Upload
dothien
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA
MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR
KABUPATEN SUKABUMI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Astrian Widiyantri
NIM: 107044100128
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432H/2011M
PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA
MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR
KABUPATEN SUKABUMI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Astrian Widiyantri
NIM: 107044100128
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA, MM
NIP. 195505051982031012
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1432H/2011M
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan
hidayah serta inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan
penulisan skripsi. Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada
Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih atas keterlibatan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Diantara mereka adalah:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA, MM. sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum yang sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi
ini, yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya serta meluangkan waktunya
dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA, masing-
masing Ketua dan Sekretaris Jurusan Peradilan Agama dan Administrasi
Keperdataan Islam.
ii
3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu per
satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan studi di kampus ini.
4. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan perpustakaan Iman Jama yang telah membantu dan menyediakan bahan-
bahan bacaan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Enjang, dan Ujang Enoh, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kertaraharja,
yang telah bersedia memberikan data-data kelurahan. Tak lupa kepada
narasumber masyarakat Desa Kertaraharja yang telah bersedia memberikan
waktunya untuk diwawancarai.
6. Ayahanda Achmad Sobandi, S.Pd dan ibunda Nung S. Nuryati tercinta, yang
telah membesarkan dan mendidik ananda dengan limpahan kasih sayang,
perhatian yang tulus dan doa, serta kakak-kakak tersayang Afriadi Eka Nanda dan
Ardhiansyah Dwi Nanda yang selalu memberikan semangat dan motivasi, serta
membimbing penulis hingga mampu untuk menjadi yang terbaik.
7. Rekan-rekan mahasiswa konsentrasi Peradilan Agama B yang tidak bisa
disebutkan satu persatu dan telah memberikan dorongan dan semangat kepada
penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat yang pernah tinggal bersama dalam perantauan selama penulis
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;Yulinda, Rieza, Yayah, Ica, Aeling,
iii
Silvy serta sahabat-sahabat se-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala apa yang pernah kalian
berikan kepada penulis.
9. Sahabat tersayang Heti Sumiyati yang telah membantu dan menemani penulis
dalam mewawancarai narasumber.
10. Exspecially sahabat-sahabat Delima tercinta, yaitu: Desi Amalia, Laila Wahdah,
Tajul Muttaqin, Maryam Mahdalina, dan Mariah yang selalu menemani hari-
hariku selama kuliah dalam suka dan duka serta memberikan spirit dan pelajaran
tentang makna persahabatan, keilmuan, dan pergaulan dalam membentuk
kepribadian penulis sehingga menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.
Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendoakan semoga Allah
SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda, Amin.
Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua pihak. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini merupakan
keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senatiasa memberikan maghfirah
dan keridhoannya, Amin.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
Astrian Widiyantri
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5
D. Review Studi Terdahulu ................................................................. 5
E. Metode Penelitian ........................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Batasan Pernikahan Dini ................................................................ 10
B. Sebab Terjadi Pernikahan Dini ....................................................... 14
C. Batasan Usia Perkawinan ............................................................... 22
BAB III POTRET DESA KERTARAHARJA KEC. CIKEMBAR KAB.
SUKABUMI
A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis ............................................. 35
B. Demografi Masyarakat ................................................................... 37
vi
C. Tradisi Pernikahan Dini dan Solusi yang Ditawarkan .................... 42
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 48
B. Saran-saran ..................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan (perkawianan) bagi manusia adalah sesuatu yang sakral dan
mempunyai tujuan yang sakral pula, serta tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan syariat agama. Orang yang melangsungkan sebuah pernikahan
bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu birahinya, melainkan juga untuk
meraih ketenangan, ketentraman, dan sikap saling mengayomi antara suami isteri
dengan dilandasi cinta kasih yang mendalam.
Untuk mewujudkan perkawinan salah satu syaratnya bahwa para pihak
yang akan melangsungkan perkawinan harus telah matang jiwa raganya supaya
dapat mewujudkan perkawinan secara baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah
adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih di bawah umur.1
Usia perkawinan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya
kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam
kehidupan berumah tangga bagi suami istri. Selain itu seorang ibu yang berusia
muda sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti dia belum memiliki
keterampilan yang memadai untuk mengasuh anaknya sehingga ibu muda ini
lebih menonjolkan sifat keremajaannya dari pada sifat keibuannya.
1 Achmad Ikhsan, Hukum Perkawinan Bagi yang Beragama Islam, (Jakarta: PT Pradnya
paramita, 1986) hal.42
2
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1)
yang menyatakan bahwa. “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.”2
Hal ini ditafsirkan bahwa Undang-Undang tidak menghendaki pelaksanaan
pernikahan dini, pada prinsipnya hal ini dimaksudkan agar orang yang akan
menikah memiliki kematangan berfikir, kematangan jiwa, dan kekuatan fisik yang
memadai.
Selain itu secara normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan Pasal 6 ayat (2) mengisyaratkan usia yang matang dalam perkawinan
adalah umur 21 tahun, di mana pasangan calon mempelai yang hendak
melangsungkan perkawinan yang belum mencapai umur 21 tahun, harus
mendapat izin kedua orang tua.3
Di lain pihak walaupun Undang–Undang telah membatasi usia
perkawinan, tapi Undang-Undang sendiri telah memberikan kemungkinan untuk
melakukan perkawinan di bawah usia ketentuan tersebut, yaitu dengan
memberikan dispensasi kawin melalui Pengadilan Agama bagi yang belum
memasuki usia kawin. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974
tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (2) .”4
2 Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974 .(Jakarta: PT Pradnya Paramita,2004)
hal.539
3 Undang-Undang Perkawianan No 1 Tahun 1974 (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002),
hal. 110
4 Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974. (Jakarta:PT Pradnya Paramita,2004)
hl.540
3
Adanya ketentuan dispensai kawin itu secara otomatis memberikan
peluang bagi masyarakat untuk dapat melangsungkan perkawinan pada usia di
bawah ketentuan batas minimal yang ditentukan undang-undang itu.
Ketidaktegasan Undang-Undang tersebut mengakibatkan Pengadilan Agama
masih sering memberi dispensasi untuk anak perempuan di bawah 16 tahun
melakukan pernikahan.
Menurut pengamatan sementara penulis, di Desa Kertaraharja Kecamatan
Cikembar Kabupaten Sukabumi yang merupakan daerah pedesaan dengan
mayoritas penduduknya melangsungkan perkawinan pada usia yang relatif muda,
yaitu mulai di bawah usia minimal menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan sampai tentang batas usia dewasa anatara 16-21 tahun bagi
wanita dan antara 19-21 tahun bagi pria, di mana masalah kesiapan jiwa dan
mental kurang begitu diperhatikan, bahkan tidak memperhatikan kesiapan
ekonomi yang seringkali merupakan sebab pecahnya sengketa dalam rumah
tangga. Karena merupakan kebanggaan bagi orang tua jika puteri mereka menikah
pada usia dini dengan dalih bahwa puterinya banyak yang menyukai, sedangkan
aib bagi orang tua jika anak gadisnya menikah di atas usia 18 tahun.
Melihat dari latar belakang yang penulis uraikan mengenai tujuan dari
pernikahan, Undang-Undang yang mengatur mengenai batas usia minimal
melangsungkan pernikahan serta maraknya pernikahan dini di Desa tersebut maka
penulis ingin meneliti lebih dalam seputar pernikahan dini dengan mengemasnya
dalam judul: “Pernikahan Dini Menurut Perspektif Pelaku Pada Masyarakat
Desa Kertaraharja Kecamatan Cikembar Kab. Sukabumi.”
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak
menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan
membatasi permasalahan ini pada “Pernikahan Dini Menurut Perspektif
Pelaku Pada Masyarakat Desa Kertaraharja Kecamatan Cikembar
Kabupaten Sukabumi”
2. Perumusan masalah
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal
7 ayat (1) .”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.” Namun pada
kenyataannya di Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab. Sukabumi banyak
masyarakat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur. Di daerah tersebut
pernikahan di bawah umur merupakan suatu hal yang lumrah dikarenakan
adanya kekurang pahaman akan Undang-Undang tersebut serta kebiasaan
masyarakat di sana yang menikahkan anaknya setelah usia baligh.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan
ke dalam bentuk beberapa pertanyaan:
a. Apakah motif yang mendukung terjadinya pernikahan dini pada
masyarakat?
b. Apakah faktor pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi turut berperan
terhadap persepsi para pelaku pernikahan dini dalam bertindak ?
c. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi nikah dini ?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitiaan
Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah tersebut
maka penelitian ini bertujuan :.
a. Mengetahui motif apa saja yang mempengaruhi persepsi para pelaku nikah
dini.
b. Mengetahui apakah faktor pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi
mempengaruhi persepsi para pelaku nikah dini.
c. Mengetahui langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi nikah
dini.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Dapat memberikan informasi dan gambaran yang komprehensif serta
sistematis seputar pernikahan dini dan segala bentuk permasalahannya
terutama yang berkaitan dengan para pelakunya.
b. Menambah literatur kajian tentang wacana tersebut dalam menyikapi
pernikahan dini.
D. Review Study Terdahulu
Dari sekian banyak literatur skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang ada
di perpustakaan dan berbagai wacana yang berkaitan dengan pernikahan dini.
6
Penulis mengambil beberapa skripsi dan wacana tersebut untuk di jadikan sebagai
bahan perbandingan. Diantaranya adalah:
1. Pengaruh pernikahan di bawah umur terhadap pembentukan keluarga sakinah
(Study kasus kecamatan Cakung Jakarta Timur)
Oleh: Maruti, SJAS 2008 skripsi ini membahas mengenai batas usia
pernikahan dan implikasinya terhadap pembentukan keluarga sakinah.
Perbedaannya dalam skripsi yang penulis buat lebih memfokuskan kepada
motif apa yang mempengaruhi para pelaku melakukan pernikahan di bawah
umur.
