Author
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
i
HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU PRAKTIKAN, KEMAMPUAN
INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR, DAN NILAI MATA KULIAH
PRASYARAT PPL II DENGAN KOMPETENSI KEGURUAN
PADA GURU PRAKTIKAN
Studi Kasus : Mahasiswa Peserta PPL II, Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Fransisca Ria Candrasa NIM : 031334060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Ayahanda dan Ibunda Warsino,
Debanku terkasih , Sanmathu tersayang dan Almamaterku Universitas Sanata Dharma – Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Hidup ini seperti air yang mengalir, ketika sudah mengalir, jangan terhanyut dalam derasnya aliran itu…
Kebahagiaan Sejati datangnya selalu berasal dari Ketulusan Hati, Keikhlasan dan Kemauan untuk Tetap Terus Maju dan
Berjuang
Jangan Pernah Takut.....
Kalau Kamu Ingin Maju dan Berhasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang Mahakasih yang telah
memberikan perlindungan dan bimbinganNya kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini hingga selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi Pendidikan Akuntansi.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan
berbagi masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Paulus Kuswandono, S. Pd., M. Ed selaku Wakil Rektor III yang
telah memberikan kesempatan, dukungan, waktu dan semangatnya untuk
segera menyelesaikan studi kepada penulis.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S. Pd., M. Si, selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Bapak Ignatius Bondan S, S. Pd., M. Si, selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar dan bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan, dukungan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak S. Widanarto P, S. Pd., M. Si, selaku Dosen Penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dukungan, kritik
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Natalina Premastuti, S. Pd, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan waktu, saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Staf Pengajar Prodi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
8. Mbak Aris dan Pak Wawik selaku tenaga administrasi Program Studi
Pendidikan Akuntansi yang telah banyak membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
9. Eyang Projobanowo dan Mbah Mukinem yang telah mendukung penulis
lewat doa dan dukungannya dalam perjuangan penyelesaian skripsi ini
(Tuhan Memberkati….. )
10. Pakde Albertus Subandrio yang telah banyak membantu penulis dalam
perjuangan penyelesaian skripsi ini (I Love You, Debandku…)
11. Papa, Mama, Nonong, Aam dan Keluarga Besar Warsino, atas doa,
semangat dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
12. Dejat dan Keluarga, Bude Sil sekeluarga, Mbak Lenny dan keluarga,
Mbak Nining family, serta keponakan-keponakanku tercinta, yang telah
banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
13. Mami Lusy Laksita, Lady in Red, tidak ada sesuatu yang indah, tanpa
adanya kasih sayang dan perhatian tulus yang selalu kau tawarkan… (ta
tunggu MCnya yaa mam… )
14. My Lovely Sanmathu, yang selalu mengajarkan penulis akan
kebahagiaan sejati dan kesederhanaan hidup melalui ketulusan sebuah
hati (kutepati janjiku, san… I always missing you ☺ )
15. Nadine sekeluarga, Yoyo n Iwan, Mama Brevi n Papa Deavid, Siwi n
Mas Hery, Uke, Tari, Wita n sahabat-sahabatku terkasih… (Thengkyu
banget untuk semuanya… Tetap Semangat, yaa!! )
16. Romo Gogon, Frater John, Frater Bamz, Frater Budi, Frater Agam,
Frater Didik, volunteer Pingit dan Frater-frater Jesuits (trimakasih untuk
pengalaman hidup yang sangat mengesankan…GBU )
17. Wulan (thanks a lot, say…), Adel kriting (semangatt…!!), Suster Yekti
(kemana aja, Ter?), Septi, Anez, Tiara, Siska, Yiska, Wawan, Santi n
semua temen PAK B Angkatan 2003 plus Romo Hiro, Amel, Nia, Deta,
Yayik, Benny, Merli, Titis juga semua temen-temen PAK A (maju terus
pantang mundur…)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
18. Teman-teman PPL periode Januari-Mei 2007, terimakasih untuk
perhatian, dukungan dan semangatnya untuk penulis.
19. Nining n Uur, Ningsih, Pipit, Rini, Yuyun dan teman-teman PE angkatan
2003 (hehehe… thanks udah nemenin ngantri yaa…?)
20. Mbak Trisna dan kawan-kawan, Mas Toro, Mbak Nina, Mbak Ria dan
semua kakak-kakak angkatan 2000-2002.
21. Teman-teman Banaran Café n Resto, yang sudah membantu penulis di
setiap malamnya (thanks untuk kerjasamanya ya, prends…☺)
22. Tata, Bertus, Viranty, Aphila, Puput, Antiq, Anas, PJ n all temen-temen
Komunitas Lektor Santo Antonius Kotabaru (ayo isi tugas yang bolong-
bolong lagi…)
23. My lovely childrens at Pingit n Ori II, kalianlah semangat n lilin dalam
keredupan hatiku, I love you all…
24. A 5357 K dan yang pernah duduk di atasnya, yang setia membantu
penulis dalam perjuangan hidup dan penyelesaian skripsi ini.
25. Rental Komputer STM yang setia menemani dan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menjadi yang utama dan pertama
(thanks pak, bu…)
26. Serta untuk semua teman-teman dan orang-orang yang tidak bisa penulis
tulis satu persatu.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA SIKAP GURU PRAKTIKAN, KEMAMPUAN
INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR DAN NILAI MATA KULIAH
PRASYARAT PPL II DENGAN KOMPETENSI KEGURUAN
PADA GURU PRAKTIKAN
Fransisca Ria C Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : 1) ada hubungan
positif dan signifikan antara sikap guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, 2) ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, dan 3) ada hubungan positif dan signifikan antara nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan.
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa peserta PPL II periode Februari-Mei 2007 pada bulan Mei – Juni 2007. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner/angket, dokumentasi dan wawancara. Untuk menjawab permasalahan dalam hipotesis digunakan korelasi tata jenjang atau korelasi rank dari Spearman.
Dari analis data dapat ditarik kesimpulan : 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, yang menunjukkan bahwa nilai r korelasi sebesar 0,484 atau angka probabilitas sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05, 2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, yang menunjukkan bahwa nilai r korelasi sebesar 0,541 atau angka probabilitas sebesar 0,001, 3) tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara nilai mata kuliah prasyarat PPL dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan, yang menunjukkan bahwa nilai r korelasi sebesar 0,058 atau angka probabilitas sebesar 0,747 yang lebih besar dari 0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ATTITUDE OF TEACHER-IN
APPRENTICESHIP, THE ABILITY OF TEACHING-LEARNING IN
INTERACTION, THE GRADES OF PRE-REQUIRED SUBJECTS OF
THE PRACTICE TEACHING PROGRAM (PPL) AND THE TEACHING
COMPETENCE OF TEACHER-IN APPRENTICESHIP
Fransisca Ria Candrasa University of Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
This research whose intended to show 1) the positive and significant relationship between the attitude of teacher-in apprenticeship and the teaching competence, 2) the positive and significant relationship between the ability to do teaching-learning interaction and the teaching competence, 3) the positive and significant relationship between the grades of the pre-required subjects of the practice-teaching program (PPL II) and the teaching competence.
Respondents of this research were students in practice teaching program (PPL II), from February-May 2007 period. The data sampling technique used in this research were questionnaire, interview and documentation. Rank Correlation or Spearman Rank Correlation whose applied to solve the problems.
