Persepsi Santri Terhadap Pondok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikologi persepsi santri terhadap pondok

Citation preview

  • PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN

    AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

    Oleh :

    Maila Fadhilah S

    102051025461

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H / 2008 M

  • PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN

    AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi

    Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam

    Oleh :

    Maila Fadhilah S

    102051025461

    Dibawah Bimbingan

    Drs. Wahidin Saputra, MA

    NIP. 150276299

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H / 2008 M

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi yang berjudul PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK

    PESANTREN AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA,

    telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juli, 2008. Skripsi ini telah diterima

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)

    pada Program Study Komunikasi dan Penyiaran Islam.

    Jakarta, 09 Juli,

    2008

  • SIDANG MUNAQASYAH Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

    Dr. Murodi, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 150 254 102 NIP. 150 282 980

    Anggota

    Penguji I Penguji II

    Prof. Dr. Hj. Ismah Salaman, M.Hum Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 150 096 770 NIP. 150 299 324

    Pembimbing

    Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150 276 299

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakn bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya saya ini bukan hasil karya asli

    saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

    menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 09 Juli 2008

    Maila Fadhilah S

  • ABSTRAK

    Pondok pesantren dibuat adalah untuk membimbing anak-anak yang beragama Islam, demi untuk menjalankan syariat Islam dengan baik dan benar. Dengan dibudayakannya kebiasaan mentaati peraturan yang dibuat oleh pengasuh pondok, tak lain untuk membuat santri-santrinya menjadi santri yang disiplin, berakhlakul karimah, dan bermanfaat bagi keluarga dan masyaraktanya. Sedangkan fakta yang kebanyakan ada di lapangan tak lain adalah masih banyaknya para orang tua yang tidak memasukkan anak-anknya ke pesantren, hal ini di dukung oleh jumlah santri yang mukim di pesantren. Minimnya santri yang masuk ke pesantren dikarenakan masih banyaknya orang tua yang memandang pesantren hanya dari sisi negatifnya saja, seperti: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, 4) Kurang memedainya fasilitas belajar, 5) Terbatasanya sarana dan prasarana, 6) Rendahnya kandungan gizi makanan, 7) Rendahnya honor pengajar, 8) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren, dan masih banyak yang lainnya yang menjadikan suatu kehidupan di pondok pesantren menjadi kehidupan yang memilki sisi yang negatif bagi kehidupan anak, khususnya para santri di pondok pesantren.

    Pembatasan dari masalah-masalah tersebut adalah hanya pada 4 masalah yang erat kaitannya dengan persepsi santri, 4 masalah tersebut adalah: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren. Adapun objek penelitiannya hanya tertuju pada santri yang bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara. Dari pembatasan maslaah tersebut dapat ditemukan beberapa rumusan maslahnya mengenai persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-muhajirin, adapun rumusan maslanya adalah: 1. Bagaimana persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin? 2. Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok

    pesantren Al-Muhajirin? Penelitian ini menggunakan metode survey, populasinya sebanyak 82

    orang dengan menggunakan tingkat kesalahan 5 % maka sampelnya menjadi 66 orang. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Persepsi Santri Al-Muhajirin, dan yang menjadi variabel terikatnya adalah Pondok pesantren Al-Muhajirin. Untuk mengumpulkan data yang ada digunakan tehnik wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Sebelum dianalisis, penelitian ini menggunakan tehnik uji hipotesa melalui uji korelasi dan uji signifikan dengan rumus korelasi sederhana (r Product Moment), apabila hasil dari H0 : = 0, = maka tidak ada hubungan yang signifikan anatra dua variabel, dan apabila hasil dari Ha : 0, = maka da hubungan yang signifikan antara dua variabel.

    Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan pengujian hipotesa melalui uji korelasi menggunakan rumus Product Moment, maka diketahui bahawa kedua variabel yang diteliti memiliki korelasi yang negative. Yaitu harga r-hitung lebih kecil dari r-tabel (r test : t hitung = 0.04 < r tabel = 0.244), kemudian perhitungan dengan uji signifikan menggunakan rumus

  • t, maka diketahui bahwa harga t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t test : t hitung = 0.33 < t tabel = 2.000). Dari kedua pengujian tersebut dapat dihasilkan bahwa, hubungan antar dua variabel penelitian menerima H0 (tidak ada hubungan) yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah.Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

    berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang

    dituangkan dalam tulisan skripsi. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan

    kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul:

    Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan

    Jakarta Utara.

    Skripsi ini merupakan salah satu tugas ahkir untuk memenuhi syarat dalam

    menempuh ujian munaqasah Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan

    Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Dari penulisan skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memberikan

    bimbingan, pemikiran serta dukungan baik moril maupun materil. Dengan

    kebaikannya tersebut mudah-mudahan Allah SWT membalas semua jasa dan

    kebaikannya, dan penulis hanturkn terima kasih yang sebesar-besarnya serta

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

    1. Bapak Dr. Murodi, MA; Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan

    ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini.

    2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA; Selaku pembimbing skripsi penulis dan

    sekaligus sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah

    melungkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran

    yang sangat berharga kepada penulis. Dan Sekertaris Jurusan Ibu Umi

    Musyarofah, MA; Yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang

  • sangat bermanfat bagi penulis dalam menjalankan perkuliahan serta pada

    penyusunan skirpsi ini.

    3. Drs. H. Harun Asfar, MA; Selaku dosen Penasehat Akademik penulis, yang

    telah memberikan motivasi, saran-saran serta izin kepada penulis untuk

    mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

    4. Bapak dan Ibu Dosen fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

    memberikan ilmunya kepada penulis, doakan penulis agar ilmu yang penulis

    dapatkan ini bias bermanfaat sampai penulis wafat.

    5. Staf karyawan Fakultas Dakwah dan komunikasi dari semua Jurusan sampai

    Bidang Akadmik Fakultas, yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan semua kesulitn dan kebutuhan dalam bidang akademik.

    6. Ketua dan para karyawan perpustakaan Fakultas Dakwah, yang telah

    membantu penulis dalam menyediakan dan memperbolehkan peminjaman

    literatur buku-bukunya tersebut.

    7. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin KH. Saifur Rohman M.Sc. Para

    Ustad dan ustadzahnya, yang telah menerima kunjungan serta

    memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitin. Tidak lupa pula para

    santri dan santriwatinya, yang telah membantu dalam menyelesaikan

    penyediaan data serta konsumsi dalam melaksanakan penelitian ini.

    8. Ibunda tercinta Ibu Etty Tuti Erwani dan Ayahanda Bapak. Drs. M. Subhan,

    MM. Yang telah sabar membantu serta memberikan dukungan moril maupun

    materil dan spiritual kepada penulis.

  • 9. Keluarga besar Eyang Ridwan Shomad; Keluarga besar Nenek Maryam;

    Kelurga besar di Yogyakarta; Keluarga besar di Riau Pekan Baru, yang selalu

    memberikan doa dan dukungannya pada penulis.

    10. Teman-teman KPI angkatan 2002, adik-adik penulis di Fakultas Dakwah,

    keluarga besar KM UIN, serta para sahabat yang tidak bias penulis sebutkan

    namnay satu persatu.

    Hanya memohon kepada Allah SWT lah penulis mendoakan dan semoga

    atas bantuan mereka Allah memberikan penghargaan yang mulia dan berlipat

    ganda, Amin..

    Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

    kesempurnaan, penulis berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak.

    Jakarta, 09 Juli 2008

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN.................................................................................i

    ABSTRAKSIii

    KATA PENGANTAR.v

    DAFTAR ISIviii

    DAFTAR TABELx

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah5

    C. Tujuan dan manfaat Penelitian...6

    D. Metodologi Penelitian6

    E. Sistematika Penulisan18

    BAB II TINJAUAN TEORI

    A. Persepsi..20

    1. Pengertian Persepsi..20

    2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya...20

    3. Faktor Persepsi.21

    4. Proses Terjadinya Persepsi...22

    5. Hukum-hukum Persepsi24

    6. Objek Persepsi...25

    7. Persepsi Melalui Alat Indera.26

    B. Santri28

    1. Pengertian Santri28

    2. Macam-macam

    Santri..29

  • 3. Perkembangan Psikologis Santri30

    4. Bimbingan Santri32

    5. Bimbingan Karir.34

    BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN

    AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

    A. Sejarah dan Latar Belakang..37

    B. Letak Geografis39

    C. Visi dan Misi41

    D. Sarana dan Prasarana...42

    BAB IV PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN

    AL-MUHAJIRIN

    A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren

    Al-Muhajirin44

    B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah

    Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 52

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan..60

    B. Saran.61

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Tabel Sampel Dari Populasi Kriteria Pengambilan

    Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 % ..7

    Table 4.1 Persepsi Santri dan Aktifitas Dakwah 5

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Agama Islam merupakan suatu agama yang di dalamnya terdapat

    usaha untuk menyebar luaskan kebenaran yang diyakini datang hanya dari

    Tuhan, sikap mengajak atau menyeru kepada orang banyak untuk

    mempercayaai dan menganut agama Isalam adalah suatu tugas suci serta

    pengabdian kepada Tuhan. Usaha memperjuangkan dan menyebar luaskan

    kebenaran atas ajaran Islam telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad

    SAW, yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, para Tabiin, serta para

    pengikutnya. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan ajaran

    Islam tersebut, walaupun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama

    Islam tersebut masih sedikit. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.

