38
KASUS : Skizofrenia 1 No. ID dan Nama Peserta : / dr. Juslan Kasmar JS No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Salewangang Maros Topik: Skizofrenia Tanggal (kasus) : 01 /12/ 2014 Nama Pasien : Tn.B Tanggal presentasi : 22/12/2014 Pendamping: dr. Hasmiah Tempat presentasi: RSUD Salewangang Maros Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Alloanamnesa (keluarga pasien) Laki-laki, 70 tahun MRS di antar keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien marah – marah. Awalnya +/- 2 bulan terakhir pasien mempunyai masalah keluarga dengan isterinya, keluarga juga mengatakan masalah ekonomi juga menjadi awal sebabnya perubahan sikap pasien. sejak saat itu pasien mulai menyendiri, tertawa sendiri, sering berkeliling kampung, hingga akhirnya mengamuk dan sulit dikendalikan. Autoanamnesa Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah. Pasien mengaku

Portofolio = skizofrenia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

schizo

Citation preview

08 Agustus 2012

KASUS : Skizofrenia

26

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Juslan Kasmar JS

No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Salewangang Maros

Topik: Skizofrenia

Tanggal (kasus) : 01 /12/ 2014

Nama Pasien : Tn.B

Tanggal presentasi : 22/12/2014Pendamping: dr. Hasmiah

Tempat presentasi: RSUD Salewangang Maros

Obyek presentasi :

KeilmuanKeterampilanPenyegaranTinjauan pustaka

DiagnostikManajemenMasalahIstimewa

NeonatusBayiAnak RemajaDewasaLansiaBumil

Deskripsi: Alloanamnesa (keluarga pasien)

Laki-laki, 70 tahun MRS di antar keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien marah marah. Awalnya +/- 2 bulan terakhir pasien mempunyai masalah keluarga dengan isterinya, keluarga juga mengatakan masalah ekonomi juga menjadi awal sebabnya perubahan sikap pasien. sejak saat itu pasien mulai menyendiri, tertawa sendiri, sering berkeliling kampung, hingga akhirnya mengamuk dan sulit dikendalikan.

Autoanamnesa

Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah. Pasien mengaku telah menusuk isterinya di karenakan pasien mendengar suara-suara yang mengatakan isterinya akan membunuhnya. Pasien juga meyakini bahwa suara tersebut ingin membunuhnya, itu sebabnya osi sering berkeliling kampung untuk mencari asal suara tersebut.

Tujuan: mendiagnosis pasien dengan Skizofrenia dan memberikan penanganan awal

Bahan bahasan:Tinjauan pustakaRisetKasusAudit

Cara membahas:DiskusiPresentasi dan diskusiE-mailPos

Data utama untuk bahan diskusi:

1 1. Aloanamnesa (keluarga pasien) Laki-laki, 70 tahun MRS di antar keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien marah marah dan menusuk isterinya. Awalnya +/- 2 bulan terakhir pasien mempunyai masalah keluarga dengan isterinya, keluarga juga mengatakan masalah ekonomi juga menjadi awal sebabnya perubahan sikap pasien. sejak saat itu pasien mulai menyendiri, tertawa sendiri, sering berkeliling kampung, hingga akhirnya mengamuk dan sulit dikendalikan.

Autoanamnesa

Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah setelah menusuk isterinya. Pasien mengaku telah menusuk isterinya di karenakan pasien mendengar suara-suara yang mengatakan isterinya akan membunuhnya. Pasien juga meyakini bahwa suara tersebut ingin membunuhnya, itu sebabnya osi sering berkeliling kampung untuk mencari asal suara tersebut.

2. Hendaya/disfungsi Hendaya sosial (+) Hendaya pekerjaan (+)

Hendaya penggunaan waktu senggang (+)3. Faktor stressor psikososial

Pasien mempunyai masalah keluarga dengan istrinya dan masalah social ekonomi.4. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat kejang, infeksi, trauma tidak ada. Riwayat konsumsi alkohol disangkal dan obat-obat terlarang tidak ada. Pasien seorang perokok berat yang menghabiskan 2 bungkus rokok per hari sejak umur 25 tahun.5. Riwayat Sekarang Riwayat pekerjaanPasien bekerja sebagai petani Riwayat PernikahanRiwayat sudah menikah dengan 5 orang anak Riwayat kehidupan beragamaPasiem beragama Islam6. Situasi SekarangPasien tinggal bersama isteri dan kelima anaknya beserta saudara kandungnya.

