22
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Formulasi Krim Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana) dan Uji In Vitro pada Bakteri Propionibacterium acnes BIDANG KEGIATAN: PKM-PENELITIAN Diusulkan oleh: Khumrotin Entik S (G1F013007) Dorothea Dwi A (G1F013011) Ira Yuliana (G1F013025) Tofik Hidayat (G1F013039) Wiwied Luwes S (G1F013047)

Pkm Kba Revisi 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pkm kulit isang untuk jerawat

Citation preview

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWAFormulasi Krim Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate balbisiana) dan Uji In Vitro pada Bakteri Propionibacterium acnes

BIDANG KEGIATAN:PKM-PENELITIANDiusulkan oleh:

Khumrotin Entik S (G1F013007)

Dorothea Dwi A(G1F013011)

Ira Yuliana

(G1F013025)

Tofik Hidayat

(G1F013039)

Wiwied Luwes S(G1F013047)UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

2015RINGKASAN

Tanaman pisang (Musa, sp) merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak terdapat di Indonesia. Kulit buah pisang yang biasanya hanya menjadi limbah ternyata dapat digunakan untuk pengobatan. Kulit pisang kepok (Musa acuminata balbisiana Colla), diketahui mengandung senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri. Secara in vitro antibakteri dalam kulit pisang kepok berpotensi pengobatan jerawat yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acne. Pada umumnya pengobatan jerawat pada masyarakat masih menggunakan antibiotik seperti eritromisin dan klindamisin yang bila digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi. Hal ini mendorong untuk menemukan alternatif pengobatan menggunakan bahan alam untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan yaitu dengan menggunakan ekstrak kulit pisang. Ekstrak kulit pisang diformulasikan dalam bentuk krim M/A yang mempunyai keuntungan seperti tidak lengket, mudah dibasuh air dan mudah menyebar. Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan dan melakukan uji in vitro krim kulit buah pisang pada bakteri Propionibacterium acnes.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Metode maserasi digunakan untuk memperoleh ekstrak kulit pisang dengan pelarut metanol sebanyak 5 L selama 24 jam dan diulang sebanyak 3X. Hasil maserasi dipekatkan dengan evaporator Buchi sampai 1/3 bagian, selanjutnya dipartisi dengan pelarut heksan (2 L), kloroform (2 L), etil asetat (2 L), dan butanol (0,5 L). Hasil partisi dari masingmasing jenis pelarut selanjutnya dipekatkan dengan evaporator Buchi, sehingga diperoleh beberapa fraksi. Pemisahan fraksi kloroform dilakukan secara kromatografi kolom gravitasi. Selanjutnya dilakukan formulasi sediaan krim dan uji in vitro pada bakteri Propionibacterium acnes.

Hasil penelitian berupa karya ilmiah dapat digunakan sebagai referensi penggunaan kulit buah pisang sebagai krim dalam pengobatan pada bakteri penyebab jerawat.

Kata kunci: Kulit pisang kepok (Musa acuminata balbisiana Colla), bakteri Propionibacterium acnes, krim, jerawat

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Kulit bersih dan sehat tanpa bekas jerawat sangat didambakan oleh semua orang. Jerawat adalah masalah kulit yang umum dihadapi banyak orang. Jerawat merupakan suatu kondisi di mana pori-pori kulit mengalami penyumbatan dan akhirnya menimbulkan kantung yang berisi nanah dan meradang. Jerawat merupakan suatuh penyakit pada kulit yang dialami sebagian besar kalangan remaja dan penderitanya semakin meningkat (Dwikarya, 2003). Penyakit ini terbatas pada folikel pilosebase kepala dan badan bagian atas karena kelenjar sebase di wilayah ini sangat aktif. Apabila folikel pilosebase tersumbat, maka sebum tidak dapat keluar dan terkumpul di dalam folikel sehingga folikel membengkak, dan terjadilah komedo yang merupakan bentuk permulaan dari jerawat1. Faktor utama yang terlibat dalam pembentukan jerawat adalah peningkatan produksi sebum, peluruhan keratinosit, pertumbuhan bakteri dan inflamasi. Mikroorganisme seperti Staphylococcus epedermidis dan Propionibacterium acnes ikut berperan dalam patogenesis penyakit ini dengan cara memproduksi metabolit yang dapat bereaksi dengan sebum sehingga meningkatkan proses inflamasi. Propionibacterium acnes melepaskan sejenis zat iritan yang nantinya akan mengiritasi kulit,efek dari iritasi inilah nantinya yang menyebabkan kulit memerah dan membengkak. Propionibacterium acnes berfungsi pada patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat mengakibatkan infalamasi jaringan ketiak berhubungan sistem imun dan mendukung terjadinya acne.

