88

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

  • Upload
    vunhi

  • View
    221

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 2: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 3: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantaiuntuk Wilayah Provinsi Aceh

dan Sumatera Utara

Russell HanleyDennie Mamonto

Jeremy Broadhead

Page 4: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

The designations employed and the presentation of the materialin this publication do not imply the expression of any opinionwhatsoever on the part of the Food and Agriculture Organizationof the United Nations concerning the legal status of any country,territory, city or area or of its authorities, or concerning thedelimitation of its frontiers or boundaries.

The views expressed in this publication are those of theauthor(s) and do not necessarily reflect the views of the Foodand Agriculture Organization of the United Nations.

Untuk salinan laporan, hubungi :

Patrick DurstSenior Forestry OfficerFAO Regional Office for Asia and the Pacific39 Phra Atit Road, Bangkok 10200Thailand Tel: 66-2-6974139Fax: 66-2-6974445E-mail: [email protected]

Desain halaman muka: Chanida ChavanichFoto halaman muka: Jeremy Broadhead

Page 5: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

1 Pendahuluan .............................1.1 Wilayah Dataran Pantai ......................................................51.2 Pohon Mangrove .................................................................71.3 Hutan Pantai ........................................................................91.4 Jalur Hijau di Wilayah Pesisir ..........................................12

2 Metode Pendekatan Partisipatif pada Rehabilitasi HutanTanaman Pantai ..........................................................................15

2.1 Penilaian/pengkajian Pedesaan secara Partisipatif..........182.2 Perencanaan Kegiatan Komunitas....................................302.3 Peningkatan Kesadaran.....................................................312.4 Pelaksanaan Rencana Kegiatan ........................................322.5 Perjanjian Masyarakat.......................................................322.6 Penilaian atas Kegiatan Mata Pencaharian dan Kegiatan

Pembangunan ....................................................................332.7 Pengawasan dan Evaluasi yang Partisipatif.....................34

3 Rehabilitasi Hutan Pantai ...........................................................353.1 Persiapan Lokasi ...............................................................353.2 Proses Pemilihan Spesies..................................................353.3 Pertimbangan Penanaman.................................................363.4 Tumbuhan Mangrove........................................................373.5 Hutan Pantai ......................................................................643.6 Pemagaran .........................................................................793.7 Pemeliharaan / Manajemen ..............................................80

Referensi .............................................................................................. 82

i

Daftar isi

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara

..................................................................... i

Page 6: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 7: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 5

Bencana tsunami yang terjadi pada bulan Desember 2004 telahmenghancurkan hutan pantai dan hutan mangrove yang terdapat diwilayah pantai barat dan pantai utara di provinsi Aceh serta telahmenyebabkan kerusakan parah atas tumbuhan pantai yang tumbuhdi sepanjang garis pantai di wilayah timur laut.

Hilangnya sumber daya ini memiliki dampak langsung terhadapkelangsungan hidup dari para korban tsunami yang selamat sertadampak lanjutannya. Sebelum terjadinya tsunami, sebagian besardari lokasi tumbuhan mangrove telah dihancurkan, antara lain gunaditanami tumbuhan kayu, dijadikan lokasi tambak, serta untuk arealpersawahan.

Sejak terjadinya bencana tsunami pada bulan Desember 2004,pemerintah Indonesia telah secara konsisten mendeklarasikan niatuntuk menanam kembali serta memelihara kawasan wilayah hijau disepanjang pantai di provinsi Aceh yang disesuaikan denganUndang-Undang Kehutanan1. Beberapa proyek penghijauan hutanmangrove dan hutan pantai dalam skala kecil telah berhasildiselesaikan dan ada banyak proyek lagi yang saat ini sedangdirencanakan, termasuk beberapa proyek dalam skala besar yangmelibatkan wilayah dengan luas beberapa ribu hektar.

Buku petunjuk ini dibuat guna membantu organisasi dalammelaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di wilayahprovinsi Nanggroe Aceh Darussalam terutama yang berhubungandengan proyek penghijauan hutan mangrove dan hutan pantai.Buku petunjuk ini memberikan informasi atas pemilihan jenistumbuhan mangrove dan tumbuhan hutan pantai serta pengumpulanbenih dan batang yang memuat benih (propagules), programpengembangbiakan dan teknik penanaman pada setiap spesies.

Semua proyek penghijauan tumbuhan pantai sebaiknya merupakanbagian dari proses perencanaan dan manajemen yang terkoordinasi.Bagian ke 2 dari buku petunjuk ini memberikan kerangka bagiketerlibatan para pemangku kepentingan dan anggota masyarakatdalam kegiatan rehabilitasi hutan ini. Walaupun membutuhkan waktuyang besar, tetapi proses tersebut adalah satu-satunya cara gunamemastikan bahwa setelah proyek ini berakhir, kelangsungan

1 UU No. 41/1999 mengenai Kehutanan; Keputusan Presiden No. 32/1990 mengenaiPengelolaan Kawasan Lindung.

Pendahuluan1

Page 8: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara6

hidupnya dapat terus dilanjutkan oleh para individu dan institusi yangterlibat. Perjanjian hukum yang ada juga memberikan perlindunganterhadap berbagai tumbuhan yang telah ditanam serta manfaat yangdiperoleh.

Buku petunjuk ini dimaksudkan sebagai sebuah pengantar danpetunjuk lapangan bagi rehabilitasi hutan pantai yang bersifatpartisipatif. Berbagai petunjuk yang lebih lengkap, baik yangditerbitkan oleh FAO maupun organisasi lain, telah tersedia dandapat digunakan bilamana perlu.

1.1 Wilayah Dataran Pantai

Wilayah dataran pantai pada umumnya lebih kecil di bagian baratSumatera, tetapi memiliki karakter yang sama dengan yangditemukan di bagian timur Sumatera.

Proses pembentukan dataran pantai ini mencakup pula endapansedimen yang berasal dari wilayah pegunungan serta merubahnyamenjadi sistem bukit pasir pengaman, dimana aliran sungai dialihkanguna membentuk danau tepi pantai yang dangkal dan terhubung kelaut.

Sistem ini dapat ditemukan di kedua pesisir, tetapi pada bagianpantai barat dataran pantai yang ada biasanya lebih sempit sehinggaterdapat lebih sedikit lahan yang dapat diubah menjadi tambak danarea persawahan, seperti yang terlihat di wilayah pantai timur.

Tetapi, terdapat pula wilayah di pantai barat, dimana terdapatdataran pantai yang lebih luas, terutama dimana berbagai sungaiyang besar, telah melakukan pembuangan ke laut melalui saluran airyang ada. Pada lokasi tersebut, beberapa wilayah yang terkenadampak pasang surut air dan berbagai tumbuhan yang terkait telahdiubah menjadi tambak dan sawah.

Sepanjang garis pantai di pantai barat, sistem bukit pasir yangdigunakan terkadang masih sempit dan pendek.

Sebagian besar dari garis pantai terdiri dari teluk berpasir yangterletak diantara dua bukit berbatu. Bukit pasir ini menjadi habitatpula dari beberapa jenis tumbuhan pantai. Danau di tepi pantai yangterletak di belakang bukit pasir ini pada umumnya ditanami olehtumbuhan mangrove, yang memiliki kandungan sedimen halus.Pada bagian teratas dari gelombang pasang dan pengaruh kelautanlainnya banyak taman desa yang muncul, dan hal ini termasuk pulaberbagai jenis pohon.

Page 9: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 7

Gambar 1 Profil Umum Wilayah Pantai di Pantai Barat ProvinsiAceh.

Gambar 2 Profil Umum Wilayah Pantai di Pantai Timur ProvinsiAceh.

1.2 Pohon Mangrove

Jenis pohon atau belukar yang tumbuh diantara Permukaan LautRata-Rata dan batas atas pasang surut air disebut tumbuhanmangrove. Whitten et al. (2000) melaporkan bahwa terdapat 17

Page 10: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara8

spesies dari pohon mangrove dan tumbuhan belukar yang dapatdengan mudah ditemukan di

Tabel 1. Sangat mungkin bahwa berbagai spesies ini juga terdapatdan mudah ditemukan di provinsi Aceh pada saat itu.

Tabel 1 Jenis Spesies Tumbuhan Mangrove yang Terdapat diSumatera

Rhizophora apiculata Sonneratia acida

Rhizophora mucronata Sonneratia alba

Bruguiera cylindrica Sonneratia caseolaris

Bruguiera gymnorhiza Sonneratia griffithii

Bruguiera parviflora Avicennia alba

Bruguiera sexangula Avicennia marina

Ceriops tagal Avicennia officianalis

Kandelia candel Xylocarpus granatum

Xylocarpus moluccensis

Berbagai perbedaan fisik yang terdapat di semua wilayahgelombang pasang seperti frekuensi seringnya mengalami banjir dantingkat kadar garam yang berdampak pada terciptanya berbagaispesies berbeda yang hanya cocok untuk hidup di habitat tertentu.Sehingga terdapat kecenderungan bagi sekelompok pohonmangrove untuk tumbuh di wilayah tertentu.

Whitten et al. (2000) memberikan ilustrasi umum atas pola zonayang terdapat di garis pantai Sumatera. Ilustrasi ini kemudiandigambarkan lagi pada Gambar 3 yang menunjukkan bahwamayoritas dari spesies umum yang selama ini dikenal, yang kinitelah semakin jarang ditemukan atau bahkan telah punah, ternyatahidup di tengah wilayah yang ditumbuhi oleh tumbuhan mangrove.Whitten et al. (2000) mempertimbangkan wilayah ini sebagai wilayahantar gelombang yang dapat memberikan kondisi maksimal bagipengembangan tumbuhan mangrove.

Page 11: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 9

Gambar 3 Pembagian Wilayah Umum dari Tumbuhan Mangrove diSumatera (dari: Whitten et al., 2000).

Wilayah yang ditanami oleh tumbuhan mangrove yang rusak akibattsunami di Aceh jumlahnya relatif kecil dan walaupun angka yangdikutip berjumlah ribuan hektar, tetapi hal ini merupakan jumlah yangterlalu berlebihan. Jauh hari sebelum terjadinya tsunami, kegiatankonversi area menjadi sawah dan tambak, telah secara langsungmengurangi wilayah tumbuhan mangrove yang juga mengakibatkanhilangnya spesies tertentu. Berbagai fakta ini turut membantumenjelaskan mengapa masyarakat setempat hanya memilikipengetahuan yang sedikit mengenai spesies mangrove yang dulupernah ada serta mengapa hanya terdapat beberapa spesies sajayang masih tersimpan di tempat pembibitan. Spesies yang secaraumum masih dapat dijumpai adalah jenis yang secara umum tumbuhdi bawah garis ketinggian laut dan dibawah wilayah yang seringdiubah guna menjadi wilayah tambak dan sawah.

MSL

HAT

Sonneratia

Avicennia

Avicennia

Rhizophora

Bruguiera

Bruguiera

TidalChannel

Ceriops

Nipa

Heritiera

Excoecaria

Sawah Tambak

Page 12: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara10

Kotak 1 Tumbuhan Mangrove dan Erosi

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa tumbuhan mangrovedapat mencegah atau bahkan memperbaiki proses erosi yang telahterjadi. Tumbuhan mangrove dapat memberikan perlindunganterbatas atas kekuatan erosi, tetapi beberapa hal berikut ini haruslahmenjadi bahan pertimbangan.

Tumbuhan mangrove biasanya hidup dalam sebuah wilayahkolonisasi yang terlindung dimana terdapat endapan pasir yangdiakibatkan oleh proses yang terjadi di sepanjang pantai. Sesudahtertanam dengan baik, tumbuhan mangrove dapat meningkatkanproses sedimentasi dengan cara menambah jumlah endapan lumpur.Tetapi, tumbuhan mangrove tidak dapat memicu terjadinya endapanlumpur dan tidak dapat tumbuh sebagai koloni atau bertahan dalamwilayah tepi pantai yang memiliki energi tinggi.

Berbagai bencana yang menjadi penyebab erosi seperti badai, anginputing beliung, banjir dan tsunami seringkali menyebabkan erosidalam skala besar dan telah terbukti dari berbagai kejadian bahwatumbuhan mangrove dapat mengurangi dampak yang mungkinditimbulkan. Jika terjadinya erosi diselingi dengan periode yangcukup lama dimana endapan dapat terbentuk, maka kemungkinanbesar tumbuhan mangrove akan dapat bertahan. Tetapi, jikapenyebab erosi ini sering terjadi, maka wilayah pesisir pantai akanmudah hanyut dan tumbuhan mangrove dengan sendirinya akanmusnah.

1.3 Hutan Pantai

Whitten et al (2000) telah berhasil melakukan identifikasi atas jenishutan pantai alami yang ada di Aceh (dan di Sumatera serta garispantai dari wilayah Indo-Melayu yang lain):

Formasi Pes-caprae (Kelompok Pelopor)

Formasi Barringtonia yang tumbuh di tanah berpasir dibelakang formasi pes-caprae

1.3.1 Formasi Pes-caprae

Whitten et al. (2000) menyebutkan bahwa jenis tumbuhan peloporyang semakin banyak ditemukan di wilayah garis pantai di Sumatera(di lokasi yang banyak mengandung pasir) sebagai formasi Pes-caprae. Jenis tumbuhan ini dapat ditemukan di seluruh kepulauan

Page 13: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 11

Indonesia dan wilayah Pasifik barat. Nama dari jenis formasitumbuhan ini berasal dari jenis tumbuhan merambat ‘Ipomoea pes-caprae’ yang secara umum tumbuhnya bersifat mendominasi,menarik perhatian mata, diantara berbagai tumbuhan obat-obatanyang rendah, rerumputan dan rumput alang-alang.

Berbagai tumbuhan yang membentuk kolonisasi adalah seperti yangtertera pada

Tabel 2 dan mencakup jenis rerumputan Thuarea involuta, Spinifexlittoreus, dan rumput alang-alang Cyperus pedunculatus dan C.stoloniferus.

Tabel 2 Jenis Formasi Umum Pes-caprae

Spesies BentukIpomoea pes-caprae Tumbuhan merambatThuarea involuta rumputSpinifex littoreus rumputCyperus pedunculatus Rumput alang-alangCyperus stoloniferus Rumput alang-alangCasuarina equisetifolia pohonCocos nucifera Pohon palem

Semua jenis tumbuhan ini memiliki batang akar yang dalam atauakar melintang yang dapat menyebar dengan cepat bila situasimemungkinkan. Mereka mudah beradaptasi pada lingkungan yangtidak bersahabat termasuk tingkat toleransi terhadap kadar garamyang tinggi, tiupan angin yang kencang dan kekeringan.

Habitat pada bagian dalam dari formasi Pes-caprae, seringkalididominasi oleh Casuarina equisetifolia. Jenis pohon ini dapat berdiridengan tegak, tetapi tidak dapat berkembang biak sendiri. Sehingga,kecuali daerah pesisir pantai menjadi terakumulasi dan memberikanwilayah baru bagi spesies Casuarina equisetifolia untuk tumbuhsubur, maka berbagai pohon ini akan digantikan oleh spesies pohonyang lain. (Whitten, 2000).

Secara umum, jenis pohon yang dapat tumbuh dibawah dominasiC.equisetifolia adalah anggota dari formasi Barringtonia seperti yangdisebut dibawah ini.

Page 14: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara12

1.3.2 Formasi Barringtonia

Formasi tumbuhan hutan pantai yang lain pada umumnya terdiri daribanyak pohon dan diberi nama Barringtonia. Barringtonia asiaticaadalah sebuah pohon yang secara umum dapat ditemukan dalamformasi pes-caprae bersama-sama dengan beberapa spesies pohonlain seperti yang tertera pada Tabel 3.

Whitten et al (2000) mencatat bahwa sebagian besar wilayah tempattumbuhnya formasi Barringtonia di pesisir pantai Sumatera telahditebang untuk digantikan dengan perkebunan kelapa, pekarangandesa dan pemukiman warga.

Berbagai sisa dari jenis tumbuhan hutan ini tetap tersimpan diwilayah pedesaan dimana mereka dapat dimanfaatkan sebagaibahan baku berbagai jenis produk.

Tabel 3 Spesies Umum yang Ditemukan Dalam Formasi Barringtonia

Spesies BentukBarringtonia asiatica PohonCalophyllum inophyllum PohonHeritiera littoralis* PohonExcoecaria agallocha* PohonTerminalia catappa PohonHibiscus tiliaceus* PohonThespesia populnea* PohonArdisia elliptica Semak belukar* Seringkali dikategorikan sebagai tumbuhan mangrove

1.4 Jalur Hijau di Wilayah Pesisir

Di Indonesia, termasuk wilayah Aceh, terdapat peraturan nasionalyang membatasi serta mengatur perlindungan atas wilayah jalurhijau yang terdapat di sepanjang pesisir pantai. Terdapat dua buahperaturan yang relevan2 - dimana keduanya memberi batas wilayahselebar 100-200 m di sepanjang pantai, dan 50-100 m hingga airpasang dapat menyentuh wilayah sungai (jarak yang tepat akantergantung pada kemampuan air pasang mencapai tepi pantai).

2 UU No. 41/1999 – tentang Kehutanan; Keputusan Presiden No. 32/1990 – Manajemen HutanLindung.

Page 15: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 13

Di wilayah pantai timur laut di Aceh, sangat jelas terlihat terjadinyapelanggaran atas ketentuan yang mewajibkan adanya jalur hijau disepanjang pesisir pantai dan bahkan banyak pihak di Aceh yangmenganggap bahwa ketiadaan jalur hijau di sepanjang pesisir pantaiini merupakan salah satu faktor penyebab dari dampak dahsyat yangditimbulkan oleh tsunami di wilayah pesisir pantai.

Tampaknya terdapat keraguan untuk mengatasi masalah ini,walaupun sangat mudah untuk mengeluarkan rencanapembangunan wilayah pesisir yang terintegrasi, tetapi hal ini tidakakan memiliki arti kecuali terlihat nyata hasilnya.

Terdapat banyak kendala di Indonesia atas diterimanya konsepmanajemen terpadu atas wilayah pesisir. Tetapi, pendekatanpembangunan yang terintegrasi tetap harus diupayakan gunamemecahkan berbagai masalah sosial, lingkungan dan ekonomi dimasa yang akan datang.

