PERMASALAHAN TRANSPORTASI PERKOTAAN TERKAIT JARINGAN JALAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERMASALAHAN TRANSPORTASI PERKOTAAN TERKAIT JARINGAN JALAN

Citation preview

MAKALAHPERMASALAHAN TRANSPORTASI PERKOTAAN TERKAIT JARINGAN JALAN

OLEHBAYU ALFIAN60800110019

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTASAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR2013BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPertumbuhan ekonomi yang pesat di kota kota besar di Indonesia yang telah diikuti pula oleh pertumbuhan jumlah kendaraan yang tinggi, memerlukan penanganan prasarana jaringan jalan dan sistem transportasi yang memadai, guna menanggulangi atau mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas yang ditimbulkan. Secara umum, disamping kapasitas jalan utama dan tranportasi umum di beberapa kota besar tidak dapat menampung arus lalu lintas yang ada, kemacetan lalu lintas disebabkan pula bercampur baurnya berbagai jenis kendaraan lambat dan cepat serta lalu lintas regional dan lokal pada sistem jaringan jalan primer. Permasalahan tersebut seringkali disebut sebagai efek pengembangan jalur pita (ribbon development effect) yaitu sebagai konsekwensi interaksi antara lalu lintas yang dibangkitkan oleh penggunaan lahan sepanjang jalan dengan lalu lintas pada jalan tersebut. Hal ini memberikan ilustrasi permasalahan yang muncul akibat interaksi antara transportasi jalan dengan guna lahannya.Permasalahan pengembangan pita terjadi akibat jika, bercampur baurnya guna lahan seperti bengkel, supermarket, hotel , terminal bis dalam kota dan perumahan serta pertokoan berada pada jaringan jalan primer perkotaan . Pola tata guna lahan seperti ini akan mengurangi mobilitas transportasi sehingga menurunkan peran fungsi jalan . Untuk itu dalam sistem tata ruang, penetapan guna lahan sebagai penghasil aktivitas perlu sesuai dengan hirarki jaringan jalan.B. Rumusan Masalah1. Fungsi Tata Ruang dan Guna Lahan Sepanjang Jalan2. Masalah Manfaat Jalan3. Masalah Hirarki Jalan4. Contoh Kasus Tentang Pengembangan Jaringan Jalan Arteri dan Lingkar

