90
POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus Terjemahan ALI AUDAH dan TAFSIR MAHMUD YUNUS Oleh: UWES ALKURNI 1110024000030 PROGRAM STUDI TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

  • Upload
    buinhu

  • View
    235

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN

Studi Kasus Terjemahan ALI AUDAH dan TAFSIR MAHMUD YUNUS

Oleh:

UWES ALKURNI 1110024000030

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 2: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan

gelar.

Jakarta, 7 Juni 2017

Uwes Alkurni Nim: 1110024000030

Page 3: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

ii

LISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus Terjemahan ALI AUDAH dan TAFSIR MAHMUD

YUNUS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Uwes Alkurni NIM: 1110024000030

Di bawah Bimbingan

Dr. Darsita Suparno, M.Hum. 196108071993032001

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 4: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Polisemi kata Wali dalam Al-Qur’an Studi Kasus Terjemahan

Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus” yang ditulis oleh UWES ALKURNI,

NIM 1110024000030 telah diujikan dalam sidang Munaqasyah di Fakultas Adab

dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullh pada tangal 25 Juli 2017. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum) pada program studi TARJAMAH.

Ciputat, 25 Juli 2017

Sidang Munaqasyah

TIM PENGUJI TANDA TANGAN

Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum, ( ) (Ketua Sidang) Tgl.

Rizqi Handayani, MA ( ) (Sekretaris Sidang) Tgl.

Dr. Darsita Suparno, M.Hum. ( ) (Pembimbing) Tgl.

(Penguji 1) ( ) Tgl.

(Penguji II) ( ) Tgl.

Page 5: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

iv

ABSTRAK

Uwes Alkurni Polisemi kata Wali dalam Al-Qur’an Studi Kasus Terjemahan Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

Kagiatan menerjemahkan bukanlah suatu yang mudah, karena tidak semua orang bisa menerjemahkan dengan baik, dan tentunya menerjemahkan Al-Qur’an mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada naskah-naskah yang lainnya. Di dalam skripsi ini penulis mengkaji tentang polisemi di dalam bahasa Arab dan menjadi persoalan dalam penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Polisemi merupakan satu kata atau leksem yang mengandung banyak makna dan dari banyaknya makna tersebut tidak saling bertentangan atau masih ada hubungannya. Banyaknya makna tersebut polisemi selain dapat berakibat negative juga merupakan unsur positif, disebut negatif karena dapat menimbulkan kesalahan penerimaan informasi, disebut positif karena justru memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih lentur untuk digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda. Pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada kata Wali dan Auliya yang ada di dalam Al- Qur’an dengan membandingkannya antara terjemahan The Holy Qur’an karya Abdullah Yusuf Ali oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus. Buku The Holy Qur’an yang diterjemahkan oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus merupakan karya manumental yang sampai saat ini tetap dipakai dan menjadi rujukan penting dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.

Penelitian yang penulis lakukan ini bertujuan untuk mengetahui makna terjemahan kata Wali di dalam terjemahan Tafsir The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus dan bagaimana terjemahan makna kata Wali dalam terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus apakah terdapat persamaan dan perbedaan antar terjemahan keduanya. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Deskriptif Analitis yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari Al-Qur’an hasil terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus kemudian dianalisis dengan membandingkan antara terjemahan The Holy Qur’an karya Abdullah Yusuf Ali oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus.

Pada akhirnya setelah penulis analisis terjemahan kata Wali dan Auliya yang terdapat pada Tafsir Qur’an Karim karya Mahmud Yunus dan Terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah terdapat perbedaan dan persamaan antar keduanya, namun perbedaan itu hanya pada di diksinya saja karena kedua penerjemah tersebut masih satu pemahaman dalam memaknai arti kata Wali dan Auliya.

Page 6: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

v

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT tuhan semesta alam,

atas limpahan karunia dan ridho-Nya yang tidak pernah putus memberikan nikmat

dan berkah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Rasulullah

SAW yang telah membawa umatnya dari jalan kesesatan menuju jalan yang

benar.

Peneliti bersyukur, karena setelah melalui proses yang sangat panjang, akhirnya

peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Polisemi kata Wali

dalam Al-Qur’an Studi Kasus Terjemahan Ali Audah dan Tafsir Mahmud

Yunus

Peneliti menyedari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang

melekat pada diri peneliti, khususnya saat menyelesaikan skripsi ini. Namun

Alhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa

menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak akan terwujud dengan sendirinya,

melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak, baik moril maupun

materil. Sehingga peneliti ucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil

2. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. selaku Kepala Prodi Tarjamah

dan Rizki Handayani, M.A, selaku Sekretaris Prodi Tarjamah yang sudah

banyak membantu dan arahan untuk mencapai ke tahap ini.

3. Dr. Darsita Suparno, M.Hum. selaku dosen pembimbing peneliti yang

telah banyak memberikan bimbingan, bantuan serta arahan yang tiada tara

kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. selaku Penguji 1 dan Drs. Ikhwan Azizi,

M.ag. selaku Penguji II.

5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Machyudin dan ibunda Siti Lohiyah

yang selalu memberikan do’a dan dukungan yang tak henti-hentinya

kepada saya dengan tabah, dan ini aku persembahkan untuk kalian.

Akhirnya peneliti hanya mampu mengucapkan terimaksih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti baik

secara langsung maupun tidak langsung. Semoga Allah SWT menambah Rahmat

Page 7: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

vi

dan Karunia-Nya. Peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam

penelitian karya ilmiah ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk para

pembacanya. Amin Ya Rabbal A’lamin.

Jakarta, 15 April 2017

Uwes Al Kurni NIM: 1110024000030

Page 8: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................. iii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian............................................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13

BAB II KERANGKA TEORI

A. Konsep Umum Penerjemahan.............................................................. 15

1. Definisi Penerjemahan ................................................................... 15

2. Jenis-jenis Penerjemahan ............................................................... 16

Page 9: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

viii

3. Prinsip Penerjemahan .................................................................... 17

B. Terjemahan Al-Qur’an ........................................................................ 18

1. Defnisi Penerjemahan Al-Qu’an .................................................... 18

2. Metode-metode Penerjemahan Al-Qur’an ...................................... 18

C. Konsep Umum Semantik ..................................................................... 21

1. Pengertian Semantik ...................................................................... 21

2. Jenis-jenis Semantik ...................................................................... 22

3. Semantik Kontekstual .................................................................... 24

4. Pentingnya Semantik Kontekstual Dalam Penerjemahan ................ 25

D. Wawasan Polisemi .............................................................................. 27

1. Pengertian Polisemi ....................................................................... 27

2. Faktor Penyebab Munculnya Polisemi ........................................... 29

3. Pengertian Homonimi .................................................................... 32

4. Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ..................................... 35

BAB III BIOGRAFI

A. Riwayat Hidup, Pendidikan, Karir dan Karya-karya Ali Audah ........... 36

B. Riwayat Hidup, Pendidikanv dan Karir Abdullah Yusuf Ali ................ 42

C. Riwayat Hidup, Pendidikan, Karir dan Karya-karya Mahmud Yunus... 46

BAB IV Analisis Hasil Terjemahan Kata Wali dan Auliya

A. Pendahuluan ........................................................................................ 53

B. Persamaan dan Perbedaan Makna Polisemi Kata Wali dan Auliya

antara Tafsir Yusuf Ali Terjemahan Ali Audah dan Terjemahan

Tafsir Mahmud Yunus .................................................................... 54

Page 10: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

ix

1. Persamaan Makna Polisemi Kata Wali dan Auliya Tafsir Yusuf

Ali Terjemahan Ali Audah dan Terjemahan Tafsir Mahmud

Yunus ......................................................................................... 54

2. Perbedaan Makna Polisemi Kata Wali dan Auliya Tafsir Yusuf

Ali Terjemahan Ali Audah dan Terjemahan Tafsir Mahmud

Yunus ......................................................................................... 57

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ......................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 88

Page 11: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf Latin.

Transliterasi ini berdasarkan pedoman Arab-Latin dalam buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin t ط ا z ظ b ب ‘ ع t ت gh غ ts ث f ف j ج q ق h ح k ك kh خ L ل d د m م dz ذ n ن r ر w و z ز h ھا s س ‘ ء sy ش y ي s ص d ض 2. Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri dari

Vokal Tunggal atau Monoftong dan Vokal Rangkap atau Diftong

A. Vokal Tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan a Fathah ٙـ -------------- ِ i Kasrah ـۥ ------- u Dammah

B. Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan َ ي---- ـ ai a dan i َ و----- ـ au a dan u

Page 12: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

xi

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan â a dengan topi di atas ــــــــا/يـــــــــــِو ـ î i dengan topi di atas ُو ـــــــــــ ـ û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan arrijâl, al-dîwân bukan ad-

dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda ّ dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu ــــــ

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga

berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh

no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

Page 13: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

xii

No Kata Arab Alih Aksara

tarîqah طریقة 1

Al-Jâmi’ah Al-Islâmiyah الجامعة اإلسالمیة 2

Wahdat Al-Wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf Kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama

tempat, dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a

tidak boleh kapital.

Page 14: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting, maka tidak

salah apabila ada beberapa pendapat dalam memandang ketidakmampuan

manusia dalam menyaingi Al-Qur’an dari segi aspek bahasa atau balaghah1.

Pendapat pertama (Al-Suyuthi dan Baqillani) mengatakan bahwa

ketidakmampuan manusia disebabkan oleh ketinggian dan keindahan susunan

bahasa atau balaghah Al-Qur’an. Pendapat kedua mengatakan ketidakmampuan

manusia menandingi Al-Qur’an karena Sharfiah, yakni Allah memalingkan

manusia untuk tidak dapat menandingi Al-Qur’an atau untuk menghilangkan

kemampuan yang dimiliki manusia, sehingga pada saat muncul ide dalam pikiran

untuk membuat semacam Al-Qur’an, ide itu menjadi hilang ketika akan

diwujudkan2, Pemahaman yang salah pada Al-Qur’an dapat menimbulkan

interpretasi yang menyimpang dari ajaran sesungguhnya. Pemahaman tentang

teks dan konteks Al-Qur’an sangatlah beragam dan bermacam-macam.

Penerjemah merupakan proses memindahkan pesan yang telah

diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) ke dalam bahasa yang lain (Bsa)

secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya sehingga tidak menimbulkan

1 Muhammad Aly Ash Shabuny, Pengantar Study Al-Qur’an (Bandung: At-Tibyan

Al-Ma’arif, 1984), cet. 1. Hlm. 276 2 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadist, (Jakarta : Raja Grasindo Persada, 1998), cet.ke-6.

Hlm. 32

Page 15: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

2

kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap pesan tersebut3. Karena itu

seorang penerjemah Al-Qur’an haruslah mempunyai wawasan yang luas untuk

memahami apa makna yang terkandung di dalam ayat tersebut baik dari segi teks

maupun konteks, kegiatan penerjemah merupakan kajian antarilmu

(interdisipliner). Jadi menerjemahkan memerlukan ilmu pengetahuan lain yang

bersifat pendukung, seperti semantik, pragmatik, sosiolinguistik, budaya,

pengetahuan umum, dan sebagainya.

Berlainan dengan tataran analisis bahasa lainnya, semantik merupakan

cabang linguistik yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial

lainnya seperti sosiologi dan antropologi.4 Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa

Indonesia, seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik

antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa

lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini baik menyangkut hal kesamaan

makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi),

ketercakupan makna (hiponim), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna

(redudansi), dan sebagainya.

Polisemi merupakan salah satu dari relasi makna yang cukup rumit dalam

melakukan proses penerjemahan. Karena seorang penerjemah sulit

menerjemahkan arti suatu kata dengan tepat tanpa melihat konteks kalimat dengan

keseluruhan. Dalam hal ini sangat tidak asing ketika seorang penerjemah ingin

menerjemahkan atau mengkaji bahasa Arab apalagi Al-Qur’an yang memang

terkenal dengan mempunyai beragam makna dalam setiap kata.

3 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer (Tangerang selatan: alkitabizz, 2014). Hlm. 17

4 Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). Hlm. 4

Page 16: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

3

Untuk lebih jelas penulis akan sedikit memaparkan beberapa pengertian

tentang polisemi. Polisemi merupakan satuan bahasa (terutama kata, bisa juga

frase) yang memiliki makna lebih dari satu yang mana makna tersebut masih ada

hubungannya5. Setiawati Darmojuwonopun mengatakan demikian bahwa

polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang

berhubungan6. Sedangkan Riemer mendifinisikan bahwa polisemi merupakan

bentuk leksikal yang memiliki beberapa arti yang terkait secara konseptual7.

Dari beberapa pengertian itulah seorang penerjemah harus benar-benar

memahami konteks bahasa yang ingin diterjemahkan, Karena seorang penerjemah

pada dasarnya adalah menafsirkan sebuah makna yang terkandung di dalamnya

tanpa merubah isi pesan tersebut. Apalagi Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci

pedoman umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia adalah salah satu penganut

agama Islam terbanyak di dunia, jadi tidak asing lagi bahwa Indonesia telah

melahirkan ahli-ahli bahasa yang telah menerjemahkan atau menafsirkan

Al-Qur’an, diantaranya adalah The Holy Qur’an yang diterjemahkan oleh

Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus.

Buku The Holy Qur’an yang diterjemahkan oleh Ali Audah dan

Tafsir Mahmud Yunus merupakan karya manumental yang sampai saat ini tetap

dipakai dan menjadi rujukan penting dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, oleh

karena itu peneliti ingin mencoba menganalisis kedua tafsir tersebut, namun

peneliti hanya akan menganalisis kata yang mengandung Polisemi dalam kedua

5 Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia, Hlm. 101-104 6 Allan E Lauder, Pesona Bahasa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007). Hlm. 116 7 Makyun Subuki, Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa (Jakarta: Trans

Pustaka, 2011). Hlm. 94

Page 17: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

4

tafsir tersebut, dengan mengangkat judul skripsi ini “Polisemi kata Wali dalam

Al-Qur’an Studi Kasus Terjemahan Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

Berdasarkan kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia kata Wali diartikan

yang mencintai, teman, sahabat, yang menolong, orang yang mengurus perkara

seseorang, wali8.

Sedangkan dalam kamus Al-Asyri kata Wali bermakna wakil, pejabat,

pelaksana, penolong, sahabat, teman, wali, orang yang bertaqwa, tuan, kepala,

yang mencintai, tetangga, sekutu, pengikut, pemilik, penanggung jawab,

pemimpin, putra mahkota, wali yang diwasiatkan, pengasuh anak yatim, yang

dermawan9, dan dalam kajiannya kata Wali di dalam Al-Quran terdapat 86 kata10.

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Atas penjelasan latar belakang dan judul yang akan dibahas, maka penulis

perlu membatasi permasalahan ini hanya berkisar pada relasi makna yaitu

Polisemi kata Wali dengan menggunakan kajian komparatif.

Adapun objek yang akan dibahas oleh penulis dalam pembatasan dan

perumusan masalah, yaitu pada Terjemahan Tafsir The Holy Qur’an karya

Abdullah Yusuf Ali oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus kata Wali dan

Auliya yang mengandung polisemi.

Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

8 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Pogressif, 1997). Hlm: 1582 9 Atabik Ali, Al-Asryi kamus Arab-Indnesia, (Yogyakarta: Mulya Karya Grafika, 1998).

Hlm: 2040 10 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu’jam Al-Mufahrosh Li Al-fadzi Al-Qur’an

Al-Karim, (Turki, Maktabah Al-Islamiyah, 1984). Hlm: 933-934

Page 18: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

5

1. Bagaimana terjemahan makna kata Wali dalam terjemahan

The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

apakah terdapat persamaan dan perbedaan antar terjemahan

keduanya?

