62
PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG Anton Surviyanto

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETONPRACETAK PRATEGANG

Anton Surviyanto

Page 2: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATANBadan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pekerjaan Umumwww.pusjatan.pu.go.id

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

PenyusunAnton Surviyanto

Page 3: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG Anton SurviyantoDesember, 2011

Cetakan Ke-1 2011, 60 halaman© Pemegang Hak Cipta Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan

Cover Luar : Hoover Dam Bypass Project, diunduh dari situs http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=363201&page=10

No. ISBN : 978-602-8256-38-4Kode Kegiatan : 11-PPK2-01-102-11Kode Publikasi : IRE-TR-003/ST/2011

Kata kunci : pilar beton, pracetak, prategang

Ketua Program Penelitian:Redrik Irawan, Puslitbang Jalan dan Jembatan

Ketua Sub Tim Teknis:Redrik Irawan, Puslitbang Jalan dan Jembatan

Naskah ini disusun dengan sumber dana APBN Tahun 2011, pada Paket Kerja Penyusunan Naskah Ilmiah Litbang Teknologi Jembatan Bentang Panjang (Perencanaan Pilar Langsing Beton Pracetak Prategang).

Pandangan yang disampaikan di dalam publikasi ini tidak menggambarkan pandangan dan kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum, unsur pimpinan, maupun institusi pemerintah lainnya.

Kementerian Pekerjaan Umum tidak menjamin akurasi data yang disampaikan dalam publikasi ini, dan tanggung jawab atas data dan informasi sepenuhnya dipegang oleh penulis.

Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percetakan dan memperbanyak informasi secara eksklusif untuk perorangan dan pemanfaatan nonkomersil dengan pemberitahuan yang memadai kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Pengguna dibatasi dalam menjual kembali, mendistribusikan atau pekerjaan kreatif turunan untuk tujuan komersil tanpa izin tertulis dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Diterbitkan oleh:Kementerian Pekerjaan UmumBadan Penelitian dan PengembanganPusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan JembatanJl. A.H. Nasution No. 264 Ujungberung – Bandung 40293

Pemesanan melalui:Perpustakaan Puslitbang Jalan dan [email protected]

Page 4: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

iii

Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan (Pusjatan) adalah institusi riset yang dikelola oleh Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. Lembaga ini mendukung Kementerian PU dalam menyelenggara-kan jalan di Indonesia dengan memastikan keberlanjutan keahlian, pengem-bangan inovasi, dan nilai-nilai baru dalam pengembangan infrastruktur.

Pusjatan memfokuskan dukungan kepada penyelenggara jalan di Indo-nesia, melalui penyelenggaraan litbang terapan untuk menghasilkan ino-vasi teknologi bidang jalan dan jembatan yang bermuara pada standar, pedoman, dan manual. Selain itu, Pusjatan mengemban misi untuk melaku-kan advis teknik, pendampingan teknologi, dan alih teknologi yang memung-kinkan infrastruktur Indonesia menggunakan teknologi yang tepat guna.

KEANGGOTAAN TIM TEKNIS & SUB TIM TEKNIS

Tim Teknis

Prof. (R). DR. Ir. M.Sjahdanulirwan, M.Sc.Ir. Agus Bari Sailendra, MTIr. I Gede Wayan Samsi Gunarta, M.Appl.ScDR. Ir. Dadang Mohammad , M.ScDR. Ir. Poernomosidhi, M.ScDR. Drs. Max Antameng, MADR. Ir. Hedy Rahadian, M.ScIr. Iwan Zarkasi, M.Eng.ScProf. (R). Ir. Lanneke TristantoProf. (R). DR. Ir. Furqon Affandi, M. ScIr. GJW FernandezIr. Joko Purnomo, MTIr. Soedarmanto DarmonegoroIr. Lanny Hidayat, M.SiIr. Moch. Tranggono, M.ScDR. Ir. Djoko Widayat, M.ScRedrik Irawan, ST., MT.DR. Ir. Didik Rudjito, M.ScDR. Ir. Triono Jumono, M.ScIr. Palgunadi, M.Eng, ScDR. Ir. Doni J. Widiantono, M.Eng.ScIr. Teuku AnsharIr. Hendro MulyonoIr. Gandhi Harahap, M.Eng.ScDR. Ir. Theo. A. Najoan

Ir. Yayan Suryana, M.ScDR. Ir. Rudy Hermawan, M.ScIr. Saktyanu, M.ScIr. Herman DarmansyahIr. Rachmat AgusDR. Ir. Hasroel, APUDR. Ir. Chaidir Amin, M.Sc

Sub Tim Teknis

Redrik Irawan, ST., MT.Prof. (R). Ir. Lanneke TristantoDR. Mardiana OesmanDR. SoemargoDR. Johanes AdhiyosoDR. Paulus KartawijayaHerbudiman, ST., MT.DR.AswandyDR. Bambang Hari PrabowoAgus Sulistijawan, S.SiDR. Transmissia SemiawanIr. Koesno AgusIr.WahyudianaIr. Rahadi SukirmanIr. Roeseno Wirapradja, M.Sc.

Page 5: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Page 6: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

Kata Pengantar

Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menjajaki kemungkinan dapat diterapkannya suatu jembatan dengan pier precast prategang yang kemungkinan dapat diman-faatkan di berbagai tempat di Indonesia. Sasaran yang dituju adalah terwujudnya

suatu kegiatan perancangan struktur, kegiatan penyusunan spesifikasi konstruksi, kegiatan penyusunan anggaran konstruksi, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi dan kegiatan monitoring struktur jembatan setelah lalu-lintas mulai berjalan.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan tahapan : 1) studi pustaka mengenai penelitian dan bentuk-bentuk tipikal pier precast prategang; 2) studi pustaka metode perancangan dan pelaksanaan konstruksi; 3) analisis struktur mulai dari yang sederhana sampai yang lebih detail termasuk metode konstruksi.

Pengkajian dan Pengembangan pier pracetak prategang ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh KKP Bangunan Bawah Jembatan yang dimulai pada tahun 2011 dengan melakukan penyusunan naskah ilmiah perencanaan pier precast prategang, serta penyusunan R0 perencanaan dan pelaksanaan jembatan kabel stay. Dan pada tahun 2013 dan tahun 2014 masing-masing dilakukan penyusunan naskah ilmiah dan R0 peren-canaan dan pelaksaaan jembatan balok pelengkung.

Ucapan terima kasih diberikan kepada Kepala Puslitbang Jalan dan Jembatan atas perhatian dan bantuannya sampai kegiatan ini selesai dilaksanakan.

Bandung, Desember 2011

Anton Surviyanto Penyusun

v

Page 7: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

vi

Daftar IsiPuslitbang Jalan dan Jembatan ____________________________ iii

Kata Pengantar __________________________________________ v

Daftar Isi _______________________________________________ vi

Daftar Gambar __________________________________________ vii

Daftar Tabel _____________________________________________ vii

Bab 1 Pendahuluan _______________________________________ 9Latar Belakang .......................................................................................................................9

Bab 2 Kajian Pustaka ______________________________________ 11Umum .....................................................................................................................................11Kriteria Desain dan Pedoman Sistem Pier Pracetak ....................................................12Perkembangan Teknologi Pier Pracetak Prategang .....................................................14Perkembangan Penelitian ...................................................................................................18Spesifikasi Material Untuk Sistem Beton Pracetak, Baja Tulangan Post

Tensioned, Strand Tendon .........................................................................................19Sistem Sambungan Pracetak Pier ....................................................................................19Toleransi Sistem Pracetak Untuk Pier ............................................................................23Ketentuan Seismik Bagi Sistem Pracetak ......................................................................26Sistem Transportasi Elemen Pier Pracetak ....................................................................32Metode Konstruksi Elemen Pier Pracetak di Lokasi Site ...........................................33

Bab 3 Pilar Segmental Pracetak _____________________________ 39Deskripsi sistem ....................................................................................................................41Rincian fabrikasi ...................................................................................................................42Konstruksi ..............................................................................................................................44Ringkasan penggunaan .......................................................................................................47Evaluasi ketahanan ...............................................................................................................47Penjelasan ...............................................................................................................................47

Bab 4 Evaluasi Sistem dan Rekomendasi _____________________ 55

Daftar Pustaka ___________________________________________ 57

Page 8: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

vii

Daftar GambarGambar 1 Perakitan Komponen Pracetak pada Struktur Bawah Jembatan ................13Gambar 2 Idealisasi kolom segmental...................................................................................28Gambar 3 Performa tendon bonded/unbounded ..............................................................30Gambar 4 Jembatan Providence River (Mammoet) ..........................................................35Gambar 5 Segmental pilar pracetak berongga, Linn Cove Viaduct,

North Carolina ........................................................................................................40Gambar 6 Pilar pracetak - I ......................................................................................................40Gambar 7 Pilar tunggal dengan komponen beton pracetak (Billington et al. 1999) .41Gambar 8 Prosedur pembuatan segmen pilar match-cast (Billington et al. 1999) ...43Gambar 9 Metode pembuatan sambungan match-cast antara balok kepala dengan

pilar (Billington et al. 1999) ..................................................................................44Gambar 10 Konstruksi pilar segmental dengan sambungan match-cast ......................45Gambar 11 Tahap ereksi untuk pilar dengan kolom majemuk

(Billington et al. 1999) ...........................................................................................46Gambar 12 Ereksi balok kepala pracetak untuk pilar dengan kolom majemuk

(FHWA 2004) ..........................................................................................................47Gambar 13 Sambungan pilar dan fondasi dengan metode cor di tempat

(Cruz Lesbros et al. 2003) .....................................................................................48Gambar 14 Sambungan tipe kerah dari pilar pracetak dengan fondasi yang dicor

di tempat (Billington et al. 1999) .........................................................................49Gambar 15 Sambungan pilar dan fondasi yang digrout (Billington et al. 1999) ..........49Gambar 16 Tipe permukaan sambungan pilar (Billington et al. 1999) ...........................50Gambar 17 Sambungan dengan sistem paskatarik antara segmen kolom dan balok

kepala (Billington et al. 1999a) ............................................................................51Gambar 18 Sambungan dengan baja antara pilar dan kepala pilar

(Matsumoto et al. 2002) ........................................................................................52

Daftar TabelTabel 1 Perkembangan teknologi pier pracetak prategang ............................................15Tabel 2 Batasan Maksimum Panjang Kolom .....................................................................53

Page 9: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

viii

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

Page 10: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PENDAHULUAN

9

Latar Belakang

FHWA pada tahun 2006 telah melakukan studi membandingkan kelebihan yang dimiliki teknologi sistem pracetak elemen jembatan, yaitu biaya konstruksi yang lebih murah dan waktu konstruksi

yang lebih cepat dibandingkan konstruksi konvensional. Oleh karena kelebihan yang dimiliki sistem ini, maka sebelum

diterapkan di Indonesia perlu dilakukan suatu kajian teknologi sistem pracetak elemen jembatan khususnya pilar dengan prategang, mengingat beberapa faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam proses desain maupun konstruksinya. Adapun faktor-faktor yang penting untuk diteliti meliputi : (i) Spesifikasi material untuk sistem beton pracetak, baja tulangan post tensioned, strand tendon; (ii) Sistem sambungan pracetak elemen jembatan; (iii) Sistem post tensioned; (iv) Ketentuan seismik bagi sistem pracetak prategang; (v) Perbandingan biaya konstruksi sistem pracetak prategang dibandingkan sistem konvensional; dan aspek-aspek lainnya.

Bab 1

Pendahuluan

Page 11: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

10

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

Page 12: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

11

Umum

FHWA, PCI, dan DoT telah memperkenalkan teknik pelaksa-naan Accelerated Bridge Construction (ABC). Program ini telah diterapkan pada beberapa jembatan seperti di beberapa negara

bagian Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Proyek-proyek tersebut menunjukkan banyak keuntungan dari pelaksanaan ABC diberbagai aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek lalu lintas, aspek konstruksi, aspek biaya, dan aspek struktur.

ABC memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan. Pengaruh pelaksanaan konstruksi dengan teknik ini tidak menyebabkan menurunnya kualitas udara akibat bertambahnya emisi kendaraan karena jumlah kendaraan yang digunakan tidak terlalu banyak. Tidak seperti penggunaan cara konvensional yang memerlukan banyak kendaraan untuk mengangkut material dan lain-lain. Hal ini juga terkait dengan lalu lintas kendaraan. ABC tidak akan menyebabkan kemacetan lalu lintas, sehingga aktivitas masyarakat tidak akan terhambat. Selain itu, pelaksanaan pembuatan jembatan dengan cara ABC tidak memer-

Bab 2

Kajian Pustaka

Page 13: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

12

lantai dek pada girder beton pracetak, dan deck pada rangka baja.

Berdasarkan faktor-faktor terse-but, penggunaan beton pracetak pada komponen jembatan merupakan solusi yang potensial untuk mengatasi tuntutan perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini. Pencetakan off-site memberikan keuntungan berupa berkurangnya jumlah pekerjaan yang harus dilaksanakan di lapangan, sehingga waktu yang dibutuh-kan untuk pelaksanaan konstruksi menjadi semakin pendek. Akan tetapi, penggunaan beton prategang pada struktur bawah jembatan yang berada di wilayah gempa, memiliki kendala terkait dengan geser pada sambungan. Selain itu banyak faktor lain seperti displacement yang terjadi, pengaruh jumlah tendon terhadap perilaku kolom, dan perilaku khusus yang dimiliki oleh pilar tersebut sehingga beberapa peneliti meng-kaji kembali perilaku pilar beton prategang.

