16
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PEWARNAAN NEGATIF dan PEWARNAAN BURRY GINS Rabu, 18 Maret 2015 Kelompok I Rabu , Pukul 13.30 16.30 WIB Nama NPM MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098 LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 Nilai TTD (Shintya) (Benedictus)

Pewarnaan Negatif dan Pewarnaan Burry Gins

Embed Size (px)

Citation preview

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    PEWARNAAN NEGATIF dan PEWARNAAN BURRY GINS

    Rabu, 18 Maret 2015

    Kelompok I

    Rabu , Pukul 13.30 16.30 WIB

    Nama NPM

    MEGA TRINOVA DURIKA 260110130098

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2015

    Nilai TTD

    (Shintya) (Benedictus)

  • PEWARNAAN NEGATIF DAN PEWARNAAN BURRY GINS

    I. Tujuan

    1. Mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna-pewarna

    sederhana dengan menggunakan prosedur pewarnaan negatif.

    2. Mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan

    kapsul (pewarnaan Burri-Gins).

    3. Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam

    prosedur tersebut.

    II. Prinsip

    1. Pewarnaan Negatif

    Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang

    sulit diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar

    belakangnya, metode pewarnaan negatif merupakan suatu metode

    perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak

    meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga

    kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna

    (negatif).

    2. Tolak Menolak Muatan

    Pewarnaan negatif atau pewarnaan asam dapat terjadi karena senyawa

    pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding

    sel bakteri cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang

    bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel. Oleh karena itu sel

    menjadi tidak berwarna.

    3. Kapsul Bakteri

    Kapsula merupakan lapisan polimer yang terletak diluar dinding sel, jika

    lapisan polimer ini terletak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini

    disebut kapsula. Tetapi jika polimer atau pilisakarida ini tidak berlekatan

    dengan dinding sel maka lapisan ini disebut lendir.

  • III. Teori Dasar

    Klebsiella pneumoniae termasuk genus Klebsiella dalam famili

    Enterobacteriaceae yang merupakan penghuni normal traktus digestivus.

    Kuman ini dan dapat diisolasi dari tinja manusia atau hewan. Pada manusia,

    genus Klebsiella dapat merupakan kuman penyebab pneumonia, disamping

    infeksi lain diluar sistim pernapasan misalnya: infeksi saluran kemih, infeksi

    nosocomial (Joko, 2013).

    Klebsiella pneumonia pertama kali diteliti dan diidentifikasi oleh

    bakteriologis Jerman bernama Edwin Klebs (1834-1913). Klebsiella

    pneumonia terdapat dalam feses dan saluran napas sebanyak 5% pada orang

    normal. Klebsiella pneumonia merupakan salah satu bakteri gram negative,

    bakteri yang non motil (tidak melakukan pergerakan secara sel), merupakan

    bakteri fakultatif an aerob, bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa.

    Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia (Dewi, 2013).

    Klebsiella pneumoniae (K.pneumoniae) termasuk dalam genus

    Klebsiella, merupakan penghuni normal traktus digestivus. Pada manusia K.

    pneumoniae dapat menyebabkan infeksi saluran napas di samping infeksi lain

    di luar sistem pernapasan misalnya infeksi saluran kemih, infeksi nosokomial

    dll. Selama ini, untuk mengidentifikasi kuman ini digunakan metode

    pengecatan dan kultur, yang memerlukan waktu lama (Pertiwi W, Sartono TR,

    Sumarno, Adi S. J Respir Indones. 2009 ).

    Pada dasarnya pewarnaan negatif bukan digunakan untuk mewarnai

    bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, zat warna tidak akan

    mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga bakteri

    tampak transparan dengan latar belakang hitam. Teknik ini berguna untuk

    menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak

    mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia,

    maka tidak terjadi penyusutan sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan

    lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan

    negatif atau pewarnaan asam dapat terjadi karena senyawa pewarnaan

    berwarna negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri

  • cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif

    akan ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu dinding sel menjadi tidak

    berwarna. Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan

    nigrosin, asam pikrat dan eosin (Hadiotomo,1990).

    Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop dengan teknik

    pewarnaan, baik secara langsung maupu tidak langsung.

