42
BAB I PENDAHULUAN Polip nasi merupakan penyakit inflamasi kronis yang terjadi pada membran mukosa hidung dan sinus paranasalis, dengan karakteristik masa edema lunak yang membentuk masa bertangkai dengan tangkai yang ramping atau lebar. 1 Sebagian besar polip ini berasal dari kompleks osteomeatal (KOM) dan melebar ke rongga hidung. 1,4 Prevalensi dari Penderita polip nasi masih belum diketahui secara pasti karena hanya sedikit laporan dari hasil studi epidemolologi serta tergantung pada pemilihan populasi penelitian serta metode diagnostik yang digunakan. Namun dari beberapa penelitian diketahui bahwa angka kejadian dari polip nasi ini mencapai 1-4% dari total populasi di seluruh dunia. 2 Etiologi dari polip nasi ini sendiri masih merupakan subjek yang terus menjadi sorotan dalam berbagai penelitian terkini. Berbagi faktor predisposisi khusunya inflamasi kronis hidung, faktor intoleransi aspirin, asma dan riwayat rinitis alergi. Selain begitu banyak faktor predisposisi serta etiologinya, hal lain yang juga menjadi sorotan terkini terkait polip hidung ini yaitu bagaimana penanganan efektif yang dapat dilakukan. Selama ini 1

Polip Nasi Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

polip

Citation preview

Page 1: Polip Nasi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

Polip nasi merupakan penyakit inflamasi kronis yang terjadi pada

membran mukosa hidung dan sinus paranasalis, dengan karakteristik masa

edema lunak yang membentuk masa bertangkai dengan tangkai yang ramping

atau lebar.1 Sebagian besar polip ini berasal dari kompleks osteomeatal (KOM)

dan melebar ke rongga hidung.1,4

Prevalensi dari Penderita polip nasi masih belum diketahui secara pasti

karena hanya sedikit laporan dari hasil studi epidemolologi serta tergantung

pada pemilihan populasi penelitian serta metode diagnostik yang digunakan.

Namun dari beberapa penelitian diketahui bahwa angka kejadian dari polip nasi

ini mencapai 1-4% dari total populasi di seluruh dunia. 2

Etiologi dari polip nasi ini sendiri masih merupakan subjek yang terus

menjadi sorotan dalam berbagai penelitian terkini. Berbagi faktor predisposisi

khusunya inflamasi kronis hidung, faktor intoleransi aspirin, asma dan riwayat

rinitis alergi.

Selain begitu banyak faktor predisposisi serta etiologinya, hal lain yang

juga menjadi sorotan terkini terkait polip hidung ini yaitu bagaimana

penanganan efektif yang dapat dilakukan. Selama ini penanganan yang

digunakan untuk polip nasi yaitu penanganan medikal dan operatif.

Kortikosteroid topikal merupakan pilihan obat yang digunakan untuk

mengurangi ukuran polip dan meningkatkan patensi pernafasan melalui hidung

serta digunakan untuk mencegah kekambuhan. Kemudian pada pasien yang tidak

memberikan respon dengan terapi ini atau memiliki ukuran polip yang sangat

besar, tindakan operatif merupakan pilihan selanjutnya.2,3

1

Page 2: Polip Nasi Fix

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. P

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Perumahan GDI, Simp. Sungai Duren

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Swasta

Tanggal pemeriksaan : 8 April 2014

Anamnesis (auto)

Keluhan utama : hidung kanan dan kiri buntu sejak 1 tahun yang lalu

Anamnesis khusus :

Pasien mengeluh hidung kanan dan kiri tersumbat sejak 1 tahun yang lalu,

satu minggu ini dirasakan lebih berat pada hidung sebelah kiri. Pasien juga sering

pilek, cairan yang keluar dari hidung cair dan kadang kental dan tidak berbau.

Pasien sering bersin-bersin pada pagi hari, sebanyak 2 kali berturut-turut. Pasien

tidak pernah merasakan keluar darah dari hidungnya. Hidung tidak dirasakan

nyeri. Penciuman berkurang. Pasien juga mengeluh sakit kepala pada saat pilek.

Adanya suara sengau pada pasien.

Selain itu pasien mengeluh juga tenggorokan berlendir, telinga kiri kadang-

kadang bengap, cairan (-), nyeri telinga (-), demam tidak ada, gangguan tidur tidak

ada.

Riwayat pengobatan :

Pasien pernah membeli obat di apotik, tetapi sampai saat ini tidak ada

perubahan. Pasien juga sudah berobat ke Poli THT RSUD Raden Mattaher, pasien

diberi obat, namun pasien lupa nama obatnya. Setelah minum obat yang di berikan

oleh dokter, pileknya berkurang dan penciumannya mulai membaik

Riwayat penyakit dahulu :

2

Page 3: Polip Nasi Fix

Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-), riwayat alergi obat dan makanan (-),

riwayat asma (-), riwayat keluarga asma (-)

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

3

Telinga Hidung

Gatal : -/-

Korek telinga : -/-

Nyeri telinga : -/-

Bengkak : -/-

Otore : -/-

Tuli : -/-

Tinitus : -/-

Vertigo : -

Mual : -

Muntah : -

Mau jatuh : -

Rinore : +/+

Lama : +

Terus-menerus : -

Hilang timbul : +

Cair/lendir/nanah : cair

Campur darah/bau : -

Hidung buntu : +/+

Terus-menerus : -

Hilang timbul : +

Bersin : +/+

Dingin/lembab : +

Debu rumah : -

Asap rokok : -

Berbau : -/-

Mimisan : -/-

Nyeri hidung : -/-

Suara sengau : +

Tenggorok Laring

Sukar menelan : -

Sakit menelan : -

Trismus : -

Ptyalismus : -

Rasa mengganjal : -

Rasa berlendir : +

Rasa kering : -

Suara parau : -

Afonia : -

Sesak nafas -

Rasa sakit : -

Rasa mengganjal : -

Page 4: Polip Nasi Fix

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis, TD : 170/100 mmHg, Nadi :

80x/m, Suhu badan : 36,8oC, RR : 20x/m, Anemia : -/-, Sianosis : -,

Stridor inspirasi : -, Retraksi suprasternal : -, Intercostal :-, Epigastrik :-

Pemeriksaan Fisik

4

Page 5: Polip Nasi Fix

a) Telinga

5

Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop - +

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -

Membrana Timpani Kiri Kanan

Hiperemis

Sulit dinilai

-

Retraksi -

Bulging -

Atropi -

Perforasi -

Bula -

Sekret -

Refleks Cahaya

Jam 7

Retro-aurikular dan

preauriculaKanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Page 6: Polip Nasi Fix

b) Hidung

Rinoskopi

AnteriorKanan Kiri

Vestibulum

nasiHiperemis (-), livide (-) Hiperemis (-), livide (-)

Kavum nasiSekret (-), hiperemis (-),

Edema mukosa (-)

Sekret (-), hiperemis (-),

Edema mukosa (-)

Selaput lendir Dbn Dbn

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Lantai + dasar

hidungDbn Dbn

Konka inferiorHipertrofi (-), hiperemis (-),

livida (-)

Hipertrofi (-), hiperemis (),

livida (-)

Meatus nasi

medius-

Massa bertangkai, lunak,

warna putih keabu-abuan,

terbatas di meatus medius,

sudah keluar dari meatus

medius, tapi belum

memenuhi rongga hidung

Polip - +

Korpus alineum - -

Massa tumor - -

Fenomena

palatum mole(-) (-)

Rinoskopi

PosteriorKanan Kiri

Kavum nasi Sekret (-), hiperemis (-), Sekret (-), hiperemis (-),

6

Page 7: Polip Nasi Fix

Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)

Selaput lendir Dbn dbn

Koana Dbn dbn

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Konka superiorHiperemis (-), livide (-),

edem (-)

Hiperemis (-), livide (-),

edem (-)

adenoid - -

Massa tumor - -

Fossa

rossenmuller- -

Transiluminasi

SinusKanan Kiri

Tidak dilakukan

c) Mulut

Hasil

Selaput lendir mulut Dbn

Bibir Sianosis (-) raghade (-)

Lidah Atropi papil (-), tumor (-)

Gigi Caries (-)

Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah

Palatum mole hiperemis (-), benjolan (-)

Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)

Plika anterior Hiperemis (-)

Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-),

permukaan rata, kripta tidak melebar

detritus (-)

Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-),

7

Page 8: Polip Nasi Fix

permukaan rata, kripta tidak melebar

detritus (-)

Plika posterior Hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect

Hasil

Pangkal lidah

Sulit dinilai

Epiglottis

Sinus piriformis

Aritenoid

Sulcus aritenoid

Corda vocalis

Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri

Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn

Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn

Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn

area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area

supraclaviculaDbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri

8

Page 9: Polip Nasi Fix

Nervus III, IV, VI Dbn Dbn

Nervus V, VII Dbn Dbn

Nervus IX Dbn

Regio XII Dbn

I. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + +

Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa/N

Kesimpulan : Fungsi Pendengaran dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi :

Foto thorax : -

Foto sinus paranasal :