7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan KehidupannyaPasien merasa bahwa dirinya normal dan baik-baik saja.Status Mental :

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang laki-laki usia 70 tahun, wajah sesuai umur, berkulit gelap, memakai baju kaos warna putih dan memakai sarung berwarna coklat dengan motif kotak-kotak, rambut pendek berwarna putih, tampak kusam dan perawatan diri kurang baik..

2. Kesadaran

Berubah

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Cukup tenang

4. Pembicaraan

Spontan, lancar, intonasi suara biasa.

5. Sikap Terhadap pemeriksa

Kooperatif.B. Keadaan Afektif, Mood dan Empati

1. Mood

Sulit dinilai

2. Afek

inappropriate

3. Empati

Tidak dapat dirabarasakan.

C. Fungsi Intelektual

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan

Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien2. Daya konsentrasikurang3. Orientasi

Waktu: Baik

Tempat: Baik

Orang: Baik

4. Daya ingat

Jangka panjang: Baik

Jangka sedang: Baik

Jangka pendek: Baik

Jangka segera: Baik

5. Pikiran abstrak

terganggu

6. Bakat kreatif

Tidak ada.

7. Kemampuan menolong diri sendiri

terganggu

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi

Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar bisikan ada yang ingin membunuhnya.2. Ilusi

Tidak ada.

3. Depersonalisasi

Tidak ada.

4. Derealisasi

Tidak ada.

E. Proses Berpikir

1. Arus pikiran

Produktifitas

Cukup.

Kontinuitas

Cukup relevan.

Hendaya berbahasa

Tidak ada.2. Isi Pikiran

Preokupasi : Tidak ada.

Gangguan isi pikir : waham curiga (+), pasien yakin bahwa dirinya akan dibunuh oleh isterinya.F. Pengendalian Impuls

Terganggu.

G. Daya Nilai

1. Norma sosial:Terganggu

2. Uji daya nilai: baik

3. Penilaian realitas: Terganggu

H. Tilikan

Derajat I, yaitu penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit

I. Taraf Dapat Dipercaya

Dapat dipercaya.

Daftar Pustaka:

1. Amir N. Skizofrenia. In : Elvira S.D, Hadisukanto G Editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. 2010. p. 170-176.

2. Hamdani, M, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar pustaka baru, Yogyakarta, 2004

3. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis Jilid Satu 7th ed. Jakarta; Binarupa Aksara, 1997. p.699-702,706-713,720-727,737-7404. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya, 2001

5. Prof. Dr. Dr. Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997

6. Sani, Ayub prof.dr. Splitting Personality. PT Dian Ariesta. Jakarta. 2002

7. Skizofrenia. Naruto. blogspot. Com/2009/12 diunduh tanggal 23 Oktober 20128. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 23 Oktober 20129. Skizofrenia. Diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/skizofrenia pada tanggal 24 Oktober 201210. Yumizone. Wordpress. Com/category/kesehatan-jiwa, diunduh tanggal 23 Oktober 2012

Hasil pembelajaran:

1. Mengetahui Defini Skizofrenia2. Etiologi skizofrenia

3. Kriteria diagnosis skizofrenia

4. Kriteria skizofrenia paranoid

5. Terapi Skizofrenia

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:1. Subyektif:2 Alloanamnesa (keluarga pasien) Laki-laki, 70 tahun MRS di antar keluarganya dengan keluhan mengamuk di rumah. Sebelumnya pasien marah marah dan menusuk isterinya..

Autoanamnesa

Pasien datang ke UGD dengan keluhan marah-marah setelah menusuk isterinya. Pasien mengaku telah menusuk isterinya di karenakan pasien mendengar suara-suara yang mengatakan isterinya akan membunuhnya. Pasien juga meyakini bahwa suara tersebut ingin membunuhnya, itu sebabnya osi sering berkeliling kampung untuk mencari asal suara tersebut.

Pada pemeriksaan status mental, didapatkan penampilan pasien dengan wajah sesuai umur, berkulit gelap, berantakan, dan perawatan diri kurang baik, kesadaran berubah, aktivitas psikomotor cukup tenang saat wawancara, verbalitas spontan, mood sulit dinilai, afek inappropriate, empati tidak dapat dirabarasakan, taraf pendidikan sesuai tingkat pendidikan, pikiran abstrak terganggu, kemampuan menolong diri sendiri terganggu.

Terdapat halusinasi auditorik (+), yaitu pasien sering mendengar bisikan yang mengatakan ada yang ingin membunuhnya.. Terjadi gangguan isi pikir berupa waham curiga dan delusion of control. Pengendalian impuls, norma sosial, dan penilaian realitas terganggu. Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit dan semua yang diutarakan pasien dapat dipercaya.