BAB IIPERMASALAHAN TRANSPORTASI PERKOTAAN TERKAIT JARINGAN JALANA. Tata Ruang dan Guna lahan Sepanjang Jalan Mengingat bahwa terdapat interaksi antara tata guna lahan disepanjang jalan dengan kelas jalan, maka jenis guna lahan sebenarnya harus sesuai dengan tata ruang dan fungsi jalan yang mendukungnya. Namun dijumpai banyaknya penggunaan dan pembangunan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang dan tidak mendukung fungsi jaringan jalan di sekitarnya. Sebagai gambaran di daerah pusat perkotaan, banyak dijumpai pergudangan pergudangan yang melayani jasa regional. Keadaan ini merugikan khususnya bagi angkutan truk regional mengingat bahwa bercampur baurnya dengan lalu lintas lokal mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang selanjutnya membuat biaya angkutan meningkat (Lihat diagram 1). Disisi lain, bercampur baurnya angkutan berat truk dengan lalu lintas lokal berpengaruh kepada tingkat kecelakaan lalu lintas.Kasus lain yang banyak dijumpai adalah lokasi terminal regional dan pusat perdagangan grosir di sepanjang jalan kolektor sekunder. Selain itu sering pula dijumpai pembangunan pusat - pusat pertokoan berada di sepanjang jalan arteri primer. Banyaknya lalu lintas lokal dan pejalan kaki yang berbelanja dan menyeberang jalan telah mengaburkan fungsi jalan arteri primer sehingga kecepatan yang direncanakan sekitar 60 km/jam tidak dapat dicapai dan bahkan kecepatan lalu lintas dapat dibawah 20 km/jam.Kasus lain yang dijumpai adalah bercampurnya daerah perumahan dan daerah perindustrian. Keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi permukiman penduduk, akibat pengaruh lingkungan seperti kebisingan, polusi udara serta keselamatan lalu lintas. Keadaan tersebut juga menyulitkan dalam desain struktur jalan yang sesuai dengan tujuan efisiensi seharusnya berbeda antara daerah permukiman dan daerah industri.B. Masalah Manfaat JalanPermasalahan ini meliputi hal hal seperti pemakaian bahu jalan sebagai tempat berjualan serta pembangunan pot pot kembang ditepi jalan. Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 1985 menyebutkan bahwa bagian bagian jalan meliputi Daerah Manfaat Jalan , Daerah Milik Jalan dan Daerah Pengawasan Jalan. Batas luar Dawasja tidak kurang dari 20 meter dari as jalan untuk jalan arteri primer maupun jalan arteri sekunder dan tidak kurang dari 7 meter diukur dari as jalan untuk jalan kolektor sekunder dan 15 meter untuk jalan kolektor primer. Untuk jalan lokal sekunder, jarak dari as jalan tidak kurang dari 4 meter dan untuk lokal primer tidak kurang dari 10 meter. Di luar batasan batasan ini pendirian bangunan baru dapat diizinkan. Pemanfaatan jalan diarahkan untuk mempertahankan atau mengembalikan fungsi jalan sesuai dengan peruntukkannya. Bahu jalan disamping berfungsi mengamankan konstruksi perkerasan jalan juga tempat berhenti sementara kendaraan agar tidak mengganggu lalu lintas. Pemakaian bahu jalan akan menurunkan kapasitas jalan yang memberikan konstribusi kepada kemacetan lalu lintas. Jarak pandang mengemudi yang terganggu oleh pembangunan di derah pengawasan jalan akan mengurangi tingkat keselamatan lalu lintas dan menyebabkan pula kemacetan lalu lintas sehingga perlu ditertibkanC. Masalah Hirarki jalanUsaha usaha pengembangan prasarana jalan bertujuan untuk mencapai kesatuan wilayah pengembangan Tingkat Nasional (SWPTN). Dalam pencapaian SWPTN tersebut disepakati berlakunya kebijakan pembangunan menuju keseimbangan antar satuan wilayah pengembangan (SWP), dimana kota yang terikat dalam hirarki tertentu mempunyai kedudukan tertentu yang dicerminkan oleh jenjang kota tersebut.Pada sistem ini, jalan mempunyai hirarki sesuai dengan jenjang kota yang dihubungkan seperti jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang kedua adalah jalan arteri primer. Sedangkan jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga adalah jalan kolektor primer dan seterusnya. Selanjutnya sistem primer menerus dalam memasuki kota. Di dalam kota jalan primer menghubungkan kawasan primer dan dapat berakhir pada kawasan primer tersebut. Sistem primer ini selanjutnya saling melengkapi dengan sistem tata ruang yang menghubungkan kawasan kawasan primer, sekunder kesatu, sekunder kedua sampai ke perumahan.Namun pada saat ini pemantapan atau penerapan klasifikasi fungsi jalan pada kota yang berkembang sulit dibandingkan dengan daerah baru. Karenanya prasarana jalan yang tidak terstruktur ini tidak dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik terhadap kebutuhan perjalanan transportasi yang ada. Tanpa hirarki jalan, berbaurnya berbagai moda tranportasi dari perjalanan jauh dan pendek serta desain struktur yang tidak sesuai akan menurunkan tingkat pelayanan, meningkatkan kecelakaan dan menurunnya kondisi lingkungan hidup. Selanjutnya terkait dengan sistem tranportasi umum, sistem jaringan kereta api perkotaan di Indonesia belum berkembang. Hal ini menyebabkan hirarki jalan dan jaringan kereta api belum dapat dipadukan untuk melayani keseluruhan kebutuhan perjalanan.D. Pengembangan Jaringan Jalan Arteri dan Lingkar MakassarKonsep Pengembangan jaringan jalan di Kota Makassar diformulasikan berdasarkan 4 aspek yaitu :1. Tata guna lahan dimasa datang2. Pertumbuhan penduduk, dan kebutuhan pegerakan yang berasal dari industri, pelabuhan, terminal barang serta pengembangan perkotaan3. Jaringan jalan yang ada4. Fungsi jalanPola guna lahan diklasifikasikan sebagai pengembangan permukiman, pengembangan industri yang terkait dengan pelabuhan dan terminal barang serta pengembangan perkotaan. Penggunaan lahan tersebut akan menimbulkan pergerakan lalu lintas yang dalam hal ini harus diperhatikan dalam aspek dan kriteria perencanaan pengembangan jaringan jalan. sebagai berikut :Didalam memenuhi pergerakan lalu lintas dari pengembangan permukiman, aspek perencanaan yang diperhatikan adalah fungsi jalan arteri sebagai pembentuk kawasan. Dalam hal ini, jaringan jalan arteri membentuk kawasan permukiman dan mengelompokkannya kedalam permukiman padat, kurang padat dan permukiman tidak padat. Selain itu jaringan jalan juga harus membentuk lingkungan yang baik. Didalam memenuhi pergerakan lalu lintas dari pengembangan industri, aspek yang diperhatikan adalah lalu lintas langsung diarahkan ke jalan arteri, menghindari lalu lintas yang berbaur dengan lalu lintas lokal, menghindari perlintasan atau melalui kawasan permukiman serta menghubungkan dengan pelabuhan dan terminal barang. Didalam pengembangan pelabuhan dan terminal barang, aspek yang diperhatikan adalah menghindari lintasan di daerah perkotaan, diarahkan langsung ke jalan arteri, menghindari terbaurnya lalu lintas lokal serta menciptakan lalu lintas yang aman dan lancar serta lingkungan yang baik Didalam pengembangan perkotaan, aspek yang diperhatikan adalah menghubungkan pusat kota dengan daerah pinggiran perkotaan secara langsung. Selain itu didalam pengembangan jaringan jalan sendiri aspek yang diperhatikan adalah memaksimalkan penggunaan jaringan jalan yang ada, menetapkan dan menerapkan fungsi jalan serta memperhatikan faktor keselamatan. Berdasarkan pengembangan kawasan kawasan permukiman,, kawasan industri, kawasan pelabuhan dan kawasn perkotaaan (Sub urban0 pola pergerkan dapat diidentifikasi dan diakomodasi dalam jaringan jalan radial dan jaringan lingkar kota Makassar. Secara keseluruhan pola guna lahan dapat didijelaskan didalam diagram pola guna lahan pada gambar 4 serta diagram arah struktur jaringan jalan pada gambar 5. Dengan penerapan fungsi jalan serta adanya keseimbangan atau pengendalian tata guna lahan sepanjang jalan arteri dan jalan lingkar, Jaringan jalan arteri dan lingkar akan berfungsi efisien dan akan bermanfaat untuk :a. Mendistribusikan lalu lintas barang dari dan ke Pelabuhan Makassar tanpa melintasi daerah perkotaanb. Mendistribusikan lalu lintas dari dan ke jalan radial tanpa melintasi daerah permukiman.c. Mendistribusikan lalu lintas barang dari dan ke Kawasan Industri tanpa melalui kawasan permukiman.d. Mengalihkan sebagian beban lalu lintas dari jalan lama.e. mempertahankan kegiatan perkotaan dan ruang terbuka perkotaan

BAB IVPENUTUPMakalah ini telah memberikan sistem tata ruang kota dalam kaitannya dengan sistim tranportasi termasuk jaringan jalan. Diuraikan bahwa jaringan jalan terstruktur sesuai dengan hirarkinya, daerah pengawasan jalan harus terbebas dari pembangunan peruntukan. Selanjutnya, jenis tata guna lahan disepanjang jalan perlu pula sesuai dengan fungsi jalan.Berbagai kasus ketidak sesuaian tata guna lahan dengan fungsi jalan telah mengakibatkan ketidak efisiennya pemakaian jaringan jalan seperti meningkatnya kemacetan lalu lintas serta dampak negatif lingkungan lainnya. Untuk itu, upaya diperlukan untuk menyesuaikannya yang perlu pula diikuti dengan penegakan hukum. Ruas ruas jalan yang telah ditetapkan sesuai dengan fungsinya tersebut dapat merupakan pegangan dalam koordinasinya dengan manajemen sistem transportasi dan tata guna lahan, sehingga arahan sistem tata ruang yang efisien dapat diwujudkan.