14
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666 Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720 57 PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM TERHADAP SARANA DAN PRASARANA WISATA HALAL DI LOMBOK (STUDI KASUS KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA) L. Adi Permadi*, Sri Darwini*, Weni Retnowati, Sri Wahyulina *Manajemen FEB Universitas Mataram Kata Kunci Abstrak Persepsi, Preferensi, Wisatawan Muslim, Sarana, dan prasarana wisata halal Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi dan Preferensi Wisatawan Muslim Terhadap Sarana dan prasarana wisata Halal Di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Metode pembuktian terhadap tujuan penelitian tersebut menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif. Pengambilan data primer akan dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian akan menunjukkan informan mempersepsikan terhadap sarana pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Persepsi wisatawan Muslim terhadap sarana dan prasarana wisata Halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika secara umum baik. Kondisi Hotel atau akomodasi lainnya dan Tempat Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal KEK Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sangat baik dibanding dengan kondisi dari fasilitas pendukung lainnya. Namun terdapat kekurangan fasilitas seperti tempat sampah dan toilet umum. Berdasarkan Preferensi wisatawan Muslim terhadap sarana wisata Halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika : Toilet, Tempat Sampah dan Tempat Ibadah menjadi sarana paling penting yang diinginkan oleh para wisatawan yang berkunjung ke KEK Mandalika, Ada beberapa fasilitas yang harus disesuaikan dengan kondisi wisatawan seperti musalla yang berjarak cukup jauh dengan lokasi wisata, harus ada tersedia musalla yang dekat dengan lokasi wisata. Fasilitas untuk wisatawan Muslim yang ada di KEK Mandalika masih perlu ditambah. Fasilitas yang perlu ditambah adalah tong sampah, toilet, tempat istirahat pengunjung dan musalla wisatawan. Korespondensi : L. Adi Permadi Email : [email protected] 1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan industri penting bagi Nusa Tenggara Barat (NTB). Selama ini, jumlah wisatawan NTB setiap tahun selalu meningkat. Hal ini terbukti sejak 2009 hingga 2014 jumlah kedatangan wisatawan meningkat 20 - 40 persen setiap tahunnya. Peningkatan kedatangan wisata ini berarti peningkatan penggunaan fasilitas pelayanan jasa wisata di NTB dan peningkatan jumlah pendapatan masyarakat dari belanja tiap wisatawan. Pengakuan dunia pun tentang kemampuan wisata NTB tidak diragukan lagi. Ini terlihat dari dinobatkannya Lombok sebagai pemenang penghargaan World Halal Travel Summit 2015 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sementara itu pada 7 Desember 2016 lalu, World Halal Tourism Award (WHTA) 2016 telah mengumumkan para pemenang dari 16 kategori yang dilombakan tingkat dunia. Dalam kompetisi ini, Lombok patut berbangga, karena ber hasil menjadi pemenang kategori World’s Best Halal Honeymoon Destination 2016 melalui

PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

57

PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM TERHADAP SARANA DAN

PRASARANA WISATA HALAL DI LOMBOK (STUDI KASUS KAWASAN EKONOMI

KHUSUS MANDALIKA)

L. Adi Permadi*, Sri Darwini*, Weni Retnowati, Sri Wahyulina

*Manajemen FEB Universitas Mataram

Kata Kunci Abstrak

Persepsi, Preferensi,

Wisatawan Muslim,

Sarana, dan

prasarana wisata

halal

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi dan Preferensi Wisatawan

Muslim Terhadap Sarana dan prasarana wisata Halal Di Kawasan Ekonomi Khusus

Mandalika. Metode pembuktian terhadap tujuan penelitian tersebut menggunakan

metode penelitian diskriptif kualitatif. Pengambilan data primer akan dilakukan

dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian akan menunjukkan informan

mempersepsikan terhadap sarana pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus

Mandalika. Persepsi wisatawan Muslim terhadap sarana dan prasarana wisata Halal

di kawasan ekonomi khusus Mandalika secara umum baik. Kondisi Hotel atau

akomodasi lainnya dan Tempat Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal KEK

Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sangat baik dibanding dengan kondisi dari

fasilitas pendukung lainnya. Namun terdapat kekurangan fasilitas seperti tempat

sampah dan toilet umum. Berdasarkan Preferensi wisatawan Muslim terhadap sarana

wisata Halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika : Toilet, Tempat Sampah dan

Tempat Ibadah menjadi sarana paling penting yang diinginkan oleh para wisatawan

yang berkunjung ke KEK Mandalika, Ada beberapa fasilitas yang harus disesuaikan

dengan kondisi wisatawan seperti musalla yang berjarak cukup jauh dengan lokasi

wisata, harus ada tersedia musalla yang dekat dengan lokasi wisata. Fasilitas untuk

wisatawan Muslim yang ada di KEK Mandalika masih perlu ditambah. Fasilitas yang

perlu ditambah adalah tong sampah, toilet, tempat istirahat pengunjung dan musalla

wisatawan.

Korespondensi : L. Adi Permadi

Email : [email protected]

1. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan industri penting bagi

Nusa Tenggara Barat (NTB). Selama ini, jumlah

wisatawan NTB setiap tahun selalu meningkat. Hal

ini terbukti sejak 2009 hingga 2014 jumlah

kedatangan wisatawan meningkat 20 - 40 persen

setiap tahunnya. Peningkatan kedatangan wisata ini

berarti peningkatan penggunaan fasilitas pelayanan

jasa wisata di NTB dan peningkatan jumlah

pendapatan masyarakat dari belanja tiap wisatawan.

Pengakuan dunia pun tentang kemampuan

wisata NTB tidak diragukan lagi. Ini terlihat dari

dinobatkannya Lombok sebagai pemenang

penghargaan World Halal Travel Summit 2015 di

Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sementara itu pada 7

Desember 2016 lalu, World Halal Tourism Award

(WHTA) 2016 telah mengumumkan para pemenang

dari 16 kategori yang dilombakan tingkat dunia.

Dalam kompetisi ini, Lombok patut berbangga,

karena berhasil menjadi pemenang kategori World’s

Best Halal Honeymoon Destination 2016 melalui

Page 2: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

58

Desa KEK Mandalika atau yang lebih dikenal

dengan nama KEK Mandalika Balley Region. Desa

di Lombok Timur ini memang sudah menjadi

destinasi favorit para turis lokal maupun

mancanegara dan memang biasa dijadikan

”honeymoon destination” favorit.

Bulan Maret 2017 menjadi bulan yang

mengecewakan bagi pelaku wisata dan masyarakat

NTB, Raja Salam bin Abdul Aziz dari Arab Saudi

beserta 1500 orang rombongannya yang notebene

Muslim justru memilih berlibur di Bali. Mengapa

justru Bali yang berpenduduk mayoritas non Muslim

yang dipilih oleh Raja Salman dan rombongan? Duta

Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin

Mohammed Abdullah Al Shuaibi kepada

Kompas.com mengatakan, ada dua alasan tersendiri

mengapa Bali yang menjadi tujuan Raja Salman.

Pertama, karena Bali merupakan tempat wisata yang

sangat terkenal dan kedua Bali juga memiliki

pemandangan alam yang indah.

Pada tahun 2017 46 persen wisatawan manca

negara yang berkunjung ke NTB berasal dari

Malaysia. Jumlah ini menurun dibandingkan jumlah

wisatawan Malaysia yang berkunjung di tahun

sebelumnya, yaitu 54 persen. Di sisi lain jumlah

wisatawan di NTB sepanjang tahun 2017 mengalami

fluktuasi. Ini mengingat tren wisatawan yang

musiman. Bila ditinjau dari kedatangan wisatawan

Malaysia ke Indonesia, dari sudut pada pintu

kedatangan terdekat dengan Bandara Internasional

Lombok, sebagian wisatawan masuk melalui pintu

Bandara Internasional Ngurah Rai Bali (48%).

