26
POLIOMYELITIS ANATOMI MEDULLA SPINALIS Sistem saraf terdiri dari 1) sel-sel saraf (Neuron) dan 2) sel- sel penyokong (Neuroglia dan sel Schwann) - Neuron : sel-sel saraf khusus peka rangsang yang menerima masukan sensorik atau aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik dan menyalurkan masukan motorik atau eferen - Neuroglia : penyokong, pendukung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medulla spinalis - Sel Schwann : pelindung dan penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal di luar sistem saraf pusat Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (PNS) - sistem saraf pusat otak dan medulla spinalis - sistem saraf tepi neuron aferen dan eferen sistem saraf somatic dan neuron sistem saraf autonom (visceral) - SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang serta suspense dalam cairan serebrospinal (CSF) yang diproduksi di ventrikel otak - SSP diliputi oleh 3 lapis jaringan meninges (duramater, araknoid, dan piamater) - Otak terdiri dari otak tengah, pons dan medulla oblongata lanjutannya yaitu MEDULLA SPINALIS

Poliomyelitis (Soca)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

soca kedokteran polio saraf

Citation preview

Page 1: Poliomyelitis (Soca)

POLIOMYELITIS

ANATOMI MEDULLA SPINALIS

Sistem saraf terdiri dari 1) sel-sel saraf (Neuron) dan 2) sel-sel penyokong (Neuroglia dan sel

Schwann)

- Neuron : sel-sel saraf khusus peka rangsang yang menerima masukan sensorik atau

aferen dari ujung-ujung saraf perifer khusus atau dari organ reseptor sensorik dan

menyalurkan masukan motorik atau eferen

- Neuroglia : penyokong, pendukung dan sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan

medulla spinalis

- Sel Schwann : pelindung dan penyokong neuron-neuron dan tonjolan neuronal di luar

sistem saraf pusat

Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (PNS)

- sistem saraf pusat otak dan medulla spinalis

- sistem saraf tepi neuron aferen dan eferen sistem saraf somatic dan neuron sistem saraf

autonom (visceral)

- SSP dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang serta suspense dalam cairan

serebrospinal (CSF) yang diproduksi di ventrikel otak

- SSP diliputi oleh 3 lapis jaringan meninges (duramater, araknoid, dan piamater)

- Otak terdiri dari otak tengah, pons dan medulla oblongata lanjutannya yaitu

MEDULLA SPINALIS

- MEDULLA SPINALIS : struktur lanjutan yang memanjang dari medulla oblongata

melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna vertebralis sampai

setinggi vertebrata lumbalis pertama (L1) orang dewasa

- MS terbagi menjadi 31 segmen (tempat asal 31 pasang saraf spinal) yang terbagi

menjadi : 8 pasang saraf servikal (C), 12 pasang saraf thorakal (T), 5 pasang saraf lumbal

(L), 5 pasang saraf sakral (S), dan 1 pasang saraf koksigeal (Co).

- MS sebagai pusat refleks spinal dan jaras konduksi impuls dari atau ke otak

- MS terdiri dari substansia alba (serabut saraf bermyelin) dengan bagian dalam substansia

grisea (serabut saraf tak bermielin)

Page 2: Poliomyelitis (Soca)

- Substansia alba berfungsi sebagai jaras konduksi impuls aferen dan eferen antar

tingkat medulla spinalis dan otak

- Substansia grisea tempat integrasi refleks-refleks spinal

POSTERIOR

ANTERIOR

Pada gambar diatas (penampang melintang) substansia grisea menyerupai huruf H capital. Kedua

kaki huruf H yang menjulur ke bagian depan disebut kornu anterior (kornu ventralis) sedangkan

kedua kaki belakang dinamakan kornu posterior (kornu dorsalis).

Kornu anterior (ventralis) terutama terdiri dari badan sel dan dendrit neuron-neuron motorik

eferen multipolar dari radiks ventralis dan saraf spinal. Sel kornu ventralis (lower motor

neuron/LMN) biasanya dinamakan jaras akhir bersama karena setiap gerakan (baik yang berasal

dari korteks motorik cerebral, ganglia basalis atau yang timbul secara refleks dari reseptor

sensorik) harus diterjemahkan menjadi suatu kegiatan atau tindakan melalui struktur tersebut.