Kulit pisang bagi sebagian masyarakat menggapnya hanya sampah. Tetapi tanpa diketahui kulit pisang memiliki kandungan yang menyehatkan tubuh. Kulit pisang mengandung antioksidan yang mampu mengurangi jerawat dan minyak berlebih. Manfaat dari kulit pisang tersebut antara lain selain memiliki kandungan antioksidan juga memiliki anti jamur yang dapat membantu mengatasi rasa gatal dan iritasi pada kulit, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan, membantu mengangkat sel kulit mati, sehingga mencegah risiko datangnya jerawat yang baru akibat penyumbatan minyak akibat terhalang oleh tumpukan sel kulit mati (Dwikarya, 2003). Kulit pisang yang digunakan berasal dari jenis pisang kapok (Musa acuminata balbisiana Colla).

Krim tipe o/w adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit (Anief, 1994). Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995). Krim memiliki sifat lebih nyaman digunakan pada wajah, tidak lengket, kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air, pelepasan obat yang baik, serta tidak terjadi penyumbatan di kulit (Voigt, 1995). Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah melakukan formulasi krim kulit pisang (Musa acuminate balbisiana) dan uji in vitro pada bakteri Propionibacterium acnes. 1.2 Perumusan masalah1. Apakah kulit pisang mengandung senyawa flavonoid?2. Apakah senyawa dari kulit pisang tersebut mampu membunuh bakteri Propionibacterium acnes penyebab jerawat?3. Apakah ada perbedaan efektifitas antara ekstrak kulit pisang dengan formulasi krim kulit pisang dalam membunuh bakteri Propionibacterium acne?4. Bagaimana membuat formulasi sediaan krim kulit pisang?1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan ektrak kulit pisang dengan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Sehingga ekstrak kulit pisang dapat digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan krim. dengan peluang mendapatkan hak paten yang bermanfaat meningkatkan ektrak kulit pisang.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bahan alam berupa kulit pisang sebagai zat aktif dalam sediaan krim untuk menghilangkan jerawat serta meningkatkan nilai ekonomi1.5 Luaran

Luaran lain dari penelitian ini adalah karya ilmiah yang dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan kulit buah pisang sebagai krim untuk menghilangkan jerawat.BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes merupakan bakteri floral normal pada kulit, biasanya bakteri ini terdapat pada folikel sabasea. Tidak hanya itu, Propionibacterium acnes juga dapat ditemukan pada jaringan manusia, paru-paru dan jaringan prostat. Kulit merupakan habitat utama dari Propionibacterium acnes, namun dapat juga diisolasi dari rongga mulut, saluran pencernaanbagian atas, saluran telinga eksternal, konjungtiva, usus besar, uretra dan vagina (Oprica, 2006). Propionibacterium acnes termasuk bakteri Gram positif, pleomorfik dan bersifat anaerob aerotoleran (Brooks, et al, 2008). Propionibacterium acnes memiliki lebar 0,5-0,8 m dan panjang 3-4 m, bakteri ini berbentuk batang dengan ujung meruncing atau kokoid (bulat) (Oprica, 2006).

Klasifikasi Propionibacterium acnes adalah :

Kingdom : Bacteria

Phylum : Actinobacteria

Class : Actinomycetales

Order : Propionibacterineae

Family : Propionibacteriaceae

Genus : Propionibacterium

Spesies : Propionibacterium acnes(Brooks, et al, 2008)

Pada akne vulgaris, ketika terjadi akumulasi sebum pada unit pilosebasea, maka akan memfasilitas Propionibacterium acnes untuk berproliferasi, karena trigliserida yang terdapat pada sebum akan diubah dengan bantuan enzim lipase yang dihasilkan Propionibacterium acnes menjadi digliserida, monogliserida dan asam lemak bebas, kemudian ketiga zat tersebut diubah menjadi gliserol yang akan digunakan untuk metabolisme Propionibacterium acnes (Tahir, 2010). Unti pilosebasea yang terinfeksi oleh Popionibacterium acnes akan menyebabkan timbulnya respon inflamasi, sehingga gambaran klinis yang timbul berupa papula, pustula, nodul dan kista (Amro, et al, 2013).

Selain akne vulgaris, Propionibacterium acnes juga terlibat dalam beberapa penyakit seperti osteomielitis, peritonitis, infeksi gigi, reumatoid artritis, abses otak, empiema subdural, keratitis, ulkus kornea, endoftalmis, sarkoidosis dan radang prostat. Sedangkan penyakit yang meliatkan infeksi Propionibacterium acnes dan terkait alat-alat media (kateter, prosthetic joinst, implants dan lain-lain) yaitu konjungtivitis akibat lensa kontak, shunt nephritis, shunt-associated central nervous system infections dan anaerobic arthritis (Bruggemann, 2010).

Propionibacterium acnes merupakan salah satu bakteri anaerobik yang memiliki peranan penting dalam patogenensis jerawat. Oleh sebab itu, pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan menurunkan populasi bakteri dengan menggunakan suatu antibakteri. Sediaan anti jerawat yang banyak beredar di pasaran mengandung antibiotik sintetik seperti eritromisin dan klindamisin, namun tidak sedikit yang memberikan efek samping seperti iritasi. Hal ini mendorong beralihnya penggunaan sediaan yang berasal dari alam (Lucyani, 2014).

2.2 Kulit buah pisang kepok

Penyebaran tanaman ini hampir merata ke seluruh dunia meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudera Atlantik, Kepulauan Kanari, sampai Benua Amerika. Pisang yang dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana (Atun, et al, 2007).

Pisang Kepok memiliki tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan. Batangnya berdiameter 31 cm dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm, sedangkan warna daun serta tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau lanset. Bentuk buah lurus dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3.46 cm. Warna kulit dan daging buah matang kuning tua. Produksi Pisang Kepok dapat mencapai 40 ton/ha (Atun, et al, 2007).

Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa acuminate balbisiana C.) :Kingdom : PlantaeFilum : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaOrdo : ZingiberalesFamili : ZingiberraceaeGenus : MusaSpesies : Musa acuminate balbisiana C.(Atun, et al, 2007).

Dewasa ini pisang selain dikomsumsi sebagai buah, roti, selai pisang, juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri tepung pisang. Dari pemanfaatan buah pisang tersebut menyisakan limbah kulit pisang yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kulit buah pisang kepok mengandung karbohidrat, mineral seperti kalium dan natrium, selulosa, vitamin C, vitamin B, kalsium, protein dan juga lemak yang cukup baik. Kulit buah pisang masak yang berwarna kuning kaya akan senyawa flavonoid maupun senyawa fenolik yang lainnya. Flavonoid dan senyawa fenolik merupakan senyawa bioaktif yang menunjukkan berbagai aktivitas yang berguna, seperti antioksidan, antidermatosis, kemopreventif, antikanker, maupun antiviral. Oleh karena itu adanya flavonoid dan senyawa fenolik lainnya pada kulit pisang perlu diidentifikasi dan diuji aktivitasnya, sehingga dapat meningkatkan pemanfaatan limbah buah pisang lebih optimal (Atun, et al, 2007).

Kulit pisang mengandung antioksidan yang mampu mengurangi jerawat dan minyak berlebih. Manfaat dari kulit pisang tersebut antara lain selain memiliki kandungan antioksidan juga memiliki anti jamur yang dapat membantu mengatasi rasa gatal dan iritasi pada kulit, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan, membantu mengangkat sel kulit mati, sehingga mencegah risiko datangnya jerawat yang baru akibat penyumbatan minyak akibat terhalang oleh tumpukan sel kulit mati (Dwikarya, 2003).