Sementara itu yang datang melalui pintu Bandara

Internasional Lombok (BIL) hanya 16 persen

Fenomena wisawatan manca negara tersebut

di atas menunjukkan adanya masalah dalam pada

pariwisata NTB. Ini mengingat wisatawan Malaysia

sebenarnya bisa langsung mengakses NTB melalui

Bandara Internasional Lombok melalui salah satu

maskapai penerbangan yaitu Air Asia yang terbang

langsung dari Kuala Lumpur ke BIL. Namun mereka

lebih memilih melalui Ngurah Rai dan menginap

dulu di Bali baru melanjutkan perjalanan ke

Lombok.

Salah satu upaya untuk mengatasi

permasalahan pariwisata NTB adalah dengan

melakukan inovasi pemasaran. Menarik segmen

pasar baru adalah salah satu di antara strategi

pemasaran untuk bisnis pariwisata agar pariwisata

NTB tetap dan berkembang dalam kompetisi yang

tinggi ini. Ada banyak segmen industri pariwisata

masing-masing ditentukan oleh kebutuhan dan

tujuan perjalanan seperti wisata pantai dan pariwisata

medis. Sebuah segmen yang tumbuh dari industri

pariwisata disebut pariwisata halal (Henderson, 2010

dalam Kemenpar, 2015). Pariwisata halal adalah

ketika seorang musafir Muslim memilih untuk

mematuhi iman mereka dan ajaran-ajarannya

sementara perjalanan dan penginapan di luar negeri.

Wisata Muslim mendapatkan perhatian yang

tinggi sebagai ceruk pasar yang besar bagi industri

pariwisata. Karena kenyataan bahwa, di antara 20

negara yang memiliki pertumbuhan terbesar dalam

pengeluaran pariwisata internasional 2005-2010 atau

25% dari pertumbuhan belanja pariwisata dunia

pada periode tersebut adalah dari negara-negara

anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam Dunia).

Pertumbuhan pariwisata internasional yang

signifikan berasal dari pasar Muslim ini adalah

pertimbangan utama untuk daerah yang ekonomi

mendapat pendapatan yang besar dari pariwisata

(Thammarat et al., 2011 dalam Kemenpar, 2015).

Yang menjadi masalah bagi Lombok dalam

mengembangkan pariwisata halal adalah sarana

pariwisata. Hal ini dikemukan oleh Kepala Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata NTB L. M. Faozal yang

menyatakan bahwa Bali didatangi oleh Keluarga

Kerajaan Arab Saudi karena memiliki sarana

pariwisata yang lengkap dibanding NTB

(suarantb.com, 2018). Persoalan sarana menjadi

penting bagi wisatawan mengingat mereka

berpergian jauh untuk mendapatkan pengalaman

berbeda. Dalam penyediaan sarana bagi wisatawan

sebagai konsumen sering kali terjadi kesenjangan

atau perbedaan persepsi antara produsen dengan

konsumen. Selain itu budaya dan karakter konsumen

yang berbeda juga ikut menyebabkan permasalahan

pemasaran (Kotler dan Amstrong, 2015).

Perkembangan terkini fasilitas pariwisata

Lombok adalah diresmikannya operasional

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika oleh

Presiden Joko Widodo setelah tertahan selama 29

tahun. Kawasan ini adalah salah satu dari 10

kawasan yang ditargetkan menjadi “Bali Baru” oleh

Kementerian Pariwisata RI. Direktur Utama ITDC

(Indonesia Tourism Development Cooperation),

Abdulbar M. Mansoer mengatakan, ia optimistis

KEK Mandalika dapat membawa multiplier effect

perekonomian yang besar bagi masyarakat Nusa

Page 3: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

59

Tenggara Barat serta khususnya masyarakat sekitar

kawasan (republika.co.id, 2017).

Kegiatan pariwisata di Kawasan Ekonomi

Khusus Mandalika Desa Kuta, Lombok Tengah,

Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu lokasi yang

ditarget menjadi lokasi wisata halal di Pulau Lombok

harus mampu beradaptasi terhadap semua tuntutan

perubahan dengan mendengar suara dari berbagai

pihak yang berkepentingan khususnya wisatawan

yang memiliki preferensi yang berbeda dalam

memilih objek-objek wisata yang akan dikunjungi.

Preferensi wisatawan timbul dari keberagaman

fasilitas dan kegiatan wisata yang memenuhi

kebutuhan wisatawan saat melakukan perjalanan

wisata. Preferensi wisatawan menjadi dasar dalam

memperhitungkan keinginan dan kebutuhan akan

pelayanan fasilitas wisata yang akan diterima.

Preferensi dan persepsi sangat terkait dengan

keputusan seseorang untuk memilih salah satu

alternatif produk. Dalam kasus pariwisata, keputusan

seseorang untuk berwisata misalnya membutuhkan

pertimbangan yang cermat, termasuk memutuskan

dalam memilih sarana akomodasi (Sunaryo, 2005

dalam Yusrizal, 2007). Wisatawan yang berkunjung

ke destinasi pariwisata dihadapkan pada sarana

akomodasi yang ada seperti hotel, villa, homestay,

resort, bungalows, guesthouse, dan cottages.

Semakin banyaknya sarana akomodasi semakin

bervariasi pula harga serta fasilitas yang dimiliki.

Banyaknya pilihan yang ada akan menimbulkan

suatu keinginan atau kesukaan terhadap suatu benda

atau produk serta jasa yang disebut dengan istilah

preferensi. Menurut Assauri (2014:132) menyatakan

bahwa preferensi seseorang berhubungan dengan

perilaku konsumen atau pembeli dalam proses

pemilihan produk yang akan dibeli, yang terdapat

dalam proses pembelian. Proses pembelian tersebut

perlu dipelajari untuk mengetahui mengapa

seseorang memilih dan membeli serta lebih senang

pada produk merk tertentu

Pilihan atau preferensi wisatawan akan suatu

produk dan jasa berbeda antara wisatawan yang satu

dengan wisatawan yang lainnya. Oleh karena itu

sarana dan prasarana penunjang wisata halal di KEK

Mandalika harus mampu memenuhi keinginan dan

kebutuhan dari wisatawan guna meningkatkan

kepuasan wisatawan saat berkunjung. Sebelum

menginap ke suatu tempat, wisatawan pada

umumnya akan mempertimbangkan beberapa hal

seperti harga, fasilitas, lokasi yang sesuai dengan

keinginan wisatawan. Mengetahui keinginan

wisatawan terhadap keputusan dalam memilih

sarana dan prasarana sangatlah penting bagi

pengelola kawasan ekonomi khusus tersebut. Hal

tersebut dapat memberikan keuntungan bagi

pengelola kawasan agar mempersiapkan atau

memperhatikan jenis fasilitas seperti apa yang

diinginkan oleh wisatawan. Mengetahui preferensi

wisatawan juga sangat membantu dalam

menciptakan produk baru sesuai dengan fasilitas

yang diinginkan dan dibutuhkan oleh wisatawan

selama melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah

dalam hal ini adalah KEK Mandalika. Oleh karena

itu perlu untuk mengetahui jenis fasilitas seperti apa

yang diinginkan oleh wisatawan agar bisa

memberikan citra atau pandangan yang baik

terhadap amenitis yang ada di KEK Mandalika.

Telaah hasil penelitian yang dijadikan sebagai

pembanding yang memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian

dilakukan oleh Toule (2015) dengan penelitian yang

berjudul “Preferensi Wisatawan Nusantara Terhadap

Sarana Akomodasi Di Provinsi Bali”. Hasil dari

penelitian tersebut yaitu wisatawan nusantara lebih

menyukai akomodasi yang berada dekat dengan

keramaian yang belum pernah ia tinggali

sebelumnya dan memiliki amenities kamar yang

lengkap. Wisatawan lebih tertarik pada hotel yang

memiliki reputasi terkenal, lebih mementingkan

akomodasi yang dapat menawarkan loyalty

program. Selain itu, lokasi menjadi atribut yang

paling dipertimbangkan. Penelitian kedua adalah

penelitian Harikusumawan dan Mandala (2014).

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

menginap di Villa Akasha Beach Estate Kerobokan

Badung. Hasil penelitian menunjukkan ada 6 (enam)

faktor yang mempengaruhi keputusan menginap di

Villa Akasha Beach Estate Kerobokan Badung yaitu

faktor sosial, hidangan dan pendidikan, produk,

pelayanan, promosi dan lingkungan. Penelitian

ketiga yang dilakukan oleh Dewi dan Nugroho

(2014). Hasil dari penelitian Dewi dan Nugroho

(2014) tersebut adalah citra wisatawan terhadap

Geopark Gunung Batur sangat baik. Namun citra

wisatawan terhadap amenitas kurang baik,

sedangkan citra wisatawan terhadap aksesibilitas dan

masyarakat lokal adalah baik. Hal tersebut berarti

wisatawan yang berkunjung ke Kintamani memiliki

suatu citra yang baik terhadap Geopark Gunung

Page 4: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

60

Batur sebagai daya tarik wisata. Penelitian keempat

yang dilakukan oleh Sulistiono (2010). Hasil dari

penelitian tersebut yaitu variabel kualitas pelayanan,

fasilitas dan lokasi secara signifikan mempengaruhi

keputusan menginap, selain itu Sulistiono (2010)

menunjukkan bahwa variabel keputusan menginap

ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain yang tidak diteliti pada penelitian tersebut.

Keinginan wisatawan akan suatu produk dan

jasa berbeda antara wisatawan yang satu dengan

wisatawan yang lainnya. Oleh karena itu sebuah

sarana akomodasi harus mampu memenuhi

keinginan dan kebutuhan dari wisatawan guna

meningkatkan kepuasan wisatawan saat berkunjung.

Sebelum menginap ke suatu tempat, wisatawan pada

umumnya akan mempertimbangkan beberapa hal

seperti harga, fasilitas, lokasi yang sesuai dengan

keinginan wisatawan. Mengetahui keinginan

wisatawan terhadap keputusan dalam memilih

akomodasi sangatlah penting bagi pelaku industri

pariwisata. Hal tersebut dapat memberikan

keuntungan bagi pemilik akomodasi agar

mempersiapkan atau memperhatikan jenis

akomodasi seperti apa yang diinginkan oleh

wisatawan. Mengetahui preferensi wisatawan juga

sangat membantu dalam menciptakan produk baru

sesuai dengan jenis akomodasi yang diinginkan dan

dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan

perjalanan wisata ke suatu daerah dalam hal ini

adalah KEK Mandalika. Oleh karena itu perlu untuk

mengetahui jenis akomodasi seperti apa yang

diinginkan oleh wisatawan agar bisa memberikan

citra atau pandangan yang baik terhadap amenitis

yang ada di KEK Mandalika.

Sarana dan prasarana wisata merupakan salah

satu unsur penting pembentuk produk wisata yang

berperan untuk menunjang kemudahan dan

kenyamanan wisatawan dalam perjalanan wisata.

Pemasaran produk pariwisata halal sangat

tergantung pada sarana penunjangnya. Namun

Wisatawan Muslim tidak hanya dari Timur Tengah

dan banyak perbedaan di antara wisatawan tersebut

sehingga mungkin saja terjadi perbedeaan persepsi

dan preferensi. Untuk itu persepsi dan preferensi

wisatawan terhadap sarana dan prasarana wisata

halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika perlu

diketahui sebagai masukan untuk masyarakat

setempat agar dapat menangkap peluang usaha

pariwisata halal.

2. KAJIAN LITERATUR

Pengertian Pariwisata Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun

2009 tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata

adalah sebagai berikut : “Pariwisata adalah berbagai

macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.

”Menurut Richardson dan Fluker (2004 ; 5)

dalam Kemenpar (2015) ada beberapa komponen

pokok yang secara umum menjadi batasan definisi

pariwisata, yaitu :

1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu

pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat

lain.

2. Adanya unsur tinggal sementara di tempat yang

bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya

tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut

bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di

tempat yang dituju.

Wisatawan

Pengertian wisatawan menurut Undang-

Undang Republik Indonesia No 9 tentang

Kepariwisataan, Bab I berisi tentang Ketentuan

Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan sebagai

berikut :

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan

secara sukarela serta bersifat sementara untuk

menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan

wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan

wisata.

Dari definisi di atas disimpulkan bahwa

wisatawan merupakan pelaku (konsumen) yang

melakukan kegiatan di luar aktivitas sehari-hari

untuk melakukan kunjungan wisata ataupun suatu

perjalanan yang direncanakan untuk mendapatkan

kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Menurut

Suwardjoko dan Indira (2007 ; 16), wisatawan

adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Wisatawan terbagi atas dua kategori yaitu :

a. Wisatawan Mancanegara (Internasional) yaitu

wisatawan dari berbagai Negara lain yang

berkunjung ke wilayah Negara X, dan warga

Negara X yang berwisata ke luar wilayah Negara

X. Wisatawan Nasional (Domestik) yaitu

wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di

dalam wilayah Negara X. Di Indonesia,

wisatawan domestik terdiri atas wisatawan

nusantara dan wisatawan domestik asing.

Page 5: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

61

b. Wisatawan Nusantara (Nasional) adalah warga

Negara Indonesia yang berwisata di dalam

wilayah Negara Indonesia. Sedangkan

wisatawan domestik asing adalah warga negara

asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di

dalam wilayah Indonesia.

Pariwisata Halal

Definisi Wisata Halal

Terminologi wisata halal atau wisata syariah

di beberapa negara ada yang menggunakan istilah

seperti Islamic tourism, halal tourism, halal travel,

ataupun as Moslem friendly destination. Menurut

pasal 1 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Indonesia No. 2 Tahun 2014 tentang

pedoman penyelenggaraan usaha hotel syariah, yang

dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip hukum

islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah

disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Istilah

syariah mulai digunakan di Indonesia pada industri

perbankan sejak tahun 1992. Dari industri perbankan

berkembang ke sektor lain yaitu asuransi syariah,

pengadaian syariah, hotel syariah, dan pariwisata

syariah.

Definisi pariwisata syariah adalah kegiatan

yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan

yang disediakan masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi

ketentuan syariah (Kemenpar, 2015). Pariwisata

syariah dimanfaatkan oleh banyak orang karena

karakteristik produk dan jasanya yang bersifat

universal.Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan

tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama

dengan produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata

pada umumnya selama tidak bertentangan dengan

nilai-nilai dan etika syariah. Jadi pariwisata syariah

tidak terbatas hanya pada wisata religi.

Menurut Sofyan (2012:33) dalam Kemenpar

(2015), definisi wisata syariah lebih luas dari wisata

religi yaitu wisata yang didasarkan pada nilai-nilai

syariah Islam. Seperti yang dianjurkan oleh World

Tourism Organization (WTO), konsumen wisata

syariah bukan hanya umat Muslim tetapi juga non

Muslim yang ingin menikmati kearifan lokal.

Pemilik jaringan Hotel Sofyan itu menjelaskan,

kriteria umum pariwisata syariah ialah; pertama,

memiliki orientasi kepada kemaslahatan umum.

Kedua, memiliki orientasi pencerahan, penyegaran,

dan ketenangan. Ketiga, menghindari kemusyrikan

dan khurafat. Keempat, bebas dari maksiat. Kelima,

menjaga keamanan dan kenyamanan. Keenam,

menjaga kelestarian lingkungan. Ketujuh,

menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan

lokal.

Menurut Nirwandar (2015) dalam Kemenpar

(2015) keberadaan wisata halal sebagai berikut:

Halal tourism adalah extended services. Kalau tidak

ada dicari, kalau ada, bisa membuat rasa aman.

Wisata halal bisa bergandengan dengan yang lain.

Sifatnya bisa berupa komplementer, bisa berupa

produk sendiri. Misalnya ada hotel halal, berarti

membuat orang yang mencari hotel yang menjamin

kehalalan produknya akan mendapatkan opsi yang

lebih luas. Ini justru memperluas pasar, bukan

mengurangi. Dari yang tadinya tidak ada, jadi ada”.

Perilaku Wisatawan

Pengertian Perilaku Wisatawan

Pemasaran pada dasarnya bertujuan

memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta

keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan

sasaran (target wisatawan). Bidang ilmu perilaku

wisatawan (tourist behavior) mempelajari

bagaimana individu, kelompok, dan organisasi

memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan

suatu produk dalam rangka memuaskan kebutuhan

dan keinginan wisatawan. Tantangan terbesar yang

dihadapi daerah tujuan wisata, khususnya bagian

pemasaran, selama ini bagaimana mempengaruhi

perilaku wisatawan agar dapat mendukung produk

(barang dan jasa) yang ditawarkan kepada

wisatawan. Tujuan terpenting dari setiap promosi

adalah mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung,

namun tindakan pembelian hanyalah salah satu

bagian dari keseluruhan proses perilaku konsumen.

Para ahli mendefinisikan perilaku wisatawan,

menurut Morrisan (2007:64) dalam Kemenpar

(2015) perilaku wisatawan adalah proses dan

kegiatan yang terlibat ketika orang mencari,

memilih, menggunakan, mengevaluasi, dan

membuang produk dan jasa untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Loudon

dan Della Bitta (Alma, 2008:236) “Tourist behavior

may be defined as the decision process and physical

activity individuals engage in when evaluating,

acquiring, using, or disposing of goods and

services“. (Perilaku wisatawan adalah proses

pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-

individu yang semuanya ini melibatkan individu

dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau

mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa).

Page 6: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

62

Menurut Kotler dan Keller (2009:189)

mengemukakan tentang definisi perilaku wisatawan

yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals,

groups, and organizations select, buy, use, and

dispose of goods, services, ideas, or experiences to

satisfy their needs and wants”. Dapat dijelaskan

bahwa pemasar atau perusahaan harus memahami

tentang apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan

wisatawan baik itu berupa jasa, ide-ide, atau

pengalaman yang mampu memuaskan keinginan

dan kebutuhan wisatawan.

Terdapat beberapa hal yang penting yang

dapat diungkapkan dari definisi yang telah

dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah

suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap

(Kemenpar, 2015) yaitu.

1. Tahap perolehan (acquisition), mencari

(searching) dan membeli (purchasing).

2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa

menggunakan (using) dan mengevaluasi

(evaluating).

3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition)

yang berupa tindakan wisatawan.

Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi

unit-unit pengambil keputusan (decision unit)

menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari,

wisatawan sendiri yang membentuk pasar

wisatawan (tourist market) dan wisatawan

organisasional yang membentuk pasar bisnis

(business market). Adapun konsep personal tourist

dalam definisi perilaku wisatawan dapat lebih

dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan

individu yang membeli barang dan jasa untuk

dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan

dijadikan hadiah untuk orang lain sehingga personal

wisatawan merupakan pengguna terakhir .

Menurut Kemenpar (2015) ada beberapa

sifat dari perilaku wisatawan yaitu:

1. Tourist Behavior Is Dynamic

Perilaku wisatawan dikatakan dinamis karena

proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap

individu wisatawan, kelompok wisatawan, dan

perhimpunan besar wisatawan selalu berubah

secara konstan. Sifat yang dinamis demikian

menyebabkan pengembangan strategi

pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus

sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat

dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan

tempat lain, karena itu suatu perusahaan harus

senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara

berkala untuk meraih wisatawannya.

2. Tourist Behavior Involves Interactions

Perilaku wisatawan terdapat interaksi antara

pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia,

serta lingkungan. Semakin dalam suatu

perusahaan memahami bagaimana interaksi

tersebut mempengaruhi wisatawan semakin baik

perusahaan tersebut dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan wisatawan serta

memberikan value atau nilai bagi wisatawan.

3. Tourist Behavior Involves Exchange

Perilaku wisatawan, melibatkan pertukaran

antara manusia. Dengan kata lain seseorang

memberikan sesuatu untuk orang lain dan

menerima sesuatu sebagai gantinya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Wisatawan

Perilaku wisatawan dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti yang dikemukakan Kotler

dan Keller (2009:190) yaitu, faktor budaya, faktor

sosial, faktor personal dan faktor psikologi. Faktor-

faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Budaya

Budaya, subbudaya dan kelas sosial merupakan

faktor yang paling banyak mempengaruhi

perilaku kunjungan pada wistawan. Budaya

merupakan sesuatu yang dasar dari keinginan

dan kebutuhan seseorang. Masing-masing

budaya terdiri dari bagian yang lebih kecil yaitu

sub budaya yang mampu menyediakan

identifikasi yang lebih spesifik dan sosialisasi

bagi anggotanya. Sub budaya terdiri dari dari

kebangsaan, kepercayaan, ras, dan area geografi.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial sebagai tambahan dari faktor

budaya, faktor sosial terdiri dari referensi

keluarga, kelompok, dan aturan sosial dan status

berdampak pada perilaku kunjungan.

3. Faktor Personal

Keputusan berkunjung juga dipengaruhi oleh

karakteristik personal, yang termasuk dalam

kategori ini adalah umur dan daur hidup,

pekerjaan dan ekonomi, kepribadian dan konsep

diri, dan gaya hidup dan nilai. Karena beberapa

karakteristik ini memiliki dampak yang

langsung dalam perilaku wisatawan, hal ini

sangat penting untuk pemasar dalam mendekati

wisatawan.

4. Faktor Psikologi

Page 7: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

63

Langkah utama dalam memahami perilaku

wisatawan adalah model tanggapan rangsangan.

Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk

masuk dalam kesadaran wisatawan dan

mengatur proses kejiwaannya yang

menggabungkan dengan karakteristik keyakinan

wisatawan untuk menghasilkan proses

keputusan dan keputusan berkunjung. Tugas

pemasar adalah untuk memahami apa yang

terjadi pada kesadaran wisatawan antara

kedatangan stimuli pemasaran yang masuk dan

keputusan berkunjung total. Terdapat empat

kunci proses psikologi yaitu, motivasi, persepsi,

pembelajaran dan memori yang merupakan hal

dasar untuk mempengaruhi tanggapan

wisatawan.

Motivasi Wisatawan

Motivasi merupakan hal yang sangat

mendasar dalam wisatawan dan pariwisata, karena

motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan

wisata, walaupun motivasi ini sering tidak disadari

oleh wisatawan itu sendiri (Sharpley, 1994). Analisis

mengenai motivasi semakin penting jika dikaitkan

dengan pariwisata dimana perilaku manusia

dipengaruhi oleh berbagai motivasi.

Pada dasarnya perjalanan wisata dimotivasi

oleh beberapa hal yang mendorong

perjalanan,motivasi-motivasi tersebut dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar

(McIntosh, 1977 dan Murphy, 1985 dalam Pitana,

2005) sebagai berikut:

Physical or physiological motivation (motivasi

yang bersifat fisik atau fisiologis) antara lain

untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,

berpartisipasi dalam kegiatan olah raga,

bersantai, dan sebagainya.

Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu

keinginan untuk mengetahui budaya, adat,

tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga

ketertarikan akan berbagai obyek tinggalan

budaya (monumen bersejarah)

Social motivation atau interpersonal Motivation

(motivasi yang bersifat sosial), seperti

mengunjungi teman dan keluarga, menemui

mitra kerja, ziarah, pelarian dari situasi yang

membosankan, dan sebagainya.

Fantasy motivation (motivasi karena fantasi),

fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan

bisa lepas dari rutinitas keseharian yang

menjemukan, dan ego- enhancement yang

memberikan kepuasan psikologis.

Pola Perjalanan Wisatawan

Pola dasar dari perjalanan pariwisata termasuk

dalam kriteria definisi orang yang melakukan

perjalanan (traveller) dalam hubungannya dengan

industri perjalanan wisata, yaitu:

1. Jarak

Masalah yang timbul adalah untuk

menentukan perjalanan itu perjalanan lokal

atau perjalanan pariwisata. Maka diambil

keputusan bahwa perjalanan pariwisata adalah

dari rumah tinggal yang berlokasi 150 km

dari tempat wisata (Hadinoto, 1996 dalam

Dwiputra, 2013). Bagi kepariwisataan jarak ini

berarti adanya lingkungan yang berbeda dari

lingkungan dimana wisatawan biasanya

sehari-hari berada. Maka sering disebut away

from home.

2. Tempat tinggal asal

Tempat tinggal asal ini penting untuk

menentukan pasar wisata. Dari pola ini dapat

diketahui apakah ia penduduk Indonesia (asing

atau WNI) atau penduduk negara lain, dan negara

mana. Maka penting untuk mengetahui tempat

negara asal, nasionalitas, atau golongan

penduduk mana.

3. Maksud kunjungan

Maksud kunjungan digunakan untuk

membedakan jenis perjalanan. Maksud tujuan ini

dibedakan dalam beberapa golongan, yaitu:

berlibur, belajar, bertemu keluarga, olahraga, dan

lain-lain.

4. Moda perjalanan

Moda transportasi sering dijadikan dassr pula

untuk perencanaan. Moda ini dibedakan antara

udara, darat, dan laut. Rute perjalanan ke tempat

wisata perlu diketahui juga, untuk menentukan

cara menyiapkan tempat wisata dalam hal

pengadaan gateway, atau untuk memudahkan

pemasaran.

Persepsi dan Preferensi

Persepsi adalah penginderaan terhadap kesan

yang timbul dari lingkungannya (Effendy, 1984

dalam Dwiputra, 2013). Daya persepsi seseorang

dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan

pengalaman. Semakin sering seseorang

menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin

kuat daya persepsinya. Secara umum persepsi

seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor (Siagian,

1989 dalam Dwiputra, 2013) yaitu, (1) diri orang

Page 8: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

64

yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan,

pengalaman dan harapan); (2) sasaran persepsi

(orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan

lingkungan).

Preferensi adalah kecenderungan untuk

memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang

lain. Preferensi merupakan bagian dari komponen

pembuatan keputusan dari seorang individu

(Porteus, 1977 dalam Dwiputra, 2013). Secara

lengkap komponen-komponen tersebut adalah:

persepsi, sikap, nilai, kecenderungan. Komponen

tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam

mengambil keputusan.

Studi perilaku individu dapat digunakan oleh

ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai

keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek

yang akan direncanakan (Porteus, 1977 dalam

Dwiputra, 2013). Dengan melihat preferensi dapat

memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam

proses perencanaan.

Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah

tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani

kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan

wisatanya (Warpani, 2006 dalam Dwiputra, 2013).

Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata

maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan

dengan kebutuhan wisatawan. Lebih dari itu selera

pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang

dimaksud. Menurut Dwiputra (2013) berbagai

sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan

wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,

restoran dan rumah makan serta sarana pendukung

lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan

sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana

wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan.

1. Akomodasi

Daerah tujuan wisata dapat dipandang

sebagai titik peralihan kedatangan

wisatawan menuju lokasi objek wisata.

Dengan kata lain, daerah tujuan wisata

dengan akomodasinya adalah simpul

penghimpun wisatawan untuk menuju

objek dan/atau melanjutkan perjalanan

menuju tujuan lain. Di daerah tujuan

wisata tersebut, sebelum wisatawan

melanjutkan perjalanannya menuju

objek wisata, diperlukan sarana yang

untuk sementara dapat menampung

wisatawan berupa hotel atau penginapan

(Dwiputra, 2013).

2. Tempat Makan

Hampir seluruh hotel menyediakan satu

atau beberapa rumah makan dengan

tampilan dan sajian khas, dengan

karakter kebangsaan tertentu dan gaya

masing-masing, atau sekurang-

kurangnya kedai kopi tempat makan

pagi yang disediakan oleh hotel.

Meskipun demikian banyak tamu hotel

memilih mencari makanan khas daerah

di luar hotel. Selain lebih murah dan

menawarkan suasana khas daerah,

makan di luar hotel membuka peluang

interaksi sosial dengan masyarakat

setempat (Dwiputra, 2013).

3. Tempat Belanja

Berbelanja adalah kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dari perjalanan

pariwisata, bahkan merupakan salah

satu jenis pariwisata yang cukup besar

artinya bagi suatu daerah tujuan wisata.

Belanja tidak semata-mata hanya

melayani wisatawan yang sengaja

meniatkan diri untuk berbelanja, tetapi

juga belanja harus dapat melayani semua

wisatawan dan juga masyarakat pada

umumnya. Persebaran pusat

perbelanjaan, akomodasi, dan jaringan

pelayanan angkutan harus menjadi bahan

perhitungan dalam menata ruang

wilayah sedemikian rupa sehingga

wisatawan merasa menjadi bagian dari

tujuan, bukan sekedar sebagai

pengunjung (Dwiputra, 2013).

3. METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kualitatif karena peneliti

melakukan penelitian langsung secara intensif,

terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,

lembaga atau gejala tertentu serta dengan

pengamatan obyek (kegiatan atau peristiwa)

yang diteliti secara mendalam (Abdurahman,

2003: 51).

Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif

membantu peneliti untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan bagaimana Persepsi Dan

Preferensi Wisatawan Muslim Terhadap

Page 9: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

65

Sarana dan Prasarana Wisata Halal di

Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dengan menguraikan ucapan, uraian, data, tulisan

dan data-data deskriptif lainnya sesuai dengan yang

dipaparkan Bogdan dan Taylor mengenai

pendekatan kualitatif (Sudikin, 2002: 2).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan

sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada

saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-

sebab dari suatu gejala tertentu (Creswell, 2014).

Penelitian deskriptif mencoba membahas “How”

dan “Who”, pola tentang gejala secara rinci dan

pada sejumlah informasi data-data yang

dikumpulkan bukan berupa penyajian angka-angka

melainkan kata-kata dan gambar.

Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

(In-depth Interview) sebagai pengumpulan data

primernya. Wawancara mendalam merupakan

suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan

cara langsung bertatap muka dengan informan agar

mendapat data yang lengkap dan mendalam.

Wawancara ini dapat dilakukan dengan frekuensi

tinggi secara intensif. Peneliti bertujuan menggali

pandangan atau pendapat narasumber mengenai

topik tertentu dengan menggunakan interview

guide yang semi-terstruktur dengan topik pertanyaan

yang berhubungan dengan rumusan masalah.

Untuk data sekunder bersumber dari

berbagai catatan-catatan yang berguna untuk

melengkapi data penelitian. Metode pengumpulan

data sekunder dilakukan dengan studi pustaka

melalui data yang didapatkan dari sumber

literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat

kabar, artikel/tulisan pada media massa dan

internet, foto, dokumen organisasi, website

organisasi, serta hasil penelitian yang menjadi

referensi dan yang berhubungan dengan sarana

pariwisata.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Kondisi Lapangan

Terletak di bagian Selatan Pulau Lombok,

KEK Mandalika ditetapkan melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk

menjadi KEK Pariwisata. Dengan luas area

sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera

Hindia, KEK Mandalika diharapkan dapat

mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa

Tenggara Barat yang sangat potensial.

KEK Mandalika menawarkan wisata

bahari dengan pesona pantai dan bawah laut

yang memukau. Mandalika berasal dari nama

seorang tokoh legenda, yaitu Putri Mandalika

yang dikenal dengan parasnya yang cantik.

Setiap tahunnya, masyarakat Lombok Tengah

merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual

mencari cacing laut yang dipercaya sebagai

jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini

merupakan budaya yang unik dan menarik

wisatawan baik lokal maupun internasional.

Berdasarkan potensi dan keunggulan yang

ada, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia

(Persero) yang telah mengembangkan Nusa Dua

Bali mengusulkan pembentukan KEK

Mandalika. Sebagai destinasi wisata bahari dan

wisata budaya dengan panorama yang eksotis

dan berdekatan dengan Pulau Dewata, KEK

Mandalika diperkirakan akan menarik

kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara per

tahun pada 2019. KEK Mandalika memiliki

konsep pengembangan pariwisata berwawasan

lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek

wisata dan daya tarik wisata yang selalu

berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas

lingkungan hidup yang ada di masyarakat. KEK

Mandalika adalah KEK yang paling menarik

bagi para investor saat ini dan diharapkan

menjadi destinasi wisata kelas dunia.

Perkembangan wisata Halal di KEK Mandalika

Dalam Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa

Tenggara Barat, telah diatur pewilayahan Destinasi

Pariwisata Daerah (DPD) menjadi Destinasi

Pariwisata Daerah (DPD) Lombok. Destinasi

Pariwisata Daerah (DPD). Untuk mewujudkan visi

pariwisata NTB, Pulau Lombok dijadikan sebagai

destinasi wisata yang diharapkan menjadi pintu

gerbang untuk menarik kunjungan wisatawan,

terutama wisatawan muslim, terlebih dalam konteks

wisata halal, Lombok dinobatkan sebagai wisata

halal terbaik dunia dua tahun berturut-turut, yakni

pada tahun 2015 dan tahun 2016 di Abu Dhabi, maka

dari itu beberapa langkah strategis yang dilakukan

dalam pengembangan pariwisata Lombok sebagai

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD).

Page 10: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

66

Lombok dalam rencana strategis pariwisata

daerah NTB dibagi menjadi dari 4 (empat) Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)

(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/sosialisasi-

ripparda-ntb/). Salah satu dari empat Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi

Pariwisata Daerah (DPD) Lombok adalah

RASIMAS-KEK MANDALIKA dan sekitarnya,

meliputi Benang Stokel; Gili Sulat; KEK Mandalika;

Gunung Rinjani; dan Otak Kokoq. Kawasan ini

berada pada wilayah Kabupaten Lombok Tengah

dan Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan

sebagai kawasan wisata agro, wisata pegunungan

dan wisata kuliner.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Mandalika yang seluas 1.171.01 hektar tersebut,

250 hektarnya akan digunakan untuk kawasan

wisata halal. Ini memperlihatkan optimisme

pemerintah dan masyarakat NTB akan keberhasilan

pariwisata terutama wisata halal. Pembangunan

kawasan wisata halal di KEK Mandalika sebagai

destinasi yang diharapkan mampu membantu

menyumbangkan dengan maksimal untuk menarik

kunjungan wisatawan manca negara sebanyak-

banyaknya demi tercapainya visi 20 juta wisatawan

manca negara pada tahun 2019 dengan

mengembangkan aksesibilitas, amenitas, atraksi,

yang menjadi fokus dalam pembangunan pariwisata

karena atraksi menjadi daya tarik tersendiri dalam

menarik kunjungan wisatawan, selain itu

kemudahan dalam melakukan wisata dengan adanya

fasilitas dan infrastruktur yang baik dan tentunya

membuat wisatawan menjadi lebih aman dan

nyaman.

Fasilitas di KEK Mandalika yang ada saat ini

Fasilitas wisata yang disediakan di KEK

Mandalika saat ini adalah kawasan Masjid Nurul

Bilad, akomodasi yang terdiri dari Hotel, Guesthouse

dan Homestay, Restauran, menara pengamatan,

taman, dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya,

yaitu : tempat duduk, tempat sampah, papan

informasi, papan rambu/peringatan, toilet, warung,

dan parkir. Selain itu di area KEK Mandalika bagian

Pantai Kuta tersedia juga ATM (Anjungan Tunai

Mandiri), Toko Bahan Kebutuhan sehari-hari

(Alfamart , Indomart) dan pelabuhan nelayan.

Aksesibilitas

Perjalanan menuju KEK Mandalika dari

Mataram dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih

1 jam melalui jalan By Pass Bandara Internasional

Lombok, dengan kecepatan normal dan kondisi jalan

ramai. Kondisi jalan yang bagus dan mulus namun

memiliki ada sedikit medan yang cukup berat

dengan tanjakan, turunan dan tikungan tajam

sebelum mencapainya akan terbayar lunas dengan

keindahan alam KEK Mandalika dan segarnya udara

pantai dan pegunungan di sana.

Akomodasi

Seiring perkembangannya sebagai salah satu

destinasi wisata andalan, tentunya sarana dan

prasarana pendukung yang ada saat ini perlu

pembenahan. Begitu banyak penginapan kelas

melati hingga hotel bintang yang tersedia, dari

pengamatan penulis beberapa waktu lalu, di

beberapa penginapan bahkan sekelas hotel bintang

sebagai sarana akomodasi yang ada di KEK

Mandalika belum memenuhi kebutuhan pendukung

standar lainnya bagi wisatawan muslim yang

menginap, padahal hal ini sangat krusial apalagi

KEK Mandalika telah mendapat predikat terbaik

tersebut .

Gambar 1. Novotel Hotel, Salah satu Fasilitas Akomodasi yang

Tersedia di KEK Mandalika

Pembenahan Fasilitas

Kementerian Pariwisata telah membentuk

Tim Percepatan Pembangunan Sepuluh Destinasi

Pariwisata Prioritas. PIC Mandalika Taufan R

mengatakan, pembenahan salah satu destinasi

pariwisata prioritas Mandalika harus terus dilakukan,

meskipun selama dua tahun ini telah mengalami

banyak kemajuan.

"Kita tidak boleh cepat puas. Perjuangan

dalam pembenahan destinasi pariwisata prioritas

mandalika selama dua tahun berkat dukungan semua

pihak sudah banyak terlihat kemajuan, terlebih

pascapresiden Jokowi meresmikan beroperasinya

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mandalika," ujar

Taufan R kepada Republika.co.id, Senin (12/3).

Taufan menyebutkan, sebagai PIC

Mandalika, ia harus terus mendorong kemajuan

wisata ini. Adapun tugas- tugas yang perlu

Page 11: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

67

dilakukan yaitu pertama, identifikasi 3A (atraksi

wisata, aksesibilitas dan amenitas), Strategic

Situation Analysis (SSA), Benchmarking dan

Key Success Factor.

Kedua, melakukan sinkronisasi dokumen

perencanaan atau development plan dari masing-

masing sektor dan daerah yang terintegrasi

dengan perencanaan pariwisata nasional. Ketiga,

menyusun program dan kegiatan 2017 - 2019

terkait kebutuhan dukungan lintas sektor pada

hal-hal yang berhubungan dengan atraksi wisata,

aksesibilitas dan amenitas. Keempat, menyusun

business plan yang mencakup evaluasi ekonomi

dan proyeksi pertumbuhan ekonomi di sepuluh

destinasi pariwisata prioritas termasuk pola dan

organisasi tata kelola atau kelembagaan.

"Kemudian memastikan pelaksanaan

pembangunan fasilitas (infrastruktur) dan

pelayanan dengan menerapkan fungsi sistem

integrator dan project management di destinasi

pariwisata prioritas," jelas Taufan.

Kendati begitu, menurut Taufan, hal yang

paling berat dalam membenahi destinasi

pariwisata ini adalah bagaimana menyatukan

stakeholder dalam pengembangan wisata. "Ini

yang paling berat, menyatukan semua

stakeholder di daerah, khususnya dalam

semangat Indonesia incorporated, yang mau

bekerja sama dan sama-sama bekerja," katanya.

Karakteristik Informan

Total informan yang berhasil diwawancarai

adalah 50 orang. Ditinjau dari jenis kelaminnya

jumlah laki-laki dan perempuan yang menjadi

informan seimbang masing-masing 50 persen.

Ditinjau dari segi umur usia 20 tahun ke bawah

mendominasi. Ini berarti wisatawan yang

berkunjung ke KEK Mandalika relatif berusia muda.

Bila ditinjau dari pendidikannya informan usia muda

20 tahun ke bawah sebagian besar berpendidikan

SMA sederajat, 42 persen dari seluruh informan.

Namun di antara mereka juga terdapat 30 persen

yang berpendidikan Sarjana. Sebagian besar dari

informan berasal dari NTB dan hanya 10 persen

berasal dari luar NTB.

Persepsi Informan terhadap Daya Tarik

(Attraction) KEK Mandalika

Menurut persepsi informan salah satu

penyebab mereka datang ke KEK Mandalika adalah

karena adanya promosi wisata halal. Hal ini sesuai

dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah selama

ini yang menggaungkan pariwisata halal. Selain itu

promosi wisata halal KEK Mandalika banyak

dipengaruhi oleh kemenangan Sembalun dalam

World Halal Tourism Award di Abu Dhabi tahun

2016 dengan penghargaan sebagai World Best Halal

Honeymoon Destination.

Selain itu informan menyatakan bahwa

mereka datang karena keindahan KEK Mandalika.

Daerah selatan Lombok Tengah ini merupakan

daerah yang tidak diragukan lagi keindahannya.

Berada di pinggir pantai laut selatan Lombok, KEK

Mandalika adalah pantai yang sangat mempesona,

berpasir putih dan dikelilingi oleh sejumlah potensi

wisata lokal yang tidak kalah indahnya.

Sebagian kecil informan menyatakan bahwa

mereka datang ke KEK Mandalika karena KEK

Mandalika adanya fasilitas pendukung seperti hotel

dan penginapan lainnya. Namun sebagian besar dari

informan tidak datang karena adanya fasilitas.

Meskipun demikian informan baik yang datang

karena fasilitas maupun informan yang tidak datang

karena fasilitas sama-sama menyadari bahwa KEK

Mandalika akan memiliki fasilitas lengkap di masa

datang.

Hasil observasi penulis di KEK Mandalika

juga mengkonfirmasi pendapat informan tersebut.

Penulis menyaksikan bagaimana penduduk sekitar

KEK Mandalika bahu membahu dengan investor

dan ITDC menyediakan fasilitas akomodasi bagi

wisatawan. Investor yang umumnya berasal dari luar

KEK Mandalika menyediakan hotel. Penduduk

KEK Mandalika menyediakan penginapan

sederhana bagi wisatawan.

Di sisi lain sebagian informan menyatakan

bahwa mereka datang ke KEK Mandalika karena

KEK Mandalika aman. Hasil observasi penulis di

KEK Mandalika juga mengkonfirmasi pendapat

informan. Penulis menyaksikan bagaimana

pedagang asongan/acung di Pantai Kuta dan Pantai

An membuat wisatawan khawatir kehilangan barang

bawaannya. Mereka tidak berani membiarkan

barang-barang mereka tergeletak begitu saja. Ini

berarti ada unsur ketidak nyamanan yang terjadi

pada diri wisatawan.

Tingkat Kepentingan Fasilitas Pendukung

Wisata halal di KEK Mandalika, Kabupaten

Lombok Tengah

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Toilet,

Tempat Sampah dan Tempat Ibadah menjadi sarana

Page 12: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

68

paling penting yang diinginkan oleh para wisatawan

yang berkunjung ke KEK Mandalika. Ini

mengkonfirmasi hasil penelitian dari Permadi dkk

(2015) yang meneliti tentang sarana pendukung di

wisata religi di Pulau Lombok. Permadi dkk

menemukan bahwa wisatawan merasa toilet dan

tempat Ibadah sangat krusial untuk mereka yang

sedang berwisata religi baik itu wisatawan Muslim

maupun agama lain. Selain itu hasil ini juga

mengkonfirmasi penelitian Wahyulina dkk (2017)

yang dilakukan di Sembalun yang menyatakan

bahwa tempat sampah dan toilet menjadi kebutuhan

para pelancong di daerah wisata pengunungan

Lombok Timur tersebut.

Di sisi lain tempat hiburan dan toko souvenir

tidak dianggap terlalu penting oleh sebagian besar

informan penelitian ini. Ini mengingat informan

penelitian ini adalah wisatawan Muslim Nusantara

yang note bene mayoritas datang dari dalam provinsi

NTB. Sementara untuk kasus wisatawan Muslim

Nusantara yang berasal dari luar NTB menunjukkan

bahwa toko souvenir dan tempat hiburan perlu

mengingat mereka membutuhkan souvenir untuk

dibawa pulang sebagai kenang-kenangan di daerah

mereka dan tempat hiburan dibutuhkan untuk

mereka melepas waktu senggang setelah seharian di

pantai. Hal ini dikonfirmasi oleh seorang Wisatawan

Muslim asal Yogyakarta, Dwi Astuti. Berikut ini

petikan wawancaranya.

“Kami sangat menikmati berkunjung ke

Lombok terutama ke KEK Mandalika dengan pantai

Kuta nya, sayangnya toko souvenir yang layak

belum ada sementara tempat hiburan Syar’i untuk

kami yang menginap di sini belum tersedia, misalnya

kolam renang untuk wanita belum ada. Saran kami

untuk wisata halal di Kuta itu harus dipenuhi”

Kondisi Fasilitas Wisata halal di KEK

Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah

Sebagian tempat wisata halal di KEK

Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sudah

memiliki fasilitas pendukung seperti Hotel, tempat

ibadah, toilet, dan parkir. Menurut persepsi informan

penelitian ini kondisi Hotel atau akomodasi lainnya

dan Tempat Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal

KEK Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah

sangat baik dibanding dengan kondisi dari fasilitas

pendukung lainnya. Hal ini sesuai dengan jawaban

Informan keempat bernama Kintan Panggih.

Beliau merupakan wisatawan Nusantara dan dia

merupakan mahasiswa dari salah satu

universitas yang ada di Bali, saat itu dia sedang

berkunjung ke pantai Kuta Mandalika dengan

teman temannya, itu merupakan kunjungan yang

ke 4 kalinya. Menurut pandangannya terhadap

fasilitas halal yang ada di pantai Kuta itu sudah

cukup memadai, karena tersedianya masjid

besar, dan resatauran atau tempat makan yang

menyediakan menu halal. Namun menurutnya

masih dibutuhkan penambahan musola di titik-

titik tempat yang mudah dijangkau oleh

wisatawan.

Kondisi pantai dan jalanan yang kotor

meskipun sudah tertata rapi, membuat pengunjung

pantai di seputaran KEK Mandalika merasa

tergantung. Hal ini diperparah oleh tidak adanya tong

sampah dan minimnya toilet di seputar pantai.

Menurut seorang informan wisatawan Muslim lokal

bernama Lale Linda kondisi pantai di KEK

Mandalika belum meningkat dari sebelum dibuatnya

kawasan tersebut. Diakui oleh Lale Linda kondisi

Pantai Kuta lebih rapi setelah ITDC merevitalitasi

pantai tersebut, namun belum dapat menyelesaikan

banyak persoalan seperti fasilitas, pedagang acung

dan ketertiban pengunjung.

Aksesibilitas Fasilitas Wisata halal di KEK

Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah

Dari wawancara mendalam yang sudah

dilakukan kepada seorang informan bernama Siti

Faridah diketahui bahwa informan merasakan

kemudahan dalam mencapai tempat lokasi wisata

halal di KEK Mandalika, Kabupaten Lombok

Tengah dan fasilitas yang ada di sekitamya cukup

baik. Dengan kata lain aksesibiltas lokasi wisata

halal di KEK Mandalika, Kabupaten Lombok

Tengah dan fasilitas pendukungnya di Lombok

secara rata-rata cukup baik. Namun ada beberapa

fasiltas pendukung yang tingkat aksesibilitasnya

lebih rendah dibandingkan fasilitas yang lain.

Fasilitas tersebut adalah Tempat sampah, Tempat

istirahat pengunjung, zona untuk pedagang acung

dan Toilet.

Hal tersebut diperkuat oleh seorang

wisatawan Muslim bernama Nana, yang

mengatakan “setelah saya melihat dan

menggunakan fasilitas-fasilitas halal yang ada di

KEK Mandalika itu rata-rata berlebel halal

seperti tempat makan, resturant, musalla, kamar

mandi, penginapannya. Itu baru sebagian yang

Page 13: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

69

saya tahu saya akan mencoba fasilitas yang lebih

banyak lagi. Kalau kondisi dari fasilitas halal

musalla nya bersih terjaga akan tetapi jarak nya

terlalu jauh dengan lokasi wisata jadi saya agak

kesusahan menjangkau, untuk restaurantnya

saya suka karena makanannya halal, tempatnya

bersih, enak dan tentunya aman untuk

dikonsumsi, kalau untuk kondisi toiletnya bersih

aman dan terjaga tetapi kita dikenakan tariff”.

5. PENUTUP

Kesimpulan

1. Persepsi wisatawan Muslim terhadap sarana dan

prasarana wisata Halal di kawasan ekonomi

khusus Mandalika secara umum baik. Kondisi

Hotel atau akomodasi lainnya dan Tempat

Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal KEK

Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sangat

baik dibanding dengan kondisi dari fasilitas

pendukung lainnya. Namun terdapat

kekurangan fasilitas seperti tempat sampah dan

toilet umum.

2. Berdasarkan Preferensi wisatawan Muslim

terhadap sarana wisata Halal di kawasan

ekonomi khusus Mandalika :

a. Toilet, Tempat Sampah dan Tempat Ibadah

menjadi sarana paling penting yang

diinginkan oleh para wisatawan yang

berkunjung ke KEK Mandalika

b. Ada beberapa fasilitas yang harus

disesuaikan dengan kondisi wisatawan

seperti musalla yang berjarak cukup jauh

dengan lokasi wisata, harus ada tersedia

musalla yang dekat dengan lokasi wisata.

Saran

Fasilitas untuk wisatawan Muslim yang

ada di KEK Mandalika masih perlu ditambah.

Fasilitas yang perlu ditambah adalah tong

sampah, toilet, tempat istirahat pengunjung dan

musalla wisatawan. Selain itu perlu dilakukan

pemasangan stiker dan tanda petunjuk mengenai

sarana dan prasarana halal sehingga memenuhi

syarat-syarat sebagai lokasi wisata halal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. (2003). Pengantar Metode

Penelitian. Yogyakarta. Kurnia Kalam

Semesta

Aminuddin. (1990). Pengembangan Penelitian

Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.

Malang : Yayasan Asih Asah Asuh Malang.

(YA3 Malang).

Anonim, (2015). http://gayahidup.republika.co.id/

29 Maret 2016

Anonim, (2015). www.disbudpar.ntbprov.go.id,

2015

Anonim, (2017). ITDC Optimistis KEK

Mandalika Beri Multiplier Effect Sabtu 21

October 2017 16:11 WIB

http://republika.co.id/berita/gaya-

hidup/pesona-

indonesia/17/10/21/oy5z08423-itdc-

optimistis-kek-Mandalika-beri-multiplier-

effect

Bogdan, R. C. and Taylor. S. J. (1992). Introduction

to Qualitative Research Methods: A

Phenomenological Approach in the Social

Sciences, alih bahasa Arief Furchan, John

Wiley and Sons. Surabaya : Usaha Nasional.

Bungin. B., (2003). Analisa Data Penelitian

Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan

Metodologis ke Arah Penguasaan Model

Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Creswell, J. W. (2014). Research Design:

Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods

Approaches. 4th ed. SAGE Publications, Inc.

Dwiputra, R. (2013). Preferensi Wisatawan

Terhadap Sarana Wisata di Kawasan Wisata

Alam Erupsi Merapi, Jurnal Perencanaan

Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 1, April

2013, hlm.35 - 48

Kasali, R. (2007). Manajemen Periklanan, Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti

Kemenpar (2015). Kajian Pengembangan Wisata

Syariah, Deputi Bidang Pengembangan

Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian

Pariwisata RI,

http://www.kemenpar.go.id/userfiles/2015%2

0Kajian%20Pengembangan%20Wisata%20

Syariah.pdf

Kotler, P. dan Amstrong G., (2015). Principles of

Marketing, Prentice Hall Inc., Upper Saddle

River, New Jersey.

Kotler, P. dan Keller, K. L. (2009). Manajemen

Pemasaran. Edisi 13 Jilid satu dan dua.

Erlangga : Jakarta

Page 14: PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM …

Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666

Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720

70

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1994). Qualitative

Data Analysis. London : Sage Publishers.

Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian

Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian

Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik

Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Patton, M. Q. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif.

Jakarta: Pustaka Pelajar.

Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi

Pariwisata, Penerbit Andi Publisher

Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif

Untuk Penelitian Perilaku Manusia

(edisi.Ketiga). Depok: LPSP3 Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Ruslan, R. (2004). Metode Penelitian PR dan

Komunikasi. Jakarata : PT. Raja. Grafindo

Persada. Selasa 13 Mar 2018 05:01 WIB

Pembenahan destinasi pariwisata Mandalika terus

diprioritaskan. REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA --

Yin, R. K, (2008), Studi Kasus (Desain Dan

Metode), (Case Study Research Design and

Methods”) diterjemahkan oleh Drs. M. Djauzi

Mudzakir, MA, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta