99
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI APENDISITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BADUNG PROVINSI BALI TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Farmasi Oleh: I Made Suryana Firdaus NIM : 098114055 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA

PASIEN OPERASI APENDISITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD BADUNG PROVINSI BALI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

I Made Suryana Firdaus

NIM : 098114055

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

i

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PADA

PASIEN OPERASI APENDISITIS AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD BADUNG PROVINSI BALI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

I Made Suryana Firdaus

NIM : 098114055

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

iv

Segala perkara dapat

kutanggung di dalam Dia yang

memberi kekuatan kepadaku.

Filipi 4 : 13

Sebuah tulisan yang dipersembahkan untuk :

Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku. Pekak, Dadong, Oma, Almarhum Opa, Bapak, Ibu, Adik yang selalu ku sayangi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

vii

PRAKATA

Syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugerahnya yang telah Ia

berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi

Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien Operasi Apendisitis Akut di

Instalasi Rawat Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011” ini dengan baik

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

dalam Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung antara lain berupa materi, waktu, tenaga, moral, maupun spiritual.

1. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M. Kes. selaku dosen pembimbing dan

dosen penguji atas segala kesabaran, bimbingan, waktu, tenaga, dan masukan

yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi.

2. Aris Widayati, M. Si., Ph, D. dan Dita Maria Virginia, M. Sc., Apt. selaku

dosen penguji atas bimbingan dan waktu yang diberikan kepada penulis

hingga menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepala Badan Kesbanglinmas Provinsi Yogyakarta, Kepala Badan

Kesbangpol Provinsi Bali, Kepala Badan Kesbangpolinmas Kabupaten

Badung atas izin penelitian yang telah diberikan.

4. Direktur, Kepala dan Staf Instalasi Rekam Medik dan Administrasi, Dokter

Bedah, Kepala Instalasi Farmasi, dan Kepala Kamar Bedah atas izin dan

bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

viii

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun

semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi

PRAKATA .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

INTISARI................................................................................................ xvii

ABSTRACT .............................................................................................. xviii

BAB I PENGANTAR ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

1. Permasalahan ........................................................................ 2

2. Keaslian Penelitian ................................................................ 3

3. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

B. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

1. Tujuan Umum ....................................................................... 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

x

2. Tujuan Khusus ...................................................................... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..................................................... 7

A. Antibiotika .................................................................................. 7

1. Pengertian.............................................................................. 7

2. Penggolongan Antibiotika..................................................... 7

3. Prinsip Penggunaan Antibiotika............................................ 9

4. Mekanisme Kerja Antibiotika ............................................... 10

B. Apendiks

1. Anatomi Usus Besar.............................................................. 11

2. Anatomi Apendiks ................................................................ 13

3. Fisiologi Apendiks ................................................................ 14

C. Apendisitis Akut ......................................................................... 15

1. Pengertian.............................................................................. 15

2. Manifestasi Klinik ................................................................. 15

3. Penatalaksanaan terapi .......................................................... 16

D. Operasi Apendisitis Akut ............................................................ 16

E. Antibiotika Profilaksis ................................................................ 18

1. Pengertian.............................................................................. 18

2. Prinsip Pemberian Antibiotika Profilaksis pada

Pasien Operasi Apendisitis Akut........................................... 18

3. Antibiotika Profilaksis Pilihan .............................................. 19

F. Keterangan Empiris ..................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xi

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 21

B. Definisi Operasional ................................................................... 21

C. Subyek Penelitian ........................................................................ 22

D. Bahan Penelitian ......................................................................... 23

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 23

F. Lokasi Penelitian ......................................................................... 23

G. Tata Cara Penelitian .................................................................... 23

1. Tahap persiapan .................................................................... 23

2. Tahap pengambilan data ....................................................... 24

3. Tahap penyelesaian data ....................................................... 24

H. Tata Cara Analisis Hasil ............................................................. 24

1. Jumlah pasien operasi apendisitis akut ................................. 25

2. Karakteristik demografi pasien ............................................. 25

3. Jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian

antibiotika profilaksis ............................................................ 26

4. Kesesuaian pemilihan dan penggunaan

antibiotika profilaksis ............................................................ 27

5. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan

antibiotika profilaksis ............................................................ 28

I. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 30

A. Karakteristik Demografi Pasien .................................................. 31

1. Usia pasien ............................................................................ 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xii

2. Jenis kelamin pasien.............................................................. 31

3. Keluhan pasien ...................................................................... 32

4. Lama keluhan pasien ............................................................. 33

5. Lama perawatan pasien ......................................................... 33

B. Jenis, Waktu, Cara dan Lama Pemberian Antibiotika Profilaksis 34

1. Jenis antibiotika..................................................................... 34

2. Waktu pemberian .................................................................. 35

3. Cara pemberian ..................................................................... 35

4. Dosis pemberian .................................................................... 36

5. Lama pemberian .................................................................... 37

C. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis. 37

1. Jenis antibiotika..................................................................... 38

2. Waktu pemberian .................................................................. 39

3. Cara pemberian ..................................................................... 40

4. Dosis pemberian .................................................................... 40

5. Lama pemberian .................................................................... 42

D. Faktor-faktor yang Mendasari Pemilihan Antibiotika Profilaksis 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 47

A. Kesimpulan ................................................................................. 47

B. Saran............................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49

LAMPIRAN ............................................................................................ 54

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut

kelompok usia di RSUD Badung tahun 2011…………………...

31

Tabel II. Distribusi jumlah pasien apendisitis akut menurut jenis kelamin

di RSUD Badung tahun 2011………………………………

32

Tabel III. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut

keluhan di RSUD Badung tahun 2011…………………………..

33

Tabel IV. Distribusi jumlah pasien di RSUD Badung tahun 2011 menurut

lamanya keluhan sakit ………....………………………………...

33

Tabel V.

Tabel VI.

Lama perawatan pasien operasi apendisitis akut RSUD Badung

tahun 2011………………………………………...……………...

Distribusi jenis antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis

tunggal pada pasien operasi apendisitis akut di RSUD Badung

tahun 2011 …………………………………………….................

34

35

Tabel VII. Distribusi waktu pemberian antibiotika sebelum operasi dan

setelah operasi di RSUD Badung tahun 2011 ………….......…...

35

Tabel VIII. Distribusi cara pemberian antibiotika di RSUD Badung tahun

2011 …………...................................................................………

36

Tabel IX. Distribusi dosis pemberian antibiotika profilaksis di RSUD

Badung tahun 2011 …….………………………………...……...

37

Tabel X. Distribusi jumlah antibiotika profilaksis pada lama pemberian 24

jam dan lebih dari 24 jam di RSUD Badung tahun 2011.………..

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xiv

Tabel XI. Distribusi jumlah kasus menurut jenis antibiotika profilaksis

yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO 2009;

Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 1999) di RSUD Badung tahun

2011................................................................................................

39

Tabel XII. Distribusi jumlah kasus menurut waktu pemberian antibiotika

profilaksis yang sesuai dan tidak sesuai Standar Pelayanan

Medik RSUD Badung dan pedoman umum (WHO 2009; Kanji,

et al., 2008; dan ASHP, 1999) di RSUD Badung tahun 2011..…..

40

Tabel XIII. Kesesuaian dosis pasien pediatri operasi apendisitis akut RSUD

Badung tahun 2011........................................................................

41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Usus Besar......................................................……...…... 11

Gambar 2. Anatomi Apendiks...........................................................................

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar kerja untuk pengumpulan data ………………………… 54

Lampiran 2. Data pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RSUD

Badung tahun 2011………..…………...………………………..

55

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pediatri Menurut Umur. 63

Lampiran 4. Hasil wawancara dengan Dokter Bedah I …………..................... 64

Lampiran 5. Hasil wawancara dengan Dokter Bedah II .................………….. 66

Lampiran 6. Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Instalasi Farmasi .... 68

Lampiran 7. Hasil wawancara mendalam dengan Wakil Kepala Kamar

Bedah ……………………………………………………………

70

Lampiran 8. Pedoman wawancara dengan Dokter Bedah, Kepala Instalasi

Farmasi, dan Kepala Kamar Bedah...............................................

71

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.....................................................................................

73

74

75

76

77

78

79

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Provinsi Bali..................................................................................

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Perlindungan Masyarakat Kabupaten Badung .............................

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Lampiran 15.

Surat Izin Penelitian dari RSUD Badung....................................

Persetujuan Hasil Wawancara Dokter Bedah..............................

Persetujuan Hasil Wawancara Kepala Instalasi Farmasi.............

Persetujuan Hasil Wawancara Kepala Kamar Bedah..................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xvii

INTISARI

Tingginya jumlah operasi apendisitis akut serta besarnya risiko Surgical

Site Infections (SSI) maka pemberian antibiotika profilaksis menjadi penting.

Ketepatan pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis harus diperhatikan.

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran pemilihan, penggunaan, serta

mengevaluasi antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut.

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan

deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien

apendisitis akut, dengan kriteria inklusi yang menjalani operasi apendisitis akut di

RSUD Badung tahun 2011 dan menggunakan antibiotika profilaksis. Kriteria

eksklusinya adalah operasi apendisitis akut yang dilakukan bersama dengan operasi

lainnya. Kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis yaitu jenis,

waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika dibandingkan dengan pedoman

ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013), WHO Guidelines for Safe Surgery

(WHO, 2009), dan Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008).

Faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis diperoleh dengan

melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi

farmasi.

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik demografi pasien adalah 31%

(n= 90) pasien berusia antara 16-25 tahun, 52% perempuan dan 48% laki-laki.

Semua pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah, 50% dengan lama keluhan 2

hari, dan rata-rata lama perawatan 2-3 hari. Jenis antibiotika profilaksis yang

digunakan adalah sefotaksim 92% (n= 90). Pemberian lebih dari 1 jam sebelum

operasi 5%, seluruhnya diberikan secara intravena, 53% pada dosis 2 gram, dan

seluruhnya diberikan hanya satu kali sebelum operasi. Faktor pemilihan jenis

antibiotika profilaksis adalah jarang menimbulkan reaksi alergi dan harga yang

terjangkau serta ketersediaan antibiotika.

Kesimpulan adalah pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis di

RSUD Badung belum sesuai dengan pedoman.

Kata kunci: antibiotika, antibiotika profilaksis, apendisitis akut, evaluasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

xviii

ABSTRACT

The high number of acute apendicitis surgery as well as the magnitude of

the risk of acute appendicitis surgery then admistering antibiotic phrophylaxis

becomes important. The precision of the selection and use of

antibiotic prophylaxis to prevent infection after operation must be observed. The

purpose of this research is to gain an overview of the selection, use, and evaluate

of antibiotic prophylaxis in patients following acute appendicitis surgery.

This study is non-experimental study with retrospective descriptive

evaluative design. The subjects of this study are patients of acute appendicitis, with

the inclusion criteria is underwent acute appendicitis in RSUD Badung on 2011

and used antibiotic prophylaxis. The exclusion criteria is acute appendicitis

surgery conducted jointly with other surgery or who did not receive

antibiotic prophylaxis. The suitability of the selection and use

of antibiotic prophylaxis that is type, time, way, dosage, and granting a

long antibiotic compared to guidelines ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP,

2013), WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), and Antimicrobial

Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008). The factors that underlie the selection

of antibiotic prophylaxis is obtained by conducting interviews on the surgeon, the

head of the surgical room and head of pharmaceutical installations.

Based on the results of the study, demographic characteristics of

patients was 31% (n= 90) patients between the ages of 16-25 years

old, 52% female and 48% male. All of the patients complained of right lower

abdominal, 50% with a long complaints of 2 days, and the average of the length

treatments is 2-3 days. The type of antibiotic prophylaxis used

were cefotaxim 92% (n = 90). Giving more than 1 hour before surgery 5%, all

patients were given intravenous route of administration, 53% at doses

of 2 grams, and all patients were given only one time before surgery. Factor of

choice type of antibiotic prophylaxis is rarely cause allergic reactions, an

affordable price and antibiotic availability.

The conculusion is the selection and the use of antibiotic prophylaxis in the

RSUD Badung has not been accordance with the guidelines.

Key words: antibiotic, antibiotic prophylaxis, acute appendicitis, evaluation

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah

abdomen darurat (Smeltzer, 2009). Apendisitis akut memerlukan tindak bedah

segera untuk mencegah komplikasi. (Sjamsuhidajat, 2010).

Apendisitis akut banyak terjadi di berbagai negara. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Laal dan Mardanloo (2009) di RS Sina Tehran, Iran diperoleh

bahwa apendisitis akut sebagai penyebab terbanyak kasus nyeri akut abdomen,

yaitu sebesar 56,8% (n= 139) (Laal, et al., 2009). Penelitian lain yang dilakukan

oleh Mangema Junias R. S (2009) memperoleh hasil bahwa terdapat 51 pasien

apendisitis yang telah melakukan operasi apendisitis akut di RS Pendidikan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Frekuensi kejadian dari 51

subyek yang diteliti adalah pada laki-laki sebesar 23 orang (45,1%) dan pada

perempuan sebesar 28 orang (54,9%) (Junias, 2009). Menurut Centers for

Diseases Control and Prevention (CDC) diperkirakan ada 500.000 kasus Surgical

Site Infections (SSI) tiap tahunnya di United States yang menjadi penyebab

meningkatnya biaya perawatan yang diikuti dengan peningkatan morbiditas dan

mortalitas (Prokuski, 2005).

Antibiotika profilaksis diberikan untuk mencegah sebelum muncul tanda

dan gejala infeksi pada pasien yang berisiko tinggi maupun dari prosedur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

2

berisiko terjadinya infeksi (DiPiro et al, 2005). Antibiotika profilaksis digunakan

dalam operasi bedah untuk mencegah terjadinya infeksi pada daerah pembedahan

serta menurunkan tingkat mortalitas dan morbiditas.

Pemberian antibiotika profilaksis dinilai ketepatannya dengan mengetahui

jenis antibiotika profilaksis (indikasi dan pilihan terapi), dosis, rute pemberian,

waktu pemberian, durasi, dan frekuensi pemberian. Penggunaan antibiotika

profilaksis yang kurang tepat yaitu pemberian yang tidak tepat (terlalu awal atau

terlalu lama) dan jumlah dosis tidak mencukupi pada saat operasi menjadi salah

satu faktor risiko munculnya Surgical Site Infections (SSI) (Doherty et al, 2006).

Tempat Penelitian yang dipilih adalah RSUD Badung karena merupakan

Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit rujukan bagi wilayah Kabupaten

Badung sehingga banyak pasien yang berobat di rumah sakit ini. Dengan jumlah

pasien yang banyak dapat memberikan gambaran yang cukup lengkap dan jelas

mengenai penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien yang menjalani operasi

apendisitis akut. Selain daripada itu, dikarenakan juga penulis bertempat tinggal

dekat dengan rumah sakit tersebut sehingga memudahkan dalam penelitian.

1. Permasalahan

Masalah yang dapat dirumuskan adalah :

a. Bagaimana karakteristik demografi pasien operasi apendisitis akut di RSUD

Badung menurut usia, jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama

perawatan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

3

b. Bagaimana pola penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut terkait dengan jenis antibiotika, waktu, cara, dosis dan lama

pemberiannya?

c. Apakah penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis

akut di RSUD Badung tahun 2011 sudah sesuai dengan WHO Guidelines for

Safe Surgery (WHO, 2009) dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013)

dilihat dari jenis antibiotika profilaksis, waktu, cara, dosis dan lama pemberian

antibiotika profilaksis?

d. Apa saja faktor yang mempengaruhi pemilihan antibiotika profilaksis bagi

pasien operasi apendisitis akut RSUD Badung tahun 2011?

2. Keaslian Penelitian

Menurut penelusuran pustaka, penelitian berjudul “Evaluasi Penggunaan

Antibiotika Profilaksis Pada Pasien Operasi Apendisitis Akut di Instalasi Rawat

Inap RSUD Badung Provinsi Bali tahun 2011” belum pernah dilakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan dan perbedaan-perbedaannya dengan penelitian

ini antara lain:

a. Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Apendisitis Akut Di Bagian Bedah

RSU Saiful Anwar Malang (Fatmawati, 2007). Perbedaan penelitian tersebut

dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada tempat, periode, dan

subyek penelitian. Penelitian Fatmawati (2007) subyeknya adalah pasien

apendisitis akut yang menggunakan antibiotika dan analgetika di RSU Saiful

Anwar Malang sepanjang tahun 2005. Perbedaan penelitian ini dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

4

penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian ini menggunakan

subyek pasien apendisitis akut di RSUD Badung pada tahun 2011.

b. Studi Penggunaan Antibiotika pada Kasus Bedah Apendiks: Instalasi Rawat

Inap Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya (Imelda, 2008). Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pada tempat, periode

dan subyek penelitian. Subyek penelitian Imelda (2008) adalah pasien operasi

apendisitis baik yang akut maupun kronis yang menerima antibiotika

profilaksis dan antibiotika terapi di RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun 2006.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

penelitian ini menggunakan subyek pasien apendisitis akut di RSUD Badung

pada tahun 2011.

c. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada Pasien yang Menjalani

Operasi Apendisitis Akut di RS Panti Rapih tahun 2009 (Dewi, 2011).

Penelitian Dewi (2011) menggunakan subyek pasien apendisitis akut yang di

RS Panti Rapih Yogyakarta sepanjang tahun 2009. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian ini

menggunakan subyek pasien apendisitis akut di RSUD Badung pada tahun

2011.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya seperti tempat

penelitian yang berbeda akan memberikan informasi karakteristik demografi

subyek penelitian yang berbeda. Waktu atau periode penelitian yang berbeda akan

memberikan informasi karakteristik pola penggunaan antibiotika yang berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

5

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi

pengetahuan mahasiswa kesehatan mengenai gambaran penggunaan antibiotika

pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut serta dapat digunakan sebagai

data-data untuk bahan pembelajaran atau sebagai data-data acuan untuk penelitian

tentang antibiotika berikutnya.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan

pembanding untuk meningkatkan kualitas dan rasionalitas pemberian antibiotika

profilaksis pada operasi apendisitis akut di RSUD Badung.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendapat gambaran serta mengevaluasi pemilihan dan penggunaan

antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis akut pada tahun 2011 di

RSUD Badung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi pasien operasi apendisitis akut di

RSUD Badung berdasarkan usia, jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan

lama perawatan.

b. Mengidentifikasi pola pemakaian antibiotika profilaksis yang digunakan,

berikut jenis, waktu, cara, dosis dan lama pemberiannya.

c. Menilai kesesuaian jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika

profilaksis yang digunakan oleh pasien operasi apendisitis akut di RSUD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

6

Badung tahun 2011 dengan WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009),

dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

d. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika

profilaksis melalui wawancara mendalam dengan dokter bedah, Kepala

Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala Kamar Bedah RSUD Badung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antibiotika

1. Pengertian

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika

dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Antibiotika diartikan

sebagai obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya yang

merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab

infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi

mungkin. Dimana artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik bagi

mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia (Setiabudi, 2007).

2. Penggolongan Antibiotika

a. Berdasarkan aktivitasnya antibiotika dibagi dalam dua kelompok besar

yaitu:

1) Antibiotika berspektrum luas (Broad Spectrum), yaitu antibiotika yang

dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram negatif

maupun gram positif.

2) Antibiotika yang berspektrum sempit (Narrow Spectrum), yaitu

antibiotika yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

8

saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri

gram negatif saja atau gram positif saja (Pratiwi, 2008).

b. Berdasarkan fungsinya, antibiotika dibagi dalam dua kelompok yaitu :

1) Antibiotika profilaksis, yaitu antibiotika yang diberikan ketika terjadi

potensi terinfeksi. Potensi terinfeksi ditandai dengan penurunan jumlah

leukosit dari batas normal yakni ≤2000 sel/ml. Oleh karena itu, untuk

pengobatannya digunakan antibiotika dengan spektrum luas yakni

antibiotika yang sensitif terhadap bakteri gram negatif maupun positif

(Guiliano, 2012).

2) Antibiotika kuratif merupakan antibiotika yang diberikan ketika terjadi

infeksi. Positif terinfeksi dengan peningkatan jumlah leukosit dari

batas normal yakni >12000 sel/ml. Antibiotika empirik dan absolut

merupakan bagian dari antibiotika kuratif, yang membedakan kedua

antibiotika ini adalah dilakukan atau tidaknya tes kultur kuman.

antibiotika absolut merupakan antibiotika yang pemilihan dan

penggunaannya didasarkan pada jenis kuman hasil kultur, sehingga

memiliki tingkat selektifitas yang sangat tinggi (Katzung, 2007).

c. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika dikelompokkan beberapa

golongan yaitu golongan aminoglikosida, golongan beta-laktam, golongan

glikopeptida, golongan polipeptida, golongan polimiksin, golongan

kuinolon, golongan streptogramin, golongan oksazolidinon, golongan

sulfonamida, dan antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol,

klindamisin, dan asam fusidat (Tjay, 2007; WHO, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

9

d. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang bersifat

menghambat pertumbuhan mikroba, aktivitas bakteriostatik, dan ada yang

bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar

minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba

disebut Kadar Hambat Minimal (KHM). Kadar minimal yang diperlukan

untuk membunuh mikroba disebut Kadar Bunuh Minimal (KBM)

(Setiabudi, 2007).

3. Prinsip Penggunaan Antibiotika

Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan

utama, yaitu:

a. penyebab infeksi. Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah

berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman.

Hanya saja dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan

pemeriksaan mikrobiologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita

suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan

penanganan segera, pemberian antibiotika dapat segera dimulai setelah

pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan

kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis

dapat didasarkan pada educated guess.

b. faktor pasien. Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam

pemberian antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi,

daya tahan terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

10

beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui,

dan lain-lain (Anonim, 2013).

4. Mekanisme Kerja Antibiotika

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme kerja antibiotika secara

selektif meracuni sel kuman, antibiotika dikelompokkan sebagai berikut ini.

a. Mengganggu sintesis dinding sel. Jika sintesis dinding sel terganggu maka

dinding kuman menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan

osmosis dari plasma akibatnya sel pecah. Contohnya: kelompok penisilin

dan sefalosporin.

b. Mengganggu fungsi membran sel. Antibiotika mengganggu sintesis

molekul lipoprotein dari membran sel plasma (di dalam dinding sel)

sehingga membran menjadi lebih permeabel. Contohnya: polipeptida dan

polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidasol (mikonazol, ketokonazol, dan

lain-lain).

c. Mengganggu sintesis protein kuman, seperti kloramfenikol, tetrasiklin,

aminoglikosida, dan makrolida.

d. Mengganggu sintesis deoxyribonucleic acid (DNA) dan ribonucleic acid

(RNA), seperti rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, dan

asiklovir (DNA).

e. Sebagai antagonisme saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk

metabolisme kuman sehingga pertukaran zat menjadi terhenti. Contohnya:

sulfonamida, trimetoprim, dan isoniazid (Tjay, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

11

B. Apendiks

1. Anatomi Usus Besar

Gambar 1. Anatomi Usus Besar (Doherty, 2006).

Usus besar atau kolon yang panjangnya kira-kira satu setengah meter,

adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka, yaitu

tempat sisa makanan lewat, dimana normalnya katup ini tertutup dan akan terbuka

untuk merespon gelombang peristaltik dan menyebabkan defekasi atau

pembuangan. Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus

halus. Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang

memberi rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus

dari yang ada pada usus halus dan tidak memiliki vili. Di dalamnya terdapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

12

kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder

yang memuat sela cangkir (Sjamsuhidayat, 2010).

Usus besar terdiri dari :

a. Sekum

Sekum adalah kantung tertutup yang menggantung di bawah area katup

ileosekal. Apendiks vermiformis merupakan suatu tabung buntu yang sempit,

berisi jaringan limfoid, menonjol dari ujung sekum.

b. Kolon

Kolon adalah bagian usus besar, mulia dari sekum sampai rektum. Kolon

memiliki tiga bagian, yaitu :

1) Kolon asenden

Merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati sebelah kanan

dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.

2) Kolon transversum

Merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai

ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah pada

flkesura splenik.

3) Kolon desenden

Merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon

sigmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

13

4) Rektum

Rektum Adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan

panjang 12 sampai 13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan

membuka ke eksterior di anus (Sjamsuhidayat, 2010).

2. Anatomi Apendiks

Gambar 2. Anatomi Apendiks (Irga, 2007).

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

(4 inci), lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat di bawah katup

ileosekal. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan

posterior. Secara klinis, apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3

tengah garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

14

pusat. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun

demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan

menyempit ke arah ujungnya. Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari

cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri

apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh

karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus

(Sjamsuhidayat, 2010).

3. Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya

dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam

apendiks bersifat basa mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar

yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di

sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut

sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi. Namun demikian,

pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah

jaringan limfa di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran

cerna dan di seluruh tubuh. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri

secara teratur ke dalam sekum karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya

cenderung kecil, maka apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama

rentan terhadap infeksi (Sjamsuhidayat, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

15

C. Apendisitis Akut

1. Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah

abdomen darurat (Smeltzer, 2009). Baik pria maupun wanita mempunyai

kesempatan yang sama untuk menderita apendisitis akut, dengan perbandingan

jumlah antara pasien pria dan wanita sebanding (Craig, et al., 2010). Apendisitis

akut dapat terjadi akibat infeksi bakteria. Berbagai hal dapat berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus di samping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor

apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain

yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena

parasit seperti E.histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran

kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap

timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang

berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya

apendisitis akut (Irga, 2007; Sjamsuhidayat, 2010).

