Upload
yan-damanik
View
78
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
aaaaaaa
Citation preview
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK MUTIARA DAN KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG
KEDELAI ( Glycine max ( L ) Merill )
SKRIPSI
Oleh :
DASDO ALAMSYAH SINAGA
NPM : 073010021
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2012
0
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK MUTIARA DAN KAPUR DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG
KEDELAI ( Glycine max ( L ) Merill )
Oleh :
Dasdo Alamsyah Sinaga
Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Mutiara Dan Kapur Dolomit Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Kedelai ( Glycine max ( L ) Merill )”.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 Faktor perlakuan terdiri dari :Faktor I :Pupuk NPK Mutiara ( M ) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :M0= Tanpa Pupuk( Kontrol ), M1= 50 gr/ plot, M2 = 100 gr/ plot, M3 = 150 gr/ plot. Faktor II :Kapur Dolomit ( D ) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :D 0= 0 ( Kontrol ),D1= 1. 000 g / m2 = 2 kg / plot,D2 = 2. 000 g / m2 = 4 kg / plot,D3= 3.000 g / m2 = 6 kg / plot.Kombinasi perlakuan terdiri dari : M0D0, M0D1, M0D2, M0D3, M1D0, M1D1, M1D2, M1D3,
M2D0, M2D1, M2D2, M2D3, M3D0, M3D1, M3D2, M3D3.
AdapunVariabel yang diamatiadalahtinggitanaman ( cm ), jumlahcabang ( buah ), jumlah polong berisi / tanaman ( polong ), jumlah polong hampa ( polong ), produksi biji / tanaman ( g ), berat 100 biji kering ( g ).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK Mutiara berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong berisi / tanaman, jumlah polong hampa, produksi biji / tanaman, berat 100 biji kering.
Dari hasil penelitian pemberian kapur Dolomit berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah polong berisi / tanaman, produksi biji / tanaman, dan berat 100 biji kering. Pada tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong hampa menunjukkan berpengaruh berbeda tidak nyata
Dari hasil penelitian interaksi kedua perlakuan Pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah polong berisi / tanaman, produksi biji / tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong hampa, dan berat 100 biji kering.
Kata Kunci : NPK Mutiara, kapur Dolomit, pertumbuhan dan produksi kacang kedelai
Pendahuluan
Tanaman kedelai ( Glycine max ( L ) Merill )telah dibudidayakan sejak
1500 tahun sebelum Masehi. Asal usul tanaman ini diperkirakan dari dataran
1
Cina, karena disanalah mula – mula kedelai ditanam, dan juga di Cina banyak
dijumpai jenis kedelai liar. Dari Cina kedelai menyebar ke Jepang, Korea, Asia
Tenggara, dan ke Indonesia.
Dari tanaman kedelai ini, selain bijinya dimanfaatkan sebagai
makanan manusia, daun dan batangnya yang sudah agak kering pun dapat
digunakan sebagai makanan ternak, dan pupuk hijau. Tanah bekas ditanami
kedelai biasanya baik sekali untuk ditanami padi, sebab pada akar kedelai,
seperti pada akar kacang tanah dan turi, terdapat bintil – bintil yang dapat
mengikat unsur N ( Nitrogen ) dari udara dengan memanfaatkan aktivitas
bakteri Rhizobium. Dengan demikian akar – akar yang tertinggal pada saat
tanaman dicabut, setelah membusuk akan sangat berguna bagi tananam berikutnya
( Kanisius, 1989 ).
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati dengan
kandungan 39%, dan 2% dari seluruh rakyat Indonesia mempeloreh sumber
kalori dari kedelai Direktorat Bina Produksi, 1986 dalam Kanisius
menyatakan bahwa kedelai telah menjadi bagian makanan sehari – hari
bangsa Indonesia selama lebih dari 200 tahun dengan berbagai teknik
pengolahan yang semakin meningkat dan diakui bernilai gizi tinggi oleh dunia
internasional.
Peningkatan produksi kedelai dalam negeri dipacu membaiknya harga
komoditas pangan saat ini. Indonesia sebenarnya pernah swasembada kedelai
pada 1992 dengan produksi nasional mencapai 1,8 juta ton dan menghasilkan
tanaman kedelai ± 2 – 3 ton/ha, namun kedelai tidak ada perhatian dari pemerintah
dari pemerintah untuk mengamankan harganya, maka produksinya terus menurun
dari tahun ke tahun. Produksi kedelai dunia pada tahun 2007/2008 diperkirakan
hanya mencapai 220,34 juta ton atau turun akibat pengalihan lahan pertanian
kedelai untuk jagung ( Sumarno, 1984 ).