Kriteria Desain dan Pedoman Sistem Pier Pracetak

Komponen pracetak pada Accele-rated Bridge Construction (ABC) terdiri dari bagian-bagian terpisah yang dirakit di lapangan untuk membentuk komponen struktur yang lebih besar pada jembatan utuh. Secara umum, desain dan detailing pada balok dan girder tidak terpengaruh oleh penggunaan teknik ini.

lukan waktu yang lama dan pengerjaan di lapangan relatif sedikit karena elemen jembatan sudah dicetak sebelumnya dan tinggal dirangkai.

Aspek biaya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu biaya langsung untuk pelak-sanaan konstruksi, dan biaya yang timbul akibat dampak dari pelaksanaan. Harga akibat dampak dari pelaksanaan ini, meru-pakan perhitungan dari besarnya pengaruh pelaksanaan terhadap aspek-aspek yang lain, seperti : berapa besar kerugian yang ditimbulkan jika persentase pengaruh pelaksanaan terhadap lalu lintas dikon-vergensikan terhadap rupiah, begitu juga dengan persentase pengaruh pelaksanaan terhadap lingkungan, pengaruh pelaksanaan terhadap kelancaran aktifitas masyarakat, dan lain-lain.

Dari aspek struktur, ABC juga memberikan beberapa keuntungan. Seperti siklus perpindahan horizontal berbalik arah secara sempurna sampai target daktilitas dicapai, momen plastis bent cap diinduksi oleh kolom, girder bersifat elastik ditunjuk-kan dengan retak yang kecil, dan bent cap dapat dijepit bersama girder dengan meng-gunakan prategang.

Teknik ABC menggunakan Prefabri-cated Bridge Elements and Sistems (PBES) dalam pelaksanaannya. PBES ini dapat diap-likasikan pada setiap komponen jembatan, seperti : abutmen pracetak, pilar, diafragma,

Page 14: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

13

Perakitan struktur yang bersifat kompleks dapat menggunakan teknologi post-tensioned untuk menunjang pelaksa-naan. Pada perakitan ini, sambungan antar komponen pracetak didesain menyerupai joint sambungan konvensional.

Dalam desain komponen pracetak, detail ukuran komponen sangat diperlu-kan dengan mempertimbangkan trans-portasi, proses pracetak, dan konstruksi. Faktor transportasi yang dimaksud adalah menyangkut ketersediaan peralatan dan kapasitas alat yang akan digunakan untuk pengiriman komponen. Ukuran komponen ini juga memiliki toleransi yang harus dihi-tung dan ditentukan pada tahap desain.

Komponen pracetak untuk bangunan bawah meliputi footing, pilar dan perletakan girder. Perakitan komponen pracetak pada bangunan bawah jembatan dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada saat perakitan, beban footings ditransfer kepada lapisan tanah dengan menggunakan grout yang mengisi celah antara footing dengan subfooting. Terdapat dua macam subfooting, pertama subfooting dibuat dengan ukuran yang sama dengan footings menggunakan mutu beton yang lebih rendah. Kedua subfooting dibuat hanya dengan luas yang kecil. Kemudian pilar pra-cetak dipasang di atas footing. Pilar pracetak yang biasa digunakan adalah pilar persegi panjang. Sedangkan pilar penampang ling-

Gambar 1 Perakitan Komponen Pracetak pada Struktur Bawah Jembatan

karan lebih baik dihindari mengingat pilar dengan bentuk ini memiliki harga yang lebih mahal, terkait dengan proses pengerjaannya yang lebih rumit pada saat fabrikasi. Pada pilar yang tinggi, pilar dapat dibuat secara segmental kemudian diperkuat dengan menggunakan teknik post-tensioned. Teknik post-tensioned juga berlaku untuk menyam-bung pierhead dengan pilar, selain dapat menggunakan sistem grouting.

Pedoman yang telah ada telah dikelu-arkan oleh PCI Northeast Bridge Technical Committee yang menjelaskan state of the art pada penggunaan komponen beton pracetak/prategang untuk mempercepat konstruksi pekerjaan jembatan. Pedoman

Page 15: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

14

tersebut akan membantu perencana dalam menentukan metode dan teknk yang cocok dalam pertimbangan percepatan konstruksi. Pedoman PCI memberikan solusi dari penggantian lantai jembatan hingga peng-gantian jembatan.

Beberapa pertimbangan untuk perce-patan konstruksi antara lain :

– Meningkatkan zona keselamatan kerja – Meminimalkan gangguan lalu lintas

selama konstruksi jembatan – Memelihara dan atau meningkatkan

kualitas konstruksi – Mengurangi biaya life cycle dan dampak

lingkungan.Komponen pracetak yang diproduksi

off-site dapat secara cepat dirakit, dan dapat mengurangi desain waktu, biaya, memi-nimalkan bekisting, meminimalkan penu-tupan jalur waktu dan atau kemungkinan kebutuhan jembatan sementara.

Penggunaan komponen pracetak pada abutment, pier cap, kolom pier dan footing pracetak dapat secara efektif memi-nimalkan waktu konstruksi, gangguan lalu lintas, dan dampak aktivitas konstruksi pada lingkungan.

Manual dari pedoman PCI dimulai dengan informasi umum penerapan pada struktur secara keseluruhan. Kemudian dijelaskan informasi spesifik berbagai komponen pracetak yang digunakan dalam percepatan konstruksi jembatan. Pertim-bangan joint dan grouting kemudian dire-

view dalam definisi desain struktur. Langkah terakhir yang dijelaskan dalam pedoman adalah konstruksi. Didalam pedoman PCI dijelaskan pula rekomendasi baik dalam fabrikasi dan inspeksi untuk setiap komponen yang digunakan dalam struktur.

Dalam pedoman tercakup enam bab meliputi : 1. Penjelasan Penerapan 2. Persyaratan Umum 3. Komponen Pracetak 4. Sambungan/Joint. 5. Grouting. 6. Seismik7. Fabrikasi / Konstruksi.

Perkembangan Teknologi Pier Pracetak Prategang

Terdapat beberapa contoh sukses dari program ABC, diantaranya yaitu : Hampshire Departement of Transportation (NHDOT) telah mengambil peran utama dalam mempromosikan manfaat dari beton kinerja tinggi/high performance concrete (HPC) di jembatan karena kemampuan-nya untuk meningkatkan kualitas mate-rial dan memperpanjang umur jembatan. Departemen ini fokus mengambil lang-kah lebih lanjut menggunakan HPC dan pracetak, komponen beton prategang untuk membangun sebuah jembatan dengan panjang 115-ft hanya dalam delapan hari.

Page 16: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

15

Berikut ini adalah contoh sukses dari perkembangan teknologi pilar pracetak prategang pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan teknologi pilar pracetak prategang

Lokasi Biaya Manfaat

Colorado DOT SH 86 atas Penggantian Jembatan Mitch-ell Gulch - 2002

• Tawaran rendah $ 365K un-tuk konstruksi konvensional vs estimasi engineer sebe-sar $ 394K (hemat 7%)

•Setelah keputusan (award), kontraktor mengusulkan tidak ada biaya perubahan untuk prafabrikasi seluruh jembatan

• 46-jam penutupan pada akhir pekan (vs 2-3 bulan)

• Tidak ada dampak terhadap lalu lintas jam puncak

•Peningkatan keselamatan•Penundaan (delay) terkait

dengan penghematan biaya pengguna $ 500/jam

TxDOT SH 66 atas Jembatan Lake Ray Hubbard - 2003

• Tawaran rendah $ 41M un-tuk konstruksi konvensional vs estimasi engineer sebe-sar $ 48M (hemat 15%)

•Setelah keputusan (award), kontraktor mengusulkan tidak ada perubahan biaya untuk bent cap pracetak

•Menyelesaikan 215 hari lebih awal dari konstruksi konvensional

•Peningkatan keselamatan pekerja

•Digunakan 35 GGBFS% untuk meningkatkan dura-bilitas

FDOT Graves Avenue atas I Penggantian jembatan I-4 - 2006

•Perjanjian tambahan untuk perubahan order untuk kon-trak yang ada - $ 570.000

• Jalan memutar (detour) Graves Avenue 12-8 bulan

•Penutupan jalur I-4 dari 32 malam sampai 4 malam

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna $ 2.2M

Jembatan Mill Street di atas Sungai Lamprey, New Hampshire - 2004

• Total biaya jembatan = $ 806.000 vs perkiraan $ 755.000 untuk pembangu-nan konvensional (kenaikan 8%)

• 8 hari untuk mendirikan/ereksi jembatan

• 2-bulan penutupan (vs 5 bulan)

• 75-tahun umur pabrik-menghasilkan komponen HPC

•Standarisasi komponen pracetak

Page 17: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

16

Lokasi Biaya Manfaat

Jembatan Loop 340 atas I-35 di dekat Waco, Texas - 2007

• $ 86 per sq ft vs $ 62 per sq ft konvensional

•Meminimasi dampak ke lalu lintas I-35 (1-2 span didiri-kan per malam hanya pada penutupan I-35)

•Memperkecil dampak lingkungan

•Peningkatan estetika de-ngan beton pracetak

•Standarisasi komponen pracetak & prosesnya

Jembatan Live Oak Creek, Texas - 2008

• $ 121 per sq ft area dek •Panel pracetak memberikan kualitas dek untuk jembatan ini dengan akses terbatas kepada batch plant (75 mil dari pabrik terdekat)

•Berlangsung cepat di lokasi konstruksi

•Menerapkan penelitian yang mengembangkan teknologi dek pracetak

LaDOTD I-10 atas Penggantian Span Jembatan LA 35 - 2006

•Kontrak darurat sekitar $ 1M untuk 2 bentang

• Termasuk $ 130.000 untuk subkontraktor SPMT

• Jalan memutar (detour) jalur I-10 kurang dari 10 jam untuk pemindahan & peng-gantian

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna

NJDOT Rt. 1 atas Penggantian Span Olden / Mulberry - 2005

• Tawaran rendah $ 3,5 juta dibandingkan dengan estimasi engineer $ 3,8 juta (hemat 8%)

•Setiap jembatan dibuka dalam waktu kurang dari 57 jam

• 3 span selama 3 akhir pe-kan (6 hari vs 22 mo.)

• Tidak ada dampak terhadap lalu lintas jam puncak

•Diantisipasi berumur 75-100 tahun (vs 50 tahun)

•Penghematan desain / konstruksi $ 2M termasuk biaya pengguna

Tabel 1 Perkembangan teknologi pier pracetak prategang (lanjutan)

Page 18: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

17

Lokasi Biaya Manfaat

NYCDOT Belt Pkwy atas Penggantian Jembatan Ocean Pkwy - 2004

• $ 55,5 juta "nilai terbaik" penghargaan (award) D-B dibandingkan dengan estimasi engineer $ 60.0M (hemat 8%); 1/3 untuk jembatan

• 256 hari dampak lokasi (vs + 300 untuk tawaran rendah)

• Tidak ada penutupan jalur lalu lintas selama jam puncak

•Umur 75-100 tahun (vs 45 tahun)

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna - $ 25M

TxDOT I-45 Penggantian Jem-batan Layang Pierce - 1997

• Tawaran rendah $ 26.1M dibandingkan dengan estimasi enginner $ 29.4M (hemat 11%)

•Rata-rata biaya = $13.66/sq ft area dek (46% dari $ 30/sq ft biaya pada 1996 untuk konstruksi baru)

• $ 200.000 untuk pemberita-huan terlebih dahulu kepada publik

• 226 spans diganti pada 190 hari vs 1,5 tahun

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna

• $ 100.000 per hari x (548-190 hari) $ = 36M

UDOT 4500 South atas Penggantian Jembatan I-215E - 2007

• Tambahan $ 900.000 untuk penggunaan SPMTs

• I-215E tutup 53 jam pada akhir pekan (versus konstruksi konvensional 6-bulan)

• 4500 South Bridge ditutup 10 hari

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna - $ 4.3M

WSDOT SR 433 atas Peng-gantian Dek Jembatan Lewis & Clark - 2003

• Tawaran rendah $ 18 juta dibandingkan dengan esti-masi engineer dari $ 28m (hemat 38%)

•Penutupan 124 plus 3 malam akhir pekan (vs 4 tahun)

• Tidak ada dampak terhadap lalu lintas jam puncak

•Penundaan (delay) terkait dengan penghematan biaya pengguna

Tabel 1 Perkembangan teknologi pier pracetak prategang (lanjutan)

Page 19: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

18

Perkembangan Penelitian

Ada beberapa penelitian tentang sistem pracetak pier untuk konstruksi cepat jembatan khususnya pada daerah gempa. Salah satunya adalah Heiber (2005) melaku-kan kajian komparasi dua buah jembatan beton dengan sistem pier pracetak pada daerah gempa.

Sistem dibuat menggunakan cap-beam beton pracetak dan kolom didukung pada pondasi beton yang dicor tempat. Salah satunya adalah sistem beton bertulang, di mana tulangan ulir baja ringan tersambung dengan komponen beton pracetak dan memberikan kekuatan lentur dari kolom. Yang lainnya adalah sistem hibrida, yang menggunakan kombinasi unbounded post-tensioning dan tulangan ulir baja ringan untuk membuat sambungan dan memberikan kekakuan dan kekuatan lentur yang diperlukan.

Sebuah studi parametrik dari dua sistem, yang meliputi analisis pushover dan analisis gempa dari 36 frame beton bertu-lang dan 57 frame hibrida, dilakukan dengan menggunakan model elemen hingga nonli-nier untuk menyelidiki respon global dari berbagai konfigurasi frame. Dalam analisis gempa, frame yang dikenai lima gerakan tanah (ground motion) memiliki percepatan tanah maksimum dengan kemungkinan 10 persen terlampaui dalam 50 tahun dan lima gerakan tanah (ground motion) memi-

liki percepatan tanah maksimum dengan 2 persen kemungkinan terlampaui dalam 50 tahun, sehingga menghasilkan total 930 analisis gempa.

Sebuah metode praktis dikembang-kan untuk memperkirakan displacement maksimum gempa berdasarkan sifat bagian retak dari kolom dan rasio kekuatan base shear. Rasio perpindahan maksimum yang dihitung dengan analisis nonlinier dengan perpindahan yang dihitung dengan metode praktis memiliki rata-rata 0,98 dan deviasi standar 0,25 untuk frame beton bertulang. Untuk frame hibrida, rasio ini memiliki rata-rata 1,05 dan deviasi standar 0,26.

Kerusakan yang diharapkan pada dua tingkat bahaya gempa (seismic hazard) diperkirakan. Untuk 10 persen dalam 50 gerakan tanah (ground motion), penelitian ini menemukan kemungkinan moderat penutup beton mengalami spalling, kemung-kinan minimal tekuk tulangan, dan regan-gan maksimum pada tulangan longitudinal yang menyarankan fraktur tulangan akan jarang terjadi. Sebagai contoh, pada rasio beban aksial 0,10 dan rasio tulangan longi-tudinal 0,01, probabilitas rata-rata selimut beton spalling 0,12 untuk frame beton bertulang dan 0,10 untuk frame hibrida, sedangkan probabilitas rata-rata tekuk tulangan adalah 0,0005 untuk kedua beton bertulang dan frame hibrida. Untuk rasio aksial-beban yang sama dan rasio tulangan,

Page 20: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

19

regangan rata-rata maksimum pada baja ringan longitudinal adalah 0,015 untuk frame beton bertulang dan 0,012 untuk frame hibrida.

Kemungkinan besar penutup beton mengalami spalling, kemungkinan minimal terjadinya tekuk tulangan, dan regangan maksimum moderat pada tulangan longi-tudinal ditemukan untuk 2 persen dalam 50 gerakan tanah. Sebagai contoh, pada rasio beban aksial 0,10 dan rasio tulangan longitudinal 0,01, probabilitas rata-rata seli-mut beton mengalami spalling 0,68 untuk frame beton bertulang dan 0,73 untuk frame hibrida, sedangkan probabilitas terjadinya tekuk tulangan adalah 0,04 untuk beton bertulang dan frame hibrida. Untuk rasio beban aksial yang sama dan rasio tulangan, regangan maksimum rata-rata pada baja ringan longitudinal adalah 0,042 untuk frame beton bertulang dan 0,025 untuk frame hibrida.

Spesifikasi Material Untuk Sis-tem Beton Pracetak, Baja Tu-langan Post Tensioned, Strand Tendon

PCI mempunyai pedoman yang membahas tentang spesifikasi material untuk sistem beton pracetak, baja tulangan, sistem post tensioned, yaitu “Guidelines for Accelerated Bridge Construction using Precast/Prestressed Concrete Components”. Namun

secara umum material yang digunakan dalam sistem sama seperti yang disyaratkan pada sistem konvensional.

Sistem Sambungan Pracetak Pier

FHWA mempublikasi pedoman detail sambungan untuk sistem dan elemen jembatan pra-fabrikasi, yaitu “Connection Details for Prefabricated Bridge Elements and Systems”. Adapun beberapa tipe sambungan yang ada dapat dikategorikan :

❖ Elemen Baja ❏ Baut

Sambungan baut telah digunakan untuk menghubungkan elemen jembatan prafabrikasi selama bertahun-tahun. Proses pembautan dua potongan baja bersama-sama bisa sangat cepat untuk beberapa sambungan dan bisa lambat. Potongan girder cenderung lambat karena banyaknya baut yang diperlukan untuk membuat sambungan.

Salah satu cara untuk memperce-pat konstruksi sambungan baut adalah memberikan kontraktor suatu pilihan untuk menempatkan hanya sebagian dari baut sebelum crane melepaskan bagian ter-tentu. National Steel Bridge Alliance sedang menulis panduan ereksi jembatan baja yang kemungkinan akan merekomendasikan bahwa 50 persen dari semua baut di setiap

Page 21: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

20

bagian sambungan akan dipasang sebelum pelepasan member. Ini berarti bahwa 50 persen dari baut pada flens dan web harus berada di tempatnya. Dengan membiarkan crane untuk melepaskan elemen lebih cepat, pembangunan secara keseluruhan dapat dilakukan lebih cepat.

❏ LasPengelasan lapangan tidak seperti

biasa seperti pembautan lapangan. Hal ini disebabkan beberapa faktor:

– Kurangnya tukang las lapangan berser-tifikat

– Kesulitan dengan pengelasan dalam lingkungan ekstrim

– Masalah dengan kualitas pengelasan lapangan

– WaktuBaru-baru ini, beberapa negara sudah

mulai memperluas penggunaan pengelasan lapangan dan telah mengembangkan prose-dur yang menangani masalah ini. Prosedur baru ini berjanji untuk meningkatkan kece-patan sambungan elemen baja.

❏ Cast in Place Concrete Closure Pour dengan Shear Stud

Beberapa jenis struktur menggunakan beton untuk menghubungkan dua elemen baja. Ide menghubungkan dua girder pada pier jembatan menunjukkan sesuatu yang paling menjanjikan. Konsep ini untuk

merancang gelagar sebagai bentang seder-hana untuk beban mati dan sebagai bentang menerus untuk beban hidup. Konsep ini telah digunakan selama bertahun-tahun di industri pracetak. Sambungan dari dua girder baja dapat dibuat dengan membung-kus ujung gelagar pada concrete closure pour. Sambungan menerus beban hidup ditransfer melalui reinforced closure pour dan kembali ke member baja melalui konektor shear stud, atau bearing plate. Tergantung pada geometri closure pour, shear stud dapat ditempatkan pada flens atau badan gelagar.

❖ Elemen BetonAmerica Concrete Institute telah mener-

bitkan dokumen yang berjudul “Emulating Cast-in-Place Detailing in Precast Concrete Structure ACI-550.1 R01”. Tujuan dari desain emulasi adalah untuk mencapai performa kerja dari sistem prafabrikasi yang seban-ding dengan sistem cor di tempat (cast in place). Untuk desain emulasi di wilayah gempa, tujuannya adalah untuk sistem prafabrikasi untuk dapat dibandingkan dengan sistem cor-di-tempat seperti kinerja disipasi energi, daktilitas, kekakuan, kekua-tan, dan sejenis mode kegagalan yang dapat diandalkan. Struktur beton cor di tempat dibangun dengan sambungan konstruksi yang biasanya melibatkan tulangan tersu-sun. Prinsip desain emulasi adalah untuk pengganti sambungan alternatif yang

Page 22: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

21

meniru atau “mengemulasi” lap splice standar. Pendekatan ini telah dikembang-kan terutama oleh garasi parkir pracetak dan industri hotel. Dengan menggunakan emulasi, seorang desainer jembatan atau kontraktor dapat menggantikan elemen beton pracetak untuk elemen cor di tempat tradisional. ACI-550.1 masuk ke detail yang besar pada koneksi yang berbeda. Bagian berikut memberi gambaran dari beberapa sambungan emulasi yang paling umum:

❏ Grouted Reinforcing Splice Coupler

Beberapa produsen telah mengem-bangkan skrup yang dapat menyambung tulangan baja berdiameter besar dalam elemen pracetak. Skrup ini biasanya hollow cast steel sleeves (mirip pipa). Lengan/sleeve ini dicetak pada ujung dari satu elemen dan tulangan menonjol/protru-ding reinforcing bar) dicetak pada ujung elemen yang berdekatan. Elemen disam-bungkan dengan menyisipkan tulangan menonjol (protruding reinforcing bar) dari satu elemen ke ujung berongga dari skrup dalam elemen lain. Joint antara potongan-potongan ini kemudian digrout-ing, dan grout dipompa ke skrup untuk membuat sambungan.

Toleransi pengecoran penting dengan skrup ini, namun industri pracetak telah menunjukkan pada banyak proyek bahwa toleransi yang diperlukan dapat dicapai

pada pabrik yang menghasilkan produk pracetak. Tulangan diameter besar dapat disambung pada jarak yang jauh kurang dari panjang penyaluran konvensional, membuat hubungan ini diinginkan untuk sambungan substruktur dengan batangan besar (dermaga topi, kolom, dll). Sambung-an ini dapat dilakukan dengan cepat dalam batas-batas ketat. Hal ini masuk akal untuk mendapatkan sambungan dengan momen penuh dalam waktu 12 jam. Strut sementara dapat digunakan untuk memungkinkan ereksi elemen sebelum grouting. Sambungan lengan/sleeve yang paling sering digunakan dalam arah vertikal. Mereka dapat diguna-kan dalam arah horisontal, tetapi hal ini dapat mempersulit prosedur ereksi karena kesulitan memasang elemen besar dengan toleransi kecil. Sambungan ini telah diuji secara menyeluruh dan dapat berkembang sampai 125%, 150% bahkan 160% dari kekuatan leleh spesifikasi dari baja tulangan.

❏ Grouted Post-Tensioning (PT) DuctBeberapa negara telah bereksperi-

men dengan menggunakan PT duct untuk sambungan antara elemen beton pracetak. Sambungan ini mirip dengan grouted rein-forcing splice couplers dimana tulangan atau batang tulangan ulir dimasukkan ke dalam lengan/sleeve terdiri dari standard post-tensioning duct. Perbedaannya adalah bahwa duct merupakan non-struktural, karena itu,

Page 23: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

22

tambahan tulangan kekangan dibutuhkan di sekitar pipa untuk mengembangkan sambungan yang signifikan. PT duct jauh lebih besar daripada grouted coupler, karena itu, toleransi tidak begitu ketat. Penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa saat-saat yang signifikan dapat dicapai dengan sistem ini, namun sistem saat ini tidak direkomendasikan untuk daerah seismik yang tinggi yang memerlukan sendi plastis sambungan. Koneksi ini tidak menunjukkan daktilitas yang diperlukan yang diharuskan dalam zona gempa tinggi.

❏ Grouted VoidSeperti PT duct, sambungan ini mirip

dengan grouted splice couplers kecuali skrup hanya diganti dengan void cast dalam elemen penerima. Biasanya sambungan ini telah digunakan pada sambungan yang dianggap sambungan pin yang akan mentransfer sedikit atau tidak ada momen antara elemen.

❏ Traditional Post-tensioning (PT)Sambungan post-tensioning telah

digunakan antara elemen beton pracetak selama bertahun-tahun. Jenis yang paling umum dari sambungan post-tensioning adalah antara potongan dalam sebuah jembatan box girder segmental. Beberapa negara juga telah menggunakan PT untuk sambungan di pier kolom dan pier cap.

Penggunaan umum lain dari PT adalah di dek jembatan beton pracetak. Banyak negara telah menggunakan PT dikombinasi-kan dengan grouted shear key untuk meng-hubungkan elemen-elemen dek (biasanya PT dijalankan dalam arah memanjang pada jembatan stringer tipikal). Sistem PT sering digunakan termasuk beberapa grouted strand pada duct dan grouted high thread bars.

❏ Sambungan Las (Welded Connection)Elemen pracetak dapat dihubung-

kan dengan menggunakan las. Proses ini biasa dilakukan pada gedung dan industri parkir garasi. Pelat baja yang tertanam dalam elemen pracetak dan sambungan las dibuat setelah ereksi. Beberapa negara telah mengembangkan dan meneliti sambungan las untuk sistem butted beam pracetak seperti slabs, double tee dan bahkan deck bulb tee girder.

❏ Sambungan baut (Bolted Connection)Baut pada elemen pracetak jarang

dilakukan, karena kesulitan pengerjaan dengan toleransi yang ketat yang diperlukan untuk kualitas pembautan. Beberapa negara telah menggunakan baut untuk meng-hubungkan diafragma baja pada jembatan stringer pracetak parallel/parallel precast stringer bridges, namun, perbedaan camber antara member dapat membuat sambu-

Page 24: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

23

ngan ini sulit. Penggunaan lain baut adalah untuk menghubungkan elemen-elemen tembok pembatas/parapet beton pracetak. Beberapa negara telah menggunakan baut yang dibor dan digrout ke dek jembatan untuk mengamankan tembok pembatas pracetak (parapet) ke dek. Desainer harus mengecek dengan masing-masing negara tentang sambungan ini, beberapa belum diuji dan disetujui untuk digunakan pada sistem jalan raya nasional.