6. Obyektif:Pemeriksaan Fisik

Status Internus

Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu tubuh 36.90C. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, jantung dan paru dalam batas normal, ekstrimitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

Status Neurologi

Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernigs sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5mm/2,5mm, reflex cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat ekstrimitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

7. Assesment:Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan psikis yang paling seriuskarena dapat menyebabkan menurunnya fungsi manusia dalam melaksanakanaktivitas kehidupan sehari-hari seperti kesulitan dalam merawat diri sendiri, bekerjaatau bersekolah, memenuhi kewajiban peran, dan membangun hubungan yang dekat dengan seseorang (American Psychiatric Association dalam Jeste dan Mueser, 2008). Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia, bukan karena tidak bisa diobati, tetapi karena perawatan dan penyembuhan yang membutuhkan waktu lama.Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang ringan. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan aneh. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain.1A. DEFINISI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.9 Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 8B. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data yang dikeluarkan World Health Organization (WHO), penderitagangguan psikis dengan diagnosis skizofrenia mencapai kurang lebih 24 jutajiwa di seluruh dunia (WHO, 2010). Dari jumlah 24 juta jiwa tersebut, di Indonesiatercatat sebanyak 1.928.663 juta jiwa pasien skizofrenia (2010). Kondisi dengan skizofrenia di Indonesia digambarkan pada KonferensiNasional Skizofrenia yang diadakan pada tanggal 14-16 Oktober 2010. Dalam konferensi tersebut, terdapat penyajian data mengenai pasien skizofrenia diIndonesia yang telah mencapai sekitar 2,5 persen dari total penduduk Indonesia. Skizofrenia adalah sama-sama prevalensinya antara laki-laki dan wanita. Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun; untuk wanita usia puncak adalah 25 sampai 35 tahun. Onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.3Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya.Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.C. ETIOLOGI

Ada beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan penyebab skizofrenia. Adapun teori-teori tersebut seperti tersebut di bawah ini:1. Teori Genetik

Diduga faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia.Walaupun demikian, terbukti dari penelitian bahwa skizofrenia tidak diturunkan secara hukum Mendeell (jika orang tua skizofrenia, belum tentu anaknya skizofrenia juga). Dari penelitian didapatkan prevalensi sebagai berikut:

Populasi umum

1%

Saudara Kandung

8%-10%

Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia12%-15%

Kembar 2 telur (dizigot)

12%-15%

Anak dengan kedua orang tua skizofrenia

35%-40%

Kembar monozigot

47%-50%Sampai saat ini, belum ada hal yang pasti mengenai penyebab skizofrenia.Namun demikian peneliti-peneliti meyakini bahwa interaksi antara genetika dan lingkungan yang menyebabkan skizofrenia. Menurut Imransyah, bahwa hanya 10% dari genetika yang dapat menyebabkan skizofrenia, sedangkan Hawari (Arif, 2006) mengakui bahwa skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya faktor genetika ini bisa diabaikan.Namun jika kondisi lingkungan mendukung seseorang bersikap asosial maka penyakit skizofrenia menemukan lahan suburnya.Penelitian lain dari Clarke et al yang berjudul Evidence for an Interaction Between Familial Liability and Prenatal Exposure to Infection in the Causation of Schizophrenia (2009), menyebutkan bahwa Komplikasi kelahiran dan keluarga yang memiliki resiko psikotik terbukti menyebabkan skizofrenia dengan persentase resiko 38% - 46%.

2. Abnormalitas Perkembangan Syaraf

Penelitian menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai resiko yang terus bertambah, meliputi individu yang ibunya terserang influenza pada trimester kedua, individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan, dan penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa anak-anak.3. Abnormalitas Struktur dan aktivitas Otak

Pada beberapa subkelompok penderita skizofrenia, teknik pencitraan otak (CT, MRI, dan PET) telah menujukkan adanya abnormalitas pada struktur otak yang meliputi pembesaran ventrikel, penurunan aliran darah ventrikel, terutama di korteks prefrontal penurunan aktivitas metaolik di bagian-bagian otak tertentu atrofi serebri. Ahli neurologis juga menemukan pemicu dari munculnya gejala skizofrenia.Pada para penderita skizofrenia diketahui bahwa sel-sel dalam otak yang berfungsi sebagai penukar informasi mengenai lingkungan dan bentuk impresi mental jauh lebih tidak aktif dibanding orang normal.