2. Apa saja arti kata Wali di dalam Al-Qur’an dan apakah memiliki

arti yang berbeda-beda?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Mengetahui makna terjemahan kata Wali di dalam terjemahan

Tafsir The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud

Yunus?

2. Mengetahui macam-macam makna kata Wali di dalam Al-Qur’an

diartikan apa saja dan untuk membuktikan bahwa kata-kata

tersebut memiliki makna lebih dari satu.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaatnya adalah:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman baru bagi yang

mempelajari Bahasa Arab terutama penerjemah, yaitu pengetahuan

tentang relasi makna khususnya polisemi.

2. Memberikan pengetahuan tentang perbedaan dan persamaan dari

terjemahan kedua tafsir tersebut terutama dari terjemahan makna

kata Wali

Page 19: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

6

3. Untuk para peneliti yang lain agar tergugah untuk mengadakan

penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan semantik yang

berkaitan dengan relasi makna

E. METODE PENELITIAN

A. Metode Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Deskriptif Analitis yaitu

dengan cara mengumpulkan data-data dari Al-Quran hasil terjemahan Tafsir

The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus, di samping itu

juga peneliti menggunakan pendekatan semantik kontekstual karena cakupan

yang peneliti kaji terkait dalam segi makna suatu bahasa.

B. Korpus Data

Korpus data dalam penelitian ini adalah Terjemahan Tafsir The Holy

Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus. Buku tersebut membahas

tentang makna dalam Al-Qur’an.

C. Sumber Data

Sumber data dalam peneitian ini, peneliti lakukan dengan cara studi

kepustakaan terhadap kajian-kajian yang terkait dengan tema penelitian ini. Di

samping itu, sampel-sampel data dalam penelitian ini peneliti dapatkan

melalui penusuran literatur Bahasa Arab serta literature dalam penerjemahan.

D. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini prosedur analisis yang penulis lakukan terdiri dari

beberapa langkah:

1. Menganalisis kata Wali terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah

dan Tafsir Mahmud Yunus

Page 20: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

7

2. Mengumpulkan data berdasarkan batasan ruang lingkup penelitian

yang sudah dikemukakan

3. Mengklasifikasikan data berdasarkan konsep yang sesuai untuk

kepentingan penelitian

4. Menganalisis dan mendeskripsikan dalam strategi serta metode

penerjemahan buku terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan

Tafsir Mahmud Yunus dengan menggunakan pendekatan penelitian

semantik

5. Menarik kesimpulan

Dalam penulisan skripsi ini mengacu pada sumber-sumber skunder berupa

buku-buku semantik, kamus-kamus Arab, buku-buku terjemahan, The Holy

Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus. Adapun pedoman penelitian

skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasis

yang disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press 2011.

F. TINJAUAN PUSTAKA

Pada skripsi ini, penulis menggunakan Terjemahan The Holy Qur’an oleh

Ali Audah dan Tafsir Tafsir Mahmud Yunus sebagai objek penelitian ini yang

berjudul “Polisemi Dalam Al-Qur’an Kata Wali Terjemahan The Holy Qur’an

Oleh Ali Audah Dan Tafsir Mahmud Yunus” memang sudah banyak yang

membahas tentang analisis semantik, akan tetapi penulis mencoba meneliti

kembali dengan objek yang berbeda. Adapun referensi lain yang dapat dijadikan

acuan yang terkait dengan analisis yang penulis teliti.

Page 21: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

8

Adapun judul skripsi yang mencakup Polisemi yaitu :

1. Ismiyati Nur Azizah dengan judul Polisemi kata Wali dalam Al-Quran

hasil terjemahan Hamka Dan Quraish Shihab. Gambaran umum pada

skripsi ini adalah tentang menganalisis dan membandingkan makna kata

Wali dalam Al-Quran terjemahan Hamka Dan Quraish Shihab yang

dimana terdapat perbedaan dalam pemilihan diksi. Pada penelitian ini telah

menghasilkan penyimpulan yang bagus, dimana telah menganalisis cara

menerjemahkan kedua tokoh tersebut (Hamka Dan Quraish Shihab).

Perbandingan antara skripsi saya yaitu ia menggunakan relasi makna

polisemi dalam menganalisis hasil semua terjemahan Hamka Dan Quraish

Shihab sebagai objek penelitiannya pada kata wali, sedangkan skripsi saya

menggunakan relasi makna Polisemi dalam menganalisis kata wali dengan

objek terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud

Yunus.

2. Firmansyah dengan judul Polisemi dalam Al-Qur’an Studi Kasus

Terjemahan Kata Al-As’ah. Gambaran umum pada skripsi ini adalah

menerangkan tentang pemilihan kata yang pas sesuai konteks pada ayat

tersebut. Perbandingan dengan penelitian yang saya lakukan dengan

penelitian ini ialah pada penjelasan tentang bagaimana kepolisemian

dalam kata tersebut.

3. Ahmad Fauzi dengan judul Analisis Homonimi kata Nafsun dalam

Al-Qur’an karya Hamka. Gambaran umum pada penelitian ini adalah

menerangkan tentang penilaian kualitas kata dan keefektifan kalimat pada

terjemahan yang telah dilakukan oleh Prof. Dr. Hamka. Penelitian ini

Page 22: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

9

menggunakan metode deskriptif analitis. Dokumen yang di analisis berupa

buku-buku tafsir Al-Quran hasil terjemahan Hamka kedalam bahasa

Indonesia. Dalam penelitian ini telah menghasilkan kualitas keakuratan

kata dalam pengalihan pesan terhadap isi ayat tersebut. Perbandingan

dengan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini ialah ia

menggunakan metode penelitian Deskriptif analitis dengan objek kata

Nafsu dari semua tafsir ayat-ayat Al-Qur’an karya Hamka, sedangkan pada

penelitian yang saya lakukan adalah dari relasi makna polisemi kata Wali.

4. Dewi Utami dengan judul Analisis Homonimi (Musytarak Lafzi) terhadap

Terjemahan Tafsir As-sa’di karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir

As-sa’di. Gambaran umum pada penelitian ini ialah menerangkan tentang

penilaian kualitas terjemahan kata-kata yang terdapat didalam ayat-ayat

Al-Quran Tafsir As-sa’di dengan tepat menggunakan metode kualitatif

dengan analisis deskriptif. Dalam penelitian ini telah menghasilkan daftar

kata-kata yang berhomonimi di dalam ayat-ayat Al-Quran Tafsir As-sa’di.

Perbandingan dengan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini

ialah ia menggunakan objek penelitiannya Tafsir Al-Quran karya Syaikh

Abdurrahman bin Nashir As-sa’di dengan menganalisis hasil terjemahan

yang kurang tepat. Sedangkan skripsi yang saya teliti menggunakan objek

terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus.

Dengan menganalisis kata yang berpolisemi dilihat dari segi semantik

kontekstualnya.

5. Yatmi dengan judul Analisis Musytarak (Homonim) dalam Al-Qur’an

tejemahan H.B. Jassin yang menerangkan tentang gambaran mengenai

Page 23: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

10

cara menerjemahkan kata yang bermakna Musytarak serta bagaimana cara

menganalisis kata yang berhomonimi. Dalam penelitian ini telah

menghasilkan penilaian ayat-ayat yang mengandung homonimi pada

Tafsir H.B Jassin. Perbandingan dengan penelitian yang saya lakukan

dengan penelitian ini ialah ia menggunakan objek penelitiannya Al-Qur’an

tejemahan H.B. Jassin dengan menganalisis seluruh ayat Al-Quran

terjemahan H.B. Jassin, sedangkan skripsi saya menggunakan objek

Terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus.

6. Deni Wahyudin dengan judul Analisis Homonimi terhadap kata Kufr

dalam Al-Quran hasil terjemahan H.B. Jassin dan Mahmud Yunus.

Gambaran umum pada skripsi ini ialah membandingkan hasil terjemahan

ayat Al-Quran kata Kufr antara hasil terjemahan H.B. Jassin dan

Mahmud Yunus serta bagaimana pengaruh hasil terjemahan keduanya

terhadap teologi umat Islam. Dalam penelitian ini telah menghasilkan

penilaian antara hasil terjemahan keduanya bahwa tidak ada perbedaan

secara makna, namun berbeda pada pemilihan diksi saja. Perbandingan

dengan penelitian yang saya lakukan dengan penelitian ini ialah ia

menggunakan objek penelitiannya hasil terjemahannya antara H.B. Jassin

dan Mahmud Yunus dengan menggunakan metode deskriptif analitis kata

Kufr. Sedangkan skripsi saya menggunakan objek penelitiannya

Terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang akan penulis

rincikan sebagai berikut:

Page 24: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

11

BAB I : Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah problematika

pembahasan dilanjut dengan pembatasan dan perumusan masalah, kemudian

tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II: Kerangka Teori. Penulis akan mengulas tentang konsep umum

penerjemahan diantaranya, definisi penerjemahan, jenis-jenis penerjemahan dan

prinsip penerjemahan. Dilanjut dengan pembahasan tentang penerjemahan

Al-Qur’an diantaranya, definisi terjemahan Al-Qur’an, metode terjemahan

Al-Qur’an yang terdiri dari terjemahan secara harfiah, penerjemahan kata demi

kata dan penerjemahan secara tafsiriyah, kemudian penulis akan mengulas tentang

wawasan semantik yang terdiri dari pengertian semantik, jenis-jenis semantik,

semantik kontekstual, pentingnya semantik kontekstual dalam penerjemahan dan

dilanjut dengan mengulas tentang wawasan polisemi diantaranya, pengertian

polisemi, faktor penyebab munculnya polisemi, pengerian homonimi, perbedaan

antara polisemi dan homonimi.

BAB III: Biografi yaitu terdiri dari riwayat hidup penerjemah Ali Audah

dan sekilas biografi penulis Tafsir The Holy Qur’an Yusuf Ali lalu biografi

penulis Tafsir Mahmud Yunus beserta pendidikan, karir dan karya-karya mereka.

BAB IV: Analisis terjemahan kata Wali dalam buku terjemahan

The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus berisikan unsur

persamaan dan perbedaan kedua tafsir.

BAB V: Bab penutup yang akan berisi mengenai kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan oleh penulis.

Page 25: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

12

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Konsep Umum Penerjemahan

1. Definisi terjemahan

Para ahli bahasa mendefinisikan Penerjemahan dengan bermacam-macam

definisi. Penerjemahan adalah proses memindahkan pesan yang telah

diungkapkan dalam bahasa yang satu (Bsu) kedalam bahasa yang lain (Bsa)

secara sepadan dan wajar dalam pengungkapannya sehingga tidak menimbulkan

kesalahan persepsi dan kesan asing dalam menangkap pesan tersebut11. Definisi

Terjemah secara luas adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna

atau pesan baik verbal maupun nonverbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang

lainnya12.

Eugene A. Nida mendefinisikan Penerjemahan sebagai kegiatan menghasilkan

kembali di dalam bahasa penerima barang yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya,

sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut

maknanya dan kedua menyangkut gayanya13.

Newmark, seperti yang dikutip oleh Rochyah Machali, mengatakan bahwa

yang dimaksud dari Penerjemahan adalah rendering the meaning of a text into

another language in the way that the author intended the text. “Menerjemahkan

makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan

pengarang”14.

11 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer.

Hlm17 12 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan

Sosiolinguistik, (Bandung: TPA, 1994), cet. I. Hlm. 8 13 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hal. 11 14 Rochyah Machali, Pedoman bagi Penerjemahan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2000), cet.

Page 26: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

13

J. Levy, agak berlainan dari Newmark dalam menyatakan definisi

penerjemahan. Yang ia tonjolkan adalah Terjemahan sebagai salah satu

keterampilan, dimana kejelasan dari penerjemah tampak tercermin dalam

opininya. Dalam bukunya Translation as A Decision Process, seperti yang dikutip

Nurrachman Hanafi, menyatakan translation is a creative process with always

leaves the translater a freedom of choice between several approximately

equivalent possibilities of realizing situational meaning. “Terjemahan merupakan

proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah buat memilih

padanan yang dekat dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasi”15.

Dari definisi tersebut dapat pula di simpulkan bahwa tugas penerjemahan

adalah penyambung lidah penulis atau pembicara, dia diikat oleh pesan yang ingin

disampaikan penulis atau pembicara. Dia tidak boleh menambahi atau mengurangi

dalam masalah pemahaman.

2. Jenis-jenis Penerjemahan

Istilah metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method. Dalam Macquarie

Dictionary (1982), Metode di definisikan sebagai: “Way of doing something,

especially in accordance with a definitc plan” atau suatu cara untuk melakukan

sesuatu, terutama yang berkaitan dengan rencana (tertentu)16.

Dalam penerjemahan banyak sekali jenis-jenisnya tergantung dalam ruang

lingkup dalam menerjemahkan, misalnya dalam ruang lingkup pekerjaan itu ada

tiga:

Ke-1. Hlm. 5

15 Nurrachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Flores: Nusa Indah, 1986), cet. Ke-1. Hlm. 24

16 Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek, (Bandung: Humaniora, 2005), cet. Ke-1. Hlm. 8

Page 27: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

14

1. Penerjemahan di perusahaan atau biro penerjemahan yakni seseorang yang

hanya punya pekerjaan tetap sebagai penerjemah penuh.

2. Penerjemah paruh waktu yakni sesorng yang sudah mempunyai pekerjaan

tetap, namun meluangkan waktu untuk menerjemahkan.

3. Penerjemahan bebas yakni penerjemah yang tidak mempunyai pekerjaan

tetap namun bekerja sebagai penerjemah lepas baik di penerbit maupun

dibiro penerjemahan.17.

3. Prinsip Penerjemahan

Para ahli terjemah memberikan prinsip-prinsip dasar bagi seorang penerjemah

yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sama, salah satunya prinsip yang di

tulis oleh Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.HUM yakni:

1. Penerjemah harus menguasai Bsu dan Bsa.

2. Memahami dengan baik isi teks18.

B. Terjemahan Al-Qur’an

1. Definisi Penerjemahan Al-Qur’an

Menurut Ibnu Katsir dan Al-Bagawi menyatakan bahwa kata terjemah dalam

tuturan bahasa Arab digunakan secara mutlak dengan arti menjelaskan19.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kata Tarjamah

dalam tuturan bahasa Arab bermakna menjelaskan dan kata Terjemah dapat

diperluas untuk setiap ungkapan yang membutuhkan penjelasan.

17 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer.

Hlm. 33 18Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer.

Hlm. 36 19 M. Ali Hasan dan Rifa’at Syauqi Nawasi, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Bulan

Bintang, 1988). Hlm. 170

Page 28: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

15

2. Metode-Metode Terjemahan Al-Qur’an

Secara harfiah, Metode berarti cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan dikehendaki; cara kerja

yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai

tujuan yg ditentukan. Terkait penerjemahan, metode berarti rencana dan cara yang

sistematis dalam melakukan penerjemahan. Seorang penerjemah haruslah

memiliki metode penerjemahan yang jelas, yaitu melakukan penerjemahan sesuai

dengan apa yang telah direncanakan. Sebagai contoh, ketika akan menerjemahkan

sebuah teks untuk anak-anak, penerjemah sudah merencanakan apakah akan

menghilangkan istilah-istilah sulit yang mungkin akan menimbulkan kesulitan

bagi pembaca sasaran ataupun tidak. Tentunya pemilihan suatu metode disertai

dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang mengenai pembaca sasaran,

jenis teks, keinginan dan maksud pengarang teks, dan tujuan penerjemahan teks

tersebut.

