47
1

PKP DARMAWAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL(PKP)PEMANFAATAN KERIKIL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARANUNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAPADA MATERI PERKALIAN DENGAN MENERAPKAN METODE KOOPERATIF DI SD TEMUIRENG IIPANGGANG GUNUNGKIDUL

Citation preview

PEMANFAATAN KERIKIL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARANUNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAPADA MATERI PERKALIAN DENGAN MENERAPKAN METODEPEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SD TEMUIRENG IIPANGGANG GUNUNGKIDUL

Oleh DARMAWAN822425284

ABSTRAK

Matematika merupakan salah satu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendahuluan (KTSP) yang diberikan kepada siswa mulai dari SD untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir secara logis, analisis, sistematis dan kritis. Jika dilihat dari segi keuangan suatu ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika mempunyai peranan penting dalam bidang perdagangan, pertanian, pembagunan dan lain sebagainya.Seiring dengan perkembangannya strategi pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher centered) maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa peserta didik adalah mahluk hidup yang mempunyai kemampuan berpikir maka tentu mereka mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar dan lingkungan hidup. Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui cara peningkatan prestasi hasil belajar siswa kelas II SD Temuireng II dalam mengalikan bilangan dengan cara penjumlahan berulang bilangan 1 sampai 100. Penelitian ini menerapkan media penjumlahan berulang dalam kegiatan pembelajaran khususnya materi perkalian, dengan alat bantu kerikil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media penjumlahan berulang dengan alat bantu kerikil dalam kegiatan pembelajaran khususnya materi perkalian dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif terjadi peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran meningkat dari sedang menjadi tinggi. Minat siswa terhadap materi pembelajaran mningkat dari rendah menjadi tinggi. Keberanian siswa bertanya meningkat dari rendah menjadi sedang. Sedangkan secara kuantitatif, prestasi belajar siswa dari nilai rata-rata 59,5 pada prasiklus menjadi 72 pada siklus 1 dan nilai rata-rata menjadi 84,5 pada siklus 2 dan 80% siswa telah mencapai nilai KKM.

Kata kunci: prestasi belajar, materi perkalian, media penjumlahan berulang.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMatematika merupakan salah satu muatan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendahuluan (KTSP) yang diberikan kepada siswa mulai dari SD untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir secara logis, analisis, sistematis dan kritis. Jika dilihat dari segi ilmu ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika mempunyai peranan penting dalam bidang perdagangan, pertanian, pembagunan dan lain sebagainya.Guru adalah kunci pokok tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus peka terhadap keadaan, kondisi, dan minat siswa, termasuk bagaimana minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk kehidupan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Untuk mempelajari matematika diperlukan suatu kecerdasan dan keuletan yang matang, dikarenakan mata pelajaran ini dianggap oleh sebagian siswa sebagai pelajaran yang sulit, sehingga siswa malas mempelajarinya. Penyebab lain adalah cara penyampaian materi oleh guru terhadap siswa kurang menarik, sehingga siswa malas untuk mengikuti pelajaran tersebut. Oleh karena itu, prestasi pada mata pelajaran Matematika siswa selalu berada dibawah mata pelajaran lainnya. Akan tetapi perbaikan terhadap prestasi matematika siswa terus dilakukan, baik dari segi materi maupun dari segi metode pengajarannya.Penerapan strategi pembelajaran dengan model kooperatif serta menggunakan metode yang bervariasi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar. Keaktifan dalam proses belajar sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran, selain itu penggunaan metode yang bervariasi, pendekatan kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekolah juga sangat mendukung kelancaran proses pembelajaran siswa yang minatnya tinggi akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari pengamatan penulis sebagai guru kelas II, SD Temuireng II, UPT TK dan SD Kecamatan Panggang, nilai matematika siswa kelas II lebih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lainnya.Dengan penerapan strategi ini, pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative , penggunaan media dan metode yang bervariasi serta pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan, minat dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran matematika, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang kolektif dan memiliki spesifikasi model spiral, dimulai dari rencana, tindakan ,dan refleksi diri yang mempunyai dasar untuk memecahkan masalah juga melanjutkan prestassi belajar siswa (Kemis dan Turgant dalam Kasbalah, 2007)1. Identifikasi MasalahProses identifikasi dilakukan berdasarkan pengalama penulis dalam melaksanan pembelajaran lebih dari 20 tahun. Dalam beberapa kali ulangan,dari 20 siswa, sebanyak 7 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, kegiatan saat pembelajaran saat itu guru tidak menerapkan cooperative dan tidak menggunakan alat peraga secara maksimal. Kecerdasan dan keaktifan siswa sangat umum sehingga penguasaan materi masih sangat kurang dan hasil prestasi siswa tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru.Berdasar nilai yang belum memuaskan itu, guru meminta bantuan kepada kepala sekolah dan teman sejawat untuk mengidentifikasi permasalahan dalam proses belajar mengajar tersebut. Dari hasil diskusi dengan kepala sekolah dan teman sejawat ditemukan beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: a. Adanya 7 anak yang nilainya: 30, 50,60,60,60,65 dan 65 belum mencapai KKMb. Penguasaan materi masih rendahc. Media yang digunakan kurang bervariasid. Keaktifan siswa dalam belajar masih kurange. Banyak siswa yang tidak memperhatikan saat proses pembelajaran sehingga hasil formatif masih rendah.Berdasarkan masalah di atas, guru menitikberatkan penelitian pada permasalahan bagaimana cara siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, penguasaan materi meningkat, dan hasil ulangan formatif lebih baik.

2. Analisis MasalahBerdasarkan hasil identifikasi masalah dalam pembelajaran matematika, siswa tidak dapat mencapai hasil optimal sesuai harapan guru. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran guru tidak menerapkan pendekatan cooperative , tidak menggunakan media kontekstual tetapi hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan alat peraga. Apabila menerapkan pendekatan cooperative , menggunakan media kontekstual serta alat peraga yang digunakan optimal, diharapkan keaktifan, perhatian, dan kerja sama siswa dalam proses belajar akan efektif sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah yang paling mendesak dan paling penting untuk segera ditangani adalah penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Dalam penelitian ini, perbaikan metode pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan media penjumlahan berulang khususnya materi perkalian di SD Temuireng II.Dengan pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu menganalisis materi dan mampu untuk menyelsaikan soal-soal yang terkait dengan materi pembelajaran Matematika khususnya materi perkalian. Pembelajaran akan lebih bermakna dan lebih membekas dalam benak siswa. Siswa mampu memperoleh pemahaman dengan cara mereka sendiri dan tentunya mereka dapat mengerjakan soal-soal dengan baik sehingga siswa Kelas II SD Temuireng II dapat mencapai KKM yang diinginkan.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan pada identifikasi dan analisis masalah di atas, permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:Bagaimana peningkatan prestasi hasil belajar siswa kelas II SD Temuireng II dalam mengalikan bilangan dengan cara penjumlahan berulang bilangan 1 sampai 100 dengan media kerikil ?

C. Tujuan PenelitianBerdasar pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui cara peningkatan prestasi hasil belajar siswa kelas II SD Temuireng II dalam mengalikan bilangan dengan cara penjumlahan berulang bilangan 1 sampai 100.

D. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru, sekolah, maupun pemerhati pendidikan secara umum. Adapun mamfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Manfaat Bagi Siswaa. Melatih siswa memahami materi pembelajaran Matematika dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan.b. Pengetahuan siswa yang didapat menjadi lebih tahan lama.2. Manfaat Bagi Gurua. Mampu memberi sumbangan ilmu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran.b. Sebagai pengenalan kepada guru-guru Sekolah Dasar tentang metode mengajar yang tepat.c. Meningkatkan kualitas kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran.3. Manfaat Bagi Sekolaha. Dapat menciptakan suasana sekolah yang kondusif melalui pengelolaan kelas yang tepat.b. Menjadi informasi penting bagi guru-guru di sekolah tentang pembelajaran yang berkualitas.4. Manfaat Pemerhati Pendidikan.Penelitian ini mampu memberikan andil yang besar dalam dunia pendidikan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan karena penelitian ini berdasar pada teori-teori keilmuan yang ada.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Proses BelajarDalam proses belajar matematika, Bruner (1982) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berfikir intuitif dan analitik dan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan (relations). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari proses drill dan practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berpikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran matematika. Reaksi-reaksi positif untuk perubahan mempunyai dampak perkembangan kurikulum matematika sekolah yang dinamis.Gerakan matematika modern pada tahun 1950-1960 menekankan perlunya makna (meaning), terutama dari sudut pandang materi (subject masser), yaitu pemusatan perhatian pada pemahaman (understanding). Struktur atau sistem formal matematika lebih diutamakan untuk dipahamai dari pola latihan, pengerjaan, dan kemampuan komputasional, dengan harapan peserta didik lebih mudah dan lebih mampu menggunakan matematika pada situasi yang beragam (Muhsetyo, 2012).Daya pikat matematika modern mulai menyusul ketika para matematisi dan para pendidik mengkritik formalism matematika sebagai sesuatu yang terkaku berlebihan dan tidak konsisten dalam keperluan kehidupan. Penurunan kemampuan peserta didik dalam komputasi dituduhkan akibat kurikulum matematika modern. Pada tahun tujuh-puluhan, gerakan keterampilan dasar (basic skills movement) berusaha mengembalikan keterampilan berhitung peserta didik tanpa harus membuang kegiatan pembelajaran yang bermakna (Muhsetyo, 2012).Selalu melalui tahapan yang cukup waktu, sekitar 10 tahun, ternyata diketahui bahwa gerakan (basic skills) mempunyai dampak peserta didik lebih pandai berhitung dibanding peserta didik pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi mereka kurang pandai menggunakan keterampilan dalam menyelesaiakan masalah beragam. Reaksi tentang dampak positif ini ditandai dengan munculnya gerakan pemecahan masalah (problem solving) pada tahun delapan-pulunhan. Gerakan ini merekomendasikan bahwa pemecahan masalah menjadi focus dari kurikulum sekolah dan keterampilan dasar berhitung perlu diperluas untuk memberi arah lebih, tidak sekadar kemempuan komputasional.Banyak ragam kegiatan dan pendapat tentang penjabaran makna pemecahan masalah, antara lain soal tidak rutin (non-routine problems), soal cerita (ord problems), soal penerapan (application problems), soal dengan banyak cara menyelesaikan (multiple metods odd solution problem), dan soal yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi. Ada juga pendapat yang mengaitkan sebagai strategi atau serangkaian langkah terencana dalam menjawab soal, dan penyelesaian soal yang mengaitkan bantuan kalkulator, grafik atau diagram.Seiring dengan perkembangannya strategi pembelajaran dari berpusat pada guru (teacher centered) maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik belajar dan memperoleh pengetahuan. Kenyataan bahwa peserta didik adalah mahluk hidup yang mempunyai kemampuan berpikir maka tentu mereka mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar dan lingkungan hidup. Mereka, secara individual atau berkelompok, dapat membangun sendiri pengetahuan mereka dari berbagai sumber belajar di sekitar mereka, tidak hanya yang berasal dari guru. Aliran ini disebut aliran kontruktivisme.Dampak dari berkembangnya aliran yang kontruktivistik adalah munculnya kesadaran tentang pentingnya kekuatan atau tenaga matemati (mathemayical power) pada tahun menjelang tahun sembilan-puluhan. Kemampuan matematika antara lain terdiri dari kemampuan untuk (1) mengkaji, menduga dan memberi alasan secara logis, (2) menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin, (3) mengkomunikasikan tentang dan melalui matematika, (4) mengaitkan ide-ide dalam matematika dan ide-ide antara matematika dan kegiatan intelektual yang lain, dan (5) mengembangkan percaya diri, watak atau karakter untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kuantitatif dan special dalam menyelesaiakan masalah dan membuat keputusan. Hal-hal yang dapat menumbuhkan kesadaran tentang kekuatan matematikal adalah ketekunan/keuletan/kekerasan hati, minat (interest), keingintahuan (curiosity), dan daya temu atau daya cipta (inventines).Untuk mendukung usaha pembelajaran yang mampu menumbuhkan kekuatan matematika, diperlukan guru yang professional dan kompeten, adalah guru yang menguasai materi pembelajaran matematika, memahami bagaimana anak-anak belajar, menguasai pembelajaran yang mampu mencerdaskan peserta didik, dan mempunyai kepribadian yang dinamis dalam membuat keputusan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.Dukungan dan bimbingan untuk pengembangan profesioanlisme dalam mengajar matematika dapat berupa pengembangan dan penetapan ukuran-ukuran baku (standar) minimal yang perlu dikuasai setiap guru matematika yang professional. Beberapa komponen dalam standar guru matematika yang profesioanal adalah (1) penguasaan dalam pembelajaran matematika, (2) penguasaan dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran matematika, (3) penguasaan dalam pengembangan professional guru matematika, dan (4) penguasaan tentang posisi penopang dan pengembang guru matematuka dan pembelajaran matematika.Guru matematika yang profesioanal dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika. wawasan itu berupa dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembang dan/atau perbaikan pembelajaran matematika.

B. Pembelajaran MatematikaPembelajaran matematika adalah proses pembarian pengalaman belajar kepada pesrta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.Beberapa strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik dan dianggap sesuai pada saat ini anatara lain (1) problems solving, (2) problems posing, (3) open-ended problems, (4) mathematical investigation, (5) guide discovery, (6) contextual learning, dan (7) cooperative learning.1. Pemecahan masalahCiri utama problem solving (pemecahan masalah) dalam matematika adalah adanya masalah yang tidak rutin (non-routine problem). Masalah seperti ini dirancang atau dibuat agar siswa tertantang untuk menyelesaikan. Meskipun perserta didik pada awalnya mengalami kesulitan mengerjakan permasalahan karena tidak ada aturan, prosedur dan langkah-langkah yang segera dapat digunakan, mereka menjadi terbiasa dengan cerdas memecahkan masalah setelah merekan memperoleh banyak latihan. Banyak manfaat dari pengalaman memecahkan masalah, antara lain adalah peserta didik menjadi aktif (1) kreatif dalam berfikir, (2) kritis dalam menganalisa data, fakta, dan informasi, (3) mandiri dalam bertindak dan bekerja.Sasaran utama pemecahan masalah adalah (1) soal yang mempunyai banyak selesaian (multiple solus), (2) soal yang diperluas (extending problem), dan (3) soal yang mempunyai banyak cara menyelesaikan (multiple methods of solusi). Kohei (2000) mengungkapkan tiga kegiatan dalam pemecahan masalah, yaitu solving, posing problem, dan exploring open-ended problem. Negara-negara maju menempatkan pemecahan masalah sebagai focus dalam pendidikan matematika (Kohei, 2000: NCTM, 1987). Beberapa contoh kegiatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada pemecahan masalah.Contoh 2.1 (Banyak selesaian)Guru memberikan soal/masalah kepada kelas sebagai berikut. Perhatikan susunan bilangan berikut: 2, 5, 8, 11, 14, , 29Kemudian guru meminta siswa untuk mencari paling sedikit 3 keadaan atau sifat yang dimiliki susunan bilangan tersebut.Soal semacam ini tidak bisa (tidak rutin) dibuat oleh guru, sehingga pada awalnya tentu guru juga mengalami kesulitan tentang keinginan yang tersirat dalam soal ini. Siswa pada awalnya juga mengalami kesulitan untuk memahami soal ini karena memang tidak ada petunjuk yang jelas cara menjawabnya, sehingga merekan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan imajinasi pikiran, dan penalaran menjangkau wilayah ketangapan bilangan (number sense) yang luas. Beberapa jawaban yang semuanya benar antara lain adalah:a. Susunan bilangan itu dimuali dengan 2b. Susunan bilangan itu diakhiri dengan 29c. Bilangan-bilangan itu berurutan dari kecil ke yang lebih besard. Bilangan-bilangan itu bergantian ganjil dan genape. Bilangan-bilangan itu semua positiff. Bilangan-bilangan itu semua bulatg. Banyak bilangan yang disusun adalah sepuluh selisih bilangan ke satu dan ke dua adalah 3h. Selisih bilangan ke satu dan kedua adalah 3i. Selisih bilangan ke satu dua sama dengan selisih bilangan ke dua dan ke tigaDari jawaban di atas dapat diketahui bahwa banyak konsep muncul menyertai pikiran siswa. Potensi ini tumbuh dan berkembang dari pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa menjadi sumber belajar (yang biasanya hanya oleh guru). Siswa merasa gembira dan bangga karena masing-masing jawaban dihargai oleh yang lain sehingga keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat dan pikirannya meningkat, serta kesadaran akan perbedaan dan mau menghargai pendapat orang lain akan tumbuh seiring dengan bertambahnya kegiatan mereka memecahkan masalah.2. Penyelidikan MatematisPenyelidikan matematis adalah penyelidikan tentang masalah yang dapat dikembangkan menjadi model matematika, berpusat pada tema tertentu, berorientasi pada kajian atau eksplorasi mendalam, dan bersifat opne-ended. Kegiatan belajar yang dilakukan dapat berupa cooperative . ContohGuru menyampaikan suatu masalah yang bertema persamaan linear:Seorang peternak sapi mempunyi tiga kandang, jumlah ternak pada kandang pertama dan kedua adalah 12, jumlah ternak pada kendang pertama dan ketiga adalah 8, dan jumlah ternak pada kandang kedua dan ketiga adalah 6. Berapakah jumlah seluruh sapi peternak itu?Untuk menjawab soal ini siswa dikelompokkan dalam 3-5 orang (cooperative ). Mereka diminta untuk membahas cara menyelesaiakan. Sebagai gantinya sapi mereka dapat diganti dengan kerikil. Hasil diskusi kemudian disampaiakan kepada kelas. Tentu mereka tidak dapat disalahkan jika meraka menyebutkan cara coba-coba (trial and error). Kelompok yang cerdas barangkali sudah merinci cara untuk memperoleh jumlah tertentu dengan model tabel.3. Penemuan TerbimbingPenemuan terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mana guru membimbing siswa-siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesutau. Apa yang diperoleh siswa bukanlah temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa temuan itu dirasakan sebagai temuan baru.Agar siswa dapat mengetahui dan memahami proses penemuan, mereka perlu dibimbing antara lain dengan menggunakan pengamatan dan pengukuran langsung atau diarahkan untuk mencari hubungan dalam wujud pola atau bekerja secara induktif berdasarkan fakta-fakta khusus untuk memperoleh aturan umum.4. Contextual LearningIni merupakan pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, hal-hal faktual, atau keadaan nyata yang dialami sisa.

C. Prestasi BelajarPrestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Menurut Prakoso (dalam Azhar, 2012) prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan dengan satu kriteria.Prestasi belajar kemampuan seorang dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor.Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan.Prestasi belajar dari siswa adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran.Prestasi belajar adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.Semua pelaku pendidikan (siswa, orang tua, dan guru) pasti menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar. Namun kenyataannya tidak semua siswa mendapatkan prestasi belajar yang tinggi dan terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Tinggi dan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi banyak faktor.Menurut Dimyati Mahmud (dalam Azhar, 2012), mengatakan bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup : faktor internal dan faktor eksternal yaitu sebagai berikut :1. Faktor InternalFaktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari N. Ach (Need For Achievement) yaitu kebutuhan atau dorongan atau motif untukberprestasi.2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar sipelajar. Hal ini dapat berupa sarana prasarana, situasi lingkungan baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.Menurut pendapat Rooijakkers yang diterjemahkan oleh Soenoro (dalam Azhar, 2012), mengatakan bahwa Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang berasaldari si pelajar, faktor yang berasal dari si pengajar.

BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu Penelitian1. Subjek PenelitianSubjek penelitian ini adalah siswa Kelas II yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 11 siswa putri dan 9 siswa putra. Subjek diambil berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti yang melakukan penelitian ini adalah guru Kelas II.

2. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini mengambil latar sebagai berikut:a. Nama Sekolah: SD Temuireng IIb. Kelas: IIc. Mata Pelajaran: Matematika

3. Jadwal Waktu Pelaksanaan Perbaikan PembelajaranPelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran ini akan dilaksanakan pada bulan Pebruari sampai dengan April dengan jadwal perbaikan pembelajaran sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal PenelitianNoKegiatanPebruariMaretApril

123451234512345

1Persiapan Observasix

Menyusun rencana pelaksanaan penelitianx

2Penyusunan Proposal Penelitianx

3Pengumpulan data:

Pengumpulan data awalx

Pelaksanaan siklus 1x

Refleksix

Pelaksanaan siklus 2x

Refleksix

4Penyusunan Laporanxxxx

Jadwal perbaikan pembelajaran mata pelajaran Matematika dilaksanakan sebagai berikut:a. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015.b. Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015.

4. Pihak yang Membantu PenelitianSelama proses perbaikan pembelajaran peneliti dibantu oleh teman sejawat, yaitu:Nama: UMI FITRIATI, S. Pd. SDGuru Kelas: VI

B. Desain Prosedur Perbaikan PembelajaranPelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang direncanakan berlangsung dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data, dan refleksi. Skema pelaksanaan siklus dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Skema Siklus

1. Siklus 1a. Rencana siklus 1Rencana tindakan pada penelitian ini meliputi:1) Perencanaan pembelajaran materi perkalian dengan media penjumlahan berulang yang disusun dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).2) Pelaksanaan pembelajaran materi perkalian dengan media penjumlahan berulang.3) Pengamatan pelaksanaan pembelajaran.4) Pelaksanaan evaluasi hasil belajar.5) Refleksi, yaitu menganalisis hasil evaluasi melalui pengamatan untuk menentukan tindakan yang sesuai dan perlu tidaknya melanjutkan pembelajaran siklus 2.b. Pelaksanaan siklus 1Pelaksanaan siklus didasarkan pada rencana yang telah dibuat agar tindakan siklus 1 ini sesuai dengan rencana. Sebelum melaksanakan kegiatan pelaksanaan siklus 1 perlu dilakukan tindakan pengamatan. Pengamatan diperlukan untuk mengetahui permasalahan yang perlu segera diatasi agar proses pelaksanaan siklus 1 berjalan sesuai dengan rencanan dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.Guru sebagai berperan sebagai pelaksana tindakaan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru melakukan pengamatan pada hal-hal tertentu. Dengan bantuan ibu Umi fitriati, S.Pd. SD sebagai kolaborator, pengamatan dilakuan agar memperoleh hasil yang maksimal. Siswa diamati terkait dengan perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, guru tidak luput dari proses pengamatan terkait dengan ketepatan guru dalam penggunaan metode dan kemampuan guru dalam mengelola kelas.Pengamat bertugas mengamati proses pembelajaran dan mengisikan hasil pengamatan ke dalam instrumen yang telah disediakan. Hal ini bertujuan agar pengamatan yang dilakukan terarah dan terukur oleh ketentuan. Dengan demikian, hasil pengamatan menjadi maksimal.Siklus ini terdiri dari satu pertemuan. Kegiatan pembelajaran tentang materi perkalian dengan penjulahan berulang meminta siswa belajar secara berkelompok, siswa diminta untuk mengamati gambar 2 pasang mata, 3 buah pensil ataupun 4 gambar meja. Meminta siswa mendiskusikan apa yang dilihatnya dan dengan bimbingan guru dihubungkan dengan perkalian. Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi.Kegiatan pembelajaran pada pertemuan satu dengan langkah-langkah sebagai berikut:1) Menjelaskan materi perkalian adalah penjumlahan berulang dan meminta siswa untuk berkelompok.2) Siswa diminta untuk mengamati gambar 2 pasang mata, 3 buah pensil ataupun 4 gambar meja.3) Meminta siswa mendiskusikan apa yang dilihatnya dan dengan bimbingan guru dihubungkan dengan perkalian.4) Meminta siswa mencari hasil perkalian melalui bentuk penjumlahan secara berulang dari soal cerita yang mengandung perkalian.5) Meminta tiap kelompok untuk menjelaskan hasil penyelesaiannya.6) Mengevaluasi jawaban masing-masing kelompok dan menjelaskan kembali tentang perkalian.7) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dipahami.8) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 9) Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.10) Guru memberi penguatan dan kesimpulan.11) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.12) Pemberian tugas/PR.c. Pengamatan, pengumpulan data, dan instrumen siklus 1Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa diamati terkait dengan perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, guru tidak luput dari proses pengamatan terkait dengan ketepatan guru dalam penggunaan metode dan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Soal tes juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar Matematika tentang materi perkalian.d. Refleksi siklus 1Refleksi dilakukan bersama-sama oleh peneliti dan pengamat setelah kegiatan pembelajaran, pengamatan, dan evaluasi selesai dilaksanakan agar memperoleh hasil yang maksimal. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan siklus 1 diamati bersama antara peneliti dan pengamat sehingga diperoleh hasil data yang akurat terkait dengan kelebihan dan kekurangan. Data tersebut kemudian direfleksi untuk menentukan tidakan selanjutnya. Apabila dari hasil refleksi siklus 1 ditemukan hasil yang belum sesuai dengan target, yaitu 80% siswa sudah mencapai KKM serta siswa dapat membuat soal dengan tepat dan mengerjakannya dengan benar, maka penelitian ini akan dilanjutnya ke dalam siklus 2.2. Siklus 2a. Rencana siklus 2Rencana tindakan pada siklus 2 ini pada dasarnya sama dengan siklus 1, yaitu dengan menggunakan media penjumlahan berulang. Perbedaan yang ada adalah pada siklus 1 siswa dikelompokkan maka dalam siklus 2 ini adalah siswa tidak dikelompokkan.b. Pelaksanaan siklus 2Tahap-tahap dalam pelaksanaan dalam siklus 2 ini pada prinsipnya sama dengan tahap-tahap yang dilakukan dalam siklus 1. Pelaksaan kegiatan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan dalam satu pertemuan. Kegiatan pembelajaran menitikberatkan pada pada proses pembelajaran siswa bekerja secara individu. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus 2 ini didasarkan atas hasil refleksi siklus 1 yang telah dilakukan antara pengamat dan peneliti.c. Pengamatan, pengumpulan data, intrumen siklus 2Pengamat melakukan pengamatan seperti yang telah dilakukan pada siklus 1. Cara mengamati, teknik pengambilan data, dan intrumen yang digunakan untuk melakukan pengamatan juga seperti yang digunakan dalam siklus 1.d. Refleksi siklus 2Refleksi yang dilakukan sama dengan yang dilakukan pada siklus 1. Refleksi dilakukan untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam siklus 2. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan berikutnya. Indikator yang digunakan pun masih sama dengan indikator yang digunakan pada siklus 1. Apabila dari hasil refleksi siklus 2 ini ditemukan hasil yang sudah sesuai dengan target, yaitu 80% siswa sudah mencapai KKM, maka penelitian ini tidak akan dilanjutnya ke dalam siklus 3.

C. Analisis Data1. ObservasiPenelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif dalam mengamati keaktifan dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran serta terkait dengan ketepatan guru melakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan metode. Cara menghitung prosentase setiap indikator adalah sebagai berikut:

2. TesPeningkatan prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Cara mnghitung nilai rata-sata untuk tes adalah sebagai berikut:

Keterangan:= rata-rata= jumlahx= nilai mentah yang dimiliki siswaN= banyaknya siswa

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran1. Deskripsi Siklus 1a. Perencanaan Siklus 1Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan siklus 1 adalah sebagai berikut:1) Menyiapkan buku pelajaran dan RPP2) Menyiapkan presensi kelas3) Menyiapkan lembar observasi siswa dan guruKegiatan pembelajaran pada siklus 1 ini tentang materi perkalian dengan media penjumlahan berulang dan siswa dikelompokkan. Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi.b. Pelaksanaan Siklus 1Pelaksanaan siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015, dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:1) Pertemuan diawali dengan berdoa dan guru melakukan apersepsi/motivasi.2) Guru menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa.3) Sosialisasi tentang media penjumlahan berulang.4) Menjelaskan materi perkalian adalah penjumlahan berulang dan meminta siswa untuk berkelompok.5) Siswa diminta untuk mengamati gambar 2 pasang mata, 3 buah pensil ataupun 4 gambar meja.6) Meminta siswa mendiskusikan apa yang dilihatnya dan dengan bimbingan guru dihubungkan dengan perkalian.7) Meminta siswa mencari hasil perkalian melalui bentuk penjumlahan secara berulang dari soal cerita yang mengandung perkalian.8) Meminta tiap kelompok untuk menjelaskan hasil penyelesaiannya.9) Mengevaluasi jawaban masing-masing kelompok dan menjelaskan kembali tentang perkalian.10) Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang belum dipahami.11) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. 12) Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.13) Guru memberi penguatan dan kesimpulan.14) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.15) Pemberian tugas/PR.c. Pengamatan Siklus 1Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa dengan dibantu kolaborator (UMI FITRIATI, S. Pd. SD) yang mengisi lembar observasi siswa serta mengisi lembar observasi terhadap ketepatan guru dalam penggunaan tindakan.Tabel 2. Hasil Pengamatan Siswa Siklus 1NoUraianKriteria PengamatanKet

RendahSedangTinggi

1Minat siswa terhadap pembelajaran

2Minat siswa terhadap materi pembelajaran

3Keberanian siswa untuk bertanya

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus 1NoNamaNilaiKetuntasan

Pra SiklusSiklus 1TuntasBelum Tuntas

Jumlah11901440137

Rata-rata59,572

Terendah3030

Tertinggi80100

Adapun hasil observasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada tabel lampiran.d. Refleksi Siklus 1Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran masih sedang dan minat terhadap materi pembelajaran masih rendah serta keberanian siswa bertanya pada saat proses pembelajaran masih rendah. Sedangkan untuk nilai prestasi yang dicapai siswa saat evaluasi telah mencapai KKM 13 siswa (65%) sedangkan 7 siswa (35%) belum mencapai KKM. Target belum tercapai (80%) dari 20 siswa sehingga perlu dilakukan siklus 2.

2. Deskripsi Siklus 2a. Perencanaan Siklus 2Pada perencanaan siklus 2 ini hampir sama dengan perencanaan siklus 1. Pelaksaan kegiatan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan dalam satu pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam siklus 2 ini didasarkan atas hasil refleksi siklus 1 yang telah dilakukan antara pengamat dan peneliti.b. Pelaksanaan Siklus 2Pelaksanaan siklus 1 ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015, dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 35 menit. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya sama dengan siklus 1. Kegiatan pembelajaran pada siklus 2 ini menekankan pada proses belajar siswa secara individu dan tidak dilakukan pengelompokan siswa.c. Pengamatan Siklus 2Pengamatan yang dilakukan dalam siklus 2 ini menggunakan cara pengamatan, pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan masih sama dengan siklus 1 yang diisi oleh kolaborator.

Tabel 4. Hasil Pengamatan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2NoUraianSiklus 1Siklus 2

123123

1Minat siswa terhadap pembelajaran

2Minat siswa terhadap materi pembelajaran

3Keberanian siswa untuk bertanya

Keterangan1: rendah2: sedang3: tinggi

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus 1 dan 2NoNamaNilaiKetuntasanNilai Siklus 2Ketuntasan

Pra SiklusSiklus 1TuntasBelum TuntasTuntasBelum tuntas

Jumlah119014401371690173

Rata-rata59,57284,5

Terendah303050

Tertinggi80100100

Adapun hasil observasi belajar siswa selengkapnya dapat dilihat pada tabel lampiran.d. Refleksi Siklus 2Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dapat diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran meningkat dari sedang menjadi tinggi. Minat siswa terhadap materi pembelajaran juga mengalami peningkatan dari rendah menjadi tinggi. Keberanian siswa untuk bertanya juga sudah meningkat dari rendah menjadi sedang. Sedangkan untuk nilai prestasi yang dicapai siswa saat evaluasi telah mencapai KKM 17 siswa (85%) sedangkan 3 siswa (15%) belum mencapai KKM. Jadi, target yang ingin dicapai 16siswa (80%) mencapai KKM telah terpenuhi bahkan perolehan siswa melebihi target yaitu 16 siswa (85%) mencapai KKM sehingga tidak perlu dilakukan siklus 3.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran1. Pembahasan Siklus 1Pembelajaran Matematika dengan materi perkalian pada siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015 dengan media penjumlahan berulang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II, SD Temuireng II. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Prestasi belajar siswa secara kualitatif pada siklus 1 berupa hasil pengamatan terhadap minat siswa terhadap pembelajaran, minat siswa terhadap materi pembelajaran, dan keberanian siswa untuk bertanya. Berdasarkan hasil data selama pengamatan, minat siswa terhadap pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pembelajaran masih dalam kategori sedang dan rendah. Hasil pengamatan terhadap keberanian siswa untuk bertanya ternyata masuk dalam kategori rendah. Prestasi belajar secara kuantitatif berupa hasil evaluasi belajar siswa. Berdasar data rekapitulasi hasil evaluasi belajar siswa tersebut nilai rata-rata siswa 72 nilai tertinggi 100, dan terendah 30. Ada 7 siswa (35%) yang belum mencapai KKM.Prestasi belajar siswa pada siklus 1 mengalami peninggkatan dari tahap prasiklus. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan oleh penggunaan media penjumlahan berulang dalam pembelajaran terutama materi perkalian. Menurut Abdur Rahman Asari (dalam Qomarudin, 2006), peningkatan prestasi belajar siswa sangat terpengaruh oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Pembahasan Siklus 2Pembelajaran Matematika dengan materi perkalian pada siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015 dengan media penjumlahan berulang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Temuireng II, Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.Prestasi belajar siswa secara kualitatif pada siklus 1 berupa hasil pengamatan terhadap minat siswa terhadap pembelajaran, minat siswa terhadap materi pembelajaran, dan keberanian siswa untuk bertanya. Berdasarkan hasil data selama pengamatan, minat siswa terhadap pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pembelajaran meninggkat dari sedang dan rendah ke tinggi. Hasil pengamatan terhadap keberanian siswa untuk bertanya ternyata juga mengalami peningkatan yaitu dari rendah ke sedang. Prestasi belajar secara kuantitatif berupa hasil evaluasi belajar siswa. Berdasar data rekapitulasi hasil evaluasi belajar siswa tersebut nilai rata-rata siswa 84,5 nilai tertinggi 100, dan terendah 50. Ada 3 siswa (15%) yang belum mencapai KKM. Indikator ketuntasan sudah mencapai 80% siswa mencapai KKM. Prestasi belajar siswa pada siklus 2 mengalami peninggkatan dari siklus 1. Peningkatan hasil belajar yang signifikan ini disebabkan oleh penggunaan media penjumlahan berulang dalam pembelajaran terutama materi perkalian. Hasil pengamatan pada siklus 1 dan 2 diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 2. Histogram Pengamatan Siswa Siklus 1 dan 2

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan penelitian tindakan kelas Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi Perkalian Pembelajaran dengan Media Penjumlahan Berulang di SD Temuireng II dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media penjumlahan berulang dalam kegiatan pembelajaran khususnya materi perkalian dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal tersebut terbukti dengan hasil sebagai berikut:1. Minat siswa terhadap pembelajaran meningkat dari sedang menjadi tinggi.2. Minat siswa terhadap materi pembelajaran mningkat dari rendah menjadi tinggi.3. Keberanian siswa bertanya meningkat dari rendah menjadi sedang.4. Prestasi belajar siswa dari nilai rata-rata 59,5 pada prasiklus menjadi 72 pada siklus 1 dan nilai rata-rata menjadi 84,5 pada siklus 2.5. 80% siswa telah mencapai nilai KKM.

B. SaranBerdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:1. Gunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan prestasi belajar siswa dapat meningkat.2. Pembelajaran Matematika dengan media penjumlahan berulang di SD perlu dilakukan untuk meningkatkan minat dan keberanian siswa untuk bertanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Azhar. 2012. Definisi, Pengertian dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PrestasiBelajar. Diakses tanggal 4 April 2014 dari http://azharm2k.wordpress.com/2012/05/09/definisi-pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/

Boediono, dkk. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Balitbang Depdiknas.

Muhsetyo, Gatot, dkk. 2012. Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Wardani, I G.A.K., dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

30