- Terlihat ada penebalan mukosa dan adanya perselubungan di sinus maksila

sinistra

- Tidak ada destruksi tulang

- Tidak ada deviasi septum nasi

Foto jaringan lunak leher : -

Foto polos esophagus : -

Foto esophagus barium : -

CT-Scan : -

Laboratorium : tidak dilakukan

Hb : - - tes fungsi hati : -

Masa perdarahan : - - tes fungsi ginjal : -

Masa pembekuan : - - GDP :-

APTT : - - asam urat : -

Trombosit : - - Hitung jenis : -

9

Page 10: Polip Nasi Fix

Leukosit :- - Patologi/No/Tgl : tidak dilakukan

Diagnosis

Rhinitis vasomotor + polip nasi dextra stadium 1 at sinistra stadium 2 komplikasi sinusitis maksilaris sinistra

Diagnosis Banding

Rhinitis alergi

Tumor hidung dan sinonasal

Penatalaksanaan

Diagnostik : biopsi, tes cukit kulit

Terapi :

- Rhinitis vasomotor : dekongestan pseudoefedrin 2 x 60 mg/hari

- Polip berdasarkan stadium pada pasien ini kavum nasi kanan polip hidung

stadium 1 dan kavum nasi kiri stadium 2 bisa diberikan medikamentosa

dengan pemberian kortikosteroid, dapat mengurangi ukuran polip dan

mengurangi gejala sumbatan hidung. Diberikan kortikosteroid topikal

hidung (nasal spray) mometason, bila reaksinya baik, pengobatan ini

diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Kortikosteroid oral/sistemik

tidak diberikan karena pasien mempunyai riwayat hipertensi, jika diberikan

akan memperberat keadaan hipertensi pasien.

- Sinusitis : Antibiotik amoksilin 3 x 500 mg/hari

Monitoring

- Keluhan pasien : hidung tersumbat, penurunan penghidu, post nasal drip,

sakit kepala, bersin-bersin, rinore

- Ukuran polip mengecil atau menghilang, tidak ada perubahan

KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

o Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pada pasien

o Menjelaskan tentang terapi yang diberikan kepada pasien tentang manfaat,

cara, dan efek samping

o Memberitahu pasien untuk segera dating kembali ke dokter apabila tidak

ada perbaikan atau jika polip semakin membesar

10

Page 11: Polip Nasi Fix

o Memberitahu pasien jika polipnya tidak sensitive lagi diberi dengan obat-

obatan maka sebaiknya dilakukan operasi (polipektomi)

o Menganjurkan pada pasien agar menghindari faktor yang dapat memicu

terjadinya serangan, seperti menghindari minum es, atau makanan dingin

dari kulkas

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi hidung

A. Hidung luar

11

Page 12: Polip Nasi Fix

Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke

bawah: 1) pangkal hidung (bridge), 2) dorsum nasi, 3) puncak hidung, 4) ala

nasi, 5) kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk

oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat

dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan

lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari 1) tulang hidung (os nasalis), 2)

prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal, sedangkan

kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak

di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai

kartilago ala mayor, 3) beberapa pasang kartilago ala minor dan 4) tepi

anterior kartilago septum.2

B. Kavum nasi

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum

nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut

nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.4

12

Page 13: Polip Nasi Fix

Bagian kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di

belakang nares anterior, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisis oleh kulit

yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang

disebut vibrise.4

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial,

lateral, inferior dan superior.

Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh

tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah (1) lamina prependikularis os

etmoid, (2) vomer, (3) Krista nasalis os maksila dan (4) krista nasalis os

palatine. Bagian tulang rawan adalah (1) kartilago septum (lamina

kuadrangularis) dan (2) kolumela.4 Bagian superior dan posterior disusun oleh

lamona prependikularis os etmoid dan bagian anterior oleh kartilago septum

(quadrilateral), premaksila, dan kolumna membranousa. Bagian inferior,

disusun oleh vomer, maksila, dan tulang palatine dan bagian posterior oleh

lamina sphenoidalis.6 Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang

rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula

oleh mukosa hidung. hidung. Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka, yang

terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih

kecil ialah konka media, lebih kecil lagi adalah konka superior, sedangkan

yang terkecil disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter.

Konka inferior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan

labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan

bagian dari labirin etmoid. 4

13

Page 14: Polip Nasi Fix

Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga

sempit yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus

yaitu meatus inferior, medius, dan superior. Meatus inferior terletak diantara

konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada

meatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis.4 Meatus

medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada

meatus medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilnaris dan

infundibulum etmoid. Hiatus semilunaris merupakan suatu celah sempit

melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus

etmoid anterior.4 Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka

superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus

sphenoid. Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh

os maksila dan os palatum.4

Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh

lamina kribiformis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan

posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika, sedangkan a. oftalmika

berasal dari a. karotis interna.4

Kompleks OsteoMeatal (KOM)

Merupakan celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka

media dan lamina papirasea.

Struktur yang membentuk KOM : proccesus unsinatus, infundibulum

etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi, dan resesus frontal.

Fungsi : sebagai tempat ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang

letaknya anterior yaitu sinus maksila, etmoid anterior dan frontal.

14

Page 15: Polip Nasi Fix

Gambar 3 : perdarahan cavum nasi

Perdarahan hidung

Bagian atas : a. etmoid anterior dan a. etmoid posterior (cabang dari a.

oftalmika dari a. carotis interna)

Bagian bawah : a. palatina mayor, a. sfenopalatina memasuki hidung dari

belakang ujung konka media

Bagian depan : cabang dari a. fasialis

Bagian depan septum : anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.

etmoid anterior, a. labialis superior, a. palatina mayor Pleksus

kiesselbach (little’s area) letaknya superfisial dan mudah cedera oleh

trauma sering jadi sumber epistaksis bagi anak-anak

Persarafan hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung : persarafan sensoris n. etmoidalis

anterior (cabang dari n. oftalmikus)

Rongga hidung lainnya : n. maksila (ganglion sfenopalatinum)

N. olfaktorius : reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius

C. Fisiologi Hidung

Untuk fisiologi hidung terkait dengan polip, pertama kita harus

memahami Kompleks Osteomeatal (KOM), dimana struktur ini tersusun

dari prosessus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula

etmoid, agger nasi, dan ressesuss frontalis. KOM ini merupakan unit

fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dasri sinus-

sinus anterior (maksila, etmoid anterior dan frontal). Karena fungsinya

tersebut maka seandainya terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini,

maka akan terjadi perubahan yang signifikan pada sinus-sinus terkait

15

Page 16: Polip Nasi Fix

serta perubahan pada mukosa yang menjadi salah satu predisposisi

terjadinya polip hidung.

Beberapa fungsi hidung juga antara lain :4

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme

imunologik

2. Fungsi penghidu

3. Fungsi fonetik dalam resonansi suara, membantu proses bicara

4. Refleks nasal.

3.2 Polip Nasi

a. Definisi

Polip nasi adalah massa lunak yang mengandung banyak cairan

didalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat

inflamasi mukosa. Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun

perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak

dibawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel atau

meningoensefalokel.1,4

Dulu diduga predisposisi timbulnya polip nasi adalah adanya rhinitis

alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang

mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat ini menyatakan

bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti.4

b. Patogenesis

Gambar 4 : Potongan Sagital hidung dan adanya polip di Meatus Medius

Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik,

disfungsi saraf otonom serta predisposisi genetic. Menurut teori Barnstein,

terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang

16

Page 17: Polip Nasi Fix

berturbulensi, terutama didaerah sempit di kompleks ostiomeatal. Terjadi

prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan pembentukan kelenjar

baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel

yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.1,4

Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor

terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vascular yang

mengakibatkan dilepaskannya sitokin-sitokin dari sel mast, yang akan

menyebabkan adanya edema dan lama-kelamaan menjadi polip.

Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar

menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung dengan membentuk

tangkai.1,4

c. Makroskopi

Secara makroskopi polip merupakan massa bertangkai dengan

permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan,

agak bening, lobular, dapat tunggal atau multiple dan tidak sensitive (bila

ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit). Warna polip yang pucat tersebut