Di berbagai wilayah lain di Indonesia, pendekatan yang terfokuspada pembangunan ekonomi jangka pendek telah mengakibatkankerusakan yang serius atas sumber daya pesisir, yang mana hal inidiakibatkan oleh kegagalan untuk memecahkan berbagai masalahterkait dengan pembangunan di wilayah pesisir pantai.

Terdapat berbagai masalah penting lain yang patut dipertimbangkandalam hubungannya dengan jalur hijau di wilayah pesisir pantai.Berbagai institusi pemerintah yang memiliki tanggung jawab ataspembangunan wilayah pesisir tidak mempertimbangkan adanyakemungkinan untuk menyusun sasaran pembangunan wilayah jalurhijau yang efektif dalam jangka panjang.

Pemerintah tampaknya menganggap bahwa permasalahan yangterkait dengan masyarakat dan industri yang menempati wilayahjalur hijau akan terlalu sulit untuk dipecahkan. Jika, ternyata, tidakdimungkinkan untuk membangun wilayah jalur hijau yang efektif saatini, maka akan dimungkinkan untuk melakukannya secara bertahapguna mencapai tujuan tersebut.

Terdapat banyak mekanisme yang dapat dilakukan guna mencapaitujuan ini, tetapi pertama-tama perlu diambil sebuah keputusanbersama yang menyatakan bahwa hal ini merupakan sebuah tujuanyang berharga. Sebagai contoh, jika pemerintah memutuskan bahwa85% dari wilayah pesisir pantai di Aceh harus memiliki jalur hijaupada kurun waktu 15 tahun mendatang, maka pemerintah dapatmemulai inisiatif tersebut saat ini dengan cara memeriksa wilayah

Page 16: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara14

mana yang telah memiliki jalur hijau serta segera memberiperlindungan atas wilayah tersebut.

Kemudian setiap tahun, pemerintah dapat menambahkan berbagaiwilayah baru ke dalam wilayah jalur hijau yang telah ada. Denganjangka waktu yang cukup panjang, maka hal ini dapat dilakukandengan upaya kerja keras yang minimum. Tetapi, hal inimembutuhkan keinginan untuk tetap berpegang teguh pada rencanayang ada, serta memastikan bahwa semua pemangku kepentinganbekerjasama dengan erat.

Kesempatan lain yang patut disebutkan disini adalah walaupunjumlah wilayah pesisir pantai yang tersapu bersih cukup besar, dansebagai akibatnya dataran pantai yang ada tidak selebar yang ada diwilayah lain, garis pantai ini di banyak wilayah lain kembali munculberkat adanya kiriman endapan pasir oleh air laut.

Sehingga, di berbagai wilayah yang baru kembali timbul ini, sangatdimungkinkan untuk menanam jalur hijau yang menghadap ke lautseiring dengan bertambahnya garis pantai. Hal ini, sekali lagi, akanmembutuhkan komitmen guna melakukan perencanaan jangkapanjang yang disertai dengan pengetahuan wilayah mana yangtumbuh dan seberapa cepat pertumbuhan tersebut.

Page 17: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 18: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 19: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 15

Hutan pantai memberikan perlindungan terhadap badai, angin danterpaan garam, meningkatkan keragaman hayati dari lingkunganpantai dan juga memberikan perlindungan terhadap bahaya tsunami.

Selain itu, mereka memberikan kesempatan dalam meningkatkantaraf hidup dengan meningkatkan produktivitas dari sistem pertaniandan perikanan serta memasok kayu dan produk hutan non-kayu.

Penggunaan lahan di pesisir pantai lebih diutamakan pada bidangyang lain daripada digunakan sebagai hutan pantai, terutama karenasektor lain ini lebih memberikan keuntungan jangka pendek dankehidupan pertanian di wilayah pedesaan di Aceh pada umumnyalintas-sektoral, sehingga diperlukan pendekatan yang dapatmengakomodir berbagai kegiatan yang berbeda tersebut. Prosesperencanaan yang partisipatif dalam hal manajemen wilayah pesisirpantai yang terintegrasi akan menjamin bahwa rehabilitasi hutanakan dilaksanakan pada lokasi yang telah ditentukan serta gunamendapatkan manfaat yang maksimum.

Pendekatan yang partisipatif juga memberikan kesempatan bagikelompok dan institusi yang terkait termasuk masyarakat setempat,pemerintah dan LSM guna mengambil bagian dan memberikansumbangan pada pembangunan setempat. Dengan mengikutiproses ini, maka akan membantu menyelaraskan dengan kebijakandan rencana pemerintah, menjamin adanya dukungan dari parapemangku kepentingan utama dan pada akhirnya meningkatkankesempatan adanya berbagai kegiatan intervensi yang akandilakukan sesudah proyek ini selesai dilaksanakan. Denganmelibatkan masyarakat setempat dibandingkan dengan pihak laindalam kegiatan penanaman tanaman hutan pantai ini, maka hal iniakan meningkatkan rasa memiliki serta rasa tanggung jawab daripihak masyarakat setempat dan meningkatkan kesempatandidapatnya manfaat dari proyek ini.

Diagram 1 menunjukkan pendekatan yang lengkap atasperencanaan dan implementasi dari pendekatan partisipatif atasrehabilitasi hutan pantai. Singkatnya, proyek ini mendukungpembentukan Kelompok Swadaya Desa, yang akan bekerjasamauntuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi hutan pantai. Sepanjangproses ini, berbagai kegiatan pelatihan dan peningkatan kesadaranakan dilaksanakan guna meningkatkan kapasitas penduduk desa

Metode Pendekatan PartisipatifPada Hutan Tanaman Pantai 2

Page 20: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara16

dan Kelompok Swadaya Desa. Pihak Kelompok Swadaya Desa danpemerintah desa akan mengadakan perjanjian dalam rangka hakpenggunaan tanah dan sumber daya yang dibentuk dengandukungan proyek ini. Akhirnya, penilaian taraf hidup di desa sasaranakan membantu pengembangan berbagai kegiatan pekerjaan, yangmungkin dapat didukung oleh Kelompok Swadaya Desa denganmenggunakan dana yang didapat dari kegiatan penanaman pohon.Sesudah berkembang dengan lebatnya, hutan yang telah ditanamidan sumber daya pohon ini juga dapat memberikan sumbanganpada kegiatan mencari nafkah dalam desa tersebut.

Diagram 1. Proses keterlibatan masyarakat dalam rehabilitasi hutanpantai

Penilaian atas Pendekatan Pedesaan yang Partisipatif (ParticipatoryRural Appraisal - PRA) merupakan bagian utama dari pendekatanserta berfungsi guna mengumpulkan informasi masyarakat danmelakukan identifikasi atas kebutuhan desa terkait denganrehabilitasi hutan pesisir dan pembangunan desa.

PRA memanfaatkan pengetahuan setempat dan memperkuatkapasitas setempat dalam hal perencanaan dan manajemen dari

PELATIHAN PRA

Identifikasi anggotakelompok PRA yang

berasal dari masyarakat

Masyarakat + LSM +Pemerintah Setempat

PENILAIAN DESA

Penilaian padadesa/masyarakat

setempat dan identifikasidari kelompok sasaran.

Masyarakat + LSM +Pemerintah Setempat

PENINGKATANKESADARAN

IDENTIFIKASIKELOMPOK /

PEMBENTUKAN

PERENCANAAN KOMUNITAS

KEGIATANMENCARINAFKAH

KOMITMENMASYARAKAT &

PEMDA

PENILAIANTARAF HIDUP

PROGRAMPENANAMAN

Page 21: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 17

wilayah pesisir dengan cara memberikan pelatihan bagi warga desasebagai Fasilitator Pembangunan Masyarakat (CDF: CommunityDevelopment Supervisor, lihat Kotak 2), memberikan informasiteknis, memberikan penjelasan mengenai kebijakan tertentu danmembentuk kelompok swadaya. PRA juga memberikan kesempatankepada proyek ini untuk mempertahankan posisi netralnya danmemastikan bahwa:

Semua pemangku kepentingan akan mendapatkanpenghormatan dan perlakuan yang sama;

Para penduduk desa bebas untuk mengutarakan idemereka tanpa adanya tekanan dari pihak luar;

Para wanita memiliki kesempatan untuk berpartisipasidan memberikankan kontribusi;

Semua pemangku kepentingan dapat memainkan perandan proses pembangunan;

Semua program yang telah disusun bersifat realistis dansesuai dengan kebutuhan;

Terdapat rasa memiliki proyek ini oleh pemangkukepentingan yang utama.

Hanya, jika setelah pelaksanaan PRA ini, terdapat indikasi bahwaterdapat keperluan untuk pelaksanaan sebuah proyek gunamemenuhi kebutuhan para penduduk desa, maka proyek ini akanberlanjut ke tahap berikutnya.

Hal ini kemudian akan diikuti oleh program perencanaan danimplementasi yang akan didukung oleh peningkatan kesadaran akankontribusi dari sektor kehutanan pada kehidupan dan manajemenwilayah pesisir. Hal ini akan memungkinkan pihak masyarakatsetempat, pengambil keputusan dan perencana gunan membuatkeputusan yang lebih baik berdasarkan pada kebutuhan jangkapanjang dibandingkan dengan turut larut dalam perencanaan yangburuk atau pilihan yang semu.

Selama proses perencanaan, sangatlah penting untukmempertimbangkan adanya perawatan pohon-pohon yang telahditanam ini sebelum didapat manfaat yang terkait. Pelatihanmengenai rehabilitasi hutan dan diskusi mengenai berbagai insentifdan manfaat yang ada diadakan guna meyakinkan bahwa berbagaitanaman pesisir dan hutan pesisir dapat berkompetisi denganalternatif penggunaan tanah lainnya, yang mana hal ini memegang

Page 22: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara18

peranan penting bagi proses PRA. Masalah sosial dan hukumtermasuk perjanjian pembangunan antara kelompok desa danpemerintah desa guna mengatur penggunaan wilayah yang telahditanami, juga wajib menjadi perhatian selama pelaksanaan PRA.

Bantuan dana yang diberikan kepada kelompok masyarakat gunamelaksanakan kegiatan penanaman ini dapat diinvestasikan olehpihak kelompok dalam berbagai kegiatan yang menciptakanlapangan kerja yang telah diidentifikasi oleh penilaian matapencaharian guna menyebarkan manfaat yang didapat daripelaksanaan proyek ini ke wilayah lain.

Melakukan investasi di masyarakat guna membantu mereka –apakah itu dalam hal kegiatan rekonstruksi sesudah terjadinyabencana atau berbagai proyek pembangunan – merupakan sebuahpendekatan terbaik dimana kesinambungan dapat dijaga.Pendekatan ini memakan waktu dan tenaga tetapi kegagalan terusmenerus yang terjadi pada proyek rehabilitasi hutan pantai yangtidak menerapkan proses tersebut memperjelas adanya kebutuhanbagi diterapkannya kegiatan tambahan ini.

2.1 Penilaian/pengkajian Pedesaan secara Partisipatif

Penilaian/pengkajian Pedesaan secara Partisipatif (PRA) digunakanuntuk mendapatkan pengertian atas komunitas sasaran danberbagai masalah terkait seperti sarana fisik, sosial, ekonomi dalingkungan institusional. Sebelum mulai dengan menggunakanPRA, akan sangat berguna untuk melakukan review atas informasitambahan, seperti laporan, studi kasus, rencana kerja, buku, dll gunamempercepat dan memberikan informasi kepada pekerja lapangan.Selama pelaksanaan PRA, informasi dikumpulkan melalui:

Kondisi sosial-ekonomi di desa desa

Aktivitas musiman dalam lingkup masyarakat;

Komposisi mata pencaharian penduduk desa (termasukperikanan, kehutanan dan pertanian);

Penggunaan sumber daya alam oleh penduduk desa;

Potensi rehabilitasi pohon dan hutan;

Hubungan antara desa dengan berbagai lembagasetempat.

Metode PRA ini menggunakan teknik wawancara dan pemeriksaanulang guna mendapatkan keterangan lengkap serta melakukan

Page 23: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 19

verifikasi atas berbagai informasi yang telah diterima. Karenanya,pendekatan ini menggunakan metode wawancara semi-terstrukturdan sekumpulan kegiatan sesudah kegiatan pengumpulan data dandiskusi selesai dilakukan. Metode PRA ini dilaksanakan melaluibeberapa tahapan, yaitu:

Wawancara semi-terstruktur dan diskusi kelompok;

Identifikasi dan analisis atas perkembanganpenggunaan tanah dan berbagai keputusan di tingkatlocal/nasional yang telah diambil;

Membuat diagram peta dan perjalanan transek;

Pembuatan jadwal kegiatan dan kalender musim;

Pembentukan kriteria pemilihan para penerima manfaatdan pemilihan target penerima;

Penilaian atas kapasitas kelembagaan dari para institusiyang terlibat dalam implementasi proyek;

Identifikasi atas berbagai kegiatan pekerjaan dan yangberhubungan dengan sektor kehutanan;

Penyusunan berdasarkan prioritas;

Penyusunan kriteria dengan menggunakan metodepartisipatif guna menilai dampak proyek di tingkat desa.

Selama dilakukannya PRA ini, terdapat potensi timbulnya konflikantar berbagai program yang berbeda dan diantara kelompok sosialdan ekonomi yang berbeda dalam masyarakat. Konflik merupakanbagian yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat dandapat menjadi dasar yang bagus bagi pengembangan aspekkonsensus dan pengertian bersama. Tetapi, sangat penting untukdiperhatikan agar kita tidak membiarkan konflik tersebut tidakterpecahkan. Sehingga, keterampilan mengenai manajemen konflikdan mediasi sangatlah perlu dimiliki oleh para staf yang terlibatdalam proses PRA ini.

2.1.1 Pelatihan PRA

Proses PRA ini dimulai dengan pelatihan yang berlangsung selamasatu minggu di setiap lokasi proyek guna memberikan keterampilanyang sesuai bagi penerapan PRA ini. Pelatihan ini sebaiknya dihadirioleh para pemangku kepentingan setempat dalam sektor kehutanantermasuk perwakilan dari target desa, aparat pemerintah setempat,LSM dan lembaga masyarakat madani setempat. Kemudian akan

Page 24: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara20

dibentuk berbagai kelompok yang bertanggung jawab dalampelaksanaan PRA ini dan beranggotakan para peserta pelatihan.

Pelatihan ini juga mencakup perkenalan atas konsep dan prinsip-prinsip PRA, dan peranan dari masyarakat setempat dan fasilitatorPRA. Pelatihan akan berlangsung baik di dalam kelas maupun dilapangan. Pelatihan di dalam kelas meliputi pengenalan atasberbagai teknik seperti kegiatan praktek, ceramah, bermain peran,permainan, kelompok kerja, diskusi pleno dan sesi bertukar pikiran.Berbagai teknik PRA dan perangkat yang digunakan seperti yangtertera dalam bagian ini kemudian dipraktekkan selama jalannyapelatihan dan kemudian diadakan diskusi guna menilai kesan umum,kesulitan serta berbagai kemungkinan peningkatan.

Di akhir pelatihan ini, sebuah kelompok yang beranggotakan enamhingga delapan orang pria dan wanita akan dipilih gunamelaksanakan kegiatan PRA ini di desa sasaran. Sebuah kelompokPRA yang baik terdiri atas staf proyek, perwakilan dari lembagapemerintah dan peserta yang dipilih dari berbagai desa. Sangatpenting untuk diingat bahwa kelompok ini juga memiliki anggotayang mampu berbicara dalam bahasa daerah atau dialek setempat.Terlepas dari afiliasi professional dari para anggota kelompok PRAini, haruslah dipastikan bahwa semua anggota bertindak sebagaifasilitator dan tidak akan memaksakan kehendak mereka sendiriatau organisasi.

Para fasilitator PRA dipilih dari para peserta pelatihan berdasarkankesediaan mereka untuk meluangkan waktu dan kompetensi merekadalam melaksanakan proses penilaian yang dinilai selama prosespelatihan. Mereka yang terpilih haruslah seseorang yang dihormatioleh masyarakat di lingkungannya dan dapat memberikan contohkepemimpinan serta bimbingan selama proses PRA ini berlangsung.

Page 25: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 21

Kotak 2 Staf Lokal

Proses PRA ini digunakan guna melaksanakan identifikasi danmelatih Fasilitator Pembangunan Komunitas. Fasilitator inibergabung sebagai anggota staf proyek dan ditempatkan dalammasyarakat yang menjadi sasaran. Mereka akan memfasilitasipelaksanaan dari kegiatan penanaman pohon dan aktivitasmanajemen bagi tiap masyarakat; Fasilitator yang ditempatkan disiniharuslah merupakan sepasang (satu pria dan satu wanita).Fasilitator ini haruslah memiliki kemampuan untuk memfasilitasipertemuan dari ‘Kelompok Swadaya Masyarakat’ (KSM), memilikikemampuan untuk dapat diterima oleh masyarakat setempat danmemiliki keahlian pengawasan dan pelaporan.

Fasilitator senior juga dapat diajak bergabung guna memberikankoordinasi dan menjalin hubungan dengan pihak kantor proyek danguna membantu pelaksanaan PRA. Selama pelaksanaan ini, parafasilitator senior akan membantu pengembangan kelompokmasyarakat, berpartisipasi dalam pembangunan program kerjamasyarakat, dan berhubungan dengan kantor dinas kehutanantingkat kecamatan dan kelurahan dan lembaga pemerintah.

2.1.2 Wawancara Semi-Terstruktur dan Diskusi Kelompok

Wawancara semi-terstruktur dilaksanakan untuk mendapatkaninformasi dari para anggota masyarakat atau kelompok kecil danuntuk mendapatkan pengertian lebih baik atas hubungan dimasyarakat terhadap dan ketergantungan mereka terhadapsumberdaya alam. Mereka juga dapat digunakan untukmengumpulkan informasi awal mengenai berbagai hal yangdifokuskan kemudian oleh kegiatan PRA ini seperti hubungan antarlembaga, sejarah desa, peraturan perundang-undangan, kondisisosial-ekonomi, dan lain-lain.

