kelayakannya dengan harga yang diterimapetani lebih tinggi dari produk non organik.

DAFTAR PUSTAKA

Gomes, 2010. Prosedur Statistika UntukPenelitian Pertanian. Penerjemah : EndangSjamsuddin dan Justika S. Baharsjah.Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)Jakarta. Cetakan 2010. xvii; 698 hlm.

Kartini, Ni Luh. 2010. Pengaruh dosis pupukorganik Kascing (POK) terhadappertumbuhan dan hasil padi pada sistem SRIdan sistem biasa di Desa Batubulan Gianyar.Prosiding Seminar “Isu pertanian organic dan

tantangannya. Ubud, 12 Agustus 2010. BalaiBesar Pengkajian dan Pengembanganbekerjasama dengan Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. ISBN : 978-602-98658-0-6. Halaman 34-39.

Mukhlis, 2011. Pengaruh pupuk organik dananorganik terhadap pertumbuhan dan hasilpadi Di Lahan Rawa Lebak. Prosiding SeminarNasional Padi 2010 : Variabilitas danPerubahan Iklim: Pengaruhnya TerhadapKemandirian Pangan. Balai Besar PenelitianTanaman Padi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanianj. Buku 2. ISBN 978-979-540-067-8. 3 jil; 17x24 cm.

Purwanto, Tohari dan Shiddie, 2011. Pertumbuhandan hasil empat varietas padi (Oryza sativaL.) pada sistem pertanian organik, semiorganik dan pertanian konvensional. ProsidingSeminar Nasional Padi 2010 : Variabilitas danPerubahan Iklim: Pengaruhnya TerhadapKemandirian Pangan. Balai Besar PenelitianTanaman Padi. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. KementerianPertanian. Buku 2. ISBN 978-979-540-067-8.3 jil; 17x24 cm.

Sudana, 2010. Kebutuhan teknologi pertanianspesifik lokasi dalam membangun pertanianorganik. Prosiding Seminar “Isu pertanianorganik dan tantangannya. Ubud, 12 Agustus2010. Balai Besar Pengkajian danPengembangan bekerjasama dengan BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali. ISBN :978-602-98658-0-6

Sugiono dan Bambang Pikukuh. 2010. Potensihasil VUB padi dengan pemberian pupukorganik dua ton di zone agrosistem sawahintensif. Prosiding Seminar “Isu pertanianorganik dan tantangannya. Ubud, 12 Agustus2010. Balai Besar Pengkajian danPengembangan bekerjasama dengan BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali. ISBN :978-602-98658-0-6. Halaman 101-105.

Sumarno, 2006. Sistem Produksi PadiBerkelanjutan. Jurnal Tanaman Pangan. IptekTanaman Pangan No. 1 -2006. PusatPenelitian dan Pengembangan TanamanPangan Bogor.

Page 48: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

115

Sumarno dan Unang G. Kartasasmita, 2012.Kesiapan Petani Menggunakan PupukOrganik pada Padi Sawah. Jurnal TanamanPangan PP31/03 © 2012, Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan. BadanPenelitian dan Pengembangan TanamanPertanian. http://pangan.litbang.deptan.go.id/publication-jurnal/47/504, diakses 14 Maret2013. Halaman : 137-144.

Suparman, 2012. Petunjuk Teknis PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi.Balai Pengkajian Teknologi PertanianKalimantan Tengah. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Cetakan I-Palangkaraya, 16x21,5. ISBN : 979-978-153-878-7. 40 halaman

Sutardi dan Nur Hidayat. 2010. Perimbanganpupuk organik 2 ton/ha dalam pemupukan padisawah sistem tanam benih langsung (Tabela)D.I. Yogyakarta. Prosiding Seminar “Isupertanian organik dan tantangannya. Ubud,12 Agustus 2010. Balai Besar Pengkajiandan Pengembangan bekerjasama denganBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.ISBN : 978-602-98658-0-6. Halaman 67-71.

Respon Varitas Unggul Baru Inpari 10 Yang Dipupuk dengan Pupuk Organik, Semi Organik danAn Organik di Subak Basang Be, Desa Perean Kangin Kab. Tabanan | Wayan Sunanjaya

Page 49: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014116

TAMPILAN TANAMAN PADI DENGAN AWAL TANAM MENGGUNAKANREKOMENDASI KALENDER TANAM TERPADUDI KECAMATAN MENDOYO, JEMBRANA BALI

I Nengah Duwijana dan Ida Bagus AribawaBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali

Jl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, bali 80222E-mail : [email protected]

Submitted date: 18 Juni 2014 Approved date: 25 Juli 2014

ABSTRACT

Appearance of Rice Plant with Initial Planting Using the Integrated Planting CalenderRecommendations in Mendoyo subdistrict, Jembrana Bali.

Studies on the topic appearance with early planting rice plants using integrated crop calendarsrecommendations in the subdistrict of Mendoyo, Jembrana Bali has been implemented in Subak TibuBeleng, Village Penyaringan on MK-1 MT. 2013. The objective of this study is to know the display in this casethe rice plant growth and production were planted, where the initial planting adapted to the recommendationsgenerated by the system information of this planting calendar. Studies using a randomized block design(RAK) is repeated three times. The treatments were: (1) early planting promoted at least two-ten day periodsof recommendation early planting produced by cropping calendar integrated information systems (l1); (2)early planting adapted to early planting produced by these information systems and, namely April II-III (l2)and early planting is delayed two-ten day periods (l3). Land used are owned by farmers and its range adaptedto the natural area farmers and farmer cooperators used as replicates. Rice plant parameters are observed,such as the growth component of plant height and number of tillers, such as the production of componentsand the number of filled grains per panicle hollow, weight of 1000 seeds and production in the form of drygrain yields per hectare, observed the level of pests and diseases that attack plants. Statistical analysisshowed significant treatment tested on all parameters of plants were observed, except for lenght of panicles.The highest rice productivity generated by treatment l2, i.e. GKP tons / ha, higher than 15.20% and 20.90%when compared to treatment l1 and l3

Keywords : Calendar planting, growth, production and rice fields

ABSTRAK

Kajian dengan topik tampilan tanaman padi dengan awal tanam menggunakan rekomendasi kalendertanam terpadu di Kecamatan Mendoyo, Jembrana Bali telah dilaksanakan di Subak Tibu Beleng, DesaPenyaringaan pada MK-1 MT. 2013. Tujuan dari kajian ini adalah untuk melihat tampilan tanaman padidalam hal ini pertumbuhan dan produksinya yang ditanam, dimana awal tanamnya disesuaikan denganrekomendasi yang dihasilkan oleh sistem informasi kalender tanam ini. Kajian menggunakan rancanganacak kelompok (RAK) yang diulang tiga kali. Perlakuan yang diuji adalah : (1) awal tanam dimajukan minimaldua dasarian dari rekomendasi awal tanam yang dihasilkan oleh sistem informasi kalender tanam terpadu(l1); (2) awal tanam disesuaikan dengan awal tanam yang dihasilkan oleh sistem informasi ini dan, yaituApril II-III (l2) dan awal tanam yang diundurkan dua dasarian (l3). Lahan yang digunakan adalah milik petanidan luasannya disesuaikan dengan luasan alami petani dan petani kooperator dijadikan sebagai ulangan.Parameter tanaman padi yang diamati adalah, komponen pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan jumlahanakan, komponen produksi seperti jumlah gabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 biji dan produksidalam bentuk gabah kering panen per hektar, diamati pula tingkat serangan hama dan penyakit yangmenyerang tanaman. Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan yang diuji berpengaruh nyata terhadapsemua parameter tanaman yang diamati, kecuali pajang malai. Produktivitas padi tertinggi dihasilkan olehperlakuan l2, yaitu ton GKP/ha, lebih tinggi 15,20 % bila dibandingkan l1 dan 20,90 % bila dibandingkanperlakuan l3.

Kata kunci : Kalender tanam, pertumbuhan, produksi dan lahan sawah.

Page 50: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

117

PENDAHULUAN

Perubahan iklim merupakan kejadian alamyang dapat terjadi di tingkal global, regional,maupun lokal yang umumnya berdampak terhadapperubahan pola tanam dan penurunan produksi.Pranatamangsa dan Kertamasa yang dalamsejarah dan budaya bercocok tanam dijadikansebagai pemandu penerapan pola tanam tidakdapat dipedomani sepenuhnya karena pergeseranawal musim akibat perubahan iklim, terutamaperubahan pola curah hujan (Anon, 2010).

Perubahan pola curah hujan tersebut harusmenjadi perhatian dalam mengatur awal dan polatanam untuk menjaga kesinambungan produksipertanian menuju kemandirian pangan nasional,oleh karena itu perlu dibuat peta kalender tanam.Peta kalender tanam (Katam) adalah peta yangmenggambarkan potensi, pola, dan waktu tanamuntuk tanaman pangan (padi dan palawija),berdasarkan potensi dan dinamika sumberdayaiklim dan air. Peta ini secara khusus disusun untukkeperluan mendukung program ketahananpangan. Peta kalender tanam diharapkan jugamenjadi salah satu informasi yang operasionaldalam menghadapi anomali dan perubahan iklim(Anon, 2013).

Untuk mengantisipasi perubahan iklim yangtidak menentu dan tidak mudah diprediksi, makapeta kalender tanam tidak hanya disusunberdasarkan kondisi periode tanam yang dilakukanoleh petani saat ini, tetapi juga disusunberdasarkan tiga kejadian iklim yaitu tahun basah(TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK).Dengan demikian kalender dan pola tanam yangakan diterapkan dapat disesuaikan denganmasing-masing kondisi iklim tersebut.

Katam terpadu memberikan informasi spasialdan tabular pola tanam dan potensi luas arealtanam pada tanaman pangan di lahan sawahberdasar variabilitas dan perubahan iklim sampaike wilayah kecamatan. Katam terpadu merupakanpengembangan peta katam semi dinamik yangditerapkan pada periode 2007-2010. Katamterpadu saat ini sifatnya dinamik karenainformasinya berdasar interpretasi prakiraan curahhujan dan prakiraan awal musim dari BadanMeteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Anon,2013)

Prakiraan iklim, terutama sifat hujan, luaslahan sawah, rekomendasi awal tanam, dosispupuk, varietas, dan lainnya disajikan pada situsSistem Informasi Kalender Tanam Terpadu versi

1.6 dan bisa diakses di www.katam.litbang.deptan.go.id (Anon, 2012). Hasil kajian mengenaikegiatan pendampingan sistem informasi kalendertanam terpadu SL-PTT di tahun 2013, menunjukkankeakuratan data yang dihasilkan oleh sistem initerutama rekomendasi awal tanam, dosis pupukdan varietas yang digunakan petani di lapangandari hasil monitoring dan verifikasu di lapanganmenunjukkan lebih dari 65 % petani di lapanganawal tanam, dosis pupuk dan varietas yangdigunakan petani sesuai dengan rekomendasiyang dihasilkan oleh sistem informasi katamterpadu ini (Aribawa et al., 2013).Informasi mengenai teknologi spesifik lokasi,terutama menyangkut awal tanam padi yangdihasilkan oleh sistem informasi kalender tanamterpadu untuk mengantisipasi perubahan iklim perludivalidasi dan dikaji di lapangan. Tujuan dari kajianini adalah untuk mengetahui tampilan tanamanpadi dalam hal pertumbuhan dan produksinya yangditanam dengan awal tanam yang berbeda.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kajian ini adalahpupuk anorganik dan pupuk organik, seperti pupukurea, phonska, pukan sapi dan bahan lainnya.Selain itu digunakan varietas unggul Ciherang.Sedangkan alat yang digunakan adalah alat untukbercocok tanam, meteran, timbangan dan alat-alatyang lainnya.

Rancangan Percobaan

Kajian ini menggunakan Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan tiga perlakuan diulangtiga kali. Sebagai perlakuan adalah awal tanampadi yang dimajukan minimal dua dasarian dariawal tanam yang dihasilkan oleh sistem informasikalender tanam terpadu (Maret II-III) (l1); awaltanam padi disesuaikan dengan awal tanam yangdihasilkan oleh sistem informasi kalender tanamterpadu, April II-III (l2), dan awal tanam padidiundurkan minimal dua dasarian dari awal tanamyang dihasilkan oleh sistem informasi kalendertanam terpadu (Mei II-III) (l3). Luas petak yangdigunakan disesuaikan dengan luas petak alamipetani, dimana petani kooperator (8 orang)digunakan sebagai ulangan.

