Upload
wahdaniah-maddanatja
View
96
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
CREATED BY:
WAHDANIAH
46109051-4BD4
PERUBAHAN ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN
SELAYANG PANDANG PERUBAHAN ORGANISASI DAN
PENGEMBANGAN
Perubahan merupakan salah satu tahap yang harus dilalui, karena "change is the only evidance of life" (perubahan adalah satu-satunya bukti kehidupan). Dan pada dasarnya perubahan itu bukan hanya menerapkan teknologi, metode, dan sistem-sistem baru, tetapi juga merubah cara berfikir dan berperilaku.
When you change your BEHAVIOUR, you change your PERFORMANCE.
When you change your PERFORMANCE, you change your DESTINY.
When you change your DESTINY, you change your LIFE.
“Change is possible because ordinary people do extraordinary things.” - Barrack Obama
Kita harus berubah, karena terjadi perubahan terus-menerus baik dari lingkungan eksternal kita seperti tingkat persaingan antar Perguruan Tinggi, ekonomi, kekuatan global, demografi, sosial, teknologi, dan permintaan masyarakat terhadap lulusan kita. Maupun perubahan yang terjadi dari lingkungan internal sepertiproduct life cycle dan ketersediaan sumber daya internal.
Perubahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun perubahan juga secara cepat mempengaruhi kehidupan kita yang normal tersebut. Dalam hal ini, adalah perlu bagi kita untuk mengantisipasi masalah yang dihadapi, memikirkan alternatif dan metode yang akan digunakan dalam pemecahan masalah, termasuk di dalamnya bagaimana mengehadapi resistensi akibat perubahan tersebut. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar kita, sebaiknya melihat kembali secara lebih dalam bagaimana suatu perubahan memberikan pengaruh terhadap organisasi juga termasuk perubahan-perubahan yang kita buat dan bagaimana kita mengakomodasi perubahan tersebut. Implementasi terhadap perubahan harus dilakukan dengan cara yang tepat.
Seperti itulah penjelasan perubahan yakni keniscayaan. Keniscayaan yang pasti karena di dunia ini tidak ada yang tidak bisa berubah kecuali kata perubahan itu sendiri. Pencapaian pada titik perubahan tentunya tidak lepas dengan kata pengembangan. Dalam beberapa kesempatan kita sering mendengar Istilah pengembangan, seperti pengembangan kurikulum, pengembangan sistem, dan seterusnya, namun banyak juga yang belum tau apa yang dumaksud pengembangan.
Pengembangan berasal dari kata dasar kembang yang berarti menjadi bertambah sempurna. Kemudian mendapat imbuan pe- dan –an sehingga menjadi pengembangan yang artinya proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Jadi pengembangan di sini adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan agar lebih sempurna dari pada sebelumnya.
Dengan pengembangan yang terjadi di sekitar kita, sebaiknya melihat kembali secara lebih dalam bagaimana suatu pengembangan itu memberikan pengaruh terhadap organisasi juga termasuk pengembangan yang kita buat dan bagaimana kita mengakomodasi pengembangan tersebut. Dua kata sejoli perubahan dan pengembangan tidak dapat dipisahkan baik dalam hidup individu, masyarakat,dan organisasi.
Namun, dalam tulisan ini akan mengerucut pada perubahan dalam sebuah organisasi yang
berorientasi pada bisnis. Mari meneropongnya lebih dalam.
Faktor Pendorong Perubahan
Faktor yang berpengaruh pada terjadinya perubahan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu faktor lingkungan (berada di luar kendali manajemen) dan faktor internal (berada
di dalam perusahaan dan biasanya dapat dikendalikan oleh manajemen)
a. Faktor lingkungan, meliputi :
1) Keadaan Pasar
Manajer dari perusahaan bisnis secara historis berkaitan dengan reaksi terhadap
perubahan pasar. Perubahan pasar tersebut contohnya antara lain : pesaing
memperkenalkan produk baru, meningkatkan iklan, mengurangi harga, maupun
meningkatkan layanan pelanggan mereka. Selera pelanggan juga merupakan contoh
perubahan keadaan pasar yang akhirnya akan dapat mempengaruhi pendapatan dari suatu
perusahaan.
2) Perubahan Teknologi
Berkembangnya ilmu pengetahuan telah memperkenalkan teknologi baru yang dapat
berpengaruh di semua fungsi dalam organisasi. Komputer telah memungkinkan
pengolahan data kecepatan tinggi dan solusi untuk masalah produksi yang kompleks.
Mesin dengan proses baru telah merevolusi cara suatu produk diproduksi dan
didistribusikan.
Teknologi komputer dan otomatisasi tersebut telah mempengaruhi tidak hanya
kondisi teknis pekerjaan, tetapi juga kondisi sosial. Pekerjaan baru telah diciptakan, dan
yang lainnya telah dieliminasi. Kelambatan dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat
mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas tersebut dapat dilihat dalam laporan
keuangan secara cepat maupun lambat. Kemajuan teknologi akan terus menuntut
perhatian sebagai faktor perubahan yang ada.
3) Perubahan Sosial dan Politik
Manajer bisnis harus memiliki kontrol untuk mempengaruhi nasib perusahaan
mereka. Komunikasi massa yang canggih dan pasar internal menciptakan potensi yang
besar untuk bisnis, tetapi dapat juga menimbulkan ancaman besar bagi para manajer yang
tidak mampu untuk memahami apa yang terjadi. Tekanan untuk perubahan mencerminkan
meningkatnya kompleksitas dan saling ketergantungan kehidupan modern. Tidak
diragukan lagi, peristiwa masa depan akan mengintensifkan faktor lingkungan eksternal
untuk mendorong perubahan.
4) Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi juga mempengaruhi hampir semua organisasi. Sebagai contoh,
tekanan global organisasi yang mendorong untuk menjadi lebih efisien dalam keuangan.
Walaupun organisasi berada di suatu ekonomi kuat, ketidakpastian tentang tingkat bunga,
defisit anggaran pemerintah pusat, dan tingkat tarif bursa uang juga dapat menciptakan
kondisi yang memaksa organisasi untuk berubah.
Untuk mengatasi perubahan eksternal secara efektif, maka fungsi organisasi harus
sensitif terhadap faktor perubahan yang ada tersebut. Fungsi ini harus dapat menjembatani
antara lingkungan eksternal dengan unit organisasi. Fungsi yang dimaksud contohnya
seperti penelitian pemasaran, hubungan kerja, perekrutan personil, pembelian, dan
beberapa bidang keuangan yang juga merasakan adanya perubahan. Dalam lingkungan
eksternal dan menyampaikan informasi tentang perubahan ini ke manajer.
b. Faktor internal yang memaksa.
Faktor intenal biasanya dapat ditelusuri pada masalah perilaku pekerja seperti absensi,
masalah peralatan seperti adanya peralatan baru, dan masalah proses seperti kerusakan dalam
komunikasi, pengambilan keputusan, serta konflik interpersonal maupun antardepartemen.
Rendahnya tingkat moral dan tingginya tingkat ketidakhadiran dan pergantian adalah
gejala masalah perilaku yang harus didiagnosis. Sebuah pemogokan dari staff organisasi
merupakan salah satu tanda yang paling nyata dari adanya suatu masalah yang bertujuan agar
manajemen dapat bertindak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Pada dasarnya
kebutuhan untuk perubahan harus diakui dengan beberapa cara dan apabila kebutuhan akan
perubahan tersebut telah diakui, maka sifat dari masalah atau dampak perubahan tersebut
harus segera didiagnosis. Jika masalah ini tidak dipahami, dampak perubahan pada orang bisa
menjadi sangat negatif.
Perubahan yang terjadi pada organisasi ditimbulkan oleh bermacam faktor eksternal dan
internal yang sering kali berinteraksi hingga mereka saling memperkuat satu sama lainnya.
Guna bertahan dan berkembang, maka organisasi perlu bereaksi dan menyesuaikan diri
terhadap berbagai macam faktor tersebut. Mereka perlu melaksanakan kegiatan inovasi dan
secara berkesinambungan memperbaiki produk serta jasa mereka guna memenuhi permintaan
konsumen yang berubah dan guna menghadapi pihak pesaing. Teknologi yang digunakan juga
perlu disesuaikan dan perlu diketemukan cara yang lebih baru dan lebih baik untuk
melaksanakan kegiatan pengorganisasian dan manajemen.
MENAPAKI JEJAK PERUBAHAN ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN
A. Kekuatan untuk dan daya tahan terhadap Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi adalah gerak jauh organisasi dari keadaan sekarang dan menuju masa
depan yang diinginkan beberapa negara untuk meningkatkan efektivitasnya. Berikut ini
daftar kekuatan yang penting dan hambatan yang dihadapi:
a. Kekuatan untuk Perubahan
1. Kekuatan Kompetitif
Manajer dan karyawan harus terus bekerja untuk mencapai keunggulan kompetitif
atas pesaing mereka dengan melakukan tugas-tugas mereka dengan cara yang lebih
efektif. Persaingan adalah kekuatan untuk perubahan karena organisasi dapat menyamai
atau melampaui pesaingnya dalam satu area untuk fungsional misalnya, dalam pemasaran
yang memungkinkan untuk meningkatkan kualitas produk, inovasi, atau tanggap terhadap
pelanggan. Untuk unggul, organisasi harus terus mengadopsi teknologi terbaru seperti
menjadi tersedia. Penerapan teknologi baru biasanya mengubah hubungan tugas dan
pekerjaan sebagai karyawan belajar keterampilan baru atau teknik untuk mengoperasikan
teknologi baru.
Strategi perubahan yang dapat digunakan organisasi untuk mencapai efisiensi
unggul atau kualitas adalah inovasi dan tanggap terhadap pelanggan. Untuk unggul di
bidang inovasi dengan menggunakan keunggulan teknologi untuk menghasilkan produk
unggulan serta perusahaan harus terampil mengatur kegiatan sehingga karyawan
termotivasi dan terkoordinasi juga bersedia untuk berbagi ide dan bekerja sama untuk
membawa perubahan. Titik kemampuan untuk menangkap dan mempertahankan
keunggulan kompetitif adalah kemampuan untuk unggul di daerah yang paling penting
adalah tanggap terhadap pelanggan.
2. Kekuatan Ekonomi, Politik, dan Global
Perubahan ekonomi dan kekuatan politik mempengaruhi organisasi. Ini memaksa
mereka untuk mengubah bagaimana dan di mana mereka memproduksi barang dan jasa.
Pertumbuhan besar dalam outsourcing telah menjadi sangat signifikan ekonomi berlaku
selama beberapa tahun terakhir.
Ekonomi dan politik antar negara serikat menjadi sebuah kekuatan yang semakin
penting untuk perubahan. Sebut saja NAFTA membuka jalan bagi kerjasama antara
Kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko. Di Indonesia ada CEFTA (China Asean Free
Trade Area) yakni perdagangan internasional antara Indonesia dan Cina. Banyak
organisasi di negara-negara telah mengambil keuntungan NAFTA & CEFTA untuk
menemukan pasar baru untuk produk mereka dan sumber-sumber baru tenaga kerja
murah. Seperti Jepang, Taiwan dan Korea yang berkembang pesat negara-negara Asia
mengakui bahwa serikat ekonomi melindungi negara anggota mereka dan menciptakan
hambatan terhadap pesaing luar negeri. Akibatnya, perusahaan di luar negeri banyak
pindah ke komponen terbuka dan manufaktur tanaman di negara-negara dimana mereka
melakukan bisnis yang paling.
Sebagai contoh, Jepang pembuat mobil telah membuka beberapa pabrik di Amerika
Serikat dan Meksiko dan di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Polandia, dan Inggris.
Toyota, Honda, dan Nissan membuka pabrik mobil besar di Inggris untuk memasok mobil
ke Uni Eropa negara anggota UE untuk menghindari tarif dan pembatasan perdagangan.
Organisasi tidak mampu untuk mengabaikan pengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi dan
politik global pada kegiatannya. Munculnya murah pesaing di luar negeri, pengembangan
teknologi baru yang mengikis keuntungan perusahaan yang kompetitif, dan kegagalan
untuk mengambil keuntungan dari input biaya rendah dari luar negeri. Ini semua
malapetaka untuk organisasi di pasar global. Semua tantangan perusahaan dalam pasar
bebas adalah kebutuhan untuk membantu keluar dari negara mereka, sebut saja manajer
pindah negara (dalam perusahaan yang sama) yang bekerja di luar negeri menyesuaikan
dengan nilai ekonomi, politik, dan budaya dari negara-negara tertentu di mana mereka
berada. Toyota misalnya, telah menyadari pentingnya pengiriman desainer mobil Jepang
dan insinyur untuk bekerja dengan rekan-rekan mereka di negara-negara lain. Hal ini
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan di pasar luar negeri serta
menyebar Kaizen atau metode TQM manufaktur untuk divisi lainnya global.
3. Kekuatan Demografi Dan Sosial
Mengelola tenaga kerja yang beragam merupakan salah satu yang terbesar
tantangan yang dihadapi organisasi hari ini. Bagaimana perubahan dalam komposisi
tenaga kerja dan peningkatan keanekaragaman karyawan telah disajikan organisasi
dengan banyak tantangan dan peluang.
Manajer telah belajar pentingnya ekuitas dalam rekrutmen dan promosi proses dan
kebutuhan untuk mengakui bahwa karyawan saat ini mencari untuk keseimbangan yang
lebih baik antara kerja dan liburan. Misalnya, seperti meningkatnya jumlah perempuan
memasuki dunia kerja, perusahaan harus membuat perubahan untuk mengakomodasi
kebutuhan dualcareer dan keluarga orang tua. Mungkin dengan menyediakan fasilitas
penitipan anak bagi karyawan, sehingga memungkinkan mereka untuk menerapkan
jadwal kerja yang fleksibel. Banyak perusahaan telah membantu karyawan mereka
mengikuti perubahan teknologi dengan mendukung maju pendidikan dan pelatihan bagi
mereka. Kekuatan terpenting dari perusahaan terhadap karyawan untuk keunggulan
kompetitif dan efektivitas organisasi terletak pada memanfaatkan sepenuhnya
keterampilan anggota mereka. Misalnya, memberdayakan karyawan mereka untuk
membuat keputusan penting seperti perubahan strategi mengubah bagaimana organisasi
memandang kegiatan dan karyawan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
4. Kekuatan Etis
Sementara organisasi harus berubah sebagai respon terhadap demografi dan
kekuatan sosial, adalah penting bahwa mereka melakukannya dengan cara yang etis
khususnya dalam menghadapi pemerintah meningkat, politik, dan pengawasan publik.
Banyak perusahaan telah menciptakan peran petugas etika, seseorang kepada siapa
karyawan dapat melaporkan penyimpangan etika pada bagian dari manajer organisasi atau
berpaling untuk meminta nasihat ketika dihadapkan dengan dilema bisnis yang etis.
Organisasi juga berusaha untuk mempromosikan perilaku etis dengan memberikan
karyawan akses langsung kepada para pembuat keputusan penting dan oleh melindungi
pelapor yang mengekspos masalah etika.
b. Hambatan Perubahan
Perubahan Organisasi pada umumnya tidak dapat berjalan dengan lancar, sering
perubahan tersebut berhadapan dengan berbagai hambatan dan penolakan terhadap
perubahan organisasi. Menurut Maurer ( 1996 ) perlu disadari bahwa hambatan dan
penolakan itu merupakan bagian dari proses transisi dan pada umumnya tidak disadari dan
ditambah dengan tidak ada atau kurangnya informasi.
Dalam perubahan organisasi sering terjadi berbagai hambatan. Menurut Wilson
( 1994 ) hambatan perubahan organisasi biasanya berhubungan dengan
1. Sistem dan proses perubahan, karena sistem dan proses perubahan terkait dengan
tujuan organisasi, struktur dan mekanisme kerja organisasi. Perubahan organisasi
juga berhubungan dengan
2. Sumber Daya Manusia, hal ini sangat berpengaruh pada efektivitas suatu
perubahan karena pada dasarnya subyek maupun obeyek perubahan itu pada
intinya terletak pada Sumber Daya Manusia. Selain itu perubahan organisasi
akan berhubungan dengan
3. Sistem dan lingkungan organisasi, hal ini menyangkut iklim dan budaya
organisasi serta struktur, proses dan mekanisme organisasi
Perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar manusia sering kali tidak disertai
kesiapan manusia tersebut untuk dapat menerima dan mengikuti perubahan tersebut.
Ketidaksiapan ini bisa menimbulkan sikap penolakan terhadap perubahan ataupun hal-hal
baru. Sikap penolakan ini sangat umum terjadi di dalam lingkungan yang berhubungan
dengan pekerjaan tempat dia bekerja. Sikap penolakan terhadap perubahan ataupun hal-
hal yang baru terjadi didalam organisasi merupakan tanggapan emosional maupun
perilaku terhadap ancaman baik yang nyata maupun yang dibayangkan oleh pegawai
terhadap rutinitas kerja mereka.
Menurut Robbins (1993), sikap penolakan terhadap perubahan menunjukan tingkat
kestabilan dan perkiraan tingkah laku yang berhubungan dengan kebiasaan seseorang.
Sikap penolakan terhadap perubahan tidak timbul dengan cara yang sama ataupun standar.
Sikap penolakan ini dapat tampak jelas terlihat, muncul secara lengkap, muncul secara
tiba-tiba, atau dapat tertunda yang kemudian akan muncul dikemudian hari. Akibat
penolakan terhadap perubahan ini mungkin saja dapat secara cepat mendapat tanggapan
atau respon dalam berbagai bentuk, misalnya: Adanya komplain dari pegawai,
memperlambat penyelesaian pekerjaannya, ancaman untuk melakukan perlawanan
ataupun penolakan memberi dukungan aktivitas kerja. Daya penolakan yang mungkin
lebih tajam dan lengkap dapat berbentuk : Hilangnya loyalitas terhadap organisasi ,
hilangnya motivasi dalam bekerja, meningkatnya kesalahan dalam melakukan pekerjaan
dan meningkatnya absensi pegawai dengan berbagai alasan
Lebih lanjut lagi, Robbins (1993) menambahkan bahwa pegawai dapat juga menunjukkan
reaksi penolakan yang minimal atau tidak terlalu jelas pada saat akan terjadi perubahan
atau selama perubahan terjadi. Keadaan ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
berbulan-bulan bahkan sampai dengan tahunan, akan tetapi pada suatu saat tertentu reaksi
terhadap perubahan akan muncul dan meledak dalam berbagai tanggapan yang porsinya
secara total lebih besar dari sebelumnya.
Penolakan pada tingkatan organisasional dipengaruhi oleh :
1. Power and Conflict ( kekuasaan dan konflik )
Jika perubahan menyebabkan perebutan kekuasaan dan konflik organisasi
maka suatu organisasi lebih suka mempertahankannya.
2. Difference in functional orientation ( perbedaan-perbedaan dalam orientasi
fungsional )
Fungsi-fungsi dan divisi yang berbeda sering menjumpai sumber suatu
masalah yang berbeda karena mereka melihat suatu pemberitaan atau masalah
utama dari sudut pandangnya sendiri.
3. Mechanical structure (struktur mekanis )
Struktur mekanis lebih bertahan untuk berubah. Orang yang bekerja di
dalam suatu struktur mekanis diharapkan untuk bertindak dengan cara tertentu
dan tidak mengembangkan kapasitas untuk mengatur perilakunya yang
merubah kondisi.
4. Organizational culture ( budaya organisasi )
Nilai dan norma dalam budaya organisasi dapat menjadi sumber lain akan
penolakan untuk berubah.
Penolakan untuk berubah pada tingkat kelompok, yaitu banyak kelompok
mengembangkan norma-norma informal yang kuat yang secara merupakan perilaku yang
pantas dan tidak pantas dan mengatur interaksi antar anggota kelompok.
Penolakan untuk berubah pada tingkatan individu, dimana orang-orang cenderung
untuk menolak perubahan karena mereka merasa tidak ada kepastian dan jaminan tentang
hasil-hasil yang akan diraih.
Menurut Davis (1984), ada tiga jenis penolakan terhadap perubahan yang secara
bersama-sama membentuk sikap pegawai dalam menanggapi perubahan yang terjadi,
yaitu:
1) Logical resistance.
Didasarkan pada alasan yang rasional dan ilmiah, sikap penolakan dapat
disebabkan oleh adanya pegawai yang membutuhkan waktu dan usaha untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan, misalnya: Pada saat pegawai harus
belajar tugas-tugas barunya. Hal ini merupakan beban tersendiri bagi pegawai,
meskipun dalam jangka panjang perubahan ini akan menguntungkan, akan
tetapi pengorbanan¬pengorbanan jangka pendek harus terlebih dahi.ilu
dirasakan.
2) Psychological resistance.
Logis dalam kaitannya dengan sikap dan perasaan pegawai mengenai
perubahan. Para pegawai mungkin merasa takut menghadapi ketidak-pastian,
tidak mempercayai kepemimpinan manajer, atau merasa keamanan mereka
terancam. Meskipun manajer yakin bahwa perasaan tersebut tidak mendasar,
akan tetapi hal tersebut riil dan harus segera dikenali oleh pihak manajemen.
3) Sociological resistance
Nilai-nilai sosial merupakan kekuatan yang besar pengaruhnya dalam
lingkungannya, sehingga harus dipertimbangkan secara hati-¬hati. Pegawai
akan mempertanyakan apakah perubahan yang terjadi akan tetap konsisten
dengan nilai yang dianut oleh kelompok. Ketiga jenis penolakan ini harus
ditangani secara efektif agar pegawai dapat menerima perubahan dan kesediaan
mau bekerja sama. Jika manajemen hanya mempertimbangkan dimensi teknis
dan logis saja, maka mereka akan gagal dalam mendapatkan dukungan sumber
daya manusia.
B. Tingkat kekuatan Organisasi terhadap Perubahan
Kekuatan-kekuatan eksternal:
Perubahan organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable
eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan
kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot
pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik
sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal
dari kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan,
dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.
Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :
1. Kebudayaan
2. Pendidikan
3. Sosial
4. Politik
5. Ekonomi
6. Teknologi
Kekuatan-kekuatan internal:
Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari factor-faktor seperti tujuan, strategi,
kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan
ketidak puasan karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat
menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen.
Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan karyawan
2. Tujuan organisasi
3. Strategi dan kebijaksanaa
4. Teknologi.
Ada kekuatan-kekuatan yang mendukung terjadinya perubahan namun, ada juga faktor-faktor
yang menolak terjadinya perubahan Tetapi kebanyakan dipengaruhi karena mempertahankan status
quo perusahaan.
C. Evolusi dan Revolusi Perubahan Organisasi
Manajer terus-menerus menghadapi pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk merespon
kekuatan untuk perubahan. Ada beberapa jenis perubahan yang manajer dapat mengadopsi untuk
membantu organisasi mereka mencapai masa depan yang diinginkan Secara umum, jenis
perubahan jatuh ke dalam dua kategori besar: perubahan evolusioner dan perubahan revolusioner.
Perubahan evolusi secara bertahap, bertahap, dan difokuskan secara sempit. Ini melibatkan upaya
terus-menerus untuk memperbaiki, beradaptasi, dan menyesuaikan strategi dan struktur secara
bertahap langkah demi langkah untuk merespon perubahan lingkungan.
Sociotechnical sistem teori dan kualitas manajemen total atau kaizen, adalah dua metode yang
digunakan untuk mengejar perubahan evolusioner. Peningkatan tersebut mungkin melibatkan
menggunakan teknologi untuk mengatur kembali tugas atau hubungan pekerjaan. Beberapa
organisasi, bagaimanapun, perlu membuat perubahan besar dengan cepat. Dihadapkan dengan
drastis, tak terduga perubahan lingkungan, misalnya sebuah terobosan teknologi baru. Perubahan
revolusioner yang cepat, dramatis, dan luas fokus, dan ini melibatkan upaya yang berani untuk
menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan efektivitas. Hal ini kemungkinan akan
mengakibatkan perubahan radikal dalam cara organisasi mengelola kegiatannya, menetapkan
tujuan-tujuan baru, dan menciptakan struktur baru bagi organisasi.
Aneka macam perubahan (Jones, 1998:513-515):
1. Evolusioner >> bersifat gradual, incremental dan terfokuskan secara khusus. Berupaya mencari
cara-cara baru untuk menjadi efektif.
2. Revolusioner >> bersifat mendadak, drastis dan mencakup seluruh organisasi. Berupaya untuk
meningkatkan efektivitas bekerjanya suatu organisasi.
Perubahan revolusioner memiliki dampak pada semua tingkatan dalam organisasi-perusahaan,
divisi, fungsional, kelompok, dan individu. Reengineering, restrukturisasi, dan inovasi. Tiga
penting metode yang digunakan untuk mengimplementasikan perubahan revolusioner.
1) Evolusi Perubahan I: Teori Sistem sociotechnical
Sociotechnical sistem (STS) dalam pengembangan organisasi adalah sebuah pendekatan
untuk merancang pekerjaan organisasi yang kompleks yang mengakui interaksi antara manusia
dan teknologi di tempat kerja. Istilah ini juga mengacu pada interaksi antara infrastruktur
kompleks masyarakat dan perilaku manusia. Dalam pengertian ini, masyarakat itu sendiri, dan
sebagian besar substruktur nya, sangat kompleks sociotechnical sistem.
Sociotechnical teori sistem adalah teori tentang aspek sosial dari orang dan masyarakat dan
aspek teknis dari struktur organisasi dan proses.Di sini, teknis tidak selalu berarti teknologi
material. Fokusnya adalah pada prosedur dan pengetahuan yang terkait, yakni mengacu pada
istilah Yunani kuno. "Teknis" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada struktur dan
rasa yang lebih luas teknis. Sociotechnical mengacu pada keterkaitan aspek sosial dan teknis
dari suatu organisasi atau masyarakat secara keseluruhan.
Karena itu Teori sociotechnical adalah tentang optimasi bersama, dengan penekanan
bersama pada pencapaian kedua keunggulan dalam kinerja teknis dan kualitas dalam kehidupan
pekerjaan masyarakat.Sistem teknis termasuk mesin, proses, prosedur dan pengaturan fisik. Kita
biasanya berpikir tentang pabrik dalam hal sistem teknis. Sistem sosial termasuk orang-orang
dan sikap kebiasaan mereka, nilai-nilai, gaya perilaku dan hubungan. Hal ini mencakup sistem
penghargaan. Ini adalah struktur kekuasaan formal seperti yang digambarkan pada bagan
organisasi dan struktur kekuasaan informal yang berasal dari pengetahuan dan pengaruh
pribadi.
2) Evolusi Perubahan II: Total Quality Management
Total Quality Mutu (TQM) atau kaizen merupakan upaya berkelanjutan dan konstan oleh
semua fungsi organisasi dan karyawan untuk menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas. Di banyak perusahaan, keputusan untuk mengadopsi pendekatan TQM
sinyal perubahan radikal dalam cara manajer yang berniat untuk menata dan meningkatkan
aktivitas kerja. Setelah sebuah organisasi mengadopsi TQM, dan proses ini dikelola dengan
benar, itu mengarah pada terus menerus, perubahan tambahan karena semua fungsi dan
karyawan bekerja sama untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan proses kerja.
Perubahan yang dihasilkan dari TQM termasuk mengubah desain atau jenis mesin yang
digunakan untuk merakit produk dan reorganisasi urutan kegiatan organisasi untuk memberikan
layanan yang lebih baik kepada pelanggan, sekali lagi penekanan dalam TQM adalah pada
kesesuaian antara sistem teknis dan sosial. Mengubah lintas-fungsional untuk meningkatkan kualitas
hubungan sangat penting dalam TQM.
Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan
sejak lima puluh tahun lalu dari berbagai praktek manajemen serta usaha peningkatan
dan pengembangan produktivitas. Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-
fungsi kontrol kelembagaan, termasukperencanaan, pengorganisasian, perekrutan
staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi danpenyusunan anggaran. Konsep manajemen
ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan
pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan secara berkesinambungan. Faktor-faktor
yang menyebabkan lahirnya "perubahan paradigma" adalah menajamnya persaingan, ketidak-
puasan pelanggan terhadap mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis
ekonomi. Meskipun akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini
penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah maupun
lembaga nirlaba.
3) Perubahan Revolusioner I: Reengineering
Reengineering melibatkan redesain pemikiran ulang fundamental dan radikal proses bisnis
untuk mencapai perbaikan dramatis dalam kritis, ukuran kontemporer kinerja seperti biaya,
kualitas, pelayanan, dan kecepatan. Perubahan yang dihasilkan dari pembenahan membutuhkan
manajer untuk kembali ke dasar-dasar dan membedah setiap langkah dalam proses kerja. Alih-
alih berfokus pada fungsi organisasi, para manajer fokus organisasi direkayasa ulang pada
proses bisnis.
Sebuah proses bisnis adalah setiap kegiatan (seperti pemrosesan order, inventory control,
atau desain produk) penting untuk pengiriman cepat dari barang dan jasa kepada pelanggan,
atau proses yang mempromosikan kualitas tinggi atau biaya rendah. Proses bisnis bukan
tanggung jawab dari setiap fungsi satu, mereka melibatkan aktivitas seluruh fungsi. Karena
reengineering berfokus pada proses bisnis dan bukan fungsi, organisasi direkayasa ulang selalu
mengadopsi pendekatan baru untuk mengorganisir kegiatan-kegiatannya.
Organisasi yang mengambil reengineering mengabaikan pengaturan yang ada tugas, peran,
dan aktivitas kerja. Proses rekayasa ulang dimulai dengan berfokus pada pelanggan (bukan
produk itu sendiri) dan manajer bertanya, "Bagaimana kita bisa menata cara kita melakukan
pekerjaan kami untuk memberikan kualitas terbaik, terendah-biaya barang dan jasa kepada
pelanggan?" Ketika para manajer mencerminkan pada pertanyaan ini, mereka sering
menemukan cara yang lebih baik untuk mengatur kegiatan mereka. Sebagai contoh, sebuah
proses bisnis yang saat ini melibatkan anggota dari sepuluh fungsi yang berbeda yang bekerja
secara berurutan untuk menyediakan barang dan jasa dapat dilakukan oleh satu orang atau
beberapa orang di sebagian kecil dari biaya setelah rekayasa ulang. Reengineering sering
mengakibatkan perubahan seperti penambahan dan pengkayaan pekerjaan. Seringkali,
pekerjaan menjadi lebih kompleks, dan orang-orang yang dikelompokkan ke dalam
crossfunctional team, sebagai proses bisnis yang direkayasa ulang untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan kualitas.
Reengineering dan TQM sangat saling terkait dan saling melengkapi. Setelah rekayasa
ulang revolusioner telah terjadi dan pertanyaan "Bagaimana kita bisa menyediakan pelanggan
dengan barang atau jasa yang lebih baik memenuhi kebutuhan mereka?" Sudah dijawab, TQM
evolusi mengambil alih. Manajer fokus pada isu-isu seperti, "Bagaimana kita bisa terus
meningkatkan manajemen baru kami bahan dan proses pengembangan produk untuk terus
meningkatkan produk kami?" Organisasi yang sukses menguji kedua pertanyaan secara
bersamaan, dan mereka terus berusaha untuk mengidentifikasi proses baru dan lebih baik untuk
memenuhi tujuan dari peningkatan efisiensi, kualitas, dan daya tanggap kepada pelanggan.
Pentingnya engineering hanya akan meningkat di masa depan karena membantu memperbaiki
cara perusahaan dapat mengatur karyawan dan cara mereka dapat melakukan secara individual,
untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
4) Revolusioner Perubahan II: Restrukturisasi
Dua langkah inti:
Organisasi yang bersangkutan mengurangi tingkat diferensiasi dan integrasinya, dengan
jalan meniadakan divisi-divisi, departemen-departemen atau tingkatan-tingkatan di dalam
hierarki.
Organisasi yang bersangkutan melaksanakan kefiatan (downsizing) dengan jalan
mengurangi jumlah karyawannya guna menekan biaya operasi.
5) Revolusioner Perubahan III: Inovasi
Proses dimana organisasi2 memanfaatkan keterampilan dan sumberdaya mereka untuk
mengembangkan barang-barang dan jasa-jasa baru atau untuk mengembangkan produk baru dan
sistem-sistem pengoperasian baru hingga demikian mereka lebik baik dapat bereaksi terhadap
kebutuhan-kebutuhan pelanggan mereka.
Meliputi bidang:
Teknologi
Kondisi-kondisi ekonomi
Kompetisi global
Perubahan sosial dan demografik
Tantangan-tantangan internal.
D. Mengelola Perubahan: Penelitian Tindakan
Dalam pandangan Lewin menerapkan perubahan adalah proses tiga langkah:
1) Pencairan (Unfreezing)
Langkah ini biasanya meliputi usaha penurunan tegangan-tegangan dalam suatu organisasi.
Pencairan ini kadang kala dicapai dengan memberikan informasi yang menunjukkan adanya
perbedaan-perbedaan antara perilaku yang diinginkan oleh anggota organisasi dan perilaku
yang dijalankan organisasi atau sebaliknya. Contoh : mengurangi rasa saling curiga
pencairannya dengan melakukan partisipasi dalam latihan jabatan.
2) Tindakan (Movement)
Melakukan tindakan yang akan mengubah sistem sosial dari tingkat prilaku aslinya kesuatu
tataran perilaku yang baru. Hal ini meliputi perubahan kepercayaan, sikap, cara kerja dan
prosedur kerja. Contoh: pembinaan tim kerja, dan sejumlah tindakan intervensi yang dianggap
memadai
3) Pengentalan kembali (Refreezing)
Langkah ini berusaha menstabilkan organisasi pada suatu tingkat keseimbangan baru. Contoh :
sistem penghargaan yang mampu mendorong perubahan prilaku pekerjaan.
Penelitian tindakan adalah strategi untuk menghasilkan dan memperoleh pengetahuan yang
manajer dapat digunakan untuk menentukan keadaan yang diinginkan di masa depan organisasi, dan
kemudian merencanakan program perubahan yang akan memungkinkan untuk mencapai keadaan.
Mengidentifikasi langkah-langkah utama dalam penelitian tindakan.
1) Diagnosis Organisasi
Pengertian dari Diagnosis Organisasi itu sendiri adalah suatu proses sistematis untuk
memahami dan menjelaskan kondisi aktual suatu organisasi, termasuk permasalahan yang
dihadapinya, kekuatan dan kelemahannya, tantangan yang dihadapinya, interaksi dengan
lingkungannya, dan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap keberhasilan organisasi.
Diawali dengan mempelajari symptom (gejala) yang dilihat atau dirasakan oleh anggota
organisasi, Diagnosis Organisasi selanjutnya memeriksa berbagai elemen dan interaksi di
dalam organisasi, seperti struktur organisasi, sistem administrasi, prosedur kerja, sumber daya,
interaksi anggota, kepemimpinan, budaya organisasi dan berbagai aspek lainnya.
Meskipun Diagnosis Organisasi melakukan pemeriksaan yang komprehensif pada
berbagai unsur dan elemen organisasi, perbedaan utamanya dengan metode penyelesaian
permasalahan yang lain adalah dalam hal perhatiannya yang besar pada keterkaitan antara
unsur-unsur organisasi (termasuk antara permasalahan-permasalahan yang ada pada setiap
unsur). Diagnosis Organisasi pada dasarnya mencoba menemukan hubungan kausalitas antara
permasalahan permasalahan di dalam organisasi. Pengetahuan tentang keterkaitan tersebut
membukakan pemahaman mengenai rantai sebab akibat dalam proses-proses yang terganggu
di dalam organisasi, sehingga para pengelola perusahaan dapat “membereskan” permasalahan
pada tempat yang tepat dan dapat pula menduga konsekuensi suatu keputusan pada unsur lain
di dalam organisasi.
Hasil Diagnosis Organisasi biasanya digunakan sebagai dasar dalam menerapkan “terapi”
(seperti intervensi-intervensi pada struktur, perilaku maupun teknologi organisasi) yang tepat
untuk menyelesaikan permasalahan aktual. Akan tetapi, pemahaman tentang keterkaitan
unsur-unsur organisasi dan keterkaitan permasalahan organisasi juga sangat brguna untuk
mengantisipasi permasalahan yang potensial di dalam suatu keputusan. Oleh karena itu, di
samping untuk tujuan perbaikan (remedial), Diagnosis Organisasi juga perlu dilakukan untuk
tujuan pengembangan (development), yaitu ketika perusahaan merencanakan perubahan besar-
besaran yang menyangkut organisasi secara keseluruhan dan berdampak jangka panjang.
2) Menentukan Keinginan Masa Depan Organisasi
Setelah identifikasi keadaan ini, langkah berikutnya adalah untuk mengidentifikasi di
mana organisasi menentukan keadaan masa depan yang diinginkan. Langkah ini juga
melibatkan proses perencanaan yang sulit sebagai manajer bekerja di luar kursus berbagai
alternatif tindakan yang bisa menggerakkan organisasi ke mana mereka ingin hal itu terjadi.
Mengidentifikasi keadaan masa depan yang diinginkan melibatkan memutuskan apa strategi
organisasi dan struktur. Sebagai contoh, organisasi harus fokus pada mengurangi biaya dan
meningkatkan efisiensi? Atau meningkatkan kualitas dan tanggap terhadap pelanggan kunci
keberhasilan di masa depan? Apa jenis terbaik dari struktur organisasi untuk mengadopsi
untuk mewujudkan tujuan organisasi-struktur produk atau mungkin struktur tim lintas-
fungsional?
3) Menerapkan Aksi
Pelaksana tindakan adalah langkah ketiga dari penelitian tindakan. Namun, perlu
diperhatikan :Pertama, manajer perlu mengidentifikasi hambatan mungkin untuk mengubah
yang akan mereka hadapi karena mereka bisa membuat perubahan. Ini termasuk hambatan di
organisasi, kelompok, dan individu. Langkah kedua dalam aksi pelaksanaan adalah
memutuskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk benar-benar membuat perubahan dan
mengendalikan proses perubahan. Langkah ketiga dalam pelaksanaan tindakan adalah untuk
memutuskan yang spesifik perubahan strategi akan paling efektif mencairkan, dan perubahan.
Jenis-jenis perubahan yang teknik ini menimbulkan jatuh ke dalam dua kategori: Top-down
dan bottom-up.
Top-down perubahan adalah perubahan diimplementasikan oleh manajer pada tingkat
tinggi dalam organisasi. Manajer tinggi di organisasi memutuskan untuk membuat perubahan,
menyadari sepenuhnya bahwa hal itu akan bergema di semua tingkat organisasi. Para manajer
memilih untuk mengelola dan memecahkan masalah yang muncul di, tingkat divisi fungsional,
atau individu selama proses tersebut.
Bottom-up perubahan adalah perubahan dilaksanakan oleh karyawan pada tingkat rendah
dalam organisasi dan secara bertahap naik sampai dirasakan di seluruh organisasi. Ketika
sebuah organisasi ingin terlibat dalam bottom-up perubahan, langkah pertama dalam proses
penelitian tindakan-mendiagnosa organisasi menjadi penting dalam menentukan keberhasilan
perubahan. Manajer melibatkan karyawan pada semua tingkatan dalam proses perubahan
untuk mendapatkan masukan mereka.
Secara umum, bottom-up perubahan lebih mudah untuk diterapkan daripada top-down
perubahan karena memprovokasi daya kurang. Organisasi yang memiliki waktu untuk terlibat
dalam bottom-up perubahan umumnya dikelola dengan baik organisasi yang memperhatikan
perubahaan, yang digunakan untuk mengubah, dan sering berubah-ubah.
4) Mengevaluasi Aksi
Langkah keempat dalam penelitian tindakan mengevaluasi tindakan yang telah diambil
dan menilai sejauh mana perubahan telah dicapai tujuan yang diinginkan. Berbekal evaluasi
ini, manajemen memutuskan apakah perubahan lebih lanjut diperlukan untuk mencapai
keadaan masa depan yang diinginkan organisasi.
Cara terbaik untuk mengevaluasi proses perubahan adalah untuk mengembangkan
langkah-langkah atau kriteria untuk membantu manajer menilai apakah organisasi telah
mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika kriteria yang dikembangkan pada awal penelitian
tindakan yang digunakan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengevaluasi dampak
dari proses perubahan, manajer memiliki informasi yang cukup untuk menilai dampak dari
perubahan yang telah mereka buat. Mereka dapat membandingkan biaya sebelum dan setelah
perubahan untuk melihat apakah efisiensi meningkat. Misalnya, mereka dapat survei karyawan
untuk melihat apakah mereka lebih puas dengan pekerjaan mereka. Mereka dapat survei
pelanggan untuk melihat apakah mereka lebih puas dengan kualitas produk organisasi.