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
hara.Pupuk majemuk terdiri dari pupuk majemuk tak lengkap dan pupuk majemuk
lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk yang
2
mengandung unsur seperti NP, NK, dan PK. Sedangkan pupuk majemuk lengkap
adalah pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yaitu NPK ( Sutedjo, 1999 ).
Komposisi kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk majemuk
NPK mutiara adalah 16 : 16 : 16 artinya 16% Nitrogen ( N ) terbagi 2 dalam 2
bentuk yaitu 16% Nitrogen ( N ) terbagi dalam 2 bentuk yaitu 9,5% Ammonium
( NH4 ) dan 6,5% Nitrat ( NO3 ) , 16% Fosfor Oksida ( P2O5 ), 16% Kalium Oksida
( K2O ), 1,5 % Magnesium Oksida ( MgO ), 5% Kalsium Oksida ( CaO ).
Bahan Dan Metoda Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun Pematangsiantar, dengan ketinggian tempat ± 420 meter
di atas permukaan laut dan topografi datar jenis tanah Podsolik merah kuning
dengan kemasaman pH 5,5. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai
dengan bulan September 2011.
Bahan yang digunakan adalah benih kacang kedelai Varietas Anjasmoro,
pupuk NPK Mutiara, dan kapur Dolomit, alat yang digunakan adalah cangkul,
parang dan babat, ember, gembor, tali plastik, tugal, meteran, alat tulis, papan
plot, papan nama dan ajir, hand spayer.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan terdiri dari Faktor I : Pupuk
NPK Mutiara ( M ) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : Mo = Tanpa Pupuk ( Kontrol ),
M1 = 50 g/ plot, M2 = 100 g/ plot, M3 = 150 g/ plot. Faktor II : Kapur Dolomit (
D ) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu :D0= 0 ( Kontrol ), D1 = 1.000 g / m2 = 2 kg /
plot, D2 = 2.000 g / m2 = 4 kg / plot, D3 = 3.000 g / m2= 6 kg / plot. Ulangan 3.
jarak tanam 20 x 20 cm, luas plot 1m x 2m
Parameter yang diamati : tinggi tanaman , Jumlah cabang, Jumlah polong
berisi, ,Jumlah polong hampa,Produksi biji pertanaaman sampel, Berat 100 biji
kering.
3
Hasil Dan Pembahasan
Tinggi Tanaman ( cm )
Hasil Analisis sidik ragam tinggi tanaman umur 8 MST menunjukkan
pengaruh Pupuk NPK Mutiara dan kapur dolomite menunjukkan pengaruh yang
nyata sedangkan interaksi keduanya tidak berbeda nyata dapat dilihat pada tabel
1.
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 :Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Rata – rata Tinggi Tanaman ( cm ) Pada Umur 8 MST ( Minggu Setelah Tanam )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata –rata
D0 26,80 30,17 31,27 33,96 31,00b
D1 29,15 30,10 31,55 33,05 30,96b
D2 28,79 31,79 32,77 35,01 32,04a
D3 29,69 31,23 32,61 34,79 32,08a
Rata - rata 29,01d 30,82c 32,05b 34,21a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Dari table 1 dapat dilihat bahwa perlakuan D3 menghasilkan tanaman
tertinggi yang tidak berbeda dengan D2, tetapi berbeda dengan perlakuan lainnya,
sedangkan tanaman terendah dihasilkan oleh perlakuan D0 Hal ini disebabkan
karena unsur hara yang dibutuhkan tanaman masih kurang sehingga pembentukan
metabolisme enzim dan pembelahan sel berlangsung lambat.
Harisuseno ( 1978 ) yang menyatakan jika didalam tanah terdapat unsur
hara yang cukup dan mudah diserap oleh akar tanaman akan membantu
4
pembentukan dan perkembangan jaringan – jaringan tanaman dan apabila
kekurangan unsur hara akan mengakibatkan dampak negatif pada tanaman.
Perlaskuan pupuk NPK Mutiara, menunjukkan berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman. Tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan M3
( 32,21 )yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan yang terendah pada M0
( 29,01 ), hal ini disebabkan karena tersedianya unsur hara dalam jumlah yang
cukup akan memacu tanaman untuk tumbuh dengan cepat sehingga pertumbuhan
generatif dapat berlangsung dengan baik.