2. Manifestasi Klinik

Keluhan/manifestasi klinik yang biasa terjadi dalam apendisitis akut

adalah rasa nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan, mual yang

terkadang disertai muntah, anoreksia ataupun malaise, rasa nyeri tekan lokal pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

16

titik Mc. Burney, serta spasme otot, dan juga konstipasi atau justru diare (Brunner

et al, 2007).

3. Penatalaksanaan terapi

Penatalaksaan yang utama dari apendisitis akut setelah diagnosis

ditegakkan adalah apendiktomi. Apendiktomi (operasi pembedahan untuk

mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko

perforasi. Operasi ini berupa operasi laparaskopi apendisitis atau apendisitis akut

terbuka. Persiapan sebelum operasi pada pasien terdiri dari hidrasi yang memadai

dan pemberian antibiotika profilaksis. Pada pasien yang menjalani operasi

apendisitis akut diberikan antibiotika profilaksis, seperti sefositin atau sefotetan

untuk mencegah terjadinya infeksi setelah operasi. Antibiotika profilaksis

dihentikan pemberiannya 24 jam setelah operasi dilakukan. Jika ditemukan

perforasi atau gangren pada apendiksnya, pemberian antibiotika dapat dilanjutkan

lebih dari 24 jam setelah operasi hingga pasien sudah tidak mengalami demam

dan mempunyai jumlah leukosit yang normal (Humes, et al., 2006; Kozar, et al.,

2003).

D. Operasi Apendisitis Akut

Operasi apendisitis merupakan penanganan apendisitis yang dilakukan

dengan jalan operasi untuk mengangkat atau membuang apendiks (Kozar, et al.,

2003). Operasi apendisitis akut harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya

komplikasi yang lebih buruk. Hal ini dikarenakan apendisitis akut mempunyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

17

risiko untuk berkembang menjadi apendisitis perforasi pada setiap 12 jam

berikutnya setelah timbulnya gejala (Busch, et al., 2011; Papaziogas, et al., 2009).

Perforasi atau pecahnya apendiks ini dapat memungkinkan terjadinya komplikasi

seperti peritonitis umum atau abses.

Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan

observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila

dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan

laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan

dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer, 2009).

Operasi apendisitis terbuka dilakukan dengan membuat sebuah sayatan

dengan panjang sekitar 2-4 inci pada bagian kanan bawah abdomen dan appendiks

dipotong melalui lapisan lemak dan otot apendiks atau usus buntu. Kemudian

apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus. Laparaskopi merupakan teknik yang

paling sederhana untuk penanganan apendisitis. Dokter bedah akan membuat 1

hingga 3 sayatan kecil di perut. Sebuah pipa semprot dimasukkan ke dalam salah

satu celah, dan gas CO2 memompa abdomen. Kemudian sebuah laparascope

dimasukkan ke celah yang lain. Peralatan bedah ditempatkan di bagian terbuka

(celah) yang kecil dan digunakan untuk mengangkat apendiks (Kozar, et al.,

2003).

Apenditis akut merupakan operasi bersih terkontaminasi yang artinya

operasi yang dilakukan oleh ahli dibidangnya dan dalam kondisi yang terkendali

dan tanpa kontaminasi yang tidak biasa. Kontaminan yang paling umum adalah

bakteri endogen dari dalam pasien. Tingkat infeksi untuk operasi ini adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

18

kisaran 4% sampai 10% dan dapat dioptimalkan dengan pencegahan tertentu

(CDC, 2004).

E. Antibiotika Profilaksis

1. Pengertian

Antibiotika profilaksis merupakan antibiotika yang diberikan untuk

sebelum terjadi kontaminasi pada jaringan atau cairan pada tubuh. Tujuan

pemberian antibiotika profilaksis untuk mencegah berkembangnya infeksi.

Antibiotika profilaksis digunakan untuk mencegah infeksi pada pasien yang

berisiko tinggi maupun dari prosedur yang berisiko terjadinya infeksi (DiPiro,

2005).

Waktu pemberian antibiotik profilaksis merupakan hal yang paling

penting. Antibiotik harus diberikan ½ - 1 jam sebelum operasi untuk memastikan

kadar obat yang cukup pada waktu operasi (DiPiro, 2005).

2. Prinsip pemberian antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis

akut

Adapun prinsip penggunaan antibiotika profilaksis ialah pemilihannya

merupakan antibiotika yang benar efektif untuk mengatasi tipe kontaminasi

dalam pembedahan tersebut. Dalam penggunaan antibiotika hanya digunakan

pada pembedahan yang memiliki risiko infeksi. Pemberian antibiotika harus

sesuai dosis dan waktu pemberian. Pemberian dosis segera dihentikan sebelum

terjadi risiko efek samping lebih besar dibanding keuntungannya (Doherty et al,

2006; WHO, 2009, Kanji, et al., 2008; ASHP, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

19

3. Antibiotika profilaksis pilihan

Antibiotika idealnya mempunyai aktivitas bakterisidal atau membunuh

bakteri untuk mencegah terjadinya infeksi setelah operasi. Antibiotika yang

mempunyai aktivitas bakterisidal diantaranya adalah penisilin, sefalosporin,

monobaktam, kuinolon, dan vankomisin (James, et al., 2008).

Pada operasi apendisitis akut, Bacteroides fragilis (bakteri anaerob) dan

Escherichia coli (bakteri gram negatif) merupakan jenis bakteri yang paling

banyak ditemukan pada kultur infeksi luka setelah operasi. Sefalosporin generasi

kedua banyak direkomendasikan sebagai antibiotika profilaksis pada operasi

apendisitis akut karena dapat membunuh Bacteroides fragilis (bakteri anaerob)

dan Escherichia coli (bakteri gram negatif) yang banyak ditemukan setelah

operasi apendisitis (Elhag, et al., 2013; Kanji, et al., 2008; WHO, 2009).

Selain itu juga kombinasi gentamisin dengan metronidasol dapat

digunakan sebagai profilaksis pada operasi apendisitis akut. Gentamisin memiliki

aktifitas terhadap bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli, Klebsiella

pneumoniae, Proteus, Acinetobacter, dan Enterobacter. Selain itu gentamisin juga

dapat melawan Staphylococcus aureus. Metronidasol aktif melawan bakteri

anaerob dan sebagian besar protozoa (Gordon, 2009; Graumlich, 2003).

Dosis antibiotika profilaksis golongan sefalosporin yang diberikan pada

pasien operasi apendisitis akut adalah sebesar 1-2 gram. Gentamisin diberikan

pada dosis 1,5-2 mg / kgBB dan metronidasol diberikan pada dosis 500 mg.

Penambahan dosis antibiotika profilaksis dalam prosedur operasi diperlukan jika

operasi berlangsung lebih dari 4 jam atau pasien kehilangan 1500 ml darah selama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

20

proses operasi berlangsung (Kanji, et al., 2008, Kernodle, et al., 2000, dan ASHP,

2013).

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat mengevaluasi penggunaan antibiotika

profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di instalasi rawat

inap RSUD Badung tahun 2011.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif evaluatif dan bersifat retrospektif. Penelitian ini

termasuk non-eksperimental karena tidak adanya perlakuan pada subyek uji.

Rancangan penelitian termasuk dalam deskriptif evaluatif karena bertujuan untuk

mengumpulkan informasi aktual secara rinci sehingga dapat melukiskan fakta

atau karakteristik populasi yang ada, kemudian melakukan evaluasi dari data yang

ada. Bersifat retrospektif karena bahan yang digunakan adalah data rekam medik

yang lampau pasien pasca operasi apendisitis akut di RSUD Badung pada tahun

2011 (Hasan, 2002; Notoatmodjo, 2010).

B. Definisi Operasional

1. Pasien adalah seseorang yang menjalani operasi apendisitis akut di RSUD

Badung tahun 2011, menggunakan antibiotika profilaksis dan memiliki data

rekam medis yang lengkap.

2. Operasi adalah operasi apendisitis akut yang berlangsung di RSUD Badung

tahun 2011.

3. Antibiotika profilaksis yang dimaksud yaitu antibiotika yang digunakan

sebelum operasi apendisitis akut yang bertujuan untuk mencegah infeksi

setelah operasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

22

4. Catatan rekam medik adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang

memuat data nomor rekam medik, usia, jenis kelamin, diagnosis sebelum dan

sesudah operasi, tanggal operasi, jam operasi, jenis tindakan operasi, data

laboratorium, instruksi dokter, catatan perawatan, catatan penggunaan obat,

lama perawatan, dan riwayat pengobatan yang diterima.

5. Pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang digunakan sebagai alat

bantu untuk melakukan wawancara.

6. Jenis antibiotika profilaksis yang dimaksud yaitu macam antibiotika yang

digunakan sebagai profilaksis.

7. Waktu pemberian adalah berapa lama pemberian antibiotika profilaksis

sebelum operasi.

8. Cara pemberian adalah antibiotika diberikan secara intravena atau per oral.

9. Lama pemberian yaitu lama waktu pasien mendapatkan antibiotika profilaksis.

10. Lama perawatan pasien yaitu jumlah hari di mana pasien dirawat, dihitung

mulai dari pasien dirawat di rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit.

C. Subyek Penelitian

Pengambilan subyek uji didasarkan pada kriteria inklusi yaitu pasien

operasi apendisitis akut di RSUD Badung tahun 2011 dan menggunakan

antibiotika profilaksis. Kriteria eksklusinya adalah pasien operasi apendisitis akut

yang dilakukan bersama dengan prosedur operasi lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

23

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah data dalam lembar rekam medis

pasien di RSUD Badung tahun 2011, serta data penerimaan obat dari instalasi

farmasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah:

1. Lembar kerja pengumpulan data.

2. Pedoman wawancara dengan Dokter Bedah di RSUD Badung.

3. Pedoman wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi di RSUD Badung.

4. Pedoman wawancara dengan Perawat Kamar Bedah di RSUD Badung.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Badung, Jalan

Raya Kapal, Mengwi, Badung, Bali.

G. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini melalui tahap persiapan, tahap pengambilan data, dan tahap

penyelesaian data.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan pembuatan proposal mengenai

penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis dan surat ijin

untuk melakukan penelitian di RSUD Badung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

24

2. Tahap pengambilan data

Pada tahap pengambilan pertama ialah mencari jumlah subyek penelitian

dari rekam medis dan akan diketahui jumlah subyek, nomor rekam medis, tanggal

operasi, nama dokter, dan jenis kelamin pasien. Setelah diketahui jumlah subyek

maka dilakukan pencatatan data rekam medis pada lembar pencatatan yang berisi

nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, keluhan, riwayat penyakit, data

laboratorium, diagnosis sebelum dan setelah operasi, tanggal pasien opname,

tanggal pasien menjalani operasi, jam operasi, jenis antibiotika profilaksis yang

digunakan, waktu, cara pemberian, dosis pemberian, lama pemberian, tanggal

pasien keluar dari rumah sakit,

3. Tahap penyelesaian data

Pada tahap penyelesaian data ini data yang telah diperoleh dibagi dalam

beberapa kelompok berdasarkan karakteristik demografi pasien (usia, jenis

kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama perawatan pasien), pola penggunaan

antibiotika profilaksis (jenis antibiotika, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian),

serta kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis dengan standar

yang ada.

H. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang telah diperoleh dievaluasi menggunakan Standar Pelayanan

Medik RSUD Badung dan pedoman umum, yaitu WHO Guidelines for Safe

Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

25

dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013). Kemudian data disajikan dalam

bentuk tabel.

Tata cara analisis sebagai berikut:

1. Jumlah pasien operasi apendisitis akut

Data jumlah pasien operasi apendisitis akut dianalisis dengan cara

menghitung jumlah pasien operasi apendisitis akut selama tahun 2011, lalu

dihitung dan dipisahkan antara pasien yang menerima dan yang tidak menerima

antibiotika profilaksis.