Page 3: Poliomyelitis (Soca)

Kornu posterior (dorsalis) mengandung badan sel dan dendrite asal serabut-serabut sensorik yang

akan menuju tingkat SSP lain sesudah bersinaps dengan serabut sensorik dari saraf-saraf sensorik

Substansia alba medulla spinalis bertindak sebagai penghatar traktus-traktus yang panjang, baik

berjalan naik ataupun berjalan turun. Melalui traktus-traktus ini impuls aferen dari saraf spinal

dapat mencapai otak dan impuls eferen yang berasal dari pusat motorik dalam otak dapat

diteruskan ke sel-sel kornu ventralis medulla spinalis.

Setiap separuh lateral medulla spinalis dibagi menjadi tiga bidang longitudinal yang berjalan

sepanjang medulla spinalis disebut kolumna ventralis, dorsalis, lateralis

Dalam setiap bagian terdapat serabut yang jelas (disebut traktus) yang lokasinya sudah tertentu.

Traktus merupakan seikat serabut dengan asal, tujuan, dan fungsi yang sama. Traktus dapat

berjalan naik (asendens) dan berjalan turun (desendens) atau asosiatif

1. Traktus asendens membawa informasi sensorik ke SSP dan dapat berjalan ke bagian-bagian

medulla spinalis dan otak.

- Traktus spinotalamikus lateralis traktus asendens penting yang membawa serabut-serabut

untuk jaras nyeri dan suhu.

Jaras untuk raba halus, propriosepsi sadar dan getar mempunyai serabut-serabut yang

membentuk kolumna dorsalis substansia alba medulla spinalis.

2. Traktus desendens impuls dari berbagai bagian otak yang menuju neuron-neuron motorik

batang otak dan medulla spinalis.

- Traktus kortikospinalis lateralis dan ventralis jaras motorik voluntar medulla spinalis.

3. Traktus asosiatif merupakan traktus asendens atau desendes yang pendek misalnya traktus ini

dapat hanya berjalan antara beberapa segmen medulla spinalis sehingga disebut traktus

intersegmental

Page 4: Poliomyelitis (Soca)

JARAS ASENDENS

Informasi sensorik dari reseptor perifer dihantarkan melalui sistem saraf dalam serangkaian

neuron yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk sistem jaras ascendens. Rantai

sensorik terdiri dari 3 neuron masing-masing mempunyai akson panjang :

1. Badan sel neuron tingkat pertama terletak pada ganglion radiks dorsalis. Neuron ini

menghantarkan impuls dari reseptor ke medulla spinalis

2. badan sel neuron tingkat kedua terletak pada berbagai tingkat substansia grisea medulla

spinalis atau batang otak dan menghantarkan impuls lewat substansia alba medulla spinalis ke

thalamus.

3. badan sel neuron tingkat ketiga menghantarkan impuls dari thalamus ke korteks cerebri dan

badan selnya terletak dalam thalamus.

Traktus Fungsi

ASCENDENS

Kolumna dorsalis (posterior) Melokalisasi stimulus sentuhan halus,

kemampuan untuk membedakan tekanan dan

intensitas

Fasikulus kuneatus (T6 dan diatasnya, bagian

atas tubuh)

Kesadaran proprioseptif (merasakan posisi)

Fasikulus gracialis (T7 dan dibawahnya,

bagian bawah tubuh)

Vibrasi (sensasi fasik)

Spinotalamikus

Spinotalamikus lateralis Nyeri

Spinotalamikus ventralis Temperatur, sensasi hangat dan dingin

Sensasi gatal dan geli

Spinosereberalis

Spinosereberalis dorsalis Proprioseptif yang tidak disadari (sensasi otot)

Spinosereberalis ventarlis Koordinasi postur tubuh dan gerakan

ekstremitas

JARAS DESENDENS

Page 5: Poliomyelitis (Soca)

Ada dua sistem utama lintasan motorik yang disebut sebagai :