Pengaruh interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata . Tanaman
tertinggi terdapat pada perlakuan M3D2 ( 35,01 ) dan tanaman yang terendah pada
perlakuan M3D1 ( 33,05 ).
Harisuseno ( 1978 ) yang menyatakan jika didalam tanah terdapat unsur
hara yang cukup dan mudah diserap oleh akar tanaman akan membantu
pembentukan dan perkembangan jaringan – jaringan tanaman dan apabila
kekurangan unsur hara akan mengakibatkan dampak negatif pada tanaman.
Lebih lanjut Novizan ( 2002 ) menjelaskan bahwa pupuk didefenisikan
sebagai material yag ditambahkan ketanah atau tajuk tanaman dengan tujuan
untuk melengkapi ketersediaan unsur hara.
Jumlah Cabang ( buah )
Hasil Analisis Sidik Ragam jumlah cabang menunjukkan perlekuan
pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit berpengaruh nyata terhadap jumlah
cabang sedangkan interaksinya tidak berbeda nyata yang dapat dilihat pada table 2
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat pada Tabel
5
Tabel 4 : Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Rata – rata Jumlah Cabang ( Buah )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata –rata
D0 5,60 6,33 6,67 7,60 6,55b
D1 5,76 6,00 6,87 7,73 6,58b
D2 6,07 6,00 7,33 7.67 6.77b
D3 6,07 6,33 7,53 8,40 7,08a
Rata - rata 5,58d 6,17c 7,10b 7,85a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Dari Tabel 4 dilihat bahwa jumlah cabang terbanyak terdapat pada M3
yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan jumlah cabang yang paling
sedikit terdapat pada Mo ( tanpa pupuk ).
Perlekuan jumlah cabang terbanyak terdapat pada D3 yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya dan tanaman yang paling sedikit cabangnyas terdapat
pada D0..
Pengaruh interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata , tetapi
jumlah cabang terbanyak adalah M3D3 ( 8,40 ) diikuti M3D1 ( 7,73 ), M3D2 ( 7,67 )
dan terendah pada M3Do ( 7,60 )
Hal ini disebabkan karena unsur hara yang dibutuhkan masih kurang
sehingga pembentukan metabolisme dan pembelahan sel berlangsung lambat.
Mashudi ( 2007 ) yang menyatakan bahwa untuk mencapai hasil yang
lebih baik perlakuan harus diaplikasikan dalam jumlah yang tepat tidak
berlebihan dan kurang, selain itu jenis tanaman perlu diperhatikan.
6
Jumlah Polong Berisi / Tanaman ( Polong )
Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Polong berisi / tanaman menunjukkan
bahwa pemberian Pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit serta interaksi
keduanya menunjukkan pengaruh yang nyata.pengaruh yang nyata .
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 5 : Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Rata – rata Jumlah Polong Berisi / Tanaman ( Polong )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata –rata
D0 24,53f 24,60ef 24,67ef 24,53ef 24,58d
D1 24,67ef 24,73de 24,87d 25,27bc 24,88c
D2 24,87d 25,20bc 25,13c 25,33b 25,13b
D3 25,27bc 25,53a 25,53a 25,60a 25,48a
Rata - rata 24,83c 25,02b 25,05b 25,18a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Pada pengamatan jumlah polong berisi / tanaman terbanyak adalah pada
tanaman M3( 25,18 ) dan yang terendah pada perlakuan M0 ( 24,83 ). Pada
perlakuan D3( 25, 48 ) tanaman yang terbanyak dan yang terendah pada
D0 ( 24,58 ).
Pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara, menunjukkan berpengaruh
berbeda sangat nyata terhadap jumlah polong berisi, semakin tinggi dosis NPK
Mutiara yang diberikan maka jumlah polong berisi semakin banyak. Hal ini
disebabkan oleh kandungan unsur hara NPK Mutiara cukup komplit
( NPK Ca dan Mg ) sehingga kebutuhan tanaman dapat terpenuhi. Buchman
( 1969 ) menyatakan bahwa baik akar leguminosa maupun bakteri bintil akar
7
dapat menfiksasi N2bila tersedia karbohidrat sebagai sumber energi seperti
diketahui bahwa kemampuan menghasilkan nitrogen berbeda pada setiap jenis
kacang – kacangan.