2. Karakteristik demografi pasien

Analisis data karakteristik demografi pasien dilakukan berdasarkan usia,

jenis kelamin, keluhan, lama keluhan, dan lama perawatan pasien.

a. Distribusi pasien pada tiap kelompok usia. Kelompok usia pasien

dibagi secara rasional menjadi 7 kelompok dengan menggunakan rumus Sturges

(Budiarto, 2004), yaitu: kelompok I (8-16 tahun), II (17-25 tahun), III (26-34

tahun), IV (35-43 tahun), V (44-52 tahun), VI (53-61 tahun), dan VII (62-70

tahun). Persentase masing-masing kelompok umur dihitung dengan cara

menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah total pasien dan

dikalikan dengan 100%.

b. Distribusi pasien pada tiap jenis kelamin. Jenis kelamin pasien terdiri

dari laki-laki dan perempuan. Persentase masing-masing jenis kelamin dihitung

dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah total

pasien dan dikalikan dengan 100%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

26

c. Distribusi pasien pada tiap keluhan apendisitis akut. Keluhan

apendisitis akut terdiri dari nyeri perut di bagian kanan bawah, demam (37,40C -

38,50C), mual, muntah, dan diare. Persentase masing-masing keluhan apendisitis

akut dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi

dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

d. Distribusi pasien pada tiap lama keluhan apendisitis akut. Lama

keluhan pasien dihitung dari saat timbulnya gejala yang dirasakan hingga sebelum

pasien datang ke rumah sakit. Persentase masing-masing lama keluhan apendisitis

akut dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien tiap kelompok dibagi

dengan jumlah total pasien dan dikalikan dengan 100%.

e. Rata-rata lama perawatan pasien. Lama perawatan pasien dihitung dari

tanggal pasien masuk ke rumah sakit sampai dengan tanggal pasien keluar atau

pulang dari rumah sakit. Rata-rata lama perawatan dihitung dengan cara

menghitung jumlah keseluruhan lama perawatan pasien operasi apendisitis akut

kemudian dibagi dengan jumlah total pasien operasi apendisitis akut.

3. Jenis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis

Analisis data dilakukan dengan cara mengelompokkan berdasarkan jenis

antibiotika, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis.

a. Jenis antibiotika. Persentase masing-masing jenis antibiotika profilaksis

dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap jenis antibiotika

profilaksis dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

b. Waktu pemberian. Waktu pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari

≤ 1 jam sebelum operasi, > 1 jam sebelum operasi, dan setelah operasi. Persentase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

27

masing-masing kelompok waktu pemberian antibiotika profilaksis dihitung

dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah

total kasus dan dikalikan dengan 100%.

c. Cara pemberian. Cara pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari per

oral (PO) dan intravena (IV). Persentase masing-masing kelompok cara

pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus

pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

d. Dosis pemberian. Dosis pemberian antibiotika profilaksis ditulis

berdasarkan besarnya dosis tiap jenis antibiotika profilaksis yang tercantum pada

lembar rekam medis. Persentase masing-masing dosis pemberian antibiotika

profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada tiap dosis

pemberian dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%. Pada

pediatri dilakukan perhitungan dosis menurut umur menggunakan rumus Young

(<8 tahun) dan rumus Dilling (>8 tahun).

e. Lama pemberian. Lama pemberian antibiotika profilaksis terdiri dari

pemberian 1 hari dan > 1 hari. Persentase masing-masing kelompok lama

pemberian antibiotika profilaksis dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus

pada tiap kelompok dibagi dengan jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

4. Kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis

Kesesuaian pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis ditinjau

berdasarkan pada jenis antibiotika profilaksis, waktu, cara dosis, dan lama

pemberian antibiotika profilaksis yang dibandingkan dengan WHO Guidelines for

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

28

Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al.,

2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

Persentase penggunaan antibiotika profilaksis yang sesuai maupun tidak

sesuai dengan standar tersebut dihitung berdasarkan pada jenis antibiotika

profilaksis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberian antibiotika profilaksis. Cara

perhitungannya adalah dengan menghitung jumlah kasus pada tiap penggunaan

antibiotika profilaksis yang sesuai maupun tidak sesuai berdasarkan pada jenis

antibiotika profilaksis, waktu, cara, dosis, dan lama pemberiannya, dibagi dengan

jumlah total kasus dan dikalikan dengan 100%.

5. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis

Analisis faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis

dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam terhadap Dokter Bedah yang

menggunakan antibiotika profilaksis, Kepala Instalasi Farmasi, dan Wakil Kepala

Kamar Bedah. Alasan pemilihan antibiotika profilaksis disajikan dalam bentuk

narasi dengan menyertakan testimoni yang mendukung.

I. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu tidak adanya standar

operasional prosedur kamar bedah di rumah sakit yang khusus mengatur operasi

apendisitis terutama tentang pemberian antibiotika profilaksis sehingga dalam

pemilihan antibiotika profilaksis oleh dokter dan data hanya dapat dievauasi

dengan guideline seperti WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), ASHP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

29

Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013), dan Antimicrobial Prophylaxis in Surgery

(Kanji, et al., 2008).

Dalam ketepatan dosis, peneliti tidak dapat mengevaluasi kesesuaian dosis

antibiotika profilaksis dengan berat badan untuk anak-anak dikarenakan tidak

tercantumnya berat badan pada lembar rekam medis maka tidak dapat dilakukan

evaluasi yang lebih detail dalam ketepatan dosis.

Kesulitan membaca rekam medis juga menjadikan banyak data yang tidak

terpakai dikarenakan tulisan dalam rekam medis yang tidak rapi dan tidak terbaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika

profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di instalasi rawat

inap periode tahun 2011 dari segi kesesuaian pemilihan antibiotika dan dosis

pemberian menurut WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial

Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines

(ASHP, 2013).

Pada penelitian ini diperoleh 90 rekam medik yang memenuhi kriteria

inklusi selama periode tahun 2011. Penelitian menunjukan hasil bahwa terdapat 90

orang pasien yang diberi tindakan operasi apendisitis akut dan seluruhnya

mendapatkan antibiotika profilaksis. Setelah tindakan operasi, dari 90 orang pasien

yang menerima antibiotika profilaksis terdapat 4 pasien yang luka operasinya tidak

baik. Tidak baik dalam hal ini ialah di daerah luka sayatan mengeluarkan cairan

atau nanah dan disertai rasa nyeri. Sisanya 86 pasien luka operasinya dalam keadaan

baik. Hasil tersebut menunjukkan pasien yang menerima antibiotika profilaksis

menurunkan risiko terjadinya infeksi luka operasi. Ini disebabkan pasien yang

menerima antibiotika profilaksis mendapat perlindungan terhadap infeksi selama

dan pasca operasi. Infeksi disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang berada di

usus pencetus infeksi (Kanji, et al., 2008). Ini diketahui dari jumlah pasien hanya

ada 4 pasien yang luka operasinya tidak baik yang disebabkan oleh faktor-faktor

lain semisal waktu pemberian yang akan dibahas selanjutnya. Inilah mengapa

antibiotika profilaksis harus selalu diberikan pada operasi apendisitis akut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

31

A. Karakteristik Demografi Pasien

1. Usia pasien

Penelitian menunjukkan 90 pasien yang mendapat tindakan operasi

apendisitis akut berusia antara 6 hingga 75 tahun. 90 pasien tersebut dikategorikan

menjadi 7 kelompok usia dengan sesuai rumus Sturges (Budiarto, 2004) yaitu:

kelompok I (6-15 tahun), II (16-25 tahun), III (26-35 tahun), IV (36-45 tahun), V

(46-55 tahun), VI (56-65 tahun), dan VII (66-75 tahun).

Dari kelompok-kelompok usia tersebut yang terbanyak adalah kelompok II

(16-25 tahun) dengan jumlah 28 orang dan di bawahnya kelompok III dengan

jumlah 19 pasien. Hasil ini sesuai dengan National Digestive Diseases Information

Clearinghouse (2008) yang menjelaskan bahwa apendisitis akut lebih sering

diderita oleh orang yang berusia di antara 10 hingga 30 tahun. Apendisitis akut

banyak terjadi pada masa anak-anak hingga dewasa muda dan menurun secara

setelah usia 30 tahun (Banieghbal, et al., 2011).

Tabel I. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut

Menurut kelompok usia di RSUD Badung tahun 2011

Kelompok Usia Jumlah Pasien % (n = 90 )

I (6-15 tahun) 14 16%

II (16-25tahun) 28 31%

III(26-35tahun) 19 21%

IV(36-45tahun) 14 16%

V(46-55tahun) 8 9%

VI(56-65tahun) 4 4%

VII(66-75tahun) 3 3%

2. Jenis kelamin pasien

Persentase pasien pada penelitian ini, laki-laki sebesar 52% (n= 90) dan

perempuan sebesar 48%, dengan rasio keduanya adalah 1,12 : 1. Dilihat dari

perbandingan antara jumlah pasien laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

32

laki-laki maupun perempuan mempunyai faktor risiko dan kemungkinan yang sama

untuk mengalami apendisitis akut (Craig, et al., 2006; Syamsuhidayat, et al., 2004).

Tabel II. Distribusi jumlah pasien apendisitis akut menurut jenis kelamin di RSUD Badung tahun 2011

Jenis Kelamin Jumlah Pasien % (n= 90)

Perempuan 47 52%

Laki-laki 43 48%

3. Keluhan pasien

Keluhan ketika seseorang menderita apendisitis akut adalah nyeri di bagian

perut bagian kanan bawah, demam ringan (37,50C - 38,50C), mual, muntah, diare,

dan terkadang disertai dengan hilangnya nafsu makan (Ishikawa, 2003 dan Kozar,

et al., 2003). Keluhan yang banyak dirasakan pada pasien adalah nyeri perut di

bagian kanan bawah, demam (37,60C - 38,30C), mual, muntah, dan diare.

Penelitian menunjukkan bahwa 90 (100%) pasien apendisitis akut

mengeluhkan rasa nyeri perut di bagian kanan bawah. Lainnya, 58 (64%) pasien

mengeluhkan demam, 27 (30%) mengeluhkan mual dan atau muntah, dan terakhir

diare 55 (61%) pasien. Nyeri perut di perut kanan bawah karena letak apendiks

berada di posisi anterior perut kanan bawah dan ketika apendiks mengalami

masalah akan menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut (Kozar, et al., 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

33

Tabel III. Distribusi jumlah pasien operasi apendisitis akut menurut keluhan

di RSUD Badung tahun 2011

No Jenis Keluhan Jumlah Pasien %(n=90)

1 Nyeri perut bagian kanan

bawah

Ya (90) 100%

Tidak 0%

2 Demam Ya (58) 64%

Tidak 36%

3 Mual/muntah Ya (27) 30%

Tidak 70%

4 Diare Ya (55) 61%

Tidak 39%

4. Lama keluhan pasien

Apendisitis akut dapat menjadi apendisitis perforasi dan setiap 12 jam

resiko terjadi perforasi meningkat setelah timbulnya gejala pada pasien yang tidak

mendapat penanganan berupa operasi. Maka dari itu, operasi harus sesegera

mungkin dilakukan pada pasien apendisitis akut untuk mencegah berkembangnya

penyakit ke arah lebih serius misalnya perforasi (Papaziogas, et al., 2009). Hasil

penelitian menunjukan lama keluhan pasien terbanyak adalah 2 hari sebesar 50%

(n=90).

Tabel IV. Distribusi jumlah pasien di RSUD Badung tahun 2011 menurut

lamanya keluhan sakit

No Lama Keluhan Jumlah Pasien %(n=90)

1 ≤1 hari 21 23%

2 2 hari 45 50%

3 3 hari 20 22%

4 4 hari 4 5%

5. Lama perawatan pasien

Pasien operasi apendisitis akut dirawat antara 2-5 dan rata-rata pasien

diperbolehkan pulang setelah 2-3 hari. Lama perawatan sebaiknya tidak panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

34

agar tidak memperbanyak biaya rumah sakit selain itu mencegah terjadinya infeksi

nosokomial.

Tabel V. Lama perawatan pasien operasi apendisitis akut RSUD Badung

tahun 2011

Waktu Jumlah %(n=90)

2 hari 28 31%

3hari 47 52%

4hari 7 8%

5hari 8 9%

B. Jenis, Waktu, Cara, Dosis, dan Lama Pemberian Antibiotika Profilaksis

1. Jenis antibiotika

Antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefotaksim,

yaitu sebesar 83% (n= 90), kemudian diikuti dengan seftriakson sebanyak 7%.

Sefotaksim dan seftriakson merupakan salah satu golongan cefalosporin

generasi III yang merupakan antibiotika golongan β-laktam. Mekanismenya sama

dengan golongan β-laktam dengan cara menginhibisi sintesis dinding sel dengan

cara berikatan pada salah satu atau lebih penicillin binding proteins (PBPs) yang

akan menghambat cross-linking peptidoglikan pada sintesis dinding sel bakteri

sehingga dinding sel bakteri lemah, bakteri lisis, dan akhirnya mati (Gordon,2009;

Graumlich, 2003; Chambers, 2006). Mekanisme serta aktifitas seftriakson inilah

yang akan menurunkan jumlah bakteri penyebab infeksi yang ada pada lokasi

operasi sehingga resiko infeksi dapat diminimalkan. Selain itu, sefotaksim dan

seftriakson juga jarang menimbulkan reaksi silang alergi dibandingkan jenis

sefalosporin lainnya sehingga sefotaksim banyak digunakan sebagai antibiotika

profilaksis pada operasi apendisitis akut di RSUD Badung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

35

Tabel VI. Distribusi jenis antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis

tunggal pada pasien operasi apendisitis akut di RSUD Badung tahun 2011

N

o

.