    1. Pewarnaan kapsula bakteri secara langsung (pewarnaan positif).

    Pewarnaan secara langsung dilakukan dengan menggunakan kristal violet

    dan CuSO4.5H2O. Pewarnaan secara langsung ini dimaksudkan untuk

    mewarnai sel-sel bakteri yang diamati. Apabila bakteri mempunyai kapsul,

    maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak berwarna ungu dan

    diselubungi oleh kapsul yang berwarna biru muda. Kristal violet

    merupakan larutan yang yang mempunyai kromophore atau butir

    pembawa warna yang bermuatan positif (memiliki kation) sedangkan

    muatan yang berada di sekeliling bakteri bermuatan negatif (memiliki

    anion), sehingga terjadi adanya tarik menarik antara kedua ion tersebut.

    Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna ungu. Dan terbentuknya

    warna biru muda pada kapsula disebabkan karena kapsula dapat menyerap

    CuSO4.5H2O.

    2. Pewarnaan kapsula bakteri secara tidak langsung (pewarnaan negatif).

    Pewarnaan secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tinta

    cina. Pewarnaan secara tidak langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai

    latar belakangnya. Apabila bakteri mempunyai kapsul, maka dalam

    pengamatan sel bakteri akan tampak transparan dan diselubungi oleh kapsul

    yang berwarna kecoklatan. Tinta cina merupakan larutan yang mempunyai

    kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki

    anion) sedangkan muatan yang berada di sekeliling bakteri juga bermuatan

    negatif (memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak antara

    kedua ion tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna

    transparan dan yang nampak hanya warna latar belakangnya yaitu hitam.

  • Terbentuknya warna transparan ini dikarenakan sel bakteri tidak mampu

    menyerap warna. ( Darkuni,2001).

    Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

    (alveoli). Pnemoniae yang disebabkan oleh Klebsiella pnemonia dapat berupa

    pnemoia komuniti (community acquired pnemonia). Klabsiella pnemoniae

    merupakan organisme opurtunis yang ditemukan pada lapisan mukosa

    mamalia, terutama paru-paru. Bakteri ini menimbulkan gejala berupa

    pendarahan dan penebalan lapisan mukosa organ (Dewi,2013).

    Kapsula bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri. Hal ini

    terbukti bahwa sel bakteri yang tidak dapat membentuk kapsula mampu

    tumbuh dengan normal dalam medium. Kapsula berfungsi dalam penyesuaian

    diri dengan lingkungannya. Misalnya berperan dalam mencegah terhadap

    kekeringan, mencegah atau menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag,

    bersifat antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen bagi bakteri.

    Kapsula juga berfungsi untuk alat mencantelkan diri pada permukaan seperti

    yang dilakukan oleh Streptococcus muans (Darkuni, 2008).

    Jika bakteri tersebut kehilangan kapsulnya sama sekali maka ia akan

    dapat kehilangan virulensinya dan dengan demikian akan kehilangan

    kemampuannya untuk menyebabkan infeksi. Bakteri-bakteri berkapsula juga

    menyebabkan adanya gangguan seperti lendir dalam beberapa proses industri

    (Pelczar,2007).

    Pewarnaan kapsul dilakukan dengan pewarnaan asam dan pewarnaan

    basa.Kapsul dibentuk oleh organisme seperti Klebsiella pneumoniae.

    Kebanyakan kapsul terdiri dari polisakarida, namun ada juga yang terdiri dari

    polipeptida. Beberapa kapsul memiliki batas yang jelas dan ada yang tidak.

    Kapsul melindungi bakteri dari aksi fagositosis leukosit dan memungkinkan

    patogen untuk menyerang tubuh. Jika patogen kehilangan kemampuan untuk

    membentuk kapsul, dapat menjadi avirulen. Kapsul bakteri bersifat non-ionik,

    sehingga baik pewarnaan asam maupun basa tidak akan menempel pada

    permukaan mereka. Oleh karena itu, cara terbaik untuk memvisualisasikan

    mereka adalah dengan mewarnai latar belakang menggunakan zat asam dan

  • pewarnaan selnya dengan menggunakan zat warna basa. Untuk melakukan hal

    tersebut,digunakan tinta India dan Gram kristal violet. Ini meninggalkan kapsul

    (Smith,2010)

    Permukaan bakteri mengandung berbagai struktur yang mampu

    mengaktifkan pertahanan sendiri dan akibatnya merangsang respon imun

    inang. Kapsul bakteri adalah salah satu struktur eksternal yang ada pada

    permukaan bakteri yang tersusun atas gula dan atau protein., kapsul terlibat

    dalam berbagai proses biologis, seperti pencegahan pengeringan, ketahanan

    terhadap kekebalan inang spesifik dan spesifik (JM Toms and S

    Merino,2010).

