30
PERUBUAHAN PEKERJAAN DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI Abstrak Pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden nomot 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berbinyi: Kontrak Lump sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: a . jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; b . semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; c . pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);

Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

PERUBUAHAN PEKERJAAN DALAMKONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI

Abstrak

Pasal 51 ayat (1) Peraturan Presiden nomot 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berbinyi:

Kontrak Lump sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, dengan

ketentuan sebagai berikut:a.

jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;

b.

semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;

c.pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran

yang dihasilkan sesuai dengan

isi Kontrak;

d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan

f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

Page 2: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Dalam pelaksanaan kontrak pekerjaan konstruksi seperti pembangunan gedung kantor dan/atau rumah dinas, tidak jarang ditemukan adanya kesalahan perencanaan bangunan yang menyebabkan perlunya penambahan/pengurangan pekerjaan. Penambahan/pengurangan pekerjaan tersebut tidak dibolehkan jika kesepakatan tentang penyelesaian pekerjaan tersebut dituangkan dalam kontrak lump sum. Padahal dalam keadaan tertentu akibat dari tidak dibolehkan penambahan/pengurangan pekerjaan tersebut dapat menimbulkan kerugian negara. Karena itu terdapat perdebatan apakah penambahan/pengurangan pekerjaan demikian boleh dilakukan. Tulisan ini mencoba mencari jawaban atas perdebatan tersebut.

Kata Kunci : Kontrak lump sum, kontrak harga satuan, perubahan kontrak, penambahan pekerjaan, dan pengurangan pekerjaan.

A. Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Di lihat dari cara pembayaran kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, menurut pasal 50 ayat (3) Peraturan Presiden R.I nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, kontrak pengadaan barang/jasa dibedakan menjadi:a. Kontrak Lump Sum;

b. Kontrak Harga Satuan; c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan;

Page 3: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

d. Kontrak Persentase; dan

e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey Contract).

(1) Kontrak Lump Sum merupakan kontrak yang jumlah harga (nilai kontrak) sudah pasti dan tetap bersifat mengikat, serta tidak dimungkinkan adanya penyesuaian harga.

Page 4: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Kontrak

jenis ini diperuntukkan untuk pekerjaan yang

volume

atau kuantitas

pekerjaannya sudah dapat diperkirakan dengan pasti pada

saat

penandatanganan

kontrak.

Contohnya kontrak untuk pekerjaan pembangunan

gedung kantor

pada

umumnya berisi kesepakatan tentang pembangunan satu unit

gedung

kantor

dengan

harga yang sudah pasti misalnya Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Meskipun perhitungan biaya pembangunan gedung tersebut terdiri dari penjumlahan banyak komponen pekerjaan seperti pekerjaan pondasi, lantai, dinding, atap, dsb namun volume atau kuantitas pekerjaan pondasi, lantai, dinding, atap, dsb sudah dapat diperkirakan pada saat penandatanganan kontrak. Karena itu nilai kontrak yang nantinya dibayarkan bersifat tetap dan mengikat.

(2) Kontrak harga satuan merupakan kontrak yang jumlah harga satuan untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu sudah tetap, namun volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan. Pembayaran kontrak didasarkan pada

hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan. Karena itu dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Kontrak jenis ini diperuntukkan untuk pekerjaan yang volume atau kuantitas pekerjaannya belum dapat

Page 5: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

diperkirakan dengan pasti pada saat penandatanganan kontrak. Contohnya kontrak untuk pekerjaan pengadaan bahan makanan narapidana berisi kesepakatan tentang pengadaan bahan makanan untuk nara pidana selama waktu tertentu misalnya satu tahun dengan harga yang sudah pasti untuk setiap spesifikasi teknis tertentu seperti harga telur per butir, harga beras per kg, harga daging per kg, harga sayur per ikat dsb. Penyedia barang/jasa melaksanakan pemasokan barang sesuai kesepakatan dalam kontrak, misalnya PPK menyampaikan surat pesanan per hari/minggu/bulan berdasarkan jumlah narapidana. Pembayaran kontrak didasarkan pada hasil pengukuran bersama terhadap pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.

(3) Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah adalah Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan. Kontrak ini diperuntukkan untuk pekerjaan yang sebagian volumenya sudah dapat pastikan dan sebagian lainnya masih bersifat perkiraan. Contoh pekerjaan yang sebagian volumenya sudah pasti dan sebagian pekerjaan volumenya masih bersifat perkiraan adalah pekerjaan pembangunan gedung dengan pondasi tiang pancang di atas tanah yang labil. Kontrak untuk pekerjaan tersebut dapat diatur sebagai berikut:

a. Untuk porsi pekerjaan pembangunan gedung menggunakan cara pembayaran kontrak lump sum, dan

Page 6: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

b. Untuk porsi pekerjaan pondasi tiang pancang menggunakan cara pembayaran kontrak harga satuan.

(4) Kontrak Persentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultansi/jasa lainnya, dengan

ketentuan imbalan yang diterima didasarkan pada persentase dari nilai pekerjaan tertentu. Contoh kontrak ini adalah kontrak untuk pekerjaan konsultan pengawasan pekerjaan pembangunan gedung. Dalam kontrak ini cara penyedia jasa konsultansi menerima imbalan berdasarkan persentasi hasil pekerjaan pembangunan gedung yang diawasinya.

(5) Kontrak Terima Jadi (Turnkey) merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh selesai dilaksanakan; dan b. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

B. Landasan Pemilihan Jenis KontrakMengapa perlu jenis kontrak lump sum dan jenis kontrak harga satuan?

Page 7: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Perlunya ada kontrak lump sum dan ada kontrak harga satuan bukan dikarenakan ada kontrak yang membolehkan ada kontrak yang tidak membolehkan penambahan/pengurangan

pekerjaan.

Karena

kalau hanya untuk membolehkan dan tidak

membolehkan

penambahan/pengurangan pekerjaan tidak

perlu adanya jenis kontrak lump sum.

Bukankah

dengan dibolehkannya penambahan/pengurangan pekerjaan pada kontrak

harga satuan,

berarti kontrak harga satuan dapat pula

digunakan untuk pekerjaan yang tidak

memerlukan

penambahan/pengurangan

pekerjaan.

Perlunya ada kontrak lump sum dan ada kontrak harga satuan, sesungguhnya dikarenakan memang ada jenis pekerjaan yang volume atau kuantitasnya sudah dapat dipastikan pada saat perencaan dan ada jenis pekerjaan yang volume atau kuantitasnya tidak dapat dipastikan pada saat perencanaan pekerjaan (masih bersifat perkiraan). Untuk pekerjaan yang volume atau kuantitasnya sudah dapat dipastikan pada saat perencanaan harus menggunakan kontrak lump sum, untuk pekerjaan yang volume atau kuantitasnya masih bersifat perkiraan harus menggunakan kontrak harga satuan.

Contoh volume pekerjaan yang sudah harus dipastikan pada saat perencanaan adalah volume pekerjaan konstruksi. Yang dimaksudkan dengan volume dalam hal ini adalah luas

Page 8: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

gedung, rentang jembatan, panjang dan lebar jalan. Semua itu dapat dipastikan pada saat perencanaan pekerjaan. Contoh volume pekerjaan yang belum dapat dipastikan pada saat perencanaan pekerjaan adalah volume pekerjaan pengadaan bahan makanan untuk narapidana. Pada saat penandatanganan kontrak jumlah narapidana yang harus diberi makan belum diketahui.

Dalam dokumen anggaran volume

pekerjaan

konstruksi dapat dijumpai

seperti

“pembangunan gedung kantor 300

m2”

atau

“pembangunan rumah dinas 2 unit”. Jika

pembangunan gedung direncanakan

300 m2

maka

tidak mungkin dalam pelaksanaannya

terpaksa dirubah menjadi 350 m2.

Pembangunan rumah dinas yang semula direncanakan 2

unit tidak mungkin terpaksa dirubah

menjadi 3 unit. Pembangunan jalan yang dikontrak

awal sepanjang 2 km tidak mungkin terpaksa harus dirubah menjadi 3 km. Jika dalam pelaksanaan kontrak dijumpai perubahan seperti itu dapat dipastikan bahwa perubahan itu bukan disebabkan oleh kebutuhan (need) melainkan karena ada keinginan (want).

Dalam pekerjaan konstruksi seperti pembangunan gedung kantor memang terdapat komponen pekerjaan seperti penggalian pondasi, pengurugan tanah, pemasangan pintu, jendela, atap dll yang dijadikan dasar untuk menghitung biaya.

Page 9: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Komponen pekerjaan tersebut sudah harus diperhitungkan secara tepat sejak awal dan dan digambarkan dalam disain bangunan. Apabila ada bagian pekerjajan yang memang belum dapat diperhitungkan maka hanya untuk bagian pekerjaan tersebut saja dapat menggunakan kontrak harga satuan.

Yang dimaksud volume atau kuantitas pekerjaan dalam pengadaan bahan makanan untuk narapidana adalah jumlah bahan makanan yang serahkan, atau makanan yang disajikan. Jika penyedia hanya memasok bahan makanan maka volume pekerjaan dihitung berdasarkan jumlah bahan makanan yang diserahkan oleh penyedia seperti beras, sayuran segar, telur

Page 10: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

ayam, ikan asin dsb. Jika pemberian makan diberikan dalam bentuk makanan seperti nasi

kotak/bungkus valumenya adalah jumlah nasi

kotak/bungkus yang

disediakan.

Jika

pemberian makanan disajikan dalam bentuk

prasmanan volumenya adalah

jumlah

narapidana.

C. Larangan Penambahan/Pengurangan Pekerjaan Konstruksi

Larangan adanya penambahan/pengurangan pekerjaan tercantum dalam pasal 51 ayat (1) huruf f Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010. Pasal tersebut mengatur tentang ketentuan pelaksanaan kontrak lump sum. Karena itu muncul pendapat agar dapat dilakukan penambahan dan/atau pengurangan pekerjaan jangan gunakan kontrak lump sum (gunakansaja

kontrak harga

satuan).

Pendapat demikian antara lain dikemukakan oleh Khalik Nst

yang mengatakan:

Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi, sebaiknya digunakan kontrakharga satuan, walaupun perencanaan telah dilaksanakan dengansebaik-baiknya dan sesempurna mungkin, karena yang

Page 11: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

namanyapekerjaan konstruksi ada hal – hal tertentu yang memaksa akanterjadinya pekerjaan tambah/kurang yang tidak kita kehendaki, agarpekerjaan tersebut terlaksana sesuai dengan harapan dan tidakmerugikan uang negara, yang kita takutkan bila menggunakan kontraklumpsum pada pekerjaan konstruksi karena tidak diperbolehkanadanya pekerjaan tambah/kurang, pekerjaan konstruksi yang berupabangunan, jembatan, jalan, bendungan, irigasi dan lain-lainnya tidakberfungsi dengan baik.(https://khaliknst.wordpress.com/2012/07/05/kontrak -harga-satuan-atau-kontrak-lumpsum/ diakses Kamis 9 Desember 2015 pukul 06. 48 WIB).

Seperti diuraikan

di

atas bahwa pekerjaan konstrusi seharusnnya menggunakan kontrak

lump

sum atau

jika

memang

ada sebagian dari pekerjaan konstruksi tersebut yang masih

bersifat perkiraan dapat menggunakan kontrak gabungan (lump sum dan harga satuan). Penggunaan kontrak harga satuan pada pekerjaan konstruksi tidak dibolehkan karena tidak sesuai dengan maksud Pasal 51 ayat (2) Perpres nomor 54 tahun 2010. Antisipasi terhadap kemungkinan perlunya

Page 12: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

pekerjaan tambah/kurang bukan merupakan alasan yang tepat untuk memilih kontrak harga satuan.

Mengizinkan penggunaan kotrak harga satuan untuk pekerjaan konstruksi akan mengurangi arti pentingnya disain perencanaan konstruksi. Padahal dalam pekerjaan konstruksi disain detail bangunan merupakan gambaran dari sebuah bangunan yang diinginkan. Ketika menyusun disain perencanaan sebuah gedung, konsultan perencana sudah membayangkan bagaimana bentuk, model, dan ukuran dari bangunan tersebut. Gambaran sebuah gedung yang sudah ada di dalam kepala konsultan perencana itulah yang dituangkannya secara detail ke dalam disain perencanaan bangunan. Inilah yang disebut “start from the end” olehSteven R Copy dalam bukunya The Seven Habits of Highly Efective People.

Dalam pekerjaan konstruksi kemungkinan perlunya perubahan-perubahan pekerjaan setelah kontrak ditandatangani bisa disebabkan oleh adanya sisa anggaran yang belum terserap atau karena adanya perubahan selera pemilik pekerjaan. Kasusnya bisa terjadi ketika penawaran dari penyedia jauh dibawah HPS sehingga terdapat sebagian anggaran yang tersisa. Pemanfaatan sisa anggaran dengan cara menambah pekerjaan baru inilah yang sebenarnya tidak dibolehkan.

D. Permasalahan pekerjaan konstruksi

Page 13: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

Permasalahan sebenarnya dalam penyelesaian pekerjaan konstruksi bukan karena volume pekerjaan atau bagian pekerjaan yang belum dapat dipatikan pada saat penambahan kontrak, melainka karena perlunya penambahan/pengurangan pekerjaan yang disebabkan kesalahan dalam perencanaan. Contohnya dalam perencanaan tertulis penimbunan tanah 30 m3 seharusnya 300 m3 atau sebaliknya jumlah timbunan yang seharusnya 300 m3 tertulis 30 m3. Kesalahan tersebut jika tidak dilakukan penambahan/pengurangan pekerjaan akan menyebabkan bangunan tidak sempurna bahkan bisa jadi tidak berfungsi.

Kesalahan perencanaan seperti tersebut di atas seharusnya tidak boleh dibiarkan meskipun jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum. Alasan mengapa penambahan/pengurangan pekerjaan tersebut harus dilakukan, setidaknya dapat dikaitkan dengan upaya menghindari kerugian negara dan untuk melaksanakan serah terima hasil pekerjaan.

a. Upaya untuk menghindari kerugian negara jauh lebih penting dari pada sekedar melaksanakan secara kaku pasal 51 ayat (1) huruf f. Menurut hemat penulis jika benar-benar dibutuhkan tambahan pekerjaan yang kalau tidak dilaksanakan akan

menyebabkan kerugian negara karena hasil pekerjaan tidak berfungsi, maka tambahan pekerjaan dapat dilakukan. Demikian juga jika diketahui bahwa terdapat bagian pekerjaan dalam kontrak yang sebenarnya tidak

Page 14: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

perlu dilaksanakan karena tidak bermanfaat sama sekali, maka pekerjaan tersebut tidak perlu dilaksanakan.

b. Untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) harus memeriksa seluruh hasil pekerjaan dan memastikan bahwa seluruh komponen pekerjaan yang terdapat dalam kontrak telah diselesaikan. Dalam hal terdapat bagian pekerjaan yang tidak dikerjakan, baik yang disebabkan karena

memang tidak bisa dikerjakan maupun yang disebabkan karena tidak diperlukan, maka untuk dapat dilakukan serah terima hasil pekerjaan bagian pekerjaan yang tidak dikerjakan tersebut harus dikeluarkan dulu dari dalam kontrak. Untuk itu perlu dilakukan perubahan kontrak. Tanpa merubah kontrak maka PPHP tidak dapat melakukan serah terima karena terdapat bagian pekerjaan yang belum dikerjakan.

E. Contoh Kasus

Kasus 1.

Dalam kontrak lump sum pekerjaan pembangunan gedung pertemuan yang dibiayai dari dana APBD nilai kontrak Rp7.000.000.000,- terdapat bagian pekerjaan penimbunan lahan halaman gedung pertemuan seluas 1000 m2. Biaya penimbunan tersebut dalam surat penawaran tercantum Rp600.000.000,-. Pada tahapan pelaksanaan pekerjaan ternyata sebagian lahan halaman gedung pertemuan tersebut

Page 15: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

(seluas 300 m2) diklaim oleh masyarakatpemilik lahan.

Dalam menghadapi kenyataan tersebut PPK

harus

mengambil suatu

keputusan. Alternatif putusan yang dapat dipilih oleh PPK adalah:1) Pembangunan

gedung pertemuan dikerjakan sesuai kontrak

awal

tanpa perubahan

berupa pengurangan pekerjaan. Di atas lahan seluas 300 m2 yang diklaim oleh masyarakat tetap dilakukan penimbunan meskipun pada akhirnya lahan tersebut tidak dapat digunakan sebagai halaman gedung pertemuan karena dipasang pagar pembatas oleh masyarakat pemilik lahan. Serah terima pekerjaan dapat dilaksanakan karena seluruh pekerjaan yang ada dalam kontrak telah dilaksanakan dan kepada penyedia pekerjaan dibayar penuh sebesar Rp7.000.000.000,-.

Keputusan tersebut akan menyebabkan kerugian negara karena PPK melakukan penimbunan di atas lahan yang bukan milik pemerintah yang seharusnya tidak perlu dilakukan penimbunan.

2)Pembangunan gedung pertemuan dikerjakan sesuai kontrak tanpa perubahan berupa pengurangan pekerjaan. Secara formal pekerjaan seluruh pekerjaan dilakukan sesuai kontrak. Namun pada kenyataannya pekerjaan penimbunan halaman gedung pertemuan

Page 16: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

hanya dilakukan di atas lahan milik pemerintah

seluas

700 m2. Sedangkan di atas lahan

seluas 300 m2 yang diklaim oleh masyarakat

tidak

dilakukan penimbunan. Pada saat

serah terima hasil pekerjaan dinyatakan bahwa pekerjaan telah selesai dikerjakan 100%. Berdasarkan Berita acara tersebut dilakukan pembayaran penuh Rp7.000.000.000,-.

Keputusan tersebut bukan saja menyebabkan kerugian negara tetapi juga menyeret PPK dan PPHP ke dalam kasus korupsi karena melakukan pembayaran atas pekerjaan

yang tidak dilaksanakan (piktif).3) PPK membuat keputusan yang isinya merubah jenis kontrak

yang semula kontrak lump

sum menjadi kontrak harga satuan. Perubahan

tersebut hanya perubahan nama jenis

kontrak saja dengan tujuan supaya dapat

dilakukan

pekerjaan tambah/kurang.

Selanjutnya setelah jenis kontrak dirubah menjadi kontrak harga satuan PPK dan Penyedia pekerjaan sepakat melakukan perubahan isi kontrak dengan mengurangi pekerjaan penimbunan halaman semula 1000 m2 menjadi 700 m2.

Keputusan tersebut tidak sinkron dengan proses pelelangan yang telah dilakukan oleh Pokja ULP karena pada saat

Page 17: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

melaksanakan proses pelelangan Pokja ULP telah melaksanakan seluruh proses dengan cara yang ditentukan untuk kontrak lump sum. Penetapan pemenang lelang dan nilai kontrak telah ditetapkan oleh Pokja ULP berdasarkan hasil koreksi aritmatik yang telah dilaksanakan menurut cara koreksi untuk kontrak lump sum. Seandainya sejak awal dilakukan pelelangan dengan cara yang ditentukan untuk kontrak harga satuan bisa jadi pemenang lelang tersebut adalah penyedia yang lain.

4)PPK membentuk tim pengendali pelaksanaan kontrak dan melakukan pengkajian terhadapi kondisi yang dihadapi. Selanjutnya PPK dan penyedia sepakat melakukan

perubahan kontrak dengan mengurangi pekerjaan penimbunan halaman seluas 300 m2. Pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan perubahan kontrak dan pembayaran atas hasil pelaksanaan pekerjaan didasarkan pada pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan. Alternatif ini tidak sesuai dengan pasal 51 ayat (1) huruf f Perpres nomor 54 tahun 2010. Namun inilah salah satu pilihan yang risikonya paling kecil dan alasannya dapat diterima dalam rangka menghindari kerugian negara.

Kasus 2.

Dalam kontrak lump sum pekerjaan pembangunan rumah dinas yang dibiayai dari dana APBD nilai kontrak Rp3.000.000.000,- terdapat bagian pekerjaan penimbunan

Page 18: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

lahan sebanyak 55 m3. Izin mendirikan bangunan (IMB) yang diajukan kepada Pemerintah Daerah baru terbit setelah kontrak ditandatangani. Berdasarkan IMB pembangunan rumah dinas harus bergeser 5 m ke arah belakang menjauhi jalan raya. Akibat dari pergeseran lokasi tersebut posisi rumah dinas tersebut berada di atas lahan yang agak rendah dan selalu digenangi air hujan. Berdasarkan perhitungan bersama antara PPK, tim teknis, dan penyedia pekerjaan untuk menghindari ancaman banjir diperlukan tambahan pekerjaan penimbunan tanah sebanyak 200 m3. Jika tidak dilaksanakan penimbunan akan menyebabkan lantai bangunan rumah tersebut akan terendam air setiap turun hujan. Biaya penimbunan tersebut dapat diambil dari bagian pekerjaan pembuatan garasi. Penyedia mengusulkan agar pembuatan garasi ditiadakan diganti dengan penambahan penimbunan.

Menghadapi situasi ini PPK harus mengambil keputusan. Alternatif putusan yang dapat ditempuh antara lain:

1)Tetap memerintahkan penyedia membangun di atas lahan yang direncanakan tanpa memperdulikan lokasi yang diizinkan dalam IMB. Pilihan tersebut tidak memerlukan

pekerjaan tambah/kurang. Risiko putusan tersebut adalah sewaktu-waktu proses pembangunannya dapat dihentikan oleh pihak Pemerintah Daerah karena tidak sesuai

Page 19: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

IMB. Jika terjadi pelebaran jalan yang mengharuskan rumah dinas tersebut dibongkar, maka pembongkaran rumah tersebut tidak dapat mengajukan klaim ganti rugi kepada Pemerintah Daerah.

2)Tetap memerintahkan penyedia membangun di atas lahan yang diizinkan dalam IMB tetapi tidak melakukan perubahan pekerjaan. Pilihan tersebut memang tidak memerlukan pekerjaan tambah/kurang. Namun setiap kali turun hujan rumah dinas yang telah dibangun tersebut akan selalu direndami air karena letaknya lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya.

3)Melakukan perubahan kontrak dengan mengurangi pekerjaan pembuatan garasi dan menambahkan pekerjaan penimbunan sesuai hasil perhitungan bersama tim teknis dan penyedia. Alternatif ini tidak sesuai dengan pasal 51 ayat (1) huruf f Perpres nomor 54 tahun 2010. Namun perlu dilakukan dalam rangka menghindari kerugian negara.

Kasus 3.

Dalam DIPA kantor X dialokasikan dana pembangunan gedung kantor dan 3 unit rumah dinas sebesar Rp7.000.000.000,- Berdasarkan gambar disain dan engeener’s estimation (EE) yang dibuat oleh konsultan perencana telah ditetapkan Harga Perkiraan Sendiri HPS sebesar Rp6.900.000.000,-. Agar leluasa melakukan perubahan kontrak, PPK menetapkan jenis kontrak yang akan digunakan adalah kontrak harga satuan. Dalam

Page 20: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

proses pelelangan Pokja ULP telah menetapkan pemenang lelang PT. A dengan total penawaran Rp6.250.000.000,- dan berdasarkan hasil lelang tersebut PPK dan PT. A telah menandatangani kontrak pembangunan gedung dan 3 unit rumah dinas dengan nilai Rp.6.250.000.000,-

Atas kontrak yang sudah ditandatangani tersebut, dengan alasan pemanfaatan sisa anggaran maka PPK melakukan perubahan kontrak dengan cara:

1) Bersama-sama dengan PT. A menambah pekerjaan baru dalam kontrak yang telah

disepakati dengan PT.A

berupa

pembangunan sebuah rumah dinas senilai

Rp600.000.000,- sehingga rumah dinas

yang harus dibangun oleh PT. A menjadi 4 unit

dan nilai kontrak seluruhnya menjadi Rp6.850.000.000,- atau

2)Bersama-sama dengan PT. A merubah disain, model, dan ukuran rumah dinas yang telah dikontrakkan serta merubah nilai kontrak menjadi lebih besar dengan tujuan untuk memanfaatkan sisa anggaran.

Jika jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, maka perubahan kontrak berupa penambahan pekerjaan seperti di atas seakan-akan dibolehkan. Akan tetapi mengingat penetapan jenis kontrak harga satuan oleh PPK

Page 21: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

ditujukan untuk memungkinkan dilakukan penambahan pekerjaan, maka perubahan seperti ini sebenarnya tidak dibolehkan karena tidak sesuai dengan prinsip efisien dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Prinsip efisiensi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah menghendaki agar pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dapat menggunakan sumber dana seminim mungkin.

Dalam pembangunan gedung dan rumah dinas yang dicontohkan di atas, ternyata cukup dengan dana Rp6.250.000.000,-. Karena itu tidak perlu dilakukan penambahan pekerjaan dengan merubah kontrak.

F. Kesimpulan

Page 22: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

1)Karena volume pekerjaan konstruksi sudah dapat

dihitung

sebelum penandatanganan

kontrak, maka pengadaan pekerjaan konstruksi tidak dibolehkan menggunakan kontrakharga satuan.

2)Dalam hal terdapat bagian pekerjaan konstruksi

yang

volumenya

masih

bersifat

perkiraan, maka hanya untuk bagian pekerjaan tersebut dapat menggunakan kontrakharga satuan. Sedangkan bagian pekerjaan lainnya

harus

menggunakan

kontrak lump

sum. Karena itu kondisi demikian kontrak yang

dapat

digunakan

adalah

kontrak

gabungan.

3)Jika memang terdapat kebutuhan untuk melakukan

penambahan

dan/atau pengurangan

pekerjaan sepanjang hal tersebut memang urgen

dan

untuk

menghindari

kerugian

negara

dapat dipertimbangkan untuk melakukan pekerjaan

tambah/kurang

sekalipun

jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lumpsum.

Daftar Pustaka:

Peraturan perundang-undangan:

Page 23: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi

1. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

2.Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

3.Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Karya ilmiah:

1.Sopian Abu, Pentingnya Memahami Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/pelembang/attachment/

2.Yudiyatna Heldi, Pasal 51 Penjelasan Tentang Jenis Kontrak Pengadaan, https://www.google.com/search?q=google&ie=utf-8&oe=utf-8#q=kontrak+lump+sum+atau+harga+satuan

3.Khalid Nst, Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Lumpsum,

(https://khaliknst.wordpress.com/2012/07/05/kontrak -harga-satuan-atau-kontrak-lumpsum/

Page 24: Perubahan Pekerjaan Dalam Kontrak Pekerjaan Konstruksi