disebabkan karena mengandung banyak cairan dan sedikitnya aliran darah ke

polip. Bila terjadi iritasi kronis atau proses peradangan warna polip dapat

berubah menjadi kemerah-merahan dan polip yang sudah menahun warnanya

dapat menjadi kekuning-kuningan karena banyak mengandung jaringan ikat.4,5

Tempat asal tumbuhnya polip terutama dari kompleks osteomeatal di

meatus medius dan sinus etmoid. Bila ada fasilitas pemeriksaan dengan

endoskop, mungkin tempat asal tangkai polip dapat dilihat.4,5

Ada polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring,

disebut polip koana. Polip koana kebanyakan berasal dari dalam sinus maksila

dan disebut juga polip antrokoana. Ada juga sebagian kecil polip koana yang

berasal dari sinus etmoid.4,5

d. Mikroskopi

Secara mikroskopi tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa

hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang

sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil dan

makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan

kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia

17

Page 18: Polip Nasi Fix

epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik

atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.4

Berdasarkan jenis sel peradangannya, klasifikasi dari polip hidung

ini dibagi menjadi eosinophilik dan neutrophilik dominated inflammation,

tergantung dari sel inflamasi masa yang lebih dominan. Sebagian besar

pada polip hidung, eosinofil merupakan sel inflamasi yang paling sering

ditemukan. Polip Eosinofilik mempunyai latar belakang alergi dan Polip

Neutrofilik biasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya. 4,5

Macam Polip

Multipel, sering dijumpai, biasanya berasal dari selulae ethmoidalis

dimana bentuk sinus etmoidalis bersel-sel seperti sarang tawon

Soliter, umumnya berasal dari sinus maksilaris dimana sinus

maksilaris itu satu pada sisi kiri dan kanan yang dapat meluas lewat

ostium sinus, kebelakang sampai koana dan nasofaring yang disebut

choanal polip/ anthro choanal polip.

e. Diagnosis

1. Anamnesis

Keluhan utama penderita polip nasi adalah hidung rasa tersumbat

dari yang ringan sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai purulen,

hipoosmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri

dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal. Bila disertai infeksi

sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala

sekunder yang dapat timbul adalah bernafas melalui mulut, suara sengau,

halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup.4,5

Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk

kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.

Selain itu harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi

terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan.4,6

2. Pemeriksaan fisik

Polip nasi yang massif dapat menyebabkan deformitas hidung luar

sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada

pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat

yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan.4

18

Page 19: Polip Nasi Fix

Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997)

a. Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius

b. Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga

hidung tapi belum memenuhi rongga hidung, dan belum mencapai konka

inferior

c. Stadium 3: polip yang massif, memenuhi kaavum nasi dan mencapai

konka inferior

3. Naso-endoskopi

Adanya fasilitas endoskop akan sangat membantu diagnosis kasus

polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada

pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak dengan pemeriksaan

nasoendoskopi.4,7

Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat tangkai polip yang

berasal dari ostium asesorius sinus maksila.

Gambar 5: Gambaran endoskopi cavum nasi kiri, menunjukkan polip pada

prosesus uncinatus. Tampak jelas polip berada di tengah, berwarna pucat dan

putih berkilau.

4. Pemeriksaan radiologi

Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral)

dapat memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan

didalam sinus, tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan

tomografi computer sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan

di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi,

polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal. CT terutama

diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa,

19

Page 20: Polip Nasi Fix

jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah

terutama bedah endoskopi.4,7,8

f. Diagnosis Banding

Rhinitis alergi

Angiofibroma

Angiofibroma adalah neoplasma vaskuler jinak yang memiliki potensi

untuk penghancuran lokal, dan ini timbul dari pterygoideus plate

Hemangioma

Lesi vaskuler jinak di rongga hidung dan sinus paranasal. Kebanyakan

muncul dari septum hidung anterior dan turbinat hidung

Papiloma inversi (Inverted papiloma)

Tumor hidung yang secara histologis jinak namun klinisnya ganas

dapat menyebabkan pendesakan / destruksi dan sering kambuh kembali,

bentuknya sangat menyerupai polip.

Tumor ganas hidung seperti karsinoma atau sarkoma biasanya

unilateral, ada rasa nyeri dan mudah berdarah, sering menyebabkan

destruksi tulang.

g. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan

keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.4

1. Konservatif

Penatalaksanaan untuk polip yang masih kecil, dapat diobati secara

konservatif Polip tipe eosinofilik memberikan respon yang lebih baik

terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe

neutrofilik.4

Kortikosteroid ora l

Pengobatan yang telah teruji untuk sumbatan yang disebabkan

polip nasal adalah kortikosteroid oral seperti prednison dengan dosis 50

mg/hari atau deksametason selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan.

Agen anti inflamasi non-spesifik ini secara signifikan mengurangi ukuran

peradangan polip dan memperbaiki gejala lain secara cepat. Tetapi masa

kerja sebentar dan polip sering tumbuh kembali dan munculnya gejala

yang sama dalam waktu mingguan hingga bulanan.3

Kortikosteroid topikal hidung atau nasal spray

20

Page 21: Polip Nasi Fix

Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya diberikan kortikosteroid

intranasal selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini

diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Respon anti-inflamasi non-

spesifiknya secara teoritis mengurangi ukuran polip dan mencegah

tumbuhnya polip kembali jika digunakan berkelanjutan. Tersedia semprot

hidung steroid yang efektif dan relatif aman untuk pemakaian jangka

panjang dan jangka pendek seperti fluticson, mometason, beklometason

dipropionat. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid intranasal mungkin

harganya mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian pasien, sehingga dalam

keadaan demikian langsung diberikan kortikosteroid oral.3

Kortikosteriod sistemik

Pengunaan kortikosteroid sistemik jangka pendek merupakan

metode alternatif untuk menginduksi remisi dan mengontrol polip.