1. Traktus piramidalis (traktus kortikospinalis lateralis dan ventralis) merupakan bagian serabut-

serabut menyatu dalam medulla oblongata membentuk piramis

2. Traktus ekstrapiramidalis

Lintasan motorik desendens melibatkan dua neuron utama yaitu neuron motorik atas (upper

motor neuron/UMN) dan neuron motorik bawah (lower motor neuron/LMN)

- UMN mempunyai badan sel dalam korteks motorik serebri atau daerah subkortikal otak dan

batang otak dan serbut-serabutnya mengahntarkan impuls dari otak (traktus kortikobulbaris)

Traktus Fungsi

DESENDENS

Kortikospinalis

Kortikospinalis lateralis Traktus piramidalis membawa impuls untuk pengendalian

voluntary otot ekstremitas

Kortikospinalis ventralis Traktus piramidalis membawa impuls untuk pengendalian

voluntary otot tubuh

Rubrospinalis Traktus ekstrapiramidalis mengurus intergrasi yang tidak

disadari dan koordinasi gerakan otot yang disesuaikan dengan

masukan proprioseptif

Tektospinalis Traktus ekstrapiramidalis mengurus gerakan pemindaian dan

pergantian refleks pada kepala dan gerakan refleks pada lengan

sebagai respon terhadap sensasi penglihatan, pendengaran atau

kulit

Vestibulospinalis Traktus ekstrapiramidalis terlibat dalam mempertahankan

keseimbangan dan koordinasi gerakan kepala dan mata

- Neuron motorik spinalis yang mempersarafi otot disebut LMN. LMN dimulai dalam SSP

(kornu anterior substansia grisea medulla sepinalis) dan mengirimkan serabut-serabutnya

mempersarafi otot-otot

GANGGUAN SISTEM MOTORIK

Page 6: Poliomyelitis (Soca)

LESI UPPER MOTOR NEURON (UMN)

LESI TRAKTUS KORTIKOSPINAL  (TRACTUS PYRAMIDAL)

1. Tes Babinsky positif. Ingat bahwa tanda babinsky secara normal terdapat selama setahun

pertama kehidupan, karena tractus kortikospinal tidak bermielin sampai akhir tahun

kehidupan pertama.

2. Arefleksia abdominalis superficial. Reflek ini tergantung pada integritas tractus, yang

menimbulkan eksitasi tonik pada neuron internunsial.

3. Arefleksia cremaster.

4. Kehilangan penampilan gerakan volunter terlatih yang halus.

LESI TRAKTUS DESCENDEN SELAIN TRACTUS KORTIKOSPINAL (TRACTUS

EKSTRAPIRAMIDAL)

1. Paralisa parah dengan sedikit atau tanpa adanya atrofi otot

2. Spastik atau hipertonisasi otot. anggota gerak tubuh bawah dalam ekstensi dan anggota

gerak atas dipertahankan dalam keadaan fleksi

3. Peningkatan reflek otot serta klonus dapat ditemukan pada fleksor jari tangan,muskulus

quadrisep femoris dan otot paha.

4. Reaksi pisau lipat. Mengadakan gerakan pasif suatu sendi terdapat tahanan oleh adanya

spastisitas otot.

LESI LOWER MOTOR NEURON (LMN)

1. Paralisis flaksid otot yang disuplai.

2. Atrofi otot yang disuplai.

3. Kehilangan reflek otot yang disuplai.

4. Vasikulasi muskuler. Keadaan ini merupakan twitching otot yang hanya terlihat jika

terdapat kerusakan yang lambat dari sel.

Page 7: Poliomyelitis (Soca)

5. Kontraktur muskuler. Ini adalah pemendekan otot yang mengalami paralise, lebih sering

terjadi pada otot antagonis, dimana kerjanya tidak lagi dilawan oleh otot yang mengalami

paralise.

SINDROM PEMOTONGAN  SPESIFIK

1. LESI KORTIKAL (tumor,hematoma,infark,dll) mengakibatkan paresis tangan atau

lengan kontralateral. Gerakan volunter harus, terlatih, paling sering terlibat. Terjadi

monoparesis, paresis terjadi karena penjagaan traktus ekstrapiramidalis yang hampir

total. Lesi kecil di kortek ada 4 menghasilkan paresis flacid dan serangan epilepsi fokal

yang agak sering (epilepsi jackson).

2. Lesi kapsula Interna : terjadi hemiplegi spastik kontralateral karena serat piramidalis

dan ekstrapiramidalis dekat satu sama lain. Traktus kortikonuklearis terlibat sehingga

terjadi paralisis fasial kontralateral dan mungkin saraf hipoglosus. Kebanyakan nuklei

motorik kranialis disarafi secara bilateral oleh traktus tersebut. Kerusakan cepat

menyebabkan  paralisis kontralateral , yang pertama-tama bersifat flacid karena efeknya

seperti syok pada neuron perifer, setelah berjam-jam atau berhari-hari paralisis menjadi

spastik karena serat ekstrapiramidalis juga rusak.

3. Lesi pedunkel : hasil dari lesi ini adalah hemiplegia spastik kontralateral, yang berkaitan

dengan paralisis ipsilateral saraf okulomotorius.

4. Lesi pons : hasil dari lesi ini hemiplegi kontralateral dan mungkin bilateral. Tidak semua

serat ekstrapiramidalis mengalami kerusakan karena serat yang berjalan ke bawah ke

wajah dan nuklei hipoglosus terletak lebih dorsal, nervus fasialis dan hipoglosus mungkin

tidak terkena sebaliknya mungkin ada paralisis ipsilateral saraf abdusens dan trigeminus.

5. Lesi piramida : menghasilkan hemiparesis flacid kontralateral. Tidak ada hemiplegi

kerena yang rusak hanya serat piramidalis. Jaras ekstrapiramidalis terletak lebih dorsal

dalam medula dan tetap utuh.

6. Lesi servikalis : keterlibatan traktus piramidalis lateral berasal dari penyakit seperti

sklerosis lateral amiotropik atau multipel, mengakibatkan hemiplegia spastik ipsilateral

Page 8: Poliomyelitis (Soca)

karena traktus piramidal sudah menyilang, paralisis bersifat spastik karena serat

ekstrapiramidalis yang bercampur dengan serat piramidalis juga mengalami kerusakan.

7. Lesi torakalis : interupsi pada traktus piramidalis lateral yang disebabkan penyakit

seperti sklerosis lateral amiotropik atau multipel mengakibatkan monoplegia spastik

ipsilateral dari tungkai. Kerusakan bilateral menyebabkan paraplegia

8. Lesi radiks anterior : kelumpuhan akibat lesi ini adalah ipsilateral dan flaccid, akibat

kerusakan motor neuron bawah atau perifer

TINJAUAN PUSTAKA POLIOMIELITIS

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh

virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk

ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan

(paralysis).

1. Etiologi

Virus poliomielitis tergolong dalam genus enterovirus dan famili picornaviridae,

mempunyai 3 strain yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe 3 (Leon). Infeksi

dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus tersebut. Pada sebagian besar kasus dan

ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1. Imunitas yang diperoleh setelah terinfeksi

maupun imunisasi bersifat seumur hidup dari spesifik untuk satu tipe.

2. Epidemiologi

Di Indonesia perkembangan polio sejak ditemukannya kasus polio pertama Maret 2005

lalu setelah 10 tahun (1995-2005) tidak ditemukannya lagi kasus polio. Namun penyakit

polio ini kembali mewabah di Indonesia tahun 2005. Hingga tanggal 21 november 2005,

ditemukan 295 kasus polio yang terdapat di 40 kabupaten dari 10 propinsi yakni Banten,

Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, sumut, Jawa Timur, Sumatera Selatan, DKI, Riau,

dan Aceh.

3. Patogenesis

Page 9: Poliomyelitis (Soca)

Polio dapat menyebar melalui kontak dengan kotoran yang terkontaminasi

(misalnya, dengan mengganti popok bayi yang terinfeksi) atau melalui

udara, dalam makanan, atau dalam air. Virus masuk melalui mulut dan hidung (portal of

entry), berkembang biak di dalam tenggorokan dan mukosa saluran cerna (Peyer’s patches),

lalu diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Virus biasanya memasuki tubuh melalui rongga orofaring dan berkembangbiak dalam traktus

digestivus, kelenjar getah bening regional dan sistem retikuloendotelial.