Pengaruh pemberian Dolomit, menunjukkan pengaruh berbeda sangat
nyata.Semakin tinggi dosis Dolomit jumlah polong berisi semakin banyak.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbaikan pH tanah ( pH semakin tinggi )
sehingga memungkinkan tersedianya unsur hara dalam tanah. Menurut Kamparth
(1970) bahwa pH tanah untuk mendukung ketersedianya unsur hara bagi tanaman
adalah sekitar 5,5 – 6,5.
Pengaruh interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh berbeda
sangat nyata. Interaksi yang menghasilkan jumlah polong berisi terbanyak adalah
D3M3( 25,60 ) dan yang paling sedikit pada perlakuan M0D0 ( 24,53 ).
Marsono ( 2007 ) mengatakan bahwa pemupukan yang mengandung
unsur hara makro dan mikro dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, tetapi
jika pemberian pupuk atau unsur hara yang berlebihan pada tanaman akan
menjadi racun dan tidak mendukung pertumbuhan tanaman.
Jumlah Polong Hampa ( Polong )
Data pengamatan jumlah polong hampa tanaman sampel dapat dilihat
pada Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragamnya pada Lampiran 12 menunjukkan
bahwa perlakuan pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit berpengaruh sangat
nyata, sedangkan interaksi kedua perlakuan Mutiara dan dolomit berpengaruh
tidak nyata.
Marsono ( 2007 ) menyatakan bahwa pemupukan yang mengandung unsur
hara makro dan mikro dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tetapi jika
memberi pupuk atau unsur hara yang berlebihan pada tanaman akan menjadi
racun dan tidak mendukung pertumbuhan tanaman.
8
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 4: Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Jumlah Polong Hampa ( Polong )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata – rata
D0 6,60 7,57 8,83 9,83 8,21c
D1 7,60 8,13 8,97 9,90 8,65b
D2 8,30 8,33 9,33 10,13 9,03a
D3 7,27 8,13 9,23 10,40 8,76ab
Rata - rata 7,44d 8,04c 9,09c 10,7a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan M0, M1, M2, dan M3
berbeda nyata satu dengan yang lainnya, perlakuan D0 berbeda nyata dengan
perlakuan D1, D2, dan D3. Perakuan D2 tidak berbeda nyata dengan D3, interaksi
perlakuan tidak nyata.
Pada Gambar 4 dapat dilihat jumlah polong hampa / tanaman sampel yang
paling tinggi terdapat pada M3( 10,7 ), sedangkan yang paling rendah pada
M0( 7,44 ). Dan pada perlakuan D2( 9,03 ) yang paling tinggi sedangkan D0
( 8,21 ) yang paling rendah.
Pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara menunjukkan berpengaruh
berbeda sangat nyata terhadap jumlah polong hampa.Semakin tinggi dosis NPK
Mutiara yang diberikan maka jumlah polong hampa semakin banyak, hal ini
9
disebabkan karena pertumbuhan jumlah polong hampa sejalan pertumbuhan
jumlah polong berisi, artinya semakin banyak polong terbentuk maka polong
hampa juga semakin banyak.
Pengaruh pemberian Dolomit menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap
jumlah polong hampa, hal ini disebabkan karena tanaman kacang kedelai mampu
mengikat N dari udara sehingga tidak membutuhkan kapur Dolomit dalam jumlah
yang besar dalam pertumbuhan. Maka kebutuhan unsur hara dalam tanaman
tersebut sudah tersedia dalam tanah dan jenis tanah disetiap plot berbeda – beda,
hal ini didukung oleh Hakim ( 1986 ).
Pengaruh interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata,
hal ini disebabkan karena unsur hara yang dibutuhkan masih kurang sehingga
pembentukan metabolisme dan pembelahan sel berlangsung lambat.
Produksi Biji / Tanaman ( g )
Data pengamatan produksi / tanaman dapat dilihat pada Lampiran 13, hasil
analisisi sidik ragamnya pada Lampiran 14 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
NPK Mutiara dan kapur Dolomit berpengaruh berbeda sangat nyata.
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 5 : Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Produksi Biji / Tanaman ( g )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata – rata
D0 7,03j 7,10i 7,13i 7,23h 7,12d
D1 7,27h 7,27h 7,33g 7,63bc 7,38c
D2 7,47f 7,53e 7,57d 7,67b 7,56b
10
D3 7,60cd 7,97a 7,97a 8,01a 7,89a
Rata - rata 7,34d 7,47c 7,50b 7,64a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan pupuk NPK Mutiara dan
kapur Dolomit pada pengamatan produksi / tanaman perlakuan M0( tanpa pupuk )
berbeda sangat nyata terhadap M1, M2, dan M3. Untuk perlakuan D0
( tanpa pupuk ) berbeda sangat nyata terhadap D1, D2, dan D3.