Conclusions taken from data analysis were 1) there is positive and significant relationship between the attitude of teacher-in apprenticeship and the teaching competence, showed by r-Correlation Coefficient (0,484) and Probability Value (0,004) which is smaller than 0,05, 2) there is positive and significant relationship between the ability to teaching-learning in interaction and the teaching competence, showed by r-Correlation Coefficient (0,541) and Probability Value (0,001), 3) there is positive and significant relationship between the grades of the pre-required subjects of the practice teaching program (PPL II) and the teaching competence, showed by r-Correlation Coefficient (0,058) and Probability Value (0,747) which is bigger than 0,05 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ......................................................... ii
Halaman Pengesahan .............................................................................. iii
Halaman Persembahan ............................................................................ iv
Motto ....................................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Karya ..................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................ vii
Abstrak .................................................................................................... x
Abstract ................................................................................................... xi
Daftar Isi ................................................................................................. xii
Daftar Tabel ............................................................................................ xv
Daftar Lampiran ...................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Masalah ......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompetensi Keguruan Guru Praktikan ....................................... 8
1. Pengertian .............................................................................. 8
2. Jenis-jenis Kompetensi Keguruan ......................................... 9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Keguruan .. 16
B. Sikap Guru Praktikan .................................................................. 19
1. Pengertian Sikap.................................................................... 19
2. Ciri-ciri Sikap ........................................................................ 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Sikap Guru Praktikan ............................................................ 21
C. Kemampuan Interaksi Guru Praktikan ........................................ 24
1. Interaksi Belajar-Mengajar.................................................... 24
2. Ciri-ciri Interaksi Belajar-Mengajar ...................................... 26
D. Nilai Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II (PPL)........... 26
1. Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II ........................ 26
E. Hubungan Antar Variabel Penelitian .......................................... 28
1. Hubungan Sikap Guru Praktikan dengan Kompetensi
Keguruan ............................................................................... 28
2. Hubungan Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar
dengan Kompetensi Keguruan .............................................. 30
3. Hubungan Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II dengan
Kompetensi Keguruan ........................................................... 31
F. Kerangka Berpikir ....................................................................... 32
G. Hipotesis ...................................................................................... 36
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 37
C. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................................... 37
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 38
E. Variabel Penelitian dan Operasionalnya ..................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 40
G. Pengujian Instrumen.................................................................... 41
1. Uji Validitas .......................................................................... 41
2. Uji Reliabilitas ...................................................................... 43
H. Teknik Analisis Data ................................................................... 45
1. Deskripsi Data ....................................................................... 45
2. Uji Normalitas ....................................................................... 45
3. Uji Hipotesis ......................................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 57
B. Analisis Data ............................................................................... 66
C. Pembahasan ................................................................................. 72
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 77
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 78
C. Saran ............................................................................................ 79
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
Riwayat Hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Variabel Sikap Guru Praktikan .................................. 39
Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Kemampuan Interaksi Guru Praktikan ........ 39
Tabel 3. Kisi-kisi Variabel Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II
Guru Praktikan .......................................................................... 39
Tabel 4. Kisi-kisi Variabel Kompetensi Keguruan Guru Praktikan ....... 39
Tabel 5. Penilaian Sikap Guru Praktikan ................................................ 59
Tabel 6. Penilaian Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar .................. 61
Tabel 7. Penilaian Nilai Mata Kuliah Prasyarat Program
Pengalaman Lapangan .............................................................. 63
Tabel 8. Penilaian Kompetensi Keguruan guru Praktikan ...................... 65
Tabel 9. Ringkasan Uji Normalitas ......................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ................................................. 82
Kuesioner ................................................................................................ 83
Uji Validitas
1. Validitas Sikap Guru Praktikan ...................................................... 88
2. Validitas Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ........................ 89
3. Validitas Kompetensi Keguruan pada Guru Praktikan .................. 90
Uji Reliabitas
1. Reliabilitas Sikap Guru Praktikan .................................................. 91
2. Reliabilitas Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar .................... 92
3. Reliabilitas Kompetensi Keguruan pada Guru Praktikan .............. 93
Uji Normalitas ......................................................................................... 94
Data Mentah
1. Sikap Guru Praktikan ..................................................................... 95
2. Kemampuan Interaksi Belajar-Mengajar ....................................... 96
3. Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II ............................................... 97
4. Kompetensi Keguruan .................................................................... 98
Daftar Tabel Distribusi Chi Kuadrat ....................................................... 99
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin lama seiring dengan kemajuan suatu negara, masyarakat akan
terus-menerus berkembang dan pendidikan dibutuhkan oleh masyarakat untuk
membantu perkembangan itu. Perkembangan berarti meneruskan dan
meningkatkan serta memperbaharui apa yang dimiliki, namun hal ini tidaklah
mudah bagi masyarakat. Pendidikan menjadi instrumen atau alat masyarakat
untuk meneruskan dan meningkatkan serta memperbaharui potensi yang
dimilikinya. Jadi, dunia pendidikan memiliki suatu tantangan yang berat.
Keberadaan guru sebagai salah satu dari unsur pendidikan sangatlah
penting bagi suatu bangsa, terlebih bagi kelangsungan hidup bangsa di tengah
zaman dengan teknologi yang kian canggih dengan segala perubahan serta
pergeseran nilainya. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya,
semakin terjamin, tercipta dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang
sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa
di masa depan tercermin dari potret guru masa kini dan gerak maju dinamika
kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah
masyarakat (Uzman, 1997:5).
Akhir-akhir ini, hampir setiap saat media massa khususnya media
cetak harian dan mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya, berita-
berita itu banyak yang cenderung melecehkan posisi para guru, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
guru nyaris tak mampu membela diri. Hugget (Muhibbin, 2002 : 221)
mencatat sejumlah besar politisi Amerika Serikat yang mengutuk para guru
yang kurang profesional, sedangkan orang tua menuding mereka tidak
kompeten dan malas, kalangan bisnis dan industrialis pun memprotes para
guru karena hasil didikan mereka dianggap tidak bermanfaat. Sementara itu,
wibawa para guru di mata murid-murid pun kian jatuh.
Menurut Sri Mulyani (2000, Desember-Januari), Inspirasi, halaman 7,
kualitas dan profesionalitas guru di Indonesia dewasa ini, pada umumnya
belum memadai. Ada delapan faktor utama penyebab rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia, yaitu : (a) manajemen sekolah yang tidak efektif ; (b)
struktur insentif guru yang tidak mendorong guru untuk berkembang secara
optimal; (c) waktu belajar efektif kurang produktif; (d) mayoritas guru kurang
terlatih dalam penguasaan bidang studi dan proses mengajar ; (e) keterbatasan
sumber daya sekolah ; (f) kekurangan buku dan bahan belajar lainnya ; (g)
kurangnya monitoring ; dan (h) hambatan institusional.
Kualitas pendidikan Indonesia yang seharusnya dapat dibentuk secara
bersama-sama ini menjadi masalah dan tugas penting seorang guru yang
sekaligus menjadi pendidik dalam dunia pendidikan. Berdasarkan delapan
faktor utama penyebab rendahnya kualitas pendidikan Indonesia seperti yang
dikemukakan di atas, perlu dioptimalkan dengan sikap seorang guru dalam hal
mengatasi waktu belajar efektif yang kurang produktif, keterbatasan sumber
daya sekolah, kekurangan bahan dan peralatan lainnya serta hambatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
institusional di sekolah dengan kompetensi keguruan sebagaimana yang
dimiliki seorang guru dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Selain itu, untuk mengatasi kurang terlatihnya guru dalam penguasaan
bidang studi dan proses belajar-mengajar, pengawasan terhadap siswa dan
lainnya dapat dibantu dari peran guru (pendidik) dalam hal interaksi belajar
mengajar dan penguasaan ilmu pengetahuan yang didapatnya selama duduk di
bangku perkuliahan. Oleh sebab itu, seorang guru yang berkompeten dapat
diartikan sebagai seorang guru yang mampu untuk melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab (profesional) dan layak (Usman,
1997:14).
Namun pada kenyataannya, akhir-akhir ini guru nasibnya selalu berada
sekian tingkat di bawah profesi lainnya. Tidak ada fasilitas, tidak ada hak-hak
istimewa, bahkan gajinya pun pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Tidak ada
warga yang membelanya bahkan para guru sendiri merasa tidak perlu
membela dirinya, karena merasa lebih beruntung bisa diangkat sebagai guru
sebab masih banyak tamatan sekolah calon guru yang tidak memiliki
pekerjaan. Itulah potret guru Indonesia yang penuh ironisme (Supeno,
1995:12-13). Selain itu, implikasi dari rendahnya penghasilan guru pun
berpengaruh bagi kualitas pendidikan secara menyeluruh. Oleh karena itu,
profesi yang mulia ini menjadi tidak menarik bagi kalangan anak-anak muda,
sehingga sekolah atau lembaga pendidikan calon guru hanya dimasuki oleh
anak-anak yang berintelegensi sedang atau bahkan rendah. Bahkan alumni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang memiliki latar belakang disiplin ilmu keguruan pun banyak yang tidak
berminat menjadi guru.
Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan guru-guru yang berkualitas
dan profesional maka Universitas Sanata Dharma (USD) khususnya Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), berusaha untuk mendidik
mahasiswanya menjadi guru (tenaga pendidik) yang profesional. Menurut
Driyarkara, tenaga pendidik adalah tenaga yang berusaha mendewasakan
manusia muda. Oleh karena itu, para calon pendidik harus dipersiapkan
dengan matang agar menjadi pendidik yang bertanggung jawab (Profesional).
Pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap yaitu
mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan
nilai –nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian secara bertahap lagi
dalam latihan Program Pelatihan Lapangan ( PPL ). Latihan dalam Program
Pengalaman Lapangan dilakukan secara bertahap pula seperti terlihat dalam
tahap-tahap latihan : (1) Latihan Keterampilan terbatas melalui latihan dalam
Pengajaran Mikro (PPL 1) yang berlangsung dalam situasi buatan (simulasi) ;
(2) pengenalan lapangan melalui observasi dan penghayatan langsung
berbagai aspek kehidupan di sekolah; (3) latihan keterampilan secara
terintegrasi dalam situasi yang sebenarnya untuk berlatih mengerjakan tugas-
tugas mengajar dan non mengajar. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka
penulis bermaksud melakukan penelitian dan mengambil judul tentang
“Hubungan Antara Sikap Guru Praktikan, Kemampuan Interaksi Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Mengajar, dan Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II dengan Kompetensi
Keguruan pada Guru Praktikan.“
B. Identifikasi Masalah
Pembentukan kemampuan keguruan dilakukan secara bertahap yaitu
mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan sikap dan
nilai-nilai melalui berbagai mata kuliah. Secara bertahap, latihan PPL
merupakan latihan keterampilan terintegrasi melalui pemberian kesempatan
kepada mahasiswa untuk mengintegrasikan berbagai kemampuan keguruan
secara utuh dalam situasi yang sebenarnya. Oleh karena itu, maka sikap guru
praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah
prasyarat PPL II akan mempengaruhi kompetensi keguruan pada guru
praktikan PPL.
C. Batasan Masalah
Kemampuan mengajar mahasiswa PPL dipengaruhi oleh banyak
faktor, tetapi penulis membatasi masalah ini hanya berdasarkan sikap guru
praktikan, kemampuan interaksi belajar mengajar, dan nilai mata kuliah
prasyarat PPL II pada kompetensi keguruan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap guru
praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan?
2. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan
interaksi belajar mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru
praktikan?
3. Apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara nilai mata kuliah
prasyarat PPL II guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru
praktikan?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara sikap
guru praktikan dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara
kemampuan interaksi belajar-mengajar dengan kompetensi keguruan pada
guru praktikan.
3. Untuk mengetahui adanya hubungan positif dan signifikan antara nilai
mata kuliah prasyarat PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru
praktikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
F. Manfaat Penelitian
1. Menambah kajian mengenai hubungan antara sikap guru praktikan,
kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah prasyarat
PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL
2. Memberikan sumbangan penelitian mengenai sikap guru praktikan,
kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata kuliah prasyarat
PPL II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL,
mengingat saat ini penelitian tentang hal ini belum terlalu banyak
dilakukan
3. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi perkembangan instansi
dalam hal ini Universitas khususnya Prodi Pendidikan Akuntansi,
Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma dan sekaligus bagi
upaya peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya yang
dihasilkannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta)
kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni
kemampuan atau kecakapan.
Menurut Charles E. Johnson (Usman, 1997:14), Competency as a
rational performance wich satisfactorily meets the objective for a desired
condition. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Menurut Broke and Stone (Usman, 1997 : 14) kompetensi dimaknai
sebagai “descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to
be entirely meaningful” yang merupakan gambaran hakikat kualitatif dari
perilaku guru yang tampak sangat berarti. Menurut Barlow (Usman,
1997:14) adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of
ateacher to responsibility perform has or her duties appropriately.
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban – kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak. Dengan gambaran pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya.
2. Jenis-Jenis Kompetensi Keguruan
Kompetensi Keguruan meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.
Penjabaran kompetensi keguruan tersebut, akan disampaikan di bawah ini.
a. Kompetensi Pribadi atau Personal
Kompetensi pribadi adalah sikap kepribadian yang mantap dan
patut diteladan (yang harus dimiliki guru) sehingga guru mampu
menjadi sumber identifikasi siswa, sedangkan kompetensi sosial
adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi sosial. Guru dengan
siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU dan anggota
masyarakat di lingkungannya.
Menurut Samana (1994:35), kompetensi personal sosial meliputi:
menghayati serta mengamalkan nilai hidup ; menunjukkan kejujuran
dan kesediaan bertanggung jawab; berperan menunjukkan
kepemimpinan; bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi;
berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya;
menghargai pribadi orang lain yang berbeda dengan dirinya; ikut
berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial; memiliki mental yang
sehat dan stabil; tampil secara pantas dan rapi; berbuat kreatif dengan
penuh perhitungan; bertindak tepat waktu dalam janji; penyelesaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tugas-tugasnya serta pengembangan; mampu menggunakan waktu
luangnya secara bijaksana dan produktif.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah pengetahuan yang luas dan dalam
tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
penguasaan metodologis dalam arti memiliki konsep teoritik yang
tepat serta mampu menggunakannya dalam proses belajar – mengajar
yang dapat dilatih secara langsung dalam pendidikan pra jabatan guru.
Menurut Samana (1994:42), kompetensi profesional meliputi :
menguasai bahan ajar, mampu mengelola proses belajar mengajar;
mampu mengelola kelas; mampu menggunakan media dan sumber
pengajaran, mampu mengelola interaksi belajar mengajar, menguasai
landasan pendidikan; mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat;
mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; menilai hasil dan
proses belajar yang telah dilaksanakan.
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru
merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam
menjalankan tugas keguruannya secara profesional. Secara garis besar,
integrasi antara kompetensi kepribadian sosial dengan kompetensi
profesional tampak dalam diagram berikut ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Untuk mampu menjalankan kewenangan kompetensi tersebut,
sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki
keanekaragaman kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis,
yang meliputi aspek-aspek, sebagai berikut.
a) Kompotensi Kognitif (ranah cipta)
Kompotensi kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai objek
sikap. Komponen kognitif meliputi :
Ilmu pengetahuan kependidikan
Ilmu kependidikan terdiri atas dua macam, yaitu pengetahuan
kependidikan umum dan pengetahuan kependidikan khusus.
Pengetahuan kependidikan umum meliputi ilmu pendidikan,
psikologi pendidikan, administrasi pendidikan dan seterusnya,
sedangkan pengetahuan kependidikan khusus meliputi metode
mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu, teknik
evaluasi, praktik keguruan dan sebagainya.
KOMPETENSI PROFESIONAL
KOMPETENSI
PERSONAL-SOSIAL
Tindak Keguruan : Membimbing, mengajar dan melatih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Ilmu pengetahuan materi bidang studi
Ilmu pengetahuan materi bidang studi meliputi semua bidang
studi yang menjadi keahlian atau pelajaran yang akan diajarkan
oleh guru. Penguasaan guru atas materi-materi bidang studi itu
hendaknya langsung dikaitkan dengan pengetahuan
kependidikan khusus terutama dengan metodik khusus dan
praktik keguruan.
Jenis kognitif lain yang juga perlu dimiliki seorang guru adalah
kemampuan mentransfer strategi kognitif kepada para siswa
agar dapat belajar secara efisien dan efektif (Lawson dalam
Syah, 231), yaitu mengubah pilihan kebiasaan belajar
(cognitive preference) siswa yang bermotif ekstrinsik menjadi
preferensi kognitif yang bermotif intrinsik.
b) Kompetensi Afektif ( kecakapan ranah rasa )
Kompetensi ranah afektif guru meliputi seluruh fenomena perasaan
dan emosi seperti : cinta, benci, senang, sedih dan sikap-sikap
tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap dan perasaan itu
meliputi :
Konsep diri (self-concept) dan harga diri (self-esteem)
Self-concept atau konsep diri guru ialah totalitas sikap dan
persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri yang merupakan
deskripsi kepribadian guru yang bersangkutan. Self-esteem
(harga diri) guru dapat diartikan sebagai tingkat pandangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan
prestasinya. Titik tekan self-esteem terletak pada penilaian atau
taksiran guru terhadap kualitas dirinya sendiri yang merupakan
bagian dari self-concept.
Guru yang memiliki konsep diri yang tinggi, umumnya
memiliki harga diri yang tinggi pula. Ia mengajak, mendorong
serta membantu dengan sekuat tenaga agar siswanya lebih
maju.
Efikasi diri (self-efficacy) dan efikasi kontekstual (contextual
efficacy)
Self-efficacy guru (efikasi guru) atau personal teacher efficacy
adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya
sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para
siswanya. Kompetensi ranah rasa ini berhubungan dengan
kompetensi ranah rasa lainnya yang disebut teacher efficacy
atau contextual efficacy yang berarti kemampuan guru dalam
berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya ketika ia
mengajar, artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya
sebagai pengajar profesional bukan hanya dalam hal
menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja, melainkan
juga dalam hal memanipulasi (mendayagunakan) keterbatasan
ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (attitude of self-
acceptance) dan orang lain (others acceptance attitude).
Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (self-acceptance
attitude) adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam
berkecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya sendiri
berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan
kemampuannya. Sikap penerimaan terhadap diri sendiri ini
diiringi dengan rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan
yang ada pada diri guru tersebut. Sikap ini akan berpengaruh
secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain
(others acceptance attitude).
c) Kompetensi psikomotorik (kecakapan ranah karsa)
Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, kecakapan
fisik umum dan kecakapan fisik khusus. Kecakapan fisik umum
direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan
umum jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan
aktivitas mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang
berlaku. Adapun ranah karsa khusus meliputi ketrampilan-
ketrampilan ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan non verbal
(penyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru terutama
ketika mengelola proses belajar mengajar.
Selain kompetensi-kompetensi di atas, adapun salah satu
kompetensi keguruan yang masih harus dimiliki oleh seorang guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
maupun calon guru, yaitu kompetensi pedagogi. Di dalam pelaksanaan
pendidikan, baik itu formal, nonformal atau informal peranan guru
sangatlah penting. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau
guru nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru
(pendidik). Pedagogi adalah kajian mengenai pengajaran, khususnya
pengajaran dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains
dan seni mengenai cara mengajar di sekolah (www.wikipedia.com).
Dilihat dari segi etimologinya, istilah pedagogi berasal dari
bahasa Yunani ”paidagagos”, hamba yang menghantar dan mengambil
budak-budak pulang pergi dari sekolah. Istilah ”paida” merujuk kepada
anak-anak, yang menjadikan sebab kenapa sebagian orang cenderung
membedakan antara pedagogi (mengajar anak-anak) dan andragogi
(mengajar orang dewasa). Istilah pedagogi sendiri dalam pendidikan
menurut arti dalam bahasa Yunani, dapat digunakan dengan lebih
meluas dan seringkali keduanya dapat ditukar guna
(www.wikipedia.com).
Pedagogi merupakan satu ilmu yang luas dan mendalam. Pada
lazimnya, seorang calon guru akan menerusi teori pembelajaran dan
pengajaran serta hakikat pengajaran sebelum menjadi guru. Di
samping itu, ia pun harus mempelajari hal-hal yang berkaitan juga
dengan organisasi sekolah, kurikulum sekolah, metode pengajaran,
interaksi belajar-mengajar dan lain sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Ciri-ciri yang harus dimiliki guru dalam kompetensi pedagogi
adalah sebagai berikut.
1. Adanya kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap
anak didik.
Ciri ini akan mengundang ketaatan, karena ciri ini akan cocok
dengan ketakberdayaan anak. Dengan kata lain, kewibawaan itu
harus berbanding dengan ketakberdayaan anak didik.
2. Mengenal anak didiknya
Seorang guru yang menghadapi anak secara perorangan itu harus
mampu mengenalnya secara khusus pula.
3. Mau membantu anak didiknya
Seorang guru yang tidak memiliki ciri ini dikhawatirkan akan
bertindak terlalu dominan (mempengaruhi sekali), sehingga ia lupa
akan hal penting dalam pendidikan, yaitu bahwa setiap anak pada
dasarnya ingin menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, ingin
bertanggung jawab sendiri, dan ingin menentukan diri sendiri.
Akan tetapi, ia tahu bahwa siswa itu belum mampu untuk itu dan
karena itu perlu bantuan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi Keguruan
Kompetensi keguruan terdiri atas kompetensi personal-sosial,
kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi. Kompetensi personal
adalah sikap kepribadian yang mantap dan patut diteladan (yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dimiliki guru) sehingga guru mampu menjadi sumber identifikasi siswa.
Kompetensi sosial adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi
sosial guru dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU dan
anggota masyarakat di lingkungannya. Kompetensi profesional adalah
pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)
yang akan diajarkan serta penguasaan metodogis dalam arti memiliki
konsep teoritik yang tepat serta mampu menggunakannya dalam proses
belajar mengajar yang dapat dilatih secara langsung dalam pendidikan
pra jabatan guru. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau guru
nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru (pendidik).
Dengan demikian, untuk mampu menjalankan kewenangan
personal-sosial, kewenangan pedagogi dan kewenangan profesionalnya,
sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki
keanekaragaman kecapan (competencies) yang bersifat psikologis, yaitu
kompetensi kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik.
Kompetensi kognitif atau ranah cipta mengandung bermacam-
macam pengetahuan baik yang bersifat deklaratif maupun prosedural.
Keduanya merupakan kategori pengetahuan kependidikan dan
pengetahuan bidang studi yang akan diajarkan dan diperoleh di bangku
kuliah. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam kompetensi kognitif
biasanya dilihat dari kemampuan pemahaman terhadap ilmu
pengetahuan kependidikan dan ilmu pengetahuan materi bidang studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Secara konkrit dapat dilihat dari perolehan nilai akademik guru praktikan
dalam proses belajar mengajar (nilai mata kuliah prasyarat PPL II)
Berbeda halnya dengan kompetensi afektif yang bersifat tertutup
dan abstrak yang sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan
emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Self – concept
atau konsep diri guru ialah totalitas sikap dan persepsi seorang guru
terhadap dirinya sendiri yang merupakan deskripsi kepribadian guru
yang bersangkutan. Self-esteem (harga diri) guru dapat diartikan sebagai
tingkat pandangan dan penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri
berdasarkan prestasinya. Titik tekan self-esteem terletak pada penilaian
atau taksiran guru terhadap kualitas dirinya yang merupakan bagian dari
self-concept.
Self-efficacy guru (efikasi guru) atau personal teacher efficacy
adalah keyakinan guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri
dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya. Kompetensi
ranah rasa ini berhubungan dengan kompetensi ranah rasa yang disebut
teacher-efficacy catau contextual efficacy yang berarti kemampuan guru
dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya ketika ia
mengajar artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai
pengajar profesional bukan hanya dalam menyajikan materi pelajaran di
depan kelas saja melainkan juga dalam hal memanipulasi
(mendayagunakan) keterbatasan ruang, waktu, dan peralatan yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Sikap penerimaan terhadap diri sendiri (self acceptance attitude)
adalah gejala ranah rasa seorang guru dalam kencenderungannnya
menilai positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan
penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuan. Sikap penerimaan
terhadap diri sendiri ini diiringi dengan rasa kuat terhadap kelebihan dan
kekurangan yang ada pada guru tersebut. Sikap ini akan berpengaruh
secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain (other
acceptance attitude).
Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum
yang direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan
umum, jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas
mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tatakrama yang berlaku dan
kecakapan fisik khusus yang meliputi keterampilan-keterampilan,
ekspresi verbal (pernyataan lisan) dan non verbal ( pernyataan tindakan)
tertentu yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses
belajar-mengajar.
B. Sikap Guru Praktikan
1. Pengertian Sikap
Menurut Louis Turstone dan Charles Osgood (Azwar, 1988:3),
sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Formulasinya
sendiri adalah derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan
suatu objek psikologis. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mendukung atau memihak (favorable) ataupun perasaan tidak mendukung
(unfavorable) objek tersebut.
Menurut Berkowitz (Azwar, 1988 : 4), sikap merupakan suatu
respon evaluatif. Sikap hanya akan ada artinya bila ditampakkan dalam
bentuk pernyataan perilaku, baik lisan maupun perbuatan. Sikap selalu
dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam kenormalan dan merupakan
respons atau reaksi terhadap rangsangan lingkungan sosial.
Sikap seseorang terhadap suatu objek berperan sebagai perantara
antara responsnya dan objek yang bersangkutan yang diklasifikasikan
dalam tiga macam respons yaitu respons kognitif (respons perseptual dan
pernyataan mengenai apa yang diyakini), respons afektif (syarat simpatetik
dan pernyataan afeksi), serta respons perilaku atau konatif (respons
tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Masing-masing klasifikasi
respons ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya (Azwar, 1997:
4-8)
2. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap meliputi :
a) Sikap tidak dibawa sejak lahir
Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap-sikap tertentu
terhadap suatu objek. Sikap terbentuk dalam perkembangan individu
yang bersangkutan, oleh karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat
berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b) Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap
Sikap terbentuk dalam berhubungan dengan objek-objek tertentu yaitu
melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.
c) Sikap dapat tertuju pada satu objek juga pada sekumpulan objek
Bila seseorang mempunyai sikap negatif pada seseorang, ia pun akan
menunjukkan sifat yang negatif pula kepada kelompok dimana orang
tersebut bergabung di dalamnya.
d) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar
Jika suatu sikap telah terbentuk dan merupakan nilai dalam kehidupan
seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan dan jika mau
diubah akan memakan waktu yang relatif lama. Demikian pula
sebaliknya.
e) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi
Sikap terhadap suatu objek tertentu akan diikuti oleh perasaan yang
bersifat positif ataupun negatif tergantung kepada objek dan daya
dorong individu.
3. Sikap Guru Praktikan
Di dalam kelas, seorang guru mempunyai peran yang multi.
Menurut Arikunto (1990 : 268-269) seorang guru mempunyai fungsi
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
a. Guru sebagai pengelola proses pembelajaran
Dalam melakukan tugasnya, seorang guru harus mengacu pada tujuan
organisasi, yaitu tujuan sekolah yang merupakan penjabaran dari
tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan acuan tersebut, guru
merancang kegiatannya dengan baik dan rinci mulai dari merumuskan
tujuan khusus, memilih pendekatan atau strategi, memilih metode dan
sarana pencapai, memilih alat untuk mengevaluasi pekerjaannya.
b. Guru sebagai moderator
Guru diharapkan bukan sebagai penyampai materi semata tetapi lebih
sebagai moderator, yaitu pengatur lalu-lintas pembicaraan, jika ada
alur pembicaraan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswanya, maka
gurulah yang wajib mendamaikan perselisihan siswa tersebut. Selain
itu guru berkewajiban untuk mengarahkan siswanya mengambil
kesimpulan dari pembahasan materi pelajaran.
c. Guru sebagai motivator
Jika guru tidak dapat memberikan motivasi yang memancing kemauan
siswa untuk aktif maka guru itu sendiri yang akan merasakan kesulitan
dalam proses pembelajaran karena siswa akan pasif tanpa inisiatif.
d. Guru sebagai fasilitator
Guru memberikan kemudahan dan sarana kepada siswa agar dapat
aktif belajar menurut kemampuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
e. Guru sebagai evaluator
Setiap kegiatan selalu diikuti oleh evaluasi jika orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan menginginkan terjadi peningkatan atas
kegiatannya itu pada masa yang akan datang.
Good dan Brophy (Arikunto, 1990 : 270) berpendapat bahwa sikap
guru yang baik akan terlihat pada tiga hal.
a) Sikap terhadap diri, yang dapat dilihat dari indikator :
1) tampak menyukai dirinya (mau bersolek, tidak acuh terhadap
dirinya);
2) merasakan keberhasilan diri dan kemanfaatan dirinya bagi orang
lain;
3) memiliki perhatian yang bervariasi, menyukai banyak hal.
b) Sikap terhadap profesi, pekerjaan guru yang dipilih dan menyenangi
kawan sejawatnya, yang terlihat dari indikator :
1) merasakan bahwa yang dilakukan mempunyai manfaat bagi
pendidikan anak;
2) menikmati, merasakan puas akan pekerjaan yang telah dimiliki
seakan-akan tidak ingin mencari pekerjaan lainnya;
3) merasakan bahwa apa yang dilakukan sudah merupakan alternatif
terbaik karena sudah dipikirkan dengan baik dan sudah
mengarahkan semua kemampuannya;
4) tidak enggan menerima saran dari kawan guru dan bila perlu tidak
enggan untuk bertanya kepada kawan sejawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
c) Sikap terhadap siswa, yang ditandai oleh indikator :
1) menyadari bahwa tiap-tiap siswa merupakan individu yang unik
sehingga perlu perhatian serta pelayanan yang khusus pula;
2) mengenali paling sedikit satu macam keistimewaan pada diri
masing-masing siswa sehingga tidak meremehkan siswa;
3) bersedia menolong setiap siswa tanpa mengenal pilih kasih;
4) mengenal ada dimana siswa berada sehingga guru dapat
menempatkan diri untuk mengajak siswa untuk maju belajar.
C. Kemampuan Interaksi Guru Praktikan
1. Interaksi Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang saling
berhubungan dan merupakan suatu hubungan yang sifatnya sebab-akibat.
Manusia ingin belajar maka ada orang yang bertugas membantu dalam
mengajar. Dalam hal ini, orang yang melakukan kegiatan belajar disebut
siswa dan orang yang melakukan kegiatan mengajar disebut guru. Belajar
adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (Syah, 1995 : 91). Kegiatan mengajar adalah
kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan
belajar siswa (subjek belajar) untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku
maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pengajar (guru) di satu pihak dengan warga belajar
(siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Dalam
interaksi belajar memandang bahwa siswa adalah subjek belajar dan bukan
objek, sedangkan guru hanyalah sebagai pembina dan pembimbing tidak
diperkenankan untuk mendominasi kegiatan belajar mengajar. Namun
guru diharapkan mampu membantu menciptakan kondisi yang baik serta
memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan
potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar.
Menurut Ober (1971) dalam bukunya Systematic Observation of
teaching an interaction analysis-instructional strategy approach
menuliskan bahwa “An interaction consists of three steps : 1) developing
objective; 2) planning and executing instruction; and 3)measuring and
evaluating result.” Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa interaksi ini
terdiri atas 3 tahapan, yaitu : 1) mengembangkan tujuan; 2) merencanakan
dan melaksanakan instruksi; dan 3) mengukur dan mengevaluasi hasil-
hasil.
Dalam interaksi belajar mengajar terkandung unsur-unsur yang
harus terpenuhi, yaitu : tujuan yang ingin dicapai; bahan (materi) yang
menjadi isi interaksi; siswa yang aktif mengalami; guru yang
melaksanakan; metode untuk mencapai tujuan; situasi yang
memungkinkan PBM berlangsung dengan baik; penilaian terhadap hasil
interaksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2. Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar
Menurut Edi Suardi (Sardiman, 1997:15-18) ciri-ciri interaksi
belajar mengajar dapat dirinci sebagai berikut : memiliki tujuan, yakni
untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu; ada prosedur
yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; ditandai
dengan suatu penggarapan yang khusus dan adanya aktivitas siswa; guru
berperan sebagai pembimbing; membutuhkan kedisiplinan; ada batas
waktunya; adanya unsur penilaian, yaitu untuk mengetahui apakah tujuan
itu sudah tercapai lewat interaksi belajar mengajar.
D. Nilai Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II (PPL)
1. Prasyarat Program Pengalaman Lapangan II
Mata kuliah prasyarat adalah mata kuliah yang harus ditempuh /
diikuti terlebih dahulu sebelum mengikuti atau mengambil suatu mata
kuliah tertentu. Mahasiswa yang diperkenankan melaksanakan PPL adalah
mahasiswa yang memenuhi prasyarat-prasyarat yang telah ditentukan oleh
program studi meliputi mata kuliah beberapa kelompok.
a. Telah mengikuti Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) :
1) Pengantar Pendidikan
2) Psikologi Belajar dan Pembelajaran
3) Dasar-dasar Bimbingan Konseling
4) Manajemen Sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
b. Telah mengikuti mata kuliah PBM ( Proses Belajar Mengajar)
1) Perencanaan Pengajaran
2) Strategi Pembelajaran Ekonomi
3) Evaluasi Pengajaran
4) Program Pengalaman Lapangan I / Pengajaran Mikro
5) Pengelolaan Kelas
c. Telah mengikuti mata kuliah-mata kuliah bidang studi :
1) Akuntansi Keuangan Dasar 1
2) Akuntansi Keuangan Dasar 2
3) Akuntansi Keuangan Menengah I
4) Akuntansi Keuangan Menengah II
5) Pengantar Bisnis dan Koperasi
6) Pengantar Manajemen
7) Manajemen Pemasaran
8) Pengantar Ilmu Ekonomi Makro
9) Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro
10) Statistika
11) Hukum Dagang / Perdata
12) Hukum Pajak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
E. Hubungan Antar Variabel Penelitian
1. Hubungan Sikap Guru Praktikan dengan Kompetensi Keguruan
Sikap adalah segi respon evaluatif, artinya respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual (Azwar 1997 : 9-10). Respons
evaluatif berarti bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya
didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi
kesimpulan terhadap stimulus yang kemudian mengkristal sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap. Ketika seseorang mempunyai sikap yang
positif terhadap suatu profesi maka ia pun ketika memandang atau bahkan
ketika melakukan profesi itu akan berperilaku yang positif pula, demikian
pula jika terjadi sebaliknya.
Terlepas dari itu, pada kompetensi afektif meliputi seluruh
fenomena perasaan dan emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan
orang lain : sikap dan persepsi seorang guru terhadap dirinya sendiri yang
merupakan deskripsi kepribadian guru yang bersangkutan (self-concept);
pandangan dan penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri
berdasarkan prestasinya (self-esteem); keyakinan guru terhadap
keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan
kegiatan para siswanya (self-efficacy) yang berhubungan dengan
kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar
dirinya ketika ia mengajar, artinya keyakinan guru terhadap
kemampuannya sebagai pengajar profesional bukan hanya dalam hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menyajikan materi pelajaran di depan kelas saja, melainkan juga dalam hal
memanipulasi (mendayagunakan) keterbatasan ruang, waktu dan peralatan
yang berhubungan dengan proses belajar mengajar (teacher efficacy atau
contextual efficacy); kecenderungan positif atau negatif terhadap dirinya
sendiri berdasarkan penilaian yang lugas atas bakat dan kemampuannya
(self-acceptance attitude) yang diiringi dengan rasa puas terhadap
kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru tersebut. Sikap ini akan
berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada orang lain
(others acceptance attitude).
Sebuah penelitian yang melibatkan 2043 orang guru dan
mahasiswa calon guru program S1, diperoleh fakta bahwa keyakinan
terhadap kemampuan pribadi guru dan calon guru dalam membangkitkan
minat belajar siswa-siswanya berkolerasi positif dan signifikan dengan
hasil belajar siswa-siswa tersebut. Artinya, responden yang berkeyakinan
bahwa dirinya mampu mengajar dan menyingkirkan segala hambatan
pengajaran efikasi-kontekstual yang ada, telah menimbulkan gairah belajar
para siswa (Syah, 2002:233). Sebaliknya, penelitian yang memakan waktu
dua tahun di Australia itu, membuktikan bahwa guru dan calon guru yang
kurang memiliki keyakinan terhadap kemampuan keguruannya telah
menyebabkan merosotnya prestasi belajar para siswa. Penelitian ini telah
berhasil membuktikan dugaan (hipotesis) bahwa efikasi para mahasiswa
calon guru pada umumnya lebih rendah daripada para guru yang telah
bertugas. Implikasinya ialah bahwa program pendidikan keguruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(preservice education) masih perlu menambah ”jam terbang” praktik
mengajar kepada para mahasiswa calon guru (Syah, 2002:234).
2. Hubungan Kemampuan Interaksi dengan Kompetensi Keguruan
Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pengajar (guru) di satu pihak dengan warga belajar
(siswa) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Manusia
(siswa) ingin belajar untuk memperoleh perubahan tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif, maka ada orang (guru) yang
bertugas membantu dalam mengajar atau menyediakan kondisi yang
merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa (subjek belajar)
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum
yang direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan
umum jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas
mengajar, sesuai dengan kebutuhan dan tata karma yang berlaku dan
kecakapan fisik khusus yang meliputi ketrampilan-ketrampilan ekspresi
verbal (pernyataan lisan) dan non verbal (pernyataan tindakan) tertentu
yang direfleksikan guru terutama ketika mengelola proses belajar
mengajar.
Dikemukakan oleh Peters, proses dan hasil belajar siswa
bergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
interaksi belajar-mengajarnya (Sudjana, 1989:22). Pendapat ini diperkuat
oleh Hilda Taba (Mouly, 1973:313) yang menyatakan bahwa keefektifan
pengajaran dipengaruhi oleh : (a) karakteristik guru dan siswa, (b) bahan
pelajaran dan (c) aspek lain yang berkenaan dengan situasi pelajaran. Jadi,
terdapat hubungan yang positif antara penguasaan bahan oleh guru dengan
kompetensi keguruannya.
3. Hubungan Nilai Prasyarat PPL II dengan Kompetensi Keguruan
Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) yang merupakan
kompetensi utama yang wajib dimiliki setiap calon guru dan guru
professional karena mengandung bermacam-macam pengetahuan baik
yang bersifat deklaratif maupun yang bersifat prosedural yang
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu : ilmu pengetahuan kependidikan
dan ilmu pengetahuan materi bidang studi.
Ilmu kependidikan terdiri atas dua macam, yaitu : pengetahuan
kependidikan umum meliputi ilmu pendidikan, psikologi pendidikan,
administrasi pendidikan dan seterusnya (tidak langsung berhubungan
dengan program belajar mengajar) dan pengetahuan kependidikan khusus
meliputi metode mengajar, metodik khusus pengajaran materi tertentu,
teknik evaluasi, praktik keguruan dan sebagainya (langsung berhubungan
dengan praktik pengelolaan PBM). Ilmu pengetahuan materi bidang studi
meliputi semua bidang studi yang akan menjadi keahlian atau pelajaran
yang akan diajarkan oleh guru yang seyogyanya dikaitkan langsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dengan pengetahuan kependidikan khusus terutama dengan metodik
khusus dan praktik keguruan.
Kompetensi keguruan merupakan hal yang dapat dilatih secara
langsung dalam tahap pendidikan pra jabatan guru yang harus dilatihkan
secara bertahap dan terintegrasi mulai dari pembentukan berbagai unsure
kemampuan, penghayatan sikap dan nilai melalui berbagai mata kuliah
dan kemudian dilanjutkan dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL).
Pelaksanaan PPL dilakukan sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang
memadai dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai
guru, seperti penguasaan landasan kependidikan, penguasaan bidang studi
dan pengelolaan proses pembelajaran. Berdasarkan hal ini, maka penulis
mempunyai asumsi bahwa ada hubungan antara nilai prasyarat PPL
dengan kompetensi mahasiswa yang sudah berpraktik.
F. Kerangka Berpikir
Pembentukan kompetensi keguruan merupakan hasil dari proses yang
bertahap mulai dari pembentukan berbagai unsur kemampuan, penghayatan
sikap dan nilai-nilai melalui berbagai mata kuliah dan kemudian dalam latihan
PPL dari latihan ketrampilan terbatas (PPL I), pengenalan lapangan dan
latihan ketrampilan secara terintegrasi.
Kompetensi keguruan terdiri atas kompetensi personal-sosial,
kompetensi pedagogi dan kompetensi profesional. Kompetensi personal
adalah sikap kepribadian yang mantap dan patut diteladan (yang harus dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
guru) sehingga guru mampu menjadi sumber identifikasi sumber. Kompetensi
sosial adalah kemampuan interaksi dan berkomunikasi sosial guru dengan
siswa, sesama guru, kepala sekolah, pegawai TU, dan anggota masyarakat di
lingkungannya. Kompetensi profesional adalah pengetahuan yang luas dan
dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta
penguasaan metodologis dalam arti memiliki konsep teoritik yang tepat serta
mampu menggunakannya dalam proses belajar-mengajar yang dapat dilatih
secara langsung dalam pendidikan pra jabatan guru. Selain itu, untuk mampu
menjalankan kewenangan personal-sosial dan kewenangan profesionalnya,
sebagai dasar dan landasannya, guru dituntut untuk memiliki keanekaragaman
kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis, yaitu kompetensi kognitif,
kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik.
Kompetensi kognitif atau ranah cipta mengandung bermacam-macam
pengetahuan baik yang bersifat deklaratif maupun prosedural. Keduanya
merupakan kategori pengetahuan kependidikan dan pengetahuan bidang studi
yang akan diajarkan dan diperoleh di bangku kuliah. Ukuran-ukuran yang
digunakan dalam kompetensi kognitif biasanya dilihat dari kemampuan
pemahaman terhadap ilmu pengetahuan kependidikan dan ilmu pengetahuan
materi bidang studi. Secara konkret dapat dilihat dari perolehan nilai akademik
siswa dalam proses belajar mengajar (nilai prasyarat PPL).
Pada kompetensi afektif meliputi seluruh fenomena perasaan dan
emosi seseorang terhadap dirinya sendiri dan orang lain : sikap dan persepsi
seorang guru terhadap dirinya sendiri yang merupakan deskripsi kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
guru yang bersangkutan (self-concept); pandangan dan penilaian seorang guru
mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya (self-esteem); keyakinan
guru terhadap keefektifan kemampuannya sendiri dalam membangkitkan
gairah dan kegiatan para siswanya (self-efficacy) yang berhubungan dengan
kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar dirinya
ketika ia mengajar, artinya keyakinan guru terhadap kemampuannya sebagai
pengajar profesional bukan hanya dalam hal menyajikan materi pelajaran di
depan kelas saja, melainkan juga dalam hal memanipulasi (mendayagunakan)
keterbatasan ruang, waktu dan peralatan yang berhubungan dengan proses
belajar mengajar (teacher efficacy atau contextual efficacy); kecenderungan
positif atau negatif terhadap dirinya sendiri berdasarkan penilaian yang lugas
atas bakat dan kemampuannya (self-acceptance attitude) yang diiringi dengan
rasa puas terhadap kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri guru tersebut.
Sikap ini akan berpengaruh secara psikologis terhadap sikap penerimaan pada
orang lain (others acceptance attitude).
Kompetensi ranah karsa guru terdiri atas kecakapan fisik umum yang
direfleksikan (dan diwujudkan) dalam bentuk gerakan dan tindakan umum
jasmani guru yang tidak langsung berhubungan dengan aktivitas mengajar,
sesuai dengan kebutuhan dan tata krama yang berlaku dan kecakapan fisik
khusus yang meliputi ketrampilan-ketrampilan ekspresi verbal (pernyataan
lisan) dan non verbal (pernyataan tindakan) tertentu yang direfleksikan guru
terutama ketika mengelola proses belajar-mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Salah satu kompetensi keguruan yang masih harus dimiliki oleh
seorang guru maupun calon guru, yaitu kompetensi pedagogi. Di dalam
pelaksanaan pendidikan, baik itu formal, nonformal atau informal peranan
guru sangatlah penting. Kompetensi pedagogi bagi seorang pendidik atau guru
nampak terlihat dalam penampilannya sebagai seorang guru (pendidik).
Pedagogi adalah kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran dalam
pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara
mengajar di sekolah (www.wikipedia.com).
Pedagogi merupakan satu ilmu yang luas dan mendalam. Pada
lazimnya, seorang calon guru akan menerusi teori pembelajaran dan
pengajaran serta hakikat pengajaran sebelum menjadi guru. Di samping itu, ia
pun harus mempelajari hal-hal yang berkaitan juga dengan organisasi sekolah,
kurikulum sekolah, metode pengajaran, interaksi belajar-mengajar dan lain
sebagainya.
Ciri-ciri yang harus dimiliki guru dalam kompetensi pedagogi adalah
sebagai berikut.
1. Adanya kewibawaan yang terpancar daripada dirinya terhadap anak didik.
Ciri ini akan mengundang ketaatan, karena ciri ini akan cocok dengan
ketakberdayaan anak. Dengan kata lain, kewibawaan itu harus berbanding
dengan ketakberdayaan anak didik.
2. Mengenal anak didiknya
Seorang guru yang menghadapi anak secara perorangan itu harus mampu
mengenalnya secara khusus pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Mau membantu anak didiknya
Seorang guru yang tidak memiliki ciri ini dikhawatirkan akan bertindak
terlalu dominan (mempengaruhi sekali), sehingga ia lupa akan hal penting
dalam pendidikan, yaitu bahwa setiap anak pada dasarnya ingin menjadi
dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, ingin bertanggungjawab sendiri, dan
ingin menentukan diri sendiri. Akan tetapi, ia tahu bahwa siswa itu belum
mampu untuk itu dan karena itu perlu bantuan.
Jika diilustrasikan dalam gambar, maka model penelitian ini adalah
sebagai berikut :
G. Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang positif antara sikap guru praktikan dengan
kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL.
2. Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan interaksi belajar-
mengajar dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL.
3. Terdapat hubungan yang positif antara nilai mata kuliah prasyarat PPL
II dengan kompetensi keguruan pada guru praktikan PPL.
Sikap guru Praktikan
Kemampuan Interaksi Belajar
Mengajar
Nilai mata kuliah Prasyarat PPL II
Kompetensi Keguruan pada Guru Praktikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini termasuk dalam
penelitian :
1. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya hanya bersifat
sekedar mengungkapkan fakta.
2. Studi Kasus, yaitu penelitian terhadap subjek tertentu dengan cara
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subjek penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma, Mrican -
Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2007
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru praktikan PPL periode
Februari-Mei 2007 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah sikap guru praktikan, kemampuan interaksi
belajar-mengajar, nilai mata kuliah prasyarat PPL II dan kompetensi
keguruan pada guru praktikan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sekumpulan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2003:55). Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa peserta PPL II Universitas Sanata Dharma
Program Studi Pendidikan Akuntansi periode Februari-Mei 2007 yang
berjumlah 33 orang.
E. Variabel Penelitian dan Operasionalnya
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian atau
faktor-faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Variabel bebas atau independent variable yaitu :
1). Sikap Guru Praktikan
Tabel 1 : Kisi-kisi Variabel Sikap Guru Praktikan
Indikator Nomor Instrumen Kuesioner Afeksi 1, 4, 5, 12, 13, 17, 18, 20 Kognisi 2, 3, 10, 11, 19 Perilaku 6, 7, 8, 9, 14, 15, 16
2). Kemampuan Interaksi Guru Praktikan
Tabel 2 : Kisi-kisi Variabel Kemampuan Interaksi Guru Praktikan
Indikator Nomer Instrumen Kuesioner Verbal 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18
Tindakan 1, 2, 3, 4, 10, 14, 19, 20
3). Nilai mata Kuliah Prasyarat PPL II Guru Praktikan
Tabel 3 : Kisi-kisi Variabel Nilai Mata Kuliah Prasyarat PPL II Guru
Praktikan
Indikator Nomor Instrumen Kuesioner Mata Kuliah Dasar Keahlian 1, 2, 3, 4 Proses Belajar Mengajar 5, 6, 7, 8 Bidang Studi 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20
b. Variabel terikat atau dependent variable
Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL
Tabel 4 : Kisi-kisi Variabel Kompetensi Keguruan Guru Praktikan PPL
Indikator Nomor Instrumen Kuesioner
Personal 1, 7, 8, 10, 11 Sosial 3, 5, 6 Profesional 1, 2, 4, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 20 Pedagogi 14,16, 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2. Pengukuran
a. Pengukuran sikap guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-
mengajar guru praktikan dan kompetensi mengajar guru praktikan
menggunakan skala likert dengan memberikan skor 1 sampai dengan 4
pada setiap pertanyaan.
Pengukuran tersebut adalah :
Kriteria Jawaban Skor Positif
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
b. Pengukuran nilai mata kuliah prasyarat PPL II dilakukan dengan
menjumlahkan nilai keseluruhan dari mata kuliah prasyarat yang ada,
lalu dibagi dengan jumlah mata kuliah prasyarat atau nilai indeks
prestasi kumulatif nilai prasyarat PPL.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner/angket
Kuesioner/angket adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan
sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi
dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya.
Melalui cara yang dimaksudkan untuk mendapatkan data variabel sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
guru praktikan, kemampuan interaksi belajar-mengajar dan nilai mata
kuliah prasyarat PPL II dan kompetensi keguruan guru praktikan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda tertulis
yang tersedia di kampus guna melengkapi data tentang gambaran umum
kampus Universitas Sanata Dharma.
3. Wawancara
Wawancara adalah metode tanya jawab langsung kepada mahasiswa,
dosen, dan karyawan guna mendapatkan keterangan tambahan tentang
gambaran umum kampus Universitas Sanata Dharma
G. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1999). Alat ukur
dikatakan valid bila dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat dan akurat
sesuai dengan maksud dan tujuan dilakukannya pengukuran.
Validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi yang dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi
instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
untuk memilih item yang berkualitas maka perlu dilakukan seleksi item.
Seleksi item dapat diketahui setelah dilakukan uji coba item dan analisis item.
Uji coba item dilakukan pada sekelompok subjek yang memiliki karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
yang relatif mirip dengan subjek yang akan diukur. Sementara itu, analisis
item dilakukan dengan korelasi antara skor item dengan skor total dengan
pendekatan internalconsistency. Teknik yang digunakan adalah korelasi
Product Moment dari Pearson dengan koefisien korelasi rxy (Azwar, 1999).
Kriterium yang digunakan adalah skor total dibandingkan dengan skor setiap
item.
{ }{ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 )()(
))((
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y x = masing-masing variabel bebas y = variabel terikat n = jumlah sampel
Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian tersebut valid atau
tidak, maka ketentuannya sebagai berikut :
a. Jika rhitung > rtabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
penelitian dikatakan valid.
b. Jika rhitung < rtabel dengan taraf keyakinan 95 % maka instrumen
penelitian dikatakan tidak valid.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan komputasi melalui
program SPSS versi 11.5.
Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel sikap
guru praktikan PPL, dari 20 item pernyataan, setelah diujicobakan kepada 25
responden diperoleh harga koefisien korelasi mulai dari 0.366 sampai 0.799.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Dari harga-harga koefisien korelasi tersebut, ternyata semuanya dinyatakan
valid.
Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel
kemampuan interaksi belajar-mengajar guru praktikan PPL, dari 20 item
pernyataan, setelah diujicobakan kepada 25 responden diperoleh harga
koefisien korelasi mulai dari 0.197 sampai 0.821. Dari harga-harga koefisien
korelasi tersebut, ternyata ada 17 item yang dinyatakan valid yaitu item 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 19, sedangkan item lainnya
yaitu item 1, 18 dan 20 dinyatakan tidak valid dan untuk selanjutnya ketiga
item tersebut tidak diikutsertakan dalam angket penelitian selanjutnya.
Dalam penelitian ini, untuk variabel bebas nilai mata kuliah prasyarat
PPL, tidak ikut diuji validitas karena hasil yang sudah diperoleh berdasarkan
data dari responden sudah merupakan data yang sebenarnya.
Dari hasil korelasi product momentnya Pearson untuk variabel
kompetensi keguruan guru praktikan, dari 20 item pernyataan, setelah
diujicobakan kepada 25 responden diperoleh harga koefisien korelasi mulai
dari 0.267 sampai 0.826. Dari harga-harga koefisien korelasi tersebut, ternyata
semuanya dinyatakan valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas
menggunakan sistem konsistensi internal belah dua dengan rumus Cronbach.-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Alpha. Pengujian reliabilitas didasarkan pada rumus Cronbach.-Alpha
(Umar,2002 : 125) dengan rumus sebagai berikut.
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
= ∑ 22
11 1)1( tb
kkr
σσ
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ 2bσ = jumlah varians butir
2tσ = varians total
Uji reliabilitas dalam penelitian dilakukan dengan komputasi melalui
program SPSS versi 11.5.
Hasil perhitungan reliabilitas diinterpretasikan dengan tingkat
keandalan koefisien korelasi (Arikunto, 1993 : 223) adalah sebagai berikut :
nilai yang terletak antara 0,000-0,199 dianggap mempunyai hubungan yang
sangat rendah, nilai r antara 0,200-0,399 mempunyai hubungan yang rendah,
nilai r antara 0,400-0,599 mempunyai hubungan yang sedang, nilai r antara
0,600-0,799 mempunyai hubungan yang kuat dan nilai r antara 0,800-1,000
mempunyai hubungan yang sangat kuat.
Dari butir-butir yang sahih sebanyak 20 butir diperoleh hasil keandalan
angket sikap guru praktikan sebesar 0,9116 dengan interpretasi sangat kuat
yang berarti angket sikap guru praktikan memadai untuk dipakai penelitian
sebenarnya.
Dari butir-butir yang sahih sebanyak 17 butir diperoleh hasil keandalan
angket kemampuan interaksi belajar-mengajar guru praktikan sebesar 0,8967
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dengan interpretasi sangat kuat yang berarti angket kemampuan interaksi guru
praktikan memadai untuk dipakai penelitian sebenarnya.
Dari butir-butir yang sahih sebanyak 20 butir diperoleh hasil keandalan
angket kompetensi keguruan guru praktikan sebesar 0,9056 dengan
interpretasi sangat kuat yang berarti angket kompetensi keguruan guru
praktikan memadai untuk dipakai penelitian sebenarnya.
Agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari yang
seharusnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis korelasi
yaitu uji normalitas.
H. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi Data
Untuk mendeskripsikan sikap guru praktikan, kemampuan interaksi
belajar-mengajar dan nilai mata kuliah prasyarat PPL II dengan
kompetensi keguruan pada guru praktikan yang menggunakan Penilaian
acuan Patokan (PAP II)
2. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring berdistribusi
normal, maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sudjana bahwa asumsi normalitas perlu dicek
kebenarannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
dipertanggungjawabkan (Sudjana, 1996 : 291). Dalam uji normalitas ini
digunakan rumus chi-kuadrat (Sugiyono, 2002 : 226) , yaitu :
∑⎭⎬⎫
⎩⎨⎧ −
=fn
fhfoX2
2 )(
Keterangan : X2 = chi-kuadrat Fo = frekuensi yang diobservasi Fh = frekuensi yang diharapkan Apabila harga chi-kuadrat yang diperoleh melalui perhitungan lebih
kecil dari harga chi-kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5% pada derajat
kebebasan jumlah kelas interval dikurangi satu (k-1), maka data dari
variabel tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya, jika harga chi-kuadrat
melalui perhitungan atau observasi lebih besar daripada harga chi-kuadrat
tabel, maka data variabel tersebut berdistribusi tidak normal.
3. Uji Hipotesis
Analisis kuantitatif yang digunakan antara lain :
a. Analisis korelasi rank dari Spearman atau korelasi tata jenjang,
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sekaligus terkait
dengan hipotesis pertama, kedua, dan hipotesis ketiga, penulis
menggunakan teknik koefisien korelasi rank dari Spearman
(Arikunto, 2006 : 278) dengan rumus sebagai berikut.
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
−−= ∑
)1(61 2
2
nnd
r is
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
di = perbedaan dalam rank yang diberikan kepada 2
karakteristik yang berbeda dari individu atau fenomena ke i.
n = banyaknya individu / fenomena yang diberi rank.
Rumusan hipotesisnya :
Ho = tidak ada hubungan (korelasi) antara variabel X dan
variabel Y atau angka korelasi 0
Ha = ada hubungan (korelasi) antara variabel X dan variabel Y
ata angka korelasi tidak 0
Uji korelasi tata jenjang ini menggunakan SPSS versi 11,5. Arah
korelasi dinyatakan dalam tanda + (plus) dan – (minus). Tanda +
menunjukkan adanya korelasi sejajar searah dan tanda – menunjukkan
korelasi sejajar berlawanan arah (Arikunto, 2006:279).
Korelasi + : ”makin tinggi nilai X, makin tinggi nilai Y” atau
”kenaikan nilai X diikuti kenaikan nilai Y”.
Korelasi - : ”makin tinggi nilai X, makin rendah nilai Y, atau
”kenaikan nilai X, diikuti penurunan nilai Y”.
Ada tidaknya korelasi, dinyatakan dalam angka pada indeks. Betapa
pun kecilnya indeks korelasi, dapat diartikan bahwa antara kedua
variabel yang dikorelasikan, terdapat adanya korelasi. Makin besar
angka dalam indeks korelasi, semakin tinggi korelasi kedua variabel
yang dikorelasikan.
Dengan anggapan bahwa koefisien korelasi rank sebenarnya ρs (=
Rho s), akan sebesar nol dengan tingkat signifikansi 5%, dapat diuji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
dengan membandingkan angka probabilitas yang didapat dari hasil
komputasi dengan tingkat signifikansi. Apabila angka probabilitas
signifikan di bawah 0,05 (signifikan < 0,05), maka Ho ditolak atau
sebenarnya ada hubungan antara variabel X dan Y, demikian juga
sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Dari PTPG ke Universitas
Pada tahun 1955 didirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG)
Sanata Dharma dan mulai bulan November 1958 pemerintah mengubah nama
PTPG Sanata Dharma menjadi FKIP dengan alasan PTPG bukanlah nama
suatu instansi perguruan tinggi. Berkaitan dengan hal itu, nama PTPG Sanata
Dharma berganti menjadi FKIP Sanata Dharma. Namun muncul persoalan,
“Mana Universitasnya?”, guna mengatasi persoalan itu, muncul gagasan untuk
membentuk Univ