Tampilan Tanaman Padi Dengan Awal Tanam Menggunakan Rekomendasi Kalender Tanam Terpadudi Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali | I Nengah Duwijana dan I.B. Aribawa

Page 51: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014118

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian dilakukan di lahan sawah di Subak TibuBeleng, Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo,Kabupaten Jembrana, Bali, pada MT II, yaitumusim kemarau pertama (MK-1), yaitu dari bulanMaret s/d Agustus 2013.

Pendekatan

Kegiatan ini, berdasarkan jenisnya termasukkegiatan pengembangan. Oleh karena itu, untukmensukseskan kegiatan ini diperlukan kerjasamaantar instansi terkait di daerah (dari tingkat provinsisampai tingkat desa) serta partisipasi aktif darikelompok tani (subak) untuk mengikuti kegiatanini.

Kajian ini, menggunakan pendekatan PTT(Pengelolaan Tanaman Terpadu). Adapunkomponen PTT yang digunakan dalam kegiatanini disajikan pada Tabel 1.

Pengumpulan dan Analisis Data

Parameter tanaman padi yang diamati : tinggitanaman, jumlah anakan, panjang malai, jumlahgabah isi dan hampa per malai, bobot 1000 bijidan hasil gabah kering panen (GKP) per hektar.Data yang dikumpulkan dianalisis secara sidikragam. Uji rata-rata pengaruh perlakuan dilakukandengan uji DMRT pada taraf 5 % (Gomez danGomez, 1984).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis terhadap komponenpertumbuhan dan komponen hasil seperti tinggitanaman, jumlah anakan dan panjang malaidisajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2, terlihatperlakuan berpengaruh nyata hanya terhadaptinggi tanaman dan jumlah anakan. Tinggi tanamantertinggi dihasilkan oleh perlakuan l2, dan berbeda

Tabel 1. Teknologi budidaya padi model PTT yang digunakan di lapangan.

No. Perlakuan Komponen Teknologi PTT

1 Varietas Varietas unggul baru (VUB) Ciherang2 Persemaian Pesemaian basah diaplikasi kompos, sekam dan pupuk3 Seleksi benih Pemilihan benih bernas dengan air garam.4 Tanam bibit 15 HSS.5 Jumlah bibit/lubang 1-3 bibit untuk tanam pindah6 Jarak tanam Sesuai perlakuan sistem tanam7 Dosis pupuk anjuran Rekomendasi Katam (150 kg urea ha-1 dan 200 kg Phonska ha-1)

dan 2,0 ton pupuk organik ha-1.8. Pengendalian hama/penyakit Prinsip PHT9. Pengelolaan gulma Cara mekanis (penyiangan).10. Pengairan Pengairan berselang11. Penangan pascapanen Gebot sesuai dengan kondisi petani

Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang malai tanaman padi di Subak Tibu Beleng,Mendoyo, Jembrana, Bali MK-1, MT. 2013.

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Panjang malai (cm)(batang/rumpun)

l1 94,50a 16,20a 23,00al2 98,80b 18,25b 23,60al3 95,75a 16,10a 22,80a

BNT 5 % 1,70 1,10 0,90

Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf uji BNT 5 %. l1 = awal tanam padi mendahului dua dasarian; l2 = awal tanam padisesuai rekomendasi katam, dan l3 = awal tanam padi mundur dua dasarian.

Page 52: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

119

nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnyadan tinggi tanaman terrendah dihasilkan olehperlakuan l1. Jumlah anakan terbanyak dihasilkanoleh perlakuan l2 dan berbeda nyata biladibandingkan dengan perlakuan lainnya danjumlah anakan terrendah dihasilkan oleh perlakuanl1. Sementara itu, panjang malai tidakmenunjukkan perbedaan yang nyata. Panjangmalai yang dihasilkan berkisar antara 22,80-23,60cm.

Hasil analisis terhadap komponen hasildisajikan pada Tabel 3. Pada Taabel 3, terlihatperlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlahgabah isi dan hampa per malai dan bobot 1000biji. Jumlah gabah isi per malai terbanyakdihasilkan oleh perlakuan l2 dan berbeda nyata biladibandingkan dengan perlakuan lainnya danjumlah gabah isi terrendah dihasilkan olehperlakuan l3. Jumlah gabah hampa terrendahdihasilkan oleh perlakuan l2 dan berbeda nyata biladibandingkan dengan perlakuan lainnya danjumlah gabah hampa terbanyak dihasilkan olehperlakuan l3. Sementara itu, bobot 1000 bijiterberat dihasilkn oleh perlakuan l2 dan berbedanyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya

dan bobot 1000 biji terrendah dihasilkan olehperlakuan l1.

Hasil analisis statistik terhadap produktivitaspadi disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4, terlihatperlakuan berpengaruh nyata terhadapproduktivitas padi. Hasil padi tertinggi dihasilkanoleh perlakuan l2 dan berbeda nyata biladibandingkan dengan perlakuan lainnya dan hasilpadi terrendah dihasilkan oleh perlakuan l3. Terjadipeningkatan hasil padi 4,17 % dengan mengikutiawal tanam yang dihasilkan oleh sistem informasikalender tanam terpadu dibandingkan dengan awaltanam dimajukan dua dasarian dan 16,94 %meningkat bila dibandingkan awal tanam padidimundurkan dua dasarian.

Tinggi tanaman dan jumlah anakan diukuruntuk mengetahui pertumbuhan tanaman. Tinggitanaman tertinggi dan jumlah anakan terbanyakdihasilkan oleh perlakuan l2. Namun demikian,tinggi tanaman yang tinggi belum menjadi indikasibahwa akan tinggi pula tingkat produksinya(Rubiyo et al. 2005). Sementara itu, jumlah anakanumumnya bekorelasi positif dengan jumlah malaiyang terbentuk, dimana jumlah malai merupakansalah satu komponen hasil yang menentukan

Tabel 3. Rata-rata jumlah gabah isi dan hampa per malai serta bobot 1000 biji tanaman padi di SubakTibu Beleng, Mendoyo, Jembrana Bali MK-1, MT. 2013.

Perlakuan Jumlah gabah isi Jumlah gabah hampa Bobot 1000 bijiper malai per malai

l1 164,00b 22,00a 26,07al2 191,00c 11,00b 27,15bl3 135,00a 24,00a 26,14a

BNT 5 % 28,00 2,50 1,00

Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf uji BNT 5 %. l1 = awal tanam padi mendahului dua dasarian; l2 = awal tanam padisesuai rekomendasi katam, dan l3 = awal tanam padi mundur dua dasarian.

Tabel 4. Rata-rata produksi padi (GKP ha-1) tanaman padi di Subak Tibu Beleng, Mendoyo, Jembrana, BaliMK-1, MT. 2013.

Perlakuan Produksi padi (ton GKP ha-1)

l1 6,90bl2 7,20cl3 5,98a

BNT 5 % 0,90

Keterangan : angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyatapada taraf uji BNT 5 %. w1 = awal tanam padi mendahului dua dasarian; w2 = awal tanam padisesuai rekomendasi katam, dan w3 = awal tanam padi mundur dua dasarian.

Tampilan Tanaman Padi Dengan Awal Tanam Menggunakan Rekomendasi Kalender Tanam Terpadudi Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali | I Nengah Duwijana dan I.B. Aribawa

Page 53: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.12 No. 36 Agustus 2014120

produktivitas padi, dimana semakin banyak jumlahanakan yang dihasilkan, maka semakin banyakpula jumlah malai yang terbentuk. Sedangkanuntuk panjang malai, sangat ditentukan oleh sifatgenetis tanaman padi yang tidak mampumeningkatkan panjang malainya bila ditanamdengan waktu tanam yang berbeda.

Jumlah gabah isi dan hampa per malai danbobot 1000 biji merupakan komponen hasil yangmenentukan tingkat produktivitas padi. Pada kajianini komponen hasil tertinggi dihasilkan olehperlakuan yang awal tanamnya sesuai denganrekomendasi katam, demikian juga produktivitaspadi yang dihasilkan. Hasil padi yang tinggi padaperlakuan l2, didukung oleh komponenpertumbuhan dan komponen hasil yang lebih baikbila dibandingkan dengan perlakuan awal tanamlainnya.