Munculnya persoalan-pesoalan baru seiring dengan dinamika masyarakat

yang progresif mendorong umat Islam untuk mencurahkan perhatian yang besar

dalam menjawab problematika kontemporer yang semakin kompleks dari masa ke

masa20, karena penulis ingin menjelaskan beberapa metode penerjamahan yang di

kembangkan diantaranya adalah sebagai berikut.

A. Terjemahan Harfiyah

Saat menerjemahkan metode ini, seorang penerjemah mencarikan padanan

kontruksi gramatikal Tsu yang terdekat dalam Tsa. Penerjemahan kata-kata Tsu

masih dilakukan terpisah dari konteks, metode ini biasanya digunakan pada tahap

20 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus 2000).

Hlm. 132

Page 29: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

16

awal21. Dalam penerjemahan harfiyah ada dua hal yang perlu diikuti saat

menerjemahkan Al-Qur’an yaitu:

1) Adanya kosa kata yang sempurna dalam bahasa terjemah sama dengan

kosa kata bahasa asli.

2) Harus adanya penyesuaian kedua bahasa mengenai kata ganti dan

kalimat penghubung yang menghubungkan antara satu frasa dengan

frasa yang lain untuk menyusun kalimat.

B. Terjemahan Kata Demi Kata

Penerjemahan kata demi kata. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada

tataran kata, sehingga susunan kata sangat dipertahankan. Setiap kata

diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks,

sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan secara

harfiah. Karena metode ini biasanya digunakan untuk para pemula yang tidak

mempunyai wawasan Tsu yang cukup baik atau digunakan untuk kegiatan

pra penerjemahan (analisis dan tahap pengalihan) untuk Tsu sukar di pahami.

Metode ini memang tidak mempunyai pertimbangan dan perhatian apakah

karya terjemahan yang dihasilkan terasa janggal atau tidak bagi penutur Bsa22.

C. Terjemahan Tafsiriyah

Terjemahan Tafsiriyah (Ma’nawiyah) yaitu menerjemahkan dari ayat-ayat

Al-Qur’an dimana si penerjemah memusatkan perhatiannya pada arti Al-Qur’an

yang diterjemahkan dengan lafadz-lafadz yang tidak terikat oleh kata-kata dan

susunan kalimat dalam bahasa asli. Model terjemah tafsiriyah seperti ini juga

21 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,

Hlm. 58 22 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer.

Hlm. 57-58

Page 30: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

17

sudah banyak beredar di masyarakat23. Karena itu saat menerjemahkan dengan

model ini, seorang penerjemah harus lebih luwes dan lebih fleksibel daripada

penerjemah yang menggunakan penerjemahan lain, penerjemah

mempertimbangkan unsur estetika Tsu dengan mengkompromikan makna selama

masih dalam batas wajar24.

C. Konsep Umum Semantk

1. Pengertian Semantik

Semantik merupakan salahsatu dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi,

tata bahasa (morfologi-sintaksis), dan semantik25. Para ahli semantik banyak

sekali mengeluarkan pendapatnya terkait definisi-definisi yang berbeda-beda,

namun pada hakikatnya itu sama, salah satunya pengertian semantik yang di

tuliskan oleh Drs. Aminuddin, Mpd, menurutnya semantik berasal dari Bahasa

Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai atau studi tentang makna,

dengan anggapan makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan

bagian dari linguistik26. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, dalam hal ini

komponen makna menduduki tingkatan tertentu. Apabila komponen umumnya

menduduki tingkatan pertama, tata bahasa tingkatan kedua, maka komponen

makna menduduki tingkatan terakhir. Karena hubungan ketiga komponen tersebut

sesuai dengan kenyataan.

Sedangkan menurut ahli semantik lain bahwa kata semantik dalam Bahasa

Indonesia (Inggris: semantics) berasal dari Bahasa Yunani Sema kata benda yang

23 M. Ali Hasan dan Rifa’at Syauqi Nawasi, Pengantar Ilmu Tafsir. Hlm. 181 24 Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer.

Hlm. 60 25 Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016). Hlm. 3 26 Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna (Malang: Sinar Baru

Algensindo 1985). Hlm. 15

Page 31: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

18

berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti

“menandai” atau “melambangkan”. Yang dimaksudkan lambang dan tanda di sini

adalah sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik27.

Dalam bahasa Arab, kata semantik diterjemahkan dengan ‘Ilm Al-Dilalah

terdiri dari dua kata : ‘Ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan Al-Dilalah atau

Al-Dalalah yang berarti petunjuk atau makna, jadi ‘Ilm Al-Dilalah menurut

bahasa adalah ilmu tentang makna dan secara terminologi ‘Ilm Al-Dilalah sebagai

salah satu cabang linguistic (Ilm Al-Lughah) yang telah berdiri sendiri adalah ilmu

yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran mufradat (kosa

kata) maupun pada tataran tarakib (stuktur)28.

2. Jenis-jenis Semantik

Berbagai macam makna yang ada dalam ragam makna diantaranya makna

leksikal, gramatikal, struktural, konstruksi, kontekstual, konseptual, kognitif,

deskriptif, ideasional, referensial, asositif, pusat, luas, sempit, intensional,

ekstensional, denotatif, konotatif, hakikat, afektif, emotif, klokatif, idiomatikal,

kiasan, stilistika, proposisional, piktoial, gereflekter, tematis, kata dan makna

istilah29. Sedangkan menurut Abdul Chaer jenis-jenis makna dibagi menjadi 12

macam, yaitu: Leksikal, Gramatikal, Kontekstual, Referensial, non Referensial,

denotative, Konotatif, Konseptual, Asosiatif, Kata, Istilah, Idiom serta makna

Pribahasa30.

27 Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia. Hlm. 2 28 Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016). Hm. 3 29 George Yule, Kajian Bahasa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015). Hlm 164 30 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Renika cipta, 1995)

Hlm. 289-296

Page 32: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

19

Makna bahasa terkait dengan lafadz (bentuk kata), stuktur (tarkib), dan

konteks (syiaq) situasi dan kondisi. Makna kata suatu bahasa tidak dapat

dipisahkan dari akar kata, petunjuk, dan konteks penggunaannya. Karena itu

dalam ‘Ilm Al-Dilalah di jumpai setidaknya delapan teori tentang makna31, yaitu:

1) Al-Nazhariyah Al-Isy’ariyyah (Teori Referensi/Korespondensi)

2) Al-Nazhariyyah Al-Tashawwuriyyah (Teori Konseptual)

3) Al-Nazhariyyah Al-Sulukiyyah (Teori Behaviorisme)

4) Al-Nazhariyyah Al-Siyaqiyyah (Teori Kontekstual)

5) Al-Nazhariyyah Al-Tahliliyyah (Teori Analitik)

6) Al-Nazhariyyah Al-Taulidiyyah (Teori Generative)

7) Al-Nazhariyyah Al-Wad’iyyah Al-Mantiqiyyah fi ma’na (Teori Situasional

Logis)

8) Al-Nazhariyyah Al-Brajmatiyyah (Teori Pragmatisme)

3. Semantik Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam

suatu konteks. Dalam bahasa Arab diterjemahkan Al-Nazhariyyah Al-Siyaqiyyah

yaitu teori semantik yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu saling berkaitan satu

sama lain di antara unit-unitnya, dan selalu mengalami perubahan dan

perkembangan.32. Karena dalam menentukan makna di perlukan adanya

penentuan berbagai konteks yang melingkupinya33. Teori yang dikembangkan

oleh Wittgenstein ini menegaskan bahwa makna suatu kata di pengaruhi oleh

empat konteks, yaitu:

31 Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Hlm. 11 32 Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Hlm.14 33 Stephen Ullman, Pengantar Semantik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Hlm. 228

Page 33: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

20

a) Konteks kebahasaan adalah konteks kebahasaan berkaitan dengan struktur

kata dalam kalimat yang dapat menentukan makna yang berbeda, seperti

taqdim (posisi di dahulukan) dan ta’khir (posisi di akhirkan)

b) Konteks emosional yaitu konteks yang dapat menentukan makna bentuk

kata dan strukturnya dari segi kuat lemahnya dari muatan emosional

c) Konteks situasi dan kondisi adalah situasi ekstenal yang membuat suatu

kata berubah maknanya karena adanya perubahan situasi

d) Konteks sosiokultural adalah nilai-nilai sosial dan kultural yang mengitari

kata yang menjadikannya mempunyai makna yang berbeda dari makna

leksikalnya.

Menurut J.R. Firth teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam

pendekatan semantik bandingan antara bahasa34. Makna sebuah kata terikat oleh

lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori ini

mengisyaratkan adanya hubungan antara kultural dan ekologis pemakai bahasa

tertentu. Menurut teori ini sebuah kata atau simbol tidak mempunyai makna jika

ia terlepas dari konteks35. Namun demikian ada yang berpendapat bahwa setiap

kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi.

Singkatnya hubungan makna itu baru dapat ditentukan setelah masing-masing

kata berada dalam konteks pemakaian melalui beberapa tataran analisis, seperti

leksikal, gramatikal, dan sosiokultural36.

34 George Yule, Kajian Bahasa. Hlm. 185 35Moh. Matsna, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Hlm. 15 36 Mansur Padeta, Semantik Leksikal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. Ke-2. Hlm. 221-

222

Page 34: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

21

4. Pentingnya Semantik Kontekstual dalam Penerjemahan

Secara langsung kita akan mempunyai pengetahuan tentang makna bahasa

secara mendalam. Kedua, penguasaan semantik akan meningkatkan kompetensi

pembelajaran bahasa karena penguasaan makna ini berkaitan erat dengan

sejumlah mata kuliah lain, yakni morfologi, sintaksis, pragmatik, dll.

Jadi dengan memahami dan menguasai semantik, akan mempermudah dan

memperlancar dalam pembelajaran bahasa berikutnya misalkan dalam

mempelajari pragmatik, karena pada dasarnya kedua bidang bahasa ini saling

berhubungan dan menunjang satu sama lain. Bagi pelajar Sastra, pengetahuan

semantik akan banyak memberi bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang

sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan

memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik

akan membantu dalam memahami dengan lebih baik bahasa yang akan

diajarkannya Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.

Makna kontekstual menjadi sangat penting dalam penerjemahan karena makna

kontekstual menjadi bagian dari teks yang mempengaruhi proses dalam

penerjemahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu teks terjemahan meliputi

faktor kontekstual, tekstual dan penerjemahan. Makna kontekstual sangat

berpengaruh terhadap hasil tulisan karena teks ditulis oleh seorang penulis pada

suatu konteks tertentu. Oleh karena itu segala hal yang di pahami oleh penulis

pada masa ia hidup akan mempengaruhi apa yang ditulisnya dalam teks tersebut.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan konteks produksi teks meliputi sejarah

bahasa, penulis teks, budaya tempat teks ditulis wilayah tempat teks dihasilkan,

variasi sosial teks, dan topik teks. Diantara faktor-faktor inilah setiap penerjemah

Page 35: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

22

akan menghasilkan terjemahan yang berbeda dari suatu teks yang sama. Hal ini

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kompetensi penerjemah, wawasan dan kamus

yang digunakannya dalam proses menerjemahkan.

Teks tidak muncul begitu saja, tetapi teks dihasilkan dari suatu ruang dan

waktu tertentu di suatu masa. Jika sebuah teks ada sekarang teks tersebut tentunya

di produksi dari masa yang lebih lampau daripada sekarang. Dengan kata lain teks

berkaitan erat dengan sejarah37.

D. Wawasan Polisemi

1. Pengertian Polisemi

Kalimat atau kalimat-kalimat yang kita susun dalam sebuah wacana, kita

gunakan untuk menyampaikan amanat atau pesan kepada lawan bicara atau

kepada pembaca agar amanat yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik

persis yang diinginkan oleh sang penulis kepada sang pembaca, maka kata-kata

yang kita pilih harus kita pilih dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan konsep

pesan yang hendak disampaikan. Kita baru bisa dengan baik menggunakan kata-

kata tersebut kalau kita mengerti hal-hal yang menyangkut masalah hubungan

kata dengan maknanya (Al-Ala:qa:t Al-Dilaliyyah) tersebut seperti masalah

Polisemi (بولیسیمى / تعدد المعنى).

Di sini penulis mendapatkan beberapa pendapat mengenai pengertian

polisemi, diantaranya adalah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi

ketiga, Polisemi berarti satu bentuk bahasa ( kata,frasa, dsb ) yang mempunyai

makna lebih dari satu, dan menurut data yang peneliti dapat Polisemi merupakan

kata-kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari

37 Muh. Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris (teori dan latihan dilengkapi Teks-

teks Ilmu Sosial dan Humaniora) (Yogyakarta: Pyiramid Publisher, 2006). Hlm. 11-12

Page 36: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

23

sebuah komponen konsep makna pada kata-kata tersebut38, lalu Fromkin dan

Rodman (1998:164) memberikan penjelasan tentang polisemi dengan

mengartikan Polisemi adalah When a word has multiple meanings that are related

conceptually or historically (ketika suatu kata memiliki banyak makna yang

saling berhubungan secara konseptual atau secara historis), sama halnya Mattews

(1997: 285) mendefinisikan Polisemi dengan The case of a single word having

two or more related senses (kasus satu kata yang memiliki dua atau tiga makna

yang saling berhubungan)39.

Pengertian polisemi menurut J. D. Parera adalah satu ujaran dalam bentuk kata

yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan

antara makna-makna yang berlainan tersebut. Menurut Pateda (2010:214)

Polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda, dan

dalam Bahasa Arab didefinisikan dengan البو لیسیس ھو عبارة عن كلمة واحدة لھا أكثر من

Polisemi (Ta’addud Al-Ma’na) adalah sebuah kata yang maknanya lebih dari معنى

satu, sebagai akibat adanya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata

tersebut40.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Polisemi

merupakan satu kata atau leksem yang mengandung banyak makna dan dari

banyaknya makna tersebut tidak saling bertentangan atau masih ada hubungannya.

Banyaknya makna tersebut polisemi selain dapat berakibat negative, juga

merupakan unsur positif, disebut negatif karena dapat menimbulkan kesalahan

38 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Idonesia (Jakarta: Rineka Citra, 2011).

Hlm. 386 39 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguisik Bahasa Arab (Klasik Modern)

(Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif HIdayatullah Jakarta, 2010). Hlm. 126 40 H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008).

Hlm. 71

Page 37: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

24

penerimaan informasi, disebut positif karena justru memperkaya kandungan

makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih lentur untuk digunakan dalam

berbagai konteks yang berbeda. Karena itu untuk menghindari kesalah pahaman

informasi kita harus memperhatikan fitur semantis yang dimiliki bentuk-bentuk

polisemik dan melihat konteks kalimatnya.

Lebih lanjut, polisemi pada dasarnya juga memiliki hubungan erat dengan

homonimi (Al-Musytarak Al-Lafzi). Pengertian Homonimi tersebut adalah

ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain

tetapi maknanya tidak sama dan saling berlawanan41. Keduanya memiliki

hubungan erat karena polisemi dapat saja menjadi penyebab dari homonimi,

ataupun sebaliknya justru homonimi menyebabkan terjadinya polisemi.

2. Faktor Penyebab Munculnya Polisemi

Dalam pemakaian bahasa, polisemi itu timbul disebabkan oleh beberapa hal

berikut:

a) Perluasan Pemakaian

Perluasan pemakaian sebuah kata pada mulanya digunakan untuk satu

kontekstual tertentu, tetapi kata itu kemudian mengalami perluasan pemakaian

pada konteks lain. Misalnya, kata jatuh yang memiliki makna konseptual

’meluncur kebawah dengan cepat’ yang kemudian mengalami perluasan

pemakaian seperti :

1) jatuh cinta yang bermakna ‘menaruh hati kepada’

2) jatuh harga yang bermakna ‘turun harga’

3) jatuh dalam waktu ujian yang bermakna ‘gagal dalam ujian’

41 Abdul Chaer, Semantik Bahasa Indonesia. Hlm. 94

Page 38: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

25

b) Pemakaian Khas

Pada suatu lingkungan masyarakat, arti yang berbeda dari sebuah kata timbul

karena dipakai oleh lingkungan masyarakat yang berbeda. Perbedaannya dengan

faktor pertama ialah faktor kedua itu ditekankan pada lingkungan masyarakat

pemakainya, sedangkan faktor pertama ditekankan pada bidang pemakaian.

Misalnya, kata operasi pada bidang kedokteran yang bermakna ‘pekerjaan

membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa’. Pada bidang militer

kata operasi bermakna ‘kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas

kejahatan’. Sedangkan bagi departemen tenaga kerja kata operasi bermakna

‘salahsatu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan’.

c) Pemakaian Kiasan

Faktor yang ketiga, yang menyebabkan polisemi adalah pemakaian kata untuk

makna kiasan. Sebuah kata digunakan dengan makna kiasan karena pemakai

bahasa ingin membandingkan, mengibaratkan, atau memisahkan suatu kejadian

tertentu dengan kejadian lain. Misalnya: kata bunga yang arti konseptualnya

‘bagian tumbuhan yang menjadi bakal buah (warnanya indah dan beragam).

Namun, bentuk kata tersebut dijadikan sebagai kiasan seperti pada kata bunga

bibir yang bermakna ‘kata-kata manis’ dan bunga hati yang bermakna ‘orang

yang sangat disayangi’

d) Pemberdayaan Bahasa

Faktor lain yang menyebabkan polisemi adalah pemberdayaan sebuah kata

pada beberapa konteks berdasarkan pada makna dasarnya atau tetap berhubungan

makna dengan konseptualnya.

Menurut Pateda (2010:214) polisemi terjadi, karena :

Page 39: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

26

1) Kecepatan melafalkan kata, misalnya bantuan dan bantuan. Apakah ban

kepunyaan tuan, atau bantuan?

2) Faktor gramatikal, misalnya kata pemukul dapat bermakna alat yang

digunakan untuk memukul atau orang yang memukul.

3) Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya kata rencana digunakan untuk

menggantikan kata planning

4) Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata maksudnya

dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau

perasaan yang terkandung di dalam hatinya.

5) Faktor leksikal sebuah kata yang mengalami perubahan pemakaian dalam

ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru, misalnya

kata makan biasanya digunakan dengan kegiatan manusia atau binatang

memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini muncul urutan kata rem tidak

makan, makan angin, pagar makan tanaman dan lain lain.

3. Pengerian Homonimi

Dibandingkan dengan polisemi, homonimi tidak begitu sering terjadi dan tidak

begitu kompleks, walaupun efeknya mungkin lebih serius dan bahkan lebih

dramatis dalam fenomena semantik. Istilah homonimi (Inggris: homonymy)

berasal dari Bahasa Yunani Kuno, onoma diartikan nama dan homos diartikan

sama. Secara harfiah, homonimi adalah nama sama untuk benda yang berlainan42.

Menurut T. Fatimah Djajasudarma, kata Homonimi adalah hubungan makna

dan bentuk bila dua buah makna atau lebih dinyatakan dengan sebuah bentuk

yang sama (homonimi, sama nama atau sering disebut juga dengan homofoni,

42 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal. Hlm. 211

Page 40: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

27

sama bunyi). Sedangkan Kushartanti mengatakan bahwasanya Homonimi adalah

relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya

berbeda43.

Pengertian homonim (Musytarak) di dalam buku ‘Inda Al-Arab di bagi

menjadi dua bagian yaitu polisemi dan homonim, sedangkan dalam buku Ilmu Ad-

Dilalah, musytarak banyak dipelajari dalam ilmu Al-Qur’an, hadits Nabi, dan

teks-teks Bahasa Arab yang pernah kita pelajari. Menurut salah satu ahli bahasa

Ushul, Musytarak adalah satu kata yang memiliki makna lebih dari satu,

pengertian ini sama dengan definisi polisemi dalam Bahasa Indonesia44.

Jadi kata musyatarak adalah kata yang diletakkan untuk dua makna atau lebih

dengan peletakkan yang bermacam-macam, dimana kata itu menunjukkan makna

yang ditetapkan secara bergantian, artinya kata itu menunjukkan makna ini atau

makna itu. Apapun yang menjadi sebab-sebab persekutuan makna dalam lafazh

menurut bahasa, maka sesungguhnya lafazh yang musytarak antara dua makna

atau lebih tidaklah sedikit di dalam bahasa, dan terdapat dalam nash-nash Al-

Quran maupun hadits Nabi45.

Berdasarkan pendapat Ullmann homonimi bisa terjadi disebabkan oleh tiga

cara46, di antaranya adalah:

1. Konvergensi Fonetis umumnya homonimi seringkali dijumpai dengan

timbulnya konvergensi fonetis (pemusatan atau perpaduan bunyi). Karena

pengaruh bunyi yang ada, maka dua atau tiga kata yang semula berbeda

43 Kushartanti, Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2007). Hlm. 118 44 Ahmad ‘Umar Mukhtar, Ilmu Dilalah (Kuwait: Jamiatul Kuwait, 1982) cet. 1. Hlm.

147 45 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Semarang: Toha Putra Group, 1994), cet. 1.

Hlm. 35 46 Stephen Ullmann, Pengantar Semantik. Hlm. 223

Page 41: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

28

bentuknya, lalu menjadi sama bunyinya dalam bahasa lisan atau bahkan

sampai dengan bahasa tulisannya.

2. Divergensi Makna Perkembangan makna yang “menyebar” (divergen)

juga bisa menimbulkan homonimi. Jika dua buah makna atau lebih

(polisemi) dari sebuah kata berkembang ke arah yang berbeda, maka di

sana tidak akan jelas lagi hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan

kata itu menjadi rusak, dan polisemi berubah menjadi homonimi. Kriteria

lain yang kadang-kadang dapat menentukan homonimi atau bukan

homonimi adalah rima kriteria semacam ini memang sangat menolong

dalam beberapa hal tetapi tetap tidak dapat menyelesaikan masalah

seluruhnya. Misalnya, flower bermakna bunga dan flour tepung47

3. Pengaruh asing banyaknya kata asing yang masuk ke dalam suatu bahasa

sangat mungkin menimbulkan homonimi dalam bahasa Inggris dan dalam

bahasa-bahasa lainnya. Pengaruh bahasa asing dapat juga membawa ke

arah homonimi lewat peminjaman makna (semantic borrowing), ini

memang proses yang jarang terjadi.

4. Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi

Palmer mengemukakan cara untuk membedakan polisemi dari homonimi

caranya yaitu:

a. Penelusuran secara etimologis.

b. Mencari makna tersebut. Misalnya kata tangan yang biasa dihubungkan

dengan bagian anggota badan. Tetapi dalam perkembangannya, terdapat

urutan tangan kursi, dan terdapat urutan kaki tangan musuh.

47 Stephen Ullmann, Pengantar Semantik. Hlm. 228

Page 42: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

29

c. Mencari antonimnya kalau antonimnya sama, maka kita berhadapan

dengan polisemi, dan kalau antonimnya berbeda, kita berhadapan dengan

homonimi.

d. Alasan formal. Contoh, dalam bahasa Perancis terdapat bentuk poli yang

bermakna tingkah laku yang halus, baik yang dihubungkan dengan makna

literer, maupun makna kiasan48.

48 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, cet. Ke-2. Hlm. 221-222

Page 43: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

30

BAB III

BIOGRAFI

A. Riwayat Hidup, Pendidikan dan karya Ali Audah, Yusuf Ali dan

Mahmud Yunus

1. Ali Audah

Lahir di Bondowoso pada 14 juli 1924, Jawa Timur. Ayahnya adalah

termasuk orang yang berpengaruh di Bondowoso bernama Salim Audah dan

ibundanya adalah Aisyah Jubrani49. Pada umur 6 tahun ia memasuki sekolah

Ibtida’iyyah setingkat sekolah dasar (SD) di tempat ia lahir. Namun, saat

menduduki kursi kelas 2, Ali Audah berhenti bersekolah dan tidak

melanjutkannya sampai seterusnya, sampai ia tidak pernah mengenyam

pendidikan formal sampai tingkat perguruan tinggi entah apa alasan ia berhenti

sekolah dan tidak melanjutkannya. Pada usia Ali Audah menginjak 7 tahun

ayahnya meninggal dunia, saat itu keempat saudara Ali belum ada yang bekerja,

mereka diasuh oleh ibundanya dengan sabar dan bijaksana.

Ia adalah seorang pengarang Sastra Indonesia modern. Sejak kecil ia gemar

membaca, kemampuan belajarnya keras, ia belajar sendiri, membaca buku apa

saja. Mulai kertas koran pembungkus kue, sampai majalah-majalah bekas dan

buku-buku pelajaran atau bacaan sekolah. Dengan ketekunannya itu ia berhasil

menjadi seorang penerjemah profesional, sehingga banyak karya-karya berbahasa

Arab yang berhasil ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia50.

49 Ali Audah. Dari Khazanah Dunia Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), cet ke-1.

Hlm. 1 50 Supratman Abdul Rani dan Endang Sugriati, 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia,

(Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999), cet. ke-I. Hlm. 356

Page 44: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

31

Dalam perjalanan hidupnya banyak sekali rintangan-rintangan, terutama pada

saat ia menulis cerpen Dibawah Jembatan Gantung. Jacob Sumardjo

mengungkapkan pandangannya tentang Ali Audah dalam Pikiran Rakyat

Bandung ketika mengkritisi kumpulan cerpennya Di Bawah Jembatan Gantung

(Pustaka Firdaus 1983) yang mengisahkan tentang masa pemberontakan/ revolusi

kemerdekaan masyarakat Al Jazair me1awan Perancis tahun 1954-1955 sebagai

berikut: Sastra Arab modern agak jarang kita baca dalam terjemahan Indonesia.

Salah satu sebabnya mungkin karena sastra Arab sendiri kurang banyak menaruh

perhatian, sehingga jarang mereka menerjemahkannya dalam salah satu bahasa

Arab. Maka satu-satunya cara memperkenalkan sastra Arab modern adalah lewat

terjemahan langsung dan bahasa Arabnya. Dan untung bahwa kita memiliki

tenaga demikian itu, yakni sastranya dan gaya terjemahannya tentu dapat kita

harapkan mendekati otentiknya dalam konteks budaya51.

Sosok Ali Audah adalah sosok pribadi yang tekun membaca dan menulis.

Dengan ketekunannya itu ia berhasil menjadi seorang penerjemah profesional,

sehingga banyak karya-karya berbahasa Arab yang berhasil ia terjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia seperti Han-han Berlalu (Thoha Husain), Sejarah Hidup

Muhammad (M. Husain Haekal) dan lain-lain. Selain itu ia juga menerjemahkan

buku-buku berbahasa Inggris, seperti Theseus (Andre Gide), Marie Antoinette

(Stefan Zweig), dan lain-lain. Di samping itu ia pun dijuluki sebagai sastrawan

angkatan "66", karena ia banyak menelorkan karya-karya sastra di tahun 60-an.

51 Jacob Sumardjo, "Kritik Cerpen di Bawah Jembatan Gantung", Pikiran Rakyal

Bandung, th XX, no: 87, Rabu 26 Juni 1985. Hlm. 7 kol. 1 dan 3

Page 45: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

32

Salah satunya adalah novel "Jalan Terbuka" yang diterbitkan pertama kali pada

tahun 1971 oleh Lentera Jakarta52.

Tahun 1943, majalah sastrawan terbitan Malang memilih naskah drama karya

Ali Audah sebagai yang terbaik, dan untuk pertama kali karyanya dimuat di

majalah. Majalah Sastrawan merupakan majalah papan atas untuk komunitas

sastra zaman itu. Sebagai hadiahnya ia dapat berlangganan majalah selama

setahun. Sejak saat itu rasa keingin tahuannya semakin menyala. Buku jenis

apapun ia baca, mulai dari pengetahuan agama, sejarah dunia, hingga sastra.

Praktis dalam setiap hari, selain membaca, mencatat peristiwa sejarah atau

kosakata dan lain-lain. Pada tahun 1949, di zaman revolusi ia mulai merintis

karirnya dengan menerjemahkan cerita-cerita pendek dari bahasa Inggris ke dalam

bahasa Indonesia. Kemudian aktifitas ini beralih, ia pun menerjemahkan dari

bahasa Arab-Indonesia. Peralihan ini berawal dari seorang sahabat Asrul Sani

(Alm) yang menganjurkan untuk menerjemahkan naskah-naskah berbahasa Arab.

Karena pada saat itu penerjemahan Arab-Indonesia terbilang langka. Meski Ali

Audah lahir dari keluarga berdarah Arab, tidak serta merta ia tahu bahasa Arab

dengan sendirinya. Oleh karena itu ia dengan keras mendidik dirinya agar mampu

menguasai bahasa Arab dengan baik. Bukan hanya dalam komunikasi, membaca

dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, tetapi juga menguasai seluk

beluk tata bahasanya.

Setelah ia merasa yakin baru Ia mulai serius menerjemahkan karya-karya

berbahasa Arab. Dalam menerjemahkan Arab- Indonesia ia mulai dengan cerita-

cerita pendek karya sastrawan Mesir modern seperti Najib Mahfudz, Taha Husain,

52 Supratman Abdul Rani dan Endang Sugriati, 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia,

(Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999), cet. ke-I. Hlm. 356

Page 46: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

33

Mahmud Tymor. Dan pada tahun 1955, karya terjemahan Ali Audah mulai

diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Nusantara di Bukit Tinggi. Untuk

selanjutnya hasil karyanya banyak diterbitkan oleh Pustaka Jaya, Pustaka Firdaus

dan Lintera Internusa53.

Ali audah dikenal sebagai novelis yang memilki kecenderungan religius dan

novel yang pertama kali ia buat adalah yang berjudul Jalan Terbuka, novel ini

menceritakan sifat pesimis, sinis dan penuh keragu-raguan dalam diri seoarng

pemuda dalam menjalani kehidupannya. Namun, kemudian berganti menjadi

sifat-sifat positif, optimis dan keyakinan yang menggebu-gebu setelah ia

menemukan jalan suatu terbuka yaitu agama Islam dalam hidupnya54.

Ali audah termasuk seorang penerjemah yang produktif, jumlah yang telah ia

terjemahkan kurang lebih 280 karya, salah satu terjemahannya yang monumental

adalah The Holy Qur’an Karya Abdullah Yusuf Ali, yaitu salah satu tafsir terbaik

dalam bahasa Inggris yang diakui oleh seluruh ulama di dunia. Ia pun

menerjemahkan buku berbahasa Inggris lainnya seperti karya M. Iqbal yang

berjudul The Recontruction of Religius Thougt in Islam, 1966 dan Midaq Allay

(Lorong Midaq, 1991) karya Najib Mahfuz ia adalah seorang sastrawan Mesir

yang berhasil memperoleh nobel pada tahun 1988, lewat karyanya yang sangat

populer. Dalam karyanya Midaq Allay ini. Ia mengungkapkan gambaran

kehidupan disuatu daerah yang terpencil dan terisolasi dari dunia luar. Namun

mereka tetap melakukan aktifitas dan kesibukan dengan cara hidupnya sendiri,

mereka itu adalah penghuni Lorong Midaq55.