Jenis Antibiotika Jumlah Kasus % (n= 90)

1. Seftriakson 7 8%

2. Sefotaksim 83 92%

2. Waktu pemberian

Antibiotika profilaksis pada pasien apendisitis akut di RSUD Badung hanya

diberikan saat sebelum operasi. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 95%

(n=90) diberikan kurang dari 1 jam sebelum operasi. Namun, ada 5% yang

diberikan lebih dari 1 jam sebelum operasi. Antibiotika profilaksis akan kurma

efektif jika diberikan terlalu awal. Sebaiknya antibiotika profilaksis diberikan 1 jam

sebelum operasi karena jika diberikan terlalu awal akan menyebabkan konsentrasi

antibiotika profilaksis dalam darah kurang mencukupi untuk melindungi pasien dari

risiko infeksi bakteri (ASHP, 2013; Kanji,et al., 2008; Steinberg, et al., 2009).

Tabel VII. Distribusi waktu pemberian antibiotika sebelum operasi dan

setelah operasi di RSUD Badung tahun 2011

3. Cara pemberian

Semua pasien dalam penitian ini, pengaplikasian antibiotika profilaksisnya

diberikan secara intravena (IV) agar konsentrasi antibiotika yang diberikan sesuai

No Antibiotika Profilaksis Jumlah Kasus

≤ 1 jam sebelum

operasi

> 1 jam sebelum

operasi

1 Seftriakson 7 0

2 Sefotaksim 79 4

TOTAL 86 4

%(n=38) 95% 5%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

36

yang diinginkan pada lokasi operasi dan dalam waktu cepat. Bila lewat intravena

(IV), antibiotika langsung masuk ke sirkulasi sistemik setelah diadministrasikan

tanpa melalui proses absorpsi di gastrointestinal sehingga konsentrasi antibiotika

dalam darah dan jaringan pun sesuai yang diinginkan dan dalam waktu cepat

(Bryant, et al., 2010 dan Hessen, et al., 2004).

Tabel VIII. Distribusi cara pemberian antibiotika di RSUD Badung tahun

2011

No. Antibiotika Profilaksis Cara

Pemberian

Jumlah Kasus % (n= 90)

1. Sefotaksim intravena (IV) 83 92%

2. Seftriakson Intravena (IV) 7 8%

4. Dosis pemberian

Antibiotika yang diberikan baik itu seftriakson maupun sefotaksim pada

pasien operasi apendisitis akut di RSUD Badung adalah pada pasien dewasa dan

anak di atas 12 tahun adalah 1 gram hingga 2 gram sedangkan pasien anak-anak

yang berusia kurang dari 12 tahun diberikan pada dosis 1 gram. Penelitian

menunjukkan bahwa pada sefotaksim yang diberi 2 gram sebesar 48 kasus atau 53%

(n=90) sedangkan pada seftriakson pemberian dosis 2 gram sebanyak 2 kasus atau

2% (n=90). Pemberian dosis 1 gram menempati urutan kedua yaitu sefotaksim

dengan 35 kasus atau 24% (n=90) dan seftriakson sebesar 5 kasus atau 18% (n=38).

Antibiotika sefalosporin, khususnya seftriakson, memiliki konsentrasi yang

memadai dalam darah dan jaringan untuk melawan bakteri penyebab infeksi setelah

pemberian dalam dosis 1 gram maupun 2 gram.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

37

Tabel IX. Distribusi dosis pemberian antibiotika profilaksis di RSUD Badung

tahun 2011

5. Lama pemberian

Semua antibiotika profilaksis hanya diberikan dalam satu kali (dibawah 24

jam). Antibiotika profilaksis yang diberikan kurang dari 24 jam sudah cukup untuk

mencegah infeksi dan pemberian lebih dari 24 jam tidak akan memberikan manfaat

yang lebih baik dari pemberian kurang dari 24 jam serta hanya akan membebani

pasien karena menambah biaya yang harus dikeluarkan pasien (Gordon, 2009;

Ward, et al., 2009; James, et al., 2008).

Tabel X. Distribusi jumlah antibiotika profilaksis pada lama

pemberian 24 jam dan lebih dari 24 jam di RSUD Badung tahun 2011

No Antibiotika Profilaksis Jumlah Kasus

<24 Jam

1 Seftriakson 7

2 Sefotaksim 83

TOTAL

% (n=38) 90

100%

C. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis

Setelah dilakukan pengambilan data, Standar Pelayanan Medik RSUD

Badung tidak mengatur tentang antibiotika profilaksis pada pasien apendisitis akut

yang menjalani operasi. Standar pelayanan medik hanya berisikan tentang

persiapan ruangan kamar operasi. Berdasarkan informasi kepala kamar bedah

RSUD Badung, pemberian antibiotika profilaksis dipilih sesuai pilihan dokter

No Antibiotika

Profilaksis

Dosis

Pemberian

Jumlah

Kasus

% (n=90)

1 Seftriakson 1 gram 5 6%

2 gram 2 2%

2 Sefotaksim 1 gram 35 39%

2 gram 48 53%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

38

sebelum operasi dilakukan. Disebebkan tidak adanya pedoman rumah sakit maka

untuk mengevaluasi hanya berdasarkan pedoman WHO Guidelines for Safe Surgery

(WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan

ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

1. Jenis antibiotika

Penelitian menunjukkan seluruh jenis antibiotika profilaksis yang dipilih

sudah sesuai dengan pedoman umum (WHO, 2009, Kanji, et al., 2008, dan ASHP,

2013). Sefotaksim adalah jenis antibiotika profilaksis yang paling banyak

digunakan, yaitu 83 kasus atau 92% dan seftriakson 7 kasus atau 8%. Penggunaan

antibiotika profilaksis jenis sefotaksim dan seftriakson yang termasuk dalam

antibiotika sefalosporin generasi ketiga ini sudah sesuai dengan pedoman umum,

yaitu WHO Guidelinesfor Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis

in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013).

Kedua antibiotika profilaksis tersebut mempunyai aktivitas anaerob yang efektif.

Sedangkan mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan infeksi paska

operasi adalah bakteri anaerob dan aerob gram negatif terutama Bacteroides

fragillis dan Escherichia coli. Jadi, pemilihan dan penggunaan antibiotika

sefalosporin generasi ketiga (sefotaksim dan seftriakson) sebagai antibiotika

profilaksis dapat melindungi pasien dalam mencegah terjadinya infeksi setelah

operasi apendisitis akut (ASHP, 2013).

Dalam WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009) dan Antimicrobial

Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008) lebih menganjurkan penggunaan

sefalosporin generasi kedua (sefotetan, sefositin). Dalam beberapa studi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

39

penggunaan sefalosporin generasi ketiga juga dinilai efektif sebagai antibiotika

profilaksis pada operasi apendisitis akut. Apabila tidak memungkinkan

diberikannya sefalosporin, dapat diberikan metronidasol yang dikombinasikan

dengan sefazolin, ampisilin atau metronidasol (ASHP, 2013).

Tabel XI. Distribusi jumlah kasus menurut jenis antibiotika profilaksis yang sesuai

dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan ASHP, 2013)

di RSUD Badung tahun 2011

No Jenis

Antibiotika

Pedoman Umum (WHO, 2009;

Kanji, et al., 2008; dan ASHP,

2013)

Jumlah %

(n=82)

1 Sefotaksim Sesuai 83 92%

2 Seftriakson Sesuai 7 8%

2. Waktu pemberian

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa sebesar 5% (n=90) antibiotika

profilaksis diberikan lebih dari1 jam sebelum operasi dan ini tidak sesuai dengan

pedoman umum WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial

Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008) dan ASHP Therapeutic Guidelines

(ASHP, 2013) yang merekomendasikan antibiotika profilaksis diberikan kurang

dari 1 jam sebelum operasi dimulai. Waktu yang kurang optimal, dapat mengurangi

efektivitas antibiotika (James, et al., 2008). Antibiotika profilaksis yang diberikan

lebih dari 1 jam sebelum operasi kurang efektif karena tidak terlindungnya pasien

akibat jumlah konsentrasi antibiotika dalam darah dan dalam jaringan yang tidak

memadai selama operasi (Steinberg, 2009). Sehingga resiko terjadinya infeksi

menjadi lebih besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

40

Tabel XII. Distribusi jumlah kasus menurut waktu pemberian antibiotika profilaksis

yang sesuai dan tidak sesuai pedoman umum (WHO, 2009; Kanji, et al., 2008; dan

ASHP, 2013) di RSUD Badung tahun 2011

No Waktu

Pemberian

Antibiotika

Pedoman Umum

(WHO, 2009;

Kanji, et al., 2008;

dan ASHP, 2013)

Jumlah % (n= 82)

1 ≤ 1 jam sebelum

operasi

Sesuai 86 95%

2 > 1 jam sebelum

operasi

tidak sesuai 4 5%

3. Cara pemberian

Pemberian antibiotika profilaksis dilakukan secara intravena (IV) dan ini

sesuai dengan pedoman umum WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009),

Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic

Guidelines (ASHP, 2013).

Antibiotika profilaksis diberikan kepada pasien apendisitis akut secara

intravena (IV) agar antibiotika berada di lokasi dilakukannya pembedahan dalam

waktu singkat. Intravena (IV) langsung masuk sistem sistemik sehingga tidak

mengalami proses absorpsi dan konsentrasi antibiotika di lokasi pembedahan dapat

diperoleh dengan cepat dan tepat (Bryant, et al., 2010; Hessen, et al., 2004).

4. Dosis pemberian

Pasien dewasa dan anak – anak dengan usia lebih dari 12 tahun mendapat

antibiotika seftriakson dan sefotaksim 1 gram hingga 2 gram, sedangkan untuk anak

– anak dibawah usia 12 tahun mendapat dosis 1 gram. Dosis yang diberikan belum

seluruhnya sesuai dengan ASHP: Ceftriaxone (Systemic) (ASHP, 2005), Drug

Information Handbook (Lacy, et al., 2002), dan ASHP Therapeutic Guidelines

(ASHP, 2013) yang merekomendasikan dosis pemberian antibiotika golongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

41

sefalosporin sebagai profilaksis operasi pada pasien dewasa dan anak-anak yang

berusia lebih dari 12 tahun atau anak-anak dengan berat badan lebih dari 50 kg

adalah 1-2 gram. Sedangkan pada anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun

seftriakson diberikan dalam dosis 50-75 mg/kg BB. Dikarenakan tidak

tercantumnya berat badan pada rekam medis maka digunakanlah perhitungan dosis

menggunakan rumus Young (untuk anak < 8 tahun) dan rumus Dilling (untuk anak

≤ 8 tahun). Dari data yang didapat terdapat 6 pasien anak di bawah 12 tahun dan 5

dari pasien anak tersebut mendapat dosis yang tidak sesuai. Dosis yang diberikan

melebihi yang dibutuhkan dapat mengakibatkan pasien mengalami overdosis yang

dapat membahayakan pasien namun bila dosis yang diberikan kurang dari yang

dibutuhkan akan menyebabkan kurang efektifnya antibiotika karena konsentrasi

antibiotika pada darah dan lokasi operasi tidak cukup melindungi pasien dari bakteri

patogen (Hessen, et al., 2004; Nanizar, 2004).

Tabel XIII. Kesesuaian dosis pasien pediatri operasi apendisitis akut RSUD

Badung tahun 2011

No. RM Usia

(tahun)

Dosis Pemberian

(mg)

Dosis

Perhitungan

Sesuai /

Tidak Sesuai

43384 6 1000 667 Tidak Sesuai

47698 9 1000 900 Tidak Sesuai

52856 10 1000 1000 Sesuai

53881 11 1000 1100 Tidak Sesuai

58171 9 1000 900 Tidak Sesuai

92091 9 1000 900 Tidak Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

42

5. Lama pemberian

Antibiotika profilaksis diberikan hanya sekali sebelum operasi. Hasil

tersebut sesuai dengan WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009),

Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008), dan ASHP Therapeutic

Guidelines (ASHP, 2013) yaitu antibiotika profilaksis diberikan kurang dari 24 jam

atau 1 hari setelah prosedur operasi karena pemberian lebih dari 24 jam tidak akan

memberikan manfaat yang lebih baik dari pemberian kurang dari 24 jam serta hanya

akan membebani pasien karena menambah biaya yang harus dikeluarkan pasien

serta akan akan berisiko menyebabkan resistensi bakteri (Gordon, 2009; Ward, et

al., 2009; James, et al., 2008).