❏ Cast-in-place Concrete Closure PourSalah satu sambungan paling seder-

hana yang dapat dibuat antara dua elemen beton pracetak meninggalkan area kecil antara elemen untuk memungkinkan closure pour dari pengecoran beton di tempat. Hal ini sering dilakukan pada hubungan horizontal yang membuat sambungan lengan sulit dicapai. Koneksi ini biasanya dibuat dengan menggunakan lap splices sederhana.

Toleransi Sistem Pracetak Untuk Pilar

Toleransi dalam sistem pilar pracetak merupakan hal yang penting dalam proses fabrikasi dan konstruksi. Hal ini dikare-nakan dalam pelaksanaan harus memiliki akurasi yang tepat dalam pemasangan segmen-segmen pier.

Toleransi dapat menjadi sumber yang paling bermasalah dalam proyek konstruksi accelerated bridge. Field fit-up juga salah satu perhatian utama dari lembaga yang sedang menangani proyek accelerated bridge dengan menggunakan elemen prafabrikasi. Desainer dari proyek jembatan prafabrikasi harus mengasumsikan bahwa tidak ada yang sempurna dan toleransi dibutuhkan untuk diperhitungkan dalam setiap sambungan. Bagian berikut membahas masalah toleransi pada elemen jembatan prafabrikasi.

❖ Toleransi ElemenKesalahpahaman umum oleh para

desainer proyek jembatan prafabrikasi adalah bahwa elemen dibangun dengan dimensi yang eksak. Bahkan, semua elemen prafabrikasi dibuat untuk beberapa tole-ransi. Para desainer harus menyadari toleransi konstruksi spesifikasi untuk camber, sweep, dan dimensi keseluruhan di semua elemen. Lokasi lubang, penyisi-pan/insert dan pemblokiran/blockout juga sangat penting.

Prafabrikasi dan proyek konstruksi accelerated bridge biasanya tidak perlu dirancang dengan elemen yang memiliki toleransi lebih ketat daripada konstruksi konvensional. Toleransi yang ditentukan oleh berbagai industri biasanya cukup. Seorang desainer jembatan prafabrikasi harus akrab dengan toleransi desain di

Page 25: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

24

lokasi diukur dari titik kerja umum. Jika toleransi jarak pusat-ke-pusat digu-nakan, toleransi kesalahan layout dapat menjadi aditif dan mempengaruhi sambu-ngan elemen.

❖ Toleransi Perangkat Keras (Hardware Tolerance)

Lokasi hardware di elemen pra-fabrikasi bisa penting bagi keberhasilan proyek. Beberapa elemen perangkat keras lebih penting daripada yang lain, sehingga desainer perlu menentukan toleransi lokasi dari semua perangkat keras dan attachmentnya.

❏ Sistem Post-TensioningSistem post-tensioning biasanya

memerlukan instalasi dari strand atau thread bar setelah ereksi pada elemen individu. Hal ini penting untuk menentukan toleransi dari lokasi duct, terutama pada ujung elemen. Pengecoran yang cocok/match casting sering digunakan untuk menjaga toleransi mini-mum. Jika kecil, small grout key atau closure pours digunakan, ada kemungkinan besar post-tensioning duct mengalami offset pada join. Dalam hal ini, dianjurkan bahwa duct menjadi besar untuk memungkinkan offset yang kecil pada duct pada join.

❏ Grouted Reinforcing Splice CouplerSkrup memerlukan tingkat toleransi

negara-negara di mana masing-masing proyek berlokasi dan perhitungan untuk toleransi ini dalam desain dan detailnya. Pertimbangan juga harus diberikan menge-nai apakah toleransi yang digunakan dalam konstruksi konvensional dapat ditingkat-kan untuk konstruksi prafabrikasi untuk mempermudah fit-up di lapangan.

❖ Pertumbuhan Dimensi (Dimen-sional Growth)

Jika desainer tidak memperhitungkan unsur toleransi, fenomena yang disebut “pertumbuhan dimensi” dapat terjadi. Misalnya, jika sepuluh panel yang masing-masing lebarnya sepuluh kaki ditempat-kan berdampingan, panjang keseluruhan sistem biasanya akan lebih besar dari 100 meter. Hal ini disebabkan toleransi dari tepi potongan-potongan yang berdampingan. Pengecoran yang cocok dengan proyek beton dapat meminimalkan masalah ini, namun pertumbuhan dimensi minor struk-tur tidak dapat dihindari. Untuk mengatasi masalah ini, desainer harus mengimbangi toleransi member dalam desain joint atau memungkinkan untuk variasi keseluruhan kecil dalam dimensi struktur.

Bentuk lain dari pertumbuhan dimensi harus dilakukan dengan detail-ing dari batas toleransi untuk beberapa protruding element, post tensioning duct, dan embedded attachment. Adalah pen-ting untuk menentukan bahwa toleransi

Page 26: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

25

tertentu yang dicapai dalam konstruksi beton pracetak normal. Salah satu metode untuk menghitung toleransi adalah untuk memperbesar skrup. Skrup tipikal dapat mengakomodasi variasi kecil di lokasi bar. Hal ini juga memungkinkan untuk meng-gunakan skrup besar (dengan dua ukuran bar) untuk memberikan toleransi yang lebih besar. Ini menyediakan sekitar ½ inci penyesuaian toleransi, yang baik di dalam toleransi normal untuk elemen pracetak. Produsen pracetak dapat mempertahankan tingkat toleransi antara potongan dengan menggunakan frame dan jig sebagai template untuk posisi dan mendukung tulangan baja dan skrup. Jika desain memerlukan sambun-gan elemen pracetak untuk sebagian field cast jembatan, dianjurkan bahwa produsen pracetak menyediakan template jig untuk kontrak umum untuk memastikan fit-up yang tepat di lapangan selama ereksi. Peran-cang harus secara jelas menentukan pihak yang bertanggung jawab untuk pendekatan ini.

❏ Embedded AttachmentTingkat toleransi untuk embedded

attachment adalah fungsi dari toleransi untuk melekatkan member. Jika lekatan (attachment) adalah untuk gantungan pipa utilitas yang memiliki penyesuaian, maka toleransi tidak akan seketat unsur lainnya. Desainer harus jelas mengidentifikasi ting-

kat toleransi yang dibutuhkan untuk semua embedded attachment.

❖ Layout dan Lebar JoinKetika sambungan grouting diguna-

kan antara elemen, layout struktur harus didasarkan pada jarak elemen nominal. Lebar aktual dari elemen harus sama dengan jarak elemen dikurangi lebar join spesifikasi. Lebar join antar elemen harus didasarkan pada toleransi elemen spesifikasi maksimum, perhitungan untuk member sweep, variasi dalam dimensi secara keselu-ruhan, dan variasi dalam bentuk samping. Lebar join tipikal berkisar dari satu-setengah inci sampai satu inci tergantung pada elemen. Elemen yang lebih besar cenderung memiliki lebar join yang lebih besar.

❖ Closure PourClosure Pour dapat memungkinkan

untuk toleransi konstruksi besar. Mereka sering digunakan untuk membuat pertum-buhan dimensi dan untuk ketidakpastian di lapangan. Bahkan struktur match-cast besar, seperti jembatan segmental, menggunakan closure pour di mana sebagian besar dari jembatan digabungkan.

❖ Masalah camberToleransi camber sering kali tidak

diberi cukup pemikiran oleh desainer dalam proyek-proyek jembatan prafabrikasi.

Page 27: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

26

Baja dan balok beton memiliki toleransi camber signifikan. Kebanyakan desainer memungkinkan toleransi camber dengan mewajibkan variabel web gap atau haunch antara atas balok dan bawah dek. Ini dian-jurkan untuk deck jembatan prafabrikasi juga. Mencoba untuk mengatur elemen dek prafabrikasi langsung di atas baja atau beton akan menghasilkan berbagai masalah fit-up.

❖ Persyaratan SpesifikasiDalam kebanyakan kasus, toleransi

spesifikasi normal untuk member tipikal seperti balok dan girder cukup untuk proyek-proyek jembatan prafabrikasi. Untuk elemen khusus seperti dek lantai dan elemen substruktur, desainer harus mencakup persyaratan toleransi dalam spesifikasi atau rencana kontrak. Sebuah panduan yang direkomendasikan untuk mengembangkan toleransi untuk elemen ini adalah Precast Prestressed Concrete Institute (PCI). Manual berjudul “Tolerance Manual for Precast and Prestressed Concrete Construction (MNL 135-00)”. Manual ini menawarkan toleransi yang direkomenda-sikan untuk semua jenis produk pracetak. Desainer juga didorong untuk meng-hubungi produsen lokal untuk mendiskusi-kan toleransi yang sesuai. Pendekatan lain adalah dengan menggunakan spesifikasi tipe kinerja yang mengharuskan kontraktor untuk menentukan toleransi yang berlaku

untuk setiap elemen dan kemudian akan bertanggung jawab atas fit-up di lapangan. Manual PCI dapat digunakan sebagai acuan dalam spesifikasi.

Ketentuan Seismik Bagi Sistem Pracetak

FHWA telah melakukan workshop yang membahas tentang ketentuan sistem pracetak dalam daerah seismik yang menen-gah hingga tinggi. Dalam workshop dibahas beberapa bahasan, antara lain :

❖ Perbaikan/penggantian accele-rated column pasca gempa

Diskusi ABC telah banyak dipusatkan pada pembangunan cepat struktur yang baru atau penggantian struktur, namun, manfaat lain yang berasal dari pengem-bangan teknologi ABC adalah perbaikan cepat dari struktur yang rusak. Perbaikan cepat kolom adalah fokus dari ide ini, dan tentunya mewakili kualitas “out-of-the-box” berpikir membayangkan saat merencana-kan workshop. Diskusi kelompok merujuk kedua aplikasi sementara dan permanen dari perbaikan / penggantian kolom. Teknologi yang ada seperti casing baja dan pembung-kus serat karbon dianggap sebagai pilihan yang layak, namun penelitian lebih lanjut juga disarankan untuk mengembangkan metode baru dan spesifikasi yang terkait. Kemampuan untuk mencocokkan estetika

Page 28: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

27

yang ada dianggap penting, dan masukan dari industri konstruksi dianggap penting.

❖ Investigasi sambungan seismik kolom untuk ABC

Proposal ini untuk mengembangkan detail sambungan baru yang memadai untuk beban gempa. Sambungan yang memadai antara kolom pracetak dan super-struktur ini penting agar dapat memberikan pilihan yang lebih layak bagi para desainer. Hasil penelitian tersebut melalui pengu-jian menyeluruh, dokumentasi kapasitas kinerja sambungan, contoh desain dan detail, serta spesifikasi desain. Test protokol harus mempertimbangkan berbagai ting-kat kinerja yang diminta, karena mereka bervariasi dari satu daerah ke daerah lain dalam hal kebutuhan seismik. Awalnya, review dari penelitian yang ada itu perlu untuk mengembangkan teknologi baru yang menjanjikan atau yang sebelumnya sudah ada melalui pengujian dan kalibrasi. Penelitian selanjutnya berfokus pada satu atau lebih konsep sambungan serupa kemudian bisa diatur, dengan produk berharga baru yang mendefinisikan hasil yang diharapkan. Perawatan harus diambil dalam penelitian tersebut untuk mencegah isu-isu kepemilikan yang sering merupakan upaya serupa dan mengurangi ide-ide baru untuk produk yang tidak dapat digunakan dalam forum publik.

❖ Respon sistem segmentalPenggunaan struktur atas segmental

telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat dalam dekade terakhir. Namun, lebih banyak riset diperlukan untuk memahami respon seismik struktur segmental. Secara umum, pemahaman yang lebih baik respons struktur joint diperlukan - saat ini diran-cang sebagai sistem emulatif. Keuntungan memungkinkan bukaan joint dalam desain besar dapat dimanfaatkan untuk disipasi energi. Hal ini menyebabkan redefinisi tujuan tingkat kinerja yang diinginkan. Ide ini tidak berbeda rocking column dimana di area konsentrasi tegangan tinggi harus diselidiki dengan hati-hati dan rinci sesuai dengan nilai kerusakan ambang batas yang diinginkan. Kelompok ini merasa bahwa sebuah workshop terfokus mengatasi masalah perilaku mendasar dari sistem joint dan memberikan bahwa perbandingan untuk desain monolitik ini patut dipertim-bangkan. Analitis dan pengujian eksperi-mental untuk mengukur hipotesis diajukan. Pekerjaan serupa sedang berlangsung saat ini di UCSD.

Selain itu, sintesis untuk mengumpul-kan dan menilai respon dari jembatan yang disambung dan segmental yang ada yang dikenai gempa besar dipandang sebagai cara untuk mengidentifikasi arah peneli-tian lebih lanjut dalam mengembangkan pemahaman yang kuat tentang perilaku

Page 29: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

28

respon yang terkait. Perhatian termasuk perlindungan korosi, dan prosedur inspeksi pasca-kejadian dan alatnya.