Perbedaan produktivitas padi yang dihasilkanerat kaitannya dengan kecukupan air, baik yangberasal dari air irigasi maupun air hujan.Pertanaman padi yang ditanam di bulan Maret diKecamatan Mendoyo, pertumbuhannya (vegetatifdan generatif) terhambat karena masih tingginyacurah hujan (kemarau basah), sebaliknya yangditanam bulan Mei, terhambat karena mengalamikekeringan di periode pertumbuhannya (fasegeneratif), karena rendahnya curah hujan. Datacurah hujan dan hari hujan di stasiun pencatatyang terdekat (Desa Pulukan) dengan lokasipengkajian disajikan pada Tabel 5 . Pada Tabel 5,terlihat bahwa curah hujan di musim kemaraupertama (MK-1) cukup tinggi (> 100 mm), sehinggadapat mengganggu pertumbuhan vegetatif dangeneratif tanaman yang ditanam di bulan Maret.Sebaliknya tanam padi di bulan Mei, pertanamanpadi mengalami hambatan di fase generatif, karenajumlah hujannya sangat rendah (< 100 mm).Ketersediaan air yang tepat baik pada saat fasevegetatif maupun fase generatif berhubungan eratdengan prodktivitas padi. Hal ini karena airmempunyai fungsi, diantaranya : (1) pelarut dan

medium reaksi kimia (2) medium untuk transpor,zat terlarut organik dan anorganik, (3) mediummemberikan turgor pada sel tanaman. Turgormenentukan pembesaran sel, struktur tanaman,dan penempatan daun, (4) hidrasi dan netralisasimuatan pada molekul-molekul koloid. Untukenzim, air hidrasi membantu memelihara strukturdan memudahkan fungsi katalis, (5) bahan bakufotosintesis, proses hidrolisa dan reaksi-reaksikimia lainnya, dan (6) transpirasi untukmendinginkan permukaan tanama (Malik, 2013).Untuk tingkat serangan OPT utama tanaman padipada saat kajian berlangsung berstatus ringansampai sedang.

KESIMPULAN

Perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyataterhadap semua parameter tanaman yang diamati,kecuali panjang malai.

Produktivitas padi tertinggi dihasilkan olehperlakuan l2, dimana awal tanamannyadisesuaikan dengan awal tanam yang dihasilkanoleh sistem informasi kalender tanam terpaduuntuk Kecamatan Mendoyo.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2010. Peranan Air bagi Tanaman. Daunmudha.blogspot.com/2010/02/peranan-air-bagi-tanaman.html. Diakses tanggal 29Desember 2013.

Anonimus. 2012. Sistem Informasi KalenderTanam Terpadu. www.litbang.deptan.go.id.Diakses tanggal 12 Desember 2012.

Anonimus. 2013. Katam Terpadu MT I 2013/2014untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagungdan Kedelai. Badn Litbang Pertanian.Kemtan. Jakarta.

Tabel 5. Jumlah curah hujan dan hari hujan di stasiun pencatat terdekat dengan lokasi pengkajian tahun2013 (Pulukan).

Bulan pengukuranKarakter

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

CH 338 221 86 106 191 212 239 1 21 23 181 387HH 24 15 14 12 14 12 10 1 5 5 18 10

Keterangan : CH = jumlah curah hujan (mm); HH = jumlah hari hujan (hari)Sumber : BPS (2014)

Page 54: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

121

Aribawa, IB., IBK. Suastika, I Made Sukarja, INengah Duwijana. 2013. Laporan AkhirPendampingan Katam Terpadu SL-PTT. BPTPBali, BBP2TP Bogor. Balitbangtan. Jakarta.

Gomez and Gomez. 1984. Statistical Proceduresfor Agricultural Research. Second Edition. AnInternational Rice Research Instute Book. AWiley Interscience Publ. John Wiley andSons. New York. 680 p.

BPS. 2014. Kabupaten Jembrana dalam Angka2013. Badan Pusat Statistik KabupatenJembrana. Provinsi Bali.

Rubiyo.,Suprapto dan Aan Darajat. 2005. EvaluasiBeberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali.Buletin Plasma Nutfah volume 11 Nomor 1.

Malik, H. Fungsi Air Bagi Tanaman. http://sigit01.blogspot.com/2013/01/fungsi-air-bagi-tanaman.html. Diakses tanggal 15 Agustus2014.

Tampilan Tanaman Padi Dengan Awal Tanam Menggunakan Rekomendasi Kalender Tanam Terpadudi Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali | I Nengah Duwijana dan I.B. Aribawa

Page 55: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telah disampaikanpada metode, hasil dan informasi lain yang telahdisajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8 varietas

kedelai (Glysine max L) di lahan sawah tadah hujan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm. 66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of

bivalve shell mineralogy and microstructure. In: Rhoads,D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth of aquaticorganism. Plenum Press, New York and London: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosidng KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di lahanrawa pasang surut, Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan Pengembangan di Lahan Rawa.Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/DisertasiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in

the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf (Diakses:29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan kepadaredaksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bali berupa hardfile dan softfile.

PEDOMAN BAGI PENULISBULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaindonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, abtract (bahasa Inggris),pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih 1,15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 10halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angka(superscript). Alamat penulis ditulis di bawahnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. Indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latar belakangagar pembaca memahami dan menilai hasilpenelitian tanpa membaca laporan-laporansebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukungpembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebutdapat diulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika hal tersebutdapat dijelaskan dalam naskah. Batas pemakainfoto, sajikan foto yang jelas menggambarkanhasil yang diperoleh. Gambar dan table harusdiberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapatdikirim dengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan fotobewarna akan dibebani ke penulis. Grafik hasilpengolahan data dikirim dalam file yang terpisahnaskah ilmiah dan disertai nama program dandata dasar penyusunan grafik. Pembahasanyang disajikan hendaknya memuat tafsir atas

Page 56: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek&InfoPertanian Vol. 12 No. 36 Hal. 68-121 DenpasarAgustus 2014

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si (Peternakan dan Ilmu Lingkungan)

Dr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Ida Bagus Aribawa, MP (Ilmu Tanah)Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)

Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)Ir. Suprio Guntoro (Manajemen Peternakan)

Ir. WayanTrisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pertanian Lahan Kering dan Budidaya Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. I Ketut Kariada, M.ScM.A Widyaningsih, SP

Fawzan Sigma Aurum, S.TPI Gusti Made Widianta, SP

Alamat RedaksiBalai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan, atautinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada media

apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

Page 57: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK …bali.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/buletin/agustus2014.pdf · pengembangan kerbau di Bali. METODE PENELITIAN ... per pelaksanaan

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN

Volume 12 Nomor 36, Agustus 2014

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

PEPOTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN TERNAK KERBAUDI PROVINSI BALII Made Rai Yasa ......................................................................................................................... 68-73

IDENTIFIKASI KASUS PENYAKIT GASTROINTESTINAL SAPI BALI DENGAN POLABUDIDAYA TRADISIONAL PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DESA MUSIKECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENGI Putu Agus Kertawirawan ........................................................................................................... 74-78

KONTRIBUSI SUSU KAMBING TERHADAP PENDAPATAN USAHATANIINTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK KAMBINGNyoman Ngurah Arya .................................................................................................................. 79-85

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN(Studi Kasus Desa Beringkit, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan)Jemmy Rinaldi ............................................................................................................................ 85-90

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN BIBIT SALAK GULA PASIRDENGAN PENGGUNAAN PUPUK KANDANG SAPI PADA MEDIA TANAMI Nyoman Adijaya ........................................................................................................................ 91-95

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI DENGAN MEMANFAATKANKETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN LOKAL (DADEM)DALAM BERBAGAI KOMPOSISI PAKANNi Luh Gede Budiari dan IAP Parwati ........................................................................................ 96-100

PEMANFAATAN PULPA BUAH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN METODEFERMENTASI BERTINGKAT DALAM PEMBUATAN BREM KAKAODewa Ayu Puspawati ............................................................................................................... 101-105

PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGITERHADAP USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG PENINGKATAN PENDAPATAN PETANIDI LAHAN KERINGI Made Sukadana.................................................................................................................... 106-109

RESPON VARITAS UNGGUL BARU INPARI 10 YANG DIPUPUK DENGAN PUPUK ORGANIK,SEMI ORGANIK DAN AN ORGANIK DI SUBAK BASANG BE, DESA PEREAN KANGINKABUPATEN TABANANWayan Sunanjaya .................................................................................................................... 110-115

TAMPILAN TANAMAN PADI DENGAN AWAL TANAM MENGGUNAKAN REKOMENDASIKALENDER TANAM TERPADU DI KECAMATAN MENDOYO, JEMBRANA BALII Nengah Duwijana dan Ida Bagus Aribawa ..............................................................................116-121