    An-Nahal ayat 125, yang artinya:

    Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

    pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

    Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui tentang

    siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

    orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. An-nahal : 125)

    Dakwah dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dakwah

    bersifat persuasif, edukatif atau yang lainnya. Di dalam dakwah harus

    dihindarkan yang sifatnya pemaksaan, karena hal tersebut sangat

    bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Dakwah dapat dilaksanakan dalam

  • berbagai bentuk, seperti kegiatan pengajian, pendidikan, forum atau kajian

    ilmiah, kegitan social, pencerminan pribadi seorang pendakwah atau

    kelompok untuk menjadi contoh yang mencakup watak, sikap dan tingkah

    laku. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif

    dalam rangka perubahan situasi dalam ajaran yang diusahakan dengan

    dakwah.sikap dan tingkah laku.

    Dari berbagai bentuk kegiatan untuk melakukan dakwah, salah

    satunya melalaui sarana pendidikan. Dan diantara sarana pendidikan yang

    bergerak dibidang dakwah adalah pesantren. Pada Bab II Paragraf 3 Pasal 26

    Ayat 1 Menurut Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama Dan

    Pendidikan Keagamaan, pesantren menyelenggarakan pendidikn dengan

    tujuan mennanmkn keimana dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak

    mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan,

    pengetahuan, dan keterampilan peserta didik (santri) untuk menjadi ahli ilmu

    agama Islam (mutafaqqih fiddin) atau menjadi muslim yang memiliki

    keterampilan atau keahlian untuk membangun kehiupan yang Islami di

    masyarakat.1

    Pesantren merupakan salah satu tempat untuk menuntut ilmu setelah

    siswa melewati jenjang SD (Sekolah Dasar), status pesantren tidak beda

    halnya dengan SLTP (Sekolah lanjutan Tengah Pertama) atau SMP (Sekolah

    Menengah Pertama). Bahkan ada yang sampai pada tingkat yang setara

    dengan SLTA (Sekolah Lanjutan Atas) atau SMA (Sekolah Menengah

    Atas), yaitu MTS (Madrasah tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Yang

    1 Direktorat Jendral pendidikan Islam, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama Ri, 2007) Bab II, Paragraf3, Pasal 26 Ayat 1, h. 241

  • membedakannya adalah hanya penambahan waktu belajar, yang sekolah-

    sekolah umum lainnya belum tentu memilki program waktu seperti yang

    dimiliki pondok pesantren.

    Kata pondok pesantren terdiri dari dua kata, yaitu pondok dan

    pesantren. Kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduqun, yang artinya

    hotel atau penginapan.2 Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad

    Ridawan Lubis yang mengatakan pondok ialah tempat tinggal para santri

    selama menuntut ilmu.3 Sedangkan Menurut Mastuhu, yang dimaksud

    dengan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk

    mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

    Islam degan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

    prilaku sehari-hari.4

    Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pondok

    pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap

    (bertempat tinggal) yang di dalamnya terdapat suatu kegiatan untuk

    mempelajari, memahami, mendalami, mengkhayati, dan mengamalkan

    ajaran agama Islam.

    Suatu kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang agamis

    bahwa penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, begitu pula halnya

    dengan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang mayoritas

    penduduknya beragama Islam. Untuk tetap mempertahankan prestasi

    tersebut diperlukan sarana pendidikan agama dan juga pendidikan umum,

    2 Ahmad Warsan Munawar, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

    Progressif, 1997), h.1073 3 M. Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: CV. Masagung, 1997),

    h. 23 4 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 55

  • salah satu sarana pendidikan tersebut tidaklah lain adalah sarana pendidikan

    di lingkungan pondok pesantren.

    Ironisnya sesuai fakta bahwa mayoritas penduduk Jakarta yang beragam

    Islam khususnya di wilayah Jakarta Utara sangat rendah perhatian dan

    minatnya terhadap pondok pesantren, hal ini dapat dibuktikan dari sedikitnya

    kuota santri yang bermukim di pondok pesantren khususnya pondok pesantren

    Al-Muhajirin dibandingkan dengan anak-anak yang masuk ke sekolah-sekolah

    umum. Karena pada umumnya kebanyakan orag tua murid lebih senang

    memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum negeri, mulai dari tingkat

    pendidikan dasar seperti SD, SMP, SMA, sampai dengan perguruan tinggi.

    Apabila tidak diterima di sekolah negeri tersebut, maka alternatif selanjutnya

    memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum suwasta. Terlebih lagi bagi

    orang tua yang memiliki ekonomi yang memadai, mereka sangat senang dan

    bangga bila anaknya diterima di sekolah-sekolah favorit seperti : Tarakanita,

    Santa Ursula, PSKD, dan lain-lain. Sehingga tidak lagi memperhatikan apakah

    pemilik sekolah tersebut beragama Islam atau di luar Islam.

    Kondisi ini yang menarik bagi peneliti untuk mengangkat masalah ini,

    salah satu penyebab kurang berminatnya para orang tua memasukkan anaknya

    ke dalam lingkungan pondok pesantren dikarenakan masih banyak para orang

    tua yang memandang pondok pesantren hanya dari sisi negatifnya.

    Untuk itu peneliti perlu melakukan pengamatan langsung pada pondok

    pesantren Al-Muhajirin yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian.

    Harapan peneliti dapat memberikan gambaran umum tentang pondok

    pesantren, sehingga para orang tua bisa lebih berminat untuk memasukkan

  • anaknya ke dalam pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-

    Muhajirin. Karena dengan banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya

    ke pondok pesantren, diharapkan semaikin banyak orang-orang yang perduli

    terhadap kemajuan agama Islam di masa depan guna mempertahankan adab

    dan akhlak orang-orang Islam.

    Melihat kondisi yang demikian, peneliti berniat mengadakan penelitian

    di pondok pesantren Al-Muhajirin Pejagalan Penjaringan Jakarta utara, serta

    mencoba mengangkat topic skripsi ini dengan judul: Persepsi Santri

    terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara.

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini,

    maka peneliti memberikan pembatasan masalahnya pada santri yang

    bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta

    Utara.

    2. Perumusan Masalah

    Dari pembatasan maslaha tersebut peneliti memberikan

    perumusan masalahnya sebagai berikut:

    1) Bagaimana persepsi santri yang timbul terhadap pondok pesantren

    Al-Muhajirin?

    2) Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di

    pondok pesantren Al-Muhajirin?

  • C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab

    permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu:

    1. Untuk mengetahui persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-

    Muhajirin?

    2. Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi santri terhadap aktifitas

    dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin?

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Segi Akademis

    Dari penelitian ini diharapkan bias memberi masukan ke

    beberapa pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-Muhajirin

    yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian, dan penelitian ini

    diharapkan bisa menjadi informasi untuk khalayak atau masyarakat

    umum akan adanya pondok pesantren di tengah-tengah wilayah

    pemukiman komunitas etnis china, yang bernama pondok pesantren Al-

    Muhajirin.

    2. Segi Praktis

    Penelitian ini diharapkan bias menambah khasanah perpustakaan,

    khusunya bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pondok pesantren.

    D. Metodologi Penelitian

    1. Metode Penelitian

    Metode penelitian ini menggunkan metode survey. Metode ini

    bermaksud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah

  • kasus yang relatif besar jumlahnya. Metode ini menekankan lebih pada

    penentuan informasi tentang variabel dari pada penentuan informasi

    tentang individu.5

    2. Populasi dan Sampel

    a. Populasi

    Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran

    genelarisasi peneliti.6 Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya

    adalah para santri yang bermukim di pondok pesantren Al-Muhajirin

    Penjaringan Jakarta Utara sebanyak 82 orang.

    b. Sampel

    Sampel adalah bagain dari kumpulan objek penelitian

    (populasi) yang dipelajari dan diamati.7 Menurut Sugiono8, bila

    populasi 82 orang dengan tingkat kesalahn 5% maka populasinya

    sebanyak 66 orang. Dan pada penelitian ini sampelnaya menjadi 66

    orang.

    Tabel 1.19

    Tabel Sampel Dari Populasi

    Kriteria Pengambilan Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 %

    N S N S N S 10 10 220 140 1200 291 15 14 230 144 1300 297 20 19 240 148 1400 302

    5 Consuelo G, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993)

    Cet ke-I, h. 76 6 Ibid, h. 160 7 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

    1994), h. 78 8 Lihat Tebel 1.1, Tabel sample Dari Populasi Kriteria pengambilan Sampel Khusus

    Untuk tingkat Kesalahan 5 % 9 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 65

  • 25 24 250 152 1500 306 30 28 260 155 1600 310 35 32 270 159 1700 313 40 36 280 162 1800 317 45 40 290 165 1900 320 50 44 300 169 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360 186 2600 335 70 59 380 191 2800 338 75 63 400 196 3000 341 80 66 420 201 3500 346 85 70 440 205 4000 351 90 73 460 210 4500 354 95 76 480 214 5000 357

    100 80 500 217 6000 361 10 86 550 226 7000 364

    120 92 600 234 8000 367 130 97 650 242 9000 368 140 103 700 248 10000 370 150 108 750 254 15000 375 160 113 800 260 20000 377 170 118 850 265 30000 379 180 123 900 269 40000 380 190 127 950 274 50000 381 200 132 1000 278 75000 382 210 136 1100 285 100000 384

    Catatan : N = Populasi

    S = Sampel

    Karena populasinya berstrata, maka jumlah sampelnya juga

    berstrata10. Dengan demikian jumlah samplenya:

    Kelas Persiapan = 20 X 66 = 16.4 = 17

    82

    Kelas I = 23 X 66 = 18.5 = 18

    82

    Kelas II = 33 X 66 = 26.5 = 26

    82

    Kelas III = 6 X 66 = 4.8 = 5

    82

    10 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 67

  • Jumlah Sampel = 66 Orang

    Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode

    probability sampling yaitu objek dipilih dari populasi yang lebih

    luas dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga pemilihan setiap

    anggota populasi dapat di ketahui.11 Pada metode ini digunakan

    dengan cara random (acak) yaitu suatu pengambilan sampel

    dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk

    dijadikan sampel.12

    3. Variabel Penelitian

    Dalam kaitannya dengan penelitian ini variabel yang digunkan

    adalah:

    a. Variabel Bebas

    Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menetukan

    atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau

    unsur yang kedua itu disebut variabel terikat.13 Sedangkan pada

    variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah persepsi santri

    Al-Muhajirin.

    b. Variabel Terikat

    Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau

    muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel

    bebas, atau munculnya variabel ini adalah karena adanya

    11 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta:

    PT Raja Grafindo Persada, 1999),Cet Ke-2, h. 135 12 Ali Mauludi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islm dan Sosial ( Jakarta: PT Prima Heza

    Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 30 13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Gajah Mada University Press), h. 56

  • variabel bebas tertentu dan bukan karena variabel lain.14 Pada

    penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah pondok

    pesantren Al-Muhajirin.

    Gambar 1.1

    Variabel Penelitian

    X Y

    r

    4. Indikator dan Operasional Penelitian

    A. Indikator variable penelitian ini sebagai berikut:

    I. Persepsi santri terhadap pondok pesantren

    a. Hilangnya kasih sayang orang tua

    1) Berpisah dengan kedua orang tua

    2) Perhatian kepada santri

    b. Hilangnya masa bermain anak

    1) Kegiatan extrakulikuler (pramuka, paskibra, dan PMR)

    2) Olah raga (senam, bela diri, sepak bola, basket, volley)

    3) Leadership (latihan kepemimpinan)

    4) Muhadloroh (latihan pidato)

    5) Kesenian (Qosidah, marawis, Qiroah)

    6) Keterampilan (menjahit, menyulam, tehnik, kaligrafi)

    14 Ibid, h. 57

    Persepsi santri terhadap pondok

    pesantren Al-Muhajirin

    Aktifitas dakwah di pondok pesantren

    Al-Muhajirin

  • c. Hilangnya kreatifitas anak

    1) Kepatuhan kepada peraturan pondok pesantren

    2) Kepatuhan kepada pengajar

    3) Kebebasan santri dalam menyikapi aturan pondok

    pesantren dan perintah pengajar

    4) Demokrasi dari para pengajar

    d. Masa depan yang suram lulusan pesantren

    1) Melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi

    2) Menjadi pemimpin

    II. Aktifitas belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin

    a. Kreadibilitas

    1) Menjaga nama baik pondok pesantren

    2) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan

    pendidikan di Depdiknas

    3) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan

    pendidikan di Depag

    4) Menciptakan santri yang berakhlakul karimah

    b. Kapabilitas

    1) Program kurikulum yang moderen

    2) Fasilitas yang moderen

    3) Pembudayaan bahasa asing

    4) Menciptakan santri yang mandiri

    5) Keterampilan yang diberikan untuk para santri

    6) Pemeliharaan fasilitas-fasilitas pondok pesantren

  • 7) Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit

    8) Menjalin ukhuwah Islamiyah

    9) Menumbuh kembangkan kepercayaan diri

    B. Operasional variable-variabel penelitian dengan menggunakan

    angket atau kuisioner, instrumennya adalah sebagai berikut:

    I Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin

    Apabila menjawab (Ya) Maka skornya (1)

    Apabila menjawab (Tidak) Maka skornya (0)

    Apabila menjawab (Sering) Maka skornya (3)

    Apabila menjawab (Kadang-kadang) Maka skornya (2)

    Apabila menjawab (Jarang) Maka skornya (1)

    II Pondok pesantren Al-Muhajirin ditinjau dari kreadibilitas dan

    kapabilitas

    Apabila menjawab (Sangat setuju) Maka skornya (4)

    Apabila menjawab (Abstain) Maka skornya (3)

    Apabila menjawab (Tidak setuju) Maka skornya (2)

    Apabila menjawab (Sangat tidak setuju) Maka skornya (1)

    5. Hipotesa Penelitian

    Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    hipotesis asosiatif. Yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah

    asosiatif, yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.15

    H0 : = 0, = Tidak ada hubungan antara persepsi santri terhadap

    aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin

    15 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 45

  • Ha : 0, = Ada hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas

    dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin

    6. Tempat dan Waktu Penelitian

    Pada penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah pondok

    pesantren Al-Muhajirin yang beralamat di Jl. Teluk Gong Kavling Blok.

    A.20 Rt. 07/13 Kelurahan Penjagalan, kecamatan penjaringan Jakarta

    utara. Sedangkan kurun waktu penelitian ini selama 6 bulan, di mulai

    sejak bulan November 2007 s/d Mei 2008.

    7. Tehnik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) instrument, adapun

    instrumennya dengan cara wawancara, kuisioner, dan dokumentasi.

    a. Wawancara

    Wawancara merupakan salah satu tehnik pengumpulan data

    dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara

    lisan terhadap responden.16 Tehnik ini dilakukan dengan cara

    wawancara ke pondok pesantren Al-Muhajirin secara lisan kepada:

    - Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah = 2 Orang

    - Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin = 1 Orang

    - Ustad dan Ustadzah Pondok Pesantren = 4 Orang

    b. Kuisioner

    Untuk memperoleh data yang komperhensip, peneliti

    menggunakan kuisoner yaitu susunan daftar pertanyaan yang

    diberikan atau dikirimkan kepada responden baik secara langsung

    16 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public relation dan komunikasi (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2003), h. 23

  • ataupun tidak langsung.17 Dengan kuisioner ini, peneliti menyiapkan

    daftar pertanyaan yang isinya berhubungan dengan penelitian.

    Kemudian kuisioner tersebut disebarkan kepada 66 responden,

    setelah responden selesai mengisi kuisioner selanjutnya kuisioner

    tersebut dikembalikan kepada peneliti.

    c. Dokumentasi

    Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian,

    seperti buku, majalah, surat kabar, foto, dan lain sebagainya. Tahnik

    ini digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui tehnik

    wawancara dan kuisioner.

    8. Tehnik Pengolahan Data

    Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik

    infrensial parametrik, yaitu menganalisis data intervala dan rasio yang

    diambil dari populasi yang berdistribusi normal.18 Artinya apa yang

    terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai

    skala interval.

    9. Metode Analisi Data

    a. Metode Kualitatif yaitu analisa berupa klasifikasi data dengan uraian

    kata- kata.

    b. Metode Kuantitatif yaitu analisa berupa angka yang didapat dari

    dokumen (data) atau kuisioner.

    c. Metode Korelasi yaitu mencari hubungkan (pengaruh) antara

    variabel-variabel

    17 Husaini usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet Ke-3, h. 60 18 Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza

    Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 4

  • 10. Tehnik Analisis Data

    Seluruh data yang penulis peroleh dari wawacara, kuisioner dan

    dokumenter diseleksi dan disusun setelah itu penulis melakukan

    klasifikasi data yaitu menggolongkan data berdasarkan katergori

    tertentu. Kemudian data diklasifikasikan lalu diadakan analisis data,

    dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif yang

    diolah menjadi data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dikumpulkan,

    dikelompokkan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan angka-angka

    atau berupa bilangan yang dalam hal ini jumlah responden. Hasil data

    yang telah dikumpulkan akan dilakukan uji hipotesa dan uji signifikan

    sebagai berikut:

    a. Uji Hipotesa

    Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:

    1) Uji dua pihak

    Digunakan bila hipotesis nol berbunyi sama dengan dan

    hipotesis alternative berbunyi tidak sama dengan (H0 = ; Ha).19

    2) Korelasi

    Korelasi adalah hubungan keeratan dua variabel atau lebih

    atau disebut dengan r-product moment atau disebut juga korelasi

    pearson.20 Kegunaannya untuk mengukur kuat tidaknya

    hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi antara X Y

    dengan rumus korelasi sederhana (r-product moment)

    19 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 138 (IBID)

    20 Ali Mauludi, Op Cit, h. 93

  • Rumus 1.1

    Korelasi Sederhana (r Product Moment)21

    ])(][)([

    ))((2222

    =yynxxn

    yxxynr

    Di mana: r : Korelasi antara X dan Y

    n : Jumlah Sampel

    b. Uji Signifikan

    Uji Signifikan adalah sebuah uji untuk mengetahui nyata dan

    tidak nyata , atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara

    dua variabel atau lebih.22 Uji signifikan ini berfungsi untuk

    menjeneralisasi populasi dengan menggunakan r-test dan t-test.

    1. r-test Grafik 1.1.

    Grafik r-test23

    Keterangan:

    a) Apabila r hitung > r tabel berarti menolak (H0), ada hubungan

    positif

    21 Ibid, h. 134 22 Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza

    Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 102 (IBID) 23 Ibid, h. 160

    Menolak H0 (ada hubungan)

    Menolak H0 (ada hubungan)

    - r tabel - r hitung

    Menerima H0 (Tidak ada hubungan)

    r hitung r tabel 0

  • b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada

    hubungan

    2. t-test

    Rumusnya adalah sebagai berikut:

    Rumus 1.2.

    t-test

    212

    rnrt =

    Adapun grafiknya sebagai berikut:

    Grafik 1.2.

    Grafik r-test

    Keterangan:

    a) Apabila t hitung > t tabel berarti menerima (H0), ada

    hubungan positif.

    b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada

    hubungan

    keterangan: n : Jumlah Sampel r : Koefesien Korelasi Product Moment

    Menolak H0 (ada hubungan)

    Menolak H0 (ada hubungan)

    - r tabel - r hitung

    Menerima H0 (Tidak ada hubungan)

    r hitung r tabel 0

  • 11. Tehnik Penulisan

    Adapun tekhnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini

    mengacu kepada buku pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,

    dan Disertasi) Cet ke-I. Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    2007

    E. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam

    lima bab. Dari masing-masing babnya terdapat sub-sub bab, adapun

    pembahasan tersebut ditulis secara sistematis sebagai berikut:

    BAB I Memuat pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang

    Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

    Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, serta

    Sistematika Penulisan.

    BAB II Tinjauan Teori yang meliputi; Persepsi, yang di dalamnya

    terdapat Pengertian persepsi, Persepsi menurut ilmu lainnya,

    Faktor persepsi, Proses terjadinya persepsi, Hukum-hukum

    persepsi, Objek persepsi, dan persepsi melalui alat indera.

    Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang Santri,

    yang di dalamnya terdapat Pengertian santri, Macam-macam

    santri, Perkembangan psikologis santri, Bimbingan santri,

    dan Bimbingan karir.

    BAB III Gambaran umum ponok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan

    Jakarta Utara, meliputi; Sejarah dan Latar Belakang, Letak

  • geografis, Visi dan Misi, Program belajar mengajar, serta

    Sarana dan prasarana.

    BAB IV Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin

    Penjaringan Jakarta Utara, meliputi; Gambaran persepsi

    santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin, yang di

    dalamnya membahas tentang Hilangnya kasih sayang anak,

    Hilangnya masa bermain anak, Hilangnya kretifitas anak, dan

    Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren.

    Kemudian dilanjutkan dengan Hubungan persepsi santri

    terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren.

    BAB V Penutup, yang meliputi; Kesimpulan dan Saran.

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Persepsi

    1. Pengertian Persepsi

    Pengertian persepsi secara etimologis berasal dari bahasa latin

    yaitu Perceptio dari Percipere yang artinya mengambil maksud, arti

    mengambil disini adalah menyimpulkn atau menafsirkan sesuatu hal. 24

    Sedangkan persepsi menurut kamus ilmiah popular adalah pengamatan

    terhadap sesuatu hal. Dapat disebut juga sebagai penyusunan dorongan-

    dorongan dalam kesatuan-kesatuan untuk memahami sesuatu hal. Dapat

    disebut juga hal untuk mengetahui, melalui alat indera, jadi persepsi

    adalah daya untuk memahami sesuatu hal.25

    2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya

    a. Persepsi menurut psikologi komunikasi adalah pengalaman tentang

    objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

    menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.26

    b. Persepsi dalam konsep psikologi umum merupakan suatu proses

    yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan prose

    diterimanya stimuli oleh individu melalui alat indera atau juga

    disebut proses sensoris.27

    24 Alex shobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Press, 2002), Cet Ke-1, h.445 25 M. Dahlan AL-Barry, kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.591 26 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

    h.51 27 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 88

  • c. Persepsi dalam perspektif Islam adalah proses penginderaan data-

    data lalu dilakukan suatu pengembangan data-data, sehingga dapat

    menyadari apa yang ada disekelilingnya termasuk sadar mengenai

    dirinya sendiri.28

    3. Faktor Persepsi

    a. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

    1) Objek yang dipersepsi

    Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera

    atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

    mempersepsi, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu

    yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

    yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus

    dating dari luar individu.

    2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

    Alat indera atu reseptor merupakan alat untuk menerima

    stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai

    alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

    susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat

    untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

    3) Perhatian

    Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi

    diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama

    sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

    28 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

    Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet Ke-1, h.88

  • Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh

    aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau

    sekumpulan objek.29

    b. Faktor fungsional yang menentukan persepsi

    Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa

    lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor-

    faktor personal.

    Faktro-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim

    disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of Reference) yang

    mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang

    diterimanya. Menurut Mc. David dan Hariri yang dikutip oleh

    Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi

    Komunikasi menjelaskan bahwa, para psikologi menganggap konsep

    kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi

    spiritual dari peristiwa yang dialami.30

    c. Faktor structural yang menentukan persepsi

    Faktro-faktor struktural berasa dari sifat stimuli fisik dan efek-

    efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu.

    Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat

    menjelaskan bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya

    sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu

    menghimpunnya.

    29 Bimo Walgito, Op Cit, h. 90 30 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),

    h.58

  • 4. Proses Terjadinya Persepsi

    Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alt indera

    atau reseptor. Perlu diemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu

    berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu.

    Misalnya, dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai

    kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

    Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealamian

    atau proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh

    syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis,

    kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga

    individu menyadari apa yang dilihat, atau apa didengar, atau apa yang

    diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini

    merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakn persepsi yang

    sebenarnya. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai

    langkah persiapan dalam persepsi, hal tersebut dapat dikemukakan

    dalam gambar sebagai berikut:

    Gambar 2. 1

    Skema Persepsi Adanya Perhatian31

    31 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 91

    Sp

  • St = Stimulus (faktor luar)

    Fi = Faktor interen (factor dalam, termasuk perhatian)

    Sp = Struktur pribadi individu

    Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima

    bermacam-macam stimulus yang dating dari lingkungannya, tetapi tidak

    semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Sebagai

    akibat dari stumulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu

    menyadari dan memebrikan respon sebagai reaksi terhdap stimulus

    tersebut, adapun skemanya sebagai berikut:

    Gambar 2.2

    Skema Reaksi Individu Terhadap Stimulus

    L S O R L

    L = Lingkungan

    S = Stimulus

    O = Organisme atau individu

    R = Respon atau reaksi

    Teori lain yang melihat kaitan antara lingkungan atau stimulus

    dengan respon organisme atau individu yang tidak berperan dalam

    memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya.

    Gambar 2.3

    Skema Individu Yang Tidak Berperan Memberikan Stimulus

    L S R L

    L = Lingkungan

    S = Stimulus

    R = Respon atau reaksi

  • 5. Hukum-hukum Persepsi

    a) Hukum Pragnaz

    Pragnanz berarti penting, meaningsful penuh arti atau berarti.

    Jadi apa yang dipersepsi itu menurut hokum ini adalah penuh arti,

    suatu kebulatan yang mempunyai arti penuh.

    b) Hukum Figur-Ground

    Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam

    perceptual field, yaitu figure yang merupakan bagian yang dominant

    dan merupakan focus perhatian, dan ground yang melatarbelakangi

    atau melengkapi. Antara figure dan ground dapat pindah atau bertukar

    peran satu dengan yang lainnya, yaitu semua ground dapat menjadi

    figure.

    c) Hukum Kedekatan

    Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus saling berdekatan

    satu dengan yang lainnya, akan adany kecenderungan untuk diperepsi

    sebgaia suatu keseluruhan atau gestalt.

    d) Hukum Kesamaan (similitary)

    Hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama

    mempunyai kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan

    atau sebagai suatu gestalt.

    e) Hukum Kontinutas

    Hukum ini menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai

    kontinutas satu dengan yang lainnya, akan terlihat dari ground dan

    akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan

  • f) Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (closure)

    Dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempresepsi

    sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap, sehingga menjadi

    sesuatu yang penuh arti atau berarti.

    6. Objek Persepsi

    Objek persepsi bisa dibedakan atas objek yang manusia dan

    nonmanusia, objek persepsi yang berwujud manusia disebut person

    perception, seperti perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada

    orang yang mempersepsi. Sedangkan objek yang nonmanusia, hal ini

    sering disebut sebagai things perception. Persamaan dari kedua objek

    tersebut yaitu, apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang

    terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lainnya

    7. Persepsi melalui Alat Indera

    a. Indera Penglihatan

    Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan

    persepsi, seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata

    bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempresepsi apa

    yang dilihatnya. Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian

    yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf

    sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang

    dilihat.32

    b. Indera Pendengaran

    Stimulus berwujud bunyi yang merupakan getaran udar atau

    getaran medium lain, sebagai respons dari stimulus itu orang dapat

    32 Ibid, h. 118

  • mendengarnya. Seperti halnya dalam penglihatan, dalam pendengaran

    individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu

    respon terhadap stimulus tersebut. Jika individu dapat menyadari apa

    yang didengar, maka dalam hal ini individu dapat mempersepsi apa

    yang didengar dan terjadilah suatu pengamatan atau persepsi.

    c. Indera Pencium

    Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium

    yaitu hidung, sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung

    sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat

    khemis atau gas yang dapat menguap dan mengenai alat-alat penerima

    yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke

    otak.33

    d. Indera Pengecap

    Indera pengecap terdapat di lidah, stimulusnya merupakan benda

    cair. Zat cair tersebut mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada

    lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak

    hingga akhirnya orang menyadari atau mempersepsi tentang apa yang

    dicecapnya itu. Mengenai rasa, ada 4 (empat) macam rasa pokok.

    Yaitu rasa:

    1) Pahit 2) Manis

    3) Asin 4) Asam

    33 Ibid, h. 126

  • Masing-masing rasa ini mempunyai daerah penerima rasa

    sendiri-sendiri pada lidah, sedangkan rasa-rasa lain merupakan

    campuran dari rasa-rasa pokok ini.34

    e. Indera Kulit

    Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan

    temperature. Tatapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-

    rasa ini, dan pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat menerima

    stimulus-stimulus tertentu. Dalam hal tekanan atau rabaan, stimulus

    langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau tekanan. Stimulus

    ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak, keras, halus dan kasar.

    Stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat bersifat

    khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya

    stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini

    menimbulkan rasa sakit.35

    B. Santri

    1. Pengertian Santri

    Menurut Nurchalish Madjid ada dua pendapat tentang santri.

    Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari

    perkataan cantrik, sebuah kata yang berasal dari bahasa sansekerta

    yang artinya melek huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa

    perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata

    cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti kemana gurunya pergi

    34 Ibid, h. 128 35 Ibid, h. 129

  • menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu

    keahlian.36 Dari sini dapat diasumsikan bahwa menjadi santri berarti juga

    menjadi tahu tentang agama, atau paling tidak seorang santri itu bisa

    membaca Al-Quran yang dengan sendirinya membawa pada sikap yang

    lebih serius dalam memandang agamanya.

    Disisi lain Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa, santri dalam

    bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau

    seorang sarjana Kitab Suci agama Hindu.37

    Sedangkan dalam penelitiannya, Clifford Geertz berpendapat

    bahwa kata santri mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas dan

    umum santri adalah bagian penduduk Jawa yang memeluk Islam secara

    benar-benar, bersembahyang, pergi ke masjid, dan berbagi aktivitas

    lainnya.38

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian santri

    adalah mereka yang berasal dari pondok pesantren, atau mereka yang

    taat menjalankan ajaran agama Islam.

    2. Macam-macam Santri

    Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang

    merupakan unsure pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen

    lainnya yang ada di pondok pesantren, biasanya santri terdiri dari dua

    kelompok, yaitu:

    36 Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:

    Paramadina, 1997), Cet Ke-1, h. 19-20 37 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyayi,

    (Jakarta: LP3ES, 1994), Cet Ke-6, h. 18 38 Clifford Geertz, Abangan, Santri, priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Dunia

    Pustaka jaya, 1983) Cet ke-2, h. 268

  • a. Santri Mukim

    Santri Mukim adalah santri yang menetap, tinggal bersama

    Kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang Kyai. Dapat juga

    secara langsyng sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung

    jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah

    lama menetap dalam pondok pesantren secara tidak langsung

    bertindak sebagai wakil Kyai.

    Ada dua motof seorang santri menetap sebagai santri mukim:

    1. Motif menurut ilmu artinya santri itu dating dengan maksud

    menuntut ilmu dari kyainya.

    2. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar

    secara tidak langsung agar santri tersebut setelag di pondok

    pesantren kan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak

    Kyainya. 39

    b. Santri kalong

    Santri Kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah di

    sekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam

    pondok pesantren, atau mereka pulang ke rumah masing-masing

    setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren..40

    Santri mukim dengan kyayi atau pimpinan pondok pesantren

    serta anggota lainnya biasanya tinggal dalam suatu lingkungan

    39 M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2003),

    h. 23 40 Nurchalish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet

    Ke-1, h.157

  • tersendiri yang disebut pondok, disinilah Kyayi dan santrinya

    bertempat tinggal.41

    3. Perkembangan Psikologis Santri

    a. Pembentukan Konsep Diri

    Remaja adalah masa transisi dari priode anak ke dewasa.

    Dewasa adalah keadaan berupa sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu

    pada seseorang. Menurut G.W. Allport yang dikutip oleh Sarlito

    dalam bukunya Psikologi Remaja, cirri-ciri psikologi itu adalah

    sebagai berikut:

    1) Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan

    seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian

    dari dirinya sendiri juga.

    2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif ditandai

    dengan kemapuan untuk mempunyai wawasan tentang diri

    sendiri dan kemampuan untuk menangkap humortermasuk yang

    menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.

    3) Memiliki falsafah hidup tertentu. Ia tahu kedudukannya dalam

    masyarakat, ia paham bagaimana harusnya bertingkah laku dalam

    kedudukan tersebut, dan ia berusaha mencari jalannya sendiri

    menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri42.

    41 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),

    Cet Ke-1, h. 47 42 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo

    Persada, 2007) h. 72

  • b. Perkembangan Intelegensi

    Hampir semua orang tua di Indonesia mengharapkan anaknya

    pandai di sekolah. Mereka yang mampu, menginginkan anaknya

    menjadi sarjana. Seakan-akan dengan modal kepandaian, seseorang

    dijamin akan berhasil dalam hidupnya.

    Menurut David Wechsler yang dikutip oleh Sarlito

    menefinisikan inteligensi sebagai keeluruhan kemampuan individu

    untuk berfikir dan bertindak secara terarah mengolah dan

    menguasai lingkungan secara efektif 43. Jadi intelegensi memang

    mengandung unsur fikiran atau rasio. Semakin banyak unsure rasio

    yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku,

    semakin berintelegensi tingkah laku tersebut.

    Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ, pada orang dewasa

    IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang

    terdiri dari berbagai soal dan menghitung berapa banyak pertanyaan

    yang dapat dijawab dengan benar. Akan tetapi, cara menghitung IQ

    pada anak-anak adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan

    pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu. Jumlah

    pekerjaan yang dapat dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan

    membuat daftar untuk mengetahui usia mental anak.

    c. Perkembangan Moral dan Religi

    Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting

    dalam jiwa remaja. Sebagaian orang berpendapat bahwa, moral dan

    43 Ibid, h. 77

  • religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa

    ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau

    bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.

    Religi, yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan sesuatu zat

    yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral. Hal itu

    karena, dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai

    baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik

    sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah

    laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral. Hal lain

    yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata karma, dan

    norma-norma masyarakat lain.

    4. Bimbingan Santri

    a. Pengertian Bimbingan

    Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

    individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu

    tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan

    diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

    lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia

    dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memebrikan

    sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya44.

    b. Tujuan Bimbingan

    Secara umum dan luas program bimbingan dilaksanakan

    dengan tujuan sebagai berikut:

    44 Mastuki HS, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004) Cet

    Ke-2, h. 124

  • 1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi

    2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan

    produktif dalam masyarakat

    3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan

    individu-individu yang lain

    4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan

    kemampuan yang dimilikinya45.

    c. Prinsip-prinsip Bimbingan

    Secara umum dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan

    di pondok pesantren perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai

    berikut:

    1) Bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku

    individu, maka perlu diingat, bahwa sikap dan tingkah laku

    seseorang adalah terbentuk dari segala kepribadian yang unik

    dan ruwet

    2) Perlu dikenal dan difahami perbedaan individual dari individu-

    individu yang akan dibimbing, sehingga dapat diberikan

    bimbingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu yang

    dibimbing

    3) Bimbingan adalah proses membentuk individu agar dapat

    menolong dirinya sendiri dalam mmecahkan masalah yang

    dihadapi

    45 Ibid, h. 129

  • 4) Bimbingan hendaknya berpusat pada diri individu yang

    dibimbing, bukan individu yang membimbing

    5) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di pondok pesantren

    harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu

    dan berwenang untuk menyelesaikannya

    6) Bimbingan harus sesuai dengan identifikasi kebutuhan-

    kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing

    7) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu

    dan masyarakat

    8) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan

    di pondok pesantren bersangkutan

    9) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seseorang

    yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup

    bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat

    mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar pondok

    pesantren

    10) Program bimbingan harus dinilai secara berkala untuk

    mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dan

    mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan

    rencana semula atau belum

    11) Program dan pelaksanaan bimbingan di pondok pesantren

    harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan tidak boleh ertentangan

    dengan ajaran Islam46

    46 Ibdi, h. 133

  • 5. Bimbingan Karir

    Bimbingan karir dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan

    terus menerus di dalam pemilihan dan penyesuaian pekerjaan dimulai

    dari pengetahuan tentang diri, perkembangan diri dan pemahaman dunia

    kerja. Disamping itu individu bisa mengetahui berbagai hambatan yang

    mungkin timbul dalam hal ini akan membawa individu ke dalam suatu

    keberhasilan47

    a. Unsur-unsur Bimbingan Karir

    Unsur-unsur penting bimbingan karir di pondok pesantren

    dapat dikemukakan sebagai berikut:

    1) Kegiatan bimbingan tidak dapat dilakukan secara sembarangan,

    melainkan membutuhkan tekhnik / metode tertentu

    2) Aktivitas bimbingan harus dilakukan atas dasar kesukarelaan

    pihak yang dibimbing dan pembimbing tidak dibenarkan

    memaksa kehendak untuk membimbing individu melainkan

    harus mecipatakan suasana agar individu menyadari bahwa

    dirinya membutuhkan bimbingan

    3) Bimbingan tidak hanya ditujukan pada individu yang bermasalah

    dalam hal karirnya, melainkan juga bagi semua individu agar

    dapat berkembang

    4) Pemilihan tekhnik atau pendekatan harus disesuaikan dengan

    karakteristik individu yang dibimbing. Disamping itu, layanan

    47 Ibid, h. 158

  • bimbingan juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing

    individu yang dibimbing.

    b. Manfaat Bimbingan Karir

    Adapun manfaat diterapkannya bimbingan karir antara lain48:

    1) Membantu para murid / santri memilih jurusan atau jenis

    pesantren lanjutan ataupun lapangan pekerjaan sesuai dengan

    bakat, minat, cita-cita dan cirri-ciri pribadi lainnya

    2) Membantu para murid memperoleh penyesuaian pribadi dan

    kemajuan dalam perkembangan secara optimal.

    48 Ibid, h. 161

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN

    PENJARINGAN JAKARTA UTARA

    A. Sejarah dan Latar Belakang

    Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Muhajirin bermula pada adanya

    penggusuran bagi warga Tanjung Wangi Kelurahan Pluit Jakarta Utara tahun

    1980, yang pemukimannya tersebut akan dijadikan industri pabrik. Kemudian

    warga Tanjung Wangi pindah ke daerah Teluk Gong, di wilayah ini masih

    berbentuk rawa. Kemudian Pemerintah daerah Jakarta Utara membuat rawa-

    rawa tersebut sebagai tempat pemukiman warga Tanjung Wangi yang baru, di

    setiap kepala keluarga mendapatkan satu Kavling.49 Dari masing-masing

    kavling tersebut, salah satu warga mendapatkan dua kavling. Satu kavling

    untuk rumah pribadi, satu kavlingnya lagi untuk mushola.

    Dikarenakan pada wilayah Teluk Gong ini belum terdapat masjid untuk

    warga melaksanakan sholat Jumat, maka salah satu warga tersebut berniat

    menjadikan musholanya sebagai masjid. Dikarenakan dalam pembuatan

    masjid dibutuhkan tanah yang luas, maka ditemukanlah daerah empang,

    sedangkan dari segi pembangunan mencari ke berbagai donatur. Dari

    pencarian donator tersebut ternyata menemukan kesulitan, akhirnya bersama

    warga yang lainnya berniat untuk bertemu dengan KH. Abdul Rouf Sy.H,

    yang mana beliau adalah seorang Imam besar di masjid Istiqlal Jakarta Pusat,

    dikarenakan beliau dekat dengan pejabat-pejabat. Guna untuk menemukan

    49 Umar, Pendiri Yayasan Perguruan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam

    (Jakarta, 19 February 2008)

  • beliau para warga harus dating sebelum sholat Subuh, dikarenakan beliau

    menjadi Imam pada waktu sholat Subuh.

    Dengan kedatangan warga ke masjid Istiqlal dan menjelaskan maksud

    kedatangannya, maka KH. Abdul Rouf Sy.H setuju dan siap membantu

    rencana para warga yang ingin membangun masjid di wilayah Teluk Gong.

    Untuk mendapatkan tanah dalam pembangunan masjid, maka Badan

    pelaksana lapangan (BPL) Pluit yang mengurus tanah di wilayah Teluk gong

    memberi persyaratan harus adanya Yayasan terlebih dahulu, karena ditakutkan

    jika didirikan atas nama perorangan akan dimiliki perorangan dan sifatnya

    individu. Maka harus atas nama Yayasan, dan tidak boleh atas nama Yayasan

    keluarga.

    Pada tahun 1981 terbentuklah Yayasan dengan nama Yayasan Perguruan

    Islamiyah yang diketuai oleh KH. Abdul Rouf Sy.H. Tepat pada tahun

    tersebut, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang diketuai oleh mantan

    Presiden H.M Soeharto memberikan bantuan kepada KH. Abdul rouf Sy.H

    dikarenakan Yayasan tersebut sedang berencana untuk membangun masjid di

    seluruh Indonesia, dan masjid di wilayah teluk Gong tersebutlah yang menjadi

    masjid percontohan atau masjid pertama di wilayah Indonesia. 50

    Untuk pembangunan pondok pesantren Al-Muhajirin dimulai pada

    peletakana batu pertama tahun 1990 oleh KH. Abdul Rouf Sy.H, beliau

    mendirikan pendidikan Islam Diniyah Awaliyah yang lokasinya bersebelahan

    dengan masjid. Kemudian beliau melanjutkan dengan mendirikan pendidikan

    Tsanawiyah dan Aliyah sampai dengan beliau wafat tahun 2005. Sebelum

    50 Agus Nalim, Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam (Jakarta, 18

    November 2008)

  • beliau wafat, beliau memberikan mandate kepada lima orang kepercayaan

    beliau untuk melanjutkan kepemimpinan di pondok pesantren Al-Muhajirin.

    Lima orang tersebut adalah KH. Saifur Rohman M.Sc sebagai Ketua Bidang

    Pendidikan Pondok Pesantren, Ust. Abdus Salam Wahab sebagai Ketua

    Bidang pendidikan Umum yang mengepalai pendidikan tsanawiyah dan

    Aliyah, Ust. Hadi Ali Bahresyi sebagai Ketua Bidang keuangan, Ust. Rono

    Rodiatan sebagai Ketua Bidang Peribadatan, dan terakhir Ust. Suherman

    sebagai Ketua Bidang Umum. Sejak tahun 2005, ke lima orang yang terpilih

    menggantikan KH. Abdul Rouf Sy.H mulai berfungsi sesuai jabatannya

    masing-masing.51

    B. Letak Geografis

    Wilayah Pondok Pesantren Al-Muhajirin beralamat di Jl. Teluk Gong

    Kavling Blok A.20 No.1 Rt.007/013 Kelurahan. Penjagalan Kecamatan.

    Penjaringa Jakarta Utara. Wilayah ini termasuk ke dalam kategori padat

    penduduk dan kumuh, wilayah ini juga merupakan wilayah yang rawan banjir.

    Karena berada di tengah-tengah antara pesisir kali Penjaringan yang sangat

    hitam, dan berdekatan dengan aliran kali dari pantai indah kapuk. Disekeliling

    wilayah pondok pesantern, terdapat bannyak pemukiman penduduk yang

    beragama Konghucu atau Chines. Wilayah pondok pesantren yang terletak di

    Teluk Gong Kavling ini besebrangan dengan tempat prostitusi yang bernama

    kali jodo, dimana di dalamnya terdapat para pekerja seks komersil yang

    memperjual belikan tubuhnya untuk kepuasan para lelaki hidung belang.

    51 KH. Saifur Rohman M.Sc, Ketua Bidang Pendidikan Pondok Pesantren, Wawancara

    Mendalam (Jakarta, 20 Februari 2008)

  • Selain menjadi tempat prostitusi, tempat ini juga sering dijadikan sebagai

    tempat perjudian dan tempat transaksi obat-obat terlarang.

    Luas bangunan pondok pesantren Al-Muhajirin Rt.001/013 sekitar

    1.642 M, dengan perincian panjang luas wilayah ini adalah 1.240 meter, dan

    dengan lebar 402 meter. Sedangkan batas-batas bangunan pondok adalah

    sebagai berikut:

    Sebelah Utara Lt.1 terdapat rumah Kiyayi, dan ruang kelas 1 dan 2 Tsanawiyah, Lt.2 terdapat ruang kantor Tsanawiyah dan Aliyah, ruang

    kelas 3 Tsanawiyah, dan berbatasan dengan pemukiman warga

    Sebelah Timur Lt.3 terdapat kamar santri putri, tempat jemur santri putri, bangunan baru dibangun untuk local kelas, Lt.2 terdapat WC santri putri,

    ruang kelas 1 dan 3 Aliyah, ruang kelas 1 sampai dengan 3 Ibtidaiyah, Lt.1

    terdapat dapur santri, ruang kelas 2 Aliyah, ruang kelas 4 sampai dengan 6

    Ibtidaiyah, koperasi dan wartel pondok pesantren, dan berbatasan dengan

    pemukiman warga

    Sebelah Selatan terdapat lapangan olah raga, lapangan upacar bendera, gerbang utama, dan berbatasan dengan pemukiman warga

    Sebelah Barat Lt.3 terdapat tempat jemur santri putra, Lt.2 terdapat masjid pondok, kamar santri putra, Lt.2 terdapat aula serba guna, ruang kelas 1

    sampai dengan 4 Diniyah, ruang kelas TK, dan berbatasan dengan

    pemukiman warga52

    52 Ust. Ahmad Dzulfaqor AR S.Pd.I, Ustad Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Wawancara

    Pribadi (Jakarta, 20 Februari 2008)

  • C. Visi dan Misi

    Visi pondok pesantren Al-Muhajirin adalah Terwujudnya generasi

    muda Islam yang berkualitas dan berakhlakul karimah. Sedangkan Misi

    pondok pesantren adalah:

    1. Menyelenggarakan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan

    kualitas siwa

    2. Melenggarakan proses pembelajaran bahasa Arab / Inggris, sehingga

    mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab / Inggris dalam kehidupan

    sehari-hari

    3. Meningkatkan kualitas akademik dan non akademik

    4. Mengadakan pembinaan akhlak, agar perilaku siswa sesuai dengan

    akhlakul karimah

    D. Program Belajar Mengajar

    Program belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin berbeda

    dengan program belajar mengajar di Tsanawiayah dan Aliyah mengikuti

    program dari Dep. Diknas, sedangkan untuk program pondok pesantren

    sendiri mengikuti program dari Mesir yaitu pondok pesantren Hadroul Maut di

    Yaman. Dari segi penerapan kelas pengajian bukan ari tingkat pendidikan

    formal, tetapi tergantung pada kemampuan santrinya msing-masing. Jika

    santri tersebut belum dapat memahami dasar-dasar bahasa Arab, kitab kuning

    dan lain sebagainya maka ia masuk ke kelas persiapan meskipun ia di kelas

    formal sudah ditingkat Aliyah. Sebaliknya jika santri tersebut sudah dapat

    memahami dasar-dasar dari bahasa Arab atau kitab kuning, maka ia bisa

    langsung masuk ke kelas di atas tingkata kelas persiapan. Dalam pembagian

  • kelas tersebut terdapat lima tingkatan kelas, yaitu kelas persiapan untuk

    pemula, kelas 1 sampai dengan kelas 3 atau akhir dari kelas pengajian di

    pondok pesantren.

    E. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan

    Jakarta Utara sebagai berikut:

    1. Sarana dan prasarana Ibadah sebagai berikut:

    a. Masjid : 1 Unit

    b. Kantor Masjid : 1 Unit

    2. Sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:

    a. Tsanawiyah : 3 Unit

    b. Aliyah : 3 Unit

    c. Madrasah Ibtidaiyah : 6 Unit

    d. TPA : 4 Unit

    e. TK : 1 Unit

    3. Sarana dan prasarana keamanan sebagai berikut:

    a. Pos Siskamling : 1 Unit

    4. Sarana dan prasarana olah raga sebagai berikut:

    a. Lapangan Olah Raga : 1 Unit

    b. Tenis Meja : 1 Unit

    5. Sarana dan prasarana kesejahteraan santri dan ustad sebagai berikut:

    a. Aula serba guna : 1 Unit

    b. Kantor secretariat : 1 Unit

  • c. Dapur : 1 Unit

    d. WC Santri Putri : 8 Unit

    e. WC Santri Putra : 8 Unit

    f. WC Tamu : 3 Unit

    g. Koperas : 1 Unit

    h. Wartel : 1 Unit

    i. Kamar Santri putri : 2 Unit

    j. Tempat jemur santri putri : 1 Unit

    k. Kamar Santri Putra : 3 Unit

    l. Tempat jemur santri putra : 1 Unit

    m. Kamar Ustad : 1 Unit

    n. Kamar Ustadzah : 1 Unit

    o. Rumah Ustad : 3 Unit

  • BAB IV

    PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN

    ALMUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

    A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin

    Dari hasil penelitian atas beberapa masalah yang peneliti temukan di

    dalam kehidupan pondok pesantren, hanya 4 (empat) masalah yang dibatasi

    dan erat kaitannya dengan persepsi santri. Adapun ke empat masalah tersebut

    yaitu: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3)

    Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok

    pesantren.

    1. Hilangnya Kasih Sayang Anak

    Bagi anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih

    tinggi lagi, para orang tua murid biasanya langsung memasukkan anak

    mereka ke sekolah yang lebih tinggi lagi, seperti: ke sekolah-sekolah

    negeri bahkan sampai ke sekolah unggulan, yang kebanyakan tidak begitu

    mementingkan siapa dan dari agama apa pemilik sekolah tersebut. Karena

    kebanyakan dari para orang tua menginginkan anak-anknya untuk

    mendapatkan materi pelajaran yang berbobot dari sekolah-sekolah

    unggulan atau negeri tersebut, nama sekolah yang makin popular dimata

    umum membuat para orang tua percaya pada sekolah tersebut untuk

    anaknya dididik.

  • Sedangkan pada sekolah-sekolah Islam umumnya dan khususnya

    pada pondok pesantren kebanyakan orang tua ingin memasukkan anaknya

    ke sekolah tersebut, dikarenakan para orang tua masih menganggap bahwa

    sekolah-sekolah Islam khususnya pondok pesantren menggunakan

    kurikulum yang masih kuno. Para orang tua hanya menganggap pondok

    pesantren sebagai persinggahan terakhir untuk anaknya yang tidak

    diterima oleh sekolah negeri atau sekolah unggulan, bahkan ada yang

    menganggap pondok pesantren hanya sebagai tempat rehabilitasi bagi

    anak nakal.

    Hal ini dapat terjadi karena para orang tua menganggap bahwa

    dengan anak yang diserahkan ke pondok pesantren, maka terpisahlah

    mereka dengan kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkannya.

    Sedangkan pada usia anak yang relatif sangat muda masih membutuhkan

    kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Selain

    kasih sayang dan perhatian dari orang tua, dengan anak di masukkan ke

    pondok pesantren anak akan merasa pondok pesantren sebagai tempat

    yang menyeramkan . Dengan suasan yang asing, tidak ada orang tua,

    kakak, adik, apalagi teman atau sahabat yang bisa dijadikan tempat untuk

    bermain serta berbagi dalam suka dan duka.

    Tujuan untama didirikannya pondok pesantren adalah unuk

    mencetak Kiyayi dan alim ulama yang dapat menjadi pemimpin dan

    panutan di masyarakat, sehingga kurikulum yang diberlakukan oleh

    pondok pesantren tidak hanya ditetapkan oleh Diknas tetapi kurikulum

    yang ditetapkan oleh Depag. Bahkan ditambah dengan mempelajari kitab-

  • kitab kuning (salafiyah) yang merupakan ilmu penjabaran dari

    pelaksanaan Al-Qur'an dan Al-Hadits, baik dalam bentuk teoritis maupun

    praktis. Sehingga dapat dikatakan bahwa pondok pesantren adalah sekolah

    plus, yang tidak hanya bertujuan membentuk orang yang pintar namun

    jauh lebih dari itu adalah menjadi orang yang baik.

    Di dalam struktur pondok pesantren terdapat Kiyayi atau pengasuh

    pondok pesantren sebagai penanggung jawab serta pemimpin yang

    mengelola strategi pengajaran dan seluruh tata tertib yang diterapkan di

    pondok pesantren, selain pengasuh juga terdapat ustad dan ustadzah yang

    bertugas sebagai pengajar dan pelaksana dari strategi pengajaran yang

    sudah diatur oleh pengasuh pondok, selain itu para ustad dan ustazah juga

    ditugaskan untuk mendidik para santri dan santriwatinya, hingga menjadi

    santri yang berakhlak baik, serta soleh dan soleha. Setelah pengasuh

    kemudian ustad dan ustadzah, di pondok pesantren juga ada banyak sekali

    para santri dan santriwatinya. Bagi anak yang sudah lama masuk pondok,

    maka mereka yang menjadi kakak kelasnya. Sedangkan bagi anak yang

    baru masuk pondok, merekalah yang menjadi adik kelasnya. Sehingga

    pondok pesantren merupakan keluarga besar yang justru lebih lengkap dan

    lebih dinamis bila dibandingkan dengan sebuah keluarga kecil. Bagi orang

    tua yang ingin melepas rindu pada anaknya yang masuk ke pondok

    pesantren. Pondok pesantren memberikan kebebasan yang seluas-luasnya

    bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya, asalkan tidak mengganggu

    proses belajar mengajar di lingkungan pondok pesantren. Dengan

  • demikian tidak ada alasan bahwa kasih sayang pada anak akan hilang

    hanya karena anaknya dididik di pondok pesantren.

    Oleh karena itu kasih sayang yang dapat dirasakan oleh si anak di

    dalam pondok pesantren tidaklah perlu di khawatirkan, karena kasih

    sayang dan peran orang tua masih tetap ada walaupun si anak jauh dari

    orang tua kandungnya, dan kasih sayang serta peran orang tua dapat

    digantikan oleh orang tua yang ada di pondok pesantren seperti: Pengasuh

    pondok pesantren, Ustad dan Ustadzahnya.

    2. Hilangnya Masa Bermain Anak

    Kurikulum pendidikan pondok pesantren memang tidak terbatas

    hanya melaksanakan kurikulum yang diterapkan oleh Diknas dan Depag,

    namun ada lagi kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren yang

    bersangkutan. Mengingat padatnya jam belajar di lingkungan pondok

    pesantren dapat menyebabkan waktu bermaian anak menjadi sangat

    berkurang bahkan bisa hilang sama sekali, masa bermain anak yang hilang

    dengan padatnya jam belajar tersebut bisa membuat anak bosan untuk

    belajar atau tinggal di pondok pesantren.

    Di pondok pesantren selain diajarkan mengaji kitab kuning, tadarus

    Al-Quran dan lainnya yang bersifat agamis, di pondok pesantren juga

    diajarkan bermacam-macam kesenian seperti kaligrafi, menyulam,

    marching band, kosidah bagi santri putri, marawis bagi santri putra,

    Qiroah, dan muhadloroh (latihan ceramah). Selain kesenian di pondok

    pesantren juga diajarkan berbagai macam olah raga seperti silat, sepak

  • bola, senam, basket, volley, dan gerak jalan. Kegiatan-kegiatan seperti ini

    bisa menjadi pengganti bagi aktivitas bermaian anak, yang mana mereka

    bisa memilih kegiatan yang diminati. Dari bermacam-macam kegiatan

    kesenian dan oleh raga tersebut tidak semua santri harus memilih yang

    sama, dikarenakan kuota personil anggota yang dibutuhkan harus sesuai

    dengan kegiatannya masing-masing.

    Oleh karenanya kekhawatiran akan masa bermain anak bisa

    berkurang atau hilang sewaktu mereka masuk ke pondok pesantren

    tidaklah perlu dihiraukan, karena pihak pondok pesantrenpun tidak

    melupakan kewajiban mereka untuk menjadikan anak yang pintar, baik

    dan berakhlak mulia. Yang berbeda dengan anak-anak yang sekolah di luar

    pondok pesantren dengan anak yang mukim, hanya pada permainan dan

    waktunya saja.

    3. Hilangnya Kretifitas Anak

    Kepatuhan kepada pengajar adalah hal yang mutlak dilakukan oleh

    setiap santri, mengingat budaya hidup dilingkungan pondok pesantren

    yang dimana para santri harus taat dengan seluruh aturan pondok

    pesantren termasuk di dalamnya patuh terhadap norma-norma agama dan

    para pengajar atau ustad dan ustadzahnya. Sehingga para santri merasa

    tabu apabila melanggar norma dan tidak patuh kepada para pengajar

    tersebut, sebagai akibatnya para santri tidak memiliki keberanian untuk

    melakukan protes yang dapat menyebabkan kurangnya atau hilangnya

  • suatu kreatifitas yang sangat diperlukan sesuai pertumbuhan dan

    perkembangan seorang anak.

    Tidak seperti pada sekolah-sekolah lainnya selain pondok pesantren,

    peraturan dan kepatuhan kepada para pengajar hanya ditemukan pada

    waktu si anak sekolah saja. Sehingga di luar jam sekolah anak bisa lebih

    berkreasi tanpa harus mengenal rasa takut atau harus patuh pada para

    pengajarnya. Kebebasan yang dimiliki oleh anak di sekolah umum untuk

    berkreasi, merupakan faktor pendukung akan pertumbuhan dan

    perkembangan yang dimilikinya, perbandingan seperti inilah yang

    membuat si anak enggan untuk sekolah di pondok pesantren dan lebih

    memilih untuk sekolah di sekolah umum atau Negeri.

    Pada pondok pesantren selain harus patuh adan taat pada para

    pengajar, juga terdapat bimbingan yang memiliki misi untuk membantu

    semua santri agar santri-santrinya dapat mengembangkan potensi yang

    dimilikinya secara optimal, bimbingan seperti latihan-latihan dan

    pengajian yang rutin di lakukan oleh para santri dapat membuat mereka

    bisa mengenal dirinya dan dapat mengarahkan diri serta bertindak wajar

    sesuai dengan tuntutan dan keadaan di lingkungannya.

    Di pondok pesantren terdapat beberapa macam bimbingan selain

    bimbingan agama, diantaranya aktifitas bermain anak di pondok pesantren

    bisa dijadikan bimbingan guna untuk melatih keterampilan dan kretifitas

    santri. Seperti latihan Kepemimpinan, latihan Qosidah, latihan marawis,

    latihan pidato atau muhadloroh, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut

    dapat ditampilkan pada saat ada lomba-lomba yang diadakan oleh pihak

  • luar pondok pesantren, dan pada saat malam apresiasi santri yang biasa di

    lakukan setiap tiga semester atau yang biasa di sebut dengan malam

    perpisahan kelas tiga aliyah yang sudah lulus dari pondok pesantren.

    Hal ini terbukti dari hasil angket yang tersebar untuk 66 responden,

    adapun kategori bimbingan yang dipilih.53 Dari hasil kategori bentuk

    latihan, yang paling banyak diminati oleh para santri baik santri laki-laki

    maupun perempuan adalah latihan kepemimpinan dan muhadloroh.

    Sedangkan untuk latihan kesenian seperti latihan Qosidah, marawis,

    Qiroah, dan latihan menari. Untuk latihan keterampilannya seperti latihan

    menjahit, menyulam, dan kaligrafi. Pada latihan-latihan tersebut yang

    biasanya dilombakan atau ditampilkan pada malam perpisahan atau malam

    apresiasi santri adalah Ceramah (Muhadloroh), Qosidah, Marawis,

    Qiroah, dan Kaligrafi.

    Dari sekian banyak bimbingan dan pelatihan yang bisa mengasah

    keterampilan para santri, tidaklah membuat kreatifitas anak menjadi hilang

    bila mereka di masukkan dalam pondok pesantren. Justru semakin terlihat

    potensi yang dimiliki oleh masing-masing indinvidu.

    4. Masa Depan Yang Suram Lulusan Pondok Pesantren

    Pada umumnya lulusan pondok pesantren tidak mempunyai

    kepercayaan diri yang optimal untuk melamar disuatu perusahaan swasta

    apa lagi sebagai PNS (pegawai negeri sipil), dikarenakan selama ini

    53 Tabel 4.1, Kategori Bimbingan Santri Untuk Melihat Bimbingan Yang Diminati,

    Lamp. 7

  • pondok pesantren jarang yang memperhatikan kemana saja para

    alumninya setelah lulus dari pondok pesantren, bidang pekerjaan apa yang

    digeluti, dan sejauh mana mereka beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.

    Sementara untuk tampil sebagai juru dakwah juga belum merasa siap

    berkiprah di masyarakat, sehingga lulusan pesantren banyak yang menjadi

    pengangguran. Oleh karena itu para lulusan pondok pesantren tidak dapat

    diterima bekerja dan tidak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.

    Akibatnya dapat membuat anak yang telah lulus dari pondok pesantren

    tidak begitu siap menghadapi segala kehidupan dan tantangan yang ada di

    luar pondok pesantren.

    Di dalam pondok pesantren selain bimbingan yang biasa dilakukan

    untuk melatih kretifitas santrinya, juga ada bimbingan karir. Guna untuk

    mengasah lebih dalam lagi potensi yang dimiliki para santri, terutama bagi

    santri yang sebentar lagi lulus dari pondok pesantren. Agar sewaktu

    mereka di luar pondok telah menguasai potensi yang dimilikinya, tidak

    hanya dalam bidang agam, melainkan pada keterampilan dan bidang yang

    lain. Sehingga mereka siap menghadapi tantangan dari kehidupan yang

    dilewatinya.

    Dan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau pondok

    pesantren, bahwa telah banyaknya lulusan pondok pesantren khusunya

    pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara yang

    melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan telah

    banyak yang menjadi orang-orang berhasil. Dan untuk segi izajah di

    pondok pesantren tidaklah perlu diragukan, karena ijazah pondok

  • pesantren sudah sangat dihargai oleh pihak atau instansi manapun dan

    lulusan pondok pesantren sebenarnya sudah sangat siap untuk menghadapi

    segala tantangan yang ada di luar dan cobaan kehidupan yang mereka

    hadapi.

    Dari hasil penelitian terhadap persepsi santri yang digambarkan melalui

    perubahan image negatif menjadi image positif akan pondok pesantren yang

    berurutan mulai dari kasih sayang orang tua yang hilang, masa bermain anak yang

    hilang, kreatifitas anak yang hilang, sampai pada masa depan yang suram bagi

    lulusan pondok pesantren dapatlah dibuktikan dengan banyaknya santri yang

    bertahan masuk ke pondok pesantren selama 6 tahun atau sampai mereka lulus

    dari pesantren walaupun kuota santri yang masuk masih lebih sedikit

    dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum atau negeri lainnya. Hal ini tidak

    terbukti dari hanya jumlah santri yang bertahan masik selama mereka sekolah di

    pesantren, tetapi juag dapat dibuktikan dari banyaknya para santri yang berprestasi

    dan sudah menjadi alumni yang berhasil di kalangan masyarakatnya.

    B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah di Pondok

    Pesantren

    Untuk mengetahui hubungan persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di

    pondok pesantren Al-Muhajirin Pejaringan Jakarta Utara, yaitu pengumpulan

    data dari sumber primer dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner

    sebanyak 66 responden. Yang diambil dari santri yang bermukim di pondok

    pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara, adapun data-data

    responden sebagai berikut:

  • 1. Jenis Kelamin

    Dari jenis kelamin santri, perbandingan antara laki-laki dan

    perempuan tidak terlalu jauh. Responden perempuan sebesar 43 % ( 29

    responden), dan responden laki-laki sebesar 57 % ( 37 responden)

    2. Asal Daerah

    Asal daerah para santri yang menjadi responden sangatlah berfariasi,

    diantaranya yang berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 25 % ( 15

    responden), yang berasal dari daerah Sumatera sebanyak 30 % ( 26

    Responden), yang berasal dari daerah Banten sebanyak 25 % ( 15

    responden), dan yang berasal dari daerah lainnya sebanyak 20 % ( 10

    responden).

    3. Tingkat Kelas Pengajian

    Responden yang masuk ke kelas persiapan sebanyak 25 % ( 17

    responden), kelas I sebanyak 26 % ( 18 responden), kelas II sebanyak 43

    % ( 26 responden), kelas III sebanyak 6 % ( 5 responden).

    Dari data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisa uji Hipotesis

    dengan menggunakan rumus Product Moment dengan responden sebanyak 66

    Orang.

    a. Uji Hipotesis

    Tabel 4.2

    Persepsi Santri dan Aktifitas Dakwah

    No Res

    Persepsi Santri ( X )

    Aktifitas Dakwah ( Y ) X 2 Y 2 X Y

    1 26 47 676 2209 1222 2 24 49 576 2401 1176 3 23 46 529 2116 1058

  • 4 24 50 576 2500 1200 5 27 49 729 2401 1323 6 23 41 529 1681 943 7 20 50 400 2500 1000 8 18 46 324 2116 828 9 26 44 676 1936 1144 10 22 43 484 1849 946 11 28 50 784 2500 1400 12 27 48 729 2304 1296 13 24 45 576 2025 1080 14 26 40 676 1600 1040 15 25 42 625 1769 1050 16 22 46 484 2116 1012 17 26 43 676 1849 1118 18 24 47 576 2209 1128 19 22 45 484 2025 990 20 22 53 484 2809 1166 21 27 50 729 2500 1350 22 25 52 625 2704 1300 23 26 46 676 2116 1196 24 25 40 625 1600 1000 25 22 43 484 1849 946 26 26 41 676 1681 1066 27 26 40 676 1600 1040 28 24 47 576 2209 1128 29 24 45 576 2025 1080 30 24 44 576 1936 1056 31 20 45 400 2025 900 32 26 43 676 1849 1118 33 24 47 576 2209 1128 34 23 49 529 2401 1127 35 23 51 529 2601 1173 36 28 48 784 2304 1344 37 25 40 625 1600 1000 38 21 43 441 1849 903 39 21 44 441 1936 924 40 26 50 676 2500 1300 41 24 48 576 2304 1152 42 25 50 625 2500 1250 43 26 51 676 2601 1326 44 21 49 441 2401 1029 45 23 42 529 1764 966 46 24 43 576 1849 1032 47 24 44 576 1936 1056 48 23 49 529 2401 1127 49 25 45 625 2025 1125 50 27 43 729 1849 1161 51 25 44 625 1936 1100 52 22 42 484 1764 924 53 25 50 625 2500 1250

  • 54 23 49 529 2401 1127 55 27 45 729 2025 1215 56 28 42 784 1764 1176 57 25 49 625 2401 1225 58 26 50 676 2500 1300 59 20 41 729 1681 820 60 30 42 900 1764 1260 61 26 43 676 1849 1118 62 26 50 676 2500 1300 63 27 49 729 2401 1323 64 24 45 576 2025 1080 65 25 50 625 2500 1250 66 27 44 729 1936 1188

    Total 1613 3031 40088 139986 74079

    Dari hasil table 4.1 kemudian