Diskusi kelompok dengan anggota masyarakat atau pemangkukepentingan dari sektor kehutanan/desa akan memberikankesempatan untuk menggali berbagai masukan dan perhatian sertameningkatkan kesadaran sehubungan dengan sumberdaya alamdan berbagai masalah terkait serta memberikan kerangka bagidilaksanakannya proses negosiasi.

Page 26: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara22

2.1.3 Sejarah Masyarakat dan Sektor Kehutanan

Dengan mengerti akan perubahan sosial dan kekuatan pendorong diberbagai wilayah seperti penduduk dan tempat tinggal, ekonomidaerah, kondisi dan manajemen kehutanan, produksi pertanian, danlain sebagainya, maka kesempatan dan ancaman yang terjadi dimasa yang akan datang dapat diidentifikasi dan dihadapi. Gunamencapai hal ini, beberapa metode dapat digunakan termasukwawancara mendalam dengan anggota masyarakat dan pegawaikehutanan setempat dan pengumpulan informasi selamadiadakannya latihan pemetaan dan perjalanan transek. Informasiyang dikumpulkan akan memberikan kesempatan kepada kelompokPRA guna melakukan rekonstruksi atas jejak langkah yang telahdilakukan 50 hingga 100 tahun yang lalu. Hal ini dapat diwakilkanseperti yang tertera pada tanaman pertanian pada

Diagram 4 Diagram Perkembangan Pertanian di Desa Krueng No

Keterangan waktu adalah daftar kronologis atas berbagai kejadianpenting yang terjadi di masa lalu dan digunakan untuk dapatmengerti akan suatu wilayah seperti sejarah perubahan kepemilikanatas tanah. Informasi ini akan memberikan kesempatan pada

Page 27: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 23

pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kejadian yangterjadi di masa lampau dan memiliki pemahaman bagaimana pihakmasyarakat menghadapi berbagai kejadian penting seperti bencanakekeringan, alokasi tanah, perubahan pemerintahan, dan lainsebagainya. Berbagai dokumen historis dan rencana kerja yangdibuat oleh departemen kehutanan dapat membantu melakukanidentifikasi berbagai kejadian penting yang terkait dengan sosial-politik dan lingkungan. Wawancara yang bersifat semi-terstrukturdapat digunakan untuk menghubungkan berbagai kejadian yangberdampak pada situasi di tingkat desa serta respons atas situasitersebut.

Kotak 3 Krueng No sebelum dan sesudah tsunami

Desa Krueng No yang terletak di kelurahan Sampoiniet di Aceh Jayadi wilayah pantai barat Aceh hancur dihantam gelombang tsunamipada bulan Desember 2004. Diagram 4 menunjukkan sebuahdiagram yang disusun selama pelaksanaan PRA yang memuatkecenderungan yang terjadi atas tanaman pertanian dan berbagaijenis tumbuhan lain yang ditanam antara tahun 1950 dan 2005.Kerusakan yang terjadi antara tahun 2000 dan 2005 sebagai akibatdari bencana tsunami sangatlah jelas. Gambar 3 dan Gambar 4menjelaskan mengenai keadaan desa sebelum dan sesudahtsunami dengan akibat yang ditimbulkan oleh bencana tsunamiterlihat dengan jelas.

Sesudah bencana tsunami, Pemerintah Finlandia memberikanbantuan pendaan pada Program Rehabilitasi Kehutanan Awal PadaNegara di Asia yang Terkena Dampak Tsunami yang diadakan olehFAO, dan turut membantu pendirian Kelompok Swadaya Masyarakatdi Krueng No serta memberikan dukungan teknis dan keuanganguna melakukan rehabilitasi hutan pantai yang letaknya berdekatandengan desa tersebut. Dukungan atas mata pencaharian jugadiberikan sesuai dengan metodologi yang tersedia dalam bukupetunjuk ini. Para penduduk desa mendapatkan manfaat daripelatihan yang diberikan oleh proyek ini, bantuan pendanaandisediakan bagi kegiatan penanaman pohon dan juga dampakterhadap lingkungan yang diberikan oleh berbagai pohon yang telahditanam tersebut. Menjelang berakhirnya proyek tersebut, KelompokSwadaya Masyarakat mengambil keputusan untuk merubahkelompok tersebut menjadi sebuah koperasi guna memberikandukungan lebih lanjut atas pembangunan desa menyusuldiselesaikannya kegiatan proyek ini.

Page 28: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara24

2.1.4 Sketsa Peta dan Perjalanan Transek

Guna melakukan penyelidikan atas aspek ruang dari tanah danpenggunaan hutan, maka digunakan sketsa peta dan perjalanantransek atas penggunaan tanah. Teknik pembuatan peta yangpartisipatif turut melibatkan anggota masyarakat untuk membuatpeta diatas selembar kertas yang besar. Berbagai peta inimemberikan pemahaman segera atas pembagian penggunaantanah, termasuk pepohonan dan hutan, lahan peternakan, pasar,sungai, jalan dan berbagai fitur lain dari kontur tanah (lihat gambar3). Dapat juga dikumpulkan informasi mengenai status sosialekonomi guna menggambarkan lokasi yang kumuh dari sebuahdesa.

Gambar 5 Peta Desa Krueng No – sebelum tsunami

Page 29: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 25

Gambar 6 Peta Desa Krueng No – sesudah tsunami

Berbagai peta yang ada juga dapat digunakan untuk mencatatinformasi akan kondisi hutan, wilayah bebas dan yang dilindungi,serta sumber dari berbagai produk hasil hutan yang spesifik.Informasi ini akan melengkapi analisis ruang dari manajemenwilayah, yaitu wilayah dimana rehabilitasi hutan sedangdipertimbangkan. Proses pembuatan peta ini dan berbagai diskusiyang menyertainya merupakan hasil yang penting dari kegiatan ini.

Dengan melakukan wawancara, melakukan pengamatan atas konturtanah dari puncak bukit, jika memungkinkan serta berjalan melewatiwilayah desa, transek penggunaan tanah dapat digambar padasebidang kertas dengan melukiskan berbagai wilayah berdasarkanatas penggunaan dan wilayah ekologis seperti tercantum padaGambar 5. Bagi setiap area sepanjang jalur transek, informasi yangdapat dimasukkan adalah mengenai penggunaan tanah, kepemilikantanah, spesies tanaman, kondisi tanah, potensi, masalah yangdihadapi dan lain sebagainya.

Page 30: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara26

Gambar 7 Laporan Transek dari PRA Krueng No

2.1.5 Kalender Musim dan Jadwal Kegiatan

Berfungsi untuk melengkapi informasi atas perubahan yang terjadipada jangka panjang dalam hal manajemen tanah dan hutan,pertanian rakyat, perikanan dan kegiatan kehutanan sepanjangtahun. Kalendermusim juga dapatdigunakan gunamemahami berbagaikejadian alam sepertitingkat ketinggian airdan pola cuaca, danlain sebagainya.Berbagai kegiatanmusiman yangteridentifikasi melaluiwawancara kelompokdan para pendudukdesa akan memberiinformasi mengenai

Page 31: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 27

jenis produk apa saja yang telah dikumpulkan setiap bulannya danbagaimana perubahan volumenya sepanjang tahun.

Hal ini juga dapat dilakukan pada bidang pertanian, kehutanan danperikanan dan juga pada berbagai wilayah lain yang terkait.

Berbagai jadwal harian saat ini tengah dibuat guna mencatat waktudan alokasi buruh atas semua kegiatan, seperti pengumpulan kayubakar, dan pengangkutannya kepada masyarakat setempat. Masihbanyak aktivitas lain yang dapat dimasukkan, yang menurut jadwalkegiatan rutin dari para penduduk desa, yaitu diantara para petani.Sehingga banyak dari perwakilan desa yang harus diwawancarai.

Kalendar musim dan jadwal kegiatan sehari-hari membantu dalamproses pengambilan keputusan dengan cara memberikankesempatan kepada berbagai aktivitas yang baru untuk dapatdigabungkan ke dalam berbagai kegiatan rutin yang telah ada danjuga memfasilitasi upaya peningkatan produktivitas dan efektivitasdimana berbagai jadwal yang teratur ini dapat dikurangi.

2.1.6 Hubungan Kelembagaan

Berbagai informasimengenai institusiyang memiliki kaitandengan kehidupandesa dikumpulkandengan menggunakandiagram Venn.

Diagram Vennmerupakan kumpulandari berbagailingkaran yangmenandakan berbagaikelompok penggunaang berbeda dan institusi yang dalam keanggotaannya ternyatasaling tumpang tindih satu sama lain. Berbagai lembaga desa yangpenting diletakkan di bagian tengah dari kertas. Diagram Vennmemberikan dasar guna menanyakan mengenai pendapat parapengunjung mengenai tekanan, kualitas dan kinerja yangbersangkutan, dengan cara memasang iklan bagi institusi individudan membantu identifikasi yang ada dengan para pemimpin. Merekajuga dapat digunakan untuk menentukan institusi desa manakahyang berperan aktif dalam mendukung manajemen partisipatif.

Page 32: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara28

Beberapa sesi yang berbeda – dengan para pria dan wanita – gunamendapatkan pandangan mereka yang berbeda.

2.1.7 Penyusunan Ranking bagi Spesies Pohon

Penyusunan ranking dan skoring dapat digunakan untukmenentukan jenis pohon yang dapat tumbuh dalam rehabilitasi hutanpantai. Selama latihan berlangsung, para peserta akan membuatbeberapa parameter serta menyebutkan berbagai kegunaan pohonyang berbeda sesuai dengan tingkat kepentingan mereka ataskegiatan penghijauan dan mata pencahairan/kegiatan ekonomi.Bagi terjadinya skema pada pohon yang relevan, maka nilai 1 – 5adalah untuk melakukan pendekatan atas sejarah penggunaan obatini.

Sangatlah berguna bila membandingkan kelompok-kelompoktumbuhan menurut penggunaannya, yaitu: kayu bakar, kayu untukkonstruksi, buah-buahan, perlindungan terhadap angin. Akansangat berguna juga untuk membatasi jumlah spesies yang akandiranking dengan meminta penduduk desa untuk mengidentifikasispesies yang paling popular dalam satu jenis penggunaan yangsama.

Hasil keseluruhan digunakan untuk menentukan tingkatan dariberbagai spesies yang berbeda yang akan membantu dalampenentuan keputusan akhir.

2.1.8 Pemilihan Program Penerima Manfaat.Target penerima pada umumnya terdiri atas kelompok masyarakatyang termiskin dan rentan dalam struktur masyarakat. Melaluiberbagai pertemuan masyarakat, berbagai kriteria yang meliputiaspek sosial ekonomi yang akan digunakan dalam pemilihan targetpenerima bantuan dapat dibangun. Daftar dibawah ini menunjukkanbeberapa kriteria yang dapat digunakan untuk memilih seseorang:

Ekonomi

Pendapatan yang tidak tetap;

Kekurangan pengetahuan dalam kegiatan ekonomiproduktif;

Kekurangan/keterbatasan/ketiadaan pilihan dalammelakukan kegiatan ekonomi produktif;

Tergantung pada orang lain;

Page 33: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 29

Tidak memeiliki akses yang cukup pada modal usaha;

Terjebak di dalam pola kredit dengan suku bunga yangtinggi;

Panen yang gagal.

Sosial

Rumah tangga miskin yang dipimpin oleh janda/duda;

Terpinggirkan secara sosial;

Dari melihat atau kelompok minortas atau sedikitdikurangin dari meledak;

Sangat penting dalam melibatkan yang bersangkutanpada pengambilam keputusan.

2.1.9 Pembentukan kelompok

Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk membentuksebuah ‘Kelompok Swadaya Masyarakat’ (KSM) secara permanendan disetujui secara formal dan memiliki anggota serta dewanpengurus.

Berbagai kelompok ini dibentuk secara partisipatif dengan caramelalui identifikasi pedesaan atas kriteria yang digunakan untukmemilih anggota. Para pemilih dapat menambahkan pula faktorekonomi dan sosial terhadap faktor yang telah digunakan untukmemilih bidang yang disetujui oleh target sasaran. Representasidari kelompok sosial yang berbeda, termasuk kelompok wanita,adalah penting adanya.

Pihak masyarakat juga mendapat dukungan dalam bentukpenentuan struktur kelompok dan memilih anggota dewan pengurus.Para fasilitator memperkenalkan peraturan dan undang-undang yangakan menjadi dasar dari pemilihan anggota masyarakat yang lain,serta menunjukkan peran dan tanggung jawab mereka. Ukuranbesarnya kelompok dapat ditentukan oleh komunitas tetapikelompok yang beranggotakan lebih dari 20 orang anggota akansemakin sulit diatur.

Sangat penting pula untuk memiliki contoh artikel / perjanjian danAD/ART dari konstitusi pembentukan Kelompok SwadayaMasyarakat, untuk dapat disahkan lebih lanjut. Berbagai kelompokini akan menerima legalisasi dengan diterbitkannya Surat KeputusanKecemasan.

Page 34: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara30

Sesudah didaftarkan, maka KSM ini dapat memiliki rekening bankdan menjadi mitra pelaksana di lapangan.

2.1.10 Pertemuan Paripurna Desa

Pertemuan paripurna merupakan forum klarifikasi dan revisi atasproses penilaian yang telah dilakukan. Dalam forum ini, banyakpenduduk desa yang tidak terlibat langsung dalam penyelenggaraanPRA akan diminta pendapatnya mengenai hasil yang telah dicapai.Sesi ini juga akan menjadi contoh forum konsultasi dan prosesdemokrasi dimana dapat dipilih oleh anggota masyarakat untukditerapkan sebagai bagian dari berbagai kegiatan ini.

Pemaparan hasil dari berbagai sesi PRA akan mendorong terjadinyadiskusi serta membantu kelompok secara keseluruhan dalammenyetujui rencana rehabilitasi hutan pesisir dan berbagai kegiatanpengembangan mata pencaharian. Sesi pertemuan paripurna dariPRA ini dapat juga digunakan untuk meresmikan KelompokSwadaya Masyarakat Desa guna melaksanakan kegiatanmanajemen pesisir untuk jangka panjang.

2.2 Perencanaan Kegiatan Komunitas

Rencana aksi masyarakat desa haruslah didasarkan pada PRA danmenyebutkan dengan jelas wilayah yang akan ditanami, nama-namapihak yang bertanggung jawab di desa tersebut, manfaat dan insentifyang akan didapat dalam melaksanakan perawatan berbagaitumbuhan yang ada. Rencana ini juga sebaiknya memuat mengenaipenilaian atas kemampuan dari berbagai lembaga yang terlibatdalam pelaksanaan kegiatan dan kriteria yang digunakan dalammengukur kemajuan yang terjadi. Dapat juga dimasukkan ke dalamrencana ini keterangan detil mengenai kegiatan mata pencaharianyang berhasil diidentifikasi dan yang didukung oleh proyek ini.

Proses pembuatan rencana aksi dengan pihak masyarakatsebaiknya mendapatkan fasilitasi guna menjamin bahwa rencana inimemiliki elemen Specific (spesifik), Measurable (terukur), Attainable(dapat dicapai), Realistic (realistis) dan Time-bound (terikat waktu)atau disingkat SMART. Format standar juga dapat digunakan dalampenyusunan rencana ini, termasuk:

Kegiatan;

Para individu yang bertanggung jawab;

Waktu dan lamanya proyek;

Page 35: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 31

Area dan lokasi tanah yang akan ditanami;

Jenis pohon yang akan ditanam;

Kriteria yang digunakan dalam proses monitoring;

Sumbangan terhadap kegiatan dari Kelompok SwadayaMasyarakat dan para mitra pelaksana;

Sumbangan yang diharapkan dari lembaga laintermasuk fasilitasi teknis dari lembaga pemerintah.

Area yang akan dimasukkan ke dalam program rehabilitasi hutandapat diverifikasi dengan mengadakan kunjungan lapangan gunamembuat estimasi atas wilayah yang akan ditanami dan gunamenjamin bahwa segala konflik kepentingan dan kepemilikan dapatdiketahui dan dipecahkan.

Rencana aksi dan rencana pemeliharaan jangka panjang atasberbagai tumbuhan yang ditanam haruslah mendapatkanpersetujuan terlebih dahulu dari lembaga pemerintah daerah.Perjanjian yang menjelaskan dengan rinci rencana rehabilitasi hutanpesisir, kegiatan pembangunan masyarakat yang lain dan pihakyang bertanggung jawab akan ditandatangani antara pihak mitrapelaksana dan Kelompok Swadaya Masyarakat.

2.3 Peningkatan Kesadaran

Upaya peningkatan kesadaran memberikan kepada para pendudukdesa dengan informasi yang akan membantu mereka mengambilkeputusan yang terkait dengan keputusan pencarian nafkah – untukjangka pendek dan jangka panjang – serta mempertimbangkanberbagai kegiatan lain (misalnya: perikanan, kehutanan danpertanian). Peningkatan kesadaran ini juga meningkatkan rasakepercayaan diri dan kapasitas melalui diskusi atas permasalahanyang ada seperti perencanaan penggunaan tanah dan integrasiantara mata pencaharian tradisional dan alternatif.

Berbagai kegiatan peningkatan kesadaran akan dilaksanakan dalamjangka panjang melalui diskusi informal dengan staf proyek danpada berbagai pertemuan tingkat desa. Pelatihan yang bermanfaatdalam mengembangkan kemampuan para anggota KelompokSwadaya Masyarakat yang mencakup aspek administrasi,pengembangan kelompok, pemecahan masalah, manajemen,organisasi dan keuangan – dapat juga dilaksanakan.

Page 36: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara32

2.4 Pelaksanaan Rencana Kegiatan

Guna membantu pelaksanaan dari upaya rehabilitasi hutan pantai,pihak mitra pelaksana sebaiknya membeli tanaman bibit daripemasok resmi dan melakukan pemeriksaan kualitas sebelumdiberikan kepada anggota masyarakat. Nasehat teknis dan supervisijuga sebaiknya diberikan selama program penanaman iniberlangsung.

