29
Kasus 1 Topik: Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Syok Kardiogenik + Sinus Bradikardi Tanggal (kasus): 5 Juni 2012 Persenter: dr. Nurul Falah Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. Nila Mulyani Pembimbing: dr. Magda Lusiana Tempat Presentasi : Aula RSUD Kota Sabang (Lt. 2) Obyektif Presentasi: Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki-laki, 60 tahun dengan nyeri dada, lemas dan berkeringat dingin

Portofolio Syok Kardiogenik

  • Upload
    bowokun

  • View
    342

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Portofolio Syok Kardiogenik

Kasus 1Topik: Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Syok Kardiogenik + Sinus Bradikardi

Tanggal (kasus): 5 Juni 2012 Persenter: dr. Nurul Falah

Tanggal (presentasi): Pendamping: dr. Nila Mulyani

Pembimbing: dr. Magda Lusiana

Tempat Presentasi : Aula RSUD Kota Sabang (Lt. 2)

Obyektif Presentasi:

Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Tinjauan Pustaka

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Lansia

Bumil

Deskripsi : Laki-laki, 60 tahun dengan nyeri dada, lemas dan berkeringat dingin

Tujuan:

- Mampu mendiagnosis SKA STEMI dengan cepat

- Mengatasi kegawatdaruratan pada SKA STEMI, sinus bradikardi dengan penyulit Syok Kardiogenik

- Mampu melakukan penilaian dan implementasi strategi reperfusi yang mungkin dilakukan

- Tahu indikasi pemberian antitrombolitik dan terapi antiplatelet

- Tahu kapan harus merujuk pasien

Bahan bahasan:

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara membahas:

Diskusi

Presentasi dan diskusi

Email

Pos

Data pasien: Nama: Muhammad Nomor Registrasi: 00119712

Nama klinik: RSUD Sabang Telp: (-) Terdaftar sejak: 10 Juli 2012

Data utama untuk bahan diskusi:

Page 2: Portofolio Syok Kardiogenik

1. Diagnosis/Gambaran Klinis :

Pasien datang dengan dipapah oleh teman-temannya dengan keluhan lemas dan berkeringat dingin saat berjualan ikan pagi sebelum

masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan pusing dan hoyong seakan mau pingsan. Pasien terlihat pucat dan cemas. Mual (-),

muntah (-), nyeri dada (+) tapi tidak jelas lokasinya, nyeri ulu hati (-), demam (-), batuk (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan. Bengkak

pada kaki disangkal, sesak nafas disangkal.

Pasien mengaku sering merasa cepat lelah. Cepat lelah telah dirasakan pasien sejak 6 tahun yang lalu. Namun memberat sejak tujuh

hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menyangkal kelelahan setelah bekerja. Pasien hanya merasa saat ini kalau berjalan, pasien

harus berjalan pelan-pelan, tidak bisa berjalan cepat.

2. Riwayat Pengobatan:

Pasien adalah penderita hipertensi ±2 tahun belakangan (tidak terkontrol), dan DM tipe 2 ± 20 tahun (tidak terkontrol).

Obat hipertensi yang pernah diminum adalah Amlodipin 1 x 10 mg, sementara obat DM adalah Glibenclamide (Obat tidak diminum

secara rutin), penggunaan insulin (-), penggunaan obat 6 bulan (-).

3. Riwayat kesehatan/penyakit:

Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri dada sebelumnya, namun sudah menderita hipertensi ± 2 tahun belakangan dan DM tipe 2

diketahui ± 20 tahun terakhir. Riwayat alergi (-), penyakit rematik (-), asma (-).

4. Riwayat keluarga:

Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama, namun tidak jelas riwayat penyakit pada orang tua pasien.

5. Riwayat pekerjaan: Pasien adalah seorang pedagang ikan, tingkat aktivitas sedang.

6. Lain-lain:

Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang: tidak jelas.

Riwayat kebiasaan sosial: merokok (+), sehari bisa sampai dua bungkus rokok, namun telah berhenti sejak 1 tahun belakangan,

Page 3: Portofolio Syok Kardiogenik

minum kopi (+), pasien juga jarang sekali berolahraga.

