103
POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL TUNARUNGU PADA KELAS V TINGKAT SD DI SLB NEGERI PANTI, KECAMATAN PANTI, KABUPATEN PASAMAN) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosiologi Agama Strata 1 (S-1)Disusun Oleh: RISKI HAYAT NIM : 4617 056 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2021M/1442

POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

POLA INTERAKSI SOSIAL

(STUDI KASUS SISWA DIFABEL TUNARUNGU PADA KELAS V

TINGKAT SD DI SLB NEGERI PANTI, KECAMATAN PANTI,

KABUPATEN PASAMAN)

SKRIPSI

“Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana

Sosiologi Agama Strata 1 (S-1)”

Disusun Oleh:

RISKI HAYAT

NIM : 4617 056

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2021M/1442

Page 2: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

i

Page 3: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Rizki Hayat

Nim : 4617056

Tempat/tgl lahir : 23 Oktober 1996

Judul Skripsi : Pola Interaksi Sosial (studi kasus siswa difabel tunarungu pada kelas

V tingkat SD di SLB N Panti Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman).

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan

judul diatas benar akan karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari skripsi ini

terbukti bukan karya tulis saya sendiri, maka saya bersedia diproses sesuai aturan

yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 01 November 2021

Rizki Hayat

NIM:4617056

Page 4: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi mahasiswa S1 SOSIOLOGI AGAMA Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah IAIN Bukittinggi atas nama Riski Hayat Nim 4617056 dengan judul” Pola

interaksi sosial (studi kasus siswa difabel tunarungu pada kelas V Tingkat SD di SLB N

Panti Kabupaten Pasaman)” memandang bahwa tugas akhir yang bersangkutan telah

memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat di setujui untuk diajukan sidang Ujian Akhir.

Demikian persetujuan ini di berikan untuk dapat digunakan seperlunya.

Bukittinggi, Agustus 2021

Pembimbing

Hardi Putra Wiraman

NIP. 198107102005011005

Page 5: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas dan

Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul” Pola

Interaksi Sosial ( Studi Kasus Siswa Difabel Tunarungu Pada Kelas V Tingkat SD di

SLB N Panti Kabupaten Pasaman ”. sebagai pelengkap syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittingi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan

orag tua yang sudah bersusah payah memberikan pendidikan terbaik untuk penulis,

seterusnya pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan yang terhormat dan rasa

terima kasih:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M. Hum, Selaku rektor IAIAN Bukittingi yang telah

memberikan dorongan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas kependidikan

sebagai Mahasiswa.

2. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddon, Lc, M. Ag selaku dekan Fakultas Usluhuddin Adab

dan Dakwah yang selalu memberikan dukungan dan motifasi kepada penulis.

3. Ibu Vivi Yulia Nora, M. SI, sebagai Ketua Prodi Sosiologi Agama yang telah

memberikan nasehat- nasehat agar penulis lebih terarah untuk mengambil keputusan.

4. Bapak Drs. Miswar Munir, M.Ag dan Bapak Heru Permana Putra Selaku Penasehat

Akademik yang selalu besrsedia menberikan waktu nya untuk memberikan arahan

dan bimbingan serta nasehat- nasehat selama proses perkuliahn yang telah ditempuh

selama waktu emapat tahun ini.

Page 6: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

v

5. Bapak Dr. Hardi Putra Wirman, S.IP, MA selaku dosen pembimbing yang telah

mengorban waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Bapak Akdila Bulanov sebagai dosen motivasi saya sebagai penulis, selama masa

perkuliahan selalu meberikan nasehat dan support ketika saya dihadapakan oleh

permasalahan situasi yang genting bahkan hampir menyerah untuk melanjutkan

perkuliahan ini, beliaw selalu menjadi motivator saya selama kuliah di IAIN

Bukittinggi tampa kata- kata atau motivasi yang beliaw berikan saya tak kan mampu

bertahan sampai hari ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Sosiologi Agama serta staf pegawai Fakultas Usluhuddin

Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi.

8. Paling istimewa yang saya sayangi keluarga besarku Ayahanda Khairunnas dan

Ibunda Nur Asiah, adik kandung dari Ibu saya Rosidah, M. Helmi serta kakak saya

Khairistina adik saya Arifi Abdiyan, Nurul Fatiya dan Davi AL-Hamdi.

9. Sahabat Yoga Eka Saputra yang selalu setia menemani saya dalam keadaan susah

dan senang selama kuliah di IAIN Bukittinggi. Dalam hidup kadang kita dihadap kan

oleh masalah tentunya masalah tersebut tidak selalu berjalan manis, namun dia selalu

menguatkan saya.

10. Teman- teman seperjuangan saya, Yelvika Marzelia, Nola Fatmanita, Ayu Syafitri

dan Yoga Eka Saputa yang selalu mau jadi teman baik, saling membantu dan saya

selalu dan saling memberi motivasi dalam keadaan apapun. Serta teman- teman

sekelas lainya.

11. Teman-teman seperjuangan SA 17, yang selalu menemani hari-hariku selama lebih

kurang empat tahun, susah dan senang kita lalui bersama sampai kita wisuda, teruntuk

teman-teman yang sedang berjuang tetap semangat dan selalu optimis.

Page 7: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

vi

12. Kepada seluruh masyarakat dan lingkup Sekolah Tempat penlitian saya, serta bagian

yang ikut andil telah berpastisipsi penuh dalam membantu penulis dalam melakukan

penelitian hingga menjadi sebuah skripsi.

Penulis menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan

pengalaman. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan Allah SWT memberikan balasan kebaikan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bukittingi, September 2021

Penulis

RISKI HAYAT

Nim. 4617056

Page 8: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

vii

ABSTRAK

Karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul “POLA INTERAKSI SOSIAL

(STUDI KASUS SISWA DIFABEL TUNARUNGU TINGKAT SDLB KELAS V DI SLB

NEGERI PANTI KECAMATAN PANTI KABUPATEN PASAMAN)” karya yang ditulis

Oleh Riski Hayat, Nim 4617056, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Program Studi Sosiologi Agama Pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

Yang melatar belakangi penelitian ini ialah tentang bagaimana setiap anak-anak

termasuk diindonesia mempunyai hak yang sama termasuk juga anak difabel tunarungu

sebagai individu. Kondisi anak difabel ini perlu mendapatkan perlakuan yang khusus yang

bisa memotivasi anak difabel tunarungu dalam mengaktualisasikan dirinya dengan orang

disekitarnya. Begitu juga dengan keluarga tempat pertamakali anak tersebut belajar dan juga

sampai menempuh pendidikan disekolah. Sekolah Luar Biasa menyediakan tempat bagi

mereka yang memiliki hambatan pertumbuhan dalam diri mereka, dalam dunia pendidikan ini

pasti adanya bagaimana anak-anak difabel seperti tunarungu dalam berinteraksi. Penelitian

ini membahas seperti apa pola interaksi sosial siswa difabel tunarungu di Sekolah Luar Biasa

Negeri Panti demi memberikan didikan guna melancarkan kegiatan belajar mengajar. Dari

permasalah itu, penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pola Interaksi

Sosial Difabel Tunarungu pada Tingkat SDLB di SLB N Panti Kabupaten Pasaman.

Penelitian ini juga mengacu kepada jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik dalam

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan observasi, wawancara

mendalam dan dokumen studi. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

observasi dan wawancara mendalam dengan informan, sedangkan data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dengan studi dokumentasi untuk memperoleh data penelitian. Subjek

dalam penelitian ini melalui Guru Pendidik beserta kegiatan siswa difabel tunarungu pada

tingkat Sekolah Dasar Luar Biasa di SLB N Panti Kabupaten Pasaman. Kerangka dalam

Teori ini menggunakan teori interaksionalisme simbolik dan teori interaksi sosial, untuk

menunjukkan proses dalam berinteraksi dan bagaimana pola interaksi tersebut.

Dalam penelitian ini telah disimpulkan yang pertama, bagaimana pola interaksi Guru

dengan Siswa Difabel Tunarungu dijenjang Sekolah Dasar di SLB N Panti pada Kelas (C)

Tunarungu yang bersifat Asosiatif yang sesuai juga dengan kemampuan siswa masing-

masing. Pola interaksi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan siswa difabel

tunarungu yang memiliki hambatan dalam berinteraksi dan mengenali lingkungannya, dalam

hambatan berinteraksi anak difabel ini tidak juga menjadikan hambatan bagi mereka dalam

belajar dan tetap melaksanakan pola berinteraksi yang dua arah. Kedua, interaksi yang

dilakukan siswa difabel tunarungu saat belajar mengajar sangat beragam, beberapa siswa

dapat melakukan interaksi yang bersifat asosiatif, mereka memiliki cara-cara tersendiri untuk

saling membantu, menemukan atau berinteraksi dengan teman-temannya pada saat proses

belajar mengajar kebanyakan siswa difabel tunarungu tersebut dapat saling berinteraksi.

Kata kunci: Pola Interaksi, Guru dan Siswa Difabel Tunarungu

Page 9: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 11

1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12

1.5. Penjelasan Judul ......................................................................................... 12

1.6. Sistematika Penulisan ................................................................................. 13

BAB II KERANGKA TEORI ..................................................................................... 14

2.1. Pengertian Pola Interaksi Sosial ................................................................. 14

2.2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial.................................................. 17

2.2.1. Kontak Sosial ....................................................................................... 17

2.2.2. Adanya Komunikasi ............................................................................ 18

2.3. Ciri-ciri Interaksi Sosial .............................................................................. 18

1.1. Faktor-faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial.......................... 19

1.1.1. Imitasi ................................................................................................... 19

1.1.2. Sugesti .................................................................................................. 19

1.1.3. Identifikasi ............................................................................................ 20

1.1.4. Simpati .................................................................................................. 20

1.1.5. Motivasi ................................................................................................ 20

1.1.6. Empati ................................................................................................... 20

2.4. Dasar Pembentukan Interaksi Sosial.......................................................... 21

2.4.1. Faktor Kesamaan Kepentingan. ............................................................. 21

2.4.2. Faktor Kesamaan Keturunan .................................................................. 21

Page 10: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

ix

2.4.3. Faktor Kesamaan Daerah Asal ............................................................... 22

2.5. Faktor-faktor penghambat interaksi sosial ................................................ 22

2.5.1. Hambatan ideologis ............................................................................... 22

2.5.2. Stereotip ................................................................................................ 23

2.5.3. Apatis .................................................................................................... 23

2.2. Difabel Tunarungu dan Klasifikasinya ...................................................... 25

2.2.1. Pengertian Difabel Tunarungu ............................................................... 25

3.2.1. Perkembangan Pada Anak Difabel Tunarungu ....................................... 26

4.2.1. Karakteristik Difabel Tunarungu............................................................ 28

2.3. Penelitian Relevan ....................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 32

3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 32

3.2. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 33

3.3. Informan ...................................................................................................... 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 34

3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................... 36

3.6. Teknik Keabsahan Data .............................................................................. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................... 40

BAB V ......................................................................................................................... 77

PENUTUP ................................................................................................................... 77

5.1. Kesimpulan.................................................................................................. 77

5.2. Kritik dan Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 77

LAMPIRAN ................................................................................................................. 80

Page 11: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

x

Page 12: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Individu Manusia dengan cara berkelompok dilingkungan

masyarakat tidak bisa berpisah. Sebab, di lingkungan kehidupan sehari-

hari setiap orang sudah jelas akan melakukan interaksi sosial dengan

manusia lain dan kelompok masyarakat yang ada di sekitarnya, yang

secara mutlak di sebut juga dengan bermasyarakat. Manusia selalu hidup

berdampingan, bekerjasama dan mereka juga membentuk kelompok-

kelompok sosial. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua

individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau juga

sebaliknya. Dua poin utama dalam melakukan interaksi sosial yaitu,

adanya dua orang individu dan adanya kaitan antara perorangan dan

kelompok.1

Soerjono Soekanto menegaskan, bahwasanya interaksi sosial

merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang mana menyangkut

hubungan antara orang perorangan, dan juga kelompok-kelompok

manusia. Interaksi sosial merupakan kunci semua sendi kehidupan sosial,

karena tanpa adanya interaksi sosial, tidak akan mungkin terjadi adanya

kehidupan secara bersama-sama. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila

1Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. Jakarta: Rinneka Cipta. 2002

Page 13: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

2

setiap individu atau orang perorangan dalam pergaulannya itu melibatkan

dirinya dalam suatu interaksi sosial.2

Disaat dua orang individu manusia saling berjumpa dan menyapa,

lalu interaksi sosial akan terjadi pada saat itu. Perwujudan dari interaksi ini

adalah kelakuan orang pertama yang memperbaiki, berpengaruh dan

perubahan kelakuan orang kedua dan sebaliknya, seperti dua orang

berjumpa saat di warung atau dijalan, lalu mereka saling berkomunikasi

dengan cara berbicara, menyapa dan berjabat tangan. Bermacam-macam

cara interaksi sosial tentu sudah akrab dialami oleh sebagai individu

manusia pada setiap segi kehidupan, termasuk juga di saat proses belajar

mengajar yang berada dilingkungan sekolah.

Kelompok masyarakat di lingkungan sekolah, terdiri dari peserta

didik dan tenaga pendidikan maka dalam hubungan mereka pasti terjadi

interaksi sosial. Interaksi sosial sudah pasti terjadi diruangan kelas serta

diluar ruangan kelas. Interaksi sosial didalam ruang kelas pasti terjadi

proses belajar mengajar dengan saling berinteraksi. Misalkan, disaat guru

memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswi, mereka saling

berinteraksi antara guru pengajar untuk menanggapi pertanyaan yang

disampaikan guru. Sedangkan interaksi yang terjadi diluar kelas.

Misalkan, terjadi disaat para siswa-siswi tengah bermain bersama

dihalaman sekolah, siswa makan dan berbelanja di kantin, interaksi siswa

dengan guru, dan siswa dengan guru penjaga perpustakaan ketika akan

membaca buku. Interaksi sosial ini terjadi pada umumnya dilingkungan

2Nurani Sayomukti. Soerjono Soekanto: Sosiologi. Pengantar Sosiologi:Dasar-dasar

Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Masalah Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Hal. 315

Page 14: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

3

sekolah hingga pada ruang lingkup dunia pendidikan Sekolah Luar Biasa

yang pasti memiliki karakteristik siswa-siswi yang lebih kompleks atau

siswa-siswi yang memiliki hambatan seperti difabel tunarungu.3

Inclusion means full inclusion of chlidren with diverse abilities in

all aspects of schooling that other children are able to access and enjoy.

Dengan kata lain pendidikan inklusi atau juga Sekolah Luar Biasa

diartikan sebagai pendidikan yang diperuntukan bagi anak atau peserta

didik yang memiliki hambatan dalam berinteraksi mendengar dan bicara

yang disebut difabel tunarungu, bagi anak dengan beragam kemampuan,

bakat ataupun karakteristik yang berbeda dengan sekolah lain pada

umumnya, disekolah luar biasa ini peserta didik memiliki hambatan.

Seperti, hambatan pendengaran dan berbicara. dalam segala segi sehingga

mereka dapat belajar bersama dengan nyaman, penuh semangat dan

menyenangkan. Pendidikan Luar Biasa ini membuka peluang bagi sekolah

untuk dapat melayani semua anak sesuai dengan keadaan hambatan fisik

yang dialami anak tersebut dan segala aspek kemampuan yang beragam,

tak terkecuali bagi anak difabel tunarungu. Hal ini di karenakan anak

Difabel Tunarungu juga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan layaknya anak-anak normal lainnya mereka berhak untuk

belajar dan hidup bersama saling menunjukkan sikap toleransi dengan

anak normal lainnya.4

3Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta. 2004 4Loreman,T. Deppeler, J. & Harvey, D. Inclusive Education: a Practical Guide to

Supporting Diversity in the classroom. Australia: Allen & Unwin. 2005

Page 15: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

4

Siswa Difabel Tunarungu merupakan anak-anak atau peserta didik

yang mempunyai hambatan perkembangan dan hambatan belajar. Seperti,

hambatan saat berbicara dan mendengar. Berbaurnya mereka dengan anak

Difabel tunarungu lainnya yang berada disekolah luar biasa ini, melalui

Sekolah Luar Biasa ini diharapkan dapat membantu perkembangan

mental, emosi, percaya diri dan interaksi sosial sehingga tidak lagi ada

rasa takut, minder ataupun malu atas keterbatasan yang ada pada dirinya.

Hal ini dikarenakan mereka akan tetap hidup ditengah-tengah masyarakat.

Difabel/disabilitas atau disebut juga “different ability” merupakan

salah satu masalah sosial di Negara Indonesia saat ini. Banyaknya

kelompok difabel yang mendapatkan stigma negatif dari lingkungan

bermasyarakat yang membuat kaum ini merasa terdiskriminasi di segala

bidang kehidupan. Menurut konvensi tentang hak-hak penyandang

disabilitas, disabilitas merupakan suatu konsep yang terus berkembang,

dimana penyandang disabilitas mencakup mereka yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu

yang panjang. Keadaan ini membuat penyandang disabilitas memiliki

hambatan dalam masyarakat yang berdasarkan kesetaraan dengan yang

lainnya, timbulnya disabilitas dapat di latarbelakangi masalah kesehatan

yang timbul sejak lahir, penyakit kronis maupun akut dan cidera yang

diakibatkan oleh kecelakaan, bencana, perang dan sebagainya.5

5Al-hafid, Syamsul Bahri. Pola Komunikasi Antar Pribadi Guru dan Siswa Berkebutuhan

Khusus Dalam Menumbuhkan Kemandirian. (Studi di SLB Tunas Harapan Balai

Kembang Luwu Timur). Ilmu Komunikasi. Fakultas Dakwan dan Komunikasi:

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 2018. diunduh

Page 16: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

5

Badan pusat statistik (BPS) mengumpulkan data penyandang

disabilitas yang ada di Indonesia. Salah satu cara BPS untuk mendapatkan

informasi dengan melakukan survei Ekonomi (SUSENAS) pada tahun

2018, ada 14,2 % penduduk Indonesia yang menyandang disabilitas atau

30,38 juta jiwa.6 Dalam sebuah artikel yang saya baca, kementerian sosial

ada data terpadu kesejahteraan sosial pada bulan januari 2020 yang di

gambarkan status sosial ekonomi, kerentanan dan masalah kesejahteraan.

Tetapi data ini terbatas, hanya beru 40% status sosial ekonomi yang

terbawah. Dari data tersebut ada 1,3 juta jiwa penyandang Difabel.

Setiap anak di Indonesia memiliki hak yang sama, begitu juga

dengan anak penyandang difabel. Sebagai individu kondisi anak difabel

perlu mendapatkan perlakuan yang sama terkait dengan hak mereka untuk

mengaktualisasikan diri mereka. Pengakuan Dunia Internasional akan

eksistensi hal tersebut telah di wujudkan dalam bentuk Deklarasi Janewa

pada tahun 1989, tercatat 193 Negara di Dunia, yang termasuk juga

Indonesia yang menandatangani Konvensi Hak Anak (KHA). Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia No, 10 Tahun 2012 tentang Konvensi

Hak Anak. Beberapa pokok KHA adalah (1) prinsip non diskriminasi pada

anak dengan Ras, Suku dan juga Agama tertentu, prinsip ini juga berlaku

pada anak penyandang Cacat. (2) prinsip yang terbaik bagi anak. (3)

prinsip hak atas Hidup, kelangsungan dan juga perkembangan. (4) prinsip

penghargaan, pendapat atas hak-hak anak.

6 https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4351496/jumlah-penyandang-disabilitas-di-

indonesia-menurut-kementerian-sosial

Page 17: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

6

Dalam deklarasi tersebut, dengan jelas dikatakan bahwa anak-anak

memiliki hak, termasuk juga dengan anak yang berkebutuhan khusus atau

disebut juga dengan difabel. Anak difabel atau juga anak berkebutuhan

khusus (ABK), kini mulai mendapatkan kesetaraan di masyarakat, di

tandai dengan adanya beberapa sekolah yang mau menerima mereka

sebagai siswa-siswi pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah usaha

untuk menumbuh kembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

kegiatan Belajar Mengajar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh semua satuan

dan jenjang pendidikan yang meliputi juga anak pendidikan usia Dini,

pendidikan Dasar, pendidikan Menengah hingga Perguruan Tinggi.

Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun

2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Pasal 127

yang berbunyi, Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dengan proses pembelajaran

dikarenakan kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan juga memiliki

kecerdasan dan bakat yang istimewa.7

Ilmu pendidikan memberikan cahaya bagi setiap insan manusia.

Tanpa adanya ilmu, tidak akan mulai suatu peradaban yang ada di bumi

ini. Banyak hadis mencari ilmu yang bisa dijadikan pegangan bagi setiap

muslim untuk terus belajar dan menuntut ilmu, baik itu yang memiliki

keterbatasan maupun tidak dalam menuntut ilmu. Adapun hadis yang

mewajibkan menuntut ilmu kepada tiap muslim yang diriwayatkan oleh

Ibnu Majah dan di Shahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dhaif

7https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Declaration_of_th

e_Rights_of_the_Child&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search

Page 18: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

7

yang arti dari kutipan hadis tersebut yaitu: “menuntut ilmu adalah

kewajiban bagi setiap individu muslim”. (HR. Ibnu Majah no.224). Dari

riwayat hadist tersebut sudah dijelaskan bahwa setiap insan manusia

diwajibkan menuntut ilmu.

Pendidikan di Sekolah Luar Biasa membuat lingkungan yang lebih

umum dan luas bagi anak Difabel Tunarungu agar mereka menuntut ilmu

serta dapat berinteraksi sosial. Misalnya, sesama anak penyandang Difabel

Tunarungu, anak Difabel Tunarungu dengan guru pendamping dan Anak

Difabel Tunarungu dengan guru pengajarnya.

Interaksi sosial tersebut tidak mungkin terjadi jika tidak

menggunakan dua syarat. Yaitu, adanya komunikasi dan kontak sosial,

sedangkan upaya untuk mendengar dengan baik merupakan suatu syarat

terjadinya kontak sosial dan komunikasi yang lancar. Dengan demikian

dapat tersirat bahwa anak tunarungu, sebagai salah satu anak Difabel yang

memiliki hambatan mendengar dan berbicara saat berinteraksi sosial,

tetapi cara mereka berinteraksi lebih menggunakan bahasa isyarat, bahasa

tubuh serta menggunakan simbol-simbol yang mereka (difabel Tunarungu)

lihat dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

Anak Difabel Tunarungu merupakan anak yang mengalami

hambatan berbicara dan pendengarannya, yang mana anak yang

mengalami kekurangan pendengaran dan kurangnya ucapan berbicara

mereka akan memiliki masalah yang sangat kompleks. Mereka akan

mengalami berbagai hambatan dalam meniti perkembangannya terutama

dalam segi ucapan bahasa dan penyesuaian sosial. Disinilah peran Sekolah

Page 19: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

8

Luar Biasa untuk menuntun peserta didik Tunarungu untuk

mengembangkan potensi belajar dan kemampuan interaksi, guna

mengenalkan lingkungan pendidikan serta lingkungan sosialnya, supaya

peserta didik tunarungu lebih percaya diri baik disekolah maupun berada

dilingkungan masyarakat yang akan menjadikan anak difabel tunarungu

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Pada ruang lingkup sosial masyarakat, komunikasi lisan untuk

berinteraksi merupakan bentuk komunikasi yang sering dilakukan oleh

setiap individu manusia. Sementara itu kasus yang dialami anak

tunarungu, komunikasi lisan merupakan hal yang sulit. Dikarenakan

bahwa anak yang mengalami kekurangan pendengaran dan kurangnya

ucapan bahasa menjadi penghambat potensi untuk berkembangnya

interaksi kemampuan berbahasa dan berbicara yang kurang.

Pernyataan diatas memperlihatkan gambaran akan upaya interaksi

secara umum terutama dengan bahasa lisan bagi anak tunarungu masih

penghambat, bahwasanya mereka mempunyai masalah pada menangkap

gelombang suara. Dengan ini menjadi penghambat berkembangnya

interaksi sosial mereka dikarenakan kurangnya pengucapan kalimat

bahasa. Kekurangan akan berbahasa ini tidak dapat membuat mereka

berkomunikasi dengan baik dalam proses interaksi sosialnya yang lebih

menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh. Padahal seyogyanya bagi

setiap manusia, tak terkecuali bagi anak tunarungu dan anak difabel

lainnya yang berada di lingkungan sekolah SLB Negeri Panti, interaksi

Page 20: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

9

sosial merupakan cara untuk berbaur yang diperlukan bagi kehidupan

manusia dan juga di lingkup masyarakat.8

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan suatu jalan yang menjawab

berbagai kekurangan yang dimiliki anak atau peserta didik difabel

termasuk anak tunarungu. Sebagaimana penjelasan di atas, Setiap orang

atau anak-anak tunarungu tersebut dapat hidup dan belajar dalam

lingkungan yang sama melalui pendidikan yang menyesuaikan

karakteristiknya. Cara tersebut merupakan cara efektif dan memberikan

keuntungan bagi setiap anak, bagi manusia yang normal cara interaksinya

bisa saling menghargai dengan anak Difabel Tunarungu, Anak normal

dapat belajar lebih menghargai sesama dan mensyukuri apa yang telah ia

miliki. Sedangkan bagi anak tunarungu dan penyandang difabel lainnya,

supaya dapat belajar dengan mandiri dan semangat yang tinggi serta

mereka dapat belajar lebih percaya diri, tidak minder dan terbiasa hidup

ditengah masyarakat umum setelah menempuh pendidikan yang

menyesuaikan karakteristik peserta didik tunarungu, begitu juga dengan

anak normal yang saling menambahkan sikap toleransi. Selain itu, salah

satu keuntungan terbesar adalah dapat memberikan dorongan kemampuan

interaksi sosial anak tunarungu dengan guru pendidik, serta memberikan

pola bagaimana interaksi anak tunarungu belajar disekolah sesama

tunarungu. Dibawah ini dapat dilihat tabel jumlah difabel Tunarungu di

Sekolah Luar Biasa Negeri Panti Kabupaten Pasaman:

8Murni Winarsih. Intervensi Bagi Anak Tunarungu Dalam Memperoleh bahasa. Jakarta:

Depdiknas. 2007

Page 21: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

10

Tabel 1.

Daftar Siswa Difabel Tunarungu Tingkat SD di SLB Negeri Panti

Sumber: Profil Sekolah Luar Biasa Negeri Panti Kab. Pasaman

Tahun pembelajaran 2021/2022

Data Siswa Penyandang Difabel Tunarungu Jenjang SD

Kelas V di SLB Negeri Panti

NO Kelas L P Jumlah

1 I - - -

2 II 1 1 2

3 III - 2 2

4 IV 1 1 2

5 V 2 4 6

6 VI - - -

Jumlah keseluruhan 12

Tidak dapat kita pungkiri, setiap individu memiliki perbedaan-

perbedaan kemampuannya tersendiri. Kita juga harus menyadari bahwa

setiap individu yang dinyatakan sehat secara fisik atau medispun juga

masih kita jumpai dengan perbedaan kemampuan. Oleh karena itu, dapat

kita katakan perbedaan kemampuan terdapat pada setiap orang atau

manusia lainnya, baik dia penyandang difabel ataupun anak-anak yang

normal. Pendidikan bagi anak difabel sudah banyak kita jumpai salah

satunya di sekolah yang menangani anak-anak Difabel yaitu, di Sekolah

Luar Biasa Negeri Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman.

Melihat fakta yang sudah kita bahas diatas, peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih mendalam bagaimana pola interaksi yang terjadi pada

saat proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak Difabel Tunarungu,

bagaimana guru-guru dalam menerapkan pembelajaran bagi anak

penyandang Difabel Tunarungu di SLB Panti. pada kondisi kemajaun

IPTEK saat sekarang ini, supaya anak difabel Tunarungu mendapatkan

kepercayaannya untuk bersosialisasi ditengah masyarakat dan orang-orang

yang ada dikelilingnya mereka membutuhkan orang-orang yang

Page 22: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

11

memahami dan mengerti situasi yang dialaminya untuk berinteraksi

dengan baik.

Berdasarkan uraian tentang pentingnya interaksi sosial bagi

kehidupan manusia termasuk jugaanak-anak difabel tunarungu, serta hasil

observasi kelas, Guru Pendidik disekolah luar biasa. Peneliti memiliki

ketertarikan untuk meneliti lebih dalam, bagaimana pola interaksi sosial

anak Tunarungu yang ada di SLB Negeri Panti. Oleh karenanya peneliti

mengusung judul “Pola Interaksi Sosial (Studi kasus Siswa Penyandang

Difabel Tunarungu pada Kelas V Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Panti

Kabupaten Pasaman)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasrkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalah yaitu:

1.2.1. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan guru saat

melakukan interaksi dalam proses belajar mengajar dengan siswa-

siswi Difabel Tunarungu di SDLB Negeri Panti?

2.2.1. Bagaimana upaya Guru untuk meningkatkan pola interaksi saat

belajar antar sesama siswa-siswi Difabel Tunarungu di SDLB

Negeri Panti?

1.3. Tujuan Penelitian

Seperti yang sudah dijelaskan pada rumusan masalah di atas, maka

yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1. Untuk mengetahui seperti apa media pola interaksi saat belajar

disekolah yang dilakukan Guru antara siswa-siswi Difabel

Page 23: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

12

Tunarungu pada saat proses belajar mengajar dilakukan di Sekolah

Dasar Luar Biasa Negeri Panti.

2.3.1. Untuk mengetahui seperti apa pola interaksi siswa-siswi difabel

Tunarungu di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Panti.

3.3.1. Untuk mengetahui pelayanan pembelajaran terhadap Siswa

Tunarungu yang di terapkan di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri

Panti.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan penjelasan penelitian di atas, maka dapat diambil

manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.4.1. Secara Teoritis, penelitian tentang pola interaksi tunarungu ini

memberikan pemahaman ilmu pengetahuan dalam bidang

pendidikan, khususnya dalam bidang interaksi sosial anak Difabel

Tunarungu yang berada pada lingkup sekolah luar biasa tingkat SD

di SLB Negeri Panti, Kec. Panti.

2.4.1. Manfaat Praktis, secara praktis hasil penelitian ini dapat

meningkatkan dan memberikan kontribusi dalam merumuskan

rekomendasi-rekomendasi yang dijadikan solusi untuk penanganan

Difabel Tunarungu dalam dunia pendidikan dan menghasilkan

suasana sosial yang nyaman bagi anak-anak Difabel Tunarungu

yang melanjutkan pendidikan di SDLB Negeri Panti Kec. panti.

1.5. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka penulisan akan

menjelaskannya di bawah berikut ini:

Page 24: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

13

Pola interaksi sosial : pola interaksi adalah sebagai bentuk atau

sistem hubungan sosial yang menyangkut

hubungan antar individu, individu dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok.

Siswa-siswi Difabel :individu masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi melalui

pembelajaran dan individu tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda dengan kebutuhan

yang khas yang terkait dengan kondisi fisik,

emosional dan mental yang dialami peserta

didik difabel tunarungu.

Pendidikan sekolah :tempat anggota masyarakat untuk

menambah wawasan dirinya, usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran, agar peserta didik

dapat mengembangkan potensi dirinya

kepribadian, kecerdasan, spritual keagamaan

dan akhlak keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat sekitar.

1.6. Sistematika Penulisan

Gambaran keseluruh pembahasan dalam skripsi ini secara umum

dapat peneliti sajikan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

Page 25: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

14

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari: halaman sampul depan, latar

belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

Bab II Kerangka Teori, yang terdiri dari: pola interaksi sosial,

pendidikan, sekolah luar biasa dan anak penyandang disabilitas.

Bab III Metode Penelitian, yang terdiri terdiri dari: jenis penelitian,

lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data dan teknik keabsahan data.

Page 26: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

14

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Pengertian Pola Interaksi Sosial

Di dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), pola yang berarti

bentuk atau sistem, cara atau bentuk yang mana pola dapat dikatakan

contoh atau sebuah cetakan, sedangkan di dalam kamus popular, pola di

artikan sebagai model, contoh atau pedoman (rancangan). Sedangkan

individu merupakan makhluk sosial sehingga tidak bisa hidup sendiri,

maka dari itu manusia hidup secara berkelompok yaitu secara

bermasyarakat.

Dalam bermasyarakat setiap individu memiliki kriteria atau fungsi

yang bermacam-macam, dalam keadaan yang seperti inilah terjadi

interaksi timbal balik antar individu dalam bermasyarakat. Interaksi

merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar

individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan individu, ada

dua syarat agar dapat terjadi interaksi yaitu kontak sosial dan komunikasi.9

Sebagai bentuk fenomena ini, penelitian ini mengacu kepada teori

Interaksionalisme Simbolik. Interaksionalisme simbolik pembahasannya

terhadap makna,simbol-simbol yang diperoleh dari proses interaksi atau

hubungan dalam lingkungan bermasyarakat. untuk lebih kita ketahui,

George Herbert Mead10 menjelaskan bahwa dalam melakukan interaksi

Mead membaginya dalam Tiga tahap yaitu:

9 Partanto dan M. Dahlan Al barry. Kamus Ilmiah populer. Surabaya: Arloka. 1994 10Bernard Raho. Teori Sosiologi Modren. Jakarta: (prestasi pustaka, 2007), hal.106

Page 27: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

15

2.1.1. Pikiran (Mind)

Menurut Mead, Mind adalah penafsiran terhadap pemikiran

atau akal dan kepribadian dari diri masing-masing individu

tersebut, dengan kata lain ialah proses interaksi manusia

melibatkan mental dan berfikir, lalu menjadikan suatu kondisi

sosial dapat di respon yang menyangkut hubungan dan tanggapan,

misalnya menepuk pundak seseorang, kalau tepukan pundak

kepada seseorang itu memaknai sebagai penyemangat hanya untuk

seseorang yang sedang mempunyai masalah. Tetapi jika tepukan

pundak kepada teman lama yang baru bertemu itu bermakna

sapaan. Atau juga kita berinteraksi dengan anak Difabel Tunarungu

dengan menepuk pundaknya atau tangannya untuk kita

bersosialisasi dan berinteraksi melalui bahasa tubuh atau gestur

tubuh. Seperti, memperagakan tangan melalui angka dan huruf dan

juga menunjuk suatu tempat atau wilayah.

2.1.2. Diri (Self)

Self menurut Mied merupakan sebuah bentuk atau

pembentukan jati diri dalam lingkup masyarakat, menjadikan

dirinya sendiri sebagai objek ataupun subjek yang terus berjalan

dengan hal ini tentu sangat jelas dan penting, karena pembentukan

jadi diri yang terus terjadi saat bersosialisasi, pada proses

pembentukan jati diri ini membutuhkan waktu yang cukup lama

juga. Jika jati diri ini sudah dapat ditemukan maka hal ini akan

(diunduh PDF, 29-03-2021)

Page 28: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

16

berpengaruh terhadap pola pikir dalam berinteraksi di lingkungan

masyarkat.

2.1.3. Masyarakat (Society)

Mead menegaskan bahwa masyarakat adalah sekumpulan

dari timbulnya mind dan self itu sendiri, sehingga dengan kata lain

Mead berpendapat bahwa Interaksionalisme Simbolik merupakan

salah satu proses hubungan yang melibatkan individu dan

lingkungan yang terbentuk oleh karakter dari masing-masing

individu itu sendiri.

Menurut Herbert Blummer, bahwasanya interaksi yang terjadi

dilingkungan masyarakat merupakan salah satu bentuk pemaknaan dari

masing-masing individu terhadap individu lainnya melalui simbol-simbol,

tindakan dan respon. Sehingga hal ini juga yang kemudian menjadikan

masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari satu sisi saja melainkan dari sisi

yang lainnya, karena pada dasarnya masyarakat itu Heterogen, sehingga

tidak bisa masyarakat tersebut didefenisikan atas dasar atau asumsi yang

tunggal, hal ini yang berakibat kepada kemajemukan didalam masyarakat

itu sendiri.

Jadi, dasar individu tersebut melakukan hubungan yang juga

terletak pada bagaimana dia menggunakan kemampuan untuk berfikirnya

untuk melakukan interaksi dalam rangka mempelajari simbol-simbol yang

kemudian menjadikan acuan untuk melakukan aksi untuk bersosialisasi,

sehingga hal inilah yang mendasari individu dalam masyarakat bisa

Page 29: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

17

berkembang dan menjadikan masyarakat tersebut mempunyai cara yang

khas dan mengerti tentang situasi dalam proses interaksinya.

Dalam kehidupan sosial interaksi merupakan bagian yang penting

agar masyarakat dapat menjalani kehidupan bersama-sama. Interaksi

merupakan hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan

antar perorangan, antara kelompok dengan kelompok maupun antar

perorangan dengan kelompok. Interaksi dapat terjadi antara dua orang atau

lebih saling bertemu dan terjadi kontak atau komunikasi antara kedua

belah pihak. Saat dua orang bertemu, maka interaksi sosial dimulai pada

saat itu, mereka saling menegur berjabat tangan dan saling berbicara. Pola

interaksi dalam penelitian ini berarti bagaimana cara atau pedoman guru

dan siswa penyandang disabilitas dalam melakukan interaksi dilingkungan

sekolah agar dapat terjadinya interaksi yang dua arah untuk mereka

terapkan dengan baik dilingkungannya maupun dilingkup masyarakat

setelah menempuh pendidikan.11

2.2. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

2.2.1. Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau

lebih, dengan maksud saling mengerti dan tujuan mereka masing-

masing. Kontak sosial berdasarkan caranya dapat juga bersifat

primer dan sekunder. Kontak sosial primer yaitu sifatnya secara

langsung tanpa perantara. Misalnya, berjabat tangan, mengucapkan

salam atau tersenyum kepada orang lain. Sedangkan kontak sosial

11Philipus. Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004

Page 30: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

18

sekunder yaitu, yang bersifat tidak langsung. Artinya, terjadi

dengan menggunakan perantara. Misalnya, melalui telephone, surat

dan media sosial internet.

2.2.2. Adanya Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan kepada

seseorang sehingga pesan dapat diterima dan juga dipahami.

Syarat-syarat terjadinya komunikasi adalah adanya orang yang

akan diajak komunikasi dan juga pesan yang disampaikan. Dengan

adanya komuikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok

orang dapat diketahui dan dipahami.12

Syarat-syarat terjadinya komunikasi antara lain sebagai berikut:

a) Adanya pengirim.

b) Adanya pihak penerima.

c) Adanya pesan yang berisi maksud yang akan

disampaikan.

d) Adanya tanggapan dari pihak penerima.

2.3. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial, terdapat beberapa ciri-ciri terjadinya suatu

interaksi sosial diantaranya sebagai berikut:

2.3.1. Adanya interaksi sosial yang jumlah pelakunya melebihi satu

orang.

2.3.2. Adanya komunikasi antar individu satu dengan individu yang

lainnya.

12 Sri Sudarmi, W.indriyanto. sosiologi pengantar SMA. Jakarta: Depertemen Pendidikan

Nasional, 2009. Hal. 37

Page 31: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

19

2.3.3. Mempunyai maksud dan tujuan yang akan di capai.

2.3.4. Mempengaruhi faktor waktu yang akan menentukan reaksi yang

berlangsung.

2.3.5. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan bahasa

isyarat dan simbol-simbol.

Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi

terletak pada kesadaran yang mengarahkan tindakan kepada orang lain.

Harus ada orientasi timbal balik antara pihak-pihak yang bersangkutan,

tanpa menghiraukan isi perbuatannya, cinta atau membenci, kesetiaan

dan penghianatan atau juga bermaksud melukai atau tolong menolong.

1.1. Faktor-faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial

Secara langsung yang selalu di gaungkan, faktor selalu identik

dengan “penyebab” terjadinya sesuatu dan ini selalu terjadi

dilingkungan sosial. Ada enam faktor yang mendasari terjadinya

interaksi sosial. Diantaranya sebai berikut:

1.1.1. Imitasi

Imitasi merupakan kecendrungan untuk meniru sikap,

tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang. Proses

imitasi pertamanya terjadi dalam lingkungan keluarga.

1.1.2. Sugesti

Sugesti merupakan pemberian pengaruh pandangan

seseorang kepada orang lain yang diterima tanpa berfikir

panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang-orang yang

Page 32: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

20

berwibawa dan mempunyai pengaruh besar terhadap

lingkungan sosialnya.

1.1.3. Identifikasi

Identifikasi yaitu cenderung kepada sesuatu keinginan yang

ada pada diri seseorang untuk menjadikannya persamaan

(identik) dengan orang lain yang jadi tiruannya. Identifikasi

merupakan kelanjutan dari proses imitasi dan sugesti yang

sudah diperkuat.

1.1.4. Simpati

Simpati merupakan ketertarikan perasaan kepada seseorang

dan membuat dirinya sudah seperti yang sama dengan keadaan

orang lain. Seperti menyampaikan dukungan keselamatan atau

mendukung pencapaian prestasi yang ia dapatkan.

1.1.5. Motivasi

Motivasi merupakan hal yang menjadi pendorong, atau

stimulasi dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan

sepertihalnya, siswa tunarungu dipuji guru atas juara kelas

yang didapat peserta didik, pujian itu secara tidak langsung

memberikan motivasi untuk memberikan penampilan dan hasil

yang gemilang lagi. Siswa-siswi disekolah yang mendapatkan

juara kelas dan mendapatkan pujian dari Guru pengajarnya.

1.1.6. Empati

Empati merupakan adanya kemampuan dalam diri

seseorang yang menganggap sudah berada dalam situasi

Page 33: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

21

seseorang yang merasakan keadaan emosional orang lain.

Misalnya, anda mendengarkan kejadian yang menyedihkan.

2.4. Dasar Pembentukan Interaksi Sosial

2.4.1. Faktor Kesamaan Kepentingan atau kebutuhan

Kepentingan/kebutuhan yang sama menjadikan dorongan

sekumpulan orang untuk mereka membentuk kelompok sosialnya.

Saat sekarang ini seiring dengan arus globalisasi yang semakin

melaju, kebutuhan yang bersifat modren dikalangan masyarakat

semakin banyak kita jumpai. Tidak terkecuali bagi anak-anak

Difabel yang melanjutkan pendidikannya disekolah inklusi.

Misalnya, siswa-siswi di asrama yang berada dilingkungan SLB

Negeri Panti mereka mengerjakan tugas yang diberikan gurunya

sepulang sekolah mereka saling mencari tugas tentang praktek

menunjukkan kosa kata melalui gestur tubuh mereka dengan

menggunakan gadget dan mencari tau di internet seperti youtube

dan google .

2.4.2. Faktor Kesamaan

Terbentuknya kelompok sosial juga bergantung pada

kesamaan diantara anggota atau peserta didik. Pada umumnya,

seseorang memang lebih nyaman melakukan interaksi dengan

orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan disini

meliputi kesamaan latar belakang, minat, kepercayaan, nilai usia

atau karakter-karakter personal lainnya.

Page 34: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

22

2.4.3. Faktor Kesamaan Nasib

Dengan adanya kesamaan nasib, maka akan terjadi

pembentukan kelompok sosial, yang mewadahi memberikan tujuan

meningkatkan taraf hidup maupun tempat pendidikannya.

Misalnya sekolah yang memfasilitasi peserta didik di sekolah luar

biasa mereka anak yang mengalami hamba mendengar dan ucapan

bahasa atau disebut juga difabel tunarungu. Adanya perkumpulan

ini didasari oleh kesamaan nasib yang mana mereka membutuhkan

wadah untuk saling berbagi cerita disekolah maupun diluar

sekolah.

Secara umum terdapat dua bentuk interaksi sosial yaitu proses

asosiatif dan proses disosiatif, proses asosiatif yaitu proses yang

bersifat penggabungan antara dua objek atau tanggapan melalui

masing-masing individu. Sedangkan proses disosiatif yaitu proses

sosial yang bersifat perpecahan antara dua objek sebagai akibat

munculnya perbedaan melalui tanggapan indrawi.

2.5. Faktor-faktor penghambat interaksi sosial

2.5.1. Hambatan ideologis

Ideologis merupakan hal yang penting sebagai pegangan hidup

manusia, orang yang memiliki ideologis dan kepercayaan yang tidak

melakukan hubungan sosial dengan kelompok sosial tertentu maka hal

ini akan menjadikan hambatan bagi seseorang.13

13 https://dosensosiologi.com/faktor-hubungan-sosial/

Page 35: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

23

2.5.2. Stereotip

Kecurigaan terhadap kelompok masyarakat tertentu membuat

seseorang tidak ingin melakukan interaksi sosial. Apabila kecurigaan

berlebih akan membuat seseorang jauh dari jangkauan masyarakat.

Bahkan ia akan memilih untuk menyendiri dengan keadaan yang

dialaminya.

2.5.3. Apatis

Seseorang yang ada di lingkungan yang tidak memiliki kepedulian

terhadap lingkungan sekitar. Sikap acuh tak acuh membuat orang

tersebut terkucilkan dengan lingkungannya. Hal ini sulit untuk

melakukan hubungan dengan orang yang ada dilingkungannya.

Dalam hal yang lainnya,fenomena yang saya lihat di lingkungan

Sekolah Luar Biasa Negeri Panti, maupun tempat tinggal anak-anak

difabel memiliki hambatan yang sangat serius dan perlu perhatian

Pemerintah daerah, Guru pengajar atau Guru khusus pendamping

Difabel dan masyarakat, seperti halnya yaitu:

a) Guru

Sekarang ini guru pendidik bagi anak berkebutuhan khusus,

masih tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan

kurangnya guru pendamping untuk anak difabel.

b) Siswa

Anak-anak difabel dalam proses belajar mengajar masih

mengalami kesulitan mengikuti materi pembelajaran.

Page 36: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

24

c) Pemerintah

Dalam hal ini, masih kurangnya perhatian dan kepedulian

pemerintahan terhadap sekolah inklusif, sekarang ini juga

perombakan kurikulum khusus sekolah inklusif dan model

pembelajaran yang diterapkan masih kurang perhatian, dan

kurangnya tenaga profesional dalam menangani siswa dan

siswi difabel.

d) Masyarakat

Pengetahuan masyarakat masih minim terkait pendidikan

inklusif, pandangan negatif masyarakat terhadap anak difabel

dan kurangnya dukungan masyarakat terkait dalam memahami

dan bersosialisasi dengan anak-anak difabel.

e) Lainnya

Sarana dan Prasarana yang menunjang pendidikan di

sekolah inklusif masih kurang dan masih kurangnya

keterlibatan dari semua pihak (tenaga ahli, sekolah, orang tua,

akademisi, dan pemerintahan) terkait pemberdayaan sekolah

inklusif.

Dari faktor penghambat diatas sudah jelas dilihat bahwa apa yang

dialami oleh anak-anak difabel dalam melakukan interaksi sangat sulit

untuk berbaur dengan orang normal lainnya dan orang normalpun begitu

sulit untuk berinteraksi dengan anak difabel, padahal anak-anak difabel

membutuhkan orang-orang terdekat untuk ia bersosialisasi, sehingga

Page 37: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

25

mereka dalam menempuh pendidikanpun harus diberikan pendidikan yang

khsusus supaya mereka rajin dalam mengikuti pembelajaran disekolah dan

supaya mereka mampu menerima perkembangan IPTEK yang semakin

melaju, untuk menunjang interaksi dengan lingkungan sekitanya itupun

mereka kurang percaya diri dan minder.

2.2. Difabel Tunarungu dan Klasifikasinya

2.2.1. Pengertian Difabel Tunarungu

Ada juga yang mendefenisikan dan mengklasifikasikan

penjelasan tentang Difabel Tunarungu, dengan hal ini adanya

pandangan masing-masing tentang pengertian anak tunarungu,

pada hakekatnya memiliki kesamaan, yaitu. Tunarungu merupakan

sesuatu makana dengan merujuk kepada kondisi yang tidak

berfungsinya indra pendengaran secara normal. selain itu, secara

pedagogis tunarungu juga diartikan sebagai kondisi tidak

mampunya seseorang dalam menerima informasi secara lisan, atau

bahasa verbal. Sehingga dalam hal ini membutuhkan pendidikan,

bimbingan dan pelayanan khusus dalam menempuh pendidikannya

disekolah. Pengertian ini memberikan suatu upaya untuk

berkembangnya potensi penyandang difabel tunarungu, melalui

pendidikan khsusus di sekolah luar biasa ini. Dengan demikian

anak tunarungu dapat mengembangkan dirinya secara optimal.

Menurut Mangunsong (2009), anak tunarungu adalah

mereka yang mengalami masalah pada indra pendengarannya yang

Page 38: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

26

tidak berfungsi sehingga membutuhkan pendidikan yang

pelayanannya yang khusus.14

3.2.1. Perkembangan Pada Anak Difabel Tunarungu

Anak tunarungu pada hakekatnya sama dengan anak-anak

pada umumnya, mereka juga memiliki kebutuhan dan tugas yang

sama dengan anak-anak yang kita lihat normal. Namun, anak

tunarungu hanya saja memiliki kondisi tidak berfungsinya indra

pendengaran, yang menyebabkan anak tunarungu memiliki

karakteristik yang spesifik.15

Pada perkembangan difabel tunarungu, difabel tunarungu

memiliki pola yang bervariasi, secara lebih rinci, beberapa

perkembangan yang spesifik diantaranya yaitu:

a) Perkembangan bahasa

Secara umum yang kita lihat, perkembangan fisik anak

tunarungu tidak banyak mengalami hambatan, kecuali indra

pendengaran saja yang mengalami gangguan. Kondisi anak

difabel tunarungu juga mengalami masalah dalam

perkembangan berbahasa pada anak difabel tunarungu,

perkembangan dalam berbahasa anak sangat penting.

Sementara pada anak difabel tunarungu hal ini tidak dapat

mereka lakukan dengan baik.Dalam perkembangan berbahasa

anak difabel perlu bimbingan khusus sesuai dengan derajat

14MM Shinta Pratiwi. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Semarang: Semarang

University Press, 2011, hal. 9 15 Suparno. Pendidikan Anak Tunarungu. UNY: Jurusan pendidikan Luar Biasa. 2001,hal.

8-15

Page 39: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

27

ketunarunguan mereka dan kemampuan anak difabel tunarungu

masing-masing.

b) Perkembangan Intelegensi

Pada perkembangan intelegensi ini, perkembangan ini

sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbahasanya anak

difabel tunarungu, perkembangan bahasa pada anak tunarungu

mengakibatkan perkembangan intelegensi mereka terhambat,

bukan kemampuan potensialnya yang rendah. Tetapi,

disebabkan oleh intelegensinya tidak mendapat kesempatan

dalam perkembangan yang optimal

Adanya bimbingan yang teratur, terutama dala pola

berbahasanya anak difabel tunarungu dalam perkembangan

intelegensinya. Selain itu juga kemampuan intelektual anak

difabel tunarungu juga tergantung dalam faktor berbahasa

sesuai dengan derajat ketunaan yang disandangnya untuk

memperoleh berbahasanya anak difabel tunarungu.

c) Perkembangan Emosi dan Sosial

Perkembangan dalam percakapan berbahasanya anak

difabel tunarungu yang mengakibatkan kesulitan dalam

berkomunikasi, yang pada gilirannya akan menjadi

penghambatbagi mereka. Dengan ini, menyebabkan kurang

percaya diri dan merasa asing dari lingkungan masyarakat,

sehingga tampak adanya kekurangan dalam beinteraksi dengan

lingkungannya. Dengan melihat hal ini akan dapat

Page 40: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

28

mempengaruhi kepada perkembangan kepribadian dan emosi

pada anak difabel tunarungu.

4.2.1. Karakteristik Difabel Tunarungu

Beberapa hal yang ada pada karakteristik anak difabel

tunarungu antara lain sebagai berikut:

a) Segi fisik

Dari segi fisik, karakter anak difabel tunarungu terlihat dari

cara berjalannya agak kaku, pernapasannya yang pendek,

gerakan mata yang cepat dan beringas dan gerakan tangan juga

kakinya.

b) Segi bahasa

Dari segi bahasa, anak difabel tunarungu miskin akan kosa

kata, sulit mengartikan ungkapan-ungkapan, sulit memahami

kalimat yang komplek atau kalimat-kalimat yag panjang dan

kurang menguasai irama dan gaya bahasa.

Dari segi bahasa, anak tunarungu banyak mengalami kelemahan,

mereka melihat kondisi alam ini sesuatu yang sunyi meskipun sebenarnya

pada anak tunarungu ini ada garis khayalan dalam pikirannya, namun

mereka tidak dapat mengungkapkannya, mereka hanya dapat

mengekspresikan bentuk dan manfaatnya saja. Untuk mengetahui

karakteristik dan menganalisis anak difabel tunarungu secara mendalam,

maka dapat dilakukan dengan cara metode penelitian secara mendalam

bagaimana pola interaksi yang didapatkan anak tunarungu untuk

memaksimalkan perkembangan berbahasanya anak tunarungu.

Page 41: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

29

Banyak hal yang dapat di peroleh dalam melakuakan pengamatan

dalam lingkungan anak difabel tunarungu, selain perilaku dan kondisi fisik

kita juga bisa melihat mereka dengan karakteristik lainnya. Kondisi anak

difabel tunarungu sangat bervariasi, sehingga dengan dilakukannya

pengamatan dalam pnelitian, dapat diketahui karakteristik dan kebutuhan

belajar anak difabel tunarungu. Hasil ini juga sangat membantu pendidikan

dalam memberikan bimbingan dan pelayanan bagi mereka. Ketepatan

pemberian bimbingan dan pelayanan pendidikan, terutama yang berkenaan

dengan karakteristik individual, memungkinkan anak untuk dapat

berkembang secara optimal sesuai yang di harapkan anak difabel

tunarungu. Pada umumnya anak tunarungu memiliki motivasi belajar yang

sangat tinggi, mereka sangat senang dipuji atas prestasi yang di

dapatkannya.

2.3. Penelitian Relevan

Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh Sri Utami tentang

bagaimana cara komunikasi anak atau peserta didik tunarungu di Sekolah

Luar Biasa Negeri Jenangan Ponorogo. Hasil dari penelitian menunjukkan

tentang setiap anak atau peserta didik tunarungu dalam mereka

berkomunikasi dengan bahasa tubuh atau bahasa isyarat. Kecenderungan

bergaul dengan komunitasnya yaitu Tunarungu, tingkat emosional yang

kurang serta pola komunikasi yang sulit di mengerti oleh orang yang

berada lingkungannya. Hal tersebut membuat anak tunarungu terhambat

dalam penyesuaian sosialnya.16

16 https://journal.iain.ponorogo.ac.id/sju/indek/epj.diunduh.pada 04 februari 2021

Page 42: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

30

Penelitian selanjutnya juga di tulis oleh: Sifqa Amalia Ramadhanti

yang melakukan penelitian pada tahun 2020, tentang bagaimana interaksi

simbolik dalam komunikasi guru dan murid di Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB-B) Nurasih Jakarta Selatan. Dengan hasil penelitian yang

menunjukkan komunikasi simbolik apa saja cara peserta didik SDLB

melakukan Interaksi sosialnya.17

Tidak dapat kita pungkiri lagi, setiap individu memiliki perbedaan-

perbedaan kemampuannya masing-masing. Kita sebagai individu-individu

yang dinyatakan sehat secara fisik atau masih juga kita jumpai dengan

perbedaan kemampuan dari dalam diri manusia. Oleh karena itu, dapat kita

katakan perbedaan kemampuan terdapat pada semua orang atau manusia

lainnya, baik dia anak penyandang difabel ataupun anak-anak yang

normal. pendidikan khusus bagi anak-anak difabel sudah banyak kita

jumpai salah satu sekolah yang menangani anak-anak difabel yaitu, SLB

Negeri Panti Kab. Pasaman.

Berangkat dari beberapa penelitian yang sudah di lakukan tentang

Interaksi Sosial Siswa-siswi Difabel, penelitian ini berbeda dengan yang

sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian terletak

pada lokasi penelitian. Jika lokasi penelitian yang dilakukan oleh Yanuar

Ummi Solikhatun di SLB Negeri Semarang yang membahas penyesuaian

sosial anak tunarungu dan penelitian juga dilakukan oleh Tutik Faricha di

SLB Negeri Kemala Bhayangkari Gresik yang membahas Siswa-siswi

Difabel agar berinteraksi dengan baik.

17 http://repository.uinjkt.ac.id.diunduh.04 Februari 2021

Page 43: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

31

Sedangkan penelitian ini membahas tentang Pola Interaksi Siswa-

siswi Difabel Tunarungu di SDLB Negeri Panti Kab. Pasaman. Dengan

melajunya percepatan arus globalisasi, seperti apa pola interaksi yang

dilakukan anak difabel guna mengahadapi tantangan IPTEK saat sekarang

ini, dan bagaimana mereka dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan

baik dari lingkungan sekitarnya melalui pembelajaran khusus di SLB

Negeri Panti yang Beralamat di kp. Sorik, Jorong Nagari Panti, Kec. Panti,

Kab. Pasaman. Yang difokuskan bagaimana Pola Interaksi Sosial Siswa-

siswi Difabel Tunarungu jenjang SD di SLB Negeri Panti.

Page 44: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

Dengan cara menggabungkan informasi atau data-data yang aktual dan

terperinci, mengidentifikasikan permasalahan dan memeriksa kondisi atau

fenomena sosial dalam suatu peristiwa. Sesuai dengan defenisi penelitian

kulaitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis dari informan yang mengerti dan terlibat atau berperan

serta dalam kegiatan penelitian ini.18Penelitian ini menekankan pada data

yang di gali di lapangan dengan menggunakan teknik tertentu kemudian di

ilustrasikan dalam kalimat dengan mengkategorikan yang berdasarkan

karakter tertentu kemudian di ambil kesimpulan.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata yang mengemukakan

penelitian deskriptif kulaitatif merupakan penelitian untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial,

sikap kepercayaan, persepsi dan pemikiran secara individual maupun

kelompok.19 Sedangkan metode kualitatif menurut Bogdan dan Biklen

dalam Emzir, mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

18 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2019, hal, 1-3 19 Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010, hal. 60

Page 45: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

33

lisan dari orang-orang dan perilaku yang di amati. Data yang di hasilkan

berupa kata-kata, gambar serta perilaku manusia.20

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat di harapkan mampu

menghasilakan uraian secara mendalam tentang ucapan, tulisan, atau

perilaku yang dapat diamati dari individu maupun kelompok masyarakat.

Penggunaan desain penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini di

maksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pola interaksi siswa-

siswi penyandang difabel di Sekolah Luar Biasa Negeri Panti.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dan waktu penelitian yang merupakan penelitian

di laksanakan dan di lakukan dan kapan penelitian ini berakhir. Tempat

dan waktu penelitian bermanfaat untuk membatasi daerah dan waktu dari

fenomena yang di teliti. Penelitian ini di lakukan di lokasi Sekolah Luar

Biasa Negeri Panti Kabupaten Pasaman.

3.3. Informan

Informan atau di sebut juga dengan Narasumber yang merupakan

individu pada latar penelitian yang di jadikan sebagai sumber informasi

yang di butuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini peran

informan adalah lebih aktif, lebih banyak berbicara, dan perannya seperti

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, memperkenalkan atau

menghubungkan peneliti dengan orang lain yang memiliki pengetahuan

20 Emzir. Analisis Data, Metedologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Page 46: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

34

tentang hal yang21sama dan juga menyediakan akses dan meningkatkan

pengetahuan peneliti mengenai berbagai hal lokasi penelitian dan

membantu menafsirkan makna pengamatan penelitian.22

Dalam penelitian kualitatif ini, informan sangatlah penting

dikarenakan informan tidak hanya sebagai dasar sumber data dalam

penelitian, namun juga ikut berperan sebagai pelaku yang juga ikut

menentukan berhasil atau tidaknya penelitian tentang informasi dan data

yang diberikannya.

Untuk menentukan penelitian ini, teknik yang digunakan adalah

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel dan sumber data dengan pertimbangan tertentu dan bertujuan juga

memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.

Untuk memperoleh informasi yang banyak, peneliti menggunakan

teknik purposive sampling dengan informan sebagai berikut: Guru

pendamping khusus SLB Negeri Panti; Kepala Sekolah SLB Negeri Panti,

orang tua dari anak penyandang disabilitas tersebut dan orang yang ada di

lingkungan masyarakat tempat anak disabilitas tinggal.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara, observasi, dan dokumentsi. Berikut akan dijelaskan uraiannya

dari masing-masing teknik pengumpulan data, yaitu:

3.4.1. Wawancara

21Burhan Bugin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hal.

76 22Ibid, hal.77

Page 47: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

35

Wawancara adalah teknik pengunpulan data yang dilakukan

dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak-pihak

yang terkait dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan data.23

Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian

ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara semi tersrtuktur.

Wawancara semi terstruktur bertujuan untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka.

3.4.2. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang secara sistematis terhadap

gejala-gejala yang di teliti, observasi menjadi salah satu teknik

pengumpulan data dan jika sesuai dengan tujuan penelitiannya,

direncanakan dan di catat secara sistematis. Observasi bertujuan untuk

mengamati langsung pada tempat penelitian, baik secara terbuka

maupun terselubung. Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis maupun psikologis.24

Observasi dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi non

parsitipatif, dimana peneliti hanya melakukan pengamatan

menggunakan pedoman observasi tanpa melibatkan diri kedalam

fenomena yang ada. Observasi yang dilakukan peneliti yakni melihat

23Nana Sujana. Menyusun Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru, 1992, hal. 216 24Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & Q. Bandung: Alfabeta,

hal. 154

Page 48: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

36

kegiatan anak-anak difabel yang ada di Sekolah Luar Biasa Negeri

Panti maupun lingkungan tempat anak difabel tinggal.

3.4.3. Dokumentasi

Dalam metode penelitian kualitatif ini, peneliti merupakan

instrumen yang utama. Dokumentasi merupakan berupa catatan

peristiwa yang sudah berlalu dan tersaji dalam bentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam pelaksanaan penelitian kualitatif, ada beberapa teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti, teknik tersebut berupa

dokumen dan foto yang diperlukan, sehubungan dengan aturan-aturan

tertentu yang digunakan untuk menganalisis data.

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang

dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan hal-hal

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman yaitu:

3.5.1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan diawali dengan melakukan pengamatan di

tempat penelitian. Selanjutnya dilakukan wawancara, observasi dan

Page 49: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

37

dokumentasi dengan informan penelitian. Peneliti mencatat data-data

yang diperoleh kedalam catatan lapangan yang berisikan apa yang

didengar, dilihat, dialami, dirasakan, dan temuan tentang apa yang

dijumpai selama penelitian. Yang mana kesemuanya ini merupakan

bahan pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengumpulan data

penelitian yang dimaksud adalah hasil dari wawancara, observasi dan

dokumentasi tentang pola interaksi sosial siswa penyandang difabel di

Sekolah Luar Biasa Negeri Panti.

3.5.2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemulihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul

dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data

/informasi yang tidak relevan sampai-sampai laporan akhir tersusun

lengkap. Pada saat wawancara, peneliti membuat suatu catatan.

Catatan yang sudah terkumpul, kemudian dipilih catatan yang

dianggap paling relevan.25

3.5.3. Penyajian Data

Penyajian data atau display data adalah pendeskripsian

sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

25Emzir. Metode Penelitian Kualitatif. Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Page 50: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

38

data kualitatif ini menjajikan hasil dalam bentuk teks secara naratif,

serta uraian singkat agar mudah dipahami.

Penyajian data diawali dengan memberikan deskripsi hasil

penelitian yang telah diklasifikasikan sebelumnya. Dari data yang telah

disajikan kemudian dibahas dan ditafsirkan berdasarkan teori-teori

yang dipilih oleh peneliti di tempat penelitian untuk memperoleh

gambaran secara jelas.

3.5.4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data.

Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan

makna data yang telah disajikan. Antara display data dan penarikan

kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang sudah ada. Dalam

pengertian ini, kesimpulan yang di tarik harus bisa menjawab rumusan

masalah yang sudah ditetapkan oleh peneliti pada awal penelitian.

Diawali dengan interpretasi peneliti atas temuan dari wawancara,

hingga dapat menarik kesimpulan.

Dengan ini, penarikan kesimpulan memberikan makna, tafsiran,

argumen penelitian yang sudah terkumpul, disusun kedalam pola-pola

hubungan tertentu yang mudah dipahami dan ditafsirkan. Kemudian

dihubungkan dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya

sehingga memudahkan menarik kesimpulan sebagai jawaban benar

atas setiap permasalahan penelitian.

Page 51: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

39

3.6. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini sangatlah penting.

Dikarenakan penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran secara

objektif merujuk kepada masalah kualitas data dan ketetapan metode yang

digunakan. Untuk melaksanakan proyek penelitian, kualitas data dan

ketepatan metode sangatlah penting, khususnya dalam penelitian ilmu-

ilmu sosial karena pendekatan filosofis dan metedologis yang berbeda

terhadap studi aktivitas manusia, tehknik pemeriksaan keabsahan data

dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, triangulasi ini

merupakan sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dimana

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.26

Teknik triangulasi ada dua jenis, yaitu triangulasi teknik atau

metode dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan triangulasi sumber

adalah untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan

teknik yang sama.

Triangulasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah triangulasi sumber. Dengan teknik ini peneliti dapat me-recheck

temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber,

metode, dan teori. Penelti membandingkan sumber data yang diperoleh

daritempatpenelitiannya.

26Emzir. Ibid 78

Page 52: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Temuan Umum

1. Gambaran Umum Berdirinya Sekolah Luar Biasa (SLB) Tempat

Anak Difabel Melanjutkan Pendidikan di Panti Kabupaten Pasaman.

Sebagaimana yang telah tersurat pada pembukaan Undang-Undang

1945, yang mana mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan

Nasional. Untuk mewujudkan suatu cita-cita akan ditempuh dengan

berbagai usaha, agar mutu Pendidikan dan kesempatan belajar terlaksana

dengan baik. Usaha tersebut, termasuk juga anak-anak Difabel tunarungu.

Pendidikan akan terus berlangsung seumur hidup dan terlaksana pada

keluarga, lingkup sekolah serta lingkup masyarakat. Maka dari itu

pendidikan merupakan kewajiban bersama antara Pemerintahan, keluarga

dan anggota masyarakat.

Sekolah Luar Biasa tingkat SD di SLB N Panti merupakan tempat

bagi anak Difabel agar bisa mendapatkan layanan dasar yang bisa

membantu mendapatkan akses pendidikan untuk melanjutkan Pendidikan,

dengan jenis yang berbeda dan berbeda pula dalam strategi

pembelajarannya serta fasilitas pembelajaran yang dimiliki. Sekolah Luar

Biasa tempat anak difabel melanjutkan pendidikan di Panti Kabupaten

Pasaman pertama kali berdiri masih dalam jenjang Sekolah Dasar (SDLB)

yang berdiri pada tahun 1984, pendirian SDLB diatur dalam Inpres atau

Intruksi Presiden dibawah naungan Bidang Pendidikan Dasar (DIKDAS)

Kabupaten dengan Nama pertama SDLB 44 Murni, dengan Lokasi

Page 53: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

41

pertama yang cukup strategis terletak didekat Cagar Alam Rimba Panti

atau yang lebih dikenal Lokasi dekat dengan tempat wisata dikabupaten

Pasaman tersebut.

SDLBN Panti pada saat itu dipimpin oleh Drs. Kodir dan

kebanyakan guru pendidik didatangkan dari jawa yang memiliki tamatan

PLB untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak difabel di SLBN

Panti dan pada saat itu juga semua tenaga pengajar dan pendidik

menyambut gembira setelah dikeluarkan kebijakan Presiden (Inpres) bagi

Anak atau siswa yang mengalami keterbatasan aktifitas baik fisik maupun

mental untuk menempuh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

mereka masing-masing.

Kemudian pada tahun 2003 gedung SDLB 44 Murni Panti ditukar

guling dan di buat bangunan baru di belakang RS Ibnu Sina Panti, semakin

pesatnya perkembangan SDLB 44 Murni Panti pada tahun 2016 berubah

Sistem Penamaan Tempat Pendidikan Sekolah (Nomenklatur Sekolah)

menjadi SLB Negeri Panti yang semua tingkat pendidikan di mulai dari

SDLB,SMPLB dan SMALB dengan lokasi yang sama di SLB N Panti,

yang sudah diatur oleh pendidikan dan kebudayaan di bawah Naungan

Provinsi Sumatera Barat.

Karena SLB N Panti berada dekat dengan perumahan masyarakat

dan instansi pendidikan lain maka siswa yang ada pada SLB N Panti

berasal dari warga yang ada di sekitaran Sekolah SLB dan ada juga yang

berasal dari Kecamatan lain yang berada di Kabupaten Pasaman bagi anak

Difabel untuk melanjutkan pendidikannya, sehingga kurikulum yang

Page 54: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

42

digunakan disesuaikan dengan kondisi anak, sosial, ekonomi dan

budaya.53

Adapun karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh sekolah

adalah sebagai berikut:

1) Adanya Sk dari Bupati dengan Nomor 36 tahun 2013 tanggal

26 November 2013

2) Adanya dukungan komite sekolah, orang tua dan masyarakat

dalam program pengembangan

3) Tingginya antusias masyarakat untuk memasukkan anaknya

yang difabel ke SLB N Panti

4) Adanya dukungan moral yang tinggi dari masyarakat dan

pemerintah kabupaten/kota dan Provinsi Sumatera Barat

dalam pemberdayaan anak Difabel menempuh Pendidikan

2. Perkembangan SLB N Panti Kabupaten Pasaman.

UU Nomor 18 tahun 2016 juga mengamanatkan kepada

pemerintah untuk menyelenggrakan pendidikan bagi penyandang Difabel.

Disana diungkapkan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib

menyelenggarakan dan memfasilitasi pendidikan untuk penyandang

Difabel disetiap jalurnya. Untuk memenuhi amanah tersebut, pemerintah

telah mengeluarkan kebijakan tentang pendidikan bagi penyandang

Difabel sudah diatur oleh Undang-undang tentang sistem pendidikan

dalam pasal 15 dan pasal 32, bahwa pendidikan khusus merupakan

pendidikan untuk peserta didik yang memiliki hambatan perkembangan

53 SLB N Panti

Page 55: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

43

atau peserta didik yang memiliki kecerdasan yang luar biasa yang

diselenggarakan baik pada tingkat Dasar maupun Menengah.54

SLB N Panti berdiri sejak tahun 1984 dengan segala kemampuan

yang dimiliki Guru pengajar dan peserta didik bersama-sama dalam

membangun potensi sekolah dan potensi peserta didik disekolah baik

secara pribadi maupun kelompok dalam lingkungan pendidikan dan

lingkungan sosial SLB. Selama 36 tahun masa berdirinya sudah banyak

prestasi yang sudah didapatkan baik itu secara Akademis maupun Non

Akademis.

Dalam bidang Akademis sendiri lebih banyak diambil alih oleh

Guru pendidik di SDLB N Panti dengan beberapa kali mengikuti

perlombaan Guru berprestasi dan berdedikasi. Seperti yang diungkapkan

Kepala Sekolah SLB N Panti Rasmita “antara lain Juara 1 tingkat

Kabupaten Guru Berprestasi pada Pendidikan SLB yaitu Ibuk Ratnimar,

S.Pd dan Juara 1 tingkat Kabupaten yaitu Kepala Sekolah SLB N Panti

Rasmita, S.Pd pada tahun 2017/2018, sedangkan untuk prestasi Non

Akademik di raih oleh peserta didik yaitu Juara 3 Lomba Catur Tingkat

SDLB dalam Ajang Lomba 02SN pada tingkat Provinsi pada tahun 2016

yaitu dengan nama peserta didik Siti Ayisah.

Kegiatan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa bagi siswa Difabel

Tunarungu tidak terlepas dari peran Guru pendidik yang memahami

karakteristik Siswa Tunarungu guna mencapai Pola pembelajaran interaksi

Sosial yang baik bagi siswa Difabel Tunarungu. Guru pengajar Difabel

54https://ham.go.id/2020/03/06/upaya-memenuhi-hak-penyandang-disabilitas/

Page 56: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

44

Tunarungu harus memiliki wawasan serta pendidikan yang sesuai di

bidangnya guna memahami konsep dan pola berinteraksi dengan siswa

Difabel Tunarungu serta memberikan perkembangan dalam pembelajaran

berinteraksi yang sesuai tingkat ketunaan Siswa Difabel.

Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SLB N Panti beserta

Guru pendidik siswa Difabel Tunarungu, meski dalam keadaan Darurat

Pandemi Covid-19 pada sebelum-sebelumnya sudah disampaikan lewat

Via Whatsapp seperti apa ketentuan untuk datang ketempat penelitian dan

diberikan kesempatan langsung kelokasi penelitian di SLB N Panti sesuai

dengan protokol Kesehatan Covid-19 guna melakukan penelitian. Kepala

sekolah SLB N Panti Rasmita, S.Pd menyampaikan:

“sebelum ingin melakukan penelitian di sini (SLB N Panti), harus

mempersiapkan kelengkapan beserta berkas penelitian serta

mematuhi aturan prokes Covid-19 guna melancarkan kegiatan

penelitian selama berada di lokasi SLB N Panti ini”.

walaupun lokasi penelitian di SLB N Panti tidak dikategorikan

Zona yang bahaya pada masa Pandemi Covid-19 namun diharuskan untuk

mematuhi aturan-aturan yang ada Karena proses belajar di sekolah masih

Normal dilaksanakan di SLB N Panti ini, namun jadwal pembelajaran bagi

peserta didik dibatasi seperti pengurangan jadwal pelajaran dan Pekerjaan

Rumah (PR) dari Sekolah selalu diberikan pada peserta didik.55

Untuk mengembangkan potensi Peserta didik, Pihak sekolah SLB

N Panti selalu memberikan cara untuk perkembangan siswa terutama bagi

sisiwa tunarungu sebelum adanya pembatasan karena adanya pandemi

Covid-19. Sebagaimana yang telah di temukan peneliti sebagai berikut:

55 Wawancara, RH dengan Rasmita. 10-04-2021

Page 57: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

45

1) Sekolah selalu mengikutsertakan siswa dalam ajang perlombaan

Seni dan Olahraga pada tingkat Kabupaten maupun Provinsi yang

sesuai dengan minat dan bakat dari peserta didik.

2) Setiap hari Jum’at diadakan kegiatan keagamaan.

3) Setiap hari senin diadakan Upacara Bendera

4) Pada akhir tahun pembelajaran sekolah mengadakan studi wisata,

yang memiliki nilai budaya dan juga mengadakan studi banding ke

sekolah SLB lain yang ada di Sumatera Barat.

5) Sekolah melaksanakan tes kecerdasan kepada siswa bekerja sama

dengan tenaga ahli yang sudah berkompeten

6) Sekolah mengembangkan budaya senyum, sapa, salam pada setiap

lingkungan maupun diluar sekolah.

7) Sekolah mengembangkan budaya toleransi.

8) Sekolah selalu memperingati hari besar keagamaan dan hari besar

Nasional.

Dalam memajukan kualitas pendidikan sekolah, maka diperlukan

kerja keras seluruh warga sekolah, kelompok pengembangan sekolah

dibentuk melalui musyawarah. Didalam pembentukan Tim pengembangan

sekolah harus melibatkan berbagai unsur-unsur pendidikan yang terdiri

dari pengawas sekolah, komite sekolah serta guru dan tenaga kependidikan

di sekolah. Untuk bisa mencapai hasil maksimal dalam memajukan dan

mengembangkan sekolah, Tim pengembangan sekolah dibutuhkan dalam

memberikan ide atau gagasan yang bisa membuat sekolah menjadi

Page 58: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

46

semakin berkembang kearah yang lebih baik. Adupun Tim Pengembang

SLB N Panti Seperti tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Daftar Nama Tim Pengembangan Sekolah Tingkat Satuan

Pendidikan SLB N Panti Tahun Ajaran 2021/2022

No Nama Jabatan Dalam

Kedinasan Jabatan Dalam TPS

1 Rasmita, S.Pd Kepala Sekolah Ketua

2 Rina Widia Sari, S.Pd Bendahara Anggota Tps Urusan

Kurikulum

3 Hartini Oktaviyani, S.Pd Guru TPS Urusan Sarana Dan

Prasarana

4 Nazarudin Siregar Komite Komite Sekolah

5 Reni Susanti, S.Pd TU Anggota Operator Depodik

6 Esrawati, S.Pd Guru Kesiswaan

Sumber: SLB N Panti

Dengan hal yang bersamaan, setiap Guru harus siap dalam

memberikan materi guna meningkatkan interaksi yang baik kepada peserta

didik Tunarungu sebagai suatu pencapaian untuk perkembangan sekolah

dan proses pembelajaran dikelas tunarungu, metode Buku pegangan dan

Media pembelajaran yang di siapkan guru kepada peserta didik Difabel

Tunarungu di SLB N Panti dapat diambil beberapa diantaranya yaitu:

a) Jumlah dan jenis buku pelajaran/buku penunjang yang digunakan

cukup memadai dan disimpan diperpustakaan.

b) Setiap Guru menggunakan Media Pembelajaran yang sesuai

dengan kondisi ketunaan Difabel di SLB dalam proses belajar

mengajar dengan Peserta didik Difabel Tunarungu.

3. Kriteria Sarana dan Prasarana SLB N Panti.

Sarana dan prasarana di SLB N Panti cukup terbatas, seperti yang

sudah di amati oleh peneliti dan sudah di ungkapkan juga oleh kepala

sekolah SLB N Panti Rasmita, S.Pd menyampaikan:

Page 59: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

47

“kurangnya ruang belajar bagi siswa, sehingga siswa sering

digabung ruang kelasnya saat proses pembelajaran dikelas, di

samping itu juga murid tingkat SDLB Tunarungu inikan tidak

banyak seperti sebelumnya hanya beberapa peserta didik saja yang

ada sekarang, pada tahun sebelum-sebelumnya peserta didik di

SLB ini cukup banyak juga karena sudah banyak yang tamat

semakin kesini semakin berkurang, selain itu juga banyak dari

peserta didik yang tidak melanjutkan pendidikannya lagi, apalagi

sekarang pada masa pandemi covid-19.

Namun pada pertengahan ajaran kebanyakan siswa difabel

disini itu masih ada yang mengantar kan dan memasukkan anak

nya yang difabel ke SLB Panti ini, hal seperti inilah yang menjadi

kebiasaan di SLB N Panti ini, mungkin karena ada penghambat

bagi anak difabel tersebut seperti yang sudah disampaikan untuk

mengajak dan memberikan pengetahuan pada siswa difabel

tunarungu ini butuh cara yang ekstra untuk mempengaruhi dan

mengajarkan anak difabel itu untuk lebih percaya diri, kalau sudah

hilang rasa minder dan percaya diri anak difabel tersebut sudah

maksimal disitulah anak atau siswa difabel tersebut semakin

semangat dan tambah rajin dalam belajar maupun rasa ingin tahu

siswa difabel tersebut meningkat”.56

Seperti yang telah peneliti temukan, Prasarana yang dimiliki SLB

N Panti ini teridiri dari 17 Ruangan seperti, 5 Ruang belajar yang dijadikan

untuk Ruang kelas pada SDLB, dan 3 Ruang Kelas dan untuk SMPLB dan

SMALB. Pada ruangan perkantoran terdapat 1 Ruang Guru untuk masing-

masing Guru yang didalamnya terdiri dari Ruang TU dan Ruang Guru

Pengajar, Dan Satu Ruangan Kepala Sekolah. Dilokasi Sekolah Lainnya di

SLB N Panti terdapat 1 perpustakaan, 1 Ruang Keterampilan dan Seni, 2

Ruang Asrama belum ada ruangan tempat belajar, 1 Ruangan Tata Boga, 2

Unit WC Siswa, 2 Unit WC Guru dan 1 Ruangan Gudang, yang dapat di

uaraikan sebagai berikut:

a) Bangunan Utama Terdiri dari:

Ruangan Perkantoran

56 Wawancara, Sarana dan Prasarana. RH dengan Rasmita

Page 60: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

48

Ruangan Belajar

Ruangan Perpustakaan

Ruangan Asesmen

Ruangan Tamu

Ruangan UKS

Ruangan Tata Boga

Ruangan Keterampilan/Kesenian

Halaman Upacara Bendera

b) Unit tempat olahraga memanfaatkan halaman Sekolah

c) Tempat parkir

d) Unit Asrama Siswa

e) Tempat Ibadah/Musholla

f) Dapur dan tempat makan

Disamping itu juga, untuk mendorong perkembangan

sekolah tidak lain adalah tempat belajar sarana dan prasarana

lainnya apalagi penjaga sekolah Guru Asrama tidak ada, disini

menjadi permasalahan karena orang tua ragu untuk melepaskan

anak difabelnya hanya kebanyakan peserta didik didaerah

Kecamatan Panti saja yang ada disekolah dan diluar daerah

Kecamatan Panti hanya beberapa peserta didik saja itupun terdapat

pada tingkatan SMPLB dan SMALB. 57

Pada tahun 2020 SLB N Panti ini sudah mengajukan

permohonan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk anggaran tahun

57 Smber SLB N Panti

Page 61: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

49

2021 satu Perunit Ruangan untuk masing-masing tingkatan kelas di

SLB N Panti, beserta Perbaikan Asrama yang layak untuk di

tempati peserta didik namun masih belum terlaksana.

4. Identitas Sekolah Luar Biasa Negeri Panti Kabupaten Pasaman

SLB N Panti Kabupaten Pasaman merupakan lembaga dibawah

naungan pendidikan dan kebudayaan pada Sekolah Luar Biasa bagi anak

atau peserta didik difabel yang melanjutkan pendidikannya yang sesuai

dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki siswa difabel tunarungu.

Dilokasi sekolah yang sama, terdapat didalamnya ada lembaga dan

lembaga pendidikan lain. Diantaranya, ada SDLB, SMPLB dan SMALB.

Adapun Identitas SLB 1 N Panti sebagai berikut:

Nama Sekolah : SLB N 1 Panti

NPSN : 10300856

NSS : 101080204042

Email : [email protected]

Nama Kepala Sekolah : Rasmita, S.Pd

Nama Ketua Tim PTK : Rasmita, S.Pd

Nilai Akreditasi Thn Akhir` : 81 (B) Tahun 2015

Nilai KTSP Thn Lalu : 92 (A) Tahun 2020

Tingkat Satuan Pendidikan : SDLB, SMPLB dan SMALB

Jenis Ketunaan : SDLB : A, B dan C

: SMPLB : A, B dan C

: SMALB : C

5. Visi dan Misi SLB N Panti

Untuk menunjang perkembangan tempat belajar disekolah , Visi

dan Misi dirumuskan berdasarkan masukan dari berbagai pihak warga

sekolah dan pihak yang berkepentingan lainnya di putuskan melalui rapat

dewan pendidik yang di pimpin oleh Kepela Sekolah dengan

memperhatikan masukan dari Komite Sekolah, kemudian di sosialisasikan

kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan ditinjau dan

Page 62: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

50

dirumuskan kembalisecara berkala sesuai dengan perkembangan dan

tantangan dilingkup pendidikan dan masyarakat. SLB N Panti memiliki

Visi dan Misi yang sangat diinginkan untuk tercapai yaitu sebagai berikut:

a) Visi SLB N Panti yaitu “terwujudnya pelayanan pendidikan yang

baik bagi peserta didik berkebutuhan khusus agar menjadikan siswa

Religius, disiplin, mandiri dan berprestasi.

b) Misi SLB N Panti yang diwujudkan guna tercapainya suatu

perkembangan di SLB N Panti yaitu:

1) membentuk kepribadian anak yang berbudi pekerti yang

luhur beriman dan bertaqwa,

2) memberikan pelatihan dan keterampilan sebagai bekal

hidup dilingkungan masyarakat

3) mendidik peserta didik dengan memberikan keterampilan

dan pengetahuan menjadikan Lulusan yang terampil dan

berprestasi.

6. Keadaan Guru SLB N Panti tingkat SDLB.

Data keadaan guru yang sudah mendapat Sertifikasi di SLB N

Panti tahun pelajarn 2021/2022.

Tabel 1.2

Guru SLB N Panti Tahun Ajaran 2021/2022

No Nama/Nip Tempat/tgl

lahir pendidikan Sertifikasi

1 Rasmita,

S.Pd/196510281991032005

Simpang duku/28-10-

1965

S 1 PLB 2012

2 Mas

Ida/196402232000032001

Tanjung

aro/23-02-

1964

S 1 PLB 2012

3 Esrawati,

S.Pd/196510182007012002

Pasaman/18-

10-1965 S 1 PLB 2012

4 Ratnimar,

S.Pd/196405062007012002

Koto

rajo/06-05-S 1 PLB 2012

Page 63: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

51

1964

5 Rina Widia Sari,

S.Pd/198303102011012008

Mulyorejo/1

0-03-1983 S 1 PLB 2008

Sumber:SLB N Panti

7. Keadaan peserta didik Tingkat SDLB di SLB N Panti Kabupaten

Pasaman.

Siswa-siswi atau peserta didik ialah salah satu dari beberapa faktor

pendidikan. Siswa dan Guru sangat erat hubungannya dalam proses belajar

mengajar, sebagaimana observasi yang telah dilakukan peneliti. Bahwa

keadaan siswa disekolah SLB tingkat sekolah dasar (SDLB) Tunarungu ini

yang memiliki keterbatasan berbicara dan kurangnya pendengaran. Disini,

peran Guru dituntut untuk aktif dalam berinteraksi menyampaikan materi

pelajaran. Berdasarkan data terbaru yang ditemukan, Peserta didik pada

tingkatan sekolah dasar di SLB N Panti tahun ajaran 2021/2022 berjumlah

12 orang yang terdiri dari 8 peserta didik perempuan dan 4 peserta didik

laki-laki. 58

Data terbaru tahun ajaran 2021/2022 masih dalam proses

penerimaan peserta didik baru. Pada kelas I Tunarungu belum ada murid

baru dan kelas VI tunarungu masih belum ada murid. Seperti yang

ditemukan peneliti sebelumnya, bahwa siswa SLB N Panti untuk sekarang

terus mengalami kekurangan peserta didik karena ada yang sudah tamat

dan sebagian murid tidak melanjutkkan pendidikannya lagi. Adapun

perincian jumlah peserta didik (B) Tunarungu sebagai berikut:

58 Sumber SLB N Panti

Page 64: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

52

Tabel 1.3

Data jumlah Siswa Tunarungu Tingkat SDLB di SLB N Panti

No

Tunarungu (B)

SD

I II III IV V VI jumlah Total

L P L P L P L P L P L P L P 12

1 B - - 1 1 - 2 1 1 2 4 - - 4 8

Sumber :SLB N Panti

Tabel 1.4

Peserta Didik Tingkat SD di SLB N Panti

No Nama Jenis kelamin Kelas

1 Ehsan Realdi L II

2 Pipi Adriani P II

3 Dian Putri Hamdan P III

4 Rimma Nurliati P III

5 Anwar L IV

6 Wira Santi P IV

7 Ridotul Hidayat L V

8 Habib Alfalah L V

9 Anggina P V

10 Nuradija P V

11 Angraini P V

12 Sahara P V

Sumber: SLB N Panti

8. Struktur Kurikulum SLB N Panti

Kurikulum yang diperuntukan di SDLB telah menerapkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang Secara proposional

kurikulum pada tingkat SDLB menitik beratkan pada program minat, bakat

dan keterampilan. KTSP merupakan kurikulum operasional yang telah

disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. KTSP

terdiri dari capaian dan tujuan pendidikan pada tingkatan satuan

pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. KTSP terdiri dari kelompok

mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri pada satuan

pendidikan SDLB dan terdapat program khusus, setiap satuan pendidikan

disesuaikan dengan jenis ketunaan peserta didik.

Page 65: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

53

KTSP mencakup satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan

SMALB memberikan kesempatan bagi anak-anak difabel guna

mengembangkan kompetensinya seoptimal dan setinggi mungkin untuk

mendapatkan pekerjaan, bersikap mandiri baik itu dilingkungan

masyarakat yang dapat bersaing di Era IPTEK, sebagaimana yang telah

disampaikan menteri BUMN untuk menyediakan tempat bagi penyandang

difabel kedunia kerja, Kurikulum ini memungkinkan siswa difabel

tunarungu dapat belajar atau mempelajari sesuai dengan minat dan bakat

serta program keterampilan yang dilaksanakan pada tingkat SDLB, beserta

satuan pendidikan ini harus memiliki komposisi perbandingan antara teori

dan praktek cukup proposional. Adapun struktur kurikulum SLB tingkat

SDLB sebagai berikut:

Tabel 1.5

Struktur Kurikulum SLB N Panti Tingkat SDLB

Mata Pelajaran Kelas dan Alokasi Waktu Perminggu

I II III IV V VI

Kelompok A

1 Pendidikan agama dan

budi pekerti 4 4 4 4 4 4

2 Pend Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4 3 3 3

4 Matematika 2 2 4 3 3 3

5 IPA - - - 2 2 2

6 IPS - - - 2 2 2

Kelompok B

7 SBK 12 12 12 14 14 14

8 Penjaskes 2 2 2 2 2 2

Kelompok C

9 Program Khusus 4 4 4 4 4 4

Jumlah Waktu Perminggu 30 30 32 36 36 36

Sumber: SLB N Panti

Page 66: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

54

4.2. Temuan Khusus

1. Metode Pembelajaran Pola Interaksi Guru dengan Siswa Difabel

Tunarungu di kelas Tingkat SDLB di SLB N Panti Kabupten

Pasaman.

Penyandang Difabel berhak mendapatkan penghormatan atas

integritas mental dan fisik berdasarkan suatu kesamaan dengan orang lain,

yang termasuk juga didalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan

pelayanan sosial dalam rangka kemandirian serta keadaan darurat

sekalipun, untuk menjamin pemenuhan hak sebagaimana yang sudah

dijelaskan oleh Undang-undang Nomor 18 tahun 2016 tentang penyandang

difabel, pemenuhan Hak, Terlaksananya toleransi dan perlindungan.

Dengan adanya Undang-undang tersebut akan memperkuat kesempatan

yang baik bagi penyandang difabel, mulai dari hidup, mendapatkan

pekerjaan pendidikan yang baik dan kemudahan dalam mengakses

perkembangan IPTEK.59

Metode pola interaksi sosial di lembaga pendidikan merupakan

perihal interaksi belajar. Lembaga pendidikan sangat berperan dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah, salah satunya

menciptakan prosedur interaksi belajar, maksudnya adalah interaksi di

lembaga pendidikan tidak hanya semata-mata sesuai dengan apa yang di

harapkan oleh beberapa individu tetapi harus menyesuaikan, didesain dan

merencanakan untuk mencapai suatu tujuan belajar. Selain itu, metode

pola interaksi sosial dalam lembaga pendidikan adalah interaksi yang

59 https://ham.go.id/2020/03/06/upaya-memenuhi-hak-penyandang-disabilitas/

Page 67: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

55

berlangsung dalam lembaga pendidikan memberikan peran masing-masing

kepada pelaku interaksi.

Lembaga pendidikan memiliki peran untuk mengarahkan,

mendidik, mengajar dalam proses interaksi sosial yang dilakukan dan

dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan . Yang mana proses

interaksi yang dilakukan dapat melalui metode maupun teknik dalam

upaya untuk mengarahkan para peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran. 60

Penelitian ini difokuskan bagaimana Pola Interaksi siswa difabel

Tunarungu pada tingkat SD di SLB kelas (B) Tunarungu di Sekolah Luar

Biasa Negeri Panti Kabupaten Pasaman, siswa dibagi melalui jenis dan

tingkat ketunaan mereka. Seperti, “(A) Tunanetra, (B) Tunarungu dan (C)

Tunagrahita”. Jadi, fokus penelitian pada kelas (B) yang dimaksud yaitu

siswa Tunarungu pada tingkat Sekolah Dasar di SLB N Panti. Kegiatan

pembelajaran bagi siswa Difabel Tunarungu tidak terlepas dari peran Guru

Pendidik yang memahami karakteristik dan pembelajaran pola interaksi

yang baik bagi siswa Difabel Tunarungu.

Setiap Guru Pendidik harus menguasai materi dalam memahami

karakteristik peserta didik Tunarungu. Sebagaimana yang telah di

ungkapkan Ibuk Kepala Sekolah SLB N Panti. Rasmita, S.Pd sebagai

berikut:

“untuk tingkat SDLB pada kelas B ini kan khusus siswa

Tunarungu, karena jumlah peserta didik saat ini terbatas setiap

kelasnya peserta didik digabung menjadi satu kelas dalam

pembelajarannya. Tentunya guru pendidik sudah memahami materi

60 M. Syaghilul Khoir, Pola Komunikasi Guru dan Murid di SLB B FROBEL Montessari.

Jakarta Timur_diunduh_2021. Hal, 71

Page 68: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

56

yang dibagikan kepada masing-masing siswa termasuk juga guru,

seperti apa metode pola interaksi yang digunakan Guru saat belajar

dikelas dengan siswa difabel tunarungu. Disamping itu juga guru

pendidik difabel tunarungu memiliki pendidikan dengan Sarjana

tamatan PLB, tentunya mereka sudah menguasai cara dalam

berkomunikasi, berinteraksi sosial dengan siswa difabel

tunarungu”.61

Pernyataan senada juga di sampaikan Guru pendidik Tunarungu

Esrawati, S.Pd sebagai berikut:

“jumlah peserta didik SLB N Panti terbatas dan jumlah tingkat

SDLB tunarungu juga sedikit, sebagian kelas dihuni tidak

mencapai 10 peserta didik untuk satu kelasnya, biasanya 4 sampai

6 siswa, Karena peserta didik tunarungu terbatas sehingga kelas

tunarungu untuk saat ini digabung kelasnya, disana peran guru dan

siswa sangat membantu bagi peserta didik yang lainnya untuk

berbaur, saling berinteraksi yang mana siswa sudah memahami

pembelajaran diberikan arahan pada siswa yang belum memahami,

atau juga baru mengenal lingkungan kelasnya, disanalah peran

siswa yang lebih pintar untuk membantu gurunya dalam

menunjukkan adik kelasnya dalam proses belajar mengajar di

sekolah”.62

Dalam pembelajaran bagi siswa tunarungu yang menekankan pada

kemampuan pola interaksi di SLB N Panti Kabupaten Pasaman,

mempunyai langkah-langkah tertentu agar mendapatkan cara yang

maksimal pada diri siswa tersebut, yang mana berbeda cara pola interaksi

dan komunikasi dalam mengajar dengan anak-anak pada umumnya. Untuk

itu mempunyai cara yang ekstra dalam memberikan pola pada siswa

tunarungu agar memahami lingkungan sosial yang ada disekitarnya.

Berikut penjelasan yang diambil peneliti bagaimana metode pola interaksi

Guru dengan siswa difabel Tunarungu saat proses belajar mengajar di

kelas.

61 Wawancara, kesiapan guru pendidik. RH dengan Rasmita

62 Wawancara, RH dengan Esrawati

Page 69: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

57

Pada kelas Tunarungu pada tingkat SDLB atau Sekolah Dasar,

metode yang biasanya dilakukan guru seperti yang di ungkapkan Guru

Pendidik Tunarungu Esrawati, S.Pd sebagai berikut:

“dengan bahasa bibir, Guru menerangkan materi secara perlahan

dan saat itu juga siswa tunarungu bisa melihat dan membaca

ekspresi guru saat interaksi menyampaikan materi sehingga siswa

secara perlahan bisa mengartikan apa yang disampaikan oleh Guru.

Kalau bahasa bibir belum sempurna, gunakan dan selingi bahasa

isyarat, siswa tunarungu akan lebih mengerti pakai bahasa isyarat.

Ada juga pakai media penglihatan, siswa tunarungu boleh

dikatakan normal tidak ada kecatatan materi hanya saja terhambat

pada pendengarannya sehingga sulit untuk menangkap percakapan

seseorang saat berinteraksi. Kita Guru menuliskan rangkuman atau

apa-apa. Dengan media Gambar mereka siswa tunarungu bisa

menjelaskan maksud dari interaksi dengan Gambar yang dibuat

oleh Guru.

Selanjutnya guru juga memberikan metode pembelajaran

dengan media audiovisual. Yaitu dengan memutarkan flim melalui

Laptop Infocus, biasanya Guru memutarkan kisah perjuangan

kemerdekaan mengenalkan siswa siapa Tokoh pejuang

kemerdekaan, memasak, beribadah, belajar dikelas dan lingkungan

sekolah, beserta flim minat bakat dan bidang pada olahraga”.

Kepala Sekolah SLB N Panti juga menjelaskan metode

pembelajaran dikelas saat berinteraksi dengan siswa. Seperti yang di

ungkapkan kepala sekolah SLB N Panti Rasmita, S.Pd sebagai berikut:

“penerapan metode belajar guru dengan siswa tunarungu hampir

sama dengan siswa normal disekolah pada umumnya. Jadi ada

modifikasinya mungkin lebih sedikit pennyampaian materi

dibanding anak normal dan juga seandainya 1 sub pokok

pembahasan di anak normal 1 minggu sudah selesai, tetapi kalau di

anak difabel tunarungu bisa sampai 1 bulan atau 2 minggu baru

selesai jadi disini disesuaikan dengan kebutuhan siswa”.63

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan

metode belajar melalui pola interaksi sosial dengan siswa difabel

tunarungu yang mempunyai kesamaan atau tidak jauh berbeda dengan

63 Wawancara, RH dengan Rasmita

Page 70: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

58

sekolah reguler pada umumnya, dan juga kurikulumnya hampir sama tidak

jauh berbeda dengan sekolah lain, akan tetapi kurikulum yang ada di

tingkat SDLB N Panti ini, merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

mengalami keterbatasan bicara dan pendengaran lalu membuat anak

tersebut sulit untuk berbicara atau disebut juga dengan tunarungu dan

kurikulumnya disesuaikan dengan keadaan siswa jadi untuk penyampaian

materi saat metode interaksi guru dengan siswa tunarungu materi yang

disampaikan sedikit dibanding dengan anak normal.

Tentunya juga dalam proses belajar siswa tunarungu ini tidaklah

mudah pasti terdapat kendala atau problematika yang menghambat proses

pembelajaran ini. Adapun kendala yang dihadapi jalannya interaksi saat

proses pembelajaran pada siswa tunarungu, sebagaimana yang di

ungkapkan Esrawati, S.Pd sebagai Guru pendidik Tunarungu yaitu,

“hambatan pertama adalah komunikasi, sebab apa saja transfer

ilmu yang penting adalah melihat, pendengaran. Tentu anak

tunarungu kurang dalam pendengarannya tentu terhambat saat

komunikasi dan berinteraksi yang dilakukan. Selanjutnya siswa

juga sulit dalam belajar sejarah, mereka tidak bisa memahami

secara cepat pembelajaran sejarah, mengungkapkan masa lalu

kejadian masa lampau sehingga guru lebih banyak menggunakan

media gambar, flim tentang mengenali lingkungan baik itu

lingkungan sekolah, sejarah perkembangan dan perjuangan Negara

kepada siswa tunarungu.

Dari keterbatasan yang dimiliki siswa tunarungu tidak

menjadi penghalang bagi siswa untuk rajin belajar sesuai dari guru

yang mengajarkan siswa tunarungu saat berinteraksi seperti apa

metode guru dan guru lainnya untuk dapat menemukan pola

interaksi yang sesuai dengan siswa tunarungu, disini siswa

tunarungu akan cepat memahami dan lebih bersemangat dalam

belajar tidak hanya disekolah namun saat siswa berbaur dengan

temannya diluar sekolah. Hal yang biasa kita lihat dari siswa

tunarungu mereka terlihat minder dan kurang berbaur dengan orang

Page 71: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

59

lain, dan setelah belajar disekolah membuat mereka bertambah

percaya diri dan rasa ingin tahu siswa sudah mulai meningkat”.64

Sama dengan jawaban kepala sekolah yang sependapat dengan

Guru Pendidik Tunarungu tentang hambatan yang apa saja yang di hadapi

saat interaksi dengan siswa tunarungu, selama proses belajar mengajar

dikelas Rasmita, S.Pd mengatakan,

“bahwa hambatan pada siswa tunarungu pada umumnya terletak

pada gangguan pendengaran dan kurangnya kata sehingga interaksi

Guru dengan siswa tunarungu dikelas berbeda dengan interaksi

dengan anak yang kita lihat normal pada umumnya dalam segi

metode cara guru berinteraksi dengan siswa”.65

Dari hasil obsevasi yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa

pola interaksi dapat dikategorikan berjalan dengan baik, hal ini dapat

ditunjukkan dengan kegiatan proses belajar mengajar, adanya interaksi

yang aktif antara Guru dan Siswa tunarungu dengan metode yang sesuai

dengan keadaan dan situasi siswa tunarungu.

Pelaksanaan strategi metode belajar, Kreatif, Aktif, Efektif, dan

menyenangkan, guru melakukan langkah-langkah pembelajaran:

berhubung siswa difabel jumlah siswa terbatas dan jumlah kelas ada yang

kosong satu kelas hanya diisi 1 sampai 4 siswa saja sehingga Guru

menggabungkan siswa kelas II, III, IV, dan V untuk satu ruangan kelas,

untuk kelas I dan VI belum ada peserta didiknya.

Program atau metode pada dasarnya memberikan petunjuk kepada

apa yang akan di ajarkan oleh guru. Yaitu menerapakan hal-hal apa yang

harus dilakukan oleh seorang guru. Metode belajar yang digunakan guru

sangat menentukan kegiatan pembelajaran baik didalam Kelas maupun di

64Wawancara, RH dengan Esrawati

65Wawancara, RH dengan Rasmita

Page 72: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

60

luar Kelas, mengingat kondisi siswa pada kelas V SDLB Panti ini adalah

anak tunarungu yang memiliki keterbatasan pendengaran dan keterbatasan

bahasa jadi guru harus memilih metode yang tepat agar tujuan

pembelajaran tersebut bisa dicapai. Dari hasil pengamatan dan observasi

dengan guru Esrawati, S.Pd dapat diketahui bahwa selain metode yang

sudah dijelaskan sebelumnya metode selanjutnya saat pembelajaran

dengan siswa tunarungu yang diamati yaitu:

1) Metode demonstrasi.

Metode ini sengaja dipilih untuk digunakn guru terlebih

dahulu, hal ini dilakukan agar siswa siap dan memahami pelajaran

dalam menggunakan metode demonstrasi, guru mempraktikkan

atau melihatkan suatu cara melakukan hal menunjukkan sesuatu

atau cara kerja misalnya praktik ibadah shalat yang berhubungan

dengan objek gambar tata cara yang berhubungan dengan

pelajaran. Dengan metode demonstrasi ini supaya siswa lebih

mengerti. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Esrawati, S.Pd

“Guru memberikan contoh dimana Guru ibadah melakukan sholat,

sholat berjamaah dan memberikan seperti apa gerakan sholat yang

benar baru siswa akan menirukan atau mempraktikkan kalau ada

yang salah guru akan membenarkan seterusnya guru selalu

mengingatkan kepada peserta didik untuk melaksanakn hari besar

islam selalu melalukan ibadah sesuai dengan anjuran agama yang

sudah dipelajari.

Page 73: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

61

Dari pernyataan diatas dapat diketahui, bahwa siswa

tunarungu lebih ditekankan pada praktik, hal-hal positif yang

dilkaukan guru dan teman-temannya akan berpengaruh untuk siswa

tunarungu, karena dengan metode ini siswa lebih cepat mengerti.

2) Metode ceramah

Metode ceramah pada siswa tunarungu merupakan cara

menyajikan pembelajaran melalui penuturan secara lisan, bahasa

tubuh atau penjelasan lansung seperti yang di ungkapkan Esrawati,

S.Pd “selain metode demonstrasi metode ceramah tetap saya

gunakan untuk memperjelas tentang sesuatu hal pada siswa lebih

lanjut dengan tetap menggunakan bahasa isyarat”.

3) Metode tanya jawab

“terkait dengan penggunaan metode guru dikelas juga

menggunakn metode tanya jawab dengan siswa pada awal

pelajaran bagaimana mengetahui kesiapan dari peserta didik dan

juga untuk melatih kecakapan dalam berkomunikasi lalu

mengadakan tanya jawab pada akhir pelajaran sebagai evaluasi

belajar dikelas”.

4) Metode Problem solving (pemecahan masalah)

“saat mengajar dikelas ada juga menggunakan pendekatan

metode probelem solving, jadi dikelas guru membentuk kerja

kelompok kalau siswa menemukan suatu permasalahan pada

materi yang diberikan guru akan menerangkan bagaimana cara

pemecahannya setelah itu didiskusikan bersama”.

Page 74: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

62

5) Metode Membaca

Pada metode membaca ini, Guru menuliskan materi kosa

kata yang sudah di tuliskan dipapan tulis. Guru membacakan kosa

kata yang sudah ditulis dan guru memulai membaca kemudian

masing-masing dari siswa membacakan secara berulang sampai

siswa dapat menyebutkannya dengan benar. Membaca ini melatih

siswa tunarungu mengenal huruf dan juga mengembangkan cara

menyebutkan huruf, membaca ini terus dilakukan siswa tunarungu

saat belajar dikelas.

6) Metode Artikulasi

Kegiatan artikulasi ini, digunakan supaya siswa dapat

mengucapkan kata-kata yang muncul dari percakapan dengan guru

dan temannya, kegiatan ini dilakukan beberapa kali sampai siswa

mengucapkan dan sebisa mungkin sampai siswa dapat

mengucapkan kalimat-kalimat yang sudah dijelaskan guru.

Misalnya, jika siswa mengucapkan kata kerja maka siswa disuruh

untuk mengucapkannya bebrapa kali sebisa mungkin dan

memahami arti kata yang siswa ucapkan.

7) Menulis

Menulis di bagi menjadi tiga kegiatan, pertama menulis di

udara, kedua, menulis di papan tulis dan terakhir menulis di buku

dan Kegiatan menulis diudara dilakukan guru dan siswa secara

bersamaan, kegiatan ini dipraktekkan guru beberapa kali sampai

gerakan tangan siswa sudah bisa membentuk tulisan yang

Page 75: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

63

dimaksud. Kedua adalah kegiatan menulis di papan tulis, siswa

disuruh untuk memperhatikan ujaran guru yang di ditulis dipapan

tulis, lalu siswa meniru dan ditulis di papan tulis oleh masing-

masing siswa. Ketiga, kegiatan menulis di buku atau buku latihan

tersebut. Guru menuliskan percakapan yang sempurna untuk di

tulis oleh masing-masing siswa. Pada tahap ini masing-masing

siswa di arahkan untuk menulis dengan rapi dan bagus dan tahap

ini juga siswa diarahkan untuk mengenal huruf setelah selesai

menulis buku latihan dikumpulakan siswa untuk di beri penilaian

oleh guru.

Penggunaan metode dalam satuan pembelajaran sangatlah penting,

apalagi dalam mengajar siswa tunarungu. Oleh karena itu guru bekerja

dengan sangat ekstra, dalam menyediakan metode dan media yang

diperlukan saat belajar media metode dan media yang digunakan berupa

gambar dikertas, foto, laptop atau infocus dan benda aslinya yang sudah

dipersiapkan guru atau masing-masing siswa. Seperti gambar buah-

buahan, foto saat belajar dikelas, alat makan, alat transportasi, kalender

mengenalkan tanggal hari, bulan, tahun yang ada di kalender dan lain

sebagainya.

Perkembangan dari pola interaksi siswa tunarungu yang diberikan

guru pendidik merupakan awal dari kesempatan siswa untuk dapat

memahami dan mengungkapkan sesuatu. Dikatakan demikian karena tugas

guru mendidik siswa difabel tunarungu membutuhkan ekstra dan tanggung

jawab besar, mereka harus siap untuk membahas semua peristiwa yang

Page 76: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

64

dialami oleh siswa. Baik waktu berada di kelas maupun di luar kelas entah

itu pada waktu istirahat, olahraga demikian juga kalau siswa melihat

temannya sedang ajan, sedang menangis dan lain-lain. Intinya guru

membahaskan apa saja yang dialami oleh siswa. Disini guru memberikan

kepada siswa sikap toleransi, saling memahami antara satu dengan yang

lain tidak boleh membedakan antar golongan disini guru mengajarkan

saling tolong menolong antar satu dengan yang lainnya pada setiap

karakter siswa.

2. Hasil Observasi Pola Interaksi Guru dengan Siswa Difabel

Tunarungu Saat Proses Belajar Dikelas Tunarungu Tingkat SD di

SLB N Panti.

Hasil Observasi pola interaksi Sosial guru saat proses belajar

mengajar dengan siswa tunarungu tingkat sekolah dasar di SLB N Panti

dilakukan di Ruang kelas, karena jumlah siswa tunarungu sedikit sehingga

kelas II, III, IV dan V di gabung menjadi satu ruangan selama

berlangsungnya proses belajar mengajar. Dari beberapa Guru yang ada di

SLB N Panti peneliti hanya mengamati sisswa-siswi tingkat kelas V,

seorang Guru yang telah ditunjuk oleh Kepala Sekolah yang menjadi

Informan Peneliti yaitu ibuk Esrawati, S.Pd. Dapat dideskripsikan sebagai

berikut,

Proses mengajar dikelas dilaksanakan pada 08:10 dan berakhir

pukul 11:10, pembelajaran yang diberikan dibagi dari beberapa kegiatan

yaitu, kegiatan awalan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan awal

meliputi: memberi salam dan menyapa siswa, berdoa dan latihan kegiatan

Page 77: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

65

suara inti meliputi: percakapan, pengolahan percakapan, membaca, tanya

jawab latihan artikulasi dan menulis. Kegiatan akhir meliputi: perbaikan

dan bimbingan, pemberian PR dan Berdoa.

Metode pembelajaran sudah dipersiapkan ibu Esrawati, S.Pd.

materi atau metode yang diberikan Guru tersebut berupa media gambar.

Media gambar dalam bentuk unsur pendidikan tersebut Berupa gambar

Tumbuh-tumbuhan dan gambar Garuda Pancasila (kewarganegaraan)

untuk peserta didik tunarungu kelas V, dan disitu Guru menjelaskan

kepada peserta didik dikelas.

Peserta didik tunarungu sudah datang sebelum pukul 08:00, maka

sebelum pembelajaran dimulai, masing-masing siswa bersiap-siap untuk

masuk kekelasnya dan mengambil kursi dan diatur sesuai dengan tingkat

kelas pada masing-masing siswa. Kemudian ibu Esrawati mulai mengajar.

Ketika semua peserta didik sudah dikondisikan untuk memuali

pembelajaran, maka ibu Esrawati memulai pembelajaran dengan metode

yang sudah disiapkan, dengan kegiatan awal yaitu dengan memberi salam

lalu dilanjutkan menyapa siswa dengan memulai pertanyaan sederhana.

Contohnya sebagai berikut: “siswa disuruh memperhatikan ujaran guru

lalu menyapa siswa dengan mengucapkan salam, Assalamualaikum pagi

buk Wati” sebelum ibuk nani membalas sapaan tersebut, siswa

menggunakan bahasa isyarat dakam mengucapkan salam dengan gestur

tubuh mereka lalu ibuk wati mengatakan “waalaikumsalam anak-anak

senada dengan yang disamapaikan oleh siswa”.

Page 78: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

66

Kegiatan yang kedua adalah berdoa, ibu wati mengatakan marilah

berdoa, setelah ibuk wati mengajak siswa untuk berdoa siswa langsung

mengambil sikap untuk berdoa dan mengucapkan doa secara bersama

antara guru dan siswa ada juga yang bisa mengucapkan dan ada dari siswa

yang meniru.

Kegiatan yang ketiga ialah, ibuk wati mengajak siswa latihan

suara. Latihan suara dilakukan dengan memperhatikan huruf vokal seperti

“aaaaaa...iiiiii....uuuuuuu.....eeeeeeee.....oooooo...” begitu sampai huruf

seterusnya. Ibuk wati selalu memberikan penghargaan dan apresiasi

kepada siswa yang bisa melafalkan suaranya dan terus setiap belajar siswa

selalu dilatih oleh guru untuk melatih vokal suaranya. Tujuannya adalah

untuk memotivasi siswa yang berupa dengan kata-kata pujian misalny:

ibuk wati mengatakan Bagus, hebat. Pulang sekolah harus dibiasakan

melatih vokal suara yaa.. ibuk wati pandai mengajak siswa aktif dalam

belajar dan peserta didik selalu antusias.

Setelah kegiatan awal usai, maka dilanjutkan dengan kegiatan inti

yang terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:

1) Percakapan

Percakapan yang terjadi didasari dengan ungkapan spontan

Guru dan siswa. Materi pecakapan diangkat berdasarkan

pengalaman yang dilihat oleh siswa, berdasarkan media gambar

yang sudah disiapkan guru. Pada saat akan memulai percakapan,

ibu Esrawati selaku guru pendidik tunarungu bertanya sekarang

kita belajar tentang apa (dengan menunjuk kearah media gambar

Page 79: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

67

yang sudah disiapkan)? Biasanya siswa akan memberi tanggapan

dengan pengalaman yang dialaminya atau menunjuk media yang

disiapkan. Ibu Esrawati menangkap dan membahas ungkapan dari

siswa dan menuliskannya.

Saat proses percakapan, ibu Esrawati agar semua siswa

terlibat dalam percakapan. Masing-masing dari siswa

mengungkapkan pemikirannya secara lisan maupun isyarat

kemudian menuliskannya dengan kalimat lansung. Ibu Esrawti

membahaskan ungkapan pengalaman siswa dengan bahasa yang

sederhana bahasa isyarat dengan cara ibu Esrawati. Ibu Esrawati

membahaskan juga media gambar yang disiapkan, kemudian

diolah dalam bentuk percakapan. Kemudian Ibu Esrawati

meluaskan percakapan, kemudian dalam setiap pembelajaran

dikelas masing-masing siswa mempelajari dua sampai tiga kalimat.

Dalam proses siswa dikondisikan untuk benar-benar

memperhatikan guru. Setelah percekapan disampaikan barulah

ditulis dalam bentuk membaca.

2) Kegiatan Membaca

Ibu Esrawati serta siswa membaca bersama-sama

percakapan yang telah dievaluasikan. Pada saat kegiatan membaca

Ibu Esrawati dan siswa melakukan gerakan dengan memukulkan

tangan diatas paha dengan tujuan siswa harus tahu jedanya pada

saat membaca dalam arti tidak menonton. Mula-mula ibu Esrawati

yang membcakan, kemudian siswa dituntut untuk memperhatikan

Page 80: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

68

ujaran dari ibu Esrawati. Ibu Esrawati membaca sebanyak dua kali.

Setelah itu ibu Esrawati dan siswa membaca bersama-sama.

Kegiatan akhir dari kegiatan membaca ini ialah, Ibu

Esrawati membacakan kosa kata baru dan siswa menunjukkan kata

yang diajarkan guru. Lalu di bulatkan kalimat tersebut oleh siswa

dengan spidol. Kemudian dibacakan berulang-ulang oleh siswa

sampai kalimat tersebut di ucapkan dengan maksimal.

3) Kegiatan Tanya Jawab

Pada kegiatan tanya jawab, Ibu Esrawati melakukan tanya

jawab kepada siswa. Tanya jawab yang dilakukan untuk

mengetahui apakah siswa sudah atau belum memahami percakapan

yang sudah dibahaskan bersama-sama, jika siswa belum mengerti

maka guru membantunya dengan menggunakan bahasa isyarat.

Bahasa isyarat dipakai kalau siswa benar-benar kurang memahami.

Jadi isyarat hanya untuk menjelaskan pada bagian yang kurang

jelas bila menggunakan ujaran.

4) Latihan Artikulasi

Setelah kegiatan tanya jawab, dilanjutkan dengan kegiatan

Latihan Artikulasi. Latihan artikulasi ini dilakukan Ibu Esrawati

oleh semua siswa dan juga guru. Kegiatan ini dilakukan beberapa

kali dan sebisa mungkin siswa dapat mengucapkannya, Setelah itu

Ibu Esrawati bertanya kepada siswa apa yang telah mereka

ucapkan. Jika mereka mengucapkan suatu nama benda di gambar,

maka mereka akan menunjukkan jenis benda dari media gambar

Page 81: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

69

tersebut. Siswa disuruh untuk mengucapkan kata-kata tersebut

beberapa kali sampai mereka bisa mengucapkan dan memahami

arti kata yang mereka ucapkan.

5) Kegiatan menulis

Setelah selesainya kegiatan artikulasi, Ibu Esrawati

melanjutkan kegiatan menulis. Kegiatan menulis ini dilakukan

supaya siswa bisa berinteraksi sosial dengan maksimal untuk

menuliskan sesuatu yang mereka sampai keorang karena disini

siswa tunarungu terbatas dalam pendengaran dan pengucapan lisan.

Disini guru menuliskan kalimat yang masih berkaitan

dengan dengan percakapan yang bersangkutan lalu siswa diberikan

kesempatan untuk meniru tulisan yang dituliskan guru di buku

tugasnya, kalimat yang ditulis sebanyak lima kalimat atau lebih.

Selama siswa menulis Ibu Esrawati mendampingi siswa supaya

selesai tepat waktu, memperbaiki atau membetulkan tulisan siswa.

Ibu Esrawati tidak memaksa siswa untuk menulis dengan rapi dan

bagus. Pada tahap ini masing-masing siswa diarahkan untuk

mengenal huruf. Tuntutan menulis yang rapi dilakukan dengan

kegiatan belajar yang berbeda pula. Setelah selesai menulis, buku

latihan dikumpulkan kembali kepada guru untuk dikoreksi.

Pembelajaran yang dilaksanakan hanya 30% saja, sisanya 70%

kegiatan dikelas untuk mengasah kemampuan berinteraksi, minat dan

bakat siswa, mengenali lingkungan dengan media pembelajaran yang

disiapkan guru untuk dibahas. Apalagi bagi siswa tunarungu yang

Page 82: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

70

memiliki hambatan berbicara dan pendengaran tentu disini sedikit sulit

bagi mereka untuk berinteraksi dan disituasi ini guru mengasah

kemampuan siswa tunarungu untuk mengenali sesuai dengan gestur tubuh

saat berinteraksi, mengenali simbol-simbol dan mengenali lingkungan

sekitarnya, supaya mereka dapat berbaur dengan percaya diri baik itu di

tengah masyarakat dengan anak normal sekalipun yang sudah

dimaksimalkan di sekolah.

1. Upaya Guru untuk Meningkatkan Interaksi Sosial kepada siswa

tunarungu tingkat SD di SLB N Panti.

Bahasa isyarat merupakan bahasa yang telah lazim digunakan oleh

penyandang disabilitas manapun termasuk Tunarungu. Bahasa isyarat

tidak menekankan sistem bunyi. Bahasa isyarat sudah menyatukan para

tunarungu dengan dunia secara realitas atau sekelilingnya. Bahasa isyarat

juga berkembang pesat pada komunitas tunarungu diindonesia. Dalam

kamus besar bahasa indonesia digambarkan bahwa bahasa isyarat adalah

salah satu media bahasa yang membantu interaksi sosial dan komunikasi

sesama tunarungu di sekolah maupun lingkungan masyarakat secara luas.

Wujud bahasa isyarat ini merupakan tatanan yang sistematis

tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak untuk

menggambarkan kosa kata dalam berbahasa saat berinteraksi. Lebih jelas

lagi, bahsa isyarat dalam penyisinannya memiliki syarat-syarat sebagai

berikut: pertama, bahasa isyarat harus secara konsisten dan tegas mewakili

tata bahasa indonesia. Kedua, setiap isyarat menggambarkan satu kata

dasar atau imbuhan tanpa menutup kemungkinan dikembangkan isyarat

Page 83: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

71

yang mewakili suatu makna. Ketiga, sistem isyarat yang dikembangkan

dan disusun harus menggambarkan situasi sosial, budaya dan ekologi pada

bahasa indonesia. Keempat, memperhatikan isyarat yang sudah biasa

dipakai oleh komunitas tunarungu. Kelima, bahasa isyarat harus mudah

dipelajari oleh semua orang. Kelima, bahasa isyarat harus memiliki

kewajaran dalam wujud atau bentuk dan maknanya.

Pembelajaran merupakan situasi yang tercipta dari interaksi yang

berlangsung dengan berbagai faktor termasuk juga komponen Guru,

Siswa, Sarana dan media serta komponen pendudukung dalam berinteraksi

saat belajar mengajar. Dalam melakukan proses pembelajaran pasti

melakukan interaksi, baik siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa.

Interaksi merupakan proses dimana setiap indivdu menjalin kontak serta

komunikasi dengan orang lain, berinteraksi sosial hal yang tidak akan

terlepas dari kehidupan manusia, adanya rasa untuk membutuhkan bantuan

dari seseorang maka seseorang tersebut akan melakukan kontak ataupun

komunikasi antara satu dengan yang lainnya, dengan interaksi tersebut

semua manusia hidup sebagai makhluk sosial.

Setiap individu manusia akan berkomunikasi dan berinteraksi

dengan manusia lainnya, namun di kehidupan sekitar kita tentu tidak

jarang kita jumpai siswa yang mengalami hambatan dalam berinteraksi

baik yang diderita sejak lahir maupun terjadi dalam aspek

perkembangannya,

Pada kelas II,III, dan IV, peserta didik sudah mampu menjalin

kontak sosial dan berinteraksi. Karena masing-masing kelas tersebut

Page 84: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

72

memiliki dua peserta didik setiap kelasnya sehingga kelas dua sampai

empat ini mudah untuk mengenali karakter temannya, disini mereka sudah

saling berbaur, saling menunjukkan antara satu dengan yang lainnya untuk

saling memahami dalam berinteraksi. Berbeda dengan kelas V, peserta

didik pada kelas lima lebih aktif karena jumlah mereka cukup atau

tercukupi, baik itu saat belajar dikelas maupun kegiatan diluar kelas.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pihak Guru di Sekolah

Luar Biasa Negeri Panti. Menurut Kepala Sekolah, Ibuk Rasmita, S.Pd

bahwa:

“komunikasi yang berlangsung sesama siswa tunarungu bukan

hanya interaksi secara nonverbal (isyarat) Saja, namun ada juga

sebagian anak tunarungu tingkat SD ini menggunakan bahasa

tulisan, baik itu pada buku tulis dan juga handpone. Siswa yang di

klasifikasikan ringan tingkat tunarungunya, sebagian besar dapat

disertai juga dengan gerakan badan atau isyarat, sekalipun dijumpai

juga siswa berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal ataupun

lisan, interaksi sosial yang terjadi sesama siswa tunarungu melalui

interaksi total yaitu secara nonverbal harus sesama siswa tunarungu

menggunakan bahasa isyarat”.66

Interaksi yang terjadi sesama siswa tunarungu lebih banyak

dilakukan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara bertatap muka,

karena sejak awal hingga selesai siswa tunarungu melakukan interaksi

lebih mengutamakan indra penglihatan untuk saling beradaptasi, memberi

dan menerima sesama siswa tunarungu. Dengan menggunakan indra

penglihatan tunarungu yang baik siswa tunarungu dapat melihat ekspresi

dan gerak-gerik dari teman bicaranya sehingga anak difabel tunarungu

dapat menyimpulkan apa interaksi yang dilakukan saat mengutarakan

66Wawancara, RH dengan Rasmita

Page 85: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

73

maksud dan apa saja yang sedang berlangsung dalam pembicaraannya

sesama siswa difabel tunarungu.

Wawancara dengan guru pendidik tunarungu Ibuk Esrawati, S.Pd

juga menyampaikan bahwa:

“interaksi sesama siswa difabel tunarungu dilingkungan sekolah

secara dominan dijumpai saat proses interaksi dengan simbol dan

bahasa isyarat sesama difabel tunarungu, hal ini dikarenakan proses

siswa tunarungu menggunakan bahasa isyarat lebih mengandalkan

penglihatan, sebab siswa tunarungu tersebut terbatas saat

mendengar, sehingga mereka lebih mengharapkan pada indra

penglihatan untuk merespon saat komunikasi dan interaksi sosial

dengan lawan bicaranya siswa tunarungu. Interaksi dengan bahasa

isyarat sangat berperan penting dalam proses penyampaian

informasi diantara mereka (siswa tunarungu)”.67

Bahasa isyarat bisa dipelajari oleh siapa saja. Namun, anak atau

siswa difabel tunarungu atau mereka yang mengalami gangguan

pendengaran sejak lahir perlu mengenal bahasa isyarat sedini mungkin.

Tujuannya adalah supaya anak tersebut mampu berkomunikasi lebih baik.

Bahasa isyarat sudah bisa diperkenalkan sejak usia 6-8 bulan pada usia

anak, karena anak tersebut sudah memulai dan bisa menyampaikan sesuatu

apa yang akan diinginknnya melalui gerakan bahasa isyarat dan simbol.

Dari pengamatan peneliti terhadap siswa tunarungu di SLB N panti

tingkat SD bahasa isyarat mereka memiliki ciri-ciri tersendiri yang

dikembangkan peserta didik, peserta didik akan mengembangkan bahasa

isyarat sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, siswa tunarungu

pada tingkat SD di SLB Panti ini belum spenuhnya menguasai bahasa

isyarat pada tingkat SD. Mereka mengembangkan bahasa isyarat sesia

dengan kebutuhan mereka masing-masing atau hal yang sederhana yang

67Wawancara RH dengan Esrawati

Page 86: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

74

sering mereka jumpai untuk saling memahami dan mengerti. Seperti

halnya yang diperlihatkan oleh peserta didik SLB N Panti dengan

temannya seperti,

“pada saat interaksi pertama siswa tunarungu saat siswa

mengucapkan salam atau assalamualaikum, siswa menunjukkan

gerakan tangan dengan mengangkat tangan keatas dengan tangan

terkepal yang dimulai dari tangan melekat dikepala kemudian

kemudian diarahkan kekanan. Ekspresi wajah yang sopan dan

bersahabat yang menunjukkan bahwa seketika sedang

menyampaikan dengan isyarat salam. Kedua, isyarat minta maaf.

Siswa tunarungu mencontohkan gerakan tangan kanan diletakkan

di bagian dada. Isyarat tersebut menunjukkan bahwa seorang

tunarungu meminta maaf kepada temannya dengan ekspresi wajah

yang tenang, sabar dengan munujukkan bahwa temannya tersebut

memang betu-betul sedang ingin meminta maaf.

Ketiga, siswa menunjukkan isyarat terimakasih. Anak atau

siswa tunarungu mengadahkan telapak tangannya dari dagu lalu

menurunkan telapak tangan ke arah perut dan mengangguk sambil

menggerakkan tangan tersebut. Temuan keempat yaitu,

saat temannya haus dan meminta minum, lalu siswa tersebut

meletakkan tangan didekat dada lalu membuat bentuk C dengan

tangan seolah-olah siswa tersebut memegang gelas, setelah itu

gerakan tangan mendekat ke mulut seolah-olah sedang ingin

minum dari gelas”.

Pada pola interaksi ini, Siswa sesama tunarungu sudah dalam tahap

pekembangan. Siswa tunarungu sudah saling memahami, bisa saling

berdiskusi saat belajar di kelas maupun mengerjakan tugas-tugas sekolah

yang diberikan guru pendidik. Siswa sesama tunarungu selama ini

mempunyai rasa malu dan minder sudah mulai berkurang, yang mana

sesama siswa tunarungu baik itu pada kelas 2 samapi kelas 5, mereka

sudah di ajarkan oleh guru pendidik untuk saling berinteraksi untuk saling

menunjukkan mana siswa tunarungu yang kurang memahami pelajaran

untuk saling menunjukkan seperti yang sudah diarahkan guru pendidik

disekolah.

Page 87: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

75

Pola interaksi anak Tunarungu dengan Lingkungan sekolah

Sekitaran SLB N Panti. Pada tahap ini, pola interaksi anak tunarungu

dengan masyarakat disekitaran SLB N Panti. Masyarakat dan anak

Tunarungu sudah saling memahami, menghargai bagaimana cara untuk

bersosialisai dengan mereka yang tunarungu, contohnya Anak Tunarungu

berbelanja di kantin, mereka sudah menunjukkan sikap dan mengenal

kebutuhan yang mereka beli begitu juga yang bukan tunarungu mereka

sudah menunjukkan sikap yang baik, memahami bagaimana cara

berinteraksi dengan anak Tunarungu. Tetapi beda dengan anak tunarungu

yang baru melanjutkan pendidikan di SLB N Panti tentu mereka merasa

malu dan minder dikarenakan mereka memulai tahap yang baru untuk

saling mengenal lingkungannya yang selama ini berbeda dengan

lingkungan yang sebelumnya.

2. Perkembangan Pola Interaksi Sesama Siswa Difabel Tunarungu pada

Tingkat SD di SLB N Panti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru kelas pendidik

tunarungu tingkat SD di SLB N Panti telah melakukan upaya dalam

meningkatkan interaksi sosial siswa tunarungu walaupun jumlah peserta

didik tingkat SD di SLB Panti ini terbatas. Salah satu upaya yang

dilakukan guru ialah menggabungkan kelas saat proses belajar mengajar

dan supaya rasa minder siswa tunarungu selama ini bisa berkurang. Seperti

yang diungkapka guru pendidik tunarungu sebagai berikut:

“jumlah peserta didik disini kan pas-pasan saja, dengan segala

aspek kekurangan penunjang pembelajaran boleh dikatakan belum

terpenuhi sepenuhnya. Tetapi kami guru disini berupaya bagaimana

siswa tunarungu tersebut tidak minder, bisa berbaur dengan orang

Page 88: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

76

sekitanya, dan selalu meningkatkan rasa ingin tahu dengan hal yang

terjadi baik disekolah maupun tempat tinggal mereka. Disamping

itu pula dengan menggabungkan kelas saat belajar mengajar ini

bisa meningkatkan pola interaksi siswa dimana siswa bisa

mengenal antara satu dengan yang lainnya disini kami guru

menunjukkan untuk saling menolong. Contohnya, siswa kurang

paham dalam belajar matematika hitung-hitungan disini siswa yang

lain yang boleh dikatakan pintar bisa membantu temannya tersebut.

disini kami guru mengarahkan siswa yang lebih pintar

supaya bisa menunjukkan temannya yang lain termasuk juga adik

kelasnya. Hal apa saja yang dilakukan temannya siswa yang lain

akan mencontoh karena sifat tunarungu inikan melihat dan

mempraktikkan, lalu kami guru disini harus mencontohkan hal-hal

yang baik bagaimana prilaku yang baik disekolah sikap toleransi

dengan temannya, mengasah kemampuan berbahasa lisan baik itu

bahasa isyarat untuk mereka saling berinteraksi. waktu jam sholat

melaksankan sholat supaya apa yang mereka lihat dan praktikkan

mereka terapkan baik disekolah maupun dilingkungan

masyarakat”.68

Upaya perkembangan selanjutnya yang dilakukan guru sekolah

seperti yang dilihat oleh peneliti ialah selalu melibatkan siswa dalam

kegiatan ekstrakurikuler lainnya kegiatan pramuka dan perlombaan minat

dan bakat siswa. Selain itu juga pihak sekolah mengadakan studi wisata

dan studi banding ke SLB lainnya di Sumatera Barat, yang mana studi

wisata yang dilakukan sekolah untuk mengenalkan pada siswa mengenai

Adat, Ras, Agama, budaya-budaya, SDA dan SDM yang ada di Indonesia.

Studi banding ke sekolah SLB lainnya mengenalkan siswa tempat belajar

yang sama seperti tempat dimana mereka siswa tunarungu melanjutkan

pendidikannya.

Dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan guru sekolah

untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa sudah diterapkan

seperti yang sudah dilihat oleh peneliti dan hasil wawancara oleh guru di

68 Wawancara RH dengan Esrawati

Page 89: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

77

SLB N Panti. Namun, segala aspek pembantu sarana dan prasarana

sekolah untuk peserta didik belum sepenuhnya terpenuhi apalagi karakter

siswa tunarungu hanya dengan melihat situasi lingkungan tempat belajar

mereka untuk siswa praktikkan dengan teman dan lingkungan lainnya.

Pihak sekolah dan Pemerintah harus selalu bersinergi lagi untuk

mengembangkan aspek penunjang Sekolah Luar biasa baik itu di Panti

maupun Sekolah lainnya.

3. Analisa Teori Interaksionalisme Simbolik Terhadap Pola Interaksi

Sosial Siswa Difabel Tunarungu di SLB N Panti Kabupaten Pasaman.

bahasa isyarat adalah bahasa yang telah lazim digunakan oleh

penyandang difabel tunarungu dimanapun, yang mana bahasa isyarat

tunarungu tidak menekankan sistem pada bunyi. Bahasa isyarat bagi

tunarungu untuk berinteraksi pertama kali dikenelakan oleh Abbe de Eppe

pada abad 18 di Paris. Pada awalnya, bahasa ini dilukiskan dalam tanda-

tanda gambar seperti tulisan hierogliph di Mesir atau tulisan Kanji di

China. Akan tetapi, karena membutuhkan lebih dari 4000 gambar untuk

sebuah isyarat sederhana, maka para pengikut Abbe de Epper

merangkumnya menjadi abjad jari yang disesuaikan dengan abjad latin.

Oleh karena itu, bahasa isyarat merupakan bahasa yang kaya akan

simbol.69

Sesuai yang telah ditemukan sebelumnya, konsep dari teori

Interkasionalisme Simbolik yang dikemukakan oleh George Herbert Mead

terkait bagaimana interaksi simbolik. Yaitu pada Mind, Self dan Society.

69 Muslih Aris Handayani,Komunikasi Anak Tunarungu dengan Bahasa Isyarat di SLB B

YakutPurwoketo. Diunduh_2021. Hal. 219

Page 90: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

78

Dalam pembentukan makna terdapat dalam konsep mind (pikiran) yang

ada pada diri manusia. Pada konsep Mind ini, Pikiran mulai memunculkan

ketika simbol-simbol yang signifikan digunakan dalam Proses

Komunikasi. Mind merupakan proses dimana ketika individu saling

berinteraksi dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain dengan

menggunakan simbol-simbol signifikan melalui gestur tubuh, bahasa

isyarat dan makna yang dipelajari di kelas bagi siswa difabel tunarungu.

Pada tahap ini Mind sudah meliputi berbagai kemampuan dalam

menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna sosial yang sama.

Makna sosial sendiri tercipta saat proses interaksi yang melibatkan

Komunikasi antar Manusia dalam menciptakan makna yang sama dan

individu saling menjalin kesepakatan, pemahaman untuk menerapkan

makna saat melakukan interaksi sesama difabel Tunarungu.

Dalam pembahasan ini juga, interaksionalisme simbolik melihat

siswa difabel Tunarungu ketika melakukan pola interaksi sosial

menggunakan media bahasa isyarat SIBI dan BISINDO yang sudah

dipelajari siswa Difabel Tunarungu di SLB N Panti. Ketika melakukan

interaksi dan berkomunikasi dengan bahasa isyarat SIBI dan BISINDO,

baik Guru dan Murid saling memahami apa-apa saja yang mereka

bicarakan, sehingga tujuan proses pola interaksi sosial tersebut tercapai.

Analisis diri self dalam pola interaksi Guru dan Murid, mead juga

beranggapan bahwasanya diri (self) sebagai langkah untuk

mengembangkan akal (mind). Self atau diri merupakan suatu kemampuan

untuk menerima diri sendiri sebagai suatu objek yang berasal dari orang

Page 91: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

79

lain. Diri muncul lalu berkembang dengan aktivitas interaksi sosial dengan

orang lain. Dalam proses melihat diri sendiri melalui sudut pandang orang

lain merupakan salah satu cara yang efektif bagi difabel tunarungu untuk

masuk kedalam tatanan sosial karena dengan itu individu akan mampu

untuk menilai kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya.70

Diri melihat bagaimana Siswa berkomunikasi dan berinteraksi

dengan Guru disekolah. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas

dan antar hubungan sosial. Konsep diri yang diterapkan anak Tunarungu

ketika berada dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. George

Herbert Mead memiliki konsep “i” dan “me”, hal ini sesuai dengan

temuan penelitian yang sudah ditemukan bahwa anak tunarungu akan tetap

melakukan interaksi komunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat

sebagai “i” dan “me” baik dengan Gurunya maupun dengan sesama

Difabel Tunarungu.

Pada analisis Sosial Society yang merupakan konsep terakhir dari

gagasan Mead yang disebutkan bahwa makna akan timbul berdasarkan

interaksi dan akan terus berkembang dan disempurnakan selama proses

interaksi berlangsung.

Sekolah SLB N Panti yang berada dilingkungan masyarakat dan

didalam StrukturSosial, hal ini tidak dapat kita pungkiri, Pendidikan

adalah jalan untuk seseorang menambah ilmu pengetahuan. Untuk

selanjutnya bagi difabel Tunarungu mereka yang mengenyam bangku

Sekolah bisa berbaur dengan lingkungan masyarakat lainnya.

70 Bernard Raho. Teori Sosiologi Modren. Yogyakarta: Moya zam-zam edisi revisi. 2021,

hal. 126-134_diunduh

Page 92: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

80

Hal yang masih tidak bisa kita pungkiri adalah, keberadaan anak

dengan kebutuhan khusus kadang kala masih dianggap sepele oleh orang

yang kurang memahaminya, menurut pengertian setiap individual ini

masyarakat mempengaruhi keberlangsungan mereka, memberikan

kemampuan melalui kritik diri, untuk mengandalkan diri mereka sendiri.

Ada berbagai macam pandangan dan tanggapan masyarakat sekitar

mengenai keberadaan anak difabel tunarungu dilingkungan mereka. Tetapi

sebetulnya, anak Tunarungu hanya perlu diperhatikan melalui

pemberdayaan menerima segala kekurangan yang dimilikinya dan saling

melengkapi sikap toleransi terhadap anak tunarungu.

Page 93: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

77

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis seluruh data yang sudah ditentukan saat

penelitian dilakukan di SLB N Panti, sekolah yang menyediakan tempat

bagi anak-anak yang mengalami masalah perkembangan mental secara

fisik seperti Difabel Tunarungu untuk melanjutkan pendidikan dan

menuntut ilmu untuk mengembangkan potensi mereka dalam belajar dan

berbaur dengan orang yang berada di lingkungan sosialnya, akan tetapi

dengan adanya layanan pendidikan tersebut sangat membantu mereka

dalam mengembangkan potensi mereka, karena dengan sekolah bagi siswa

difabel sangat membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan

yang kreatif, serta berfikir intelektual untuk melayani diri seperti anak

normal pada umumnya.

Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Pola Interaksi Sosial

Studi Kasus Siswa Difabel Tunarungu Tingkat SDLB di SLB N Panti

Kabupaten Pasaman” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1. Pola interaksi yang dilakukan Guru dengan Siswa Tunarungu saat

proses belajar mengajar dikelas seperti, Pola interaksi dan

berkomunikasi saat proses belajar mengajar dan berinteraksi

menggunakan metode BISINDO atau Bahasa Isyarat.

5.1.2. Upaya yang ditimbulkan interaksi sosial Siswa Tunarungu dengan

Guru dalam proses belajar mengajar yaitu, siswa didik tunarungu

Page 94: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

78

memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan mereka siswa tunarungu

memiliki sifat egois dan emosional yang tinggi.

5.1.3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Guru terhadap Interaksi

Sosial Siswa Tunarungu di SLB N Panti adalah, keterbatasan

mereka siswa tunarungu menggunakan bahasa yang verbal dan

sering juga terjadi miscommunication, dalam proses belajar

mengajar yang berlangsung saat melakukan pola interaksi dalam

pembelajaran dengan siswa tunarungu tidak dapat memproses

informasi secara cepat ketika proses pembelajaran di kelas

berlangsung, selain itu juga siswa tunarungu mengalami

keterbatasan bahasanya. Karena bahasa merupakan alat

komunikasi manusia yang sangat penting, karena melalui bahasa

manusia dapat berinteraksi dengan manusia yang berada

dilingkungan sekitarnya, selain itu juga bahasa merupakan kunci

yang sangat penting dalam menguasai ilmu pengetahuan karena

saat berinteraksi dengan bahasa disana ditemukan proses

pertukaran antara individu yang satu dengan individu yang

lainnya.

5.1.4. Kendala yang dihadapi Siswa Tunarungu di SLB N Panti.

Sesuai yang sudah ditemukan, fasilitas bagi siswa

Tunarungu masih kurang, terlihat pada Asrama yang masih

kurang Ruang belajar dan persediaan buku-buku di

perpustakaan masih kurang.

Page 95: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

79

5.2. Kritik dan Saran

berdasarkan kritik dan saran yang dapat diberikan terhadap

penelitian mengenai Pola Interaksi Sosial Siswa difabel Tunarungu tingkat

SDLB di SLBN Panti Kabupaten Pasaman sebagai berikut:

5.2.1. Diharapkan kepada pihak sekolah di SLB N Panti Kabupaten

Pasaman dapat menhadirkan media pembelajaran yang lebih

bervariasi agar tujuan suatu pembelajaran bagi siswa tunarungu

dapat tercapai secara maksimal.

5.2.2. Diharapkan pada Guru di SLB N Panti, pemerintahan dinas

pendidikan provinsi dan Kabupaten untuk saling bersinergi dalam

memperhatikan dan menyediakan fasilitas layanan belajar bagi

siswa difabel Tunarungu di SLB N Panti.

5.2.3. Diharapkan pada Guru Pengajar Difabel Tunarungu Agar lebih

memotivasi siswanya, memberikan sikap cerdas dalam memahami

kemajuan IPTEK dan membangkit semangat juang dalam proses

pembelajaran.

5.2.4. Diharapkan adanya penambahan kelas, fasilitas penunjang bagi

siswa tunarungu agar siswa dengan tingkat difabel yang berbeda

dapat dipisahkan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung

sesuai yang siswa difabel lain butuhkan dan mereka dapat belajar

dengan efektif.

Page 96: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi.2002.Psikologi Sosial. Jakarta: Rinneka Cipta.

Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rinneka Cipta.

Al-hafid, Syamsul Bahri.2018.Pola Komunikasi Antar Pribadi Guru dan

Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Menumbuhkan Kemandirian.

(Studi di SLB Tunas Harapan Balai Kembang Luwu Timur). Ilmu

Komunikasi. Fakultas Dakwan dan Komunikasi: Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar.

Bernard Raho. Teori Sosiologi Modren. Jakarta: (prestasi pustaka, 2007),

hal.106.(diunduh PDF, 29-03-2021)

Bernard Raho.2021. Teori Sosiologi Modren. Yogyakarta: Moya zam-zam

edisi revisi., hal. 126-134_diunduh

Burhan Bugin. 2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group,

Gunawan, Ary, H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

https://www.liputan6.com/disabilitas/read/4351496/jumlah-penyandang-

disabilitas-di-indonesia-menurut-kementerian-sosial

https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Decl

aration_of_the_Rights_of_the_Child&hl=id&sl=en&tl=id&client=

srp&prev=search

https://dosensosiologi.com/faktor-hubungan-sosial/

https://journal.unnes.ac.id/sju/indek/epj.diunduh.

http://lib.uin-malang.ac.id/?=th_detail&id.diunduh.

https://pusdiklat.perpusnas.go.id/public/media/regulasi/2019/11/12/2019

https://ham.go.id/2020/03/06/upaya-memenuhi-hak-penyandang-

disabilitas/

Kamanto sunarto.1993. Pengantar Sosiologi. Medan: FISIP USU,

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi PenyandangPenyandang

Disabilitas. Dalam Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan

Semester II. Jakarta: Tim Redaksi.

Page 97: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

Lexy J Moloeng. 2004. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Loreman,T., Deppeler, J. & Harvey, D. 2005.Inclusive Education: a

Practical Guide to Supporting Diversity in the classroom.

Australia: Allen & Unwin.

MM Shinta Pratiwi, 2011.Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus.

Semarang: Semarang University Press.

M. Syaghilul Khoir, 2021. Pola Komunikasi Guru dan Murid di SLB B

FROBEL Montessari. Jakarta Timur_diunduh. Hal, 71

Murni Winarsih. 2007.Intervensi Bagi Anak Tunarungu Dalam

Memperoleh bahasa. Jakarta: Depdiknas.

Muslih Aris Handayani,Komunikasi Anak Tunarungu dengan Bahasa

Isyarat di SLB B YakutPurwoketo. Diunduh_2021. Hal. 219

Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

Nana Sujana. 1992. Menyusun Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru,

Nengah Bawa Atmadja;Luh Putu Sri Ariyani. 2018. Sosiologi Media. PT

RajaGrafindo, Depok

Nurani Sayomukti. Soerjono Soekanto: Sosiologi.2010.Pengantar

Sosiologi:Dasar-dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju

Masalah Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Olivia, stella. 2017.Pendidikan Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Partanto dan M. Dahlan Al barry. 1994.Kamus Ilmiah populer. Surabaya:

Arloka.

Philipus. 2004. Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Prof. Dr. Emzir, M.pd. 2012. Metedologi Penelitian Kualitatif: Analisis

Data. Jakarta: Rajawali Pers,

SLB N 1Panti. 2020-2021. SK Tim Pengembang Kurikulum (TPK).

SLB N 1, 2021. Panti_

SLB N 1, 2021. Panti_

Page 98: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

SLB N 1, 2021. Panti_

SLB N 1, 2021. Panti_

Soederadjat. 2005.Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

Peningkatan Pendidikan Mutu melalui implementasi. Bandung:

Remaja Rosdkarya.

Sri Sudarmi, W.indriyanto, 2009.sosiologi pengantar SMA. Jakarta:

Depertemen Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta,

Suparno, 2001. Pendidikan Anak Tunarungu. UNY: Jurusan pendidikan

Luar Biasa.

Suparno. 2007.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdiknas.

Yanuar umi solikhatun. 2013. Penyesuaian Sosial Pada Penyandang

Tunarungu di SLB Negeri Semarang. Educational

Psychologyjournal.

Wawancara. 10 April 2021. RH dengan Kepala Sekolah Rasmita, S.pd.

Wawancara Via Whatsapp,15-05-2021. RH dengan Rasmita.

Wawancara, kesiapan guru pendidik. RH dengan Rasmita

Wawancara, Sarana dan Prasarana. RH dengan Rasmita

Wawancara RH dengan Esrawati, S.Pd

Wawancara. 12 Juli 2021. RH dengan Kepala Sekolah Rasmita, S.pd.

Wawancara. 18 Juli 2021. RH dengan Kepala Sekolah Rasmita, S.pd.

Wawancara RH dengan Esrawati, S.Pd

Yanuar umi solikhatun. 2013. Penyesuaian Sosial Pada Penyandang

Tunarungu di SLB Negeri Semarang. Educational

Psychologyjournal.

Page 99: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

LAMPIRAN

Dokumentasi

1.1.Gambar Halaman Luar SLB N Panti

Page 100: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

1.2.Gambar Halaman dalam SLB N Panti

1.3.Gambar Ruangan Asrama

1.4.Gambar Ruangan TU dan Praktek Komputer SLB N Panti

Page 101: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

1.5.Gambar Suasana Belajar mengenali Pola Interaksi dengan Lingkungan

Sosial

Page 102: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

1.6.Gambar Piagam penghargaan SLB N Panti

1.7.Gambar Wawancara dengan kepala Sekolah SLB N Panti dan wawancara

dengan Guru pendidik Siswa Difabel Tunarungu

Page 103: POLA INTERAKSI SOSIAL (STUDI KASUS SISWA DIFABEL …

1.8.Gambar Sesi Foto bersama bersama Guru Pendidik SLB N Panti

Kabupaten Pasaman setelah hari terakhir penelitian.