Berbeda dengan steroid topikal, steroid sistemik dapat mencapai seluruh

bagian hidung dan sinus, termasuk celah olfaktorius dan meatus media dan

memperbaiki penciuman lebih baik dari steroid topikal. Pemberian

kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi

medikamentosa. Bila reaksinya terbatas atau tidak ada perbaikan dari

kortikosteroid intranasal, maka diberikan juga kortikosteroid sistemik.

Dosis kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan yang baku, pemberian

masih secara empirik misalnya diberikan Prednison 30 mg per hari selama

seminggu dilanjutkan dengan 15 mg per hari selama seminggu. Menurut

van Camp dan Clement dikutip dari Mygind dan, Lidholdt untuk polip

dapat diberikan prednisolon dengan dosis total 570 mg yang dibagi dalam

beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari, kemudian dilakukan

tapering off 5 mg per hari. Menurut Naclerio pemberian kortikosteroid

tidak boleh lebih dari 4 kali dalam setahun. Pemberian suntikan

kortikosteroid intrapolip seperti triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5

ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang, sekarang tidak dianjurkan lagi

mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat emboli.3,8,9

Antibioti k

Polip nasi dapat menyebabkan obstruksi dari sinus yang berakibat

timbulnya infeksi. Pengobatan infeksi dengan antibiotik akan mencegah

perkembangan polip lebih lanjut dan mengurangi perdarahan selama

21

Page 22: Polip Nasi Fix

pembedahan. Kalau ada tanda-tanda infeksi harus diberikan juga

antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus polip dengan sinusitis

sekurang-kurangnya selama 10-14 hari.6

Follow up

Pasien dengan gejala minimal dapat dimonitor sekali setahun atau dua

kali setahun.

Pasien dengan gejala obstruktif yang mengganggu memerlukan follow

up yang lebih sering, terutama jika mereka sedang menerima

kortikosteroid oral dosis tinggi atau menggunakan semprot hidung

steroid topikal dalam jangka lama.

Intervensi bedah pada polip nasal dipertimbangkan setelah terapi

medikamentosa gagal dan untuk pasien dengan infeksi / peradangan

sinus berulang yang memerlukan perawatan dengan berbagai

antibiotik.4,6

2. Operatif

Bila polip sudah besar atau polip tidak membaik dengan terapi

medikamentosa serta polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk

terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan

senar polip atau cunam dengan analgesi local, etmoidektomi intra nasal

atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell_Luc

untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah apabila tersedia fasilitas

endoskopi maka dapat dilakukan fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan

tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).4,7,10

Indikasi Operasi7,10

Polip menghalangi saluran nafas.

Polip menghalangi drainase dari sinus sehingga sering terjadi

infeksisinus.

Polip berhubungan dengan tumor.

Pada anak-anak dengan multipel polip atau kronik rhinosinusitis yang

gagal pengobatan maksimum dengan obat- obatan.

Kontraindikasi Operasi10

Absolut- penyakit jantung dan penyakit paru

Relatif- gangguan pendarahan, anemia, infeksi akut yang berat

(eksaserbasi asma akut)

22

Page 23: Polip Nasi Fix

Bagan 1. Penatalaksaan polip nasi12

23

Stadium 2 dan 3 terapi operaratif

Polip rekuren : Cari faktor penyebab, steroid topical, steroid oral tidak lebih 3-4 x/tahun, kaustik, operasi ulang

Perbaikan : polip mengecil

Tindak lanjut dengan kortikosteroid topikal pemeriksaan berkala sebaiknya dengan nasoendoskopi

Perbaikan : polip menghilang

Perbaikan : polip mengecil

Tidak ada perbaikan

Terapi operatif

1. Kortikosteroid topical2. Polipektomi medikamentosa

Deksametason 12 mg (3 hr) 8 mg (3 hr) 4 mg (3 hr)

Methylprednisolone 64 mg 10 mg (10 hr) Prednisone 1 mg/kgbb (10 hari)

Persiapan pra bedah

Keterangan stadium polip 1. Polip dalam MM (NE)2. Polip keluar dari MM,

namun belum memenuhi kavum nasi

3. Polip memenuhi kavum nasi

Stadium 1 dan terapi medikamentosa

Biopsy , tatalaksana disesuaikanJika mungkin : biopsy untuk menentukan tipe polip dan lakukan polipektomi

Curiga keganasan : permukaan berbenjol, mudah berdarah

Massa bertangkai warna putih keabu-abuan : polip nasi, tentukan stadium

Keluhan sumbatan hidung dengan 1/> gejala

Page 24: Polip Nasi Fix

h. Komplikasi

Intranasal

o Sinusitis berulang

o Sinusitis kronis

o Acquired deformitas hidung

Orbital

o Proptosis

o Diplopia

Intrakranial

o Meningitis

o Encephalitis 11

i. Prognosis

Umumnya setelah penatalaksanaan yang dipilih prognosis polip

hidung ini baik (dubia et bonam) dan gejala-gejala nasal dapat teratasi.

Akan tetapi kekambuhan pasca operasi atau pasca pemberian

kortikosteroid masih sering terjadi. Untuk itu follow-up pasca operatif

merupakan pencegahan dini yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya sinekia dan obstruksi ostia pasca operasi,

bagaimana patensi jalan nafas setelah tindakan serta keadaan sinus,

pencegahan inflamasi persisten, infeksi, dan pertumbuhan polip kembali,

serta stimulasi pertumbuhan mukosa normal. Untuk itu sangat penting

dilakukan pemeriksaan endoskopi post operatif. Penatalaksanaan lanjutan

dengan intranasal kortikosteroid diduga dapat mengurangi angka

kekambuhan polip hidung.3

Pencegahan

1. Mengatur alergi dan asma. Mengikuti pengobatan dokter rekomendasi untuk

mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan secara teratur di

bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang perubahan rencana

pengobatan Anda.

2. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk

memberikan kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti

alergen, polusi udara dan bahan kimia.

24

Page 25: Polip Nasi Fix

3. Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh.

Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri

dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus.

4. Melembabkan rumah Anda. Gunakan pelembab ruangan jika Anda memiliki

udara kering di rumah Anda. Hal ini dapat membantu meningkatkan aliran

lendir dari sinus Anda dan dapat membantu mencegah sumbatan dan

peradangan.

25

Page 26: Polip Nasi Fix

BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien Tn.P usia 45 tahun datang ke Poli THT Rumah Sakit Umum

Daerah Raden Mattaher Jambi pada tanggal 8 april 2014 dengan keluhan utama

hidung kiri dan kanan buntu sejak 1 tahun yang lalu. Pasien didiagnosis dengan

polip hidung.

Diagnosis tersebut didapat dari anamnesis bahwa Pasien mengeluh hidung

kanan dan kiri tersumbat sejak 1 tahun yang lalu, satu minggu ini dirasakan lebih

berat pada hidung sebelah kiri. Pasien juga sering pilek, cairan yang keluar dari

hidung cair dan kadang kental dan tidak berbau. Pasien sering bersin-bersin pada

pagi hari, sebanyak 2 kali berturut-turut. Hidung tidak dirasakan nyeri. Penciuman

berkurang. Pasien juga mengeluh sakit kepala pada saat pilek. Adanya suara

sengau pada pasien. Pasien tidak pernah merasakan keluar darah dari hidungnya,

dalam hal ini menyingkirkan diagnosis banding tumor hidung dan sinonasal baik

tumor jinak epithelial dan non-epitelial maupun tumor ganas epithelial dan non-

epitelial.

Selain itu pasien mengeluh juga tenggorokan berlendir, ini menandakan

adanya ingus jatuh di tenggorokan (post nasal drip), telinga kiri kadang-kadang

bengap, cairan (-), nyeri telinga (-), demam tidak ada, gangguan tidur tidak ada.

Diagnosis yang ditegakkan juga didukung dari hasil pemeriksaan fisik,

yaitu pada inspeksi permukaan hidung tidak ada kelainan, pada palpasi hidung

tidak ada deformitas dan pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan rhinoskopi

anterior nares sinistra dan dextra, kavum nasi sinistra terlihat massa dengan

permukaan licin, bentuk lonjong, berwarna pucat yang berasal dari meatus medius

dan sudah keluar dari meatus medius, tapi belum memenuhi rongga hidung dan

ditekan tidak sakit, sekret (-), hiperemis (-), deviasi septum nasi (-), kavum nasi

dextra juga terlihat massa dengan permukaan licin, bentuk lonjong, berwarna

pucat yang berasal dari meatus medius dan belum keluar dari meatus medius,

sekret (-), hiperemis (-), deviasi septum nasi (-).