53 Ahmad Kholil, Firdaus, (Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2005). Hlm. 14. 54 Ali Audah. Jalan Terbuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997). Hlm. VII 55 Najib Mahfuz. Midaq Allay (Jakarta: Obor Indonesia, 1991). Hlm. 10

Page 47: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

34

Adapun karya-karya Ali Audah yaitu:

a) Karya asli Ali Audah

1. Malam Bimbang, 1961 (Cerpen)

2. Murka, 1963 (Cerpen)

3. Hari Masih Panjang, 1963 (Cerpen)

4. Jalan Terbuka, 1971 (Novel)

5. Icih, 1971 (Cerpen)

6. Ibn. Kholdun, 1989 (Studi Biorafi)

7. Konkordansi Qur’an, 1991 (buku referensi)

8. Kamus Arab-Indonesia, 1995

9. Ensiklopedi Tematis, 2008

b) Karya terjemahan Arab-Indonesia

1. Sejarah Hidup Muhammad, 1972

2. Abu Bakar As-Siddiq, 1995

3. Umar Bin Bin Khattab, 1998

4. Ustman Bin Affan, 2001

5. Suasana Bergema, 1959

6. Peluru Dan Asap, 1963

7. Kleopatra Dalam Konfrensi Perdamaian, 1966

8. Genta Daerah Wadi, 1967

9. Lampu Minyak Ibu Hasyim, 1976

10. Kisah-Kisah Dari Mesir, 1977

11. Setan Dalam Bahaya, 1978

12. Murba, 1979

Page 48: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

35

13. Saat Lonceng Berbunyi, 1982

14. Di Bawah Jembatan Gantung, 1983

15. Hari-Hari Sudah Berlalu, 1985

16. Dua Tokoh Besar Dalam Sejarah Islam, 1986

c) Karya terjemahan Inggris-Indonesia

1. The Recontruction of Religius Thougt in Islam (membangun kembali

pemikiran agama dalam islam), 1966

2. Lorong Midaq, 1991

3. Oedipus And Theseus, 1979

4. Maria Antinette, 1986

5. The Holy Qur’an, 198656

2. Yusuf Ali

Lahir di Surat, Bombay 4 April 1872 (1289 H), Abdullah Yusuf Ali

dibesarkan di tengah-tengah keluarga pedagang. Ayahnya seorang saudagar

Bombay yang taat beragama. Perhatiannya mengenai pendidikan anaknya besar

sekali. Yang pertama kali diajarkan kepadanya membaca Al-Qur’an. Tamat

membaca Al-Qur’an, sebagai tanda syukur, seperti sengaja ia mengadakan

perayaan besar-besaran. Dengan demikian ia hendak menanamkan dalam hati

anaknya betapa pentingnya dan agungnya Al-Qur’an Al-Karim. Dalam pada itu ia

juga diberi pelajaran bahasa Arab, dan bahasa ini dapat dikuasainya dengan

baik57.

Setelah itu ia melanjutkan pelajarannya dengan memasuki pendidikan umum.

Di sekolah ia mendapat kemajuan hingga dapat meneruskan ke perguruan tinggi,

56 Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali, teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2009). Hlm. xxii

57 Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz. Hlm. ix

Page 49: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

36

tanpa pernah meninggalkan Al-Qur’an sebagai pegangannya yang utama. Yusuf

Ali memasuki Witson Scool hingga usia 15 tahun58, dan terus menekuni sekolah

sampai ke perguruan tinggi, dan melanjutkan ke Inggris. Ia dapat menyelesaikan

studinya dengan baik sekali, karena memang sejak kecil dia sudah mempunyai

kecenderungan mempelajari kebudayaan, termasuk Filsafat Umum dan Bahasa. Ia

menguasai bahasa Yunani dan sastra Yunani kuno, ia juga menguasai bahasa

Latin. Dalam bidang ini ia sangat menonjol sekali bahkan melebihi teman-teman

sebayanya. Pernah ia memenangkan perlombaan penulisan karya ilmiah yang di

adakan dalam rangka pemilihan tenaga untuk ditempatkan dalam dinas

pemerintahan India59. Perlombaan penulisan ilmiah ini merupakan kegiatan yang

paling bergengsi dan menjadi harapan setiap orang kaya untuk anak-anaknya.

Tetapi diantara mereka hanya sedikit yang berhasil. Abdullah muda yang ketika

itu sudah mendalami sastra Inggris, dalam karang-mengarang juga ia melampaui

teman-teman setanah airnya. Gaya sastranya dalam penulisan yang sangat

memikat dan sudah menjadi bakatnya, mendapat perhatian majalah-majalah

ilmiah terkenal. Dalam majalah-majalah itulah tulisan-tulisannya banyak

disiarkan.

Pada usia muda ia mengembara ke kota-kota di Eropa, dan kemudian menetap

di London. Di ibu kota Inggris ini ia tinggal cukup lama. Ia mengenal benar

kebudayaan barat dan filasafatnya. Dalam memperluas wawasannya dalam

kehidupan beragama, ia banyak bergaul dengan pemuka-pemuka agama lain. Ia

mendapat kesempatan lebih baik mempelajari berbagai terjemahan kitab-kitab

suci mereka dengan tekun, sehingga dapat dikatakan banyak pula yang sudah

58 Ali Audah, Qur’an-Terjemahan dan Tafsirnya (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996). Hlm. xi

59 Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz. Hlm. ix

Page 50: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

37

dihafalnya, disamping minatnya yang tak putus-putusnya hendak memperdalam

Al-Qur’an dan segala sesuatunya yang berhubungan dengan itu. Cukup lama ia

menekuni pengkajian mengenai Al-Qu’an dan seluk beluknya, termasuk tafsirnya,

yang klasik dan yang mutakhir, yang ditulis dalam bahasa-bahasa Barat dan

Timur. Semua itu diserapnya dengan baik sekali. Sementara itu ia sudah

mendalami bahasa Arab, yang kemudian merupakan persiapannya

menerjemahkan Al-Qur’an dan menulis Tafsir. Allamah Abdullah Yusuf Ali juga

dikenal sebagai seorang peminat sastra, terutama Sastra Persia dan Sastra Inggris

Klasik. Dia mengenal baik sekali karya-karya Shakespeare dan puisi-puisi Milton,

Wordworth, Shelley, Tennyson, Keats dan yang lain.

Kemudian ia kembali lagi ke India dan menetap di Lahore. Dan ia wafat pada

10 Desember 1953 (3 Rabiulakhir 1373) di sebuah rumah sakit di Inggris karena

serangan jantung, dan di makamkan secara Islam dibagian pemakaman muslim di

Brookwood, Surrey, Barat Daya London, dalam usia 81 tahun60. Ia meninggalkan

sebuah karya monumental yang tidak akan mudah dilupakan orang.

Selama di Inggris Yusuf Ali telah terpilih sebagai anggota Royang Society of

Arts dan Royang Society oleh Literature. Kemudian ia kembali lagi ke India dan

menetap di Lahore. Di kota budaya ini kemudian ia di serahi jabatan sebagai

Dekan Islamic College. Sejak itulah ia memulai pekerjaaanya menerjemahkan Al-

Qur’an ke dalam bahasa Inggris berikut tafsirnya, yakni The Holy Qur’an, Text,

Translation and Commentary, yang kemudian menjadi karya bakunya61. Lebih

dari setengah abad sejak pertama kali tafsir ini di terbitkan, sampai sekarang

menempati kedudukan tinggi dalam dunia tafsir Al-Qur’an dalam bahasa Inggris,

60 Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz: hal. x 61 Ali Audah, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz. Hal. x

Page 51: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

38

dengan gaya bahasanya yang khas. Karya yang sangat terkenal ini sudah berulang

kali mengalami cetak ulang dan di terbitkan dalam jumlah jutaan eksemplar,

tersebar keseluruh dunia. Sampai sekarang buku ini sangat di hormati dan minati,

paling banyak di pelajari orang, dicetak dalam jumlah besar dan tersebar ke

seluruh dunia, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mula-mula terbit di

Lahore, 1934, kemudian di Arab Saudi di terbitkan oleh King Fahd Holy Qur’an

Printing Complex (1990), dan oleh Amana Corporation/International Institute of

Islamic Though/IIIT di Amerika Serikat. Cara penafsirannya dalam bentuk

catatan-catatan bawah banyak membuka cakrawala pikiran pembacanya dan yang

menyebabkan tafsir ini menduduki tempat yang tinggi dan menjadi acuan penting

sekali. Mungkin semasa hidupnya semua ini di luar dugaan penulisnya.

3. Mahmud Yunus

Mahmud Yunus berasal dari keluarga terpelajar di bidang agama. Lahir pada

tanggal 30 Ramadhan 1316 H, bertepatan dengan tanggal 10 februari 1899 M. di

desa Sungayang Batusangkar. Sumatera Barat. Ia adalah anak Yunus bin Incek

yang menikah dengan Hafsyah. Meski berprofesi sebagai petani biasa ayahnya

ditunjuk sebagai Imam Nagari lantaran wawasan keagamaan yang dimilikinya

dari pengalamannya belajar di Surau. Sementara dari garis ibunya, ia masih

keturunan ulama terkenal, Syekh Muḥammad Ali yang masyhur dengan sebutan

Tuanku Kolok. Sementara itu, saudara sepupu ibunya yang bernama H. Ibrahim

Dt. Sinaro Sati adalah seorang kaya raya yang berperan penting dalam membiayai

pendidikan Yunus, khususnya ketika ia dikirim belajar ke Mesir62.

62 Malta Rina, Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. Mahmud Yunus tentang Pendidikan

Islam (Jurusan Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Andalas, Padang, 2011). Hlm. 170-2.

Page 52: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

39

Yunus pertama kali mengaji dan belajar tatacara ibadah di Surau kakeknya,

Muḥammad Thahir bin Muḥammad Ali atau Engku Gadang pada usia tujuh tahun.

Selain mengaji di Surau, Yunus juga sempat masuk Sekolah Dasar, namun hanya

sampai kelas tiga. Ia keluar dari SD karena bosan dengan mata pelajaran yang

diulang-ulang terus. Pada tahun 1908, ia kemudian masuk madrasah di Tanjung

Pauh, menimba ilmu di Surau pimpinan H.M. Thaib Umar selama 8 tahun

lamanya. Setelah lulus, Yunus diminta untuk mengajar menggantikan gurunya

yang sakit, dan menjabat sebagai pemimpin madrasah secara permanen sejak

tahun 191763.

Setelah mengabdi beberapa tahun di madrasah tersebut, pada tahun 1924

Mahmud Yunus memperoleh kesempatan untuk memperdalam ilmu

pengetahuannya ke Universitas Al-Azhar, Cairo dan memperoleh ijazah setahun

berikutnya. Kemudian ia melanjutkan studinya ke Universitas Darul Ilum Ulya,

cairo. Dengan mengambil Spesialisasi Tafsir Hadits, hingga berhasil memperoleh

ijazah pada tahun 1930. Ia tercatat sabagai orang Indonesia pertama yang belajar

di Universitas tersebut64.

Ketika ia kembali dari Timur Tengah, waktunya bertepatan dengan bangkitnya

semangat pembaharuan Islam di Minangkabau. Iapun mengabdi diri diberbagai

perguruan Islam antara lain Al-Jami‟ah Islamiah di Batu Sangkar (1931-1932),

Kuliah Mu’alimin Islamiyah (atau normal Islam) di Padang (1943-1946). Ia ikut

mendirikan Majlis Islam Tinggi (MIT) Sumatera Barat 1946 dan pernah mengajar

agama di Akademi Pamongpraja Bukit Tinggi (1948-1949). Tahun 1957 ia

63 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim (Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah, 2011).

Hlm. 1 64 Abdul Halim Soebahar. Wawasan baru Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,

2002), Hlm. 18

Page 53: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

40

mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), yang sekarang bernama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada tahun 1960-1963 ia menjadi Dekan

Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan tahun 1966-1971 menjadi

Rektor IAIN Imam Bonjol di Padang. Atas jasa-jasanya dibidang pendidikan

Agama ini. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menganugerahkan gelar Doktor

Honoris Causa kepadanya pada tahun 197765.

Ia pernah memangku beberapa jabatan dilembaga pemerintah untuk bidang

pendidikan. Tahun 1945-1946 ia terpilih menjadi anggota Komite Nasional untuk

Sumatera Barat. Pada tahun 1946-1949 ia memegang kepala bagian Islam

Provinsi Sumatera di Pematang Siantar (sekarang masuk dalam provinsi Sumatera

Utara). Tahun 1947 ia menjabat sebagai Inspektur Agama pada jabatan PP dan K

(sekarang Kanwil Departemen Pendidikan Nasional) provinsi Sumatera di Bukit

Tinggi. Iapun pernah dipercaya untuk menjabat sebagai sekretaris Menteri Agama

pada masa pemerintah Darurat Republik Indonesia (1949). Tahun 1950 ia diserahi

tugas sebagai pegawai tinggi diperbatasan pada Kementerian Agama di

Yogyakarta, setahun kemudian ia diangkat sebagai kepala Penghubung

Pendidikan Agama pada tahun 1956 ia diangkat sebagai Kepala Lembaga

Pendidikan Agama pada jawatan Pendidikan Agama. Beliau sering juga

berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang diberikan pemerintah kepada

beliau maupun atas undangan untuk menghadiri berbagai muktamar sebagai

berikut: ke Singapura sebagai salah seorang utusan MIT untuk menghadiri

Muktamar Alim Ulama (1943), ke sembilan negara Islam yakni Mesir, Arab

Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia dan Marako dalam rangka

65 Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

1996), Hlm. 34

Page 54: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

41

mempelajari pendidikan Agama (1961), ke Arab Saudi untuk menghadiri sidang

Majlis A’la Istisyari Al-Jamiyah Al-Islamiyah di Madinah Munawarah (1962dan

1969), ke Mesir memenuhi undangan Majma Buhutsul Islamiyah Universitas Al-

Azhar untuk menghadiri Muktamar yang kesatu (1964) yang kedua (1965) yang

ketika (1966) dan yang keempat (1967), dimana beliau mengucapkan pidatonya

yang berjudul Al-Israiliyat Tafsir Wal hadits66. Akhirnya pada tanggal 16 Januari

