Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
i
TREND PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2001-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Darwis Alfonsus
NIM : 05 1324 006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah
mendukung dan memberikan banyak perhatian kepada saya selama menempuh masa
studi di perguruan tinggi dari awal hingga akhir serta dalam proses penulisan skripsi ini.
Pertama, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai saya
dengan limpahan rahmat dan Roh Kudus yang tiada tara. Sering kali saya terjatuh, gagal
bahkan putus asa, namun kasih dan perlindungan-Mu membuat saya kuat dan tetap
bertahan menghadapi segala cobaan. Terima kasih Tuhan Yesus Kristus dan Bunda
Maria.
Kedua, kedua orang tua saya Bapak Ignatius Peem dan Ibu Hilaria Aim yang
selalu mendukung aktivitas akademik saya. Meskipun kita hidup dalam kondisi ekonomi
yang serba kekurangan, namun kerja keras, doa dan harapan kalian mampu mengantarkan
saya meraih cita-cita. Terima kasih atas izinnya meninggalkan sementara keluarga dan
kampung halaman demi menuntut ilmu dan mengejar cita-cita di Tanah Sultan. Hal ini
saya lakukan demi kemajuan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Ketiga, adik-adikku yang tercinta Dirgo, Doyo dan Duta. Terima kasih atas
dukungan dan doanya untuk abang selama menyelesaikan masa kuliah.
Keempat, Keluarga Besar Bujang Dare Kayong (Bedayong) Ketapang dan Sekber
JC. Oevaang Oeraay Yogyakarta. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya selama
saya kuliah. Semoga skripsi ini menjadi referensi dan inspirasi kawan-kawan mahasiswa
Dayak dalam berkarya demi kemajuan dan perkembangan Provinsi Kalimantan Barat
yang kita cintai.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
"Ubahlah Kegagalan Pertama menjadi Kemenangan Terakhir" (Penulis)
"Gagal itu Baik" (Nistain Odop)
"Biawak Dudok Labuk Bakalindank"
(Pepatah Tua Dayak Laor)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
TREND PERKERMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2001-2010
Darwis Alfonsus
Universitas Sanata Dharma
2012
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa trend perkembangan perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga
April 2012 di Provinsi Kalimantan Barat. Teknik pengambilan data menggunakan
metode dokumenter yang dianalisa dengan analisis deret berkala, yaitu metode
setengah rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010
mengalami peningkatan. Luas lahan rata-rata bertambah 37.906,4 hektar per tahun,
jumlah produksi kelapa sawit mengalami kenaikan rata-rata 56.591,4 ton per tahun,
jumlah petani meningkat sebanyak 3.629 Kepala Keluarga (KK) per tahun dan
harga crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan rata-rata Rp 529, 9 per kilogram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACK
THE TREND OF THE DEVELOPMENT OF PALM OIL PLANTANTION
IN WEST KALIMANTAN PROVINCE IN 2001-2010
Darwis Alfonsus
Universitas Sanata Dharma
2012
This research aims to analyze the trend of the development of palm oil plantation in
West Kalimantan Province during 2001-2010. This research is a descriptive
research which was conducted in May-April 2012 in West Kalimantan Province.
The technique to gather the data was a documentary method. Data were analyzed by
a periodical progressien analysis that is a semi-average method. The results show
that the trend of the development of palm oil plantation in West Kalimantan
Province during 2001-2010 increased. The average volume of palm oil plantation
increases 37.906,4 hectares per year. The total production increases 56.591,4 tons
per year, the average sum of farmers increases to 3.629 family head per year, and
the average price of crude palm oil (CPO) increases Rp 529, 9 per kilogram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah memberi berkat, hikmat, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul "Trend Perkembangan
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010".
Skripsi ini melaporkan hasil penelitian tentang trend perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 yang
dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2012. Pembuatan skripsi ini adalah
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Ekonomi.
Penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Ekonomi sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar
dalam proses penulisan skripsi.
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I yang sangat
sabar membimbing dan membantu penulis melaksanakan penelitian, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan baik.
4. Panitia Penguji: Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., Y.M.V. Mudayen, S.Pd.,
M.Sc. dan Dr. C. Teguh Dalyono, M.S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi: Bapak Indra Darmawan, S.E.,
M.Si., Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc., Dra. Catharina Wigati Retno Astuti
M.Si., Drs. J. Markiswo dan P.A. Rubyanto. Terima kasih atas jasa-jasa kalian
sehingga saya memperoleh gelar sarjana.
6. Teman-teman Mahasiswa PE angkatan 2005. Kalian diibaratkan sebuah gitar
yang telah mengiringi langkah penulis selama menempuh studi.
7. PBS-KK yang telah membantu beasiswa selama penulis melaksanakan kuliah.
8. Teman-teman Forum Bedayong, PBS KK, Sekber J.C. Oevaang Oeraay,
GMPPK dan JMPKB yang sesalu memberi semangat dan motivasi saat penulis
melaksanakan penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar, bukan
hanya untuk penulis saja, tetapi juga bagi semua pihak.
Yogyakarta, 22 Agustus 2012
Penulis,
Darwis Alfonsus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xix
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xx
DAFTAR PETA ................................................................................................ xxi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Batasan Masalah ..................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8
Halaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10
A. Analisis Trend/ Analisi Deret Berkala .................................................... 10
1. Arti dan Pentingnya Analisis Trend .................................................. 10
2. Klasifikasi dan Gerakan/Variasi
dari Data Deret Berkala..................................................................... 11
B. Definisi Kelapa Sawit ............................................................................. 12
C. Klasifikasi dan Ciri-ciri Fisiologis Kelapa Sawit ................................... 13
1. Akar ................................................................................................... 14
2. Batang ............................................................................................... 13
3. Daun .................................................................................................. 14
4. Bunga ................................................................................................ 15
5. Buah .................................................................................................. 15
6. Biji ..................................................................................................... 16
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelapa Sawit Berkembang ............... 16
1. Keunggulan Kelapa Sawit ................................................................. 16
2. Permintaan Pasar Dunia .................................................................... 17
3. Perkembangan Industri Biodiesel ..................................................... 17
4. Ketersediaan Lahan ........................................................................... 18
5. Manfaat Kelapa Sawit ....................................................................... 18
6. Dukungan Pemerintah ....................................................................... 19
E. Tujuan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit.................................. 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
F. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pengembangan
Perkebunan Kelapa Sawit ....................................................................... 21
1. Fase PIR-Trans .................................................................................. 22
2. Fase Deregulasi ................................................................................. 22
3. Fase Privatisasi .................................................................................. 23
4. Fase Kooferatif .................................................................................. 24
5. Fase Desentralisasi ............................................................................ 24
G. Proses Izin Perkebunan Kelapa Sawit ..................................................... 26
1. Izin Informasi .................................................................................... 27
2. Izin Lokasi ........................................................................................ 27
3. Izin Usaha Perkebunan ..................................................................... 29
4. Izin Lainnya ...................................................................................... 32
5. Hak Guna Usaha (HGU) ................................................................... 37
H. Pola Pemasaran Komiditi Kelapa Sawit ................................................. 41
1. Pola Pemasaran Perkebunan Rakyat ................................................. 41
2. Pola Pemasaran Perkebunan Besar Negara dan Swasta ................... 41
I. Kemitraan dalam Pembangunan dan Pengelolaan
Perkebunan Kelapa Sawit ....................................................................... 42
J. Harga ....................................................................................................... 47
1. Pengertian Harga ............................................................................... 47
2. Tujuan Penetapan Harga ................................................................... 48
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga ........................................ 50
4. Fluktuasi Harga ................................................................................. 54
K. Harga CPO .............................................................................................. 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
L. Produksi Kelapa Sawit ............................................................................ 62
M. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 67
N. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 68
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 71
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 71
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 71
C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 72
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Data ................................... 72
E. Variabel Penelitian .................................................................................. 72
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 73
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 73
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................ 76
A. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Barat ........................................ 76
1. Letak, Luas, dan Batas ...................................................................... 76
2. Topografi dan Penggunaan Tanah .................................................... 79
3. Kependudukan .................................................................................. 80
4. Pendidikan ......................................................................................... 81
5. Pertanian Perkebunan ........................................................................ 82
B. Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat .................................................................. 83
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 87
A. Analisis Data ........................................................................................... 87
B. Pembahasan ............................................................................................. 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB VI SIMPULAN, SARAN
DAN KETERBATASAN PENELITIAN ........................................................ 146
A. Simpulan ................................................................................................ 146
B. Saran ....................................................................................................... 148
C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 150
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Harga Rata-rata CPO Dunia .............................................................. 60
Tabel III. 1 Perhitungan Trend Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
Di Provinsi Kalimantan Barat ............................................................................. 75
Tabel V.1 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ............................................................... 88
Tabel V.2 Pembagian Kelompok Data Perkembangan
Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 89
Tabel V. 3 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Luas Areal
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 90
Tabel V.4 Perhitungan Trend Perkembangan Luas Lahan
Perkebunan Kelapa Sawitdi Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 93
Tabel V.5 Perkembangan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ................................................ 94
Tabel V.6 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 95
Tabel V. 7 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 96
Tabel V.8 Perhitungan Trend Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 99
Tabel V.9 Perkembangan Jumlah Petani Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ................................................ 100
Tabel V.10 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Jumlah Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel V. 11 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 102
Tabel V.12 Perhitungan Trend Perkembangan Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 105
Tabel V.13 Perkembangan Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ................................................ 106
Tabel V.14 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 107
Tabel V. 15 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 108
Tabel V.16 Perhitungan Trend Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ................................................ 111
Tabel V.17 Trend dan Persentase Perkembangan Luas Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 112
Tabel V.18 Trend dan Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 130
Tabel V.19 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit .................. 136
Tabel V.20 Trend dan Perkembangan Jumlah Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 137
Tabel V.21 Perkembangan Luas Lahan dan Jumlah Petani Kelapa Sawit ......... 139
Tabel V.22 Trend dan Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 142
Tabel V.23 Perkembangan Luas Lahan Kelapa Sawit,
Produksi dan Harga CPO .................................................................................... 143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GRAFIK
Grafik II. 1 Perkembangan Produksi Barang A .................................................. 11
Grafik II. 2 Fungsi Penawaran ............................................................................ 49
Grafik II. 3 Kurva Permintaan Pasar ................................................................... 52
Grafik II. 4 Akibat Terhadap Harga dari Suatu Perubahan yang Tidak
direncanakan Tergantung pada Elastisitas Permintaan ....................................... 55
Grafik II. 5 Pola Reaksi yang Sangat Berbeda Sektor Pertanian
dan Industri dalam Perekonomian ...................................................................... 57
Grafik V. 1 Trend Perkembangan Luas Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 112
Grafik V. 2 Trend Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 131
Grafik V.3 Trend Perkembangan Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 138
Grafik V.4 Trend Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010 ................................................................................................ 142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR BAGAN
Bagan II. 1 Prosedur Perolehan Izin HGU .......................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR PETA
Peta IV. 1 Provinsi Kalimantan Barat ................................................................. 78
Peta IV. 2 Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2006 .......................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perkembangan Komoditi Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat, Tahun 2001-2010 .............................................................. 154
Lampiran 2 Perhitungan Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010 ................................................ 155
Lampiran 3 Data Perkebunan Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat Tahun 2009 ........................................................................ 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Industri minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri strategis
karena berhubungan dengan sektor perkebunan yang banyak berkembang di
negara‐negara beriklim tropis seperti Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kelapa
sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit mentah (CPO-crude palm oil) dan
inti kelapa sawit (PKO-palm kernel oil) merupakan salah satu primadona tanaman
perkebunan yang menjadi sumber pendapatan negara yaitu penghasil devisa non-
migas.
Prospek perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat,
dimana terjadi peningkatan jumlah produksi kelapa sawit seiring meningkatnya
permintaan pasar dunia. Hasil industri minyak kelapa sawit bukan hanya minyak
goreng saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai bahan dasar industri lainnya
seperti industri makanan, kosmetik dan industri sabun.
Sebagai komoditas unggulan, kelapa sawit di Indonesia memiliki peluang
bisnis yang sangat menjanjikan di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat
dari permintaan pasar yang semakin meningkat dengan diiringi kenaikan harga
minyak sawit. Menurut data Oilword 2010 dalam Pandamean (2011: 18),
Indonesia berkontribusi sebesar 47 persen terhadap produksi minyak sawit dunia,
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sedangkan Malaysia hanya 39 persen. Negara produsen minyak sawit lainnya
adalah Nigeria, Thailand, Kolombia, Ekuador, Papua Nugini, Pantai Gading dan
Brasil.
Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan
minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data Dirjen
Perkebunan Indonesia tahun 2010, selama lima tahun terakhir telah terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 1.229.709 hektar, yaitu
dari 6.594.914 hektar pada tahun 2006 menjadi 7.824.623 hektar di tahun 2010
(Pandamean, 2011).
Pada tahun 1996, pemerintahan Orde Baru merencanakan untuk
mengalahkan Malaysia sebagai eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia
dengan cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dua kali
lipat, yaitu menjadi 5,5 juta hektar pada tahun 2000. Separuh dari luasan
perkebunan kelapa sawit ini dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta
asing. Pengembangan perkebunan kelapa sawit terutama akan dibangun di
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Dengan pertambahan luas areal
perkebunan kelapa sawit ini, pada awalnya (sebelum krisis ekonomi) diharapkan
produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat menjadi 7,2 juta ton pada
tahun 2000 dan 10,6 juta ton pada tahun 2005 (Casson, 2000).
Pengembangan areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi
meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tahun 2005 wilayah Sumatera merupakan yang terbesar, yaitu sebesar 4.280.094
hektar atau 76,46 persen dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Di
wilayah ini provinsi Riau tercatat memiliki areal terbesar, yaitu 1.383.477 hektar
dan selanjutnya diikuti provinsi Sumatera Utara seluas 964.257 hektar.
Wilayah lainnya yang juga memiliki areal perkebunan kelapa sawit cukup
besar adalah Kalimantan seluas 1.108.288 hektar (19,80 persen). Provinsi
Kalimantan Barat tercatat sebagai provinsi yang memiliki lahan perkebunan
kelapa sawit terluas di Kalimantan dengan luas areal sebesar 466.901 hektar,
kemudian disusul oleh Kalimantan Tengah seluas 269.043 hektar
(http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html).
Seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit, total
produksi minyak kelapa sawit Indonesia meningkat tajam, yaitu dari 17.350.848
ton pada tahun 2006 menjadi 17.664.725 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2008,
sehubungan dengan terjadinya krisis ekonomi global, produksi minyak sawit
turun menjadi 17.539.788 ton. Namun pada tahun yang sama Indonesia berhasil
menggeser Malaysia sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia. Tahun 2009
produksi CPO kembali meningkat menjadi 18.640.881 ton dan terus meningkat
menjadi 19.884.901 ton pada tahun 2010. Sedangkan nilai ekspor minyak sawit
tertinggi dicapai pada tahun 2008, yaitu sebesar US$ 14.110.229, kemudian turun
menjadi US$ 11.605.431 pada tahun 2009. Penurunan nilai ekspor ini terutama
disebabkan pergerakan harga CPO tahun 2009 lebih rendah dari 2008 akibat
kondisi ekonomi global yang fluktuatif (Dirjen Perkebunan, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Faktor pendukung pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia
salah satunya adalah ketersediaan tanah atau lahan. Departemen Pertanian
Indonesia berpendapat bahwa terdapat sekitar 27 juta hektar wilayah hutan tidak
produktif, di luar total luas lahan kering di Indonesia seluas 143.95 juta hektar,
yang dapat ditawarkan kepada investor untuk selanjutnya dikonversi menjadi
perkebunan. Lahan tidak produktif tersebut adalah wilayah hutan yang dinilai
telah terdegradasi karena penebangan, pertanian dan aktivitas perusakan hutan
lainnya. Lebih jauh, sebuah penelitian regional yang dilakukan oleh Uni Eropa
dan Departemen Kehutanan Indonesia pada tahun 2001 menyimpulkan bahwa
sekitar 4,279,300 hektar dari 11.5 juta hektar lahan gambut di Sumatra telah
direncanakan akan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit (Colchester, dkk.,
2006: 27).
Tidak hanya itu, berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di
Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan
berbagai insentif. Terutama kemudahan dalam hal perizinan dan bantuan subsidi
investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola Perkebunan Inti
Rakyat (PIR) dan dalam perizinan pembukaan wilayah baru untuk areal
perkebunan besar swasta. Pembangunan pola PIR bertujuan untuk meningkatkan
pemerataan pembangunan dan sekaligus menghapus citra negatif masyarakat
terhadap perkebunan besar. Fungsi PIR ini adalah untuk mengelola perkebunan
secara mandiri. Artinya, masyarakat dapat mengelola sendiri perkebunan kelapa
sawit. Pihak perusahaan hanya berfungsi sebagai pembimbing saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Di masa pemerintahan reformasi, strategi yang paling menonjol dalam
pengembangan perkebunan kelapa sawit adalah penerapan lima (5) pola
kemitraan, yaitu pola koperasi usaha perkebunan (KUP), pola patungan koperasi
sebagai mayoritas pemegang saham dan investor sebagai minoritas pemegang
saham, pola patungan investor sebagai mayoritas pemegang saham dan koperasi
sebagai minoritas pemegang saham, pola built, operated, and transferred (BOT)
dan pola bank tabungan negara (BTN) yang disertai dengan kebijakan perluasan
areal perkebunan.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memberikan
dampak positif dalam pembangunan nasional karena kelapa sawit merupakan
salah satu penghasil devisa negara. Selain itu, manfaat dari pengembangan kelapa
sawit antara lain peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, menyediakan
bahan baku untuk industri minyak goreng dan industri hilir lainnya, peningkatan
kesempatan kerja dan mendukung upaya pengembangan wilayah agar lebih maju
dan berkembang.
Pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten pun tidak ingin
ketinggalan dalam isu prospek cerahnya harga minyak sawit serta dukungan
kebijakan dari pemerintah pusat terhadap sektor perkebunan kelapa sawit. Hal ini
dapat dipahami karena dengan terbitnya Undang-Undang No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah telah memungkinkan pemerintah daerah melakukan
kontrol yang lebih luas terhadap tanah, hutan, anggaran dan perencanaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terkait dengan daerah mereka. Perluasan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan
di wilayah mereka tentu akan berimbas pada peningkatan pendapatan daerah.
Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia
yang dengan pesatnya mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit. Dalam
penelitian tentang masyarakat dan ekspansi perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Barat, diungkapkan bahwa pada tahun 2005 Kalimantan Barat
berencana untuk melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit seluas 5 juta
hektar, terluas dibandingkan provinsi lain di Indonesia, diikuti oleh Provinsi Riau
dan Papua yang keduanya merencanakan ekspansi seluas 3 juta hektar. Kawasan
hutan dan lahan pertanian petani kecil tanpa sertifikat tanah seringkali
diklasifikan oleh pemerintah sebagai “lahan tidak produktif” atau “lahan kosong”
dan ditargetkan untuk dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Hingga tahun
2006, 152 perkebunan kelapa sawit telah dikembangkan di Kalimantan Barat
dengan luas 3.2 juta hektar (Sirait, 2009).
Pada tahun 2010 Kalimantan Barat memiliki luas wilayah perkebunan
kelapa sawit seluas 750.948 ha dengan total produksi 921.560 ton. Tahun 2011
pemerintah provinsi mengalokasikan lahan untuk sektor perkebunan sebesar 3,5
juta ha. Sedangkan lokasi perkebunan kelapa dialokasikan 1,5 juta ha. Hampir
semua kabupaten/kota di Kalimantan Barat mengembangkan perkebunan kelapa
sawit sebagai produk unggulan dan sumber Pendapatan Asli Daerah (Dinas
Perkebunan Kalimantan Barat, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Berkembang pesatnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia, secara
khusus di Provinsi Kalimantan Barat menarik perhatian penulis untuk mengetahui
lebih jauh bagaimana trend perkembangannya. Oleh karena itu, judul penelitian
yang penulis angkat adalah “TREND PERKERMBANGAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2001-
2010”.
B. Batasan Masalah
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan perkembangan perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat, misalnya luas lahan, jumlah produksi,
jumlah petani, harga CPO, jumlah perusahaan dan sebagainya. Namun dalam
penelitian ini hanya dibatasi pada perkembangan luas lahan, jumlah produksi,
jumlah petani dan harga CPO. Penulis akan menganalisis trend dari
perkembangan luas lahan, jumlah produksi, jumlah petani dan harga CPO di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan batasan masalah, maka
rumusan masalah yang akan diangkat oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2. Bagaimana trend perkembangan jumlah produksi perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010?
3. Bagaimana trend perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010?
4. Bagaimana trend perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
2. Untuk mengetahui trend perkembangan jumlah produksi perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
3. Untuk mengetahui trend perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
4. Untuk mengetahui trend perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit
di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
E. Manfaat Penelitian
1. Departemen Pertanian
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan untuk bahan pertimbangan
dalam menyusun berbagai kebijakan yang menyangkut pembangunan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
2. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam menyusun
program pembangunan bagi Provinsi Kalimantan Barat, sehingga rencana
pembangunan lebih terfokus pada bidang yang tepat sasaran serta penataan
yang baik di bidang pengembangan sektor pertanian, khususnya perkebunan
kelapa sawit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Trend/Analisis Deret Berkala
1. Arti dan Pentingnya Analisis Trend
Data berkala atau yang sering disebut time series, adalah data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu, untuk menggambarkan perkembangan
suatu kegiatan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan, jumlah
penduduk miskin, dan sebagainya). Analisa data memungkinkan kita untuk
mengetahui perkembangan suatu/beberapa kejadian serta hubungan/
pengaruhnya terhadap kejadian lainnya. Misalnya, kasus meningkatnya harga
Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri. Apakah kenaikan harga BBM
diikuti dengan kenaikan jumlah produksi suatu perusahaan, apakah kenaikan
harga BBM diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk miskin, apakah
kenaikan harga BBM diikuti dengan kenaikan jumlah produksi petani
perkebunan kelapa sawit, dan sebagainya. Dengan kata lain, apakah
perubahan suatu kejadian mempengaruhi kejadian lainnya, kalau memang
mempengaruhi berapa besar pengaruhnya secara kuantitatif.
Data berkala terdiri dari komponen-komponen, maka dengan analisa
data berkala kita dapat mengetahui masing-masing kompenen kalau kita ingin
menyelidiki komponen tersebut secara mendalam tanpa kehadiran komponen-
komponen yang lain. Data berkala, kerena adanya pengaruh dari komponen-
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
komponen tersebut selalu mengalami perubahan-perubahan, sehingga apabila
digambarkan dalam sebuah grafik akan menunjukan adanya fluktuasi, yaitu
pergerakan naik turun. Contoh grafik:
Grafik II.1 Perkembangan Produksi Barang A
Sumber: Olah data, 2012
2. Klasifikasi dan Gerakan/Variasi dari Data Deret Berkala
Gerakan/variasi dari data berkala terdiri dari empat macam atau empat
komponen, yaitu:
a. Gerakan Trend Jangka Panjang, yaitu gerakan yang menunjukan arah
perkembangan secara umum (kecendrungan naik/turun)
b. Gerakan/Variasi Siklis, adalah gerakan/variasi jangka panjang di sekitar
garis trend (berlaku untuk data tahunan). Gerakan siklis ini bisa terulang
0
20
40
60
80
100
120
0 1 2 3 4 5 6
Produksi (ton)
(Tahun)
(Ton)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
setelah jangka waktu tertentu (setiap 3 tahun, 5 tahun, atau lebih) bisa juga
tidak terulang dalam jangka waktu yang sama.
c. Gerakan/Variasi Musiman, adalah gerakan yang mempunyai pola tetap
dari waktu ke waktu, misalnya meningkatnya harga daging sapi menjelang
Hari Raya Idul Fitri, meningkatnya harga telur menjelang Hari Raya
Natal, dan sebagainya.
d. Gerakan Variasi yang Tidak Teratur, yaitu gerakan/variasi yang sporadic
sifatnya, misalnya naik turunnya produksi padi akibat banjir yang datang
tidak teratur, naik turunnya produksi industri akibat pemogokan, dan
sebagainya.
B. Definisi Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia dan baru ditanam secara
komersil pada tahun 1991. Meskipun demikian, istilah "sawit" sudah digunakan
sejak lama oleh masyarakat beberapa desa di pulau Jawa sebelum kelapa sawit
masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Lubis,
2008).
Menurut Lubis dan Widanarko (2011: 12), kelapa sawit yang bahasa
Latinnya Elaeis guineesis Jacq merupakan tanaman industri penghasil minyak
masak, minyak industri, dan bahan bakar (biodiesel). Selain itu, kelapa sawit
merupakan bahan baku untuk industri sabun, indutri lilin, industri pembuatan
lembaran-lembaran timah, dan industri kosmetik. Produktivitas dari perkebunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan
perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika Barat, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan.
Sedangkan menurut Pahan (2006), kelapa sawit merupakan tanaman
monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bungan betina terdapat
pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu tandan (hermafrodit).
C. Klasifikasi dan Ciri-ciri Fisiologis Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit terdiri dari dua jenis spesies Arecaceae, yaitu Elaeis
guineensis dan Elais oleifera. Elaeis guineensis (pohon kelapa sawit Afrika)
berasal dari Afrika Barat tepatnya di Angola dan Gambia. Sedangkan Elais
oleifera (pohon kelapa sawit Amerika) berasal dari Amerika Tengah dan Amerika
Selatan (Hartanto, 2011: 10).
Menurut Lubis dan Widanarko (2011: 13), ciri fisiologi pada tanaman
kelapa sawit dapat dilihat dari:
1. Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu
(monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar
pertama muncul dari biji yang berkecambah. Setelah itu, radikula akan mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan
membentuk akar sekunder, tertier, dan kuartener.
2. Batang
Tanaman kelapa sawit memiliki batang lurus, melawan arah gravitasi
bumi, dan dapat berbelok jika tanaman (doyong). Fungsi utama batang
sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan zat hara mineral dari akar
melalui pembuluh xilem serta mengangkut hasil fotosintesis melalui
pembuluh floem. Selain itu, batang juga sebagai penyangga daun, bunga,
buah, dan sebagai penyimpan cadangan makanan.
3. Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi
tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh
pada luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat
kecambah, bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai
membelah menjadi dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring
bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 3–4 bulan
sehingga terbentuk daun sempurna. Daun ini terdiri dari kumpulan anak daun
(leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midib) dengan helai anak daun
(lamina). Sementara itu, tangkai daun (rachis) yang berfungsi sebagai tempat
anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah sawit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
4. Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi
umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoecious. Karena itu, bunga
jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon. Bunga sawit muncul dari
ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut
dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada
kondisi tanaman. Infloresen awal terbentuk selama 2–3 bulan, lalu
pertumbuhan salah satu organ reproduktifnya terhenti dan hanya satu jenis
bunga yang dihasilkan dalam satu infloresen. Namun, tidak jarang juga organ
betina (gynoecium) dapat berkembang bersama-sama dengan organ jantan
(androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit.
5. Buah
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe. Susunan buah
kelapa sawit yaitu pericarp (daging buah) yang terbungkus oleh exocarp
(kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1–4 inti atau
kernel. Sementara itu. Inti memiliki testa (kulit), endosperm, dan sebuah
embrio. Tandan kelapa sawit terdiri dari dua ribu buah sawit dengan tingkat
kematangan yang bervariasi. Secara praktis, tandan yang dianggap matang
atau layak panen dicirikan dengan tanda berwarna merah jingga yang
menandakan adanya kandungan karotena. Buah yang masih muda berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
hijau pucat, semakin tua warnanya berubah menjadi menjadi hijau hitam
hingga kuning.
6. Biji
Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk
setiap jenisnya. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa
sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
a. Dura, memiliki cangkang tebal (3–5 mm), daging buah tipis, dan
rendemen minyak 15–17 persen.
b. Tenera, memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan
rendemen minyak 21–23 persen.
c. Pisifera, memiliki cangkang agak tipis, daging buah tebal, dan rendemen
minyak 23–25 persen.
D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kelapa Sawit Berkembang
Pandamean, (2011) menguraikan faktor-faktor pendukung yang
menyebabkan berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu:
1. Keunggulan Kelapa Sawit
Kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
tanaman perkebunan lainnya antara lain jumlah produksi minyak nabati per
hektar luas lahan lebih tinggi ketimbang tanaman penghasil minyak nabati
lainnya. Produktivitas kelapa sawit mencapai 4 ton/ha/tahun jauh melebihi
produktivitas tanaman kedelai yang hanya 0,4 ton/ha/tahun dan minyak lobak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
0,57 ton/ha/tahun. Pada saat proses adaptasi terhadap lingkungan, kelapa
sawit lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan
tanaman musiman, seperti kedelai dan bunga matahari. Dari segi kesehatan,
minyak kelapa sawit mempunyai keunggulan, yaitu zat Beta Karoten yang
baik untuk kesehatan manusia. Selain itu, minyak kelapa sawit merupakan
sumber bahan baku biodiesel yang dapat diperbaharui, sedangkan minyak
bumi diperkirakan akan habis dalam beberapa kurun waktu kedepan.
2. Permintaan Pasar Dunia
Permintaan sawit dunia yang semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya permintaan dari negara-negara importir, seperti Cina, India,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Permintaan CPO Amerika Serikat terus naik,
trend konsumsi minyak nabati Amerika Serikat melonjak 60 persen pada
periode 2002-2009. Kebutuhan minyak CPO naik karena didukung kebijakan
negara tersebut untuk menggunakan bahan bakar nabati. Setidaknya sekitar
173 unit pabrik biodiesel beroperasi dan tersebar di sejumlah lokasi di
Amerika Serikat.
3. Perkembangan Industri Biodiesel
Berkembangnya industri biodiesel sebagai bahan bakar alternatif yang
mengunakan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku dapat mendorong
tingginya permintaan terhadap minyak sawit. Pada saat ini, bahan bakar diesel
telah digunakan secara luas di sejumlah negara sejalan dengan meningkatnya
kepedulian terhadap lingkungan hidup yang berkelanjutan seperti di Amerika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Serikat, Brasil, Australia, Singapura dan negara lainnya. Sementara di
Indonesia sendiri, pemerintah melalui kebijakan energi nasional telah
menargetkan penggunaan biodiesel dari bahan bakar nabati minimal sebesar 5
persen dimulai pada bulan Januari 2010.
4. Ketersedian Lahan
Ketersediaan lahan mempunyai peranan penting bagi bagi
pengembangan indutri kelapa sawit. Pada tahun 2009 Indonesia memiliki
ketersediaan lahan perkebunan kelapa sawit seluas 18 juta ha, sementara areal
yang sudah terpakai baru seluas 7,32 juta ha. Hal tersebut dapat mendukung
ekspansi perkebunan baru di masa yang akan datang.
5. Manfaat Kelapa Sawit
Minyak yang berasal dari kelapa sawit ada dua macam, yaitu dari
daging buah yang dikeluarkan melalui perebuasan dan pemerasan yang
dikenal sebagai minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) serta minyak
yang berasal dari inti kelapa sawit atau palm kernel oil (PKO). Keduanya
merupakan komoditas utama ekspor Indonesia. Selain itu, minyak kelapa
sawit menghasilkan beberapa produk di antaranya (Maruli, 2011: 25):
a. Industri makanan: mentega, shortening, cokelat, es cream, pakan ternak,
minyak goreng.
b. Produk obat-obatan dan kosmetik: krim, shampoo, lation, vitamin, dan
beta carotene
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
c. Industri berat dan ringan: industri kulit (untuk membuat kulit halus dan
lentur serta tahan terhadap temperatur tinggi), dan bahan pemisah dari
material cobalt dan tembaga di industri logam.
d. Industri kimia: bahan kimia yang digunakan untuk detergen, sabun dan
minyak. Sisa-sisa dari industri minyak sawit dapat digunakan sebagai
bahan bakar boiler, bahan semir furniture, dan bahan anggur.
6. Dukungan Pemerintah
Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan berperan penting
dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Pandamean (2011: 33), usaha
pemerintah dalam mendukung kemajuan perkebunan kelapa sawit diterapkan
dalam berbagai, yaitu:
a. Kebijakan perdagangan untuk menghambat ekspor, stabilitas harga
minyak goreng, dan ketersedian bahan baku untuk industri dalam negeri
diterapkan melalui penggunaan instrumen pajak.
b. Kebijakan perpajakan dan retribusi untuk meningkatkan penerimaan
negara dan daerah melalui instrumen pajak penghasilan, pertambahan nilai
dan retribusi.
c. Kebijakan yang berkaitan dengan perizinan usaha/investasi, yaitu adanya
integrasi vertikal antara kebun kelapa sawit dengan usaha lain, misalnya
ternak.
d. Pengembangan perkebunan melalui penerapan lima (5) pola, yaitu:
1) Pola koperasi usaha perkebunan (KUP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2) Pola patungan koperasi sebagai mayoritas pemegang saham dan
investor sebagai minoritas pemegang saham.
3) Pola patungan investor sebagai mayoritas pemegang saham dan
koperasi sebagai minoritas pemegang saham.
4) Pola built, operated, and transferred (BOT)
5) Pola bank tabungan negara (BTN)
e. Sebagai bagian integral dari sub-sektor perkebunan, usaha di agribisnis
kelapa sawit juga tunduk Undang-Undang (UU) No. 18 Tahun 2004, di
samping aturan perundang-undangan lainnya.
E. Tujuan Pengembangan Pekebunan Kelapa Sawit
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan pertanian di Indonesia
oleh Departemen Pertanian tahun 2005, tujuan utama dari pembangunan pertanian
adalah (Goenadi, 2005):
1. Menumbuhkembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu
aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2. Menumbuhkan industri hulu, hilir, dan penunjang dalam meningkatkan daya
saing dan nilai tambah produk petanian.
3. Memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal melalui pemanfaatan
teknologi yang tepat sehingga kapasitas sumber daya pertanian dapat
dilestarikan dan ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4. Membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri.
5. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam pemasukan devisa.
Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian di atas, maka tujuan
pengembangan agrobisnis kelapa sawit adalah:
1. Menumbuhkembangkan usaha kelapa sawit di pedesaan yang akan memacu
aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2. Menumbuhkan industri pengolahan CPO dan produk turunannya dan industri
penunjang (pupuk, obat-obatan dan alsin) dalam meningkatkan daya saing
dan nilai tambah CPO dan produk turunannya.
3. Memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk tanaman kelapa sawit secara
optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat sehingga kapasitas
sumberdaya pertanian dapat dilestarikan dan ditingkatkan.
4. Membangun kelembagaan perkelapasawitan yang kokoh dan mandiri
5. Meningkatkan kontribusi CPO dan produk turunannya dalam pemasukan
devisa dari sub-sektor perkebunan.
F. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pengembangan Kelapa Sawit
Berdasarkan analisa mengenai proses legislasi perkebunan, dapat
diidentifikasi lima fase kebijakan pemerintah untuk pengembangan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia, yaitu fase PIR-Trans (sampai dengan Oktober 1993),
fase deregulasi (1993-1996), fase privatisasi (1996-1998), fase kooperatif (1998-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2002) dan fase desentralisasi (2002-2006). Fase-fase di atas tidaklah terpisah satu
sama lain atau awal dari sebuah fase bukanlah akhir dari proses yang terjadi
sebelumnya (Colchester, Marcus dkk, 2006).
1. Fase PIR-Trans (sebelum Oktober 1993)
Usaha pemerintah untuk mendirikan perkebunan kelapa sawit terpusat
pada wilayah hutan di luar Jawa dan mengalokasikan tanah tersebut pada
operator-operator PTPN (Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara). PTPN
tersebut menguasai sepenuhnya perkebunan inti maupun plasma serta
menyediakan tenaga kerja dan petani kecil melalui program transmigrasi.
Pemerintah juga mengeluarkan Undang-undang pada tahun 1986 dan 1990
yang dirancang untuk memperbaiki koordinasi antara lembaga pemerintah dan
mempercepat proses perizinan yang diperlukan dalam membebaskan lahan
hutan untuk dikonversi menjadi perkebunan. Kewenangan atas wilayah hutan
masih terpusat dengan adanya Kantor Wilayah Kehutanan yang diberi
kewenangan dalam proses pembebasan tanah seluas kurang dari 100 hektar
untuk perkebunan.
2. Fase Deregulasi (1993-1996)
Pada bulan Oktober 1993, pemerintah mengeluarkan dua peraturan
yang merupakan bagian dari Paket Kebijakan Deregulasi Nasional. Tujuan
dari kebijakan tersebut adalah memberi gubernur kewenangan untuk
mendukung pembangunan regional, dan pada saat yang sama memastikan
bahwa perusahaan swasta memiliki komitmen jangka panjang pada wilayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tempat mereka berinvestasi. Dalam peraturan tersebut, gubernur dapat
mengeluarkan izin untuk konversi wilayah hutan sampai dengan 200 hektar,
dan izin untuk wilayah lebih dari 200 hektar tetap berada di bawah
kewenangan Direktorat Jenderal Perkebunan di Jakarta. Disisi lain,
perusahaan-perusahaan swasta yang meminta izin konversi hutan tidak
diperbolehkan mentransfer HGU sehingga bisa mengamankan investasi dari
perusahaan-perusahaan tersebut.
3. Fase Privatisasi (1996-1998)
Pada masa terakhir pemerintahan Orde Baru terdapat kesepakatan
bersama beberapa sektor, termasuk perkebunan, untuk memprivatisasi BUMN
di bidang perkebunan, mendorong inisiatif sektor swasta serta memfasilitasi
penanaman langsung modal asing. Beberapa jumlah peraturan dirancang
untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan memastikan permainan
yang adil antar perusahaan. Prosedur perolehan izin perusahaan untuk
pengembangan perkebunan diklarifikasikan dengan izin sementara satu tahun
atau disebut juga izin prinsip. Izin ini dapat dikonversi menjadi izin tetap
maupun izin perluasan. Berbagai persyaratan diterapkan untuk memastikan
bahwa perusahaan yang berencana untuk mengkonversi hutan pertama-tama
harus mendapatkan izin dari perusahaan penebangan kayu yang memegang
Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di wilayah yang sama. Sebuah peraturan yang
baru diterbitkan menjelaskan bahwa lahan hutan yang dibuka dan ditanami
untuk perkebunan diklasifikasikan dalam Rencana Tata Ruang Provinsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
sebagai tanah pertanian namun tidak diizinkan untuk membebaninya dengan
izin perkebunan.
4. Fase Kooperatif (1998-2002)
Jatuhnya rezim Orde Baru memberi peluang bagi para politisi untuk
mengembangkan ide-ide alternatif untuk membangun pedesaan dan
memperoleh kekuasaan sementara. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
mendorong model pembangunan yang memberi kesempatan bagi masyarakat
lokal untuk mendapat keuntungan langsung dari tanah dan sumber daya alam
mereka. Sementara sebuah peraturan yang melarang konversi hutan di
wilayah hutan lindung dikeluarkan untuk mengharmonisasi prosedur rencana
tata ruang lokal dan regional. Selain itu, diterbitkan surat keputusan yang
memperbolehkan izin usaha perkebunan kelapa sawit selama tiga tahun untuk
koperasi di wilayah lebih dari 1.000 hektar oleh gubernur provinsi atau
sampai 20.000 hektar oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan.
5. Fase Desentralisasi (2002-2006)
Sejak tahun 2002 perubahan tersebut mempengaruhi pembangunan
sektor kelapa sawit meskipun pada saat yang sama masih membatasi
kewenangan pemerintah daerah untuk mendorong perkebunan skala
menengah. Sebuah peraturan yang baru dikeluarkan memberi kewenangan
bupati untuk mengeluarkan izin diatas wilayah dengan luas maksimal 1.000
hektar. Di wilayah yang tumpang tindih antar kabupaten, pemberian izin tetap
menjadi hak prerogatif gubernur provinsi. Namun, kewenangan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengeluarkan ijin di atas tanah seluas lebih dari 1.000 hektar tetap melalui
Menteri Pertanian. Meskipun terdapat banyak lahan yang telah terdegradasi
yang dapat dijadikan perkebunan, pemerintah mengeluarkan peraturan lain
tentang moratorium konversi hutan untuk perkebunan pada tahun 2005 guna
merespon kekhawatiran mengenai laju kerusakan hutan untuk perkebunan.
G. Proses Izin Perkebunan Kelapa Sawit
Pada saat negara Indonesia didirikan, hampir seluruh perkebunan yang ada
di wilayah Indonesia didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Namun, berdasarkan Undang-Undang No. 86 tahun 1958 mengenai Nasionalisasi
Perusahaan-Perusahaan Belanda, perusahaan tersebut harus diambil alih oleh
Pemerintah sebagai perusahaan milik negara. Undang-undang tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1959 mengenai
Prinsip-Prinsip Penegakan Hukum dalam Nasionalisasi Perusahaan Milik
Belanda. Peraturan Pemerintah ini mengatur kritera Perusahaan Belanda yang
harus dinasionalisasi dan didirikan berdasarkan prosedur nasional.
Sebelum diterbitkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tahun
1960, hak-hak perusahaan perkebunan atas tanah masih diatur oleh Peraturan
Belanda sebagai hak Erfpacht dan Consessie. Namun demikian, dibawah UUPA,
hak Erfpacht diubah, dimana durasi sewa di atas tanah negara maksimum selama
20 tahun dan pada saat yang sama para pemegang hak Consessie dapat mendaftar
untuk mengkonfirmasikan hak-hak konsesi mereka. Jika hak-hak tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
didaftarkan, atau jika aplikasi yang dimasukkan oleh perusahaan tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanahan, setelah lima tahun,
perusahaa-perusaan tersebut akan kehilangan hak sewa.
Kebanyakan perusahaan perkebunan kelapa sawit besar yang telah
didirikan di Indonesia diatur dengan UUPA dimana perusahaan-perusahaan
tersebut diberi hak sementara pada kurun waktu tertentu untuk melakukan
eksploitasi atau penanaman yang mulanya diberikan 35 tahun dan dapat
diperpanjang lagi selama 25 tahun. Pengaturan tersebut dikenal sebagai Hak Guna
Usaha (HGU), dan berkaitan dengan HGB (Hak Guna Bangunan) untuk
mengkonstruksi bangunan-bangunan seperti pabrik pengolahan, yang dianggap
setara dengan sewa tanah negara. Perolehan hak-hak tersebut diatur oleh beberapa
peraturan yang terbitkan kemudian yang mengatur berbagai persyaratan dan
prosedur penerbitan HGU serta izin perkebunan.
Mekanisme perizinan pendirian perkebunan kelapa sawit dilakukan secara
bertahap, yaitu izin informasi lahan, izin lokasi, dan izin usaha perkebunan.
Setiap tahapan memiliki tenggang waktu serta harus melalui serangkaian proses
yang harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku.
1. Izin Informasi
Untuk tahap izin informasi lahan, tenggang waktu yang diberikan
adalah satu tahun. Di sini, investor harus melakukan studi awal lokasi dan
analisis dampak lingkungan (AMDAL). Perusahaan harus menganalisis luas
lahan yang efektif untuk perkebunan sawit. Misalnya, luas lahan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
diberikan bupati di sebuah wilayah kepada satu perusahaan untuk dianalisis
adalah 10 ribu hektar. Ternyata, hanya 8 ribu hektar yang cocok untuk
dikembangkan. Maka, lahan yang cocok itulah yang harus dikembangkan oleh
investor. Jika tahapan ini sudah dijalani, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan oleh perusahaan adalah mengurus izin lokasi.
2. Izin Lokasi
Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang
berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah
tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. Tanah yang dapat
ditunjuk dalam izin lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah yang berlaku bagi investor sesuai dengan rencana penanaman modal.
Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan
tanah dan teknis tata guna tanah yang meliputi keadaan hak serta penguasaan
tanah yang bersangkutan, penilaian fisik wilayah, penggunaan tanah, dan
kemampuan tanah. Izin lokasi yang dikantongi pengusaha perkebunan
merupakan tahap awal dari proses selanjutnya. Pemberian izin lokasi diatur
dalam peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian Izin Lokasi PMA/PMDN.
Surat keputusan pemberian izin lokasi diterbitkan oleh bupati/walikota dan
izin lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut.
a. Izin lokasi seluas sampai dengan 25 ha: 1 (satu) tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Izin lokasi seluas lebih dari 25 – 50 ha: 2 (dua) tahun.
c. Izin lokasi seluas lebih dari 50 ha: 3 (tiga) tahun.
Perolehan tanah oleh pemegang izin lokasi harus diselesaikan dalam
jangka waktu izin lokasi. Apabila dalam jangka waktu tersebut perolehan
tanah belum selesai maka jangka waktu izin lokasi dapat diperpanjang selama
1 (satu) tahun jika tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari 50 persen
dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi. Apabila perolehan tanah tidak
dapat diselesaikan dalam jangka waktu izin lokasi, termasuk perpanjangannya
maka perolehan tanah tidak dapat lagi dilakukan oleh pemegang izin lokasi
dan terhadap bidang-bidang tanah yang sudah diperoleh dilakukan tindakan
sebagai berikut:
a. Dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman modal dengan
penyesuaian mengenai luas pembangunan sesuai ketentuan. Apabila
diperlukan, masih dapat dilaksanakan perolehan tanah sehingga diperoleh
bidang tanah yang merupakan satu kesatuan bidang.
b. Dilepaskan kepada perusahaan atau pihak lain yang memenuhi syarat.
Pemegang izin lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal
izin lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan
dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut
dengan cara jual beli pemberian ganti kerugian, konsilidasi tanah, atau cara
lain sesuai ketentuan yang berlaku. Setelah tanah yang bersangkutan
dibebaskan dari hak dan kepentingan pihak lain maka kepada pemegang izin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang memberikan kewenangan
kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keperluan dalam
melaksanakan rencana penanaman modalnya.
3. Izin Usaha Perkebunan
Izin usaha perkebunan merupakan izin tertulis dari pejabat yang
berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan yang melakukan usaha budi
daya perkebunan serta terintegrasi dengan usaha industri pengolahan hasil
perkebunan. Perizinan usaha perkebunan diatur dalam Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 26/Permentan/OT.140/2007 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan. Dalam tahap ini, investor harus melakukan studi
kelayakan yang lebih detail. Investor harus menyusun perencanaan tanam dan
melakukan sosialisasi ke masyarakat. Jangka waktu izin usaha ini berbeda-
beda, tergantung pemerintahan daerah setempat. Izin Usaha Perkebunan (IUP)
diberikan oleh pihak berikut ini:
a. Gubernur, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada pada lintas
wilayah daerah kabupaten dan/atau kota.
b. Bupati atau walikota, apabila lokasi lahan usaha perkebunan berada di
wilayah daerah kabupaten atau kota.
IUP berlaku selama perusahaan masih melakukan pengelolaan
perkebunan secara komersial sesuai standar teknis dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku serta memenuhi seluruh kewajiban yang telah
diterapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Untuk memperoleh izin usaha perkebunan, perusahaan perkebunan
wajib memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Pandamean, 2011):
a. Akte pendirian atau perubahannya yang terakhir.
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
c. Surat Keterangan Domisili.
d. Rencana kerja usaha perkebunan.
e. Rekomendasi lokasi dari instansi pertanahan.
f. Pertimbangan teknis ketersediaan lahan dari instansi kehutanan sepanjang
kawasan hutan.
g. Rekomendasi teknis kesesuaian lahan dari kepala dinas yang membidangi
usaha perkebunan provinsi dan kabupaten atau kota setempat yang
didasarkan pada perencanaan makro, perwilayahan komoditas, dan RUTR
(Rencana Umum Tata Ruang).
h. Pernyataan penguasaan lahan perusahaan bahwa usaha perkebunannya
belum melampaui batas maksimum.
i. Peta calon lokasi dengan skala 1: 100.000.
j. Surat persetujuan dokumen AMDAL dari komisi AMDAL daerah.
Setelah IUP diterbitkan, perusahaan harus mengajukan izin
Pembukaan Lahan (PL) dan dapat segera beroperasi sejalan dengan
permohonan HGU kepada Badan Pertanahan Nasioanal. Selanjutnya,
perusahaan perkebunan yang telah memperoleh izin perkebunan wajib
melakukan hal-hal sebagai berikut (Pandamean, 2011):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
a. Menyelesaikan hak atas tanah selambat-lambatnya dua tahun sejak
diterbitkannya IUP.
b. Merealisasikan pembangunan kebun sesuai dengan rencana kerja yang
telah disusun dan disesuaikan perencanaan makro pembangunan
perkebunan secara regional.
c. Mengelola usaha perkebunannya secara profesional, transparan,
partisifatif, berdaya guna, dan berhasil guna.
d. Membuka lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam secara
lestari.
e. Menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat/ koperasi setempat.
f. Melaporkan perkembangan usaha secara berkala setiap enam bulan sekali
pada pemberi izin dengan tembusan Menteri Pertanian dalam hal ini
Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan dan Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
g. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, dilakukan evaluasi secara
berkala berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan kegiatan
klarifikasi kebun dan diinformasikan kepada Direktur Jenderal Bina
Produksi Perkebunan.
Penanaman tanaman selanjutnya hanya bisa dilakukan di lahan yang
telah dibebaskan. Misalnya, jika izin lokasi ada 8.000 hektar, sementara yang
berhasil dibebaskan 1.000 hektar, penanaman kelapa sawit hanya bisa
dilakukan di lahan 1.000 hektar tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
4. Izin Lainnya
Selain izin lokasi dan IUP, surat-surat lain yang perlu dimiliki oleh
perusahaan perkebunan adalah Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa
Sawit (SP2B-KS), IPL (Izin Pembukaan Lahan), IPK (Izin Pemanfaatan
Kayu), AMDAL, Izin Pendaratan dan Penggunaan Alat Berat, sampai dengan
SK Penerbitan HGU (Hak Guna Usaha).
a. SP2BKS (Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa Sawit)
Untuk mendapatkan benih, perusahaan perkebunan kelapa sawit
terlebih dahulu mengajukan permohonan SP2BKS (Surat Persetujuan
Penyaluran Benih Kelapa Sawit) kepada Dinas Perkebunan Kabupaten/
Provinsi tempat lokasi kebun berada. Setelah diadakan penilaian terhadap
surat permohonan dari perusahaan dan mempertimbangkan faktor rencana
jangka panjang dan faktor lainnya, kepala dinas perkebunan provinsi atau
kabupaten mengeluarkan Surat Persetujuan Penyaluran Benih Kelapa
Sawit (SP2BKS).
SP2BKS ini berlaku selama 12 (dua belas) bulan sejak
dikeluarkan. Realisasi penyaluran kecambah oleh sumber benih supaya
dilaporkan kepada kepala dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten
dengan tembusan kepala dinas perkebunan provinsi, Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktur Perbenihan Jakarta, Balai Pengawasan dan
Peredaran Mutu Benih (IP2MB) dinas perkebunan provinsi. Pengajuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
SP2BKS berikutnya setelah perusahaan melaporkan realisasi penerimaan
penyaluran bibit kelapa sawit atas dasar SP2BKS sebelumnya.
b. AMDAL
Kegiatan pembangunan pada dasarnya akan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan baik positif maupun negatif. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang
Analisis mengenai dampak Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri
negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 200 tentang Jenis Usaha yang
wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
serta dilandasi oleh keputusan Menteri Negara lingkungan Hidup
(AMDAL) serta dilandasi oleh keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Analisis Dampak Lingkungan Hidup, kegiatan perkebunan dan PKS wajib
dilengkapi dengan dokumen AMDAL. Tujuannya agar dampak positifnya
dapat ditingkatkan dan dampak negatifnya dapat ditekan sekecil mungkin.
Dokumen AMDAL memuat pengkajian mengenai dampak rencana
usaha atau kegiatan perkebunan kelapa sawit, evaluasi kegiatan di sekitar
lokasi perkebunan, saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap
rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit, perkiraan terhadap
besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika perkebunan
kelapa sawit tersebut dilaksanakan, evaluasi tehadap dampak yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup serta
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
c. IPL (Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing)
Sebelum melakukan pembukaan lahan, langkah berikutnya adalah
memohon izin Pembukaan Lahan atau lebih dikenal Izin Land Clearing
kepada kepala daerah setempat (bupati) dengan rekomendasi dari dinas
kehutanan dan dinas perkebunan setempat. Setelah dilakukan pemeriksaan
dan penelitian secara teknis administrasi, pemerintahan kabupaten
mengeluarkan Izin Pembukaan Lahan/Land Clearing.
Setelah IPL diterbitkan, perusahaan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (Pandamean, 2011):
1) Pembukaan lahan dilakukan tanpa pembakaran.
2) Tidak melakukan Land Clearing/pembabatan sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan radius kurang lebih 100 meter kiri kanan
sungai.
3) Menyampaikan laporan tertulis tentang pelaksanaan kegiatan Land
Clearing kepada pemegang izin.
IPL ditebitkan oleh bupati dengan masa berlaku satu tahun dan
dapat diperpanjang atau diajukan kembali dengan penambahan luas lahan
yang akan di-Land Clearing untuk dilakukan penanaman kelapa sawit.
Izin ini bukan merupakan izin untuk pengambilan dan pemanfaatan kayu.
Apabila akan mengambil dan memanfaatkan kayunya maka perusahaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
harus mengurus perizinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
instansi terkait.
d. IPK (Izin Pemanfaatan Kayu)
IPK adalah izin untuk memanfaatkan hasil hutan kayu atau bukan
kayu dari kawasan hutan produksi yang dikonversi, penggunaan kawasan
hutan produksi atau hutan lindung dengan status pinjam pakai, tukar-
menukar, dan dari Areal Penggunaan Lain (APL) yang telah diberikan izin
penggunaan lahan. APL adalah areal hutan yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Mnteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi atau berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK) menjadi bukan kawasan hutan.
Pemberian IPK untuk areal penggunaan lain (APL) yang telah
dibebani izin peruntukkan dan kawasan hutan akibat perubahan
peruntukan kawasan hutan melalui pelepasan kawasan hutan atau tukar-
menukar kawasan hutan dilakukanoleh kepala dinas kabupaten/kota.
Sementara untuk kawasan hutan akibat penggunaan kawasan hutan,
dilakukan dengan cara pinjam pakai kawasan hutan dan areal dari kegiatan
penyiapan lahan dalam pembangunan hutan tanaman yang kayunya tidak
dimanfaatkan oleh pemegang IUPHHK-HT (izin usaha yang diberikan
untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman). IPK
diberikan oleh gubernur yang pelaksanaannya dilakukan oleh kepala dinas
provinsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
IPK diberikan paling lama untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, dan
dapat diperpanjang. Permohonan perpanjangan IPK disampaikan kepada
kepala dinas kabupaten/kota untuk APL dan pelepasan kawasan hutan
dan kepala dinas kehutanan provinsi untuk areal pinjam pakai kawasan
hutan. Peraturan IPK ini diatur melalui Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.58/Menhut-II/2009 tentang Gantian Nilai
Tegakan dari Izin Pemanfaatan Kayu dan atau dari penyiapan lahan dalam
pembangunan hutan tanaman tanggal 4 September 2009.
e. Izin Pendaratan dan Penggunaan Alat Berat
Dalam kaitan dengan pembersihan lahan, diperlukan alat-alat
berat. Surat izin pendaratan dan penggunaan alat berat dikeluarkan oleh
pemerintah kabupaten, tempat alat tersebut beroperasi. Izin ini berlaku
sejak poses izin pembukaan lahan berjalan. Pada izin tersebut,
dicantumkan nama/merek alat, jenis/tipe alat, nomor chasis, nomor mesin,
dan jumlah alat yang digunakan.
Surat izin pendaratan dan penggunaan alat berat dikeluarkan oleh
pemerintah kabupaten berdasarkan hal-hal sebagai berikut (Pandamean,
2011):
1) Surat permohonan pendaratan dan penggunaan alat berat dari
perusahaan.
2) Surat izin lokasi perkebunan yang dikeluarkan oleh pemerintah
kabupaten (bupati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3) Surat dukungan dari kepala dinas perkebunan menyangkut teknis izin
pendaratan dan penggunaan alat berat.
4) Surat dukungan dari kepala dinas perkebunan menyangkut teknis izin
pendaratan dan penggunaan alat berat.
5. Hak Guna Usaha (HGU)
Perusahaan yang telah memeproleh izin lokasi dari bupati/walikota
dan telah selesai melaksanakan perolehan hak atas tanah yang telah
dibebaskan maka dapat segera mengajukan permohonan HGU. Adapun
tata cara perolehan tanah dapat dilakukan dengan beberapa proses sebagai
berikut (Pandamean, 2011):
a. Jual-beli calon penerima hal memenuhi syarat untuk menjadi subjek
hak tanah yang diperoleh dan sertifikatnya tanah tersebut sudah ada.
Jual-beli ini dilakukan melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
b. Pelepasan hak di depan PPAT, yaitu notaris, PPAT atau camat jika
tanahnya belum terdaftar atau tanah adat. Penerbitan hak atas tanah
seperti ini baru dapat dilakukan setelah masa pengumuman berakhir.
c. Melalui permohonan hak jika tanahnya dikuasai oleh negara. Dalam
kasus ini, tanah harus bebas dari garapan atau penguasaan lainnya atas
tanah dimaksud.
d. Melalui tukar-menukar jika tanahnya milik instansi pemerintah setelah
mendapat persetujuan dari menteri keuangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
e. Pelepasan tanah disertai penyerahan pembayaran rekognisi
(pengakuan/penghargaan) dalam hal tanahnya berupa tanah ulayat,
sepanjang kenyataan hak ulayat tersebut masih ada.
Dalam kasus “tumpang tindih hak kepemilikan tanah’ di dalam
tanah yang telah dikeluarkan izin lokasinya, perusahaan harus melakukan
pembebasan tanah untuk memperoleh tanah tersebut. Proses perolehan
tanah tanah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada pihak perusahaan
melalui negoisasi langsung langsung dengan pemegang hak atas tanah.
Bentuk dan besarnya nilai ganti kerugian ditetapkan atas dasar
kesepakatan antara pihak yang bersangkutan, bisa berupa uang
pembayaran, pemukiman kembali (relokasi/konsilidasi), kesempatan
kerja, penyertaan saham (kemitraan), atau gabungan darii beberapa cara
tersebut.
Dalam pelaksanaan perolehan tanah, pengawasan, dan
pengendalian dilakukan oleh tim yang diketua oleh kepala kantor
pertanahan kabupaten/kotamadya sesuai dengan surat edaran kepala BPN
Nomor 580.2-5568-D-III tanggal 6 Desember 1990. Tugas tim ini antara
lain sebagai berikut (Pandamean, 2011):
a. Memberikan penyuluhan kepada kedua belah pihak dalam bidang
pertanahan.
b. Membantu kelancaran pembebasan tanah.
c. Membantu menciptakan suasana musyawarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
d. Mencegah ikut campurnya pihak ketiga.
e. Menyaksikan pembayaran atau pemberian ganti rugi kepada pemilik
yang berhak.
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 tahun 1990 pasal 5, Permohonan HGU dajukan kepada kepala
kantor wilayah badan pertanahan provni dengan dilampirkan fotocopy
beikut ini (Pandamean, 2011):
a. Izin lokasi.
b. Bukti-bukti perolehan tanahnya.
c. NPWP dengan tanda bukti pelunasan PBB.
d. Gambar situasi tanah hasil pengukuran Kadastral oleh kepala kantor
pertanahan setempat.
e. Jati diri dari pemohon (akte pendirian perusahaan).
f. Surat keputusan pelepasan kawasan hutan hutan dari Menteri
Kehutanan dalam hal tanahnya diperoleh dari hutan konversi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Bagan II. 1 Prosedur Perolehan Izin HGU
Sumber: http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/proseshgu.htm
Dept HUT Bupati/
Walikota
Dept HUT
Dept HUT
BPN (Pusat, Provinsi,Kabupaten)
Izin Pelepasan
Kawasan
Hutan
SK
Percadangan
SK
Percadangan
Menhut hanya
diperlukan
untuk konversi
areal hutan
(HP,HPH)
dalam tata
ruang wilayah
provinsi
Arahan Lokasi
Izin Prinsip
Izin Lokasi
AMDAL
Izin Usaha
Perkebunan
Izin
Land Clearing
Ukuran Keliling
Tata Guna Tanah
Permohonan HGU
Panitia B
Areal
>200 Ha
Areal
<200 Ha
Bayar BPHPT
Sertifikat
HGU BPN
Kab.
SK HGU
BPN Pusat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
H. Pola Pemasaran Komoditi Kelapa Sawit
Dilihat dari pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia dibagi
menjadi tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan
swasta. Dari ketiga jenis perkebunan tersebut memiliki pola pemasaran produk
kelapa sawit yang berbeda meliputi (Badan Koordinasi Penanaman Modal, 2005):
1. Pola Pemasaran Perkebunan Rakyat
Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat memiliki luas
lahan yang terbatas yaitu berkisar 1-10 hektar. Dengan luas lahan tersebut,
tentunya menghasilkan produksi TBS yang terbatas, untuk mengatasi hal ini
maka petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa yang dekat
dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang
besar hingga ke prosesor/industri pengolah.
2. Pola Pemasaran Perkebunan Besar Negara dan Swasta
Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN)
dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB),
sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS), pemasaran produk kelapa
sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan
besar baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk
olahan yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO).
Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang/industri dalam
negeri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
I. Kemitraan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit
Untuk meminimalkan potensi konflik antara masyarakat dan pengusaha
perkebunan serta untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pengusaha
perkebunan harus mau dan mampu menjalankan program pengembangan
masyarakat (community development/ CD). Salah satu program pengembangan
masyarakat adalah melalui pola kemitraan dengan masyarakat sekitar dan
membangun kebun untuk masyarakat sekitar minimal seluas 20 persen dari luas
areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 26 Permentan/OT.140/2/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman
Perizinan Usaha Perkebunan (Pandamean, 2011).
Setiap pengembangan usaha perkebunan harus mengikutsertakan
masyarakat petani pekebun. Pengembangan usaha perkebunan dapat dilakukan
dalam berbagai pola, antara lain sebagai berikut:
1. Pola koperasi usaha perkebunan, yaitu pola pengembangan perkebunan yang
modal usahanya 100 persen dimiliki oleh koperasi.
2. Pola patungan koperasi dengan investor, yaitu pola pengembangan yang
sahamnya 65 persen dimiliki koperasi dan 35 persen dimiliki oleh investor/
perusahaan.
3. Pola patungan investor koperasi, yaitu pola pengembangan yang 80 persen
sahamnya dimiliki investor/perusahaan dan minimal 20 persen dimiliki
koperasi yang ditingkatkan secara bertahap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4. Pola BOT (Build, Operate and Transfer), yaitu pola pengembangan yang
pembangunan dan pengoperasian dilakukan oleh investor/ perusahaan yang
kemudian pada waktu tertentu seluruhnya dialihkan pada koperasi.
5. Pola BTN (Bank Tabungan Negara), yaitu pola pengembangan dengan
investor/perusahaan membangun kebun dan atau pabrik pengolahan hasil
perkebunan yang kemudian akan dialihkan kepada peminat/pemilik yang
tergabung dalam koperasi.
6. Pola-pola pengembangan lainnya yang saling menguntungkan, memperkuat,
dan membutuhkan antara petani pekebun dengan perusahaan perkebunan.
7. Pola pengembangan dapat dilaksanakan dengan cara kombinasi dan
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pada pola kemitraan, seluruh biaya yang menyangkut pengembangan unit
kebun mitra menjadi hutang dari masing-masing peserta mitra yang
memperolehnya, dan harus dibayar kembali (dicicil dari pendapatan yang
diperoleh dari hasil perkebunannya/penjualan TBS) dengan masa tenggang yang
cukup panjang serta menurut jadwal dan persyaratan-persyaratan yang cukup
ringan.
Ketentuan harga pembelian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
produksi petani diatur melalui keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 627/Kpts-II/1990 tentang Ketentuan Penetapan Harga Pembelian Tandan
Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit produksi petani. Rumus harga pembelian TBS
oleh perusahaan ditetapkan sebagai berikut (Pandamean, 2011):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Keterangan:
HTBS : Harga TBS acuan yang diterima oleh petani di tingkat
pabrik, dinyatakan dalam Rp/kg.
K : Indeks proporsi yang menunjukkan bagian
yang diterima oleh petani dinyatakan dalam persentase (persen)
H cpo : Harga rata-rata minyak sawit kasar (CPO)
tertimbang realisi penjualan ekspor (FOB) dan lokal
masing-masing perusahaan pada bulan sebelumnya,
dinyatakan dalam Rp/kg.
R cpo : Rendemen minyak sawit kasar, dinyatakan dalam persentase.
H is : Harga rata-rata inti sawit tertimbang realisi
penjualan ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan
pada bulan sebelumnya, dinyatakan dalam Rp/kg.
R is : Rendemen inti sawit, dinyatakan dalam persentase (persen).
Harga pembelian TBS ditetapkan setiap bulan berdasarkan harga riil rata-
rata tertimbang minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit sesuai realisasi penjualan
ekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusahaan pada bulan sebelumnya.
Harga TBS tersebut merupakan harga pabrik pengolahan kelapa sawit. Besarnya
indeks “K” ditetapkan setiap bulan oleh gubernur sebagai kepala daerah tingkat I
HTBS= K (H cpo x R cpo + H is x R is)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
berdasarkan usulan tim penetapan harga pembelian TBS. Gubernur menetapkan
tim tersebut yang keanggotaannya terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut
(Pandamean, 2011):
1. Pemerintah Daerah Tingkat I.
2. Kantor Wilayah Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
3. Dinas Perkebunan Provinsi Daerah Tingkat I.
4. Perusahaan.
5. Pusat Penelitian Kelapa Sawit dan pihak lain yang dipandang perlu.
Tim penetapan harga pembelian TBS mempunyai tugas berikut:
1. Merumuskan dan mengusulkan besarnya indeks “K” kepada gubernur kepala
daerah tingkat I.
2. Memantau penerapan besarnya indeks “K” serta komponen lainnya yang
terkait dalam rumus harga pembelian TBS.
3. Memantau pelaksanaan penerapan penetapan rendemen minyak sawit kasar
dan inti sawit.
4. Memantau pelaksanaan ketentuan dan penetapan harga pembelian TBS.
5. Menyampaikan harga rata-rata penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit
kepada perusahaan dan petani/kelembagaan petani secara periodik.
6. Menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antara perusahaan dan
petani/kelembagaan petani.
Dalam perkembangannya, pemerintah mengembangkan pola sistem satu
manajemen dalam pengelolaan kebun untuk perkebunan rakyat yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sekitar perkebunan besar. Sistem satu manajemen terjaga, perusahaan mitra juga
akan menjamin pasokan bahan baku dari petani peserta, dan sumber pendapatan
petani peserta akan terjamin.
Dari hasil kebun, petani juga memperoleh pendapatan sebagai tenaga kerja
dan pengembalian kredit investasi akan lebih terjamin karena penjualan hasil
tidak keluar dari perusahaan. Sistem satu manajemen yang akan dilakukan
pemerintah bertujuan untuk meningkatkan mutu dan produksinya serta
meningkatkan kesejahteraan petani kebun sawit tersebut. Apabila sistem ini
dilaksanakan, manajemen yang dilakukan harus terbuka. Hal ini karena petani
harus mengetahui segala sesuatu yang dilakukan oleh perkebunan inti dalam
mengelola manajemen perkebunan agar petani percaya dan tidak saling curiga.
Hal ini karena selama ini perkebunan inti kurang terbuka dalam hal manajemen
sehingga petani selalu curiga kepada perkebunan inti (perusahaan perkebunan).
Kemitraan bisa terwujud jika terdapat dukungan dari berbagai pihak
seperti pemkab (pemerintah kabupaten) dan perbankan serta kerja sama pihak-
pihak yang terkait, yaitu masyarakat melalui koperasi dan perusahaan inti yang
mengelola perkebunan kelapa sawit. Pemkab berperan membantu kelancaran
penyerahan lahan, pembangunan insfrastrktur jalan dan jembatan jalur provinsi
dan kabupaten, mendukung pengamanan pembangunan kebun, serta pembentukan
tim sosialisasi antara dinas terkait (TP3D2) dengan perusahaan hingga dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah daerah diharapkan juga tidak akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
mengeluarkan izin pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit tanpa kebun di
sekitar kebun mitra kepada pihak-pihak lain.
Bank merupakan pemberi pinjaman pembangunan kebun kemitraan.
Besarnya plafon, jangka waktu kredit, serta besarnya bunga akan ditentukan oleh
bank. Sementara koperasi sawit induk (Kopsa Induk) yang berbadan hukum
sebagai wadah untuk bermitra dengan perusahaan. Koperasi merupakan milik
perkebunan kelapa sawit kemitraan. Perusahaan (manajemen) berperan dalam
mengelola kebun mitra secara penuh dalam satu manajemen. Pengertian satu
manajemen adalah pengelolaan seluruh kebun baik milik mitra usaha maupun
milik pekebun yang dilakukan oleh mitra usaha mulai dari persiapan, pengelolaan
kebun, pengolahan, dan pemasaran yang ditujukan untuk tetap menjaga kualitas
dan kesinambungan usaha.
J. Harga
1. Pengertian Harga
Menurut Monroe (1992: 8), didefinisikan dalam konteks ekonomi
biasanya harga di pandang sejumlah yang harus kita keluarkan untuk
mendapatkan suatu barang yang kita inginkan, yaitu kita menganggap harga
suatu perbandingan formal yang mengindikasikan kualitas uang yang
diperlukan untuk memperoleh suatu barang atau jasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Menurut Swastha (1990: 241), harga adalah jumlah uang yang (di
tambah beberapa produk kalau mungkin) dibutuhkan untuk mendapatkan
kombinasi dari produk dan pelayanannya.
Sedangkan menurut Gilarso (2001: 70), harga adalah nilai (tukar)
barang yang dinyatakan atau diukur dengan uang, jadi antara harga dan nilai
tidak sama. Nilai (tukar) suatu barang di ukur dengan membandingkan dengan
barang lain. Sedangkan harga diukur dengan uang. Nilai (value) suatu barang
adalah dasar untuk penentuan harga barang tersebut.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa harga adalah jumlah
uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa. Dalam hal ini hanya
menjadi faktor penting yang mempengaruhi pilihan pembeli. Konsumen
sering menggunakan harga sebagai kriteria utama dalam menentukan nilai
suatu barang. Barang dengan harga tinggi biasanya dianggap tinggi
tingkatannya, dan barang dengan harga rendah dianggap rendah tingkatannya.
Oleh karena itu penentu harga jual haruslah diperkirakan baik-baik.
2. Tujuan Penetapan Harga
Harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan fenomena sentris
suatu perekonomian bebas. Pada sebuah perekonomian yang dipimpin oleh
harga, harga yang bersedia dibayar konsumen untuk berbagai jenis benda dan
jasa dan jumlah yang akan di beli dari pasar dengan harga-harga itu
merupakan determinan akhir mengenai bagaimana sumber ekonomi yang
tersedia akan didistribusikan antara berbagai macam kemungkinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Harga dapat dilihat sebagai perubahan yang terlalu lama dari waktu ke
waktu pada konteks terlalu relatif statis. Bahwa harga awal diubah dari
pertemuan antara penawaran dan permintaan. Jika perubahan permintaan
berkembang karena perubahan pada salah satu tingkatan perubahan
permintaan seperti pendapatan, harga sering kali diubah lagi setelah
penyesuaian pada tingkat harga yang baru dari permintaan yang berubah
secara pasti (Purcell, 1979).
Grafik II. 2 Fungsi Penawaran
Sumber: Gilarso, 2001
Gambar di atas adalah peroses untuk memberi fungsi S, harga adalah
perubahan pada keadan OP1 untuk permintaan D1. Jika perubahan permintaan
tinggi seperti D2, akan terjadi harga baru pada keadaan OP2 setelah peroses
penesuaian yang lengkap. Antara OP1 dan OP2 adalah keseimbangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
harga pasar. Harga keseimbangan sempurna OP1 adalah harga keseimbangan
yang baru (Purcell, 1979).
Secara garis besar tujuan penetapan harga dapat digolongkan menjadi
dua kelompok,yaitu (Gilarso, 2001):
a. Memperoleh laba
Salah satu faktor dalam penetapan harga adalah timbul dari
pertanyaan apakah harga yang ditetapkan apakah konsisten dengan jenis
pasar dimana produsen paling tepat melakukan penjualan. Tujuan
menyeluruh politik harga setiap produsen atau penawar dan perantara
pada pokonya sama yaitu membantu memaksimalkan laba total. Jenis
produk dan keadan pasar dapat mempengaruhi harga.
b. Memperoleh suatu manfaat bukan laba
Setiap perusahan ingin mendapatkan laba dari barang atau jasa
yang diproduksinya. Besarnya laba itu dapat diperhitungkan sebesar
prosentasi tertentu dari jumlah dana yang tertanam dalam perusahan
ataupun dari hasil penjualan yang direncanakan untuk satu masa tertentu.
Sementara itu untuk mencapai laba yang diharapkan perusahan yang
bersangkutan kemudian menetapkan harga.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga
Tingkat harga dipengaruhi beberapa faktor seperti keadaan
perekonomian,permintaan,penawaran dan permintaan pasar, elastisitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
permintaan, biaya dan pengawasan permintaan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat harga tersebut adalah (Rismiati dan Bondan, 2001):
a. Keadaan perekonomian
Keadan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang
berlaku, pada periode resesi misalnya merupakan suatu pereode dimana
harga berada pada tingkat yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan reaksi
di kalangan masyarakat, khususnya di masyarakat bisnis, reaksi spontan
terhadap situasi tersebut adalah adanya kenaikan harga. Kenaikan harga
yang paling menyolok terjadi pada harga-harga barang mewah, barang-
barang impor dan barang-barang yang diproduksi berasal dari bahan baku
luar negeri.
b. Permintaan, penawaran, dan permintaan pasar
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada
tingkat tertentu.
Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu
jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu.
Permintaan pasar untuk suatu barang adalah penjumlahan dari
semua kurva permintaan konsumen yang ada pada pasar tersebut.
Seandainya suatu pasar ada dua orang konsumen, maka kurva permintaan
pasar bisa diperoleh dengan melakukan penjumlahan horizontal dari
kurva-kurva permintaan konsumen-konsumen tersebut untuk setiap
tingkat harga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Grafik II. 3 Kurva Permintaan Pasar
Sumber: Gilarso, 2001
c. Elastisitas permintaan
Faktor lain yang mempengaruhi penentuan harga adalah sifat
permintaan pasar, selain harga juga mempengaruhi kuantitas atau volume
penjualan. Hubungan antara harga dan volume penjualan adalah
berbanding terbalik, artinya apabila terjadi kenaikan harga maka penjualan
akan menurun dan sebaliknya.
Ada tiga sifat elastisitas harga dari permintaan, yaitu (Gilarso,
2001):
1) Permintaan yang bersifat inelastik.
Jika permintaan itu bersifat inelastik, maka perubahan harga akan
menyebabkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualan.
Permintaan cenderung kurang elastis dalam keadaan sebagai berikut:
a) Barang subtitusi atau pesaing sedikit atau tidak ada
b) Pembeli tidak mudah menyadari harga yang lebih mahal
c) Pembeli lambat mengubah kebiasaan membeli dan mencari harga
yang lebih murah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
d) Pembeli berpikir bahwa harga yang lebih mahal disebabkan
mutunya meningkat,tingkat inflasi dan sebaliiknya.
2) Permintaan yang bersifat elastis.
Terjadi permintaan yang elastis, maka perubahan harga akan
menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan dalam
perbandingan yang lebih besar. Jika permintaan bersifat elastis,
biasanya penjualan mempertimbangkan untuk menurunkan harga
jualnya karena dengan harga jual yang lebih rendah akan mendorong
hasil penjualan lebih banyak.
3) Permintaan yang bersifat unitari.
Dalam keadaan dimana permintaan bersifat unitari, maka perubahan
harga akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang dijual dalam
proporsi yang sama.
d. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam menentukan harga, sebab suatu
tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan
kerugian, sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya,
baik itu biaya produksi, biaya operasi, akan menghasilkan keuntungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
e. Pengawasan pemerintah
Pengawasan pemerintah merupakan faktor penting dalam
penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk penentuan harga maksimum. Diskriminasi harga serta
praktek lain yang dapat mencegah ke arah monopoli.
4. Fluktuasi Harga
Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting yang berhubungan
dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen
adalah harga. Perubahan harga seringkali terjadi pada hasil-hasil pertanian
Indonesia yang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah produksi petani
dan beberapa aspek lainnya.
Dalam sektor pertanian ditentukan tiga sumber utama fluktuasi, yaitu:
fluktuasi jangka pendek disebabkan perubahan yang tidak dapat dikendalikan
dalam penyediaan, fluktuasi siklis disebabkan jumlah permintaan karena
perekonomian berkembang dan menyusut, dan kecenderungan jangka panjang
baik permintaan maupun penawaran karena pertumbuhan ekonomi (Lipsey
dan Steiner, 1985).
a. Fluktuasi Jangka Pendek
Harga yang mudah berubah dalam jangka pendek adalah khas dari
banyak pasar pertanian.
Panen pertanian yang sering berubah-ubah otputnya karena banyak
faktor yang sepenuhnya berada diluar kekuasan pertanian. Sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
perubahan disebabkan oleh faktor musim, penyakit tanaman, banjir dan
kekurangan air dapat mengurangi hasil pertanian, dan keadaan yang
benar-benar sangat menguntungkan dapat menyebabkan produksi
melebihi perkiraan. Oleh sebab itu fluktuasi output yang tidak
direncanakan menyebabkan fluktuasi harga hasil pertanian. Teori harga
tidak hanya meramalkan akibat ini, tetapi juga meramalkan hal lain, yang
yang tidak begitu kentara yang akan membantu memahami sebagai
persoalan pertanian.
Grafik II. 4 Akibat Terhadap Harga dari Suatu Perubahan
yang Tidak Direncanakan Tergantung pada Elastisitas Permintaan
Sumber: Gilarso, 2001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Karena kurva permintaan miring kekanan bawah, variasai output
pertanian yang dilemparkan ke pasar menyebabkan fluktuasi harga dalam
arah yang berlawanan dengan besarnya panen. Suatu panen yang
melimpah menyebabkan harga turun, suatu panen yang kurang
menyebabkan harga naik. Perubahan harga akan semakin besar kalau
kurva permintaan kurang elastis. Karena banyak produk pertanian
mempunyai permintaan yang inelastik,fluktuasi harga hasil pertanian,
biasanya besar dalam menghadapi perubahan produksi yang tidak di
rencanakan.
Jika komoditi yang bersangkutan mempunyai elastisitas
permintaan lebih besar dari satu, penerimaan petani akan berubah
berbanding terbalik dengan jumlah yang di tawarkan.
Jika permintaan inelastis, panen yang baik akan menyebabkan
pengurangan penerimaan total dan panen yang jelek akan meningkatkan
penerimaan total pertanian. Karena sebagian besar produk pertanian
mempunyaai permintaan inelastis, penerimaan pertanian cenderung untuk
berubah terbalik dengan besarnya panen.
b. Fluktuasi Siklus Harga dan Pendapatan
Dengan naik turunya kemakmuran, maka kurva permintaan untuk
semua komoditi naik dan turun juga. Akibatnya terhadap harga dan output
tergantung pada elastisitas penawaran. Produk industri biasanya
mempunyai kurva penawaran yang agak elastis, sehingga pergeseran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kurva permintaan menyebabkan suatu perubahan yang agak besar
terhadap output tetapi hanya menyebabkan sedikit perubahan dalam harga.
Komoditi pertanian biasanya mempunyai kurva penawaran yang agak
inelastis.
Grafik II. 5 Pola Reaksi yang Sangat Berbeda dalam
Sektor Pertanian dan Industri dalam Perekonomian.
Sumber: Gilarso, 2001
Bagi khalayakan umum, kerugian petani selama depresi besar
kelihatannya disebabkan oleh penurunan harga yang luar biasa, yang
disebabkan penurunan permintaan untuk komoditi dengan kurva
penawaran inelastis. Pengertian paritas harga, rasio harga yang diterima
petani untuk barang yang mereka jual dengan harga yang mereka
bayarkan untuk barang yang mereka beli, dijalankan dengan harga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengurangi penderitaan mereka. Akibatnya suatu program diusulkan
untuk memulihkan paritas harga pada petani.
Pada grafik II. 5 terlihat bahwa suatu penawaran yang sangat
elastis dapat merupakan suatu petaka seperti halnya penawaran yang
sangat inelastis dalam menghadapi suatu penurunan permintaan. Kerugian
penerimaan dalam kasus ini terutama disebabkan suatu penurunan
kwantitas yang dijual dari pada disebabkan oleh suatu penurunan
harga,tapi hal ini tidak kurang sakitnya.
Baik pertanian dan industri keduanya menderita selama depresi
besar tapi dengan gejala yang berlainan, petani melalui harga yang
menurun, industri melalui produksi yang rendah dan pengangguran
pekerjaan dan fasilitas produksi yang besar.
c. Kecenderungan Jangka Panjang
Ada beberapa hal penting yang menjadi persoalan pertanian jangka
panjang, yaitu:
1) Permintaan
Saat ini output per pekerjaan telah meningkat lebih dari lima
kali lipat. Kenaikan ini menyebabkan kenaikan pendapatan penduduk.
Ukuran yang sesuai untuk menanggapi bagai mana cara rumah tangga
menggunakan pendapatan ekstranya adalah elastisitas pendapatan
terhadap permintaan, yang mengukur akibat kenaikan pendapatan
terhadap permintaan untuk berbagai barang. Elastis pendapatan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sama untuk berbagai barang yang berlainan. Dengan tingkat
pendapatan seperti di negara-negara maju, sebagaian besar bahan
makanan mempunyai elastisitas pendapatan yang rendah karena
sebagian besar orang telah memperoleh makanan yang cukup. Bila
orang seperti ini memperoleh tambahan pendapatan, mereka biasanya
akan membelanjakannya untuk barang tahan lama, hiburan, dan
melancong. Dengan begitu, dengan pertumbuhan pendapatan,
permintaan untuk barang pertanian biasanya akan meningkat, secara
relatif sedikit (jika pertambahan penduduk secara relatif tak berubah).
Jika produktivitas meluas secara uniform diantara industri,
permintaan untuk barang dengan elastisitas pendapatan yang rendah
atau berkembang dengan lebih lambat. Dengan industri seperti itu
penawaran yang berlebihan akan terjadi, harga dan laba akan ditekan,
dan sumber akan ditarik untuk pindah ketempat lain. Kebalikannya
akan terjadi pada industri yang menghasilkan barang dengan elastisitas
yang tinggi. Permintaan akan berkembang lebih cepat dari penawaran,
harga dan laba biasanya meningkat, dan sumber-sumber akan pindah
ke industri yang menghasilkan barang ini.
K. Harga CPO
Perkembangan produksi CPO dari tahun ke tahun selalu mengalami
perkembangan yang pesat. Namun demikian, peningkatan produksi CPO tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
selalu menunjukan adanya peningkatan harga pada produksi CPO. Pekembangan
harga CPO baik di pasar domestik maupun di pasar internasional seringkali
mengalami fluktuasi harga.
Pada tahun 2009, harga CPO di pasar internasional berkisar 678 dollar AS
S per ton. Menjelang akhir tahun 2010, harga CPO meningkat menjadi 900 dollar
AS per ton.
Tabel II. 1 Harga Rata-Rata CPO Dunia
Tahun Harga (USD/Ton)
2000 311
2001 283
2002 390
2003 442
2004 470
2005 420
2006 477
2007 777
2008 948
2009 678
2010 900
Sumber: Cif Rotterdam,2010
Kenaikan harga CPO di pasar internasional, dapat di pastikan akan ikut
menaikan harga CPO di dalam negeri termasuk harga tandan buah segar kelapa
sawit di dalam negeri. Harga CPO di pasar dalam negeri pada tahun 2010 sekitar
Rp 6.971,27 per kg dan harga TBS mencapai Rp 1.450,40 per kg
(http://www.bappebti.go.id/?pg=berita_kolom_detail&berita_kolom_id=378).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berdasarkan kajian yang pernah di lakukan oleh PT Indoconsult Jakarta,
mengenai respon kuantitas minyak sawit terhadap tingkat harga, memperlihatkan
dua hasil,yakni (Hasibuan, 1993 :243):
1. Volume ekspor Indonesia kurang mempunyai respon terhadap tingkat harga,
baik tingkat harga FBO (penjualan ekspor) maupun tingkat harga CPO di
pasar internasional.
2. Volume ekspor CPO dunia mempunyai respon yang berarti terhadap tingkat
harga di pasar dunia (di pasar internnasional di tentukan melalui mekanisme
pasar, sedangkan di Indonesia di tentukan secara administratif).
Selain itu faktor barang-barang pengganti sangat besar pengaruhnya
terhadap tingkat harga, seperti minyak nabati lainnya, antara lain; minyak kacang
kedelai, minyak kacang tanah, minyak bunga matahari, dan minyak biji kapas.
Karena produksi CPO ini merupakan salah satu jenis produksi yang
mempunyai peran yang sangat penting dalam menguasai hajat hidup orang
banyak, maka dari itu campur tangan dari pemerintah sangatlah di perlukan dalam
menetapkan atau mengatur harga CPO nasional sebagi salah satu kebijakan umum
untuk melindungi kepentingan masyrakat.
Adapun penentu harga CPO nasional di tentukan oleh pemerintah dengan
tujuan untuk (Kartasapoetra, 1987):
1. Penstabilan harga dari harga yang di tentukan oleh pasar bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Melindungi sekaligus mendorong upaya produsen/petani dalam meningkatkan
kualitas maupun kuantitas produksinya.
3. Mengembangkan distribusi pemasaran produksi CPO baik di dalam negeri
maupun internasional.
Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh pemerintah dalam penentuan
harga CPO adalah mengungkap dan menghentikan adanya praktek pasar gelap
(jual beli secara tidak terbuka), yang tentunya hal itu akan sangat bertentangan
dengan kebijakan pemerintah, dan akan merugikan kepentingan umum, yang
akibatnya akan menimbulkan spekulasi dikalangan perdagangan.
L. Produksi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20-25 tahun.
Pada tiga tahun pertama di sebut kelapa sawit muda, hal ini di karenakan kelapa
sawit ini belum menghasilakan buah.
Kelapa sawit mulai berbuah pada umur empat sampai enam tahun. Dan
pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai periode matang (the mature
periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar
(fresh fruit bunch). Tanaman kelapa sawit pada usia sebelas sampai dua puluh
tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar. Dan terkadang
pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati (Hartanto, 2011).
Berdasarkan tahapan produksi dalam sistem agaroindustri kelapa sawit
(agrosawit), pengembangan dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
saing dan nilai tambah produk, beralangsung pada tahap proses produksi. Di
bawah ini terlihat tahap proses produksi kelapa sawit (Badan Koordinasi
Penanaman Modal, 2005):
1. Pembukaan dan Penyiapan Lahan
Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah
bekas alang-alang, atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki
topografi yang berbeda-beda. Namun, yang perlu diperhatikan dalam
pemukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah. Selain
itu, harus memperhatikan urutan pekerjaan, alat, dan teknik pelaksanaannya.
Sebelum melakukan pembukaan lahan terlebih dahulu dilakukan
identifikasi vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Dari data yang ada maka
dapat ditentukan apakah pembukaan lahan dilakukan secara manual, manual
mekanis atau secara mekanis saja. Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit
pada daerah alang-alang dapat dilakukan dengan cara mekanis dan khemis,
secara mekanis dilakukan dengan cara membajak dan menggaru, secara
khemis dilakukan dengan menyemprot alang-alang dengan racun antara lain
Dalapon atau Glyphospate. Pembukaan kelapa sawit juga bisa dengan cara
konversi yaitu membuka areal perkebunan dari bekas perkebunan lain.
Tahapan untuk pembukaan lahan adalah sebagai berikut: membabat
rintisan, mengimas, menebang, merancek, membuat pancang kepala dan
membersihkan jalur. Sedangkan tahapan untuk penyiapan lahan adalah:
pembuatan teras dan pembuatan benteng (tanggul) sinambung dan rorak.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pembuatan saluran drainase, penanaman tanaman penutup tanah, dan
pembuatan jalan transportasi.
2. Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai
paling lambat satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Standar yang biasa
dilakukan, kapasitas pembibitan 1 hektar kelapa sawit dapat menyediakan
bibit tanaman untuk kebun seluas 71 hektar. Lokasi pembibitan harus
mendapat perhatian, terutama hal-hal berikut ini:
a. dekat dengan sumber air
b. bebas genangan air atau banjir
c. dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi
d. tidak jauh dari areal yang akan ditanami
e. tidak terlalu jauh dengan sumber tanah untuk mengisi polybag.
Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji dapat dilakukan dengan
mengusahakan sendiri atau memesan ke produsen resmi bibit kelapa sawit
yang telah ditunjuk pemerintah. Kegiatan mengusahakan bibit kelapa sawit
dimulai dengan melakukan seleksi biji, mengecambahkan, menyemai, dan
membibitkannya.
3. Pemeliharaan Tanaman
Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman
belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Pada masa
TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan tenaga dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari pembukaan
lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat menentukan
keberhasilan pada masa TM. Pekerjaan-pekerjaan dalam pemeliharaan
tanaman TBM meliputi: konsolidasi, pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit
dll., penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pemeliharaan tanaman
penutup tanah, kastrasi/ablasi, penyerbukan, pengendalian hama dan penyakit.
Pemeliharaan kelapa sawit pada TM pada dasarnya hampir sama
dengan pemeliharaan TBM. Kegiatan pada TM meliputi pemeliharaan jalan,
teras tanggul, pemangkasan pelepah daun, konsolidasi dan inventarisasi,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit serta pemupukan.
4. Panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak
5,5 bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman
berumur 31 bulan, sedikitnya 60 persen buah telah matang panen, dari 5
pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya berkisar 10
kg lebih.
Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan
alat. Tingkat produksi kelapa sawit dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan
tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan
hama penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
5. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu
minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti
sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap-tahap
proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut:
a. Pengangkutan TBS ke Pabrik
b. Perebusan TBS
c. Perontokan dan Pelumatan Buah
d. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
e. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
f. Pengeringan dan Pemecahan Kulit
g. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
Semua kemponen kelapa sawit dapat dimannfaatkan secara maksimal.
Buah sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging kelapa sawit
dapat di olah menjadi CPO (crude palm oil) sedangka buah sawit di olah menjadi
PK (kernel palm). Ekstari CPO rata-rata 20 persen sedangkan PK 2,5 persen.
Sementara untuk cangkang biji sawit dapat dipergunakan untuk bahan bakar ketel
uap.
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri
melalui proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau RBDPO
(Refined,Bleached and Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat
diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk
pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk
margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan
deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan Oleokimia dasar yang
terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses penyulingan
minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73 persen olein, 21 persen stearin, 5
persen PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0,5 persen bunga.
Kelapa sawit merupakan produk yang paling banyak diminati oleh
investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para investor menginvestasikan
modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik kelapa pengolahan sawit.
Pada tahun 2010, dengan luas lahan 7.824.623 hektar, produksi perkebunan
kelapa sawit mencapai 19.884.901 ton (Dirjen Perkebunan, Kementrian Pertanian
2010).
M. Kerangka Pemikiran
Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat dari empat faktor, yaitu luas lahan, jumlah produksi, jumlah petani
dan harga CPO.
Faktor pertama yaitu luas lahan terutama berkaitan dengan perkembangan
izin pembukaan perkebunan kelapa sawit. Bertambahnya jumlah perusahaan
kelapa sawit mempengaruhi perkembangan luas lahan. Semakin luas lahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
perkebunan kelapa sawit menandakan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat berkembang.
Faktor kedua yaitu jumlah produksi. Di sini yang dimaksud adalah
bagaimana perusahaan perkebunan kelapa sawit mengembangkan serta
meningkatkan produksi kelapa sawit. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan dapat dilihat dari hasil produksi yang di hasilkan oleh kelapa
sawit itu sendiri.
Faktor ketiga yaitu jumlah petani. Perusahaan perkebunan kelapa sawit
merupakan perusahaan yang banyak menyerap tenaga kerja terutama petani.
Jumlah petani mempunyai pengaruh bagi perkembangan perusahaan perkebunan
kelapa sawit.
Faktor keempat yaitu harga CPO. Harga CPO adalah nilai (tukar) CPO
yang dinyatakan atau diukur dengan uang. Meningkat atau tidaknya harga CPO
sangat mempengaruhi keberlansungan perusahaan perkebunan kelapa sawit. Jika
harga CPO meningkat maka dapat dipastikan bahwa perkebunan kelapa sawit
berkembang.
N. Penelitian yang Relevan
Judul penelitian Masyarakat Adat dan Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat, Indonesia oleh Martua T. Sirait pada bulan Mei 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengambarkan konflik dan kerjasama antar
masyarakat adat di Kalimantan Barat dalam kaitannya dengan perluasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
perkebunan kelapa sawit skala besar diatas wilayah adatnya. Metode penelitian
adalah studi kasus pada masyarakat pada empat kelompok sub-etnis masyarakat
adat Dayak Bidayuh (Hibun, Sami, Jangkang dan Pompang) di Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat.
Penelitian ini tidak bertujuan untuk menyajikan besarnya konflik secara
kuantitatif, misal jumlah orang atau rumah tangga yang terkena akibat konflik dan
luasan tanah yang diambil oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit, tetapi kajian
ini berusaha menampilkan aspek aspek kwalitas dari konflik berupa perasaan
masyarakat adatnya, usaha usaha penyelesaian konflik dan akibatnya bagi
kelembagaan masyarakat adat dan wilayah adatnya. Walaupun studi ini tidak
mewakili seluruh kejadian di Kalimantan Barat, akan tetapi memberikan
gambaran yang cukup lengkap bagaimana masyarakat di pedesaan Kalimantan
Barat mengahadapi perkebunan kelapa sawit skala besar dan bagaimana mereka
berhadapan dengan kesempatan serta konflik yang diakibatkan oleh cara
perkebunan memulai usahanya. Studi kasus yang dipaparkan mewakili kondisi
dan tahapan konflik yang berbeda antara perkebunan kelapa sawit dan masyarakat
adat yang secara indikatif menggambarkan situasi yang terjadi pada masyarakat
adat di luar Kalimantan Barat.
Penelitian ini mengumpulkan data dalam jumlah yang cukup banyak,
hampir seluruhnya dalam bentuk wawancara informan kunci dari beberapa latar
belakang sosial dan ekonomi serta data sekunder dari sumber terpercaya dan
menunjukkan bahwa hanya kaum elite mendapatkan manfaat dari keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan perkebunan kelapa sawit, masyarakat adat pada akhirnya hampir tak
memiliki tanah dan harus berjuang mendapatkan penghidupan dari kegiatan di
luar pertanian, terdapat konsekuensi dari keterlibatan dengan kegiatan perkebunan
kelapa sawit adalah bahwa masyarakat adat menjadi lebih tercerabut dari
lingkungan hidupnya dan sistem adat dalam pengelolaan sumber daya alam yang
mereka miliki serta terdapat berbagai pendekatan penyelesaian konflik yang telah
gunakan dan bahkan harus terus dikembangkan bagi masyarakat adat agar dapat
mendukung mereka dalam upayanya menjaga sebagian dari tanah, tenaga kerja
dan modal mereka habis diserap kedalam usaha kelapa sawit skala besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif sebab berusaha untuk
mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek atau subjek yang
diteliti melalaui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiono, 2007: 21).
Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan
nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama dalam menggunakan
metode ini adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab dari suatu
gejala tertentu.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Bila serangkaian observasi atau pengukuran dapat dinyatakan dalam angka-
angka, maka angka-angka hasil observasi atau pengukuran disebut data
kuantitatif (Dajan, 1986).
Data yang dicari adalah jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit,
jumlah hasil produksi perkebunan kelapa sawit, jumlah petani yang bekerja di
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
perkebunan kelapa sawit dan harga CPO di Provinsi Kalimantan Barat tahun
2000-2010.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Dalam penelitian ini, penulis akan
mengolah data yang telah diterbitkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi
Kalimantan Barat.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat. Sedangkan waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai bulan April 2012.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat. Sampel penelitian adalah perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat seluas 750.948 hektar. Sedangkan teknik pengambilan sampel
dengan menggunakan teknik sampling jenuh, karena sampel sekaligus populasi.
E. Variabel Penelitian
1. Trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. Trend perkembangan jumlah produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
3. Trend perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
4. Trend perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan metode
dokumenter. Metode dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti yang berasal dari sumber non
manusia. Peneliti akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
perkembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat melalui
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat dan sumber-sumber lain yang dapat
dipercaya.
G. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data berkala (time series data), yaitu data
yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu, dalam penelitian ini yaitu
perkembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat.
Perkembangan perkebunan kelapa sawit dilihat selama 10 tahun terakhir, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tahun 2000-2010. Data yang diperoleh akan memunculkan garis trend yang
menunjukkan arah perkembangan secara umum. Metode yang digunakan dalam
perhitungan trend adalah analisis deret berkala dengan metode setengah rata-rata
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y’ = ao + bX
Keterangan:
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Contoh bentuk tabel perhitungan trend perkembangan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010:
Tabel III. 1 Contoh Perhitungan Trend Luas Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun
Luas Areal
(Ha)
Semi Total
1/2 Rata-
rata
Trend Tahun
Awal
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Barat
1. Letak, Luas, dan Batas
Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan
atau di antara garis 2008’ LU serta 3
002’ LS serta di antara 108
030’ BT dan
114010’ BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini
maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis
lintang 00) tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula,
maka Kalimantan Barat adalah salah satu daerah tropik dengan suhu udara
cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi. Ciri-ciri spesifik lainnya
adalah bahwa wilayah Kalimantan Barat termasuk salah satu Provinsi di
Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan
Negara Bagian Sarawak, Malaysia Timur. Bahkan dengan posisi ini, maka
daerah Kalimantan Barat kini merupakan satu-satunya Provinsi di Indonesia
yang secara resmi telah mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar
dari negara asing. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalimantan Barat dan
Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara dari Pontianak-Entikong-
Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh
sekitar enam sampai delapan jam perjalanan.
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat adalah merupakan daratan
berdataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km2 atau 7,53 persen dari luas
Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini membentang lurus dari
utara ke selatan sepanjang lebih dari 600 km dan sekitar 850 km dari barat ke
timur. Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimantan Barat termasuk
provinsi terbesar keempat di Indonesia. Pertama adalah Provinsi Papua
(319.036 km2), kedua adalah Provinsi Kalimantan Timur (204.534 km
2) dan
ketiga adalah Provinsi Kalimantan Tengah (153.564 km2). Dilihat dari luas
menurut kabupaten/kota, maka yang terbesar adalah Kabupaten Ketapang
(31.240,74 km2 atau 21,28 persen) kemudian diikuti Kabupaten Kapuas Hulu
(29.842 km2 atau 20.33 persen), Kabupaten Sintang (21.635 km
2 atau 14,74
persen), Kabupaten Sanggau (12.857,70 km2 atau 8,76 persen), Kabupaten
Melawi (10.644 km2 atau 7,25 persen), Kabupaten Landak (9.909,10 km
2 atau
6,75 persen), Kabupaten Kubu Raya (6.985,20 km2 atau 4,75 persen),
Kabupaten Sambas (6.394,70 km2
atau 4,36 persen), Kabupaten Sekadau
(5.444,30 km2 atau 3,71 persen), Kabupaten Bengkayang (5.397,30 km
2 atau
3,68 persen), Kabupaten Kayong Utara (4.568,26 km2 atau 3,11 persen),
Kabupaten Pontianak (1.276,90 km2 atau 0,87 persen), Kota Singkawang (504
km2 atau 0,34 persen), Kota Pontianak (107,80 km
2 atau 0,07 persen).
Batas-batas wilayah selengkapnya bagi daerah Provinsi Kalimantan
Barat adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1. Utara : Sarawak (Malaysia)
2. Selatan : Laut Jawa & Kalimantan Tengah
3. Timur : Kalimantan Timur
4. Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata
Sebelah utara Kalimantan Barat terdapat lima kabupaten yang
langsung berhadapan dengan negara jiran yaitu Kabupaten Sambas,
Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu, yang membujur sepanjang
Pegunungan Kalingkang, Kapuas Hulu.
Peta IV.1 Provinsi Kalimantan Barat
Sumber Peta: Pusat Komunikasi dan Informasi Studi Pengembangan
Pembangunan Kalimantan Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
2. Topografi dan Penggunaan Tanah
Secara umum, daratan Kalimantan Barat merupakan dataran rendah
dan mempunyai ratusan sungai yang aman bila dilayari, sedikit berbukit yang
menghampar dari Barat ke Timur sepanjang “Lembah Kapuas” serta Laut
Natuna/Selat Karimata. Sebagian daerah daratan ini berawa-rawa bercampur
gambut dan hutan mangrove.
Wilayah daratan ini diapit oleh dua jajaran pegunungan yaitu,
Pegunungan Kalingkang/Kapuas Hulu di bagian Utara dan Pegunungan
Schwaner di Selatan sepanjang perbatasan dengan Provinsi Kalimantan
Tengah.
Dilihat dari tekstur tanahnya maka, sebagian besar daerah Kalimantan
Barat terdiri dari jenis tanah PMK (podsolet merah kuning), yang meliputi
areal sekitar 10,5 juta hektar atau 17,28 persen dari luas daerah yang 14,7 juta
hektar. Berikutnya, tanah OGH (orgosol, gley dan humus) dan tanah Aluvial
sekitar 2,0 juta hektar atau 10,29 persen yang terhampar di seluruh daerah
tingkat II, namun sebagian besar terdapat di kabupaten daerah pantai.
Sebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (41,61
persen) dan padang/semak belukar/alang-alang (32,64 persen). Adapun areal
hutan terluas terletak di Kabupaten Kapuas Hulu seluas 1.960.578 ha,
sedangkan padang/semak belukar terluas berada di Kabupaten Ketapang yaitu
seluas 1.374.146 ha. Sementara itu areal perkebunan mencapai 1.755.558 ha
atau 11,93 persen (BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Dari 14,68 ribu ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman
hanya berkisar 0,83 persen. Adapun areal pemukiman terluas berada di
Kabupaten Ketapang diikuti kemudian oleh Kabupaten Sintang dan
Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2009 diperkirakan
berjumlah sekitar 4,32 juta jiwa (angka proyeksi), dimana sekitar 2,18 juta
jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 2,14 juta jiwa adalah perempuan. Luas
wilayah Provinsi Kalimantan Barat sebesar 146.807 Km2 atau lebih besar dari
Pulau Jawa, maka kepadatan penduduk Kalimantan Barat baru sekitar 29 Jiwa
per kilometer persegi. Kondisi ini tentunya kurang menguntungkan dalam
rangka percepatan pembangunan wilayah khususnya menyangkut pengelolaan
Sumber Daya Alam (SDA) dengan segala potensi dan keragamannya.
Persebaran penduduk Kalimantan Barat tidak merata antar wilayah
kabupaten/kota,kecamatan, desa/kelurahan, maupun antar wilayah kawasan
pantai bukan pantai atau perkotaan dan pedesaan. Misalnya daerah pesisir
yang mencakup Kabupaten Sambas, Bengkayang, Pontianak, Ketapang,
Kabupaten Kayong Utara, Kubu Raya dan Kota Singkawang yang dihuni oleh
hampir 50 persen dari total penduduk Kalimantan Barat dengan kepadatan
mencapai 38 jiwa lebih. Sebaliknya tujuh kabupaten lain (bukan pantai) selain
Kota Pontianak secara rata-rata tingkat kepadatan penduduknya relatif lebih
jarang. Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas wilayah 29.842 km2 atau sekitar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
20,33 persen dari luas wilayah Kalimantan Barat hanya dihuni rata-rata 6
(enam) jiwa per kilometer persegi, sedangkan Kota Pontianak yang luasnya
kurang dari satu persen (107,80 km2) dihuni oleh rata-rata sekitar 1.648 jiwa
per kilometer persegi.
4. Pendidikan
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia adalah melalui sektor pendidikan. Perkembangan dunia
pendidikan di Kalimantan Barat tampaknya cukup menggembirakan terutama
di tingkat pendidikan dasar. Jumlah prasarana SD sedikit menurun dari 4.059
tahun 2008/2009 menjadi 4.046 pada tahaun 2009/2010, demikian pula
jumlah muridnya mengalami peningkatan 2,62 persen dari tahun sebelumnya
atau dari 615.313 murid pada tahun 2008/2009 menjadi 631.455 murid pada
tahun 2009/2010.
Untuk tingkat SLTP jumlah prasarana bertambah menjadi 1.022 buah
atau meningkat 12,56 persen dan jumlah murid bertambah menjadi 176.589
orang meningkat sekitar 3,32 persen dari 2008/2009. Demikian halnya untuk
jumlah guru pada tahun 2009/2010 mengalami peningkatan sebesar 15,22
persen dari tahun 2009/2010.
Sementara jenjang pendidikan menengah umum (SMU), jumlah
sekolah mengalami peningkatan dari tahun 2008/2009 sebanyak 338 buah.
Dan untuk jumlah murid mengalami peningkatan dari 78.176 orang pada
tahun 2008/2009 menjadi 82.424 orang pada tahun 2009/2010. Jenjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
pendikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jumlah guru mengalami
peningkatan. Pada tahun 2008/2009 jumlah guru 2.243 orang meningkat
menjadi 2.703 orang pada tahun 2009/2010. Demikian juga dengan jumlah
sekolah mengalami peningkatan sebesar 3,45 persen dari tahun sebelumnya,
sedangkan untuk jumlah murid sebelumnya berjumlah 33.627 sedikit
menurun menjadi 33.003 pada tahun 2009/2010.
5. Pertanian Perkebunan
Berdasarkan data yang dikirim oleh Dinas Perkebunan Provinsi, dari
beberapa jenis tanaman yang diusahakan oleh. Data yang disajikan pada sub
bab ini adalah data tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat.
Perkebunan besar (diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya
kelapa sawit yang sudah beroperasi secara konsisten.
Untuk komoditi kelapa sawit khusus perkebunan besar selama kurun
waktu 2005-2009, luas tanaman mempunyai trendnya meningkat. Luas
tanaman tahun 2009 naik 26,16 persen dari tahun sebelumnya, sementara
produksinya naik 3,95 persen. Untuk perkebunan rakyat pertumbuhan luas
tanaman dan produksi naik sebesar 6,53 persen dan 0,56 persen. Perbandingan
produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat tahun 2009 yaitu 1,86
ton per ha berbanding 1,21 ton per ha. Penghasil kelapa sawit terbesar adalah
Kabupaten Sanggau yang mencapai 288.064 ton atau 33,29 persen dari total
produksi Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Luas tanam dan produksi tanaman karet pada tahun 2009 meningkat
dibandingkan sebelumnya. Penambahan luas tanaman pada perkebunan rakyat
sebesar 3,43 persen dengan produktivitas 0,41 ton per hektar. Sementara itu,
untuk komoditi kelapa dalam juga meningkat baik dari luas tanam maupun
hasil produksinya yakni masing-masing meningkat sebesar 0,78 persen dan
3,18 persen.
Selain ketiga jenis tanaman di atas, beberapa tanaman perkebunan
yang lain yang diusahan di Kalimantan Barat adalah tanaman kopi, lada, dan
kakao. Tahun 2009 produksi tanaman lada dan kopi mencapai masing-masing
sebesar 4.620 ton dan 4.275 ton atau turun masing-masing 5,25 persen dan
0,23 persen, demikian juga kakao produksi 1.397 ton atau turun sebesar 28,58
persen.
B. Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Barat
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat pertama kali dirintis oleh
Gubernur Kadarusno (1972-1977) pada tahun 1974. Rencana pengembangan
perkebunan kelapa sawit ini diawali dengan mengirim surat No. 01/A-1/X/13
tanggal 27 September 1974 dan surat No. 46/A-1/IV/13 tanggal 22 April 1975
kepada Departemen Pertanian C.q Direktur Jenderal Perkebunan. Dalam suratnya
Gubernur Kadarusno mengusulkan supaya Direktur Jenderal Perkebunan
Republik Indonesia mengadakan survei guna mengetahui kemungkinan-
kemungkinan pembukaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Permohonan Gubernur Kadarusno ditanggap positif oleh Badan Khusus Urusan
Perusahaan Negara Perkebunan melalui surat No. 1686/A.4/Y/U/1975 tanggal 24
Juli 1975 dengan mengirim tim survei P.N.P Marihat Research Station Pematang
Siantar. Pada tahun 1980 hasil survei tersebut ditindaklanjuti oleh Perusahaan
Negara Perkebunan (PNP) VII (sekarang PTPN XIII) dengan membuka
perkebunan kelapa sawit seluas 14.000 hektar di Kecamatan Ngabang, Kabupaten
Landak.
Perkebunan kelapa sawit kemudian berkembang dengan pesat. Hampir
seluruh pelosok Kalimantan Barat sudah ditumbuhi kelapa sawit. Pemerintah
Daerah Kalimantan Barat bahkan dalam Perda No.1/ 1995 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Barat, dengan jelas
mencanangkan kelapa sawit sebagai salah satu sumber pendapatan daerah sebagai
pengganti kayu yang hampir habis. RTRWP Kalimantan Barat menyebutkan
bahwa luas lahan yang berpotensi untuk perkebunan (sawit dan HTI) seluas
5.257.700 hektar. Lahan ini akan diserahkan kepada 164 perusahaan perkebunan
kelapa sawit dengan luas 2.500.000 hektar (48 persen luas lahan yang potensial).
Kemudian pada tahun 1994 pemerintah provinsi juga mencadangkan 3,2 juta
hektar tanah untuk proyek perkebunan dalam rangka mencapai target
pertumbuhan ekonomi sebesar 10,9 persen pertahun pada masa itu.
Sejak tahun 2001, perusahaan perkebunan kelapa sawit tumbuh dengan
suburnya. Para investor berdatangan baik dari dalam maupun luar negeri seperti
Malaysia. Pada tahun 2007, luas areal perkebunan sawit di Kalimantan Barat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
sudah sebesar 194.716 hektar dengan produksi 385.580 ton. Dari jumlah tersebut,
Kabupaten Sanggau memiliki areal Kelapa Sawit yang paling luas yang diikuti
oleh Kabupaten Ketapang, Sambas, Landak, Kapuas Hulu, Bengkayang,
Singkawang, dan Pontianak.
Investasi pengusaha asal Malaysia di sektor perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Barat sedikitnya Rp 12 triliun hingga tahun 2010. Lahan kelapa sawit
yang dikembangkan pengusaha Malaysia mencapai 300.000 hektar dari 500.000
hektar luas total kebun kelapa sawit di Kalimantan Barat. Setidaknya ada 20
perusahaan yang menanamkan modal di sektor perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Barat. Selain perusahaan berbendera Malaysia, para pengusaha juga
ada yang berpatungan dengan pengusaha Indonesia.
Data Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat 2008, jumlah
perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat berjumlah 261
perusahaan. Sedangkan data World Wife Fund (WWF) Indonesia, jumlah
perusahaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
2009 berjumlah 378 perusahaan. Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten
yang terbanyak memiliki perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan jumlah 58
buah. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Sanggau dengan 42 buah perusahaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Peta IV. 2 Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2006
Sumber: Bappeda, 2006, Inventarisasi Kegiatan Pemanfaatan Ruang Provinsi
Kalimantan Barat, Laporan Final, Bappeda-Kalimantan Barat, Pontianak
Catatan: garis merah menandakan perbatasan antara perkebunan kelapa sawit yang
ada, bagian berwarna kuning adalah hutan produksi, bagian berwarna hijau adalah
hutan lindung dan blok merah adalah wilayah suaka alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Trend Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Analisis data yang pertama digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama, yaitu trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 menggunakan analisis
deret berkala dengan metode setengah rata-rata dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Y’ = ao + bX
Keterangan:
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Perhitungan nilai trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dapat dilakukan dengan
mencari data mengenai perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010. Berikut ini telah diketahui
data perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010, yang disajikan dalam bentuk tabel
di bawah ini.
Tabel V.1 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun Jumlah Luas Areal (Ha)
2001 322.780
2002 335.773
2003 349.101
2004 367.619
2005 388.171
2006 407.083
2007 451.400
2008 499.548
2009 602.124
2010 750.948
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
Untuk mencari persamaan Y’ = ao + bX, dilakukan beberapa langkah.
Pertama, membagi data menjadi dua kelompok ke dalam tabel. Kelompok
pertama terdiri dari data luas areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001 hingga 2005 (lima tahun). Sementara
untuk kelompok dua adalah data luas areal perkebunan kelapa sawit di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 hingga 2010 (lima tahun).
Berikut ini penyajian dua kelompok data dalam bentuk tabel:
Tabel V.2 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Luas Areal
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Areal
(Ha)
Kelompok
2001 322.780
Pertama (1) 2002 335.773
2003 349.101
2004 367.619
2005 388.171
2006 407.083
Kedua (2) 2007 451.400
2008 499.548
2009 602.124
2010 750.948
Sumber: Olah data, 2012
Kedua, menentukan semi total masing-masing kelompok data. Semi
total dihitung dengan cara menjumlahkan luas areal perkebunan kelapa sawit
pada periode masing-masing kelompok.
Semi total kelompok 1:
(322.780+335.773+349.101+367.619+388.171) = 1.763.444
Semi total kelompok 2:
(407.083+451.400+499.548+602.124+750.948) = 2.711.103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Berikut ini penyajian jumlah semi total dua kelompok dalam bentuk
tabel:
Tabel V. 3 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Luas Areal
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Areal
(Ha)
Semi Total
2001 322.780
2002 335.773
2003 349.101 1.763.444
2004 367.619
2005 388.171
2006 407.083
2007 451.400
2008 499.548 2.711.103
2009 602.124
2010 750.948
Sumber: Olah data, 2012
Ketiga, menentukan jumlah setengah rata-rata setiap kelompok data
(X1 dan X2). Cara menghitung setengah rata-rata adalah jumlah semi total
dibagikan dengan jumlah data dalam masing-masing kelompok.
1/2 rata-rata kelompok I:
X1 = (1.763.444 : 5) = 352.688,8
1/2 rata-rata kelompok II:
X2 = (2.711.103 : 5) = 542.220,6
Keempat, menentukan nilai trend pada tahun tertentu dengan mencari
persamaan Y’ = ao + bX. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Data kelompok I:
Y’ = ao + bX
ao = 352.688,8 (tahun 2003)
b = X2 – X1 = ( 542.220,6 – 352.688,8) = 37,906.4
5 5
Tahun 2003
Y = ao + b (0)
Y = 352.688,8 + 37,906.4 (0)
Y = 352.688,8
Tahun 2002
Y = ao + b (-1)
Y = 352.688,8 + 37,906.4 (-1)
Y = 314.782,4
Tahun 2001
Y = ao + b (-2)
Y = 352.688,8 + 37,906.4 (-2)
Y = 276.876,1
Tahun 2004
Y = ao + b (+1)
Y = 352.688,8 + 37,906.4 (+1)
Y = 390.595,2
Tahun 2005
Y = ao + b (+2)
Y = 352.688,8 + 37,906.4 (+2)
Y = 428.501,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Data kelompok II:
Y’ = ao + bX
ao = 542.220,6 (tahun 2008)
b = X2 – X1 = ( 542.220,6 – 352.688,8) = 37,906.4
5 5
Tahun 2008
Y = ao + b (0)
Y = 542.220,6 + 37,906.4 (0)
Y = 542.220,6
Tahun 2007
Y = ao + b (-1)
Y = 542.220,6 + 37,906.4 (-1)
Y = 504.314,2
Tahun 2006
Y = ao + b (-2)
Y = 542.220,6 + 37,906.4 (-2)
Y = 466.407,9
Tahun 2009
Y = ao + b (+1)
Y = 542.220,6 + 37,906.4 (+1)
Y = 580.127,0
Tahun 2010
Y = ao + b (+2)
Y = 542.220,6 + 37,906.4 (+2)
Y = 618.033,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel V.4 Perhitungan Trend Perkembangan Luas Lahan Perkebunan
Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Areal
(Ha)
Semi Total
1/2 Rata-
rata
Trend Awal
Tahun
2001 322.780
276.876,1
2002 335.773
314.782,4
2003 349.101 1.763.444 352.688,8 352.688,8
2004 367.619
390.595,2
2005 388.171
428.501,5
2006 407.083
466.407,9
2007 451.400
504.314,2
2008 499.548 2.711.103 542.220,6 542.220,6
2009 602.124
580.127,0
2010 750.948
618.033,3
Sumber: Olah data, 2012
2. Trend Perkembangan Jumlah Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Perhitungan trend perkembangan produksi perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat menggunakan analisis deret berkala yaitu dengan
metode setengah rata-rata dengan rumus sebagai berikut (Anto Dajan, 1986):
Y’ = ao + bX
Keterangan:
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Perhitungan nilai trend perkembangan produksi perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dapat dilakukan dengan
mencari data mengenai perkembangan produksi perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010. Berikut ini telah diketahui
data perkembangan produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Barat pada tahun 2001-2010, yang disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel V.5 Perkembangan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun Produksi (Ton)
2001 497.894
2002 511.318
2003 517.090
2004 626.181
2005 746.919
2006 839.703
2007 845.100
2008 845.309
2009 862.515
2010 921.560
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
Untuk mencari persamaan Y’ = ao + bX, dilakukan beberapa langkah.
Pertama, membagi data menjadi dua kelompok ke dalam tabel. Kelompok
pertama terdiri dari data produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kalimantan Barat pada tahun 2001 hingga 2005 (lima tahun). Sementara
untuk kelompok dua adalah data produksi perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 hingga 2010 (lima tahun).
Berikut ini penyajian dua kelompok data dalam bentuk tabel:
Tabel V.6 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Produksi (Ton)
Kelompok
2001 497.894
Pertama (1) 2002 511.318
2003 517.090
2004 626.181
2005 746.919
2006 839.703
Kedua (2) 2007 845.100
2008 845.309
2009 862.515
2010 921.560
Sumber: Olah data, 2012
Kedua, menentukan semi total masing-masing kelompok data. Semi
total dihitung dengan cara menjumlahkan produksi perkebunan kelapa sawit
pada periode masing-masing kelompok.
Semi total kelompok 1:
(497.894+511.318+517.090+626.181+746.919) = 2.899.402
Semi total kelompok 2:
(839.703+845.100+845.309+862.515+921.560) = 4.314.187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berikut ini penyajian jumlah semi total dua kelompok dalam bentuk tabel:
Tabel V. 7 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Produksi (Ton)
Semi Total
2001 497.894
2002 511.318
2003 517.090 2.899.402
2004 626.181
2005 746.919
2006 839.703
2007 845.100
2008 845.309 4.314.187
2009 862.515
2010 921.560
Sumber: Olah data, 2012
Ketiga, menentukan jumlah setengah rata-rata setiap kelompok data
(X1 dan X2). Cara menghitung setengah rata-rata adalah jumlah semi total
dibagikan dengan jumlah data dalam masing-masing kelompok.
1/2 rata-rata kelompok I:
X1 = (2.899.402 : 5) = 579.880,4
1/2 rata-rata kelompok II:
X2 = (4.314.187 : 5) = 862.837,4
Keempat, menentukan nilai trend pada tahun tertentu dengan mencari
persamaan Y’ = ao + bX. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Data kelompok I:
Y’ = ao + bX
ao = 579.880,4 (tahun 2003)
b = X2 – X1 = (862.837,46 – 579.880,4) = 56.591,4
5 5
Tahun 2003
Y = ao + b (0)
Y = 579.880,4 + 56.591,4 (0)
Y = 579.880,4
Tahun 2002
Y = ao + b (-1)
Y = 579.880,4 + 56.591,4 (-1)
Y = 523.289,0
Tahun 2001
Y = ao + b (-2)
Y = 579.880,4 + 56.591,4 (-2)
Y = 466.697,6
Tahun 2004
Y = ao + b (+1)
Y = 579.880,4 + 56.591,4 (+1)
Y = 636.471,8
Tahun 2005
Y = ao + b (+2)
Y = 579.880,4 + 56.591,4 (+2)
Y = 693.063,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Data kelompok II:
Y’ = ao + bX
ao = 862.837,4 (tahun 2008)
b = X2 – X1 = (862.837,46 – 579.880,4) = 56.591,4
5 5
Tahun 2008
Y = ao + b (0)
Y = 862.837,4 + 56.591,4 (0)
Y = 862.837,4
Tahun 2007
Y = ao + b (-1)
Y = 862.837,4 + 56.591,4 (-1)
Y = 806.246,0
Tahun 2006
Y = ao + b (-2)
Y = 862.837,4 + 56.591,4 (-2)
Y = 749.654,6
Tahun 2009
Y = ao + b (+1)
Y = 862.837,4 + 56.591,4 (+1)
Y = 919.428,8
Tahun 2010
Y = ao + b (+2)
Y = 862.837,4 + 56.591,4 (+2)
Y = 976.020,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Tabel V.8 Perhitungan Trend Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Produksi (Ton)
Semi Total
1/2 Rata-
rata
Trend Awal
Tahun
2001 497.894
466.697,6
2002 511.318
523.289,0
2003 517.090 2.899.402 579.880,4 579.880,4
2004 626.181
636.471,8
2005 746.919
693.063,2
2006 839.703
749.654,6
2007 845.100
806.246,0
2008 845.309 4.314.187 862.837,4 862.837,4
2009 862.515
919.428,8
2010 921.560
976.020,2
Sumber: Olah data, 2012
3. Trend Perkembangan Jumlah Petani Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Perhitungan trend perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat menggunakan analisis deret berkala yaitu
dengan metode setengah rata-rata dengan rumus sebagai berikut (Anto Dajan,
1986):
Y’ = ao + bX
Keterangan:
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Perhitungan nilai trend perkembangan jumlah petani perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dapat dilakukan
dengan mencari data mengenai perkembangan jumlah petani perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010. Berikut ini
telah diketahui data perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010, yang disajikan dalam
bentuk tabel di bawah ini.
Tabel V.9 Perkembangan Jumlah Petani Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun Petani (KK)
2001 52.081
2002 52.081
2003 66.153
2004 74.507
2005 85.283
2006 82.733
2007 81.343
2008 82.961
2009 84.351
2010 89.442
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Untuk mencari persamaan Y’ = ao + bX, dilakukan beberapa langkah.
Pertama, membagi data menjadi dua kelompok ke dalam tabel. Kelompok
pertama terdiri dari data jumlah petani perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001 hingga 2005 (lima tahun). Sementara
untuk kelompok dua adalah data jumlah petani perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 hingga 2010 (lima tahun).
Berikut ini penyajian dua kelompok data dalam bentuk tabel:
Tabel V.10 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Jumlah Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Petani (KK)
Kelompok
2001 52.081
Pertama (1) 2002 52.081
2003 66.153
2004 74.507
2005 85.283
2006 82.733
Kedua (2) 2007 81.343
2008 82.961
2009 84.351
2010 89.442
Sumber: Olah data, 2012
Kedua, menentukan semi total masing-masing kelompok data. Semi
total dihitung dengan cara menjumlahkan petani perkebunan kelapa sawit
pada periode masing-masing kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Semi total kelompok 1:
(52.081+52.081+66.153+74.507+85.283) = 330.105
Semi total kelompok 2:
(82.733+81.343+82.961+84.351+89.442) = 420.830
Berikut ini penyajian jumlah semi total dua kelompok dalam bentuk tabel:
Tabel V. 11 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Petani (KK)
Semi Total
2001 52.081
2002 52.081
2003 66.153 330.105
2004 74.507
2005 85.283
2006 82.733
2007 81.343
2008 82.961 420.830
2009 84.351
2010 89.442
Sumber: Olah data, 2012
Ketiga, menentukan jumlah setengah rata-rata setiap kelompok data
(X1 dan X2). Cara menghitung setengah rata-rata adalah jumlah semi total
dibagikan dengan jumlah data dalam masing-masing kelompok.
1/2 rata-rata kelompok I:
X1 = (330.105 : 5) = 66.021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
1/2 rata-rata kelompok II:
X2 = (420.830 : 5) = 84.166
Keempat, menentukan nilai trend pada tahun tertentu dengan mencari
persamaan Y’ = ao + bX. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Data kelompok I:
Y’ = ao + bX
ao = 66,021 (tahun 2003)
b = X2 – X1 = (84.166 – 66.021) = 3.629
5 5
Tahun 2003
Y = ao + b (0)
Y = 66,021 + 3.629 (0)
Y = 66,021
Tahun 2002
Y = ao + b (-1)
Y = 66,021 + 3.629 (-1)
Y = 62,392
Tahun 2001
Y = ao + b (-2)
Y = 66,021 + 3.629 (-2)
Y = 58,763
Tahun 2004
Y = ao + b (+1)
Y = 66,021 + 3.629 (+1)
Y = 69,650
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tahun 2005
Y = ao + b (+2)
Y = 66,021 + 3.629 (+2)
Y = 73,279
Data kelompok II:
Y’ = ao + bX
ao = 84.166 (tahun 2008)
b = X2 – X1 = (84.166 – 66.021) = 3.629
5 5
Tahun 2008
Y = ao + b (0)
Y = 84.166 + 3.629 (0)
Y = 84.166
Tahun 2007
Y = ao + b (-1)
Y = 84.166 + 3.629 (-1)
Y = 80,537
Tahun 2006
Y = ao + b (-2)
Y = 84.166 + 3.629 (-2)
Y = 76,908
Tahun 2009
Y = ao + b (+1)
Y = 84.166 + 3.629 (+1)
Y = 87,795
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tahun 2010
Y = ao + b (+2)
Y = 84.166 + 3.629 (+2)
Y = 91,424
Tabel V.12 Perhitungan Trend Perkembangan Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Petani
(KK)
Semi Total
1/2 Rata-rata
Trend Tahun
Awal
2001 52.081
58,763
2002 52.081
62,392
2003 66.153 330.105 66.021 66,021
2004 74.507
69,650
2005 85.283
73,279
2006 82.733
76,908
2007 81.343
80,537
2008 82.961 420.830 84.166 84,166
2009 84.351
87,795
2010 89.442
91,424
Sumber: Olah data, 2012
4. Trend Perkembangan Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Perhitungan trend perkembangan harga CPO di Provinsi Kalimantan
Barat menggunakan analisis deret berkala yaitu dengan metode setengah rata-
rata dengan rumus sebagai berikut (Anto Dajan, 1986):
Y’ = ao + bX
Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Perhitungan nilai trend perkembangan harga CPO perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dapat dilakukan dengan
mencari data mengenai perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010. Berikut ini telah diketahui
data perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010, yang disajikan dalam bentuk tabel
di bawah ini.
Tabel V.13 Perkembangan Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun Harga CPO (Rp/Kg)
2001 2.098,64
2002 2.956,21
2003 3.279,36
2004 3.565,10
2005 3.253,19
2006 3.383,22
2007 5.655,46
2008 6.677,57
2009 5.944,40
2010 6.739,88
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Untuk mencari persamaan Y’ = ao + bX, dilakukan beberapa langkah.
Pertama, membagi data menjadi dua kelompok ke dalam tabel. Kelompok
pertama terdiri dari data harga CPO perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001 hingga 2005 (lima tahun). Sementara
untuk kelompok dua adalah data harga CPO perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2006 hingga 2010 (lima tahun).
Berikut ini penyajian dua kelompok data dalam bentuk tabel:
Tabel V.14 Pembagian Kelompok Data Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Harga CPO
(Rp/Kg)
Kelompok
2001 2.098,64
Pertama (1) 2002 2.956,21
2003 3.279,36
2004 3.565,10
2005 3.253,19
2006 3.383,22
Kedua (2) 2007 5.655,46
2008 6.677,57
2009 5.944,40
2010 6.739,88
Sumber: Olah data, 2012
Kedua, menentukan semi total masing-masing kelompok data. Semi
total dihitung dengan cara menjumlahkan harga CPO pada periode masing-
masing kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Semi total kelompok 1:
(2.098,64+2.956,21+3.279,36+3.565,10+3.253,19) = 15.153
Semi total kelompok 2:
(3.383,22+5.655,46+6.677,57+5.944,40+6.739,88) = 28.401
Berikut ini penyajian jumlah semi total dua kelompok dalam bentuk tabel:
Tabel V. 15 Perhitungan Semi Total Data Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Harga CPO (Rp/Kg)
Semi Total
2001 2.098,64
2002 2.956,21
2003 3.279,36 15.153
2004 3.565,10
2005 3.253,19
2006 3.383,22
2007 5.655,46
2008 6.677,57 28.401
2009 5.944,40
2010 6.739,88
Sumber: Olah data, 2012
Ketiga, menentukan jumlah setengah rata-rata setiap kelompok data
(X1 dan X2). Cara menghitung setengah rata-rata adalah jumlah semi total
dibagikan dengan jumlah data dalam masing-masing kelompok.
1/2 rata-rata kelompok I:
X1 = (15.153 : 5) = 3.030,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1/2 rata-rata kelompok II:
X2 = (28.401 : 5) = 5.680,1
Keempat, menentukan nilai trend pada tahun tertentu dengan mencari
persamaan Y’ = ao + bX. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
Data kelompok I:
Y’ = ao + bX
ao = 3.030,5 (tahun 2003)
b = X2 – X1 = (5.680,1– 3.030,5) = 529,9
5 5
Tahun 2003
Y = ao + b (0)
Y = 3.030,5 + 529,9 (0)
Y = 3.030,5
Tahun 2002
Y = ao + b (-1)
Y = 3.030,5 + 529,9 (-1)
Y = 2.500,6
Tahun 2001
Y = ao + b (-2)
Y = 3.030,5 + 529,9 (-2)
Y = 1.970,7
Tahun 2004
Y = ao + b (+1)
Y = 3.030,5 + 529,9 (+1)
Y = 3.560,4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Tahun 2005
Y = ao + b (+2)
Y = 3.030,5 + 529,9 (+2)
Y = 4.090,3
Data kelompok II:
Y’ = ao + bX
ao = 5.680,1 (tahun 2008)
b = X2 – X1 = (5.680,1– 3.030,5) = 529,9
5 5
Tahun 2008
Y = ao + b (0)
Y = 5.680,1 + 529,9 (0)
Y = 5.680,1
Tahun 2007
Y = ao + b (-1)
Y = 5.680,1 + 529,9 (-1)
Y = 5.150,2
Tahun 2006
Y = ao + b (-2)
Y = 5.680,1 + 529,9 (-2)
Y = 4.620,3
Tahun 2009
Y = ao + b (+1)
Y = 5.680,1 + 529,9 (+1)
Y = 6.210,0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Tahun 2010
Y = ao + b (+2)
Y = 5.680,1 + 529,9 (+2)
Y = 6.739,9
Tabel V.16 Perhitungan Trend Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Sumber: Olah data, 2012
B. Pembahasan
1. Pembahasan Trend Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa
Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Dari hasil analisis data dapat diketahui perkembangan luas lahan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dari
tabel dan grafik trend di bawah ini.
Tahun
Harga CPO
(Rp/Kg)
Semi Total
1/2 Rata-rata
Trend Tahun
Awal
2001 2.098,64
1.970,7
2002 2.956,21
2.500,6
2003 3.279,36 15.153 3.030,5 3.030,5
2004 3.565,10
3.560,4
2005 3.253,19
4.090,3
2006 3.383,22
4.620,3
2007 5.655,46
5.150,2
2008 6.677,57 28.401 5.680,1 5.680,1
2009 5.944,40
6.210,0
2010 6.739,88
6739,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tabel V.17 Trend dan Persentase Perkembangan Luas Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Areal (Ha)
Y'
Persentase
Perkembangan
Luas Lahan
2001 322.780 276.876,1 -
2002 335.773 314.782,4 4,02
2003 349.101 352.688,8 3,96
2004 367.619 390.595,2 5,30
2005 388.171 428.501,5 5,60
2006 407.083 466.407,9 4,89
2007 451.400 504.314,2 10,88
2008 499.548 542.220,6 10,66
2009 602.124 580.127,0 20,53
2010 750.948 618.033,3 24,71
Sumber: Olah data, 2012
Grafik V. 1 Trend Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Sumber: Olah data, 2012
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Luas areal trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa trend
perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2001-2010 dari tahun ke tahun mengalami kenaikan signifikan.
Hal tersebut dapat dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke
kanan atas. Begitu juga dengan jumlah luas lahan yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan rata-rata seluas 37.906,4 hektar.
Meningkatnya jumlah luas lahan perkebunan kelapa sawit di
Kalimantan Barat disebabkan beberapa hal, antara lain:
a. Permintaan pasar dunia yang terus meningkat
Peningkatan harga CPO di pasar global mendorong setiap daerah
untuk berlomba-lomba mengembangkan agrobisnis perkebunan kelapa
sawit dengan cara membuka lahan baru. Perluasan areal perkebunan
kelapa sawit terlihat sangat tinggi pada periode 2009-2010 pada saat harga
rata-rata CPO dunia US$ 678 Dollar/ton meningkat menjadi 900 Dollar/
ton atau terjadi kenaikan sebesar US$ 222 Dollar/ton. Luas areal
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat dari 602.124 hektar
meningkat menjadi 750.948 hektar yang berarti telah terjadi kenaikan
sebesar 148.824 hektar 24,71 persen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
b. Kondisi iklim dan topografis
Iklim tropis dan keadaan topografis Kalimantan Barat sangat
cocok untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Dilihat dari
tekstur tanahnya maka, sebagian besar daerah Kalimantan Barat terdiri
dari jenis tanah PMK (podsolet merah kuning), OGH (orgosol, gley dan
humus) dan tanah Aluvial sekitar 2,0 juta hektar atau 10,29 persen yang
terhampar di seluruh kabupaten/kota. Tanaman kelapa sawit lebih mudah
beradaptasi dengan tekstur tanah di Kalimantan Barat. Sebagian besar luas
tanah di Kalimantan Barat adalah hutan (41,61 persen) dan padang/semak
belukar/alang-alang (32,64 persen). Hutan dan padang/semak belukar
menjadi lokasi utama areal perkebunan kelapa sawit.
c. Ketersediaan lahan
Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2011, Indonesia
memiliki ketersediaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit seluas 18 juta
hektar. Sementara yang terpakai baru 7,32 juta hektar sehingga
mendukung ekspansi atau pembukaan kebun baru kelapa sawit di berbagai
daerah termasuk Kalimantan Barat. Pada tahun 1999-2000 di Kalimantan
Barat terjadi ekspansi hutan secara besar-besaran untuk perkebunan kelapa
sawit. Data dari Institut Dayakologi dan Sawit Watch di enam kabupaten
di Kalimantan Barat, perluasan perkebunan sawit sejak tahun 1980-an
hingga 2009 sudah 229 perusahaan yang mengantongi izin perluasan sawit
dengan luas 3,57 juta hektar, namun baru terealisasi sekitar 318.560
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
hektar. Pada tahun 2007, Provinsi Kalimantan Barat memiliki ketersediaan
lahan seluas 431.882 hektar. Pada tahun 2011 Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat mencanangkan lahan untuk perkebunan sawit seluas 1,5
juta hektar.
d. Dukungan dan kebijakan pemerintah
Menurut Wawan Darmawan, salah seorang staf Dinas Perkebunan
Kalimantan Barat, arah kebijakan pembangunan kebun kelapa sawit di
Kalimantan Barat mengadopsi arah kebijakan dari program pusat, yaitu
pengembangan agrobisnis kebun, pengembangan sistem informasi dan
pemberdayaan kelembagaan perkebunan. Dinas Perkebunan Kalimantan
Barat juga merencanakan ekspansi perkebunan sawit secara besar-besaran
(Kalimantan Review, 30 Mei 2011).
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat,
proyeksi pertumbuhan kelapa sawit Kalimantan Barat tahun 2005-2008
mencapai 4 persen per tahun dan proyeksi produksinya mencapai 15
persen per tahun. Sementara proyeksi pertumbuhan komoditas karet hanya
1 persen dan proyeksi produksinya hanya 2 persen. Proyeksi ini tidak akan
jauh berbeda dari realisasinya. Misalnya, tahun 2005 Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat mencanangkan 1,5 juta hektar sawit, ternyata di
lapangan sudah lebih dari 3 juta hektar izin diberikan.
Bila terealisasi perkebunan kelapa sawit ini akan menjadi kebun
sawit terluas di dunia. Untuk merealisasikan rencana tersebut pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
telah menandatangani MoU antara pengusaha Indonesia dengan
pengusaha China pada saat kunjungan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ke China yang dilanjutkan dengan MoU antara pengusaha
China dengan Kementrian Sumber Daya Mineral awal Januari 2007. MoU
itu menyepakati pembangunan pabrik biofuel di Kabupaten Sanggau,
Sambas dan Ketapang. Dengan demikian, ekspansi perkebunan kelapa
sawit semakin bertambah di Provinsi Kalimantan Barat.
e. Otonomi daerah
Otonomi daerah yang dimaksud adalah terbitnya Undang-undang
No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.
22 Tahun 2001 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah cukup
membuka peluang bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk
membangun daerah sendiri. Salah satu caranya dengan mengembangkan
potensi perkebunan kelapa sawit. Salah satu contohnya adalah Kabupaten
Sanggau. Berdasarkan data statistik tahun 2001, di Kabupaten Sanggau
tercatat 46 perusahaan perkebunan kelapa sawit di atas lahan seluas
805.175 hektar. Tetapi yang beroperasi hanya 18 perusahaan di atas lahan
seluas 135.576 hektar. Dari 609.357 hektar lahan, sebanyak 33 perusahaan
yang diberi izin lokasi. Pedapatan yang diperoleh dari perkebunan kelapa
sawit mencapai Rp 328.170.004. Selain itu juga, otonomi daerah
membuka peluang bagi setiap daerah untuk memekarkan provinsi,
kabupaten dan kota. Pada tahun 2003 hingga 2007 Provinsi Kalimantan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Barat memekarkan empat kabupaten yaitu Kabupaten Sekadau (2003),
Melawi (2003), Kayong Utara (2007) dan Kabupaten Kubu Raya (2007).
Satu tahun setelah terbentuk, Kabupaten Sekadau dan Melawi langsung
membuka perkebunan kelapa sawit masing-masing seluas 42.266 hektar
dan 14.000 hektar. Dua kabupaten ini berkontribusi sebesar 15,30 persen
terhadap total luas lahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat
pada tahun 2004. Hal serupa terjadi di dua kabupaten baru yang lain. Pada
tahun 2009, Kabupaten Kayong Utara dan Kubu Raya memberikan
kontribusi lahan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat sebesar
5,74 persen. Total luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat pada
tahun 2009 seluas 602,124 hektar.
f. Proses perijinan jalur cepat
Peraturan perundangan di Indonesia mengharuskan perusahaan
untuk memperoleh sejumlah ijin dan dokumen-dokumen pendukungnya
dalam urutan yang sudah ditentukan sebelum mereka bisa mulai kegiatan
secara besar-besaran di lapangan. Urutan dasar proses perijinan yang
berlaku di sektor kelapa sawit adalah: Informasi Lahan-Izin Usaha
Perkebunan-Izin Lokasi-Hak Guna Usaha (HGU). Selain itu, ketika
mengajukan permohon setiap ijin, perusahaan perkebunan harus
menyerahkan berbagai dokumen pendukung. Misalnya, permohonan Ijin
Usaha Perkebunan harus disertai dengan surat rekomendasi Gubernur
untuk AMDAL perusahaan tersebut. Bila kawasan konsesi yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
tumpang tindih dengan kawasan hutan, perusahaan harus melampirkan
surat persetujuan pelepasan kawasan hutan dari Departemen Kehutanan.
Bila urutan perijinan ini tak diikuti atau bila ijin diperoleh tanpa disertai
dokumen pendukung yang disyaratkan maka sistem pengurusan
melanggar ketentuan perundangan.
Hasil penelitian Aidenvironment, Amsterdam pada bulan Agustus
tahun 2009 tentang Kebijakan bahan bakar nabati Eropa dan perluasan
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat hal
tersebut yang terjadi di Kabupaten Ketapang, serta di berbagai kabupaten
di Kalimantan Barat, karena pemerintah daerah dan perusahaan
perkebunan mengabaikan prosedur hukum yang benar, terutama prosedur
yang ditetapkan peraturan perundangan nasional.
Walaupun Pemerintah Kabupaten Ketapang mengeluarkan ijin
sesuai dengan urutan dasar di atas, ijin tersebut diberikan tanpa ada
dokumen pendukung yang disyaratkan bagi perusahaan. Secara umum,
perlu waktu tiga sampai lima tahun untuk mendapatkan perijinan secara
lengkap, namun di Ketapang perusahan-perusahaan bisa mendapatkan Ijin
Lokasi hanya setelah enam bulan dikeluarkannya Informasi Lahan.
Proses perizinan perkebunan kelapa sawit jalur cepat seperti hasil
penelitian Aidenvironment, Amsterdam dapat mempengaruhi
bertambahnya dengan cepat jumlah perusahaan dan luas lahan perkebunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
kelapa sawit di setiap kabupaten Provinsi Kalimantan Barat pada periode
2001-2010.
g. Modus korupsi di sektor perkebunan kelapa sawit
Dugaan korupsi sektor perkebunan kelapa sawit merupakan hasil
temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) bersama enam Non
Government Organizations (NGO’s) yang tergabung dalam Koalisi Anti
Mafia Perkebunan pada tahun 2011. Koalisi Anti Mafia Perkebunan
menemukan sejumlah praktik dugaan korupsi di sektor perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Provinsi yang dinilai paling banyak terjadi korupsi di
sektor ini salah satunya adalah Provinsi Kalimantan Barat. Koalisi Anti
Mafia Perkebunan memperkirakan kerugian negara akibat pembukaan 1,3
juta hektar lahan perkebunan sawit di Kalimantan Barat sejak beberapa
tahun terakhir mencapai sekitar Rp 70 triliun (Equator-News, 5 Juli 2011).
Ada enam modus korupsi yang umumnya terjadi di sektor
perkebunan. Masing-masing, suap untuk memperoleh izin, pemberian izin
untuk keluarga atau kroni kepala daerah, pembiaran beroperasi tanpa izin,
mark up dalam pengadaan bibit sawit, usaha perkebunan sawit fiktif, dan
penghindaran atau manipulasi pajak dari sektor perkebunan. Khusus untuk
Kalimantan Barat, ada tiga modus, yaitu suap untuk memperoleh izin,
pemberian izin untuk keluarga atau kroni kepala daerah, serta pembiaran
beroperasi tanpa izin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Koalisi Anti Mafia Perkebunan di Kalimantan Barat menemukan
adanya dugaan korupsi yang dilakukan oleh lima perusahaan perkebunan
sawit di Kalimantan Barat. Masing-masing PT KMP di Sambas, PT WHS
di Sambas, PT LL di Bengkayang, PT WDBP di Bengkayang, dan PT CP
di Bengkayang. Sedangkan di Kabupaten Ketapang yang diprediksi
mayoritas terjadi praktik tersebut, masih tahap pengumpulan data. Kelima
perusahaan ini diduga melakukan perbuatan melawan hukum karena
membuka areal kebun sawit dengan merambah kawasan hutan produksi
dan diduga dalam beroperasi tidak memiliki IPK (Izin Pemanfaatan
Kayu).
Tiga modus korupsi sektor perkebunan kelapa sawit, yaitu suap
untuk memperoleh izin, pemberian izin untuk keluarga atau kroni kepala
daerah, serta pembiaran beroperasi tanpa izin tentunya menyebabkan luas
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat semakin
bertambah.
Pengembangan sektor perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat secara umum mempunyai dampak positif terhadap
peningkatan pendapatan per kapita masyarakat. Pendapatan per kapita
masyarakat Provinsi Kalimantan Barat setiap tahunnya semakin meningkat.
Perubahan pendapatan perkapita dari tahun ke tahun yang meningkat
mencerminkan bahwa kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat
menampakkan adanya peningkatan yang cukup signifikan dimana sektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
kegiatan yang menyerap investasi terbesar adalah perkebunan skala menengah
besar terutama perkebunan kelapa sawit (investasi sektor hulu). Capaian
pendapatan per kapita pada tahun 2005 sebesar Rp 8,36 Juta atau tumbuh
13,45 persen dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp 7,37 Juta. Hal yang
sama terjadi pada tahun 2008, manakala pendapatan perkapita meningkat dari
Rp 10,17 Juta pada tahun 2007 menjadi Rp 11,39 Juta pada tahun 2008 atau
tumbuh 12,08 persen. Peningkatan pendapatan perkapita demikian didukung
disebabkan adanya peningkatan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dari
Rp 10.348 Milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 14.339 Milyar pada tahun
2008 atau mengalami pertumbuhan sebesar 38,57 persen. Secara riil,
peningkatan PMTB ditunjukkan oleh peningkatan yang cukup tajam pada
realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalimantan
Barat periode 2007-2008.
Sektor kegiatan yang menyerap investasi PMDN terbesar adalah
perkebunan skala menengah besar terutama perkebunan kelapa sawit
(investasi sektor hulu). Realisasi investasi PMDN tahun 2006 mencapai Rp
4.256,21 Milyar atau meningkat 3,9 persen dibandingkan tahun 2005.
Peningkatan investasi PMDN ini dipicu oleh peningkatan investasi
perkebunan kelapa sawit dengan investasi sebesar Rp 2.950,57 Milyar.
Realisasi PMDN terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2008 dan
2009, dan kegiatannya masih didominasi pada investasi perkebunan kelapa
sawit. Pada tahun 2008, total realisasi investasi PMDN sebesar Rp 5.201,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Milyar atau meningkat 13,57 persen dibandingkan tahun 2007, dan sekitar Rp
3.414,77 Milyar diantaranya berupa investasi perkebunan kelapa sawit.
Mengingat potensi sektor primer khususnya perkebunan kelapa sawit
yang cukup besar, Pemerintah Provinsi terus berusaha untuk menarik minat
pihak luar untuk investasi di daerah ini. Salah satu dukungan pemerintah
adalah dengan meningkatkan pembangunan infrasruktur dasar melalui
peningkatan belanja pemerintah. Pada tahun 2006, pengeluaran konsumsi
pemerintah mencapai Rp 4.775,18 Milyar atau meningkat 26,46 persen
dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2008 pengeluaran konsumsi pemerintah
meningkat sebesar 33,79 persen. Selain untuk peningkatan penyediaan
infrastruktur dasar, secara bertahap pemerintah daerah memfasilitasi untuk
peningkatan investasi PMDN misalnya dengan mendorong pihak swasta
untuk meningkatkan pengolahan hasil produksi perkebunan sawit selain CPO
untuk mampu menghasilkan produk turunan yang mampu memberikan nilai
tambah yang lebih besar bagi daerah.
Namun, perluasan perkebunan kelapa sawit juga mempunyai dampak
negatif terhadap lingkungan hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
a. Dampak terhadap lingkungan hidup
Sistem monokultur yang diterapkan dalam perkebunan kelapa
sawit dapat membahayakan fungsi hutan sebagai sumber pangan.
Masyarakat pedalaman di Kalimantan Barat secara umum masih
menggunakan hutan sebagai sumber mata pencaharian untuk berladang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Selain itu, pembukaan lahan perkebunan sawit secara besar-besaran
mengakibatkan terjadi perubahan bentang alam besar-besaran dalam
waktu singkat, yang tidak memberikan kesempatan bagi lahan tersebut
untuk memulihkan keadaan.
Di lain pihak, beberapa studi telah menemukan penurunan jumlah
(80 persen untuk tanaman dan 80-90 persen untuk mamalia, burung, dan
reptilia) dalam keragaman hayati menyusul diubahnya hutan menjadi
perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, perusakan lahan gambut akibat pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit meningkatkan resiko datangnya banjir dan
kebakaran hutan. Pembukaan lahan kelapa sawit secara besar-besaran
telah mematikan Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir terus meningkat
pengungsi setiap tahun semakin bertambah dan meluas. Tahun 2003
bencana banjir melanda beberapa kabupaten di Kalimantan Barat, yaitu
Kabupaten Bengkayang, Sambas, Sanggau, Sintang, Kapuas Hulu, Landak
dan Pontianak. Kabupaten Bengkayang dan Sambas berada pada jalur
DAS Mempawah, sedangkan lima kabupaten lainnya berada di DAS
Kapuas. Walhi Kalimantan Barat memprediksikan Ibu Kota Provinsi
Kalimantan Barat Pontianak akan tenggelam akibat bencana banjir
sebelum tahun 2015. Kota Pontianak berada di muara Sungai Kapuas dan
Mempawah. Sedangkan pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
dengan cara membakar hutan oleh pihak perusahaan merupakan faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
utama penyebab terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan Barat pada
tahun 1997-1998.
b. Dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat
Saat sebuah perusahaan kelapa sawit besar masuk ke suatu daerah,
beberapa anggota masyarakat kebanyakan sangat tertarik untuk menjadi
bagian (petani kelapa sawit) dari perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut
disebabkan masyarakat tidak memiliki kepemilikan legal atas tanah
mereka, kesepakatan biasanya dibuat sehingga mereka memiliki 2-3
hektar lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Pihak perusahaan kelapa
sawit biasanya meminjamkan sejumlah modal dengan bunga 30 persen per
tahun untuk biaya bibit, pupuk, dan kelengkapan lain. Karena kelapa sawit
membutuhkan sekitar 7 tahun untuk berbuah, mereka setiap harinya
bekerja seperti buruh dengan bayaran yang relatif murah. Sementara lahan
mereka belum menghasilkan apa-apa namun membutuhkan pupuk dan
pestisida, yang dibeli dari perusahaan kelapa sawit. Saat perkebunan mulai
berproduksi pun pendapatan petani kelapa sawit belum mencukupi untuk
membayar cicilan dan bunga pinjaman yang sudah menumpuk selama 7
tahun. Rendahnya pendapatan digabung dengan tingginya kebutuhan
hidup dan modal yang dibutuhkan untuk keperluan pemeliharaan tanaman
kelapa sawit tampaknya akan membuat para petani kelapa sawit tetap
terus-menerus berhutang pada perusahaan kelapa sawit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Munculnya perkebunan kelapa sawit dinilai tidak berpihak
terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya. Hal tersebut ditandai
dengan tidak adanya perlindungan dan penghargaan terhadap ekonomi
masyarakat yang berskala kecil. Misalnya, masyarakat pedalaman di
Kalimantan Barat khususnya masyarakat pribumi suku Dayak tidak dapat
lagi mengelola hasil hutan, seperti madu, damar ataupun karet, karena
mereka tidak diperbolehkan masuk ke areal perkebunan besar seperti
kelapa sawit. Padahal sejak nenek moyang ada, mereka lebih dahulu dari
para pengusaha tersebut. Hasil hutan di atas telah dibabat habis oleh para
pengusaha, karena dianggap tidak bernilai ekonomis demi mengejar
keuntungan besar dari perkebunan kelapa sawit. Ekspansi perkebunan
kelapa sawit secara besar-besaran juga menyebabkan masyarakat di
sekitar perkebunan kelapa sawit mengalami kehilangan mata pencaharian.
Di Kalimantan Barat, areal perladangan dan perkebunan karet milik
masyarakat semakin sempit akibat digunakan untuk areal perkebunan
kelapa sawit.
Argumentasi bahwa ekspansi sawit akan menyerap tenaga kerja
(buruh) dan mengentaskan kemiskinan di pedesaan merupakan suatu
kebohongan. Asumsi hitungan pemerintah dan perusahaan perkebuanan
kelapa sawit yang menyebutkan bahwa 20 juta hektar lahan perkebunan
akan menyerap sekitar 10 juta buruh sangatl jauh dari kenyataan. Fakta
yang ditemukan di lapangan bahwa dalam 100 hektar lahan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
menyerap sekitar 22 orang tenaga kerja sehingga dengan demikian dengan
20 juta hektar hanya menyerap 4,4 juta buruh.
Data Walhi Kalimantan Barat tahun 2012, di Kalimantan Barat
pada tahun 2008 hingga 2010 tercatat sekitar 200 kasus di perkebunan
kelapa sawit menyangkut penggusuran lahan pertanian, tanam tumbuh,
tempat keramat, ganti rugi yang tidak layak dan konflik antara yang
menerima dengan tidak menerima masuknya perkebunan kelapa sawit.
Sengketa tanah yang memicu konflik beragam menyangkut penguasaan
hutan di berbagai wilayah di Kalimantan Barat menegaskan kegagalan
pemerintah dalam menyelaraskan pembangunan dengan struktur sosial,
ekonomi masyarakat setempat, serta kaitan sejarah masyarakat
bersangkutan dengan hutan. Investasi bernilai miliaran dolar itu justru
membuat rakyat kehilangan tempat tinggal, ruang sosial serta kehilangan
kemandirian dalam membangun kesejahteraannya sendiri.
Bagi masyarakat yang terlanjur berkebun sawit, bersiap-siaplah
mulai dari awal lagi ketika sawit diremajakan. Itupun bagi yang bisa
meremajakan sawitnya. Kenyataannya banyak petani tidak bisa
meremajakan karena petani tidak memiliki sertifikat lahan yang bisa
dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman dari bank.
Dalam penelitian Marcus Colchester dkk. mengenai dampak
perkebunan kelapa sawit (tiga perusahaan) terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat lokal di Kabupaten Sanggau pada tahun 2006, perkebunan kelapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
sawit mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melaui pemberian lahan plasma oleh perusahaan.
Sementara itu, pembangunan jalan telah membantu masyarakat yang
sebelumnya terisolasi, mendapat akses ke desa-desa lain serta pasar terdekat.
Namun, sisi lain kehadiran perkebunan kelapa sawit membawa
dampak negatif terhadap keseimbangan ekosistem alam dan kehidupan sosial
dan kultural masyarakat setempat. Operasi fisik perkebunan kelapa sawit telah
membawa perubahan pada ekosistem alam melalui penggundulan daerah
pertanian dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Masyarakat desa menyatakan bahwa
perubahan tutupan vegetasi telah merubah distribusi spesies dan menyebabkan
ledakan hama yang tidak terkontrol. Pembukaan lahan dengan menggunakan
api untuk membuang reruntuhan dan rontokan ranting serta tumbuh-tumbuhan
telah menyebabkan polusi udara dan asap, yang berakibat pada menurunnya
kesehatan manusia dan hewan serta tumbuh-tumbuhan alam. Kehadiran
perkebunan kelapa sawit juga menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan
kultural di masyarakat lokal. Meskipun tuak (minuman tradisi masyarakat
Dayak) sangat umum di dalam perayaan ritual dan tradisi masyarakat Dayak,
masyarakat desa mengungkapkan meningkatnya angka kecanduan alkohol
yang cukup mengkhawatirkan. Banyak tetua masyarakat dan orang tua
khawatir anak-anak mereka dan para generasi muda kecanduan alkohol dan
membuat mereka malas ke sekolah atau bahkan putus sekolah. Masyarakat
mengatakan bahwa perilaku mencari keuntungan pribadi telah menggantikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
tradisi kebersamaan, solidaritas dan adat-istiadat, serta gaya hidup kolektif.
Perubahan gaya hidup menjadi lebih individualistis dan kapitalis,
menyebabkan segala sesuatu diukur secara ekonomis.
Tidak hanya itu, keberadaan perkebunan kelapa sawit serta
kebutuhannya atas tanah untuk mengembangkan tanaman kelapa sawit
menimbulkan reaksi berbeda dari masyarakat. Kedatangan perkebunan
tersebut memunculkan perdebatan yang sengit mengenai kompensasi, biaya
dan kesempatan yang diberikan perkebunan yang membawa perpecahan
dalam masyarakat lokal, pemerintah dan perusahaan. Terdapat pula
interpretasi yang berbeda mengenai pentingnya terlibat dalam negosiasi tanah.
Tidak jarang para peminpin di tingkat lokal seperti kepala desa dan pemimpin
adat terlibat dalam kasus suap dalam penyelesaian konflik tanah antara
masyarakat dengan pihak perusahaan. Kepala desa dan pemimpin adat
menggunakan posisi mereka untuk mendapat keuntungan pribadi dari
perusahaan untuk diri sendiri beserta keluarga.
Dampak negatif perkebunan kelapa sawit yang dinilai dapat
merugikan masyarakat sering kali menjadi alasan utama sebagian besar
masyarakat Kalimantan Barat untuk menolak kehadiran perkebunan kelapa
sawit di wilayah mereka. Tahun 2005 penolakan terhadap masuknya
perkebunan kelapa sawit terjadi di Desa Tanjung, Kecamatan Jelai Hulu,
Kebupaten Ketapang. Masyarakat Desa Tanjung menuntut Pemerintah
Kabupaten Ketapang untuk mencabut izin PT Sinar Mas dan PT Borneo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Khatulistiwa Sawit. Hal serupa terjadi di tiga kabupaten lain pada tahun 2008,
yaitu penolakan perkebunan kelapa sawit oleh warga perbatasan di
Kecamatan Empanang dan Puring Kencana, Kabupaten Kapuas Hulu,
masyarakat Serawai di Kecamatan Embaloh, Kabupaten Sintang dan Serikat
Tani Serumpun Damai (STSD) yang terdiri dari lima kecamatan di Kabupaten
Sambas.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan secara besar-
besaran oleh pemerintah kabupaten/kota mendapat peringatan langsung dan
tertulis dari Gubernur Provinsi Kalimantan Barat Drs. Cornelis, MH pada
tanggal 15 April 2008. Cornelis meminta para walikota dan bupati untuk
mengkaji ulang izin-izin perkebunan kelapa sawit yang sudah diterbitkan serta
menghentikan sementara pemberian izin baru. Tenggang waktu yang
diberikan gubernur kepada walikota dan bupati untuk mengkaji ulang izin-izin
perkebunan kelapa sawit adalah selama tiga tahun terhitung sejak tahun 2008.
Namun, kebijakan Pemerintah Provinsi untuk mengurangi lajunya
perkembangan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat hanya bersifat
sementara. Tahun 2011 Pemerintah Provinsi kembali membuka kesempatan
kembali kepada pemerintah kabupaten/kota dan para investor untuk
mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit dengan menetapkan 1,5
juta hektar lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
Ekspansi kelapa sawit memberikan keuntungan besar bagi perusahaan
serta pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah kabupaten mati-matian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
menarik investasi dan menjual ijin. Perlawanan dari masyarakat yang menolak
melepaskan lahan mereka sering dicap sebagai anti-pembangunan. Tetapi
beban yang ditanggung masyarakat sangatlah tinggi. Para petani plasma,
pekerja dan masyarakat lokal menanggung risiko terbesar untuk kehilangan
tanah dan penghidupan, bekerja dalam kondisi yang tidak aman untuk upah
yang rendah, terjebak hutang yang berkepanjangan akibat kesepakatan tak adil
sebagai petani plasma, bila mereka menjadi bagian dari industri kelapa sawit.
2. Pembahasan Trend Jumlah Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Dari hasil analisis data dapat diketahui perkembangan produksi
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dari
tabel dan grafik trend di bawah ini.
Tabel V.18 Trend dan Perkembangan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Produksi (Ton)
Y'
2001 497.894 466.697,6
2002 511.318 523.289,0
2003 517.090 579.880,4
2004 626.181 636.471,8
2005 746.919 693.063,2
2006 839.703 749.654,6
2007 845.100 806.246,0
2008 845.309 862.837,4
2009 862.515 919.428,8
2010 921.560 976.020,2
Sumber: Olah data, 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Grafik V. 2 Trend Perkembangan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Sumber: Olah data, 2012
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa trend produksi
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dari
tahun ke tahun mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Jumlah produksi
kelapa sawit di Kalimantan Barat meningkat rata-rata 56.591, 4 ton per
tahunnya. Trend produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Barat yang menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan ini terjadi
karena beberapa hal, antara lain:
a. Konsumsi CPO dunia
Konsumsi minyak sawit (CPO) dunia dari tahun ke tahun terus
menunjukkan tren meningkat. Sekitar 80 persen produksi minyak sawit
dunia digunakan untuk makanan, termasuk minyak goreng, dalam
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Produksi trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
margarin, mi, makanan panggang, dll. Selain itu, minyak sawit digunakan
sebagai bahan dalam produk non makanan, termasuk produksi bahan
bakar hayati, sabun, detergen, kosmetik, obat-obatan, serta beraneka
ragam produk rumah tangga dan industri yang lain.
Pada tahun 2000, jumlah konsumsi CPO dunia berkisar 21,9 juta
ton (23,7 persen dari total kebutuhan dunia akan minyak nabati) dan
meningkat tajam pada tahun 2009 menjadi 45,1 juta ton (34,0 persen dari
total kebutuhan dunia akan minyak nabati). Hingga tahun 2010, Amerika
Serikat dan Uni Eropa 27 merupakan negara pengkonsumsi CPO terbesar
di dunia masing-masing sebesar 57,3 Kg per kapita dan 54,9 per kapita.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi CPO dunia, permintaan
CPO dunia pada periode 2001-2006 rata-rata tumbuh sebesar 9,92 persen.
Permintaan sawit dunia yang semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya permintaan dari negara-negara importir, seperti Cina, India,
Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Permintaan CPO Amerika Serikat terus
naik, tren konsumsi minyak nabati Amerika Serikat melonjak 60 persen
pada periode 2002-2009. Kebutuhan minyak CPO naik karena didukung
kebijakan negara tersebut untuk menggunakan bahan bakar nabati.
Setidaknya sekitar 173 unit pabrik biodiesel beroperasi dan tersebar di
sejumlah lokasi di Amerika Serikat.
Total produksi minyak sawit dunia meningkat hampir tiga kali
lipat selama 3 dasawarsa terakhir hingga 2009. Pada periode 2009-2010,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
total produksi minyak sawit diperkirakan 45,1 juta ton, dengan Indonesia
dan Malaysia mencapai lebih dari 85 persen total dunia. Indonesia dan
Malaysia masing-masing memproduksi lebih dari 18 juta ton minyak
sawit. Total perdagangan minyak sawit dan minyak inti sawit mencapai
lebih dari 35 juta ton, impor dan ekspor. Eksportir utama minyak sawit
adalah Indonesia dan Malaysia yang masing-masing mengekspor 15,7 dan
15,1 juta ton. Negara pengimpor utama adalah India, Cina, dan Uni Eropa,
yang masing-masing mengimpor 6,7 juta, 6,3 juta, dan 4,6 juta ton.
Tahun 2003 kecenderungan ekspor CPO Nasional meningkat
antara lain ke India dengan volume ekspor 1.402.783.354 kg, dengan nilai
ekspor US$ 523.183.022, ke Belanda dengan volume ekspor 377.424.630
kg dengan nilai ekspor US$ 129.468.217 dan ke Malaysia volume ekspor
320.528.032 kg dengan nilai ekspor US$ 124.869.906.
Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor CPO akan terus
berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang
mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia
dan Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam
ekspor CPO ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari
negara pesaing lainnya. Pada tahun 2008 Indonesia mampu menyalip
Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh
luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Sementara konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia tahun
2003 mencapai 16,5 kg per tahun dimana konsumsi per kapita khusus
untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun. Produksi minyak
goreng sawit di Indonesia sebesar 7.425.000 ton (setara dengan kebutuhan
CPO sebesar 9.900.000 ton atau setara dengan ketersediaan TBS sebesar
43.043.478,26 ton). Dimana pada tahun yang sama Indonesia mengekspor
minyak goreng sawit sebesar 4.800.000 ton dan kebutuhan konsumsi
nasional sebesar 3.964.900 ton. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa
Indonesia masih kekurangan minyak goreng untuk kebutuhan nasional
sebesar 1.339.000 ton (setara dengan kebutuhan CPO sebesar
1.786.533,33 ton atau setara dengan ketersediaan TBS sebesar
7.767.536,23 ton). Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk pengolahan
minyak goreng sawit maupun pengolahan CPO dan budidaya kelapa sawit
masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia.
Sementara dari data ekspor dapat diketahui bahwa kuota impor
China untuk minyak goreng sawit mencapai 2,6 juta ton pada tahun 2004
dan Indonesia baru menyanggupi 0,7 juta ton untuk CPO dan 0,2 juta ton
untuk minyak goreng sawit dan Cina masih membuka importir untuk
mengimpor minyak goreng sawit sebesar 0,5 juta ton. Dan untuk India
pada tahun 2004 kuota impor minyak goreng sawit mencapai 2,5 juta ton.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan
terletak pada tingkat permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
konsumsi atau ekspor dunia cenderung meningkat dengan stabil.
Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang tidak
stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh oleh dua hal,
yaitu keadaan ekonomi dunia dan isu-isu yang dibuat oleh negara
penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil
minyak dari kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara
di Eropa dan Amerika (negara maju). Tahun 2008, krisis global yang
melanda dunia menyebabkan permintaaan CPO dunia berkurang sehingga
mempengaruhi produksi CPO di Kalimantan Barat. Peningkatan produksi
CPO tidak terlalu signifikan dari 845.100 ton menjadi 845.309 ton tidak
sebading dengan tahun-tahun sebelumnya. Sementara isu-isu seperti
produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu
pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan
harga CPO dunia. Harga CPO dunia pada tahun 2006 adalah US$
540/ton, relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga selama tujuh tahun
terakhir, walaupun pada 1984 harga CPO pernah mencapai USD729/ton.
b. Pabrik pengolahan CPO
Bertambahnya jumlah pabrik pengolahan CPO di setiap kabupaten.
Hingga tahun 2009, pabrik pengolahan CPO di Kalimantan Barat
berjumlah 65 pabrik dengan kapasitas produksi 5. 475 ton TBS/jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
c. Penyediaan pupuk oleh Pemerintah Provinsi
Dukungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat melalui
penyediaan bibit kelapa sawit. Tahun 2010, Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat melalui dinas perkebunan menyediakan 700 ribu bibit
kelapa sawit. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
tahun 2013 menargetkan 1,5 juta bibit akan tercapai untuk ditanam.
d. Pertambahan luas lahan
Penambahan luas areal perkebunan kelapa sawit yang setiap
tahunnya meningkat mempengaruhi jumlah produksi. Hal tersebut dapat
dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel V.19 Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit
No Tahun Jumlah Luas Areal
(Ha)
Jumlah Produksi
(Ton/Tahun)
1 2001 322.780 497.894
2 2002 335.773 511.318
3 2003 349.101 517.090
4 2004 367.619 626.181
5 2005 388.171 746.919
6 2006 407.083 839.703
7 2007 451.400 845.100
8 2008 499.548 845.309
9 2009 602.124 862.515
10 2010 750.948 921.560
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
Dari tabel di atas terlihat luas areal perkebunan kelapa sawit
mempengaruhi jumlah produksi. Bila dilihat pada kolom luas areal, sangat
jelas terlihat bahwa terjadi penambahan luas areal secara terus-menerus dari
setiap tahunnya. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit bahkan terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
sangat tinggi pada periode 2005-2008, dimana luas areal 388.171 hektar
meningkat menjadi 499.548 hektar berarti telah terjadi kenaikan sebesar
111.377 hektar. Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit berpengaruh
pada peningkatan produksi kelapa sawit yang dihasilkan oleh petani. Semakin
luas areal perkebunan kelapa sawit, maka produksi kelapa sawit juga
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah produksi TBS sangat terlihat
pada periode yang sama (2005-2008), yaitu dari 746.919 ton menjadi 845.309
ton berarti terjadi penambahan sebesar 98.390 ton.
3. Pembahasan Trend Jumlah Petani Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Dari hasil analisis data dapat diketahui perkembangan jumlah petani
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dari
tabel dan grafik trend di bawah ini.
Tabel V.20 Trend dan Perkembangan Jumlah Petani
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Jumlah Petani (KK)
Y'
2001 52.081 58,763
2002 52.081 62,392
2003 66.153 66,021
2004 74.507 69,650
2005 85.283 73,279
2006 82.733 76,908
2007 81.343 80,537
2008 82.961 84,166
2009 84.351 87,795
2010 89.442 91,424
Sumber: Olah data, 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Grafik V.3 Trend Perkembangan Petani Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Sumber: Olah data, 2012
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa trend
perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2001-2010 dari tahun ke tahun mengalami kenaikan signifikan.
Hal tersebut dapat dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke
kanan atas. Begitu juga dengan jumlah petani yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan rata-rata 3.629 KK.
Meningkatnya jumlah petani perkebunan kelapa sawit di Kalimantan
Barat disebabkan beberapa hal, antara lain: pertama, peningkatan luas areal
perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya yang diikuti dengan peningkatan
jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit. Jika luas areal bertambah, maka
jumlah perusahaan sebagai pemegang hak izin perkebunan kelapa sawit
semakin bertambah. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kalimantan Barat,
hingga bulan Desember 2011 jumlah perusahaan kelapa sawit di Provinsi
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Petani trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Kalimantan Barat berjumlah 318 perusahaan. Bertambahnya jumlah
perusaahaan perkebunan kelapa sawit mempengaruhi permintaan akan tenaga
kerja atau petani. Semakin banyak jumlah perusahaan maka jumlah petani
akan meningkat. Peningkatan jumlah petani yang dipengaruhi oleh faktor
bertambahnya luas areal perkebunan kelapa sawit dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel V.21 Perkembangan Luas Lahan dan Jumlah Petani Kelapa Sawit
No Tahun Jumlah Luas Areal
(Ha)
Jumlah Petani (KK)
1 2001 322.780 52.081
2 2002 335.773 52.081
3 2003 349.101 66.153
4 2004 367.619 74.507
5 2005 388.171 85.283
6 2006 407.083 82.733
7 2007 451.400 81.343
8 2008 499.548 82.961
9 2009 602.124 84.351
10 2010 750.948 89.442
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
Dari tabel di atas terlihat luas areal perkebunan kelapa sawit
mempengaruhi jumlah petani. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit pada
periode 2001-2005, dimana luas areal 322.780 hektar meningkat menjadi
388.171 hektar berarti telah terjadi kenaikan sebesar 65.391 hektar.
Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada
peningkatan jumlah petani yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan.
Peningkatan jumlah petani sangat terlihat pada periode 2007-2010, yaitu dari
81.343 KK menjadi 89.442 KK berarti terjadi penambahan sebesar 8.099 KK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Kedua, pola kemitraan dalam pembangunan dan pengelolaan
perkebunan kelapa sawit. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di
sekitar perkebunan kelapa sawit, pengusaha perkebunan harus mau dan
mampu menjalankan program pengembangan masyarakat (community
development/ CD). Salah satu program pengembangan masyarakat adalah
melalui pola kemitraan dengan masyarakat sekitar dan membangun kebun
untuk masyarakat sekitar minimal seluas 20persen dari luas areal kebun yang
diusahakan oleh perusahaan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 26 Permentan/OT.140/2/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan
Usaha Perkebunan. Pada pola kemitraan, seluruh biaya yang menyangkut
pengembangan unit kebun mitra menjadi hutang dari masing-masing peserta
mitra yang memperolehnya, dan harus dibayar kembali (dicicil dari
pendapatan yang diperoleh dari hasil perkebunannya/penjualan TBS) dengan
masa tenggang yang cukup panjang serta menurut jadwal dan persyaratan-
persyaratan yang cukup ringan. Pola kemitraan yang ditawarkan oleh pihak
perusahaan dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk bergabung menjadi
petani perkebunan kelapa sawit.
Ketiga, program transmigrasi pemerintah pusat. Salah satu tujuan
transmigrasi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan
memberikan kesempatan merubah nasib. Sampai saat ini, Provinsi Kalimantan
Barat masih menjadi daerah tujuan transmigrasi. Para transmigran di
Kalimantan Barat pada umumnya bermatapencarian sebagai petani di sektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
perkebunan kelapa sawit. Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Propinsi Kalimantan Barat, sejak tahun 1969 hingga 2005, sudah ada 121.619
KK atau 514.916 jiwa warga transmigrasi di Kalimantan Barat. Pada tahun
2006, masuk lagi 820 KK, tahun 2007 650 KK dan pada tahun 2008 masuk
770 KK dengan sebaran sebagai berikut: 200 KK di Kabuapaten Kapuas
Hulu, 200 KK di Kabupaten Bengkayang, 20 KK di Kabupaten Sambas, 250
KK di Kabupaten Kayong Utara dan 100 KK di Kabupaten Sanggau. Jadi,
total populasi transmigrasi di Kalimantan Barat hingga tahun 2008 adalah
123.859 KK. Berdasarkan kebijakan pemerintah, dari tahun ke tahun, warga
transmigrasi ini akan terus bertambah dan menyebar luas di seluruh
kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Bertambahnya jumlah transmigran di
Provinsi Kalimantan Barat mempengaruhi jumlah petani perkebunan kelapa
sawit.
4. Pembahasan Trend Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Dari hasil analisis data dapat diketahui perkembangan harga CPO
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-2010 dari
tabel dan grafik trend di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tabel V.22 Trend dan Perkembangan Harga CPO
Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2001-2010
Tahun
Harga CPO (Rp/Kg)
Y'
2001 2.098,64 1.970,7
2002 2.956,21 2.500,6
2003 3.279,36 3.030,5
2004 3.565,10 3.560,4
2005 3.253,19 4.090,3
2006 3.383,22 4.620,3
2007 5.655,46 5.150,2
2008 6.677,57 5.680,1
2009 5.944,40 6.210,0
2010 6.739,88 6739,9
Sumber: Olah data, 2012
Grafik V.4 Trend Perkembangan Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Sumber: Olah data, 2012
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Harga CPO trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Berdasarkan hasil analisis data, dapat dilihat bahwa trend
perkembangan harga CPO perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Barat tahun 2001-2010 mengalami kenaikan signifikan. Hal tersebut dapat
dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas dan harga
CPO meningkat rata-rata Rp 529,9 per tahun.
Peningkatan harga CPO di Provinsi Kalimantan Barat disebabkan oleh
faktor luas areal dan produksi kelapa sawit. Hal tersebut dapat dilihat dari
pada tabel di bawah ini:
Tabel V.23 Perkembangan Luas Lahan Kelapa Sawit, Produksi
dan Harga CPO
No Tahun Jumlah Luas
Areal (Ha)
Jumlah Produksi
(Ton/Tahun)
Harga CPO
(Rp/Kg)
1 2001 322.780 497.894 2.098,64
2 2002 335.773 511.318 2.956,21
3 2003 349.101 517.090 3.279,36
4 2004 367.619 626.181 3.565,10
5 2005 388.171 746.919 3.253,19
6 2006 407.083 839.703 3.383,22
7 2007 451.400 845.100 5.655,46
8 2008 499.548 845.309 6.677,57
9 2009 602.124 862.515 5.944,40
10 2010 750.948 921.560 6.739,88
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, 2011
Dari tabel di atas terlihat luas areal dan produksi kelapa sawit secara
bersama-sama mempengaruhi harga CPO. Bila dilihat pada kolom luas areal,
jelas sekali terlihat bahwa terjadi penambahan luas areal secara terus-menerus
dari setiap tahunnya. Ekstensifikasi luas areal bahkan terlihat sangat tinggi
pada periode 2005-2008, dimana luas areal 388.171 hektar meningkat menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
499.548 hektar berarti telah terjadi kenaikan sebesar 111.377 hektar.
Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit ternyata juga berpengaruh
pada peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang
dihasilkan oleh petani. Semakin luas areal perkebunan kelapa sawit, maka
produksi kelapa sawit juga mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah
produksi TBS sangat terlihat pada periode 2006-2010, yaitu dari 839.703 ton
menjadi 921.560 ton berarti terjadi penambahan sebesar 81.851 ton.
Tandan buah segar kelapa sawit merupakan bahan baku utama CPO.
Ekstensifikasi luas areal yang diikuti dengan penambahan produksi TBS
ternyata tidak terlepas dari adanya fluktuasi harga CPO di Provinsi
Kalimantan Barat. Pada tabel di atas dapat dilihat bagaimana peningkatan luas
areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan peningkatan produksi TBS
ternyata juga diikuti dengan naiknya harga CPO. Peningkatan harga CPO
terjadi karena peningkatan permintaan CPO baik dalam negeri maupun luar
negeri mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari periode 2005-2008
dari harga Rp 3.253,19/Kg menjadi Rp 6.677,57/Kg. Artinya ada peningkatan
sebesar Rp 3.424,38/Kg.
Tidak hanya itu, harga CPO di tingkat dunia dan nasional juga turut
mempengaruhi harga CPO di Provinsi Kalimantan Barat. Periode 2006-2007,
harga rata-rata CPO di tingkat dunia mengalami peningkatan dari US$ 477
Dollar/Ton menjadi US$ 777 Dollar/Ton. Begitu juga dengan harga CPO di
tingkat nasional yang meningkat dari Rp 4.190, 09/Kg menjadi Rp
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
7.064,38/Kg. Peningkatan harga CPO di tingkat nasional dan dunia berimbas
pada peningkatan harga CPO di Kalimantan Barat dari Rp 3.383,22/ Kg
meningkat menjadi Rp 5.655,46/ Kg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
BAB VI
SIMPULAN, SARAN DAN
KETERBATASAN PENELITIAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Trend perkembangan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010 mengalami peningkatan signifikan. Hal
tersebut dapat dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan
atas. Begitu juga dengan perkembangan luas lahan yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan rata-rata 37.906,4 hektar. Persentase tertinggi
perluasan areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat dapat
dilihat pada tahun 2010, dimana luas areal sebelumnya (2009) 602.124 hektar
meningkat menjadi 750.948 hektar berarti telah terjadi kenaikan sebesar
148.824 hektar atau 24,71 persen. Pengembangan sektor perkebunan kelapa
sawit di Provinsi Kalimantan Barat dengan cara memperluas lahan secara
umum mempunyai dampak positif terhadap peningkatan pendapatan per
kapita masyarakat Kalimantan Barat. Namun, perluasan perkebunan kelapa
sawit juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat.
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
2. Trend perkembangan jumlah produksi perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010 mengalami peningkatan signifikan. Hal
tersebut dapat dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan
atas. Begitu juga dengan perkembangan jumlah produksi yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan rata-rata 56.591,4 ton. Pada tahun 2002, jumlah
produksi 511.318 ton meningkat 13.424 ton atau 2,70 persen dari produksi
pada tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah produksi pada tahun berikutnya
terus berlanjut hingga tahun 2010. Persentase peningkatan produksi
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat tertinggi pada tahun
2005, dimana produksi pada tahun sebelumnya (2004) 626.181 ton meningkat
menjadi 746.919 ton berarti telah terjadi kenaikan sebesar 120.738 ton atau
19,28 persen.
3. Trend perkembangan jumlah petani perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2001-2010 mengalami peningkatan. Hal tersebut
dapat dilihat dari garis trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas.
Jumlah petani setiap tahunnya meningkat rata-rata 3.629 KK. Jumlah petani
perkebunan kelapa sawit pada periode 2001-2006 mengalami peningkatan
yang signifikan. Namun pada tahun 2007 jumlah petani mengalami penurunan
sebesar 1.390 KK atau 1,70 persen. Penurunan jumlah petani hanya terjadi
pada tahun 2007 saja dan pada tahun-tahun berikutnya mengalami
peningkatan lagi hingga tahun 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
4. Trend perkembangan harga CPO di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2001-
2010 mengalami peningkatan signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari garis
trend yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Peningkatan harga CPO
setiap tahunnya rata-rata sebesar Rp 529,9 per Kg. Harga CPO pada periode
2001-2004 mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pada tahun
2005 mengalami penurunan sebesar Rp 311,91. Harga CPO kemudian terus
meningkat pada tahun berikutnya hingga tahun 2010. Peningkatan harga CPO
tertinggi terjadi tahun 2007, dimana harga CPO tahun sebelumnya (2006) Rp
3.383,22 per Kg meningkat menjadi Rp 5.655,46 per Kg. Artinya telah terjadi
peningkatan sebesar Rp 2.272,24.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada:
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
a. Memikirkan ulang kebijakan perkebunan kelapa sawit yang ekstrim,
termasuk menghentikan perluasan perkebunan, dan bekerja bersama
masyarakat lokal untuk mengembalikan apa yang telah hilang.
b. Meningkatkan pengembangan perkebunan kelapa sawit yang sudah ada
agar lebih bermaanfaat bagi peningkatan APBD dan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
c. Meninjau izin-izin yang ada untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih
lanjut dan menangani secara tuntas sengketa lahan dengan bekerja sama
dengan lembaga hukum dan pemuka adat.
d. Melakukan audit lingkungan terhadap perusahaan-perusahan yang belum
memenuhi standar lingkungan hidup dalam pembukaan kebun sawit.
e. Memperbaiki dan mengontrol sistem pemberian izin yang dilakukan oleh
masing-masing pemerintah kabupaten/kota agar tidak terjadi berbagai
penyelewengan antara kepala daerah dengan pihak investor perkebunan
kelapa sawit.
f. Menegakkan hukum yang tegas bagi pihak-pihak yang tidak memenuhi
persyaratan hukum.
g. Meningkatkan pembangunan pabrik pengolahan CPO. Hal tersebut dapat
mendukung peningkatan produksi dan kualitas CPO yang dihasilkan oleh
perkebunan kelapa sawit.
h. Memanfaatkan sumber daya pertanian untuk tanaman kelapa sawit secara
optimal melalui pemanfaatan teknologi yang tepat sehingga kapasitas
sumber daya pertanian dapat dilestarikan dan ditingkatkan.
2. Investor/Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
a. Untuk meminimalkan potensi konflik antara masyarakat dengan pihak
perusahan serta meningkatkan pendapatan masyarakat/petani dengan
menjalankan dengan baik program pengembangan masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
b. Meningkatkan pemberdayaan serta kualitas para petani agar proses
produksi kelapa sawit dapat berjalan dengan baik dan lancar.
c. Berusaha mencapai pemecahan masalah atas sengketa yang berlangsung
dengan masyarakat lokal.
d. Menjamin pemenuhan hak-hak petani dan buruh perkebunan sawit
3. Masyarakat Adat
a. Harus ada upaya penyadaran bersama mengenai dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit.
b. Perlu usaha keras untuk memperjuangkan serta melindungi hak-hak
masyarakat adat yang terlibat dalam berbagai konflik perkebuanan kelapa
sawit.
4. Peneliti Selanjutnya
Penulis menyarankan untuk melakukan penelitian dampak dari perluasan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Teknik analisis data deret berkala dengan trend garis lurus dapat diukur
dengan berbagai macam metode. Namun dalam penelitian ini penulis hanya
menggunakan metode Setengah Rata-Rata. Adapun kelemahan metode ini
adalah selisih data asli dengan jumlah trend lebih besar jika dibandingkan
dengan metode Least Square (kuadrat terkecil).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
2. Penulis hanya bisa memberikan gambaran empiris tentang perkembangan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010.
Penulis tidak bisa memberikan data secara akurat mengenai hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit di Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
DAFTAR PUSTAKA
Aidenvironment. 2009. Kebijakan Bahan Bakar Nabati Eropa dan Perluasan
Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Amsterdam
Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2005. Prospek Perkebunan Kelapa Sawit.
Jakarta.
Badan Pengawasan Berjangka Komoditi. 2010. Perkembangan TBS tahun 2010.
http://www.bappebti.go.id/?pg=berita_kolom_detail&berita_kolom_id=378.
diakses pada tanggal 1 Maret 2012.
Bappenas. 2010. Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi
Kalbar. Jakarta.
Casson, A. 2000. The Hesistant Boom: Indonesia’s Oil Palm Sub-Sector in an Era of
Economic Crisis and Political change. CIFOR Occasional Paper No. 29.
CIFOR: Bogor.
Colchester, Marcus dkk., 2006. Tanah yang Dijanjikan. Jakarta: Forest Peoples
Programme.
Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Jakarta: LP3ES
Direktorat Jenderal Perkebunan. Perkembangan Luas Areal dan Produksi
Perkebunan Kelapa Sawit, 2000-2010. ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada
tanggal 20 Janurai 2012.
Gilarso, T. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius.
Goenadi. 2005. Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Indonesia. Jakarta:
Departemen Pertanian RI.
Hartanto, Heri. 2011. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Citra Media Publishing.
Hasibuan, Nurmansyah.1993. Ekonomi Industri. Jakarta: LP3ES.
http://membangunkebunkelapasawit.webs.com/proseshgu.htm. diakses tanggal 23
April 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Indonesian Commercial Newsletter. 2009. Industri Palm Oil di Indonesia November
2009. http://www.datacon.co.id/CPO1-2009Sawit.html. diakses pada tanggal
19 Februari 2012.
Kartasapoetra, A. 1987. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Lipsey dan Steiner. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: PT. Bina Aksara
Lubis, A.U., 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia, Edisi 2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan.
Lubis, Effendi dan Widanarko, Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta:
AgroMedia.
Manroe, B. Kent. 1992. Pricing Making Profitable Decesion. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Manejemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Pandamean, Maruli. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Purcel, Wayne D. 1979. Agricultural Marketing, Sistem, Coordination, Cash and
Futures Prices. USA: Reston Publising Company.
Rismiati, Catur dan Bondan S. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa. Yogyakarta:
Kanisius.
Sirait, T. Martua. 2009. Masyarakat Adat dan Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di
Kalimantan Barat. Jakarta: Cordaid.
Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Swasha, Basu. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
World Wife Fund (WWF) Indonesia.2009. Peta Konsesi Perkebunan Kelapa Sawit di
Provinsi Kalimantan Barat.
http://awsassets.wwf.or.id/download/kebun_Kalimantan Barat.jpg.
diakses pada tanggal 10 Maret 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perkembangan Komoditi Kelapa Sawit
di Kalimantan Barat, Tahun 2001-2010
No Tahun Jumlah Luas
Areal (Ha)
Jumlah Produksi
(Ton/Tahun)
Jumlah
Petani (KK)
Harga CPO
(RP/Kg)
1 2001 322.780 497.894 52.081 2.098,64
2 2002 335.773 511.318 52.081 2.956,21
3 2003 349.101 517.090 66.153 3.279,36
4 2004 367.619 626.181 74.507 3.565,10
5 2005 388.171 746.919 85.283 3.253,19
6 2006 407.083 839.703 82.733 3.383,22
7 2007 451.400 845.100 81.343 5.655,46
8 2008 499.548 845.309 82.961 6.677,57
9 2009 602.124 862.515 84.351 5.944,40
10 2010 750.948 921.560 89.442 6.739,88
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, Tahun 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 2
Perhitungan Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Y’ = ao + bX
Keterangan:
Y’ = nilai trend periode tertentu
ao = nilai trend periode dasar
b = pertambahan trend tahunan secara rata-rata yang dihitung
atas dasar (X2-X1)/n dengan X2 = rata-rata kelompok kedua,
X1 = rata-rata kelompok pertama dan n = jumlah periode
antara periode X2 dan periode X1
X = jumlah unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Trend Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun
Luas Areal
(Ha)
Semi Total
1/2 Rata-
rata
Trend Awal Tahun
2001 322.780
276.876,1
2002 335.773
314.782,4
2003 349.101 1.763.444 352.688,8 352.688,8
2004 367.619
390.595,2
2005 388.171
428.501,5
2006 407.083
466.407,9
2007 451.400
504.314,2
2008 499.548 2.711.103 542.220,6 542.220,6
2009 602.124
580.127,0
2010 750.948
618.033,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
a = 352.688,8
b = X2 – X1 = ( 542.220,6 – 352.688,8) = 37,906.4
5 5
2001 2002 2003 2004 2005
Luas Areal 322,780 335,773 349,101 367,619 388,171
Trend 276,876.1 314,782.4 352,688.8 390,595.2 428,501.5
2006 2007 2008 2009 2010
Luas Areal 407,083 451,400 499,548 602,124 750,948
Trend 466,407.9 504,314.2 542,220.6 580,127.0 618,033.3
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Luas areal trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Trend Perkembangan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun
Produksi (Ton)
Semi Total
1/2 Rata-rata
Trend Awal
Tahun
2001 497.894
466.697,6
2002 511.318
523.289,0
2003 517.090 2.899.402 579.880,4 579.880,4
2004 626.181
636.471,8
2005 746.919
693.063,2
2006 839.703
749.654,6
2007 845.100
806.246,0
2008 845.309 4.314.187 862.837,4 862.837,4
2009 862.515
919.428,8
2010 921.560
976.020,2
a = 579.880,4
b = X2 – X1 = (862.837,46 – 579.880,4) = 56.591,4
5 5
2001 2002 2003 2004 2005
Produksi 497,894 511,318 517,090 626,181 746,919
Trend 466,697.6 523,289.0 579,880.4 636,471.8 693,063.2
2006 2007 2008 2009 2010
Produksi 839,703 845,100 845,309 862,515 921,560
Trend 749,654.6 806,246.0 862,837.4 919,428.8 976,020.2
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Produksi trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Trend Perkembangan Petani Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
Tahun
Petani (KK)
Semi Total
1/2 Rata-rata
Trend Awal Tahun
2001 52.081 58,763
2002 52.081 62,392
2003 66.153 330.105 66.021 66,021
2004 74.507 69,650
2005 85.283 73,279
2006 82.733 76,908
2007 81.343 80,537
2008 82.961 420.830 84.166 84,166
2009 84.351 87,795
2010 89.442 91,424
a = 66,021
b = X2 – X1 = (84.166 – 66.021) = 3.629
5 5
2001 2002 2003 2004 2005
Petani 52,081 52,081 66,153 74,507 85,283
Trend 58,763.0 62,392.0 66,021.0 69,650.0 73,279.0
2006 2007 2008 2009 2010
Petani 82,733 81,343 82,961 84,351 89,442
Trend 76,908.0 80,537.0 84,166.0 87,795.0 91,424.0
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Petani trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Trend Harga CPO Perkebunan Kelapa Sawit
di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010
a = 3.030,5
b = X2 – X1 = (5.680,1 – 3.030,5) = 529,9
5 5
2001 2002 2003 2004 2005
Harga CPO 2.098,64 2.956,21 3.279,36 3.565,10 3.253,19
Trend 1.970,7 2.500,6 3.030,5 3.560,4 4.090,3
2006 2007 2008 2009 2010
Harga CPO 3.383,22 5.655,46 6.677,57 5.944,40 6.739,88
Trend 4.620,3 5.150,2 5.680,1 6.210,0 6.739,9
Tahun
Harga CPO
(Rp/Kg)
Semi Total
1/2 Rata-rata
Trend Awal Tahun
2001 2.098,64
1.970,7
2002 2.956,21
2.500,6
2003 3.279,36 15.153 3.030,5 3.030,5
2004 3.565,10
3.560,4
2005 3.253,19
4.090,3
2006 3.383,22
4.620,3
2007 5.655,46
5.150,2
2008 6.677,57 28.401 5.680,1 5.680,1
2009 5.944,40
6.210,0
2010 6.739,88
6.739,9
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
8,000.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Harga CPO trend
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 3
Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Barat Tahun 2008
No Perusahaan Mulai Group Kabupaten Luas (ha)
1 Aimer Agro Mas Sinar Mas Group
2 Aneka Sari Pendopo Cempaka Anda Group
3 Antar Mustika Segara Benua Indah Group Ketapang 15.000,00
4 Ayu Sawit Lestari Harapan Sawit Lestari Ketapang 6.396,00
5 Bakrie Sawit Perdana Bakrie Group Ketapang
6 Bakrie Sawit Pratama Bakrie Group Ketapang
7 Bakrie Sawit Prima Bakrie Group Ketapang
8 Bakrie Sumatera Palntation I Bakrie Group
9 Bakrie Sumatera Palntation II Bakrie Group
10 Bakrie Sumatera Palntation III Bakrie Group
11 Benua Indah Group Benua Indah Group Ketapang 12.855,30
12 Benua Indah Group Benua Indah Group Ketapang 6.517,00
13 Benua Indah Group Benua Indah Group Ketapang 10.827,00
14 Benua Indah Group Benua Indah Group Ketapang 6.719,00
15 Benua Indah Group Benua Indah Group Ketapang 11.114,00
16 Bintang Harapan Desa BHD Sanggau 8.900,90
17 Bontipermai Jayaraya 1997 Lyman/Satya Djaya Raya
Group
Sintang 80.000,00
18 Budidaya Agrolestari 1992 Benua Indah Group Ketapang 14.000,00
19 Bukit Aka Mayau Landak 200,00
20 Bukit Prima Platindo Multi Prima Entakai Group Sintang
21 Bukit Hujau Lestari Multi Prima Entakai Group
22 Bumi Indo Kapuas 1998 Ika Muda Grup Pontianak 50.000,00
23 Bumi Raya Utama Group Bumi Raya Utama Group Pontianak 1.468,90
24 Bumi Raya Utama Group Bumi Raya Utama Group Ketapang 9.957,00
25 Bumi Pratama Khatulistiwa 1996 Karya Prajuna Nelayan
Group
Pontianak 15.000,00
26 Bumi Pratama Khatulistiwa Pontianak 3.539,38
27 Bumi Suka Swakarsa Mukti grup
28 Cemaru Lestari 1996 Bumi Raya Utama Grup Pontianak 17.500,00
29 Cempaka Anda Cempaka Anda Group
30 Ceria Karya Pranawa 1995 Indofilton Inti Sambas 5.000,00
31 Citra Nusa Inti Sawit Salim Group Sanggau 30.000,00
32 Citra Riau Sarana Salim Group Sanggau 10.000,00
33 Citra Tani Utama I, II Rana Wastu Group
34 Duta Sumber Nabati 1990 Benua Indah Group Ketapang 15.000,00
35 Duta Surya Pratama BHD Sanggau 9.499,20
36 Esther Antarthyca Bengkayang 0,00
37 Graha Cakramulia 1998 15.000,00
38 Golden Holp Ketapang 4.664,49
39 Harapan Hibrida Kalbar 1994 Fajar Kita Kusuma Ketapang 3.060,00
40 Harapan Hibrida Kalbar Harapan Sawit Lestari Ketapang 3.319,60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
No Perusahaan Mulai Group Kabupaten Luas (ha)
41 Harapan Sawit Lestari Harapan Sawit Lestari Ketapang 7.289,80
42 Harapan Sawit Lestari 1994 Fajar Kita Kusuma Ketapang 11.500,00
43 Kalimantan Bina Permai Sanggau 5.147,00
44 Kalimantan Bina Permai 1995 Lyman/Satya Djaya Raya Sanggau 30.750,00
45 Kalimantan Oleo Industru Sanggau 256,56
46 Kalimantan Sanggar Pusaka 1990 Lyman/Satya Djaya Raya
Group
Sanggau 69.000,00
47 Kalimantara Persada Persawitan 1998 Karya Prajuna Nelayan
Group
Pontianak 100.000,00
48 Karya Bogamitra Rana Wastu Group
49 Karya Bogakusuma Rana Wastu Group
50 Karya Mupakat Lestari Sanggau 0,00
51 Kebun Aria Landak 4.848,00
52 Kebun Ganda Prima Inti Cempaka Anda Group Sanggau 1.400,00
53 Kebun Ganda Prima Unit
Plasama
Sanggau 5.000,00
54 Kembayan Subur Agro 1993 Batasan Group Pontianak 26.000,00
55 Kembayan Subur Agro Mitra Inti Sejati
56 Ladang Sawit Malindo Ketapang 0,00
57 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sanggau 4.417,00
58 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sanggau 5.000,00
59 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sintang 1.961,00
60 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sintang 2.213,00
61 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sintang 4.170,47
62 Lyman Agro Group Lyman Agro Group Sintang 12.000,00
63 Megatani Rana Wastu Group
64 Menara Artapalma 1995 Benua Indah Group Ketapang 20.000,00
65 Mitra Austral Sejahtera Sanggau 0,00
66 Mitra Inti Sejati 1990 Batasan Group Sambas 0,00
67 Mitra Inti Sejati Plantation I Mitra Inti Sejati Bengkayang 4.730,00
68 Mitra Inti Sejati Plantation II Mitra Inti Sejati Bengkayang 8.366,00
69 Mitra Sawit Lestari Harapan Sawit Lestari
70 Monodon Pratama Rubertindo 1997 Sambas 1.240,00
71 Mujur Agro Sanggau 40,00
72 Mukti Agro Lestari 1998 Mukti grup Sanggau 14.000,00
73 Mukti Bangun Perkasa 1998 Mukti grup Sanggau 19.000,00
74 Mukti Swadaya Lestari Mukti grup
75 Multi Jaya Perkasa Sanggau 5.011,00
76 Multi Prima Entakai 1988 Multi Prima Entakai Group Sanggau 0,00
77 Multi Prima Entikai Multi Prima Entakai Group Sanggau 3.972,00
78 Nusantara Chandra Cempaka Anda Group
79 Nusantara Mukti Sentosa Sinar Mas Group Kap.Hulu 0,00
80 Patriot Andelas 1996 Bakrie Group Sanggau 10.000,00
81 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Sanggau 7.679,10
82 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Landak 3.579,21
83 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Sanggau 5.640,50
84 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Sanggau 6.300,30
85 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Sanggau 0,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
No Perusahaan Mulai Group Kabupaten Luas (ha)
86 Perkebunan Nusantara XIII Perkebunan Nusantara XIII Sanggau 11.705,20
87 Permata Hijau Sarana Multi Prima Entakai Group Sanggau 0,00
88 Permata Hijau Sarana 1990 Multi Prima Entakai Group Sintang 7.300,00
89 Permata Hijau Sarana Multi Prima Entakai Group Sintang 4.363,10
90 Poli Plant Sejahtera Ketapang 0,00
91 Prakarsa Tani Sejati 1993 Bumi Raya Utama Group Ketapang 25.794,00
92 Rana Wastu Kencana Rana Wastu Group Sambas 0,00
93 Ratubadis Adhi Perkasa Sanggau 558,00
94 Riau Agrotama Plantation Kp.Hulu 7.000,00
95 Risjad Sumber Kirana 1997 Risjadson Group 18.000,00
96 Sambas Raya Sakti Sambas 0,00
96 Sandika Natapalma 1997 Benua Indah Group Ketapang 0,00
97 Sawit Desa Kapuas BHD Sanggau 0,00
98 Selapan Jaya Permai Sambas 5.000,00
99 Sime Indo Agro Sanggau 12,00
100 Sempurna Kesuma Harapan Sawit Lestari
101 Sinar Dinamika Kapuas 1994 Lyman/Satya Djaya Raya
Group
Sintang 14.000,00
102 Sinar Dinamika Kapuas I Sanggau 0,00
103 Sinar Dinamika Kapuas II Sanggau 0,00
104 Sinar Dinamika Kapuas III Sintang 0,00
105 Smart Corporation Sinar Mas Group Sintang 2.700,00
106 Subur Ladang Andalan Benua Indah Group Ketapang 0,00
107 Sukma Budiman Sentra Sawit Sintang 0,00
108 Surya Borneo Indah BHD Sanggau 0,00
109 Surya Kencana Perkasa Pontianak
110 Swadaya Mukti Perkasa Mukti grup Ketapang 2.681,00
111 Supra Palma Mandiri Benua Indah Group
112 Tenera Agronusa Benua Indah Group
113 Tun Srilanang Jaya Cempaka Anda Group
114 Wira Karya Nusatani Benua Indah Group
115 Wahana Transhutani Benua Indah Group
116 Subur Ladang Andalan Benua Indah Group Ketapang
117 Wawasan Kebun Nusantara Cempaka Anda Group
118 Wira Rivaco Mandum Lyman Agro Group Landak
119 Yamaker Satrindo Jaya Sanggau
120 Yamaker Sawit Sari Mitra Inti Sejati Sanggau
Total 865.162,01
Sumber: Disbun Kalbar, 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI