70
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN PADA LANSIA DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 KEPERAWATAN KOMUNITAS 3 MUHAMMAD ROZIKHIN (2012.33.040) TITA ARPIANI (2012.33.013) PUJI LESTARI (2012.33.027) FITRI AMALIAH SANI (2012.33.056) LARAS ANGGRAENY (2012.33.063) DIAH PURNAMA SARI (2012.33.023) ARIEF SEPTA PUTRA (2012.33.041) ANISSA LIZA HANIFAH (2012.33.007) SHERLY RAHAYU (2012.33.125) TEZA JULIETA (2012.33.009)

Perubahan Fisiologis Pada Lansia Dengan Sistem Pencernaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Keperawatan Komunitas 3

Citation preview

PowerPoint Presentation

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN PADA LANSIA

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3 KEPERAWATAN KOMUNITAS 3

MUHAMMAD ROZIKHIN(2012.33.040)TITA ARPIANI(2012.33.013)PUJI LESTARI(2012.33.027)FITRI AMALIAH SANI(2012.33.056)LARAS ANGGRAENY(2012.33.063)DIAH PURNAMA SARI(2012.33.023)ARIEF SEPTA PUTRA(2012.33.041)ANISSA LIZA HANIFAH(2012.33.007)SHERLY RAHAYU(2012.33.125)TEZA JULIETA(2012.33.009)PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA LANSIA DENGAN SISTEM PENCERNAANFITRI AMALIAH SANI(2012-33-056)&LARAS ANGGRAENY(2012-33-063)1. Rongga mulut. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua :Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan mengandung keratin. Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah. Saliva memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan.

Banyak masalah pencernaan yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi pada system pencernaan akibat proses menua :

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat proses menua :EsophagusBanyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman. Kelemahan otot esophagus sering menyebabkan proses patologis yang disebut hernia hiatus didalam esofagus juga mengalami dilatasi yaitu kehilangan tonus sfingter jantung, serta penurunan refleks muntah.Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko aspirasi.LambungPengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur 60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi penurunan faktor intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12, Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pankreas, fungsi asam empedu menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan diare.Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11% sampai 40 % dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.

Esophagus, Lambung, dan Usus.

Usus halusMukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berukurang, menyebabkan jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan ini sering menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldisgesti dan malabsorbsi.

Usus besar dan RectumPada usus besar kelok kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorbsi air dan elektrolit meningkat, feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Konstipasi juga disebabkan karena peristaltic kolon yang melemah, akibatnya kolon gagal mengosongkan rectum.

Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas akibat proses menua :Pengecilan ukuran hati dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol

Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pankreas

GANGGUAN YANG SERING MUNCUL PADA SISTEM PENCERNAAN LANSIAKonstipasi MUHAMMAD ROZIKHIN (2012.33.040)PENDAHULUANKonstipasi diderita 2- 27% (14.8%) populasi dewasa Amerika Utara.

Konstipasi >> penyakit kronis lainnya, termasuk hipertensi, migrain, obesitas, dan diabetes mellitus. Higgins & Johanson, 2004 Konstipasi >> diderita perempuan :laki-laki (rasio 2,1 : 1) dan non-kulit putih: kulit putih (1, 68 : 1).

Terjadi pd semua usia tetapi lebih sering pada mereka yg berusia > 65 tahun dan 65 tahun); diet rendah serat; jenis kelamin perempuan; kurangnya aktivitas fisik; riwayat masa kanak-kanak dengan konstipasi, gangguan endokrin dan neuromuskuler, kekerasan, depresi, atau kecemasan; riwayat keluarga berupa kanker;riwayat pribadi tentang bedah pelvis PENATALAKSANAANNon FarmakologikCairanSeratBowel TrainingLatihan JasmaniEvaluasi Penggunaan ObatFarmakologikPencahar Pembentuk Tinja (pencahar bulk/bulk laxative)Pelembut TinjaPencahar StimulanEnemaPencahar Hiperosmolar

Diagnosis konstipasiPemeriksaan fisik: inspeksi area perianal untuk bukti adanya hemoroid atau fisura.

Pemeriksaan rektal digital: kontraksi sfingter atau otot puborektalis yg berkontraksi dgn manuver valsava, menunjukkan adanya disfungsi.

Jika anamnesis dan px fisik konstipasi sekunder; atau usia > 50 tahun, maka px lab darah rutin, elektrolit serum, gula darah, dan fungsi tiroid, menyingkirkan sbb metabolik, endokrin, atau organik Kolonoskopi Foxx-Orenstein et al, 2008 Dolovich, 2006 Manajemen konstipasi: Diet dan gaya hidup sebagai terapi awal Modifikasi gaya hidupMekanisme kerjaEfektifitas/dosisme asupan cairanme volume feses dgn cara mengikat cairan luminalterbatas; sebagian bsr cairan diabsorbsi sblm sampai di kolon dan dibuang lwt urin1me aktivitas fisik Memperbaiki motilitas dgn me waktu transit ususModerat, aktivitas 2-3x/mgg prevalensi konst rendah.2me asupan seratme air dan konsistensi fesesModerat, anjuran 20 g/hr.2 1Murakami et al, 20062Dukas et al, 2003

Nama obat/ golMekanisme kerjaEfektifitas/ dosisKulit padi (bran)/serat insolubelmelawan degradasi bakterial di dlm kolon dan dpt mempertahankan lebih baik air drpd serat yg solubel. Merpertahankan air, me frek gerak usus, me berat feses, me waktu transit20 g/hr, efek samp lbh sering tjd kembung, kram abd1Methylcellulose dan biji Psyllium / serat solubelpolisakarida sintetik/ derivat selulosa bekerja dengan absorbsi air dan melunakkan masa feses 7 g/hr 1-3x/hr, 1 sendok 3x/hr, kembung, flatus2Suplemen serat (Bulk laxative)1Muir et al, 20042Marlett, 2000 Wald, 2009Rekomendasi terapi serat pd konstipasi Me asupan serat dr makanan alami hingga 20 g/hari. Peningkatan ini seharusnya dilakukan selama 2-3 minggu utk meminimalkan efek samping.Pertimbangkan menambahkan suplemen serat, seperti psyllium, jika meningkatkan asupan serat alami tdk meredakan gejala yg berhubungan dgn konstipasi

Jika gejala menetap meski dengan penggunaan suplemen serat dan diet dan modifikasi gaya hidup, maka penyelidikan struktural dan fungsional lebih lanjut terhadap kolon (manometri anorektal, kolonoskopi, defekografi, manometri kolon) seharusnya dipertimbangkan (Foxx-Orenstein et al, 2008).

Laksatif osmotik (osmotic laxative)Nama obatMekanisme kerjaEfek samping/ dosisLevel of evidencePolyethylene glycol 3350 (MiraLax) Molekul yg tdk di absorbsi dan non elektrolit yg menarik air ke dalam lumen intestinal untuk mempertahankan isotonisitas antara isi intestinal dan serum Minimal: Kembung, diare, 17-34 (maks 85) g/hr dlm 125-250ml air4I, A1Laktulosa dan sorbitolSedikit diabsorbsi, efek osmotik primer gula dan efek osmotik sekunder substrat bagi bakteri kolon Kembung, diare, 15-30 ml 1-3x/hr3II, A1Sorbitol III, Cnatrium fosfat (Fleet phosphosoda), magnesium hidroksida, magnesium sitrat sedikit di absorbsi dan elektrolit, menarik air ke dalam lumen intestinal untuk mempertahankan isotonisitas antara isi intestinal dan serumkelainan elektrolit, hati2 pd gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif; 45 ml 2III, C11Ramkumar & Rao, 20052Brunelli et al, 20093Quah et al, 20054Dipalma et al, 2002, 2007Nama obatMekanisme kerjaEfek samping/ dosisLevel of evidencediphenylmethane (bisacodyl) me motilitas dan sekresi intestinal Laksatif stimulan (iritan) Diare air, ggn elektrolit, 5-10 mg, saran penggunaan jangka pendek1III,CTegaserod (Zelnorm) obat prokinetik, sebuah agonis parsial serotonin (5-HT4) 6 mg 2x/hr, ditarik oleh US-FDA Maret 2007 resiko efek samping kardiovaskuler 2Not recomendedLubiprostone (Amitiza) Gol prokinetikagonis cloride channel subtipe 2, pd membran apikal sel epitelial intestinal, pe sekresi klorida ke dlm lumen intestinal, me sekresi cairan intestinal. Mual, diare, dan nyeri kepala, 24 g 2x/hari 3 I,AManajemen konstipasi..1Keinzle-Horn et al, 20062Wald, 20093Camilleri et al, 2006Agen promotilitas lainNama obatMekanisme kerjaEfek samping/ dosisLevel of evidenceCisapride (Propulsid )antagonis reseptor 5-HT3 dan agonis reseptor 5-HT4 Krn aritmia jantung ditarik FDA th 20001Not recomendedPrucalopride derivat dihydrobenzofurancarboxamide yg selektif agonis reseptor 5-HT4 berefek enterokinetik, bekerja me motilitas dan transit kolon Sakit kepala, nyeri perut, tdk ada even kardiovaskuler 2-4mg2II,ARenzapride agonis reseptor 5-HT4 total dan antagonis reseptor 5-HT3 utk irritable bowel syndrome dominan konstipasi, 2 mg 2x/hr 3-1Altabas et al, 20032Camilleri et al, 20083Tack et al, 2006Terapi baru konstipasiNeurotrophin-3, faktor neurotropik, memodulasi perkembangan sistem syaraf dgn mengatur survival dan diferensiasi nervus. Pd pasien dgn konstipasi fungsional, dosis inj 9 mg 3x/mgg subkutan neurotrophin-3 memperbaiki frekuensi feses, jumlah bowel movement spontan komplit, dan konsistensi feses (Parkman et al, 2003).Alvimopan, antagonis selektif terhadap reseptor mu-opioid, dosis 12mg dua kali/hari, utk konstipasi yg berhubungan dgn opiat dan ileus postoperatif. (Beattie, 2009).Linaclotide (MD 1100), agonis guanylate cyclase yg me sekresi cairan intestinal dan transit melalui stimulasi produksi cyclic guanosine monophosphate dan aktivasi regulator konduktansi transmembran cystic fibrosis. Dalam penelitian awal, linoclotide 100-1000g/hari selama 2 minggu me frekuensi feses dan skor konsistensi dengan me sekresi cairan intestinal dan transit dgn efek samping diare (Johnston et al, 2008).Probiotik dan prebiotik Probiotik (preparat bakteri hidup) umumnya terdiri dari strain Bifodobacterium, Lactobacillus, Streptococcus dan kombinasi mereka, (Mikelsaar & Zilmer, 2009).

Probiotik mungkin membantu meredakan konstipasi, tetapi efek mereka mungkin tergantung pada strain bakteri yang digunakan dan populasi yang diteliti.

Bakteri penghasil asam laktat dianggap sebagai organisme komensal dengan pada dasarnya tanpa potensi patogenik.

Efek ini lebih jelas pada wanita, khususnya pada mereka dengan waktu transit dasar yang lebih lama dan penderita IBS. (Foxx-Orenstein et al, 2008).PrebiotikPrebiotik, karbohidrat rantai pendek yg menstimulasi aktivtasi bakteri kolon yg bermanfaat. Efek laksatif yg sepertinya osmotik dan karena kerja yg bermanfaat dari bakteri dimana mereka menjadi substratnya.laktulosa, laksatif berbasis gula dan prebiotik, telah diketahui me konsentrasi fekal lactobacilli dan bakteri total, kemungkinan melalui peningkatan di dalam tumpukan feses. Prebiotik yg telah menjadi fokus penelitian termasuk inulin, frukto-oligosakarida, dan galakto-oligosakarida. Bukti mengenai probiotik dan prebiotik dlm meredakan gejala konstipasi, bagaimanapun, inkonklusif karena sedikitnya penelitian klinis yang terkontrol baik yg telah dilakukan Macfarlane et al, 2006

Konstipasi fungsional/transit normalModifikasi gaya hidup + suplemen serat, susu magnesiumMembaik Tidak membaikLanjutkan pengobatanTambahkan laksatif stimulanMembaik Lanjutkan pengobatanTidak membaikTambahkan polietilen glikolMembaik Lanjutkan pengobatanTidak membaikPertimbangkan LubiprostonALGORITME TERAPI KONSTIPASI FUNGSIONALWald, 2009DIARE (TITA ARPIANI) Diare akut keluarnya BAB 1x/ lebih yg berbentuk cair dlm 1 hari/ lebih & berlangsung < 14 hari (Cohen MB)Diare episode keluarnya tinja cair sebanyak 3x/ lebih, atau lebih dari 1x keluarnya tinja cair yg berlendir atau berdarah dalam 1 hari (Shahid NS)

Faktor2 yang mempengaruhi kejadian diare: Lingkungan kebersihan lingkungan & perorangan Gizi pemberian makanan Kependudukan insiden diare pd daerah kota yg padat/ kumuh lebih Pendidikan pengetahuan ibu Perilaku masyarakat kebiasaan2 Sosial ekonomi

Faktor infeksia. Infeksi enteral infeksi pada GIT (penyebab utama)Bakteri : Vibrio cholerae, Salmonella spp, E. coli dllVirus : Rotavirus (40-60%), Coronavirus, Calcivirus dllParasit: Cacing (Ascaris, Oxyuris,dll), Protozoa (Entamoba histolica,Giardia Lambia, dll) Jamur (Candida Albicans)b. Infeksi parenteral infeksi di luar GIT (OMA, BP, Ensefalitis,dll)Faktor malabsorbsi : KH, Lemak, PFaktor makanan : basi/ beracun, alergiFaktor psikologis : takut dan cemasETIOLOGI DIAREVIRUS masuk enterosit (sel epitel usus halus) infeksi & kerusakan fili usus halusEnterosit rusak diganti oleh enterosit baru (kuboid/ sel epitel gepeng yg blm matang) fungsi blm baikFili usus atropi tdk dpt mengabsorbsi makanan & cairan dgn baikTek Koloid Osmotik motilitas DIARE

BAKTERI NON INFASIF (Vibrio cholerae, E. coli patogen) masuk lambung duodenum berkembang biak mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lap lendir) bakteri masuk ke membran mengeluarkan subunit A & B mengeluarkan (cAMP) meransang sekresi cairan usus, menghambat absobsi tampa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut volume usus dinding usus teregang DIARE

PATOFISIOLOGIBAKTERI INFASIF (Salmonella spp, Shigella spp, E. coli infasif, Champylobacter) prinsip perjalanan hampir sama, tetapi bakteri ini dapat menginvasi sel mukosa usus halus reaksi sistemik (demam, kram perut) dan dapat sampai terdapat darah Toksin Shigella masuk ke serabut saraf otak kejangBERDASARKAN PATOFISIOLOGIDiare osmotik : diare akibat adanya bahan yang tidak dapat diabsorbsi oleh lumen usus hiperosmoler hiperperistalsisDiare sekretorik : terjadi akibat stimulasi primer dari enterotoksin atau oleh neoplasmaDiare akibat gangguan motilitas usus : gangguan pada kontrol otonomikKOMPLIKASIKehilangan air dan elektrolit Dehidrasi, Hipokalemia, Asidosis metabolik, Kejang, Alkalosis metabolikGangguan sirkulasi darah Syok hipovolemikGangguan gizi Hipoglikemia, Malnutrisi energi protein, Intolerasi laktosa sekunder

PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASIBerdasarkan BB Ringan pe BB < 5 % Sedang pe BB 5 10 % Berat pe BB > 10 %Menurut Haroen Noerasid (modifikasi) Ringan Rasa haus & Oliguria ringan Sedang Tanda diatas + turgor kulit, ubun2 & mata cekung Berat Tanda diatas + somnolen, sopor, koma, syok, nafas kussmaul Berdasarkan ketonusan cairanDehidrasi IsotonisKehilangan air dan Na dalam proporsi yang samaMerupakan dehidrasi yang terjadi karena diareTanda sangat cepat, haus ekstremitas dingin dan berkeringat, kesadaran menurun dan muncul gejala syok hipovolemik Dehidrasi HipertonisTerdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi kehilangan air lebih banyak (Na >150 mmol/L)Tanda anak sangat haus,iritabelDehidrasi HipotonisTerdapat kekurangan cairan air dan Na tetapi proporsi kehilangan Na lebih banyak (Na >130 mmol/L)Tanda anak letargi, kejang

RiwayatJumlah dan konsistensi tinjaMuntah Rasa hausEpisode diarePemeriksaan FisikKeadaan umum klien gelisah, mudah marah, lemah, kesadaranTandatanda vital BBStatus hidrasi CRT, kecekungan ubun-ubun, Urin Output, Mukosa membran,Turgor kulit, Kecekungan kelopak mata, Air mataTanda2 hipokalemi Bising usus, distensi usus, Menurunnya kemampuan kontraksi ototPola pernafasan Pernafasan Kussmaul

PENGKAJIAN KEPERAWATANPEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan tinjaMakroskopis dan mikroskopisPh dan kadar gula dalam tinjaKultur dan uji resistensiPemeriksaan keseimbangan asam basa AGDUrinalisis : Bj, endapanPemeriksaan kadar ureum kreatinin faal ginjalPemeriksaan keseimbangan cairan & elektrolit Hb-Ht, Na, K, Ca dan FPemeriksaan intubasi duodenumEKG menilai deplesi elektrolit (biasanya kalium)Asuhan keperawatan kontipasi pada lansia PUJI LESTARISHERLY RAHAYU KASUS Seorang kakek bernama Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi fesesIDENTITAS PASIEN Nama : Tn IkhawanTanggal lahir : 5 November 1945Jenis kelamin : Laki-lakiTanggal MRS : 30 November 2010Alamat : Surabaya

PENGKAJIAN PENANGGUNG JAWABNama : Ny. SiskaTanggal lahir :Jenis kelamin :Alamat :Keluhan utama : nyeri pada perut, seminggu belum BABRiwayat penyakit sekarang : Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Riwayat Keluarga : Tidak Ada

Review of system :B1 (Breath) : RR meningkatB2 (Blood) : denyut jantung meningkat, TD meningkatB3 (Brain) : nyeri pada abdomen bawahB4 (Bladder) : -B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turunB6 (Bone): -

Pemeriksaan fisikHasil Pemeriksaan Fisik Umum : Keadaan umum : lemah TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mntPemeriksaan Fisik Abdomen Inspeksi : pembesaran abdomen Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses Perkusi : redup Auskultasi : bising usus tidak terdengar

Analisa dataData EtiologiMasalahData subyektif :Seminggu tidak BAB, kebiasaan BAB tiga kali sehari

Data obyektif :Inspeksi : pembesaran abdomenPalpasi : perut terasa keras, ada impaksi fesesPerkusi : redupAuskultasi : bising usus tidak terdengarPola BAB tidak teraturEliminasi feses tidak lancar

KontipasiAnalisa dataData EtiologiMasalahData SubjektifKeluhan nyeri dari pasien

Data ObjektifPerubahan nafsu makanKonsistensi tinja yang keras sulit keluarAkumulasi di kolonNyeri anbdomenNyeri AkutMasalah keperawatanNyeri AkutKontipasiPerubahan nutrisi Intervensi dan rasionalDiagnosa 1 : Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teraturTujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)Kriteria hasil :Defekasi dapat dilakukan satu kali sehariKonsistensi feses lembutEliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

intervensiRasionalMandiri1. Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya2. Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan3.Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi4.Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari

Kolaborasi Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klienUntuk memfasilitasi refleks defekasiNutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekalUntuk melunakkan eliminasi fesesUntuk melunakkan fesesDiagnosa 2 : Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomenTujuan: menunjukkan nyeri telah berkurangKriteria Hasil:Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamananMempertahankan tingkat nyeri pada skala kecilMelaporkan kesehatan fisik dan psikologisiMengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeriMenggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat

IntervensiRasionalMandiriBantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau radioPerhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiatPerhatikan kemungkinan interaksi obat obat dan obat penyakit pada lansiaObservasiMinta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyaman pada skala 0 10Gunakan lembar alur nyeriLakukan pengkajian nyeri yang komperhensifHealth educationInstruksikan pasien untuk meminformasikan pada perawat jika pengurang nyeri kurang tercapaiBerikan informasi tetang nyeriKlien dapat mengalihkan perhatian dari nyeriHati-hati dalam pemberian anlgesik opiatHati-hati dalam pemberian obat-obatan pada lansiaMengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klienMengetahui karakteristik nyeriAgar mngetahui nyeri secara spesifikPerawat dapat melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi nyeri klienAgar pasien tidak merasa cemasASKEP DIAREARIEF SEPTA PUTRADIAH PURNAMA SARIANISSA LIZA HANIFAHTEZA JULIETAPENGKAJIANIdentitasNama: Tn. AJenis kelamin: Laki-lakiUmur: 80 tahunStatus perkawinan: -Pendidikan: -Suku/Bangsa : IndonesiaAlamat : Jl. Pramuka No. 08 TubanPekerjaan: -Tanggal MRS: 24 Februari 2012Sumber informasi : Keluarga

Keluhan Utama : BAB encer > 6 kali sehariRiwayat KeperawatanRiwayat Penyakit Sekarang :Pada tanggal 21 februari 2012 pasien BAB cair lebih dari 6 kali perhari, warna kekuningan kemudian diperiksa ke dokter tetapi belum sembuh, dan pada tanggal 24 februari 2012 oleh anaknya dibawa ke IGD RSNU Tuban dengan keluhan BAB 6-8 kali perhari cair, warna kekuningan disertai muntah. Anak klien juga mengatakan orangtuanya susah makan dan sering menangis. Kemudian anak klien dianjurkan agar orangtuanya menjalani opname.Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Tingkat PerkembanganPemeriksaan FisikKeadaan Umum :Klien tampak gelisahMata cowongMukosa bibir keringKlien tampak lemahNafas cepat dan dalamTTV :S : 38 CN : 80x/menitTD : 70/50 mmHgRR : 34x/menit

Body SystemB1 (Breathing)Frekuensi nafas 34x/menit, nafas cepat dan dalam, tidak ada suara nafas tambahan, bentuk dada normal.B2 (Blood)CRT > 3 detik. Tensi darah 70/50 mmHg, Nadi 80x per menit, disritmia.B3 (Brain)Kesadaran somnolen, klien tampak lemah dan gelisah.B4 (Bladder)Produksi urine kurang dari 400 ml/24 jam.B5 (Bowel)Mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus 30 kali/menit, anoreksia, BAB konsistensi encer tidak ada lendir, tidak ada darah. Turgor kulit buruk. BB 4 kg. Bentuk abdomen simetris.B6 (Bone+integumen)Lecet pada sekitar anus, kulit teraba panas dengan suhu 38C, turgor kulit jelek, kulit kering, klien tampak lemah.Pemeriksaan PenunjangAdapun Pemeriksaan penunjang menurut Mansjoer (2000) Pemeriksaan tinja/kultur fesesPemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit (terutama Na, K, Ca, P Serum)Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.ANALISA DATADATA ETIOLOGI PROBLEM Ds : Anak klien mengatakan klien BAB cair > 6x/hari disertai muntah.

Do: TTV :S : 380CN : 80x/menit TD : 70/50 mmHgRR : 34 x/menitMata cowongTurgor kulit burukMukosa bibir keringKulit keringVolume diuresis kurang dari 400ml/24 jamPemeriksaan BUNUreum = 41 mg/dlKreatinin = 1,3 mg/dlFrekuensi defekasi meningkat, konsistensi cair

Cairan banyak yang keluar

Dehidrasi

Gg. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Gg. Keseimbangan cairan dan elektrolitDATA ETIOLOGI PROBLEM Ds : Anak klien mengatakan klien susah makan, muntah, BB terakhir sebelum MRS 5kg, dan klien belum bisa duduk

Do: TTV :S : 380CN : 80x/menit TD : 70/50 mmHgRR : 34 x/menitKlien tampak kurusPemeriksaan Antropometri :LILA : 13, 75 cmLK : 45 cmBB : 4 kgTB : 54 cmFrekuensi defekasi meningkat, konsistensi cair

Distensi abdominal

Mual, muntah

Anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDIAGNOSA KEPERAWATANGg. Keseimbangan cairan dan elektrolit b.d mual muntah, kehilangan cairan berlebihan.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual muntah, absorbsi nutrien terganggu.INTERVENSI KEPERAWATANDiagnose :Gg. Keseimbangan cairan dan elektrolit b.d mual muntah, kehilangan cairan berlebihan.Tujuan :Jangka panjangSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimalJangka PendekSetelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam frekuensi BAB turun dari 6 kali menjadi 3 kali sehari konsistensi lembekKriteria Hasil :Tanda vital dalam batas normalTurgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak cowongKonsistensi BAB lembek, frekwensi 3 kali perhariHaluaran urine adekuatKadar ureum dan kreatinin dalam darah normalIntervensi Rasional Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisitPantau intake dan output Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.Kolaborasi pemberian oralit (garam diare)Mencegah terjadinya dehidrasi beratKolaborasi pemberian cairan parenteralSebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama fesesKolaborasi pelaksanaan terapi definitivePemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahuiIMPLEMENTASI KEPERAWATANMemantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit Memantau intake dan output Memberikan oralit (garam diare)Memberikan cairan parenteralMelaksanakan terapi definitiveEVALUASI KEPERAWATANDIAGNOSASOAPGg. Keseimbangan cairan dan elektrolit b.d mual muntah, kehilangan cairan berlebihan.S : Orang tua klien mengatakan BAB masih cair selama 4 kali sehari dan masih muntahO :TTVTD : 73/50 mmHgN: 98 x/mntR: 28 x/mntS: 36,7 CMembran mukosa keringTurgor kulit menurunVolume diuresis 400 cc/24 jamKadar ureum = 38 mg/dlKadar kreatinin = 1,0 mg/dl A : Masalah teratasi sebagianP : Lanjutkan intervensi

Terima kasih kepada

Allah SWT

Terima kasih kepada orang tua tercinta dan seluruh civitasUEU

Dipersembahkan oleh:MUHAMMAD ROZIKHINTITA ARPIANIPUJI LESTARIFITRI AMALIAH SANILARAS ANGGRAENYDIAH PURNAMA SARIARIEF SEPTA PUTRAANISSA LIZA HANIFAHSHERLY RAHAYUTEZA JULIETAUniversitas Esa Unggul@2015