2.3 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut telah diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau terdispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika dan estetika Depkes RI, 1995).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang dari 60%). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M, ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina. Stabilitas krim akan rusak jika sistem campuranyaterganggu oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi (adanya penabahan salah satu fase secara berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 (satu) bulan (Syamsuni, 2007).

Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikendaki. Sebagai bahan pengemulsi kim dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, golongan sorbitan, polisorbat, PEG dan sabun. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propilenglikol (nipasol) 0,02-0,05%. Cara pembuatan krim: bagian lemak dilebur diatas tangas air kemudian tambahkan airnya dengan zat pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim (Syamsuni, 2007).

Krim merupakan bentuk sediaan topikal dengan bentuk setengah padat yang cocok untuk pengobatan jerawat. Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Lucyani, 2014).BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan , alat destilasi uap-air, laminar airflow cabinet (HL 36Ae), oven (memmert), autoklaf, (Ohaus PA2102), sentrifuge, pH meter, jarum Ose, pembakar Bunsen, pinset, labu ukur 10 mL dan 25 mL (Iwaki Pyrex), gelas ukur 10 (Iwaki Pyrex), Erlenmeyer (Iwaki Pyrex), Beaker glass (Iwaki Pyrex), tabung reaksi (Iwaki Pyrex), object glass, mortir, stamper, evaporator Buchii, kromatografi lapis tipis, vacum evaporator.

Bahan yang digunakan kulit buah pisang kepok kuning mentah yang sudah matang, metanol, aseton, n-heksan, etil asetat, metilen klorida, kloroform, larutan 2% serium sulfat (CeSO4) dalam asam sulfat, bufer asetat pH 7,4, deoksiribosa, asam askorbat, hidrogen peroksida, buffer fosfat pH 7,4, besi (II) sulfat, asam tiobarbiturat, 40 kg media Nutrient Agar, media Agar Darah (Blood Agar), media Mueller-Hinton Agar (MHA), standar Mc. Farland no. 0,5, akuadest steril, spiritus, minyak kedelai, alkohol 70%, pereaksi Mayer, serbuk magnesium (Mg), asam klorida 4(HCL) pekat, pereaksi besi (III) klorida (FeCl3) 5 %, asam sulfat (H2SO4) pekat, asam asetat glasial (CH3COOH), natrium sulfat (Na2SO4) anhidrat, natrium klorida (NaCl), asam stearat, cera alba, vaselin putih, Trietanolamin (TEA), Propilenglikol dan Metil paraben3.2 Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang

Pembuatan ekstrak kulit Pisang Goroho dilakukan dengan metode remaserasi, yaitu kulit Pisang kepok yang telah dikeringkan atau dijemur kemudian diayak, ditimbang sebanyak 120 g lalu diekstraksi dengan menggunakan 900 ml etanol 70% dengan cara maserasi selama 5 hari (setiap hari digojok) ekstrak kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring (filtrat 1) dan sisanya diekstrak kembali selama 2 hari lalu disaring menggunakan etanol 70% sebanyak 300 ml (filtrate 2). Selanjutnya filtrate 1 dan 2 dikumpulkan, diuapakan dengan vacum evaporator pada suhu 70 C sampai volumenya 14 dari volume awal dan dilanjutkan dengan penggeringan di waterbath pada suhu 60 C sampai menjadi ekstrak kental.3.3 Uji Kandungan Flavonoid

Identifikasi flavonoid dilakukan dengan dua cara yaitu :a. Uji dengan pereaksi Shinoda (Logam Mg + HCl). Contoh sebanyak 0,5 gram yang telah dihaluskan diekstrak dengan 5 mL etanol panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstraksi disaring dan kepada filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat. Setelah itu dimasukkan kurang lebih 0,2 mg logam Mg. Bila timbul warna merah tua menandakan contoh positif flavonoid.b. Uji dengan NaOH 10%. Kedalam ekstrak etanol yang diperoleh dengan cara diatas, ditambahkan 2 tetes NaOH 10%. Adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange-merah.

3.4 Isolasi atau Pemisahan Senyawa Flavonoid

Metode yang biasa digunakan dalam mengisolasi senyawa flavonoid adalah dengan mengekstrak jaringan segar dengan metanol. Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil, santifil.

Cara lain yang dapat dipakai untuk pemisahan adalah ekstraksi cair-cair, kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas. Isolasi dan pemurnian dapat dilakukan dengan kromatografi lapis tipis atau kromatografi kertas preparatif dengan pengembangan yang dapat memisahkan komponen paling baik (Harborne, 1987). Flavonoid (terutama glikosida) mudah mengalami degradasi enzimatik ketika dikoleksi dalam bentuk segar. Oleh karena itu disarankan koleksi yang dikeringkan atau dibekukan. Ekstraksi menggunakan solven yang sesuai dengan tipe flavonoid yg dikehendaki. Polaritas menjadi pertimbangan utama. Flavonoid kurang polar (seperti isoflavones, flavanones, flavones termetilasi, dan flavonol) terekstraksi dengan chloroform, dichloromethane, diethyl ether, atau ethyl acetate, sedangkan flavonoid glycosides dan aglikon yang lebih polar terekstraksi dengan alcohols atau campuran alcohol air. Glikosida meningkatkan kelarutan ke air dan alkohol-air. Flavonoid dapat dideteksi dengan berbagai pereaksi, antara lain:

a. Sitroborat

b. AlCl3c. NH3

3.5 Uji invitro ekstrak yang mengandung flavonoid pada bakteri Propionibacterium acnes Sebanyak 12 mL media agar darah dituangkan ke dalam cawan petri steril. Pada media yang telah padat biakan bakteri P.acnes ditanam menggunakan jarum ose dengan menggoreskannya ke media MHA. Diletakkan cakram kertas dengan diameter 6 mm. Ditimbang sebanyak 0,1 g ekstrak kulit pisang kemudian diteteskan dengan 1 tetes akuadest steril dan diletakkan diatas cakram kertas. Selanjutnya, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 2oC selama 24 48 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar cakram dengan menggunakan jangka sorong (Lucyani, 2014).3.6 Formulasi sediaan krim

Cara pembuatan krim tipe M/A (Vanishing Cream) yaitu fase minyak (malam putih ,asam stearat dan vaselin putih) dileburkan diatas penangas air pada suhu 75oC. Adapun fase air (TEA dan Propilen glikol) di dileburkan pada suhu 75oC. Fase air (campuran TEA dan Propilenglikol) tersebut kemudian dimasukan kedalam lelehan malam putih , asam searat dan vaselin putih , lalu diaduk hingga homogen dalam mortir hangat hingga terbentuk masa krim lalu di tambah metil paraben. Setelah krim dingin kemudian tambahkan hasil ekstrak kulit pisang (Lucyani, 2014)

3.7 Uji invitro krim pada bakteri Propionibacterium acnes

Sebanyak 12 mL media agar darah dituangkan ke dalam cawan petri steril. Pada media yang telah padat biakan bakteri P.acnes ditanam menggunakan jarum ose dengan menggoreskannya ke media MHA. Diletakkan cakram kertas dengan diameter 6 mm. Ditimbang sebanyak 0,1 g krim kulit pisang kemudian diteteskan dengan 1 tetes akuadest steril dan diletakkan diatas cakram kertas. Selanjutnya, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 2oC selama 24 48 jam, setelah itu diukur diameter daerah hambatan (zona jernih) pertumbuhan di sekitar cakram dengan menggunakan jangka sorong (Lucyani, 2014).BAB 4. ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran BiayaNo.Jenis PengeluaranBiaya

1.Peralatan Penunjang Rp. 425.000

2.Bahan Habis Pakai Rp. 11.700.000

3.Perjalanan Rp. 250.000

4.Lain-lain Rp. 100.000

Total Rp. 12.475.000

4.2 Jadwal KegiatanNo.Macam KegiatanBulan Ke-

123456

1Persiapan Administrasi

2Ekstraksi dan isolasi kulit pisang (Musa paradisiaca Linn)

