22
2.1 Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang terbuka terdapat dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: 2.1.1 Pertimbangan Ekonomis Pertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang,yaitu: 1. Nilai (value) dari endapan per ton batubara 2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping. 3. Ongkos”stripping of overburden”dengan terlebih dahulu mengetahui “stripping ratio”nya. 4. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui “Economic Stripping Ratio”. 5. Kondisi pasar Salah satu cara menggambarkan efisiensi geometri dalam kegiatan penambangan adalah dengan istilah “Stripping Ratio” atau nisbah pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang diinginkan. Ratio ini secara umum digambarkan sebagai berikut :

Pertimbangan Dasar Perencanaan Tambang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mineplan

Citation preview

2.1 Pertimbangan Dasar Perencanaan TambangDalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang terbuka terdapat dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:2.1.1 Pertimbangan EkonomisPertimbangan ekonomis ini menyangkut anggaran. Data untuk pertimbangan ekonomis dalam melakukan perencanaan tambang,yaitu:1. Nilai (value) dari endapan per ton batubara2. Ongkos produksi, yaitu ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produk berupa bijih nikel diluar ongkos stripping.3. Ongkosstripping of overburdendengan terlebih dahulu mengetahui stripping rationya.4. Keuntungan yang diharapkan dengan mengetahui Economic Stripping Ratio.5. Kondisi pasarSalah satu cara menggambarkan efisiensi geometri dalam kegiatan penambangan adalah dengan istilah Stripping Ratio atau nisbah pengupasan. Stripping ratio (SR) menunjukkan jumlah overburden yang harus dipindahkan untuk memperoleh sejumlah bijih yang diinginkan. Ratio ini secara umum digambarkan sebagai berikut :

.Hustrulid, 1998 (3.1)Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Dalam kegiatan strip coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut :

.. Hustrulid, 1998 (3.2)Ratio antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan tertentu berguna untuk tujuan design perancangan. Sebagai contoh, ratio ini didefinisikan sebagai berikut :

....Hustrulid,1998 (3.3)Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai density yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama. Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka akan diperoleh bahwa secara teknis batasan kegiatan penambangan dalam pit adalah sampai nilai BESR dicapai dalam perhitungan stripping ratio.Cut of grade (COG) memiliki defenisi, yaitu sebagai berikut: a. Kadar terendah dari suatu endapan bijih yang masih memberikan keuntungan apabila ditambang.b. Kadar rata-rata terendah dari endapan bijih nikel yang masih menguntungkan

2.1.2 Pertimbangan Teknis Yang termasuk dalam data untuk pertimbangan teknis dalam suatu perencanaan tambang adalah sebagai berikut:1. Menentukan Ultimate Pit Slope (UPS)Ultimate pit slope adalah kemiringan umum pada akhir operasi penambangan yang tidak menyebabkan kelongsoran atau jenjang masih dalam keadaan stabil. Untuk menentukan UPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: Stripping ratio yang diperbolehkan. Sifat fisik dan mekanik batuan Struktur Geologi Jumlah air dalam di dalam batuan2. Ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi3. Dimensi jenjang/bench merupakan cara-cara pebongkaran atau penggalian mempengaruhi ukuran jenjang. Dimensi jenjang juga sangat tergantung pada produksi yang diinginkan dan alat-alat yang digunakan. Dimensi jenjang harus mampu menjamin kelancaran aktivitas alat mekanis dan faktor keamanan. Dimensi jenjang ini meliputi tinggi, lebar, dan panjang jenjang. 4. Pemilihan sistem penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerah penambangan.5. Kondisi geometrik jalan terdiri dari beberapa parameter antara lain lebar jalan, kemiringan jalan, jumlah lajur, jari-jari belokan,superelevasi,cross slope, dan jarak terdekat yang dapat dilalui oleh alat angkut. 6. Pemilihan peralatan mekanis yang meliputi: Pemilihan alat dengan jumlah dan type yang sesuai. Koordinasi kerja alat-alat yang digunakan.7. Kondisi geografi dan geologi Topografi suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sistem penambanganyang digunakan. Dari faktor topografi ini,dapat ditentukan cara penggalian, tempat penimbunan overburden, penentuan jenis alat, jalur-jalur jalan yang dipergunakan,dan sistem penirisan tambang. Struktur geologi ini terdiri atas lipatan, patahan, rekahan, perlapisan dan gerakan-gerakan tektonis, Penyebaran batuan Kondisi air tanah terutama bila disertai oleh stratifikasi dan rekahan.Adanya air dalam massa ini akan menimbulkan tegangan air pori. (Perencanaan Penambangan, Sudarsono Katam K., 1983 ).

2.2 Pit Limits

Optimisasi batas bukaan tambang adalah integral bagian dari perencanaan awal tambang terbuka yg dikombinasikan dengan beberapa peralatan, pengjadwalan produksi dan optimisasi dari COG. Algoritma dari pit limit mengimplementasikan beberapa rencana peralatan yg dapat menghasilkan secara otomatis jumlah maksimum dari perkembangan suatu pit dengan beberapa kondisi tertentu seperti kondisi geologi, kadar, kemiringan dan informasi ekonomi.Optimasi ini dapat digunakan hampir pada smua proyek, mulai dari proyek eksplorasi yang mendefinisikan persiapan dari studi kelayakan, dan akhirnya sampai pada evaluasi dari perkembangan dari suatu operasi tambang terbuka. Meskipun optimisasi pit dipergunakan secara luas pada suatu perencanaan tambang terbuka, namun agak membatasi penentuan ultimate pit limit dan hanya pada urutan (sekuen) penambangan. Hal ini umum bahwa analisis sensitivitas menjadi beberapa parameter input untuk mengahasilkan pilihan suatu ultimate pit slope.Banyak cara untuk merancang sebuah ultimate open pit. Metodenya dibedakan oleh ukuran deposit, kuantitas dan kualitas data, kemampuan komputer, dan asumsi dari seorang desainer tambang.Langkah pertama untuk perencanaan jangka panjang atau pendek adalah menetukan batas dari tambang terbuka. Batas ini menunjukkan jumlah bijih yang dapat ditambang, kandungan logam, dan jumlah material buangan yang harus dipindahkan selama operasi penambangan berlangsung. Ukuran, geometri, dan lokasi dari pit utama sangat penting dalam perencanaan tempat tailing, tempat penimbunan tanah, jalan masuk, konsentrat, dan semua fasilitas lain pada tambang terbuka tersebut.Pit limit suatu cadangan ditentukan dengan mengintegrasikan data blok model yang sudah memiliki nilai ekonomis pada setiap bloknya dengan data geometri jenjang yang telah dihitung guna menghasilkan nilai harga optimum dalam proses penentunan batas akhir penambangan. Pada saat mendesain pit limit, menggabungkan data nilai blok yang disesuaikan dengan parameter teknis dan ekonomis. Sebuah pit limit akan merepresentasikan batas maksimum seluruh material tambang yang telah memenuhi parameter tersebut. Material yang terkandung akan mempunyai dua sasaran :1. Sebuah blok tidak akan ditambang kecuali blok tersebut dapat membayar seluruh biaya untuk penambangan, proses, pemasaran, maupun pengupasan material di atas blok tersebut. 2. Untuk konservasi dari sumber daya alam, blok yang memenuhi persyaratan sasaran pertama merupakan bagian dari pit. Hasil dari sasaran-sasaran ini adalah rancangan yang akan meningkatkan keuntungan total pit berdasarkan parameter fisik dan ekonomi yang digunakan. Perubahan parameter-parameter ini di masa yang akan datang, akan mengakibatkan perubahan pada rancangan pit.2.2.1 Metode Rancangan Pit Limits

Jumlah suatu cadangan terukur akan menjadi suatu parameter batas lubang bukaan tambang. Suatu pit dibentuk tergangtung pada faktor ekonomi dan desain produksi yang akan direncanakan. Dengan adanya peningkatan harga suatu material tambang maka pit dapat diperluas dengan beberapa asumsi dan faktor lain yang mendukung. Bukaan akhir dari suatu pit disebut dengan istiah ultimate, diantara bukaan pit ada beberapa rangkaian lubang bukaan sementara.Mathieson (1982) menekankan pentingnya mengoptimalkan suatu urutan pekerjaan tambang untuk mengoptimalkan lamanya suatu tambang. Oleh karena itu arus kas awal selama tahun pertama, 5 ke 10 tahun eksploitasi, menjadi suatu perbandingan ekonomi untuk meramalkan bentuk pit 20 tahun kedepan. Ada beberapa daftar obyektifitas dari perencanaan pit dilihat dari sudut pandang kelayakan: 1. Biaya produksi per lb(kg) dari logam minimum, untuk menambang suatu badan bijih. 2. Pemeliharaan kelangsungan operasional (lebar bench cukup dan tersedia jalur pengangkutan peralatan tambang). 3. Pemeliharaan jangka panjang bijih untuk menghindari salah perhitungan atau data tidak cukup dari eksplorasi. 4. Menunda kebutuhan pengupasan sebisa mungkin tanpa keterikatan alat-alat perlengkapan, kinerja, atau jadwal penghasilan. 5. Memaksimalkan kemiringan pit, untuk memperkecil kemungkinan dari lonsoran (menyediakan tanggul keselamatan). 6. Menguji tingkat kelayakan ekonomi dan alternatif cut off grade. 7. Jadwalkan alat-alat perlengkapan, dan biaya tak terduga seluruh perencanaan sebelum berproses pembangunan berjalan.( Hartman, 1987).Dalam rancangan pit dapat dibagi menjadi beberapa bagian, setiap bagian diperiksa untuk menentukan waste ore ratio. Dua cara yang dapat digunakan untuk memeriksa stripping ratio pada masing-masing bagian adalah :1) Batas pit dari peta rancangan dapat dipindahkan kembali ke penampang dan stripping ratio dapat dihitung lebih lanjut dari penampang tersebut.2) Sketsa jenjang dapat dipindahkan ke masing-masing peta jenjang tunggal. Panjang bijih dan waste diukur sepanjang sktesa jenjang untuk masing-masing bagian. Hasil dari masing-masinng jenjang dikombinasikan untuk menghitung stripping ratio bagian itu. Kadar bijih untuk bagian adalah rata-rata berat (panjangnya) dari tingkat bijih sepanjang batas pit untuk tiap-tiap jenjang.Cadangan total untuk pit dan stripping ratio rata-rata ditentukan oleh nilai akumulasi dari tiap jenjang. Berat bijih yang lebih besar dari breakeven cut of grade (BECOG) diukur dan kadar rata-rata bijih dihitung untuk tiap jenjang. Berat tanah penutup juga diukur. Total berat bijih dan berat tanah penutup untuk tiap jenjang menghasilkan nilai stripping ratio rata-rata untuk pit tersebut.

2.2.2 Metode Invers DistanceMetode matematik banyak diterapkan pada tahap awal evaluasi mineral deposit. Metode dan teknik perhitungan dipengaruhi oleh kondisi geologi lokal, metode penambangan dan lain sebagainya. Metode yang diterapkan, dalam praktek yang sebenarnya selalu sesuai dengan teori yang diberikan. Salah satu metode perhitungan tersebut adalah metode Invers Distance. Prinsip penaksiran metode Invers Distance adalah dilakukan teknik pembobotan titik data yang didasarkan pada:- letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data conto- kecenderungan penyebaran data kualitas- orientasi setiap conto yang menunjukkan hubungan letak ruang antar conto.

2.3 Perancangan Jalan AngkutJalan angkut yang dibuat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :1. Lebar jalan lurus

.............................(4)Lmin = n.Wt + (n+1).(1/2Wt)

Keterangan: n= Jumlah lajur trukWt= Lebar truk

Gambar10. Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus2. Lebar jalan pada belokan

W= 2 (U + Fa + Fb + Z) + CZ= (U + Fa + Fb)/2

......................................(5)

C = Clearence antar kendaraan

Keterangan: U= Lebar jejak roda Fa= Lebar juntai depan Fb= Lebar juntai belakang Z= Lebar bagian tepi jalan

Gambar 11.Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan

3. Jari-jari Tikungan

............................................................(6)R = W/Sin

Keterangan: W= Jarak sumbu roda depan dan belakang = Sudut simpangan roda depan

Gambar 12.Sudut Maksimum Penyimpangan KendaraaanRumus tersebut di atas tidak mempertimbangkan kecepatan (v), gesekan roda (f), dan superelevasi (e). Apabila faktor-faktor tersebut diperhitungkan, maka rumusnya menjadi:

R = ..................................................(7)

Keterangan: V = Kecepatan yang diizinkan e= Superelevasi maksimumf= Koefisien Gesek Melintang Maksimum

4. Kemiringan Melintang (CrossSlope)Cross slope dibuat untuk menghindari agar di saat hari hujan, air tidak tergenang di tengah jalan, yaitu dengan cara membuat bagian tengah jalan lebih tinggi dari bagian tepi jalan..

Gambar13. Penampang Melintang Jalan AngkutLebar jalan angkut berdasarkan perhitungan di atas adalah 9 meter maka jarak vertikal untuk crossslope 20 mm/m adalah :

.................. (8)Cross Slope = Jarak vertikal/Jarak horizontal

5. RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN Rancangan teknis penambangan merupakan bagian dari suatu perencanaan tambang. Rancangan penambangan ini merupakan program penambangan yang akan dikerjakan dan telah diberikan batas-batas dan aturan tegas yang harus dipenuhi dalam setiap aktivitasnya sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan tambang tersebut. Setelah menganalisa dasar dari pemilihan sistem penambangan, maka dibuat suatu rancangan penambangan atau teknis pelaksanaan penambangan tersebut. Analisa yang dibuat berupa metode penambangan yang akan diterapkan. 5.1. Persiapan Penambangan Persiapan penambangan merupakan kegiatan pendahuluan dari aktivitas penambangan. Persiapan penambangan ini berupa pembersihan areal yang akan ditambang (Land Clearing), pembuatan jalan tambang, penanganan masalah air (drainase) dan pengupasan tanah penutup (Stripping OB). Pembersihan lahan adalah suatu pekerjaan tahap awal pada kegiatan penambangan. Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menyingkirkan pepohonan dan semak belukar yang tubuh di sekitar areal penambangan dan mempersiapkan akses masuk ke tambang atau pembuatan jalan angkut. Penanganan masalah air tambang mencakup pembuatan saluran, sumuran, dan kolam pengendapan. Dimensi saluran, sumuran dan kolam pengendapan harus dibuat sesuai dengan debit air yang ada sehingga air tambang tidak langsung mengalir ke air bebas yang dapat menimbulkan masalah lingkungan. Pekerjaan pengupasan yang dilakukan pada tanah penutup,biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing dengan menggunakan alat bulldozer. Pekerjaan ini dimulai dari tepat yang lebih tinggi, dan tanah penutup didorong ke bawah ke arah yang lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi. 5.2. Desain Jenjang dan Analisis Kemantapan Lereng Karena letak bijih berada dilapisan bawah dari permukaan dan tertutup oleh lapisan tanah penutup, maka untuk mencapai lapisan bijih itu biasanya dibuat jenjang/bench. Suatu jenjang yang dibuat harus mampu menampung dan mempermudah pergerakan alat-alat mekanis pada saat aktivitas pengupasan tanah penutup dan pengambilan bijih. Dimensi suatu jenjang dapat ditentukan dengan mengetahui data produksi yang diinginkan, peralatan mekanis yang digunakan, material yang digali, jenis pembongkaran dan penggalian yang dipergunakan dan batas kedalaman penggalian atau tebalnya lapisan bijih, serta data sifat mekanik dan sifat fisik batuan unutk kestabilan lereng. Dimensi daripada jenjang adalah: 1. Panjang jenjang Panjang jenjang tergantung pada produksi yang diinginkan dan luas dari areal penambangan atau dibuat sampai pada batas penambangan yang direncanakan. Pada dasarnya adalah alat-alat mekanis yang digunakan mempunyai ruang gerak yang cukup untuk bermanuver dalam aktivitasnya. 2. Lebar jenjang Lebar jenjang dirancang sesuai dengan jarak yang dibutuhkan oleh alat mekanis dalam beroperasi, dalam hal ini alat gali/muat dan alat angkut.Untuk menghitung lebar jenjang minimum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Wmin = 2R +JP + C + JA Dimana: W min = Lebar jenjang minimum R = Radius putar alat muat excavator back hoe JP = Jangkauan penumpahan BH C = Lebar alat angkut JA = Jarak aman 3. Tinggi jenjang Tinggi jenjang adalah jarak vertikal yang diukur dari kaki jenjang ke puncak jenjang tersebut. Tinggi jenjang dibuat tergantung dari faktor keamanan suatu lereng dan tinggi maksimum penggalian dari alat gali yang digunakan. Analisis kemantapan lereng (slope stability) diperlukan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah kemungkinan longsor yang akan terjadi pada suatu lereng. Lereng pada daerah penambangan dapat mengalami kelongsoran apabila terjadi perubahan gaya yang bekerja pada lereng tersebut. Perubahan gaya ini dapat terjadi karena pengaruh alam atau karena aktivitas penambangan. Kemantapan lereng tergantung pada gaya penggerak (driving force) yaitu gaya yang menyebabkan kelongsoran dan gaya penahan (resisting force) yaitu gaya penahan yang melawan kelongsoran yang ada pada bidang gelincir tersebut serta tergantung pada besar atau kecilnya sudut bidang gelincir atau sudut lereng. Menurut prof. Hoek (1981) kemantapan lereng biasanya dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: Fk > 1 berarti lereng aman Fk = 1 berarti lereng dalam keadaan seimbang Fk < 1 berarti lereng dianggap tidak stabilAda beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan dari lereng diantaranya adalah: 1. Geometri lereng 2. Sifat fisik dan mekanik tanah/batuan 3. Struktur geologi 4. Pengaruh air tanah 5. Pengaruh gaya-gaya luar 6. Kedudukan lereng terhadap bidang perlapisan batuan 7. Faktor waktu. Longsoran pada suatu lereng dapat terjadi dengan beberapa bentuk atau cara. Hal ini yang membuat analisa dari kemantapan lereng sangat penting menurut Hoek & Bray (1981), klasifikasi longsoran dapat dibagi atas : 1. Longsoran busur Bidang gelincir dari longsoran ini mempunyai bentuk busur lingkaran. Longsoran ini biasanya terjadi pada lereng dengan batuan yang sudah mengalai pelapukan, tanah atau batuan yang ikatan anatarbutirnya relatif lemah. Analisis kemantapan lereng dengan bentuk longsoran busur adalah yang paling banyak dipakai terutama pada pekerjaan sipil dan pertambangan atau tambang terbuka di daerah tropis. 2. Longsoran bidang (Plane failure) Pergerakan material pada jenis longsoran ini akan melalui satu bidang luncur. Bidang luncur adalah bidang lemah pada lereng perlapisan, sesar, dan kekar. Longsoran ini dapat terjadi jika terdapat bidang luncur dan arah bidang luncur relatif sejajar dengan kemiringan lereng. Kemiringan lereng lebih besar dari sudut geser dalam dan terdapat bidang bebas pada kedua sisi lereng. 3. Longsoran baji (wedge failure) Bidang luncur dari longsoran jenis ini merupakan dua bidang lemah yang saling berpotongan. Arah pergerakan akan searah dengan garis perpotongan bidang lemah tersebut. 4. Longsoran guling ( topling failure) Longsoran guling terjadi pada jenis batuan yang keras dan pada batuan tersebut banyak terdapat bidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain. Kondisi yang memungkinkan terjadinya longsoran ini adalah jika kemiringan lereng berlawanan arah dengan kemiringan bidang-bidang lemahnya. Longsoran tanah pada daerah penambangan diasumsikan bahwa: 1. Material yang membentuk lereng dianggap homogen dngan sifat mekanik akibat beban sama ke segala arah 2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur 3. Tinggi permukaan air pada lereng adalah jenuh sampai kering sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk menganalisa keungkinan longsoran, ada beberapa macam cara yang digunakan. Salah satu diantara cara yang digunakan adalah dengan menggunakan diagaram Hoek & Bray dimana tanah dengan lima macam kondisi permukaan air tanahnya dibagi ke dalam lima diagram. Pemilihan metode ini selain dan cepat hasilnya juga cukup teliti dan sering dipergunakan untuk tahap perancangan. 5.3. Pembongkaran, Pemuatan dan Pengangkutan Pembongkaran adalah upaya yang dilakukan untuk melepaskan batuan dari batuan induknya baik dengan cara penggalian dengan enggunakan alat gali maupun dengan cara pemboran dan peledakan. Pada intinya pembongkaran ini bertujuan agar batuan dapat dengan mudah dan cepat dilepaskan serta alat muat dapat dengan mudah memuat material ke alat angkut. Pemuatan adalah kegiatan lanjutan setelah pembongkaran batuan pada loading point yang bertujuan untuk memuat material ke alat angkut kemudian diangkut ke titik dumping baik itu grizzly atau pada disposal area. Banyaknya material yang dibongkar, dimuat, dan diangkut oleh masing-masing alat dinyatakan dalam jumlah produksi yang dapat diketahui dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Partanto Projosumarto berikut: 1. Produksi alat gusur Dimana: P(BD) = produksi bulldozer (ton/jam) Fk = faktor koreksi (%) BF = Blade faktor (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%) D = density (ton/m3) 2. Produksi alat muat/gali Dimana: P(BH) = produksi excavator back hoe (ton/jam) Eff. = effisiensi kerja (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%) FF = fill factor (%) D = density (ton/m3) Ct = Cycle time (menit) 3. Produksi alat angkut Dimana: P(DT) = produksi dump truck (ton/jam) Eff. = effisiensi kerja (%) KB = kapasitas blade (m3) SF = swell factor (%) FF = fill factor (%) n = jumlah pengisian D = density (ton/m3) Ct = Cycle time (menit) 5.4. Penirisan Tambang Penirisan tambang adalah upaya untuk mencegah atau mengeluarkan air yang masuk atau menggenangi suatu daerah penambangan yang dapat aktivitas penambangan. Perkiraan air yang masuk ke dalam tambang berasal dari air lipasan berupa air hujan dan air tanah berupa rembasan. Upaya yang dilakukan pada penirisan tambang ini diantaranya adalah: * Pembuatan drainage/saluran air Saluran air tambang berfungsi untuk mencegah air dari luar tambang serta menampung air limpasan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat yang lain. Saluran air ini dibuat di luar areal penambangan. * Pemompaan Pemompaan ini dilakukan jika air yang telah masuk ke dalam tambang tidak bisa dialirkan langsung menuju saluran yang dibuat. Untuk mengeluarkan air yang masuk kedalam tambang maka dibuatlah suatu saluran penirisan dan pemompaan. Besarnya debit air yang kedalam lokasi penambangan dapat dihitung dengan menggunakan metode rasional dengan persamaan sebagai berikut: Q = 0,278 x C x I x A Dimana: Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik) C = Koefisien pengaliran I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (m2) Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat diketahui dengan menggunakan persamaan Manning berikut ini: Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A Dimana: Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik) n = Koefisien kekerasan saluran S = gradien kemiringan dasar saluran A = Luas penampang R = jari-jari hidrolis Beberapa bentuk-bentuk saluran yaitu: 1. Bentuk penampang segitiga Bentuk ini biasanya dipergunakan untuk saluran dangkal. Saluran bentuk ini tidak mudah digerus oleh air. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pembuatannya. 2. Bentuk penampang segiempat Bentuk saluran ini digunakan untuk debit air yang besar kelebihannya yaitu mudah dalam pembuatannya dan biasanya dibangun pada bahan yang stabil misalnya kayu, batu dan lain-lain. Kelemahannya adalah mudah terjadi pengikisan sehingga terjadi pengendapan pada dasar saluran. 3. Bentuk penampang trapesium Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat. Biasanya digunakan untuk saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab stabilitas kemiringan dinding dapat disesuaikan.Bentuk ini sering digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah digunakan pada daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah dalam pembuatannya serta cocok untuk debit air yang besar. Dan untuk menghitung dimensi saluran yang optimum dapat digunakan persamaan efisiensi hidrolis: A = (b + zh) h) P = b + 2h 1 + (z)2 R = A/P Dimanan : b = Lembar dasar saluran (m) A = Luas penampang basah (m2) P = Keliling basah (m) R = jari-jari hidrolik (m) Pembuatan sump / sumuran Sumuran dibuat untuk menampung air yang masuk kedalam tambang dan dibuat pada dasar bukaan kemudian dipompa keluar menuju kolampengendapan atau settling pond yang lainnya. Setelah dari tambang tersebut diendapkan, sebagian dipergunakan untuk keperluan.