32
PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS OLEH THEOPHANI KHARISMA TITALEY 802012088 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN

KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

PERILAKU MEMBOLOS

OLEH

THEOPHANI KHARISMA TITALEY

802012088

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP
Page 3: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP
Page 4: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan di bawah ini:

Nama : Theophani Kharisma Titaley

Nim : 802012088

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

Kristen Satya Wacana hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas

karya ilmiah saya berjudul:

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN

KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

PERILAKU MEMBOLOS

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, Universitas Kristen Satya Wacana berhak

menyimpan, mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat dan mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis atau pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 26 Agustus 2016

Yang menyatakan,

Theophani Kharisma Titaley

Mengetahui,

Pembimbing

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Page 5: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Theophani Kharisma Titaley

Nim : 802012088

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN

KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

PERILAKU MEMBOLOS

Yang dibimbing oleh:

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan

orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian

kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya saya sendiri tanpa

memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 26 Agustus 2016

Yang memberi pernyataan,

Theophani Kharisma Titaley

Page 6: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

LEMBAR PENGESAHAN

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN

KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

PERILAKU MEMBOLOS

Oleh

Theophani Kharisma Titaley

802012088

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal 26 Agustus 2016

Oleh:

Pembimbing,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., MA.

Diketahui Oleh, Disahkan Oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN

KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP

PERILAKU MEMBOLOS

Theophani Kharisma Titaley

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

i

Abstrak

Sekolah menjadi salah satu tempat membentuk kedisiplinan dan perilaku taat terhadap tata tertib.

Namun seringkali siswa menunjukkan perilaku tidak disiplin dengan melanggar tata tertib di

sekolah, salah satunya dengan membolos. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi siswa

melakukan perilaku membolos, diantaranya adalah persepsi terhadap kompetensi guru, dan

konformitas terhadap teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi

siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman sebaya secara bersama dapat

menjadi prediktor yang signifikan bagi perilaku membolos. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah metode skala, terdiri dari Persepsi terhadap Kompetensi Guru yang disusun

berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 74/2008 tentang Guru, skala Konformitas terhadap

Teman Sebaya yang dimodifikasi dari Peer Conformity Scale oleh Santor, Messervey, dan

Kusumakar (2000), sedangkan untuk melihat perilaku membolos, peneliti menggunakan data

absensi siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 135 orang. Pengujian hipotesis antara persepsi

siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman sebaya sebagai prediktor

terhadap perilaku membolos menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil pengujian

menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman

sebaya secara bersama tidak menjadi prediktor yang signifikan terhadap perilaku membolos

siswa. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengkaji kembali masalah terkait perilaku

membolos ini lebih dalam, dengan melihat variabel-variabel lain yang mungkin dapat

memprediksi perilaku membolos siswa.

Kata Kunci: kompetensi guru, konformitas teman sebaya, perilaku membolos

Page 9: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

ii

Abstract

School became one of many place to establish dicipline and obedient behavior. But often,

students showed undiciplined behavior by breaking the rules in school, one of them was truancy.

There are many things that causes truancy, such as perceptions of teacher’ competence and

conformity to peer group. This study aims to determine whether the students’ perceptions of

teacher’ competence and conformity to peer group concurrently can become a significant

predictor to truancy. Data collecting method used was scale, consists of Students’ Perceptions of

Teacher’ Competence Scale based on Bagian I Bab II Peraturan Pemerintah RI No. 74/2008

about Teacher, Peer Conformity Scale modified from Peer Conformity Scale arranged by Santor,

Messervey, and Kusumakar (2000), to see truancy, researcher use students data attendance on

English subject from grade 11 Tahun Ajaran 2015/2016. Sample totaled 135 students.

Hypothesis examined between students’ perceptions of teacher’ competence and conformity to

peer group as a predictor to truancy using multiple regression. The result showed that students’

perception of teacher’ competence and conformity to peer group concurrently can not become a

predictor to truancy. Next studies are expected to review deeply about the issues related to

truancy, by looking at the other variables that may be able to predict students’ truancy.

Keywords: teacher’ competence, conformity to peer group, truancy

Page 10: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

1

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini persaingan semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan

sehingga kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat dibutuhkan untuk

menghadapinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membentuk Sumber Daya

Manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Menurut UU No. 20 tahun 2003,

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.Salah satu bagian dari pendidikan nasional adalah pendidikan formal

melalui lembaga sekolah. Komponen-komponen yang berpengaruh terhadap

keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan nasional itu sendiri antara lain pendidik,

peserta didik, dan kurikulum.