1982, dalam usia 83 tahun, Mahmud Yunus berpulang kerahmatullah di

kediamannya, kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, sehari

kemudian ia dimakamkan pada pemakaman IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagai seorang mufasir dan yang aktif dalam bidang pendidikan, beliau juga

adalah seorang penulis handal, yang telah memberikan kontribusi besar terhadap

umat Islam Indonesia khususnya bagi para pelajar. melalui karangan-karangannya

yang sampai saat ini masih dipakai sebagai bahan rujukan. Banyak sekali karya-

karyanya dari berbagai cabang ilmu, diantaranya: Tauhid, Fiqih, Perbandingan

agama, Tafsir, Hadist, Bahasa Arab, Politik, Ilmu Jiwa Pendidikan dan

sebagainya. Karya-karyanya ada yang berbentuk bahasa Arab dan ada juga yang

berbentuk bahasa Indonesia. Ada 76 karya yang telah di bukukan dan 27

diantaranya berbahasa Arab. Adapun karya-karyanya yaitu:

a) Bidang Al-Qur’an dan Hadist

1. Tafsir Al-Qur’an Karim

2. Terjemahan Al-Quran Tanpa Tafsir, untuk memudahkan dan memahami

Al-Qur’an

66 Mahmud Yunus, Tafsir Qur‟an Karim, (Jakarta; Pt Hidakarya Agung, 1993) cet 31.

Hlm. VII

Page 55: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

42

3. Malik Al-Qur’an, pelajaran untuk tingkat Tsanawiyya dan PGA. Buku ini

ditulis bernama H. Ilyas M. Ali

4. Kesimpulan Isi Al-Qur’an

5. Allah Dan Makhluknya, buku ini berisi tentang ilmu tauhid

6. Ta’lim Unuk Ilmu Al-Qur’an, untuk Ibtidaiyyah, sebanyak 2 jilid

7. Alif Ba Ta Wa Juz Amma, sebanyak 1 jilid untuk Ibtidaiyyah

8. Juz Amma Wa Tarjamatuhu, untuk tingkat Tsanawiyyah

9. Mudkhal Fi Tafsir Al-Qur’an, untuk Perguruan Tinggi

10. Tafsir Al-Fatihah, untuk Perguruan Tinggi bersama temannya

11. Muhadharah Fi Li Al-Isma’iliyyah Fi Al-Tafsir Wa Al-Hadist, untuk

Perguruan Tinggi

12. Tafsir Ayat Al-Akhlak, untuk SLTA dan Perguruan Tinggi

b) Bidang Fiqh

1. Marilah Sembahyang, untuk anak-anak SD, sebanyak empat jilid

2. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD

3. Haji ke Mekkah, cara-cara untuk mengerjakan haji untuk anak SD

4. Hukum Warisan Dalam Islam, untuk tingkat Aliyah

5. Do’a-do’a Rasulullah SAW, untuk tingkat Tsanawiyyah

6. Kajian Sembahyang (Shalat), untuk tingkat Aliyyah, Mahasiswa dan

umum

7. Hukum Perkawinan Dalam Islam Menurut Empat Mazhab

8. Manasik Haji untuk orang dewasa

9. Al-Figh Al-Wadhiib, tingkat Tsanawiyyah

Page 56: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

43

10. Al-Masa’il Al-Fiqhiyah’ala Al-Mazhab Al-Arba’ah (perbandingan empat

mazhab), untuk Perguruan Tinggi

11. Mabadi Al-Fiqh Al-Wadhiib, untuk Ibtida’iyyah

12. Mudzakirat Ushul Fiqh, untuk tingkat Aliyah

13. Tarikh Al-Figh Al-Islami, untuk Perguruan Tinggi

c) Bidang tauhid

1. Keimanan Dan Akhlak

2. Beriman Dan Budi Pekerti

3. Perbandingan Agama

4. Daru Al-Tauhid

5. Al-Adyah

d) Bidang Bahasa Arab

1. Metodik Khusus Bahasa Arab

2. Daru Al-Lughah Al-Arabiyah

3. Al-Muhaddatsah Al-Arabiyyah

4. Al-Mukhtarat Li Al-Muthala’ah Wa Al-Mahfudzat

5. Qomus A’rabi Indunisi

e) Bidang Pendidikan

1. Pemimpin Pelajaran Agama

2. Pelajaran Umum Ilmu Mendidik

3. Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran

4. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam

Page 57: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

44

5. Sejarah Pendidikan Islam Dari Zaman Rasulullah, Khilafah Rasyidin,

Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Sampai Zaman Mamluk Dan Ustmani

Turki

6. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

7. Perbandingan Di Negara-Negara Islam Dan Intisari Pendidikan Barat

8. Ilmu Jiwa Anak-Anak67.

67 Mahmud, yunus, Tafsir Qur’an Karim. Hal. 595

Page 58: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

45

BAB IV

Analisis Hasil Terjemahan Kata Wali dan Auliya

A. Pendahuluan

Setiap perbuatan tidak akan terlepas dari pelakunya (subjek). Demikian halnya

dengan produk penerjemahan. Produk terjemahan itu dianggap baik atau buruk,

jelas atau bertele-tele, sangat tergantung siapa yang menerjemahkan. Walaupun

penerjemah sebagai pencipta, ia tidak punya kebebasan seluas kebebasan yang

dimiliki penulis naskah aslinya, karena ia menciptakan dunia ciptaan yang sudah

ada68.

Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya bahwa objek

penelitian ini adalah penulis akan menganalisis Al-Qur’an terjemahan bahasa

Indonesia The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus yang

mengandung makna polisemi. Penulis juga membatasi analisis ini hanya pada kata

Wali dan Aulia.

Dengan demikian, untuk memudahkan penulis menganalisa dan mengambil

kesimpulan berikut ini penulis akan menganalisis dan mengkategorikan kata wali

dan auliya yang mengandung makna polisemi dalam penjelasan di berikut ini.

B. Persamaan dan Perbedaan Makna Polisemi Kata Wali dan Auliya antara

Terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

1. Persamaan Makna Polisemi Kata Waliyy dan Auliya antara Terjemahan The

Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

68 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004). Hlm. v

Page 59: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

46

a. Wali

Setelah peneliti menganalisa kedua tafsir yaitu Tafsir The Holy Qur’an

terjemahan Ali Audah dan Terjemahan Tafsir Mahmud Yunus, peneliti telah

menemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang diterjemahkan dengan kata Wali hanya ada

satu surat, yaitu di dalam surat Yunus: 62.

No Ayat Surat Persamaan Terjemahan

versi Ali Audah versi Mahmud Yunus

یونس : 62 1

Ketahuilah, para wali Allah, mereka tak perlu khawatir, tak perlu sedih

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah, tiada ketakutan terhadap mereka dan tiada pula mereka berdukacita

Berdasarkan perbandingan terjemahan yang ada pada surat di atas, maka dapat

diketahui persamaan terjemahan Ali Audah dan Mahmud Yunus tidak

menunjukkan adanya perbedaan diantara keduanya, mereka sama-sama

menerjemahkan kata wali dengan terjemahan wali. Selanjutnya, persamaan yang

didapat ketika menganalisis persamaan antara terjemahan Ali Audah dan Mahmud

Yunus kedua penafsir sama-sama memilih menggunakan model penerjemahan

praktis dengan menerjemahkan apa adanya makna kata tersebut, sebab pengertian

kata-kata tersebut sudah terbiasa dipahami dengan pengertian harfiahnya. Menurut

Mahmud Yunus dalam tafsirnya mengatakan bahwa yang dimaksud Wali ialah

orang-orang yang beriman serta takut kepada Allah, artinya mengikuti

Page 60: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

47

perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Mereka tiada takut dan tiada pula

berduka cita, serta mendapat kabar suka pada hidup di dunia dan akhirat. Jika

mereka ditimpa musibah mereka selalu menerima dengan hati yang sabar dan

iman yang teguh69. Sedangkan menurut Ali Audah di dalam bukunya adalah

Auliya bentuk jamak dari kata wali yang bermakna dasarnya adalah dekat. Dari

sini kemudian berkembang makna-makna baru pendukung, pelindung, kawan70

Yang semuanya diikat oleh benang merah kedekatan. Jadi, jika dilihat kedua

penerjemah ini sama-sama memiliki pemahaman yang sama dalam menafsirkan

kata wali.

b. Teman

Pada analisa yang selanjutnya penulis juga menemukan bahwasanya kata wali

dan auliya selain diterjemahkan Wali oleh Ali Audah dan Mahmud Yunus,

merekapun menerjemahkan kata tersebut dengan terjemahan teman. Penulis

menemukannya hanya pada satu ayat saja yaitu pada surat Maryam ayat 45.

69 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 300 70 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 206

Page 61: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

48

Pada surat Maryam ayat 45 di sini penulis tidak melihat adanya perbedaan

diantara terjemahan Yusuf Ali dan Mahmud Yunus mereka berdua sama-sama

menerjemahkan kata wali dengan terjemahan teman. Di sini Ali Audah dan

Mahmud Yunus menerjemahkan kata wali melihat kata tersebut berada di dalam

konteks dari kedekatan, maka yang dimaksudkan Wali di sini adalah orang-orang

yang menyimpan rasa persahabatan dengan setan dan persahabatan dengan setan

juga mengandung arti bersekutu dengan setan yang sudah lepas dari perlindungan

hukum71. Karena dalam ayat ini membahas tentang konteks Nabi Ibrahim yang

melarang bapanya menyembah setan72.

2. Perbedaan Makna Polisemi Kata Wali dan Auliya antara Terjemahan

The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus

Ada persamaan antara Terjemahan The Holy Qur’an oleh Ali Audah dan

Tafsir Mahmud Yunus dalam memaknai dan menafsirkan kata Wali dan Auliya,

71 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm.760

72 Mahmud, Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 442

No Ayat Surat Persamaan Terjemahan

versi Ali Audah versi Mahmud Yunus

مریم : 45 1

Ayah, saya khawatir ayah akan mendapat azab dari (Allah) Maha pemurah akan menimpa ayah, maka setan akan menjadi teman ayah

Ya bapaku, sesungguhnya aku takut (khwatir), bahwa engkau akan ditimpa siksaan dari yang Mahapengasih, lalu engkau menjadi wali (teman) bagi syetan

Page 62: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

49

bahkan juga terdapat perbedaan-perbedaan dalam kedua tafsir tersebut. Adapun

perbedaannya yaitu:

a. Pelindung dan Wali

Di sini penulis dapat melihat di dalam beberapa surat yang terdapat di

Al-Qur’an kata wali dan auliya menurut versi Ali Audah dan Mahmud Yunus

diterjemahkan secara berbeda. Ali Audah menerjemahkan kata tersebut dengan

kata pelindung sedangkan Mahmud Yunus menerjemahkan kata tersebut dengan

terjemahan Wali. Di antaranya pada surat Al-Baqarah Ayat 107, 120, Al-An’am;

70,127, Attaubah; 74, 116, 23,71, Arrad; 37,16, Al-Kahfi; 26, 50, 17, Al-Maidah;

51,57,81, Al-A’rof;30, 155, 196, Al-Anfal; 72,73, Hud; 20,113, Annisa; 75,119,

123, 173, Yusuf;101. Namun, di sini Penulis hanya akan memberikan beberapa

contoh kasus pada surat Al-Baqarah Ayat 107, Attaubah; 116, Arrad; 37 dan

Al-Kahfi; 26.

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud Yunus

البقرة : 107 1

Tidakkah kau ketahui bahwa kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi? Dan selain Allah, bagimu tiada pelindung dan penolong

Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah

التوبة : 116 2

Milik Allah segala kerajaan langit dan bumi. Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan. Bagimu tiada

Sesungguhnya kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi. Dia menghidupkan dan mematikan.

Page 63: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

50

Di sini penulis melihat banyak sekali terjadinya perbedaan makna yang

diterjemahkan oleh Ali Audah dan Mahmud Yunus. Yang dimana Ali Audah

menerjemahkan dengan kata Pelindung sedangkan Mahmud Yunus

pelindung dan penolong selain Allah

Dan tidak ada bagimu wali dan penolong selain daripada Allah

الرعد : 37 3

Demikian kami menurunkannya sebagai peraturan yang sah dalam bahasa arab. Kalau engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu disampaikan kepadamu, maka bagimu tak ada pelindung dan penjaga

Demikianlah kami turunkan Qur’an (berisi) hukum dan dalam bahasa Arab. Demi, jika engkau ikut hawa nafsu mereka, setelah datang ilmu pengetahuan kepadamu, mereka tidak ada bagimu wali dan tiada pula yang memeliharakan dari (siksaan) Allah

الكھف : 26 4

Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lama mereka tinggal: hanya Dia (yang mengetahui) segala rahasia langit dan bumi: betapa jelas Ia melihat dan mendengar (segalanya). Tak ada pelindung bagi mereka selain Dia, dan tiada dengan siapapun Ia bersekutu dalam menetapkan perintah-Nya

Katakanlah: Allah lebih mengetahui berapa lama pemuda2 itu diam dalam gua itu. bagiNya yang gaib di langit dan di bumi. Alangkah (terang) pnglihatanNya dan alangkah (nyaring) pendengaranNya! Tak ada bagi mereka wali, selain dari padaNya dan taiada bersekutu dengan seorang juapun tentang hukumNya

Page 64: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

51

memaknainya dengan kata Wali. Di sini memang terlihat perbedaan makna akan

tetapi, perbedaan tersebut tidak terlalu fatal. Karena, keduanya hanya berbeda

pada metodenya saja, Mahmud Yunus menerjemahkannya dengan terjemahan

Harfiah. Padahal pemahaman di antara keduanya tentang makna wali masih satu

pemahaman. Ali Audah menerjemahkan Pelindung karena menurutnya Wali itu

adalah jamak dari Auliya yang mempunyai beberapa makna salahsatunya adalah

sifat pelindung73. Maka dari itu Ali Audah lebih menonjolkan terjemahannya pada

Tafsiriah yaitu sifatnya dari Wali (Pelindung)

b. Pelindung dan Pemimpin

Selanjutnya peneliti juga melihat adanya perbedaan terjemahan kata Wali dan

Auliya pada kedua tafsir tersebut yakni pada surat Al-Baqarah; 257, Al-Imron;68,

28. Ali Audah menerjemahkannya dengan kata pelindung, sedangkan Mahmud

Yunus menerjemahkannya dengan kata Pemimipin. Berikut surat-surat yang di

terjemahkan secara berbeda:

73 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 206

Page 65: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

52

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud Yunus

البقرة : 257 1

Allah pelindung mereka yang beriman, mengeluarkan mereka dari jurang kegelapan ke dalam cahaya; dan mereka yang ingkar pelindung mereka adalah setan: mengeluarkan mereka dari cahaya ke dalam jurang kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka; disana mereka tinggal selama-lamanya.

Allah memimpin orang-orang yang beriman, dikeluarkanNya mereka dari gelap gulita kedalam nur (terang benderang). Orang-orang yang kafir itu, wali2nya ialah thaghut. Mereka itulah penghuni neraka, serta kekal didalamnya.

العمران : 68 2

Orang-orang yang terdekat kepada ibrahim ialah mereka yang mengikutinya, dan seperti juga nabi ini dan mereka yang beriman: dan Allah pelindung orang-orang mukmin

Sesunguhnya yang se-hampir2 manusia kepada Ibrahim, ialah orang2 yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang2 yang beriman, dan Allah memimpin orang2 yang beriman

Page 66: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

53

Berikutnya penulis melihat perbedaan makna yang ditafsirkan oleh Ali Audah

dan Mahmud Yunus. Yaitu pada surat surat Al-Baqarah; 257, dan Al-Imron;68,

28. Ali Audah menerjemahkan pelindung sedangkan Mahmud Yunus

menerjemahkan pemimpin di sini memang terlihat perbedaan makna akan tetapi,

perbedaan tersebut tidak terlalu fatal. Karena, keduanya hanya berbeda

dipemilihan diksinya saja. Karena pemahaman di antara keduanya tentang makna

wali masih satu pemahaman. Ali Audah menerjemahkan pelindung karena

menurutnya seorang pelindung itu adalah seorang Pemimpin74, namun Ali Audah

lebih menonjolkan terjemahannya pada sifatnya (pelindung) sedangkan, Mahmud

Yunus lebih pada subjeknya Pemimpin

c. Kawan dan Wali

74 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 193

3 28

Janganlah orang beriman mengambil orang tak tak beriman menjadi pelindung, dengan meninggalkan orang beriman. Barangsiapa berbuat demikian, tak ada satu pertolongan dari Allah, kecuali bila menjaga diri dari mereka dan Allah memperingatkan kamu terhadapNya dan hanya kepada Allah tempat kembali

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orng-orang kafir jadi pemimpin bukan orang mukmin. Barangsiap memperbuat demikian, bukanlah ia dari (agama) Allah sedikitpun, kecuali jika kamu takut kepada mereka sebenar2nya takut; dan Allah mempertakuti kamu dengan dirinya dan kepada Allah tempat kembali

Page 67: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

54

Pada penelitian selanjutnya penulis juga menemukan perbedaan dalam

menerjemahkan kata Wali dan Auliya pada surat Annisa; 76,89. Yaitu dengan

menerjemahkan kata Kawan dan Wali, Ali Audah menerjemahkannya dengan

kata Kawan, sedangkan Mahmud Yunus menerjemahkannya dengan kata Wali.

