66
PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: Astrian Widiyantri NIM: 107044100128 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H/2011M

PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

  • Upload
    dothien

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA

MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR

KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Astrian Widiyantri

NIM: 107044100128

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 2: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA

MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR

KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Astrian Widiyantri

NIM: 107044100128

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA, MM

NIP. 195505051982031012

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432H/2011M

Page 3: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN
Page 4: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan

hidayah serta inayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan

penulisan skripsi. Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT kepada

Rasul-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW serta seluruh keluarga, sahabat dan

pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima

kasih atas keterlibatan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Diantara mereka adalah:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA, MM. sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum yang sekaligus menjadi dosen pembimbing skripsi

ini, yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya serta meluangkan waktunya

dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA, dan Ibu Hj. Rosdiana, MA, masing-

masing Ketua dan Sekretaris Jurusan Peradilan Agama dan Administrasi

Keperdataan Islam.

Page 5: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

ii

3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu per

satu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan studi di kampus ini.

4. Bapak pimpinan dan staf karyawan perpustakaan utama, perpustakaan fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan perpustakaan Iman Jama yang telah membantu dan menyediakan bahan-

bahan bacaan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Enjang, dan Ujang Enoh, Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kertaraharja,

yang telah bersedia memberikan data-data kelurahan. Tak lupa kepada

narasumber masyarakat Desa Kertaraharja yang telah bersedia memberikan

waktunya untuk diwawancarai.

6. Ayahanda Achmad Sobandi, S.Pd dan ibunda Nung S. Nuryati tercinta, yang

telah membesarkan dan mendidik ananda dengan limpahan kasih sayang,

perhatian yang tulus dan doa, serta kakak-kakak tersayang Afriadi Eka Nanda dan

Ardhiansyah Dwi Nanda yang selalu memberikan semangat dan motivasi, serta

membimbing penulis hingga mampu untuk menjadi yang terbaik.

7. Rekan-rekan mahasiswa konsentrasi Peradilan Agama B yang tidak bisa

disebutkan satu persatu dan telah memberikan dorongan dan semangat kepada

penulis hingga penulis berhasil menyusun skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat yang pernah tinggal bersama dalam perantauan selama penulis

kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;Yulinda, Rieza, Yayah, Ica, Aeling,

Page 6: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

iii

Silvy serta sahabat-sahabat se-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala apa yang pernah kalian

berikan kepada penulis.

9. Sahabat tersayang Heti Sumiyati yang telah membantu dan menemani penulis

dalam mewawancarai narasumber.

10. Exspecially sahabat-sahabat Delima tercinta, yaitu: Desi Amalia, Laila Wahdah,

Tajul Muttaqin, Maryam Mahdalina, dan Mariah yang selalu menemani hari-

hariku selama kuliah dalam suka dan duka serta memberikan spirit dan pelajaran

tentang makna persahabatan, keilmuan, dan pergaulan dalam membentuk

kepribadian penulis sehingga menimbulkan kesan tertentu kepada penulis.

Atas segala bimbingan dan bantuan mereka penulis mendoakan semoga Allah

SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda, Amin.

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

semua pihak. Segala kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini merupakan

keterbatasan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT senatiasa memberikan maghfirah

dan keridhoannya, Amin.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

Astrian Widiyantri

Page 7: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 5

D. Review Studi Terdahulu ................................................................. 5

E. Metode Penelitian ........................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Batasan Pernikahan Dini ................................................................ 10

B. Sebab Terjadi Pernikahan Dini ....................................................... 14

C. Batasan Usia Perkawinan ............................................................... 22

BAB III POTRET DESA KERTARAHARJA KEC. CIKEMBAR KAB.

SUKABUMI

A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis ............................................. 35

B. Demografi Masyarakat ................................................................... 37

Page 8: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

vi

C. Tradisi Pernikahan Dini dan Solusi yang Ditawarkan .................... 42

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 48

B. Saran-saran ..................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan (perkawianan) bagi manusia adalah sesuatu yang sakral dan

mempunyai tujuan yang sakral pula, serta tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan syariat agama. Orang yang melangsungkan sebuah pernikahan

bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu birahinya, melainkan juga untuk

meraih ketenangan, ketentraman, dan sikap saling mengayomi antara suami isteri

dengan dilandasi cinta kasih yang mendalam.

Untuk mewujudkan perkawinan salah satu syaratnya bahwa para pihak

yang akan melangsungkan perkawinan harus telah matang jiwa raganya supaya

dapat mewujudkan perkawinan secara baik dan sehat. Untuk itu harus dicegah

adanya perkawinan antara calon suami isteri yang masih di bawah umur.1

Usia perkawinan yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya

kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam

kehidupan berumah tangga bagi suami istri. Selain itu seorang ibu yang berusia

muda sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti dia belum memiliki

keterampilan yang memadai untuk mengasuh anaknya sehingga ibu muda ini

lebih menonjolkan sifat keremajaannya dari pada sifat keibuannya.

1 Achmad Ikhsan, Hukum Perkawinan Bagi yang Beragama Islam, (Jakarta: PT Pradnya

paramita, 1986) hal.42

Page 10: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

2

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1)

yang menyatakan bahwa. “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.”2

Hal ini ditafsirkan bahwa Undang-Undang tidak menghendaki pelaksanaan

pernikahan dini, pada prinsipnya hal ini dimaksudkan agar orang yang akan

menikah memiliki kematangan berfikir, kematangan jiwa, dan kekuatan fisik yang

memadai.

Selain itu secara normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan Pasal 6 ayat (2) mengisyaratkan usia yang matang dalam perkawinan

adalah umur 21 tahun, di mana pasangan calon mempelai yang hendak

melangsungkan perkawinan yang belum mencapai umur 21 tahun, harus

mendapat izin kedua orang tua.3

Di lain pihak walaupun Undang–Undang telah membatasi usia

perkawinan, tapi Undang-Undang sendiri telah memberikan kemungkinan untuk

melakukan perkawinan di bawah usia ketentuan tersebut, yaitu dengan

memberikan dispensasi kawin melalui Pengadilan Agama bagi yang belum

memasuki usia kawin. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (2) .”4

2 Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974 .(Jakarta: PT Pradnya Paramita,2004)

hal.539

3 Undang-Undang Perkawianan No 1 Tahun 1974 (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002),

hal. 110

4 Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974. (Jakarta:PT Pradnya Paramita,2004)

hl.540

Page 11: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

3

Adanya ketentuan dispensai kawin itu secara otomatis memberikan

peluang bagi masyarakat untuk dapat melangsungkan perkawinan pada usia di

bawah ketentuan batas minimal yang ditentukan undang-undang itu.

Ketidaktegasan Undang-Undang tersebut mengakibatkan Pengadilan Agama

masih sering memberi dispensasi untuk anak perempuan di bawah 16 tahun

melakukan pernikahan.

Menurut pengamatan sementara penulis, di Desa Kertaraharja Kecamatan

Cikembar Kabupaten Sukabumi yang merupakan daerah pedesaan dengan

mayoritas penduduknya melangsungkan perkawinan pada usia yang relatif muda,

yaitu mulai di bawah usia minimal menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan sampai tentang batas usia dewasa anatara 16-21 tahun bagi

wanita dan antara 19-21 tahun bagi pria, di mana masalah kesiapan jiwa dan

mental kurang begitu diperhatikan, bahkan tidak memperhatikan kesiapan

ekonomi yang seringkali merupakan sebab pecahnya sengketa dalam rumah

tangga. Karena merupakan kebanggaan bagi orang tua jika puteri mereka menikah

pada usia dini dengan dalih bahwa puterinya banyak yang menyukai, sedangkan

aib bagi orang tua jika anak gadisnya menikah di atas usia 18 tahun.

Melihat dari latar belakang yang penulis uraikan mengenai tujuan dari

pernikahan, Undang-Undang yang mengatur mengenai batas usia minimal

melangsungkan pernikahan serta maraknya pernikahan dini di Desa tersebut maka

penulis ingin meneliti lebih dalam seputar pernikahan dini dengan mengemasnya

dalam judul: “Pernikahan Dini Menurut Perspektif Pelaku Pada Masyarakat

Desa Kertaraharja Kecamatan Cikembar Kab. Sukabumi.”

Page 12: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak

menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas maka penulis akan

membatasi permasalahan ini pada “Pernikahan Dini Menurut Perspektif

Pelaku Pada Masyarakat Desa Kertaraharja Kecamatan Cikembar

Kabupaten Sukabumi”

2. Perumusan masalah

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal

7 ayat (1) .”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur

19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.” Namun pada

kenyataannya di Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab. Sukabumi banyak

masyarakat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur. Di daerah tersebut

pernikahan di bawah umur merupakan suatu hal yang lumrah dikarenakan

adanya kekurang pahaman akan Undang-Undang tersebut serta kebiasaan

masyarakat di sana yang menikahkan anaknya setelah usia baligh.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan

ke dalam bentuk beberapa pertanyaan:

a. Apakah motif yang mendukung terjadinya pernikahan dini pada

masyarakat?

b. Apakah faktor pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi turut berperan

terhadap persepsi para pelaku pernikahan dini dalam bertindak ?

c. Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi nikah dini ?

Page 13: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitiaan

Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah tersebut

maka penelitian ini bertujuan :.

a. Mengetahui motif apa saja yang mempengaruhi persepsi para pelaku nikah

dini.

b. Mengetahui apakah faktor pendidikan, sosial budaya, dan ekonomi

mempengaruhi persepsi para pelaku nikah dini.

c. Mengetahui langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi nikah

dini.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Dapat memberikan informasi dan gambaran yang komprehensif serta

sistematis seputar pernikahan dini dan segala bentuk permasalahannya

terutama yang berkaitan dengan para pelakunya.

b. Menambah literatur kajian tentang wacana tersebut dalam menyikapi

pernikahan dini.

D. Review Study Terdahulu

Dari sekian banyak literatur skripsi Fakultas Syariah dan Hukum yang ada

di perpustakaan dan berbagai wacana yang berkaitan dengan pernikahan dini.

Page 14: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

6

Penulis mengambil beberapa skripsi dan wacana tersebut untuk di jadikan sebagai

bahan perbandingan. Diantaranya adalah:

1. Pengaruh pernikahan di bawah umur terhadap pembentukan keluarga sakinah

(Study kasus kecamatan Cakung Jakarta Timur)

Oleh: Maruti, SJAS 2008 skripsi ini membahas mengenai batas usia

pernikahan dan implikasinya terhadap pembentukan keluarga sakinah.

Perbedaannya dalam skripsi yang penulis buat lebih memfokuskan kepada

motif apa yang mempengaruhi para pelaku melakukan pernikahan di bawah

umur.

2. Pernikahan di bawah umur akibat hamil di luar nikah (study kasus di desa Pulo

Timaha Babelan Bekasi)

Oleh: Munawwaroh, SAS 2006 skripsi ini memaparkan gambaran umum

tentang pernikahan di bawah umur dan kawin hamil menurut Fiqih dan

Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Berbeda dengan skripsi di atas, skripsi yang penulis buat ini memang berkaitan

dengan pernikahan dini, namun lebih menitik beratkan kepada persepsi para

pelaku nikah dini tentang pernikahan di bawah umur itu sendiri juga faktor

yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut.

E. Metode Penelitian

Untuk menghasilkan data yang valid, maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

Page 15: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

7

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah dengan cara

menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memusatkan perhatian pada

prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala dalam

kehidupan manusia.5

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu

penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam

suatu individu, kelompok, institusi atau masyarakat tertentu tentang latar

belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi-interaksi sosial yang

terjadi di dalamnya.6

2. Lokasi Penelitian

Desa Kertaraharja Kecamatan CiKembar Kabupaten Sukabumi.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat.7 Data ini meliputi interview dengan beberapa pelaku

pernikahan dini, orang tua, pejabat KUA yang dianggap berperan dalam

menikahkan para pelaku, kepala Desa, dan tokoh masyarakat setempat.

5 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hl. 20

6 Bambang Sanggona, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),

h. 36

7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta:UI-press, 1986), h. 51

Page 16: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

8

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara

membandingkan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-

Qur’an, Hadis, buku-buku ilmiah, Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam (KHI), serta peraturan-peraturan lainnya yang erat kaitannya

dengan masalah yang diajukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dilakukan dengan cara:

a. Wawancara (Interview), yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu.8 Dalam hal

ini, penulis mengadakan wawancara dengan informan yaitu: para pelaku

pernikahan di bawah umur, orang tua, pejabat KUA, kepala Desa dan

tokoh masyarakat setempat.

b. Dokumenter dan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan

mendeskripsikan hasil wawancara yang diperoleh. Sehingga didapat suatu

8 Lexy. J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h. 135

Page 17: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

9

kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan

yang dilakukan penulis dalam penelitian ini.

6. Teknik Penulisan

Data penulisan proposal skripsi ini, penulis mengacu kepada buku

pedoman Penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memebagi sistematika penulisan

skripsi ini ke dalam lima bab:

Bab Pertama pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu,

metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua menjelaskan tentang batasan pernikahan dini, sebab terjadi

pernikahan dini dan batasan usia perkawinan.

Bab Ketiga menjelaskan sejarah singkat dan letak geografis, demografi

masyarakat serta tradisi perkawinan dini dan solusi yang ditawarkan.

Bab Keempat Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran kemudian

diakhiri dengan, Lampiaran dan daftar pustaka,

Page 18: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Batasan Pernikahan Dini

Pernikahan Dini adalah perkawinan yang dilangsungkan oleh salah satu

calon mempelai atau keduanya yang belum memenuhi syarat umur yang

ditentukan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7

ayat (1) :

“Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

(Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam belas)

tahun.”1

Namun apabila dianalisis lebih lanjut, kondisi perkawinan di Indonesia

secara umum dapat dikategorikan mempunyai pola perkawinan muda. Usia muda

global dimulai umur 12 sampai sekitar umur 21 tahun.2 Jadi perkawinan usia

muda adalah perkawinan yang dilaksanakan dimana kedua mempelai atau salah

satunya berusia 12 tahun dan yang berakhir sampai 21 tahun.

Hukum Islam sendiri tidak menetapkan dengan tegas batas umur dari

seseorang yang telah sanggup untuk melangsungkan perkawinan. Al-qur‟an dan

hadits hanyalah menetapkan dengan isyarat-isyarat dan tanda-tanda saja. Terserah

1 Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia,

2005) h.4

2 Siti Rahayu Haditono, Psikolog Perkembangan dan Bagian-bagiannya, (Yogyakarta: Gajah

Mada, 1989), h. 219.

Page 19: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

11

kaum muslimin untuk menetapkan batas umur yang sebaiknya untuk

melangsungkan perkawinan sesuai pula dengan isyarat-isyarat dan tanda-tanda

yang telah ditentukan itu, dan disesuaikan pula dengan keadaan setempat dimana

hukum itu akan diundangkan, diantara syarat-syarat dan tanda-tanda yang

dimaksud ialah:3 Kitab, dalam Al-qur‟an dan hadist ditunjukan kepada orang-

orang mukallaf, termasuk didalamnya Kitab yang berhubungan dengan

perkawinan. Tanda-tanda orang mukalaf itu ialah sebagai mana yang disebutkan

dalam hadits Nabi di bawah ini:4

Artinya: Bersabda Rasulallah saw: diangkat hukum dari tiga perkara yaitu dari

orang tidur hingga bangun, dari anak-anak hingga bermimpi/baligh,

dan orang yang gila hingga sembuh (H.R. Abu Daud, Ibnu Majah, dan

Nasa’i)

Menurut hadits di atas ada tiga macam tanda-tanda orang mukalaf yaitu

orang yang bangun, orang yang telah baligh, dan orang sehat atau tidak gila. Jadi

individu yang diperintahkan kawin ialah orang yang telah berumur sedemikian

rupa sehingga sanggup melakukan hubungan suami istri, memperoleh keturunan

dan telah memiliki tanggung jawab.

3 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1993), Cet ke-3, h. 40-41.

4 Ibid, h.42.

Page 20: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

12

Selanjutnya, dalam Al-qur‟an disebutkan tentang cukup umur untuk

kawin, dengan kata rusyd (cerdas).Firman Allah dalam Al-qur‟an :

46

Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai

memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-

hartanya…” (Q.S. An Nisa/4:6)

Menurut ulama Ushul Fiqh, kalimat “cukup umur” pada ayat diatas

menunjukan seseorang telah bermimpi dengan mengeluarkan mani untuk pria dan

haid untuk wanita. Orang yang seperti ini telah dianggap cakap untuk melakukan

tindakan hukum sehingga seluruh perintah dan larangan syara‟ dapat ia pikirkan

dengan sebaik-baiknya dan dapat ia laksanakan dengan benar.

Adanya pembatasan usia pernikahan ini sangat perlu karena perkawinan

usia muda tentulah membawa dampak yang tidak sedikit, terbagi menjadi 3

yaitu:5

1) Kesehatan

Meskipun dalam usia 10-16 tahun petumbuhan sudah memberikan

kemampuan untuk melakukan hubungan seksual, namun dibalik itu dijumpai

efek yang membahayakan bagi pasangan usia muda. Kawin pada usia ini

memberikan peluang kepada wanita belasan tahun untuk hamil dengan resiko

5 Andi Syamsyu Alam, Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan: Sebuah Ikhtiar Mewujudkan

Keluarga Sakinah, (Jakarta: Kencana Mas Publishing Hous, 2005), cet. Ke-1, h. 80.

Page 21: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

13

tinggi. Pada kehamilan usia belasan tahun komplikasi pada ibu dan anak

seperti pendarahan yang banyak, kurang darah, keracunan, hamil prelamsia

dan ekslamsia lebih sering terjadi pada ibu yang melahirkan di bawah usia 20

tahun dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur 20-30 tahun.6

2) Demografi

Pada akhir-akhir ini muncul suatu kekhawatiran pemerintah terhadap

pesatnya laju pertumbuhan penduduk, sedang lahan yang tersedia tetap, tidak

bertambah, terutama di perkotaan. Akibatnya munculah beberapa masalah

kehidupan seperti kepadatan penduduk, banyaknya pengangguran, timbulnya

kenakalan remaja karena banyaknya anak putus sekolah, dan lain-lain.

Ledakan penduduk juga mempengaruhi sistem perekonomian dan

kesejahteraan hidup. Lebih jauh dari itu, secara makro akan menghambat

proses pembangunan bangsa.7

3) Sosio Kultural

Usia remaja merupakan masa yang paling indah bagi setiap orang,

pada usia remaja ini umumnya orang sedang melampaui masa penuh

idealisme, penuh harapan, dan angan-angan tinggi. Bila tiba-tiba seorang

remaja terpaksa atau membatasi kebebasan pribadi, dimana seseorang tidak

dapat seperti ketika masih sendirian karena perubahan setatus yang disandang,

menjadi suami atau isteri.

6 Ibid., h.81.

7 Charil, Tinjauan Batas Minimal Usia Kawin, h.76.

Page 22: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

14

Bila ditinjau dari sudut sosiokultural pada umumnya perubahan status

ini, khususnya bagi seorang isteri harus diantisipasi dengan baik pada saat

memasuki lingkungan sosial perkawinan seperti mengurus rumah tangga dan

membesarkan anak-anak. Usia yang terlalu muda bisa mengakibatkan tidak

hadirnya unsur yang disebutkan dalam Al-qur‟an, yaitu hidup dalam

ketentraman.8

B. Sebab Terjadi Pernikahan Dini

Pernikahan dini masih tetap saja terjadi terutama dikalangan mayarakat

pedesaan atau pinggiran kota. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya:

1. Faktor Psikologis

Menurut teori psikologis masa remaja bergerak antara umur 13 sampai

dengan umur 18 tahun, dengan dimungkinkannya terjadi percepatan sehingga

masa remaja datang lebih awal. Percepatan ini disebabkan oleh stimulasi

sosial melalui pendidikan yang lebih baik, lingkungan sosial yang lebih

mendewasakan, serta rangsangan-rangsangan media masa, terutama media

masa audio visual. Pada usia 18 sampai 22 tahun, seseorang berada pada tahap

perkembangan remaja akhir. Jika perkembangan remaja berjalan dengan

normal seharusnya sudah menjadi dewasa yang selambat-lambatnya berusia

22 tahun, seseorang berada pada tahap perkembangan remaja akhir. Tugas

8 Abd.Al Rahim Umran, Islam dan KB, (Jakarta:Lentera,1997), cet. ke-1. h.18.

Page 23: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

15

perkembangan adalah segala hak yang harus dicapai individu pada suatu tahap

perkembangan. Keterlambatan memenuhi tugas perkembangan membuat

perkembangan individu senantiasa terbebani secara pisik dan psikis untuk

memenuhi tugas perkembangan dari tahap sebelumnya yang belum

terealisasikan dengan baik.

M. Fauzil Adhim mengemukakan bahwa perkawinan remaja

merupakan pilihan terbaik untuk menciptakan pergaulan yang baik dan sehat,

karena mencegah bahaya harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat.

Penundaan usia perkawinan memang banyak dan tidak dapat dibantah, tetapi

jika kawin sangat diperlukan untuk mengatasi bahaya, lebih baik pencegahan

bahaya itu didahulukan dan agama memang membenarkannya.9

Sarlito Wirawan seperti dikutip M.Fauzil Adhim menyatakan bahwa

kawin muda masih banyak yang merasa asing terutama pernikahan pada saat

kuliah. Tanpa memikul tanggung jawab dalam kuliah saja banyak kuliahnya

terkatung-katung apalagi pada saat kuliah harus memikirkan keluarganya.

Pernikahan dapat berpengaruh pada aspek, yaitu perasaan tentang diri (sense

of self), dan kesejahteraan jiwa (wellness). Selanjutnya Zimbargo dan Gerrig

seperti dikutipkan M.Fauzhi Adhim menyatakan bahwa kesejahteraan jiwa

merujuk pada kondisi kesehatan jiwa yang optimal sehingga membentuk

kemampuan untuk memfungsikan diri secara penuh dan aktif melampaui

9 Muhammad Fauzil Adhim, Indahnya Pernikahan Dini, (Jakarta:Gema Insani, 2002), h.1-5.

Page 24: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

16

ranah fisik intelektual, emosional, spiritual,sosial dan lingkungan dari

kesehatan.10

2. Faktor Biologis

Diantara kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan biologis, yaitu

kebutuhan laki-laki dan perempuan terhadap lawan jenisnya melalui

pernikahan dan pergaulan. Dilihat dari tercipta dan terwujudnya manusia,

maka tidak dapat diragukan bahwa diharapkan dapat melangsungkan

keturunan. Allah telah menganugrahkan kepadanya potensi syahwat dan

keinginan menikah sebagai sarana melestarikan kelangsungan wujud manusia.

Kelangsungan alamiah ini tidak akan mengalami benturan kecuali

dengan perbuatan zina, perbuatan yang terkuat untuk menghalangi

terwujudnya rumah tangga. Zina merupakan penyebab manusia untuk

melangsungkan pernikahan dan mengarahkan potensi syahwatnya kepada

perzinahan yang dapat membawa manusia kepada kehancuaran rumah tangga

serta putusnya keturunan.

Sementara itu, perkawinan melahirkan begitu besar tanggung jawab

dan kewajiban bagi suami isteri. Tanggung jawab dan kewajiban yang belum

mampu ditanggung seorang remaja putera dan puteri, meskipun mulai

merasakan dorongan seksual dimasa puber. Akibat yang muncul pada saat ini

adalah makin memanjangnya rentan waktu anatara masa puber yang alami

dan kematangan sosial, ketika seseorang menjadi mampu untuk membangun

10

Ibid., h. 79.

Page 25: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

17

rumah tangga. Seorang murid dari pendidikan sekolah dasar, kemudian

sekolah menengah dan sampai jenjang perguruan tinggi, jika tanpa terputus

baru berusia 25 tahun ia selesai, itupun masih mempersiapkan diri

menghadapi perkawinan. Hal yang sama berlaku pada remaja puteri yang

hendak menempuh jenjang pendidikan yang sama. Dalam perakteknya tidak

dimungkinkan bagi remaja putera yang berusia 18 tahun dan remaja puteri

yang berusia 16 tahun untuk membebani tanggung jawab perkawinan

permanen dan menempuh kehidupan dengan semakin banyak tugas dan

kewajiban terhadap pasangan masin-masing, dan juga terhadap anak-anak

mereka.11

3. Faktor Adat dan Budaya

Maksud adat dan budaya adalah, adat dan budaya perjodohan yang

masih umum dan terjadi dibeberapa daerah Indonesia. Dimana anak gadis

sejak kecil telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya, dan segera dinikahkan

sesaat setelah anak menstruasi. Umumnya anak-anak perempuan mulai

menstruasi di usia 12 tahun. Dengan demikian dapat dipastikan anak tersebut

dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah batas usia minimum pernikahan

yang diamanatkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

yaitu diperbolehkannya seorang perempuan menikah apabila telah mencapai

11

Murhadana Muthari, The Righ Women In Islam.Penerjemah.M.Hashem,hak-hak dalam

Islam (Bandung, 2002), h.17.

Page 26: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

18

umur 16 tahun.12

Pada masyarakat betawi misalnya, mengawinkan seorang

anak merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Para orang tua akan merasa

malu bila anaknya tidak kunjung mendapatkan jodoh. Karena ada anggapan

bahwa seorang anak perempuan akan menjadi “ Perawan Tua” apabila setelah

meningkat remaja belum juga dikawinkan, begitu juga dengan anak laki-

lakinya akan menjadi “Perjaka Tua” Meskipun usia anak-anak mereka masih

di bawah batas usia yang diizinkan dalam Undang-Undang Perkawinan.13

4. Agama

Adanya penafsiran yang salah dalam menjalankan ajaran agama, ini

terutama terjadi dikalangan masyarakat yang mempunyai fanatisme yang

tinggi terhadap ajaran suatu agama, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah

hadist Rasulallah SAW yang diriwiyatkan oleh Muttafaq alaih :

Artinya: Dari Ibnu Mas”ud seraya berkata, Rasulullah saw bersabda: Hai

golongan pemuda! Bila diantara kamu ada yang sudah mampu

kawin hendaklah ia kawin, karena nanti matanya akan lebih terjaga

dan kemaluannya akan lebih terpelihara. Dan bilamana ia belum

mampu kawin, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu ibarat

pengebiri”. (Muttafaq „alaih).14

12

Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:

Academia+Tazzafa, 2009), h. 387.

13

Fatimatuzzahra, Implikasi Nikah di Bawah Umur Terhadap Hak-hak Reproduksi

Perempuan, (Skrpsi S1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta: 1430H/2008), h.44.

14

Zainudin Hamidi dkk, Terjemah Hadis Shahih bukhari, h.65

Page 27: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

19

Biasanya yang menjadi salah tafsir dalam hadist tersebut di atas, yaitu

kata mampu, dimana masih banyak yang mengartikan kata mampu hanya dari

segi seksualitas saja, sehingga merasa mampu untuk kawin jika sudah ada

merasakan adanya rangsangan seksualitas. Padahal yang dimaksud mampu

dalam kejiwaan adalah mampu dalam akal pikiran (dewasa), mampu dalam

ekonomi, materil, dan mampu menegakan ajaran agama dalam kehidupan

berumah tangga antara suami, isteri, anak-anak, keluarga, dan masyarakat.

Juga kehawatiran orang tua jika anaknya menjalin hubungan dengan

lawan jenis tanpa ikatan nikah, termasuk zina yang sudah jelas melanggar

ajaran agama. Dalam rangka mencegah dari pelanggaran inilah muncul nikah

dini agar mereka terhindar dari perbuatan zina tersebut. Walaupun pada

dasarnya si anak yang belum berusia 16 tahun mungkin masih bebersedia

menunggu sampai usia 16 tahun,akan tetapi karena khawatir melakukan

perbuatan zina maka orang tua bersikukuh untuk menikahkanya.15

5. Faktor Ekonomi

Alasan ekonomi sebagai faktor nikah dini dapat dilihat minimal dari dua

bentuk. Pertama, ekonomi orang tua yang tidak mendukung anak sekolah.

Akibatnya kondisi tersebut menyebabkan anak usia dini tidak melakukan

kegiatan apa-apa. Banyak hal karena pertimbangan ekonomi, mereka

melakukan pekerjaan sebisanya, walaupun hasilnya kecil dan sifatnya kasar.

15

Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:

Academia+Tazzafa, 2009) h.386.

Page 28: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

20

Bagi anak perempuan lebih banyak yang memilih untuk menikah, hal ini karena

dorongan dari orang tua. Terlebih lagi ada semacam anggapan, bahwa sekolah

pun tidak ada gunanya, karena bagi anak wanita tetap saj kembali ke dapur.16

Kedua, alasan ekonomi orang tua menjadikan anak sebagai tumbal

untuk menyelesaikan, khususnya anak perempuan. Bentuknya dapat berupa

anak gadis sebagai pembayar hutang. Misalnya apa yang dicatat Pengadilan

Agama bantul masih banyak kasus dimana anak gadis menjadi pembayar bagi

orang tua yang terlilit hutang dan tidak mampu melunasi. Dengan menikahkan

anak tersebut dengan si piutang, maka lunaslah hutang-hutang yang melilit

orang tua si anak.17

6. Faktor Sosial

Faktor sosial yang di maksud dapat menyebabkan terjadinya kawin

muda adalah pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan. Rasul SAW,

telah melakukan preventif untuk mencegah hal-hal negatife yang terjadi dalam

pergaulan bebas antara pria dan wanita, Sabda Rasulallah SAW:

16

Mudzakaroh Al-Azhar, Tentang Perkawinan di Bawah Umur, Panji Masyarakat, XXVII,

447 (Agustus,1985) h.62.

17

Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, (Yogyakarta:

Academia+Tazzafa,2009)h.386.

Page 29: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

21

Artinya: ”Qutaibah ibn sa-id menceritakan kepada kami, sufyan menceritakan

kepada kami dari amru dari ba’dad dari ibnu abbas berkata:aku

mendengar Rasulallah SAW bersabda: jangan laki-laki dan

perempuan berdua-duaan, dan janganlah perempuan bepergian tanpa

kecuali ditemani mukhrimnya. Maka seorang laki-laki berdiri:”yah

Rasulallah isteriku mau pergi haji sedangkan aku mempunyai

kewajiban untuk berperang. Rasulallah bersabda:”pergilah haji

bersama isterimu.” (HR.Ibnu Abbas).18

Berdasarkan hadist di atas Rasulallah sangat melarang laki-laki dan

perempuan berduaan di suatu tempat atau ruangan tertentu, karena akan

menimbulkan fitnah diantara keduanya. Hadis ini menggambarkan kehidupan

Rasulallah yang melarang memandang wanita, menganjurkan memakai jilbab,

dan melarang berduaan disuatu tempat antara pria dan wanita yang bukan

muhrim.

Dalam kehidupan sosial, media masa ikut berperan dalam memicu

pernikahan di bawah umur, beredarnya VCD porno bagaikan kacang goreng,

poster-poster film, tabloid dan majalah yang merangsang disetiap sudut kota,

suguhan sinetron, dan iklan yang mengarah kepada sek bebas.19

Perkawinan usia muda tidak hanya terjadi di desa-desa, tetapi juga di

kota-kota dengan sebab yang sama, terlebih lagi di kota besar dewasa ini sering

terjadi perkawinan di bawah umur karena kecelakaan (zina) atau si gadis

18

. Imam Al bukhari, Shohih Bukhari: Kitab Al-Jihad wa Al-Sair, (Beirut: Dar Al-Fikr), jilid

IV, h.172.

19

Inna Mutmainnah,”Pernikahan Dini, Problema dan solusi: Perspektif Psikologi dan

agama,”07 mei 2002 (Jakarta:BEM UIN Syarif Hidayatullah), 2002, h. 2

Page 30: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

22

dilarikan pacarnya. Jadi perkawinan hanya sebagi usaha menutupi aneka

macam kemesuman karena kebebasan pergaulan.20

Selain faktor-faktor tadi yang disebutkan, juga ada sebab lain sebagai

pendorong untuk memberikan peluang dan kesempatan yang sebesar-besarnya

kepada remaja untuk menikah dini adalah adanya dispensasi dalam Undang-

Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat ( 2) . Karena

walaupun ada batasan tentang usia minimal yaitu 19 tahun bagi pria dan 16

tahun bagi wanita, tetapi ada kebolehan (dispensasi) bagi yang belum mencapai

usia tersebut. Dispensasi ini secara prosedural sangat mudah didapat dan

sedikitpun tidak ada kesulitan dalam pengurusannya. Tidak ada satupun

pemikiran bagi masyarakat bahwa batasan usia dalam perkawinan sebetulnya

memiliki ketentuan tanpa memiliki kewenangan. Selain masih banyak terjadi

pernikahan dini ada yang lebih tragis lagi yaitu pemalsuan umur, seperti: anak

gadis baru berusia 14 tahun atau 15 tahun diakui sudah 16 tahun, atau anak laki-

laki baru usia 17 atau 18 tahun diakui sudah 19 tahun, supaya bisa melakukan

perkawinan.21

C. Batasan Umur Perkawinan

Sebelum perkawinan dilakukan, tentunya persyaratan untuk dapat

melangsunkan perkawinan harus dipenuhi. Misalnya tentang ketentuan batas usia

20

Aisyah Dahlan, Persiapan menuju perkawinana yang Lestari, (Jakarta: PT. Putaka Antara,

1996), h. 39.

21

H. Aisyah Dahlan, Loc.Cit. h 42.

Page 31: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

23

minimum untuk menikah sangatlah penting. Karena perkawinan seharusnya

dilakukan oleh mereka yang sudah cukup umur dan matang dilihat dari segi

biologis, psikologis, dan ekonomi. Maka dari itu perlu diatur mengenai batas umur

dalam perkawinan, dan batasan tersebut dibagi kedalam tiga bagian yaitu sebagai

berikut:

1. Batas Umur Dalam Perundangan

Umur minimal boleh kawin menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan adalah 19 tahun bagi pria dan enam 16 tahun bagi wanita.

Seperti disebutkan pada Pasal 7 ayat (1),” Perkawinan hanya diizinkan jika

pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita

sudah mencapai 16 (enam belas) tahun.”

Di samping itu, bagi calon yang belum mencapai umur 21 tahun

diharuskan mendapat izin dari kedua orang tua atau pengadilan, seperti

disebutkan pada Pasal 6 ayat (2) dan (5) Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan. Adapun isi ayat (2):” Untuk melangsungkan perkawinan

seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat

izin dari kedua orang tua.” Sedang isi ayat (5) adalah:

“Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut

dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara

mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum

tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan

Page 32: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

24

orang tersebut dapat memberikan izin setelah terlebih dahulu mendengar orang-

orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini”.22

Dengan demikian, apabila izin tidak didapatkan dari orang tua,

pengadilan dapat memberi izin.23

KUHPerdata dalam pasal 29 menentukan, setiap laki-laki yang belum

berusia 18 tahun penuh dan wanita belum berusia 15 tahun penuh, tidak

diperbolehkan mengadakan perkawinan namun bila ada alasan-alasan penting

Presiden dapat menghapuskan larangan-larangan itu dengan memberikan

dispensasi.24

Sementara di dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam pasal 15 ayat

(1) untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh

dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam

Pasal 7 Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni calon

suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang-

kurangnya berumur 16 tahun.25

Sedangkan dalam UU No.23 Tahun 2003

Tentang Perlindungan Anak sebagai instrument HAM juga tidak menyebutkan

secara eksplisit tentang usia minimum menikah selain menegaskan bahwa anak

22

Kumpulan Perundang-Undangan (memuat) NTCR, (Bandung: CV madani,2007)

23

Watjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta:Balai Aksara,1987) h.26.

24

R.Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

paramita, 2006)Cet.Ke-37. h. 540.

25

Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang Kompilasi

Hukum Islam, (Bandung: Fokus Media, 2005), h.10.

Page 33: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

25

adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan seorang ibu.26

Bagi orang yang belum mencapai umur minimal tersebut ada

kemungkinan melangsungkan perkawinan dengan syarat dispensasi dari

pengadilan atu pejabat lain, seperti disebutkan dalam Undang-Undang No. 1

tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (2) ,”Dalam hal penyimpangan

terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan atau

pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak

wanita.”27

Dari ketentuan tersebut di atas bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa

Undang-undang telah memberikan batasan usia minimum untuk dapatnya

seseorang melangsungkan perkawinan secara pasti. Bertujuan untuk mencegah

terjadinya perkawinan anak-anak, agar pemuda pemudi yang akan menjadi

suami isteri benar-benar telah matang jiwa raganya untuk membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal. Begitu pula dimaksudkan untuk dapat mencegah

terjadinya perceraian muda, dan agar dapat membenihkan keturunan yang baik

dan sehat, serta tidak berakibat laju kelahiran yang lebih tinggi sehingga

mempercepat pertambahan penduduk.

26

Undang-undang RI No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, (Jakarta: Trinity,

2007), Cet.Ke-1.h.3.

27

R. Subekti, R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramita, 2006), Cet.Ke-37. h.540.

Page 34: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

26

2. Batas Umur Dalam Hukum Adat

Hukum adat pada umumnya tidak mengatur tentang batas umur untuk

melangsungkan perkawinan. Hal mana berarti hukum adat membolehkan

perkwinan semua umur. Dalam rangka memenuhi maksud Undang-Undang

No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan mengenai perizinan orang tua terhadap

perkawinan dini, yang memungkinkan timbul perbedaan pendapat adalah

dikarenakan struktur kekerabatan dalam masyarakat adat yang satu dan yang

lain berbeda-beda, ada yang menganut kekerabatan patrielieneal, matrilineal,

dan parental yang satu dan lai dipengaruhi pula oleh bentuk perkawinan yang

berlaku.28

Di masa lampau sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, sering terjadi perkawinan yang disebut “kawin gantung”

(perkawinan yang ditangguhkan pencampuran sebagai suami isteri) kawin

antara anak-anak dan anak perempuan yang belum baligh (dewasa) dengan laki-

laki yang sudah dewasa atau sebaliknya perempuan yang sudah dewasa dengan

laki-laki yang masih anak-anak.

Kedewasaan seseorang di dalam hukum adat diukur dengan tanda-tanda

bangun tubuh, apabila anak wanita sudah haid, buah dada sudah menonjol,

berarti ia sudah dewasa. Bagi anak pria ukurannya hanya dilihat dari perubahan

suara, bangun tubuh, sudah mengeluarkan air mani atau sudah mempunyai

nafsu seks. Jadi bukan diukur dengan umur karena orang tua di masa lampau

28

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2007), h.49.

Page 35: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

27

kebnayakn tidak mencatat tanggal lahir anak-anaknya karena kebanykan buta

huruf.29

3. Batas Umur Dalam Hukum Islam

Secara umum dapat dikatakan bahwa imam mazhab (fikih

konvensional) membolehkan nikah dini. Yaitu laki-laki dan perempuan yang

masih kecil dan pada umumnya zaman dahulu para ulama membolehkan

seorang bapak sebagai wali mujbir mengawinkan anaknya laki-laki atau

perempuan yang masih gadis dan masih di bawah umur tanpa meminta

persetujuan anaknya terlebih dahulu baik kebolehan tersebut dinyatakan secara

jelas seperti ungkapan” boleh terjdi pernikahan antara laki-laki yang masih

kecil dan perempuan yang masih kecil” atau “boleh menikahkan laki-laki yang

masih kecil dan perempuan yang masih kecil”. Sebagimana pendapat Ibnu al

Humam yang dikutip oleh Amir Syarifuddin dalam bukunya Hukum

Perkawinan Islam di Indonesia antar fikih Munakahat dan Undang-undang

Perkawinan.30

Ibn al-Mundzir menganggap bolehnya pernikahan dini sebagai ijma

kalau memang kuf (sekufu). Dalil yang dipakai mayoritas ulama ini ada

banyak, salah satunya adalah nikahnya Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah

29

Ibid.h.50.

30

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta:Kencana,2006), h.66.

Page 36: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

28

sewaktu masih berumur 6 tahun.31

Jadi Islam secara tegas tidak menentukan

batas minimal kapan seseorang boleh melangsungka perkawinan. Sekalipun

hukum Islam tidak membatasi usia minimal untuk dapat melangsunkan

perkawinan, namun hukum Islam menyatakan bahwa seseorang baru dikenakan

kewajiban melakukan pekerjaan atau perbuatan hukum apabila telah mukallaf,

untuk itu Allah berfirman dalam QS. An-Nisa (04):6.

46

Artinya: Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas (pandai

memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.

dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas

kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)

sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu)

mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak

yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan

harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan

harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi

(tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai

Pengawas (atas persaksian itu).

Ketika menafsirkan ayat ini, Hamka mengatakan bulugh al nikah itu

diartikan dengan dewasa. Kedewasaan itu bukanlah bergantung kepada umur,

tetapi kepada kecerdasan atau kedewasaan pikiran. Karena ada juga anak

usianya belum dewasa, tetapi ia telah cerdik dan ada pula seseorang usianya

31

al-Zuhailly, al-Fiqh al-Islami,vol. 9,6582.

Page 37: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

29

telah agak lanjut, tetapi belum matang pemikirannya.32

Batas umur minimal

tidak terdapat dalam berbagai mazhab secara konkrit yang dinyatakan dalam

bilangan angka, yang terdapat pernyataan istilah baligh sebagai batas

minimalnya. Para ulama mazhab sepakat haidh dan hamil merupakan bukti ke

baligh-an seorang wanita. Hamil terjadi karena pembuahan ovum oleh sperma,

sedangkan haidh kedudukannya sama dengan mengeluarkan sperma bagi laki-

laki.

Dalam hal menentukan kedewasaan dengan umur terdapat beberapa

pendapat diantaranya:

a. Menurut Ulama Syafi‟iyah dan hanafiyah, menentukan masa dewasa itu mulai

usia 19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik

menetapkan 18 tahun, baik laki-laki maupun wanita.33

b. Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu mulai

umur 15 tahun, meskipun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-

tanda di atas, tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua

orang, maka kedewasaan ditentukan dengan umur. Disamakannya masa

kedewasaan untuk pria dan wanita adalah karena kedewasaan itu ditentukan

32

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka panji Mas,1983), Juz IV, h266.

33

Helmi Karim, Kedewasaan untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer,

(Jakarta:Pustaka Firdaus,1996), h.70

Page 38: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

30

dengan akal, dengan akal maka terjadi taklif, dan karena akal pulalah adanya

hukum.34

c. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21

tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern ini orang melakukan persiapan

matang, sebab mereka masih kurang pengalaman hidup dan masih dalam

proses belajar. Namun demikian kepada mereka dapat diberikan beberapa

urusan sejak usia 18 tahun.35

d. Sedangkan Majlis Ulama Indonesia (MUI) hanya memberikan dua kriteria

sebelum melangsungkan perkawinan yakni secara spiritual dan material.

Secara spiritual agar di dalamnya diperoleh ketenangan dan ketentraman lahir

dan batin yang memungkinkan berkembangnya cinta dan kasih sayang.

Adapun secara material merupakan kesanggupan membayar mahar dan

nafaqah.36

Dengan melihat ketentuan seperti itu maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa untuk dapat melaksanakan perkawinan baik pria maupun wanita harus

dewasa dan cakap hukum dalam artian matang secara biologis, psikologis, dan

ekonominya. Di samping itu dilihat dari salah satu tujuan perkawinan menurut

hukum Islam adalah membentuk rumah tangga yang damai, tentram dan kekal

34

Ibid.,h.70.

35

Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1975) ,Jilid 2, h.20.

36

Boy Valdi,Dispensasi Nikah Bagi Perkawinan Di Bawah Umur Studi Analisis Putusan

No.008/PDT/2006/PAJP, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta,2008),h.42

Page 39: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

31

maka hal ini tidak mungkin tercapai apabila pihak-pihak yang melaksanakan

perkawinan belum dewasa dan belum matang jiwanya.

Selain dari mayoritas ulama fiqih yang membolehkan perkawinan dalam

usia muda, ada juga yang mengatakan bahwa perkawinan gadis di usia muda itu

tidak sah atau dilarang. Menurut para ulama perkawinan dini antara Aisyah binti

Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah jauh lebih dewasa tidak

dapat dijadikan dalil umum. Begitu pula halnya dengan Nabi sampai beristri 10

wanita, termasuk isterinya yang bukan orang Arab (Ajam) yaitu Jariyah dari

Mesir bernama Mariyah (Baswedan), tidak bisa dijadikan dalil umum. Oleh

karena sifatnya yang khusus, hampir semua isteri Nabi adalah janda kecuali

Aisyah, dan semuanya mempunyai latar belakang sejarah dengan perjuangan

Islam dimasa permulaan.37

Seperti pendapat dari Ibnu Syubrumah, beliau menyatakan beberapa

alasan, diantaranya hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Muslim.

Artinya: “Dari Abu Hurairah, Ia berkata,” Rasulallah Saw. Telah bersabda,”

Perempuan janda janganlah dinikahkan sebelum diajak

bermusyawarah, dan perawan sebelum diminta izinnya.’ Sahabat-

sahabat lalu bertanya,’ Bagaimana cara izin perawan itu, ya

Rasulullah?’ Jawab beliau,’ Diamnya tanda izinnya,” (Riwayat

Muttafaq‟alaih)

37

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Mandar Maju:bandung,2007), h.51.

Page 40: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

32

Hadist ini mewajibkan wali termasuk bapak untuk meminta izin dari anak

gadisnya sebelum berlangsung akad nikahnya. Oleh karena sahnya akad nikah

tergantung pada izin sedangkan izin dari orang tua atau gadis yang belum dewasa

tidak dianggap, maka wajiblah atas wali menunggu sampai anak gadisnya

dewasa untuk mendapatkan izinnya. Dalil ini kita kemukakan sebagai alasan

Ibnu Syubrumah menurut riwayat Ibnu Hazam. Sedangkan pendirian Ibnu

Syubrumah sendiri menurut at-Thahawi, dalil yang harus kita kemukakan adalah

sebagai berikut: tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mendapatkan

keturunan dan memlihara diri dari kemaksiatan. Cara mendapatkan keturunan

dan memelihara tentulah dengan jalan persetubuhan, sedangkan maksud utama

ini hanya dapat dilakukan terhadap gadis yang usianya telah memungkinkan

untuk disetubuhi.

Lebih lanjut Ibnu Syubrumah dan al Batti berpendapat sebagaimana yang

dikutip oleh Peunoh Daly dalam bukunya yang berjudul Hukum Perkawinan

Islam Suatu Studi perbandingan dalam kalangan Ahlus-Sunnah dan Negara-

negara Islam, bahwa tidak sah sama sekali mengawinkan anak yang masih kecil.

Akad nikah yang dilakukan oleh wali sebagai ganti dari anak yang masih kecil

itu dianggap batal. Penulis menyatakan bahwa hikmah hukum perkawinan dalam

Islam memperkuat pandangan Ibnu Syubrumah, karena tidak ada kemaslahatan

bagi anak kecil dalam perkawinan yang serupa itu (perkawinan dini), bahkan

akan mendatangkan kemudharatan.38

38

Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam Suatu Studi Perbandingan dalam Kalangan Ahlus-

Sunnah dan Negara-Negara Islam, h.131.

Page 41: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

33

Selain dari pada pendapat Ibnu Syubrumah ada juga dalil-dalil syar‟i

lainnya yang dapat menunjukan isyarat untuk kedewasaan seseorang sebelum

melakukakan suatu perkawinan. Dalil-dalil hukum itu diantaranya:

1. Saad Adz-Dzari‟ah, artinya melaksanakan suatu perbuatan yang semula

mengandung kemaslahatan menuju pada suatu kerusakan (kemafsadatan),

dimana menutup jalan yang bisa membawa mala petaka, karena kawin dini

bisa membawa malapetaka bagi keluarga dan akibat-akibat lainnya yang

negatif maka wajib menghindari dengan jalan menunda perkawinan”.39

2. Kaidah-kaidah dalam fiqhiyah antara lain.40

a.

Artinya: ”Mudharat atau malapetaka itu harus dihilangkan,”

Karena nikah dini membawa mudharat baik kepada dirinya,

keluarga maupun kepada masyarakat, maka sebaiknya nikah dini harus

dihindari

b.

Artinya: “Menghindari mafsadat atau kerusakan harus didahulukan dari

pada mencari maslahat atau kebaikan.”

Kawin dini mungkin adapula manfaat atau maslahatnya, namun mudharat

atau resiko jauh lebih besar dari pada manfaat atau kebaikannya. Oleh karena itu,

39

Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung . CV. Pustaka Setia, 1999), Cet.Ke-1. h.132.

40

Abdul Mujib, Kaidah-kaidah ilmu Fiqh, (Jakrta: Kalam Mulia, 2001), Cet.Ke-2.h.9.

Page 42: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

34

sudah seharusnya kawin dini itu ditunda sampai orang itu cukup dewasa dan

matang fisik, fsikis dan mentalnya.

Dengan memperlihatkan argumen-argumen yang telah disampaikan oleh

para ulama tersebut di atas, baik yang memperbolehkan perkawinan seorang

gadis yang belum dewasa dan yang tidak memperbolehkannay maka penulis

cenderung untuk tidak memeperbolehkannya karena perkawinan sebagai akad

istimewa (mitsaqon ghalidhon) seharusnya memenuhi syarat sebagai sesorang

yang mampu bertindak hukum sama sekali yaitu seseorang yang sudah dewasa

dan berakal sehat dan ini sejalan dengan apa yang disebut dalam surat al-Nisa

(4) ayat 6. Kemudian jika dikaitkan dengan pencapaian tujuan perkawinan

menurut Islam adalah untuk membentuk/melahirkan keluarga bahagia (sakinah).

Membentuk keluarga bahagia ini sekaligus sebagai tujuan pokok, adapun tujuan

pokok perkawinan adalah pemenuhan kebutuhan biologis antara suami dan isteri

seperti tujuan reproduksi menjaga kehormatan dan tujuan beribadah juga tujuan

lainnya.

Untuk melahirkan generasi berkualitas ada persoalan reproduksi, yakni

kemampuan secara fisik dan psikis menjadi seorang ibu yang harus mengandung,

melahirkan, dan mengurus anak. Jadi dapat disimpulkan dibutuhkan kedewasaan

dan kematangan prima untuk dapat mencapai tujuan perkawinan. Maka dapat

disimpulkan bahwa kemungkinan nikah dini hanya berlaku khusus untuk

Rasulallah Muhammad SAW.

Page 43: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

35

BAB III

POTRET MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN

CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI

A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis

Desa Kertaraharja adalah salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cikembar

Kabupaten Sukabumi, merupakan hasil pemekaran dari Desa Parakanlima 1 pada

tanggal 24 Februari 1984 yang terletak di Jalan Pelabuhan 11 Km.12,5 Sukabumi.

Nama “Kertaraharja” berasal dari kata “Kerta” dan “Raharja” yang artinya “aman,

tentram, dan makmur” sebagai pengganti nama kampung Pangleseran yang

terletak di jalur protokol antara Sukabumi-Pelabuhanratu dengan nama jalan

Palabuhan II, kampung Pangleseran bertepatan dengan simpang tiga menuju

wilayah Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi.

Batas Wilayah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bojong

b. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sirnaresmi Kec.Gunungguruh

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Parakan Lima, dan

d. Sebelah barat berbatasan dengan Parakan Lima dan Bojong

Ketinggian Desa Kertaraharja tersebut berada pada ±400-500 M dari

permukaan laut dengan curah hujan pertahun rata-rata ± 1000-1500mm. Adapun

jarak kelurahan ke Ibu Kota Kecamatan , Pusat Kota, Kabupaten, Propinsi dan Ibu

Kota Negara adalah sebagai berikut:

Page 44: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

36

a. Jarak dari pusat kecamatan : 6 km

b. Jarak dari pusat kota : 12,5 Km

c. Jarak dari pusat kabupaten : 48 Km

d. Jarak dari ibu kota propinsi : 105 Km

e. Jarak dari ibu kota negara : 120 Km

Pemanfaatan lahan dan penggunaan tanah adalah sebagai berikut:

TABEL III.1

Pemanfaatan Lahan dan Tanah Desa Kertaraharja

No Lahan dan Tanah Desa Jumlah

1. Jalan kabupaten, Desa, dan Lingkungan 2,50 Ha

2. Bangunan Umum (Perkantoran dan Sekolah 2,50 Ha

3. Pemukiman dan Pekarangan 234,00 Ha

4. Industri/Pabrik 22,50 Ha

5. Pertokoan dan Perdagangan 1,25 Ha

6. Perladangan 188,00 Ha

7. Tegalan 126,00 Ha

8. Sarana Peribadatan / Wakaf Mesjid 1,00 Ha

9. Tanah Kuburan 2,25 Ha

10. Empang 0,75 Ha

11. Sawah Irigasi Setengah Teknis 30,25 Ha

12. Sawah Tadah Hujan 14,50 Ha

13. Lain-lain 2,25 Ha

Kemudian sumber kekayaan desa adalah sebagai berikut :

TABEL III.2

Sumber kekayaan Desa

No Sumber Kekayaan Desa Jumlah

1. Tanah Kas Desa/Titisara 22 Ha

2. Sawah Bengkok Desa 0.66 Ha

3. Tanah Kuburan Desa 1.75 Ha

4. Bangunan Kantor Desa 1 Buah

5. Gedung Serbaguna Desa 1 Buah

6. Kendaraan Operasinal Desa/ Roda Dua 1 Buah

Page 45: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

37

B. Demografi masyarakat

1. Penduduk

Jumlah penduduk Desa Kertaraharja menurut laporan akhir tahunan

desa, tercatat sebanyak 7.536 jiwa yang terdiri dari :

TABEL III.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Penduduk Jumlah

1. Laki-Laki 2.896 Jiwa

2. Perempuan 2.799 Jiwa

3. Kepala keluarga 1.841 Jiwa

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Kertaraharja lebih

banyak di dominasi oleh kaum laki-laki yaitu sekitar 2.896 jiwa sedangkan

kaum perempuannya sekitar 2.799 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

sebanyak 1.841 Jiwa.

Kemudian jumlah penduduk menurut struktur umur adalah sebagai

berikut:

TABEL III.4

Jumlah penduduk menurut setruktur umur

No Umur Jumlah

1. 0-5 Tahun 742 Jiwa

2 6-12 Tahun 758 Jiwa

3 13-15 Tahun 394 Jiwa

4 16-18 Tahun 644 Jiwa

5 19-14 Tahun 592 Jiwa

6 25-56 Tahun 2.046 Jiwa

7 57 Tahun ke atas 55 Jiwa

Page 46: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

38

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk banyak dihuni oleh mereka

yang berusia 25-56 tahun sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah

mereka yang berusia 57 tahun ke atas.

2. Pendidikan

Mengenai gambaran tingkat pendidikan masyarakat Desa

Kertaraharja secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

TABEL III.5

Tingkat Pendidikan Penduduk

No Jenis Pendidikan Jumlah

1. Tidak tamat SD 1.114 Jiwa

2. Tamat SD/ sederajat 2.257 Jiwa

3. Tamat SLTP/ sederajat 868 Jiwa

4. Tamat SLTA/ sederajat 652 Jiwa

5. Tamat Akademik (D.I/ D.II/DIII) 87 Jiwa

6. Tamat S1/S2/S3 55 Jiwa

Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa kebanyakan penduduk

Desa Kertaraharja masih banyak yang tamat SD yakni sekitar 2.257 jiwa

disusul oleh jumlah terbanyak kedua yaitu tidak tamat SD yakni sekitar 1.114

jiwa, kemudian jumlah terbanyak ketiga yaitu tamat SLTP 868 jiwa kemudian

disusul dengan jumlah penduduk tamatan SLTA, Akademi, dan S1.

Adapun yang terkait dengan sarana pendidikan di Desa Kertaraharja

sebagai berikut:

Page 47: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

39

TABEL III.6

Lembaga Pendidikan

No Lembaga Pendidikan Jumlah

1. SD 2 Buah

2. SLTP 1 Buah

3. MD 4 Buah

4. PAUD/TP 3 Buah

3. Sosial Ekonomi

Keadaan mata pencaharian penduduk Desa Kertaraharja, adalah

sebagai berikut:

TABEL III.5

Mata Pencaharian Pokok

No Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 553

2. Pedagang 397

3. Pegawai Negri 89

4. TNI/POLRI 23

5. Pensiunan/Purnawiran 42

6. Buruh Pabrik 347

7. Pengrajin 17

8. Tukang Bangunan 58

9. Bengkel 15

10. Buruh Tani/Buruh Harian Lepas 625

11. Tukang Batu 147

12. Tukang Kayu 25

Page 48: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

40

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa mata pencaharian penduduk

Desa Kertaraharja bergam dimulai dengan jumlah terbanyak sebagai buruh

tani yaitu sekitar 625 orang. Kemudian disusul oleh petani 553 oran,

pedagang 397 orang, buruh pabrik 347 orang, dan yang terbanyak terakhir

adalah tukang batu sebanyak 147 orang.

4. Keagamaan

Desa Kertaraharja merupakan salah satu desa yang agamis, ini terlihat

dari nuansa kehidupan masyarakatnya. Ha ini terlihat dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat ada berbagai jenis kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan

oleh masyarakat. Walaupun demikian masyarakat tetap hidup rukun

berdampingan dengan para pemeluk agama lain dengan saling menghormati

dan melibatkan para non muslim tersebut dalam berbagai acara

kemasyarakatan. Adapun jumlah penduduk menurut agama yang dianutnya

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

TABEL III.6

Jumlah penduduk penganut agama

No Agama Jumlah

1. Islam 5.650 Jiwa

2. Keristen 41 Jiwa

3. Budha 4 Jiwa

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah pemeluk agama terbanyak di

Desa Kertaraharja adalah Islam dengan jumlah 5.650 Jiwa.

Page 49: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

41

5. Keadaan Penduduk

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa pada

tanggal 11 April 2011 bahwa perekonomian penduduk Desa Kertaraharja

dalam tingkatan menengah kebawah, sehingga banyak masyarakatnya yang

mengalami putus sekolah, mayoritas pekerjaan penduduk sebagai buruh tani,

tukang batu, dan buruh pabrik.1 Kondisi ekonomi yang semacam ini

berpengaruh terhadap perkembangan sosial budaya . Tidak heran kalau pada

masyarakat ini ditemukan kompleksitas permasalahan yang muncul. Seperti

kemiskinan, kebodohan, dan lain sebagainnya. Selain itu tidak ada kegiatan di

luar sekolah yang bisa memberikan keterampilan bagi penduduk setempat,

serta kurangya pengetahuan dikalangan orang tua dan remaja akan berbagai

dampak negatif dari melakukan pernikahan dini maka pada akhirnya

terjadilah kebiasaan masyarakat melakukan pernikahan dini bagi mereka yang

putus sekolah dengan alasan bahwa tidak ada hal lain yang bisa mereka

lakukan selain menikah, walaupun Undang-Undang perkawinan dengan jelas

melarang menikah sebelum mencapai usia yang telah ditentukan dalam

undang-undang perkawinan tersebut.

1 Hasil wawancara dengan Bapak. Enjang selaku kepala desa pada tanggal 11 April

2011,pukul 14.00 WIB

Page 50: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

42

C. Tradisi Pernikahan Dini dan Solusi yang Ditawarkan

1. Tradisi Pernikahan

Tradisi pernikahan dini Menurut data dari KUA Cikembar, antara

bulan Januari 2009 sampai Juni 2010 tercatat 21 pernikahan di bawah usia 16

tahun.2 Menurut hasil wawancara dengan narasumber sebagai para pelaku

pernikahan dini hal ini terkait dengan kepercayaan yang mereka anut, yaitu

bahwa jika orang tua memiliki anak perempuan dan ditanyakan atau diminta

seorang pria untuk dinikahi harus diterima. Jika menolak, maka dipercaya

anak itu takkan menemui jodoh kembali di kemudian hari. Para orang tua

berpandangan bahwa wanita bertugas melayani suami dan anak-anak, serta

menghabiskan banyak waktu didapur, sehingga dikatakan melanjutkan

pendidikan tidak bermanfaat.

Penyebab terjadinya tradisi pernikahan dini di Desa Kertaraharja

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Ekonomi

Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup

di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak

wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu. Bahwa

dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga

2 Arsip KUA kecamatan Cikembar

Page 51: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

43

gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung

jawab (makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya).3

b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua,

anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan

anaknya yang masih di bawah umur. Tidak adanya pengertian mengenai

akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik bagi mempelai itu sendiri

maupun keturunannya.

c. Faktor orang tua

Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya

berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga mengawinkan

anaknya.

d. Media Massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja

modern kian permisif terhadap seks.

Pernikahan dini dinilai dapat menimbulkan berbagai dampak yang

kurang baik, karena mereka dinilai belum memiliki kesiapan dan kematangan

fisik dan mental, karena kematangan fisik dan mental sebelum menikah

merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Berlangsungnya

perkawinan yang sama-sama dewasa dinilai akan membantu dampak yang

baik bagi perkembangan rumah tangga, dengan adanya kedewasaan kedua

3 Soeryono,Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta:PT.Grafindo.1992), h. 65.

Page 52: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

44

belah pihak baik fisik maupun mental akan membuat rumah tangga tentram

dan damai sehingga apa yang dicita-citakan dalam kehidupan rumah tangga

dapat tercapai.

Selain keempat faktor di atas, masih terdapat beberapa alasan

terjadinya pernikahan dini dikalangan pelaku yaitu mereka tidak mengetahui

Undang-Undang Perkawinan terutama dalam masalah batasan usia untuk

melakukan perkawinan, maupun mengenai dispensasi nikah. Karena pada

kenyataan yang terjadi di Desa Kertaraharja masyarakat beranggapan jika para

perempuan sudah ada yang melamar maka mereka akan segera menikah

walaupun usia mereka masih dini untuk menikah.

2. Solusi yang ditawarkan

Setiap permasalahan yang timbul pasti ada sebuah solusi atau cara

untuk mengatasinya, begitu juga dalam hal pelaksanaan pernikahan dini pasti

ada solusi untuk mencegahnya. Setelah saya mengetahui penyebab terjadinya

pernikahan dini maka saya mempunyai solusi mencegah terjadinya

pernikahan dini di Desa Kertaraharja. Adapun solusinya adalah :

1. Mengubah kebiasaan masyarakat melakukan pernikahan dini dengan

memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai umur ideal perkawinan

serta penjelasan-penjelasan mengenai aspek positf dan negatifnya

perkawinan di usia dini.

2. Menumbuhkembangkan akan pentingnya pendidikan, dengan menempuh

pendidikan setidaknya umur untuk melangsungkan perkawinan akan

Page 53: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

45

tertunda di masa pendidikan tersebut. Hal ini diamini oleh tokoh

masyarakat AS beliau mengatakan bahwa”, hanyalah pendidikan yang bisa

mengubah pola pikir warga Kertarahaja ini dalam memandang pernikahan

dini”.

3. Mengefektifkan peranan perangkat hukum, seperti pengawasan yang

dilakukan oleh pegawai pencatat nikah, peranan pengadilan atau pejabat

selaku pemberi dispensasi. Memberi hukuman yang jelas kepada para

pelaku zina, karena pada faktanya banyak pelaku yang terpaksa nikah dini

karena kehamilan diluar nikah.

4. Meningkatkan frekuensi penasehatan (BP.4) kepada calon mempelai yang

kelak nanti akan mempunyai anak dan berumah tangga.

5. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku zina, karena pada dasarnya

pernikahan dini sering terjadi karena yang bersangkutan hamil di luar

nikah. Jika hal tersebut dilaksanakan maka akan meminimalisir terjadinya

pernikahan dini.

Selain cara di atas, untuk mencegah terjadinya pernikahan dini di

daerah tersebut, maka pejabat/ketua KUA nya harus lebih memperketat

syarat-syarat untuk melakukan pernikahan dini, sehingga dengan adanya

syarat tersebut dapat mengurungkan niat seseorang untuk melakukan

pernikahan dini. Adapun syarat tersebut yaitu seperti: tidak diperbolehkan

untuk melakukan pemalsuan identitas dengan menambahkan usia dari yang

sebenarnya dan apabila ada yang melakukan hal tersebut, maka dikenakan

sanksi dengan cara membayar denda.

Page 54: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

46

Jika ada yang ingin menikah di luar batasan usia yang telah ditentukan

maka orang tua yang bersangkutan harus meminta dispensasi ke Pengadilan

Agama sebagaiman telah tercantum di dalam pasal 7 ayat (2). Dan calon

mempelai belum mencapasi umur 21 tahun maka yang bersangkutan harus

meminta izin ke Pengadilan Agama. Adapun cara mengajukan permohonan

dispensasi atau izin nikah ke pengadilan ini pun tidak mudah yaitu harus

membuat surat permohonan tertulis yang berisi identitas para pihak, posita

yaitu penjelasan tentang keadaan atau peristiwa dan penjelasan yang

berhubungan dengan hukum yang di jadikan dasar atau alasan permohonan ,

dan juga di dalam surat permohonan itu harus memuat petitum yaitu tuntutan

yang diminta oleh pemohon agar dikabulkan oleh hakim. Setelah itu surat

permohonan tersebut ditujukan ke kepaniteraan Pengadialn Agama yaitu pada

Sub kepaniteraan permohonan.4

Selain penentuan batasan umur bagi yang menikah dan berbagai

prosedur yang harus dilewati sebagaiman yang tercantum dalam Undang-

undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dengan maksud pencegahan

terhadap terjadinya perkawinan di bawah umur, maka di dalam peraturan

pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan

Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawianan terutama pasal 6 ayat

(1) menyatakan: “Pegawai pencatat yang menerima pemberitahuan kehendak

melangsungkan perkawinan, meneliti apakah syarat-syarat perkawinan telah

4 A.Mukti Arto, Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama cet 1. (Yogyakarta Pustaka

Pelajar, 1996), h. 59.

Page 55: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

47

dipenuhi dan apakah tidak terdapat halangan perkawinan menurut undang-

undang perkawinan”.

Dengan adanya pemberian mutlak pada Pengadilan/Pejabat untuk

mengeluarkan dispensasi nikah, maka seyogyanya Pengadilan

mempertimbangkan secara matang alasan-alasan permohonan dispensai

tersebut. Selain itu, Kantor Urusan Agama (KUA) juga memberikan beberapa

persyaratan-persyaratan dalam melangsungkan perkawinan hal ini tidak jauh

berbeda dengan peraturan pemerintah tersebut di atas yang bertujuan agar

pelaksanaan perkawinan sesuai dengan prosedur yang telah tercantum dalam

Undang-Undang yaitu bagi yang hendak menikah harus sudah mencapai

umur 19 (sembilan belas) tahun bagi calon mempelai pria dan bagi calon

mempelai wanita harus sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun, dan

kedua calon mempelai tersebut juga harus membawa beberapa persyaratan-

persyaratan, adapun persyaratan tersebut adalah:

1. Kutipan akta kelahiran,

2. Surat keterangan tentang orang tua,

3. Surat dispensasi dari Pengadialan Agama bagi calon suami yang belum

mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan bagi calon isteri yang

belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun, dan

4. Surat izin dari pejabat yang berwenang, jika salah seorang calon mempelai

atau keduanya anggota angkatan bersenjata.

Dengan adanya solusi tersebut mudah-mudahan dapat mengurangi

tingkat pelaksanaan pernikahan dini di Desa Kertaraharja.

Page 56: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

48

BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas melalui hasil wawancara di lapangan, penulis dapat

mengambil kesimpulan mengenai motif yang mendukung terjadinya pernikahan

dini di Desa Kertarahajra dan hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor adat yang mempunyai pengaruh besar terhadap persepsi masyarakat

untuk melakukan pernikahan dini para orang tua berpandangan bahwa wanita

bertugas melayani suami dan anak-anak, serta menghabiskan banyak waktu

didapur, sehingga dikatakan melanjutkan pendidikan tidak bermanfaat. Selain

itu wanita di Kertaraharja berpendapat bahwa laki-laki di sana lebih suka

menikahi wanita yang umurnya 15 tahun. Berbagai peringatan yang berbunyi

seperti "awas jadi perawan tua", dan "jika anakmu akil balig, cepat-cepat

kawinkan", mau tidak mau perempuan adalah pekerja dapur" dan sebagainya,

menambah kuat adat nikah dini.

2. Faktor ekonomi juga mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan pernikahan

dini. Karena status sosial ekonomi yang lemah menyebabkan rendahnya

kesempatan memperoleh pendidikan yang tinggi di tambah lagi daerah

pedesaan sebagai tempat tinggal dan penghasilan orang tua yang rendah.

Maka pada dasarnya untuk memeperbaiki keadaan ekonomi keluarganya

tersebut anak perempuan harus segera dinikahkan karena dianggap sebagai

Page 57: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

49

beban bagi orang tua. Jika menikahkanya akan meringankan beban tersebut

karena tanggung jawab memberi nafkah jatuh kepada suami.

B. Saran-saran

Dalam hal ini penulis menyarankan kepada semua elemen masyarakat,

khususnya masyarakat Kecamatan Cikembar kab. Sukabumi Jawa Barat. Demi

keharmonisan dan kemaslahatan berumah tangga hendaknya:

1. Senantiasa selalu berpegang pada Undang-Undang perkawinan dalam setiap

pernikahan yang akan dilaksanakan dan hendaknya antara lembaga

pendidikan dan aparat pemerintah juga tokoh masyarakat setempat di

kelurahan dan sebaginya bersama-sama saling mendukung program

pemerintah dalam mensosialisasikan hal-hal yang terkait dengan perkawinan.

Dan dihimbau kepada lembaga atau institusi yang bergerak di bidang sosial

dan hukum, agar kiranya selalu melakukan sosialisasi/penyuluhan kepada

masyarakat.

2. Hendaknya ada suatu program penyuluhan perkawinan yang dikemas dalam

topik yang mengundang minat dan perhatian warga. Dengan demikian apa

yang dicanangkan pemerintah dan ketentuan norma-norma yang ada dapat

dijalankan oleh warga tanpa adanya pelanggaran

Page 58: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

50

DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI Jakarta: Gema Risalah

Press,1993.

Adhim Fauzil Muhammad, Indahnya Pernikahan Dini, Jakarta:Gema Insani, 2002

Al bukhari Imam, Shohih Bukhari: Kitab Al-Jihad wa Al-Sair, Beirut: Dar Al-Fikr,

jilid IV.

Alam, Andi Syamsyu, Usia Ideal Memasuki Dunia perkawinan: Sebuah Ikhtiar

Mewujudkan Keluarga Sakinah, Jakarta:Kencana Mas Publishing Hous,2005,

cet. Ke-1

Arikunto,Suharsimi, Management Penelitian, Jakarta:PT.Rineka Cipta,1993.

Arto, A.Mukti, Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama cet 1. Yogyakarta Pustaka

Pelajar, 1996.

Ash-Shidieqy, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta:Bulan Bintang,1975,Jilid 2.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Dahlan Aisyah, Persiapan menuju perkawinana yang Lestari, Jakarta: PT. Putaka

Antara, 1996.

Dahlan, Aisyah,Usia Ideal untuk Menikah,Persiapan menuju perkawinan yang

lestari, Jakarta: Pustaka antara, 1996, cet k eke-4.

Departemen Agama RI, Undang-Undang Perkawianan No 1 Tahun 1974 , Jakarta :

Departemen Agama RI, 2002

Fatimatuzzahra, Implikasi Nikah di Bawah Umur Terhadap Hak-hak Reproduksi

Perempuan, Skrpsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta: 1430H/2008M.

Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan Adat

Hukum Agama,Bandung:Mandur Maju, 1990, cet. Ke-1

Hadikusuma Hilman, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung:Mandar Maju, 2007.

Page 59: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

51

Haditono, Siti Rahayu, Psikolog Perkembangan dan Bagian-bagiannya, Yogyakarta:

Gajah Mada,1989,

Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta:Pustaka panji Mas,1983, Juz IV, h. 266.

Jawad, Muhammad Mughniya, Fiqih Lima Madzhab, Lentera Basretama,1999

Karim Helmi, Kedewasaan untuk Menikah Problematika Hukum Islam Kontemporer,

Jakarta:Pustaka Firdaus, 1996.

Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia, Yogyakarta:

Academia Tazzafa,2009.

Kumpulan PerundangUndangan (memuat) NTCR , Bandung: CV Madani, 2007

Moleong, J Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,

2004

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1993, Cet ke-3,

Mudzakaroh Al-Azhar, tentang Perkawinan di Bawah Umur, Panji masyarakat,

XXVII, 447 Agustus, 1985.

Mughniyah, M. Jawad, Fiqh Lima Madzhab, Beirut: Penerbit Lentera, 2004

Mujib, Abdul, Kaidah-kaidah ilmu Fiqh, Jakrta: Kalam Mulia,2001, Cet.Ke-2.

Muthari Murhadana, The Righ Women In Islam.Penerjemah.M.Hashem,hak-hak

dalam Islam Bandung,2002

Mutmainnah Inna,”Pernikahan Dini, Problema dan solusi: Perspektif Psikologi dan

agama,”07 Mei 2002 (Jakarta:BEM UIN Syarif Hidayatullah), 2002.

Nasution Khoiruddin,Hukum Perdata Keluarga IslaIndonesia,Yogyakarta:Academia

Tazzafa,2009.

R. Subekti dan R.Tjitrosoedibyo, Kamus Hukum, Jakarta:Pradnya Paramitha, 1996.

R.Subekti SH.Undang-undang Perkawinanan No 1 Tahun 1974 .Jakarta: PT Pradnya

Paramita,2004.

Rachmat, Syafei, Ilmu Ushul Fiqh, bandung .CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1.

Page 60: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

52

Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid, Beirut : Dar al- Fikr, 2007

Saleh Watjik,Hukum Perkawinan Indonesia Jakarta:Balai Aksara, 1987.

Sanggona, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2003

Soemiyati. Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun

1974, Jogjakarta: Liberty. 1999

Soeryono, Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT.Grafindo.1992.

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta:

Pradnya paramita,2006, Cet. Ke-37.

Suwondo, Nani, Hukum Perkawinan dan Kependudukan di Indonesia Bandung: PT

Bina Cipta,1989, Cet. Ke-1.

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan di Indonesia antara fiqih Munakaht dan

Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2006.

Talib Sayuti, Hukum Keluarga Indonesia,Jakarta, UI Press, 1986.

Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam, Bandung:Fokus Media, 2005.

Umran Abd.Al Rahim, Islam dan KB, Jakarta:Lentera,1997, cet. ke-1.

Undang-undang RI No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, Jakarta:Trinity,

2007, Cet. Ke-1.

Valdi Boy,Dispensasi Nikah Bagi Perkawinan Di Bawah Umur Studi Analisis

Putusan No.008/PDT/2006/PAJP, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Al- Zuhailiy, Wahbah, Al-Fiqh al- Islamiy wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1997

Page 61: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : NY

Waktu : 19 Juni 2011

Tempat : Kediaman NY di Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

14 tahun

2. Apa pendidikan terakhir anda ?

SD

3. Denga siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Dengan pilihan saya sendiri atuh hehe

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

Tentu saja orang tua saya setuju berarti anaknya teh laku hehehehe

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Pernikahan dini,,,emm nikah sebelum tamat SMA kali yah?

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Memangnya mau nikah ada batas usia minimalnya ya? Setau saya mah kalo perempuan

udah haid itu tuh udah boleh nikah.

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Sudah biasa atuh teh di sini nikah muda, saya juga kan udah gak sekolah orang tua saya

gak mampu biayain,jadi mau ngapain lagi kalo gak nikah

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

Alhamdulillah rumah tangga saya mah bahagia, tapi agak repot saya teh pas awal-awal

nikah belum bisa ngapa-ngapain hehehehe

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Setau saya lumayan banyak, soalnya orang-orang di desa sini mah pada nikah seusia saya

tapi kalau belum siap mah rata-rata pada sekolah ke kota atau kerja

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?

ngga tau kadang-kadang mah cuman cukup buat beli beras saja.

Page 62: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : RT

Waktu : 19 Juni 2011

Tempat : Kediaman RT Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

14 tahun

2. Apa pendidikan terakhir anda?

SD

3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Saya teh dijodohin sama si bapak,

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Pernikahan dini teh nikah muda tea meureun nya hehehehe

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Saya siy nggak tau, tapi kemaren mah liat berita di tv kalo seumuran saya teh belum

boleh nikah

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Da saya terpaksa nikah dijodohin sama si bapak jadi mau gimana lagi saya mah nurut aja

lagian mau sekolah juga bapak gak punya biaya, itung-itung ngeringanin beban orang tua

juga.

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

keinginan saya bisa tercukupi,beban orang tua juga berkurang

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Setau saya mah lumayan banyak, soalnya orang-orang di kampung ini teh jarang yang

sekolah tinggi, tapi gak tau deh tanya pak lurah ajah atuh hehehe

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?

Ngak tau berapa, itu kan urusan orang tua

Page 63: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : NN

Waktu : 20 Juni 2011

Tempat : Kediaman NN Desa Kertaraharja Kec. Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

14 tahun

2. Apa pendidkan terakhir anda?

SD

3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Saya menikah karena dijodohkan

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

Kan sudah dibilang saya dijodohin jadi orang tua setuju sekali saya nikah

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Pernikahan dini yaitu kawin muda

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Ga tau teh denger-denger sih kata orang kalau mau nikah umrnya udah 17 tahun gitu

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Di suruh orang tua, katanya buruan nikah biar beban emak berkurang hehehe

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

Biasa-biasa aja, mungkin karena saya dijodohin jadi gak ada perasaan itu kali ya

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Di kampung sini lumyan banyak teh yang nikah dini tapi gak tau berapa jumlahnya

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan?

kurang tau tapi kira-kira, kadang-kadang bapak saya dapet Rp.20.000,00 kadang cuman

Rp.15.000,00 jadi gak tentu teh

Page 64: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : NG

Waktu : 20 Juni 2011

Tempat : Kediaman NG Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

15 tahun

2. Apa pendidikan terakhir anda?

SMP

3. Dengan siapa anda menikah? pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Dengan pilihan saya sendiri

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

Orang tua saya mah setuju aja, lagi pula saya kan udah nggak sekolah biaya hidup jadi

ada yang nanggung.

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Kata orang-orang nikah dini teh pernikahan belum cukup umurnya

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Tau, kan saya dibilangin sama pak guru boleh nikah kalau udah 16 tahun keatas,

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Pengen aja, dari pada pacaran terus takut Zina lagipula kan sudah biasa teh kalo anak

gadis disini yang gak pada sekolah mereka pada nikah

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

Awal nikah mah bahagia tapi sekarang-sekarang sering berantem ada aja masalah teh

abisnya gak ada yang mau ngalah

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Ah sedeng we

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?

Bapak saya tukang batu, gak tau berapanya mah bisa makan aja udah Alhamdulillah

Page 65: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : NY

Waktu : 21 Juni 2011

Tempat : Kediaman NY Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

15 tahun.

2. Apa pendidikan terakhir anda ?

SMP

3. Apakah anda menikah dengan pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Iya, saya menikah dengan pilihan saya. Kalo bukan pilihan saya yaaa saya engga mau,

yang ada waktu saya nikah bakal cemberut aja. Hahhahaaa

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

Awalnya mah emak kurang suka sama suami saya, tapi akhirnya saya berusaha

ngeyakinin emak kalo suami saya itu baik yaudah deh akhirnya emak setuju.

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Pernikahan dini itu, apa yaa… bingung teh ! oh iya nikah yang umurnya masih muda, ya

15 taun gitu kayaknya mah.

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Engga tau tuh, soalnya dikampung ini mah kalo udah lulus sekola terus engga nerusin

lagi yaa nikah lah ujung-ujungnya mah. udah kayak adat gitu.

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Ya faktor adat kali yaaa, saya mah engga tau, tau-tau suami saya ngajak nikah terus saya

juga engga sekola, nikah deh..

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

Seneng-seneng aja, tapi stess juga kalo pas keabisan duit buat jajan anak. Pokokna mah

campur aduk dah rasana.

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Wahhh udah banyak itu mah, soalna the disini mah udah kayak ngalir aja gitu nikah dini

mah. bukan jadi omongan orang-orang lagi kalo ada yang nikah dini.

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?

400 ribu lah kira-kira

Page 66: PERNIKAHAN DINI MENURUT PERSPEKTIF PELAKU PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5152/1/ASTRIAN... · MASYARAKAT DESA KERTARAHARJA KECAMATAN CIKEMBAR KABUPATEN

HASIL WAWANCARA

Nama : NE

Waktu : 21 Juni 2011

Tempat : Kediaman NE Desa Kertaraharja Kec.Cikembar Kab.Sukabumi

1. Berapa usia anda ketika menikah ?

15 Tahun

2. Apa pendidikan terakhir anda ?

SMP

3. Apakah anda menikah dengan pilihan anda atau dijodohkan orang tua?

Pilihan sendiri.

4. Apabila pilihan anda, apakah orang tua menyetujuinya ? Berikan penjelasannya?

Orang tua saya setuju, soalnya menurut orang tua saya lebih baik cepet-cepet nikah takut

jadi perwa tua

5. Apa yang anda ketahui tentang pernikahan dini?

Pernikahan dini yaitu nikah masih muda

6. Tahukan anda mengenai batas usia minimal untuk menikah di Indonesia?

Nggak tau.

7. Apa alasan anda menikah pada usia dini?

Ya karena sudah sama-sama suka, lagian umur saya sudah 15 tahun kalo nggak nikah

dianggap perawan tua

8. Apa dampak yang anda rasakan setelah menikah dini? Berikan penjelasan?

Masalah uang, belum tercukupi kebutuhan rumah tangga

9. Menurut anda, berapa banyak pernikahan dini yang dilakukan oleh orang-orang

disekitar anda?

Banyak sih, soalnya emang udah biasa kalo gak pada sekola ya nikah aja hehehe

10. Berapa kira-kira penghasilan orang tua anda perbulan ?

Bapak saya tukang batu, kalo penghasilannya mah ga nentu tergantung sedikit atau

banyaknya batu yang di ambil.