    Nigrosin dan tinta cina adalah campuran dari pewarna sintesis hitam

    yang dibuat dengan memanaskan campuran nirobenzena, anilin, dan

    hidroklorida. Industri utamanya adalah sebagai pewarna untuk lak, pernis, dan

    tinta penanda pena. Didalam biologi, nigrosin dan tinta cina digunakan untuk

    pewarnaan negatif bakteri. Bentuk dan organisme yang terlihat sebagai warna

    bebas menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan dari

    menggunakan metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen

    blue, atau carbol, ialah bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alcohol tidak

    diperlukan sehingga organisme terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan

    zat warna ini dapat mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak

    dapat diwarnai dengan metode biasa (Dwidjoseputro.1998).

    Kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan

    suatu pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger

    yaitu dengan menggunakan pewarna larutan formol-gentian violet Raebiger

    atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri adalah

    dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak langsung ). Pada pewarnaan

    negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya

    diwarnai dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga

    terlihat lapisan terang yang tembus dengan latar belakang yang

    berwarna (Waluyo, 2007).

  • IV. Alat dan Bahan

    4.1. Alat

    1. Botol semprot

    2. Bak pewarna

    3. Kaca preparat

    4. Kapas

    5. Kertas saring

    6. Korek

    7. Mikroskop

    8. Ose

    9. Spirtus

  • 4.2. Bahan

    1. Alkohol 70%

    2. Air suling

    3. Emerge oil

    4. Suspensi bakteri Klebsiela sp.

    5. Tinta cina

    6. Zat warna air fuksin

    V. Prosedur

    5.1. Pewarnaan Negatif

    Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    Sediakan 2 kaca preparat dan direndam didalam larutan alcohol 70%,

    kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kapas. Lalu nyalakan

    spirtus dengan korek api dan ose di fiksasi diatas api hingga kawat ose

    berubah menjadi merah. Kemudian ose didinginkan di dekat api. Setelah

    itu, tabung reaksi yang berisi campuran suspensi bakteri (Klebsiela sp.)

    dibuka didekat api dan suspensi bakteri diambil dengan menggunakan

    ose. Kemudian penutup tabung dan mulut tabung difiksasi dan tabung

    ditutup kembali. Lalu olesan bakteri di oleskan secara merata diujung

    salah satu kaca preparat dan satu tetes tinta cina (1:1) didekat ujung kanan

    kaca objek. Kemudian campurkan keduanya dengan menggunakan kaca

    preparat kedua sampai homogen. Setelah itu, letakkan kaca preparat

    kedua pada kaca preparat pertama dengan membentuk sudut 450, lalu

    tarik kaca preparat kedua sepanjang kaca preparat pertama dengan

    menyeretnya ke arah kiri. Kemudian biarkan kaca preparat tersebut

    mongering dengan sendirinya. Lalu ditetesi dengan sedikit minyak imersi

    pada kaca preparat. Kemudian preparat olesan bakteri diamati dibawah

    mikroskop.

  • 5.2. Pewarnaan Burri-Gins

    Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    Sediakan 2 kaca preparat dan direndam didalam larutan alcohol 70%,

    kaca preparat dikeringkan dengan menggunakan kapas. Lalu nyalakan

    spirtus dengan korek api dan ose di fiksasi diatas api hingga kawat ose

    berubah menjadi merah. Kemudian ose didinginkan di dekat api. Setelah

    itu, tabung reaksi yang berisi campuran suspensi bakteri (Klebsiela sp.)