Temuan ini bisa menjabarkan dan membantu pengobatan munculnya halunisasi dan gangguan pemikiran pasien skizofrenia, demikian menurut tim dari Harvard Medical School. Pada saat yang sama para ilmuwan memonitor gelombang otak partisipan dengan menggunakan alat electroencephalogram (EEG) yang bisa memberi informasi aktivitas elektrik otak. Kedua kelompok memberi respon terhadap gambar-gambar tersebut selama satu detik saja.Namun mereka yang menderita skizofrenia membuat lebih banyak kesalahan dan membutuhkan waktu lebih banya 200 milidetik dibanding yang sehat.

Ketika para ilmuwan mengamati pola gelombang otak, mereka menemukan bahwa pasien skizofrenia memperlihatkan tidak adanya aktivitas pasti dalam gelombang otaknya ketika menekan tombol-tombol jawaban. Sementara partisipan yang sehat memiliki aktivitas gelombang gama yang bisa menjadi identifikasi bahwa otak mereka memproses informasi visual sebagai petunjuk responnya. Ada perbedaan yang sangat dramatis. Para penderita skizofrenia tidak memperlihatkan respons gama sama sekali, komentar Dr. Robert McCarley, pemimpin studi. Jika komunikasi yang paling efisien terjadi pada gelombang 40 hertz, maka penderita skizofrenia menggunakan frekuensi yang jauh lebih rendah. Ini sama saja artinya dengan mereka tidak mempunyai proses komunikasi yang efektif pada sel penukar informasi dan bagian otaknya.4. Ketidakseimbangan Neurokimia (neurotransmitter)

Skizofrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.Penyakit ini muncul karena ketidakseimbangan yang terjadi pada dopamine, yakni salah satu sel kimia dalam otak (neurotransmitter).Otak sendiri terbentuk dari sel saraf yang disebut neuron dan kimia yang disebut neurotransmitter.

Penelitian terbaru bahkan menunjukkan serotonin, norepinefrin, glutamate, dan GABA juga berperan dalam menimbulkan gejala-gejala skizofrenia. Majorie Wallace, pimpinan eksekutif yayasan Skizofrenia SANE, London, berkomentar bahwa, di dalam otak terdapat miliaran sambungan sel. Setiap sambungan sel menjadi tempat untuk meneruskan maupun menerima pesan dari sambungan sel lainnya. Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang menbawa pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel yang lain. Di dalam otak penderita skizofrenia, terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.Biasanya mereka mengalami halusinasi.

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu menginterpretasikan dan merespons pesan atau rangsangan yang datang.Penderita skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya.

Kadang suara itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri. Gejala lain adalah menyesatkan pikiran atau delusi, yakni kepercayaan yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada penderita skizofrenia, GAMBARAN KLINIS

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.Padafase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Padafase aktifgejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial). 8Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR, gejala khas skizofrenia berupa adanya:

1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau masyarakat umum)

2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)

3. Pembicaraan kacau

4. Perilaku kacau

5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi, kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008) adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak termasuk gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis, dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol selama paling tidak 1 bulan. Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:

1. Gejala Primer, yang meliputi:

a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti, gangguan memang terdapat pada proses pikiran.

b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:

1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah.

2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis

c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam sebuah situasi menekan. Gangguan kemauan yang timbul antara lain:

1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan terhadap suatu permintaan.

2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang berlawanan pada waktu yang bersamaan.

3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia melakukannya secara otomatis.

d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.2. Gejala Sekunder, yang meliputi:3. - Waham

Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.Halusinasi

Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.

Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia apabila terdapat gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur kepribadian yang diperkuat dengan adanya gejala-gejala sekunder.Tanda awal skizofrenia seringkali terlihat saat kanak-kanak. Tanda-tanda tersebut perlu untuk diketahui untuk membedakan gejala skizofrenia pada anak dengan proses belajar anak yang masih dalam bentuk bermain. Anak seringkali berimajinasi tentang peran-peran baru dalam permainannya, namun hal tersebut bukanlah sebuah gangguan. Indikator premorbid (pra-sakit) pada anak pre-skizofrenia antara lain:

1. Ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi (wajah dingin, jarang tersenyum, tak acuh)

Penyimpangan komunikasi (anak sulit melakukan pembicaraan terarah) Gangguan atensi (anak tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, serta memindahkan atensi).Adapun gejala awal yang terlihat pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Pada anak perempuan, tampak sangat pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, dan ekspresi wajah sangat terbatas

