Upload
trinhthuy
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PETA SEBARAN KARAKTERISTIK SEDIMEN
BERDASARKAN TUTUPAN LAMUN DI PERAIRAN DESA
MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
TAUFIX ALHIDAYAT
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
ALHIDAYAT, TAUFIX. Peta Sebaran Karakteristik Sedimen Berdasarkan
Tutupan Lamun Di Perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Jurusan Ilmu Kelautan, FakultasIlmuKelautan Dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh : Risandi Dwirama Putra,
ST, M.Eng dan Chandra JoeiKoenawan, S.Pi, M.Si.
Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik sedimen. Besarnya
peranan sedimen terhadap perubahan ekosistem laut termasuk lamun. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Juli 2017. Secara keseluruhan rata-
rata tutupan lamun diperairan Desa Malang Rapat diketahui sebesar 28,8%
tergolong tingkat tutupan miskin. Sebaran jenis sedimen di perairan Malang Rapat
terdiri dari 3 jenis sedimen yakni gravelly sand (pasir kerikil), sandy gravel
(kerikil perpasir) dan serta slightly gravelly sand (campuran pasir lumpur kerikil).
Tingkat tutupan lamun berdasarkan jenis sedimen diperoleh hasil bahwa pada
jenis sedimen gravelly sand (pasir berkerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar
29,65%, dan pada jenis sedimen sandy gravel (kerikil berpasir) tingkat tutupan
lamun rata-ratanya sebesar 23,79%, dan pada jenis substrat slightly gravelly sand
(campuran pasir lumpur kerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar29,0%.
Kata kunci : Peta Sebaran, Sedimen, Lamun, Malang Rapat
ABSTRACT
ALHIDAYAT, TAUFIX. The Mapof Sediment Characteristic Distribution Based
on Seagrass Cover in Malang Rapat Village Bintan Regency Riau Islands
Province. Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Science and
Fisheries, Raja Ali Haji Maritime University. Advisor by: Risandi Dwirama Putra,
ST, M.Eng and Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si.
Seagrass can be found on various characteristics of sediments The magnitude
of the role of sediment to changes in marine ecosystems including seagrasses.
This research was conducted in December 2016 - July 2017. Overall average
seagrass cover in Malang RapatVillage was found to be 28.8% categorized as
poor cover level. Distribution of sediment types in Malang Rapatwaters consists
of 3 types of sediment, is gravelly sand, sandy gravel and slightly gravelly sand.
The level of seagrass cover based on sediment type is obtained result that on the
type of sediment of gravelly sand (sand puddle) the average of seagrass cover is
29.65%, and in the sandy gravel sediment type the average seagrass cover level is
23,79% , and on the slightly gravelly sand substrate (a mixture of pebbles sand)
the average seagrass cover is 29.0%.
Keywords: Spreading, Sediment, Seagrass Map, Malang Rapat
PETA SEBARAN KARAKTERISTIK SEDIMEN
BERDASARKAN TUTUPAN LAMUN DI PERAIRAN DESA
MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI
KEPULAUAN RIAU
TAUFIX ALHIDAYAT
NIM. 110254241086
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Program Studi Ilmu Kelautan
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
© Hak cipta milik Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tahun 2017
Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apapun, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan
serta kemudahan sehingga skrips imengenai Peta Sebaran Karakteristik Sedimen
Berdasarkan Tutupan Lamun Di Perairan Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau dapat disusun sebagaimana mestinya. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Ilmu
Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan di Universitas Maritim Raja Ali
Haji. Penyusunan skripsi ini banyak menerima pengarahan dari berbagai pihak
sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan rasa
terimakasih kepada:
1. Ucapan rasa syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan
kenikmatan, kesehatan, kemudahan dan lain sebagainya.
2. Ucapan rasa terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang selalu memberikan
bantuanbaik moril maupun materil serta doa dan semangat.
3. Ucapan terima kasih juga kepada bapak Dr. Agung Dhamar Syakti, S.Pi.,
DEA. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim
Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
4. Terima kasih kepada dosen pembimbing I bapak Risandi Dwirama Putra,
ST, M.Eng dan dosen pembimbing II bapak Chandra Joei Koenawan, S.Pi,
M.Si.
5. Terima kasih kepada bapak Arief Pratomo, ST, M.Si sebagai dosen penguji
1 dan bapak Try Yulianto, S.Pi, MPSDA sebagai dosen penguji 2.
6. Terima kasih kepada rekan seperjuangan, kepada teman-teman angkatan
2010 dan 2011 FIKP UMRAH sereta semua pihak yang telah membantu.
Skripsi ini telah disusun semaksimal mungkin, namun penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna, maka kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Semoga informasi yang penulis sajikan dalam penelitian ini dapat
bermanfaat untuk kedepannya.
Tanjungpinang, Juli 2017
Taufix Alhidayat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkalis pada tanggal 2 mei 1993 sebagai putra kedua
dari bapak Tumadi dan ibu Siti Hartini. Saat ini, penulis berdomisili di Jalan
Soekarno Hatta no.110 Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Penulis mengawali
pendidikannya di SD Negeri 007 Tanjungpinang Barat dan menamatkan
pendidikan dasar pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya
di Mts Negeri Tanjungpinangdan tamat pada tahun 2007. Penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 5 dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis
diterima melalui tes tertulis jalur mandiri (ujian tertulis). Penulis diterima pada
jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH).
Selama masa aktif kuliah, penulis juga pernah bergabung dalam organisasi
fakultas Badan Eksekutif Mahasiswa”BEM” (2013-2014) dan melaksanakan
KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Malang Rapat kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
perikanan pada program studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), penulis menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Peta Sebaran Karakteristik Sedimen
Berdasarkan Tutupan Lamun Di Perairan Desa Malang Rapat Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau.”
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 3
1.4 Manfat Penelitian ............................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Pengertian Sedimen ........................................................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor Pembatas ..................................................................................... 3
2.2.1 SumberSedimen ...................................................................................... 3
2.2.2 MorfologiSedimen .................................................................................. 4
2.2.3 TeksturSedimen....................................................................................... 4
2.2.4 Fisika Air ................................................................................................ 5
2.2.5 Kimia Air ............................................................................................... 6
2.3 Deskripsi Lamun ................................................................................................ 6
2.4 Hubungan Sebaran Sedimen dan Lamun ........................................................... 6
2.5 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) ................................. 7
2.6 Pemetaan Sebaran Sedimen Menggunankan Penginderaan Jauh ...................... 7
BAB III. METODE ................................................................................................ 9
3.1 WaktudanTempat Penelitian .............................................................................. 9
3.2 Metode ............................................................................................................... 9
3.2.1 BahanPenelitian....................................................................................... 9
3.2.2 AlatPenelitian ......................................................................................... 10
3.3.3 Sumber Data .......................................................................................... 10
3.2.4PenentuanTitik Sampling ....................................................................... 10
3.2.5 Sampling SedimenPermukaan ............................................................... 11
3.2.6 Pengukuran Parameter Perairan ............................................................. 11
3.3 Analisis Data ...................................................................................................... 12
3.3.1 SedimenPermukaan ................................................................................ 12
3.3.2 StatistikTeksturSedimen ........................................................................ 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 21
4.1 Kondisi Umum Perairan Desa Malang Rapat .................................................... 21
4.2 Tutupan Lamun di Perairan Desa Malang Rapat ............................................... 22
4.3 Kondisi Sedimen di Perairan Desa Malang Rapat ............................................. 24
4.3.1 Segitiga Shepard FraksiSedimen............................................................ 24
4.3.2 Diameter Rata-Rata (Mean Size) .......................................................... 27
4.3.3 PemilahanSedimen (Sorting) ................................................................ 27
4.3.4 Kurtois .................................................................................................... 28
4.3.5 Skewness ................................................................................................ 28
4.4 Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Sedimen ..................................................... 29
4.5 Parameter Oseanografi Perairan Desa Malang Rapat ........................................ 30
4.5.1 Suhu ....................................................................................................... 31
4.5.2 Salinitas .................................................................................................. 31
4.5.3 Kekeruhan .............................................................................................. 32
4.5.4 ArusPermukaan ...................................................................................... 32
4.5.5 DerajatKeasaman ................................................................................... 33
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 34
5.2 Saran ................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 35
LAMPIRAN ............................................................................................................ 37
DAFTAR GAMBAR
1. Segitiga Shepard untuk analisis butiran sedimen ........................................... 5
2. Peta lokasi penelitian ..................................................................................... 9
3. Metode petak contoh untuk pengambilan data lamun ................................... 16
4. Petatutupan lamun di perairanDesa Malang Rapat ........................................ 22
5. Fraksi sedimen berdasarkan Shepard Triangle .............................................. 24
6. Peta fraksi sedimen pada area lamun di perairan Desa Malang Rapat .......... 26
7. Peta tekstur sedimen dan persenta setutupan lamun ...................................... 29
DAFTAR TABEL
1. Skala Wenwort untuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen............. 5
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ........................................................ 9
3. Alat yang digunakan dalam penelitian ............................................................ 10
4. Luas area penutupan lamun berdasarkan kelas kehadiraan jenis .................... 17
5. Status padang lamun menurut Kepmen LH nomor 200 tahun 2004 ................ 23
6. Pengamatan parameter perairan ........................................................................ 30
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil ayakan sedimen ..................................................................................... 38
2. Sedimen tipe pada titik sampling .................................................................. 41
3. Hasil nilai statistika sedimen .......................................................................... 44
4. Deskripsi statistika sedimen ........................................................................... 47
5. Persentase tutupan lamun ............................................................................... 50
6. Standart persentase tutupan lamun menurut Mc. Kenzie (2003) .................. 53
7. Dokumentasi pengambilan sampling di lapangan.......................................... 54
8. Dokumentasi analisis sampling di laboratorium ............................................ 55
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan khususnya lingkungan perairan laut
akan merubah pola interaksi antara faktor biotik dan abiotik, hal ini akan
menciptakan kondisi alam yang berbeda dari sebelum berlangsungnya proses
tersebut. Besarnya peranan sedimentologi terhadap perubahan ekosistem laut dan
sebaliknya fenomena alam yang mampu mempengaruhi karakteristik sedimen
laut, maka pola saling mempengaruhi antara sedimen dengan lingkungan di mana
sedimen itu terbentuk (Rifardi. 2012). Lamun dapat ditemukan pada berbagai
karakteristik substrat. Padang lamun di Indonesia dikelompokkan kedalam enam
kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di
substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir, pasir berlumpur, puing karang dan batu
karang. Hampir semua jenis lamun dapat tumbuh pada berbagai substrat, kecuali
pada Thalassodendron ciliatum yang hanya dapat hidup pada substrat karang
batu (Sakaruddin. 2011).
Desa Malang Rapat merupakan salah satu lokasi dilakukannya Program
TRISMADES (Trikora Seagrass Management Demonstration Site) kerjasama
antara Kabupaten Bintan dan Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Program ini
merupakan program percontohan pengelolaan padang lamun di Pesisir Timur
Pulau Bintan. Walaupun program TRISMADES telah berakhir tetapi
wilayah tersebut masih terjaga dengan cukup baik, terutama terkait status
wilayah Desa Malang Rapat sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah/KKLD
(Surat Keputusan Bupati Bintan No.36/VIII/2007 in Adriani. 2014).
Pemetaan sebaran sedimen dan luasan tutupan lamun di Desa Malang Rapat
belum banyak dilakukan, dimana data dan informasi yang berhubungan dengan
aspek tersebut masih terbatas. sehingga hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
informasi dalam pengambilan kebijakan dalam pengembangan dan pemanfaatan
wilayah pesisir di wilayah tersebut.
2
1.2 Perumusan Masalah
Pesisir pantai Desa Malang Rapat yang terletak di Kecamatan Gunung Kijang,
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan kawasan pengembangan
pembangunan Kabupaten Bintan, terkait status wilayah Desa Malang Rapat
sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah/KKLD (Surat Keputusan Bupati
Bintan No.36/VIII/2007. Besarnya peranan sedimentologi terhadap perubahan
ekosistem laut dan sebaliknya fenomena alam yang mampu mempengaruhi
karakteristik sedimen laut, maka pola saling mempengaruhi antara sedimen
dengan lingkungan dimana sedimen. Lamun dapat ditemukan pada berbagai
karakteristik substrat. Padang lamun di Indonesia dikelompokkan ke dalam enam
kategori berdasarkan karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di
substrat lumpur, lumpur berpasir, pasir, pasir berlumpur, puing karang dan batu
karang. Pemetaan sebaran sedimen dan luasan tutupan lamun di Desa Malang
Rapat ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan
kebijakan dalam pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir di wilayah
tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik sedimen dasar perairan pesisir Desa Malang
Rapat, Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
2. Mengetahui sebaran karakteristik sedimen dasar perairan pesisir
berdasarakan sebaran luasan tutupan lamun di Desa Malang Rapat,
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi untuk
pihak terkait dalam upaya pengelolaan kawasan perairan pesisir pantai agar tetap
dalam kondisi yang sesuai. Memberikan gambaran/informasi kepada masyarakat
tentang kondisi perairan pesisir pantai, agar dapat dijadikan sebagai dasar dalam
upaya pemanfaatan perairan pesisir pantai yang lebih terarah dan dibatasi.
Memberikan informasi bagi mahasiswa/akademisi untuk bahan acuan serta
mendorong dilakukannya penelitian lanjutan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sedimen
Sedimen berasal dari bahasa latin yaitu sedimentum yang artinya
pengendapan, sedimen di definisikan sebagai material-material yang berasal dari
perombakan batuan yang lebih tua atau material yang berasal dari proses
weathering batuan dan ditransportasikan oleh air, udara dan es, atau material
yang diendapkan oleh proses-proses yang terjadi secara alami seperti precitipasi
secara kimia atau sekresi oleh organisme, kemudian membentuk suatu lapisan
pada permukaan bumi (Rifardi. 2008).
Ukuran butir penting diketahui dalam suatu lingkungan pengendapan karena
ukuran butir dapat menjelaskan hal-hal berikut: 1) menggambarkan daerah asal
sedimen, 2) perbedaan jenis partikel sedimen, 3) ketahanan partikel dari
bermacam-macam komposisi terhadap proses weathering, erosi, abrasi dan
transportasi, 4) jenis proses yang berperan dalam transportasi dan deposisi
sedimen (Rifardi. 2008).
2.2 Faktor-Faktor Pembatas
Faktor pembatas adalah faktor-faktor fisika dan kimia yang menentukan
apakah organisme dapat hidup dan berkembang dalam suatu ekosistem. Faktor
pembatas yang dimaksud dalam penulisan adalah semua kekuatan atau energi
baik bersumber dari komponen biotik maupun abiotik yang mempengaruhi dan
menentukan keberadaan, karakteristik dan sebaran sedimen pada suatu
lingkungan (Rifardi. 2012). Faktor-faktor pembatas tersebut dapat diuraikan
dalam subbab berikut:
2.2.1 Sumber Sedimen
Asal partikel sedimen menentukan jenis-jenis partikel penyusun sedimen,
berdasarkan jenisnya maka partikel sedimen dapat berasal dari sumber-sumber
berikut: 1) partikel-partikel yang dierosi sebagai partikel padat yang berasal dari
daratan disebut partikel terrigeneous, 2) partikel-partikel piroklastik yang berasal
4
dari letusan genung dan 3) partikel-partikel yang berkembang melalui proses
biologi dan kimia pada dasar perairan (Rifardi. 2012).
Sedimen laut berasal dari daratan dan hasil aktifitas (proses) biologi, fisika
dan kimia baik yang terjadi didaratan maupun di laut itu sendiri, meskipun ada
sedikit masukan dari sumber vulkanogenik dan kosmik. Sumber partikel yang
berbeda menyebabkan keberadaan, karakteristik dan sebaran sedimen akan
berbeda pula (Rifardi. 2012).
2.2.2 Morfologi Sedimen
Morfologi atau bentuk partikel sedimen mempengaruhi sebaran sedimen pada
dasar perairan karena bentuk yang berbeda akan diendapkan pada jarak yang
berbeda dari sumbernya oleh kekuatan energi transportasi yang sama (Rifardi.
2012). Bentuk partikel-partikel mempengaruhi model transportasi dalam air di
mana bentuk iku tmenentukan apakah partikel-partikel tersebut ditransportasi
secara saltasi, traksi, rolling atau suspensi (Rifardi. 2012).
2.2.3 Tekstur Sedimen
Suatu endapan sedimen disusun dari berbagai ukuran partikel sedimen yang
berasal dari sumber yang berbeda-beda dan percampuran ukuran ini disebut
dengan istilah “Populasi” (Rifardi. 2012).
Menurut Rifardi. (2012), Ada tiga kelompok populasi sedimen yaitu:
1. Gravel (kerikil), terdiri dari partikel individual: boulder, cobble dan
pebble.
2. Sand (pasir), terdiri dari: pasir sangat kasar, kasar, medium, halus dan
sangat halus.
3. Mud (lumpur), terdiri dari clay dan silt.
Skala ukuran butiran sedimen digambarkan sesuai dengan ukuran berdasarkan
diameter butirannya. Tiga kelompok sedimen dari kelas ukuran yang paling besar
ke yang lebih kecil (kerikil, pasir, lumpur) di tentukan dalam ukuran diameter
butiran yang dijelaskan seperti pada tabel 1 (Skala Wenwort).
5
Tabel 1 Skala Wenwort ntuk mengklasifikasikan partikel-partikel sedimen. Diameter Butir
(mm) Kelas Ukuran Butir Fraksi
>256 Boulders (Kerikil Besar) Kerikil
2 – 256 Gravel (Kerikil Kecil)
1 – 2 Very Coarse Sand (pasir sangat kasar)
0.5 – 1 Coarse sand (Pasir Kasr)
0.25 – 0.5 Medium sand (pasir sedang) Pasir
0.125 – 0.25 Fine sand (pasir halus)
0.625 – 0.125 Very fine sand (pasir sangat halus)
0.002 – 0.00625 Silt (debu/lanau)
0.0005 – 0.002 Clay (lempung) Lumpur
< 0.0005 Clay (lempung) Dissolved material (material terlarut)
Sumber: Rifardi. (2008)
Untuk mengetahui butiran sedimen (kerikil, pasir, lumpur) dianalisis
menggunakan segitiga Shepard untuk mengetahui jenis sedimen. Segitiga
Shepard untuk analisis butiran sedimen dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Segitiga Shepard untuk Analisis Butiran Sedimen (Rifardi. 2012).
2.2.4 Fisika Air
Perbedaan proses sedimentasi antara satu tempat dengan lainnya diperairan
disebabkan oleh karakteristik fisika dan kimia perairan yang berbeda. Suhu,
salinitas dan densitas perairan mempengaruhi kecepatan tenggelam partikel
sedimen dan densitas suatu perairan ditentukan oleh suhu dan salinitas perairan
tersebut (Rifardi. 2012).
6
2.2.5 Kimia Air
Proses kimia mempengaruhi proses pengendapan (sedimentasi) di perairan.
Perubahan pH perairan mempengaruhi proses pelarutan partikel-partikel
sedimen. Reaksi kimia dalam sedimen berhubungan dengan pH khususnya
kalsium karbonat yang terjadi sebagai partikel-partikel batuan dan semen
(Rifardi. 2012).
2.3 Deskripsi Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki
kemampuan beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi
salinitas tinggi, hidup terbenam didalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan
akar sejati. Hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir disebut
sebagai padang lamun (seagrass bed) (Sakaruddin. 2011).
Menurut Romimohtarto, Juwana. (2001), Ekosistem lamun merupakan salah
satu ekosistem yang paling produktif. Selain itu ekosistem lamun mempunyai
peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di
laut dangkal, yaitu sebagai produsen primer, habitat biota, penjebak sedimen dan
penjebak zat hara.
2.4 Hubungan Sebaran Sedimen dan Lamun
Sedimen yang terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, lempung dan liat merupakan
substrat yang dapat ditumbuhi lamun. Lamun dapat hidup diberbagai jenis
sedimen yang dimulai dari lumpur hingga sedimen dasar yang 40% merupakan
endapan lumpur (Dahuri. 2001).
Sedimen sebagai substrat lamun juga memiliki peran sebagai berikut :
1. Pelindung tanaman dari arus laut
2. Tempat pengolahan dan pemasok nutrient
Pertumbuhan lamun berbeda-beda antara lokasi yang satu dengan yang
lainnya, hal ini dikarenakan kecepatan atau laju pertumbuhan dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal seperti fisiologi, metabolisme dan faktor-faktor eksternal
seperti zat-zat hara, tingkat kesuburan sedimen dan parameter lingkungan
lainnya (Triadi. 2014).
7
Penyebaran sedimen pada tiap-tiap tempat tidak sama dan tidak merata
tergantung pada kondisi yang mempengaruhinya seperti arus, gelombang, pasut
serta jenis dan komposisi sedimen (Mukminin. 2009).
2.5 Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG)
Penginderaan jauh (Remote Sensing) didefenisikan sebagai ilmu, teknologi,
dan seni dalam mendeteksi dan mengukur objek atau fenomena di bumi tanpa
menyentuh objek itu sendiri (Sakaruddin. 2011). Kelebihan teknologi
penginderaan jauh diantaranya adalah: 1) Pengambilan data dilakukan dalam
cakupan wilayah yang luas dan serentak. 2) Jumlah data yang banyak dalam
sekali pengambilan data. 3) Pengambilan data berulang-ulang sehingga dapat
dianalisis variasinya secara temporal. 4) Dapat menjangkau lokasi yang sulit
dijangkau oleh manusia (Sakaruddin. 2011).
Sistem penginderaan jarak jauh secara umum terdiri dari objek permukaan
bumi yang diindera atau diamati menggunakan sensor pengamat yang diletakkan
pada wahana satelit atau kapal yang bergerak pada orbitnya dengan pengamatan
yang berulang dan liputan yang luas (Sakaruddin. 2011). Banyak satelit yang
digunakan untuk memantau objek-objek di permukaan bumi yang disesuaikan
dengan informasi yang dibutuhkan pengguna, salah satunya adalah satelit
Landsat (Sakaruddin. 2011).
2.6 Pemetaan Sebaran Sedimen Menggunakan Penginderaan Jauh
Asumsi dasar yang digunakan pada pemetaan dengan menggunakan
penginderaan jauh adalah setiap energi yang dipantulkan oleh objek berbeda-
beda, relatif terhadap besarnya energi yang diterima (Sakaruddin. 2011). Berbeda
dengan daratan, pada perairan energi gelombang elektromagnetik yang dapat
menembus perairan hanya energi yang memiliki panjang gelombang yang relatif
kecil, dalam konteks penginderaan jarak jauh pasif hanya spektrum sinar tampak
(400-700 nm), sedangkan pada spektrum yang lebih tinggi dari sinar tampak
(>700 nm) hampir semua energinya diserap oleh air (Sakaruddin. 2011).
Lamun menyerap energi pada panjang gelombang biru (sekitar 400 nm) dan
merah (sekitar 700 nm) untuk berfotosintesis, serta memantulkan energi pada
panjang gelombang hijau (sekitar 500 nm) hal inilah yang menjadi alasan
8
mengapa lamun berwarna hijau. Berbeda dengan vegetasi yang memiliki pigmen
karotenoid seperti makro alga yang menyerap maksimal energi pada panjang
gelombang 450 nm. Reflektansi sinar tampak pada vegetasi lamun memiliki 12
karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari bentuk morfologi dan juga
kerapatan dari padang lamun tersebut (Sakaruddin. 2011).
9
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perairan wilayah Desa Malang Rapat, Kabupaten
Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian difokuskan pada perairan di Desa
Malang Rapat yang dimana pengambilan sampel sedimen sebanyak 109 titik dan
pengamatan tutupan lamun dilakukan di perairan Desa Malang Rapat, sedangkan
analisis sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan Juli 2017.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Sumber: Citra Spot dan Peta Base Map Bintan Software ArcGIS 10.1
3.2 Metode
3.2.1 Bahan Penelitian
Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Keterangan
1 Tissue Untuk membersihkan
2 Kertas label Penanda wadah sampel
3 Kantong plastic Wadah sampel sedimen
4 Sedimen Analisis fraksi sedimen
5 Alumunium foil Wadah sampel sedimen yang dikeringkan
6 Aquades Kalibrasi alat dan membilas alat
7 Larutan H2O2 3-5% Memisahkan butiran partikel antar sedimen
10
3.2.2 Alat Penelitian
Tabel 3 Alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama Alat Keterangan
1 Pipa paralon/sekop Mengambil sedimen di perairan
2 Plot 50 x 50 Untuk menentukan luasan penutupan lamun
3 GPS Untuk menentukan titik koordinat aampling
4 Current Drouge Mengukur kecepatan arus
5 Turbidimeter Mengukur kekeruhan perairan
6 Tabung ukur1000 Ml Untuk menganalisis lumpur
7 Pipet volumetrik 20 Ml Untuk menganalisis lumpur
8 Oven pengering Untuk mengeringkan Sampel
9
10
Stik
Timbangan analitik
Pengaduk
Menimbang berat sampel sedimen
11 Turbidimeter Untuk pengukuran kekeruhan
12 Stop Watch Untuk mengukur kecepatan arus
13 Multi Test Untuk mengukur suhu, pH
14 Kamera Dokumentasi
15 Beaker Glass Untuk wadah analisis aedimen
16 Salt Meter Untuk pengukuran salinitas
17 AlatTulis (Pena, buku,
spidol)
Untuk mencatat hasil
3.2.3 Sumber Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, data yang
diperoleh berupa data primer dan data skunder. Data primer diperoleh di
lapangan, kemudian dianalisis di laboratorium Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji, sedangkan titik stasiun telah ditetapkan
sebelumnya yang dianggap dapat mewakili daerah perairan Desa Malang Rapat,
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dan data sekunder diperoleh dari
instansi terkait dengan lokasi wilayah penelitian untuk selanjutnya data diolah
dan dibahas secara deskriptif.
3.2.4 Penentuan Titik Sampling
Pengukuran dilakukan dilapangan dan di Laboratorium Ilmu Kelautan dan
Perikanan UMRAH dan penentuan titik sampling ditentukan dengan cara
sistematic sampling with random shart dengan bantuan software VSP V.7
(Visual Sampling Plan) yaitu proses pengambilan titik samplenya sudah
ditentukan.
11
3.2.5 Sampling Sedimen Permukaan
Sedimen diambil pada setiap titik sampling, dimana pengambilan sedimen
dengan menggunakan sekop. Kemudian sampel sedimen tersebut di simpan
dalam kantong plastik satu kilogram, kemudian sample sedimen tersebut di tutup
Rapat dan di beri label. Seterusnya sample tersebut dimasukkan kedalam kotak
pendingin dan dijaga selama transportasi ke laboratorium untuk di analisis lebih
lanjut.
3.2.6 Pengukuran Parameter Perairan
a. Kekeruhan
Pengukuran kekeruhan perairan diukur dengan menggunakan Turbidity meter
model (TU 2010) dengan satuan NTU (Nephelometrik Turbidity Unit). Sebelum
melakukan pengukuran dilakukan kalibrasi pada alat Turbidity Meter agar dapat
menunjukkan angka yang sesuai. Untuk memulai kalibrasi, tombol “POWER”
ditekan dan NTU solution (0 NTU dan 100 NTU) secara bergantian dimasukkan
kedalam alat sejajar dengan tanda titik yang tertera pada alat dan botol NTU
solution. Tombol “TEST/CAL” ditekan untuk memulai proses kalibrasi, jika
angka yang ditunjukkan pada alat sesuai dengan NTU solution yang dimasukkan,
maka pengukuran kekeruhan dapat dilakukan. Sampel yang telah disiapkan
digoncangkan, lalu dimasukkan kedalam botol uji kekeruhan sebatas tanda tera
pada botol (10 ml). Tombol “TEST/CAL” ditekan, ditunggu hingga layar alat
menunjukkan angka tetap.
b. Kecepatan Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan tali pada current drouge dan
diletakkan pada permukaan perairan kemudian diukur jarak tempuh current
drouge tersebut dalam satuan waktu yaitu meter per detik (m/det) dari jarak awal
diletakkan. Nilai kecepatan arus diperoleh dengan rumus:
V = s / t
Keterangan:
v : Kecepatan arus (m/det)
s : Jarak (m)
12
t : Waktu (det)
c. Suhu
Pengukuran suhu dengan menggunakan multitester. Prosedur penggunaan alat
yaitu: Hidupkan multitester, dengan cara mencelupkan probe ke perairan, tunggu
beberapa saat, dimana waktu yang diberikan cukup untuk mendapatkan suhu
perairan yang sebenarnya. Kemudian angkat probe tersebut dan catat suhu yang
ditunjukkan oleh alat tersebut.
d. Salinitas
Alat yang digunakan untuk mengukur salinitas perairan ini dengan
menggunakan Saltmeter. pengukuran suhu perairan dilakukan di setiap titik
sampling dengan mencelupkan batang probe kedalam perairan selama ± 5 menit,
dimana waktu yang diberikan cukup untuk mendapatkan suhu perairan yang
sesungguhnya, kemudian termometer diangkat dan di catathasilnya. Sebelum
digunakan alat dikalibrasi dahulu supaya berada dalam keadaan standar.
e. Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan instrument Aquaread (water
multytester). Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya Aquaread di kalibrasi
dengan menggunakan larutan Rapidcal, nyalakan instrumen dan tunggu hingga
pembacaan pH stabil, pilih menu calibration dan ok pada pilihan rapidcal, tunggu
loading maksimum 100%, tekan OK lalu ESC. Masukan Probe (batang
multytester) pada perairan hingga setengah tinggi probe, akan terlihat tampilan
parameter dan nilai pengukurannya, lalu tekan tombol M+ untuk menyimpan
data.
3.3 Analisis Data
3.3.1 Sedimen Permukaan
Hasil dari metode ini menggunakan saringan bertingkat pengayakan kering
dimana prosedur pelaksanaan pengayakan kering sebagai berikut:
Sampel yang didapat dari lapangan dikeringkan menggunakan oven.
Setelah sampel kering ditimbang berat awal.
13
Setelah mengetahui berat awal sampel kemudian timbang berat tiap
tingkatan ayakan untuk mengetahui berat kosong tiap ayakan.
Setelah mengetahui berat setiap berat ayakan, susun kembali ayakan
kemudian mulai mengayak sampel demi sampel yang telah di keringkan.
Timbang setiap ayakan beserta sedimen yang tertinggal kemudian catat
hasil nya.
Secara umum populasi lumpur dianalisis menggunakan Metode Pipet, untuk
menemukan proporsi masing-masing kelas ukuran yang ada dalam populasi.
Prosedur pelaksanaan dengan metode ini sebagai berikut:
Masukan air kedalam tabung 1000 ml.
Masukan hasil ayakan terahir kedalam tabung.
Setelah itu aduk dengan menggunakan sebatang stick selama 4menit.
Setelah selesai diaduk selama 4 menit, letakan Tabung silinder pada meja
datar dan langsung hidupkan stopwatch.
Ambil larutan dari tabung silinder dengan menggunakan pipet yang
bervolume 20 ml. Pada pipet harus diberi tanda sesuai kedalaman
pengambilan pada tabung silinder (10 dan 20 cm).
Ambil larutan dari tabung silinder setelah 4 menit sebanyak 20 ml pada
kedalaman 10 cm untuk partikel lumpur Ø5.
Setelah 15 menit ambil larutan dari tabung silinder dengan kedalaman 10
cm sebanyak 20 ml untuk Ø6.
Ambil sebanyak 20 ml pada kedalaman 20 cm setelah 30 menit untuk
ukuran Ø7.
Tunggu selama 2 jam, ambil sebanyak 20 ml pada kedalaman 20 cm untuk
partikel lumpur Ø > 7.
Keringkan sampel dari hasil pemipetan dengan suhu 105 0C selama 24
jam. Timbang cawan yang telah kering bersama dengan residu
sedimennya.
14
3.3.2 Statistik Tekstur Sedimen
Analisis data tekstur sedimen berupa data ukuran butiran sedimen digunakan
untuk menggambarkan lingkungan pengendapan khususnya yang berperan dalam
proses pengendapan (sedimentasi).
Menurut Rifardi. (2008), hasil dari metode pengayakan kering dan pipet
digabungkan dan didapatkan diameter rata-rata atau mine size (Ø), koofesien
sorting (ᵹ1), skewness (SK 1) yang diperoleh dari metode grafik. Perhitungan
nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3.3.2.1 Diameter Rata-Rata (Mz)
Pengukuran terbaik dari rata-rata besar dihitung dari ukuran sebaran partikel
melalui suatu kisaran nilai persentil. Dalam bentuk yang paling sederhana nilai
rata-rata (Mz) dihitung melalui rumus sebagai berikut:
Diantara rata-rata (Mz) atau diameter tengah (Md) sedimen adalah ukuran
partikel sedimen yang berguna untuk menggambarkan :
Perbedaan jenis.
Ketahanan partkel terhadap weathering, erosi dan abrasi.
Proses transportasi dan pengendapan.
Klasifikasi:
Ø1 : coarse sand (pasir kasar)
Ø2 : medium sand (pasir menengah)
Ø3 : fine sand (pasir halus)
Ø4 : very fine sand (pasir sangat halus)
Ø5 : coarse silt (lumpur kasar)
Ø6 : medium silt (lumpur menengah)
Ø7 : fine silt (lumpur halus)
Ø8 : very fine silt (lumpur sangat halus)
> Ø8 : clay (liat)
15
3.3.2.2 Sorting (δ1)
Sorting adalah penilaian partikel sedimen yang menggambarkan tingkat
keseragaman butiran.
Klasifikasi:
<0,35Ø : very well sorted (terpilah sangat baik)
0,35 – 0,50Ø : well sorted (terpilah baik)
0,50 – 0,71Ø : moderately well sorted (terpilah)
0,71 – 1,0Ø : moderately sorted (terpilah sedang)
1,0 – 2,0Ø : poorly sorted (terpilah buruk)
>2,0Ø : very poorly sorted (terpilah sangat buruk)
3.3.2.3 Skewness (Sk1)
Nilai skewness dipengaruhi oleh karakteristik gelombang dan arus sehingga
nilai ini sering digunakan oleh sedimentologi untuk menggambarkan kekuatan
gelombang dan arus yang berperan dalam proses pengendapan.
Klasifikasi:
+ 0,3 s.d + 1,0 : very fine skewed
+ 0,1 s.d + 0,3 : fine skewed
+ 0,1 s.d – 0,1 : near symmitrical
- 0,1 s.d – 0,3 : coarse skewed
> - 0,3 : very coarse skewed
3.3.2.4 Kurtosis (Kg)
Ukuran kurtosis sebenarnya merupakan nisbah (ratio) antara sebaran ekor
dengan pusat sebaran (dan oleh sebab itu bilanganya tanpa besaran).
16
Klasifikasi:
< 0,6 : very platycartic
0,67 – 0,90 : platycartic
0,90 – 1,1 : mesokurtic
1,11 – 1,50 : leptokurtic
1,50 – 3,00 : very leptocartic
>3,00 : extremely leptokurti
3.3.2.5 Pengamatan Luasan Tutupan Lamun
Pengamatan luasan tutupan lamun dilakukan secara visual dengan
menggunakan metode pengamatan persen tutupan lamun yang digunakan dalam
monitoring lamun (Seagrass Watch).
Pengamatan lamun di lapangan meliputi pengukuran persen penutupan lamun.
Pengamatan ini di batasi hanya pada transek kuadrat dan pengamatan dilakukan
dengan cara menelusuri wilayah/snorkeling di permukaan air mengikuti sebaran
titik sampling.
Unit sampling dalam penelitian ini adalah kuadrat dengan ukuran 0.25 m2
(0.5 m X 0.5 m), metode pengambilan data berpedoman sepenuhnya pada
Kepmen LH nomor 200 Tahun 2004. Sampling dilakukan dengan sistematik
menggunakan metode dimulai pada daerah surut terendah sampai daerah
subtidal.
Gambar 3 Metode petak contoh untuk pengambilan data lamun (Kepmen LH
Nomor 200 Tahun 2004).
17
Tabel 4 Luas area penutupan lamun berdasarkan kelas kehadiran jenis
Kelas Luas Area Penutupan
% Penutupan
Area
%Titik
Tengah(M)
5 1/2- penuh 50 – 100 75
4 1/4 –
½ 25 – 50 37,5
3 1/8 –
¼ 12,5 – 25 18,75
2 1/16 -
1/8 6,25 – 12,5 9,38
1 <1/16 < 6,25 3,13
0 Tidak Ada 0 0
Sumber: (Kepmen LH Nomor 200 Tahun 2004).
3.3.2.6 Pengambilan Data Peta Sebaran Sedimen Menggunakan Software
ESRI ArcGis 9.2 ArcMap
Pengambilan data peta sebaran sedimen menggunakan software ESRI ArcGis
9.2 ArcMap. Prosedur pelaksanaan dengan metode ini sebagai berikut
(O’Maleey. 2007):
Masukan data file ccb_db.shp ke frame aktif ArcMap.
Atur ulang semua nilai kerikil, pasir, lumpur dan tanah liat dari -99 ke nol.
Tambahkan kolom lempung yg "hilang" ke dalam tabel atribut.
Tambahkan nilai lempung yg hilang kedalam tabel atribut menggunakan
Field Calculator dengan persamaan berikut "Lempung = lumpur - tanahliat".
ketika komputasi nya selesai, cek hasil untuk mencari nilai keliru lempung tsb
dan hapus catatan buruk dari tabel atribut.
Untuk mengecek nilai negatif lempung, klik kanan pada kolom lempung
dan pilih "Sort Ascending".
Klasifikasi sedimen menggunakan klik pada Feature -> Modified Shepard
Sediment Classification tool. Pilih kolom yg sesuai dari kerikil, pasir,
lumpur dan tanahliat dari ccb_db.shp lalu klik OK.
Untuk mempersiapkan kumpulan data untuk gridding, beberapa minor
sebelum memproses dan validasi data telah dilakukan catatan atribut
lapangan di ccb_db.shp memiliki nilai yg di setel hingga -99. Nilai ini
diatur oleh pembuat data set ini untuk mengindikasikan ketiadaan data yg
valid, apakah diobservasi atau dikomputasi, untuk segala bidang. sebagai
bagian dari data preparasi, nilai -99 diubah menjadi nol (0).
18
Kumpulan data ccb_db.shp berisi persentase kerikil, pasir, lumpur dan
tanah liat tapi bukan nilai lempung yg diperlukan. untuk memproduksi
nilai lempung yg diperlukan, lempung dikalkulasikan sebagai lempung =
lumpur - tanah liat.
Untuk memastikan hanya sampel yg mencerminkan surficial sedimen yg
dimasukkan, kumpulan data ini dipertanyakan untuk mengekstrak sampel-
sampel dengan "Top Sampel" dikedalaman hingga 0 meter.
Pemprosesan data selanjutnya untuk memastikan persentase kerikil, pasir,
lempung dan tanah liat dengan total antara 99 dan 101 persen. catatan data
yg tidak mencapai nilai toleransi ini dieliminasi dari kumpulan data. total
toleransi dari 99 dan 101 persen diambil dari program SEDCLASS.
Lalu kumpulan data di proses untuk mengurangi kelebihan poin dengan
tujuan untuk mengeliminasi catatan dengan sampel yg kelebihan di lokasi
yg sama. nilai data untuk lokasi yg diberikan dirata-ratakan dan membuat
satu catatan data baru.
Lalu poin kumpulan data terakhir di gridded untuk memproduksi empat
lapisan individual raster dari persentase kerikil, pasir, lempung dan tanah
liat. lalu empat lapisan data raster ini digabungkan menggunakan USGS
ArcMap Sediment Classification tool untuk memnghasilkan kumpulan
data raster sedimen yg diklasifikasi.
Setelah memiliki data yang telahdisiapkanbuat bidang baru 100pct dan
LatLong di table atribut. Bidang-bidang ini akan digunakan di pre-proses
untuk memvalidasi dan mengeliminasi catatan yg terduplikasi sebelum
proses final.
Populasikan bidang baru tersebut, 100pct dan LatLong, dengan nilai
menggunakan "Field Calculator"
Ambil poin yg dengan SAMPLETOP = 0. ini akan mengeliminasi sampel
yg diambil dari inti dan akan memastikan hanya sampel yg surficial yg
digunakan di kalkulasi. Bidang 100pct dikalkulasikan berdasarkan nilai
dari SAMPLETOP = 0. Pilih poin data menggunakan bidang atribut
100pct dimana 100pct adalah >=99 dan <=101. Buat lapisan data baru dari
19
fitur yg dipilih. total toleransi 99 hingga 101 persen diambil dari
SEDCLASS program.
Buang poin yg terduplikasi dengan meringkas data pada bidang LatLong.
bidang LatLong mewakili garis lintang dan garis bujur lokasi catatan di
peta. meringkas tabel LatLong bisa merata-ratakan nilai sedimen dimana
terdapat poin ganda.
Untuk menjaga lokasi poin, ambil nilai terkecil dari garis lintang dan garis
bujur untuk menghindari error. Tambahkan tabel ringkasan ccb_summ di
Table of Contentspilih Display XY Data. Tambahkan poin data untuk
membuat data lapisan permukaan dari kerikil, pasir, lempung dan tanah
liat.
Klik pada Modified Shepard Sediment Classification Tool. lalu pilih
lapisan data yg ingin dianalisa pada jendela yg timbul. Masukkan nama
output dan destinasi untuk layer baru tsb lalu klik OK. Untuk Input Gravel
Raster pilih Graveln, untuk input Sand Raster pilih Sandn, untuk input Silt
Raster Pilih Siltn, untuk input Clay Raster pilih Clayn, untuk output
modified shepard raster masukkan nama yg anda inginkan.klik OK.
Ketika tugas Classification Tool telah selesai, pengguna dapat
menyimbolkan nilai2 data termasuk r_mshepard.lyr atau r_mfolk.lyr file
layer. Modifikasi peta dengan menambahkan judul, legenda, bar skala dan
panah utara.
Sampel sedimen permukaan dasar perairan dianalisis untuk memperoleh data
ukuran butir sedimen, dimana data ini dianalisis untuk menentukan parameter
statistik sedimen. Hasil analisis ukuran butir juga digunakan untuk menentukan
tipe sedimen di daerah studi berdasarkan Shepard Triangle (Rifardi. 2008). Hasil
analisis ukuran butir tersebut digunakan untuk menentukan kelas ukuran masing-
masing sub-populasi sedimen berdasarkan (Rifardi. 2008). Sub populasi sedimen
diplotkan dalam peta wilayah studi untuk melihat sebaran secara geografi.
Proses sedimentasi dibahas secara deskriptif dan kecenderungan sebaran
dibandingkan dengan karakteristik lingkungan perairan dan dianalisis di
laboratorium. Sedangkan fraksi sedimen dan hubungan sedimen dengan luasan
20
tutupan lamun diketahui dengan menggunakan analisis regresi linear dan
pemetaan melalui Ms Excel dan Software.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Perairan Desa Malang Rapat
Secara administrasi Desa Malang Rapat terletak di wilayah Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Wilayah Desa Malang Rapat secara
administratif memiliki batas sebagai berikut:
sebelah utara berbatasan dengan Desa Berakit
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Teluk Bakau
sebelah barat berbatasan dengan Desa Toapaya Utara
sebelah timur merupakan Laut Cina Selatan.
Pekerjaan nelayan merupakan salah satu pekerjaan yang sangat menjanjikan
guna meningkatkan taraf hidup masyarakat, posisi wilayah yang berbatasan
langsung dengan laut serta merupakan daerah padang lamun membuat
masyarakat lebih ke pekerjaan tersebut yaitu 192 jiwa atau 17%. Kehidupan
nelayan sangat tergantung hasil tangkapan, walaupun hasilnya lumayan banyak
tetapi taraf hidup nelayan biasa-biasa saja tidak ada yang begitu menonjol.
Desa Malang Rapat dan Teluk Bakau merupakan salah satu lokasi
dilakukannya Program TRISMADES (Trikora Seagrass Management
Demonstration Site) kerjasama antara Kabupaten Bintan dan Pusat Penelitian
Oseanografi-LIPI. Program ini merupakan program percontohan pengelolaan
padang lamun di Pesisir Timur Pulau Bintan. Salah-satu sebab dijadikannya
Pulau Bintan sebagai lokasi program ini karena di Pulau Bintan terdapat 11
spesies lamun dari 13 jenis yang ditemukan di Indonesia (Bappeda Kabupaten
Bintan. 2010).
Walaupun program TRISMADES telah berakhir tetapi mayoritas kondisi
lamun di wilayah Kabupaten Bintan tersebut masih terjaga dengan cukup baik,
terutama wilayah Malang Rapat sampai Berakit dan terkait telah ditetapkannya
sepanjang Pesisir Timur Pulau Bintan sebagai Kawasan Konservasi Laut
Daerah/KKLD sejak tahun 2007 (SK Bupati Bintan No.36/VIII/2007).
22
4.2 Tutupan Lamun di Perairan Desa Malang Rapat
Hasil pengamatan tutupan lamun berdasarkan cover area yang tertutupi oleh
lamun dengan estimasi nilai dalam persentase (%). Dari semua titik sampling
diketahui bahwa nilai tutupannya berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang
berbeda. Hasil analisa tutupan lamun secara lengkap dapat dilihat pada peta
tutupan seperti pada gambar 5.
Gambar 4 Peta tutupan lamun di perairan Desa Malang Rapat
23
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa nilai tutupan jenis lamun terbagi menjadi
beberapa kelas tutupan mulai dari 2% - hingga 75%. Namun dapat dilihat secara
keseluruhan rata-rata tutupan lamun diketahui sebesar 28,8%. Status padang
lamun menurut Kepmen LH nomor 200 Tahun 2004 tentang kriteria baku
kerusakan dan pedoman penentuan status padang lamun berdasarkan
penutupannya dibagi atas tiga kriteria yaitu kaya/sehat, kurang kaya/kurang
sehat, dan miskin. Status padang lamun menurut Kepmen LH nomor 200 tahun
2004 dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Status padang lamun menurut Kepmen LH nomor 200 tahun 2004
Status Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya/Sehat > 60
Rusak Kurang kaya/Kurang sehat 30 – 59,9
Rusak Miskin < 29, 9
Sumber: Kep Men LH (2004)
Dari hasil pengukuran rata-rata tutupan padang lamun, dan dibandingkan
dengan kondisi penentuan status padang lamun menurut KepMen LH (2004)
bahwa kondisi lamun diperairan Desa Malang Rapat tergolong memiliki tutupan
yang miskin. dengan nilai kisaran tutupan antara 28,8%.
Menurut Poedjirahajoe. (2013), Rendahnya angka penutupan di pesisir
umumnya diduga karena pantai semakin ramai dikunjungi wisatawan dan
tingginya kegiatan kapal-kapal nelayan di kawasan padang lamun, sehingga
kekeruhan perairan meningkat, seperti diketahui bahwa kekeruhan menghambat
terjadinya fotosintesis. Hal ini juga terjadi di perairan Desa Malang Rapat yang
selalu padat dengan aktifitas perkapalannya.
Dari hasil interpretasi data di dalam gambar peta tutupan lamun, bahwa area
yang memiliki tutupan tinggi mencapai 75% adalah area yang terletak pada
bagian teluk. Diasumsikan terjadi penumpukan dan penumpukan sedimen di area
tersebut, disebabkan oleh arus yang memusatpada area tersebut. Arus akan
membawa partikel sedimen halus dan kemudian menumpuknya pada suatu
tempat dan mempengaruhi komposisi sedimennya.
Perairan Desa Malang Rapat telah lama ditetapkan sebagai kawasan
perlindungan laut daerah melalui COREMAP menjadi kawasan perlindungan
24
padang lamun. Kebijakan ini diambil tidak terlepas dari keanekaragaman jenis
lamun yang berlimpah pada perairan Desa tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya oleh Widodo, et al., (2012), perairan Desa Malang Rapat ditemukan
9 jenis lamun yaitu Cymodoceae serrulata, Cymodoceae rotundata, Syringodium
isotifolium, Enhalus acoroides, Holophila ovalis, Thalassia hempirichii,
Thalassadendrom ciliatum, Halodule pinifolia dan Halodule uninervis dengan
tutupan total untuk semua jenis berkisar 45,7 – 58,2%. Dibandingkan dengan
penelitian tersebut maka tutupan berdasarkan hasil penelitian ini tergolong
rendah.
4.3 Kondisi Sedimen di Perairan Desa Malang Rapat
Data analisis sedimen di perairan Desa Malang Rapat terdiri dari jenis fraksi,
diameter rata-rata ukuran sedimen, pemilahan sedimen, kurtosis, dan skewness
hasil analisisnya dapat dilihat pada sub bab berikut.
4.3.1 Segitiga Shepard Fraksi Sedimen
Dari hasil pengolahan data sedimen menggunakan software gradistat sediment
diperoleh segitiga shepard untuk fraksi sedimen sperti pada gambar 5.
Gambar 5 Fraksi Sedimen berdasarkan Shepard Triangle
25
Dari segitisa shepard sedimen dapat terlihat bahwa jenis fraksi sedimen di
perairan Desa Malang Rapat terdiri dari beberapa kelompok fraksi sedimen
diantaranya gravelly sand (pasir berkerikil), sandy gravel (kerikil berpasir), serta
slightly gravelly sand (campuran pasir lumpur kerikil). Namun dapat dilihat
bahwa jenis fraksi yang dominan pada perairan Desa Malang Rapat adalah
gravelly sand (pasir berkerikil).
Adanya komposisi sedimen halus yaitu lumpur sangat mendukung kehidupan
lamun di perairan Desa Malang Rapat. Sedimen ini berasal dari hasil pelakukan
dan dekomposisi serasah daun lamun serta aktifitas permukiman yang dibawa
oleh arus air menuju ke pesisir pantai hingga batas zona yang dihidupi oleh
lamun. Sedimen halus sangat mendukung lamun, baik untuk unsur hara maupun
sistem pemekaran perakarannya. Namun hanya ada sedikit titik sampling yang
bertekstur halus.
Menurut beberapa ahli bahwa padang lamun dapat hidup pada berbagai
macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari
40% endapan lumpur. Kebutuhan substrat yang paling utama bagi
pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan
kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal, yaitu: (1)
pelindung tanaman dari arus laut, (2) tempat pengolahan dan pemasok nutrien
(Dahuri. 2003). Pada ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai
pada substrat lumpur berpasir yang tebal. Syarat utama substrat yang dikehendaki
oleh lamun adalah kedalaman sedimen, karena dapat membentuk perairan yang
lebih stabil, serta dapat menjamin pasokan nutrien ke tumbuhan lamun (Tuwo.
2011).
Dari hasil analisis fraksi sedimen diatas, selanjutnya adalah melakukan
transformasi data yang dituangkan dalam bentuk peta secaran sedimen di area
lamun perairan Desa Malang Rapat . Hasilnya akan dilihat komposisi sedimen
pada setiap area yang diamati. Untuk lebih jelasnya, hasil transformasi data fraksi
sedimen dapat dilihat pada peta seperti pada gambar 6.
26
Gambar 6 Peta fraksi sedimen pada area lamun di perairan
Desa Malang Rapat
Dapat dilihat dari gambar peta sebaran jenis sedimen di perairan Malang
Rapat terdiri dari 3 jenis sedimen yakni gravelly sand (pasir kerikil), sandy
gravel (kerikil perpasir) dan serta slightly gravelly sand (campuran pasir lumpur
kerikil). Namun diketahui bahwa kondisinya dominan pada jenis sedimen kasar
yakni gravelly sand (pasir kerikil). Komposisi sedimen yang hamper merata pada
jenis sedimen kasar ini diduga karena kondisi arus dan gelombang yang kuat
sehingga sedimen yang halus akan mudah terbawa tersebar ke area lain. Jenis
27
sedimen yang kasar juga dipengaruhi oleh banyaknya pecahan–pecahan karang
serta bekas cangkang biota yang telah mati sehingga mengakibatkan kondisi
sedimennya cenderung kasar.
Pada bagian teluk jenis sedimennya mengalami perbedaan komposisi yang
lebih halus. Hal ini biasa terjadi karena adanya pengumpulan arah arus di
wilayah tersebut. Pada lokasi tersebut arah arus laut cenderung lurus kearah
pantai sehingga terjadi turbulensi yang tinggi menyebabkan penumpukan
sedimen pada wilayah tersebut. Sedangkan pada wilayah tanjung, arusnya
bergerak bebas sehingga dapat mengangkut sedimen menyebar luas ke titik lain.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Daulay. (2014), bahwa distribusi
kualitas perairan terutama untuk sebaran sedimen tersuspensi bahwa pengaruh
arus pasang surut mempengaruhi sebaran kualitas perairan, dalam hal ini diwakili
oleh data sebaran TSS, hal ini diindikasikan bahwa pada wilayah dengan
endapan sedimen yang tinggi (diwakili dengan TSS) tingkat turbulensi di daerah
tersebut juga cenderung tinggi.
4.3.2 Diameter Rata-rata (Mean Size)
Diameter rata-raya sedimen di perairan Desa Malang Rapat terklasifikasikan
menjadi beberapa kelompok diantaranya gravelly sand (pasir kerikil), sandy
gravel (kerikil perpasir) dan serta slightly gravelly sand (campuran pasir lumpur
kerikil). Namun secara keseluruhan dominan pada jenis sedimen kasar yakni
gravelly sand (pasir kerikil). Sesuai dengan analisis menggunakan peta yang
dibahas sebelumnya bahwa jenis sedimen yang dominan adalah sedimen kasar
yakni gravelly sedimen. Untuk nilai partikelnya dominan pada jenis medium
sand yang berarti ukuran butir sedimen di perairan Desa Malang Rapat termasuk
jenis pasir sedang.
4.3.3 Pemilahan Sedimen (Sorting)
Klasifikasi jenis sorting dominan pada satu klasifikasi yaitu poorly sorted
(terpilah buruk). Dari hasil ini mencirikan bahwa komposisi sedimen di perairan
Malang Rapat tersusun dengan besar ukuran butiran sedimen yang tidak sama,
artinya ada dominan satu jenis sedimen. Seperti yang diketahui bahwa jenis
sedimen yang dominan tersebut adalah berbutir kasar yakni gravelly sedimen,
28
yang menyatakan bahwa jenis sedimen di perairan tersebut kasar. Menurut
Daulay. (2014), Sorting adalah metode pemilahan keseragaman distribusi ukuran
butir yakni peyortirannya.
Penyortiran dapat menunjukkan batas ukuran butir, tipe pengendapan,
karakteristik arus pengendapan, serta lamanya waktu pengendapan dari suatu
populasi sedimen. Secara umum ada 2 kelompok utama yaitu well sorted
sediment (terpilah baik) adalah suatu lingkungan pengendapan sedimen disusun
oleh besar butir relatif sama, mengidentifikasikan tingkat kestabilan arus pada
perairan tersebut cukup stabil. Sebaliknya jika poorly sorted sediment (terpilah
buruk), maka kekuatan arus pada perairan tersebut tidak stabil, artinya pada
kondisi waktu tertentu terjadi arus dengan kekuatan yang besar dan berubah
dalam kondisi lain melemah kembali.
4.3.4 Kurtosis
Klasifikasi kurtosis terdiri dari very platykurtic, platykurtic, dan mesokurtic,
namun domain pada jenis kurtosis very platykurtic. Rifardi. (2012), mengatakan
bahwa Kurtosis mengukur puncak dari kurva dan berhubungan dengan
penyebaran distribusi normal. Bila kurva distribusi normal tidak terlalu runcing
atau tidak terlalu datar disebut mesokurtic. Kurva yang runcing disebut
leptokurtic, menandakan adanya ukuran sedimen tertentu yang mendominansi
pada distribusi sedimen di daerah tersebut. Sedangkan untuk kurva yang datar
disebut platikurtic, artinya distribusi ukuran sedimen pada daerah tersebut sama.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa distribusi ukuran butiran sedimen pada titik-
titik sampling pengamatan relatif sama, meskipun ada beberapa titik yang
menunjukkan kurva leptokurtic yang mencirikan adanya perbedaan ukuran
butiran sedimen pada titik tersebut, dibandingkan dengan titik-titik lainnya.
4.3.5 Skewness
Di lokasi penelitian nilai skewness yaitu dominan coarse skewed, menandakan
bahwa ukuran butir sedimen tersusun dari sedimen berbutir kasar dan sedimen
berbutir halus. Seperti hasil penelitian oleh Supriadi. (2015), mengatakan bahwa
skewness mencirikan ke arah mana dominan ukuran butir dari suatu populasi
tersebut, mungkin simetri, condong ke arah sedimen berbutir kasar atau condong
29
ke arah berbutir halus. Sehingga skewness dapat digunakan untuk mengetahui
dinamika sedimentasi. Nilai skewness positif menunjukkan suatu populasi
sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukkan
populasi sedimen condong berbutir kasar.
4.4 Tutupan Lamun Berdasarkan Jenis Sedimen
Hasil pengolahan data citra pemetaan antara jenis sedimen berdasarkan
tutupan lamun dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Peta tekstur sedimen dan persentase tutupan lamun
30
Tingkat tutupan lamun berdasarkan jenis sedimen diperoleh hasil bahwa pada
jenis sedimen gravelly sand (pasir berlkerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar
29,65%, dan pada jenis sedimen sandy gravel (kerikil berpasir) tingkat tutupan
lamun rata-ratanya sebesar 23,79%, dan pada jenis substrat slightly gravelly sand
(campuran pasir lumpur kerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar 29,0%.
Dari hasil tersebut mencirikan bahwa pada jenis sedimen yang lebih halus
tutupan area lamunnya juga semakin besar. Dengan demikian, faktor ukuran
butiran sangat menentukan kehidupan lamun terlebih lagi pada area dengan
sedimen halus memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Izuan. (2014), yang mengatakan bahwa pada sedimen yang
halus kandungan bahan organik tersedia dalam jumlah yang lebih banyak
dibanding dengan kondisi substrat yang kasar. Namun secara keseluruhan,
kondisi substrat masih layak bagi kehidupan dan pertumbuhan lamun karena
umumnya lamun dapat tumbuh pada berbagai macam tipe substrat.
Menurut Supriharyono. (2007), Hampir semua tipe substrat atau dasar
perairan dapat ditumbuhi oleh tumbuhan lamun, dari substrat berlumpur sampai
berbatu. Namun pada ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai
pada substrat pasir berlumpur yang tebal. Tipe substrat pada stasiun penelitian
ditemukan mulai dari substrat lumpur hingga pasir. Tipe substrat tersebut masih
sesuai untuk pertumbuhan lamun yang hidup pada tipe substrat yang beragam
mulai dari lumpur hingga bebatuan.
4.5 Parameter Oseanografi Perairan Desa Malang Rapat
Parameter yang diukur dalam penelitian ini meliputi parameter fisika dan
kimia yaitu suhu, salinitas, arus, kekeruhan, serta derajat keasaman yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Pengamatan Parameter Perairan
Parameter Satuan Hasil Pengukuran
Rata - Rata
Kep Men
Lamun
Suhu oC 29,2 28 - 30
Salinitas oo
/o 33,3 33 – 34
Kekeruhan NTU 3,69 <5
31
Arus m/s 0,1 -
pH - 7,72 7 - 8,5
4.5 1 Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada perairan Malang Rapat rata-rata
suhu di perairan tersebut sebesar 29,20C. Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa kondisi suhu perairan masih dalam keadaan yang sesuai untuk kehidupan
lamun meskipun lebih tinggi dibandingkan baku mutu optimal, namun masih
dapat ditolelir oleh lamun. Mengingat menurut KEPMEN LH No. 51 (2004)
mengatakan kisaran nilai suhu yang baik bagi kehidupan lamun antara 28 – 30
0C.
Menurut Nybakken. (1992), kisaran suhu optimal untuk fotosintesis lamun
membutuhkan suhu optimum antara 25°-35°C dan pada saat cahaya penuh.
Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu mempengaruhi proses fisiologi
seperti fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi. Pendapat lain
yang dikemukakan oleh Supriharyono. (2007), Pada kondisi cahaya yang cukup,
kebanyakan lamun memiliki suhu optimal untuk berfotosintesis sekitar 25 -350C,
walaupun lamun dapat hidup pada suhu mencapai 40 0C pada daereah tropis,
namun pada kondisi tersebut daun lamun mulai menunjukkan kematian walaupun
rhizomanya tidak terpengaruh. Pada suhu dibawah 20 0C sebagian besar lamun
yang hidup di daerah tropis akan mulai mengalami kematian daun.
4.5.2 Salinitas
Salinitas rata-rata di perairan Desa Malang Rapat sebesar 33,30/00. Menurut
KEPMEN LH No. 51 (2004), mengatakan kisaran nilai salinitas yang baik bagi
kehidupan lamun antara 30-340/00. Dengan demikian menunjukkan bahwa nilai
salinitas layak dengan kehidupan lamun karena msih dalam kisaran baku mutu
yang diharapkan. Menurut Dahuri. (2003), nilai salinitas optimum untuk
spesies lamun adalah 35 0/00. Berdasarkan hasil tersebut, kondisi salinitas
melebihi batas optimal yang ditentukan, namun kehidupan lamun masih dalam
kondisi baik. Kondisi tersebut diperkirakan bahwa lamun memiliki toleransi yang
tinggi terhadap salinitas. Didukung oleh pendapat Supriharyono. (2007), toleransi
terhadap salinitas sangat bervariasi diantara spesies lamun, lamun lebih
32
cenderung toleran terhadap salinitas/Euryhaline. Tingginya salinitas diakibatkan
karena kurangnya asupan air tawar ke perairan karena lokasi penelitian
merupakan perairan laut ditambah lagi dengan kondisi panas yang cukup terik.
Menurut pendapat Dahuri. (2003), spesies lamun memiliki kemampuan
toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas, namun sebagian besar memiliki
kisaran yang lebar, yaitu antara 10 - 40 0/00. Salah satu faktor yang
menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun adalah meningkatnya
salinitas yang diakibatkan oleh berkurangnya suplai air tawar dari sungai.
Namun, Secara umum salinitas yang optimum untuk pertumbuhan lamun adalah
berkisar antara 25 – 350/00 (Supriharyono. 2007).
4.5.3 Kekeruhan
Hasil pengukuran kekeruhan perairan diperoleh sebesar 3,69 NTU yakni
tergolong pada perairan dengan tingkat kekeruhan yang rendah. Jika mengacu
pada Kep Men LH No. 51 Tahun 2004 terkait dengan baku mutu perairan untuk
vegetasi lamun yakni < 5 NTU. Dengan demikian, nilai kekeruhan tergolong
masih layak bagi kehidupan lamun terutama mendukung proses fotosintesis yang
tidak terhambat karena kekeruhan air yang tinggi.
Menurut Effendi. (2003), kekeruhan diakibatkan karena adanya masukan
bahan partikel organik ke perairan sehingga mengakibatkan terjadinya
peningkatan kekeruhan air diperparah dengan adanya pengadukan yang terjadi.
Dengan demikian, nilai kekeruhan masih baik dengan pertumbuhan lamun.
4.5.4 Arus Permukaan
Arus perairan Malang Rapat rata-rata mencapai 0,1 m/s. Dilihat dari kondisi
arus permukaan perairan, maka arus pada lokasi penelitian tidak cukup kuat
namun cukup untuk mendukung terjadinya fotosintesis alami dari lamun.
Dikemukakan bahwa laju fotosintesis optimum bagi kehidupan lamun terjadi
pada kecepatan arus antara 0.025 - 0.064 m/s (Supriharyono. 2007). Dengan
demikian arus yang ada di perairan Desa Malang Rapat cukup sesuai bagi
mendukung terjadinya fotosintesi oleh lamun, namun jika dilihat dari kerapatan
jenis lamun yang tidak terlalu tinggi disebabkan karena optimalnya kegiatan
33
perikanan pada area lamun sehingga secara terus-menerus akan merusak
komunitas lamun di Desa Malang Rapat .
4.5.5 Derajat Keasaman
Kondisi Derajat Keasaman pada lokasi penelitian tergolong kedalam kondisi
yang normal. Rata-rata derajat keasaman di perairan Malang Rapat sebesar 7,72.
Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan
lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang
basa, untuk pH = 7 disebut sebagai netral (Kordi, 2007). Secara keseluruhan
kondisi Derajat Keasaman masih sesuai untuk kehidupan lamun. Mengacu pada
KEPMEN LH (2004) Mengatakan bahwa kisaran Derajat Keasaman optimal
untuk kehidupan lamun berkisar antara 7 – 8,5. Menurut Effendi. (2003), Nilai
pH sangat mempengaruhi proses biokomiawi perairan, pada kisaran pH < 4.00,
segian besar tumbuhan akuatik akan mati karena tidak dapat bertoleransi pada pH
rendah.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan rata-rata tutupan lamun di perairan Desa Malang Rapat
diketahui sebesar 28,8% tergolong tingkat tutupan miskin. Sebaran jenis sedimen
di perairan Malang Rapat terdiri dari 3 jenis sedimen yakni gravelly sand (pasir
kerikil), sandy gravel (kerikil perpasir) dan serta slightly gravelly sand
(campuran pasir lumpur kerikil). Tingkat tutupan lamun berdasarkan jenis
sedimen diperoleh hasil bahwa pada jenis sedimen gravelly sand (pasir
berlkerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar 29,65%, dan pada jenis sedimen
sandy gravel (kerikil berpasir) tingkat tutupan lamun rata-ratanya sebesar
23,79%, dan pada jenis substrat slightly gravelly sand (campuran pasir lumpur
kerikil) rata-rata tutupan lamunnya sebesar 29,0%.
5.2 Saran
Perlu bagi masyarakat, akedemisi, pemerintah untuk berperan dalam
meningkatkan kegiatan dan evaluasi pengelolaan padang lamun berkelanjutan.
Diharapkan dapat terus menjaga keberlangsungan hidup komunitas lamun
sebagai habitat bagi biota ekonomis sehingga kebutuhan masyarakat akan protein
kelautan dapat terpenuhi.
35
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, N., 2014. Analisis Kelompok dan Tutupan Lamun di Wilayah Trimades
Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Dahuri, R., 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan
Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Daulay, A.B., 2014. Karakteristik Sedimen Di Perairan Sungai Carang Kota
Rebah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Dinas Hidrologi dan Oseanografi TNI-AL., 2016. Data Pasang Surut Perairan.
Tanjungpinang.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Google Earth., Peta Dasar Landsat Tahun 2010.
Izuan, M., 2014. Hubungan Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus epidromis)
dengan Kerapatan Lamun di Perairan Pulau Dompak. [Skripsi]. Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004. Baku Mutu Perairan
Untuk Biota.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004. Baku Mutu
Kerusakan Lamun.
McKenzie, L.J., Campbell, S.J., Roder, C.A., 2003. Seagrass-Watch: Manual for
Mapping and Monitoring Seagrass Resources by Community (citizen)
Volunteers. The States of Queensland, Department of Primary Industries:
104 p
Mukminin, A., 2009. Proses Sedimentasi di Perairan Pantai Dompak Kecamatan
Bukit Bestari Provinsi Kepulauan Riau. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.
36
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit: PT
Gramedia. Jakarta. 459 hal
O’Malley, J., 2007. U.S. Geological Survey ArcMap Sediment Classification -
Tool: Installation and User Guide. U.S. Geological Survey. Reston,Virginia.
Poedjiraharjoe, E., Mahayani Diana, NP., Sidharta, BR., Salmuddin, M., 2013.
Tutupan Lamun dan Ekosistemnya di Kawasan Pesisir Madasanger, Jelenga
dan Maluk Kabupaten Sumbawa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis, 5 (1): 36-46.
Rifardi., 2008. Tekstur Sedimen: Sampling dan Analisis. Pekanbaru. UNRI
Press. Pekanbaru. 101 hal
Rifardi., 2012., Ekologi Sedimen Laut Modern Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI
Press. Pekanbaru: 167 hal
Romimohtarto, K., Juwana, S., 2001. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.
540 hal
Sakaruddin, M.I., 2011. Struktur Komposisi Jenis, KeRapatan, Persen Penutupan
dan Luas Penutupan Lamun di Perairan Pulau Panjang Tahun 1990 – 2010.
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Supriadi., 2015. Karakteristik Sedimen dan Laju Akumulasi Sedimen Perairan
Pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Supriharyono, M.S., 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah
Pesisir dan Laut Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Triadi, J., 2014. Konsentrasi Logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) Pada Lamun
Enhalus acoroides dan Sedimen di Pulau Bonetambung dan Gusung
Tallang. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Tuwo, A., 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut (Pendekatan Ekologis,
Sosial-ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional:
Surabaya.
Widodo, E., Pratomo, A., Koenawan, C.J., 2012. Keanekaragaman Jenis Dan
Pola Sebaran Lamun Di Perairan Teluk Dalam Kabupaten Bintan. [Skripsi].
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
37
-
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Hasil Ayakan Sedimen
Ayakan/Titik Ukuran ayakan (mm)
2.3 2 1.18 0.5 0.25 0.125 0.106
T1 15.285 1.293 4.135 11.100 26.981 37.629 3.577
T2 7.833 3.243 3.828 21.612 41.861 18.078 3.545
T3 3.683 3.602 8.913 17.353 46.325 15.368 4.755
T4 6.194 4.012 7.924 18.815 40.873 17.907 4.275
T5 7.038 2.724 5.338 20.504 36.486 21.879 6.031
T6 5.224 1.316 1.758 28.816 55.145 4.889 2.852
T7 7.394 2.181 3.212 17.636 44.568 20.663 4.347
T8 10.138 1.912 8.505 24.820 35.942 16.588 2.094
T9 6.032 3.613 4.920 22.693 34.115 19.625 9.002
T10 10.879 3.216 5.714 19.940 28.834 22.699 8.718
T11 10.212 2.329 7.225 20.740 25.929 31.983 1.583
T12 7.052 2.842 9.157 24.487 40.840 13.833 1.789
T13 4.769 2.686 9.609 16.064 48.778 16.647 1.446
T14 11.827 3.523 6.438 25.591 23.422 19.654 9.544
T15 11.070 3.528 10.904 29.343 21.579 10.242 13.335
T16 10.639 3.407 9.254 30.790 18.964 15.384 11.563
T17 8.152 1.893 4.253 30.858 23.928 23.028 7.888
T18 9.118 6.815 3.551 23.505 40.499 9.376 7.137
T19 8.038 5.539 2.282 34.532 28.897 10.450 10.261
T20 11.439 3.339 3.264 36.974 18.428 19.814 6.741
T21 8.917 4.513 4.726 17.769 26.164 27.309 10.601
T22 17.106 2.080 9.126 15.957 21.697 30.734 3.301
T23 15.570 2.331 7.767 16.798 22.253 31.042 4.240
T24 20.254 4.482 4.496 13.489 22.370 33.775 1.134
T25 15.033 2.418 3.455 13.491 28.705 31.229 5.668
T26 12.926 3.564 4.820 15.477 20.351 33.336 9.526
T27 10.369 2.154 7.004 13.783 24.251 38.986 3.453
T28 20.202 1.568 5.203 10.984 30.666 26.648 4.729
T29 8.580 1.200 4.064 11.885 26.925 44.461 2.885
T30 11.268 2.167 6.154 21.765 32.732 23.467 2.448
T31 9.909 2.325 7.762 10.019 28.888 33.457 7.640
T32 7.751 1.238 7.178 11.544 14.427 52.869 4.992
T33 8.896 1.743 8.343 10.555 6.791 50.737 12.936
T34 8.7423 5.5044 7.6372 12.0145 37.4733 25.4224 3.2058
T35 16.0677 1.3060 4.1169 24.4352 26.5677 23.7491 3.7575
T36 19.2149 10.2326 4.5559 28.3959 20.4504 13.7301 3.4203
T37 20.0350 4.2834 12.5399 18.6762 23.3334 17.0536 4.0785
T38 17.2042 3.0937 12.8843 23.1515 21.7155 19.5373 2.4135
T39 18.7367 2.7759 10.0015 18.6082 20.4030 24.9309 4.5438
T40 10.1704 5.6569 8.8849 20.2167 12.3939 37.1445 5.5327
T41 5.8010 3.1594 4.3053 11.2750 12.1498 54.5194 8.7901
T42 20.6708 1.7697 7.2150 23.1560 22.8264 20.7866 3.5754
T43 32.0638 2.1517 7.9010 22.1324 19.8082 14.4084 1.5344
T44 27.2559 2.9285 3.8630 18.0768 25.4921 20.1666 2.2171
39
T45 16.1134 3.2286 13.9619 20.1550 22.1211 21.2652 3.1549
T46 5.5512 5.4726 4.6609 22.2743 32.0826 28.0577 1.9007
T47 11.5637 2.5381 16.7264 20.2686 23.3810 22.9045 2.6177
T48 20.0717 1.6390 7.2162 13.5460 7.3220 37.6035 12.6015
T49 10.1358 1.7675 7.6103 18.8885 29.5066 12.4545 19.6368
T50 6.4992 1.2078 7.6437 17.1364 21.0413 37.1995 9.2722
T51 1.3104 1.6545 4.8574 14.9008 21.0509 51.9009 4.3250
T52 7.9533 1.6127 6.6640 13.1000 35.4426 29.3689 5.8586
T53 11.0970 2.4625 8.4232 16.4025 29.8668 27.4572 4.2908
T54 12.2211 1.4058 8.4372 15.2843 24.6169 35.9319 2.1028
T55 14.0672 3.1307 10.6833 20.7987 11.0678 34.8069 5.4455
T56 15.7429 3.7290 11.2064 11.7078 12.5347 34.9589 10.1203
T57 9.8253 3.7213 14.4623 24.9949 18.9742 25.5082 2.5138
T58 4.7555 2.0005 9.3139 18.9434 19.1167 42.9828 2.8872
T59 39.4571 6.0883 17.9257 17.1886 9.9940 8.0305 1.3157
T60 18.2212 6.5703 20.6958 22.0219 17.6948 13.2493 1.5468
T61 33.8110 5.3816 15.8013 23.1356 12.3553 8.0857 1.4295
T62 21.6854 6.9475 10.8963 20.5448 12.6517 20.5322 6.7422
T63 26.2747 2.0711 7.1457 19.6531 19.9516 20.8344 4.0692
T64 28.9093 2.7642 6.4249 20.6085 19.0515 17.1688 5.0727
T65 13.6686 3.0412 9.8672 15.4964 41.8601 14.1626 1.9039
T66 0.8767 1.2794 1.2696 48.0424 42.8242 3.9246 1.7831
T67 29.3217 3.0782 10.4296 6.5698 28.1966 20.1852 2.2190
T68 19.5499 2.9553 9.7806 15.2873 23.3828 23.0940 5.9500
T69 10.7448 7.0495 14.4186 20.1791 9.5536 33.2717 4.7827
T70 7.9710 5.5926 12.3783 14.9275 23.8059 31.8965 3.4282
T71 11.8977 3.3601 10.3666 22.0265 21.9334 26.5702 3.8454
T72 7.3416 8.4752 16.5889 20.1821 27.2217 14.3287 5.8618
T73 9.7209 1.3198 6.6272 12.2338 18.5128 45.5959 5.9897
T74 8.1159 6.8193 10.4167 14.9086 17.3377 35.5710 6.8308
T75 12.5986 1.0802 5.6963 12.9125 11.3429 44.9611 11.4083
T76 14.2236 4.2416 10.0521 17.7174 12.7426 28.9267 12.0961
T77 16.0405 5.7143 8.0340 25.1414 10.4363 19.6072 15.0263
T78 17.2630 2.2031 5.8004 17.3090 15.8710 26.5224 15.0311
T79 14.0311 5.8562 4.1700 16.5031 18.6906 16.3087 24.4403
T80 11.5507 6.7119 6.9302 8.1590 32.1866 13.6606 20.8010
T81 10.2253 11.2000 7.9595 12.5071 29.1272 9.0147 19.9662
T82 12.1254 2.5997 11.6837 22.8260 25.4616 21.3036 4.0000
T83 16.6623 6.9853 2.1201 28.4299 24.5958 18.8298 2.3770
T84 12.5302 6.6070 19.1327 16.7784 24.6022 15.7761 4.5734
T85 3.7514 2.4135 1.1759 38.1607 49.0647 3.7788 1.6550
T86 7.3529 5.1707 2.9594 28.1373 38.5243 11.8666 5.9888
T87 11.0606 4.4128 13.7321 32.0746 24.5598 7.5611 6.5990
T88 18.3440 7.0456 6.4741 28.9054 21.1721 14.4550 3.6038
T89 12.1160 5.7396 10.5729 29.9107 19.6900 11.6318 10.3389
T90 11.0932 2.7350 14.3249 29.8480 24.0108 7.6201 10.3681
T91 18.7634 2.3971 13.0653 19.8075 24.1047 18.8173 3.0448
40
T92 20.7099 4.5503 12.1449 19.5200 24.5207 16.5697 1.9844
T93 1.4214 1.1985 0.7601 37.9739 50.8055 6.5472 1.2933
T94 26.2285 3.5781 12.6063 17.6459 20.6810 17.7477 1.5124
T95 21.3554 3.5158 12.1042 18.9247 18.0953 17.9194 8.0851
T96 30.1284 2.1146 6.5556 18.8405 21.3671 19.1683 1.8255
T97 22.9464 10.4300 13.6986 25.1723 13.5156 6.7350 7.5021
T98 25.2913 18.6402 7.6090 3.3228 23.2751 17.5708 4.2906
T99 18.8949 18.8761 2.0924 9.9537 22.1789 18.1322 9.8719
T100 12.2163 9.2241 28.9575 8.9821 22.0874 4.1243 14.4083
T101 18.1484 19.0633 4.5331 25.0051 12.8145 13.7602 6.6753
T102 24.7998 13.5289 1.9124 21.5003 10.0543 14.7929 13.4114
T103 13.1755 12.5771 17.4571 9.7842 22.8916 13.2776 10.8370
T104 29.1451 6.6240 26.7119 10.7228 4.2392 9.2100 13.3470
T105 23.3807 13.3332 8.7477 15.2126 17.1940 10.6725 11.4593
T106 24.5757 12.2918 5.6328 20.0181 15.3655 15.5096 6.6064
T107 16.6532 7.7920 26.1593 7.7876 11.6609 20.9838 8.9632
T108 14.4081 13.2933 26.2090 15.3913 8.8703 17.5192 4.3089
T109 16.0931 7.4062 28.1962 15.2699 8.1152 16.3480 8.5715
41
Lampiran 2. Sedimen tipe pada titik sampling
Titik
Sampling SAMPLE TYPE: TEXTURAL GROUP: SEDIMENT NAME:
T1 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T2 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T3 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T4 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T5 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T6 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T7 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T8 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T9 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T10 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T11 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T12 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T13 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T14 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T15 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T16 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T17 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T18 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T19 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T20 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T21 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T22 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T23 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T24 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T25 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T26 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T27 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T28 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T29 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T30 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T31 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T32 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T33 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T34 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T35 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T36 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T37 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T38 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T39 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T40 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T41 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T42 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T43 Bimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T44 Bimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T45 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
42
T46 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T47 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T48 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T49 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T50 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T51 Unimodal, Poorly Sorted Slightly Gravelly Sand Slightly Very Fine Gravelly Fine Sand
T52 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T53 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T54 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T55 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T56 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T57 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T58 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T59 Unimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T60 Unimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Coarse Sand
T61 Unimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T62 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T63 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T64 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T65 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T66 Bimodal, Moderately Sorted Slightly Gravelly Sand Slightly Very Fine Gravelly Medium Sand
T67 Bimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T68 Polymodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T69 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T70 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T71 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T72 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T73 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T74 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T75 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T76 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T77 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T78 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Fine Sand
T79 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Fine Sand
T80 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T81 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T82 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T83 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T84 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T85 Bimodal, Moderately Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T86 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T87 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T88 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T89 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T90 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Coarse Sand
T91 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T92 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
43
T93 Unimodal, Moderately Sorted Slightly Gravelly Sand Slightly Very Fine Gravelly Medium Sand
T94 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T95 Polymodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T96 Bimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T97 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T98 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T99 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T100 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Coarse Sand
T101 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T102 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T103 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Medium Sand
T104 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T105 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T106 Trimodal, Poorly Sorted Sandy Gravel Sandy Very Fine Gravel
T107 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Coarse Sand
T108 Bimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Coarse Sand
T109 Trimodal, Poorly Sorted Gravelly Sand Very Fine Gravelly Very Coarse Sand
44
Lampiran 3. Hasil nilai statistika sedimen
Titik
Sampling MEAN SORTING SKEWNESS KURTOSIS
T1 757.4 860.1 1.403 3.310
T2 710.2 697.2 1.748 4.887
T3 669.1 622.6 1.718 5.053
T4 723.1 691.0 1.570 4.335
T5 682.9 686.3 1.746 4.991
T6 652.7 558.2 2.392 8.384
T7 648.4 672.0 1.989 5.837
T8 815.3 740.2 1.397 3.747
T9 678.4 673.5 1.724 5.005
T10 769.9 786.8 1.396 3.574
T11 762.3 765.6 1.427 3.744
T12 776.3 684.5 1.503 4.224
T13 685.1 637.7 1.729 5.018
T14 835.0 801.2 1.225 3.163
T15 897.9 785.3 1.044 2.889
T16 867.8 775.7 1.126 3.098
T17 720.4 694.0 1.644 4.818
T18 815.4 763.4 1.368 3.475
T19 794.3 717.2 1.463 4.065
T20 844.4 764.3 1.321 3.572
T21 714.4 768.3 1.500 3.887
T22 908.6 892.7 0.992 2.397
T23 863.7 871.2 1.105 2.663
T24 953.6 950.9 0.888 2.046
T25 781.6 859.9 1.349 3.179
T26 767.7 844.5 1.317 3.182
T27 709.6 782.0 1.512 3.872
T28 900.8 932.7 1.038 2.339
T29 599.6 713.5 1.975 5.592
T30 788.2 771.7 1.430 3.703
T31 693.8 780.4 1.536 3.913
T32 597.1 721.7 1.814 5.030
T33 624.4 774.4 1.608 4.181
T34 759.8 778.5 1.380 3.432
T35 862.2 843.1 1.236 3.019
T36 1136.2 907.8 0.599 1.734
T37 1090.7 914.1 0.629 1.813
T38 1031.5 868.9 0.776 2.127
T39 987.8 908.7 0.826 2.099
T40 819.3 820.4 1.113 2.826
T41 539.6 686.2 2.024 5.857
T42 1009.8 908.8 0.855 2.130
T43 1288.8 982.2 0.337 1.390
T44 1116.3 987.8 0.625 1.618
45
T45 1003.9 867.4 0.793 2.158
T46 698.9 686.6 1.634 4.558
T47 923.5 802.9 0.931 2.567
T48 894.6 957.5 0.931 2.173
T49 736.4 768.5 1.442 3.824
T50 618.9 682.0 1.776 5.183
T51 453.5 486.3 2.430 8.981
T52 651.1 709.9 1.785 4.967
T53 780.1 792.5 1.346 3.412
T54 770.6 809.4 1.353 3.390
T55 888.8 860.5 0.980 2.507
T56 888.2 912.9 0.917 2.231
T57 896.4 778.0 0.990 2.761
T58 629.1 653.7 1.676 4.948
T59 1634.2 914.7 -0.302 1.518
T60 1220.4 862.6 0.375 1.717
T61 1498.4 918.9 -0.021 1.411
T62 1150.5 946.8 0.466 1.605
T63 1120.3 973.4 0.598 1.653
T64 1190.9 989.4 0.472 1.497
T65 891.7 825.9 1.137 2.771
T66 644.3 370.1 2.160 11.21
T67 1190.8 1018.4 0.412 1.380
T68 990.6 926.0 0.808 2.019
T69 933.4 843.6 0.793 2.212
T70 802.8 784.4 1.139 2.920
T71 866.6 811.7 1.100 2.846
T72 943.2 779.6 0.806 2.320
T73 649.5 764.6 1.666 4.392
T74 788.5 805.5 1.136 2.850
T75 687.6 827.9 1.499 3.721
T76 884.1 880.7 0.954 2.394
T77 970.6 895.2 0.806 2.145
T78 857.6 905.9 1.072 2.540
T79 823.5 889.5 1.108 2.626
T80 793.4 862.5 1.175 2.755
T81 888.8 871.3 0.907 2.221
T82 887.1 802.5 1.083 2.844
T83 985.0 875.6 0.942 2.293
T84 1039.6 842.7 0.636 1.982
T85 681.6 519.0 2.336 8.622
T86 759.5 700.6 1.596 4.415
T87 983.2 768.6 0.923 2.664
T88 1083.3 886.2 0.719 1.955
T89 964.7 812.5 0.896 2.493
T90 940.6 770.8 0.973 2.800
T91 1039.7 890.5 0.751 2.032
46
T92 1115.9 913.7 0.605 1.770
T93 598.2 393.5 2.613 12.79
T94 1215.9 957.2 0.409 1.512
T95 1089.8 934.5 0.603 1.770
T96 1204.1 995.9 0.458 1.459
T97 1320.6 908.5 0.208 1.506
T98 1333.0 1023.7 0.051 1.186
T99 1144.4 1003.5 0.396 1.343
T100 1159.3 858.7 0.253 1.656
T101 1247.5 934.1 0.274 1.420
T102 1226.7 1005.0 0.304 1.351
T103 1097.1 905.4 0.431 1.599
T104 1459.7 941.3 -0.190 1.565
T105 1258.5 981.9 0.227 1.351
T106 1254.1 979.3 0.286 1.370
T107 1174.3 917.1 0.247 1.552
T108 1278.6 863.9 0.076 1.608
T109 1224.2 873.7 0.183 1.672
47
Lampiran 4. Deskripsi Statistika Sedimen
Titik
Sampling MEAN: SORTING: SKEWNESS: KURTOSIS:
T1 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T2 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T3 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Leptokurtic
T4 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T5 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T6 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Leptokurtic
T7 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Leptokurtic
T8 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T9 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T10 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T11 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T12 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T13 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Mesokurtic
T14 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T15 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T16 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T17 Medium Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T18 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T19 Medium Sand Poorly Sorted Symmetrical Mesokurtic
T20 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T21 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T22 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T23 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T24 Coarse Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Very Platykurtic
T25 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T26 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T27 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T28 Coarse Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Very Platykurtic
T29 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Leptokurtic
T30 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T31 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T32 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Mesokurtic
T33 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T34 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T35 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T36 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T37 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T38 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T39 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T40 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T41 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Mesokurtic
T42 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T43 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T44 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
48
T45 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T46 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T47 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T48 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Very Platykurtic
T49 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T50 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T51 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Mesokurtic
T52 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Mesokurtic
T53 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T54 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T55 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T56 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Very Platykurtic
T57 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T58 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T59 Very Coarse
Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Platykurtic
T60 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Platykurtic
T61 Very Coarse
Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Platykurtic
T62 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T63 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T64 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T65 Coarse Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T66 Coarse Sand Moderately
Sorted Symmetrical Platykurtic
T67 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T68 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T69 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T70 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T71 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T72 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T73 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T74 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Very Platykurtic
T75 Medium Sand Poorly Sorted Very Coarse Skewed Platykurtic
T76 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T77 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T78 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T79 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T80 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T81 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T82 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T83 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T84 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T85 Coarse Sand Moderately
Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T86 Medium Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Mesokurtic
T87 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T88 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T89 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
T90 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Platykurtic
49
T91 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T92 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T93 Medium Sand Moderately
Sorted Coarse Skewed Platykurtic
T94 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T95 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T96 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T97 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Platykurtic
T98 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Very Platykurtic
T99 Coarse Sand Poorly Sorted Coarse Skewed Very Platykurtic
T100 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Platykurtic
T101 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T102 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T103 Coarse Sand Poorly Sorted Symmetrical Very Platykurtic
T104 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Platykurtic
T105 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T106 Coarse Sand Poorly Sorted Fine Skewed Very Platykurtic
T107 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Very Platykurtic
T108 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Very Platykurtic
T109 Coarse Sand Poorly Sorted Very Fine Skewed Very Platykurtic
50
Lampiran 5. Persentase Tutupan Lamun
Titik X y TUTUPAN
1 104.6575 1.0313 12
2 104.659 1.0313 12
3 104.6604 1.0313 30
4 104.6619 1.0313 20
5 104.6633 1.0313 20
6 104.6583 1.0326 12
7 104.6597 1.0326 2
8 104.6611 1.0326 20
9 104.6626 1.0326 35
10 104.664 1.0326 30
11 104.6575 1.0338 35
12 104.659 1.0338 20
13 104.6604 1.0338 35
14 104.6619 1.0338 35
15 104.6633 1.0338 75
16 104.6583 1.0351 55
17 104.6597 1.0351 20
18 104.6611 1.0351 30
19 104.6626 1.0351 55
20 104.664 1.0351 12
21 104.6575 1.0363 12
22 104.659 1.0363 12
23 104.6604 1.0363 20
24 104.6619 1.0363 20
25 104.6633 1.0363 30
26 104.6568 1.0376 20
27 104.6583 1.0376 20
28 104.6597 1.0376 35
29 104.6611 1.0376 30
30 104.6626 1.0376 30
31 104.664 1.0376 30
32 104.6561 1.0388 30
33 104.6575 1.0388 35
34 104.659 1.0388 55
35 104.6604 1.0388 35
36 104.6619 1.0388 55
37 104.6633 1.0388 35
38 104.6568 1.0401 35
39 104.6583 1.0401 35
40 104.6597 1.0401 35
51
41 104.6611 1.0401 35
42 104.6626 1.0401 30
43 104.6561 1.0413 20
44 104.6575 1.0413 35
45 104.659 1.0413 55
46 104.6604 1.0413 35
47 104.6619 1.0413 35
48 104.6568 1.0425 20
49 104.6583 1.0425 55
50 104.6597 1.0425 12
51 104.6611 1.0425 2
52 104.6575 1.0438 20
53 104.659 1.0438 35
54 104.6604 1.0438 30
55 104.6583 1.045 35
56 104.6597 1.045 30
57 104.6611 1.045 20
58 104.6575 1.0463 12
59 104.659 1.0463 30
60 104.6604 1.0463 35
61 104.6568 1.0475 35
62 104.6583 1.0475 30
63 104.6597 1.0475 20
64 104.6547 1.0488 12
65 104.6561 1.0488 20
66 104.6575 1.0488 30
67 104.6539 1.05 30
68 104.6554 1.05 35
69 104.6568 1.05 35
70 104.6583 1.05 20
71 104.6518 1.0513 12
72 104.6532 1.0513 20
73 104.6547 1.0513 20
74 104.6561 1.0513 20
75 104.6575 1.0513 12
76 104.6511 1.0525 2
77 104.6525 1.0525 12
78 104.6539 1.0525 20
79 104.6554 1.0525 35
80 104.6568 1.0525 20
81 104.6503 1.0538 30
82 104.6518 1.0538 35
83 104.6532 1.0538 35
52
84 104.6547 1.0538 30
85 104.6561 1.0538 35
86 104.6496 1.055 35
87 104.6511 1.055 35
88 104.6525 1.055 35
89 104.6539 1.055 30
90 104.6503 1.0563 20
91 104.6518 1.0563 55
92 104.6532 1.0563 75
93 104.6525 1.0575 55
94 104.6532 1.0588 55
95 104.6525 1.06 75
96 104.6532 1.0612 20
97 104.6525 1.0625 30
98 104.6518 1.0637 12
99 104.6511 1.065 12
100 104.6503 1.0662 20
101 104.6496 1.0675 35
102 104.6475 1.0687 30
103 104.6489 1.0687 20
104 104.6467 1.07 12
105 104.6482 1.07 20
106 104.6446 1.0712 20
107 104.646 1.0712 35
108 104.6453 1.0725 30
109 104.6467 1.0725 12
53
Lampiran 6. Standart percentase tutupan lamun menurut Mc. Kenzie (2003)
54
Lampiran 7. Dokumentasi pengambilan sampling di lapangan
55
Lampiran 8. Dokumentasi analisis sampling di laboratorium