Pendidik atau yang sering kita kenal dengan guru, memiliki peran penting dan

tanggung jawab yang besar dalam menentukan kualitas sumber daya manusia, untuk itu

dibutuhkan kompetensi yang baik. Mengacu pada Pasal 28 ayat (3) Bagian I Bab VI

Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 3

ayat (2) Bagian I Bab II Peraturan Pemerintah RI No. 74/2008 tentang Guru,

kompetensi guru terdiri dari empat bentuk yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Keberhasilan pendidikan walaupun sebagian besar ditentukan oleh guru, namun

peran siswa sendiri pun menjadi penting karena merupakan pusat sumber daya yang

akan dikembangkan. Mengingat pentingnya sekolah sebagai wadah pendidikan formal,

maka warga sekolah juga menyadari perlu adanya peraturan atau tata tertib yang berlaku

Page 11: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

2

dan dipatuhi oleh seluruh warga sekolah tanpa terkecuali.Tata tertib bermanfaat sebagai

alat untuk membentuk kedisiplinan. Menurut Depdiknas (dalam Hadianti, 2008) disiplin

adalah: "Tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau

kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan

proses pelaksanaan suatu kegiatan". Mengacu pada pengertian-pengertian di atas, jika

dikaitkan dengan konsep sekolah, maka dapat dikatakan bahwa siswa yang disiplin

menciptakan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban terhadap komitmen dan kesepakatan yang berlaku

dalam proses yang dijalani di sekolah.

Meskipun telah diketahui bahwa siswa seharusnya berperilaku taat terhadap tata

tertib dalam pembentukan kedisiplinan di sekolah, namun seringkali terjadi pelanggaran

akan tata tertib tersebut. Salah satu bentuk pelanggaran tata tertib yang sering terjadi di

sekolah adalah membolos atau ketidakhadiran di sekolah tanpa alasan atau keterangan

yang tepat. Simandjuntak (1975) membolos juga dapat dartikan sebagai bentuk

penarikan diri dari kenyataan di sekolah untuk menghindari tugas-tugas sekolah yang

dirasakan tidak menyenangkan.

Menurut Prayitno dan Amti (2004) ada beberapa gejala siswa membolos antara

lain yaitu: berhari-hari tidak masuk sekolah, tidak masuk sekolah tanpa izin, sering

keluar pada jam pelajaran tertentu, tidak masuk kembali setelah minta izin, masuk

sekolah berganti hari, mengajak teman-teman untuk keluar pada mata pelajaran yang

tidak disenangi, minta izin keluar dengan berpura-pura sakit atau alasan lainnya,

mengirimkan surat izin tidak masuk dengan alasan yang dibuat-buat, tidak masuk kelas

lagi setelah jam istirahat. Cunningham (dalam Cook dan Ezenne, 2010) mengartikan

membolos adalah ketidakhadiran siswa di sekolah tanpa sepengetahuan atau izin dari

Page 12: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

3

orang tua.Mereka yang membolos meningalkan rumah dengan alasan pergi ke sekolah

tetapi berpaling dan terlibat dalam aktivitas di luar sekolah.

Fenomena siswa yang menunjukkan perilaku membolos salah satunya berada di

kota Ambon. Berbagai kasus ditemukan dan beritanya telah dirilis di berbagai media

massa. Sebagai contoh, Riduan Hasan: tingkat kenakalan remaja semakin tinggi

(siwalimanews.com, 6 Desember 2014), bolos di rental PS, empat siswa SMA ditangkap

polisi (Kabar Timur, 28 Januari 2015), siswa berjudi saat jam sekolah, legislator

Ambon: memalukan! (rimanews, 29 Januari 2015), banyak siswa bermasalah, orang tua

harus awasi anaknya (Kabar Timur, 30 Januari 2015). Melihat berbagai kasus yang

disebabkan karena perilaku membolos siswa ini, maka dapat dikatakan bahwa perilaku

membolos cenderung mengakibatkan konsekuensi yang negatif. Malcolm, Wilson,

Davidson dan Kirk (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa efek

ketidakhadiran di sekolah adalah prestasi akademik menurun, kesulitan berteman,

hilangnya kepercayaan dan harga diri, keterlibatan dalam aktivitas seksual dini, stress

amongst young carers, dan mengalami gangguan sosialisasi untuk bekerja.

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan perilaku

membolos. Ishak dan Fin (2015) mengungkapkan bahwa kepribadian guru, sikap siswa

terhadap sekolah, lingkungan sekolah, administrasi sekolah, cara mengajar guru, dan

lingkungan di luar sekolah, peers dan keluarga adalah faktor-faktor yang secara

signifikan berkontribusi terhadap perilaku membolos. Mengacu pada hasil penelitian

ini, salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap perilaku membolos adalah

persepsi terhadap kompetensi guru. Kompetensi biasanya diartikan sebagai

seperangkatpengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan

dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU RI No. 14 Tahun

Page 13: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

4

2005). Oleh Anastasia (2010) persepsi terhadap kompetensi guru adalah proses

mengorganisasi, menginterpretasikan informasi yang diterima berdasarkan rangsangan

yang diperoleh individu melalui indera-indera dan memberikan arti berdasarkan

stimulus yang diperoleh berdasarkan kecakapan dan kemampuan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran.

Aspek-aspek persepsi terhadap kompetensi guru yang akan digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada Pasal 28 ayat (3) Bagian I Bab VI Peraturan Pemerintah RI

No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 3 ayat (2) Bagian I Bab II

Peraturan Pemerintah RI No. 74/2008 tentang Guru, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dijelaskan

lebih lanjut dalam Pasal 3 ayat (4), (5), (6), dan (7) Bagian I Bab II Peraturan

Pemerintah RI No. 74/2008 tentang Guru, adalah sebagai berikut: Kompetensi

pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam

pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman

wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik,

pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-

kurangnya mencakup kepribadian yang: beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif

dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri,

dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.Kompetensi sosial

Page 14: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

5

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari

Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: berkomunikasi lisan,

tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi

secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul

secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai

yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan

kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi

penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi

program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang

akan diampu, dan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari persepsi terhadap kompetensi guru salah

satunya adalah terhadap perilaku membolos siswa di sekolah. Jika kompetensi guru

baik, dan persepsi siswa terhadapnya pun baik, maka siswa cenderung tidak akan

melakukan perilaku membolos. Namun jika persepsi siswa terhadap kompetensi guru

itu tidak baik, maka akan berdampak terhadap munculnya perilaku membolos oleh

siswa. Karakteristik guru yang baik adalah memiliki kompetensi yang baik. Sabitu dan

Nuradeen (2010) mengungkapkan bahwa atribut guru seperti pengetahuan, kemampuan

berkomunikasi, pengajaran yang menarik, dan stabilitas emosional dapat mempengaruhi

performa akademik siswa. Di sisi yang lain, beberapa alasan siswa membolos

Page 15: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

6

dipengaruhi oleh kepribadian guru, sikap siswa terhadap sekolah, lingkungan sekolah,

administrasi sekolah, dan cara mengajar guru. Guru yang memiliki kepribadian yang

disukai oleh siswa akan mampu menghasilkan proses belajar mengajar yang disukai

oleh siswa dan dapat berinteraksi secara efektif dengan mereka sehingga dapat membuat

mereka tetap berada di sekolah (Ishak dan Fin, 2015). Hal ini berarti bahwa kompetensi

guru mempengaruhi perilaku membolos siswa, karena guru adalah kekuatan utama yang

menarik siswa untuk tetap berada di sekolah (Hassan dan Muhammad dalam Ishak dan

Fin, 2015).

Hal tersebut di atas sejalan dengan penelitian Ferreira (1995) yang menemukan

adanya hubungan antara lingkungan sekolah dengan sikap siswa terhadap sekolah.

Hasil penelitian Arilia (2012)menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan

antara persepsi siswa tentang kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, dan

disiplin guru dengan motivasi belajar Pkn. Sementara Ibrahim dan Permadi (2015)

dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada hubungan yang positif dan sangat

signifikan antara motivasi belajar dan perilaku membolos pada siswa.

Selain persepsi terhadap kompetensi guru, hal lain berikut yang dapat

mempengaruhi perilaku membolos adalah konformitas terhadap teman sebaya, karena

teman sebaya merupakan kelompok yang penting bagi siswa sebab frekuensi

kebersamaan dengan teman lebih sering daripada dengan keluarga di rumah (Hurlock,

2012). Zebua dan Nurdjayadi (2001) mengungkapkan bahwa konformitas adalah suatu

tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi

tidak memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-

perilaku tertentu pada anggota kelompok. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (2005)

konformitas remaja merupakan penyesuaian perilaku remaja untuk menganut pada

Page 16: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

7

norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana

remaja berperilaku. Pada usia ini juga, seorang individu sangat rentan terhadap ajakan-

ajakan dari teman sebaya yang bersifat negatif. Sebagian besar siswa melihat

kelompoknya sebagai role model. Pemodelan mengacu pada perubahan individual pada

kognisi, sikap, atau efek yang dihasilkan dari pengamatan terhadap sesama (Ryan dalam

Korir & Kipkemboi, 2014). Perubahan yang terjadi dapat disebut sebagai konformitas

karena ditandai dengan adanya penyesuaian dengan melakukan perubahan-perubahan

perilaku yang disesuaikan dengan norma kelompok. Menurut Berndt (dalam Furhmann,

1990) konformitas yang cukup kuat tidak jarang membuat individu melakukan sesuatu

yang merusak atau melanggar norma sosial (anti sosial). Pelanggaran terhadap norma,

seperti yang telah disebutkan sebelumnya juga terjadi di sekolah. Bentuk-bentuk

pelanggaran terhadap norma dan aturan yang ditetapkan dan berlaku di sekolah

bermacam-macam. Salah satunya yaitu melakukan perilaku membolos.

Sears (1999) mengemukakan bahwa konformitas ditandai dengan adanya tiga

hal sebagai berikut: (a) kekompakan: Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat

konformitas yang semakin tinggi.Peningkatan konformitas terjadi karena anggotanya

enggan disebut sebagai orang yang menyimpang, dan penyimpangan menimbulkan

resiko ditolak. Hal ini dapat berpengaruh terhadap perilaku membolos karena

kekompakan yang besar mengakibatkan remaja cenderung untuk menyetujui pendapat

kelompok.(b) ketaatan: tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya

rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatannya

tinggi maka konformitasnya akan tinggi juga.Salah satu cara untuk menimbulkan

ketaatan adalah dengan meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan

perilaku yang diinginkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan

Page 17: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

8

menimbulkan ketaatan yang semkain besar. Tekanan inilah yang menyebabkan remaja

memiliki kecenderungan utnuk memenuhi tuntutan kelompok meskipun ia tidak

menginginkannya, misalnya melakukan tindakan membolos. (c) kesepakatan: pendapat

kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan yang kuat, sehingga remaja harus

loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Bila dalam suatu

kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain

maka konformitas akan menurun. Ketidaksepakatan menimbulkan resiko ditolak oleh

kelompok sehingga remaja harus loyal dan mematuhi keputusan kelompok, bahkan

yang negatif, misalnya membolos.

Dampak yang dapat ditimbulkan dari konformitas terhadap teman sebaya adalah

terhadap perilaku membolos. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anjana (2014) di SMA Negeri 12 Banda Aceh juga menunjukkan hasil bahwa adanya

hubungan signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku membolos siswa.

Penelitian oleh Santor, Messervey, dan Kusumakar (2000) juga mengungkapkan bahwa

adanya korelasi sebesar 0,34 antara skipped classes dan peer conformity.

Mengacu pada hasil dari beberapa penelitian di atas, dapat kita lihat bahwa

kompetensi guru dan konformitas teman sebaya dapat mempengaruhi siswa melakukan

perilaku membolos.Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap

kompetensi guru. Jika siswa memiliki persepsi baik terhadap kompetensi guru,

kemungkinan siswa akan mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak membolos. Namun,

dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian yang ada dilakukan

secara terpisah, baik hubungan antara persepsi terhadap kompetensi guru dengan

perilaku membolos, maupun hubungan konformitas dengan perilaku membolos.Maka

dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat secara bersama-sama hubungan

Page 18: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

9

antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman sebaya

dengan perilaku membolos di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiapakah

persepsi siswa terhadap perilaku membolos dan konformitas terhadap teman sebaya

dapat menjadi prediktor yang signifikan bagi perilaku membolos.

METODE PENELITIAN

Variabel-variabel dalam penelitian adalah: variabel bebas (X) terdiri dari dua

yaitu persepsi siswa terhadap kompetensi guru(X1) dan konformitas terhadap teman

sebaya (X2), sedangkan variabel terikat (Y) yaitu perilaku membolos. Dalam penelitian

ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 4 Ambon

sebanyak 135 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling, dan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket

atau skala pengukuran psikologi.

Skala persepsi siwa terhadap kompetensi guru dibuat oleh peneliti berdasarkan

Pasal 3 ayat (4), (5), (6), dan (7) Bagian I Bab II Peraturan Pemerintah RI No. 74/2008

tentang Guru, dan disusun untuk mengukur empat aspek, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.Perhitungan uji

seleksi item dan reliabilitas skala persepsi siwa terhadap kompetensi guru Bahasa

Inggris di SMK Negeri 4 Ambon yang dilakukan sebanyak dua kali putaran, diperoleh 6

item dari 44 item yang tidak lolos seleksi atau belum memenuhi standar daya

diskriminasi item, dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,305-

0,575.Untuk menguji reliabilitas, menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach,

diperoleh koefisien Alpha pada skala persepsi siwa terhadap kompetensi guru Bahasa

Inggris sebesar 0,907.

Page 19: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

10

Skala konformitas terhadap teman sebaya yang digunakan, dimodifikasi dari

Peer Conformity Scale yang disusun oleh Santor, Messervey, dan Kusumakar (2000),

dengan koefisien Cronbach Alpha yang bergerak dari 0,69-0,91. Skala disusun untuk

mengukur dua aspek yaitu situasi netral dan situasi anti sosial dengan 10 item

pernyataan favorable dan dibuat dalam bentuk Likert. Berdasarkan perhitungan uji

seleksi item dan reliabilitas skala konformitas teman sebayayang dilakukan sebanyak

satu kali putaran, semua item lolos seleksi atau memenuhi standar daya diskriminasi

item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,350-0,677. Pengujian

reliabilitas menggunakan teknik koefisien alpha cronbach, sehingga dihasilkan

koefisien alpha pada skala konformitas teman sebayasebesar 0,834.

Data perilaku membolos siswa diambil dari data kehadiran siswa kelas XI SMK

Negeri 4 Ambon pada mata pelajaran Bahasa Inggris selama satu semester.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

kompetensi guru 135 79 147 121.21 12.374

konformitas teman sebaya 135 11 40 26.39 6.170

perilaku membolos 135 4 16 9.93 2.529

Valid N (listwise) 135

Berdasarkan hasil uji deskriptif statsistik, skor empirik yang diperoleh pada skala

persepsi siswa terhadap kompetensi guru skor paling rendah adalah 79 dan skor paling

tinggi adalah 147, rata-ratanya adalah 121,21 dengan standar deviasi 12,374. Untuk

skala konformitas teman sebaya skor paling rendah adalah 11 dan skor paling tinggi

adalah 40, rata-ratanya adalah 26,39 dengan standar deviasi 6,170. Begitu juga dengan

Page 20: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

11

skala perilaku membolos paling rendah adalah 4 dan skor paling tinggi adalah 16, rata-

ratanya adalah 9,93 dengan standar deviasi 2,529.

Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Guru, Konformitas Teman Sebaya dan Perilaku Membolos

Setelah melakukan kategorisasi, terdapat 35 subjek yang memiliki skor persepsi

siswa terhadap kompetensi guru yang berada pada kategori sangat rendah dengan

persentase 25,93%, 88 subjek memiliki skor persepsi siswa terhadap kompetensi guru

yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 65,18%, 9 subjek memiliki

skor persepsi siswa terhadap kompetensi guru yang berada pada kategori tinggi dengan

persentase 6,67%, 3 subjek memiliki skor persepsi siswa terhadap kompetensi guru

Skala No Interval Kategori Mean F Persentase

Persepsi Siswa

Tentang

Kompetensi Guru

1 129,2 ≤ x ≤ 152 Sangat

Tinggi

88 65,18%

2 106,4 ≤ x < 129,2 Tinggi 121,211 9 6,67%

3 83,6 ≤ x < 106,4 Sedang 3 2,22%

4 60,8 ≤ x < 83,6 Rendah 0 0%

5 38 ≤ x < 60,8 Sangat

Rendah

35 25,93%

Jumlah 135 100%

SD = 12,374 Min = 79 Max = 147

Konformitas

Teman Sebaya

1 34 ≤ x ≤ 40 Sangat

Tinggi

18 13,33%

2 28 ≤ x < 34 Tinggi 27 20%

3 22 ≤ x < 28 Sedang 26,39 56 41,48%

4 16 ≤ x < 22 Rendah 26 19,26%

5 10 ≤ x < 16 Sangat

Rendah

8 5,93%

Jumlah 135 100%

SD = 6,170 Min = 11 Max = 40

Perilaku

Membolos

1 13,6 ≤ x ≤ 16 Sangat

Tinggi

15 11,11%

2 11,2 ≤ x < 13,6 Tinggi 19 14,07%

3 8,8 ≤ x < 11,2 Sedang 9,93 55 40,74%

4 6,4 ≤ x < 8,8 Rendah 38 28,15%

5 4 ≤ x < 6,4 Sangat

Rendah

8 5,93%

Jumlah 135 100%

SD = 2,529 Min = 4 Max = 16

Page 21: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

12

yang berada pada kategori sedang dengan persentase 2,22%, dan tidak ada subjek yang

memiliki skor persepsi siswa terhadap kompetensi guru yang berada pada kategori

rendah dengan persentase 0%. Berdasarkan rata-rata sebesar 121,21 dapat dikatakan

bahwa rata-rata persepsi siswa terhadap kompetensi guru subjek berada pada kategori

tinggi.

Sedangkan untuk skala konformitas teman sebaya terdapat 18 subjek memiliki

skor konformitas teman sebaya yang berada pada kategori sangat tinggi dengan

persentase 13,33%, 27 subjek memiliki skor konformitas teman sebaya yang berada

pada kategori tinggi dengan persentase 20%, 56 subjek memiliki skor konformitas

teman sebaya yang berada pada kategori sedang dengan persentase 41,48%, 26 subjek

memiliki skor konformitas teman sebaya yang berada pada kategori rendah dengan

persentase 19,26%, dan 8 subjek memiliki skor konformitas teman sebaya yang berada

pada kategori sangat redah dengan persentase 5,93%. Berdasarkan rata-rata sebesar

26,93 dapat dikatakan bahwa rata-rata konformitas teman sebaya subjek berada pada

kategori sedang.

Untuk skala perilaku membolos terdapat 15 subjek memiliki skor perilaku

membolos yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 11,11%, 19

subjek memiliki skor perilaku membolosyang berada pada kategori tinggi dengan

persentase 14,07%, 55 subjek memiliki skor perilaku membolos yang berada pada

kategori sedang dengan persentase 40,74%, 38 subjek memiliki skor perilaku membolos

yang berada pada kategori rendah dengan persentase 28,15%, dan 8 subjek memiliki

skor perilaku membolos yang sangat rendah dengan persentase 5,93%. Berdasarkan

rata-rata sebesar 18,50 dapat dikatakan bahwa rata-rata perilaku membolos subjek

berada pada kategori sedang.

Page 22: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

13

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heteroskedastisitas, dan uji linearitas.

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji one sample kolmogorov

smirnov, didapati hasil bahwa pada skala persepsi siswa terhadap kompetensi guru

diperoleh hasil skor K-S-Z sebesar 0,880 dengan probabilitas (p) atau signifikansi

sebesar 0,421 (p>0,05). Sedangkan pada skor konformitas teman sebaya memiliki nilai

K-S-Z sebesar 1,217 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,103.Dengan

demikian kedua variabel memiliki distribusi yang normal. Begitu juga pada variabel

perilaku membolos diperoleh skor K-S-Z sebesar 1,311 dengan probabilitas (p) atau

signifikansi sebesar 0,064 (p>0,05), yang berarti variabel perilaku membolos

berdistribusi normal. Uji multikolinearitas akan dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai

tolerance ≤ 1,0 dan VIF ≥1,0 (Ghosali, 2009).Setelah melakukan pengujian, didapati

hasil bahwa kedua variabel bebas yang digunakan memiliki nilai tolerance lebih kecil

dari 1,0 dan nilai VIF lebih besar dari 1,0. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak

terdapat masalah multikolinearitas pada variabel yang digunakan.

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika varians tetap maka terjadi problem heteroskedastisitas.Model regresi yang baik

yaitu homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Scatterplot menunjukkan

titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola-pola tertentu yang jelas,

serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga dapat dipakai

Page 23: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

14

untuk memprediksi variabel perilaku membolos berdasarkan persepsi siswa terhadap

kompentesi guru dan konformitas teman sebaya.

Hasil uji linearitas untuk variabel persepsi siswa terhadap kompentesi guru (X1)

dengan variabel perilaku membolos (Y) diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,058 dengan

signifikansi = 0,389 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara persepsi siswa

terhadap kompentesi guru dengan perilaku membolos adalah linear. Hasil uji linearitas

untuk variabel konformitas teman sebaya (X2) dengan variabel perilaku membolos (Y)

diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,980 dengan signifikansi = 0,503 (p>0,05) yang

menunjukkan hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku membolos

juga adalah linear.

Pengujian regresi melibatkan dua variabel bebas yaitu persepsi siswa terhadap

kompetensi guru dan konformitas teman sebaya, serta satu variabel tergantung yaitu

perilaku membolos. Selain itu peneliti juga menguji kelayakan model regresi dalam

penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).

Tabel 3. Regresi

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 17.297 2 8.649 1.293 .278a

Residual 883.103 132 6.690

Total 900.400 134

Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan

ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam uji ANOVA,

penelitian ini menghasilkan angka F = 1.293 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,278

dan nilai R = 0,139. Karena angka signifikansi 0,278> 0,05, maka persepsi siswa

Page 24: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

15

terhadap kompetensi guru Bahasa Inggris dan konformitas teman sebaya tidak

berpengaruh terhadap perilaku membolos pada siswa SMK Negeri 4 Ambon.

Tabel 4. Summary

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .139a .019 .004 2.587 1.401

Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,019. Angka tersebut

menunjukkan bahwa 0,019 atau 1,9% yang berarti persepsi siswa terhadap komopetensi

guru dan konformitas teman sebaya hanya berperan sebanyak 1,9% terhadap perilaku

membolos siswa kelas XI di SMK Negeri 4 Ambon.Jika dilihat dari standar error of the

estimate yang bernilai 2,587 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi perilaku

membolos(2,529), hal ini berarti persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan

konformitas teman sebayacukup layak dijadikan prediktor untuk perilaku membolos.

Setelah mengetahui persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas

teman sebayadalam memprediksi perilaku membolos, peneliti menguji koefisien regresi.

Tabel 5. Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std.Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 13.137 2.514 5.226 .000

kompetensi guru -.015 .018 -.070 -.811 .419 .987 1.013

konformitas teman

sebaya -.054 .036 -.128 -1.473 .143 .987 1.013

Page 25: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

16

Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients

yang dapat menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya

pengaruh variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel

tergantung. Angka koefisien nilai Beta persepsi siswa terhadap kompetensi guru sebesar

-0,070 dengan nilai sig = 0,419 (p > 0,05). Maka kompetensi guru secara mandiri belum

dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap perilaku membolos. Sedangkan angka

koefisien nilai Beta konformitas teman sebaya sebesar-0,128 dengan nilai sig = 0,143

(p >0,05). Maka konformitas teman sebaya secara mandiri juga belum dapat dikatakan

sebagai prediktor terhadap perilaku membolos.

Berdasarkan penelitian mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan

konformitas terhadap teman sebaya sebagai prediktor terhadap perilaku membolos yang

telah dilakukan pada siswa kelas XI di SMK Negeri 4 Ambon, didapatkan hasil bahwa

persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman sebaya tidak

menjadi prediktor utama yang signifikan terhadap perilaku membolos siswa dengan

nilai F sebesar 1.293. Kedua variabel ini hanya memberikan kontribusi atau berperan

sebanyak 1,9% terhadap perilaku membolos siswa kelas XI di SMK Negeri 4 Ambon.

Berdasarkan hasil uji dan analisis regresi berganda, nilai Beta yang diperoleh pada

variabel persepsi siswa terhadap kompetensi guru sebesar -0,070 dengan signifikansi

sebesar 0,419 sedangkan nilai Beta pada variabel konformitas terhadap teman sebaya

sebesar -0,128 dengan signifikansi sebesar 0,143. Hal ini berarti bahwa variabel

persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap teman sebaya secara

mandiri juga belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap perilaku membolos.

Tidak terbuktinya variabel persepsi siswa terhadap kompetensi guru sebagai

prediktor yang signifikan terhadap perilaku membolos berlawanan denganhasil

Page 26: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

17

penelitian oleh Ishak dan Fin (2015) yang menyatakan bahwaalasan siswa membolos

dipengaruhi oleh kepribadian guru, dan cara mengajar guru.

Terjadinya hal di atas mungkin bukan disebabkan oleh faktor dari guru, namun

lebih kepada kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran, dalam hal ini mata

pelajaran Bahasa Inggris. Seperti yang diberitakan oleh media massa, bahwa pelajaran

Bahasa Inggris menjadi salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh para siswa

karena dianggap susah. Wartawan Lipos: lebih menarik di SMAN 1 ada native speaker

(Linggau Pos, 14 Oktober 2015), Abi: bagaimana menjadi pengajar Bahasa Inggris

yang disukai para siswa? (Kompasiana, 24 Juni 2015). Pelajajaran yang dianggap sulit

oleh siswa menyebabkan timbulnya ketidaktertarikan dan ketidaksukaan terhadap mata

pelajaran tersebut, sehingga tidak jarang siswa memilih untuk tidak mengikuti pelajaran

dan melakukan perilaku membolos.Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Wadesango dan Machingambi (2011) menyatakan bahwa salah satu

penyebab perilaku membolos adalah ketidaktertarikan terhadap mata pelajaran. Artinya,

meskipun siswa melihat guru memiliki kompetensi mengajar, tetapi siswa menilai mata

pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang sulit, kurang menarik, bisa saja

ketertarikan siswa untuk tetap mengikuti pelajaran tetap tidak ada, yang menyebabkan

siswa lebih ingin tetap membolos untuk menghindari pelajaran tersebut.

Sementara itu, konformitas terhadap teman sebaya juga belum dapat menjadi

prediktor terhadap perilaku membolos. Melalui dan pengamatan yang dilakukan tanggal

11-22 April 2016 dan wawancara tanggal 15 April 2016 dengan MT, guru BK, para

siswa tidak menunjukkan perilaku membolos yang dilakukan secara berkelompok.

Bersama ataupun tidak bersama teman kelompok, siswa cenderung melakukan perilaku

Page 27: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

18

membolos.Mungkin hal inilah yang menyebabkan tidak terbuktinya konformitas teman

sebaya sebagai prediktor terhadap perilaku membolos

Hal lain yang mungkin juga menyebabkan tidak terbuktinya variabel

konformitas terhadap teman sebaya sebagai prediktor terhadap perilaku membolos

adalah karena skala yang digunakan lebih banyak menggambarkan pernyataan-

pernyataan konformitas yang sifatnya umum, dan tidak secara spesifik hanya mengukur

perilaku konformitas terhadap teman sebaya dalam hal membolos.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru Bimbingan dan Konseling,

MT, 40 tahun, tanggal 15 April 2016, selain salah satu faktor yang telah disebutkan

sebelumnya, faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi siswa melakukan perilaku

membolos antara lain : Pertama, lemahnya penegakkan peraturan tata tertib sekolah dan

sanksi yang dapat memberikan efek jera serta adanya tindakan pembiaran terhadap

tindakan siswa yang tidak disiplin mengakibatkan terulangnya tindakan yang sama.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan siswa tidak disiplin adalah karena belum ada

prosedur yang tepat untuk menangani bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib (Hastuti,

2012).

Faktor kedua yang disampaikan oleh guru BK, adalah faktor dari dalam diri

siswa sendiri (faktor internal) yaitu motivasi belajar yang kurang sehingga

menyebabkan siswa melakukan perilaku membolos.Hal ini sejalan dengan hasil

penelitin yang dilakukan oleh Ibrahim dan Permadi (2015) yang menemukan adanya

hubungan positif yang sangat signifikan antara motivasi belajar siswa dengan perlaku

membolos.

Hal ketiga yang juga disampaikan oleh guru BK adalah, adanya pemahaman

yang kurang terhadap tata tertib sekolah. Hal ini juga seiring dengan yang ditemukan

Page 28: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

19

oleh Bariyani (2013) dalam penelitiannya yang mendapat hasil bahwa adanya korelasi

positif signifikan antara pemahaman tata tertib dengan pelanggaran disiplin yang sering

terjadi di sekolah.

Selain hal-hal di atas, faktor keempat, sesuai dengan hasil pengataman selama

penelitian dan hasil wawancara dengan salah seorang guru lain, luasnya lokasi sekolah

(kurang 2 hektar)yang tidak diimbangidengan sistem pengamanan yang memadai

memungkinkan siswa memiliki ruang gerak yang bebas untuk keluar-masuk sekolah

tanpa sepengetahuan guru.

Berdasarkan hasil uji deskriptif statistik pada penelitian ini, diperoleh data yang

menunjukkan bahwa: persepsi siswa terhadap kompetensi guru berada pada kategori

tinggi, dengan rata-rata (Mean) sebesar 121,21, konformitas terhadap teman sebaya

masuk dalam kategori sedang, dengan rata-rata sebesar 26,39, dan perilaku membolos

siswa masuk dalam kategori sedang, dengan rata-rata sebesar 9,93.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut:persepsi siswa

terhadap kompetensi guru Bahasa Inggris dan konformitas terhadap teman sebaya

belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap perilaku membolos, dan persepsi

siswa terhadap kompetensi guru berada pada kategori tinggi, konformitas terhadap

teman sebaya pada kategori sedang, sementara perilaku membolos berada pada kategori

sedang.Karena persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan konformitas terhadap

teman sebaya tidak dapat menjadi prediktor terhadap perilaku membolos, maka peneliti

selanjutnya diharapkan untuk mengkaji kembali masalah terkait perilaku membolos ini

lebih dalam, dengan melihat variabel-variabel lain yang mungkin dapat memprediksi

Page 29: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

20

perilaku membolos siswa. Selain itu, skala yang akan digunakan juga sebaiknya

diperhatikan dulu apakah sudah spesifik dalam mengukur aspek yang ada sehingga

dapat mengungkap lebih dalam tentang variabel yang diteliti. Lebih jauh, semoga

penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Page 30: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

21

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, J. (2010). Prestasi Belajar Bahasa Jawa Ditinjau Dari Persepsi Terhadap

Kompetensi Guru dan Dukungan Sosial Orangtua Pada Siswa Sekolah Dasar.

Skripsi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Anjana, S. (2014). Pengaruh Konformitas Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku

Membolos Siswa (Suatu Penelitian Pada Remaja di SMA Negeri 1 Banda Aceh).

Skripsi, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Arilia, O. (2012). Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional,

Kompetensi Pedagogik dan Disiplin Guru Dengan Motivasi Belajar Pendidikan

Kewarganegaraan Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Yogyakarta. Skripsi,

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Bariyani, D. (2013). Hubungan antara Pemahaman Tata Tertib Sekolah dengan

Disiplin Siswa di MAN Godean Sleman. Skripsi, Universitas Sunan Kalijaga,

Jogjakarta

Baron, Robert A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (jilid 1 edisi kesepuluh). Alih

Bahasa: Mari Jumiati. Jakarta:Erlangga

Cook, L.D. & Ezenne, A. (2010). Factors influencing students’ absenteeism in primary

schools in Jamaica.Perspective of community members. Carribbean Curriculum,

17, 33-57

Ferreira, M.M. (1995). The caring of a suburban middle school. Indiana University,

Bloomington: Center for Adolescent Studies. (ERIC Document Reproduction

Service No. ED385011)

Fuhrmann, B.S. (1990). Adolescence Adolecent. Illinois: A Division of Scott Foresman

and Company.

Ghozali, H. I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (cetakan

IV). Universitas Diponegoro.

Hadianti, L. S. (2008). Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap

Kedisiplinan Belajar Siswa (Penelitian Deskriptif Analisis di SDN Surakarya II

Kecamatan Semarang Kabupaten Garut). Jurnal Pendidikan Universitas Garut,

02(01), 1-8.

Hasan, R. (2014). Tingkat Kenakalan Remaja Semakin Tinggi. Artikel. Diakses pada 28

Januari 2016 dari www.siwalimanews.com

Hastuti, W. T. (2012). Penegakan Kedisiplinan Dalam Rangka Implementasi

Pendidikan Karakter Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Tawang

Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo). Skripsi, FKIP Universitas

Muhammadiyah. Surakarta

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Erlangga

Page 31: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

22

Ibrahim, Ahmad S.& Permadi. (2015). Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan

Perilaku Membolos Pada Siswa Kelas VIII SMP Batik Surakarta. Skripsi,

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Ishak, Z. dan Fin, Low S. (2015).Factors Contributing to Truancy among Students: A

Correlation between Predictors. British Journal of Education, Society &

Behavioral Science, 9(1), 32-39.

Koran Elektronik KATIM.(2015). Banyak Siswa Bermasalah, Orangtua Harus Awasi

Anaknya. Artikel. Diakses pada 28 Januari 2016 dari www.kabartimur.co.id

_____ Elektronik KATIM. (2015). Bolos di Rental PS, Empat Siswa SMA Ditangkap

Polisi.Artikel. Diakses pada 30 Januari 2016 dari www.kabartimur.co.id

Korir, D.K. & Kipkemboi, F. (2014).The Impact of School Environment and Peer

Influences on Students’ Academic Performance in Vihiga County,

Kenya.Internationa Journal of Humanities and Social Science, 4(5), 240-251.

Lipos. (2014). Lebih Menarik di SMAN 1 Ada Native English Speaker. Artikel. Diakses

pada 28 Januari 2016, dari www.linggaupos.com

Malcolm, H., Wilson, V., Davidson, J. & Kirk, S. (2003) Absence from school: a study

of its causes and effects in seven LEAs, Research Report 424 (London,

Department for Education and Skills).

Palutturi, A. (2015). Bagaimana Menjadi Pengajar Bahasa Inggris yang disukai Para

Siswa. Artikel. Diakses pada 30 Juli 2016 dari www.kompasiana.com

Poerwadarminto W.J.S. (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Prayitno & Erman, A.(2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rieneka

cipta.

Rivers, B. (2010). Truancy: Causes, Effects, and Solutions. Education Masters, paper

107.

Sabitu, A.O & Nuradeen, B.B. (2010). Teachers attributes as correlates of students’

academic performance in geography in secondary schools in ondo state, Nigeria

Medwell Journals 7(5), 388- 392

Santor, D.A., Messervey, D., & Kusumakar, V. (2000). Measuring Peer Pressure,

Popularity, and Conformity in Adolescent Boys and Girls: Pedicting School

Performance, Sexual Attitudes, and Substance Abuse. Journal of Youth and

Adolescence, 29(2), 163-182.

Sears, David O, dkk.(1999). Psikologi Sosial (edisi kelima). Jakarta: Erlangga

Simandjuntak, B. (1975). Latar Belakang Kenakalan Anak. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Siswa Berjudi Saat Jam Sekolah, Legislator Ambon: Memalukan!.Artikel. Diakses pada

29 Januari 2016 dari www.rimanews.com

Page 32: PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10183/2/T1_802012088_Full...PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU DAN . KONFORMITAS TERHADAP

23

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Wadesango, N & Machingambi, S. (2011). Causes and Sructural Effects of Stundent

Absenteeism: A Case Study of Three South African Universities. Journal of

Social Science. 26(2), 89-97.

Zebua, A & Nurdjayadi, R. (2001).Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri

Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri. Phronesis.3(6), 72-82.