Upload
phungduong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERSEPSI KEADILAN ATAS KOMPENSASI LANGSUNG BESERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NON AKADEMIK
(KEPALA BAGIAN)
DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
EDIMAN SAGALA
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
Abstract
Compensation is a reward granted by a company to its employees. Based on
theories about compensation, fairness is a main aspect as it is the core of
compensation. Compensation fairness consists of three types, which are internal,
external, and individual. This study aims to discuss the views from employees
toward equality of compensation that they receive and how the compensation
fairness can affect their performance. This qualitative study was conducted using
interview technique. The interviews were conducted with seven heads of divisions
at Satya Wacana Christian University, Salatiga. This research shows that internal
consideration is the major priority for the employees where they want equal
reward for the same job. The result of this study also indicate that the perception
of compensation fairness may affect work performance.
Key words: Compensation, fairness, performance
Pendahuluan
Keadilan merupakan prinsip penting dalam pemberian kompensasi.
Suhartini (2005) mengatakan keadilan merupakan jantungnya kompensasi.
Pernyataan ini cukup jelas menggambarkan betapa pentingnya sebuah perusahaan
mendesain kompensasi secara adil. Keadilan dalam pemberian kompensasi ini
juga penting karena pendekatan sebuah perusahaan terhadap keadilan sama
pentingnya dengan program pembayaran sebenarnya yang diterapkan (Romanoff,
Boehm, Benson, 1986).
2
Kompensasi merupakan balas jasa perusahaan kepada karyawan atas
kinerja yang diberikan bagi perusahaan. Lazimnya, kompensasi yang diterima dari
tempat mereka bekerja merupakan satu-satunya sumber penghasilan yang akan
digunakan para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga
kompensasi harus didesain untuk mengganjar pekerja secara memadai. Adams
mengatakan teori keadilan menunjukkan persepsi karyawan terhadap kontribusi
mereka pada organisasi, apa yang mereka dapatkan sebagai imbalan, dan
bagaimana rasio kontribusi mereka dibandingkan dengan orang lain di dalam dan
di luar organisasi menentukan seberapa adil mereka memandang hubungan kerja
mereka (Gerhart, Minkoff, Olsen, 1995). Dengan begitu, keadilan minimal yang
dinilai pekerja adalah kesesuaian antara input kerja yang mereka berikan dengan
gaji yang mereka terima. Namun, para karyawan juga mengharapkan adanya
keadilan dan keterbukaan dari sebuah sistem kompensasi, sehingga apa yang
mereka terima secara individual sebanding dengan apa yang diterima dengan
rekan-rekan sekerjanya. Dalam sebuah pekerjaan yang dilakukan beberapa orang
ataupun dalam tim, karyawan akan memiliki persepsi terhadap keadilan
kompensasi yang positif apabila rasio input dan output seimbang, dengan
demikian akan memiliki kepuasan kerja yang bagus. Rivai (2005) menuliskan
teori equity atau keadilan ini memiliki tiga elemen, yaitu: (1) input, (2) outcomes,
dan (3) comparison persons. Dari ketiga elemen tersebut diharapkan nantinya
kompensasi yang diberikan kepada karyawan harus berdasarkan input dan output
masing-masing karyawan atau berdasarkan pencapaian masing-masing. Akan
tetapi selain memperhatikan rasio input untuk menetapakan output, perusahaan
3
juga harus mempertimbangakan seperti golongan jabatan, lama bekerja,
pengalaman atau knowledge dan hal lain yang bisa digunakan perusahaan sebagai
pertimbangan dalam pemberian kompensasi. Apabila imbalan yang diterima
karyawan dipersepsikan tidak seimbang di mana mereka mempersepsikan terlalu
besar atau terlalu kecil, maka karyawan akan memiliki persepsi keadilan
kompensasi yang negatif, sehingga bisa mengalami distres atau ketidakpuasan
(Rahayu, 2012).
Keadilan individual merupakan masalah paling dominan dalam teori
keadilan. Pernyataan ini diangkat oleh sebuah studi yang dilakukan pada tahun
1972 oleh Nash (lihat Romanoff dkk, 1986) yang mengujinya dari tiga kondisi
yaitu, karyawan dibayar lebih sedikit daripada karyawan di organisasi lain, pada
organisasi yang sama, dan pekerjaan berbeda di perusahaan yang sama. Dari hasil
studi tersebut, 78 persen responden akan marah jika mereka dibayarkan lebih
sedikit untuk pekerjaan serupa pada perusahaan yang sama. Hasil ini cukup
membuktikan betapa petingnya keadilan individual dalam sebuah perusahaan.
Akan tetapi dalam penelitian kali ini, penulis tidak hanya berfokus pada keadilan
individual saja, tetapi juga akan meneliti persepsi keadilan secara eksternal dan
internal.
Sudah ada beberapa penelitian terkait sebelumnya yang dilakukan di
Indonesia. Misalnya yang dilakukan oleh Rahayu (2012) dalam menguji
hubungan persepsi keadilan kompensasi terhadap komitmen organisasional
melalui kepuasan kerja di PT. PG Rajawali 1 unit 1 Krebet baru Bululawang,
Cahya di PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. Ardini (2013) mengaitkan
4
hubungan antara keadilan kompensasi terhadap kepuasan kerja pada karyawan PT
Agus Jaya di Mojokerto, dan Ariyanto (2002) menguji dampak keadilan atas
kompensasi dengan kepuasan kerja, motivasi kerja, dan komitmen organisasi.
Mereka hampir tidak meneliti bagaimana proses keadilan kompensasi ini
mempengaruhi kinerja. Karena itu dalam penelitian ini, penulis tertarik meneliti
bagaimana keadilan kompensasi itu berdampak langsung pada kinerja karyawan
melalui proses yang dirasakan seorang karyawan. Karena ketidakpuasan terhadap
kompensasi akan berdampak pada menurunnya daya tarik pekerjaan dan
menurunnya daya tarik pekerjaan ini akan mengakibatkan perputaran karyawan,
ketidakpuasan terhadap pekerjaan dan meningkatnya absensi. Selanjutnya Lawler
mengatakan ketidakpuasan terhadap pekerjaan ini, pada akhirnya akan berakibat
pada timbulnya stres karyawan (Suhartini 2005). Jadi, sudah seharusnya
perusahaan melakukan sebuah desain yang membuat karyawan di dalamnya
merasa dihargai, dalam konteks penelitian ini adalah diperlakukan adil satu
dengan yang lain.
Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik melakukan penelitian
terkait keadilan kompensasi yang diberikan kepada pegawai non akademik
(Kepala Bagian) di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa
Tengah. Pemilihan Kepala Bagian di UKSW ini sendiri karena sebagai pegawai
mereka melayani semua mahasiswa di UKSW, sehingga selain Dosen, tentunya
mereka bertanggung jawab atas kelangsungan UKSW dan perlu mendapatkan
perhatian terkait kompensasi, dalam penelitian ini merasa diperlakukan adil.
Persoalan penelitian
5
Berdasarkan uraian di atas, maka persoalan yang diangkat dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana persepsi para pegawai non akademik di UKSW terhadap
keadilan kompenasasi yang diberikan secara internal, eksternal dan
individu.
2. Bagaimana pegawai di UKSW mempersepsi dampak keadilan kompensasi
pada kinerja mereka.
Manfaat dari penelitian ini bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam
melakukan desain kompensasi pada UKSW maupun universitas lainnya. Bahkan
perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
Landasan Teori
Keadilan Kompensasi
J. Stacy Adams dalam tulisannya Equity Theory Towards a General
Theory of Social Interaction menunjukkan bahwa perlakuan tidak adil secara
langsung mempengaruhi kinerja dan perilaku karyawan (Romanoff dkk, 1986).
Keadilan kompensasi terjadi ketika gaji setara dengan nilai pekerjaan yang
dilakukan. Di sisi lain ketidakadilan terjadi ketika nilai pekerjaan yang dilakukan
tidak sesuai dengan kompensasi yang diterima sehingga pemberian kompensasi
harus berdasar atas asas adil dan layak. “Asas adil yaitu, besarnya kompensasi
yang dibayarkan pada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja,
6
jenis pekerjaan, resiko pekerjaan,tanggung jawab dan jabatan pekerja. Asas layak
yaitu, kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada
tingkat normatif yang ideal,” (Hasibuan, 1994 h. 138). Berdasar atas asas layak,
penetapan besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimum regional
yang dibuat pemerintah. Prinsip adil dan layak, harus mendapat perhatian dengan
baik, supaya balas jasa yang akan diberikan dapat merangsang gairah kerja dan
kepuasan kerja karyawan (Cahyadi, 2007).
Keadilan kompensasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu keadilan internal,
keadilan eksternal, dan keadilan individu (Suhartini, 2005; Simamora, 2004;
Amos, Ristow, Pearse, 2008). Berdasarkan jenis keadilan kompensasi tersebut,
berikut penjelasan masing-masing tipe keadilan.
Keadilan internal
Keadilan internal ini berkaitan atas nilai relatif atas masing-masing jabatan
dalam sebuah organisasi. Apakah nilai dalam jabatan tersebut sebanding dengan
apa yang diterima pegawai lain dalam jabatan berbeda, ini bisa diukur dengan cara
analisis jabatan (Amos dkk , 2010). Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, di
dalamnya pasti ada level jabatan secara hierarki yang tentunya memiliki tingkat
tanggung jawab yang berbeda atas kelangsungan organisasi tersebut, sehingga
kompensasinya juga harus dibedakan untuk menjamin keadilan. Selain
membedakan posisi jabatan, dalam keadilan internal in tentu juga diharapkan
sebuah perusahaan tidak membataskan pria dan wanita kedalam kompensasi
(Suhartini, 2005). Dalam kontens keadilan internal ini adalah bagaimana
perusahaan atau organisasi memberikan imbalan kepada pegawainya yang
7
memiliki jabatan berbeda secara hierarki tanpa membedakan jenis kelamin
kedalam kompensasi maupun hal lainnya, sehingga kompensasi diberikan
berdasarkan pekerjaan dan besaran tanggung jawab..
Keadilan eksternal
Keadilan eksternal ini berkaitan antara upah yang pantas di dalam
organisasi dengan upah yang berlaku di pasar tenaga kerja untuk pekerjaan yang
serupa (Simamora, 2004). Bagi pegawai, mereka dapat membandingkan diri
mereka terhadap pegawai yang berada di tempat lain, atau menggunakan UMK
atau UMR sebagai pertimbagan awal. Kemudian Suhartini (2005) mengatakan
keadilan eksternal merupakan posisi kompensasi yang diberikan oleh organisasi
terhadap karyawan dibanding kompensasi yang diberikan oleh perusahaan lain,
tentunya penilaian ini untuk karyawan dengan suatu pekerjaan yang bernilai sama.
Dari pandangan tersebut, Perbandingan keadilan eksternal adalah membandingkan
kompensasi dalam suatu organisasi tempat seseorang bekerja dengan pegawai lain
di tempat yang berbeda, sehingga dapat dilihat persamaan atau perbedaan
kompensasi di tempat yang berbeda.
Kebijakan dalam memperhatikan keadilan eksternal ini akan berpengaruh
pada jangka panjang (Simamora, 2004). Jika secara eksternal pegawai merasa
tidak diperlakukan adil bisa jadi pegawai yang ada saat ini akan mencari keadilan
dengan cara mencari tempat kerja yang baru, tentunya hal ini akan berdampak
buruk pada perusahaan apabila para karyawan terbaik mereka pergi. Selain
mempertahankan karyawan yang ada, Keadilan eksternal ini juga diharapkan
8
mampu menarik pegawai yang memiliki kompentensi yang bagus untuk bisa
bergabung.
Menurut Romanoff dkk (1986) keadilan eksternal ini menjelaskan tentang
upah yang berlaku dipasar tenaga kerja. Ada beberapa pertimbangan dalam
memperhatikan keadilan eksternal ini yaitu di antaranya, lokasi, ukuran
organisasi, tingkat pendidikan dan pengalaman tenaga kerja. Dalam
membandingkan besaran penerimaan kompensasi, seorang pegawai seharusnya
menyesuaikan dengan beberapa faktor tersebut. Hal ini berarti tidak semua jenis
jabatan yang sama harus menerima besaran kompensasi yang sama.
Keadilan individual
Keadilan individual berkaitan dengan perasaan pegawai terhadap rasa adil
seorang karyawan di mana input yang diberikan pada perusahaan dibayar sesuai
dengan sebagaimana mestinya. Setelah perusahaan melakukan analisis jabatan dan
survey pasar tenaga kerja untuk menetapkan upah, berikutnya adalah memberikan
perbedaan berdasarkan kemampuan, lama bekerja, pengalaman dan kinerja (Amos
dkk, 2008).
Untuk mewujudkan keadilan individual, karyawan harus bisa
membandingkan rasio input dan output dengan pegawai lain, karena penilaian ini
didasarkan pada perbandingan rasio rekan kerja yang tentunya setara, sehingga
jika karyawan tersebut menilai rasio antara dirinya dan rekan kerjanya setara
maka keadilan individual ini bisa terwujud (Suhartini, 2005). Dengan kata lain
keadilan individual terjadi ketika perusahaan membayar individu yang berada
dalam pekerjaan yang serupa secara setara, namun dibedakan atas dasar variasi
9
dalam kinerja individu seperti yang disebutkan sebelumnya. Misalnya, Berkinerja
sangat baik akan menerima kompensasi lebih dari pegawai rata-rata lainnya
(Romanoff dkk, 1986). Sedangkan ketidakadilan secara individual terjadi ketika
karyawan merasa rasio antara kompensasi yang diterimanya dengan input yang
dimilikinya tidak sama (setara) dengan rasio kompensasi yang diterima dengan
input yang dimiliki dari karyawan lainnya. Dalam pembahasan ini adalah
bagaimana organisasi dapat membayar pegawainya sama untuk posisi yang sama,
namun dibedakan sesuai kinerja pegawai itu sendiri.
Dampak Persepsi Keadilan Kompensasi Terhadap Kinerja
Mangkunegara menuliskan bahwa kinerja berasal dari kata job
performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya Melati (2011). Kemudian Hariandja
(2002) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh
pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai peranannya dalam
organisasi. Maka secara garis besar bisa dikatakan jika kinerja merupakan hasil
kerja seseorang atas tugas atau pekerjaannya.
Sebagai dugaan awal sementara dari penulis adalah persepsi keadilan
kompensasi ini akan mempengaruhi kinerja melalui perasaan puas dan
meningkatnya motivasi kerja yang kemudian berdampak positif pada kinerja.
Rasa adil yang dipersepsi setiap karyawan akan membuat karyawan atau dalam
10
penelitian ini Kepala Bagian di UKSW akan membuat mereka memilki komitmen
dalam organisasi (menurunnya tingkat intensitas turnover), akan tetapi untuk lebih
pastinya hal ini perlu diuji lebih dalam lagi.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Selain itu, semua data yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
ini menggunakan teknik observasi, wawancara. Tahap pertama, penulis meminta
ijin pada manajer pegawai atau disebut Kepala Biro. Kedua, penulis membuat
janji dengan setiap pegawai untuk bisa melakukan wawancara, baik secara
langsung maupun lewat telpon. Namun dalam pelaksanaanya, terkadang janji
yang sudah dibuat harus dirubah lagi karena kepadatan kerja pegawai, dan
beberapa wawancara dilakukan dengan pegawai sambil bekerja. Ketiga, tahap
wawancara, adanya aksi tanya jawab antara penulis dengan pegawai tentang
persoalan dalam penelitian ini. Pertanyaan diajukan sesuai daftar pertanyaan atau
panduan wawancara yang sudah dibuat sebelumnya. Dengan demikian, laporan-
laporan penelitian ini berisi kutipan yang berasal dari naskah wawancara. Metode
ini dipilih karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
11
responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi (Moleong, 2005).
Penelitian dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
Orang yang diwawancarai adalah Kepala Bagian setiap biro yang ada di Gedung
Administrasi Pusat (GAP). Pemilihan karyawan GAP sebagai narasumber, karena
karyawawan GAP merupakan bagian penting dalam berjalannya UKSW, mereka
mengurus semua kegiatan mahasiswa UKSW. Jadi selain dosen, karyawan ini
harus mendapatkan perhatian yang setara terkait keadilan dalam kompensasi.
Data yang diperoleh adalah hasil dari wawancara langsung pada para
pegawai Universitas Kristen Satya Wacana yang kemudian diolah untuk menjadi
sebuah laporan yang sistematis. Berikut ini daftar pegawai yang menjadi sumber
informan.
Tabel 1. Daftar pegawai yang diwawancarai.
Pegawai Pendidikan terakhir Lama bekerja (Tahun)
A - 29
B S1 14
C SMA 29
D S2 7
E SMA 29
F SMA 20
G D3 8
Sumber: data primer diolah, 2014.
12
Hasil Penelitian
Pada bagian ini disajikan hasil analisis data penelitian. Agar sistematis, maka
data hasil penelitian tersebut disajikan dan diuraikan satu persatu disesuaikan
dengan fokus penelitian.
Gambaran Umum Penggajian di UKSW
Penggajian di UKSW diberikan 2 kali dalam sebulan yaitu pada tanggal 1
dan tunjangan tengah bulan tanggal 15. Besaran gaji diberikan berdasarkan
golongan dan jabatan. Untuk golongan ditentukan dari pendidikan terakhir dan
lama bekerja. Komponen gaji sendiri terbagi dari gaji pokok, tunjangan
perumahan, tunjangan kesehatan, tunjangan keluarga (maksimal 2 anak),
tunjangan lama bekerja. Gaji pada tanggal 1 dikenakan potongan untuk premi
pensiun dan jamkesmas, sedangkan untuk tanggal 15 gaji diberikan penuh.
Selain gaji rutin yang diterima tersebut, para pegawai juga mendapatkan
empat kali tunjangan dalam setahun. Tunjangan tersebut di antaranya tunjangan
Paskah, tunjangan Pendidikan, tunjangan September dan tunjangan Natal.
Keempat tunjangan tersebut diberikan sebesar 1 kali gaji. Namun tunjangan ini
disesuaikan dengan kondisi UKSW, artinya jika kondisi keuangan UKSW
memungkinkan, maka tunjangan ini diberikan. Akan tetapi jika tidak, maka akan
ada kebijakan baru yaitu diberikan setengah atau tidak sama sekali.
13
Persepsi Keadilan Kompensasi di UKSW
Secara umum para pegawai menilai kompensasi yang diberikan UKSW
sudah adil. Persepsi adil ini dapat dilihat dari beberapa alasan yang penulis
dapatkan dari pegawai yang menganggap kompensasi yang mereka terima sudah
adil. Pertama, karena kebijakan yang berlaku diterima. Yaitu, dengan pemberian
gaji di UKSW berdasarkan golongan yang ditentukan dari pendidikan terakhir dan
lama bekerja. Kedua, setiap jabatan yang sama juga memiliki tanggung jawab
yang sama besarnya, sehingga tunjangan yang diterima juga di nilai setara.
Kebijakan tersebut menjadikan pegawai merasa puas, di mana sebagai pegawai
mereka merasa dihargai. Ketiga, mereka melihat realitas kerja yang cukup padat
untuk pegawai yang berada di GAP. Pegawai yang berada di unit GAP berbeda
dengan yang ada di fakultas, karena pegawai yang berada di fakultas hanya
melayani mahasiswa fakultas mereka saja, sedangkan pegawai yang berada di
GAP mereka melayani semua mahasiswa. Akan tetapi beliau tidak berani menilai
perbedaan di pegawai di fakutas dan GAP berbeda, karena beliau tidak tahu pasti
tingkat kepadatan kerja di fakultas. Melihat kepadatan kerja di unit GAP, sudah
seharusnya mereka juga diperlakukan sama dalam hal kompensasi.
Untuk lebih jelasnya lagi penulis akan sajikan pendapat para pegawai
dalam mempersepsikan keadilan kompensasi di UKSW. Penyajiannya menurut
jenis–jenis keadilan.
14
Keadilan internal
Berdasarkan aspek keadilan internal di mana perbandingan input kerja dan
outcome dilakukan menurut tinggi atau rendahnya secara hierarki, pegawai
menilai kompensasi di UKSW sudah adil. Penilaian adil ini berdasarkan aturan
yang jelas, di mana untuk setiap jabatan yang bebeda, dengan tanggung jawab
yang berbeda, tunjangan jabatannya pun pasti berbeda. Sebagian besar dari para
pegawai menilai perbedaan itu berada dalam batas yang wajar.
Di samping jabatan sebagai dasar perhitungan, gaji terutama didasarkan
pada ruangan golongan yang dimiliki pegawai. Seorang pegawai dapat memilki
jabatan yang sama tetapi golongan berbeda. Dengan dasar perhitungan ini
(golongan) gaji pokoknya tidaklah sama, sehingga pertimbangan utama para
pegawai terkait keadilan internal ini adalah besar-kecilnya, atau perbedaan
tunjangan jabatan yang diterima untuk setiap pegawai dengan jabatan tertentu.
Menurut Pembantu Rektor II bagian Akutansi dan Keuangan, sebuah
posisi jabatan diberikan kepada pegawai yang memiliki kinerja baik, bukan
berdasarkan lama bekerja atau golongan. Itu artinya tidak menutup kemungkinan
gaji pokok staff yang sudah lama bekerja lebih besar dari pegawai seperti
Kasubag, Kabag maupun Manajer yang baru bekerja kemudian dipromosikan
karena kinerjanya yang baik. Terkait keadilan pegawai, berikut pendapat pegawai
F. “Kalau sekitar UKSW ya cukuplah syukur-syukur ada tambahan. Kalau untuk
di sini misalnya [dibandingkan dengan] manajer ya gak terlalu beda jauh kok”.
15
Menurut beliau manusia tidak akan ada puasnya, sehingga diberi berapapun kalau
tidak menyesuaikan diri akan tetao kurang, namun dalam hal kompensasi secara
internal menurut beliau sudah baik atau adil.
Menurut F pendapatan antara satu pimpinan dengan yang lain misal
Kasubag, Kabag, Manajer, memiliki perbedaan besaran tunjangan tetapi dalam
batas yang wajar. Selain menurut F, para pegawai lainnya pun berpendapat bahwa
perbedaan tunjangan jabatan yang ada masih adil.
Keadilan eksternal
Secara eksternal, para pegawai cenderung menilai gaji total yang mereka
terima relatif adil. Beberapa pegawai mengaku tidak mengetahui secara pasti
besaran gaji di luar UKSW, akan tetapi di UKSW apa yang mereka terima sudah
dirasa cukup dan puas, artinya kompensasi dari UKSW sudah cukup untuk
kehidupan mereka. Menurut A, jika UKSW membuka lowongan pekerjaan, sangat
banyak yang mendaftar. Itu artinya orang-orang menilai UKSW bagus, termasuk
penggajiannya.
Perasaan adil karena rasa puas para pegawai tidak lepas dari adanya
beberapa tunjangan kompensasi dan keuntungan yang ada. Pegawai C
menyebutkan, ada keuntungan yang diberikan UKSW yang tidak ada di tempat
lain untuk posisi yang sama seperti beliau. Keuntungan tersebut berupa potongan
biaya pendidikan anak yang akan melanjutkan keperguruan tinggi di UKSW.
Untuk pegawai golongan 2 diberikan potongan biaya sebesar 40%, sedangkan
untuk golongan 3 diberi potongan biaya sebesar 20%. Keuntungan tersebut
16
menurut C sangat membantu beliau untuk menyelesaikan pendidikan anaknya
hingga menjadi seorang sarjana.
Pegawai lainnya yaitu G berpendapat, “Untuk posisi yang setara di antara
perguruan tinggi di sekitar Salatiga, UKSW lebih besar dibanding STIE AMA
maupun STAIN. Namun, kalau dibandingkan perusahaan seperti perhotelan
memang tidak lebih baik. Mereka memiliki bonus lebih banyak,” katanya. Jika
dibanding terhadap beberapa perguruan tinggi yang beliau ketahui seperti di
Jakarta, Semarang dan Solo, penggajian UKSW memang masih lebih kecil.
Namun menurut beliau perbedaan tersebut masih berada dalam batas yang wajar
sesuai biaya hidup dan lokasi. Dari pendapat-pendapat tersebut bisa dilihat
sekalipun ada perbedaan dengan di luar UKSW. Namun perbedaan tersebut masih
dapat ditolerir, sesuai lokasi dan besar kecilnya organisasi dan sifatnya masih adil.
Keadilan individual
Secara individual, sebagian besar kepala bagian menilai kompensasi yang
mereka terima sudah adil. Apa yang mereka berikan dan apa yang mereka terima
dirasa sudah cukup seimbang. Seperti pendapat pegawai E berikut, ”Sudah cukup
ya, saya rasa adil. Apa yang saya kerjakan sama apa yang saya terima, ya saya
syukuri aja, saya gak ada rasa gimana-gimana”.
Menurut E, untuk penggajian di UKSW sudah bagus. Selama bekerja,
beliau merasa sudah menerima apa yang seharusnya beliau terima sesuai apa yang
telah dilakukan untuk UKSW. Adapun pendapat yang hampir serupa diungkapkan
oleh pegawai lainnya kecuali C dan D. Selain pegawai tersebut, pegawai lainnya
17
berpendapat kompensasi secara individual di UKSW sudah cukup bagus, dan
kompensasi secara individual di UKSW dianggap adil.
Terlepas dari penilaian adil oleh beberapa pegawai, ada juga pegawai yang
menilai kompensasi di UKSW tidak adil. ada tiga pandangan tentang
ketidakadilan dalam pemberian kompensasi di UKSW. Pertama, karena ketidak
penyetaraan pendidikan dan adanya janji dari UKSW yang tidak dipenuhi.
Menurut C untuk unit mereka apapun pendidikan terakhir mereka pendidikan
mereka disetarakan dengan pendidikan tertentu. Akan tetapi karena mereka butuh
pekerjaan, sehingga mereka terpaksa menerima pekerjaan tersebut. Kedua,
menurut D, sudah seharusnya pemberian gaji berdasarkan kinerja bukan lama
kerja. Dengan aturan seperti sekarang, yaitu pemberian kompensasi berdasarkan
lama bekerja, ada pegawai yang lulusan SMA maupun D3 yang memiliki gaji
lebih tinggi daripada mereka yang lulusan sarjana. Ketiga, khusus unit D, mereka
merasa berada dalam tekanan yang cukup besar. Tekanan tersebut seperti jam
masuk kerja yang berbeda dari unit lain. Di mana unit lain masuk kerja bisa
terlambat sedikit, di unit mereka harus tepat waktu. Tekanan lainya menurut D
adalah di unit lain pekerjaan bisa tarik-ulur, namun mereka bekerja dalam tekanan
yang tinggi, sehingga untuk antar pegawai susah untuk berkomunikasi. Selain itu,
jika terdapat kesalahan dalam laporan atau mendapati uang palsu, mereka harus
menggantinya dengan uang kantong sendiri. Dengan kata lain, di unit D jumlah
input atau pengorbanan yang mereka berikan lebih besar daripada unit lain.
Karena hal tersebut D menilai sudah seharusnya mereka diberikan kompensasi
yang berbeda dari rekan mereka yang berada di unit lain.
18
Dari pemaparan di atas, bisa dilihat pandangan pegawai yang menilai
adanya ketidakadilan terhadap kompensasi di UKSW. D berharap adanya suatu
perubahan terhadap pemberian kompensasi bagi para pegawai di UKSW.
Untuk melihat gambaran keseluruhan pendapat para pegawai terkait
keadilan kompensasi, penulis akan buat dalam bentuk tabel. Berikut ini hasil dari
keseluruhannya.
Tabel 2: Persepsi keadilan kompensasi para kepala bagian UKSW:
Pegawai Internal Eksternal Individu
A Adil Adil Adil
B Adil Adil Adil
C Adil Adil Tidak Adil
D Adil Tidak Adil Tidak adil
E Adil Adil Adil
F Adil Adil Adil
G Adil Adil Adil
Sumber: data primer diolah, 2014.
Jenis Keadilan yang diutamakan
Secara umum, semua pegawai menilai jika keadilan individual merupakan
penilaian utama terhadap keadilan kompensasi. Sebagai pegawai, mereka
mengharapkan pemberian kompensasi yang setara untuk posisi yang setara.
Karena di GAP adalah sentralisasi untuk melayani semua mahasiswa, berbeda
dari pegawai fakultas yang hanya melayani mahasiswa di fakultas tersebut.
19
Keadilan individual memang menjadi prioritas utama, namun keadilan secara
eksternal dan internal juga tetap harus diperhatikan. Selain untuk menjaga nama
baik UKSW, tentu hal tersebut supaya para pegawai tidak tergiur untuk bekerja
ditempat lain. Berikut pendapat pegawai A” Secara eksternal menurut saya juga
harus baik ya, kan untuk nama baik lembaga UKSW, tapi ya kalau untuk saya
sendiri ya individu, jadi apa yang saya dapat [harus] sesuai diantara teman-teman.
Persepsi Atas Dampak Keadilan Pada Kinerja
Secara keseluruhan, tujuh pegawai yang menjadi informan bagi penulis
meyakini ada dampak dari persepsi keadilan kompensasi terhadap kinerja. Jika
disimpulkan dari pendapat para pegawai, rasa adil dalam kompensasi berdampak
pada perasaan puas. Rasa puas tersebut menjadikan mereka lebih bersemangat
dalam bekerja dan termotivasi. Seperti yang diungkapkan oleh pegawai B. “Rasa
adil terhadap kompensasi berdampak pada semangat kerja”. Menurut B
kompensasi di UKSW memang cukup bagus. B menilai, keadilan kompensasi
menjadikan karyawan merasa puas yang berdampak pada motivasi untuk
memperbaiki kinerja menjadi lebih baik lagi. Sedangkan pegawai A mengatakan
keadilan kompensasi itu penting, karena antar pegawai mengetahui kompensasi
yang ada di UKSW. Pasti terjadi kekecewaan jika pegawai mengetahui pegawai
lain memiliki gaji berbeda untuk jabatan, golongan dan masa kerja yang sama
tanpa suatu hal yang jelas.
Secara pribadi, B merasa sudah bekerja dengan baik. Apabila kompensasi
diberi lebih lagi dalam cara yang berbeda, beliau yakin akan mampu bekerja lebih
20
baik lagi karena lebih termotivasi seperti reward untuk yang melebihi target. Hal
serupa juga diutarakan pegawai A, F, G. Terlepas saat ini di UKSW belum ada
penilaian kinerja untuk menentukan kompensasi. Namun, secara keseluruhan
sependapat, jika mereka sudah berkinerja dengan baik tidak lepas dari kompensasi
yang mereka terima dan mereka mempersepsikan bagus dan adil. Namun pegawai
E berpendapat bagaimanapun kompensasi UKSW, beliau tetap bekerja seperti
sekarang tanpa mau tahu berapa dan bagaimana karyawan lain dibayar. Di lain
pihak, pegawai D mengatakan dia bekerja baik karena tuntutan posisinya.
Menurut D, bekerja di bagian keuangan apabila terjadi laporan yang tidak balance
atau ada uang palsu, mereka harus mengganti dengan uang dari kantong mereka
sendiri, sehingga walaupun sudah bekerja dengan baik, beliau merasa tidak puas.
Dari pandangan di atas, disimpulkan 4 pegawai merasa puas dan berkinerja
baik. Kinerja mereka tidak lepas dari perlakuan adil yang mereka terima. 1
berpendapat akan terus bekerja sampai sekarang tanpa mau tahu bagaimana orang
lain menerima, sedangkan 2 pegawai lainnya bekerja karena tuntutan.
Dampak persepsi keadilan kompensasi lainnya adalah adanya komitmen
pegawai untuk bertahan. Pegawai D yang menilai kompensasi di UKSW tidak adil
menyatakan hanya menunggu waktu saja untuk beliau mencari tempat bekerja
yang lebih baik lagi, karena pasti semua orang ingin yang lebih baik. Sedangkan
para pegawai yang menilai kompensasi di UKSW sudah adil, baik secara internal,
eksternal dan individual, hanya satu yang berpendapat tidak tahu kedepannya,
melihat situasi dan kondisi. Untuk pegawai A, E, F, G berpendapat mereka akan
terus bekerja untuk UKSW. Hal ini menggambarkan bagaimana para pegawai
21
yang merasa diperlakukan adil akan memiliki komitmen yang tinggi, sedangkan
yang merasa tidak adil akan mencoba mencari tempat yang lebih baik bagi
mereka.
Usulan-usulan untuk Perbaikan Kompensasi
Terlepas dari rasa adil para pegawai mereka tetap memiliki harapan lain
dari UKSW. Usulan mereka beragam, akan tetapi sebagian besar 4 dari 7 kepala
bagian yaitu, B, D, F, G mengharapkan, agar wacana yang saat ini beredar di
UKSW seperti pemberian kompensasi untuk kinerja segera diberlakukan, karena
dengan aturan seperti itu setiap pegawai akan bekerja lebih baik. 2 pegawai yaitu
A dan E merasa netral, tidak terlalu memperdulikannya, akan tetapi jika
dilaksanakan tidak masalah karena untuk kebaikan UKSW. Satu pegawai lainnya
yaitu C sangat tidak setuju, karena jika aturan itu diberlakukan apa arti
pengabdian mereka selama belasan atau puluhan tahun selama ini. Selain
kebijakan baru tersebut beberapa pegawai mengharapkan adanya sertifikasi
pegawai, tambahan dana pensiunan, penyamaan golongan dan tunjangan risiko.
22
Tabel 3: Usulan Perbaikan Kompensasi
Pegawai Keinginan lain
A -
B Penilaian kinerja
C 1. Keseteraan pendidikan, menurut beliau sistem yang
sekarang sudah baik. Namun beliau mengharapkan
untuk unitnya pendidikan tidak disetarakan dengan
SD-SMP, mereka sangat mengharapkan
disesuaikan pendidikan akhir mereka sehingga
golongan mereka naik atu minimal dinaikan 1
golongan.
D 1. Kompensasi berdasarkan kinerja, bukan lama
bekerja
2. Tunjangan resiko
E Dana pensiunan yang lebih
F Penilaian kinerja
G 1. Sertifikasi pegawai
2. Penilaian kinerja
Sumber: data primer diolah, 2014.
Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dilihat kecocokan teori dan realitas. Persoalan
penelitian yang pertama adalah pandangan para pegawai UKSW terhadap
keadilan kompensasi di UKSW. Suhartini (2005) mengatakan, keadilan
23
merupakan jantungnya kompensasi, sehingga kompensasi yang adil sangat
penting bagi pegawai. Hal ini juga yang juga dirasakan oleh semua pegawai
UKSW yang penulis wawancarai. Mereka berpendapat keadilan dalam
kompensasi itu penting, sehingga dengan rasa adil, tidak ada rasa iri antar
pegawai, karena mereka mengetahui kenapa mereka dibayar sedemikian, dan
pegawai yang lain juga demikian.
Keadilan kompensasi sendiri terbagi atas tiga bagian, yaitu internal,
eksternal dan individual. Dari hasil penelitian terhadap para pegawai, mereka
menilai kompensasi di UKSW sudah adil. Dari penilaian rasa adil tersebut,
mereka menilai keadilan secara individual merupakan pertimbangan yang paling
utama, artinya mereka menginginkan imbalan setara untuk pekerjaan setara dalam
ruang lingkup UKSW. Keadilan ini hampir serupa dengan penelitian yang
dilakukan pada tahun 1972 oleh Nash (lihat Romanoff dkk 1986) di mana para
karyawan akan merasa marah ketika mereka menerima imbalan berbeda dalam
pekerjaan serupa maupun hampir serupa.
Terlepas dari pandangan adil para pegawai, mereka memiliki harapan
tersendiri terhadap UKSW, salah satunya adalah penerapan sistem pengajian
berdasarkan kinerja. Kekurangan UKSW dalam penerapan sistem kompensasi
adalah dalam pemberian kompensasi berdasarkan produktivitas atau kinerja.
Dengan sistem saat ini para pegawai hanya dibayar sesuai golongan dan lama
bekerja saja, tanpa ada pertimbangkan kinerja dan besaran pengorbanan individu
pegawai oleh pimpinan. Sedangkan menurut Handoko (2001) dalam pemberian
kompensasi, terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar
24
faktor-faktor tersebut terbagi tiga. Pertama, Faktor internal tentang kemampuan
perusahaan membayar. Kedua, faktor pribadi karyawan. Pertimbangan dalam
faktor ini adalah produktivitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan
pengalaman, jenis dan sifat pekerjaan. Ketiga, secara eksternal, terkait penawaran
dan permintaan kerja, biaya hidup, kebijakan pemerintah dan kondisi
perekonomian nasional. Sangat jelas dari beberapa faktor tersebut seharusnya
memang ada sebuah penghargaan khusus bagi yang berkinerja lebih baik untuk
menjaga keadilan dalam kompensasi.
Dalam penelitian ini, ada hasil temuan yang cukup asing dalam teori
kompensasi. Sistem penggajian di UKSW adalah berdasarkan golongan dan lama
bekerja, artinya tidak menutup kemungkinan pimpinan dibayar lebih rendah
daripada bawahannya karena faktor lama bekerja. Jika dilihat dalam teori
kompensasi seperti menurut Handoko (2001) jika atasan dibayar lebih rendah dari
bawahan, maka pengupahan tersebut tidak konsisten. Akan tetapi hal ini lah yang
berlaku di UKSW saat ini. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian bisa saja
dibayar lebih rendah dari staff yang ada hanya karena faktor lama bekerja, atau
bisa juga seorang Kepala Bagian dibayar lebih besar daripada Manajer, sehingga
meskipun para pegawai menilai kompensasi di UKSW adil, namun sistem di
UKSW tidak sesuai dengan struktur atau teori pemberian kompensasi. Jika
dicocokkan dengan teori kompensasi, seharusnya jabatan melekat pada individu,
sehingga jelas gaji pokok untuk setiap posisi jabatan, kemudian dibedakan sesuai
kinerja, sehingga sistem penggajian saat ini perlu dipertimbangkan lagi untuk
diperbaiki.
25
Persoalan kedua adalah dampak dari keadilan kompensasi bagi kinerja
para pegawai. Hasil penelitian ini menunjukan jika keadilan kompensasi
berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Kinerja itu sendiri didapat dari perasaan
puas yang membuat mereka termotivasi. Hal ini memang seperti penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Rahayu (2012) dan Ardini (2013) di mana keadilan
kompensasi mampu mampu memberikan rasa puas dalam bekerja. Dampak lain
terhadap keadilan kompensasi adalah komitmen mereka pada UKSW. Di mana
pegawai yang merasa diperlakukan adil akan memiliki komitmen yang tinggi
terhadap UKSW, seperti hasil penelitian yang menunjukan kompensasi yang adil
akan menumbuhkan rasa nyaman dan mampu meningkatkan komitmennya
(Retnaningsih, 2007). Sebaliknya yang merasa diperlakukan kurang adil akan
mencoba mencari tempat kerja yang lebih baik.
Kesimpulan
Hasil dari pembahasan tentang persepsi keadilan kompensasi para pegawai
non akademik (Kepala Bagian) UKSW dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara internal
Seluruh Kepala Bagian sudah menilai adil, penilian adil mereka
berdasarkan perbedaan tanggung jawab dan besaran tunjangan, dalam hal ini
seluruh Kepala Bagian menilai Selisih tunjangan jabatan antar jabatan seimbang.
26
2. Secara eksternal
Para Kepala Bagian menilai kompensasi di UKSW relatif Adil, walaupun
ada penilaian jika seharusnya untuk lembaga pendidikan sebesar UKSW bisa
memberi lebih, namun secara keseluruhan menilai apa yang mereka terima
dibanding di luar sudah cukup baik ataupun adil.
3. Secara individual
Secara keseluruhan para Kepala Bagian cenderung menilai adil, namun
dibalik penilaian adil tersebut ada beberapa penilaian terkait ketidak adilan dalam
hal kompensasi. Perasaan ketidak adilan yang muncul seperti adanya janji rotasi
posisi yang sampai saat ini belum diberlakukan, Penyetaraan Pendidikan,
penilianan pemberian kompensasi yang masih berdasarkan lama kerja, bukan
berdasarkan kinerja. Beberapa hal tersebut menjadikan beberapa pegawai merasa
diperlakukan tidak adil.
4. Secara keseluruhan, para pegawai mempersepsi bahwa kompensasi di UKSW
sudah relatif adil, baik secara umum maupun khusus pada aspek keadilan internal,
eksternal dan individual. Dari ketiga aspek keadilan tersebut, individual mendapat
prioritas paling utama, di mana pegawai mengharapkan kompensasi yang setara
antar individu untuk pekerjaan yang setara.
5. Para pegawai berpendapat ada kaitan antara persepsi keadilan kompensasi
terhadap kinerja. Dengan rasa adil yang mereka terima mereka merasa puas dan
termotivasi, dan dampak lainnya mereka memiliki komitmen yang tinggi di
UKSW. Sedangkan yang merasa tidak diperlakukan adil bekerja seperti dalam
tekanan dan akan mencoba mencari keadilan di tempat lain.
27
Implikasi Terapan
Untuk menjaga daya saing pegawai, sistem penggajian di UKSW perlu
dikaji ulang. Meskipun sebagian besar pegawai menilai kompensasi sekarang
sudah baik, namun jika dicocokan dengan teori yang ada, sistem sekarang kurang
adil secara model kompensasi. Saran saya buat UKSW adalah perlunya
menerapkan penggajian sesuai model kompensasi, yaitu gaji berdasarkan jabatan,
sehingga jelas batasan gaji pokok yang akan diterima pimpinan dan anggotanya.
Dengan demikian tidak terjadi lagi keadaan pimpinan digaji lebih rendah daripada
bawahannya.
Selain itu,saran saya adalah UKSW melakukan pemeringkatan deskripsi
pekerjaan. Artinya UKSW mengetahui unit mana yang lebih memerlukan
kemampuan lebih. Sehingga tunjangan yang diberikan pada Kepala bagian yang
hanya lulusan SMA berbeda dengan yang lulusan S1 maupun S2.
Keterbatasan penelitian:
Keterbatasan penulis dalam penelitian adalah kurangnya pemahaman dari
nara sumber, seperti pembanding untuk keadilan eksternal, sehingga sebagian
besar dari mereka hanya mengira–ira dan disesuaikan bagimana di UKSW dan
UMK Salatiga.
Referensi
Amos, T.L.,Adrian,R., liezel, R., & Noel, J.P. (2008). Human Resource
Management.Cape Town, South Afrika: Mercury Cresent.
Ardini, P.D. (2013). Hubungan Persepsi Keadilan Kompensasi Terhadap
28
Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT Agus Jaya di Mojokerto. Universitas
Negeri Malang: Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Ariyanto, W. (2002). Pengaruh Persepsi Rasa Keadilan Dalam Penerimaan
Kompensasi dan Promosi Jabatan Terhadap Kepuasan Kerja Tenaga
Penjualan pada PT. Asuransi Dharma Bangsa Cabang Semarang.
Universitas Katolik Soegijapranata: Skripsi. Tidak dipublikasikan
Cahyadi, W.A. (2007). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keadilan
Kompensasi Dengan Kepuasan Kerja Karyawan. PT. Enseval Putera
Megatrading Tbk. Cabang Semarang. Universitas Diponegoro: Skripsi.
Tidak dipublikasikan.
Gerhart, B., Minkoff, H. B., & Olsen, R. N. (1995). Employee compensation:
Theory, practice, and evidence (CAHRS Working Paper #95-04).
Handoko. (1998). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2.
Yokyakarta: BBPE.
Hariandja, M.T.E. (2002). Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta:
Grasindo.
Hasibuan, M.S.P. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Haji Masagung.
Melati, I.I. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai. Pada
Kementerian Keuangan Kantor Wilayah Jawa Tengah. Universitas
Diponegoro: Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Moleong, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rahayu, W. (2012). Persepsi Keadilan Kompensasi Terhadap Komitmen
Organisasi Melalui Kepuasan Kerja pada PT . PG Rajawali I Unit I Krebet
Baru Bululawang, Malang. Jurnal Manajemen Bisnis. Volume 2 No. 01.
Retnaningsih,S. (2007). Analisis Pengaruh Keadilan Kompensasi, Peran
Kepemimpinan, dan Kepuasan kerja Terhadap Komitmen Organisasi
Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Pada Sentral Pengolahan Pos
Semarang. Tesis: Tidak dipublikasikan.
Rivai, V. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Romanoff, K., Ken B., & Edward B. (1986). Pay Equity: Internal and
External Considerations. Compensation and Benefits Review, 18(3), 17-
26.
Simamora. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia.Jogjakarta: STIE YKPN.
Suhartini. (2005). Keadilan Dalam Pemberian Kompensasi. Jurnal Siasat Bisnis.
No. 4 Vol. 2 Hal 103-114. Jakarta.
29
LAMPIRAN
PERTANYAAN PANDUAN WAWANCARA
Daftar pertanyaan profil pegawai.
Nama :
Pendidikan terakhir :
Lama bekerja :
Daftar pertanyaan materi.
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kompenen gaji di UKSW?
2. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap keadilan atas kompensasi
baik secara individu, eksternal dan internal yang anda terima dari
UKSW?
3. Dari ketiga jenis keadilan tersebut, menurut Bapak/Ibu mana yang
lebih prioritas bagi anda?
4. Terlepas dari pandangan Bapak/Ibu (adil atau tidak) apa keinginan lain
anda terhadap UKSW terkait kompensasi?
5. Menurut anda, apakah persepsi Bapak/Ibu terhadap keadilan
kompensasi berdampak pada kinerja anda?
6. Jika tidak kenapa? Jika ya, bagaimana menurut Bapak/Ibu keadilan
kompensasi itu bisa mempengaruhi kinerja anda?