Pihak Kelompok Swadaya Masyarakat juga pada umumnya akanbertanggung jawa atas penanaman tanaman bibit ini, pembuatanpagar dan pemeliharaan pohon-pohon yang baru ditanam ini selamaenam bulan pertama sesudah penanaman dilakukan. Denganbantuan dana guna melaksanakan kegiatan ini, maka pihakKelompok Swadaya Masyarakat dapat memberikan gaji harian ataujumlah tertentu per kegiatan kepada beberapa individu yang terlibat.

Secara teratur, pihak Kelompok Swadaya Masyarakat – dengandibantu oleh mitra pelaksana - akan membuat dan memberikanlaporan kegiatan. Laporan ini akan diperiksa oleh staf proyeksebelum bantuan dana bagi kegiatan yang telah selesaidilaksanakan atau yang direncanakan, diberikan kepada pihakmasyarakat.

Informasi teknis yang terkait dengan pelaksanaan kegiatanpenanaman ini akan dijelaskan dalam bagian lain dari buku petunjukini.

2.5 Perjanjian Masyarakat

Perjanjian di tingkat kelurahan akan mengatur mengenaipenggunaan dan pemeliharaan wilayah yang telah ditanami.Sehingga, pihak mitra pelaksana memberikan nasehat hukum danbantuan teknis kepada anggota masyarakat dalam menyusunperjanjian hukum yang baku antara Kelompok Swadaya Masyarakatdengan lembaga pemerintah terkait.

Penandatanganan perjanjian antara pihak masyarakat denganpemerintah desa guna menjamin adanya upaya perlindungan dariwilayah yang telah ditanami dan akses masyarakat dan hak atassumber daya yang ada, merupakan suatu hal yang memberikanmanfaat ekstra bagi masyarakat dan meningkatkan aspekkesinambungan.

Page 37: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 33

2.6 Penilaian atas Kegiatan Mata Pencaharian danKegiatan Pembangunan

Kegiatan pembangunan mata pencaharian pada akhirnya berfungsimemberikan dukungan bagi peningkatan kesejahteraan warga desatetapi pada saat yang bersamaan memberikan kesempatan kepadaanggota Kelompok Swadaya Masyarakat untuk mengatur sertamenginvestasikan dana yang diterima dari program rehabilitasikehutanan. Hal ini akan memungkinkan mereka guna meningkatkankapasitas serta pendapatan mereka dan juga memberikankesempatan mereka untuk menjadi agen perubahan di desa merekamasing-masing.

Program penilaian mata pencaharian ini dilaksanakan untukmelakukan berbagai identifikasi atas berbagai kegiatan peningkatanmata pencaharian dan peningkatan pendapatan yang diperlukan.Enam buah pendekatan yang meliputi penilaian mata pencaharian,analisis data, penyusunan rekomendasi, pengembangan kemitraandan pembentukan hubungan dapat dilaksanakan sebagai berikut:

1. Penilaian mata pencaharian dilakukan bersamaan dengan DiskusiKelompok (Focus Group Discussion) guna mengidentifikasikankegiatan mata pencaharian masyarakat setempat;

2. Survei pasar, dimana terjadi pengumpulan informasi yangberkaitan dengan produk yang dapat dipasok oleh desa-desa yangterlibat dalam proyek ini dan cara terbaik untuk menyimpan danmengirimkan berbagai produk tersebut;

3. Penilaian atas kelayakan ekonomi, ketersediaan tenaga kerja,kemampuan manajemen usaha, hubungan transportasi,ketersediaan dukungan bagi kegiatan pembangunan, ketersediaancalon pembeli potensial, dan lain sebagainya.

4. Penyusunan rekomendasi. Berdasarkan hasil penilaian yangtertera diatas, maka akan disusun rekomendasi mengenai kegiatanekonomi yang paling menjanjikan hasil.

5. Pengembangan kemitraan. Guna membantu penyusunanrekomendasi atas berbagai kegiatan, dilakukan identifikasi atascalon mitra potensial dan dibangun hubungan dengan perwakilanKelompok Swadaya Masyarakat. Proses identifikasi calon mitrasebaiknya dilakukan dengan hati-hati guna membatasi resikoterjadinya kegagalan atas berbagai kegiatan yang diusulkandipandang dari sudut ekonomi, sosial dan lingkungan.

Page 38: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara34

6. Pelaksanaan dan pembentukan hubungan. Langkah akhir adalahuntuk mulai melaksanakan kegiatan dan membangun hubunganantara Kelompok Swadaya Masyarakat dan organisasi pendukungyang potensial.

2.7 Pengawasan dan Evaluasi yang Partisipatif

Sistem pengawasan dan evaluasi yang partisipatif dilaksanakanpada setiap komunitas menjelang berakhirnya pelaksanaan programguna menjadi petunjuk bagi pelaksanaan program ini di masa yangakan dating serta mencatat kemajuan dan hasil pembelajaran yangdidapat. Selama kegiatan ini berlangsung, pihak KelompokSwadaya Masyarakat dan masyarakat desa melakukan analisis ataspelaksanaan kegiatan proyek yang direncanakan selama PRA.Dilakukan pula penyesuaian atas rencana asli yang dibuat selamapertemuan lanjutan.

Proses ini mencakup pula kegiatan diskusi antara para anggotaKelompok Swadaya Masyarakat dengan para masyarakat desa yangmendapatkan pelayanan. Kegiatan ini membutuhkan sebuahkelompok inti yang terdiri dari staf program and anggota KelompokSwadaya Masyarakat untuk secara bersama-sama berkeliling desamengamati lokasi yang telah ditanami serta berbicara dengan wargadesa. Walaupun merupakan penerima manfaat dari kegiatan proyekini, pihak Kelompok Swadaya Masyarakat juga bertindak sebagaimitra pelaksanan yang menyediakan layanan kepada masyarakatdesa sehingga harus pula diikutkan dalam kegiatan evaluasi ini.

Jangka waktu dari pelaksanaan kegiatan ini bersifat fleksibel, dantergantung pada tingkat diskusi dan kesepahaman /ketidaksepahaman diantara para peserta. Setiap desa sebaiknyamendapatkan alokasi satu hari penuh.

Page 39: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 40: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh
Page 41: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 35

3.1 Persiapan Lokasi

Sebelum melakukan penanaman atas spesies yang telah dipilih,sangatlah penting untuk mempersiapkan lokasi yang akandigunakan. Bagi berbagai spesies tumbuhan mangrove dantumbuhan hutan pantai lainnya, hanya membutuhkan persiapanlokasi yang minimum. Adalah sangat bijaksana untuk merencanakanmengenai rencana akses jalan dan trotoar pejalan kaki sebelummusim tanam tiba, serta guna menghindari timbulnya kerusakanterhadap benih yang ada.

Pada beberapa lokasi, mungkin diperlukan penggalian tertentu,terutama jika terdapat masalah saluran air yang disebabkan olehadanya tumpukan pasir dan berbagai material lain yang dibawa olehgelombang tsunami. Wilayah yang tidak memiliki saluran air yanglancar tidak akan mampu memberikan dukungan bagi tumbuhanmangrove atau berbagai spesies hutan pantai lainnya. Membuangtumpukan pasir dan Lumpur dari saluran air yang lama ataumenciptakan saluran air yang baru dapat memecahkan masalah iniserta membuka kembali wilayah yang lebih luas untuk ditanami.

Disarankan juga untuk melakukan pembuangan rumput liar karenaterdapat beberapa spesies tumbuhan hutan pantai yangmembutuhkan sedikit saingan hingga mereka tumbuh secarapermanen.

3.2 Proses Pemilihan Spesies

Terdapat beberapa faktor yang layak untuk dipertimbangkan dalamkaitannya dengan pemilihan spesies tumbuhan mangrove danrehabilitasi hutan pantai, yaitu sebagai berikut:

Fisik – jarak serta sifat dari kondisi lingkungan yang ada,jika memungkinkan, terutama pada aspek rentangpasang surut dan tinggi gelombang.

Ekologi – melakukan identifikasi atas spesies tumbuhanmangrove dan hutan pantai yang memiliki persyaratanekologi yang sesuai.

Fungsi Ekonomi – berbagai nilai ekonomis yang dimilikioleh tumbuhan mangrove dan tumbuhan hutan pantai.

3Rehabilitasi Hutan Pantai

Page 42: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara36

Aspirasi masyarakat – kebutuhan dan keinginan darimasyarakat setempat yang memiliki akses langsung,serta masyarakat luas yang mendapatkan manfaat,tetapi tidak memiliki akses langsung, terhadap wilayahyang ditanami.

Berbagai informasi penting yang berkaitan denganpengambilan keputusan yang terkait dengan berbagaiaspek diatas tertera dalam bagian 3.4 dan 3.5.

3.3 Pertimbangan Penanaman

Dalam melakukan perencanaan terhadap proyek penghijauankembali, perlu dibuat keputusan mengenai pola tanam yang akandigunakan ketika tanaman bibit mulai ditanam. Pola tanam ini akantergantung pada kondisi lokasi serta pilihan fungsi dari hutantersebut di masa yang akan datang.

Sesudah pola tanam ini ditentukan maka estimasi jumlah pohonyang akan dibutuhkan dapat ditentukan dengan cara mengalikanjumlah pohon per hektar dengan jumlah luas hektar tanahkeseluruhan.

Jumlah pohon per hektar dapat bervariasi tergantung pada tingkatkepadatan penanaman. Sebagai contoh, menanam pohon denganjarak 0.5 x 0.5 m akan membutuhkan jumlah pohon sebanyak40,000 buah pohon per hektar, sementara pada jarak 1 x 1 m makaakan dibutuhkan 10,000 buah pohon dan pada jarak 1 x 2 m hanyadibutuhkan 5,000 buah pohon.

Penentuan jarak ini selain memiliki dampak atas jumlah pohon yangdibutuhkan dalam satu wilayah tertentu, penentuan jarak ini jugasesuai dengan keinginan untuk dapat menanam sebanyak mungkinpohon dengan jumlah dana yang tersedia bagi sebuah programpenghijauan.

Ketika tanaman bibit ini ditanam mereka harus dipindahkan dari potatau kantong plastik dan ditempatkan dalam lubang yang telahsesuai dengan kerusakan yang seminimum mungkin pada bagianakar.

Beberapa dari spesies tumbuhan hutan pantai akan mengalamitekanan setelah ditanam terutama jika tidak ada hujan. Penyiramandapat dilakukan setelah proses penanaman selesai dilakukan, tetapisangat menghabiskan waktu/biaya, sehingga cara yang lebih baikadalah memastikan bahwa semua tanaman bibit yang akan ditanam

Page 43: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 37

ini telah disiram selama berada dalam kebun pembibitan danmenyesuaikan waktu tanam dengan datangnya musim hujan.

3.4 Tumbuhan Mangrove

3.4.1 Penyebaran Spesies

Terdapat lima kelompok tumbuhan mangrove yang pada umumnyadigunakan3, yaitu sebagai berikut:

Posisi rendah, dekat dengan Permukaan Laut (MeanSea Level - MSL)

Posisi Menengah, dekat dengan Tingkat Ketinggian AirPasang (Mean High Water Neap level - MHWN)

Posisi atas, dekat dengan Tingkat Ketinggian Air Surut(Mean High Water Spring level - MHWS)

Diantara ketinggian air pasang dan wilayah hutan pantai

Umum, yang dapat tumbuh pada salah satu dari wilayahdiatas tetapi biasanya dikecualikan oleh spesies lain.

Gambar 3 pada bagian 0 menunjukkan posisi letak tiap kelompokpada garis pantai sesuai dengan jenis spesies dominan yangditemukan.

Tabel 4 memuat daftar dari 6 spesies yang secara umum ditemukanberada pada posisi rendah pada garis pantai, sejajar dengan ataudekat dengan tinggi permukaan air rata-rata (mean sea level - MSL).Berbagai spesies ini sangat toleran terhadap serbuan gelombangdalam jangka waktu lama pada setiap periode pasang surut. Tetapi,seperti pada umumnya semua tumbuhan mangrove, mereka tidakakan mampu menahan tekanan permanen pada sistem akarmereka.

3 The data from the tables in this section is derived from Field (1996), Kitamura et al. (1997),Saenger (2002), and Whitten et al. (2000).

Page 44: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara38

Tabel 4 Spesies Tumbuhan Mangrove yang biasanya dikaitkandengan posisi rendah atau dekat dengan TinggiPermukaan Air Rata-Rata

Spesies CatatanRhizophora apiculata Biasanya tumbuh pada terusan air yang lebih

kecilRhizophora mucronata Tingkat lebih rendah dari R. apiculataSonneratia alba Biasanya tumbuh pada terusan air yang lebih

besar dan air terbuka, pelopor pada lokasiberlumpur, pasir dan tanah liat,membutuhkan sinar matahari penuh.

Avicennia marina Pelopor, pada habitat baru atau yang telahrusak dibutuhkan variasi dari sub-strate,membutuhkan sinar matahari penuh

Avicennia alba Pelopor, baik pada habitat baru atau yangtelah rusak, membutuhkan lebih banyaklokasi yang teduh dibandingkan A. marina,membutuhkan Lumpur yang lebih lembek.

Nypa fruticans Tumbuh pada saluran Air laut/air payau danrawa-rawa.

Pohon Palem, Nypa fruticans pada umumnya terkait dengan wilayahmulut sungai dan saluran air serta membutuhkan pasokan air tawarsecara teratur – yaitu yang memiliki kadar garam lebih rendah dariair laut.

Tumbuhan mangrove yang memiliki akar yang panjang sepertiRhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata dapat denganmudah dikenali dari sistem akar yang berbeda ini walaupun tidakakan dapat terlihat dengan mudah pada pohon yang masih muda.Kedua spesies ini cenderung ditemukan pada kondisi yang teduhdan seringkali tumbuh pada saluran air pasang yang kecil.

Dua buah spesies Avicennia sangatlah sulit untuk dibedakan antarasatu sama lain dan keduanya tumbuh pada lokasi yang hampir mirip.Kedua spesies ini dapat tampak saling berbeda tergantung darilingkungan tempat mereka tumbuh, mulai dari semak belukarpendek hingga yang tinggi, memiliki batang pohon yang tipis, hutanyang lebat dan sebaran pohon yang banyak.

Spesies ini seringkali merupakan kolonisasi dari wilayah yang rusakatau baru tumbuh yang berada dekat pada permukaan laut.

Page 45: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 39

Sonneratia alba adalah pohon yang besar, terkadang memilikibatang pohon yang tebal dengan dahan bagian bawah cenderungmenunduk ke arah permukaan Lumpur.

Spesies ini seringkali ditemukan pada bagian depan dari wilayahmangrove yang berada dekat pada permukaan laut, pada umumnyamembatasi antara saluran sungai yang lebar dengan bagian telukyang terlindung.

Tabel 5 memuat daftar kelompok spesies yang biasanya dapatditemukan pada bagian tengah dari wilayah yang terkena pasangsurut. Pada lokasi yang lebih tinggi di wilayah pantai ini, tumbuhanmangrove pada umumnya mendapatkan terpaan dari gelombangpasang, tetapi periode terpaan ini lebih pendek; rata-rata gelombangpasang ini akan membasahi permukaan tanah.

Jenis yang dominan pada tingkat ini adalah Bruguiera dan terutamaadalah spesies B. gymnorhiza yang dapat membentuk kumpulanspesies tersendiri. Spesies lain yang biasanya dapat ditemukandisini pada umumnya terbatas pada bagian pinggir pantai yang lebihrendah dimana mereka membentuk jajaran penyerap gelombangdan terletak di antara bagian atas dan bagian tengah (Rhizophoraapiculata) dan jajaran kecil yang menyerap air tawar dari datarantinggi (Nypa fruticans). Spesies yang umum ditemukan disini adalahBruguiera parviflora yang dihubungkan dengan kekeringah terutamaketika terjadi pembendungan atas air permukaan.

Tabel 5 Spesies Tumbuhan Mangrove yang biasanya tumbuh padaposisi menengah dekat dengan Tingkat Ketinggian AirPasang (Mean High Water Neap level – MHWN)

Spesies Catatan

Rhizophora apiculata Berjajar sepanjang saluran air yang kecil

Bruguiera gymnorhiza Diatas dan bercampur dengan R .apiculata,dan toleran terhadap suasana yang teduh.

Bruguiera parviflora Biasanya terdapat pada wilayah kering yangdangkal dengan air permukaan

Nypa fruticans Air tawar/sawah dan rawa-rawa

Page 46: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara40

Semakin ke atas menuju ke wilayah di sekitar tingkat ketinggian airpasang maka tingkat terpaan akan semakin berkurang. Hanya rata-rata gelombang tinggi saja yang akan membasahi wilayahpermukaan dan terpaan gelombang tersebut tidak akan berlangsunglama. Sehingga wilayah permukaan tersebut akan menjadi lebihkering dan memiliki kadar garam yang lebih tinggi dari kadar garamair laut.

Dua buah spesies lain yaitu, Bruguiera cylindrica dan Bruguierasexangula dapat ditemukan pada wilayah ketinggian ini walaupundua buah spesies ini tampaknya lebih memilih untuk tumbuh padadua permukaan yang berbeda, seperti yang tertera pada Tabel 7.Pohon yang dominan pada tingkat ini adalah Ceriops tagal, yangmana bila tumbuh di wilayah yang memiliki curah hujan yang kecildan tidak memiliki musim kemarau yang sesungguhnya (sepertiAceh) akan membentuk jajaran pohon tertentu yang tertutup.

Pada umumnya, banyak pohon tunggal yang tumbuh terserak, atauyang membentuk lingkaran pada tepi saluran air yang sempit adalahtumbuhan mangrove berbentuk bulat dari spesies Xylocarpusgranatum dan X. moluccensis.

Tabel 6 Spesies Mangrove yang tumbuh pada lokasi atas dekatTingkat Ketinggian Air Surut (Mean High Water Spring)

Spesies Catatan

Bruguiera sexangula Tumbuh pada lokasi berlumpur lembek, yangmemiliki kandungan organik tinggi

Bruguiera cylindrica Tumbuh pada lokasi tanah liat yang padat,berada diatas sebagian besar gelombang

Ceriops tagal Tumbuh pada berbagai jenis permukaantermasuk yang berpasir dan tanah liat, padaumumnya di lokasi yang memiliki saluran airyang baik

Xylocarpus granatum Tumbuh pada berbagai jenis permukaantermasuk yang berpasir dan tanah liat, padaumumnya di lokasi yang memiliki saluran airyang baik.

Page 47: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 41

Xylocarpus moluccensis Tumbuh pada berbagai jenis permukaantermasuk yang berpasir dan tanah liat, padaumumnya di lokasi yang memiliki saluran airyang baik.

Pada lokasi yang tertinggi yang dapat dicapai oleh gelombangpasang, terpaan dari gelombang pasang tinggi ini hanya akanmembasahi wilayah permukaan beberapa kali dalam tiap tahun danpada tingkat ini akan terdapat kebingungan spesies manakah yangdapat masuk ke dalam kategori “tumbuhan mangrove” dan manayang masuk ke dalam kategori “tanaman hutan”.

Tabel 7 menyajikan daftar lima spesies yang dapat ditemukansecara umum pada tingkatan ini, tiga buah diantaranya diberi tandakhusus yang seringkali dimasukkan ke dalam kategori sebagaibagian dari tumbuhan hutan pantai dibandingkan sebagai tumbuhanmangrove.

Terkadang terdapat wilayah kecil yang memiliki beberapa buahtumbuhan seperti Lumnitzera racemosa dan/atau Excoecariaagallocha, tetapi tidak terdapat batas yang jelas antara tumbuhanyang tumbuh di wilayah hutan pantai dan wilayah hutan mangrove.

Hal ini selalu terjadi ketika terdapat pasokan air tawar dari datarantinggi sebagai akibat rembesan air hujan, saluran air yang kecil danrembesan air tanah ke wilayah yang lebih rendah.

Diantara tumbuhan mangrove dan tumbuhan yang hidup pada hutanpesisir terdapat spesies seperti Terminalia catappa dan Hibiscustiliaceus yang bercampur dengan spesies tumbuhan mangrove.

Dua buah spesies yang tercantum dalam Tabel 7 dapat ditemukanjuga pada wilayah ini terutama bila terdapat pasokan air tawarpermanen, yaitu : Sonneratia caseolaris yang memiliki ketinggianyang menyolok, pneumatophores yang ramping dan pohon palemOncosperma tigillarium, yang mudah dikenali karena memiliki duripada batangnya. Pohon palem ini juga dapat ditemukan pada rawaair tawar dan hanya memiliki toleransi kecil terhadap air garam.

Page 48: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara42

Tabel 7 Spesies yang Terdapat Diantara Wilayah Hutan PesisirPantai dengan Wilayah Dataran Rendah

Spesies Catatan

Lumnitzera racemosa Jarang terkena paparan gelompang pasang,dapat tumbuh di wilayah permukaanpasir/lumpur atau gabungan keduanya

Excoecaria agallocha* Jarang terkena paparan gelompang pasang,dapat tumbuh di wilayah permukaanpasir/lumpur atau gabungan keduanya

Intsia bijuga* Jarang terkena paparan gelombang pasang,tumbuh di wilayah permukaan berpasir

Heritiera littoralis* Tumbuh di permukaan berpasir/lumpuratau gabungan keduanya, hanyamembutuhkan kadar garam yang rendahsepanjang tahun

Sonneratia caseolaris Tumbuh di rawa air tawar / air payau

Oncosperma tigillarium Tumbuh di saluran air dan rawa airtawar/sawah

* - Spesies ini terkadang diklasifikasikan sebagai tumbuhan hutan pesisirdan bukan tumbuhan mangrove.

Kelompok terakhir, yang tercantum dalam Tabel 8, adalah spesies,yang dapat ditemukan pada berbagai tingkatan daratan dari garispantai pada pertengahan permukaan laut hingga ke arah daratan.

Berbagai spesies ini terkadang muncul sebagai tumbuhan individuatau kelompok kecil di wilayah yang dulunya mengalami kerusakan.Penebangan tumbuhan mangrove seringkali menyebabkantimbulnya koloni dari tiga buah spesies ini dimana Avicennia marinaadalah sebatang pohon, sementara Acrostichum aureum adalahsebuah tumbuhan pakis dan Derris trifoliata yang merupakantumbuhan merambat.

Semua dari tiga spesies ini akan tumbuh subur di wilayah yangmemiliki sinar matahari penuh dan tidak tahan terhadap kondisitertutup, yang menyebabkan mereka tidak dimasukkan ke kelompokmayoritas dari tumbuhan mangrove, dimana sangat tertutup.

Page 49: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 43

Tabel 8 Jenis Tanaman Umum, Seringkali MendapatkanPengecualian dari wilayah dataran tengah

Spesies Catatan

Avicennia marina Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanahcampuran, membutuhkan sinar matahari yangpenuh

Acrostichum aureum Membentuk koloni pada wilayah yangterganggu dan terletak pada ketinggian,mendapatkan pasokan air tawar

Derris trifoliata Membentuk koloni pada wilayah yangterganggu dan terletak pada wilayah tengahhingga dataran tinggi, memiliki toleransi rendahpada kadar garam

Walaupun A. marina adalah sebuah spesies yang berharga dalammenyediakan payung bagi berbagai spesies seperti Rhizophora danBruguiera yang akan menggantikannya, pakis dan tumbuhanmerambat seringkali mengakibatkan masalah pada lokasi yangterganggu karena mereka dapat secara efektif menutupi keseluruhanwilayah dengan tingkat kepadatan daun-daunan yang rendah yaituyang memiliki ketinggian 1-1.5 m. Tumbuhan belukar yang rapat inidapat menyebabkan kematian pada tanaman bibit tumbuhanmangrove yang lain seperti yang lebih besar dan pepohonan yanglebih berharga.

3.4.2 Gambaran Spesies dan Informasi Pertumbuhan.

Pada halaman berikut ini, terdapat penjelasan lengkap atas kebunpembibitan dan teknik penanaman yang umum digunakan padaspesies tumbuhan mangrove di Sumatera.

Banyak dari spesies ini yang kini tidak dapat lagi ditemukan diprovinsi NAD, sebagian besar disebabkan oleh kehancuran yangakibat bencana tsunami pada bulan Desember 2004, tetapi sebagianbesar karena habitat yang dulu mereka tempati kini telah diubahperuntukannya. Tetapi, semua spesies ini tetap dapat mudahditemukan di antara wilayah Teluk Langsa dan Medan serta dapatdiperoleh dengan mudah.

Page 50: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara44

Rhizophora mucronataMangrove genjah (Ina)Bangka U (Aceh)

Gambaran umum: Rhizophora mucronata mudah dikenali melaluiakarnya yang tegak dan Pengumpulan benih yang sangat panjang,berbagai bentuk daun yang menonjol, ketinggian pohon yang dapatmencapai 25 m. Memiliki bunga yang membentuk kelompok antara4-8.

Pengumpulan benih: Ketika benih yang ada telah matang dan siapuntuk dipetik dari pohon, maka batang berwarna kuning yang telahsiap dipotong akan tampak dengan jelas – pada tahap ini panjanghipokotil mencapai lebih dari 50 cm.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh dan dalam kondisilembab selama maksimum 10 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman Dalam Pot: Tanahyang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berlumpur(mengandung kadar garam). Benih haruslah ditanam sedalam 10cm. Kantong plastik yang digunakan sebaiknya berukuran sedanghingga besar.

Penutupan: dibutuhkan penutupan sebanyak 50%, bukalah penutupini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Page 51: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 45

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: bila tanaman bibit lebih tinggi dari 55 cm, danterdapat lebih dari dua pasang daun, biasanya ketika berusia 4-5bulan.

Letak pada garis pantai: sebaiknya diletakkan pada lokasi yangmemiliki kadar garam rendah pada permukaan yang berlumpurlembek, dan diantara posisi air laut rata-rata serta rata-ratagelombang pasang yang tertinggi.

Jarak penanaman: sistem akar tegak membutuhkan ruang yangcukup sehingga jarak sebanyak 1 m x 2 m dan 2 m x 3 m adalahyang terbaik.

Rhizophora apiculataMangrove kacang (Ina)Bangka Minyeuk (Aceh)

Gambaran umum: Rhizophora apiculata adalah tumbuhanmangrove yang memiliki akar tegak seperti R. mucronata. Daunnyamemiliki ujung yang tajam, pohonnya mampu mencapai tinggi 15 m,bunganya membentuk kelompok dua buah.

Pengumpulan benih: Ketika benih yang ada telah matang dan siapuntuk dipetik dari pohon, maka batang berwarna merah yang telah

Page 52: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara46

siap dipotong akan tampak dengan jelas – pada tahap ini panjanghipokotil pada umumnya akan mencapai lebih dari 20 cm.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab – maksimum selama 5 hari.

Teknik Penyebaran Benh dan Penanaman Dalam Pot: Tanahyang digunakan sebaiknya adalah tanah yang berlumpur(mengandung kadar garam). Benih haruslah ditanam sedalam 5-6cm. Kantong plastik yang digunakan sebaiknya berukuran sedang.

Penutupan: Dibutuhkan penutupan sebanyak 50%, bukalahpenutup ini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 30 cm, dan memiliki lebih dari dua pasang daun, pada umumnyaberusia 4-5 bulan.

Letak pada garis pantai: sebaiknya diletakkan pada lokasi yangmemiliki kadar garam rendah pada permukaan yang berlumpurlembek, dan diantara posisi air laut rata-rata serta rata-ratagelombang pasang yang tertinggi.

Jarak penanaman: sistem akar tegak membutuhkan ruang yangcukup sehingga jarak sebanyak 1 m x 2 m dan 2 m x 3 m adalahyang terbaik.

Page 53: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 47

Bruguiera gymnorhizaTumus (Ina)Tumus (Aceh)

Gambaran umum: Bruguiera gymnorhiza memiliki akar setinggilutut dan akar penyangga yang kecil, daunnya terjulur, ketinggianpohon dapat mencapai 30 m, memiliki bunga tunggal. Benihnyatebal dan sedikit memiliki rusuk, dengan panjang 20-30 cm.

Pengumpulan benih: Ketika benih yang ada telah matang dan siapuntuk dipetik dari pohon warnanya berubah dari hijau mudakecoklatan menjadi hijau tua kecoklatan. Benih ini sebaiknya dipetikdari pohon tanpa melepaskan penutup calyx cap, panjang hipokotilpada umumnya akan mencapai lebih dari 20 cm.

Penyimpanan Benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 10 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman Dalam Pot: Tanahyang digunakan sebaiknya adalah campuran tanah yangmengandung lumpur, pasir dan mengandung kadar garam. Benihharuslah ditanam sedalam 5-6 cm. Kantong plastik yang digunakansebaiknya berukuran sedang.

Penutupan: Dibutuhkan penutupan sebanyak 30%, bukalahpenutup ini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Page 54: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara48

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 35 cm, dan memiliki lebih dari tiga pasang daun, pada umumnyaberusia 3-4 bulan.

Letak pada garis pantai: Terletak pada lokasi yang terkena dampakdari tinggi rata-rata serta memiliki jenis tanah campuran dari lumpurdan permukaan berpasir.

Jarak penanaman: 1 m x 2 m adalah yang terbaik.

Bruguiera parvifloraLenggadai (Ina)

Gambaran Umum: Bruguiera parviflora memiliki akar setinggi lututdan akar penyangga yang kecil, daunnya terjulur, dengan ketinggianpohon dapat mencapai 10 m, bunga yang ada membentuk kelompok3-4. Benihnya tipis, berwarna hijau kekuningan dengan panjang 15-20 cm.

Pengumpulan benih: Ketika benih yang ada telah matang dan siapuntuk dipetik dari pohon, panjangnya akan berkisar pada 15-20 cm.Benih ini sebaiknya dipetik dari pohon tanpa melepaskan penutupcalyx cap.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 10 hari.

Tehnik Penyebaran Benih dan Penanaman dalam Pot: Tanahyang digunakan sebaiknya adalah campuran tanah yangmengandung lumpur dan pasir. Benih haruslah ditanam sedalam 5cm. Kantong plastik yang digunakan sebaiknya berukuran sedang

Page 55: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 49

Penutupan: Dibutuhkan penutupan sebanyak 30%, bukalahpenutup ini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 30 cm, dan memiliki lebih dari 1 pasang daun, pada umumnyaberusia 3-4 bulan.

Letak pada garis pantai: terletak pada lokasi yang terkena rata-ratatinggi gelombang serta memiliki tanah campuran lumpur, pasir, danpada umumnya mengalami kekeringan air.

Jarak penanaman: 1 m x 1 m adalah yang terbaik karena merekamemiliki ketebalan yang rapat.

Ceriops tagalTengar (Ina)Tengar (Aceh)

Gambaran Umum: Ceriops tagal memiliki akar penyangga danterkadang akar setinggi lutut, ujung daunnya berbentuk bulat,dengan ketinggian pohon dapat mencapai 6 m, bunga yang adamembentuk kelompok 5-10. Benihnya tipis, berwarna hijaukecoklatan dengan panjang 25.

Page 56: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara50

Pengumpulan benih: Ketika benih yang ada telah matang dan siapuntuk dipetik dari pohon, panjangnya akan berkisar pada 25 cm,yang ditandai dengan batangnya yang berwarna kuning.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 10 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman Dalam Pot: Tanahyang digunakan sebaiknya adalah campuran tanah yangmengandung lumpur/pasir/tanah liat dan mengandung kadar garam.Benih haruslah ditanam sedalam 5 cm. Kantong plastik yangdigunakan sebaiknya berukuran sedang.

Penutupan: dapat tumbuh dibawah sinar matahari penuh.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 30 cm, dan memiliki lebih dari dua pasang daun, pada umumnyaberusia 4-5 bulan.

Letak pada Garis Pantai: terletak pada lokasi yang lebih tinggi darigaris pantai, di sekitar lokasi yang mendapatkan terpaan gelombangpasang, biasanya pada tanah yang mengandung kadar garam.

Jarak penanaman: 1 m x 1 m or 1 m x 2 m adalah yang terbaikkarena mereka pada umumnya mereka memiliki ketebalan yangrapat.

Page 57: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 51

Avicennia marinaApi-api (Ina)Jampe (Aceh)

Gambaran Umum: Avicennia marina memiliki bentukpneumatophores seperti pinsil, bentuk ujung daun yang bervariasi,dengan ketinggian pohon mencapai 20 m, bentuk bunga yang kecildan membentuk kelompok 8-14. Bentuk buah seperti almond,terkadang memiliki ujung berbentuk seperti piala pendek denganpanjang 1.5-2.5 cm.

Pengumpulan benih: Ketika kulit buah berubah dari warna hijau kekuning muda dan menjadi berkerut.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 10 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman Dalam Pot: rendambuah dalam air tawar selama 1 hari untuk menghilangkan tempatbenih. Sebarkan benih pada tanah yang mengandung campuranlumpur dan pasir serta mengandung kadar garam. Benih dapattumbuh di tanah hingga tumbuh akarnya untuk kemudiandipindahkan ke kantong plastik berukuran kecil hingga sedang.Benih sebaiknya ditanam sedalam 1/3 tanah dengan bagianujungnya menghadap kebawah.

Penutupan: dapat tumbuh dibawah sinar matahari penuh.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Page 58: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara52

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 30 cm, dan memiliki lebih dari dua pasang daun, pada umumnyaberusia 3-4 bulan.

Letak pada garis pantai: dapat tumbuh pada semua tingkatanlokasi di sepanjang pesisir, tetapi lebih menyukai di ruang terbukadengan sinar matahari penuh, dan sangat toleran terhadapkandungan garam yang tinggi dalam tanah, merupakan tanamanpelopor.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m adalah yang terbaik.

Sonneratia albaPedada, Prapat (Ina)Pedada (Aceh)

Gambaran umum: Sonneratia alba memiliki beberapa bentukpneumatophores yang tebal, bentuk ujung daun yang bulat, denganketinggian pohon mencapai 20 m, bentuk bunga yang besar danberwarna putih serta membentuk kelompok 1-2. Bentuk buah besardan berwarna hijau yang ditutupi oleh penutup berbentuk seperticalyx di bagian dasar dan memiliki diameter 3.5-4.5 cm.

Pengumpulan benih: Buah akan berubah warna dari hijau muda kehijau tua, kumpulkan buah yang jatuh dari bawah pohon.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 5 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: rendamlah buahdalam air payau selama 1-2 jam guna memisahkan benih daricangkangnya – kemudian benih ini akan mengambang danbentuknya tidak teratur. Tebarkan benih pada tanah yang

Page 59: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 53

mengandung campuran lumpur sebesar 70% dan pupuk dari kotoransapi sebesar 30%. Benih ini kemudian dimasukkan separuhpanjangnya masing-masing berjumlah 2 buah ke dalam kantongplastik berukuran kecil hingga sedang.

Penutupan: dapat tumbuh dibawah pengaruh sinar mataharilangsung.

Pengairan: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapi ditambahpula dengan penyiraman air guna menjaga kelembaban tanahsepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 15 cm, dan memiliki lebih dari tiga pasang daun, pada umumnyaberusia 5-6 bulan

Letak pada garis pantai: lebih menyukai tumbuh di ruang terbuka,toleran terhadap kandungan garam, dan pada umumnya dapatditemukan pada lokasi yang terkena rata-rata terpaan gelombang airpasang, atau di saluran air yang besar dan dalam teluk yang teduh.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m or 3 m x 3 m adalah yang terbaik bagipohon besar yang tersebar ini.

Sonneratia caseolarisPedada, Prapat (Ina)Pedada (Aceh)

Gambaran Umum: Sonneratia caseolaris memiliki beberapapneumatophores yang berbentuk seperti kerucut dengan tinggi

Page 60: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara54

hingga 1m, ujung daun yang ulat, dengan ketinggian pohonmencapai 20 m, bentuk bunga yang besar dan berwarnamerah/putih serta membentuk kelompok 1-2. Bentuk buah besar danberwarna hijau, calyx yang ada tidak menutupi bagian bawah daribuah yang memiliki diameter 6-8 cm.