❖ Sambungan - Daktail, Dapat dibangun (Constructible), Cepat

Detail sambungan yang dapat dibanging untuk elemen pracetak seperti bent cap, footing, dan kepala tiang (pile head) membutuhkan fleksibilitas untuk memungkinkan koreksi lapangan. Mereka juga harus diverifikasi selama konstruksi dan sementara dalam pelayanan. Detail-ing yang dikembangkan untuk SABC harus mempertimbangkan kesederhanaan atau detail sambungan mungkin tidak menemu-

kan ceruk di pasar yang berkembang untuk aplikasi ABC. Kelompok ini mengutip sejumlah contoh dari standar saat ini untuk di bawah penyelidikan. Karena sambu-ngan merupakan elemen penting dalam keberhasilan ABC di wilayah kegempaan moderat-ke-tinggi, daftar sambungan daktail layak diperlukan, diikuti dengan penilaian kebutuhan dan prioritas penelitian lebih lanjut berdasarkan kesederhanaan. Partisipasi industri dalam upaya ini diang-gap penting untuk memastikan keberhasilan transisi ke aplikasi lapangan. Perkembang-an bimbingan akhir harus komprehensif dan menyertakan contoh-contoh desain yang berlaku.

Gambar 2 Idealisasi kolom segmental

Page 30: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

29

Demonstrasi proyek diusulkan di daerah seismik yang tinggi untuk menguji konstruksi detail sambungan yang diusul-kan, dengan pemantauan jangka pendek dan jangka panjang yang dilakukan untuk mengukur kinerja umur layan. Kerjasama yang erat dengan kontraktor dan perwakilan industri dianggap penting untuk memen-uhi tujuan sederhana, dapat dibangun dan detailing sambungan daktail yang dapat diandalkan untuk aplikasi SABC. Tergantung pada aplikasi dan waktu relatif terhadap pelaksanaan, peraturan mungkin diperlukan. Sebagai contoh, jika partisipasi industri dituntut dalam tahap perencanaan dan desain proyek untuk mengembangkan dan menggunakan spesifik detail sambu-ngan baru untuk kebutuhan proyek, beberapa negara mungkin memerlukan persetujuan legislatif. Hal ini mirip dengan filosofi “urutan desain (design sequencing)” yang digunakan di beberapa negara dalam dekade terakhir, atau mungkin keinginan produk satu-satunya (sole source).

❖ Kolom Bergoyang (Rocking Columns)

Mekanisme disipasi energi menjan-jikan untuk mengurangi kebutuhan pada kolom pracetak dan sambungannya. Itu telah digunakan di New Zealand dan Jepang pada jembatan dan bangunan. Selain itu, Selandia Baru meneliti disipasi

energi goyangan untuk penahan dinding. Dilakukan dengan benar, kolom pracetak atau kolom segmental mengalami tingkat keterpusatan diri setelah peristiwa gempa. Kekhawatiran yang memerlukan studi lebih berkaitan dengan konsentrasi tegangan di sudut-sudut elemen goyang. Pertimba-ngan harus diberikan dalam desain elemen goyang untuk mengatasi zona stres yang tinggi, dan prosedur pemeriksaan diperlu-kan untuk mengkonfirmasi status kinerja dan kerusakan setelah kejadian. Ini adalah daerah kritis yang membutuhkan perha-tian penelitian. Sebuah studi sintesis untuk mereview pengetahuan yang ada, termasuk industri bangunan dan luar negeri, dianggap sebagai langkah pertama, dengan penelitian yang berasal dalamnya. Potensi penelitian harus hati-hati memodelkan konsentrasi tegangan tinggi dan mengembangkan solusi rekayasa suara untuk melindungi member yang rentan.

❖ Segmental Post-Tensioned Column (Connection)

Segmental post-tensioned column saat ini menjadi subjek penelitian intens nasional dan internasional. Subjek ini sangat mirip dengan “Rocking Column” di atas, namun keduanya tidak digabungkan dalam diskusi. Variasi ide ini termasuk tendon bonded vs unbounded, dan baja ringan yang melintasi joint. Tendon bonded cenderung untuk

Page 31: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

30

memberikan respon emulatif, yaitu perilaku yang mirip dengan kolom beton cor di tempat konvensional. Sebuah keuntungan besar dari unbounded post tensioning adalah self-centering untuk perpindahan yang besar. Selain itu, sistem unbounded menyedia-kan untuk disipasi energi melalui bukaan joint dan menutup dimana baja ringan tidak digunakan. University of California di San Diego, University of Washington, State University of New York bekerja sama dengan para peneliti di Taiwan, University of Nevada-Reno, University of California di Berkeley, dan lain-lain di Jepang dan di tempat lain semuanya menyelidiki variasi dari konsep ini. Hasil tes diselesaikan sampai saat menunjukkan kinerja kolom segmental menggunakan bonded dan unbounded prestressing tendon mungkin sama dengan atau lebih baik secara umum dari kolom cor-di-tempat konvensional. Isu

yang membutuhkan pemeriksaan cermat termasuk korosi tendon untuk sistem tak terikat terutama di mana bukaan joint diper-bolehkan, pemantauan creep, dan inspeksi pasca-kejadian. Target penelitian tambahan wilayah ini dianggap diperlukan.

❖ Footing ke Pile dan Kolom ke Sambungan Pondasi

Ide ini menerima suara terbanyak. Hal itu diakui bahwa aplikasi yang sukses dari banyak sambungan footing ke pile dan kolom ke sambungan pondasi yang berbeda-beda telah terwujud di luar daerah seismik. Meskipun beberapa penelitian sedang berlangsung sebagaimana dibuk-tikan dalam diskusi sesi pagi, studi lebih banyak diperlukan. Kelompok ini mencari yang sederhana, kuat, desain berulang yang ekonomis, dapat dibangun/constructible, dan dapat dipelihara/maintainable adalah

Gambar 3 Performa tendon bonded/unbounded

Page 32: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

31

konsep dasar Bill Duguay yang dipromosi-kan sebagai penting untuk keberhasilan sambungan SABC dari perspektif kontrak-tor dalam presentasi paginya. Langkah pertama kali diusulkan oleh kelompok yang merupakan studi sintesisnya untuk meninjau upaya-upaya yang terkait dengan berbagai negara dan lembaga.

Upaya penelitian saat ini didanai melalui NCHRP, State DOTs, atau orang lain yang merupakan komponen integral dari studi ini. Hasil dari sintesis diharapkan untuk memandu penelitian target masa depan. Penelitian semacam bisa menjadi penerusan upaya yang sedang berjalan, atau sama sekali baru.

❖ Bahan InovatifSebuah studi sintesis direkomendasi-

kan untuk mengidentifikasi aplikasi bahan inovatif, tabulasi sifat material, dan menen-tukan ketersediaan. Ketersediaan materi diakui sebagai suatu elemen penting dalam kelangsungan aplikasi, dengan kekhawatiran atas biaya produksi yang tinggi dari beber-apa material seperti komposit. Lebih lanjut disarankan bahwa sintesis akan diikuti oleh target penelitian untuk mengembangkan teknologi yang menjanjikan untuk point bahwa mereka dapat segera dilaksanakan. Akhirnya, aplikasi trial dianggap pen-ting untuk menampilkan teknologi yang diusulkan. Sebagai judul gagasan ini, pene-

litian adalah kontinu. Menyadari hal ini, dan pemahaman bahwa aplikasi material yang inovatif membutuhkan waktu untuk berkembang, kelompok mengajukan respon emulatif untuk aplikasi awal, diikuti dengan lebih banyak metode inovatif sebagai teknologi yang matang.

❖ Konsep Sambungan Konstruksi Segmental

Itu yang berlaku umum bahwa teknik konstruksi segmental digunakan bukan saja dalam pembangunan struk-tur atas jembatan, tetapi juga di industri bangunan, secara potensial dapat diman-faatkan untuk memajukan pembangunan jembatan. Sebuah studi sintesis disarankan untuk mencari teknik yang menjanjikan. Hasil penelitian ini harus mengusulkan konsep yang layak dan mengembang-kan kriteria untuk aplikasi. Kebutuhan penelitian tambahan dapat berasal dari penelitian sintesis.

❖ Kinerja Jangka Panjang Sambungan SABC

Perhatian tercantum di sini terkait dengan kinerja jangka panjang dari detail sambungan untuk SABC. Tentu saja, uji accelerated enviromental dianggap penting ketika kualifikasi ide-ide baru atau aplikasi inovatif dari teknologi yang sudah ada. Selain itu, kurangnya alat uji tidak meru-

Page 33: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

32

sak (non destructive) yang dapat diandalkan untuk banyak teknologi berkembang ABC di daerah gempa sedang sampai tinggi juga dibahas. Pemeliharaan dan konfirmasi kinerja in-situ dianggap penting untuk suksesnya penyebaran banyak teknologi. Prediksi kinerja struktur, area menerima perhatian yang lebih baru-baru ini sebagai penyesuaian kalibrasi sedang dilakukan dengan Spesifikasi Desain LRFD AASHTO, dan sistem yang telah diperpanjang dan daya tahan komponen dituntut, membutuhkan pemahaman yang kuat tentang kinerja jangka panjang. Pemantauan kesehatan struktur (Structural Health Monitoring) dianggap sebagai elemen penting dalam mengukur kinerja jangka panjang dari detail sambungan inovatif untuk aplikasi SABC, terutama karena seringkali, desain menggu-nakan hubungan khusus detail sambungan khusus untuk mengatasi kebutuhan seismik bergantung pada tingkat kinerja yang diten-tukan selama peristiwa gempa desain yang jarang terjadi.

❖ Rekomendasi Code untuk SABC

Konsep ini adalah sesuatu yang harus menjadi bagian dari strategi implementasi untuk setiap ide yang dipertimbangkan. Kelompok mengakui ini sebagai hasil akhir dari penelitian yang dikelola dengan baik. Kodifikasi memastikan standardisasi, dan

memberikan ukuran perlindungan wajib kepada para insinyur. Standardisasi menga-rah ke rincian berulang, dapat dilelang (biddable) dan dapat dibangun (construct-ible), yang diharapkan sangat kuat sehingga meminimalkan atau membuat masalah pemeliharaan yang dikelola. Tindakan rencana untuk topik ini memberikan kesimpulan rancangan untuk setiap proyek penelitian yang dilakukan. Pentingnya ide ini terletak pada pesan yang mendasarinya yang disampaikan penulisnya, yaitu, inovasi hanya akan sukses dan menyadari penyebaran meluas ketika benar-benar dikembangkan dan standardisasi adalah sebuah kenyataan.

Sistem Transportasi Elemen Pier Pracetak

Sistem transportasi elemen pier pracetak merupakan hal yang penting, mengingat bahwa dalam transportasi dari fabrikasi menuju lokasi konstruksi harus mempertimbangkan sistem sumbu ken-daraan pengangkut elemen pier segmental, beban dari pier segmental yang dibawa, serta kemampuan dari jalur yang dilalui berupa badan jalan dan jembatan di Indonesia yang dilewati.

Penggunaan Self-propelled Modular Transporters (SPMTs) merupakan salah satu faktor penting pada pembangunan jembatan dengan teknik ABC. Hal ini

Page 34: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

33

disebabkan komponen-komponen pra-cetak yang memiliki berat cukup besar harus diangkut ke lokasi jembatan sedan-gkan jalan yang ada tidak dirancang untuk dapat menerima beban dengan nilai sebesar itu. Dengan menggunakan SPMTs, beban angkut besar yang berasal dari komponen pracetak akan terdistribusi melalui setiap sumbu roda sehingga beban yang diterima jalan merupakan beban merata yang tidak terlalu besar. Penggunaan SPMTs ini juga didukung oleh FHWA, AASHTO, dan NCHRP.

Selain itu, penggunaan SPMTs juga dimaksudkan untuk mendukung tujuan dari pelaksanaan teknik ABC yaitu memi-nimalisasi kekacauan lalu lintas, mening-katkan zona kerja yang aman, mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan peker-jaan konstruksi, meningkatkan kualitas, dan memiliki biaya aktifitas-masyarakat yang rendah. Hal tersebut terbukti dengan peng-gunaan SPMTs di Eropa yang hanya memer-lukan waktu singkat untuk mengangkat dan mengangkut komponen pracetak jembatan ke lokasi akhir.

SPMTs sendiri merupakan ken-daraan yang dikendalikan menggunakan komputer. SPMTs ini mampu memin-dahkan komponen jembatan dengan berat ribuan ton dengan presisi gesekan sebesar satu inch. Pembuatan komponen pracetak jembatan yang terkendali, yang disertai

dengan pemasangan yang cepat di lapangan, akan memberikan kualitas pelaksanaan yang baik dimana pelaksanaan ini hanya memerlukan waktu berjam-jam tidak seperti pelaksanaan konstruksi jembatan konvensional yang membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Uraian faktor-faktor tersebut diatas menunjukkan bahwa penggunaan SPMTs pada teknik ABC merupakan hal yang pen-ting. Selanjutnya, perlu pengkajian ulang hal-hal yang ada di Indonesia mencakup ketersediaan alat, kapasitas alat, keuntungan penggunaan dan besar biaya yang dibu-tuhkan, serta identifikasi kriteria untuk menentukan waktu penggunaan yang tepat bagi teknologi ini. Hal tersebut meliputi pertimbangan mengenai lalu lintas, kebu-tuhan di lapangan, tegangan ijin sementara dan defleksi saat pemindahan, serta efisiensi desain akibat penggunaan pracetak.

Metode Konstruksi Elemen Pier Pracetak di Lokasi Site

Metode pelaksanaan pemasangan elemen segmental dilapangan biasanya menggunakan crane sesuai dengan beban segmen pier yang akan dipasang, baik itu tower crane maupun mobile crane disesuai-kan dengan ketinggian pier.