D. Faktor-faktor yang Mendasari Pemilihan Antibiotika Profilaksis

Pasien yang menjalani operasi apendisitis akut di RSUD Badung seluruhnya

menerima antibiotika profilaksis ini karena pada saluran pencernaan sendiri sudah

terdapat sejumlah besar bakteri yang berpotensi menyebabkan infeksi setelah

operasi (Kanji, et al., 2008). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan dokter

bedah, yang mempunyai pendapat sama terkait dengan pemberian antibiotika

profilaksis pada pasien yang menjalani operasi apendisitis akut.

“Kan ada macam-macam operasi. Nah, operasi apendisitis itu termasuk

operasi bersih terkontaminasi yang perlu antibiotika profilaksis biar

tidak ada infeksi”.

Dokter bedah I

Operasi apendisitis termasuk operasi dengan luka bersih terkontaminasi

maksudnya adalah luka yang dilakukan oleh ahli dibidangnya sehingga dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

43

kondisi terkontrol dan dalam kontaminasi yang biasa dan antibiotika profilaksis

berguna untuk mengontrol kondisi luka tersebut atau mencegah terjadinya infeksi

(WHO, 2009).

Dari penelitian terlihat jika dokter sering memberi sefotaksim yaitu 83 kasus

atau 92% dari keseluruhan kasus. Pertimbangan dokter bedah memilih sefotaksim

sebagai antibiotika profilaksis adalah berdasarkan keamanan dari antibiotika

tersebut. Alasan pemilihan antibiotika profilaksis ini terungkap dalam hasil

wawancara sebagai berikut:

“Biasanya saya memberi sefotaksim karena disamping reaksi alerginya

kecil, dan harganya juga tidak terlampau mahal kadang juga seftriakson

karena waktu paruhnya panjang tapi seftriakson sangat jarang saya

pakai”

Dokter bedah I

Mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi setelah dilakukan

pembedahan menjadi pertimbangan dalam memilih antibiotika profilaksis yang

digunakan. Penggunaan antibiotika profilaksis sefotaksim dan seftriakson

“Saya sering memberikan pasien sefotaksim karena lebih murah dan jarang

ada pasien yang alergi”

Dokter Bedah II

“Dokter memilih menggunakan sefotaksim karena dinilai lebih aman dari

reaksi alergi pasien dan dari segi harga lebih murah apalagi pasien

banyak yang ditanggung oleh pemerintah”

Kepala Instalasi Farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

44

(sefalosporin generasi ketiga) sudah sesuai dengan pedoman umum ASHP

Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013) yang merekomendasikan kegunaan

sefalosporin. Antibiotika sefalosporin generasi ketiga (sefotaksim dan seftriakson)

memiliki aktivitas terhadap bakteri anaerob sehingga dapat melindungi pasien dari

infeksi luka paska operasi apendisitis (Lattere, 2006; ASHP 2013). WHO

Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009) dan Antimicrobial Prophylaxis in

Surgery (Kanji, et al., 2008) lebih merekomendasikan penggunaan sefalosporin

generasi kedua (sefositin atau sefotetan) karena memiliki aktivitas terhadap bakteri

anaerob yang lebih baik.

Tidak dipilihnya sefalosporin generasi kedua (sefositin, sefotetan)

dikarenakan tidak tersedianya antibiotika tersebut di Indonesia dan harus diimport

dari luar negeri ini mengakibatkan juga harganya menjadi mahal dan tidak

terjangkau oleh pasien yang kebanyakan menengah ke bawah. Harga eceran

tertinggi menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 436/Menkes/SK/XI/2013 saat

penelitian ini ditulis seftriakson 1g/vial Rp 11.602,00 dan sefotaksim 1g/vial Rp

9.356,00. Ini jauh lebih murah dibanding harga sefositin dan sefotetan menurut

drugbank.com yaitu sefositin 1g/vial Rp 187.616,00 ($13,12) dan sefotetan 1g/vial

Rp 195.338,00 ($13,66) dengan kurs Rp 14.300,00 belum termasuk biaya kirim dan

pajak karena harus diimpor.

Risiko reaksi silang alergi terhadap sefalosporin generasi kedua lebih tinggi

daripada sefalosporin generasi ketiga pada pasien dengan riwayat alergi penisilin,

yaitu sebesar 4%. Sedangkan sefalosporin generasi ketiga mempunyai risiko silang

alergi sebesar 1-3% (Bryson, et al., 2007). Walaupun demikian, baik sefalosporin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

45

generasi kedua maupun sefalosporin generasi ketiga sama-sama aman diberikan

terhadap pasien yang mempunyai riwayat alergi penisilin, dengan asumsi reaksi

alergi yang timbul tidak parah (anafilaksis) (Pichichero, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian, antibiotika profilaksis yang diberikan hampir

seluruhnya diberikan kurang atau sama dengan satu jam sebelum operasi dilakukan.

Pemberian antibiotika profilaksis ini sesuai dengan WHO Guidelines for Safe

Surgery (WHO, 2009) dan Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al.,

2008) yang merekomendasikan waktu pemberian antibiotika profilaksis 1 jam

sebelum operasi.

Namun ada pasien yang diberikan lebih dari 1 jam sebelum operasi

sebanyak 4 orang atau 5% (n=90) ini tidak sesuai dengan WHO Guidelines for Safe

Surgery (WHO, 2009), Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008)

dan ASHP Therapeutic Guidelines (ASHP, 2013) yang menganjurkan pemberian

antibiotika profilaksis kurang atau sama dengan 1 jam sebelum operasi.

Dokter selalu memberikan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut dibawah 1 jam sebelum operasi, namun dalam prakteknya karena

padatnya jadwal operasi dan kadang ada hal yang membuat pasien harus menunggu

ruang operasi selesai atau ada hambatan pada oleh pasien lainnya. Hal ini diketahui

dari hasil wawancara berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

46

Biasanya penyuntikan antibiotikanya dilakukan maksimal 1 jam sebelum

operasi tapi kadang karena banyaknya pasien yang operasi jadi seringkali

molor karena harus menunggu pasien sebelumnya selesai dan ada waktu

untuk membersihkan dan mempersiapkan kamar operasi”.

Kepala Kamar Bedah

“Pasien kita berikan antibiotika profilaksis satu jam sebelum operasi

namun terkadang karena jadwal operasi padat dan barangkali ada

hambatan pada pasien sebelumnya sehingga pasien operasi apendisitis

harus menunggu”.

Dokter bedah I dan II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan :

1. Karakteristik demografi pasien adalah 31% (n= 90) pasien berusia antara 16-25

tahun, 52% pasien berjenis kelamin perempuan, dan 48% pasien berjenis

kelamin laki-laki. Semua pasien (100%) mengeluhkan nyeri perut bagian kanan

bawah. 50% pasien dengan lama keluhan selama 2 hari, dan rata-rata lama

perawatan pasien selama di rumah sakit adalah 2-3 hari.

2. Jenis antibiotika profilaksis yang paling banyak digunakan adalah sefotaksim

sebesar 92% (n= 90), 5% diberikan lebih dari 1 jam sebelum operasi, seluruhnya

(100%) pemberian secara intravena (IV), pada dosis 2 gram sebesar 53%, dan

lama pemberian hanya diberikan satu kali (dibawah 24 jam).

3. Pemilihan dan penggunaan antibiotika profilaksis di RSUD Badung belum

sesuai guideline atau pedoman, yaitu waktu pemberian antibiotika profilaksis

yang terlambat atau terlalu awal sebanyak 5%, serta dosis pemberian pada pasien

anak yang kurang sesuai dengan perhitungan dosis menurut umur sebanyak 5

pasien.

4. Faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika profilaksis di RSUD Badung

adalah jarang menimbulkan reaksi alergi dan harga yang terjangkau serta

ketersedian obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

48

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, saran yang dapat penulis berikan

antara lain:

1. Rumah Sakit Umum Daerah Badung disarankan untuk menyusun dan membuat

Standar Pelayanan Medis dengan mengikuti pedoman ASHP Therapeutic

Guidelines (ASHP, 2013), WHO Guidelines for Safe Surgery (WHO, 2009) dan

Antimicrobial Prophylaxis in Surgery (Kanji, et al., 2008) mengenai operasi

apendisitis terutama apendisitis akut sehingga dapat lebih melindungi pasien dan

meningkatkan pelayanan rumah sakit.

2. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif sehingga perlu dilakukan penelitian

lain yang bersifat prospektif agar didapat data yang lebih lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

49

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 199-227, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

American Society of Health-System Pharmacists, 2005, Ceftriaxone (Systemic),

http://www.ashp.org/s_ashp/docs/files/practice_and_policy/ceftriaxone.p

df, diakses tanggal 6 Maret 2014.

American Society of Healt-System Pharmacists, 2013, ASHP Therapeutic

Guidelines on Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, 56, 1839-1888,

Am. J. Healt-Syst. Pharm,, USA

Banieghbal, B., and Lakhoo, K., et. al., 2011, Paediatric Surgery: A

Comprehensive Text for Africa, 453-454, Global HELP Organization,

Seattle

Brunner and Suddarth, 2007, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3

Volume 8, EGC, Jakarta

Bryant, B. J., Knights, K. M., Salerno, E., 2010, Pharmacology for Health

Professionals, 129-134, Elsevier, Sydney

Bryson, E. O., Frost, E. A., and Rosenblatt, M. E., 2007, Management of the

Patient Reporting an Allergy to Penicillin, M. E. J. Anesth, USA

Budiarto, Eko, 2004, Metodelogi Penelitian Kedokteran, EGC, Jakarta

Busch, M., Gutzwiller, F. S., et. al.,, 2011, In-hospital Delay Increases the Risk

of Perforation in Adults with Appendicitis, World J. Surg, USA

Center for Disease Control and Prevention, 2004, National Nosocomial

Infections Surveillance, US Departement of Health and Human Services,

Atlanta, Georgia

Chambers, Henry F., 2006, Beta Laktam Antibiotics & Others Inhibitors of Cell

Wall Synthesis, dalam Katzung, Bertram G., et al. Basic and Clinical

Pharmacology, Edisi 10, McGraw-Hills, New York

Craig, S., and Santacrose, R., 2010, Acute Appendicitis,

http://emedicine.medscape.com, diakses tanggal 4 Maret 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

50

Depkes, 2013, Kepmenkes RI No. 436/Menkes/SK/XI/2013 tentang Harga

Eceran Tertinggi Obat Generik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Dewi, Yuma P. L., 2011, Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis pada

Pasien yang Menjalani Operasi Apendisitis Akut di RS Panti Rapih,

Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

DiPiro, J.T., Talbert, R.L., dik, 2005, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic

Approach, sixth edition, 2217-2218; 2225, Mc-Graw Hill, New York

Doherty, G. M. dan Way, L. W., 2006, Current Surgical Diagnosis &

Treatment, 21th edition, 106-107, Lange Medical Books/McGraw-Hill

Companies Inc, North America

Elhag, K. M., Alwan, M. H., dik, 2013, Bacteroides fragilis is a Silent Pathogen

in Acute Appendicitis, 20, 245-249, J. Med. Microbio.,

Fatmawati, T., 2007, Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Apendisitis Akut

Di Bagian Bedah RSU Dr. Saiful Anwar Malang, Skripsi, Universitas

Airlangga, Surabaya.

Gordon, R. J., 2009, Introduction to Antimicrobials,

www.columbia.edu/itc/hs/medical/pathophys/id/2009/antibioticsNotes.p

df, diakses tanggal 9 Agustus 2014

Graumlich, J. F., 2003, β-Lactam Antibiotics, in Craig, C. R. and Stitzel, R. E.,

Modern Pharmacology with Clinical Applications, 6th edition, 515-527,

Lippincott Williams & Wilkins, Inc.

Guiliano, A. E., 2012, Breast disorders, Current Medical Diagnosis &

Treatment, Edisi 41 Edition, BAB XVI, 699-726, McGraw-Hill Lange,

New York

Hasan, I., M., 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya, 14-22, Ghalia Indonesia, Jakarta

Hessen, M. T., and Kaye, D., 2004, Principles of Use of Antibacterial Agents,

435-450, Infect. Dis. Clin. N. Am., USA

Humes, D. J., and Simpson, J., 2006, Acute Appendicitis, 333, 530-534, BMJ

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

51

Imelda, 2008, Studi Penggunaan Antibiotika pada Kasus Bedah Apendiks:

Instalasi Rawat Inap Bedah RSU Dr. Soetomo Surabaya, Skripsi,

Universitas Airlangga, Surabaya.