Pengumpulan benih: Buah akan berubah warna dari kekuningan kehijau tua, kumpulkan buah yang jatuh dari bawah pohon

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 5 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman:

Rendamlah buah dalam air payau selama 1-2 jam guna memisahkanbenih dari cangkangnya – kemudian benih ini akan mengambangdan bentuknya tidak teratur. Tebarkan benih pada tanah yangmengandung campuran lumpur sebesar 70% dan pupuk dari kotoransapi sebesar 30%. Benih ini kemudian dimasukkan separuhpanjangnya masing-masing berjumlah 2 buah ke dalam kantongplastik berukuran kecil hingga sedang

Penutupan: dapat tumbuh dibawah pengaruh sinar mataharilangsung.

Penyiraman: disirami (kadar garam yang rendah) guna menjagakelembaban dari tanah sepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 15 cm, dan memiliki lebih dari tiga pasang daun, pada umumnyaberusia 5-6 bulan.

Letak pada garis pantai: lebih menyukai daerah yang letaknyaagak tinggi dimana terdapat air tawar dan tingkat kadar garam yangrendah. Seringkali berada pada wilayah transisi antara air tawar danrawa air payau serta dapat bertoleransi bila dibanjiri oleh air.

Jarak penanaman: 1 m x 2 m atau 2 m x 3 m adalah yang terbaik.

Page 61: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 55

Xylocarpus granatumNyirih (Ina)Nyirih (Aceh)

Gambaran umum: Xylocarpus granatum memiliki akar penyanggadan akar papan yang berbentuk seperti pita, daun-daunnyamembentuk kumpulan daun (4 daun muda), pohonnya dapatmencapai ketinggian hingga 12 m, bunganya kecil dan membentukkelompok 8-20. Buahnya sangat besar, keras dan berbentuk bulatseperti bola meriam (hingga 25 cm).

Pengumpulan benih: Buah yang matang berwarna kuningkecoklatan, seringkali sudah terbelah ketika tengah berada di pohon,benih yang jatuh memiliki permukaan yang berwarna kekuninganberbintik abu-abu, akar tampak dengan jelas.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 5 hari.

Tehnik Penyebaran Benih dan Penanaman: Rendamlah buahdalam air payau selama, benih yang dapat bertahan hidup akanmengambang, pilihlah yang memiliki berat minimum 30g. Tebarkanbenih pada tanah yang mengandung campuran lumpur dan pasir.Masukkan benih dengan benih akar menghadap ke bawah dalamkantong plastik berukuran sedang

Penutupan: kurangi sinar matahari sebanyak 30%, bukalah penutupini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Page 62: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara56

Penyiraman: jika memungkinkan aliran pasang alami, tetapiditambah pula dengan penyiraman air guna menjaga kelembabantanah sepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 20 cm, dan memiliki lebih dari dua pasang daun, pada umumnyaberusia 3-4 bulan.

Letak pada garis pantai: lebih menyukai daerah yang letaknyaagak tinggi dimana terdapat air tawar dan tingkat kadar garam yangrendah. Dapat bertoleransi pada situasi yang tertutup.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m atau 4 m x 4 m dalam polapenanaman campuran.

Heritiera littoralisBayur Laut (Ina)Bayur Laut (Aceh)

Gambaran umum: Heritiera littoralis memiliki akar penyangga yangkuat, memiliki daun yang sederhana, pohon dapat mencapaiketinggian 25 m, memiliki bunga yang sangat kecil dengan kumpulandahan yang saling terlepas. Buah berwarna hijau hingga kecoklatan,bertekstur lembut, dengan sisi yang lebih tinggi dan memiliki panjang5-7 cm.

Pengumpulan benih: Buah yang matang berubah warna dari hijaukekuningan menjadi coklat tua, seringkali sudah terbelah ketikatengah berada di pohon, buah yang jatuh memiliki akar benih yangtampak jelas, Memproduksi buah besar yang mengandung benih

Page 63: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 57

tunggal. Sesudah direndam dalam air payau hingga 5 hari, makabenih akan bertunas.

Penyimpanan benih: Dalam tempat yang teduh, dan dalam kondisilembab selama maksimum 5 hari.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: Tebarkan benih padatanah yang mengandung campuran lumpur/pasir (tingkat kadargaram yang rendah atau segar). Masukkan benih ke dalam tanahdengan benih akar ke arah bawah dalam kantong plastik berukuransedang.

Penutupan: kurangi sinar matahari sebanyak 30%, bukalah penutupini 1 bulan sebelum proses penanaman dilakukan.

Penyiraman: disirami (kadar garam yang rendah) guna menjagakelembaban dari tanah sepanjang waktu.

Siap untuk ditanam: jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebihdari 30 cm, dan memiliki lebih dari tiga pasang daun, pada umumnyaberusia 4-6 bulan.

Letak pada garis pantai: lebih menyukai daerah yang letaknyaagak tinggi yang berhadapan dengan hutan pesisir pantai dimanaterdapat pasokan air tawar yang melimpah dan tingkat kadar garamyang rendah. Dapat bertoleransi pada situasi yang tertutup.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m atau 4 m x 4 m dalam polapenanaman campuran.

3.4.3 Pengumpulan Berbagai Benih

Masa panen puncak bagi tumbuhan mangrove di Aceh adalah padaperiode bulan Juni hingga Oktober, sementara pada bulan Agustusdan September tumbuhan mangrove pada umumnya memproduksibenih dan tunas terbesar.

Rhizophora, Bruguiera and Ceriops

Pengumpulan tunas dari spesies Rhizophora, Bruguiera dan Ceriopsspecies pada dasarnya mudah dilakukan. Ketika tunas dariRhizophora dan Ceriops spp. Telah matang dan siap jatuh daripohon sebuah kerah kecil yang tipis terlihat jelas diantara buah danhipokotil (akar) yang telah tumbuh dari bagian bawah buah. Padatahap ini banyak dari tunas yang akan terlepas dengan sendirinyadari pohon hanya dengan sedikit sentuhan. Sangat mudah untukmengambil tunas ini beserta buah yang masih menempel dan buahini akan mudah lepas sesudah beberap hari.

Page 64: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara58

Bruguiera spp. Selain itu memiliki penutup seperti calyx dan inisebaiknya tidak dilepas dengan paksa tetapi dibiarkan tetap padatempatnya dan akan terlepas dengan sendirinya ketika telahbertunas.

Tunas yang telah jatuh dari pohon dan terserak di atas lumpurharuslah diperiksa dengan teliti dan baru dikumpulkan bila terbebasdari serangga atau tidak pecah dan belum mengeluarkan akar.

Jika berbagai tunas ini akan disimpan dalam kebun pembibitan,maka mereka dapat disimpan hingga 10 hari dengan catatan tunas-tunas ini disimpan dalam kondisi lembab dan dingin.

Penanaman ke dalam kantong plastik atau pot sangat sederhanadengan hanya mendorong 1/3 dari panjang tunas ke dalam lumpur.

Avicennia spp, dan buah-buahan lain yang memiliki benih kecildalam buah seperti Sonneratia dan Xylocarpus spp.

Spesies yang memiliki bibit yang telah berkembang biak sepertiAvicennia spp, dan yang memiliki benih yang lebih kecil dan terletakdi dalam buah keras seperti Sonneratia dan Xylocarpus sppmembutuhkan penanganan tersendiri dalm pengumpulan danpersiapan benih guna mendapatkan manfaat yang maksimal sejakmereka berada dalam kebun pembibitan hingga siap untuk ditanam.

Pada spesies Avicennia spp. Bagian yang siap bereproduksi adalahberbentuk kapsul dengan bibit tunggal. Kapsul ini lebih mudahdikumpulkan dengan cara menarik dari pohon. Perhatian harusdiberikan pada kapsul yang lebih besar terutama yang kulit luarnyatelah pecah. Kulit luar ini akan berwarna kekuningan dan menjadikeriput ketika kapsul ini telah matang.

Rendamlah kapsul ini dalam air payau selama satu hari gunamelunturkan pelapis luar dari kapsul ini. Kapsul ini kemudian dapatdisimpan hingga 5 hari dalam air payau untuk kemudian ditanamdalam pot atau kantong plastik tersendiri yang berisi tanah mangroveyang telah dibasahi.

Hanya sepertiga dari benih yang harus dimasukkan ke dalam tanah.

Pada spesies Sonneratia spp. Bagian yang siap bereproduksi adalahberbentuk kapsul yang berisi banyak sel yang bentuknya tidakteratur. Saat terbaik untuk mengumpulkan buah yang baru jatuh daripohon ketika air pasang dimana semua buah yang matang akanmengambang sehingga mudah untuk dikumpulkan. Sesudahdikumpulkan, buah-buahan ini kemudian direndam di dalam air

Page 65: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 59

payau selama satu atau dua jam dan secara teratur diaduk denganmenggunakan tongkat guna memisahkan bibit dari buahnya. Bibit inikemudian akan mengambang dan disaring airnya, lalu diletakkan diatas permukaan datar agar dapat dengan mudah diperiksa apakahterdapat bibit yang rusak akibat serangga dan kemudian dipilih bibityang lebih besar untuk ditanam. Berbagai bibit ini dapat disimpandalam air payau selama 5 hari. Pada awalnya mereka akantenggelam, dan ketika tunas berbuah mereka akan mengambang dipermukaan walaupun akan lebih baik untuk menanam merekasebelum tunas berkembang dan benih ini sebaiknya ditanam dalamtanah yang mengandung campuran lumpur dan pupuk sapi dalampot atau kantong plastik.

3.4.4 Tanah untuk pengembangbiakan

Jenis tanah terbaik untuk ditanami tunas, baik dalam kantong plastikatau pot, diambil dari wilayah yang ditumbuhi tumbuhan mangrovedan walaupun jenis tanah berpasir/berlumpur dapat diterima,semakin banyak kandungan lumpur akan semakin baik karenamengandung kandungan organik yang lebih tinggi.

Penggunaan tanah yang tidak mengandung kadar garam tidakdisarankan karena tanah jenis ini mungkin mengandung zat patogenyang dapat menyerang benih atau tunas dari tumbuhan mangrove.

3.4.5 Kebun Pembibitan

Benih yang telah dikembangbiakkan dalam kebun pembibitanseringkali memiliki kesempatan hidup lebih baik dibandingkandengan tunas yang langsung ditanam (Saenger 2002). Tetapi,terdapat kompensasi atas peningkatan harapan hidup ini denganbiaya tambahan yang dikeluarkan akibat pengembangbiakkan dalamkebun pembibitan ini. Pertimbangan yang utama adalah:

Apakah kerusakan pada tunas muda akibat serangan tikus,ketam, kambing, akan menimbulkan masalah;

dan/atau apakah kondisi fisik dari lokasi tanam akanberdampak buruk pada tumbuhan muda (misalnya: kadargaram yang terlalu tinggi);

dan/atau apakah program penghijauan ini akan berlangsunglama dimana menyimpan benih dalam kebun pembibitan iniakan menjamin pasokan bahan baku tanam.

Page 66: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara60

Kebun pembibitan tumbuhanmangrove idealnya terletak padawilayah yang terkena gelombangpasang secara alami. Jika lokasiini memungkinkan maka benihdapat ditempatkan dalam kantongplastik dan diletakkan di tempatyang agak tinggi.

Sehingga spesies sepertiBruguiera gymnorhiza sebaiknyadiletakkan pada wilayah yangterkena puncak air pasang,Rhizophora dan Sonneratia spppada tempat yang lebih rendah,dan Ceriops serta Xylocarpus sppdi tempat yang lebih tinggi.

Pastikan juga bahwa lokasi yang akan ditanami ini memiliki tempatyang teduh dan air pasang yang datang adalah air payau yangberkualitas baik.

Penyediaan penutup benih adalah praktek standar di banyak kebunpembibitan dan telah terbukti efektif dalam menumbuhkan luas daunyang lebih lebar dibandingkan dengan bila mendapatkan sinarmatahari secara langsung. Penutup ini dapat menggunakan kain,atau daun kelapa atau ditutupi oleh dedaunan pohon yang telahmatang.

Beberapa spesies tidak membutuhkan penutup karena merekadapat tumbuh lebih baik di area yang mendapatkan sinar mataharisecara penuh, sehingga spesies seperti Avicennia spp., Sonneratiaspp. dan Rhizophora spp. Dapat bertahan tanpa mendapatkanpenutup tanaman. Spesies lain seperti Bruguiera, Xylocarpus danHeritiera spp dapat mengambil manfaat dari penggunaan penutup inikarena habitat asli tempat mereka tumbuh bersifat teduh.

3.4.6 Persiapan Lokasi

Selain dari informasi yang diberikan pada bagian 0, beberapa faktorlain juga harus turut dipertimbangkan ketika program penanamantumbuhan mangrove dilaksanakan.

Page 67: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 61

Pada tempat lain yang terdapat kolam ikan yang terbengkalai,sangat penting untuk memastikan bahwa tidak terdapat gangguanatas gelombang air pasang yang datang.

Membongkar tembok tanggul akan membutuhkan biaya danpengerahan tenaga kerja yang besar, atau penggunaan alat besat.

Tetapi, karena mayoritas dari kolam ikan yang tidak terpakai akibatdijebolnya dinding tanggul ini, maka haruslah dipastikan bahwa airpasang dapat masuk dan keluar dari lokasi melalui beberapa lubangyang terdapat dalam dinding.

Genangan air yang ada di belakang dinding juga dapat diatasidengan meningkatkan saluran pembuangan.

Benih sebaiknya ditanam di lantai dari kolam ikan yang tidak terpakaidan dinding polos dari kolam. Banyak dari kolam yang terbengkalaidi wilayah pesisir yang memiliki dinding yang perlahan-lahandimakan oleh erosi dan sebaiknya hal ini dipertahankan.

Persoalan utama yang dihadapi oleh berbagai lokasi potensial diprovinsi Aceh adalah adanya jumlah puing-puing dalam jumlah yangbesar, terutama di wilayah Pantai Barat. Puing-puing ini sebagianbesar berupa kayu (dahan pohon dan batang pohon), dan berpotensimerusak bibit ketika mendapat terpaan air pasang atau banjir.Pembuangan dari puing-puing ini akan memakan biaya besar,terutama pada danau di tepi laut dimana terdapat banyak batangkelapa dan banyak spesies yang terletak di air dangkal. Jika biayauntuk memindahkan puing-puing ini terlalu besar, maka disarankanuntuk mengkonsentrasikan penanaman pada lokasi di sekelilingpohon Rhizophora spp. Yang telah ada dimana bibit muda ini akanmendapatkan perlindungan dari akar yang telah ada.

Tumbuhan mangrove jenis pakis Acrostichum aureum padaumumnya mudah ditemukan diantara batang mangrove yang telahmatang dan tumbuh diatas tanah berlumpur yang dimuntahkan olehlobster lumpur Thalassina anomala. Tetapi, jenis ini merupakanspesies pionir yang akan tumbuh sebagai salah satu berbagai pionirpada wilayah yang terganggu dalam cakupan lahan yang terkenagelombang air pasang yang mana hal ini dapat mengecualikanspesies lain jika dibiarkan tumbuh lebat. Spesies ini tidakmembutuhkan bantuan untuk tumbuh dan seringkali dianggapsebagai rumput liar oleh dinas kehutanan yang berusaha untukmenentukan kembali jenis spesies pohon dalam wilayah yang telah

Page 68: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara62

dibersihkan (Saenger 2002). Spesies itu secara teratur dibersihkansebelum bibit mangrove ditanam.

Hal ini dapat memakan biaya besar dan sulit untuk dilakukan karenatumbuhan ini memiliki sifat kuat dan keras.

Keputusan untuk membersihkan pakis dari lokasi tergantung padajumlah pakis yang tumbuh. Jika tidak lebat maka diperkirakan tidakakan berdampak penanaman bibit pohon yang baru. Survei yangdilakukan pada beberapa wilayah pesisir di Aceh menunjukkanadanya kehadiran dari spesies ini tetapi memiliki tingkat kepadatanyang rendah yang dianggap sebagai suatu masalah.

3.4.7 Penanaman

Pemilihan atas pola jarak tanam tergantung pada spesies sertapenggunaan di masa datang seperti yang tertera pada bagian 0.Sebagai contoh, jarak tanam Rhizophora spp adalah kurang dari 1 x2 m, yang artinya bahwa beberapa jumlah pohon haruslah ditebangkarena spesis ini menghasilkan akar yang padat dan saling terkait.Sehingga bila tanaman ini ditanam secara bersamaan, maka batangyang ada akan tumbuh menjadi baik dan tinggi.

Tetapi, batang yang lebih tipis juga dapat direncanakan terutama biladimasukkan sebagai bagian dari panen atas berbagai komoditi yangdapat digunakan langsung, seperti kayu bakar, arang dan batangkayu.

Jika pengembangan dari sistem akar tiang ini dirasa lebih baik gunamemberikan penghalang terhadap angin topan, maka berbagaipohon dapat ditanam dengan jarak yang sesuai yang akanmemaksimalkan belitan dari sistem akar tanpa berdampak padatingkat pertumbuhan dari pohon. Jarak 2 x 3 m mungkin akan cocokbagi fungsi ini.

Spesies lain seperti Ceriops tagal dan Bruguiera parviflora seringditemukan memiliki jarak alami kurang dari 1 x 2 m sehingga layakuntuk mempertimbangkan penggunaan jarak ini pada spesies initerutama jika memiliki tujuan yang sama untuk menciptakan situasiyang alami.

Spesies seperti Sonneratia alba, Xylocarpus dan Heritiera spp padaumumnya adalah pepohonan yang berjarak lebar terutama ketikasudah tumbuh besar secara alami dan seringkali bercampur denganspesies yang lain. Untuk berbagai spesies ini jarak yang lebih besarantar pohon yaitu 3 x 3 m hingga 5 x 5 m dapat digunakan.

Page 69: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 63

Bagi tumbuhan mangrove, terdapat tiga buah pola jarak penanamanyang sering digunakan dan kepadatan yang setara, yaitu:

1 x 1 m : 10,000/ha

1 x 2 m : 5,000/ha

2 x 3 m : 1,700/ha

Pada beberapa dari lokasi ini dimana program penghijauan dapatdipertimbangkan pada wilayah pesisir pantai di Aceh, telah terjadipertumbuhan alami dari beberapa spesies terutama Avicenniamarina, Sonneratia caseolaris dan Nypa fruticans.

Dalam wilayah ini yang perlu dilakukan adalah melakukanpeningkatan dan percepatan proses alami dengan caramenambahkan berbagai tumbuhan baru, mungkin denganmenggunakan spesies yang dahulu pernah tumbuh tetapi tidaktumbuh dengan subur, dan dalam hal ini tingkat kepadatanpenanaman akan menjadi berkurang.

Dimungkinkan pula untuk melakukan variasi pola penanaman daripola sejajar normal yang selama ini digunakan. Walaupun pola iniakan memudahkan penghitungan estimasi berapa jumlah tumbuhanyang ada, dan mudah dalam melakukan pemantauan sertamemungkinkan untuk mencampur dengan skema penanaman yanglain, sehingga akan terdapat gugusan pohon yang ruang terbuka diantaranya.

Sebagai contoh, banyak dari danau pinggir pantai di pantai barat dantimur Aceh yang memiliki wilayah padat air tetapi tidak sesuai gunaditanami tumbuhan mangrove walaupun memiliki kandungan airpayau.

Bila tidak memungkinkan untuk mengeringkan daerah rawa ini, makarumpun pohon yang ada dapat ditanam dimanapun pada lokasi yangcukup tinggi dan/atau cukup kering guna menghindari pasokan airini.

Seiring dengan berjalannya waktu, jika upaya penghijauan iniberhasil maka akan terjadi kolonisasi alami dari wilayah yangterbuka ini dari berbagai jenis pohon yang telah tertanam.

Page 70: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara64

Kotak 4 Rehabilitasi Hutan Pantai di Aceh Sesudah Tsunami

Mayoritas dari penanaman tumbuhan hutan pantai sesudah bencanatsunami tampaknya sudah dilaksanakan dengan baik, denganspesies yang telah terpilih, jarak yang sesuai dan persiapan lokasiyang baik, dan lain sebagainya. Tetapi, proyek penanamantumbuhan mangrove ini para umumnya berada di bawah standarddengan berbagai penyeban, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Area yang ditanami terbatas – dalam banyak kasusbeberapa ratus bibit telah ditanam pada area yang sempit.

Bibit yang terlalu berdekatan – jarak antar bibit sebesar 50cm adalah umum digunakan dan terdapat beberapa contohdimana jarak antar bibit adalah hanya 10 cm.

Bibit ditanam tanpa dikeluarkan terlebih dahulu dari kantongplastik – terdapat kemungkinan beberapa tumbuhan akanmampu ditanam seperti ini, tetapi sebagian besar tumbuhanakan mati.

Pemilihan lokasi yang buruk – banyak dari benih yangditanam pada lokasi yang tidak sesuai.

Pada umumnya hanya satu spesies, Rhizophora apiculata,saja yang ditanam - Rhizophora mucronata juga ditanampada beberapa lokasi tetapi terdapat sedikit bukti yangmenunjukkan bahwa spesies yang ada telah disesuaikandengan lokasi yang akan digunakan terutama dilihat darifaktor lokasi, tipe permukaan, kadar garam, dan lainsebagainya.

Bibit yang ada seringkali ditanam disela-sela reruntuhan,yang akan merusak bibit ketika terbawa oleh gelombang air

3.5 Hutan Pantai

3.5.1 Gambaran Spesies dan Informasi Pertumbuhan.

Pada halaman berikut ini terdapat penjelasan lengkap mengenaikebun pembibitan dan teknik penanaman yang dapat diterapkanbagi sebagian besar spesies umum di Sumatera. Mayoritas darispesies ini secara umum dapat ditemukan di wilayah pesisir pantai diAceh, walaupun hutan pantai yang cukup luas yang terletak di pantaibarat telah hancur akibat bencana tsunami tahun 2004.

Page 71: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 65

Semua spesies yang tertera disini dapat dibeli dari kebun pembibitankomersial di Aceh dan di seluruh wilayah Sumatera.

Casuarina equisetifoliaCemara Laut (Ina)Aron (Aceh)

Gambaran umum: Casuarina equisetifolia adalah pohon yang dapatcepat tumbuh dan mencapai 30 m. Tampak seperti kerucut, dengandaun seperti jarum dan buah berbentuk kerucut. Bibitnya berukurankecil 4-5 mm dan memiliki biji kecil dalam buah serta memiliki sayapmembran (samara).

Penyebaran: benih, pemotongan tangkai, dan penyemprotan lewatudara. Yang umum digunakan adalah penyebaran denganmenggunakan benih – yang diambil dari bauh berbentuk kerucutyang telah matang dan berwarna coklat sebelum terbuka.

Penyimpanan Benih: dua minggu atau ~6 bulan dalam kondisibeku.

Teknik Penyebaran dan Penanaman: disebar pada wadah dandiletakkan sekitar 5 mm dari tanah di kebun pembibitan yang telahdisterilkan atau dalam media pertumbuhan buatan, sebanyak 215–320 bibit/m2. Campuran antara pasir dan gambut seringkali jugadigunakan.

Penutupan: dapat bertoleransi pada sinar matahari penuh, tetapidisarankan untuk menutupi tanaman benih yang masih muda.

Pengairan: membutuhkan penyiraman secara teratur dalam kebunpembibitan.

Siap untuk ditanam: ketika berusia 3-4 bulan, dengan ketinggianmencapai 30–50 cm.

Page 72: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara66

Jarak penanaman: pada umumnya 1 x 1 m, dan tanaman bibit akandikurangi di tahun kedua dengan luas 2.5 x 2.5 m. Bahkan adabeberapa pihak yang menyarankan jarak sebesar 4 x 4 m.

Cocos nuciferaKelapa (Ina)Bak U (Aceh)

Gambaran Umum: Cocos nucifera adalah salah satu jenis tanamanyang terkenal di dunia dan yang paling berguna. Memiliki batangpohon palem tunggal yang dapat mencapai 40 m, bentuk mahkotadari daun palem dapat mencapai diameter 8-10 m. Pohon inimemiliki buah yang besar yang tertanam dalam kulit ari yangberserat serta beratnya mencapai 850 g hingga 3700 g.

Penyebaran: Biji benih yang dikumpulkan sepanjang tahun akanmatang ketika kulit ari yang ada mulai kehilangan kelembabannyakulit tersebut akan berubah menjadi berwarna coklat dan sebagiancairan akan menguap melalui rongga pada kulit ari, semuanya iniakan terjadi 11 bulan setelah proses penyerbukan. Buah dari pohonini akan jatuh ke tanah bila sudah matang.

Penyimpanan benih: dapat dilakukan hingga 1 bulan, tidakmemerlukan waktu jeda.

Tehnik Penyebaran Benih dan Penanaman: pertama-tamaletakkan di dalam cawan tunas dengan 2/3 dari biji benih ini kedalam pasir kasar atau tanah (mengurangi hilangnya air dari biji

Page 73: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 67

benih), proses pemunculan tunas akan berlangsung selama 4–12minggu, untuk kemudian tunas yang telah tumbuh ini akandipindahkan ke cawan pembibitan yang kering, atau kantong plastikyang besar (45 cm x 45 cm).

Penutupan: cocok dalam suasana penuh sinar matahari.

Penyiraman: sirami setiap dua hari selama proses pertumbuhantunas.

Siap untuk ditanam: jika ditanam di cawan pembibitan akan siapsesudah 6 bulan, dalam kantong plastik sesudah 8-10 bulan.Tanaman bibit yang telah berusia 6 bulan akan memiliki 7-8 daundan tingginya mencapai 0.8 m, tanaman bibit yang telah berusia 10bulan akan memiliki 8-11 daun dan tingginya mencapai 1.5 m.

Jarak penanaman: pada umumnya ditanam dengan jarak antarpohon sebesar 9 m dalam pola segitiga dan jika terdapat rencanauntuk melakukan penanaman silang, maka jarak ini dapat diperlebar.

Barringtonia asiaticaPutat Laut (Ina)Birah (Aceh)

Page 74: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara68

Gambaran umum: Barringtonia asiatica adalah spesies umum yangdapat ditemukan dalam hutan pantai di Sumatera. Sebuah pohonyang rindang dapat mencapai ketinggian 25 m. Daunnya berbentukseperti bunga mawar, dengan buah yang besar, bersegi empat danmemiliki tepi pada keempat sisinya, memiliki racun dengan panjang10-12 cm.

Penyebaran: Ketika telah matang buahnya akan berwarna kuningkecoklatan. Ambillah kepala benih/kulit ketika bunganya telah mulailayu, keringkan atau biarkan kepala benih itu kering sendiri ketikamasih menempel pada pohon; tarik dan ambil benih tersebut:kembangbiakkan diatas kertas yang lembab.

Penyimpanan Benih: dapat disimpan hingga 1 bulan lamanya.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: masukkan benih kedalam tanah berpasir dalam kantong plastik ukuran sedang.

Penutupan: membutuhkan penutupan 50% dari sinar matahari,proses pengerasan diperlukan di bulan terakhir terutama jikatumbuhan akan ditempatkan langsung di bawah sinar matahari dilokasi perkebunan.

Penyiraman: lakukan penyiraman secara teratur selama berada dikebun pembibitan.

Siap untuk ditanam: bukanlah merupakan spesies yang biasahidup dalam kebun pembibitan, tetapi disarankan untuk segeraditanam ketika telah 2 pasang daun telah tumbuh dan tingginya telahmencapai lebih dari 30 cm.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m atau 4 m x 4 m dalam penanamancampuran.

Page 75: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 69

Calophyllum inophyllumNyamplung (Ina)Bunot (Aceh)

Gambaran umum: Calophyllum inophyllum adalah sebuah pohonrindang dengan ketinggian mencapai 25 m. Daunya berwarna hijautua dan bersinar. Bunganya memiliki diameter antara 3-4 cm,mengeluarkan aroma harum, berwarna putih serta membentukkelompok 4-15. Buahnya seperti bola tenis meja berwarna hijau,berkelompok serta memiliki diameter 2-5 cm, pada umumnyaberbuah dua kali dalam setahun.

Penyebaran: kulit buah ini akan berubah menjadi kuning, kemudiancoklat dan berkerut ketika buahnya telah matang, serta mudahdiambil dari bawah pohon. Memiliki benih besar berwarna coklatatau berdiameter 2–4 cm serta mudah ditemukan. Pertama-tamabenih ini dibersihkan dari kulitnya serta kulit arinya dari cangkang.

Penyimpanan Benih: beberapa bulan jika disimpan dalam ruangkering dan sejuk.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: Cangkang haruslahdipecahkan atau benih yang ada dikeluarkan dari cangkangnya.Taburkan benih ke dalam wadah yang memiliki ukuran diameterminimum 6 cm, yang cukup besar bagi benih yang besar. Benih iniakan mengeluarkan tunas secara perlahan-lahan dan tingkatpertumbuhan tunas bagi benih segar adalah lebih dari 90%. Pohonini dapat tumbuh pada kondisi yang memiliki tingkat kecukupan airsedang.

Page 76: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara70

Penutupan: Penutupan sebagian akan sangat berguna selamabeberapa minggu pertama yang berlokasi di wilayah yang panas.Benih ini sebaiknya ditanam pada situasi yang penuh dengan sinarmatahari dan berlangsung selama 1–2 bulan.

Penyiraman: dilakukan secara teratur selama berada dalam kebunpembibitan.

Siap untuk ditanam: jika sudah berusia 5-6 bulan, memilikiketinggian lebih dari 30 cm, dengan akar berbentuk bulat yangsudah mapan. Spesies ini juga dapat ditebarkan secara langsung.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m atau 4 m x 4 m.

Terminalia catappaKetapang (Ina)Ketapang (Aceh)

Gambaran umum: Terminalia catappa adalah sebuah pohonrindang dengan ketinggian mencapai 40 m. Daunnya membentukspiral yang berdekatan di bagian ujung dahan, bunganya kecilberwarna putih atau krem dengan bau yang tidak sedap. Buahnyatidak bertangkai, berbentuk seperti telur, berkulit lembut danberukuran antara 2.5-10 cm.

Penyebaran: Buah ini akan berubah warna dari hijau ke kuningkemudian menjadi merah muda atau merah tua bila sudah matang.Buah yang matang dapat dipetik dari pohon atau dikumpulkan dari

Page 77: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 71

tanah. Daging yang melapisi kulit luar sebaiknya segera dikupasdari benih/biji segera sesudah diambil (1–2 hari).

Penyimpanan Benih: taburkan dalam waktu 4-6 minggu.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: Lakukanpertumbuhan tunas di cawan khusus yang telah dikeringkan dandilakukan dalam sebuah ruangan yang terlindung dan bebas dariserangan tikus, misalnya di rumah kaca. Pindahkan tanaman bibitke dalam wadah khusus setelah tunas tumbuh. Mengingatpertumbuhannya yang cepat, gunakan kantong plastik berukuran 15cm.

Penutupan: Penutupan sebanyak 30–50% selama 1–2 minggusesudah proses transplantasi, kemudian 25% selama 1 bulan,kemudian mendapatkan sinar matahari penuh selama 2 bulansebelum dilakukan penanaman.

Penyiraman: dilakukan secara teratur selama berada dalam kebunpembibitan.

Siap untuk ditanam: ketika berusia 4 bulan dan mencapaiketinggian 25 cm.

Jarak penanaman: 2 m x 3 m atau 4 m x 4 m atau bahkan lebihlebar.

Hibiscus tiliaceusWaru (Ina)Siron (Aceh)

Page 78: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara72

Gambaran Umum: Hibiscus tiliaceus adalah sebuah belukarbesar/pohon kecil dengan ketinggian 3-10 m dan dilengkapi dengandaun yang lebar. Batangnya terkadang bengkok dan membentukkumpulan semak atau pohon yang lebat, terutama di daerah yangkering. Daunnya berbentuk sederhana seperti hati. Memiliki bungayang besar, sesuai dengan jenis bentuk hibiscus, dengan daunbunga yang berwarna kuning. Buahnya berwarna coklat muda,berbentuk seperti telur, dengan panjang 2 cm. Proses berbuahdapat terjadi sepanjang tahun.

Penyebaran: mudah untuk dikembangbiakkan baik dari benih ataubatang pohon atau dari cangkok batang. Buah yang dipetik daripohon sebelum berubah warna menjadi coklat bertujuan untukmenghindari kehilangan benih ketika kering, terbuka danmengeluarkan benih. Setiap kapsul mengandung 5–15 benih yangdapat dibuang dengan cara mengguncangkan kapsul tersebut ketikatelah kering.

Penyimpanan Benih: Akan disebarkan dalam waktu 4-6 minggu.

Tehnik Penyebaran Benih dan Penanaman: Benih berukuran 3–5mm, buatlah goresan sedikit pada kulit pelapis benih denganmenggunakan pisau atau gunting kuku, gunakan amplas ataurendam benih dalam air. Tumbuhkan tunas di bawah sinar mataharitetapi terlindung dari angin dan hujan. Transplantasi dilakukan padaketinggian 5cm dari wadah khusus ke kantong plastik berukuransedang.

Penutupan: cocok dalam suasana penuh sinar matahari.

Penyiraman: dilakukan secara teratur selama berada dalam kebunpembibitan, dan pada periode awal dari pemotongan ketikadilakukan penanaman langsung.

Siap untuk ditanam: ketika berusia 5-6 bulan dan telah mencapaiketinggian 25 cm. Juga dapat ditanam langsung dari potongansepanjang 20-45 cm dan berdiameter 1-3 cm. Lukai kulit pohon didasar dari potongan dengan menggunakan pisau guna merangsangtumbuhnya akar tepi kemudian kuburkan sepertiga hingga setengahdari potongan tersebut ke dalam tanah.

Jarak penanaman: 1 m x 2 m atau 2 m x 3 m.

Page 79: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 73

Thespesia populneaWaru Laut (Ina)

Gambaran Umum: Thespesia populnea adalah pohon yang selaluberwarna hijau dengan ketinggian mencapai 6–10 m, dengan batangyang pendek serta sering patah dan bentuk mahkota yang padat.Daunnya berwarna hijau mengkilat dan berbentuk seperti hati.Memiliki bunga yang berwarna kekuningan yang seringkalidisamakan dengan H. tiliaceus. Buahnya rapuh, kering, denganbentuk benih menyerupai kapsul seperti kayu atau kertas (denganpanjang 2.5-5 cm), berbentuk bulat pipih dan berisi lima buah seldan beberapa benih.

Penyebaran: sebagian besar dengan menggunakan benih, tetapijuga cangkok batang dan potongan akar serta penyemprotan lewatudara. Benih biasanya berlimpah sepanjang tahun. Kapsul yangtelah matang dapat dengan mudah dipetik atau jatuh dari pohon,atau kapsul yang baru saja jatuh dapat diambil dari bawah pohon.Benih yang telah matang dapat diambil dengan cara menghancurkankapsul yang telah kering secara hati-hati.

Penyimpanan Benih: dapat dikeringkan dan disimpan untuk waktuyang lama.

Teknik Penyebaran Benih dan Penanaman: membuat goresanseperti pada H. tiliaceus.

Sebelum dilakukan penumbuhan tunas letakkan benih di dalamhanduk basah kemudian pindahkan ke dalam pot dengan tanahyang telah dikeringkan. Pohon ini memiliki akar pokok yang panjang

Page 80: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara74

sehingga pot yang digunakan minimal memiliki kedalaman 20 cm.Benih sebaiknya ditanam pada kedalaman 5 mm dan dilapisi denganlapisan tipis dari campuran tanah.

Penutupan: cocok dalam suasana penuh sinar matahari.

Penyiraman: dilakukan secara teratur selama berada dalam kebunpembibitan, kurangi dan kemudian berikan sinar matahari penuhsebelum dilakukan penanaman.

Siap untuk ditanam: ketika berusia 3-4 bulan dan mencapaiketinggian 15-25 cm.

Jarak penanaman: 1 m x 2 m atau 2 m x 3 m.

3.5.2 Pengumpulan dan penanaman benih

Casuarina equisetifolia

Benih Casuarina equisetifolia diambil dari buah yang hendak matangdan berwarna coklat, sebelum mereka menjadi matang penuh danmelepaskan benih tersebut. Buah ini dapat dipetik denganmenggunakan tangan atau diguncangkan ke atas kanvas untukkemudian diproses lebih lanjut.

Benih ini biasanya akan siap setelah berusia 18–20 minggu dariketika berbuah. Buah dan benih yang besar biasanya yang akandipilih.

Buah yang dipetik dari pohon dapat dikeringkan dibawah sinarmatahari atau dalam tungku pemanas guna membuka tutupnyauntuk kemudian diambil benihnya. Benih-benih ini kemudiandiseleksi guna memisahkannya dari potongan buah.

Benih ini akan mulai kehilangan kegunaannya setelah dilepaskanselama 2 minggu. Jika ingin disimpan, metode penyimpanan yangbiasa digunakan adalah mendekati temperatur titik beku atautemperatur dibawah titik beku (–6°C, 21°F). Dengan cara ini, makabenih-benih ini dapat disimpan selama 6 bulan hingga satu tahun.

Berbagai benih ini biasanya ditanam di lokasi yang memilikipenerangan yang cukup, tetapi dalam cuaca panas mungkin akandiperlukan penutupan. Cahaya dan tanah yang telah dikeringkansebaiknya digunakan untuk menghindari serangan penyakit danhama. Tingkat pertumbuhan tunas berada pada kisaran 30 - 90%bagi benih segar tetapi akan lebih rendah pada benih yang disimpanhingga satu tahun lamanya. Proses pertumbuhan tunas biasanyamulai pada periode 4–22 hari sesudah penyebaran benih tetapi

Page 81: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 75

dapat juga berlangsung hingga 40 hari. Berbagai benih ini juga dapatdiletakkan pada wadah yang diletakkan sedalam kurang lebih 5 mmdibawah tanah pembibitan yang sudah disterilkan atau cara buatanlainnya, guna menghindari serangan jamur, dan jumlah benih yangada sebaiknya adalah 215–320 benih/m2. Tanah yang seringdigunakan adalah campuran pasir dan gambut.

Tanaman bibit dari Casuarina equisetifolia biasanya ditanam ketikatelah berusia 3–4 bulan, dan memiliki ketinggian 30–50 cm.

Jarak tanam yang digunakan biasanya adalah 1 x 1 m, dan tanamanbibit ini kemudian diperkecil pada tahun kedua menjadi 2.5 x 2.5 m.Beberapa pihak menganjurkan agar jarak yang digunakan adalah 4 x4 m, tetapi jarak yang semakin dekat akan memberikan panen awal.(Elevitch 2006).

Penanaman C. equisetifolia sudah umum dilakukan di provinsi Acehdan berbagai pola jarak tanam telah pula digunakan.

Calophyllum inophyllum

Benih segar dari Calophyllum inophyllum dapat tahan selamabeberapa bulan jika disimpan dalam kondisi kering dan sejuk,terutama bila kulit arinya telah dikupas.

Pertumbuhan tunas akan berjalan lamban bila keseluruhan buahditanam dan buah yang telah matang (dengan kulit berwarna kuningatau coklat yang telah berkerut) dapat direndam selama satu malamguna membuang kulitnya. Sebelum ditanam, cangkang buah harusdipecahkan, atau benih tersebut seluruhnya dikeluarkan daricangkangnya. Tidak diperlukan penanganan tambahan.

Penanaman dapat dilakukan di dalam kontainer dengan diameterminimal 6 cm atau yang memiliki ukuran yang cukup untukmengakomodir ukuran benih yang cukup besar. Penutupan sebagianakan sangat berguna selama beberapa minggu pertama terutama diwilayah panas. Tanaman bibit sebaiknya ditanam dibawah sinarmatahari penuh sesudah periode 1–2 bulan.

Benih ini akan berbuah secara bertahap, dan benih yang terlindungakan mengeluarkan tunas lebih cepat (22 hari) dibandingkan denganbenih yang berada di dalam cangkang yang retak (38 hari) sertabenih yang ditinggalkan di dalam cangkang.

Tingkat pertumbuhan tunas bagi benih segar adalah lebih dari 90%.Pohon ini dapat tumbuh di tempat yang kering.

Page 82: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara76

Tanaman bibit dari Calophyllum inophyllum siap untuk ditanamkansesudah periode 20–24 minggu sesudah tumbuhnya tunas.Tanaman bibit ini sebaiknya dikeraskan terlebih dahulu dibawahsinar matahari sebelum ditanam. Mereka juga sebaiknya telahmemiliki akar yang telah kuat dengan tinggi 20–30 cm.

Tingkat kemampuan bertahan hidup pada umumnya tinggi,walaupun tanaman bibit ini tumbuh perlahan-lahan pada awalnyadan harus dilindungi dari benalu selama beberapa tahun pertama.Karena benihnya yang besar, pohon ini juga dapat ditanam denganmenggunakan metode penanaman benih langsung dan benihtersebut haruslah ditebarkan sedalam 2.5 cm (Elevitch 2006).

Tidak terdapat petunjuk atas jarak penanaman yang ideal bagi C.inophyllum tetapi karena pohon ini merupakan pohon yang besardengan tingkat bertahan hidup yang tinggi, maka jarak sebesar 2 x 3m atau lebih akan sesuai.

Terminalia catappa

Buah dari Terminalia catappa dapat diambil ketika telah mencapaiukuran penuh dan menunjukka perubahan warna (misalnya, menjadimerah-ungu atau kuning atau kecoklatan dalam hal buah yangberwarna hijau).

Buah yang matang diambil dari pohon dan/atau dengan bantuantongkat panjang.

Buah-buahan yang telah jatuh ke tanah dapat pula dipungut.

Lapisan luar yang haruslah dibuang dari benih/biji segera sesudahdiambil (dalam waktu 1–2 hari).

Benih dari Terminalia catappa tampaknya akan kehilangan peluanghidupnya bila telah terlebih dahulu disimpan. Sehingga disarankanbahwa benih tersebut disebarkan dalam waktu 4–6 minggu sesudahdikumpulkan.

Benih-benih akan lebih baik ditunaskan dalam campuran dalam potyang telah dikeringkan dan dilakukan dalam sebuah ruangan yangterlindung dan bebas dari serangan tikus, misalnya di rumah kaca.

Tanaman bibit ini sebaiknya dipindahkan ke dalam kontainer segerasetelah tumbuhnya tunas. Spesies ini mampu tumbuh dengan cepatsehingga membutuhkan kontainer yang lebih besar dibandingkandengan sebagian besar spesies hutan lainnya, misalnya kantongplastik ukuran 15 cm.

Page 83: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 77

Tanaman bibit secara perlahan-lahan dipindahkan ke tempat yangmendapatkan sinar yang lebih baik, misalnya 30–50% naunganselama 1–2 minggu sesudah proses transplantasi, kemudian 25%naungan selama 1 bulan, kemudian sinar matahari penuh selama 2bulan sebelum dilakukan penanaman (Elevitch 2006).

Waktu yang dibutuhkan untuk dilakukannya penanaman bagiTerminalia catappa adalah kurang lebih 4 bulan dan memilikiketinggian 25 cm. Tanaman bibit yang lebih kecil dengan tinggi 20–25 cm dapat juga digunakan.

Thespesia populnea

Benih Thespesia populnea juga dapat diambil pada sepanjangtahun. Kapsul akan menempel di pohon untuk beberapa waktusesudah matang dan dapat dipetik dengan tangan atau denganbantuan tongkat.

Kapsul segar yang jatuh dapat diambil dari tanah. Hanya benih yangtelah matang dari kapsul yang telah kering saja yang dapatdikumpulkan.

Jika kapsul tersebut tidak kering maka akan dikeringkan oleh sinarmatahari dalam waktu satu atau dua hari.

Getas kapsul benih dapat dihancurkan oleh tangan untuk mengambilbenih didalamnya. Jumlah kapsul yang lebih banyak dapatdihancurkan di dalam tas dan benih yang ada dibersihkan darisekamnya dengan cara disaring atau ditiup.

Benih ini akan mampu menyimpan potensi hidupnya bila telak keringdan disimpan dan dapat juga disimpan pada suhu kamar di dalamkontainer yang tertutup rapat untuk jangka pendek.

Penumbuhan tunas ini dapat diperkeran dengan menghaluskanpelapis benih ini dengan menggunakan amplas atau mencongkelnyadengan pisau atau gunting kuku dan merendam benih tersebutselama satu malam di dalam air dingin (Elevitch 2006).

Tanaman bibit Thespesia populnea haruslah ditanam pada lokasiyang mendapatkan sinar matahari sebagian atau penuh. Dibutuhkannaungan yang cukup untuk melindungi tanaman bibit ini dari hujanderas sesudah tumbuhnya tunas. Pertumbuhan tunas ini dimulaidalam waktu 8 haru dan dapat diperpanjang hingga 10 minggu.

Page 84: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara78

Tingkat pertumbuhan tunas dari benih segar mencapai 65–80%.Benih yang belum matang dapat dimasukkan ke dalam handukbasah untuk kemudian dipindahkan ke dalam kontainer.

Pohon Thespesia populnea telah siap untuk ditanam ketika telahmencapai tinggi 15–25 cm dalam kurun waktu 12–16 weeks.Tanaman bibit sebaiknya diperkeras dengan mengurangipenyiraman dan sinar matahari selama 4–6 minggu sebelumditanam. Tanaman bibit biasanya tumbuh perlahan selama 6-10minggu pertama untuk kemudian tumbuh dengan cepat.

Tanaman bibit membutuhkan perlindungan dari kekeringan dalamperjalanan menuju lokasi penanaman, yang berarti melindungimereka dari sinar matahari, angin dan panas. Pengawasan terhadaprumput liar di lokasi penanaman sangatlah penting dilakukan, sertabantuan penyiraman akan membantu penanaman awal ini. (Elevitch2006).

Berbagai spesies yang terdapat dalam hutan pesisir juga dapatditemukan dengan mudah di Aceh, seperti misalnya pohon kelapa.Jarak penanaman jenis ini pada umumnya berkisar dari 5 x 5 m,hingga 10 x 10 m.

Spesies lain

Terdapat potensi lain untuk mempertimbangkan menanam spesiesyang lebih kecil seperti misalnya Hibiscus tiliaceus dan Thespesiapopulnea diantara pohon kelapa, terutama jika tujuannya untukmenciptakan jalur hijau yang lebih lebat dan bervariasi. Padabeberapa lokasi di pantai Aceh, penanaman campuran seperti inidapat ditemukan.

Selain itu, pohon kelapa juga mendapatkan manfaat tambahan darigas nitrogen yang dikeluarkan oleh salah satu tanaman lain yaituCasuarina equisetifolia guna meningkatkan kualitas tanah.Penanaman tanaman pendamping dari spesies ini dengan Cocosnucifera pada beberapa lokasi akan sangat menguntungkan.

Jika tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mencoba danmelakukan reproduksi atas tanaman hutan pesisir yang samadengan yang ada di wilayah tersebut, maka mengurangi jarakpenanaman menjadi 1 x 2 m dapat menciptakan efek yangdiinginkan dan memberikan kesempatan kepada produksi kayu,kayu bakar dan arang. Guna mencapai tujuan ini, maka spesiessebaiknya ditanam secara acak dalam jarak yang telah ditentukansebelumnya, atau dalam rumpun spesies yang sama sehingga

Page 85: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 79

panen dari produk tiap spesies yang ada tidak memerlukan tenagakerja dalam jumlah yang besar.

Guna mengurangi kebutuhan pemeliharaan tanaman bibit sesudahditanam (terutama kebutuhan penyiraman), musim tanam yangdianjurkan bagi spesies tanaman pesisir adalah bulan Agustus-September, yaitu hanya satu atau dua bulan sebelum dimulainyamusim hujan. Tetapi, jika terjadi pola hujan yang tidak teratur, makatanaman bibit haruslah disiran secara teratur pada enam bulanpertama sesudah penanaman.

3.6 Pemagaran

Masalah penghancuran dari bibit tanaman hutan pantai yangdilakukan oleh herbivora, termasuk binatang peliharaan, babi dantikus haruslah diperhatikan dan dianjurkan bahwa semua kegiatanpenanaman haruslah mendapatkan perlindungan, dengan caramemasang penghalang di sekeliling tiap pohon (seperti yang telahdipraktekkan di pantai barat Aceh) atau dengan memasang pagar disekeliling wilayah penghijauan (pagar sekeliling).

Berdasarkan pengalamandari program kehutananFAO di Aceh, makadianjurkan untukmemasang pagar kelilingini. Lebih murah untukmemasang pagar disekeliling areadibandingkan di sekelilingtiap tanaman bibit danjuga agar pertumbuhanalami terjadi dalamwilayah yang ditanam.

Dengan cara ini, maka cakupan vegetasi akan dapat mudahdibentuk dan keragaman spesies yang lebih besar akan dapattercapai.

Metode pendekatan ini tanpa dilakukannya penanaman, haruslahdipertimbangkan secara serius sebagai standar dari kegiatanpenghijauan kembali wilayah hutan yang mengalami kerusakan.Dana yang dihemat dari kegiatan penanaman ini dapat digunakanuntuk mempekerjakan anggota masyarakat guna melindungi pagar

Page 86: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara80

ini dalam jangka panjang sehingga turut menyediakan kesempatanregenerasi yang lebih baik.

Bahan baku pembuatan pagar ini dapat berupa jaring nelayan daripolyethylene, yang lebih tahan lama dibandingkan pagar kawat. Pospenjagaan pagar ini sebaiknya dibuat dari bahan kayu karena pos iniakan lebih tahan lama dan juga memberikan sumbangan padakegiatan penghijauan.

Tinggi minimum dari pagar ini sebaiknya adalah 1.5 dan dibutuhkantali yang kuat untuk menjaga tegaknya pagar ini terutama pada sisiatas dan sisi bawah.

3.7 Pemeliharaan / Manajemen

Sesudah dilakukan penanaman tanaman bibit, maka perlu dilakukankegiatan pemeliharaan.

Jika tanaman bibit mangrove telah ditempatkan secara benar, danditanam pada ketinggian yang seharusnya pada garis pantai makaupaya pemeliharaan ditujukan guna memastikan bahwa herbivora,jejak kaki, dan perusakan oleh puing-puing tidak menyebabkankerusakan parah. Mungkin akan sangat penting untuk memagariakses jalan menuju ke lokasi dan/atau secara teratur membuangpuing-puing yang ada terutama jika menimbulkan akibat yang parah.

Penyiraman akan sangat penting bagi bibit tanaman hutan pantaiterutama pada masa kekeringan walaupun hal ini akanmembutuhkan keterlibatan banyak tenaga kerja pada area yang luasdan menjadi tidak mungkin untuk dilaksanakan.

Haruslah dipertimbangkan untuk menggali sumur dekat wilayahpenanaman untuk membantu kegiatan penyiraman ini danpemberian pupuk jerami. Tanaman bibit ini juga ditanam padatempat yang lebih luas disertai dengan pemberian tanah/pupuk yangmemadai, terutama pada wilayah yang berpasir dan kering.Dianjurkan pula untuk mencabut tumbuhan lawan untuk menghindaripersaingan dalam mendapatkan air, yang mana dapat menyebabkanbibit ini dikelilingi oleh tanaman merambat dan tumbuhan lain yangtidak diinginkan.

Tetapi, mereka juga dapat menstabilkan kondisi tanah danmembersihkan tanah, sehingga kegiatan ini sangatlah disarankanuntuk dilakukan.

Page 87: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara 81

Terdapat juga kebutuhan untuk menggantikan tanaman bibitterutama jika tingkat kematian tinggi dan telah diprediksikan bahwasedikitnya tingkat kematian bibit juga akan terhadi. Pemeriksaanreguler atas wilayah yang telah ditanami akan memberikanperingatan kepada kelompok pemeliharaan atas peristiwa yangmungkin terjadi, seperti serangan serangga pada bagian dari pohonmangrove yang berada diatas gelombang air pasang, menerimatekanan dari algae (belum terlihat di Aceh) dan kematian akibatkadar garam yang tinggi.

Sesudah wilayah tanam terbentuk, maka pemungutan kayu danproduk non-kayu, dapat dilaksanakan. Salah satu pertimbanganpenting adalah tingkat panen yang ada sekarang ini dan harusnyaberada dalam batas ketahanan. Guna memastikan bahwa hal inidapat tercapai, maka sebuah rencana manajemen akan segeradisusun berdasarkan hasil kriteria dengan penggemar ini akan habisterpakai.

Sangat diperlukan pula untuk mengawasi implementasi dari empatbuah janji diatas guna memastikan bahwa distribution masihmengurus, terutama Maka baru pertemuan berikutnya.

Page 88: Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh

Petunjuk Rehabilitasi Hutan Pantai untuk Wilayah Provinsi Aceh dan Sumatera Utara82

ReferensiAsia Forest Network. 2002. Participatory Rural Appraisal forCommunity Forest Management: Tools and Techniques.http://www.asiaforestnetwork.org/pub/pub20.pdf

Elevitch, C.R. 2006. (ed.) Species Profiles for Pacific IslandAgroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR), H lualoa,Hawai‘i. <http://www.traditionaltree.org>.

Field, C.D. 1996. (ed.) Restoration of Mangrove Ecosystems.International Society for Mangrove Ecosystems, Okinawa, Japan

Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A. and Baba, S. 1997. Handbookof Mangroves in Indonesia –Bali and Lombok-, The Development ofSustainable Mangrove Forest Management Project, The Ministry ofForestry and Estate Crops in Indonesia and Japan InternationalCooperation Agency.

Saenger, P. 2002. Mangrove Ecology, Silviculture and Conservation,Kluwer Academic Publishers, Dordrecht.

Whitten, T., Damanik, S.J., Anwar, J. and Hisyam N. 2000. TheEcology of Sumatera. The Ecology of Indonesia Series Volume 1,First Periplus Edition, Singapore.