Adapun ayatnya sebagai berikut:

No Aya

t

Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

النساء : 76 1

Mereka yang beriman, berperang di jalan Allah dan mereka yang kafir berperang di jalan setan: maka, perangilah kawan-kawan setan; tipu daya setan sesungguhnya lemah

Orang2 beriman berperang pada sabilillah dan orang2 yang kafir berperang pada jalan syetan, maka perangilah olehmu wali-wali syetan, sesungguhnya tipu daya sytan itu amat lemah

Page 68: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

55

2 89

Mereka mengharapkan sekiranya kamu mau menjadi kafir seperti mereka sendiri yang sudah kafir. Dengan demikian kamu sama sejajar (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan mereka kawan sebelum mereka mau berpindah ke jalan Allah (dari yang segala dilarang), tetapi jika mereka membelot tangkaplah dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemui mereka. Dan janganlah jadikan mereka kawa, jangan jadikan penolong.

Mereka bercita2, supaya kamu menjadi kafir, seperti mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu bersamaan dengan mereka, sebab itu janganlah kamu angkat mereka jadi wali, kecuali jika mereka telah berhijrah pada jalan Allah. Jika mereka berpaling, tawanlah dan bunuhlah mereka dimana kamu memperoleh mereka. Janganlah kamu ambil mereka jadi wali dan janganlah pula jadi pembantu

Pada surat Annisa; 76,89, jelas sekali terlihat perbedaan antara kedua tafsir

tersebut yang mengartikan kata Auliya. Yang mana Ali Audah menerjemahkannya

dengan kata Kawan, sedangkan Mahmud Yunus mengartikannya dengan kata

Wali. Namun, perbedaan tersebut tidak terlalu fatal. Dan perbedaan lainnya yaitu

dalam metode terjemahnnya saja. Mahmud Yunus menerjemahkannya

menggunakan metode Harfiay, sedangkan Ali Audah menggunakan metode

Tafsiriay. Karena kedua tokoh tersebut yakni Ali Audah dan Mahmud Yunus

Page 69: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

56

mengartikan kata Wali sama pendapatnya. Yusuf Ali berpendapat bahwa kata

Wali dari akar kata yang sama seperti maula, sedangkan kata maula dari akar kata

Wala, yakni dekat dalam arti tempat atau hubungan, kerabat dekat, teman,

kawan75

d. Pelindung dan Tuhan

Selain diterjemahkan yang telah disebutkan di atas, kata Wali dan Auliya juga

diterjemahkan oleh kedua tafsir tersebut dengan kata Pelindung dan Tuhan.

Yakni pada surat Al-An’am;14, dan Al-Kahfi;102. Ali Audah menerjemahkannya

dengan kata pelindung, sedangkan Mahmud Yunus dengan kata Tuhan. Adapun

surat-suratnya yaitu sebagai berikut:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

األنعام : 14 1

Katakanlah: “adakah yang selain Allah akan kuambil sebagai pelindung, pencipta langit dan bumi? Dan Dia memberi makan tetapi tidak diberi makan. Katakanlah: “aku mendapat perintah menjadi orang yang pertama

Katakanlah: adakah pantas lain Allah kuangkat menjadi wali (Tuhan)? Padahal Dia yang menciptakan langit dan bumi dan Dia memberi makan dan Dia tiada diberi makan. Katakanlah: sesungguhnya

75 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 193

Page 70: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

57

tunduk (dalam Islam) dan janganlah kamu masuk kedalam golongan orang musyrik

aku disuruh, supaya aku orang yang mula2 Islam dan janganlah engkau termasuk orang2 yang musyrik

الكھف : 102 2

Adakah mereka yang kafir akan menjadikan Aku sebagai pelindung selain Aku? Sungguh, Kami telah menyediakan neraka jahannam sebagai tempat tinggal orang-orang kafir

Adakah orang2 kafir mengira, bahwa mereka mengangkat hambaKu (Malaikat, Isa dll). Jadi wali (Tuhan), selain daripadaKu? Sesungguhnya Kami sediakan nereka jahannam untuk tempat tinggal orang2 kafir itu

Pada kasus di atas sebenarnya kedua terjemahan ini memiliki makna yang

sama. Hanya pemilihan diksi yang berbeda. Karena sifat salah satu sifat dari

Tuhan adalah Pelindung. Karena itu Ali Audah lebih menggunakan kata

Pelindung dari sifat Tuhan itu sendiri, sedangkan Mahmud Yunus lebih kepada

subjeknya yaitu Wali dalam hal ini adalah Tuhan.

e. Penguasa dan Wali

Barikutnya perbedaan yang terjadi yaitu pada surat Al-Anfal; 34. Yaitu antara

terjemahan kata Penguasa yang digunakan oleh Ali Audah, dan kata Wali yang

Page 71: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

58

digunakan oleh Mahmud Yunus. Berikut surat dan terjemahan kedua versi tafsir

tersebut:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

األنفال : 34 1

Mengapa mereka tidak diazab oleh Allah, ketika merintangi (orang) memasuki Masjidil Haram padahal mereka bukan penguasanya; yang berhak menguasai hanyalah orang yang bertakwa. Tetapi kebanyakan mereka tidak tahu.

Mengapakah Allah tidak akan menyiksa mereka, sedang mereka menghalang-halangi masuk ke masjidil haram, padahal mereka bukan menjadi walinya. Walinya tidak lain, hanya orang2 yang takwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui

Pada surat Al-Anfal; 34 jelas sekali terlihat adanya perbedaan penggunaan

kata dalam menerjemahkan kata auliya. Akan tetapi perbedaan tersebut hanya

dalam pemilihan diksinya saja. Namun terjemahan versi Ali Audah lebih

menyesuaikan konteksnya, karena ayat ini dalam tafsirnya menjelaskan tentang

ketika orang-orang kaum aristokrat melarang kaum muslim masuk ke Masjidil

Haram, padahal mereka bukanlah seorang penguasa, hanya berpuara-pura sebagai

Page 72: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

59

penjaga76. Sedangkan terjemahan versi Mahmud Yunus lebih kepada terjemahan

apa adanya atau harfiah

f. Teman dan Wali

Setelah penulis menganalisis di dalam surat Annisa ayat 139 dan ayat 144

pada buku Ali Audah dan Tafsir Mahmud Yunus menerjemahkan kata auliya

tersebut secara berbeda, berikut ini contohnya:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

النساء : 139 1

Mereka yang menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dengan meninggalkan kaum beriman, adakah mengharapkan pada mereka kehormatan? Tidak semua kehormatan hanya pada Allah

(yaitu) mereka yang mengangkat orang2 menjadi wali, bukan orang2 mukmin. Adakah mereka menuntut kekuasaan dari mereka itu? Sesungguhnya kekuasaan itu semuanya bagi Allah

2 144

Orang-orang beriman! Janganlah jadikan orang kafir sebagai

Hai orang2 yang beriman, janganlah kamu mengangkat

76 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 416

Page 73: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

60

teman seperjuangan dengan meninggalkan kaum mukmin. Inginkah kamu supaya Allah memberikan bukti yang nyata terhadap kamu?

orang2 kafir menjadi wali, bukan orang2 mukmin. Adakah kamu kehendaki, mengadakan bagi Allah keterangan yang nyata atas kekafiranmu?

Adapun hasil dari penelitian ayat di atas, penulis telah menemukan perbedaan.

Yakni Ali Audah menerjemahkan kata Auliya dengan kata Teman, sedangkan

Mahmud Yunus menerjemahkan dengan kata wali. Seperti yang telah disebutkan

di atas bahwa perbedaan di atas hanya berbeda pada pemilihan katanya dan

metode penerjemahannya. Dalam metode terjemahan yang digunakan oleh

Mahmud Yunus menggunakan metode Harfiah, sedangkan Ali Audah lebih

menyesuaikan konteksnya yang mana konteks ayat tersebut mengenai tentang

orang yang paling pantas dijadikan teman seperjuangan adalah orang mukmin77

dan lebih mudah dipahami.

g. Kawan dan Pemimpin

Dari banyaknya makna yang ada, kata wali atau auliya juga diterjemahkan

dengan makna kawan. Akan tetapi, antara Ali Audah dengan Mahmud Yunus

menerjemahkan kata tersebut dengan berbeda makna, Ali Audah menerjemahkan

dengan makna Kawan sedangkan Mahmud Yunus dengan makna pemimpin

Berikut surat-surat yang diterjemahkan secara berbeda Al-Imron-175, Al-An’am;

128

77 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 230

Page 74: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

61

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

العمران : 175 1

Hanya setanlah yang menakuti-nakuti (kamu) terhadap kawan-kawanya, janganlah kamu takut kepada mereka tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu beriman

Sesunguhnya syetan2 itu hanya mempertakuti yang di bawah pimpinannya, sebabitu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu, jika kamu orang yang beriman

األنعام : 128 2

Suatu hari ia akan mengumpulkan mereka semua (dan berfirman): “Hai masyarakat jin! Sudah banyak kamu (menyesatkan) manusia.” Kawan-kawan mereka dari kalangan manusia akan berkata: “Tuhan kami sudah saling memperoleh keuntungan, tetapi sekarang saat yang Kau tentukan buat kami sudah tiba.” Ia

Pada hari Allah menghimpun mereka sekalian, (lalu dikatakan kepada mereka): Hai sekalian jin, sesungguhnya telah banyak memperdayakan manusia. Berkatalah pemimpin-pemimpin manusia: ya Tuhan kami, telah bersuka ria setengah kami dengan yang lain; (sekarang) telah tiba masa yang telah

Page 75: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

62

berfirman: “Ya, apilah tempat tinggalmu! Tempat tinggalmu yang selama-lamanya, kecuali Allah menghendaki lain.” Karena Tuhanmu Maha bijaksana, Maha tahu.

Engkau janjikan kepada kami. Allah berfirman: nerakalah tempat kamu, serta kekal di dalamnya, kecuali jika Allah menghendaki. Sesungguhnya Tuhanmu Maha bijaksana, lagi Maha mengetahui

Pada surat Pada surat Al-Imron-175, Al-An’am; 128 di sini terlihat perbedaan

antara terjemahan keduanya Ali Audah menerjemahkan Kawan sedangkan

Mahmud Yunus menerjemahkan pemimpin. Perbedaan disini terletak pada

diksinya. Dan perbedaan lainnya terlihat bahwa bentuk jamak atau tunggalnya Ali

Audah lebih memperhatikan kedudukan bahasa sumber dan bahasa sasarannya

terlihat di sini bahasa sumbernya berbentuk jamak kemudian Ali Audahpun

menerjemahkan ke dalam bahasa sasarannya dalam bentuk jamak pula yaitu pada

surat Al-imron ayat 175. Kalau dilihat maknanya keduanya memiliki pemahaman

makna yang sama. Karena pada dasarnya seorang pemimpim itu harus dekat

seperti seorang kawan.

h. Pelindung dan Pemelihara

Pelindung dan Pemelihara adalah suatu kata yang berpolisemi karena masih

ada hubungannya tidak saling berlawanan antara kedua kata tersebut. Selanjutnya

penulis juga menemukan perbedaan terjemahan pada kata Wali di dalam surat

Page 76: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

63

Al Imron ayat 122 dan Annisa ayat 45 yang di terjemahkan dengan dua versi yang

berbeda-beda. Yakni Ali Audah menerjemahkannya memakai kata Pelindung,

sedangkan Mahmud Yunus dengan kata Pemelihara. Berikut adalah ayat-ayatnya

dan versi terjemahannya penulis cantumkan dibawah ini:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Yusuf Ali

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

العمران : 122 1

Tatkala ada dua golongan dari pihak kamu mulai merasa takut padahal Allah melindungi mereka. Dan hanya kepada Allah orang beriman seharusnya tawakal

Ketika dua golongan di antara kamu bercita-cita hendak mundur (lari) dan Allah, wali (memeliharakan) keduanya; dan hanya kepada Allah hendaklah orang2 beriman menyerahkan diri

النساء : 45 2

Tetapi Allah lebih mengetahui akan musuh-musuh kamu. Dan sudah cukup Allah sebagai pelindung, cukup Allah sebagai penolong

Allah lebih mengetahui musuh-musuhmu dan cukuplah Allah jadi walimu (memeliharamu) dan cukuplah Allah penolongmu

Pada ayat-ayat di atas jelas sekali terjadi perbedaan terjemahan antar kedua

Tafsir tersebut. Namun perbedaan itu hanya pada pemilihan diksinya saja. Karena

Page 77: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

64

hubungan antara kata Pelindung dan Pemelihara masih ada hubungannya, yaitu

sama- sama suatu kata sifatnya Wali dalam hal ini yaitu Allah. Dan menurut

Mahmud Yunus kata auliya adalah jamak dari Wali yang mana mempunyai

makna yang menolong, yang memelihara, yang memimpin seperti Allahu

waliyu’lmukminin artinya Allah Wali yang artinya yang menolong orang-orang

mukmin78.

i. Pelindung dan Penolong

Selanjutnya setelah penulis meneliti surat Al-Isra ayat 111 dan ayat 97.

Penulis melihat adanya perbedaan antara kedua tafsir tersebut. Yaitu pada surat

Al-Isra ayat 111 dan ayat 97. Mahmud Yunus menerjemahkannya dengan kata

Penolong, sedangkan Ali Audah menerjemahkannya dengan kata Pelindung.

Namun penulis hanya mengambil contoh pada ayat 111 saja. Adapun surat dan

terjemahan kedua versi tersebut adalah sebagai berikut:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

االسراء : 111 1

Katakanlah: “segala puji bagi Allah yang tidak beranak dan tiada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan; dan Ia tidak (memerlukan) apapun yang akan melindungi-

Katakanlah: (segala) puji bagi Allah yang tiada mempunyai anak dan tak ada bagi-Nya sekutu dalam kerajaan-Nya, dan tak ada bagi-Nya penolong

78 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 98

Page 78: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

65

Nya dari kehinaan; agungkanlah Dia demi kemuliaan-Nya

karena (mendapatkan) kehinaan dan besarkanlah Dia sebesar2nya

Adapun hasil dari peneliti pada ayat di atas yaitu surat Al-Isra ayat 111

yaitu hanya berbeda pada diksinya saja. Padahal keduanya sama-sama

menyebutkan sifat dari wali (Allah) tersebut yaitu pelindung dan penolong. Kata

wali yang bermakna dasarnya adalah dekat. Dari sini kemudian berkembang

makna-makna baru pendukung, pembela, pelindung, yang mencintai, lebih utama

dan lain-lain yang semuanya diikat oleh benang merah kedekatan79.