Masa inkubasi ini berlangsung antara 7-14 hari, tetapi dapat pula merentang dari 2 sampai 35

hari. Setelah 3-5 hari sejak terjadinya paparan, virus dapat ditemukan dari tenggorok, darah

dan tinja. Dalam keadaan ini timbul perkembangan virus, tubuh bereaksi dengan membentuk

antibodi spesifik. Bila pembentukan zat antibodi mencukupi dan cepat maka virus akan

dinetralisasikan, sehingga timbul gejala klinis yang ringan atau tidak terdapat sama sekali

dan timbul imunitas terhadap virus tersebut. Dalam kebanyakan kasus, hal ini dapat

mengakibatkan terhentinya perkembangan virus dan keuntungan individu memiliki

kekebalan permanen terhadap polio. Bila proliferasi virus tersebut lebih cepat dari

pembentukan zat anti maka akan timbul viremia dan gejala klinis, kemudian virus akan

terdapat dalam feses untuk beberapa minggu lamanya. Apabila manusia yang rentan terpapar

dengan poliovirus maka satu dari beberapa respons berikut ini akan terjadi, yaitu: infeksi

tidak nyata dan tanpa gejala-gejala, timbul sakit ringan (abortive poliomyelitis, nonparalytic

poliomyelitis, paralyticpoliomyelitis.

Berbeda dengan virus lain yang menyerang susunan saraf, maka neuropatologi poliomeilitis

biasanya patognomonik dan virus hanya menyerang sel-sel dan daerah tertentu susunan

Page 10: Poliomyelitis (Soca)

saraf, tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan,

dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.

Daerah yang biasanya terkena pada poliomeilitis :

Medulla spinalis terutama kornu anterior

Batang otak pada nukleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis

yang mengandung pusat vital

Serebelum terutama inti-inti pada vermis

Mid brain terutama pada masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang nukleus

rubra.

Talamus dan hipotalamus

Korteks serebri, hanya daerah motorik

Poliomielitis adalah penyakit infeksi virus yang akut yang melibatkan medulla

spinalis dan batang otak. Telah diisolasi 3 jenis virus yaitu tipe Brunhilde, Lansing dan

Leon yang menyebabkan penyakit ini, yang masing-masing tidak mengakibatkan

imunitas silang. Bila seorang mengalami infeksi dengan satu jenis virus ia akan mendapat

kekebalan yang menetap terhadap virus tersebut.

Kira-kira 7-10 hari setelah tertelan virus, kemudian terjadi penyebaran termasuk

ke susunan saraf pusat. Penyebaran virus polio melalui saraf belum jelas diketahui.

Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi pada saat viremia yaitu kira-kira hari ketujuh,

sedangkan major illness ditemukan bila konsentrasi virus di susunan saraf pusat

mencapai puncaknya yaitu pada hari ke 12 sampai 14.

Page 11: Poliomyelitis (Soca)

4. Gambaran klinis (Klasifikasi)

Sebagian besar infeksi yang disebabkan oleh polio ada beberapa gejala khas. Namun hampir

95% dari semua orang yang terkena virus polio tidak akan menunjukkan gejala apapun.

Sekitar 5 persen orang yang terinfeksi akan mengalami gejala ringan, seperti sakit

tenggorokan, leher kaku, sakit kepala, dan demam, dan seringkali terdiagnosis sebagai pilek

atau flu. Kelumpuhan otot telah diperkirakan terjadi pada sekitar satu dari setiap 1.000 orang

yang terkena.

Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 9-12 hari, tetapi kadang-kadang 3-35 hari.

Gambaran klinis yang terjadi sangat bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai dengan

yang paling berat, yaitu antara lain :

Infeksi tanpa gejala

Kejadian infeksi yang asimptomatik ini sulit diketahui, tetapi biasanya cukup tinggi terutama

di daerah yang standar kebersihannya jelek. Pada suatu endemik polio diperkirakan terdapat

pada 9-95% penduduk dan menyebabkan imunitas terhadap penyakit polio. Bayi baru lahir

mula-mula terlindungi karena adanya antibodi maternal yang kemudian akan menghilang

setelah usia 6 bulan. Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di tinja atau

meningginya titer antibodi.

Infeksi abortif

Kejadiannya diperkirakan 4-8% dari jumlah penduduk pada suatu daerah yang tingkat

kejadiannya cukup tinggi. Tidak dijumpai gejala khas poliomielitis. Timbul mendadak dan

berlangsung 1-3 hari dengan gejala “minor illness” seperti demam bisa mencapai 39,5 oC,

malaise, nyeri kepala, sakit tenggorokan, anoreksia, muntah, nyeri otot dan nyeri perut serta

kadang-kadang diare. Penyakit ini sukar dibedakan dengan penyakit virus lainnya, hanya

Page 12: Poliomyelitis (Soca)

dapat diduga bila terjadi di daerah yang epidemik polio. Diagnosis pasti hanya dengan

menemukan virus pada biakan jaringan. Diagnosis banding adalah influenza atau infeksi

tenggorokannya lainnya.

Poliomielitis non paralitik

Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinik sama dengan infeksi abortif yang

berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi kemudian naik kembali

(dromary chart), diserta dengan gejala nyeri kepala, mual dan muntah lebih berat, dan

ditemukan kekakuan pada otot belakang leher, punggung serta tungkai. Tanda kernig dan

brudzinsky positif. Tanda lain adalah bila anak berusaha duduk dengan sikap tidur, maka ia

akan menekukkan kedua lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang

pada tempat tidur. Head drop yaitu bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada

kedua ketiak, akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang. Refleks tendon biasanya

normal. Bila refleks tendon berubah maka kemungkinan akan terjadi poliomielitis paralitik.

Diagnosis banding adalah meningitis serosa dan meningismus.

Poliomielitis paralitik

Gambaran klinis sama dengan poliomielitis non paralitik disertai dengan kelemahan satu

atau beberapa kumpulan otot skelet atau kranial. Gejala ini bisa menghilang selama

beberapa hari dan kemudian timbul kembali diserta dengan kelumpuhan (paralitik) yaitu

berupa “flaccid paralysis” yang biasanya unilateral dan simetris yaitu paling sering terkena

adalah tungkai. Keadaan ini bisa disertai kelumpuhan vesika urinaria, atonia usus dan

kadang-kadang ileus paralitik. Pada keadaan yang berat dapat terjadi kelumpuhan otot

pernafasan.

Page 13: Poliomyelitis (Soca)

Gambaran secara umum penderita poliomielitis

Gambaran secara umum pasien polio

\

Penderita polio

Banyak penyakit dari Acute Flaccid Paralysis yang hampir menyerupai poliomielitis

dengan gejala yang sama, sehingga penentuan diagnosis poliomielitis harus benar-benar teliti

bertujuan untuk menentukan manajemen pengobatan, prognosis dan pencegahan lebih awal.

Page 14: Poliomyelitis (Soca)

5. Patofisiologi

Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan melalui infeksi droplet dari oral -

faring (mulut dan tenggorokan) atau feses penderita yang terinfeksi. Penularan terutama

terjadi langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari feses ke mulut) atau yang

agak jarang melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Melalui rute oral-fekal, yaitu dari

konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Sementara itu, oral-oral

adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut manusia sehat lainnya.

Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide dan

larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan

bertahun-tahun. Terdapat tiga jenis (tipe 1 Brunhilde, tipe 2 Lansing, tipe 3 Leon) yang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih dari tipe virus

tersebut, namun epidemic yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus polio tipe 1.

Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 – 35 hari.

Apabila virus polio masuk kedalam tubuh melalui jalur makan (mulut) dan hidung,

berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan

melalui sistem pembuluh getah bening nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui

darah ke seluruh tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan

mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang menyebabkan

kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.

Bila tertelan virus yang virulen, kira-kira 7-10 hari setelah tertelan virus, kemudian terjadi

penyebaran termasuk ke susunan syaraf pusat. Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi

pada saat viremia, yaitu kira-kira hari ketujuh, sedangkan major illness ditemukan bila

konsentrasi virus disusunan syaraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari ke 12 – 14.

Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah:

1. Medula spinalis terutama kornu anterior.

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio

retikularis yang mengandung pusat vital.

Page 15: Poliomyelitis (Soca)

3. Sereblum terutama inti-inti virmis.

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-

kadang nucleus rubra.

5. Talamus dan hipotalamus.

6. Palidum.

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan mikroba

lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan hingga

berkilo-kilometer dari sumber penularan. Meski penularan terutama akibat tercemarnya

lingkungan oleh virus polio dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan

terbatas.

Page 16: Poliomyelitis (Soca)

Poliovirus (PV):tipe 1 Brunhilde, tipe 2 Lansing,

tipe 3 Leon

Penularan oral oral Penularan fekal oral

Konsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses penderita

Percikan air ludah penderita masuk ke dalam

mulut

Berkembang biak di dalam tenggorokan

dan saluran pencernaan

Diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh

getah bening nasofaring atau usus

Masuk kedalam jaringan tubuh

Infeksi mengeluarkan neurotropik yang akan merusak saraf paralisis

Menyebar melalui darah ke seluruh

tubuh

POLIO(Poliomyelitis)

Daerah yang biasanya terkena:Medula spinalis terutama kornu anterior

Batang otak nucleus vestibularis& inti saraf kranialSereblum terutama inti vermis

Midbrain terutama masa kelabu substansia nigraTalamus dan hipotalamus

Korteks serebri daerah motorik

MK: Nyeri akut

Kurang pengetahuan tentang proses & kondisi penyakit

MK: Ansietas

Page 17: Poliomyelitis (Soca)

Polio paralisis spinal

Polio non-paralisis

Polio bulbar

Mual, muntah

Lesu, kram otot leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh

Menyerang saraf tulang belakang dan menghancurkan sel pengontrol pergerakan tubuhKelumpuhan bersifat asimetris (salah satu sisi) deformitas

Kelumpuhan (paralisis) sering pada kaki

Tungkai menjadi lemasaccute flaccid paralysis (AFP)

Infeksi pada hipotalamus

Suhu tubuh

Infeksi pada kornu anterior dan talamus

Tidak ada kekebalan alami batang otak ikut terserang

Gangguan saraf pada proses menelan dan berbagai fungsi dikerongkongan, pergerakan lidah dan rasa

Paralisis otot sistem pernapasanMK: Resiko ketidakefektifan pola napas

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Hipertermi

MK: Gangguan mobilitas fisik

5. Pemeriksaan penujang

Seperti infeksi virus pada umumnya, pada fase awal penyakit infeksi virus polio sulit

didiagnosis jika hanya dari melihat gejala klinisnya saja. Selain itu, infeksi virus polio sendiri

pada fase awal juga dapat tanpa disertai gejala klinis apapun atau bersifat asimptom. Oleh

karena itu, untuk membantu diagnose penyakit polio dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

diagnostik, diantaranya:

Page 18: Poliomyelitis (Soca)

1. Viral Isolation

Virus polio ini paling mudah diisolasi di faring atau pada feses penderita. Di daerah yang

sedang mengalami atau baru saja terjadi endemi polio, jika ada laporan kasus lumpuh layuh

(paralisis flaksid) akut, maka dua spesimen feses harus dikumpulkan dalam waktu 14 hari

sejak awal terjadi paralisis, dan harus dilakukan isolasi virus. Itu artinya, pada kasus-kasus

yang pertama muncul, infeksi virus polio ini sering tidak terdiagnosis dengan baik, terlambat,

sehingga terjadi kematian atau sembuh dengan gejala sisa.

Pengisolasian virus yang diambil dari cairan cerebrospinal adalah tindakan diagnostik yang

jarang mendapatkan hasil yang akurat.Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan

kelumpuhan yang akut, maka orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji

oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut

bersifat ganas atau lemah.

2. Uji Serology atau diagnostic moleculer (dengan PCR)

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita.Jika pada darah

ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah

benar.Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat

pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)

Pemeriksaan polio dengan CSF ini menunjukkan hasil bahwa di dalam infeksi poliovirus

pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama

adalah sel limfositnya.Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml. Sementara itu,

pada kasus yang disertai invasi pada sistem syaraf pusat, pemeriksaan cairan serebrospinal

ini dapat membantu diagnosis.