2. Pada anak laki-laki, sering menantang tanpa alasan jelas, menggangu, dan tidak disiplin

3. Pada bayi, biasanya terdapat problem tidur makan, gangguan tidur kronis, tonus otot lemah, apatis, dan ketakutan terhadap objek atau benda yang bergerak cepat

4. Pada balita, terdapat ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal baru seperti potong rambut, takut gelap, takut terhadap label pakaian, takut terhadap benda-benda bergerak

5. Pada anak usia 5-6 tahun, mengalami halusinasi suara seperti mendengar bunyi letusan, bantingan pintu atau bisikan, juga halusinasi visual seperti melihat adanya sesuatu yang bergerak meliuk-liuk, ular, bola-bola bergelindingan, lintasan cahaya dengan latar belakang warna gelap. Anak terlihat bicara atau tersenyum sendiri, menutup telinga, sering mengamuk tanpa sebab.D. KRITERIA DIAGNOSIS

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :(a) Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;(c) Halusinasi auditorik :- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.4,8,9Menurut Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders Fourth Text Revised (DSM-IV-TR):

A. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau kurang dari sebulan jika pengobatan berhasil

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara disorganisasi

4. Perilaku disorganisasi/katatonik yang jelas

5. Symptom negative (afek datar, alogia, avolition)

Catatan = dapat hanya 1 gejala bila dijumpai waham bizarre/halusinasi dengar

B. Disfungsi social/pekerjaan

C. Durasi gangguan terus menerus selama 6 bulan

D. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum

E. Disingkirkan gangguan penggunaan zat atau kondisi medis umum

F. Jika terdapat gangguan perkembangan parsive, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat bila waham dan halusinasi menonjol 11E. KLASIFIKASI

Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III penggolonganskizofrenia adalah :F20Skizofrenia

F20.0Skizofrenia Paranoid

F20.1Skizofrenia Hebefrenik

F20.2Skizofrenia Katatonik

F20.3Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

F20.4 Depresi Pasca-Skizofrenia

F20.5Skizofrenia Residual

F20.6Skizofrenia Simpleks

F20.8Skizofrenia Lainnya

F20.9Skizofrenia YTT

H. PENATALAKSANAAN

Terapi Somatik (Medikamentosa)

----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :

antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).a. Antipsikotik Konvensional

----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :1. Haldol (haloperidol)5. Stelazine ( trifluoperazine)

2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)

----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.

----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain:

Risperdal (risperidone) Seroquel (quetiapine), Zyprexa (olanzopine)

c. Clozaril

----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada ClozarilEfek Samping Obat-obat Antipsikotik

----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.Terapi Psikososial

a. Terapi perilaku

----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.c. Terapi kelompok

----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti.I. PROGNOSIS

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat

8. Plan:

Diagnosis: Evaluasi MultiaksialA. Aksis I

Berdasarkan alloanamnesa dan autoanamnesa, didapatkan adanya keluhan mengamuk. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) bagi pasien sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa. Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita maka pasien digolongkan sebagai Gangguan Jiwa Psikotik. Dari pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak, jadi penyebab organik dapat disingkirkan. Sehingga, pasien didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.

Dari pemeriksaan status mental ditemukan halusinasi auditorik berupa bisikan seseorang yang mengatakan ada yang ingin membunuhnya, waham curiga dimana pasien yakin ada seseorang ingin membunuhnya. Maka berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III) didiagnosis dengan Skizofrenia Paranoid (F20.0).

B. Aksis II

Ciri kepribadian : seorang yang periang dan senang bergaul.C. Aksis III ( Tidak ada diagnosis.D. Aksis IV

Faktor stressor psikososial : Pasien mempunyai masalah dengan istrinya dan masalah ekonomi dalam keluarganya.E. Aksis V

GAF scale pasien berada pada range 50-41, yaitu gejala berat (serius), disabilitas berat.

Penatalaksanaan: Psikofarmakoterapi:

Haloperidol 5 mg 3x1/2

Psikoterapi

Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien lega. Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien.

Sosioterapi

Memberikan sosioterapi kepada pasien dan keluarga. Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga, dan orang-orang sekitarnya mengenai keadaan pasien sehingga dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang baik untuk membantu proses penyembuhan pasien.Pendidikan:

Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk membantu pasien dalam memberi semangat dan harapan hidup.Serta mengamankan pasien untuk mengakhiri hidupnya dan menjaganya.Konsultasi : Diperlukan konsultasi dengan dokter ahli jiwa dan psikiatriRujukan:

Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Maros , 22 Desember 2014 Peserta,

Pendamping dr. Juslan Kasmar JS

dr. Hasmiah