Penggunaan kata wali jika menjadi sifat Allah hanya ditunjukkan kepada

orang-orang yang beriman. Karena itu kata wali bagi Allah diartikan dengan

pembela, pendukung dan sejenisnya80, tetapi pembelaan dan pendukungan yang

bersifat positif serta berkesudahan baik.

j. Penolong dan Wali

Selain itu ada beberapa ayat yang berbeda terjemahannya antara Ali Audah

dengan Mahmud Yunus. Ali Audah menerjemahkan kata wali dengan terjemahan

penolong, sedangkan Mahmud Yunus menerjemahkan kata tersebut dengan

terjemahan Wali. Berikut adalah kata wali yang diterjemahkan secara berbeda di

antaranya pada surat Al-An’am ayat 51 dan surat Al-Maidah ayat 55:

79 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 98 80 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 98

Page 79: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

66

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

األنعام : 51 1

Peringatkanlah dengan itu mereka yang takut akan dihimpun kehadapan tuhan. Selain Dia, bagi mereka tak ada penolong dan tak ada pemberi syafa’at, supaya mereka bertakwa

Berilah peringatan dengan Qur’an akan orang2 yang takut, bahwa mereka akan dihimpunkan kepada Tuhannya, tidak ada bagi mereka wali dan tidak pula penolong, selain dari padaNya, mudah2an mereka bertaqwa

المائدة : 55 2

Penolongmu sesungguhnya Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman, mereka yang mendirikan salat dan menunaikan zakat seraya menundukan kepala

Sesungguhnya wali kamu ialah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang beriman yang mendirikan sembahyang dan memberikan zakat, sedang mereka itu tunduk (kepada Allah)

Page 80: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

67

Kemudian dalam surat Al-An’am ayat 51 dan surat Al-Maidah ayat 55,

perbedaan yang terdapat di sini tidaklah terlalu fatal Ali Audah menerjemahkan

penolong sedangkan, Mahmud Yunus menerjemahkan wali di sini hanya berbeda

di diksinya saja. Kalau Ali Audah lebih memilih diksi yang modern atau sering

dipahami oleh para pembaca. Namun perbedaan ini tidaklah terlalu fatal.

k. Kawan dan Pengikut

Pada kali ini penulis juga menemukan perbedaan dalam surat Al-An’am ayat

121 pada terjemahan Ali Audah dan Mahmud Yunus pada kata Auliya. Ali Audah

menerjemahkannya memakai kata Kawan, sedangkan Mahmud Yunus

menerjemahkan dengan kata Pengikut. Adapun surat dan terjemahan pada kedua

versi tersebut adalah sebagai berikut:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

األنعام : 121 1

Janganlah kamu makan (sembelihan) apa saja yang untuk itu tidak disebutkan nama Allah, karena yang demikian suatu perbuatan fasik; setan-setan yang akan membisikkan kepada kawan-kawannya supaya membantah kamu; dan kalau kamu menuruti

Janganlah kamu memakan hewan yang disembelih tanpa disebut nama Allah. Sungguh yang demikian itu adalah fasik. Sesungguhnya syetan-syetan itu membisikkan kepada pengikut-pengikutnya, supaya

Page 81: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

68

mereka niscaya kamu termasuk orang yang musyrik.

mereka membantah kamu dan jika kamu ikut mereka itu, niscaya kamu menjadi orang2 musyrik

Setelah penulis analisis pada ayat di atas yaitu pada surat Al-An’am ayat 121.

Perbedaan ini hanya pada di diksinya saja, karena pada dasarnya kedua penafsir

ini mengartikan kata Wali dengan pengertian yang sama. Ali Audah mengatakan

bahwa wali dari akar kata yang sama seperti maula, dan maula dari akar kata wala

yaitu dengan makna dekat dalam arti tempat atau hubungan. Oleh karena itu wali

berarti sama seperti arti tetangga, teman, kawan, mitra atau pengikut81.

l. Sekutu dan Wali

Pada selanjutnya penulis juga menemukan satu ayat yang menerjemahkannya

kata Auliya secara berbeda antara kedua terjemahan tersebut yakni pada surat

Al-A’rof ayat 27, dimana Ali Audah menerjemahkannya dengan kata Sekutu,

sedangkan Mahmud Yunus dengan menggunakan kata Wali. Berikut adalah

terjemahan kedua versi tersebut:

81 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 193 dan 206

Page 82: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

69

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

األعراف : 27 1

Hai anak-anak adam! Janganlah biarkan setan menggoda kamu seperti perbuatannya mengeluarkan ibu bapamu dari surga, dengan meninggalkan pakaian supaya mereka memperlihatkan aurat. Ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat dan kamu tak dapat melihat mereka. Kami jadikan setan-setan sekutu mereka yang tak beriman

Hai anak2 Adam, janganlah kamu terperdaya oleh syetan, sebagaimana ia telah mengeluarkan ibu bapakmu dari dalam syurga, sedang ia meninggalkan pakaian keduanya, supaya terbuka kemaluannya. Sesungguhnya syetan itu dan balatentaranya melihat kamu sedang kamu tiada melihatnya. Sesungguhnya kami angkat syetan2 itu menjadi wali bagi orang2 yang tiada beriman

Pada ayat di atas yakni pada surat Al-A’rof ayat 27, di sini terlihat jelas sekali

kedua mufassir menerjemahkan kata Auliya secara berbeda. Namun seperti yang

telah disebutkan diatas bahwa perbedaan terjemahan pada kata Auliya di dalam

Page 83: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

70

ayat Al-A’rof ayat 27 hanya berbeda pada diksinya saja. Karena Mahmud yunus

berpendapat bahwa kata Wali itu adalah dua orang yang sangat berdekatan,

menolong atau di tolong82, dan Ali Audahpun berpendapat bahwa wali dari akar

kata yang sama seperti maula, dan maula dari akar kata wala yaitu dengan makna

dekat dalam arti tempat atau hubungan. Oleh karena itu wali berarti sama seperti

arti tetangga, teman, kawan, mitra atau pengikut83. Selain itu perbedaan antara

kedua penafsir itu adalah dari metode penerjemahannya. Ali Audah lebih

menyesuaikan bahasa modern, sedangkan Mahmud Yunus lebih kepada

terjemahan apa adanya atau tafsiriyah.

m. Ahli waris dan Anak

Ahli waris dan Anak adalah kata yang berpolisemi yang mana sama-sama

mempunyai makna yang berhubungan yakni sama-sama keturunan dari seorang

ayah dan ibu, dan pada hal ini penulis menemukannya di dalam surat Maryam

ayat 5. Disini penulis mencantumkan ayat beserta kedua versi terjemahan antara

Ali Audah dan Mahmud Yunus:

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

مریم : 5 1

Dan aku khawatir akan kerabat-kerabatku sesudah kutinggalkan, sebab istriku

Sesungguhnya aku takut akan orang2 yang akan menjadi wali sepeninggalku (yaitu orang-

82 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 98 83 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks, Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 193 dan 206

Page 84: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

71

mandul. Maka karuniakanlah kepadaku seorang ahli waris dari pihak-Mu

orang yang jahat), sedang perempuanku mandul, sebab itu berilah aku seorang wali (anak) dari sisi-Mu

Pada surat Maryam ayat 5 di atas, setelah penulis teliti bahwa perbedaan itu

hanya terdapat pada diksinya saja, karena kedua penafsir tersebut menafsirkannya

dengan sama yakni tentang membahas Zakaria yang menginginkan seorang

keturunan yang baik dari Allah, karena Zakaria dan istrinya sudah melampaui usia

untuk mendapatkan anak. Melihat pertumbuhan Maryam itu. Lalu Zakaria sempat

berdzikir adakah ia ingin mengambil Maryam sebagai anak angkat? Sangat

mengejutkan sekali, ia diberi seorang putra yang nyata, di tandai oleh sebuah

tanda kegaiban84

n. Ahli waris dan Wali

Dalam surat Al-Isra ayat 33 penulis melihat hanya Mahmud Yunuslah yang

menerjemahkan kata Wali dengan makna apadanya yaitu dengan menerjemahkan

Wali juga sedangkan Ali Audah menerjemahkan kata wali dengan makna Ahli

Waris. Berikut ini adalah kasusnya

84 Yusuf Ali, Tafsir Yusuf Ali teks Terjemahan dan Tafsir Quran 30 juz Terjemahan

Bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Hlm. 139

Page 85: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

72

No Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

اإلسراء : 33 1

Dan janganlah kamu menghilangkan nyawa yang diharamkan Allah, kecuali demi kebenaran. Dan barang siapa di bunuh dengan melanggar keadilan, kepada ahli warisnya Kami beri hak (menuntut kisas atau maaf); tetapi janganlah berlebihan dalam melakukan pembunuhan, sebab dia dibela (oleh undang-undang)

Janganlah kamu membunuh manusia yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan kebenaran. Barangsiapa terbunuh dengan aniaya, sesungguhnya Kami berikan kekuasaan kepada walinya (untuk menuntun bela), sebab itu janganlah ia berlebih-lebihan dalam pembunuhan. Sesungguhnya ia mendapat pertolongan

Pada kasus di atas sebenarnya sama seperti kasus-kasus sebelumnya yakni

hanya berbeda pada diksinya dan pada metode penerjemahannya. Karena pada

dasarnya kedua penafsir itu mempunyai pemahaman yang sama dilihat dari cara

menafsirkannya di dalam buku kedua penafsir tersebut.

o. Pemuka dan Wali

Pada analisis terakhir ini, penulis juga menemukan perbedaan di dalam surat

An-Nahl ayat 63. Berikut ini contohnya:

Page 86: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

73

Ayat Surat Perbedaan

Terjemahan versi Ali Audah

Terjemahan versi Mahmud

Yunus

النحل : 63 1

Demi Allah kami (juga), telah mengutus (rasul-rasul) kepada beberapa umat sebelummu; lalu setan mengelabui mereka seolah pekerjaan mereka indah. Maka dia itulah pemuka mereka hari ini, dan mereka akan merasakan azab yang pedih

Demi Allah. Sesungguhnya telah kami utus (beberapa rasul) kepada beberapa umat sebelum engkau, lalu syetan menghiaskan (memandangkan baik) kepada mereka perbuatannya (yang jahat), sebab itu dialah wali mereka pada hari ini (dunia) dan untuk mereka itu siksaan yang pedih

Pada surat An-Nahl ayat 63 ini perbedaan yang terlihat pada pemilihan

diksinya. Karena wali menurut Mahmud Yunus di sini adalah orang yang paling

dekat85.

85 Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim. Hlm. 98

Page 87: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

74

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai penerjemah Ali Audah dan Mahmud Yunus sama-sama memberikan

penjelasan yang mudah untuk dipahami. Hal ini disebabkan antara lain karena

keduanya lebih sama-sama memilih bahasa yang cocok dengan bahasa umat dan

pemikiran mereka di abad modern.

Polisemi merupakan satu kata atau leksem yang mengandung banyak makna

dan dari banyaknya makna tersebut tidak saling bertentangan atau masih ada

hubungannya. Banyaknya makna tersebut polisemi selain dapat berakibat

negative, juga merupakan unsur positif, disebut negatif karena dapat

menimbulkan kesalahan penerimaan informasi, disebut positif karena justru

memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih lentur

untuk digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda

Setelah penulis analisis terjemahan Wali dan Auliya yang terdapat pada Tafsir

Mahmud Yunus. Kata Wali dan Auliya terdapat tiga belas arti yaitu: Pengikut,

Pemimpin, Wali, Penolong, Tuhan, Pemelihara, Teman, Anak, Saudara,

Kakasih, Pembantu, Sekutu, Sahabat sedangkan pada Terjemahan The Holy

Qur’an oleh Ali Audah. Kata Wali dan Auliya terdapat 8 arti yaitu: Penguasa,

Pelindung, Kawan, Penolong, Teman, Sekutu, Ahli waris, Pemuka.

Page 88: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

75

DAFTAR PUSTAKA

Aly Ash Shabuny, Muhammad. Pengantar Study Al-Qur’an. Bandung: At-tibyan AL-Ma’arif, 1984, cet.1.

Nata, Abuddin. Al-Qur’an dan Hadist. Jakarta: Raja Grasindo Persada, 1998, cet.ke 6.

E Lauder, Allan. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Ali, Atabik. Al-Asryi kamus arab-indnesia. Yogyakarta: Mulya Karya Grafika,1998.

Fuad Abdul Baqi, Muhammad. Al-Mu’jam Al-Mufahrosh Li Al-fadzi Al-Qur’an

Al-Karim. Turki, Maktabah Al-Islamiyah, 1984.

Yusuf, Suhendra. Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, Bandung: TPA, 1994, cet. I.

Widyamartaya, Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.

Machali, Rochyah. Pedoman Bagi Penerjemahan. Jakarta: PT. Grasindo, 2000, cet.

Ke-1.

Hanafi, Nurrachman. Teori dan Seni Menerjemahkan. Flores: Nusa Indah, 1986, cet. Ke-1.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Klasik Modern.

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer. Tangerang: Al-Kitabah, 2014.

Subuki, Makyun. SEMANTIK. Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Trans Pustaka Model Aplikasi: Jakarta RAJA GRAFINDO PERSADA, 2011.

Munawwir Warson, Ahmad. Qamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009. Tata Bahasa Praktis Bahasa Idonesia. Jakarta: Rineka Citra, 2011.

Aminuddin. Semantik (Pengantar Studi Tentang Makna. Malang: Sinar Baru Algensindo, 1985.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Page 89: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

76

Shihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktek. Bandung: Humaniora, 2005, cet. Ke-1.

Ali Hasan, Muhammad. dan Syauqi Nawasi, Rifa’at. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Amin Suma. Muhammad. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.

Matsna, Muhammad. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Yule, George. Kajian Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Ullman, Stephen. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Padeta, Mansur. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. Ke-2.

Arif Rokhman, Muhammad. Penerjemahan teks inggris teori dan latihan dilengkapi Teks teks Ilmu sosial dan Humaniora. Yogyakarta: Pyiramid Publisher, 2006.

Taufiqurrochman, H.R. Leksikologi Bahasa Arabi. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Kushartanti. Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Mukhtar Umar, Ahmad. Ilmu Dilalah. Kuwait: Jamiatul Kuwait, 1982.

Wahhab Khallaf, Abdul. Ilmu Ushul Fiqih.nSemarang: Toha Putra Group, 1994, cet. 1.

Audah, Ali. Dari Khazanah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, cet ke-1. Tafsir Yusuf Ali teks, terjemahan dan Tafsir Qur’an 30 Juz. Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2009. Qur’an-Terjemahan dan Tafsirnya. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

Supratman, Abdul Rani dan Sugriati, Endang. 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999, cet. ke-I.

Kholil, Ahmad. Firdaus. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi, 2005.

Sumardjo, Jacob. "Kritik Cerpen di Bawah Jembatan Gantung". Pikiran Rakyal Bandllng. th XX, no: 87. Rabu 26 Juni 1985.

Rina, Malta. Pemikiran dan Karya-karya Prof. Dr. Mahmud Yunus tentang

Page 90: POLISEMI KATA WALI dalam AL-QUR’AN Studi Kasus ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36705/1/UWES... · Perbedaan antara Polisemi dan Homonimi ... bersifat pendukung,

77

Pendidikan Islam Jurusan Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Andalas, Padang, 2011.

Yunus, Mahmud. Tafsir Qur’an Karim. Jakarta: Mahmud Yunus wa Dzurriyah, 2011.

Halim Soebahar, Abdul. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Nasution, H. harun. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.

Dahlan Azis, Abdul. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Mahfuz, Najib. Midaq Allay. Jakarta: Obor Indonesia, 1991.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab.

Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Yusuf Ali, Abdullah. Tafsir Yusuf Ali teks, terjemahan dan tafsir Quran 30 juz terjemahan bahasa Indonesia oleh Ali Audah. Bogor: Litera AntarNusa, 2009.