Pada produksi / tanaman konversi per ha menjadi 2,002 ton/ha pupuk NPK
Mutiara yang paling banyak adalah M3 ( 7,64 ) dan diikuti M2 ( 7,50 ), M1
( 7,47 ) dan paling rendah pada M0 ( 7,34 ). Sedangkan pada kapur Dolomit yang
paling banyak adalah D3 ( 7,89 ) diikuti D2 ( 7,56 ), D1 ( 7,38 ), dan terendah
D0 ( 7,12 ).
Pada Gambar 5 dapat dilihat pada produksi / tanaman yang paling tinggi
pada perlakuan M3 dan D3, sedangkan yang paling rendah terdapat pada perlakuan
M0 ( tanpa pupuk ) dan D0.
Pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara menunjukkan berbeda sangat
nyata terhadap produksi biji. Semakin tinggi dosis NPK Mutiara yang diberikan
maka produksi biji semakin banyak, hal ini disebabkan oleh kandungan unsur hara
NPK Mutiara cukup komplit ( NPK Ca dan Mg ) sehingga kebutuhan tanaman
dapat terpenuhi. Tanaman kacang – kacangan mampu bersimbiosis mutualisme
dengan bakteri Rhyzobium yang berperan menfiksasi N2 udara.
Pengaruh pemberian Dolomit menunjukakan berbeda sangat nyata.
Semakin tinggi dosis Dolomit maka produksi biji semakin banyak, hal ini
disebabkan oleh adanya perbaiki pH tanah ( pH semakin tinggi ) sehingga
memungkinkan tersedianya unsur hara dalam tanah.
11
Pengaruh interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh berbeda
sangat nyata. Interaksi yang menghasilkan produksi biji terbanyak adalah
M3D3 ( 8,01 ) dan yang paling sedikit pada M0D0 ( 7,03 ).
Sutedjo ( 1999 ) menyatakan pupuk adalah suatu bahan yang diberikan
kedalam tanah baik yang organik maupun non organik dengan maksud untuk
menggantikan kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk
meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik.
Menurut Smartagro ( 2008 ) peningkatan pertumbuhan disebabkan adanya
unsur hara makro dan mikro yang ada didalam tanah, dan diserap oleh tanaman
akibat pemberian pupuk kandang dan kapur.
3.1 Berat 100 Biji Kering ( g )
Data hasil pengamatan berat 100 biji kering dapat dilihat pada Lampiran
15 hasil analsisi sidik ragamnya pada Lampiran 16 menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit berpengaruh sangat nyata.
Untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan dilakukan pengujian
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ), yang dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 6: Uji Beda Nyata Terkecil ( BNT ) Terhadap Berat 100 Biji Kering ( g )
Perlakuan M0 M1 M2 M3 Rata – rata
D0 13,93 14,13 14,90 15,23 14,55b
D1 14,20 14,47 14,87 15,47 14,75ab
D2 14,53 14,87 14,97 15,73 15,03a
D3 14,50 14,77 15,07 15,83 15,04a
Rata - rata 14,29c 14,56c 14,95b 15,57a -
Keterangan :Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 95%
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa untuk perlakuan pupuk NPK Mutiara dan
Kapur Dolomit pada pengamatan berat 100 biji kering perlakuan M0(tanpa pupuk)
12
berbeda nyata terhadap M1, M2, dan M3, pada perlakuan D0(tanpa pupuk) berbeda
nyata terhadap D1, D2, dan D3. Pada berat 100 biji kering yaitu bahwa pupuk NPK
Mutiara yang paling tinggi adalah M3 ( 15,57 g ) diikuti M2 (14,95 g) dan M1
( 14,56 g ), sedangkan pada kapur dolomit yang paling tinggi pada D3 ( 15,04 g )
diikuti D2 ( 15,03 g ) dan D1 ( 14,75 g ).
Pada berat 100 biji kering yang paling tinggi adalah pada perlakuan
M3 ( 15,57 ), sedangkan yang paling rendah adalah M0 ( 14,29 ).
Pengaruh pemberian pupuk NPK Mutiara menunjukkan berpengaruh
berbeda sangat nyata terhadap berat 100 biji kering. Semakin tinggi dosis NPK
Mutiara yang diberikan maka berat 100 biji kering semakin banyak, hal ini
disebabkan karena faktor tanah yang ditanami memiliki kesuburan tanah yang
efektif, pengaruh kondisi lingkungan lainnya sangat mendukung pertumbuhan
tanaman, maka dari itu diberi pupuk NPK Mutiara untuk pertambahan unsur hara
bagi tanaman. Hal ini didukung oleh Lingga ( 1994 ) berpendapat faktor – faktor
luar seperti suhu dan cahaya mempengaruhi reaksi tanaman terhadap dua jenis.
Pengaruh pemberian dolomit menunjukkan pengaruh berbedat
nyata.Semakin tinggi dosis dolomit berat 100 biji kering semakin banyak, hal ini
disebabkan karena faktor tanah yang ditanami memiliki kesuburan tanah yang
efektif, pengaruh kondisi lingkungan lainnya sangat mendukung pertumbuhan
tanaman.
Pengaruh interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata.
Interaksi yang menghasilkan berat 100 biji kering terbanyak adalah M3D3( 15,83 )
dan yang paling sedikit pada M0D0 ( 13,93 ).
Sutedjo ( 1991 ) Pupuk adalah suatu bahan yang diberikan kedalam tanah
baik yang organik maupun nonorganik dengan maksud untuk menggantikan
13
kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan
produksi tanaman dalam keadaan faktor lingkungan yang baik.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan :
1. Perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara pada M3 ( 150 g/plot ) memberikan
pertumbuhan tanaman yang terbaik dimana tinggi tanaman 34,21 cm, jumlah
cabang 7,85, jumlah polong berisi 25,18 g, jumlah polong hampa 10,07 g,
produksi biji pertanaman sampel 7,64 g, berat 100 biji kering 15,57 g,
2. Perlakuan pemberian Kapur Dolomit pada D3 ( 6 kg/plot ) memberikan
pertumbuhan tanaman yang terbaik dimana tinggi tanaman 32,08 cm, jumlah
cabang 7,08, jumlah polong berisi 25,18 g, jumlah polong hampa 8,76 g,
produksi biji pertanaman sampel 7,89 g, berat 100 biji kering 15,4 g,
3. Interaksi kedua perlakuan M3D3 memberikan pertumbuhan tanaman yang
terbaik dimana tinggi tanaman 34,79 cm, jumlah cabang 8,40, jumlah polong
berisi 25,60 g, jumlah polong hampa 10,40 g. produksi biji pertanaman 8,01 g,
berat 100 biji kering 15,83 g,
4. Perlakuan pemberian pupuk NPK Mutiara memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong berisi,
jumlah polong hampa produksi biji dan berat 100 biji kering,
5. Perlakuan pemberian Dolomit memberikan pengaruh berbeda sangat nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong berisi,
jumlah polong hampa, produksi biji, untuk berat 100 biji kering berbeda nyata,
6. Perlakuan interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh berbeda sangat
nyata terhadap pertumbuhan jumlah polong berisi dan produksi biji, untuk
tinggi tanaman, jumlah cabang. Jumlah polong hampa, dan berat 100 biji
kering tidak nyata.
Saran : Disarankan dilakukan penelitian lanjutan di daerah yang berbeda – beda
untuk mengetahui perlakuan penggunaan pupuk NPK Mutiara dan Kapur Dolomit
yang paling tepat dan juga kombinasi kedua perlakuan yang dapat merangsang
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
14
DAFTAR PUSTAKA
Harisuseno, 1978.Dalam Kanisius 1989. Kegunaan Unsur Hara Bagi Tanaman. Yasa Guna. Jakarta
Kanisius, 1989. AAK Kedelai, Kanisius, Yogyakarta.Marsono, 2007. Pemberian pupuk yang tepat bagi pertumbuhan dan produksi
kacang kedelai, Rineka Cipta, JakartaMashudi, 2007.Bertanam Kacang Tanah dan Manfaatanya, Azka Mulia Media,
Jakarta.Sumarno, 1984. Kedelai dan cara budidayanya, Yasaguna, Jakarta Selatan.Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Efektif, Agro Media Pustaka. Depok.Smartagro, 2008. Kegunaan Pupuk Kandang dan Pengapuran
http://smartagro.indonetwork.co.id/1194319/kegunaan-pupuk-kandang.htm . Sutedjo, 1999.Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. JakartaSumarno, 1984. Kedelai dan cara budidayanya, Yasaguna, Jakarta Selatan.
15