Irga, 2007, Appendisitis Akut,

http://www.irwanashari.com/2007/06/appendisitis-akut.html, diakses

tanggal 3 Mei 2014

Ishikawa, H., 2003, Diagnosis and Treatment of Acute Appendicitis, 46, 217-

221, JMAJ

James, M., and Martinez, A. A., 2008, Antibiotics and Perioperative Infections,

571-582, Clinical Anaesthesiology, USA

Junias, R. S., M, 2009, Hubungan antara Skor Alvarado dan Temuan Operasi

Apendisitis Akut di Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatra Utara, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara

Kanji, S., and Devlin, J. W., 2008, Antimicrobial Prophylaxis in Surgery, in

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and

Posey, L.M., Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach, 7th

edition, McGraw-Hill Companies, Inc., United States of America

Katzung, B. G., 2007, Basic and Clinical Pharmacology, Edisi 10, McGrw-Hill,

USA

Kernodle, D. S., and Kaiser, A. B., 2000, Postoperative Infections and

Antimicrobial Prophylaxis, in Mandell, G. L., Bennett, J. E., and Dolin,

R., Principles and Practice of Infectious Diseases, 5th edition, Churchill

Livingstone, New York

Kozar, R. A., and Roslyn, J. J., 2003, The Appendix, in Schwartz, S. I., Shires,

G. T., Spencer, F. C., Daly, J. M., Fischer, J. E., and Galloway, A. C.,

Principles of Surgery, 7th edition, 27, McGraw-Hill Companies, Inc.,

United States of America

Laal, M., and Mardanloo, A., 2009, Acute Abdomen: Pre and Post-Laparotomy

Diagnosis, International Journal of Collaborative Research on Internal

Medicine & Public Health, USA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

52

Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 2002, Drug

Information Handbook, 11th edition, Lexy-Comp. Inc., Canada

Nanizar, Z, J., 2004, Ars Prescriben Resep yang Rasional, Airlangga University

Press, Surabaya

National Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007, Appendicitis,

www.digestive.niddk.nih.gov, diakses tanggal 2 Juni 2014

Neal, M. J., 2006, Medical Pharmacology at a Glance, 5th edition

,diterjemahkan oleh Surapsari, J., 80-85, Penerbit Erlangga, Jakarta

Notoatmodjo, S., 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, 25-49, Rineka Cipta,

Jakarta

Papaziogas B., Tsiaousis, P., et. al., 2009, Effect of Time on Risk of Perforation

in Acute Appendicitis, Acta. Chir. Belg.

Pichichero, M. E., 2007, Use of Selected Cephalosporins in Penicillin-Allergic

Patients: A Paradigm Shift, Diagnostic Microbiology and Infectious

Disease, USA

Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 154, 165-167, Erlangga,

Yogyakarta

Prokuski, L. J., 2005, Selecting an appropriate prophylactic antibiotic agent:

Reduce surgical site infections with appropriate prophylactic antibiotic

use,

http://www.healthinsight.org/releases/assets/pdf/Prophylactic%20Antibi

otics%20in%20Orthopedic%20Surgery.pdf, diakses tanggal 14 April

2014

Setiabudi, R. dan Gan, V. H. S., 2007, Pengantar Antimikroba, dalam S. G.,

Ganiswara., (Eds.), Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 571-575, Fakultas

Kedokteran UI, Jakarta

Steinberg, J. P., Braun, B. I., et al., 2009, Timing of Antimicrobial Prophylaxis

and the Risk of Surgical Site Infections: Results From the Trial to

Reduce Antimicrobial Prophylaxis Errors, Ann. Surg.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

53

Syamsuhidayat, R., Jong. W. D., 2010, “Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan

Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, 639-645,EGC,

Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 2009, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Volume 2,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Tjay, 2007, Obat-obat penting, khasiat, penggunaan, dan efek samping, 55-85,

Multimedia Komputindo, Jakarta

Ward, P. A., Smith, C. A., et al., 2009, Prolonged Use of Antibiotics in

Complicated Appendicitis: Does It Prevent Post-appendicectomy

Complications, The Internet Journal of Surgery

World Health Organization, 2009, WHO Guidelines for Safe Surgery:Safe

Surgery Saves Lives, WHO Press, Geneva

World Health Organization, 2013, Guidelines for ATC Classification and DDD

Assignment, 16th edition, 15-22, WHO Collaborating Centre for Drug

Statistics Methodology Norwegian Institute of Public Health, Oslo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar kerja pengumpulan data

Data diri (No. RM: )

Data Operasi Keluhan (Lama keluhan)

Nama Obat Jam Pemberian Obat

Umur: Tanggal: Nyeri perut Dosis Jam operasi mulai

Suhu Badan (demam)

Cara pemberian Jam operasi selesai

Jenis kelamin : Nama dokter Mual / Muntah Dosis

Hari masuk rumah sakit

Berat Badan : Diagnosis Diare Lama pemberian Hari keluar rumah sakit

Luka Paska operasi (Kondisi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

55

Lampiran 2. Data Pasien Apendisitis Akut di Instalasi Rawat Inap RSUD Badung tahun 2011

No.

RM

Usia

(thn) L/P

Lam

a

Kelu

-han

(hari

) Diagnosis

Lama

Operasi

(menit)

Jenis

Antibiotika

Profilaksis Waktu

Pembe-

rian

(menit)

Cara

Pembe-

rian

Dosis

Pembe-

rian

Lama

Pembe-

rian

(hari)

Kondisi

Pasca

Operasi Lama

Pera-

watan

(hari)

Keluhan

Sefo-

taksim

Seftri-

akson IV PO

Luka

Baik

Tida

Baik

Nyeri

Perut

De-

mam

Mual /

Munt-

ah

Dia

re

Januari (4)

43384 6 L ≤1

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

43548 30 L ≤1

App akut

sederhana 55 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

43740 16 P 3

App akut

sederhana 60 √ 140 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √ √ √

43839 17 P 2

App akut

sederhana 30 √ 30 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

Februari (5)

45220 36 L 2

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

45582 18 P 3

App akut

sederhana 40 √ 55 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

46005 35 P 2

App akut

sederhana 40 √ 30 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

46314 45 P ≤1

App akut

sederhana 40 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

46317 23 P 4

App akut

sederhana 45 √ 20 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

56

Maret (4)

46988 27 L ≤1

App akut

sederhana 40 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 2 √

47532 22 L 2

App akut

sederhana 35 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √

47698 9 P 2

App akut

sederhana 35 √ 20 √

500mg

2x1 1 √ 2 √ √

26870 21 L 2

App akut

sederhana 60 √ 60 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

April (17)

49940 68 L 2

App akut

sederhana 45 √ 40 √ 1g 1x1 1 √ 5 √ √ √ √

49040 16 P 3

App akut

sederhana 60 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

49122 44 P 2

App akut

sederhana 45 √ 30 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

49351 70 L ≤1

App akut

sederhana 65 √ 60 √ 1g 1x1 1 √ 4 √ √

49489 15 P 3

App akut

sederhana 30 √ 60 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √ √

28236 35 L 2

App akut

sederhana 45 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √

49659 27 P 2

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √

49714 45 L ≤1

App akut

sederhana 30 √ 55 √ 1g 2x1 1 √ 2 √

48738 20 P ≤1

App akut

sederhana 35 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

57

50105 35 P ≤1

App akut

sederhana 35 √ 50 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

44142 34 P 3

App akut

sederhana 30 √ 35 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

48820 55 P 2

App akut

sederhana 30 √ 55 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

50640 65 L 2

App akut

sederhana 45 √ 35 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √ √

38983 11 L ≤1

App akut

sederhana 45 √ 35 √

500mg

2x1 1 √ 2 √ √

50056 15 L 4

App akut

sederhana 45 √ 35 √ 1g 2x1 1 √ 3 √

51009 50 L 3

App akut

sederhana 30 √ 45 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

51281 29 P ≤1

App akut

sederhana 25 √ 20 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √ √

Mei (12)

45153 38 L 2

App akut

sederhana 25 √ 40 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

50928 40 P ≤1

App akut

sederhana 30 √ 40 √

500mg

2x1 1 √ 3 √ √

52060 16 L 4

App akut

sederhana 45 √ 40 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √ √

52686 32 L 3

App akut

sederhana 45 √ 40 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √ √

51154 37 L 2

App akut

sederhana 35 √ 30 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √

50508 37 P ≤1

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 2g 1x1 1 √ 2 √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

58

52856 10 L ≤1

App akut

sederhana 20 √ 60 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √

53565 23 P 3

App akut

sederhana 50 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

53881 11 L 3

App akut

sederhana 50 √ 50 √

500mg

2x1 1 √ 3 √ √ √ √

53902 38 L 2

App akut

sederhana 40 v 50 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

53920 15 L 2

App akut

sederhana 25 √ 25 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

54007 15 P 3

App akut

sederhana 30 √ 105 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √ √

Juni (5)

54421 21 L ≤1

App akut

sederhana 30 √ 35 √ 1g 2x1 1 √ 3 √

54545 50 P ≤1

App akut

sederhana 40 √ 35 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

54743 32 P 2

App akut

sederhana 30 v 35 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

55280 30 L 2

App akut

sederhana 65 √ 60 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

55519 60 P 2

App akut

sederhana 55 √ 50 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

Juli (9)

57027 45 P 2

App akut

sederhana 45 √ 55 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

21508 41 L 3

App akut

sederhana 40 v 40 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

59

57782 21 P 3

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √ √

55803 61 P 2

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √ √ √

58021 35 L 2

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

58171 9 P 2

App akut

sederhana 40 √ 25 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √ √

58256 21 P 2

App akut

sederhana 45 √ 40 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

58260 50 L 2

App akut

sederhana 40 √ 40 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

58336 27 P 2

App akut

sederhana 45 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

Agustus (5)

59123 52 P 3

App akut

sederhana 60 √ 30 √ 1g 1x1 1 √ 4 √ √ √ √

18883 43 P 2

App akut

sederhana 60 √ 30 √ 1 g 1x1 1 √ 4 √ √ √

59805 74 L 2

App akut

sederhana 50 √ 35 √ 1 g 1x1 1 √ 5 √ √ √

44469 19 L 3

App akut

sederhana 50 √ 30 √ 1 g 1x1 1 √ 3 √ √

61065 47 P 2

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1 g 1x1 1 √ 2 √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

60

September (8)

61195 19 P ≤1

App akut

sederhana 40 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 2 √

61574 18 P ≤1

App akut

sederhana 40 √ 60 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √

61867 19 L 2

App akut

sederhana 30 √ 55 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √ √

61892 24 P 2

App akut

sederhana 35 √ 45 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

61912 16 P ≤1

App akut

sederhana 35 √ 95 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √

62043 14 L 3

App akut

sederhana 35 √ 20 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

62318 22 P 2

App akut

sederhana 55 √ 40 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

13098 33 L 2

App akut

sederhana 50 √ 50 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

Oktober (12)

63610 25 P 3

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √ √

63142 16 P 2

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

63945 50 P 2

App akut

sederhana 40 √ 45 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √ √

64103 35 P 3

App akut

sederhana 30 √ 45 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

64120 21 P 3

App akut

sederhana 30 √ 60 √ 1g 1x1 1 √ 2 √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

61

64131 35 L ≤1

App akut

sederhana 30 √ 65 √ 1g 2x1 1 √ 2 √

64213 21 P 2

App akut

sederhana 25 √ 55 √ 1g 1x1 1 √ 2 √

64367 14 P 2

App akut

sederhana 45 √ 55 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

92091 9 L ≤1

App akut

sederhana 45 √ 60 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √ √

65312 14 P 2

App akut

sederhana 35 √ 55 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

65386 43 L 2

App akut

sederhana 35 √ 45 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

65467 20 P 2

App akut

sederhana 40 √ 30 √ 1g 1x1 1 √ 3 √ √

November (6)

65955 17 L 2

App akut

sederhana 65 √ 20 √ 1g 2x1 1 √ 4 √ √

66186 20 L 4

App akut

sederhana 40 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

66992 50 L 2

App akut

sederhana 30 √ 25 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √ √

66996 35 L 3

App akut

sederhana 55 √ 35 √ 1g 2x1 1 √ 3 √ √

67571 22 L 2

App akut

sederhana 35 √ 35 √ 1g 1x1 1 √ 4 √ √

67577 17 L ≤1

App akut

sederhana 40 √ 60 √

500mg

2x1 1 √ 4 √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

62

Desember (3)

68415 30 P 3

App akut

sederhana 35 √ 60 √ 1g 2x1 1 √ 2 √ √ √

68540 33 L 2

App akut

sederhana 35 √ 160 √ 1g 2x1 1 √ 5 √ √

68259 60 L 2

App akut

sederhana 40 √ 55 √ 1g 2x1 1 √ 4 √ √ √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

63

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pediatri Menurut Umur.

a. Rumus Perhitungan Dosis

Rumus Young (untuk anak < 8 tahun) = 𝑛

𝑛+12 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 max (𝑚𝑔)

Rumus Dilling (untuk anak ≥ 8 tahun) = 𝑛

20 𝑥 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 max (𝑚𝑔)

b. Dosis Maksimum Dewasa

Sefotaksim = 2 gram = 2000 mg

Seftriakson = 2 gram = 2000 mg

No.