Pasien sudah melakukan pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu foto sinus

paranasal, dari hasil pemeriksaan terlihat ada penebalan mukosa sinus maksila

dan adanya perselubungan pada sinus maksila, tidak ada destruksi tulang, tidak

ada deviasi septum, dari hasil pemeriksaan radiologi ini pasien sudah mengalami

26

Page 27: Polip Nasi Fix

komplikasi polip hidung yaitu sinusitis di sinus maksila. Pemeriksaan

laboratorium tidak dilakukan.

Menurut stadiumnya pada kavum nasi kanan polip hidung stadium 1 dan

pada kavum nasi kiri polip hidung stadium 2, maka pada pasien ini diberikan

terapi dekongestan pseudoefedrin 2 x 60 mg/hari untuk mengatasi gejala rhinitis

vasomotornya yaitu bersin-bersin, rinore, kortikosteroid topikal, untuk

mengurangi keluhan yaitu hidung buntu dan obat ini juga bisa mengurangi ukuran

polip. Pada pasien ini tidak diberikan kortikosteroid oral yang bekerja secara

sistemik dikarenakan pasien mempunyai riwayat hipertensi, sehingga hanya

diberikan yang topical (nasal sparay) mometason, pada pasien ini dibeikan juga

antibiotic amoksilin untuk sinusitisnya. Pasien juga disarankan untuk melakukan

terapi operatif untuk polip pada kavum nasi kiri apabila tidak ada respon dengan

terapi medikamentosa yang diberikan, karena sudah terjadi komplikasi sinusitis di

sinus maksila kiri akibat terganggunya drainase pada sinus.

27

Page 28: Polip Nasi Fix

BAB V

KESIMPULAN

Polip hidung merupakan massa lunak yang mengandung banyak cairan di

dalam rongga hidung, bewarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi

mukosa. Penyebab pasti dari polip ini sendiri masih belum bisa dijelaskan secara

pasti, namun diduga adanya inflamasi kronis menjadi faktor penyebab utamanya.

Berbagai kondisi yang berhubungan dengan terbentuknya polip hidung ini

antara lain yaitu riwayat alergi, inflamasi kronik, ketidakseimbangan vasomotor.

Pada pasien dengan polip hidung ditemukan keluhan-keluhan berupa hidung

tersumbat, rinorea, hiposmia atau anosmia. Dapat pula didapatkan gejala sekunder

seperti bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan

gangguan aktifitas.

Dari rinoskopi anterior ditemukan adanya masa berwarna pucat pucat

bertangakai yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. Kemudian

pemeriksaan penunjang dapat dilakukan foto polos, CT scan serta endoskopi

untuk menegakkan diagnosa.

Penatalaksanaan pada polip hidung ini dapat konservatif dengan obat-

obatan (medikamentosa) dan dengan tindakan operatif.

28

Page 29: Polip Nasi Fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Kirtsreesatul Virat. Update on Nasal Polyps : Etiopatogenesis. J Med Assoc Thai.

2005 : 88 (12) :1966-72

2. Ahmad Maymane Jahroni. The Epidemological & Clinical aspect of Nasal

Polyps that Require Surgery. Iranian Journal Of Otorhynolaryngology.2012 : 2 (4)

: 72-75

3. Assanasen paraya MD. Medical & Surgical Management of Nasal Polyps. Current

Option in Otolaryngology & Head and Neck Surgery. 2001. 9 : 27-36

4. Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok edisi VI cetakan 1. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2007

5. Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok. Edisi ke-VI. Penerbit Buku Kedokteran, EGC 1989

6. Bachort C.Management of Nasal Polyps. Rhinology. 2005 : 18: 1-87

7. Stammberger H. Functional Endoscopic Sinus Surgery, Philadelphia: BC Decker;

1991.

8. Naclerio RM, Mackay IS. Guidelines for the Management of Nasal Polyposis. In:

Mygind N, Lildholt T. Nasal Polypsis: An Inflammatory Disease and Its Treatment.

Copenhagen : Munksgaard; 1997: 177-80.

9. Mygind N, Lildholt T. Medical Management. In: Settipaned GA, Lund VJ, Bernstein

JM, Tos Meds. Nasal Polyps: Epidemiology, Pathogenesis and Treatment Providence:

Oceanside Publication :1977: 147-55.

10. Lund VJ. Surgical Treatment – Nasal Polyps: In Settipaned GA, Lund VJ, Bernstein

JM, Tos Meds. Nasal Polyps: Epidemiology, Pathogenesis and Treatment Providence:

Oceanside Publication:1977: 157-63.

11. Waitzman, Ariel A. Polip nasi. 2014. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/994550 diakses : 12 April 2014

12. Perhimpunan dokter spesialis THT-KL I ndonesia. Guidline Penyakit THT-KL di

Indonesia. 2007. Hal 25

29