Upload
nurmailis-selayan
View
107
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PLASENTA PREVIA
2.1 Definisi
Secara harfiah, Placenta previa artinya "plasenta di depan" (previa=depan). Artinya,
plasenta berada lebih "depan" daripada janin yang hendak keluar.
Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan keadaan plasenta yang berimplantasi
pada oui atau sangat dekat dengan ostium uteri internum (William, 2010).
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada pada segmen bawah uterus, baik
posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi
atau sangat dekat dengan os interna. (Cunningham, F. Gary, 2005).
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir.
Secara sederhana, rahim berbentuk segitiga terbalik, atau bisa juga dibayangkan seperti
daun waru (clover) terbalik dengan tangkai di bawah. Bagian "tangkai" ini berbentuk
seperti tabung atau corong (dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal
sebagai mulut rahim). Normalnya plasenta terletak di bagian fundus (bagian puncak/atas
rahim), bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian
bawah apalagi menutupi jalan lahir.
Jadi plasenta previa adalah suatu keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
bagian segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
2.2 Angka Kejadian
Berdasarkan data sertifikasi kelahiran di Amerika Serikat, komplikasi plasenta previa
hampir 1 dari 300 persalinan (Martin dkk, 2005). Dari Nova Scotia, Crane dkk (1999),
mereka menemukan kejadian plasenta previa terjadi 1 dalam 300 persalinan dari hampir
93.000 persalinan. Dari seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa
merupakan penyebab yang terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan
antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu.
2.3 Etiologi
Etiologi pasti dari plasenta previa tidak diketahui.
2.4 Faktor Resiko
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang
diderita induvidu yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kejadian
kasus baru berikutnya.
Beberapa faktor resiko terjadinya plasenta previa, antara lain :
1. Usia Ibu
Peningkatan usia maternal akan meningkatkan resiko plasenta previa. Insiden plasenta
previa terjadi 1 dari 1500 persalinan pada wanita yang berusia 19 tahun atau lebih
muda. Lalu, terjadi 1 dari 100 wanita yang berusia lebih dari 35 tahun. Peningkatan usia
maternal telah meningkatkan insiden plasenta previa secara umum dari 0,3% pada tahun
1976 menjadi 0,7% pada tahun 1997 (Frederiksen dkk, 1999). Pada lebih dari 36.000
wanita yang ikut dalam tes singkat, mereka yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki
resiko 1,1 % dibandingkan dengan 0,5% pada wanita yang usianya kurang dari 35 tahun
(Cleary Doldman dkk, 2005).
Hal ini berhubungan dengan beberapa hal yang perlu diwaspadai pada ibu dengan usia
>30 tahun yaitu:
1. Gaya Hidup
Sehubungan dengan jumlah, frekuensi, dan jenis olahraga, serta konsumsi
alkohol, merokok, asupan kafein, dan beban pekerjaan rumah tangga
atau pekerjaan kantor.
2. Asupan Nutrisi
3. Status zat besi
2. Multiparitas
Multiparitas juga berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya plasenta previa.
Babinzki dkk (1999) melaporkan bahwa 2,2% insiden terjadi pada wanita dengan
paritas 5 atau lebih, berbanding tajam dengan wanita yang paritas rendah. Ananth dkk
(2003) melaporkan bahwa rata-rata kejadian plasenta previa mejadi 40% lebih tinggi
pada kehamilan kembar dibanding janin tungga (William 2010).
Secara teoritis, trofoblast mencari daerah baru untuk untuk melakukan implantasi dalam
kehamilan. Jika sudah terjadi beberapa kehamilan maka akan semakin sedikit area pada
uterus sebagai tempat implantasi.
3. Riwayat Sectio Caesaria, riwayat plasenta previa atau riwayat abortus.
Riwayat seksio sesaria meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Untuk
hal yang belum diketahui, pernah bersalin dengan seksio sesaria meningkatkan resiko
plasenta previa. Dalam penelitian yang dilakukan pada 30.132 wanita bersalin yang
pernah menjalani seksio, Silver dkk (2006) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan
insiden plasenta previa. Insidennya 1,3% pada mereka yang pernah mengalami satu kali
seksio sesar dan 3,4% pada wanita yang pernah mengalami enam kali seksio sesar atau
lebih.
Frederiksen dkk (1999) melaporkan angka histerektomi 25% yaitu wanita dengan SC
berulang atas indikasi plasenta previa dibandingkan dengan hanya 6% dari mereka yang
menjalani SC primer atas indikasi plasenta previa.
Pada lapisan rahim (endometrium) terjadi kelainan seperti fibroid atau jaringan
parut (dari plasenta previa sebelumnya, riwayat SC sebelumnya atau aborsi).
4. Plasenta yang besar dan yang luas seperti pada eritroblastosis, diabetes
mellitus, atau kehamilan multiple.
Perkembangan plasenta pada kehamilan ini bertambah sehingga ukuran plasenta lebih
besar.
5. Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim akan mempersempit permukaan bagi
penempelan plasenta.
6. Merokok
Williams dkk (1991) mendapatkan resiko relatif untuk plasenta previa
Meningkat 2 kali lipat akibat merokok. Mereka berteori bahwa hipoksemia akibat
karbonmonoksida menyebabkan hipertofi plasenta. Mungkin juga terdapat kaitan
gangguan vaskularisasi desidua yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau atrofi
dengan terjadinya plasenta previa.
2.5 Patofisiologi
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10 minggu saat
segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis, umumnya terjadi
pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer,
2002)
2.6 Klasifikasi plasenta previa
1. Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi dalam
bentuk klinis, yaitu:
- Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
- Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis
servikalis.
- Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum
- Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir
ostium uteri internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
1. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum.
3. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan
menutupi sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa
berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
1. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh
ostium.
2. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian
menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium
bagian depan, dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya
plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta
previa parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus
disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
Menurut tingkat perlekatannya placenta dapat diklasifikasikan pada beberapa jenis, :
a. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
b. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
c. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
2.7 Prognosis
Maternal
Tanpa melakukan tindakan Double setup, langsung melakukan tindakan seksio sesar
dan pemberian anaestesi oleh tenaga kompeten, maka angka kematian dapat diturunkan
sampai < 1%.
Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan pasca persalinan karena:
1. Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding Rahim (plasenta akreta).
2. Daerah perlekatan luas.
3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan pembuluh
darah pada insersi plasenta tidak baik. Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka
plasenta lebih dekat pada ostium, dan merupakan porte d’ entree yang mudah tercapai.
Lagi pula, pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah.
Fetal
Mortalitas perinatal yang berhubungan dengan plasenta previa kira-kira 10%. Meskipun
persalinan prematur, solusio plasenta, cedera tali pusat serta perdarahan yang tak
terkendali tak dapat dihindari, angka mortalitas dapat sangat diturunkan melalui
perawatan obstetrik dan neonatus yang ideal.
2.8 Komplikasi Plasenta Previa
2.8.1.1 Bagi ibu
· Syokhipovolemik.
· Infeksi—sepsis.
· Emboli udara (jarang)
· Kelainan koagulopati sampai syok.
· Kematian.
· Prolaps tali pusat
· Prolaps plasenta. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kuretase
· Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan
· Perdarahan post partum
· Infeksi karena perdarahan yang banyak. Kemungkinan infeksi nifas besar karena
luka plasenta lebih dekat pada ostium, dan merupakanporte d’ entree yang mudah
tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis karena perdarahan sehingga daya tahannya
lemah.
2.8.1.2 Bagi janin
Prematuritas akibat plasenta previa adalah penyebab dari 60% kematian pada masa
perinatal. Kematian terjadi akibat:
1. Asfiksia intrauterin
2. Perdarahan janin akibat manipulasi obstetrik
3. Jumlah darah berhubungan langsung antara rentang waktu antara
kerusakan kotiledon dan penjepitan tali pusat
2.9 Diagnosis
2.9.1 Tanda dan Gejala Plasenta Previa
Anamnesis
- Keluhan utama perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan
lanjut (trimester III). Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang. Pasien
mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia
bangun, ia merasa bahwa kainnya basah.
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus
2. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim. Perdarahan sifatnya berulang-ulang setelah terjadi pergeseran antara
plasenta dan dinding Rahim. Regangan pada dinding rahim akan bertambah dengan
majunya kehamilan dan pergeseran antara serviks dan plasenta terus menimbulkan
perdarahan
Keterangannya sebagai berikut:
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat
tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding
korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim. Pada plasenta previa, tidak mungkin
terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung
pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam
kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam
persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau
dekat ostium akan terlepas dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim
dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan
bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. Darah terutama berasal dari ibu ialah
dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau
pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
2.9.2 Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan luar
- Pemeriksaan Keadaan Umum
Keadaan umum ibu dapat baik atau buruk, tergantung pada banyaknya perdarahan
yang terjadi
b) Inspeksi, biasanya dijumpai :
Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu
tampak anemis
c) Palpasi
Bagian terbawah janin belum masuk PAP. Bila janin dengan presentasi kepala, kepala
mengapung di atas PAP atau mengolak kesamping dan sukar didorong kedalam PAP.
Sering terjadi kelainan letak seperti letak sunsang dan lintang. Janin sering belum cukup
bulan, TFU masih rendah .
d) Penentuan letak plasenta secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan
banyak. Artinya seorang bidan harus melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada
dokter spesialis. Pemeriksaan harus dilakukan di meja operasi.
Inspeksi/inspekulo
Karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh varises yang
pecah dan kelainan serviks (polip, erosi, ca), di rumah sakit dilakukan pemeriksaan in
speculo terlebih dulu untuk menyingkirkan kemungkinan ini. Perdarahan karena laserasi
serviks atau vagina dapat dilihat dengan inspekulo. Pada plasenta previa akan terlihat
darah yang keluar dari ostium uteri ekstemum.
Perabaan forniks.
Mulai dari forniks posterior, apa ada teraba tahanan lunak (bantalan) antara bagian
terdepan janin dan jari kita. Pemeriksaan ini hanya bermakna bila janin letak kepala.
Caranya, kepala janin sedikit didorong ke PAP, kemudian secara perlahan seluruh
forniks diraba sekelilingnya dengan jari.
Pemeriksaan dalam di meja operasi (PDMO)
Apabila kanalis servikalis terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan hati-
hati kedalam OUI untuk meraba adanya jaringan plasenta. Pemeriksaan hanya
dilakukan bila keadaan umum ibu baik, infus dan atau transfuse terpasang serta kamar
dan tim operasi telah siap.
2.9.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG
Dilakukan untuk mengevaluasi letak dan posisi plasenta serta posisi, presentasi, umur,
tanda-tanda kehidupan janin.
Transabdominal ultrasonography
Suatu metode yang sederhana, akurat, dan aman untuk memvisualisasikan plasenta,
teknik ini memiliki keakuratan hingga 93-98%. Pembiasan hasil dan positif palsu dapat
terjadi pada kontraksi fokal uterus atau distensi vesika urinaria.
Transvaginal ultrasonography
Studi terbaru menunjukkan bahwa metode transvaginal ultrasonografi lebih akurat dan
aman dibanding metode transabdominal ultrasonografi. Suatu penelitian studi, 26%
pasien telah yang didiagnosa dengan plasenta previa oleh metode transabdominal
ultrasonografi dinyatakan salah setelah dicek ulang dengan transvaginal ultrasonografi.
Sudut antara probe transvaginal dan saluran cerviks diatur sedemikian rupa sehingga
probe tidak sampai masuk ke dalam servik. Beberapa ahli menyatakan probe
dimasukkan tidak lebih dari 3 cm untuk memberikan gambaran yang baik dari plasenta.
Transperineal ultrasonography
Transperineal ultrasonography merupakan metode alternatif. Terutama pada kasus-
kasus kontraindikasi pemasukkan probe ke dalam kanal vagina. Tetapi pemeriksaan
lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui efikasi dan efisiensinnya
Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI tetap merupakan cara yang aman dan paling baik untuk visualisasi placenta
terutama untuk menentukan visualisasi plasenta akreta.
2.10 Diagnosis Banding
Diagnosis banding plasenta previa antara lain solusio plasenta, vasa previa, laserasi
serviks atau vagina.
Vasa previa, dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal selain di tengah
plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang servix. Vasa previa
merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan
vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh
darah yang mengancam janin. Kemungkinan vasa previa dapat dipertimbangkan kalau
setiap episode perdarahan pervaginam diikuti oleh ketidakteraturan DJJ. Pada
pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan
juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan
maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau
bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput
ketuban pecah.
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
PLASENTA PREVIA SOLUTIO PLASENTA
Mulainya Perlahan-lahan dan tidak jelas
Mendadak dan nyata sekali
Perdarahan Eksternal Eksternal dan tersembunyi
Warna darah Merah muda GelapAnemia = darah yang hilang Ø Dari darah
hilang yg tampakShock = darah yang hilang Ø Darah hilang yg
tampakNyeri Sering tidak nyeri Berat dan tak
henti-hentinyaNyeri tekan uterus Tidak ada AdaTonus uterus Lembek dan lemas Kaku sampai keras
seperti batuBentuk uterus Normal Dapat membesar
dan berubah bentuknya
DJJ Biasanya terdengar Terdengar atau tidak terdengar
Penurunan bagian terendah janin
Tidak ada Dapat terjadi
Presentasi Mungkin abnormal Tidak ada hubungan
2.10.1 Penatalaksanaan
2.10.1.1 Terapi Ekspektatif [mempertahankan kehamilan].
Sedapat mungkin kehamilan dipertahankan sampai kehamilan 36 minggu. Tujuannya
ialah supaya janin tidak terlahir prematur. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan
dengan plasenta previa harus segera diakhiri untuk menghindarkan perdarahan yang
fatal. Namun, sekarang ternyataterapi menunggu dapat dibenarkan dengan alasan
sebagai berikut :
1. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal.
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas.
Penanganan konservatif dilakukan bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu (preterm). Pasien di rawat di rumah sakit sampai
berat anak ±2500 gr atau kehamilan sudah sampai 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan
selama 15 menit).
4. Belum ada tanda inpartu dan janin masih hidup
Perawatan konservatif berupa:
1. Rawat inap dan tirah baring
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Selama terapi ekspektatif diusahakan pasien dirujuk untuk menentukan lokalisasi
plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum ibu.
4. Berikan tokolitik bila ada kontraksi
5. Beri betamethasone 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
6. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
7. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
8. Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
2.10.1.2 Terapi Aktif [mengakhiri kehamilan] Penanganan aktif
2.10. 2 PENCEGAHAN
Beberapa tindakan peventif yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya
bidan terhadap pasien, antara lain :
1. Promotif saat perawatan pra hamil
Idealnya, perawatan pra lahir dimulai jauh sebelum kehamilan.
Promotif prahamil yang dapat diberikan bidan antara lain tentang :
- Pencegahan anemia pada wanita, kapan perlu dari remaja dengan pemeliharaan
pasokan zat gizi dalam makanan
- Anjuran konsumsi suplemen tambah darah bila ada indikasi anemia
- Anjuran menghentikan kebiasaan merokok, minum alcohol dan konsumsi obat
terlarang
- Anjuran untuk menunda kehamilan pada usia muda < 20 tahun
- Anjuran untuk melaksanakan pola hidup sehat dan rutin berolahraga
2. Promotif dan peventif saat perawatan kehamilan (ANC) / Pra lahir
Penyuluhan :
Pada kunjungan ibu hamil di trimester pertama dan dua, bidan harus memberikan
informasi, ceramah dan gambar dalam melakukan tindakan pencegahan seperti anemia
defisiensi besi dan penyuluhan untuk mendorong perilaku yang sehat seperti pemenuhan
gizi, kebersihan dan istirahat . Perawatan pra lahir terdiri atas berbagai pemeriksaan dan
evaluasi untuk memastikan kesejahteraan ibu dan janin. Umumnya yang diperlukan
adalah pemeriksaan fisik yang menyeluruh, sejumlah tes dan wawancara tentang
riwayat medis ibu dan keluarganya.
Pemeriksaan fisik menyeluruh meliputi pemeriksaan head to toe, terutama
memastikan tanda anemia pada ibu hamil. Terkait plasenta previa, tes yang dapat
dilakukan untuk pencegahan dan deteksi dini berupa pemeriksaan HB,DJJ dan USG.
Topik wawancara tentang riwayat medis mencakup hal-hal berikut, yakni :
- Penyakit dan kondisi medis yang sudah ada atau tampaknya dturunkan dari satu
generasi ke generasi seterusnya seperti riwayat peyakit diabetes mellitus dalam
keluarga, riwayat kehamilam kembar, penyakit hipertensi, penyait jantung, anemia, da
lain-llain
- Informasi tentang latar belakan etnis dan tradisi serta ritual khusus dalam
kehamilan yang dilakukan di lingkungan ibu
- Riwayat kehamilan, persalinan ,dan nifas di masa lalu termasuk jumlah anak,
jarak persalinan, jenis persalinan terdahulu, riwayat penyakit kehamilan lalu, riwayat
ksesehatan kini
- Riwayat pola kebiasaan semasa lajang
a. Kebiasaan konsumsi kafein
Kopi, teh, cola dan beberapa jenis minuman lain mengandung cafein dalam jumlah yang
banyak. Para peneliti dalam penelitian tentang dampak asupan kafein normal hingga
banyak ( 8gelas per hari ) pada ibu dan janin. Efek yang dapat terjadi antara lain
- Ketidakteraturan dennyut jantung janin. Keadaan ini membaik saat asupan kafein
dihentikan
- Kafein meningkatkan pembuangan kalsium melalui kemih dan mengurangi
jumlah kalsium yang tersedia ibu dan janin
- Tubuh wanita hamil membuang kafein lebih lambat daripada wanita yang tidak
hamil sehingga efek kafein pada wnaita hamil akan lebih lama
- Kafein meningkatkan produksi hormonstres adrenalin dan non adrenalin,
membuat pembuluh darah tepi termasuk pembuluh darah Rahim berkontraksi sehingga
terjadi penurunan sementara kadar oksigen dan nutrient yang dibutuhkan janin
- Kafein dapat melewati plasenta dengan mudah dan masuk ke dalam aliran darah
janin sehingga jika bayi emiliki kafein dalam perdarahn darahnya, diperlukan waktu
yang lebih lama untuk menghilangkannya dari sistem tubuhnya
b. Alkohol
Alkohol memiliki efek toksik langsung terhadap janin yang sedang berkembang karena
alcohol cenderung cepat melewati plasenta dan masuk ke dalam darah janin. Bayi
beresiko besar terkena defisiensi pertumbuhan, masalah perilaku dan keterlambatan
perkembangan
c. Merokok
Rokok mengandung berbagai zat yang merugikan bagi ibu dan janin seperti
karbonmonoksida, tar, nikotin, timah dan lain-lain.
Anamnesis / wawancara pada ANC bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan dan
keluhan yg dirasakan ibu. Kunjungan pertama sangat penting karena menjadi
kesempatan awal untuk menilai keadaan kesehatan ibu dan jnin.
Hal yang perlu ditanyakan :
a. Identitas
Nama, umur (ibu berumur 20-35 tahun biasanya lebih siap untuk hamil. Ibu hamil
dengan usia dibawah 20 tahun memerlukan penanganan khusus terutama untuk
mengintervensi masalah gizi maupun komlikasi akibat belum maksimalnya
perkembangan alat reproduksi.
b. Jumlah anak, jarak persalinan
c. Riwayat kehamlin dan persalinan, seperti abortus, perdarahan sebelum dan
sesudah persalinan, bedah sesar, kelahiran premature, dan gangguan kesehatan lain
selama hamil yang lalu
d. Riwayat penyakit yg pernah diderita seperti DM, TBC, jantung, dan lain-lain.
e. Riwayat kehamilan sekarang, seperti keluhan dan gangguan
Memberikan informasi tanda bahaya kepada ibu seperti :
- merasa letih berkelanjutan, mungkin ibu anemia berat
- nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, bengkak
- Perdarahan
- Nyeri perut bawah berulang dan terus meners
- Gerak janin berkurang