Sebagai bagian dari upaya TQM nya, manajer di hati-hati disurvei Starwood pelanggan
mereka untuk memastikan bahwa penampilan baru hotel dan jasa memenuhi harapan mereka.
Informasi itu membantu mereka untuk mengevaluasi keberhasilan usaha perubahan mereka.
Menilai dampak perubahan sangat sulit karena efek mungkin muncul perlahan-lahan.
Penelitian proses tindakan kita telah menggambarkan mungkin membutuhkan beberapa tahun
untuk menyelesaikan. Biasanya, rekayasa ulang dan restrukturisasi waktu berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dan manajemen kualitas total, setelah berjalan, tidak pernah berhenti.
Akibatnya, manajer perlu ukuran yang valid dan dapat diandalkan dapat mereka gunakan
untuk mengevaluasi kinerja. Semua terlalu sering, buruk organisasi yang melakukan gagal
untuk mengembangkan dan konsisten menerapkan kriteria untuk mengevaluasi kinerja
mereka. Bagi organisasi, tekanan untuk perubahan sering berasal dari luar ketika pemegang
saham mengeluh tentang keuntungan, pelanggan mengeluh tentang produk mereka, atau badan
pengawas menyelidiki praktik mereka.
E. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi (OD) adalah serangkaian teknik dan metode yang dapat digunakan
manajer dalam program penelitian mereka tindakan untuk meningkatkan adaptasi dari organisasi
mereka. Sebagai salah satu wellknown peneliti Warren Bennisputs itu, OD mengacu pada
"keyakinan yang kompleks perubahan strategi pendidikan intendedto, sikap, nilai, dan struktur
organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pasar, dan tantangan
dan tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Tujuan OD adalah untuk meningkatkan
efektivitas organisasi dan membantu orang mencapai potensi mereka dan menyadari mereka
tujuan. Sebagai hasil penelitian tindakan, manajer perlu untuk terus mencairkan, perubahan, dan
refreeze manajer dan karyawan 'sikap dan perilaku. Banyak OD teknik telah dikembangkan untuk
membantu manajer melakukan hal ini.
1) Teknik OD untuk Deal dengan Kekuatan terhadap Perubahan
Resistensi terhadap perubahan terjadi pada semua tingkat organisasi. Hal ini
memanifestasikan dirinya sebagai organisasi politik dan perebutan kekuasaan antara individu
dan kelompok, perbedaan persepsi tentang perlunya perubahan, dan sebagainya. Taktik
manajer dapat digunakan untuk mengurangi resistensi terhadap perubahan meliputi pendidikan
dan komunikasi, partisipasi dan pemberdayaan, fasilitasi, tawar-menawar dan negosiasi,
manipulasi, dan paksaan.
2) Teknik OD untuk Mendorong Perubahan
Banyak teknik OD dirancang untuk melakukan perubahan. Teknik ini dapat digunakan
pada tingkat individu, kelompok, dan organisasi. Pemilihan teknik ditentukan oleh jenis
perubahan. Secara umum, semakin revolusioner perubahan, semakin besar kemungkinan
organisasi akan menggunakan teknik OD di semua tiga tingkatan. Konseling, pelatihan
sensitivitas, dan proses konsultasi teknik OD diarahkan pada perubahan sikap dan perilaku
individu. Teknik yang berbeda yang efektif di tingkat kelompok dan organisasi.
Teori dan praktik pengembangan organisasi didasarkan pada beberapa asumsi penting yakni :
1) Manusia sebagai individu, Dua asumsi penting yang mendasari pengembangan organisasi
adalah bahwa manusia memiliki hasrat berkembang dan kebanyakan orang tidak hanya
berpotensi , dan berkeinginan untuk berkontribusi sebanyak mungkin pada organisasi.
pengembangan organisasi bertujuan untuk menghilangkan faktor faktor dalam organisasi yang
menghambat perkembangan dan menghalangi orang untuk berkontribusi demi tercapainya
sasaran organisasi.2) Manusia sebagai anggota dan pemimpin kelompok. Organisasi yang menerapkan
pengembangan organisasi harus berasumsi bahwa setiap orang dapat diterima dan diakui
perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam organisasi perlu ditumbuhkan keterbukaan agar para
anggotanya dapat dengan leluasa mengungkapkan perasaannya dan pikirannya. Dalam
keterbukaan , orang akan mendapatkan kepuasaan kerja yang lebih tinggi, sehingga dengan
demikian performansi kelompok akan lebih efektif.
3) Manusia sebagai wadah organisasi. Hubungan antar kelompok – kelompok dalam organisasi
menentukan efektivitas masing masing kelompok tersebut. Misalnya bila komunikasi antar-
kelompok hanya terjadi pada tingkat manajernya , koordinasi dan kerjasama akan kurang efektif
daripada bila segenap anggota kelompok terlibat dalam interaksi.
Sasaran pengembangan organisasi
Atas dasar asumsi asumsi diatas, proses pengembangan organisasi diterapkan dengan sasaran :
1. Hubungan yang lebih efektif antara departemen , divisi dan kelompok kelompok kerja dalam
organisasi
2. Hubungan pribadi yang lebih efektif antara manajer dan karyawan pada semaua jenjang
organisasi
3. Terhapusnya hambatan hambatan komunikasi antara pribadi dan kelompok
4. Berkembangnya iklim yang ditandai dengan saling percaya, dan keterbukaan yang dapat
memotivasi serta menantang anggota organisasi untuk lebih berprestasi
F. Tingkat-tingkat Perubahan Keorganisasian
Ada dua macam metode untuk menganalisis tingkat-tingkat perubahan keorganisasian.
Salah satu metode adalah mempelajari tingkat-tingkat individu kelompok dan tingkat
keorganisasian, dan metode kedua adalah mempelajari tingkat perubahan yang diperlukan pada
kelompok yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut. Kombinasi antara tingkat dan derajat atau
tingkat perubahan menghasilkan sebuah matriks hubungan-hubungan tersebut.
TINGKAT-TINGKAT PERUBAHAN
INDIVIDUAL KELOMPOK ORGANISASI
Promosi individu-
individu
Tambahan karya baru
pada kelompok yang
ada
Ciptakan
departemen staf
baru
Program pelatihan
untuk
Leburkan kelompok-
kelompok
Pengurangan
angkatan kerja
Ganti C.E.OBubarkan kelompok
kerja
Restrukturrisasi
organisasi secara
besar-besaran
Matriks I: Contoh-contoh Interaksi Antara Tingkat-tingkat dan Derajat Perubahan. (Gray, Strake, 1984: 553)
1) Perubahan Pada Tingkat Individual
Perubahan-perubahan pada tingkat individual jarang menimbulkan implikasi signifikan,
bagi organisasi yang bersangkutan secara total, walaupun terdapat adanya kekecualian tertentu
pada saat-saat tertentu. Contoh-contoh tentang perubahan pada tingkat individual adalah
perubahan pada penugasan pekerjaan, dipindahkannya karyawan yang bersangkutan ke lokasi
yang berbeda, atau perubahan pada kondisi kedewasaan individu yang bersangkutan, yang
terjadi dengan berlangsungnya waktu.
Menurut Teori sistem sosial, setiap perubahan di dalam sesuatu sistem, akan
memengaruhi bagian-bagian lain dari sistem tersebut, tetapi dampak yang timbul sering kali
demikian kurang berarti. Setiap manajer, yang ingin melaksanakan suatu perubahan penting
pada tingkat individual, perlu mengingat bahwa perubahan tersebut kiranya akan menimbulkan
dampak-dampak diluar individu yang bersangkutan. Misalnya, apabila seorang manajer
memutuskan untuk memindahkan seorang karyawan, maka hal tersebut dapat mengganggu
pelaksanaan fungsi sosial kelompok kerja yang ada (Gray, Starke, 1984)
2) Perubahan Pada Tingkat Kelompok
Kecil
Menengah
Besar
DERAJAT PERUBAHAN
Kebanyakan perubahan keorganisasian menimbulkan dampak besar, pada tingkat
kelompok. Hal tersebut disebabkan oleh karena kebanyakan kegiatan di dalam organisasi-
organisasi di organiasai pada basis kelompok. Kelompok yang dimaksud mungkin berupa
departemen-departemen, tim-tim proyek, unit-unit fungsional di dalam departemen-departemen,
atau kelompok-kelompok kerja informal. Perubahan-perubahan pada tingkat ini dapat
mempengaruhi arus pekerjaan, desain pekerjaan, organisasi sosial, sistem-sistem pengaruh dan
status, dan pola-pola komunikasi. Dengan demikian, para manajer dalam hal mengimplementasi
perubahan, perlu mempertimbangkan faktor-faktor kelompok.
Kelompok-kelompok informal dapat menjadi kendala-kendala terhadap perubahan,
karen kekuatan inharen yang dimiliki oleh mereka. Kita tidak perlu jauh-jauh mencari
contohnya: di negara kita sering kali apabila pihak manajemen akan menyelenggarakan
perubahan-perubahan penting dalam organisasi mereka, maka dengan cepat tentangan-
tentangan muncul dari pihak karyawan dalam bentuk aneka macam demonstrasi protes-protes,
dan dimintanya pemerintah untuk “turun tangan” menyelesaikan konflik-konflik yang timbul
atau akan timbul karena perubahan tersebut.
Mengingat pengaruh besar, yang dapat ditimbulkan oleh kelompok-kelompok terhadap
individu-individu, maka implementasi perubahan secara efektif, pada tingkat kelompok sering
kali dapat mengatasi tentangan pada tingkat individual. (Gray, Strake, 1984).
3) Tingkat Keorganisasian
Perubahan yang terjadi pada tingkat keorganisasian pada umumnya dinyatakan orang
sebagai pengembangan organisasi (organizational development).
Catatan:
Secara teknilkal, istilah pengembangan organisasi berkaitan dengan setiap perubahan
yang direncanakan, di dalam suatu organisasi. Tetapi dalam hal menafsirkan istilah tersebut
secara populer ia biasanya dihubungkan dengan program pengembangan organisasi (OD
program), yang berupaya untuk menimbulkan perubahan-perubahan penting dalam suatu
organisasi, walaupun perubahan demikian dapat terjadi pada tingkat individual dan tingkat
kelompok. Keputusan-keputusan pada tingkat keorganisasian, biasanya dambil oleh pihak
manajemen senior. Keputusan-keputusan demikian kerap kali terjadi dalam jangka panjang, dan
mereka memerlukan perencanaan matang dalam pengimplementasiannya.
Adapun contoh-contoh perubahan demikian, berupa: Tindakan reorganisasi struktur dan
tanggung jawab organisasi yang bersangkutan, Perombakan total sistem imbalan perusahaan
tersebut,atau perubahan-perubahan besar dalam sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan.
Hubungan antara ketiga macam tingkatan perubahan digambarkan pada gambar berikut:
SUMBER
INDIVIDU KELOMPOK ORGANISASI
INDIVIDU - B B
KELOMPOK M - B
ORGANISASI K M -
Keterangan:
K = Kecil
M = Menengah
B = Besar
Gambar 1.9: Dampak Interaksi dari Berbagai Macam Tingkatan Perubahan Keorganisasian
Gambar tersebut menunjukkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadipada sesuatu
tingkat memepengaruhi tingkat-tingkat lain di mana dampak dominan berlangsung dari tingkat
keorganisasian total, ke bawah hingga tingkat individual. Kekuatan dampak tersebut akan
bervariasi dengan sumbernya: misalnya perubahan-perubahan keorganisasian cenderung akan
menimbulkan perubahan-perubahan besar pada indivu-individu, tetapi individu-individu akan
menimbulkan dampak minimal atas organisasi-organisasi. Kelompok atau tingkat menengah,
cenderung menimbulkan dampak moderat atas individu-individu dan organisasi. (Gray, Strake,
1984)
4) Proses Perubahan yang Direncanakan (Planned Change)
Perubahan keorganisasian memiliki dua macam tujuan yaitu:
a. Menyusaikan organisasi yang bersangkutan dengan lingkungannya
b. Mengubah perilaku para karyawan
Adapun proses perubahan keorganisasian yang direncanakan mencakup 9 (sembilan)
macam langkah yang disajikan pada model berikut. Walaupun harus diakui, bahwa proses
perubahan tidak selalu berlangsung sesuai dengan urutan yang disajikan, langkah-langkah yang
dikemukakan tetap merupakan komponen-komponen dasar sekalipun urutannya tidak diikuti.
DAMPAK
Gambar 9: Perubahan Keorganisasian yang Direncanakan
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan sewaktu akan dilakukan perubahan
pada sebuah organisasi. Bagaimana cara para manajer menghadapi faktor-faktor pokok apabila
akan mengubah suatu organisasi, hingga tngkat tertentu akan menentukan hingga di mana
keberhasilan perubahan keorganisasian tersebut akan dicapai. Adapun faktor-faktor tersebut
berupa:
a. Agen Perubahan
b. Menetapkan apa yang perlu diubah
c. Jenis perubahan yang akan dilakukan
d. Para Individu yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut
e. Evaluasi perubahan tersebut
Gambar berikut menunjukkan bahwa pengaruh kolektif faktor-faktor yang dikemukakan
akhirnya menentukan keberhasilan suatu perubahan.
Awal
Laksanakan penilaian tentang lingkungan
Tetapkan celah kinerja
Laksanakan diagnosis masalah-masalah keorganisasian
Mencari pendekatan-pendekatan untuk melaksanakan perubahan
Tetapkan tujuan-tujuan
Kurangi penolakan
Identifikasi sumber-sumber penolakan
Implementasi perubahan
Laksanakan penilaian tentang perubahan tersebut
Gambar 10: Pengaruh Kolektif dari Lima Macam Faktor Pokok, Atas Keberhasilan Mengubah
Sebuah Organisasi
Dalam Gambar yang disajikan terlihat dengan jelas, bahwa apa yang dinamakan agen
perubahan (the change agent) merupakan faktor yang dominan dalam hal menginisiasi suatu
perubahan keorganisasian, Seorang agen perubahan dapat kita nyatakan sebagai seorang
individu yang berada di dalam atau di luar suatu organisasi, yang berupa untuk memodifikasi
situasi keorganisasian tertentu yang berlaku. Ada serangkaian keterampilan khusus yang
diperlukan bagi keberhasilan seorang agen perubahan, termasuk di dalamnya kemampuan untuk
mendeterminasi bagaimana suatu perubahan harus dilaksanakan, memecahkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan perubahan dan pemanfaatan peralatan ilmu-ilmu tetang perilaku
(behavioral sciences) guna mempengaruhi orang-orang secara tegas sewaktu perubahan tersebut
berlangsung.
5) Tipe Perubahan Keorganisasian
Ada Sejumlah perubahan yang dapat kita anggap sebagai perubahan yang
direncanakan, dalam arti bahwa mereka mencakup suatu upaya yang dilakukan secara sadar
guna mengubah aspek tertentu, dari bisnis tertentu. Paling sering kita menemukan fakta bahwa
hal tersebut disebabkan oleh karena adanya persepsi tertentu tentang celah kinerja tertentu,
relitif dibandingkan dengn persaingan suatu perusahaan. Akibatnya adalah, bahwa produk baru
atau sebuah jasa baru. Atau mungkin, merekayasa kembali (reengineering) proses dasar kita,
dianggap perlu, atau mungkin pula kita ingin mengintroduksi sebuah teknologi baru. Ada pihak
Agen PerubahanPara Individu yang dipengaruhi oleh Perubahan
Keberhasilan Perubahan
Evaluasi Perubahan
Menentukan Apa yang Akan Diubah
Jenis yang Ingin Dilaksanakan
yang beranggapan bahwa proses perubahan yang direncanakan demikian, perlu dilaksanakan
secara berkelanjutan. Berikut ini disajikan sebuah tabel berisikab aneka macam tipe perubahan
keorganisasian.
Tabel 2:
Tipe-tipe Perubahan Keorganisasian
6)
Sepuluh Macam Faktor dalam Manajemen Perubahan Secara Efektif
Menurut McCalman dan Paton, perlu diperhatikan sepuluh macam factor dan
ditindaklanjuti, apabila para manajer berkeinginan untuk memanage perubahan secara efektif.
Dengan jalan memastikan bahwa faktor-faktor tersebut telah dipertimbangkan, sebelum
diinisiasikannya perubahan, maka sang pemilik masalah dan para agen perubahan yang
berkaitan dengan mereka, akan berada dalam posisi, di mana mereka dengan baik dapat
memanage proses transisi, dari kondisi yang serba kurang, serba tidak optimal, menuju kondisi
yang diinginkan.
1. Perubahan bersifat pervasif (menyebar) secara menyeluruh.
2. Perubahan efektif, memerlukan bantuan manajemen senior secara aktif.
3. Perubahan merupakan sebuah kegiatan yang bersifat multidisipliner.
4. Perubahan berhubungan dengan persoalan manusia
5. Perubahan berhubungan dengan keberhasilan.
6. Perubahan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan.
7. Perubahan efektif memerlukan agen perubahan yang kompeten.
Perubahan Strategis
Postur pertumbuhan
Pendekatan berbalik arah
Penarikan diri (Retrenchment)
Stabilitas
Perubahan Struktural
Reorganisasi fungsional]
Mendatarkan hierarki
Struktur tim
Desentralisasi kekuasaan
Peruabahan Teknologi
Otomasi proses
Networking
Memutakhirkan peranti keras
Aplikasi baru peranti lunak atau
konversi
Perubahan Manusia
Sikap atau isu-isu tentang komitmen
Dampak-Dampak kinerja atau
perbaikan-perbaikan
Inisiatif-inisiatif sehubungan dengan
kualitas kehidupan kerja
Redesain pekerjaan atau upaya-
upaya motivasi
8. Ditinjau dari sisi pandang metodologi, maka tidak ada cara satu-satunya yang terbaik.
9. Perubahan menyangkut kepemilikan.
10. Perubahan menyangkut persoalan kegembiraan, tantangan, dan peluang.
7) Model Adkar untuk Manajemen Perubahan
Model Adkar untuk manajemen perubahan merupakan sebuah alat diagnostikn yang
dapat membantu para karyawan memahami di mana mereka berada di dalam proses perubahan.
Sebagai seorang manajer, kita dapat memanfaatkan alat ini guna mengidentifikasi celah-celah
dalam proses manajemen perubahan kita, dan kemudian kita memberikan pendidikan dan
pelatihan efektif kepada karyawan kita.
Model Adkar dapat dimanfaatkan untuk:
Mendiagnosis tentangan para karyawan (terhadap perubahan);
Menciptakan sebuah rencana kegiatan yang berhasil untuk kemajuan pribadi, serta
professional, sewaktu perubahan tersebut berlangsung;
Mengembangkan sebuah rencana pengembangan untuk para karyawan kita.
Model Adkar dikembangkan oleh seorang yang bernama Prosci pada tahun 2001,
setelah ia melaksanakan kegiatan riset pada lebih dari 700 buah buah perusahaan, yang
melaksanakan proyek-proyek perubahan besar. Model tersebut ditujukan untuk dijadikan
sebuah alat pendidikan, guna membantu para karyawan dalam hal menghadapi proses
perubahan.
Guna lebih memahami model Adkar secara lebih efektif. Kita perlu memahami
kerangka kerja yang menjadi landasan bagi inisiatif-inisiatif perubahan. Pada diagram berikut,
perubahan terjadi pada dua buah dimensi sebagai berikut;
Dimensi bisnis (sumbu vertikal) dan,
Dimensi manusia (sumbu horizontal).
Perubahan secara berhasil dicapai, apabila kedua dimensi perubahan tersebut
berlangsung secara simultan.
REINFORCEMENT
ADKAR
Gambar 11: Model Adkar
Gambar 12: Dimensi-dimensi Perubahan
CLOSING JEJAK PERUBAHAN ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN
AWARENESS
CHAN
ABILITY DESIRE
KNOWLEDGE
Perubahan yang berhasil
Pasca-Implementasi
Implementasi
Konsep dan Desain
Kebutuhan Bisnis
Awareness Desire Knowledge Ability Reinforcement
Pelajaran tentang pentingnya perubahan dapat diambil dari cerita tentang tenggelamnya kapal
Titanic, sebuah kapal yang dianggap paling aman di dunia. Kapal dengan panjang 850 kaki dengan 14
bagian kedap air yang saat itu dianggap orang seakan tak pernah tertenggelamkan. Kapal ini, yang bisa
digambarkan sebagai suatu organisasi besar, terlihat begitu kuat dan cukup siap menghadapi segala
kondisi laut. Tetapi ternyata, tenggelam juga, dengan 1.513 penumpang termasuk kapten kapal
didalamnya. Tiga kesalahan yang bisa dilihat dari fenomena ini adalah pertama, terlalu percaya akan
sesuatu ysng belum tentu, yaitu "mabuk keyakinan diri" atas kemampuan organisasi. Kedua, terlalu
menganggap remeh ancaman-ancaman lingkungan yang ada, ketiga adalah terlalu sedikit yang
dilakukan pada saat kritis dan antisipasi yang dilakukan sudah sangat terlambat.
Kisah Titanic juga dialami pada pembuat jam Swiss misalnya, yang sangat tidak peduli dengan
pesaingnya. Bila seorang penemu menyatakan bahwa gerakan quartz akan mengganti fungsi pegas
utama pada sebuah jam, orang-orang Swiss dengan arogan memandangnya dengan sebelah mata.
Sedangkan orang Jepang menggarisbawahi sinyal yang kuat ini untuk suatu perubahan. Dan
perusahaan-perusahaan seperti Seiko, ternyata memenangkan pasar.
Disini dapat dilihat, betapa perusahaan-perusahaan memerlukan lebih dari sekedar perubahan
incremental untuk tetap hidup. Mereka memerlukan perubahan revolusioner untuk membatasi bisnis
dan pasar mereka. Sukses masa lampau bukan jaminan terhadap kegagalan masa depan. Kenyataannya,
dasar dimana sukses masa lampau yang dihasilkan itu harus secara terus menerus dipertanyakan lagi
sebagai aturan main dalam lingkungan perubahan bisnis.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa perubahan senantiasa mengandung makna, beralihnya
keadaaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan setelahnya (the after condition).Transisi
dari kondisi awal hingga kondisi kemudian memerlukan suatu proses transformasi, yang tidak selalu
berlangsung dengan lancar, mengingat bahwa perubahan-perubahan sering kali disertai aneka macam
konflik yang muncul.
Salah satu sasaran manajemen perubahan adalah "mengupayakan agar proses transformasi tersebut
berlangsung dalam waktu yang relatif cepat dengan kesulitan-kesulitan seminimal mungkin".
Pembahasan perubahan dan proses perubahan, biasanya dilakukan orang melalui fokus perubahan
keorganisasian (organizational change).
Keharusan untuk melaksanakan perubahan dewasa ini dalam lingkungan yang penuh turbulensi
dan dinamika, merupakan sebuah fakta kehidupan bagi kebanyakan organisasi-organisasi dewasa ini
dan tidak boleh menunggu hingga mereka mengalami proses kemunduran, barulah mereka
melaksanakan perubahan-perubahan, seharusnya mereka secara terus menerus perlu memprediksi dan
mengantisipasi kebutuhan akan perubahan.
Ada berbagai macam alasan mengapa organisasi berubah dan banyak terdapat tipe perubahan yang
dapat dilaksanakan mereka seperti misalnya perubahan yang timbul karena kegiatan restrukturisasi,
reengineering dan e-engineering, inovasi dan TQM.
Inilah coretan tangan mahasiswa untuk dipergunakan dalam bahan pengetahuan yang lebih saintis
semoga dapat bermenfaat untuk membawa suasana bacaan yang tidak begitu kaku, rileks dan tetap
formil dalam struktur kata malakah yang pada umumnya.
JEJAK KAKI
George, Jennifer M., Gareth R. Jones,2012, Understanding and Managing Organizational Behavior,
personhigherid, New York
Rue, Leslie W., Lloyd L. Byars, 2005, Management: skills and application, eleventh edition,The McGraw-Hill Companies, New York
Webber, Ross A.,2003, To Be A Manager essentials of management, Richard D. Irwin, Inc., United States of America
Wahdaniah.2012.Pengembangan Organisasi [internet],from:http//klosetide.wordpress.com//.diakses, 6 Januari 2013
Wahdaniah.2011.Perubagan Organisasi [internet],from:http//penabulu.org//.diakses,6 Januari 2013
Wahdaniah.2012.Manajemen Perubahan [internet],from:http//dephut.go.id//.diakses,6 Januari 2013