3Formulasi sediaan krim

4Uji in vitro

5Analisis data

6Pelaporan

Daftar PustakaAmro, Bassam I., et al, In vitro antimicrobial and anti-inflammatory acrivity of Jordanian plant extracts: A potential target therapy for acne vulgaris. African Journal: of Pharmacy and Pharmacology Aman, Vol. 7(29): 2087-2099.Atun, S., Arianingrum, R., Handayani, S., Rudyansah dan Garson, M., 2007, Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia Dari Ekstrak Metanol Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca Linn), Indo. J. Chem, 7 (1):8387.Brooks, Geo F., Janet S., Butel, dan Stephen A. Morse, Mikrobiologi Kedokteran, alih bahasa Huriawati Hartono, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Bruggemann, H., 2010, Skin: Acne and Propionibacterium acnes Genomics, Hanbook of Hydrocarbon and Lipid Microbiology, DOI 10, hal 3216-3223.Dwikarya, M., 2003, Cara Tuntas Membasmi Jerawat, Kawan Pustaka, Jakarta.Lucyani, N., Sari, R., dan Luliana, S., 2014, Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Krim Tipe M/A dari Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus Nobilis Lour. Var. Microcarpa) Terhadap Isolat Propionibacterium Acnes Secara In Vitro, Skripsi,Pontianak.Oprica Cristina, 2006, Characterisation of Antibiotic-Resistant Propionibacterium Acnes from Ace Vugaris and Other Disease, Karolinska Institutet, Stockhlom.

Tahir, Ch. Muhammad, 2010, Pathogenesis of acne vulgaris: simplified, Journal of Pakistan Association of Dermatologist, Vol. 20 : 93-97.

Peralatan Penunjang

MaterialKegunaan dalam penelitianKuantitasHarga satuanJumlah

Pisau Mengiris kulit pisang5Rp. 10.000Rp. 50.000

Masker Bekerja secara aseptis1 packRp. 40.000Rp. 40.000

Sarung tanganBekerja secara aseptis1 packRp. 40.000Rp. 40.000

pH meterMengukur pH1Rp. 75.000Rp. 75.000

Jarum OseMengambil isolat5Rp. 10.000Rp. 10.000

Pinset Mengambil sampel5Rp. 10.000Rp. 10.000

Stopwatch Mengukur waktu1Rp.150.000Rp 150.000

Wrapper Mengurangi kontaminasi1Rp. 50.000Rp. 50.000

Sub total Rp.425.000

Bahan habis pakaiMaterialKegunaan dalam penelitianKuantitas Harga satuanjumlah

Pisang kapokBahan utama ekstrak6.1 kgRp. 12.000/kgRp. 73.200

MethanolSebagai pelarut5 liter Rp. 600/mlRp. 3.000.000

n-heksanSebagai pelarut2 LiterRp. 1.300/ mlRp. 2.600.000

Etil asetatSebagai pelarut2 LiterRp. 1.500/mlRp. 3.000.000

kloroformSebagai pelarut2 LiterRp. 800/mlRp 1.600.000

Buffer asetatSebagai larutan penyangga300mlRp. 2.500/mlRp. 750.000

Buffer fosfatSebagai larutan penyangga250mlRp. 270.000/500mlRp. 135.000

Nutrient agarSebagai media20 gRp. 1.300/gRp. 26.000

Blood agarsebagai media20gRp. 3.500/5gRp. 70.000

Mueller-Hinton agarSebagai media20gRp. 2.560/gRp. 51.200

Standar Mc.Farland no. 0.5Larutan standar250mlRp. 155.000/500mlRp. 77.500

Serbuk magnesium Reagen 10gRp. 1.900/gRp. 19.000

asam stearat, Bahan krim100gRp. 11.700/100gRp. 11.700

cera alba, Bahan krim500gRp. 225.000/kgRp. 157.500

Vaselin putih, Basis krim500gRp. 143.000/kgRp. 71.500

Trietanolamin (TEA), Bahan krim100mlRp. 77.000/100mlRp. 77.000

Propilenglikol Bahan krim200mlRp. 90.000/LRp. 18.000

Metil parabenBahan krim300gRp. 120/gRp. 36.000

Sub totalRp.11.700.400

TransportasiNo.TujuanKeperluanHarga satuanHarga Seluruhnya

1.TransportasiMenyurvei dan membeli bahanRp. 270.000Rp. 270.000

Sub totalRp. 250.000

Lain-lain

No.Nama AlatKegunaan dalam PenelitianHarga satuanHarga Seluruhnya

1.ATKRp. 100.000Rp. 100.000

Sub totalRp. 100.000