2. Pernikahan di bawah umur akibat hamil di luar nikah (study kasus di desa Pulo
Timaha Babelan Bekasi)
Oleh: Munawwaroh, SAS 2006 skripsi ini memaparkan gambaran umum
tentang pernikahan di bawah umur dan kawin hamil menurut Fiqih dan
Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berbeda dengan skripsi di atas, skripsi yang penulis buat ini memang berkaitan
dengan pernikahan dini, namun lebih menitik beratkan kepada persepsi para
pelaku nikah dini tentang pernikahan di bawah umur itu sendiri juga faktor
yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut.
E. Metode Penelitian
Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
7
1. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara
menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada
prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam
kehidupan manusia.5
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu
penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam
suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu tentang latar
belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi sosial yang
terjadi di dalamnya.6
2. Lokasi Penelitian
Desa Kertaraharja Kecamatan CiKembar Kabupaten Sukabumi.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat.7 Data ini meliputi interview dengan beberapa pelaku
pernikahan dini, orang tua, pejabat KUA yang dianggap berperan dalam
menikahkan para pelaku, kepala Desa, dan tokoh masyarakat setempat.
5 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20
6 Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),
h. 36
7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta:UI-press, 1986), h. 51
8
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara
membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-
Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi
Hukum Islam (KHI), serta peraturan-peraturan lainnya yang erat kaitannya
dengan masalah yang diajukan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan cara:
a. Wawancara (Interview), yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 Dalam hal
ini, penulis mengadakan wawancara dengan informan yaitu: para pelaku
pernikahan di bawah umur, orang tua, pejabat KUA, kepala Desa dan
tokoh masyarakat setempat.
b. Dokumenter dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.
5. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan
mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu
8 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 135
9
kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan
yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.
6. Teknik Penulisan
Data penulisan proposal skripsi ini, penulis mengacu kepada buku
pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memebagi sistematika penulisan
skripsi ini ke dalam lima bab:
Bab Pertama pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,
metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab kedua menjelaskan tentang batasan pernikahan dini, sebab terjadi
pernikahan dini dan batasan usia perkawinan.
Bab Ketiga menjelaskan sejarah singkat dan letak geografis, demografi
masyarakat serta tradisi perkawinan dini dan solusi yang ditawarkan.
Bab Keempat Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran kemudian
diakhiri dengan, Lampiaran dan daftar pustaka,
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Batasan Pernikahan Dini
Pernikahan Dini adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh salah satu
calon mempelai atau keduanya yang belum memenuhi syarat umur yang
ditentukan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7
ayat (1) :
“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas)
tahun.”1
Namun apabila dianalisis lebih lanjut, kondisi perkawinan di Indonesia
secara umum dapat dikategorikan mempunyai pola perkawinan muda. Usia muda
global dimulai umur 12 sampai sekitar umur 21 tahun.2 Jadi perkawinan usia
muda adalah perkawinan yang dilaksanakan dimana kedua mempelai atau salah
satunya berusia 12 tahun dan yang berakhir sampai 21 tahun.
Hukum Islam sendiri tidak menetapkan dengan tegas batas umur dari
seseorang yang telah sanggup untuk melangsungkan perkawinan. Al-qur‟an dan
hadits hanyalah menetapkan dengan isyarat-isyarat dan tanda-tanda saja. Terserah
1 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia,
2005) h.4
2 Siti Rahayu Haditono, Psikolog Perkembangan dan Bagian-bagiannya, (Yogyakarta: Gajah
Mada, 1989), h. 219.
11
kaum muslimin untuk menetapkan batas umur yang sebaiknya untuk
melangsungkan perkawinan sesuai pula dengan isyarat-isyarat dan tanda-tanda
yang telah ditentukan itu, dan disesuaikan pula dengan keadaan setempat dimana
hukum itu akan diundangkan, diantara syarat-syarat dan tanda-tanda yang
dimaksud ialah:3 Kitab, dalam Al-qur‟an dan hadist ditunjukan kepada orang-
orang mukallaf, termasuk didalamnya Kitab yang berhubungan dengan
perkawinan. Tanda-tanda orang mukalaf itu ialah sebagai mana yang disebutkan
dalam hadits Nabi di bawah ini:4
Artinya: Bersabda Rasulallah saw: diangkat hukum dari tiga perkara yaitu dari
orang tidur hingga bangun, dari anak-anak hingga bermimpi/baligh,
dan orang yang gila hingga sembuh (H.R. Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Nasa’i)
Menurut hadits di atas ada tiga macam tanda-tanda orang mukalaf yaitu
orang yang bangun, orang yang telah baligh, dan orang sehat atau tidak gila. Jadi
individu yang diperintahkan kawin ialah orang yang telah berumur sedemikian
rupa sehingga sanggup melakukan hubungan suami istri, memperoleh keturunan
dan telah memiliki tanggung jawab.
3 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1993), Cet ke-3, h. 40-41.
4 Ibid, h.42.
12
Selanjutnya, dalam Al-qur‟an disebutkan tentang cukup umur untuk
kawin, dengan kata rusyd (cerdas).Firman Allah dalam Al-qur‟an :
46
Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-
hartanya…” (Q.S. An Nisa/4:6)
Menurut ulama Ushul Fiqh, kalimat “cukup umur” pada ayat diatas
menunjukan seseorang telah bermimpi dengan mengeluarkan mani untuk pria dan
haid untuk wanita. Orang yang seperti ini telah dianggap cakap untuk melakukan
tindakan hukum sehingga seluruh perintah dan larangan syara‟ dapat ia pikirkan
dengan sebaik-baiknya dan dapat ia laksanakan dengan benar.
Adanya pembatasan usia pernikahan ini sangat perlu karena perkawinan
usia muda tentulah membawa dampak yang tidak sedikit, terbagi menjadi 3
yaitu:5
1) Kesehatan
Meskipun dalam usia 10-16 tahun petumbuhan sudah memberikan
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual, namun dibalik itu dijumpai
efek yang membahayakan bagi pasangan usia muda. Kawin pada usia ini
memberikan peluang kepada wanita belasan tahun untuk hamil dengan resiko
5 Andi Syamsyu Alam, Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan: Sebuah Ikhtiar Mewujudkan
Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kencana Mas Publishing Hous, 2005), cet. Ke-1, h. 80.
13
tinggi. Pada kehamilan usia belasan tahun komplikasi pada ibu dan anak
seperti pendarahan yang banyak, kurang darah, keracunan, hamil prelamsia
dan ekslamsia lebih sering terjadi pada ibu yang melahirkan di bawah usia 20
tahun dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur 20-30 tahun.6
2) Demografi
Pada akhir-akhir ini muncul suatu kekhawatiran pemerintah terhadap
pesatnya laju pertumbuhan penduduk, sedang lahan yang tersedia tetap, tidak
bertambah, terutama di perkotaan. Akibatnya munculah beberapa masalah
kehidupan seperti kepadatan penduduk, banyaknya pengangguran, timbulnya
kenakalan remaja karena banyaknya anak putus sekolah, dan lain-lain.
Ledakan penduduk juga mempengaruhi sistem perekonomian dan
kesejahteraan hidup. Lebih jauh dari itu, secara makro akan menghambat
proses pembangunan bangsa.7
3) Sosio Kultural
Usia remaja merupakan masa yang paling indah bagi setiap orang,
pada usia remaja ini umumnya orang sedang melampaui masa penuh
idealisme, penuh harapan, dan angan-angan tinggi. Bila tiba-tiba seorang
remaja terpaksa atau membatasi kebebasan pribadi, dimana seseorang tidak
dapat seperti ketika masih sendirian karena perubahan setatus yang disandang,
menjadi suami atau isteri.
6 Ibid., h.81.
7 Charil, Tinjauan Batas Minimal Usia Kawin, h.76.
14
Bila ditinjau dari sudut sosiokultural pada umumnya perubahan status
ini, khususnya bagi seorang isteri harus diantisipasi dengan baik pada saat
memasuki lingkungan sosial perkawinan seperti mengurus rumah tangga dan
membesarkan anak-anak. Usia yang terlalu muda bisa mengakibatkan tidak
hadirnya unsur yang disebutkan dalam Al-qur‟an, yaitu hidup dalam
ketentraman.8
B. Sebab Terjadi Pernikahan Dini
Pernikahan dini masih tetap saja terjadi terutama dikalangan mayarakat
pedesaan atau pinggiran kota. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya:
1. Faktor Psikologis
Menurut teori psikologis masa remaja bergerak antara umur 13 sampai
dengan umur 18 tahun, dengan dimungkinkannya terjadi percepatan sehingga
masa remaja datang lebih awal. Percepatan ini disebabkan oleh stimulasi
sosial melalui pendidikan yang lebih baik, lingkungan sosial yang lebih
mendewasakan, serta rangsangan-rangsangan media masa, terutama media
masa audio visual. Pada usia 18 sampai 22 tahun, seseorang berada pada tahap
perkembangan remaja akhir. Jika perkembangan remaja berjalan dengan
normal seharusnya sudah menjadi dewasa yang selambat-lambatnya berusia
22 tahun, seseorang berada pada tahap perkembangan remaja akhir. Tugas
8 Abd.Al Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta:Lentera,1997), cet. ke-1. h.18.
15
perkembangan adalah segala hak yang harus dicapai individu pada suatu tahap
perkembangan. Keterlambatan memenuhi tugas perkembangan membuat
perkembangan individu senantiasa terbebani secara pisik dan psikis untuk
memenuhi tugas perkembangan dari tahap sebelumnya yang belum
terealisasikan dengan baik.
M. Fauzil Adhim mengemukakan bahwa perkawinan remaja
merupakan pilihan terbaik untuk menciptakan pergaulan yang baik dan sehat,
karena mencegah bahaya harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat.
Penundaan usia perkawinan memang banyak dan tidak dapat dibantah, tetapi
jika kawin sangat diperlukan untuk mengatasi bahaya, lebih baik pencegahan
bahaya itu didahulukan dan agama memang membenarkannya.9
Sarlito Wirawan seperti dikutip M.Fauzil Adhim menyatakan bahwa
kawin muda masih banyak yang merasa asing terutama pernikahan pada saat
kuliah. Tanpa memikul tanggung jawab dalam kuliah saja banyak kuliahnya
terkatung-katung apalagi pada saat kuliah harus memikirkan keluarganya.
Pernikahan dapat berpengaruh pada aspek, yaitu perasaan tentang diri (sense
of self), dan kesejahteraan jiwa (wellness). Selanjutnya Zimbargo dan Gerrig
seperti dikutipkan M.Fauzhi Adhim menyatakan bahwa kesejahteraan jiwa
merujuk pada kondisi kesehatan jiwa yang optimal sehingga membentuk
kemampuan untuk memfungsikan diri secara penuh dan aktif melampaui
9 Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta:Gema Insani, 2002), h.1-5.
16
ranah fisik intelektual, emosional, spiritual,sosial dan lingkungan dari
kesehatan.10
2. Faktor Biologis
Diantara kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan biologis, yaitu
kebutuhan laki-laki dan perempuan terhadap lawan jenisnya melalui
pernikahan dan pergaulan. Dilihat dari tercipta dan terwujudnya manusia,
maka tidak dapat diragukan bahwa diharapkan dapat melangsungkan
keturunan. Allah telah menganugrahkan kepadanya potensi syahwat dan
keinginan menikah sebagai sarana melestarikan kelangsungan wujud manusia.
Kelangsungan alamiah ini tidak akan mengalami benturan kecuali
dengan perbuatan zina, perbuatan yang terkuat untuk menghalangi
terwujudnya rumah tangga. Zina merupakan penyebab manusia untuk
melangsungkan pernikahan dan mengarahkan potensi syahwatnya kepada
perzinahan yang dapat membawa manusia kepada kehancuaran rumah tangga
serta putusnya keturunan.
Sementara itu, perkawinan melahirkan begitu besar tanggung jawab
dan kewajiban bagi suami isteri. Tanggung jawab dan kewajiban yang belum
mampu ditanggung seorang remaja putera dan puteri, meskipun mulai
merasakan dorongan seksual dimasa puber. Akibat yang muncul pada saat ini
adalah makin memanjangnya rentan waktu anatara masa puber yang alami
dan kematangan sosial, ketika seseorang menjadi mampu untuk membangun
10
Ibid., h. 79.
17
rumah tangga. Seorang murid dari pendidikan sekolah dasar, kemudian
sekolah menengah dan sampai jenjang perguruan tinggi, jika tanpa terputus
baru berusia 25 tahun ia selesai, itupun masih mempersiapkan diri
menghadapi perkawinan. Hal yang sama berlaku pada remaja puteri yang
hendak menempuh jenjang pendidikan yang sama. Dalam perakteknya tidak
dimungkinkan bagi remaja putera yang berusia 18 tahun dan remaja puteri
yang berusia 16 tahun untuk membebani tanggung jawab perkawinan
permanen dan menempuh kehidupan dengan semakin banyak tugas dan
kewajiban terhadap pasangan masin-masing, dan juga terhadap anak-anak
mereka.11
3. Faktor Adat dan Budaya
Maksud adat dan budaya adalah, adat dan budaya perjodohan yang
masih umum dan terjadi dibeberapa daerah Indonesia. Dimana anak gadis
sejak kecil telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya, dan segera dinikahkan
sesaat setelah anak menstruasi. Umumnya anak-anak perempuan mulai
menstruasi di usia 12 tahun. Dengan demikian dapat dipastikan anak tersebut
dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum pernikahan
yang diamanatkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
yaitu diperbolehkannya seorang perempuan menikah apabila telah mencapai
11
Murhadana Muthari, The Righ Women In Islam.Penerjemah.M.Hashem,hak-hak dalam
Islam (Bandung, 2002), h.17.
18
umur 16 tahun.12
Pada masyarakat betawi misalnya, mengawinkan seorang
anak merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Para orang tua akan merasa
malu bila anaknya tidak kunjung mendapatkan jodoh. Karena ada anggapan
bahwa seorang anak perempuan akan menjadi “ Perawan Tua” apabila setelah
meningkat remaja belum juga dikawinkan, begitu juga dengan anak laki-
lakinya akan menjadi “Perjaka Tua” Meskipun usia anak-anak mereka masih
di bawah batas usia yang diizinkan dalam Undang-Undang Perkawinan.13
4. Agama
Adanya penafsiran yang salah dalam menjalankan ajaran agama, ini
terutama terjadi dikalangan masyarakat yang mempunyai fanatisme yang
tinggi terhadap ajaran suatu agama, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah
hadist Rasulallah SAW yang diriwiyatkan oleh Muttafaq alaih :
Artinya: Dari Ibnu Mas”ud seraya berkata, Rasulullah saw bersabda: Hai
golongan pemuda! Bila diantara kamu ada yang sudah mampu
kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga
dan kemaluannya akan lebih terpelihara. Dan bilamana ia belum
mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu ibarat
pengebiri”. (Muttafaq „alaih).14
12
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:
Academia+Tazzafa, 2009), h. 387.
13
Fatimatuzzahra, Implikasi Nikah di Bawah Umur Terhadap Hak-hak Reproduksi
Perempuan, (Skrpsi S1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: 1430H/2008), h.44.
14
Zainudin Hamidi dkk, Terjemah Hadis Shahih bukhari, h.65
19
Biasanya yang menjadi salah tafsir dalam hadist tersebut di atas, yaitu
kata mampu, dimana masih banyak yang mengartikan kata mampu hanya dari
segi seksualitas saja, sehingga merasa mampu untuk kawin jika sudah ada
merasakan adanya rangsangan seksualitas. Padahal yang dimaksud mampu
dalam kejiwaan adalah mampu dalam akal pikiran (dewasa), mampu dalam
ekonomi, materil, dan mampu menegakan ajaran agama dalam kehidupan
berumah tangga antara suami, isteri, anak-anak, keluarga, dan masyarakat.
Juga kehawatiran orang tua jika anaknya menjalin hubungan dengan
lawan jenis tanpa ikatan nikah, termasuk zina yang sudah jelas melanggar
ajaran agama. Dalam rangka mencegah dari pelanggaran inilah muncul nikah
dini agar mereka terhindar dari perbuatan zina tersebut. Walaupun pada
dasarnya si anak yang belum berusia 16 tahun mungkin masih bebersedia
menunggu sampai usia 16 tahun,akan tetapi karena khawatir melakukan
perbuatan zina maka orang tua bersikukuh untuk menikahkanya.15
5. Faktor Ekonomi
Alasan ekonomi sebagai faktor nikah dini dapat dilihat minimal dari dua
bentuk. Pertama, ekonomi orang tua yang tidak mendukung anak sekolah.
Akibatnya kondisi tersebut menyebabkan anak usia dini tidak melakukan
kegiatan apa-apa. Banyak hal karena pertimbangan ekonomi, mereka
melakukan pekerjaan sebisanya, walaupun hasilnya kecil dan sifatnya kasar.
15
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:
Academia+Tazzafa, 2009) h.386.
20
Bagi anak perempuan lebih banyak yang memilih untuk menikah, hal ini karena
dorongan dari orang tua. Terlebih lagi ada semacam anggapan, bahwa sekolah
pun tidak ada gunanya, karena bagi anak wanita tetap saj kembali ke dapur.16
Kedua, alasan ekonomi orang tua menjadikan anak sebagai tumbal
untuk menyelesaikan, khususnya anak perempuan. Bentuknya dapat berupa
anak gadis sebagai pembayar hutang. Misalnya apa yang dicatat Pengadilan
Agama bantul masih banyak kasus dimana anak gadis menjadi pembayar bagi
orang tua yang terlilit hutang dan tidak mampu melunasi. Dengan menikahkan
anak tersebut dengan si piutang, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit
orang tua si anak.17
6. Faktor Sosial
Faktor sosial yang di maksud dapat menyebabkan terjadinya kawin
muda adalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Rasul SAW,
telah melakukan preventif untuk mencegah hal-hal negatife yang terjadi dalam
pergaulan bebas antara pria dan wanita, Sabda Rasulallah SAW:
16
Mudzakaroh Al-Azhar, Tentang Perkawinan di Bawah Umur, Panji Masyarakat, XXVII,
447 (Agustus,1985) h.62.
17
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:
Academia+Tazzafa,2009)h.386.
21
Artinya: ”Qutaibah ibn sa-id menceritakan kepada kami, sufyan menceritakan
kepada kami dari amru dari ba’dad dari ibnu abbas berkata:aku
mendengar Rasulallah SAW bersabda: jangan laki-laki dan
perempuan berdua-duaan, dan janganlah perempuan bepergian tanpa
kecuali ditemani mukhrimnya. Maka seorang laki-laki berdiri:”yah
Rasulallah isteriku mau pergi haji sedangkan aku mempunyai
kewajiban untuk berperang. Rasulallah bersabda:”pergilah haji
bersama isterimu.” (HR.Ibnu Abbas).18
Berdasarkan hadist di atas Rasulallah sangat melarang laki-laki dan
perempuan berduaan di suatu tempat atau ruangan tertentu, karena akan
menimbulkan fitnah diantara keduanya. Hadis ini menggambarkan kehidupan
Rasulallah yang melarang memandang wanita, menganjurkan memakai jilbab,
dan melarang berduaan disuatu tempat antara pria dan wanita yang bukan
muhrim.
Dalam kehidupan sosial, media masa ikut berperan dalam memicu
pernikahan di bawah umur, beredarnya VCD porno bagaikan kacang goreng,
poster-poster film, tabloid dan majalah yang merangsang disetiap sudut kota,
suguhan sinetron, dan iklan yang mengarah kepada sek bebas.19
Perkawinan usia muda tidak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga di
kota-kota dengan sebab yang sama, terlebih lagi di kota besar dewasa ini sering
terjadi perkawinan di bawah umur karena kecelakaan (zina) atau si gadis
18
. Imam Al bukhari, Shohih Bukhari: Kitab Al-Jihad wa Al-Sair, (Beirut: Dar Al-Fikr), jilid
IV, h.172.
19
Inna Mutmainnah,”Pernikahan Dini, Problema dan solusi: Perspektif Psikologi dan
agama,”07 mei 2002 (Jakarta:BEM UIN Syarif Hidayatullah), 2002, h. 2
22
dilarikan pacarnya. Jadi perkawinan hanya sebagi usaha menutupi aneka
macam kemesuman karena kebebasan pergaulan.20
Selain faktor-faktor tadi yang disebutkan, juga ada sebab lain sebagai
pendorong untuk memberikan peluang dan kesempatan yang sebesar-besarnya
kepada remaja untuk menikah dini adalah adanya dispensasi dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat ( 2) . Karena
walaupun ada batasan tentang usia minimal yaitu 19 tahun bagi pria dan 16
tahun bagi wanita, tetapi ada kebolehan (dispensasi) bagi yang belum mencapai
usia tersebut. Dispensasi ini secara prosedural sangat mudah didapat dan
sedikitpun tidak ada kesulitan dalam pengurusannya. Tidak ada satupun
pemikiran bagi masyarakat bahwa batasan usia dalam perkawinan sebetulnya
memiliki ketentuan tanpa memiliki kewenangan. Selain masih banyak terjadi
pernikahan dini ada yang lebih tragis lagi yaitu pemalsuan umur, seperti: anak
gadis baru berusia 14 tahun atau 15 tahun diakui sudah 16 tahun, atau anak laki-
laki baru usia 17 atau 18 tahun diakui sudah 19 tahun, supaya bisa melakukan
perkawinan.21
C. Batasan Umur Perkawinan
Sebelum perkawinan dilakukan, tentunya persyaratan untuk dapat
melangsunkan perkawinan harus dipenuhi. Misalnya tentang ketentuan batas usia
20
Aisyah Dahlan, Persiapan menuju perkawinana yang Lestari, (Jakarta: PT. Putaka Antara,
1996), h. 39.
21
H. Aisyah Dahlan, Loc.Cit. h 42.
23
minimum untuk menikah sangatlah penting. Karena perkawinan seharusnya
dilakukan oleh mereka yang sudah cukup umur dan matang dilihat dari segi
biologis, psikologis, dan ekonomi. Maka dari itu perlu diatur mengenai batas umur
dalam perkawinan, dan batasan tersebut dibagi kedalam tiga bagian yaitu sebagai
berikut:
1. Batas Umur Dalam Perundangan
Umur minimal boleh kawin menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan adalah 19 tahun bagi pria dan enam 16 tahun bagi wanita.
Seperti disebutkan pada Pasal 7 ayat (1),” Perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”
Di samping itu, bagi calon yang belum mencapai umur 21 tahun
diharuskan mendapat izin dari kedua orang tua atau pengadilan, seperti
disebutkan pada Pasal 6 ayat (2) dan (5) Undang-Undang No.1 Tahun 1974
tentang Perkawinan. Adapun isi ayat (2):” Untuk melangsungkan perkawinan
seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat
izin dari kedua orang tua.” Sedang isi ayat (5) adalah:
“Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut
dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara
mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum
tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan
24
orang tersebut dapat memberikan izin setelah terlebih dahulu mendengar orang-
orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini”.22
Dengan demikian, apabila izin tidak didapatkan dari orang tua,
pengadilan dapat memberi izin.23
KUHPerdata dalam pasal 29 menentukan, setiap laki-laki yang belum
berusia 18 tahun penuh dan wanita belum berusia 15 tahun penuh, tidak
diperbolehkan mengadakan perkawinan namun bila ada alasan-alasan penting
Presiden dapat menghapuskan larangan-larangan itu dengan memberikan
dispensasi.24
Sementara di dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam pasal 15 ayat
(1) untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam
Pasal 7 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni calon
suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-
kurangnya berumur 16 tahun.25
Sedangkan dalam UU No.23 Tahun 2003
Tentang Perlindungan Anak sebagai instrument HAM juga tidak menyebutkan
secara eksplisit tentang usia minimum menikah selain menegaskan bahwa anak
22
Kumpulan Perundang-Undangan (memuat) NTCR, (Bandung: CV madani,2007)
23
Watjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta:Balai Aksara,1987) h.26.
24
R.Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
paramita, 2006)Cet.Ke-37. h. 540.
25
Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Kompilasi
Hukum Islam, (Bandung: Fokus Media, 2005), h.10.
25
adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan seorang ibu.26
Bagi orang yang belum mencapai umur minimal tersebut ada
kemungkinan melangsungkan perkawinan dengan syarat dispensasi dari
pengadilan atu pejabat lain, seperti disebutkan dalam Undang-Undang No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (2) ,”Dalam hal penyimpangan
terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak
wanita.”27
Dari ketentuan tersebut di atas bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa
Undang-undang telah memberikan batasan usia minimum untuk dapatnya
seseorang melangsungkan perkawinan secara pasti. Bertujuan untuk mencegah
terjadinya perkawinan anak-anak, agar pemuda pemudi yang akan menjadi
suami isteri benar-benar telah matang jiwa raganya untuk membentuk keluarga
yang bahagia dan kekal. Begitu pula dimaksudkan untuk dapat mencegah
terjadinya perceraian muda, dan agar dapat membenihkan keturunan yang baik
dan sehat, serta tidak berakibat laju kelahiran yang lebih tinggi sehingga
mempercepat pertambahan penduduk.
26
Undang-undang RI No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Trinity,
2007), Cet.Ke-1.h.3.
27
R. Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya
Paramita, 2006), Cet.Ke-37. h.540.
26
2. Batas Umur Dalam Hukum Adat
Hukum adat pada umumnya tidak mengatur tentang batas umur untuk
melangsungkan perkawinan. Hal mana berarti hukum adat membolehkan
perkwinan semua umur. Dalam rangka memenuhi maksud Undang-Undang
No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai perizinan orang tua terhadap
perkawinan dini, yang memungkinkan timbul perbedaan pendapat adalah
dikarenakan struktur kekerabatan dalam masyarakat adat yang satu dan yang
lain berbeda-beda, ada yang menganut kekerabatan patrielieneal, matrilineal,
dan parental yang satu dan lai dipengaruhi pula oleh bentuk perkawinan yang
berlaku.28
Di masa lampau sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, sering terjadi perkawinan yang disebut “kawin gantung”
(perkawinan yang ditangguhkan pencampuran sebagai suami isteri) kawin
antara anak-anak dan anak perempuan yang belum baligh (dewasa) dengan laki-
laki yang sudah dewasa atau sebaliknya perempuan yang sudah dewasa dengan
laki-laki yang masih anak-anak.
Kedewasaan seseorang di dalam hukum adat diukur dengan tanda-tanda
bangun tubuh, apabila anak wanita sudah haid, buah dada sudah menonjol,
berarti ia sudah dewasa. Bagi anak pria ukurannya hanya dilihat dari perubahan
suara, bangun tubuh, sudah mengeluarkan air mani atau sudah mempunyai
nafsu seks. Jadi bukan diukur dengan umur karena orang tua di masa lampau
28
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2007), h.49.
27
kebnayakn tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya karena kebanykan buta
huruf.29
3. Batas Umur Dalam Hukum Islam
Secara umum dapat dikatakan bahwa imam mazhab (fikih
konvensional) membolehkan nikah dini. Yaitu laki-laki dan perempuan yang
masih kecil dan pada umumnya zaman dahulu para ulama membolehkan
seorang bapak sebagai wali mujbir mengawinkan anaknya laki-laki atau
perempuan yang masih gadis dan masih di bawah umur tanpa meminta
persetujuan anaknya terlebih dahulu baik kebolehan tersebut dinyatakan secara
jelas seperti ungkapan” boleh terjdi pernikahan antara laki-laki yang masih
kecil dan perempuan yang masih kecil” atau “boleh menikahkan laki-laki yang
masih kecil dan perempuan yang masih kecil”. Sebagimana pendapat Ibnu al
Humam yang dikutip oleh Amir Syarifuddin dalam bukunya Hukum
Perkawinan Islam di Indonesia antar fikih Munakahat dan Undang-undang
Perkawinan.30
Ibn al-Mundzir menganggap bolehnya pernikahan dini sebagai ijma
kalau memang kuf (sekufu). Dalil yang dipakai mayoritas ulama ini ada
banyak, salah satunya adalah nikahnya Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah
29
Ibid.h.50.
30
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta:Kencana,2006), h.66.
28
sewaktu masih berumur 6 tahun.31
Jadi Islam secara tegas tidak menentukan
batas minimal kapan seseorang boleh melangsungka perkawinan. Sekalipun
hukum Islam tidak membatasi usia minimal untuk dapat melangsunkan
perkawinan, namun hukum Islam menyatakan bahwa seseorang baru dikenakan
kewajiban melakukan pekerjaan atau perbuatan hukum apabila telah mukallaf,
untuk itu Allah berfirman dalam QS. An-Nisa (04):6.
46
Artinya: Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai
memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak
yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan
harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan
harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi
(tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai
Pengawas (atas persaksian itu).
Ketika menafsirkan ayat ini, Hamka mengatakan bulugh al nikah itu
diartikan dengan dewasa. Kedewasaan itu bukanlah bergantung kepada umur,
tetapi kepada kecerdasan atau kedewasaan pikiran. Karena ada juga anak
usianya belum dewasa, tetapi ia telah cerdik dan ada pula seseorang usianya
31
al-Zuhailly, al-Fiqh al-Islami,vol. 9,6582.
29
telah agak lanjut, tetapi belum matang pemikirannya.32
Batas umur minimal
tidak terdapat dalam berbagai mazhab secara konkrit yang dinyatakan dalam
bilangan angka, yang terdapat pernyataan istilah baligh sebagai batas
minimalnya. Para ulama mazhab sepakat haidh dan hamil merupakan bukti ke
baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena pembuahan ovum oleh sperma,
sedangkan haidh kedudukannya sama dengan mengeluarkan sperma bagi laki-
laki.
Dalam hal menentukan kedewasaan dengan umur terdapat beberapa
pendapat diantaranya:
a. Menurut Ulama Syafi‟iyah dan hanafiyah, menentukan masa dewasa itu mulai
usia 19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik
menetapkan 18 tahun, baik laki-laki maupun wanita.33
b. Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu mulai
umur 15 tahun, meskipun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-
tanda di atas, tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua
orang, maka kedewasaan ditentukan dengan umur. Disamakannya masa
kedewasaan untuk pria dan wanita adalah karena kedewasaan itu ditentukan
32
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka panji Mas,1983), Juz IV, h266.
33
Helmi Karim, Kedewasaan untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer,
(Jakarta:Pustaka Firdaus,1996), h.70
30
dengan akal, dengan akal maka terjadi taklif, dan karena akal pulalah adanya
hukum.34
c. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21
tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern ini orang melakukan persiapan
matang, sebab mereka masih kurang pengalaman hidup dan masih dalam
proses belajar. Namun demikian kepada mereka dapat diberikan beberapa
urusan sejak usia 18 tahun.35
d. Sedangkan Majlis Ulama Indonesia (MUI) hanya memberikan dua kriteria
sebelum melangsungkan perkawinan yakni secara spiritual dan material.
Secara spiritual agar di dalamnya diperoleh ketenangan dan ketentraman lahir
dan batin yang memungkinkan berkembangnya cinta dan kasih sayang.
Adapun secara material merupakan kesanggupan membayar mahar dan
nafaqah.36
Dengan melihat ketentuan seperti itu maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk dapat melaksanakan perkawinan baik pria maupun wanita harus
dewasa dan cakap hukum dalam artian matang secara biologis, psikologis, dan
ekonominya. Di samping itu dilihat dari salah satu tujuan perkawinan menurut
hukum Islam adalah membentuk rumah tangga yang damai, tentram dan kekal
34
Ibid.,h.70.
35
Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1975) ,Jilid 2, h.20.
36
Boy Valdi,Dispensasi Nikah Bagi Perkawinan Di Bawah Umur Studi Analisis Putusan
No.008/PDT/2006/PAJP, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta,2008),h.42
31
maka hal ini tidak mungkin tercapai apabila pihak-pihak yang melaksanakan
perkawinan belum dewasa dan belum matang jiwanya.
Selain dari mayoritas ulama fiqih yang membolehkan perkawinan dalam
usia muda, ada juga yang mengatakan bahwa perkawinan gadis di usia muda itu
tidak sah atau dilarang. Menurut para ulama perkawinan dini antara Aisyah binti
Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah jauh lebih dewasa tidak
dapat dijadikan dalil umum. Begitu pula halnya dengan Nabi sampai beristri 10
wanita, termasuk isterinya yang bukan orang Arab (Ajam) yaitu Jariyah dari
Mesir bernama Mariyah (Baswedan), tidak bisa dijadikan dalil umum. Oleh
karena sifatnya yang khusus, hampir semua isteri Nabi adalah janda kecuali
Aisyah, dan semuanya mempunyai latar belakang sejarah dengan perjuangan
Islam dimasa permulaan.37
Seperti pendapat dari Ibnu Syubrumah, beliau menyatakan beberapa
alasan, diantaranya hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim.
Artinya: “Dari Abu Hurairah, Ia berkata,” Rasulallah Saw. Telah bersabda,”
Perempuan janda janganlah dinikahkan sebelum diajak
bermusyawarah, dan perawan sebelum diminta izinnya.’ Sahabat-
sahabat lalu bertanya,’ Bagaimana cara izin perawan itu, ya
Rasulullah?’ Jawab beliau,’ Diamnya tanda izinnya,” (Riwayat
Muttafaq‟alaih)
37
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Mandar Maju:bandung,2007), h.51.
32
Hadist ini mewajibkan wali termasuk bapak untuk meminta izin dari anak
gadisnya sebelum berlangsung akad nikahnya. Oleh karena sahnya akad nikah
tergantung pada izin sedangkan izin dari orang tua atau gadis yang belum dewasa
tidak dianggap, maka wajiblah atas wali menunggu sampai anak gadisnya
dewasa untuk mendapatkan izinnya. Dalil ini kita kemukakan sebagai alasan
Ibnu Syubrumah menurut riwayat Ibnu Hazam. Sedangkan pendirian Ibnu
Syubrumah sendiri menurut at-Thahawi, dalil yang harus kita kemukakan adalah
sebagai berikut: tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mendapatkan
keturunan dan memlihara diri dari kemaksiatan. Cara mendapatkan keturunan
dan memelihara tentulah dengan jalan persetubuhan, sedangkan maksud utama
ini hanya dapat dilakukan terhadap gadis yang usianya telah memungkinkan
untuk disetubuhi.
Lebih lanjut Ibnu Syubrumah dan al Batti berpendapat sebagaimana yang
dikutip oleh Peunoh Daly dalam bukunya yang berjudul Hukum Perkawinan
Islam Suatu Studi perbandingan dalam kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-
negara Islam, bahwa tidak sah sama sekali mengawinkan anak yang masih kecil.
Akad nikah yang dilakukan oleh wali sebagai ganti dari anak yang masih kecil
itu dianggap batal. Penulis menyatakan bahwa hikmah hukum perkawinan dalam
Islam memperkuat pandangan Ibnu Syubrumah, karena tidak ada kemaslahatan
bagi anak kecil dalam perkawinan yang serupa itu (perkawinan dini), bahkan
akan mendatangkan kemudharatan.38
38
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-
Sunnah dan Negara-Negara Islam, h.131.
33
Selain dari pada pendapat Ibnu Syubrumah ada juga dalil-dalil syar‟i
lainnya yang dapat menunjukan isyarat untuk kedewasaan seseorang sebelum
melakukakan suatu perkawinan. Dalil-dalil hukum itu diantaranya:
1. Saad Adz-Dzari‟ah, artinya melaksanakan suatu perbuatan yang semula
mengandung kemaslahatan menuju pada suatu kerusakan (kemafsadatan),
dimana menutup jalan yang bisa membawa mala petaka, karena kawin dini
bisa membawa malapetaka bagi keluarga dan akibat-akibat lainnya yang
negatif maka wajib menghindari dengan jalan menunda perkawinan”.39
2. Kaidah-kaidah dalam fiqhiyah antara lain.40
a.
Artinya: ”Mudharat atau malapetaka itu harus dihilangkan,”
Karena nikah dini membawa mudharat baik kepada dirinya,
keluarga maupun kepada masyarakat, maka sebaiknya nikah dini harus
dihindari
b.
Artinya: “Menghindari mafsadat atau kerusakan harus didahulukan dari
pada mencari maslahat atau kebaikan.”
Kawin dini mungkin adapula manfaat atau maslahatnya, namun mudharat
atau resiko jauh lebih besar dari pada manfaat atau kebaikannya. Oleh karena itu,
39
Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung . CV. Pustaka Setia, 1999), Cet.Ke-1. h.132.
40
Abdul Mujib, Kaidah-kaidah ilmu Fiqh, (Jakrta: Kalam Mulia, 2001), Cet.Ke-2.h.9.
34
sudah seharusnya kawin dini itu ditunda sampai orang itu cukup dewasa dan
matang fisik, fsikis dan mentalnya.
Dengan memperlihatkan argumen-argumen yang telah disampaikan oleh
para ulama tersebut di atas, baik yang memperbolehkan perkawinan seorang
gadis yang belum dewasa dan yang tidak memperbolehkannay maka penulis
cenderung untuk tidak memeperbolehkannya karena perkawinan sebagai akad
istimewa (mitsaqon ghalidhon) seharusnya memenuhi syarat sebagai sesorang
yang mampu bertindak hukum sama sekali yaitu seseorang yang sudah dewasa
dan berakal sehat dan ini sejalan dengan apa yang disebut dalam surat al-Nisa
(4) ayat 6. Kemudian jika dikaitkan dengan pencapaian tujuan perkawinan
menurut Islam adalah untuk membentuk/melahirkan keluarga bahagia (sakinah).
Membentuk keluarga bahagia ini sekaligus sebagai tujuan pokok, adapun tujuan
pokok perkawinan adalah pemenuhan kebutuhan biologis antara suami dan isteri
seperti tujuan reproduksi menjaga kehormatan dan tujuan beribadah juga tujuan
lainnya.
Untuk melahirkan generasi berkualitas ada persoalan reproduksi, yakni
kemampuan secara fisik dan psikis menjadi seorang ibu yang harus mengandung,
melahirkan, dan mengurus anak. Jadi dapat disimpulkan dibutuhkan kedewasaan
dan kematangan prima untuk dapat mencapai tujuan perkawinan. Maka dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan nikah dini hanya berlaku khusus untuk
Rasulallah Muhammad SAW.
35
BAB III
POTRET MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN
CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI
A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis
Desa Kertaraharja adalah salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cikembar
Kabupaten Sukabumi, merupakan hasil pemekaran dari Desa Parakanlima 1 pada
tanggal 24 Februari 1984 yang terletak di Jalan Pelabuhan 11 Km.12,5 Sukabumi.
Nama “Kertaraharja” berasal dari kata “Kerta” dan “Raharja” yang artinya “aman,
tentram, dan makmur” sebagai pengganti nama kampung Pangleseran yang
terletak di jalur protokol antara Sukabumi-Pelabuhanratu dengan nama jalan
Palabuhan II, kampung Pangleseran bertepatan dengan simpang tiga menuju
wilayah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.
Batas Wilayah :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bojong
b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnaresmi Kec.Gunungguruh
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Parakan Lima, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Parakan Lima dan Bojong
Ketinggian Desa Kertaraharja tersebut berada pada ±400-500 M dari
permukaan laut dengan curah hujan pertahun rata-rata ± 1000-1500mm. Adapun
jarak kelurahan ke Ibu Kota Kecamatan , Pusat Kota, Kabupaten, Propinsi dan Ibu
Kota Negara adalah sebagai berikut:
36
a. Jarak dari pusat kecamatan : 6 km
b. Jarak dari pusat kota : 12,5 Km
c. Jarak dari pusat kabupaten : 48 Km
d. Jarak dari ibu kota propinsi : 105 Km
e. Jarak dari ibu kota negara : 120 Km
Pemanfaatan lahan dan penggunaan tanah adalah sebagai berikut:
TABEL III.1
Pemanfaatan Lahan dan Tanah Desa Kertaraharja
No Lahan dan Tanah Desa Jumlah
1. Jalan kabupaten, Desa, dan Lingkungan 2,50 Ha
2. Bangunan Umum (Perkantoran dan Sekolah 2,50 Ha
3. Pemukiman dan Pekarangan 234,00 Ha
4. Industri/Pabrik 22,50 Ha
5. Pertokoan dan Perdagangan 1,25 Ha
6. Perladangan 188,00 Ha
7. Tegalan 126,00 Ha
8. Sarana Peribadatan / Wakaf Mesjid 1,00 Ha
9. Tanah Kuburan 2,25 Ha
10. Empang 0,75 Ha
11. Sawah Irigasi Setengah Teknis 30,25 Ha
12. Sawah Tadah Hujan 14,50 Ha
13. Lain-lain 2,25 Ha
Kemudian sumber kekayaan desa adalah sebagai berikut :
TABEL III.2
Sumber kekayaan Desa
No Sumber Kekayaan Desa Jumlah
1. Tanah Kas Desa/Titisara 22 Ha
2. Sawah Bengkok Desa 0.66 Ha
3. Tanah Kuburan Desa 1.75 Ha
4. Bangunan Kantor Desa 1 Buah
5. Gedung Serbaguna Desa 1 Buah
6. Kendaraan Operasinal Desa/ Roda Dua 1 Buah
37
B. Demografi masyarakat
1. Penduduk
Jumlah penduduk Desa Kertaraharja menurut laporan akhir tahunan
desa, tercatat sebanyak 7.536 jiwa yang terdiri dari :
TABEL III.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Penduduk Jumlah
1. Laki-Laki 2.896 Jiwa
2. Perempuan 2.799 Jiwa
3. Kepala keluarga 1.841 Jiwa
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Kertaraharja lebih
banyak di dominasi oleh kaum laki-laki yaitu sekitar 2.896 jiwa sedangkan
kaum perempuannya sekitar 2.799 jiwa dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 1.841 Jiwa.
Kemudian jumlah penduduk menurut struktur umur adalah sebagai
berikut:
TABEL III.4
Jumlah penduduk menurut setruktur umur
No Umur Jumlah
1. 0-5 Tahun 742 Jiwa
2 6-12 Tahun 758 Jiwa
3 13-15 Tahun 394 Jiwa
4 16-18 Tahun 644 Jiwa
5 19-14 Tahun 592 Jiwa
6 25-56 Tahun 2.046 Jiwa
7 57 Tahun ke atas 55 Jiwa
38
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk banyak dihuni oleh mereka
yang berusia 25-56 tahun sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah
mereka yang berusia 57 tahun ke atas.
2. Pendidikan
Mengenai gambaran tingkat pendidikan masyarakat Desa
Kertaraharja secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
TABEL III.5
Tingkat Pendidikan Penduduk
No Jenis Pendidikan Jumlah
1. Tidak tamat SD 1.114 Jiwa
2. Tamat SD/ sederajat 2.257 Jiwa
3. Tamat SLTP/ sederajat 868 Jiwa
4. Tamat SLTA/ sederajat 652 Jiwa
5. Tamat Akademik (D.I/ D.II/DIII) 87 Jiwa
6. Tamat S1/S2/S3 55 Jiwa
Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa kebanyakan penduduk
Desa Kertaraharja masih banyak yang tamat SD yakni sekitar 2.257 jiwa
disusul oleh jumlah terbanyak kedua yaitu tidak tamat SD yakni sekitar 1.114
jiwa, kemudian jumlah terbanyak ketiga yaitu tamat SLTP 868 jiwa kemudian
disusul dengan jumlah penduduk tamatan SLTA, Akademi, dan S1.
Adapun yang terkait dengan sarana pendidikan di Desa Kertaraharja
sebagai berikut:
39
TABEL III.6
Lembaga Pendidikan
No Lembaga Pendidikan Jumlah
1. SD 2 Buah
2. SLTP 1 Buah
3. MD 4 Buah
4. PAUD/TP 3 Buah
3. Sosial Ekonomi
Keadaan mata pencaharian penduduk Desa Kertaraharja, adalah
sebagai berikut:
TABEL III.5
Mata Pencaharian Pokok
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 553
2. Pedagang 397
3. Pegawai Negri 89
4. TNI/POLRI 23
5. Pensiunan/Purnawiran 42
6. Buruh Pabrik 347
7. Pengrajin 17
8. Tukang Bangunan 58
9. Bengkel 15
10. Buruh Tani/Buruh Harian Lepas 625
11. Tukang Batu 147
12. Tukang Kayu 25
40
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa mata pencaharian penduduk
Desa Kertaraharja bergam dimulai dengan jumlah terbanyak sebagai buruh
tani yaitu sekitar 625 orang. Kemudian disusul oleh petani 553 oran,
pedagang 397 orang, buruh pabrik 347 orang, dan yang terbanyak terakhir
adalah tukang batu sebanyak 147 orang.
4. Keagamaan
Desa Kertaraharja merupakan salah satu desa yang agamis, ini terlihat
dari nuansa kehidupan masyarakatnya. Ha ini terlihat dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat ada berbagai jenis kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan
oleh masyarakat. Walaupun demikian masyarakat tetap hidup rukun
berdampingan dengan para pemeluk agama lain dengan saling menghormati
dan melibatkan para non muslim tersebut dalam berbagai acara
kemasyarakatan. Adapun jumlah penduduk menurut agama yang dianutnya
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL III.6
Jumlah penduduk penganut agama
No Agama Jumlah
1. Islam 5.650 Jiwa
2. Keristen 41 Jiwa
3. Budha 4 Jiwa
Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pemeluk agama terbanyak di
Desa Kertaraharja adalah Islam dengan jumlah 5.650 Jiwa.
41
5. Keadaan Penduduk
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa pada
tanggal 11 April 2011 bahwa perekonomian penduduk Desa Kertaraharja
dalam tingkatan menengah kebawah, sehingga banyak masyarakatnya yang
mengalami putus sekolah, mayoritas pekerjaan penduduk sebagai buruh tani,
tukang batu, dan buruh pabrik.1 Kondisi ekonomi yang semacam ini
berpengaruh terhadap perkembangan sosial budaya . Tidak heran kalau pada
masyarakat ini ditemukan kompleksitas permasalahan yang muncul. Seperti
kemiskinan, kebodohan, dan lain sebagainnya. Selain itu tidak ada kegiatan di
luar sekolah yang bisa memberikan keterampilan bagi penduduk setempat,
serta kurangya pengetahuan dikalangan orang tua dan remaja akan berbagai
dampak negatif dari melakukan pernikahan dini maka pada akhirnya
terjadilah kebiasaan masyarakat melakukan pernikahan dini bagi mereka yang
putus sekolah dengan alasan bahwa tidak ada hal lain yang bisa mereka
lakukan selain menikah, walaupun Undang-Undang perkawinan dengan jelas
melarang menikah sebelum mencapai usia yang telah ditentukan dalam
undang-undang perkawinan tersebut.
1 Hasil wawancara dengan Bapak. Enjang selaku kepala desa pada tanggal 11 April
2011,pukul 14.00 WIB
42
C. Tradisi Pernikahan Dini dan Solusi yang Ditawarkan
1. Tradisi Pernikahan
Tradisi pernikahan dini Menurut data dari KUA Cikembar, antara
bulan Januari 2009 sampai Juni 2010 tercatat 21 pernikahan di bawah usia 16
tahun.2 Menurut hasil wawancara dengan narasumber sebagai para pelaku
pernikahan dini hal ini terkait dengan kepercayaan yang mereka anut, yaitu
bahwa jika orang tua memiliki anak perempuan dan ditanyakan atau diminta
seorang pria untuk dinikahi harus diterima. Jika menolak, maka dipercaya
anak itu takkan menemui jodoh kembali di kemudian hari. Para orang tua
berpandangan bahwa wanita bertugas melayani suami dan anak-anak, serta
menghabiskan banyak waktu didapur, sehingga dikatakan melanjutkan
pendidikan tidak bermanfaat.
Penyebab terjadinya tradisi pernikahan dini di Desa Kertaraharja
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup
di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak
wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu. Bahwa
dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga
2 Arsip KUA kecamatan Cikembar
43
gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung
jawab (makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya).3
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua,
anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan
anaknya yang masih di bawah umur. Tidak adanya pengertian mengenai
akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik bagi mempelai itu sendiri
maupun keturunannya.
c. Faktor orang tua
Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya
berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga mengawinkan
anaknya.
d. Media Massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja
modern kian permisif terhadap seks.
Pernikahan dini dinilai dapat menimbulkan berbagai dampak yang
kurang baik, karena mereka dinilai belum memiliki kesiapan dan kematangan
fisik dan mental, karena kematangan fisik dan mental sebelum menikah
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berlangsungnya
perkawinan yang sama-sama dewasa dinilai akan membantu dampak yang
baik bagi perkembangan rumah tangga, dengan adanya kedewasaan kedua
3 Soeryono,Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:PT.Grafindo.1992), h. 65.
44
belah pihak baik fisik maupun mental akan membuat rumah tangga tentram
dan damai sehingga apa yang dicita-citakan dalam kehidupan rumah tangga
dapat tercapai.
Selain keempat faktor di atas, masih terdapat beberapa alasan
terjadinya pernikahan dini dikalangan pelaku yaitu mereka tidak mengetahui
Undang-Undang Perkawinan terutama dalam masalah batasan usia untuk
melakukan perkawinan, maupun mengenai dispensasi nikah. Karena pada
kenyataan yang terjadi di Desa Kertaraharja masyarakat beranggapan jika para
perempuan sudah ada yang melamar maka mereka akan segera menikah
walaupun usia mereka masih dini untuk menikah.
2. Solusi yang ditawarkan
Setiap permasalahan yang timbul pasti ada sebuah solusi atau cara
untuk mengatasinya, begitu juga dalam hal pelaksanaan pernikahan dini pasti
ada solusi untuk mencegahnya. Setelah saya mengetahui penyebab terjadinya
pernikahan dini maka saya mempunyai solusi mencegah terjadinya
pernikahan dini di Desa Kertaraharja. Adapun solusinya adalah :
1. Mengubah kebiasaan masyarakat melakukan pernikahan dini dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai umur ideal perkawinan
serta penjelasan-penjelasan mengenai aspek positf dan negatifnya
perkawinan di usia dini.
2. Menumbuhkembangkan akan pentingnya pendidikan, dengan menempuh
pendidikan setidaknya umur untuk melangsungkan perkawinan akan
45
tertunda di masa pendidikan tersebut. Hal ini diamini oleh tokoh
masyarakat AS beliau mengatakan bahwa”, hanyalah pendidikan yang bisa
mengubah pola pikir warga Kertarahaja ini dalam memandang pernikahan
dini”.
3. Mengefektifkan peranan perangkat hukum, seperti pengawasan yang
dilakukan oleh pegawai pencatat nikah, peranan pengadilan atau pejabat
selaku pemberi dispensasi. Memberi hukuman yang jelas kepada para
pelaku zina, karena pada faktanya banyak pelaku yang terpaksa nikah dini
karena kehamilan diluar nikah.
4. Meningkatkan frekuensi penasehatan (BP.4) kepada calon mempelai yang
kelak nanti akan mempunyai anak dan berumah tangga.
5. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku zina, karena pada dasarnya
pernikahan dini sering terjadi karena yang bersangkutan hamil di luar
nikah. Jika hal tersebut dilaksanakan maka akan meminimalisir terjadinya
pernikahan dini.
Selain cara di atas, untuk mencegah terjadinya pernikahan dini di
daerah tersebut, maka pejabat/ketua KUA nya harus lebih memperketat
syarat-syarat untuk melakukan pernikahan dini, sehingga dengan adanya
syarat tersebut dapat mengurungkan niat seseorang untuk melakukan
pernikahan dini. Adapun syarat tersebut yaitu seperti: tidak diperbolehkan
untuk melakukan pemalsuan identitas dengan menambahkan usia dari yang
sebenarnya dan apabila ada yang melakukan hal tersebut, maka dikenakan
sanksi dengan cara membayar denda.
46
Jika ada yang ingin menikah di luar batasan usia yang telah ditentukan
maka orang tua yang bersangkutan harus meminta dispensasi ke Pengadilan
Agama sebagaiman telah tercantum di dalam pasal 7 ayat (2). Dan calon
mempelai belum mencapasi umur 21 tahun maka yang bersangkutan harus
meminta izin ke Pengadilan Agama. Adapun cara mengajukan permohonan
dispensasi atau izin nikah ke pengadilan ini pun tidak mudah yaitu harus
membuat surat permohonan tertulis yang berisi identitas para pihak, posita
yaitu penjelasan tentang keadaan atau peristiwa dan penjelasan yang
berhubungan dengan hukum yang di jadikan dasar atau alasan permohonan ,
dan juga di dalam surat permohonan itu harus memuat petitum yaitu tuntutan
yang diminta oleh pemohon agar dikabulkan oleh hakim. Setelah itu surat
permohonan tersebut ditujukan ke kepaniteraan Pengadialn Agama yaitu pada
Sub kepaniteraan permohonan.4
Selain penentuan batasan umur bagi yang menikah dan berbagai
prosedur yang harus dilewati sebagaiman yang tercantum dalam Undang-
undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dengan maksud pencegahan
terhadap terjadinya perkawinan di bawah umur, maka di dalam peraturan
pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawianan terutama pasal 6 ayat
(1) menyatakan: “Pegawai pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak
melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah
4 A.Mukti Arto, Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama cet 1. (Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 1996), h. 59.
47
dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut undang-
undang perkawinan”.
Dengan adanya pemberian mutlak pada Pengadilan/Pejabat untuk
mengeluarkan dispensasi nikah, maka seyogyanya Pengadilan
mempertimbangkan secara matang alasan-alasan permohonan dispensai
tersebut. Selain itu, Kantor Urusan Agama (KUA) juga memberikan beberapa
persyaratan-persyaratan dalam melangsungkan perkawinan hal ini tidak jauh
berbeda dengan peraturan pemerintah tersebut di atas yang bertujuan agar
pelaksanaan perkawinan sesuai dengan prosedur yang telah tercantum dalam
Undang-Undang yaitu bagi yang hendak menikah harus sudah mencapai
umur 19 (sembilan belas) tahun bagi calon mempelai pria dan bagi calon
mempelai wanita harus sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun, dan
kedua calon mempelai tersebut juga harus membawa beberapa persyaratan-
persyaratan, adapun persyaratan tersebut adalah:
1. Kutipan akta kelahiran,
2. Surat keterangan tentang orang tua,
3. Surat dispensasi dari Pengadialan Agama bagi calon suami yang belum
mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan bagi calon isteri yang
belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun, dan
4. Surat izin dari pejabat yang berwenang, jika salah seorang calon mempelai
atau keduanya anggota angkatan bersenjata.
Dengan adanya solusi tersebut mudah-mudahan dapat mengurangi
tingkat pelaksanaan pernikahan dini di Desa Kertaraharja.
48
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas melalui hasil wawancara di lapangan, penulis dapat
mengambil kesimpulan mengenai motif yang mendukung terjadinya pernikahan
dini di Desa Kertarahajra dan hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor adat yang mempunyai pengaruh besar terhadap persepsi masyarakat
untuk melakukan pernikahan dini para orang tua berpandangan bahwa wanita
bertugas melayani suami dan anak-anak, serta menghabiskan banyak waktu
didapur, sehingga dikatakan melanjutkan pendidikan tidak bermanfaat. Selain
itu wanita di Kertaraharja berpendapat bahwa laki-laki di sana lebih suka
menikahi wanita yang umurnya 15 tahun. Berbagai peringatan yang berbunyi
seperti "awas jadi perawan tua", dan "jika anakmu akil balig, cepat-cepat
kawinkan", mau tidak mau perempuan adalah pekerja dapur" dan sebagainya,
menambah kuat adat nikah dini.
2. Faktor ekonomi juga mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan pernikahan
dini. Karena status sosial ekonomi yang lemah menyebabkan rendahnya
kesempatan memperoleh pendidikan yang tinggi di tambah lagi daerah
pedesaan sebagai tempat tinggal dan penghasilan orang tua yang rendah.
Maka pada dasarnya untuk memeperbaiki keadaan ekonomi keluarganya
tersebut anak perempuan harus segera dinikahkan karena dianggap sebagai
49
beban bagi orang tua. Jika menikahkanya akan meringankan beban tersebut
karena tanggung jawab memberi nafkah jatuh kepada suami.
B. Saran-saran
Dalam hal ini penulis menyarankan kepada semua elemen masyarakat,
khususnya masyarakat Kecamatan Cikembar kab. Sukabumi Jawa Barat. Demi
keharmonisan dan kemaslahatan berumah tangga hendaknya:
1. Senantiasa selalu berpegang pada Undang-Undang perkawinan dalam setiap
pernikahan yang akan dilaksanakan dan hendaknya antara lembaga
pendidikan dan aparat pemerintah juga tokoh masyarakat setempat di
kelurahan dan sebaginya bersama-sama saling mendukung program
pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan.
Dan dihimbau kepada lembaga atau institusi yang bergerak di bidang sosial
dan hukum, agar kiranya selalu melakukan sosialisasi/penyuluhan kepada
masyarakat.
2. Hendaknya ada suatu program penyuluhan perkawinan yang dikemas dalam
topik yang mengundang minat dan perhatian warga. Dengan demikian apa
yang dicanangkan pemerintah dan ketentuan norma-norma yang ada dapat
dijalankan oleh warga tanpa adanya pelanggaran
50
DAFTAR PUSTAKA
Al-qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI Jakarta: Gema Risalah
Press,1993.
Adhim Fauzil Muhammad, Indahnya Pernikahan Dini, Jakarta:Gema Insani, 2002
Al bukhari Imam, Shohih Bukhari: Kitab Al-Jihad wa Al-Sair, Beirut: Dar Al-Fikr,
jilid IV.
Alam, Andi Syamsyu, Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan: Sebuah Ikhtiar
Mewujudkan Keluarga Sakinah, Jakarta:Kencana Mas Publishing Hous,2005,
cet. Ke-1
Arikunto,Suharsimi, Management Penelitian, Jakarta:PT.Rineka Cipta,1993.
Arto, A.Mukti, Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama cet 1. Yogyakarta Pustaka
Pelajar, 1996.
Ash-Shidieqy, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta:Bulan Bintang,1975,Jilid 2.
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Dahlan Aisyah, Persiapan menuju perkawinana yang Lestari, Jakarta: PT. Putaka
Antara, 1996.
Dahlan, Aisyah,Usia Ideal untuk Menikah,Persiapan menuju perkawinan yang
lestari, Jakarta: Pustaka antara, 1996, cet k eke-4.
Departemen Agama RI, Undang-Undang Perkawianan No 1 Tahun 1974 , Jakarta :
Departemen Agama RI, 2002
Fatimatuzzahra, Implikasi Nikah di Bawah Umur Terhadap Hak-hak Reproduksi
Perempuan, Skrpsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta: 1430H/2008M.
Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan Adat
Hukum Agama,Bandung:Mandur Maju, 1990, cet. Ke-1
Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung:Mandar Maju, 2007.
51
Haditono, Siti Rahayu, Psikolog Perkembangan dan Bagian-bagiannya, Yogyakarta:
Gajah Mada,1989,
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta:Pustaka panji Mas,1983, Juz IV, h. 266.
Jawad, Muhammad Mughniya, Fiqih Lima Madzhab, Lentera Basretama,1999
Karim Helmi, Kedewasaan untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer,
Jakarta:Pustaka Firdaus, 1996.
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, Yogyakarta:
Academia Tazzafa,2009.
Kumpulan PerundangUndangan (memuat) NTCR , Bandung: CV Madani, 2007
Moleong, J Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,
2004
Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan
Bintang, 1993, Cet ke-3,
Mudzakaroh Al-Azhar, tentang Perkawinan di Bawah Umur, Panji masyarakat,
XXVII, 447 Agustus, 1985.
Mughniyah, M. Jawad, Fiqh Lima Madzhab, Beirut: Penerbit Lentera, 2004
Mujib, Abdul, Kaidah-kaidah ilmu Fiqh, Jakrta: Kalam Mulia,2001, Cet.Ke-2.
Muthari Murhadana, The Righ Women In Islam.Penerjemah.M.Hashem,hak-hak
dalam Islam Bandung,2002
Mutmainnah Inna,”Pernikahan Dini, Problema dan solusi: Perspektif Psikologi dan
agama,”07 Mei 2002 (Jakarta:BEM UIN Syarif Hidayatullah), 2002.
Nasution Khoiruddin,Hukum Perdata Keluarga IslaIndonesia,Yogyakarta:Academia
Tazzafa,2009.
R. Subekti dan R.Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Jakarta:Pradnya Paramitha, 1996.
R.Subekti SH.Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974 .Jakarta: PT Pradnya
Paramita,2004.
Rachmat, Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, bandung .CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1.
52
Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid, Beirut : Dar al- Fikr, 2007
Saleh Watjik,Hukum Perkawinan Indonesia Jakarta:Balai Aksara, 1987.
Sanggona, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003
Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun
1974, Jogjakarta: Liberty. 1999
Soeryono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Grafindo.1992.
Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta:
Pradnya paramita,2006, Cet. Ke-37.
Suwondo, Nani, Hukum Perkawinan dan Kependudukan di Indonesia Bandung: PT
Bina Cipta,1989, Cet. Ke-1.
Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia antara fiqih Munakaht dan
Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006.
Talib Sayuti, Hukum Keluarga Indonesia,Jakarta, UI Press, 1986.
Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang
Kompilasi Hukum Islam, Bandung:Fokus Media, 2005.
Umran Abd.Al Rahim, Islam dan KB, Jakarta:Lentera,1997, cet. ke-1.
Undang-undang RI No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta:Trinity,
2007, Cet. Ke-1.
Valdi Boy,Dispensasi Nikah Bagi Perkawinan Di Bawah Umur Studi Analisis
Putusan No.008/PDT/2006/PAJP, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Al- Zuhailiy, Wahbah, Al-Fiqh al- Islamiy wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1997
HASIL WAWANCARA
Nama : NY
Waktu : 19 Juni 2011
Tempat : Kediaman NY di Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
14 tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda ?
SD
3. Denga siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Dengan pilihan saya sendiri atuh hehe
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
Tentu saja orang tua saya setuju berarti anaknya teh laku hehehehe
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Pernikahan dini,,,emm nikah sebelum tamat SMA kali yah?
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Memangnya mau nikah ada batas usia minimalnya ya? Setau saya mah kalo perempuan
udah haid itu tuh udah boleh nikah.
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Sudah biasa atuh teh di sini nikah muda, saya juga kan udah gak sekolah orang tua saya
gak mampu biayain,jadi mau ngapain lagi kalo gak nikah
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
Alhamdulillah rumah tangga saya mah bahagia, tapi agak repot saya teh pas awal-awal
nikah belum bisa ngapa-ngapain hehehehe
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Setau saya lumayan banyak, soalnya orang-orang di desa sini mah pada nikah seusia saya
tapi kalau belum siap mah rata-rata pada sekolah ke kota atau kerja
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?
ngga tau kadang-kadang mah cuman cukup buat beli beras saja.
HASIL WAWANCARA
Nama : RT
Waktu : 19 Juni 2011
Tempat : Kediaman RT Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
14 tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda?
SD
3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Saya teh dijodohin sama si bapak,
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Pernikahan dini teh nikah muda tea meureun nya hehehehe
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Saya siy nggak tau, tapi kemaren mah liat berita di tv kalo seumuran saya teh belum
boleh nikah
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Da saya terpaksa nikah dijodohin sama si bapak jadi mau gimana lagi saya mah nurut aja
lagian mau sekolah juga bapak gak punya biaya, itung-itung ngeringanin beban orang tua
juga.
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
keinginan saya bisa tercukupi,beban orang tua juga berkurang
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Setau saya mah lumayan banyak, soalnya orang-orang di kampung ini teh jarang yang
sekolah tinggi, tapi gak tau deh tanya pak lurah ajah atuh hehehe
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?
Ngak tau berapa, itu kan urusan orang tua
HASIL WAWANCARA
Nama : NN
Waktu : 20 Juni 2011
Tempat : Kediaman NN Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
14 tahun
2. Apa pendidkan terakhir anda?
SD
3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Saya menikah karena dijodohkan
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
Kan sudah dibilang saya dijodohin jadi orang tua setuju sekali saya nikah
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Pernikahan dini yaitu kawin muda
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Ga tau teh denger-denger sih kata orang kalau mau nikah umrnya udah 17 tahun gitu
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Di suruh orang tua, katanya buruan nikah biar beban emak berkurang hehehe
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
Biasa-biasa aja, mungkin karena saya dijodohin jadi gak ada perasaan itu kali ya
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Di kampung sini lumyan banyak teh yang nikah dini tapi gak tau berapa jumlahnya
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?
kurang tau tapi kira-kira, kadang-kadang bapak saya dapet Rp.20.000,00 kadang cuman
Rp.15.000,00 jadi gak tentu teh
HASIL WAWANCARA
Nama : NG
Waktu : 20 Juni 2011
Tempat : Kediaman NG Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
15 tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda?
SMP
3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Dengan pilihan saya sendiri
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
Orang tua saya mah setuju aja, lagi pula saya kan udah nggak sekolah biaya hidup jadi
ada yang nanggung.
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Kata orang-orang nikah dini teh pernikahan belum cukup umurnya
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Tau, kan saya dibilangin sama pak guru boleh nikah kalau udah 16 tahun keatas,
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Pengen aja, dari pada pacaran terus takut Zina lagipula kan sudah biasa teh kalo anak
gadis disini yang gak pada sekolah mereka pada nikah
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
Awal nikah mah bahagia tapi sekarang-sekarang sering berantem ada aja masalah teh
abisnya gak ada yang mau ngalah
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Ah sedeng we
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?
Bapak saya tukang batu, gak tau berapanya mah bisa makan aja udah Alhamdulillah
HASIL WAWANCARA
Nama : NY
Waktu : 21 Juni 2011
Tempat : Kediaman NY Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
15 tahun.
2. Apa pendidikan terakhir anda ?
SMP
3. Apakah anda menikah dengan pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Iya, saya menikah dengan pilihan saya. Kalo bukan pilihan saya yaaa saya engga mau,
yang ada waktu saya nikah bakal cemberut aja. Hahhahaaa
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
Awalnya mah emak kurang suka sama suami saya, tapi akhirnya saya berusaha
ngeyakinin emak kalo suami saya itu baik yaudah deh akhirnya emak setuju.
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Pernikahan dini itu, apa yaa… bingung teh ! oh iya nikah yang umurnya masih muda, ya
15 taun gitu kayaknya mah.
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Engga tau tuh, soalnya dikampung ini mah kalo udah lulus sekola terus engga nerusin
lagi yaa nikah lah ujung-ujungnya mah. udah kayak adat gitu.
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Ya faktor adat kali yaaa, saya mah engga tau, tau-tau suami saya ngajak nikah terus saya
juga engga sekola, nikah deh..
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
Seneng-seneng aja, tapi stess juga kalo pas keabisan duit buat jajan anak. Pokokna mah
campur aduk dah rasana.
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Wahhh udah banyak itu mah, soalna the disini mah udah kayak ngalir aja gitu nikah dini
mah. bukan jadi omongan orang-orang lagi kalo ada yang nikah dini.
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?
400 ribu lah kira-kira
HASIL WAWANCARA
Nama : NE
Waktu : 21 Juni 2011
Tempat : Kediaman NE Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi
1. Berapa usia anda ketika menikah ?
15 Tahun
2. Apa pendidikan terakhir anda ?
SMP
3. Apakah anda menikah dengan pilihan anda atau dijodohkan orang tua?
Pilihan sendiri.
4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?
Orang tua saya setuju, soalnya menurut orang tua saya lebih baik cepet-cepet nikah takut
jadi perwa tua
5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?
Pernikahan dini yaitu nikah masih muda
6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?
Nggak tau.
7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?
Ya karena sudah sama-sama suka, lagian umur saya sudah 15 tahun kalo nggak nikah
dianggap perawan tua
8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?
Masalah uang, belum tercukupi kebutuhan rumah tangga
9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang
disekitar anda?
Banyak sih, soalnya emang udah biasa kalo gak pada sekola ya nikah aja hehehe
10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?
Bapak saya tukang batu, kalo penghasilannya mah ga nentu tergantung sedikit atau
banyaknya batu yang di ambil.