83
i PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR Oleh: SUPARDI 153 133 005 JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2017

PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

i

PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR

Oleh:

SUPARDI 153 133 005

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2017

Page 2: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

ii

PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI

PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi

persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial

Oleh:

SUPARDI NIM. 15.3.13.3.005

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2017

Page 3: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

i

PERSETUJUAN

Skripsi ini Supardi, NIM. 15.3.13.3.005 yang berjudul “PERSEPSI

JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA

PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” telah memenuhi

syarat dan disetujui untuk dimunaqasyahkan. Disetujui pada tanggal, Juli

2017.

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Kadri, M.Si Murdianto, M.Si NIP: 197310181998031002 NIP:197612312007011101

Page 4: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

ii

NOTA DINAS

Hal : Munaqasyah Skripsi

Mataram, Juli 2017

Kepada

Yth. Rektor UIN Mataram

di-

Mataram

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan

pembimbing dan pedoman penulisan skripsi, maka kami berpendapat bahwa

skripsi saudara :

Nama : Supardi

NIM : 15.3.13.3.005

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Program Studi : Pengembangan Masyarakat Islam

Judul :PERSEPSI JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA

KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN

SAKRA LOMBOK TIMUR.

Setelah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah

skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram.

Demikian atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Kadri, M.Si Murdianto, M.Si NIP: 197310181998031002 NIP:197612312007011101

Page 5: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

iii

SURAT PERNYATAAN KASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Supardi

NIM : 15.3.13.3.005

Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Institusi : Universitas Islam Negeri Mataram

Dengan ini menyatkann bahwa skripsi dengan judul “PERSEPSI

JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI

DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” ini

secara keseluruhan adalah hasil karya dari penulis sendiri, kecuali

pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Apabila dibelakang hari karya tulis ini tidak asli, penulis siap

dianulir gelar keserjanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Mataram.

Mataram, Juli 2017

Page 6: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul ” PERSEPSI JAMA‟AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI DI DESA PERESAK KECAMATAN SAKRA LOMBOK TIMUR” oleh Supardi, NIM. 153133005, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, telah di munaqasyahkan pada tanggal…… 2017 dan telah dinyatakan syah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).

Dewan Munaqasyah

1. Dr. H. Kadri, M.Si Ketua Sidang/Pemb I (.........................)

2. Murdianto, M.Si Skretaris Sidang/Pemb II (.........................)

3. Muhammad Sa‟I, M.A Penguji I (.........................)

4. Dr. Abdul Malik, M.Ag, M.Pd. Penguji II (.........................)

Mengetahui, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Dr. Faizah. MA NIP. 157307161999032003

Page 7: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

v

MOTTO :

wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (An-nurr [24]:26)1

1. (Qs, An-Nuur [24]: 26)

Page 8: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

vi

PERSEMBAHAN

‘Kupersembahkan skripsi ini untuk

Inaq Sawiah dan Amakku Amq, Nasri,

Keluarga besarku, Guru-guruku,

Teman-temanku PMI, A angkatan

2013(anggi, liswandi, tanwier), wanita

yang telah mengisi hatiku dan untuk

Almamaterku UIN mataram.’’

Page 9: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi hanya milik Allah SWT yang Maha pengasih lagi

Maha Penyayang, yang telah melimpahkan karunia Rahmat, Hidayah

dan Taufik kepada kita semua.

Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita

baginda Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص. Semoga kelak di akhirat kita

mendapat safaa‟at beliau.

Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Persepsi Jama‟ah Wahabi Terhadap budaya kawin lari

di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur” sebagai

persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu di bidang

Pengembangan Masyarakat Islam pada Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Mataram.

Dalam penelitian ini skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak

yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun material.

Untuk itu peneliti bersyukur kepada Allas SWT dan mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. H. Kadri, M.Si Selaku dosen pembimbing I dan Murdianto jerat,

M.Si Selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bantuan

dan informasi mengenai penyusunan skripsi ini.

Page 10: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

viii

2. Muhammad Sa‟I, M.A. dan Dr. Abdul Malik, M.Ag, MPd., sebagai

penguji yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan skripsi

ini,

3. Habib Alwi, M.Si selaku ketua jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam(PMI)

4. Dr. Faizah, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Mataram dan segenap Bapak/Ibu dosen

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri yang

telah membimbing penulis menjadi mahasiswa di Universitas Islam

Negeri (UIN) Mataram.

5. Dr. H. Mutawali, MA. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Mataram beserta jajarannya. Walaupun penulis kurang mengenal

dengan akrab satu dengan sama lain, namun hal itu tidak mengurangi

rasa hormat dan terima kasih penulis kepada mereka semua.

6. Bapak Muhammad Tahnuji, dan staf-staf kantor Desa Peresak yang

telah memberikan tempat dan izin penelitian, sehingga peneliti bisa

melancarkan penulisan skripsi ini.

7. Inaq, Amaq, saudara-saudaraku dan semua keluarga besar, terima

kasih atas do‟a, semangat, dukungan dan pengorbanan yang tiada

ternilai.

8. Semua teman-teman yang tidak saya sebutkan satu persatu namanya

dan semua pihak yang terlibat. Semoga Allah membalas dengan

ganjaran yang sebaik-baik ganjaran.

Page 11: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

ix

Akhirnya, saat ini penulis hanya bisa membals dengan do‟a,

semoga semua pihak yang telah memberikan perhatian dan membantu

atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan

balasan yang setimpal Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan dan

mohon maaf apabila ada kata-kata atau penulisan dalam skripsi ini

yang salah. Oleh karena itu kritikan dan masukan yang konstruktif

sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk

menyempurakannnya.

Sebagai penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita. Wassalam.

Mataram, Juli 2017

Penulis

Page 12: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... i

HALAMAN NOTA DINAS ....................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

ABSTRAK .................................................................................................. xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian ............................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................... 4 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 5 E. Telaah Pustaka ................................................................................... 5 F. Kerangka Teoritik .............................................................................. 9

1. Pengertian persepsi ...................................................................... 9 2. Pengertian budaya ........................................................................ 12 3. Pengertian Wahabi ....................................................................... 13 4. Tinjauan tentang budaya kawin lari ............................................. 15 5. Pengertian kawin lari ................................................................... 16 6. Peroses kawin lari ........................................................................ 17

G. Metode Penelitian .............................................................................. 21 1. Pendekatan Penelitian…. ....................................................... 21 2. Lehadiran Peneliti .................................................................. 21 3. Lokasi Penelitian .................................................................... 22 4. sumber dan Jenis Data ........................................................... 22 5. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 23 6. Tehnik Analisis Data.............................................................. 25

Page 13: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

xi

7. Validitas Data......................................................................... 26 H. Sistematika Pembahasan .................................................................... 28

BAB II: PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 29 1. Sejarah Desa Peresak ............................................................. 29 2. Kondisi Geografis .................................................................. 30 3. Tingkat pendidikan Masyarakat ............................................. 35 4. Tingkat Ekonomi Mastarakat ................................................. 37 5. Karakter Masyarakat Desa Peresak ....................................... 38 6. Profil Jama‟ah Wahabi ........................................................... 39

B. Perosesi pelaksanaan kawin lari ......................................................... 40 C. Persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari ...................... 42

BAB III : PEMBAHASAN

1. Perosesi pelaksanaan kawin lari………………………………………47 2. Persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari ………………52

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 60 B. Saran ................................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

xii

ABSTRAK

PERSEPSI ALIRAN SUNNAH DAN AHLUSSUNNAH WALJAMAAH

TERHADAP BUDAYA KAWINLARI DI DESA PERESAK KECAMATAN

SAKRA LOMBOK TIMUR

Oleh: Supardi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peroses pelaksanaa kawin lari atau merariq di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur. Selain itu,penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi jama‟ah wahabi terhada budaya kawin lari yang ada di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur

Penelitian yang telah dilakukan termasuk penelitian kualitatif dimana metode ini adalah suatu metode yang tidak menggunakan angka-angka melainkan suatu deskripsi mengenai kehidupan maupun permasalahan yang terdapat pada masyarakat tempat dimana penulis melakukan penelitian,pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penomenalogi. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Desa Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa Di Desa Peresak budaya kawin lari masih di jaga dan di lakukan tetapi kawin lari atau menikah dengan cara berlari sudah jarang di lakukan namun perosesi kawin lari atau yang sering disebut merariq masih tetap terjaga sampai sekarang seprti perosessi pra nikah dan pasca nikahnya. Adapun hasil yang ditemukan mengenai persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari yang di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur ini adalah bahwa Jama‟ah Wahabi tidak membolehkan Kawin lari dan hukumnya haram karena budaya kawinlari dianggap bertentangan dengan ajaran agama, alasain lain Jama‟ah Wahabi tidak membolehkan budaya kawin lari adalah takut akan adanya zina selama peroses terjadinya kawin lari tersebut walau hanya sebatas zina mata.

.

Kata Kunci: Persepsi, Jama’ah Wahabi, Budaya Kawin lari

Page 15: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks penelitian.

Kehidupan individu sejak di lahirkan tidak lepas dari interaksi

dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam kehidupan

bermasyrakat akan terbentuk suatu komunitas atau kelompok-kelompok.

Denganterbentuknya suatu kelompok-kelompok masyarakat seringkali

membuat persoalan kerap terjadi, antara kelompok yang satu dengan

kelompok yang lainnya, salah satu contohnya adalah perbedaan pendapat

atau persepsi.

Persepsi merupakan proses akhir pengamatan yang diawali oleh

proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra,

kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru

kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti hal yang ada dalam

diri individu yang bersangkutan.2

Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki wilayah yang luas

terbentang dari aceh sampai ke papua.Di samping kekayaan alam dengan

keragaman hayati dan nabati, Indonesia juga dikenal juga dengan

keragaman budayanya.Masing-masing pulau yang ada di Indonesia

memiliki budaya yang berbeda-beda, contohnya adat perkawinan.3

2 https//book.google.co.id

3 Sulasman, teori-teori kebudayaan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013). Hlm. 17

Page 16: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

2

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah Swt. Yang sejak awal di ciptakan

selalu saling membutuhkan satu sama lain, serta telah di bekali dengan

perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Oleh karena manusia salig

membutuhkan satu sama lainnya dan memiliki perasaan suka terhadap

lawan jenisnya, maka sebagai jalan untuk dapat menyalurkan

keinginannya naluriah tersebut, Allah Swt. Telah memberikan tuntunan-

Nya yaitu dengan dengan cara melakukan pernikahan atau perkawinan.

Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan relasi dan interaksi dengan

sesamanya. Hanya saja, agar relasi dan interaksi ini dapat berjalan dengan

baik, maka perlu adanya suatu institusi yang dapat dijadikan sebagai

sarana yaitu dengan cara pernikahan.4

Dalam adat sasak, perkawinan sering disebut dengan

merariq.Secara etimologi kata merariq diambil dari kata „‟lari‟‟.Merari’an,

melarikan.Kawin lari adalahsistem adat pernikahan yang masih diterapkan

di Lombok.Kawin lari dalam bahasa sasak disebut merariq. Secara

terminilogi, merariq berasal dari bahasa sasak ‘’berariq’’ yang artinya

berlari dan mengandung dua arti: pertama, lari ini adalah arti yang

sebenarnya. Kedua, keseluruhan pelaksanaan perkawinan adat

sasak.Pelarian merupakan tindakan nyata untuk membebaskan gadis dari

ikatan orangtua serta keluarganya.5

Budaya merariq juga tidak seutuhnya diterima di Lombok akan

tetapi masih banyak kelompok-kelompok masyarakat yang kurang

4 Harmoko, nilai-nilai keagamaan dan kultur dalam upacara pernikahan masyarakat sumbawa( Sumbawa:2012), h.1

5 Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) h; 49-50

Page 17: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

3

menerima budaya merariq ini, karena mereka beranggapan merariq (kawin

lari) ini suatu perbuatan yang tidak baik karena mengambil anak orang

tanpa sepengetahuan orang tua atau walinya, sehingga seringkali budaya

merariq ini menimbulkan konflik antar orang tua bahkan konflik antar

desa.

Peresak adalah sebuah desa yang beberapa tahun lalu mekar dari

desa tetangganya yaitu desa Kabar Kec.Sacra Lombok Timur.Masarakat

Desa peresak masih menjaga budaya nenek moyang mereka sehingga

budaya itu masih terjaga sampai sekarang, masyarakat peresak bisa

dikatakan 100% menganut agama islam, namun masyarakatnya terdiri dari

dua golongan atau dua aliran dalam keagamaan yaitu, aliran Ahlussunnah

Waljamaah dan Wahabi, sehingga persepsi mereka berbeda-beda terhadap

budaya kawin lari yang ada di Lombok khususnya di Desa Peresak kec.

Sakra Lombok Timur.

Menurut Sarman S.pd, selaku tokoh agamaaliran wahabi

mengatakan bahwa, segala bentuk budaya yang bertentangan dengan Al-

quran dan Hadits itu tidak boleh dilakukan, jadi budaya kawin lari tidak

dibolehkan dalam aliran wahabi dan hukumnya haram, karna budaya

kawinlari itu dianggap tidak sesuai dengan Al-quran dan Hadits. Selain

bertentangan dengan Al-quran dan Hadits, mengambil perempuan tanpa

sepengetahuan walinya itu hukumnya haram.

Page 18: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

4

Berangkat dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka

penulis tertarik meneliti tentang pendapat jama‟ah Wahabi terhadap

budaya kawin lari di Desa Peresak, Kec.Sakra Lombok Timur.

B. Fokus penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang telah diungkapkan oleh

penulis, maka dibuat fokus penelitian agar penelitian ini lebih terarah. Ada

pun fokus penelitian yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peruses kawinlari di Desa Peresak Kecamatan Sakra

Lombok Timur.

2. Apapersepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari di Desa

Peresak kecamatan.Sakra Lombok Timur.?

C. Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian

1. tujuan

Ada pun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a) untuk mengetahui bagaimana peruses kawin lari di Desa Peresak

Kecamatan Sakra Lombok Timur.

b) Untuk mengetahui pendapat Jama‟ahWahabiterhadap budaya

kawin lari di Desa peresak, kecamatan Sakra Lombok Timur.

2. manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih

pemikiran bagi disiplin keilmuan secara umum dan sekurang-kurangnya

bermanfaat dalam dua aspek, yaitu aspek teoritis dan praktis.

Page 19: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

5

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan dan memperbanyak informasi yang tentunya terkait dengan

pembahasan dari penelitian ini, yakni tentang budaya kawin lari.Di

samping itu, penelitian ini juga di harapkan dapat menjadi sumber

rujukan dalam membuat karya ilmiyah ataupun ingin melakukan

penelitian lebih lanjut.

b. Secara praktis

Dari hasil penelitian ini bermanfaat bagi penemuan tentang

pandangan Aliran Wahabi dan Sunnah Waljamaah terhadap budaya

kawin lari, untuk membina masyarakat yang lebih islami.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Untuk menghindari pembahasan yang keluar dari fokus penelitian,

maka cakupan dan bahasan dalam penelitian ini hanya akan membahas

hal-hal yang terkait dengan fokus penelitian yang sudah dikemukakan

sebelumnya mengenai persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin

lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra lombok Timur, sehingga penelitian

ini bisa fokus pada rumusan masalah saja. Sedangkan setting

(lokasi/tempat) diadakan di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok

Timur.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya ilmiyah

yang terdahulu terkait dengan penelitian yang hampir sama. Sejauh

Page 20: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

6

penelusuran penulis belum pernah ada yang membahas mengenai Persepsi

aliran Wahabi dan Ahlussunnah Waljamaah dalam budaya kawin lari.

a. Penelitian Harmoko dengan judul‟‟ Nilai-nilai keagamaan dan kultur

dalam upacara pernikahan masyarakat Sumbawa Di Desa Poto‟‟.

Sekeripsi ini menjelaskan bahwa adanya Nilai-nilai keagamaan dan

ultur dalam dalam upacara pernikahandalam skeripsi

Harmokokesimpulan dari sekeripsi ini:

1. Upacara perkawinan meliputi persiapan perkawinan meliputi

barodak repancar , odak mama, teri‟ai‟ sandro, upacara perkawinan

meliputi rame mesa, rame basai/tokal basai, sntek kemang balong

kemang, barupa dan pengantan mokas. Adat seduah aqad nikah dan

perkawinan diantaranya silaturrahmi dan adat menetap sesudah

perkawinan.

2. Pandangan hukum islam terhadap Perkawinan Adat Sumbawa, dari

hasil pembahasan penulis menyimpulkan bahwa Adat Perkawinan

Sumbawa tidak bertentangan dengan Ajaran Islam dengan

beberapa alasan , bahwa dalam pelaksanaan perkawinan tidak

ditemukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti syirik kepada

Allah, dihidangkannya minuman keras, mabuk-mabukan.

Percampuran antara peria dan wanita yang menyebabkan terjadinya

perbuatan maksiat kepada Allah.

b. Penelitian Siti Raohon Jannah dengan judul „‟ Komunikasi antar

budaya study adat pernikahan Bima Sasak di kecamatan Pekat

Page 21: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

7

Kabupaten Dompu‟‟. Sekeripsi ini menjelaskan komunikasi antar

budaya dalam study pernikahan Bima Sasak dalam sekeripsi Siti

Raohon Jannah, kesimpulan dari sekeripsi ini:

1. Peroses pernikahan suku bima meliputi berbagai rangkaian adat

istiadat seperti :tahapan palinga, upacara malam kapanca, akad

nikah, tokencai, boho oindeu, pamaca, sementara perosesi

pernikahan suku sasak meliputi berbagai rangkaian adat istiadat

seperti : mesejati, selabar, menjemput wali, ajikrame, nyongkolan,

balik lampak nae.

2. Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Bima-Sasak

Komunikasi yang terjadi di Kec.Pekat diawali dengan adanya suku

bima-sasak yang sukunya berbeda yang ada di kec.Pekat seiring

dengan berjalannya waktu secara langsung maupun maupun tidak

langsung telah melakukan komunikasi setiap harinya.

Komunikasi masyarakat pekat yang sudah terjalin bertahun-tahun

sulit untuk dipisahkan karena dalam kehidupan sosialnya mereka

hidup dalam lingkungan yang sama tapi yang membedakan adalah

sistem adat yang berbeda di antara mereka, bentuk komunikasi

yang di lakukan oleh masyarakat kec. Pekat lebih pada komunikasi

antar suku yang terjalin dengan baik.

3. Relasi adat pernikahan Bima-Sasak di kec. Pekat Kabupaten

Dompu meliputi beberapa hal di antaranya yaitu :

Page 22: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

8

1. Kerja sama seperti yang di bawah ini:

a. Saling memahami budaya masing-masing

b. Mengembangkan sikap toleran.

c. Menyelesaikan Konflik secara kekeluargaan

d. Mengembangkan kesadaran.

Dari kedua skripsi di atas, terdapat persamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang penulis lakukan.Persamaannya adalah sama-

sama membahas dan mengkaji budaya pernikahan.Sedangkan

perbedannya terleta pada foukus masalah yang dijadikan sebagai dasar

untuk melakukan sebuah penelitin serta metode yang diunakan dalam

mengkaji permasalahan tersebut.

Penelitan yang dilakukan oleh Harmoko menggunakan pendekatan

kualitatif yang berusaha untuk meneliti dan mengkaji nilai-nilai

Keagamaan dan kultur dalam upacara pernikahan masyarakat

sumbawa.

Memperhatikan skripsi yang ditulis oleh Harmoko, maka

terdapat persamaan dengan penelitian yang penulis lakukan yakni

sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan

perbedaannya terletak pada fokus, masalah yang dikaji, yakni

Harmoko mengkaji masalah nilai-nilai keagamaan dan kultur dalam

upacara pernikahan masayarakat sumbawa. Sedangkan penulis

mengkaji tentang persepsi aliran wahabi dan ahlussunnah waljamaah

terhadap budaya kawinlari di Desa Peresak.

Page 23: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

9

Sedangkan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan

penelitian yang di lakukan oleh Siti Raohon Jannah juga sama-sama

meneliti tentang budaya pernikahan.perbedaannya terletak pada fokus

masalah yang dikaji dan lokasi penelitiannya, yakni Siti Raohon

Jannah mengkaji komunikasi antar budaya study adat pernikahan Bima

Sasak di kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.

Dari kedua karya ilmiyah yang telah penulis paparkan di atas,

terlihat bahwa penelitian yang penulis lakukan ini merupakan

penelitian yang bersifat asli yang berarti bahwa penelitian yang penulis

lakukan bukan merupakan hasil dari duplikat atau pengulangan dari

penelitian lain yang pernah dilakukan sebelumnya.

F. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Persepsi

Menurut Desiderato,1976. persepsi merupakan pemaknaan/arti

terhadap informasi (energi/stimulus) yang masuk kedalam kognisi

manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkan pesan.6

Starbuck & Mezias, 1996.Secara umum, persepsi sosial atau

persepsi interpersonal dapat didefnisikan sebagai suatu peroses

pemahaman seseorang terhap relalitas sosial dalam wacana yang lebih

khusus.

6 Nina W. syam, Psikologi Sebagai aka Ilmu Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2011), h. 3

Page 24: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

10

Baron dan Byrne (2004) menjelaskan bahwa persepsi sosial

adalah usaha-usaha seseorang dalam memahami orang lain, dalam

kerangka memperoleh gambaran menyeluruh tentang intense,

keperadian dan motif-moti yang meingkupi diri oang lain tersbut.

Sebagai tambaha untk melengkapi pengertia persepsi sosial, patut

diketengahkan pendapat pakar perilaku organisasi, robbins(1989),

yang mengemukaan bahwa persepsi sosial adalah peroses dalam diri

seseorang yang menunjukkan organi sasi dan interpretasi terhadap

kesan-inderawi, dalam usaha untuk member makna terhadap orang lain

sebai objek persepsi.7

Dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses

perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi.

Persepsi dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran,

pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa

yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi

indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah

orang lain.

Secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan

orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi,

kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagai bidang

kajian, persepsi adalah setudy terhadap bagaimana orang membentuk

kesan dan membuat kesimpulantentang orang lain(Teiford, 2008).

7 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Penangantar (andung, 2010.) Hal..34

Page 25: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

11

Persepsi merupakan peroses yang berlangsung pada diri kita

untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan peroses itu,

kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk

didasarkan pada imformasi yang tersedia di lingkungan , sikap kita

terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat

ini. Manusia cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi

sebagai orang baik (baik hati, dermawan, pintar, atau menyenangkan)

daripada orang yang pakaiannya berantakan.

Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain

dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan efek

halo. Di sisi lain, kita juga bisa juga menilai orang yang

berpakaiantidak rapi, mempunyai rambut gondrong dan acak-acakan,

serta cara bicara yang apa adanya sebagai orang yan tidak baik,

sembarangn, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilakan orang

lain secara fisik mengaruhi cara kita aspek psikologisnya. Meskipun

kecenderungan ini tidak serta-merta memberikan pengetahuan dan

pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung

mempertahankannya sebab setiap orang membutuhkan pegangan dan

petunjuk tentang siapa orang lain yang sedang dihadapinya.8

8 Sarlito .psikologi sosial Jakarta:sale ba hu a ika .h… -25

Page 26: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

12

2. Pengertian budaya

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta

keseluruhan struktur sosial, religious, dan lain-lain, tambahan lagi

segala pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri-ciri khas

suatu masyarakat.

Dalam persepektif sosiologi, kebudayaan sebagaimana

dikemukakan oleh Alvin L. Bertrand, adalah segala pandangan hidup

yang dipelajari dan diperoleh oleh angota-anggota suatu

masyarakat.Herskovits memandang kebudayan sebagai bagian dari

lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.Herskovit memandang

kebudayaan sebagai suatu yang turun-temurun dari sartu generasi

kegenerasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.9

Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang

definisinya, kebudayaan dapat dikatakan sebagai persoalan yang

sangat luas, tetapi esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat

dengan diri manusia.Artinya manusia adalah pencipta

kebudayaan.Kebudayaan itu hadir bersamaan dengan kelahiran

manusia.

Dengan demikian, kebudayaan dapat disimpulkan bahwa

kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk

sosial, yang digunakan untuk memahami dan menginterperetasi

9sulasman, teori-teori kebudayaan (Bandung:CV Pustaka Setia, 2013).hlm..17

Page 27: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

13

lingkungan serta pengalamannya, kemudian menjadi pedoman bagi

tingkah lakunya.Kebudayaan merupakan milik bersama anggota

masyarakat atau golongan sosial tertentu, yang disebarkan oleh

anggota masyarakat dan pewarisnya kepada generasi

berikutnya.Penyebaran tersebut dilakukan melalui peroses belajar dan

dengan menggunakan symbol-simbol yang terwujud dalam bentuk

yang terucapkan ataupun yang tidak terucapkan (termasuk berbagai

peralatan yang dibuat oleh manusia).10

3. Pengertian Jama’ah Wahabi

Golongan Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul

Wahab, sebuah gerakan separatis yang muncul pada masa

pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). gerakan ini berkedok

memurnikan tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusrykan.

Muhammad bin Abdul Wahab dan para pengikutnya menganggap

bahwa selama 600 tahun umat manusia berada dalam kemusrykan dan

dia dating sebagai mujaddid yang memperbaharui agama merea.

gerakan Wahabi muncul melawan kemampuan umat Islam dalam

masalah akidah dan syariah, karenanya gerakan ini tersebar dengan

peperangan dan pertumpahan darah.

Sebagian kalangan kalangan tidak menyukai istilah „‟Wahabi”,

dan lebih menyukai istilah „‟Salafi.‟‟ salah satu alasannya, penamaan

dakwah yang diemban oleh Muhammad dengan nama Wahabiyah

10

Heny, study budaya di Indonesia. (CV. Pustaka Setia, 2012) H:15-19

Page 28: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

14

yang dinisbatkan kepadanya adalah penisbatan yang keliru dari sisi

bahas, karena ayahnya tidak menyebarkan dakwah ini.

Salafi bagi mereka adalah Aswaja itu sendiri.Oleh karena itu

mereka menyamakan istilah Aswaja dengan dengan Salaf.Dalam al-

Wajiz fi Akidah al-salaf al-Shalih di sebutkan bahwa Ahlussunnah wa

al-Jama’ah suatu golongan yang telah rasulullah SAW, janjikan akan

selamat di antara golongan-golongan yang ada. Landasan mereka

bertumpu pada ittiba’us sunnah(mengikuti as-sunnah) dan menuruti

apa yang di bawa oleh Nabibaik dalam masalah akidah, ibadah,

petunjuk, tingkah laku, akhlak dan selalu menyertai jama‟ah kaum

muslimin11

Pada tahun 2002 jama‟ah Wahabi mulai masuk di Desa Peresak,

namun kehadiran mereka tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat

Desa Peresak, sehingga pada tahun 2012 terjadi konflik antara

jamaa‟ah wahabi dengan masyarakat, karena jama‟ah Wahabi tidak di

terima di masyarakat sehingga masjid jama‟ah Wahabi di rusak oleh

masyrakat. sehingga dari itu nama Wahabi tidak di pakai lagi dan kini

sudah menjadi As-sunnah.

11

Miftahul Akhyar, Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah (Khalista, 2012) Hlm..71

Page 29: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

15

4. Tinjauan Tentang Budaya Kawin Lari

Perkawinan merupakan suatu pertiwa penting dalam kehidupan

suku sasak. Seseorang baru dianggap sebagai warga penuh dari suatu

masyarakat apabila ia telah berkeluarga. Dengan demikian, ia akan

memperoleh hak-hak dan kewajiban baik sebagai warga kelompok

kerabat ataupun sebagai warga masyarakat. Perkawinan sebagai suku

sasak tidak hanya di pandang sebagai penggabungan dua keluarga luas

(extended family), namun lebih kepada pembentukan sebuah rumah

tangga yang baru.

Merariq sebagai ritual memulai perkawinan merupakan

fenomena yang sangat unik, dan mungkin hanya dapat ditemui di

masyarakat Sasak, Lombok, Nusa tenggara Barat. Begitu mendarah-

dagingnya tradisi ini dalam masyarakat sehingga apabila ada orang

yang ingin mengetahui setatus pernikahan seorang, cukup bertanya

apakah yang bersangkutan telah merariq atau belum. Oleh karnanya,

tepat jika dikatakan bahwa merariq merupakan hal yang sangat penting

dalam perkawinan sasak.12

Suku sasak merupakan kelompok masyarakat yang mendiami

hampir sebagian besar pulau Lombok. Sejarah suku sasak di tandai

dengan silih bergantinya berbagai dominasi kekuasaan di pulau

Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain yang membawa dampak

beragamnya khazanah kebudayaan sasak. Hal ini sebagai betuk dari

12Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) H:1

Page 30: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

16

pertemuan (divusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan.Pencaplokan

dan invasi yang dilakukan oleh beberapa beberapa kerajaan tersebut

menghadirkan pola tingkatan setatus masyarakat. Sebagai contoh

misalnya, tata aturan perkawinan bangsawan yang tidak memperboleh

kan perempuan bangsawan yang bisa disebut dende, lale, dan baiq

menikah kecuali dengan sesama bangsawannya. Perempuan

bangsawan sasak akan mendapat saksi kehilangan gelar

kebangsawanannya dan dibuang (teketeh) oleh keluarganya dan

komunitasnya jika kawin laki-laki yang bukan bangsawan (jajar

karang).13

5. Pengertian Kawin Lari

Pada umumnya yang dimaksut dengan perkawinan lari atau

melarikan adalah bentuk perkawinan yang tidak didasarkan atas

persetujuan lamaran orang tua, tapi berdasarkan kemauan sepihak atau

kemauan kedua pihak yang bersangkutan.

Kawin lari biasanya terjadi tanpa peminangan atau pertunangan

secara formal. Cara yang demikian ini merupakan cara yang umum

dalam melakukan perkawinan di dalam wilayah-wilayah masyarakat

yang menganut sistem patrinial (sistem kebapakan), dan juga terdapat

dalamdalam wilayah-wilayah yang menganut sistem kekeluargaan,

13

Ibid..4-5

Page 31: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

17

bahkan dapat di kemukakan pula pada masyarakat pada masyarakat

yang menganut sistem kekeluargaan materilinial (sistem keibuan).14

Dalam adat sasak, perkawinan sering disebut dengan

merariq.Secara etimologi kata merariq diambil dari kata

„‟lari‟‟.Merari’an; melarikan.Kawin lari, adalah sistem adat

pernikahan yang masih diterapkan di Lombok.Kawin lari dalam bahasa

sasak disebut merariq. Secara terminilogi, merariq berasal dari bahasa

sasak ‘’berariq’’ yang artinya berlari dan mengandung dua arti:

pertama, lari. Ini adalah arti yang sebenarnya.Kedua, keseluruhan

pelaksanaan perkawinan adat sasak. Pelarian merupakan tindakan

nyata untuk membebaskan gadis dari ikatan orangtua serta

keluarganya15

6. peroses kawin lari

a. Tahap pertama.

1) Peroses melarikan sampai di tempat pesangidan dan

selabar.

Sebelum pelaksanaan gadis melarikan diri dalam

rangka kawin, sebelumnya diadakan kesepakatan antara sang

gadis dengan sang pacar tentang hari dan waktu pelaksanaan

lari. Sedangkan pihak keluarga laki-laki sudah menentukan

dewasa atau hari yang dianggap baik dan tepat saat melarikan

sang gadis biasanya mencari penanggal atu munculnya bulan

14www.gfpanjalu.com/2012/10/maksud dan pengertian kawin lari. 15Harfin, praktik merarik (LEPPIM IAIN MATARAM 2012) H:49-50

Page 32: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

18

setelah bulan mati. Namun dalam keadaan tertentu seringkali

dilakukan tanpa mencari hari baik karena sifatnya

emergensi.Disamping itu pihak laki-laki jauh sebelumnya

sudah menyiapkan tempat persembunyian yang disebut

pengkeban atau pesangidan.Biasanya di rumah seorang kerabat

namun tidak merupakan keluarga dekat laki-laki.

Pada zaman dahulu pelaksanaan melarikan ini biasanya

pada malam hari walupun tidak menutup kemungkinan dapat

dilakukan pada siang hari, sangat tergantung dengan situasi

dan kondisi yang ada. Setelah sang gadis tiba ditmpat

persembunyian maka dikirim utusan sebanyak 2 orang sebagai

petugas untuk memberitahukan orang tua phak wanita bahwa

puterinya telah dilarikan dilarikan untuk kawin dengan si anu

putra dari si anu.

2) Mesayut ketelun

Menurut adat etnis Bali di Lombok, begitu sang gadis

tiba ditempat persembunyian/pengkeban, pada saat itu pula

sudah berada dalam satu kamar, dan 3 hari kemudian harus

dilangsungkan upacara ritual agama yang di sebut mesayut

ketelun dalam rangka pensucian atau pembersihan karena

dalam kurun waktu 3 hari dianggap dalam keadaan kotor.16

16

Made metu dhana sistem kawin lari, adat Bali Lombok dan filosofinya

.(Surabaya:paramita, 2013). Hlm..21-26.

Page 33: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

19

b. Tahap kedua.

1) Ngendek

Petugas ngendek ini terdiri dari dua orang yang bertugas

menyampaikan bahwa besoknya ada petugas peradagang akan

datang mohon kesediannya untuk menunggu.

2) Peradagang pertama

Dalam peradagang pertama ini hanya untuk minta maaf

atas perbuatan pihak calon penganten laki-laki(purusa) yang

berani melarikan putrid kesayangannya dari pihak perempuan

(perdana).

3) Peradang kedua

Dalam pelaksanaan peradang ke dua ini adalah untuk

meminta maaf dan keledangan (keihlasan) pengantin untuk di

izinkan pulang dari pesangidan atu tempat persembunyian ke

rumah keluarga purusa.

4) Peradang ketiga

Dilaksanakan untuk meminta maaf dan keledangan

(keihlasan) agar diizinkan keluar dari rumah dalam rangka

keperluan bekerja (tugas) dan untuk mencari dewasa/hari baik

dalam kaitannya pengesahan perkawinan.

Pada tahap peradang inilah dijumpai beragam cara dan

istilah yang digunakan sesuai dengan desa mawacara atau desa

kalapatra.

Page 34: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

20

c. Tahap ketiga

1) Mesayut (widhi widana)

Mewidhi Widana adalah peroses upacara yang dilakukan

dalam rangka pengesahan perkawinan sang penganten di

pimpin oleh seorang sulunggih (dwijati) yang dihadiri oleh

keluaga, sedikara maupun undangan lainnya.

2) Membawa parikrama

Parikrama merupakan procedural maupun sarana terdiri

daei jaja penyongkol beserta runtuttannya, pisuguh, wakul

bersama runtuttannya, tegen-tegenan, tebu ceraken, rantasan,

kunyit keladi, panak biyu dll.17

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian

kualitatif, yang mana lebih pada terjun lansung ke lapangan (field

research). Guna memperoleh informasi yang lengkap tentang topik di

atas, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

“penomenalogi”. Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh

Bogdan seperti orang mau piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang

akan dituju tetapi tentu belum tahu apa yang ada di tempat itu. Ia akan

tahu setelah membaca obyek, dengan cara membaca berbagai

17

Ibid,,,hlm. 27

Page 35: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

21

informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek serta

aktifitas orang-orang yang ada di sekelilingnya.18

Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai

persepsi Jama‟ah Wahabi dalam budaya kawin di Desa Peresak

Kecamatan Sakra Lombok Timur.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti yang dimaksudkan di sini adalah peran dan

upaya peneliti dalam memperoleh data dan informasi. Dan penelitian

ini, peneliti terjun langsung kelapangan untuk mendapatkan data atau

informasi dengan menggunakan metode wawancara.

Dalam penelitian ini, keberadaan peneliti bertindak sebagai

pewawancara, sehingga dapat mengetahui fenomena yang terjadi

secara mendalam dan rinci sehingga data yang diperoleh akan lebih

lengkap.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Peresak Kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur. Di pilihnya Desa Peresak sebagi lokasi

penelitian dengan alasan karena tempat ini terjadi perbedaan peraktik

merarik . sehingg penulis terasa terpnggil untuk melakukan penelitian

secara langsung untuk mendptkan informsi dari para pihak yang terlibt

dlm permasalahan yang sedang ditelti.

4. Sumber dan jenis data

18http://gudangilmusosiologi.blogspot.co.id, diunggah rabu 12-10-2016.

Page 36: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

22

a. Sumber data

Sumber data adalah obyek dari mana sebuah data bisa diperoleh.

Adapun sumber data dalam penelitan ini antara lain:

1) Jama‟ah Wahabi

2) Tokoh agama Jama‟ah Wahabi.

b. Jenis data

Jenis data penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi

data primer dan data skunder.

1) Data primer adalah data yang diperoleh peneliti berdasarkan

hasil wawan cara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam

permasalahan yang penulis telti.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku,

monogrfi Desa Peresak dan karya ilmiyah yang terkait dengan

permasalahan yang penulis teliti.

5. Tehnik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti

pengamatan dan peninjauan secara cermat.

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti

baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk

memperoleh data yang harus dikumpulkandalam penelitian.Secara

langsung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh

Page 37: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

23

pancaindra.Secara tidak langsung adalah pengamatan yang dibantu

melalui media visual/audiovisual.19

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seorang yang menjadi informan atau

responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara bertatap

muka

Wawancara dapat di lakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara atau dengan tanya jawab secara langsung. Dalam

peroses wawancara atau dengan menggunakan pedoman umum

wawan, intercara dengan menggunakan pedoman umum

wawancara.20

Jadi, metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan kepada informan maupun responden.

Adapun pihak-pihak yang penulis wawancarai adalah:

1) Pihak-pihak yang terlibat dengan kawin lari Lombok,

2) Tokoh agama Jama‟ah Wahabi yang ada di Desa Peresak,

tokoh agama yang dimaksudkan disini adalah orang-orang

yang dianggap memiliki pemahaman yang tinggi tentang ilmu

19 .Djam‟an satori, metodologi penelitian kualitatif. (Alfabeta. Bandung September 2014). 20. Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif . (Bandung: CV. Pustaka Setia. Bandung

april 2012)

Page 38: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

24

agama, memiliki pengaruh yang sangat besar, dan dianggap

sebagai sosok ustatz di desa tersebut.

c. Dokumentasi

Ini merupakan metode pengumpulan data terhadap berkas-berkas

atau dokumen berupa catatan, transkrip, surat kabar dan

sebagainya.21

sedangkan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

dokumen yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian, seperti

profil desa dan data-data penduduk di wilayah Desa Peresak.

Adapun data-data tersebut penulis peroleh dari kantor Desa

Peresak.

6. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.

Penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif. Untuk

mengetahui proses terjadinya peroses merarik yang ada di desa

peresak kecamatan sacra Lombok timur. peneliti menggunakan

penyajian data yang diuraikan secara deskriptif.

21Arikunto, prosedur penelitian.H..227

Page 39: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

25

Analisis dilakukan terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian.

Karena data dalam penelitian ini banyak menggunakan kata-kata,

maka analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Dedukasi, yaitu tehnik menganalisa data-data dengan jalan

menggunakan dari ketentuan yang untuk memperoleh ketentuan

yang khusus.

b. Induksi, yaitu teknik yang berangkat dari fakta-fakta yang bersifat

khusus atau pengolahan data yang bertitik tolak dari pengetahuan

khusus lalu ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis menganalisa dari

hasil wawancara secara perorangan atau lebih dan menyimpulkan

dari hasil analisa tersebut.

7. Validitas Data.

Guna mendapatkan data atau informasi yang benar-benar akurat,

tentunya data tersebut perlu diuji kebenarannya. Upaya-upaya untuk

menguji keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

cara yakni antara lain:

a. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memampaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data-data itu.22

22Moleong, Metodologi Penelitian.H…103

Page 40: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

26

Hal ini untuk membandingkan apa yang dilihat dan apa yan

didengar oleh penulis, sehinga hasil penelitian tidak bertolak

belakang dengan fakta dan realitas yang ada.

b. Kecukupan Refrensi

Kecukupan refrensi ini digunakan sebagai alat untuk

menampung dan menyesuaikan dengan krtik tertulis untu eperluan

evaluasi. Dalam penelitan ini hasil wawancara dan pengumpulan

data yang diperoleh dari sumber lainnya akan dibandingkan

dengan tingat kesesuaian refrensi yang telah ada.

Refrensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu penelitian

merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di lokasi

penelitian. Kemampuan peneliti di dalam membandingkan temuan-

temuan di lapangan dengan refrensi merupakan suatu upaya untuk

mewujudkan keabsahan data.Semakin banyak refrensi yang

dimiliki maka semakin cepat memperoleh bahan pembanding

dalam menkonsultasikan data temuan di lapangan.

Dengan kecukupan refrensi di mana merupakan sebuah keharusan

yang dipandang sangat perlu bagi kesempurnaan hasil penelitan

ini. Oleh karena dianggap sangat penting, maka penulis berupaya

untu memperbanyak refrensi agar nantinya data dan informasi

yang diperoleh dapat dipertanggung jawabakan.

Page 41: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

27

H. Sistematika pembahasan

Sistematika penulisan skripsi berjudul persepsi Jama‟ah Wahabi

terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra terdiri atas:

1. Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang: konteks penelitian, fokus

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, ruanglingkup dan setting,

telaah fustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika

pembahasan.

2. Bab II paparan data dan temuan menguraikan tentang: gambaran

umum lokasi penelitian, persepsi aliran Sunnah terhadap budaya

kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra,bagaimana peroses

kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok Timur.persepsi

Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak

Kecamatan Sakra..

3. Bab III pembahasan menguraikan tentang: persepsi aliran Sunnah

terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra,

bagaimana peroses kawin lari di Desa Peresak Kecamatan Sakra

Lombok Timur, persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari

di Desa Peresak Kecamatan Sakra. Bab IV Penutup Kesimpulan dan

saran.

Page 42: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

28

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Untuk mengetahui kondisi dan keadaan lokasi obyek penelitian guna

mewujudkan adanya kesesuaina antara realitas sosial dengan data yang

terjadi di lapangan, maka perlu untuk dideskripsikan tentang perofil obyek

penelitian berdasarkan data Monografi Desa Peresak Kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur.

A. Gambaran umum dan lokasi penelitian

1. Sejarah Desa peresak.

Desa Peresak pada awalnya adalah merupakan salah satu dusun yang

berada di bawah pemerintahan Desa Kabar, namun pada tahun 2012 Desa

peresak melakukan pemekaran dari Desa Kabar Kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur.

Setelah terjadinya pemekaran tersebut kini Desa Peresak bediri

sendiri di bawah pemerintahan Muhammad Tahnuji, jumlah penduduk di

Desa ini 2.430 jiwa, denan jumlah laki-laki 1.176 orang, jumlah

perempuan 1.254 orang, dengan jumlah kepala keluarga (KK) 780. Dalam

upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Desa Peresak

membentuk tiga Dusun, diantaranya yaitu:

Page 43: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

29

a. Dusun Peresak Gunung Sari

b. Dusun Peresak Idik

c. Dusun Peresak Bongkot23

2. Kondisi Geografis24

Desa peresak merupakan bagian dari Wilayah Kabupaten Lombok

Timur yang terletak di Wilayah Kecamatan Sakra bagian utara

dengan luas Wilayah 177, 040 ha/m2, dengan batas-batas sebagai

berikut

a) Batas wilayah

Batas Desa/Kelurhan Kecamatan

Sebelah utara Desa Setanggor Sukamulia

Sebelah selatan Desa Moyot Sakra

Sebelah timur Desa Rumbuk Sakra

Sebelah barat Desa Kabar Sakra

b) Batas wilayah menurut Penggunaan

Luas pemukiman 53 ha/m2

Luas persawahan 36,15 ha/m2

Luas perkebunan 26 ha/m2

Luas perkuburan 2 ha/m2

Luas perkarangan 37 ha/m2

23Dokumentasi ,ArsifProfil Desa Peresak, dikutip tanggal, 5 april 2017. 24

Ibid..

Page 44: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

30

Luas perkantoran 1,12 ha/m2

Luas perasarana umum lainnya 21,79 ha/m2

Total luas 177,040 ha/m2

Tanah sawah

Sawah irigasi teknis 36, 15 ha/m2

Sawah tadah hujan 26 ha/m2

Total luas 62, 15ha/m2

Tanah kering

Pemukiman 53 ha/m2

Pekarangan 37 ha/m2

Total luas 90 ha/m2

Tanah perkebunan

Tanah perkebunan perorangan 26 ha/m2

Total luas 26 ha/m2

Tanah fasilitas umum

Perkantoran pemerintah 0, 12 ha/m2

Tempat pemakaman desa/umum 2 ha/m2

Bangunan sekolah/perguruan 1 ha/m2

Page 45: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

31

tinggi

Pertokoan 3,6 ha/m2

Jalan 1,8 ha/m2

Total luas 8,52 ha/m2

c) Iklim

Jumlah bulan hujan 4 bulan

Suhu rata-rata harian 30-31 oC

Tinggi tempat dari permukaan

laut

350 mdl

d) Jenis dan kesuburan tanah

Warna tanah (sebagian besar ) Cokelat

Tekstur tanah Lampungan

Tingkat kemiringan tanah 35 derajat

e) Tofografi 25

Desa /kelurahan dataran rendah Ya

Desa / keluran berbukit Ya

Letak

Desa/ kelurahan kawasan

perkantoran

Ya 0, 12 ha/m2

25Dokumentasi ,ArsifProfil Desa Peresak, dikutip tanggal, 5 april 2017.

Page 46: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

32

Desa/ kelurahan

pertokoan/bisnis

Ya 3,6 ha/m2

Desa/kelurahan rawan banjir Tidak 4,8 ha/m2

Desa/ kelurahan bebas banjir Tidak 48, 2 ha/m2

Orbitasi

Jarak ke ibu kota

kecamatan

5 km

Lama jarak tempuh ke ibu

kota kecamatan dengan

kendaraan bermotor

15 menit

Lama jarak tempuh ke ibu

kota kecamatan dengan

berjalan kaki atau non

bermotor

1 jam

Kendaraan umum ke ibu

kota kecamatan

9 unit Ada

Jarak ke ibu kota

kabupaten/kota

8 km

Lama jarak tempuh ke ibu

kota kabupaten dengan

kendaraan bermotor

15 menit

Page 47: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

33

Lama jarak tempuh ke ibu

kota kabupaten dengan

berjalan kaki atau

kendaraan non bermotor

2 jam

Kendaraan umum ke ibu

kota kabupaten/kota

9 unit Ada

Jarak ke ibu kota perovensi 57 km

Lama jarak ke ibu kota

perovensi dengan

kendaraan bermotor

2 jam

Lama jarak tempuh ke ibu

kota perovensi dengan

berjalan kaki atau

kendaraan non bermotor

20 jam

Kendaraan umum ke ibu

kota perovinsi

- Unit Tidak

Page 48: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

34

3. Tingkat pendidikan masyarakat26

Pendidikan merupakan aspek penting dalam membangun bangsa.

Karena itu, hampir semua bangsa menempatkan pembangunan

pendidikan sebagai prioritas tama dalam perogram pembangunan n

asional. Sumberdaya mannusia yang bermutu yang merupakan

produk pendidikan merupakan kunci keberhasilan negara

Untuk lebih jelasnya, mengenai jumlah penduduk Desa peresak

berdasarkan tingkat penidikannya untuk tahun 2016/2017 dapat

dilihat pada tabel berikut:

NO Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan

1 Usia 3-6 tahun yang

belum masuk TK

45 orang 54 orang

2 Usia 3-6 tahun yang

sedang TK/play group

20 orang 26 orang

3 Usia 7-18 tahun yang

tidak pernah sekolah

26 orang 37 orang

4 Usia 7-18 tahun yang

sedang sekolah

197 orang 255 orang

5 Usia 18-56 tahun tidak

pernah sekolah

50 orang 53 orang

6 Usia 18-56 thn pernah 40 orang 47 orang

26Ibid….

Page 49: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

35

SD tetapi tidak tamat

7 Tamat SD/sederajat 200 orang 252 orang

9 Jumlah usia 12 – 56

tahun tidak tamat SLTP

47 orang 29 orang

10 Jumlah usia 18 – 56

tahun tidak tamat SLTA

95 orang 68 orang

11 Tamat SMP/sederajat 108 orang 200 orang

12 Tamat SMA/sederajat 127 orang 200 orang

13 Tamat D-1/sederajat 1 orang 2 orang

14 Tamat D-2/sederajat 50 orang 56 orang

15 Tamat D-3/sederajat 4 orang 9 orang

16 Tamat S-1/sederajat 40 orang 64 orang

17 Tamat S-2/sderajat 2 orang 1orang

Jumlah 1025 orang 1303 orang

Total Jumlah 2.419 orang

Page 50: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

36

4. Tingkat Ekonomi Masyarakat.27

Setiap masyarakat senantiasa menghendaki kesejahteraan dalam

kehidupan.Di Desa Peresak Kecamata Sakra kabupaten lombk

Timur, meskipun setiap tahunya terjadi pertambahan penduduk,

namun asih dalam batas kewajaran serta dapt dikendalikan dengan

adanya program keluarga berencana.

Kegiatan perekonomian di DesaPeresak Kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur cukup menyenangkan dan berimlkasi

bagi peningkatan pendapatan masyarakat, perekonomian

masyarakat masih di dominasi oleh sektor pertanian.

Gambaran mengenai mata pencaharian secara detail dapat

diliht dalam tabel sebagai berikut:

NO Jenis pekerjaan Laki-laki Perempuan

1 Petani 129 orang 100 orang

2 Buruh tani 100 orang 62 orang

3 Buruh migrant 183 orang 11 orang

4 PNS 38 orang 20 orang

5 Pengrajin industri rumah

tangga

25 orang 40 orang

6 Pedagang keliling 4 orang 15 orang

7 Peternak 10 orang ----orang

8 Montir 3 orang ----orang

27

Ibid..

Page 51: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

37

9 Dokter swasta 3 orang ---- orang

10 Bidan swasta ---- orang 9 orang

11 TNI 10 orang ---- orang

12 POLRI 3 orang ---- orang

13 Pensiun

PNS/TNI/POLRI

8 orang 1 orang

14 Pedagang kecil dan

menengah

49 orang 40 orang

15 Arsitektur 2 orang ---- orang

Jumlah 898 orang

5. Karakter masyarakat Desa Peresak

Karaktermasyarakat Desa Peresak pada umumnyataat

menjalankan ajaran agama, karena seluruh masyarakat memeluk

agama islam. Secara garis besar mereka mempunyai sifat-sifat

sebagai berikut:

a. Komunikatif.

b. Sifat tolong menolong masih hidup. Sifat ini terlihat apabila

tetangga atau masyarakat yang mendapat musibah sakit

atau kematian.

c. Mempunyai sifat gotong royong yang masih tinggi

d. Sangat mengandalkan hasil bercocok tanam dan

berdangang

Page 52: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

38

e. Cepat menerima perubahan (inofatif) terhadap hal-hal

mendatngkan manfaat.

f. Saling menghargai perbedaan.

6. Profil Jama’ah Wahabi

Aliran ini mulai masuk di Desa Peresak pada tahun 2003

dengan beberapa pengikut namun kini sudahmencapai 400 jiwa

112 kk, adapun rutinitas jamaah atau aliran sunnah ini adalah

melakukan pengajian umum pada malam senin sedangkan pada

malam-malam lainnya tetap melakukan pengajian namun tidak di

Desa Peresak yaitu di tempat-tempat lain atu tempat-tempat dimna

ada jamaah sunnah. Adapun aliran sunnah ini di pimpin oleh pak

Sarman Sp.d. dan sekertaris sekaligus bendahara di pegang oleh

Masri.

Namun pada tahun 2012 silam ajaran Wahabi tidak

diterima di desa peresak karena masyarakat menggap bahwa aliran

Wahabi itu sangat keras, sehingga dengan keberadaan wahabi

membuat terjadinya konflik antara masyarakat dengan penganut

wahabi, bahkan masjid yang didirikan dirusak oleh masarakat.

sehingga dari itu nama aliran Wahabi tidak terpakai lagi dan kini

sudah merubah namanya menjadi Sunnah.

Page 53: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

39

Untuk lebih jelasnya seteruktur organisasi aliran sunnah dapat

dilihat dalam tabel tersebut.

B. peroses pelaksanaan kawin lari di Desa Peresak.

Masyarakat Desa Peresak, tempat di mana individu-individu

berdomisili, kebiasaan masyarakat di desa ini yaitu mengadakan Selakarn

setiap malam Jumat, melakukan pengajian umum selama 2 kali dalam satu

bulan, dan Masyarakat desa peresak masih menjaga kebiasaan-kebiasaa

yang di ajarkan oleh nenek moyang mereka seperti, acara keagamaan

yaitu, maulid Nabi, isro‟ mi‟raj, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang

masih bisa di temukan eksistensinya sampai sekarang yaitu budaya

merariq. nyongkolang dan adat-adat lainnya

masyarakat desa Peresak masih menjaga rasa saling tolong

menolong antar sesama masyarakat itu terlihat ketika ada warga

masyarakat yang terkena musibah seperti, kematian dan begawe semua

masyarakat ikut ambil peran .

Di Desa peresak ini budaya merariq/Kawin lari masih terjaga

sampai sekarang namun seiring perkembangan zaman budaya kawin lari

KETUA

SARMAN Spd

BENDAHARA

MASRI

SEKRETARIS

MASRI

Page 54: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

40

sudah mulai memudar,orang-orang tidak melarikan lagi namun langsung

di reda di orang tua mereka, malah ada juga yang datang sendiri.

sebagaimana yang di ungkap kan oleh K.H.M Wildan Alhusni

S,pdi selaku masyarakat atau petuah di Desa Peresak dalam kesempatan

wawancara dengan penulis

„budaya kawin lari di peresak saat sekarang ini sudah mulai memudar, tapi masih ada sieh yang melakukannya. Namun kalo adat-adat perkawinannya jak masih tetap terjaga sampai sekarang seperti, beselabar, nyorong, begawe nyongkolang, semua adat-istiadat yang di yang dari nenek moyang kita itu masih tetap terjaga namun kalo yang melarikan anak orang itu sudah mulai berkurang, karena sekarang anak-anak atau pemuda-pemuda di desa ini minta izin langsung ke orang tua wali tapi masih banyak juga dengan cara di larikan karena kalo tidak dilarikan si cewek itu merasa di pakasa‟‟28

Hal serupa juga disampaikan oleh H. Muhsinin SP.d. selaku tokoh agama

Desa Peresak, ketika penulis bertanya tentang persepsi budaya kawinlari.

„‟ kalau masalah budaya kawin lari ini sebenarnya kamu juga bisa menjawab sendiri karena kamu juga melakukannya tapi cuman beda desa aja. di Peresak ini budaya kawin lari itu masieh ada sampai sekarang dan peroses pelaksanaannya pun masih terlaksana sampai sekarang bukan hanya di desa peresak ini saja di tempat-tempat lain juga masih ada dan masih kentel juga, adat-adat pernikahan di peresak ini juga tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang seprti begawe, beselabar, nyorong dan nyongkolan.‟‟29.

Pada kesempatan yang sama penulis juga melakukan wawancara dengan

Azhari, terkait budaya kawin lari, Azhari mengatakan;

„‟budaya kawin lari atau merarik di desa peresak ini masih ada ,apalagi peroses pelaksanaan itu masih terjaga seperti sesudah di larikan itu masyarakat sini melakukan selabar, nyorong terus dilanjutkan

28

Wildan Alhusni, wawancara (Peresak, 03-05-2017. 16; 11) 29

Muhsini , wawancara(Peresak, 04-09-2017,16;23)

Page 55: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

41

kepernikahan lanjut lagi ke acara nyongkolang . di peresak ini kadang ada juga yang tidak nyongkolan, karena ada yang jodohnya satu kampung, ada juga yang tidak mau menyusahkan diri, karena buat nyewa kecimolnya, ada juga yang hanya inggas di pernikahannya saja, tergantung pihak keluarga yang menikah. tapi yang jelas budaya kawin lari itu masih ada namun sudah mulai memeudar dan perosesi pernikahannya masih tetap utuh sampai sekarang mungkin sampai masa yang akan datang‟‟ 30 Dari petikan wawancara di atas bahwa di Desa Peresak masih melakukan

kawin lari atau Merariq namun sudah mulai memudar oleh perkembangan

zaman tetapi peroses pelaksanaan kawin lari itu tetap terjaga sampai

sekarang, tidak pernah memudar dari dulu hingga kini bahkan mungkin

sampai hari nanti, karena perosesi pernikahan ini merupakan adat istiadat

yang berasal dari nenek moyang mereka sehingga masih tetap dijaga

eksistensinya sampai saat sekarang ini.

C. Persepsi Jama’ah Wahabi terhadap budaya kawin lari

Budaya kawin lari di Desa peresak tidak diterima begitu saja oleh semua

lapisan masyarakat, namun ada kelompok atau individu-individu yang

tidak menerima eksistensi budaya kawin lari ini, namun di Desa Peresak

juga ada sebagian kolompok Juga menerima dan masih menjaga budaya

kawin lari tersebut. Walupun objek yang di terima oleh alat indra sama

namun stimulus yang masuk kedalam saraf berbeda-beda sehingga antara

individu yang satu dengan yang lainnya atau kelompok masyarakat yang

satu dengan yang lain berbeda persepsi dalam mempersepsikan budaya

kawin lari tersebut.31

30

Azhari, , wawancara(Peresak, 04-09-2017,16;23) 31

Observasi, (28-02-2017)

Page 56: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

42

Persepsi merupakan suatu peroses yang didahului oleh peroses

penginderaan, yaitu merupakan peroses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau juga disebut peroses sensoris.Namun peroses itu

tidak berhenti begitu saja, melalui stimulus tersebut diteruskan dan peroses

selanjutnya merupakan peroses persepsi.Karena itu peroses persepsi tidak

dapat lepas dari penginderaan, dan peroses penginderaan merupakan

peroses pendahulu dari peroses persepsi. Peroses penginderaan akan

berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui

alat indra, yaitu mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat

pendengar, hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan,

kulit ditelapak tangan sebagai alat perabaan; yang kesemuanya sebagai alat

indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu

Dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di

sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Dalam persepsi stimulus dapat

datang dari luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu

sendiri.Namun demikian sebagian terbesar stimulus datang dari luar

individu yang bersangkutan. Sekalipun persepsi dapat melalui macam-

macam alat indera yang ada pada diri individu, tetapi sebagian besar

persepsi melalui alat indera penglihatan..

Karena persepsi merupakan aktifitas yang integrated dalam diri individu,

maka apa yang ada dalam diri individu yang ikut aktif dalam persepsi

dapat di kemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-

pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu

Page 57: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

43

stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan

individu yang lain. Persepsi itu bersipat individual.

Seperti halnya budaya kawin lari yang ada di Lombok ini khususnya di

lokasi penelitian tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di Desa

Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur.budaya kawin lari

tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat Desa Peresak, seperti halnya

dengan Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari.s

Sebagaimana yang di ungkapkan oleh Sarman S.Pd. selaku tokoh

agama atau Ustaz Jama‟ah Wahabi dalam kesempatan wawancara dengan

penulis:

„‟perempuan dan laki-laki yang duduk tanpa di dampingi dengan mahromnya itu sudah haram hukumnya apa lagi melarikan atau mencuri anak orang tanpa sepengetahuan orang tua atau walinya jelas tidak boleh di lakukan. Seperi halnya budaya kawin lari ini, melarikan anak orang di malam hari kemudian dibawa kerumah keluarga laki-laki tanpa di ketahui oleh keluarga si perempuan, jadi hukumnya mencuri itu kan sudah jelas di dalam alquran bahwa hukumnya haram dan tidak boleh dilakukan. Segala bentuk Budaya yang bertentangan dengan alquran dan hadis tidak boleh dilakukan seperti halnya budaya kawin lari ini, dan budaya kawin lari ini juga kan berasal dari budaya orang bali, masak iya kita mengikuti budayanya orang bali. walaupun budaya kawin lari ini turun temurun dari nenek moyang dan banyak di lakukan namun kami Sunnah tidak melakukan kawin lari, cara kami menikah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasululah SAW. Yaitu dengan cara Nazor, jadi kesimpulannya budaya kawin lari itu tidak boleh di lakukan dan hukumnya pun haram‟‟32

Dari petikan hasil wawancara di atas bahwa budaya kawin lari tidak

diterima sepenuhnya oleh masyarakat Desa peresak karena budaya kawin

lari menyimpang dari menyimpang dari ajaran agama.Walaupun budaya

32Sarman, Wawancara(Peresak, 05-03-2017, 16:23; 35)

Page 58: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

44

kawin lari memang budaya nenek moyang yang sudah ada dari dulu dan

masih dilakukan di Desa Peresak Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok

Timur.

Selain menyimpang dari ajaran agama, budaya kawin lari juga di

anggap melecehkan para wanita karena di ambil secara diam-diam atau

dicuri pada malam hari tanpa sepengetahuan pihak keluarga perempuan,

Pada kesempatan lain penulis juga melakukan wawancara dengan

Mahyuni selaku masyarakat Desa Peresak yang menganut aliran Sunnah, .

„‟ Seharusnya pemerintah tidak boleh membiarkan kawin lari itu terjadi atau pemerintah tidak mengesahkan budaya kawin lari itu, karena dengan kawin lari para wanita itu dilecehkan, kawinlari itu kan melarikan perempuan tanpa diketahui oleh orang tuanya, setelah dilarikan atau dicuri baru dikasih tahu keluarga sipermpuan bahwa anaknya sudah dilarikan atau sudah melariq, itu sebenarnya tidak boleh dilakukan dan kawin lari itu selain melecehkan para perempuan, kawin lari atau budaya melarikan anak orang itu melenceng dari ajaran agama Islam walaupun menurut saya pernikahannya tetap sah karena pada saat peroses pernikahan itu ada wali dan para saksi walapun dalam ajaran kami yang mengganut ajaran Sunnah tidak ada yang menikah secara merariq atau dilarikan karena kita merariq dengan cara nazor. Jadi kalo menurut saya merariq itu boleh.tapi awal dari pernikahan itu yang salah caranya anak orang dicuri padahal sudah jelas mencuri itu tidak boleh, seolah-olah memaksa para perempuan untuk menikah padahal si perempuan belum siap untuk menikah.33

Hal serupa juga disampaikan oleh Saparudin, selaku jamaah dari aliran

Sunnah terkait budaya kawin lari yang ada di Desa Peresak Kecamatan

Sakra Kabupaten Lombok Timur.

„‟kita selaku penganut aliran Sunnah kalau sudah itu yang dikatakan sama agama walaupun dia bertentangan dengan budaya atau ajaran nenek moyang, yaaaa,,tetep kita ikuti agama, karena budaya kawin lari itu bertentangan dengan Al-quran dan hadis, kita

33

Mahyuni , wawancara (Peresak, 09-04-2017. 16;03)

Page 59: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

45

selaku penganut aliran Sunnah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh agama, apa yang ada di Al-quran dan hadits itu yang kami kerjakan, walaupun itu kebiasaan dari nenek moyang kita, budaya kita , kita tidak lakukan karena bertentangan dengan agama, dan budaya kawin lari ini malah hukumnya haram karena bertentangan dengan Al-qur‟an dan hadits, dan resepsi pernikah kita pun, apa yang di ajarkan agama itu yang kita lakukan, seperti nyorong dan uang jaminan kita tidak melakukannya cukup dengan membayar mahar/maskahwin saja, uang jaminanpun dibayar kalau pun ada kalo tidak ada tidak perlu dibayar, karena di dalalam ajaran kita tidak ada yang memerintahkan untuk nyorong. Jadi apabun bentuk dari budaya atau ajaran nenek moyang kita yang bertentangan dengan Al-qur‟an dan Hadits kita tidak kerjakan.‟‟34

Hal serupa di ungkapkan oleh fa‟i dalam kesempatan wawancara dengan

penulis iya mengatakan bahwa.

„‟kita selaku jama‟ah sunnah tidak nikah dengan cara adat yang berkembang di desa peresak namun kita menikah dengan cara nazor, dan pernikahan kami juga tidak rumit seperti yang ada di desa Peresak ini yang disebut dengan merariq atau kawin lari. dalam ajaran kami tidak melakukan kawin lari atu merariq karena bertentangan dengan ajaran agama, karena budaya kawin lari yang saya tau kita mengambil anak orang kemudian kita bawa ke rumah saudara atau teman kita untuk di sembunyikan dalm waktu beberapa hari, kemudian si mempelai wanita tidak ada mahromnya yang menemani, kalo menurut saya kawin lari itu tidak boleh dilakukan karena kan bertentangan dengan agama malahan hukumnya haram.‟‟

Dari hasil obsevasi dan wawancara yang penulis lakukan, dapat di

simpulkan bahwa budaya kawin lari tidak boleh di lakukan dan hukumnya pun

haram karena bertentangan dengan ajaran agama selain bertentangan dengan

ajaran agama dan jama‟ah wahabi juga tidak melakukan budaya kawinlari

melainkan mdengan cara nazor .yang sebagaimana telah di ajarkan oleh Al-

qur‟an dan hadits.

34

Saparudin , wawancara(Peresak, 09-04-2017. 16; 57)

Page 60: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

46

BAB III

PEMBAHASAN

1. peroses pelaksanaan kawin lari di Desa Peresak.

Dalam adat sasak perosesi pernikahan dapat di klasifikasikan

menjadi dua tahapan utama, yaitu pra pernikahan dan pasca

pernikahan.deskeripsi berikut ini akan menggambarkan beberapa perosesi

yang harus dilalui oleh pasangan laki-laki an perempuan suku sasak

khususnya di Desa Peresak Kecamatan Sakra Lombok timur menuju

gerbang perkawinan di antaranya:

1) Pra perkawinan

secara umum, setiap perkawinan biasanya di dahului oleh

sebuah perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan. teradisi

ini dalam masyarakat sasak di kenal dengan sebutan beberayean

atau bekemele’an, maksudnya adalah saling menjajaki atau

pacaran. berayeanatau bekemele’an adalah pacaran atau ada rasa

saling memeiliki antara seorang laki-laki dengan perempuan

(antara muda dan mudi). berayeanatau bekemele’an merupakan

perosesi awal untuk menuju pernikahan dalam adat-istiadat

masyarakat sasak. tujuan dari berayean ini hampir sama dengan

konsef ta’arruf, yaitu sarana untuk saling kenal mengenal antara

dua pasangan muda mudi sebagai bekal untuk membangun rumah

tangga di kemudian hari. Bagi masyarakat sasak, akan merasa

heran kalo dua pasangan muda-mudi melangsungkan pernikahan

Page 61: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

47

tanpa pernah diketahui berayean atau bekemele’an (pacaran)

sebelumnya karena pertanyaan yang sering muncul dari khalayak

adalah‟‟wah ngone’ ye pade berayean atau bekemele’an?‟‟(sudah

berapa lama mereka berpacaran), dan bahkan lamanya waktu

berpacaran terkadang berpengaruh berat ringnnya ajikrama.

ada beberapa macam yang dilakukan para muda mudi

dalam beberayean atau bekemele’an untuk bisa saling kenallebih

dekat antara keduanya bahkan dengan keluarga si perempuan dan

masyarakatnya, yaitu:

a. midang

midang adalah berkunjung ke rumah gadis dengan maksud

untuk menemuinya atas dasar cinta.kalau datang ke rumah

gadis bukan semata-mata untuk menemui dia dan tidak atas

dasar cinta, tidak di katakan midang, melainkan

silaturrahmi biasa atau main-main

b. mereweh

merewehartinya memberi. perewehanmaksudnya

pemberian. bagi laki-laki yang sedang berpacran seringkali

memberikan sesuatu kepada si gadis. permewehan itu

biasanya diberikan dalam dua motif; pertama, semata-mata

inisiatif sendiri laki-laki dengan maksud untuk

membahagiakan dan atau untuk membuktikan keseriusan

Page 62: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

48

cintanya. kedua, karena memang ada permintaan dari

sigadis.

2) merariq

merariq merupakan rangkain akhir dari peroses pencarian

jodoh (pasangan) untuk menuju perkawinan. merariqartinya

membawa lari seorang perempuan oleh pihak laki-laki untuk

kawin. merariq merupakan yang paling banyak di lakukan oleh

suku sasak di beberapa tempat dari dulu hingga sekarang untuk

perkawinan

3) besejati lan beselabar

besejati merupakan peroses informasi yang ditujukan

kepada pemerintah desa (desa asal calon perempuan) untuk

memberi tahukan kepada kepala desa (pengamong krama)

kemudian dilanjutkan informasi tersebut kepada kepala dusun atau

keliang (pengemban krama), dan selanjutnya kepada orang tua

mempelai perempuan. selabarartinya sebar kabar.35

4) Betikah atau Akad Nikah

sebelum akad nikah (betikah) dilaksanakan, pihak laki-laki

sebelumnya telah siap untuk menghadirkan orang tua perempuan

sebagai wali dan juga Petugas Pencatat Nikah (PNN) desa. karena

itu pihak keluarga laki-laki semenjak peroses merariq harus segera

menghibungi kiyai (tokoh agama) dusun untuk melapor ke PNN

35

Muhammad Harfin zuhdi, Peraktik Merariq.hlm..58-69

Page 63: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

49

dan mencari kepastian kesediaan orang tua perempuan untuk hadir

sebagai wali (nutut wali). Apabila semuanya sudah siap, maka

akad nikah bisa dilangsungkan pada hari yang sudah disepakati

semua pihak dan pelaksanaanya mungkin saja dilaksanakan di

masjid, musolla (santren).

5) Bait-janji;pisuke, Ajikrama, dan Arte Gegawan.

Dengan berahhirnya peroses betikah atau akad nikah, maka

inti poin tuntutan syari‟at(hukum islam) dalam perkawinan

dianggap sudah selsai, dan mempelai laki-laki dan perempuan

sudah mendapat legalitas untuk melakukan hubungan biologis.

Namun inti poin tuntunan adat sasak masih belum selsai. Tuntunan

adat yang harus dilaksanakan setelah acara betikah adalah bait

janji.

6) Begawe atau pesta

begaweartinya pesta, perhelatan atau selamatan.pesta bagi

pihak laki-laki biasanya disebut nanggap,sedangkan pesta bagi

pihak perempuan disebut ngadap. penyebutan nanggap bagi pesta

pihak laki-laki karena sesungguhnya dialah yang melaksanakan

pesta, sedangkan pihak perempuan disebut ngadep karena

(kebanyakan) biayanya berasal dari pihak laki-laki berupa pisuke

(pemberian pihak laki-laki atas pihak perempuan) dan semata-mata

di adakan hanya untuk menyambut kedatangan peserta

nyongkolang(sorong serah) dari pihak laki-laki

Page 64: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

50

7) Nyongkolang (seremonial perkawinan)

Bila sudah selsai menyerahkan uang tersebut, maka

dibicarakanlah kapan akan dilaksanakan acara nyongkolang

(seremonial). dalam masyarakat sasak, acara ini dilaksanakan oleh

kedua keluarga mempelai dalam waktu yang sama di rumah

masing-masing. Hal demikian karena acara ini tidak lah acara

sederhana dimana dalam acara nyongkolan ini kedua keluarga

mempelai akan mempersiapkan segala macam perosesi

nyongkolan. keluarga laki-laki akan mempersiapkan kedua

mempelai untuk mengunjung keluarga perempuan sebagai tanda

serah terimadi antara kedua belah pihak.

Dalam perosesi nyongkolang ini, keluarga laki-laki

mengundang seluruh keluarga atau karib kerabat untuk menghadiri

acara nyongkolan itu, begitu juga dengan keluarga perempuan,

biasanya acara nyongkolan dari pihak perempuan di namakan

nanggep, yaitu acara seremonial yang diadakan dirumah mempelai

perempuan karena akan menyambut kedatangan pengantin mereka

untuk serah terima (sorong serah)

Page 65: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

51

8) Bales onos nae(kunjungan balasan sebagai balasan perpisahan)

Bales onos nae, yaitu kunjungan pihak pengantin laki-laki

kepada keluarga pengantin perempuan stelah acara nyondolan

danajikrama. Bales onos nae, ini bertujuan untuk memperkenalkan

semua anggota keluarga terdekat secara khusus. Bales onos nae ini

juga sebagai simbol perpisahan terakhir dari pengantin perempuan

kepada kedua orangtuanya karena pengantin perempuan akan

mengikuti ke mana suaminya tinggal nanti.36

2. persepsiJama’ah Wahabi terhadap budaya kawin lari.

Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat

bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan

beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia, mahluk yang dimuliakan

Allah SWT.Untuk menjauhi dari ketimpangan dan penyimpangan, Allah

SWT. Telah membekali syariat dan hokum-hukum islam agar

dilaksanakan manusia dengan baik.

Perkawinan merupakan salah satu dimensi kehidupan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia di dunia mana pun.Begitu pentingnya

perkawinan, maka tidak mengherankan jika agama-agama didunia

mengatur masalah perkawinan bahkan teradisi atau adat masyarakat dan

juga institusi negara tidak ketinggalan mengatur perkawinan yang berlaku

di kalangan masyarakat.

36

ibid,,hlm,71

Page 66: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

52

Sudah menjadi kenyataan umum bahwa pengaturan masalah perkawinan

di dunia tidak menunjukkan adanya keseragaman. Keberbedaan itu tidak

hanya antara satu agama dengan agama yang lain, satu adat dengan adat

masyarakat yang lain, satu negara dengan negara yang lain, bahkan dalam

satu agamapun dapat terjadi perbedaan pengaturan perkawinan yang

disebabkan adanya cara berpikir berlainan karena menganut mazhab atu

aliran yang berbeda37.

Tujuan pernikahan dalam islam tidak hanya sekedar pada batas

pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan seksual, tetapi memiliki

tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan social, psikologi dan

agama.38

Pernikahan merupakan hal yang sacral di dalama agama Islam karena itu

tidak boleh bermain-main dengan pernikahan tersebut, tentu dalam ajaran

Islam sudah diatur bagaimana seharusnya melakukan pernikahan. Akan

tetapi dengan banyaknya mazhab atau aliran yang berkembang di

Indonesia sehingga terjadi banyak persepsi terhadap proses perkawinan

tersebut. Sepertihalnya aliran Sunnah dan Ahlussunnah Waljamaah

berbeda persepsi atau pendapat terhadap proses dan hukum pernikahan

yang berkembang di Lombok khususnya di Desa Peresak Kecamatan

Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Adat pernikah yang berkembang dilombok dari dulu hingga sekarang

terkenal dengan budaya kawin lari atau merariq.sehingga budaya kawin

37 Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqih Kontemporer, (Yogyakarta: Teras, 2009)

38Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Munakahat (Jakarta:

AM)AH, hal…

Page 67: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

53

lari ini acapkali menimbulkan perselisihan antara golongan yang satu

dengan yang lainnya. Hal seperti ini terjadi didesa Peresak yang dimana

terdapat Jama‟ah Wahabi yang tidak membolehkan kawin lari

Dari hasil penelitian yang telah penulis paparkan di bab sebelumnya, ada

beberapa persepsi Jama‟ah Wahabi terhadap budaya kawin lari, di

antaranya:

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa Jama‟ah

Wahabi, mereka beranggapan bahwa budaya kawin lari tersebut

dengan beberapa alasan sebagai berikut:

a. Bertentangan dengan ajaran agama.

Akad nikah berbeda dengan teransaksi-teransaksi lain

karena memiliki pengaruh penting dan sakral.Tema pernikahan

menyangkut kehidupan manusia dan hubungan kebersamaan antara

jenis laki-laki dan perempuan.Dari sisi ini pernikahan tergolong

transaksi yang paling agung yang memperkuat hubungan antar

sesama manusia dan paling keritis keadaannya. Oleh karena itu

syariat islam menghendaki pelaksanaan pranikah (peminangan)

untuk menyingkap kecintaan kedua pasang manusia yang akan

mengadakan transaksi nikah, agar dapat membangun keluarga yang

didasarkan pada kecintaan yang mendalam. Dari keluarga inilah

muncul masyarakat yang baik dapat melaksanakan syariaat Allah

dan sendi-sendi ajaran Islam yang lurus.

Page 68: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

54

Khitabah (meminang) adalah permintaan seorang laki-laki untuk

menguasai seorang wanita tertentu dari keluarganya dan bersekutu

dalam urusan kebersamaan hidup.Atau dapat pula diartikan,

seorang laki-laki menampakkan kecintaannya untuk menikahi

seorang wanita yang halal dinikahi secara Syara‟. Adapun

pelaksanaannya beragam;adakalanya peminang itu sendiri yang

meminta langsung kepada yang bersangkutan, atau melalui

keluarga, dan atau melalui utusan seseorang yang dapat dipercaya

untuk meminta orang yang dikehendaki.

Syariat islam memperbolehkan seorang laki-laki memandang

wanita yang ingin dinikahi, bahkan dianjurkan dan disunnahkan

karena pandangan peminang terhadap pinangan merupakan bagian

dari dari saranakeberlangsungan hidup pernikahan dan

ketenteraman. Sebagaimana yang diriwayatkan Nabi SAW.

Bersabda kepada Al-Mughirah bin Syu‟bah yang telah meminang

seorang wanita untuk dinikahi: „‟ Apakah anda telah melihatnya?‟‟

iya menjawab: belum.‟‟ Beliau bersabda.

Syariat islam memperbolehkan laki-laki melihat wanita

terpinang, demikian juga wanita terpinang boleh melihat laki-laki

peminang. Penglihatan masing-masing ini dimaksudkan agar saling

memahami dan menerima sebelum melangkah ke

pernikahan.Kebolehan melihat tersebut hanya pada saat khitbah.

Page 69: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

55

Oleh karena itu, peminang tidak boleh bersunyian empat mata

dengan wanita terpinang, tidak boleh pergi bersama, keluar untuk

rekreasi, dan lain-lain kecuali disertai dengan

mahramnya(saudara). Hal tersebut untuk menolak fitnah, menjauhi

tempat-tempat keraguan, melihara kemuliaan dan kehormatan

gadis, sungguh-sungguh memelihara masa depan, dan melihara

keluarganya.

Fuqaha‟ telah sepakat bahwa pandangan peminang terhadap wanita

terpinang tidak boleh di tempat sunyi karena bersunyian antara

laki-laki dan wanita haram.Syara‟ tidak memperbolehkannya

sekalipun untuk berhitbah. Larangan berlaku umum sebagaimana

sabda Nabi SAW yang artinya

ا اَسْيطا ل ِ ثا لثح َ رجل با ْمر أة فإ ايْخلو

Artinya : tidak boleh bersunyian seorang laki-laki dengan seorang

wanita, sesungguhnya yang ketiga adalah setan.

Hadis di atas bukan berarti melarang duduk dan berbincang-

bincang antara peminang dan terpinang.Hal tersebut dapat

dilakukan dengan syarat adanya mahram yang menyertainya atau

minimal di bawah pengawasan keluarga atua kerabat.39

Dalam perosesi kawin lari wanita di bawa ketempat

persembunyian sebelum melakukan akad nikah sehingga calon

39

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih munakahat (jakarta;Amzah 2011).hlm..8

Page 70: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

56

mempelai laki-laki bebas saling pandang walupun sudah menikah

namun belum sah, sehingga membuat para Jama‟ah Wahabi tidak

membolehkan kawin lari itu dan mengatakan hukumnya haram,

karena iya berpegang pada pirman Allah SWT.yang melarang

wanita dan laki-laki berduaan dan saling menjaga pandangan

mereka masing-masing.

Laki-laki (bukan Mahram) diharamkan memandang wanita

tanpa keprluan.syariat telah memerintahkan untuk menahan

pandangan mata. Allah SWT berfirman

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah

mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;

yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".(Qs. An-Nuur

[24]:30)

Dari ayat di atas lah para jama‟ah Wabi tidak memboleh kan dan

mengharamkan budaya kawin lari, karena selama perosesi kawin lari para

calon pengantin saling memandang dan tidak hanya calon pengantin

perempuan saling memandang calon pengantin laki-laki namun laki-laki

kerabat calon pengantin laki-laki yang jelas bukan mahramnya.

Page 71: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

57

b. Takut akan Zina

laki-laki bukan mahramnya di haramkan memandang wanita tanpa

ada keperluan syriat. syariat telah memerintahkan untuk menahan

pandangan mata

Syariat islam memperbolehkan melihat wanita terpinang

karena maslahat, sedangkan segala bentuk yang menimbulkan

bencana atau kerusakan (mafsadat) terlarang. Olehkarena itu tidak

boleh melihat wanita terpinang ditempat sepi tanpa disertai oleh

salah seorang keluarganya(mahram). Bersepian dengan seorang

wanita lain haram hukumnya, kecuali bagi mahram atu suami

sendiri. Asumsi diperbolehkannya pacaran, bergaul bebas, dan

bersepian dengan maksud saling mengetahui sifat atu karakter

calon teman pasangannya sebelum menikah adalah asumsi batil,

tidak benar. Hal tersebut di karenakan masing-masing individu

akan membebani teman calon pasangannya berdiri diluar karakter

dan menampakkan dirinya tidak seperti biasa.40

Dari keterangan di atas maka para jama‟ah Wahabi tidak

membolehkan kawin lari, karena membawa anak orang tanpa

sepengetahuan keluarganya atau mahramnya dan takut akan

terjadinya zina walaupun hanya sebatas zina mata dan zina tangan.

Karena Jama‟ah Wahabi berpegang teguh pada Al-qur‟an dan

hadis.

40

Ibid..17

Page 72: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

58

Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al-qur‟an surat Al-

isra‟‟ [17] ayat 32 melarang setiap orang mendekati zina.

32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu

adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.

Selama perosesi kawin lari hususnya pra pernikahan, calon pengantin di

larikan untuk di sembunyikan di rumah kerabat pengantin laki-laki,

sehingga selama perosesi pelarian dan tibanya di tempat persembunyian

calon pengantin laki-laki dan perempuan akan sering bareng, sehingga

para Jama‟ah Wahabi mengatakan adanya perzinaan di perosesi pelarian

dan persembunyian tersebut walu hanya sebatas zina mata, dan zina

tangan.

Page 73: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

59

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap persoalan yang dibahas pada

bab sebelumnya. Secara menyeluruh dapat penulis simpulkan sebagai

berikut:

1. peroses kawin lari di Desa Peresak yaitu: Menikah dengan cara

melerikan masih ada namun sudah mulai memudar,namun perosesi

merariq masih tetap terjaga. ada pun perosesi pernikahnnya yang

ada di Desa Peresak yaitu tidak kalah bedanya dengan perosesi

pernikahan yang ada di daerah-daerah lain yaitu:pertama, perosesi

pra pernikahan ialah:beberayean atau bekemele’an, midang,

mereweh.kedua, pasca pernikahan. merariq, besejati lan beselabar,

betikah atau Akad Nikah, bait janji;pisuke, Ajikrama, begawe,

nyongkolan, Bales Onas Nae.

2. Persepsi Aliran sunnah terhadap budaya kawin lari di Desa Peresak

Kecamatan Sakra adalah yaitu: pertama, budaya kawin lari tidak

boleh dilakukan dan hukumnya haram karena bertentangan dengan

ajaran agama. Kedua, Karena takut akan adanya zina, stelah calon

pengantin membawa calon pengantin perempuan ketempat

persembunyian atau ketempat dimana calon penganmtin

perempuan dimana disembunyikan akan terjadinya zina walaupun

Page 74: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

60

hanya sebatas zina mata dan zina tangan.segala bentuk budaya

yang bertentangan dengan ajaran agama tidak boleh dilakukan.

B. SARAN.

1. Jama‟ah Wahabi

Bisa saling memahami dan menghormati budaya atau kebiasaan-

kebiasaan yang ada di tengah-tengah masyarakat atau kebiasaan

jama”ah yang non Wahabi.

2. untuk masyarakat desa Yang non Wahabi.

menjaga silaturrahmi dan saling menghargai, menghormati satu sama

lainnya agar persaudaraan tetap terjaga.

3. Pemerintah Daerah

Agar selalu memberikan saran dan masukan kepada masyarakat agar

sama-sama saling menghargai dan menghormati terhadap kepercayaan

masing-masing agar tidak terjadinya konflik terhadap masyarakat.

Page 75: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

61

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin,2012. metodologipenelitiankualitatif. Bandung: CV. PustakaSetia. Djam‟an satori, 2014.metodologipenelitiankualitatif. Bandung :Alfabeta. Dunia baca.com Fattah Hanurawan. Psikologisosialsuatupengantar.Bandung :PTRemajarosakarya,

2010. Harfin, 2012.praktikmerarik. LEPPIM IAIN MATARAM. HenyustiniNuraeni, Muhammad Alfan. 2012. Study Budaya di

Indonesia.Bandung . PustakaSetia Heny, 2012.studybudaya di Indonesia.Bandung : CV. PustakaSetia. http://gudangilmusosiologi.blogspot.co.id, diunggahrabu 12-10-2016. Lexy j. moleong.Metodologipenelitiankualitatif.Bandung :RemajaRosdakarya:

2011 Sarlito, Eko. 2011. Psikologisosial. Jakarta:salembahumanika Sugiyono, 2010.memahamipenelitiankualitatif . Bandung: Alfabeta. SuharsimimiArikunto. Prosedurpenelitiansuatupengantarpraktik.Jakarta:

Bumi Aksara,1982. Sulasman,JuhayaS.Pradja,2013.Teoriteorikebudayaan,dariteorihinggaaplikasi

Bandung: CV PustakaSetia. www.gfpanjalu.com/2012/10/maksuddanpengertiankawinlari. Made MetuDahana.Sistemkawinlari, adat Bali Lombok danfilosofisnya

.Bandung: paramita, 2013. Alex Sobur. PsikologiUmum.Bandung: CV. PustakaSetia 2003. BimoWalgito.pengantarpsikologiumum.Yogyakarta: CVANDI, 1980. ArsifProfilDesaPeresak, dikutiptanggal, 5 april 2017. KutbuddinAibak. KajianFiqihKontemporer. Yoyakarta: TERAS, 2009

Page 76: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

62

Abdul Aziz Muhammad Azzam. FiqihMunakahat. Jakarta: AMZAH, 2011 Fattah HANURAWAN, PSIKOLOGI SOSIAL, SUATU PENGANTAR,( Bandung;

PT REMAJA ROSDAKARYA, 2010) Miftahul Akhyar, Risalah Ahlussunnah Waljama’ah, (Bandung: Khalista:2012)

Abdul Malik Kamal As-Sayyid Salim, Sahih Fikih Sunnah, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007)

Page 77: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

63

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 78: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

64

Dokementasi Wawancara Dengan Petuah Masyarakat Desa Peresak dan Jama‟ah

Wahabi

Page 79: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

65

Page 80: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

66

Page 81: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

67

Page 82: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

68

Page 83: PERSEPSI JAMA’AH WAHABI TERHADAP BUDAYA KAWIN LARI …etheses.uinmataram.ac.id/475/1/Supardi153133005.pdfi persepsi jama’ah wahabi terhadap budaya kawin lari di desa peresak kecamatan

69