7. Pemeriksaan Fisik

I. STATUS PRESENT

Pukul 08.40

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tekanan Darah : 100/60 mmHg

4. Nadi : 84x/menit, reguler, lemah

5. Frekuensi Nafas : 22x/menit

6. Temperatur : 36,8o C

Pukul 08.45 WIB

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Tekanan Darah : 70/50 mmHg

4. Nadi : 33x/menit, reguler, lemah

5. Frekuensi Nafas : 26x/menit

6. Temperatur : 36,0o C

II. STATUS GENERAL

A. Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Kembali cepat

Page 4: Portofolio Syok Kardiogenik

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Sianosis : (-)

Oedema : (-) pada kedua extremitas inferior

Kelembaban : Lembab (berkeringat banyak)

B. Kepala

Bentuk : Kesan Normocephali

Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut

Mata : Cekung (-), refleks cahaya (+/+), konj. Palp inf pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-)

C. Mulut

Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Gigi geligi : Karies (-)

Lidah : Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa : Basah (+)

Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal

Faring : Hiperemis (-)

D. Leher

Bentuk : Kesan simetris

Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)

Peningkatan TVJ : R-2 cmH2O

Page 5: Portofolio Syok Kardiogenik

E. Axilla : Pembesaran KGB (-)

F. Thorax

1. Thoraks depan

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernafasan : Thorako-abdominal

Retraksi : (-)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiriLap. Paru atas Normal NormalLap. Paru tengah Normal NormalLap.Paru bawah Normal Normal

Perkusi

Paru kanan Paru kiriLap. Paru atas Sonor SonorLap. Paru tengah Sonor SonorLap.Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Page 6: Portofolio Syok Kardiogenik

Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-) , Wh(-)

Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Tipe pernafasan : Thorako-abdominal

Retraksi : interkostal (-)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Normal Normal

Lap. Paru tengah Normal Normal

Lap.Paru bawah Normal Normal

Perkusi

Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Sonor Sonor

Lap. Parutengah Sonor Sonor

Lap.Paru bawah Sonor Sonor

Page 7: Portofolio Syok Kardiogenik

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru tengah Vesikuler Vesikuler

Lap.Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri

Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)

Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

G. Jantung

- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

- Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra

- Perkusi : Batas atas : ICS III sinistra

Batas kanan : Linea parasternalis kanan

Batas Kiri : ICS V 2 cm lateral línea midclavicula sinistra

- Auskultasi : HR : 90 x/menit, reguler, bising (-). BJ I : terdengar tunggal. BJ II : terdengar split

H. Abdomen

- Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)

- Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-),

Page 8: Portofolio Syok Kardiogenik

Lien tidak teraba, hepar tidak teraba

- Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)

- Auskultasi : peristaltik usus (↑)

I. Genetalia : Edema skrotum (-)

J. Anus : Hemoroid (-)

K. Ekstremitas

Ekstremitas Superior InferiorKanan Kiri Kanan Kiri

Sianotik - - - -Edema - - - -Ikterik - - - -Gerakan Aktif Aktif Aktif AktifTonus otot Normotonus Normotonus Normotonus NormotonusSensibilitas N N N NAtrofi otot - - - -

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium (10 Juli 2012)

Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

Haemoglobin 14,7 gr/dl 13 - 17 gr/dl

Leukosit 9,2 x 103 /ul 4,1-10,5.103/ul

Trombosit 213 x 103 / ul 150-400.103/ulHematokrit 44,1 % 40-55%Kreatinin Darah 1,1 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl

Page 9: Portofolio Syok Kardiogenik

Ureum darah 39,5 mg/dl 20-45 mg/dl

KGDS 320 mg/dl 100-140 mg/dl

SGOT 18 U/L < 35 U/L

Asam Urat 2,0 mg/dl 3,4-7,0 mg/dl

Kolesterol 266 mg/dl <200 mg/dl

Hasil EKG (10 Juli 2012)

Page 10: Portofolio Syok Kardiogenik

Bacaan EKG Irama : sinus rhytme

Qrs rate : 38 x/i

Regularitas : reguler

Axis : normoaksis

Interval PR : 0,12 s

Page 11: Portofolio Syok Kardiogenik

Morfologi :

- Gel P : bentuk P normal

Lebar 3 mm (0,12 s )

Tinggi 1 mm (0,1 mV)

- Kompleks QRS : 0,08 s

- Gelombang R : normal

- Q patologis : Tidak ditemukan

- Ves : Tidak ditemukan

- Hipertrofi : Tidak ditemukan

- Segmen ST elevasi : ditemukan di sandapan inferior II, III, dan aVF, serta di sandapan aVL

- Segmen ST depresi : ditemukan di V2-V5 (cerminan)

- T inverted : ditemukan di V1, V2, V3, V4 dan V5

Interpretasi : Irama Sinus Bradikardi + Infark Inferior akut + First Degree AV Block

Kesan : EKG Abnormal

IV. DIAGNOSA SEMENTARA

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi dengan Penyulit Syok Kardiogenik + DM Tipe 2

V. PLANNING

1. Penatalaksanaan kegawatdaruratan

2. Rujuk ke RSUDZA Banda Aceh

Saran Pemeriksaan :

Page 12: Portofolio Syok Kardiogenik

1. Foto thorax AP/lat

2. EKG serial

3. Pemeriksaan CKMB/Troponin

VI. PENATALAKSANAAN

UMUM

- ABC

- Bed rest semi fowler

- Sementara puasa 4 jam

- Makanan lunak, makanan rendah garam dan makanan rendah lemak seperti telur, tempe, dan tahu.

- Diet rendah protein

● KHUSUS

- Bedrest (HCU)

- O2 8 liter/i (rebreathing)

- IVFD RL 20 gtt/I (Jalur I)

- IVFD NaCl 0,9% + Dopamin jika TD < 100 mmHg

- Bolus morfin 1mg/jam (via syringe pump) diencerkan dengan NaCl 0,9% secara pelan.

- Inj. Ranitidine I Amp / 12 jam

- Inj. Sulfas Atropine 2 amp bila HR < 60 x/i

- Clopidogrel loading 4 tablet (300 mg) hr I, selanjutnya pada hari II 75 mg/hari

- Aspilet 1 x 160 mg (2 tab) p.c

- Alprazolam 2 x 0,5 mg

Page 13: Portofolio Syok Kardiogenik

- Dulcolax 1 x 1 tab (malam)

VII.PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN DI IGD

Jam Nadi

(x/i)

TD

(mmHg)

RR

(x/i)

SpO2

(%)

Urin Tindakan Keterangan

08.40 60 100/60 30

08.45 33 70/50 26 EKG: Gambaran MCI akut dengan

penyulit Syok Kardiogenik

09.00 35 70/50 24 Aspilet tab 80 mg (Sublingual),

monitoring dimulai

Pasang IVFD RL

09.15 39 79/50 24 97 Inj. SA 2 amp

09.20 35 82/51 24 98 Inj. Ketorolac 1 amp

09.25 35 84/53 24 100 Inj. SA 2 amp

09.35 36 89/55 24 100 Inj. SA 2 amp + pasang kateter

09.40 91 132/65 24 100 - Drip Dopamin dimulai

09.45 90 134/65 20 100 - Drip Dopamin ditunda, pasang IV line II

dan NGT

09.50 90 105/69 20 89 - Bolus morfin 2 cc

10.00 46 57/38 46 94 - Bolus SA 2 amp

10.05 32 55/36 33 97 - ISDN sublingual 1 tab

10.10 39 75/40 33 90 - Drip dopamine dimulai 50 gtt/I (mikro)

10.20 46 93/53 47 90 - Inj. Ranitidine 1 amp

Page 14: Portofolio Syok Kardiogenik

10.35 45 94/55 46 96 -

10.38 46 92/54 47 98 -

10.45 46 100/51 46 99 -

10.50 44 89/53 44 99 - Transfer HCU

VIII. FOLLOW UP DI HCU

Subjective Objective Assessment Planning10/7/201213.00S = Nyeri dada (+) lokasi tidak jelas

GCS = E4M6V5VS: TD = 94/53 mmHg N = 56 x/i RR = 20 x/i

MCI Akut STEMI + Syok Kardiogenik

Th/Instruksi dr. Dodo:- IVFD RL 20 gtt/i- Drip dopamine 7,5 ug/kgBB/menit- Drip morfin 5 cc/jam- Inj Furosemide 10 mg (1 jam evaluasi

produksi urin; bila , 1 cc/ kg BB/ jam Inj Furosemide 10 mg lagi)

- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam- Aspilet 1 x 160 mg (2 tablet)- ISDN 3 x 10 mg- Alprazolam 2 x 0,5 mg

10/7/201216.30S = Nyeri dada masih (+)

GCS = 14TD = 159/96 mmHgN = 90 x/i

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi

Th/Instruksi dr. Magda Lusiana, Sp.PD- Jika HR < 60 x/I Inj. SA 2 amp

(0,5mg)/ 8 jam- Drip Dopamin 200 mg + 50 cc NaCl

0,9% 12 cc/jam- Terapi lain lanjut

10/7/201219.15S = Muntah (+)

TD = 150/76 mmHgN = 70 x/iRR = 20 x/iT = 36,0 °C

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi

Th/Instruksi dr. Magda Lusiana, Sp.PD:- Inj. Ondansetron 1 amp/8 jam- Terapi lain lanjut

Page 15: Portofolio Syok Kardiogenik

P/ Rujuk ke RSUDZA besok (11/7/2012) atas indikasi Sindrom Koroner Akut + Sinus Bradikardi

10/7/201219.50S = Nyeri masih (+) namun sudah lumayan berkurang

TD = 143/75 mmHgN = 77 x/iRR = 20 x/iT = 36,0 °C

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi

Th/Instruksi dr. Magda Lusiana, Sp.PD:- Drip Dopamin kec 11 cc/jam- Terapi lain lanjut

10/7/201223.00S = Nyeri masih (+) namun sudah lumayan berkurang

TD = 60/50 mmHgN = 46 x/iRR = 20 x/iT = 36,0 °C

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi

Th/Instruksi dr. Magda Lusiana, Sp.PD:- Drip Dopamin kec 12 cc/jam- Terapi lain lanjut

10/7/201223.30S = Nyeri masih (+) namun sudah lumayan berkurang

TD = 50/40 mmHgN = 60 x/iRR = 20 x/iT = 36,0 °C

Sindrom Koroner Akut (STEMI) + Sinus Bradikardi

Th/Instruksi dr. Magda Lusiana, Sp.PD:- Drip Dopamin kec 15 cc/jam evaluasi

tiap 15 menit, bila TD masih < 100 mmHg, naikkan dosis dopamine 2cc / jam dgn dosis maksimal 20 cc/jam.

- Bila sudah dosis maksimal, tapi belum stabil mulai Inj dobutamine dimulai 5cc/jam dipantau tiap 15 menit; naikkan dosis 2 cc/jam bila TD pasien belum stabil.

- Terapi lain lanjut

NB: Pasien boleh dirujuk bila MAP > 60.

Pemantauan Vital Sign

Jam T°C Nadi(x/i)

TD(mmHg)

RR(x/i)

SpO2(%)

Keterangan

11.00 32,5 38 66/40 20 10012.00 33,0 48 86/48 23 94

Page 16: Portofolio Syok Kardiogenik

13.00 33,6 51 75/44 20 9414.00 36,0 110 163/94 20 9715.00 36,1 78 84/60 20 9616.00 36,2 74 83/54 20 9017.00 36,0 68 99/65 21 9418.00 36,7 80 138/85 20 10019.00 36,1 76 145/68 23 9420.00 36,1 72 128/79 30 9921.00 36,0 72 120/60 24 9922.00 36,0 72 68/49 23 9923.00 36,0 78 70/51 20 10024.00 36,0 60 106/57 20 9801.00 36,0 66 136/65 20 9902.00 36,0 80 128/67 20 99 KGDS= 310 g/dl03.00 36,7 80 128/85 22 10004.00 36,1 76 135/68 23 9405.00 36,1 72 125/78 20 9906.00 36,0 72 120/60 24 9907.00 36,0 70 124/68 20 99 Rujuk ke RSUDZA Banda Aceh

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Daftar Pustaka:

a. Philip I Aaronson and Jeremy PT Ward. 2007. At a Glance: Sistem Kardiovaskuler, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.

b. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I dan Jilid III, Edisi IV. Jakarta:

Page 17: Portofolio Syok Kardiogenik

Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

c. Braunwald E, Zipes DP, Libby P. Braunwald: Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine 6th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2001.

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis Sindrom Koroner Akut, Sinus Bradikardi, dan Syok Kardiogenik

2. Langkah penatalaksanaan Sindrom Koroner Akut, Sinus Bradikardi, dengan penyulit Syok Kardiogenik

3. Tahu indikasi dan waktu yang tepat untuk merujuk

Rangkuman1. Subjektif:

Pasien datang dengan dipapah oleh teman-temannya dengan keluhan lemas dan berkeringat dingin saat berjualan ikan pagi sebelum

masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan pusing dan hoyong seakan mau pingsan. Pasien terlihat pucat dan cemas. Mual (-),

muntah (-), nyeri dada (+) namun tidak jelas lokasinya, nyeri ulu hati (-), demam (-), batuk (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan. Bengkak

pada kaki disangkal, sesak nafas disangkal.

Pasien mengaku sering merasa cepat lelah. Cepat lelah telah dirasakan pasien sejak 6 tahun yang lalu. Namun memberat sejak tujuh

hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien menyangkal kelelahan setelah bekerja. Pasien hanya merasa saat ini kalau berjalan, pasien

harus berjalan pelan-pelan, tidak bisa berjalan cepat.

2. Objektif:

Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis Sindrom Koroner Akut (STEMI), sinus

bradikardi dengan penyulit Syok Kardiogenik. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:

Gejala klinis (berupa nyeri dada yang tidak jelas lokasinya, lemah, cemas, letargi, serta berkeringat dingin). Kombinasi nyeri dada

substernal yang menetap > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya STEMI. Sekitar seperempat pasien dengan infark

anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardia dan/atau hipotensi) dan hamper setengah pasien infark

Page 18: Portofolio Syok Kardiogenik

inferior menunjukkan hiperaktivitas parasimpatis (bradikardia dan/atau hipotensi).

Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan tekanan darah sistolik yang menurun sampai < 90 mmHg, bahkan dapat

turun sampai < 80 mmHg pada pasien yang tidak memperoleh pengobatan adekuat.

Pada pemeriksaan penunjang (Elektrokardiografi) dijumpai adanya gambaran ST elevasi pada EKG terutama pada sandapan II, III,

aVF, dan aVL yang menggambarkan suatu infark miokard akut inferior. Dijumpai pula gambaran ST depresi pada sandapan V2-V5,

dan T inverted pada sandapan V1-V5. Pada pasien ini ritme EKG hanya 38 kali per menit yang menggambarkan sinus bradikardi.

Tekanan darah yang sangat rendah dan menetap hingga 30 menit setelah masuk menggambarkan suatu penyulit syok kardiogenik.

Foto thorax tidak sempat dilakukan karena keadaan pasien masih belum stabil.

Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat menggambarkan suatu IMA adalah kenaikan kadar enzim creatine kinase (CK) dan

creatine kinase myocardial band (CKMB), namun tidak tersedia di RSUD Kota Sabang.

3. Asesmen (penalaran klinis):

Infark miokard akut (IMA) adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia hebat yang terjadi secara tiba-tib. Keluhan ini

berhubungan erat dengan adanya penyempitan A. Koronaria oleh plak ateroma dan trombus yang terbentuk akibat rupturnya plak

ateroma. Secara anatomi, A. Koronaria dibagi menjadi cabang epikardial yang memperdarahi epikard dan bagian luar dari miokard, dan

cabang profunda yang memperdarahi endokard dan miokard bagian dalam.

Tiga kriteria untuk menegakkan diagnosis STEMI ialah adanya nyeri dada khas infark, elevasi segmen ST pada EKG, dan kenaikan

enzim creatine kinase (CK) dan creatine kinase myocardial band (CKMB). Pemeriksaan fisik pada SKA (STEMI) tidak ada yang karakteristik.

Bila telah terjadi komplikasi seperti gagal jantung, makat dapa ditemukan irama gallop (bunyi jantung ketiga) atau ronki basah. Bila terjadi

aritmia dan hipotensi, maka penderita mungkin tampak pucat dan berkeringat dingin.

Laju nadi yang kurang dari 60 kali per menit pada EKG pasien ini menggambarkan suatu sinus bradikardi (SB). Sinus bradikardi sendiri

dapat terjadi pada keadaan muntah atau sinkop vasovagal, operasi mata, peningkatan tekanan intrakranial, tumor servikal, dan hipoksia

Page 19: Portofolio Syok Kardiogenik

berat. Umumnya SB tidak berbahaya, bahkan kadang-kadang bermanfaat untuk memperpanjang waktu pengisian ventrikel. Pada STEMI

dapat terjadi SB dan bila tidak disetai gangguan hemodinamik umumnya tidak memerlukan terapi khusus. Dalam keadaan STEMI dan

disertai gangguan hemodinamik dapat diberikan sulfas atropin (SA) 0,5 mg intravena dan dapat diulang seperlunya. Selayaknya, bila tidak

membaik atau SB cenderung berulang maka harus dipasang pacu jantung sementara (temporary pacing).

Pada pasien ini terdapat penyulit syok kardiogenik. Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah

jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan.

Telah diketahui bahwa penyebab syok kardiogenik terbanyak adalah infark miokard akut, dimana terjadi kehilangan sejumlah besar

miokardium akibat terjadinya nekrosis. Insiden syok kardiogenik sebagai komplikasi sindrom koroner akut bervariasi. Hal ini berhubungan

dengan definisi syok kardiogenik dan kriteria sindrom koroner akut yang dipakai sangat beragam pada berbagai penelitian.

Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik <90 mmHg selama > 1 jam dimana:

- Tidak responsif dengan pemberian cairan saja,

- Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau,

- Berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi

Berikut ini merupakan Skor Faktor Resiko untuk pasien ini:

Faktor Resiko (Bobot) Skor Risiko/Mortalitas

30 hari (%)

Skor Pasien

Usia 65-74 tahun (2 poin) 0 (0,8) -

Usia > 75 tahun ( 3 poin) 1 (1,6) -

Diabetes mellitus/ hipertensi atau angina (1 2 (2,2) 2

Page 20: Portofolio Syok Kardiogenik

poin)

Tekanan darah sistolik < 100 mmHg (3 poin) 3 (4,4) 3

Frekuensi jantung > 100 mmHg 4 (7,3) -

Klasifikasi Killip II-IV (2 poin) 5 (12,4) 2

Berat < 67 kg (1 poin) 6 (16,1)

Elevasi ST anterior atau LBBB (1 poin) 7 (23,4) -

Waktu ke Reperfusi > 4 jam (1 poin) 8 (26,8)

Skor risiko = total poin (0-14) > 8 (35,9)

4. Plan:

Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis menderita Sindrom

Koroner Akut (STEMI), sinus bradikardi, dan syok kardiogenik.

Pengobatan:

Intervensi dini pada SKA (STEMI) ditujukan pada:

1. Mengatasi nyeri dada dan perasaan takut.

2. Menstabilkan hemodinamik (kontrol tekanan darah dan denyut nadi).

3. Reperfusi miokard secepatnya dengan trombolitik, guna mencegah terjadinya nekrosis jaringan dan membatasi perluasan infark.

4. Mencegah komplikasi.

Satu hal yang perlu diperhatikan ialah penderita SKA (STEMI) selalu dalam keadaan stress, maka membuat penderita merasa aman

dan nyaman akan sangat membantu keberhasilan terapi.

Sementara itu penatalaksanaan Syok Kardiogenik juga dilakukan secara bersamaan, yakni:

1. Tindakan resusitasi segera: tujuannya untuk mencegah kerusakan organ sewaktu pasien dibawa untuk terapi definitif (spesialis

Page 21: Portofolio Syok Kardiogenik

rujukan).

2. Menentukan secara dini anatomi koroner yang terlibat serta mengatasi hipotensi.

3. Melakukan revaskularisasi dini.

Pendidikan: dilakukan pada keluarga pasien untuk membantu mencegah terulangnya serangan dan terjadinya komplikasi. Keluarga juga

perlu diberikan penjelasan menganai perjalanan penyakit dan prognosis pada pasien ini serta kepentingan rujukan ke spesialis ahli.

Konsultasi: Dijelaskan perlunya konsultasi dengan spesialis Penyakit Dalam dan Anestesi. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang

berperan dalam terjadinya Sindrom Koroner Akut dan Syok Kardiogenik serta masa kritis yang dihadapi beserta prognosis pada pasien

ini. Selain it perlu diberikan penjelasan bahwa sebagian besar kematian di luar Rumah Sakit pada STEMI disebabkan oleh adanya fibrilasi

ventrikel mendadak yang sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Oleh karena itu, pasien beserta keluarga perlu

diedukasi untuk penatalaksanaan awal STEMI, yaitu:

Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis

Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi

Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih

Melakukan terapi reperfusi.