    dibuka didekat api dan suspensi bakteri diambil dengan menggunakan

    ose. Kemudian penutup tabung dan mulut tabung difiksasi dan tabung

    ditutup kembali. Lalu olesan bakteri di oleskan secara merata diujung

    salah satu kaca preparat dan satu tetes tinta cina (1:1) didekat ujung kanan

    kaca objek. Kemudian campurkan keduanya dengan menggunakan kaca

    preparat kedua sampai homogen. Setelah itu, letakkan kaca preparat

    kedua pada kaca preparat pertama dengan membentuk sudut 450, lalu

    tarik kaca preparat kedua sepanjang kaca preparat pertama dengan

    menyeretnya ke arah kiri. Kemudian fiksasi kaca preparat tersebut

    dengan melakukannya sebanyak 3 kali di atas api. Setelah itu, digenangi

    dengan pewarna air fuksin selama 5 menit, zat warna yang berlebih

    dibuang dan dibilas dengan air suling, lalu dikeringkan dengan

    menggunakan kertas saring. Setelah itu ditetesi dengan sedikit minyak

    imersi pada kaca preparat. Kemudian preparat olesan bakteri diamati

    dibawah mikroskop.

  • VI. Data Pengamatan

    Pewarnaan Negatif Pewarnaan Burri-Gins

    VII. Pembahasan

    Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum pewarnaan

    negatif dan pewarnaan kapsul bakteri yaitu pewarnaan Burry-Gins. Tujuan dari

    praktikum ini adalah dapat mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai

    oleh pewarna-pewarna sederhana dengan menggunakan prosedur pewarnaan

    negative, dapat mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur

    pewarnaan kapsul (pewarnaan Burri-Gins) dan dapat memahami setiap

    langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut. Adapun

    prinsip yang mendasari praktikum ini yaitu pewarnaan negatif, tolak menolak

    muatan, dan kapsul bakteri.

    Bakteri yang diamati pada pewarnaan negatif dan kapsul adalah bakteri

    Klebsiella pneumoniae, bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang.

    Menurut literatur bakteri Klebsiella pneumoniae merupakan salah satu bakteri

    gram negatif, bakteri yang non-motil (tidak melakukan pergerakan secara sel),

    merupakan bakteri fakultatif anaerob dan bakteri ini dapat memfermentasikan

    laktosa. Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pnemonia (Elfidasari,

    dewi, 2013).

    Pada dasarnya pewarnaan negatif bukan digunakan untuk mewarnai

    bakteri, tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi gelap, zat warna tidak akan

  • mewarnai sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga bakteri

    tampak transparan dengan latar belakang hitam. Teknik ini berguna untuk

    menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan tidak

    mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia,

    maka tidak terjadi penyusutan sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan

    lebih tepat. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. Pewarnaan

    negatif atau pewarnaan asam dapat terjadi karena senyawa pewarnaan

    berwarna negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral, dinding sel bakteri

    cenderung bermuatan negatif sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif

    akan ditolak oleh dinding sel bakteri. Oleh karena itu dinding sel menjadi tidak

    berwarna. Contoh pewarna yang biasa digunakan yaitu tinta cina, larutan

    nigrosin, asam pikrat dan eosin (Hadiotomo,1990).

    Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    Sediakan 2 kaca preparat dan direndam didalam larutan alcohol 70%, kaca

    preparat dikeringkan dengan menggunakan kapas. Alkohol adalah antiseptik

    yang kuat. Alkohol dapat membunuh kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa

    dan virus. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalan protein

    dalam selnya (salma, 2011).

    Lalu nyalakan spirtus dengan korek api dan ose di fiksasi diatas api

    hingga kawat ose berubah menjadi merah. Kemudian ose didinginkan di dekat

    api. Ini bertujuan untuk membunuh bakteri yang menempel pada ose yang

    dapat mengganggu hasil pengamatan. Ose yang digunakan harus dingin sebab

    jika masih panas dapat menyebabkan pecahnya dinding sel bakteri sehingga

    bakteri sulit untuk diamati. Ose didinginkan tetap dekat dengan api untuk

    mencegah ose terkontaminasi dari udara (Pelczar, 2007).

    Setelah itu, tabung reaksi yang berisi campuran suspensi bakteri

    (Klebsiela sp.) dibuka didekat api dan suspensi bakteri diambil dengan

    menggunakan ose. Kemudian penutup tabung dan mulut tabung difiksasi dan

    tabung ditutup kembali. Lalu olesan bakteri di oleskan secara merata diujung

    salah satu kaca preparat dan satu tetes tinta cina (1:1) didekat ujung kanan kaca

    objek. Kemudian campurkan keduanya dengan menggunakan kaca preparat

  • kedua sampai homogen. Ose yang digunakan haruslah steril, untuk

    mensterilkan ose digunakan fiksasi. Tinta cina berfungsi untuk mewarnai

    permukaan sel yang bermuatan negatif. Sehingga jika dilihat dari mikroskop

    akan terlihat bentuk bakteri dengan latar belakang berwarna gelap.

    Penambahan tinta cina tidak boleh terlalu banyak karena kaca preparat akan

    menjadi hitam dan akan menutupi bakteri tetapi tidak boleh juga terlalu sedikit

    karena pewarnaan yang tidak merata menyulitkan dalam pengamatan bakteri

    (Waluyo, 2008).

    Setelah itu, letakkan kaca preparat kedua pada kaca preparat pertama

    dengan membentuk sudut 450, lalu tarik kaca preparat kedua sepanjang kaca

    preparat pertama dengan menyeretnya ke arah kiri. Kemudian biarkan kaca

    preparat tersebut mengering dengan sendirinya tanpa melakukan fiksasi. Hal

    ini dilakukan karena pada saat pengamatan bakteri yang diinginkan tetap utuh

    dan tidak berubah, jika melakukan fiksasi makan panas pada saat fiksasi akan

    menyebabkan bentuk sel dan ukurannya berubah dan tidak tetap (Hadiotomo,

    1990).

    Lalu ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada kaca preparat.

    Kemudian preparat olesan bakteri diamati dibawah mikroskop. Minyak emersi

    adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang fungsinya

    untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri atau

    Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan

    mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100

    misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan

    dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas

    menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air (Icuk, Sugianto,

    2014).

    Hasil Pengamatan adalah bentuk bakteri Klebsiella pneumonia yaitu

    Basil transparan dengan latar belakang gelap. Hasil pengamatan yang diperoleh

    sesuai dengan literature yang ada bahwa bakteri Klebsiella pneumonia bersifat

    gram negatif, berbentuk batang pendek, fakultatif aerob, tidak mampu

    membuat spora, tidak bergerak dan mempunyai kapsul.

  • Pada pewarnaan kapsul, pengerjaannya tidak jauh berbeda dengan

    pewarnaan negatif. Perbedaannya hanyalah pada pewarnaan ini dilakukan

    fiksasi dan penambahan zat warna. Setelah olesan preparat diberikan tinta cina

    dan diratakan, kaca preparat kemudian difiksasi. Fiksasi bertujuan untuk

    mematikan bakteri dan meletakkan sel bakteri pada objek gelas tanpa merusak

    struktur selnya. Selain itu,tujuan fiksasi juga untuk melekatkan suspense

    bakteri,karena dalam pewarnaan kapsul akan diberikan pewarna tanding karbol

    fuksin untuk mewarnai sel bakteri. Fiksasi yang dilakukan cukup 3 kali di atas

    api, hal ini bertujuan agar kapsul bakteri yang diamati tidak pecah.

    Setelah dilakukannya fiksasi, diberi zat warna yaitu air fuksin pada kaca

    preparat. Zat warna diberi seperlunya saja karena bila berlebih justru dapat

    merusak preparat bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan

    mikrobakteria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang

    ditemukan di dinding sel mikroba. Pada umumnya bakteri bersifat tembus

    cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat

    warna. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan

    bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan

    luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan

    sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui (Hadiotomo, 1990). Lalu

    zat warna dibiarkan selama 5 menit yang bertujuan agar zat warna dapat

    berpenetrasi secara optimal ke dalam dinding sel bakteri (Prescott, 2002).

    Setelah itu, zat warna yang berlebih dibuang dan dibilas dengan air

    suling, lalu dikeringkan dengan menggunakan kertas saring. Pembilasan harus

    dilakukan secara hati-hati karena pada saat pembilasan bakteri bias terbawa

    oleh air.

    Setelah itu ditetesi dengan sedikit minyak imersi pada kaca preparat.

    Kemudian preparat olesan bakteri diamati dibawah mikroskop. Minyak emersi

    adalah minyak yang dipakai untuk olesan pada mikroskop yang fungsinya

    untuk memperjelas objek dan melindungi mikroskop itu sendiri atau

    Imersi minyak merupakan teknik yang digunakan pada saat kita akan

    mengamati preparat mikroskopik dengan perbesaran yang besar (10x100

  • misalnya). Minyak imersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan

    dengan air atau udara sehingga objek yang kita amati dapat terlihat lebih jelas

    menggunakan minyak imersi dibandingkan menggunakan air (Icuk, Sugianto,

    2014).

    Setelah diamati dibawah mikroskop. Hasil Pengamatan yaitu bakteri

    berbentuk batang,dengan warna badan sel bakteri adalah merah dan kapsul

    tampak bening disekitar badan bakteri. Tetapi, dalam praktikum kali ini

    praktikan tidak bisa menemukan bakteri sesuai literature. Hal ini disebabkan

    karena pada saat pencucian yang terlalu keras sehingga bakteri terbawa oleh

    air atau pada saat penotolan dengan kertas saring yang tidak hati-hati, pada saat

    fiksasi terlalu lama sehingga bakteri susah untuk diamati.

    VIII. Simpulan

    1. Dapat mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna-

    pewarna sederhana,dengan menggunakan prosedur pewarnaan negative.

    Suspensi Bakterinya : Klebsiella pneumonia

    Zat Warna : Tinta Cina

    Bentuk morfologi : bacil

    Warna sel : Bening dengan latar hitam

    2. Dapat mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur

    pewarnaan kapsul ( Pewarnaan Burri-Gins).

    Suspensi Bakterinya : Klebsiella pneumonia

    Zat Warna : Tinta Cina dan Karbol fuksin

    Bentuk morfologi : bacil

    Warna sel : Sel bakteri berwarna merah,kapsulnya

    berwarana bening dengan latar hitam

    3. Dapat memahami setiap langkah dan reaksi reaksi kimia yang terjadi

    dalam prosedur tersebut

  • DAFTAR PUSTAKA

    Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi dan Mikologi).

    Malang: UM Press.

    Dwidjoseputro. 1998. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

    Elfidasari, Dewi. 2013. Deteksi Bakteri Klebsiella pneumonia pada Beberapa

    Jenis Rokok Konsumsi Masyarakat. Available online at

    http://jurnal.uai.ac.id/index.php/SST/article/download/97/pdf_12 [diakses

    23 Maret 2015 )

    Hadiotomo, Sri Ratna. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta :

    Gramedia.

    Icuk, Sugianto. 2014. Available online at http://brainly.co.id/tugas/56829 [diakses

    23 Maret 2015]

    Prescott, H. K., 2002. Microbiology. New York : Mc Graw Hill.

    Pelczar ,M.J . 2007 . Dasar-Dasar Mikrobiologi . Jakarta : UI Press.

    Salma. 2011. Mengenal antiseptik. http://majalahkesehatan.com/mengenal-

    antiseptik/ [diakses 23 Maret 2015]

    Smith, 2010. Capsule Stain. Available online at

    http://www.austincc.edu/microbugz/capsule_stain.php (diakses 23 Maret

    2015).

    Susilo, Joko . 2013 . DETEKSI BAKTERI Klebsiella pneumoniae PADA

    SPUTUM DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA MENGGUNAKAN

    ANTI OUTER MEMBRANE PROTEIN BERAT MOLEKUL 40 KDA

    Klebsiella pneumoniae SEBAGAI ANTIBODI. Available online at

    jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/233/225 [diakses 23 Maret

    2015]

    Toms, JM and S Merino . 2010 . Bacterial Capsules and Evasion of Immune

    Responses . Available online at

    http://www.els.net/WileyCDA/ElsArticle/refId-a0000957.html [diakses 23

    Maret 2015]

  • Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang : Universitas

    Muhamadiah Malang.

    W, Pertiwi, Sartono TR, Sumarno, Adi S. J Respir Indones. 2009 . Sensitivitas

    dan Spesifisitas metode Dot Blot menggunakan Antigen Outer Membrane

    Protein Klebsiella pneumoniae yang Direspon Secretory-Immunoglobulin

    A Sputum Penderita Terinfeksi Klebsiella pneumoniae . Available online

    at http://jurnalrespirologi.org/sensitivitas-dan-spesifisitas-metode-dot-

    blot- menggunakan-antigen-outer-membrane-protein-klebsiella-

    pneumoniae-yang- direspon-secretory-immunoglobulin-a-sputum-

    penderita-terinfeksi-klebsiella-pneumonia/ [diakses 23 Maret 2015]