Constructability dapat menjadi faktor utama dalam pengembangan rencana jembatan prafabrikasi. Hal ini terutama

Page 35: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

34

berlaku untuk proyek-proyek dalam batas-batas yang ketat. Kontraktor sering diharus-kan untuk bekerja dalam ruang terbatas dan batasan waktu. Manual FHWA yang ada dan berikutnya akan mengatasi masalah ini secara rinci. Bagian berikut ini disajikan sebagai gambaran pada constructability.

❖ CraneKapasitas Crane dan jejak crane dapat

memiliki dampak yang besar pada sebuah konstruksi jembatan prafabrikasi. Desainer harus berusaha untuk memberikan ruang sebanyak mungkin untuk lokasi pemasan-gan crane. Desainer juga harus menyediakan waktu yang cukup untuk crane set-up dan kerusakan jika crane harus ditempatkan dalam cara berjalan/travel way.

❖ Self-Propelled Modular Trans-porters (SPMTs)

Sebuah generasi baru alat angkat berat yang telah dikembangkan oleh industri perkapalan dan petrokimia. Peralatan yang menyediakan fleksibilitas dan kecepatan yang paling baik adalah Self-Propelled Modu-lar Transporter. SPMTs dapat mengangkat beban yang sangat besar dan memindahkan mereka dalam berbagai arah dengan tingkat akurasi yang tinggi. Foto di halaman berikut menunjukkan Providence River Bridge in Providence, Rhode Island yang baru. SPMTs digunakan untuk memindahkan jembatan

enam juta pound dari dermaga pengiriman ke dua kapal tongkang pengiriman yang besar di mana itu kemudian dikirim ke lokasi proyek. Prafabrikasi dari superstruk-tur ini dan penggunaan SPMT’s disimpan kontraktor sekitar satu tahun dalam waktu konstruksi.

The FHWA telah menerbitkan panduan rinci mengenai penggunaan SPMTs [3]. Desainer didorong untuk meninjau manual ini untuk mempelajari lebih lanjut tentang penggunaan SPMTs.

❖ Dudukan Sementara Elemen (Temporary Support of Element)

Dalam proyek jembatan prafabrikasi tipikal, bagian dari jembatan mungkin perlu didukung pada perancah sementara sampai jembatan ini terbangun secara keseluruhan. Desainer harus mempertimbangkan ruang yang diperlukan untuk menginstal peno-pang (support) sementara, serta waktu yang dibutuhkan untuk perakitan dan pembong-karan. Dalam beberapa kasus, struktur akan didukung dalam konfigurasi yang sangat berbeda dari produk jadi. Gambar 4 menun-jukkan lengkungan baja yang didukung sementara di titik ketiga, yang memiliki efek dramatis pada tekanan internal dalam struktur. Framing sementara (struts vertikal) perlu dirancang untuk menjaga tekanan dalam batas toleransi. Setiap struktur yang akan ditempatkan pada dukungan

Page 36: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

KAJIAN PUSTAKA

35

Gambar 4 Jembatan Providence River (Mammoet)

sementara perlu diperiksa untuk tegangan sementara ini. Jika metode pengangkatan ditampilkan pada gambar kontrak, maka perancang harus memeriksa kelayakan dari metode lifting ini. Jika metode diusulkan oleh kontraktor, tegangan harus diperiksa oleh engineer kontraktor.

❖ Batasan Waktu (Time Constraint)Setiap proyek jembatan prafabrikasi

akan memiliki kendala waktu yang berbeda. Kendala waktu akan mempengaruhi kelayakan berbagai metode prefabrikasi. Para desainer perlu untuk mengembangkan tipe struktur dan pendekatan prafabrikasi

yang dapat dijalankan dalam batasan waktu dari lokasi proyek. Sambungan memain-kan peran penting dalam pendekatan ini. Sering kali waktu untuk mengembangkan sambungan struktural merupakan fungsi dari waktu perawatan/cure time untuk sambungan grouting, dan waktu untuk membuat sambungan baja baut atau las. Pengembangan sambungan dapat menjadi jalur kritis dalam suatu proyek konstruksi durasi pendek. Desainer harus meng-hubungi produsen untuk menentukan waktu konstruksi yang wajar untuk masing-masing sambungan.

Page 37: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

36

❖ Rencana Perakitan (Assembly Plan)

Hal ini umum bagi desainer untuk mensyaratkan penyerahan rencana ereksi untuk proyek-proyek konstruksi konven-sional. Hal ini biasanya terbatas untuk ereksi dari balok dan girder. Jembatan yang diba-ngun dengan elemen-elemen prafabrikasi memerlukan ereksi khusus dan prosedur perakitan karena lebih banyak elemen yang perlu didirikan. New Hampshire Depart-ment of Transportation mengharuskan kontraktor untuk mengajukan rencana

perakitan untuk proyek jembatan prafab-rikasi penuh pertama mereka. Rencana perakitan ini mirip dengan rencana ereksi, namun juga mencakup informasi seperti grouting dan prosedur grout curing, waktu dan urutan konstruksi, dan penopang sementara elemen substruktur pada setiap tahap konstruksi. Disarankan bahwa proyek-proyek yang dibangun dengan elemen prafabrikasi mengandung spesifikasi yang membutuhkan penyampaian rencana perakitan yang rinci.

Page 38: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

37

KAJIAN PUSTAKA

Page 39: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

38

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

Page 40: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PIL;AR SEGMENTAL PRACETAK

39

Pilar pracetak segmental dengan penampang berongga telah digu-nakan pada beberapa proyek. Paska-tarik vertikal biasanya terdiri dari batang PT untuk ketinggian pendek hingga sedang, sampai

sekitar 12m (40 kaki). Tendon strand biasanya diperlukan untuk pilar tinggi. Bar biasanya diangkur ke fondasi dan diperpanjang ke kepala pilar. Tendon strand biasanya menerus mulai dari angkur pada kepala pilar di salah satu sisi pilar, pilar, membelok melalui fondasi, sampai ke angkur yang ada pada sisi berlawanan pada kepala pilar. Batang paska-tarik biasanya digunakan sementara untuk melindungi segmen pracetak dan epoksi tertekan pada sendi karena bar dipasang sebelum penginstalan tendon strand permanen. Segmen pracetak penampang berongga berbentuk oval dengan eksterior segi delapan, digunakan untuk Viaduct Cove Linn di Blue Ridge Parkway di North Carolina (Gambar 5) di halaman berikut.

Pilar segmental pracetak dengan penampang-I yang digunakan untuk Jembatan Mid-Bay di Florida. Pilar yang lebih tinggi menggunakan tendon strand pasca-tarik yang membelok pada fondasi (Gambar 6) di halaman berikut.

Bab 3

Pilar Segmental Pracetak

Page 41: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

40

Pilar segmental pracetak dengan penampang berongga digunakan dengan tujuan menurunkan berat sendiri pilar. Dari penelitian di daerah lain dapat diekstrapolasi bahwa segmen pracetak pilar akan menyatu dengan cara tendon pratarik tidak terikat yang di angkur ke fondasi. Keuntungan dari tendon tidak terikat dengan tendon yang terikat adalah gaya prategang tidak akan meningkat secara signifikan dengan adanya perpindahan kolom yang tinggi, sehingga tidak menyebabkan kelelehan inelastis pada strand dan hilangnya prategang.

Detail dari koneksi ke bangunan atas dan fondasi akan memiliki karak-teristik dinamik seperti sambungan yang mensyaratkan sambungan terbuka dan tertutup untuk digunakan diantara segmen. Efek ini mirip dengan pijakan bergerak. Hal ini bermanfaat bagi struktur dalam merespon gempa yang disebabkan ada nya perubahan periode. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk daerah bantalan pada ujung kolom, serta penyediaan untuk clearance tendon untuk bergerak relatif ke pilar selama terjadinya gempa.

Hubungan segmen kolom bagian atas dan bangunan atas yang dirancang monolit akan menyebabkan leleh pada tulangan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, panjang sendi plastik yang diharap-kan harus daktail dengan menggunakan tulangan yang rapat.

Gambar 5 Segmental pilar pracetak berongga, Linn Cove Viaduct, North Carolina

Gambar 6 Pilar pracetak - I

Page 42: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

41

Deskripsi sistem

Pilar tunggal maupun majemuk dapat dibuat dengan menggunakan beton pracetak. Sistem pilar beton pracetak memanfaatkan kombinasi kolom beton pracetak dan komponen pracetak balok kepala untuk merangkai pilar. Sistem ini kompatibel dengan berbagai jenis fondasi dan bangunan atas. Setiap bagian komponen dalam sistem pilar pracetak dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan sambungan baja dan/atau prategang. Desain dan konstruksi sistem pracetak pilar bervariasi tergantung pada aplikasinya. Gambar 7 menunjukkan contoh pilar beton pracetak tunggal yang terbuat dari komponen pracetak.

Gambar 7 Pilar tunggal dengan komponen beton pracetak (Billington et al. 1999)

Page 43: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

42

Rincian fabrikasi

Prosedur fabrikasi untuk pilar dan komponen balok kepala bervariasi tergan-tung pada karakteristik pilar dan jenis sambungan antar komponen. Dua jenis sambungan yang paling sering digunakan antar komponen pracetak adalah sambu-ngan yang digrout dan sambungan yang dicetak presisi. sambungan yang dicetak presisi telah sering diaplikasikan dan secara memiliki proses fabrikasi yang sangat berbeda, yaitu dengan mengguna-kan permukaan komponen sebelumnya sebagai bekisting untuk permukaan komponen selanjutnya sehingga meng-hasilkan gabungan “sempurna” cocok antara dua komponen. Fabrikasi sambungan yang dicetak presisi biasanya lebih banyak menggunakan tenaga kerja dan waktu yang intensif daripada fabrikasi sambungan yang digrout, akan tetapi kemungkinkan ereksi lebih mudah sehingga waktu konstruksi akan lebih cepat. Prosedur untuk fabrikasi untuk komponen pilar dan balok kepala dibahas secara terpisah dalam sub bagian di bawah ini.

Fabrikasi Pilar

Pembuatan segmen pilar dengan ketinggian maksimal, mengurangi waktu dan biaya pada fabrikasi dan konstruksi sambungan antar segmen pada pilar maje-muk. Berat Komponen harus dibatasi untuk

memungkinkan fabrikasi dengan ketinggian maksimal pada pilar tinggi, yaitu dengan penggunaan penampang berongga. Untuk produksi skala besar, sebuah sistem yang menggunakan mandrel dan beton dengan slump yang rendah dapat digunakan. Komponen pilar dapat dibuat horizontal dengan prosedur yang sama dengan yang digunakan untuk balok dan pilar pracetak. Biasanya segmen kolom tidak termasuk prategang karena segmen tidak bisa menye-diakan panjang penyaluran yang cukup untuk baja prategang. Komponen yang lebih panjang biasanya menggunakan prategang untuk menghambat retak selama penanga-nan dan transportasi. Pada jembatan, biasa digunakan pilar dengan penampang bulat. Akan tetapi fabrikasi penampang bulat secara vertikal memiliki beberapa kesulitan sehingga, sebagai alternatif, dapat digunakan penampang segi-delapan.

Sambungan yang digrout dibuat dengan prosedur biasa, yaitu beberapa segmen dapat dicetak bersamaan. Jumlah segmen yang dapat dicetak bergantung pada panjang segmen dan jumlah cetakan yang tersedia. Sedangkan pada sambungan match-cast diperlukan adanya perubahan sistem fabrikasi, yaitu segmen yang baru menggunakan sisi dari segmen sebelumnya sebagai bekisting. Prosedur ini membutuh-kan penanganan khusus. Prosedur pembua-tan segmen pilar match-cast ditunjukkan pada Gambar 8 (Billington et al, 1999.).

Page 44: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

4343

Kepala pilar

Fabrikasi balok kepala pilar sama dengan fabrikasi gelagar pracetak standar. Bentuk umum untuk kepala pilar meliputi persegi massif dan berongga, balok –T massif dan berongga, dan balok berben-tuk-U (Lubuono et al. 1996). Balok kepala biasanya diprategang untuk meningkatkan kekuatan dan karakteristik perilakunya.

Gambar 8 Prosedur pembuatan segmen pilar match-cast (Billington et al. 1999)

Page 45: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

44

Ukuran balok kepala harus dioptimalkan untuk mengurangi berat sendirinya, hal ini dapat dicapai dengan menerapkan bagian berongga pada sisi memanjangnya (Billington et al, 1999). Segmen balok kepala terhubung dengan pilar dengan menggunakan digrout atau sambungan beton yang dicor di tempat dan prategang paskatarik.

Gambar 9 Metode pembuatan sambungan match-cast antara balok kepala dengan pilar (Billington et al. 1999)

Pada beberapa kasus, balok kepala difabrikasi dengan sambungan match-cast pada hubungan sisi bawahnya dengan bagian atas pilar untuk memfasilitasi ketepa-tannya saat konstruksi (Billington et al 1999 dan Lester dan Tadros 1995.). Salah satu metode fabrikasi sambungan balok kepala dengan pilar ditunjukkan pada Gambar 9.

Konstruksi

Bagian ini menyajikan prosedur konstruksi umum untuk sistem pilar pracetak. Prosedur konstruksi khusus untuk sistem beton pracetak pilar individu

tergantung pada koneksi fondasi-ke-kolom, kolom-ke-kolom, dan kolom-ke-kepala yang digunakan. Prosedur khusus berkaitan dengan desain sambungan tertentu termasuk dalam bagian Isu Utama.

Koneksi fondasi-pilar

Fondasi yang dibangun dengan metode yang sama seperti yang digunakan untuk konstruksi cor-di-tempat. Dalam beberapa kasus, saluran embedding atau batang tulangan akan diperlukan di fondasi. Setelah fondasi selesai, segmen pertama pilar dihubungkan kepada fondasi dengan metode tertentu.

Page 46: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

45

Koneksi pilar-pilar

Kolom biasanya terbuat dari segmen ketinggian penuh atau beberapa segmen yang disambung dengan cara match-cast atau digrout. Disarankan bahwa kolom pracetak harus diereksi dalam satu bagian tunggal bila memungkinkan. Hal ini akan mengurangi jumlah segmen yang diperlu-kan dan menghilangkan sambungan yang tidak diperlukan yang dapat meningkatkan waktu konstruksi. Akan tetapi, segmen ketinggian penuh memiliki beberapa keter-batasan dalam hal transportasi, ereksi, atau keterbatasan lainnya sehingga penggunaan pilar dengan segmen majemuk diperlukan. Desain telah diusulkan yang menggunakan campuran keduanya sambungan match-cast maupun sambungan yang digrout (Billington et al, 1999.).

Langkah-langkah yang digunakan untuk segmen pilar dengan sambungan match-cast (Billington et al. 1999).1. Segmen kedua diturunkan ke blok

spacer beberapa inci di atas segmen kolom pertama.

2. Segmen pertama dan kedua disambung dengan cara paska-tarik secara bersa-maan.

3. Epoksi diberikan pada sisi permukaan kedua segmen kedua.

4. Blok spacer dilepaskan dan segmen kolom kedua diturunkan mendekati

segmen pertama. Sambungn match-cast akan meluruskan dua segmen dengan tepat.

5. Batang paska-tarik digunakan untuk menghasilkan kompresi yang seragam di seluruh sambungan. Gambar 10 menunjukkan sebuah kolom dengan sambungan match-cast dalam masa konstruksi.

Langkah-langkah yang digunakan untuk segmen pilar dengan sambungan yang digrout :

Gambar 10 Konstruksi pilar segmental dengan sambungan match-cast (Pate 1995)

Page 47: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

46

1. Segmen pilar kedua ditempatkan pertama kali dan diberikan celah yang diakibatkan adanya baut antar kedua segmen.

2. Setelah dilakukan paska-tarik, batang diantara dua kolom disatukan sehingga segmen yang berdada diatas akan meng-gantung diatas segmen dibawahnya.

3. Pengisian celah dengan epoxy atau beton cor di tempat.

4. Paska-tarik dilakukan setelah material sambungan mengeras.

5. Beberapa pilar menggunakan tulangan baja sebagai sambungan antar pilar , dan diperpanjang hingga segmen berikutnya.

Pada sambungan akan terdapat celah yang kemudian akan diisi dengan grout.

6. Epoxy dapat digunakan sebagai perekat sambungan (Muller and Barker, 1985). Sebelum epoksi digunakan, setiap sambungan membutuhkan bekisting dan akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak serta waktu yang lebih lama.

Sambungan pilar-balok kepala

Balok kepala diletakkan setelah segmen terakhir pilar selesai diletakkan. Balok kepala yang biasa digunakan adalah balok kepala segmen tunggal dengan kepala

Gambar 11 Tahap ereksi untuk pilar dengan kolom majemuk. (Billington et al. 1999)

Page 48: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

47

Gambar 12 Ereksi balok kepala pracetak untuk pilar dengan kolom majemuk (FHWA 2004)

yang tidak melebihi berat dan batas panjang untuk transportasi dan ereksi. Sambungan pilar-balok kepala ini sama dengan sambu-ngan pilar-pilar.

Untuk pilar dengan kolom maje-muk, sistem segmen tunggal dan maje-muk juga dapat digunakan. Prosedur ereksi saat konstruksi untuk pilar kolom majemuk ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 12 menunjukkan pemasangan balok kepala pracetak di atas kolom beton yang dicor di tempat.

Ringkasan penggunaan

Sistem beton pracetak lebih banyak digunakan pada struktur bangunan atas dibandingkan pada pilar. Biasanya hanya salah satu diantara balok kepala atau pilar yang menggunakan sistem pracetak, sedangkan yang satunya menggunakan beton yang dicor ditempat. Sistem beton pracetak biasanya digunakan untuk proyek skala besar seperti jembatan skala besar dan saluran air skala besar. Sebagian besar aplikasi dan penelitian menggunakan sistem beton pracetak pada daerah non-seismik.

Evaluasi ketahanan

Literatur yang ada, tidak menjelaskan kinerja dari bangunan bawah yang meng-gunakan beton pracetak. Hal ini dikare-nakan penggunaannya masih relatif baru masalah ketahanan untuk jangka panjang belum muncul.

Penjelasan

Penjelasan 1: Hubungan fondasi dengan pilar segmental

Salah satu jenis sambungan fondasi-ke-pilar terdiri dari pilar pracetak yang ditopang sementara sebelum fondasi sele-sai dibangun dan kemudian menuangkan beton fondasi disekitar baja tulangan yang diperluas hingga keluar dari bagian bawah kolom. Untuk membangun hubungan ini, kolom ini didukung oleh dukungan semen-tara berupa kaki yang membentang dari bagian bawah kolom dan memiliki ruang untuk proses perataan beton. Tulangan

Page 49: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

48

diperpanjang dari bagian bawah segmen pilar ke fondasi. Baja tulangan untuk fondasi kemudian dipasang dan beton untuk fondasi dituangkan. Dalam beberapa kasus, fondasi dituangkan dalam dua lapisan dengan dasar pilar dimasukkan ke dalam lapisan kedua untuk menghindari proses perataan beton (Muller dan Barker 1985, Anon 1984, dan Cruz Lesbros et al. 2003). Gambar 13 menunjukkan jenis sambungan sebelum lapisan kedua dari fondasi cor-di-tempat dituangkan.

Gambar 13 Sambungan pilar dan fondasi dengan metode cor di tempat (Cruz Lesbros et al. 2003)

Sambungan tipe ini mensyaratkan bahwa kolom yang sudah dibuat, dibawa ke situs, dan menggunakan penyangga sementara sebelum fondasi selesai. Hal ini memungkinkan penyingkatan jadwal karena pilar dapat dibuat di pabrik semen-tara fondasi sedang dipersiapkan. Namun jika keadaan membutuhkan fabrikasi pilar dan penempatan fondasi secara simultan, sambungan tipe kerah dengan tulangan mencuat dari fondasi yang disambung dengan tulangan memanjang yang menc-uat dari bawah pilar, harus digunakan. Sambungan tipe kerah ditunjukkan pada Gambar 14.

Tipe kedua dari sambungan fondasi ke kolom merupakan celah antara segmen pilar bagian bawah dengan fondasi yang digrout, diamankan dengan kabel paskatarik vertikal. Segmen kolom diletakkan pada bantalan baut diatas fondasi dengan posisi yang tepat. Kabel paskatarik dimasukkan mela-lui segmen kolom ke dalam angkur pada fondasi yang dicor di tempat. Sambungan kemudian digrout. Gambar 15 menunjuk-kan sketsa hubungan ini. Kesulitan utama dengan membangun hubungan ini adalah menyelaraskan posisi saluran kabel paska-tarik pada fondasi dan pilar.

Page 50: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

49

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

49

Gambar 14 Sambungan tipe kerah dari pilar pra-cetak dengan fondasi yang dicor di tempat (Billington et al. 1999)

Gambar 15 Sambungan pilar dan fondasi yang digrout (Billington et al. 1999)

Page 51: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

50

Penjelasan 2: Sambungan antar segmen pilar

Sambungan dengan metode match-

cast baik untuk digunakan pada sambungan

antar segmen pilar, untuk menghindari

masalah-maslah yang sering timbul pada

penggunaan sambungan yang digrout,

seperti : permukaan bantalan yang kurang

seragam, kemungkinan rusaknya bagian

tepi, dan kemungkinan grout yang tidak

padat pada celah, dan kualitas grout yang

kurang baik yang dapat menyebabkan

konsentrasi tegangan pada bagian tertentu,

retak, serta korosi pada baja tulangan. Terkait

masalah struktural, masalah lain yang

potensial adalah jarak antar tulangan trans-

versal yang lebih jauh pada bagian sambu-

ngan yang digrout yang bisa menimbulkan

kelemahan pada kapasitas geser kolom. Akan tetapi, secara umum penggu-naan pilar dengan pilar segmental akan menimbulkan tuntutan lentur diseluruh sambungan akibat adanya kabel paskatarik. Gambar 16 menunjukkan salah satu tipe permukaan sambungan.

Pada penggunaan sistem prategang, sambungan dirancang untuk tidak terbuka saat mengalami beban layan agar daktilitas pilar tidak berkurang akibat bekerjanya tegangan aksial yang besar. Tegangan awal yang besar pada tendon akan membatasi kapasitas regangan yang dapat mengakibatkan leleh prematur. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan strand dengan luas yang lebih besar dan tegangan yang lebih rendah, jika kondisi pilar dan sambungan memungkinkan.

Gambar 16 Tipe permukaan sambungan pilar (Billington et al. 1999)

Page 52: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

51

Penjelasan 3: Sambungan pilar dan balok kepala

Dua jenis sambungan digunakan untuk menghubungkan balok kepala pracetak dengan pilar yang dicor di tempat (LoBuono et al. 1996). Pertama, meng-gunakan batang paskatarik atau kabel (Billington et al. 1999). Sambungan mirip dengan hubungan antar segmen pilar. Secara singkat, sambungan match-cast antara segmen kolom atas dengan kepala pilar dilapisi dengan epoksi, batang paskatarik disambung, dan kepala pilar diturunkan ke tempatnya. Skema sambungan ini ditunjuk-kan pada Gambar 17.

Sambungan ini dapat memadai untuk aplikasi non-seismik. Akan tetapi, sedikitnya penggunaan baja menyebabkan disipasi energi yang sedikit selama peristiwa seismik (Kwan dan Billington 2003a). Billington et al (1999) menyarankan bahwa segmen

Gambar 17 Sambungan dengan sistem paskatarik antara segmen kolom dan balok kepala (Billington et al. 1999a)

pilar atas harus melebar untuk mengurangi momen desain pada balok kepala. Peng-gunaan bagian melebar memungkinkan ukuran balok kepala untuk diperkecil, akan tetapi hal ini dapat menyebabkan retak yang berlebihan (Young et al. 2002). Selain itu, penggunaan bagian yang melebar akan mengurangi panjang efektif pilar sehingga geser pada pilar akan meningkat saat terjadi gempa (Yashinsky dan Karshenas 2003).

Jenis kedua adalah menggunakan tulangan baja, pada saluran yang digrout. (Matsumoto et al, 2002, Wolf dan Fried-man 1994, dan Mandawe et al. 2002). Pada sambungan ini, balok kepala diletakkan diatas segmen pilar atas dengan diberi baut diantaranya, agar terdapat celah dan untuk meluruskan posisi keduanya. Skema dari jenis sambungan ini ditunjukkan pada Gambar 18 di halaman berikut.

Page 53: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

52

Penjelasan 4: Sambungan antara segmen dengan balok kepala

Pilar tinggi majemuk biasanya meng-

gunakan kepala balok pracetak dalam

bentuk segmental yang disambung dengan

digrout, beton yang dicor di tempat atau

sambungan match-cast. Pada penggunaan

sambungan match-cast, untuk memastikan

ketepatan posisinya, sangat diperlukan

perhitungan rangkak, susut, dan defleksi

elastik akibat berat sendiri balok kepala.

Selain itu, masalah ketepatan posisi juga

dapat timbul saat segmen disambungkan

sebelum diangkat ke tempatnya.

Gambar 18 Sambungan dengan baja antara pilar dan kepala pilar (Matsumoto et al. 2002)

Balok kepala biasanya diangkut dalam beberapa bagian yang kemudian disambungkan. Sambungan ini paling ideal berada pada titik contraflexure yaitu titik dengan pengaruh gravitasi terhadap momen bernilai minimum.

Penjelasan 5: Batasan berat dan ukuran

Pilar dengan kolom tunggal segmental dan balok kepala yang panjang memiliki berat dan panjang berlebih sehingga akan menimbulkan kesulitan pada sisi transportasi dan ereksi. Oleh karena itu terdapat petunjuk batas berat yang disaran-

Page 54: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR SEGMENTAL PRACETAK

53

kan. Batas yang disarankan ini. Berdasar-kan hal tersebut, Tabel 2 menyediakan komponen panjang maksimum untuk berbagai penampang.

Evaluasi seismik

Meskipun sebagian besar aplikasi pilar pracetak sebelumnya berada di daerah non-seismik, beberapa konsep yang digunakan pada daerah non-seismik kemungkinan dapat digunakan di daerah gempa dengan modifikasi yang dilakukan pada rincian

Penampang Berat Batas penampang Berat Batas

  53.6 t 80.4 t   53.6 t 80.36 t

                   

Bulat berongga         Bulat solid        

0.9 m Diameter 38.61 m 57.76 m 0.91 m Diameter 34.35 m 51.68 m

1.2 m Diameter 25.54 m 38.61 m 1.22 m Diameter 19.15 m 28.88 m

1.5 m Diameter 19.15 m 28.88 m 1.52 m Diameter 12.16 m 18.54 m

1.8 m Diameter 15.20 m 23.10 m 1.82 m Diameter 8.51 m 12.77 m

                           

Kotak berongga         Kotak Solid        

0.9 m x 0.9 m 30.4 m 45.6 m 0.9 m x 0.9 m 26.8 m 40.4 m

1.2 m x 1.2 m 20.1 m 30.4 m 1.2 m x 1.2 m 15.2 m 22.8 m

1.5 m x 1.5 m 15.2 m 22.8 m 1.5 m x 1.5 m 9.7 m 14.6 m

1.8 m x 1.8 m 12.2 m 18.2 m 1.8 m x 1.8 m 6.7 m 10.0 m

Tabel 2 Batasan Maksimum Panjang Kolom

sambungan. Perhatian utama untuk

pilar pracetak di daerah seismik adalah

kurangnya kontinuitas antara komponen.

Sistem pilar pracetak di daerah seismik

mungkin akan memerlukan tulangan lebih

antara komponen dan panjang penyalu-

ran yang lebih besar untuk penguatan

dari sistem serupa di daerah nonseismik.

Tulangan tambahan dan panjang penyalu-

ran yang meningkat dapat membuktikan

masalah dikarenakan pengekang geometrik

dan tulangan pilar yang tidak bekerja.

Page 55: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

54

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

Page 56: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

EVALUASI SISTEM DAN REKOMENDASI

55

Komponen pilar dengan sistem pracetak memberikan beberapa keuntungan. Sistem ini membuat pekerjaan dapat dilakukan diluar lapangan sehingga waktu konstruksi lebih cepat. Penam-

pang standard harus dikembangkan agar ekonomis karena bekisting dapat digunakan berulang-ulang. Hal ini juga akan mengarahkan produk dapat berkualitas tinggi. Komponen pilar pracetak dapat dibuat lebih pendek daripada gelagar beton prategang sehingga akan lebih mudah dalam hal transportasi. Akan tetapi beratnya akan lebih besar sehingga dibutuhkan kendaraan dengan sumbu yang lebih besar untuk transportasi. Seiring dengan masalah transportasi, penting untuk mempertimbangkan batas ereksi berat. Kolom mungkin perlu dibagi menjadi beberapa bagian untuk memenuhi kendala beratnya.

Pilar dengan sistem pracetak harus mampu disesuaikan dengan konfigurasi berbeda, termasuk pilar dengan kolom tunggal maupun majemuk, serta beragam jenis fondasi. Pilar pracetak harus dirancang dengan jumlah komponen minimum untuk mengurangi waktu fabrikasi, mengurangi jumlah sambungan, dan mengurangi waktu konstruksi. Bila pencetakan kolom dalam bentuk utuh tidak dapat dilaksanakan dengan pertimbangan transportasi dan ereksi, maka dapat digunakan pilar pracetak segmental yang disambungkan dengan sambungan match-cast.

Penggunaan match-cast memperlambat waktu fabrikasi karena hanya satu segmen per kolom dapat diproduksi per hari, tapi jumlah

Bab 4

Evaluasi Sistem dan Rekomendasi

Page 57: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

56

segmen untuk kolom yang diberikan akan kecil sehingga jumlah hari yang dibutuh-kan untuk membuat kolom masih dapat dibatasi. Sambungan match-cast menyebab-kan waktu konstruksi lebih cepat dikare-nakan epoksi memiliki waktu pengerasan yang cepat dan sambungan ini memiliki sifat menyesuaikan sendiri. Sambungan match-cast mensyaratkan penempatan suatu komponen dicocokkan dengan komponen yang menjadi bekistingnya. Pada sistem bangunan bawah pracetak standar lebih baik digunakan komponen yang dapat dipertukarkan, karena hal ini membutuhkan ketekunan kontraktor dan tidak mungkin dapat dilakukan jika meng-gunakan sambungan match-cast.

Kolom dengan penampang masif biasanya lebih sering digunakan daripada kolom dengan penampang berongga kecuali terdapat batasan berat yang mengharuskan penggunaan kolom berongga ataupun dapat dicapai penghematan biaya yang signifikan. Berikut ini adalah alasan kolom berpenam-pang masif lebih sering digunakan daripada penampang berongga :

❖ Bagian berongga tidak dianjurkan untuk lokasi sendi plastis pada kolom karena dapat terjadinya tekuk dan sengkang lepas

❖ Tekuk lokal dinding harus dipertim-bangkan untuk berongga (Taylor et al. 1995).

❖ Pada bagian masif semua paskatarik ditempatkan di tengah kolom.

❖ Penampang masif memiliki dampak ketahanan yang lebih baik.

❖ Pemeriksaan bagian dalam penam-pang berongga harus merusak kolom, sehingga akan menghambat pemerik-saan yang akurat pada kolom berongga setelah adanya gempa.

Dalam banyak situasi mungkin akan lebih bermanfaat untuk menggunakan desain pilar yang meliputi baik komponen beton pracetak dan cor-di-tempat karena kendala penjadwalan bervariasi untuk setiap proyek sehingga jenis dan kecepatan tindakan konstruksi bervariasi untuk setiap proyek. Sebagai contoh, beberapa proyek mungkin memerlukan seluruh proses konstruksi akan selesai dalam sedikitnya jumlah hari, sedangkan yang lain hanya mensyaratkan konstruksi semua dilakukan pada malam hari agar tidak mengganggu lalu lintas terdekat. Oleh karena itu, kombi-nasi cor-tempat dan di-konstruksi pracetak yang memenuhi tujuan tertentu proyek harus digunakan. Pola pikir konstruksi yang cepat harus tetap digunakan walau-pun menggunakan komponen beton cor-di-tempat, dengan penggunaan tulangan prefabrikasi, penyesuaian bekisting, dan semen kekuatan awal tinggi, waktu yang dibutuhkan untuk konstruksi masih dapat dikurangi secara signifikan.

Page 58: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

57

Daftar PustakaABC-Advisory Council. 2008. Caltrans ABC Strategic Plan : Development of Practice

and Policy for Future Bridge Projects, Version 1.1 : California Department of Transportation. http://www.dot.ca.gov/hq/esc/Structure_Design/accel_bridge_construction/documents/Caltrans_ABC_Strategic_Plan_V1-1.pdf (diakses tahun 2011).

Chung, Paul, Raymond W.Wolfe, Tom Ostrom, dan Susan Hida, editor. 2008. Acceler-ated Bridge Construction Applications in California - A “Lessons Learned” Report. California Department of Transportation. http://www.dot.ca.gov/hq/esc/Struc-ture_Design/accel_bridge_construction/documents/ABC_LessonsLearned_v1-1.pdf (diakses tahun 2011).

Chung, P.C., Mike Beauchamp, dan Jason Q. Fang. Caltrans Accelerated Bridge Construc-tion (ABC) Initiative. http://www.precastconcrete.org/seminars/2008/2008-09.pdf

Chung, P.C., Mike Beauchamp, dan Jason Q. Fang. Strategies and Practices of Accelerated Bridge Construction (ABC) in California : California Department of Transportation. ftp://ftp.wsdot.wa.gov/public/Bridge/WBES2009/A/5A1/5A1.pdf (diakses tahun 2011)

Federal Highway Administration, 2007. “Rapid Bridge Construction: Seismic Connec-tions Moderate-to-High Seismic Zones”. 2007FHWA Seismic Accelerated Bridge Construction Workshop Outcomes and Follow-up Activities. http://www.wsdot.wa.gov/eesc/bridge/ABC/FHWA_Seismic_ABC_Workshop_Report.pdf (diakses tahun 2011).

Federal Highway Administration. 2007. Manual on Use of Self-Propelled Modular Transporters to Move Bridges :Federal Highway Administration, http://www.fhwa.dot.gov/bridge/pubs/07022/hif07022.pdf (diakses tahun 2011).

Federal Highway Administration. 2006. Prefabricated Bridge Elements& Sistems (PBES)-PBES Cost Study: Accelerated Bridge Construction Success Stories: Federal Highway Administration. http://www.fhwa.dot.gov/bridge/prefab/successstories/091104/pdfs/final_report.pdf (diakses tahun 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Page 59: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG

58

Federal Highway Administration. 2009. Connection Details for Prefabricated Bridge Elements and Systems, Publication No. FHWA-IF-09-010. McLean,VA: Office of Bridge Technology, HIBT-10,Federal Highway Administration. http://www.fhwa.dot.gov/bridge/prefab/if09010/ atau http://www.scribd.com/doc/46406989/Connection-Details-for-Prefabricated-Bridge-Elements-and-Systems (diakses tahun 2011).

FHWA International Technology Exchange Programs. 2004. Prefabricated Bridge Elements and Sistems (PBES) in Japan and Europe FHWA-PL-05-003, : Office of International Programs-Office of Policy-Federal Highway Administration, U.S. Department of Transportation, American Association of State Highway and Transportation Officials. http://www.fhwa.dot.gov/bridge/prefab/pbesscan.pdf (diakses tahun 2011).

Hieber, David G., Jonathan M. Wacker. 2005. Precast Concrete Pier Sistems for Rapid Construction of Bridges in Seismic Regions. Washington, D.C.: Washington State Transportation Commission Department of Transportation and in cooperation with U.S. Department of Transportation Federal Highway Administration. http://www.wsdot.wa.gov/research/reports/fullreports/611.1.pdf (diakes tahun 2001).

Iowa Department of Transportation. 2008. “Workshop Report.” Iowa Department of Transportation Accelerated Bridge Construction Workshop. http://www.iowadot.gov/operationsresearch/pdf/2008%20Iowa%20DOT%20ABC%20Workshop%20Report_06-20-09%20add%20JUne09.pdf (diakses tahun 2011)

Keck Dennis, Hina Patel, Anthony J. Scolaro, Arnold Bloch, dan Christoper Ryan. 2010. Accelerating Transportation Project and Program Delivery: Conception to Comple-tion, NCHRP REPORT 662. Washington, D.C.: National Cooperative Highway Research Program. http://onlinepubs.trb.org/onlinepubs/nchrp/nchrp_rpt_662.pdf (diakses tahun 2011).

Marsh, M.Lee, John F. Stanton, dan Marc O. Eberhard. 2010. A Precast Bridge Bent Sistem for Seismic Regions, Phase I Report : Federal Highway Administration. http://www.fhwa.dot.gov/hfl/partnerships/pdfs/berger_phase_1_report_20101015.pdf (diakses tahun 2011).

Matsumoto, Eric E., Mark C. Waggoner, Guclu Sumen. Development of a Precast Concrete Bent-cap System, project summary reportc Report 1748-S. http://www.utexas.edu/research/ctr/pdf_reports/1748_S.pdf (diakses tahun 2011).

Page 60: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

DAFTAR PUSTAKA

59

Medlock, Ronnie, Michael D. Hyzak, dan Lloyd Wolf. Innovative Prefabrication in Texas Bridges. http://ftp.dot.state.tx.us:21/pub/txdot-info/library/pubs/bus/bridge/innovative_prefab.pdf atau http://www.pdfcari.com/Innovative-Prefabrication-in-Texas-Bridges.html

PCI Committee on Tolerances. 2000. Tolerance manual for precast and presstressed concrete construction PCI MNL 135-00. Dipersiapkan oleh Kim Sorenson (Ketua), Ted J. Gutt, Michael W. LaNier, Jadgish Nijhawan, Jerald A. Schneider, Helmuth Wilden. USA: Prestressed Concrete Institute. http://www.scribd.com/doc/64869024/PCI-MNL-135-00-Tolerance-Manual-for-Precast-Pre-Stressed-Concrete-Construction (diakses 2011).

Ralls, Mary Lou. 2009. “Accelerating Bridge Construction (ABC)-Modular SPMT.”National Concrete Consortium (NCC) Meeting. http://www.cptechcenter.org/t2/documents/Ralls_NCCMeeting-SanAntonio_04-01-09.pdf (diakses tahun 2011).

Restrepo, José I., Matthew J. Tobolski, dan Eric E. Matsumoto. 2011. Development of a precast concrete bent-cap System for Seismic Region, NCHRP Report 681. Washington, D.C.: National Cooperative Highway Research Program. http://onlinepubs.trb.org/onlinepubs/nchrp/nchrp_rpt_681.pdf (diakses tahun 2011).

Stamnas, Peter E., dan Mark D. Whittemore. 2007. “Precast Bridge Built in Only Eight Days.” ASPIRE Magazine 2007. http://www.aspirebridge.org/pdfs/magazine/issue_02/mill_street_spr07.pdf (diakses tahun 2011).

Wolf, Lloyd, dan Michael D. Hyzak. Design of Precast Bent Cap to Column Connection. http://www.cement.org/Bookstore/download.asp?mediatypeid=1&id=7193&itemid=IS653 (diakses tahun 2011)

Page 61: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

60

DAFTAR PUSTAKA

Page 62: PILAR BETON PRACETAK PRATEGANG - nspkjembatan.pu.go.idnspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/1512353405pilar_beton... · iii Puslitbang Jalan dan Jembatan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATANBadan Penelitian dan Pengembangan

Kementerian Pekerjaan Umumwww.pusjatan.pu.go.id IS

BN

978

-602

-825

6-38

-4