RM

Usia

(tahun)

Jenis

Antibiotika

Profilaksis

Dosis

Pemberian

(mg)

Dosis

Perhitungan

Sesuai /

Tidak Sesuai

43384 6 Sefotaksim 1000 667 Tidak Sesuai

47698 9 Sefotaksim 1000 900 Tidak Sesuai

52856 10 Seftriakson 1000 1000 Sesuai

53881 11 Sefotaksim 1000 1100 Tidak Sesuai

58171 9 Sefotaksim 1000 900 Tidak Sesuai

92091 9 Sefotaksim 1000 900 Tidak Sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

64

Lampiran 4. Hasil Wawancara dengan Dokter Bedah I

1. Apakah dokter selalu memberikan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut yang dokter tangani?

Jawab : Ya... saya selalu beri antibiotika profilaksis sebelum operasi. Kan ada

macam-macam operasi. Nah.. Operasi apendisitis itu termasuk operasi bersih

terkontaminasi yang perlu antibiotik profilaksis biar tidak ada infeksi. Dikasi

antibiotika profilaksis diharapkan ada kadar antibiotik yang cukup didalam

darah sehingga infeksi pasca operasinya lebih kecil lah...

2. Antibiotika profilaksis apa yang dokter berikan pada pasien apendisitis akut

yang dokter tangani? Apa Alasannya?

Jawab : saya sering pakai sefalosforin generasi ketiga... Biasanya saya beri

sefotaksim karena disamping reaksi alerginya minim harganya juga tidak

terlampau mahal kadang juga seftriakson karena waktu paruhnya panjang tapi

seftriakson sangat jarang saya pakai..

3. Berapakah dosis antibiotika profilaksis yang dokter sering berikan kepada

pasien apendisitis akut yang dokter tangani?

Jawab : Tergantung umur dan berat badan pasien ya... kalau dewasa biasa 2

gram..

4. Kapankah dokter memberikan antibiotik profilaksis? Alasannya?

Jawab : Yang namanya profilaksis itu kan sebelum tindakan ya... pasien kita

berikan satu jam sebelum operasi...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

65

5. Apakah ada standar prosedur operasi apendisitis akut di RSUD Badung?

Jawab : Maksudnya yang khusus apendisitis? tidak ada, dik... kalau SPO

umum baru ada... ya seperti kebersihan dan persiapan ruangan operasi... tapi

tidak ada mencantumkan antibiotikanya... karena itu kebijakan dokter...

6. Menurut dokter, Apakah pemberian antibiotika profilaksis sudah dapat

mencegah infeksi pasca operasi? Apakah pernah ada terjadi infeksi dan berapa

banyak dari operasi yang dokter tangani?

Jawab : Oh ya, sudah. Dari pasien yang saya tangani, kecil kemungkinan yang

ada infeksi ya... ada yang terjadi infeksi tapi sangat jarang ya... kalau masalah

jumlah saya tidak ingat...

7. Adakah keluhan dari pasien, misal efek samping, biaya atau hal-hal lain

sehubungan penggunaan antibiotika profilaksis?

Jawab : Kalau masalah biaya tidak ada ya... Soalnya kan kebanyakan pasien

yang saya tangani ini kan ditanggung JKBM (Jaminan Kesehatan Bali

Mandara) ataupun Askes (Asuransi Kesehatan)... Kalau efek samping sih

selama ini tidak ada ya...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

66

Lampiran 5. Hasil Wawancara dengan Dokter Bedah II

1. Apakah dokter selalu memberikan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut yang dokter tangani?

Jawab : kalau dokter di sini pasti selalu memberi pasien antibiotika profilaksis

pada pasien bedah..

2. Antibiotika profilaksis apa yang dokter berikan pada pasien apendisitis akut

yang dokter tangani? Apa Alasannya?

Jawab : saya sering memberikan pasien sefotaksim karena murah dan juga

jarang ada pasien yang alergi...

3. Berapakah dosis antibiotika profilaksis yang dokter sering berikan kepada

pasien apendisitis akut yang dokter tangani?

Jawab : kalau dewasa 2 gram, anak-anak 1 gram..

4. Kapankah dokter memberikan antibiotik profilaksis? Alasannya?

Jawab : Ya jelas sebelum operasi... kalau dari standarnya ya satu jam

sebelumnya..

5. Apakah ada standar prosedur operasi apendisitis akut di RSUD Badung?

Jawab : saya rasa tidak ada....

6. Menurut dokter, Apakah pemberian antibiotika profilaksis sudah dapat

mencegah infeksi pasca operasi? Apakah pernah ada terjadi infeksi dan berapa

banyak dari operasi yang dokter tangani?

Jawab : Oh ya, pasti... jarang pasien saya ada yang infeksi..

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

67

7. Adakah keluhan dari pasien, misal efek samping, biaya atau hal-hal lain

sehubungan penggunaan antibiotika profilaksis?

Jawab : efek samping sepertinya tidak ada.. kalau biaya kan biasanya sudah

ditanggung JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara).. kalau pun biaya

sendiri tidak mahal kok... jadi tidak ada masalah...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

68

Lampiran 6. Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Farmasi

1. Apakah Dokter selalu memberikan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut?

Jawab : Iya, karena dokter pasti tidak mau ambil resiko... Dengan

menggunakan antibiotika profilaksis, infeksi pasca operasi pada pasien lebih

dapat diminimalkan..

2. Apa saja antibiotika yang sering diberikan?

Jawab : Kalau dokter di sini sering pakai cefalosporin khususnya sih cefotaxim

ya...

3. Mengapa dipilih cefotaxim? Apa alasannya?

Jawab : ini lebih karena cefotaxim lebih kecil kemungkinan terjadinya alergi

jadi dokter memilih menggunakan cefotaxim dalam operasi dan dari segi

harga lebih murah apalagi pasien banyak yang ditanggung pemerintah...

4. Kapan antibiotika profilaksis diberikan kepada pasien? Mengapa?

Jawab : kalau standarnya ya 1 jam ya.. Karena kan menjaga ketersediaan

antibiotika dalam tubuh terutama di tempat yang dioperasi... kalau dari

instalasi farmasi biasanya mengirim lebih dari 1 jam sebelum operasi..

Kenapa ada yang lebih dari 1 jam?

Jawab : kalau masalah itu coba ditanyakan langsung ke dokter atau kepala

kamar bedah..

5. Apakah terdapat standar prosedur operasi apendisitis akut di RSUD Badung?

Jawab : ndak ada... kami masih pembenahan manajemen jadi mungkin akan

menyusul... sekarang kami masih menggunakan kebiasaan dokter dengan

pertimbangan dari kami kalau ada kasus khusus...

6. Apakah pemberian antibiotika profilaksis ini sudah dapat mencegah terjadinya

infeksi pasca operasi?

Jawab : Saya kira sudah ya... tapi mungkin aja ada yang infeksi cuma sedikit

dan jarang banget.. kalau jelasnya tanyakan coba ke dokternya...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

69

7. Adakah keluhan dari pasien, misal efek samping, biaya, lama penggunaan atau

hal-hal lain sehubungan penggunaan antibiotika profilaksis?

Jawab : sepertinya sih tidak... kan ditanggung JKBM dan Askes

kebanyakannya... karena di sini kan rumah sakit milik pemerintah...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

70

Lampiran 7. Hasil wawancara dengan Kepala Kamar Bedah

1. Apakah dokter selalu memberikan antibiotika profilaksis pada pasien operasi

apendisitis akut?

Jawab : Oh... selalu... kalau apendisitis tiap dokter diharuskan pakai...

2. Antibiotika apa yang sering diberikan? Alasannya?

Jawab : yang saya tahu dokter sering pakainya sefotaksim.. alasannya ya

mungkin karena jarang ada reaksi alergi.. dokter lebih tahu alasannya kan dia

yang pilih..

3. Apakah ada standar prosedur operasi apendisitis di RSUD Badung?

Jawab : Ada.. tapi ini operasi secara umum..

4. Kapan biasanya antibiotik profilaksis diberikan untuk persiapan operasi?

Jawab : Biasanya penyuntikan antibiotik dilakukan maksimal 1 jam sebelum

operasi.....

Kenapa ada yang lebih dari 1 jam?

Jawab : kadang banyak pasien, sering operasi jadi molor karena nunggu

pasien sebelumnya selesai dan kan pembersihan dan penyiapan kamar operasi

juga perlu waktu..

5. Apakah pemberian antibiotika profilaksis ini sudah dapat mencegah terjadinya

infeksi pasca operasi?

Jawab : Jarang saya tahu ada yang infeksi jadi ya dapat mencegah...

6. Adakah keluhan dari pasien, misal efek samping, biaya, lama penggunaan atau

hal-hal lain sehubungan penggunaan antibiotika profilaksis?

Jawab : kalau biaya kan ditanggung pemerintah... kalau masalah lain seperti

efek samping sepertinya tidak ada...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

71

Lampiran 8. Pedoman wawancara mendalam dengan Dokter Bedah, Kepala

Instalasi Farmasi, dan Kepala Kamar Bedah RSUD Badung

Pengantar

- Memberi salam dan berterima kasih atas kesediaan responden

diwawancara.

- Memperkenalkan diri

- Menjelaskan estimasi waktu wawancara kurang dari 30 menit

- Menjelaskan tujuan wawancara

Tujuan

- Memperoleh informasi tambahan yang diperoleh secara lisan terkait

dengan penggunaan antibiotika profilaksis pada pasien operasi apendisitis

akut di instalasi rawat inap RSUD Badung tahun 2011

- Memperoleh informasi alasan pemilihan antibiotika profilaksis pada

pasien operasi apendisitis akut di instalasi rawat inap RSUD Badung tahun

2011

Prosedur

- Meminta responden memberikan pendapat baik maupun negatif

- Menjelaskan tentang penggunaan perekam suara sebagai alat bantu

penelitian agar tidak kehilangan informasi

- Memberi jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian

dan akan dijaga kerahasian nama responden dan informasi yang

didapatkan

- Meminta ijin untuk memulai

Daftar pertanyaan

1. Apakah dokter memberikan antibiotika profilaksis pada pasien yang

menjalani operasi apendisitis akut

o Jika iya, apakah alasan dokter memberi antibiotika profilaksis

o Jika tidak, apakah alasan dokter tidak memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

72

2. Antibiotika profilaksis jenis apa yang sering dokter berikan beserta

alasannya

3. Berapa dosis antibiotika profilaksis yang dokter berikan pada pasien

apendisitis akut

4. Kapan dokter memberikan antibiotik profilaksis?

o Jika sebelum operasi, kapan waktu diberikannya

o Jika sesudah operasi, kapan waktu diberikannya

5. Apakah pemberian antibiotika profilaksis diatur dalam standar

prosedur operasi apendisitis di RSUD Badung

6. Menurut anda (dokter/Kepala IFRS/ Kepala Kamar Bedah), Apakah

pemberian antibiotika profilaksis sudah dapat mencegah infeksi pasca

operasi serta apakah pernah ada terjadi infeksi?

7. Adakah keluhan dari pasien, misal efek samping, biaya, lama

penggunaan atau hal-hal lain sehubungan penggunaan antibiotika

profilaksis?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

73

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

74

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

75

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Kabupaten Badung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

76

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari RSUD Badung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

77

Lampiran 13. Persetujuan Hasil Wawancara Dokter Bedah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

78

Lampiran 14. Persetujuan Hasil Wawancara Kepala Instalasi Farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

79

Lampiran 15. Persetujuan Hasil Wawancara Kepala Kamar Bedah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · melakukan wawancara pada dokter bedah, kepala kamar bedah dan kepala instalasi farmasi. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik

80

BIOGRAFI PENULIS

Penulis yang bernama lengkap I Made Suryana Firdaus lahir di

Denpasar pada tanggal 5 Juni 1991 adalah putra kedua dari

pasangan I Made Winarasa dengan Yetty Mariyetta. Penulis

mengawali masa pendidikannya di TKK Swastiastu (1995-1997)

kemudian melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar di

SDK Thomas Aquino (1997-2003). Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Mengwi (2003-2006),

kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di

SMA Negeri 2 Mengwi (2006-2009). Penulis kemudian

melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada

tahun 2009. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma, penulis

aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan seminar baik di dalam maupun di luar

kampus. Selain itu penulis juga dalam kegiatan kemasyarakatan dan organisasi di

luar kampus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI