95
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Iqbal Hardian Rusbianto 11140480000115 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440/2019 M

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP

PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Iqbal Hardian Rusbianto

11140480000115

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440/2019 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN

BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Iqbal Hardian Rusbianto

11140480000115

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440/2019 M

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam
Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

ABSTRAK

Iqbal Hardian Rusbianto. NIM 11140480000115. PERLINDUNGAN HUKUM

BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG BALI

MARATHON. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440

H/2019 M. Isi: ix + 78 halaman + 4 halaman lampiran + 3 halaman daftar pustaka.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum

normatif dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan

mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Pendekatan kasus adalah pendekatan yang dilakukan deengan cara

menelaah peraturan-peraturan dalam ajang Bali Marathon yang diselenggarakan oleh

PT. Bank Maybank Indonesia.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana bentuk perlindungan hukum

bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam perjanjian

baku, isi perjanjian diterapkan secara sepihak oleh pihak yang posisinya lebih kuat

dalam ekonomi yaitu pelaku usaha tanpa melalui proses negoisasi (tawar-menawar).

Tujuan pihak pelaku usaha menerapkan perjanjian baku adalah untuk menghemat

biaya dan waktu karena konsumen hanya mempunyai dua pilihan saja yaitu menerima

atau menolaknya. Namun perlu diketahui bahwa yang menjadi permasalahan dalam

perjanjian baku adalah bukan perjanjian baku, melainkan terdapatnya perjanjian baku

(standard contract) yang bersifat klausula eksonerasi (pengalihan tanggung jawab)..

Pembatasan atau larangan penggunaan klausula eksonerasi dapat ditemui dalam

pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dari

hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa peraturan-peraturan dalam ajang

Bali Marathon mencantumkan perjanjian baku yang bersifat eksonerasi. Perjanjian

baku yang mengandung klausula eksonerasi (pengalihan tanggung jawab) berakibat

batal demi hukum.

Kata Kunci : Perjajian Baku, Klausula Eksonerasi, Perlindungan Konsumen, Bali

marathon.

Pembimbing : Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1992 Sampai Tahun 2017

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam atas segala rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI

TERHADAP PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat yang telah membawa kita keluar

dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang saat ini. Semoga kita

diberikan syafaatnya pada yaumil akhir kelak. Aamiin.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Peneliti menyadari bahwa sangat sederhana karya tulis ini

dan jauh dari kata sempurna. Namun juga peneliti tidak menutup mata akan peran

berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan , arahan dan

bimbingan, sehingga dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris Program Studi Ilmu Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah memberikan arahan berupa saran

dan masukan terhadap kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

3. Syafrudin Makmur, S.H., M.H., dosen pembimbing yang telah bersedia

menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan saran, arahan,

masukan, serta bimbingan terhadap proses penyusunan skripsi ini.

4. Kedua Orang Tua tercinta yaitu Bapak Sibun Hartono dan Ibu Rusiyah, yang

selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis, serta telah memberikan

dukungan moril maupun materil kepada penulis tanpa lelah.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

vii

5. Kakak dan Adik kanung penulis, Sylvia, Ruvika, Rahmia, dan Fadli karena

telah memberi dukungan moril maupun materil kepada penulis hingga dapat

terselesaikannya skripsi.

6. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Khususnya dosen Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi saya, sehingga saya mampu untuk

memahami keilmuan hukum serta perkembanganya pada saat ini.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pimpinan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas

untuk mengadakan studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan

referensi untuk melengkapi hasil penelitian saya.

8. Penulis artikel, jurnal, opini dan lain-lainnya yang membantu penulis dalam

proses penyusunan.

9. Sahabat-sahabat yang selalu bersama dan menjadi tempat bercerita sejak awal

semester awal hingga saat ini, terutama sahabat 78 timur dan cordova yang

telah banyak memberikan motivasi dan masukan kepada penulis

10. Teman-teman seangkatan Ilmu Hukum 2014 yang selalu meberikan semangat

dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

11. Pihak-pihak lain yang telah memberikan kontribusi kepada penulis dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan

atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini, dan juga menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Jakarta, 02 Januari 2019

Penulis,

Iqbal Hardian Rusbianto

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

LEMBAR PENGESEHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................................. 8

D. Metode Penelitian .................................................................................................... 9

E. Rancangan Sistematika Penulisan ........................................................................... 13

BAB II TEORI PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DAN PERJANJIAN

BAKU

A. Kerangka Konseptual ............................................................................................. 15

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen

1. Teori Perlindungan Hukum .............................................................................. 16

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen .................................................... 19

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ....................................................... 22

4. Hak dan Kewajiban Konsumen ........................................................................ 26

5. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha .................................................................... 30

C. Tinjauan Umum Perjanjian Baku

1. Perjanjian Pada Umumnya................................................................................ 32

2. Pengertian Perjanjian Baku ............................................................................... 33

3. Ciri-Ciri Perjanjian Baku .................................................................................. 35

4. Jenis Perjanjian dengan Klausula Baku ............................................................ 37

5. Klausula Eksenorasi .......................................................................................... 39

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ...................................................................... 40

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN

BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

ix

A. Profil Penyelenggara Ajang Bali Marathon (Maybank Indonesia ) ............... 42

B. Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

1. Pengertian dan Latar Belakang .................................................................... 45

2. Kedudukan dan Tugas .................................................................................. 46

3. Visi dan Misi ................................................................................................. 47

C. Hubungan Hukum antara Pihak Penyelenggara dengan Pelari Dalam Ajang Bali

Marathon ................................................................................................................. 48

D. Perlindungan Hukum Konsumen terhadap Klausula Eksonerasi Dalam

Ajang Bali Marathon ........................................................................................... 51

BAB IV UPAYA HUKUM DAN AKIBAT PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG

BALI MARATHON

A. Penyimpangan Penggunaan Klausula Eksonerasi Pada Peraturan Peserta

Ajang Lomba Lari terhadap Undang-Undang Perlindungan Konsumen ..... 58

B. Upaya Hukum yang Dapat Dilakukan Konsumen terhadap Pelanggaran yang

Dilakukan oleh Pelaku Usaha ............................................................................ 63

C. Analisis Akibat Hukum Perjanjian Ajang Lomba Lari Marathon dengan

Klausula Eksonerasi ............................................................................................. 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 76

B. Rekomendasi ........................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 79

LAMPIRAN............................................................................................................................ 82

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam

kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik.

Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya berbagai

macam penyakit. Dengan melakukan olahraga secara teratur juga bermanfaat

untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan

diri, serta memperbaiki kualitas tidur. Olahraga sudah menempati posisi yang

penting dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah sendiri menjadikan olahraga

sebagai pendukung terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat. Hal

tersebut terbukti dengan menempatkan olahraga sebagai salah satu arah

kebijakan pembangunan,yaitu menumbuhkan budaya olahraga guna

meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memiliki tingkat

kesehatan dan kebugaran yang cukup. Selain itu, pemerintah juga

menyediakan berbagai fasilitas olahraga yang dapat dimanfaatkan untuk

masyarakat umum.

Di zaman modern saat ini, berbagai macam jenis olahraga mulai populer di

masyarakat luas. Salah satu olahraga yang populer yaitu olahraga lari

marathon yang banyak digemari oleh anak-anak, orang dewasa maupun orang

tua. Olahraga tersebut sering dilombakan di berbagai daerah di Indonesia.

Dengan diadakannya lomba tersebut membuat minat masyarakat terhadap

olahraga kian bertambah, karena selain mendapat kebugaran juga dapat

menyalurkan bakatnya. Dalam perkembangannya olahraga ini dapat

dilakukan sebagai kegiatan yang menghibur atau juga dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan prestasi. Masyarakat mempunyai apresiasi yang

tinggi terhadap perkembangan dunia olahraga.

Beberapa tahun belakangan, banyak para pelaku usaha menyelenggarakan

ajang lomba lari marathon. Ajang tersebut selalu ramai diikuti oleh para

runner, dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Bahkan pesertanya tidak

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

2

hanya dari dalam negeri tetapi dari luar negeri juga ikut berpartisipasi.

Namun, para runner (pelari) yang sudah terdaftar menjadi peserta harus

mengetahui bahwa pihak penyelenggara sering mencantumkan klausula baku

berisi pelepasan hak menuntut atau sering disebut waiver yang harus disetujui

para runner bersamaan pembayaran kepesertaan. Waiver ini ternyata

bermasalah dari segi hukum perlindungan konsumen. Para runner sebaiknya

mengetahui dengan baik hak-haknya sebagai konsumen yang dilindungi

hukum sebelum memutuskan mengikuti ajang lomba lari.1 Konsumen

memiliki resiko yang lebih besar daripada pelaku usaha, dengan kata lain

hak-hak konsumen sangat rentan dan mudah untuk dilanggar. Konsumen

memiliki sejumlah hak hukum yang perlu mendapat perlindungan dalam

pemenuhannya. Hak-hak itu perlu mendapat pemahaman dan penghargaan

dari semua pihak, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.2

Para pelari perlu menyadari akan hak-haknya sebagai konsumen yang

dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen sehingga dapat

melakukan sosial kontrol terhadap perbuatan dan perilaku pengusaha dan

pemerintah. Untuk memberikan perlindungan kepada konsumen dalam

melakukan kegiatan mengonsumsi barang dan/atau jasa, pemerintah

mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen. Lahirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen diharapkan

agar upaya perlindungan konsumen di Indonesia untuk dapat lebih

diperhatikan sekaligus mengintegrasikannya dapat memperkuat penegakan

hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Di dalam Undang-Undang

Perlindungan Konsumen ini memuat aturan-aturan yang dijadikan payung

hukum yang menyangkut konsumen.

1 http:/www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a180bfa92abf/aspek-perlindungan-hukum-bagi-

irunner-i-dalam-ajang-lomba-lari (diakses pada tanggal 5 Februari 2018 pukul 19.43 WIB)

2 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2014), h. 2.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

3

Hubungan hukum antara pelari dan pihak penyelenggara adalah konsumen

dan pelaku usaha. Hubungan hukum antara pihak penyelanggara dengan

pelari telah terjadi ketika pihak penyelenggara sebagai pelaku usaha

memberikan janji-janji serta informasi terkait acara lomba lari marathon

tersebut, selain itu adanya transaksi tiket pembayaran peserta lomba lari

marathon untuk sejumlah fasilitas yang dijanjikan juga menjadi salah satu

alasan kuat bahwa hubungan hukum antara pihak penyelenggara dengan

pelari adalah hubungan hukum antar pelaku usaha dengan konsumen.

Peristiwa hukum yang terjadi terhadap pelaku usaha dengan konsumen

tersebut adalah perdagangan berupa jasa

Menurut Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen mendefinisikan, klausula baku adalah setiap aturan

atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan

terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam

suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh

konsumen. Klausula baku biasanya dibuat oleh pihak yang kedudukannya

lebih kuat, yang dalam kenyataan biasa dipegang oleh pelaku usaha. Isi

klausula baku seringkali merugikan pihak yang menerima klausula tersebut,

yaitu pihak konsumen, karena dibuat secara sepihak. Apabila konsumen

menolak klausula tersebut ia tidak akan mendapatkan barang ataupun jasa

yang dibutuhkan, karena klausula baku serupa akan ditemui ditempat lain.

Hal tersebut menyebabkan konsumen lebih sering setuju terhadap isi klausula

baku walaupun memojokkan. Bagi para pengusaha mungkin ini merupakan

cara mencapai tujuan ekonomi yang efisien, praktis, dan cepat tidak bertele-

tele. Bagi konsumen justru merupakan pilihan yang tidak menguntungkan

karena hanya dihadapkan pada suatu pilihan, yaitu menerima walaupun

dengan berat hati.3

3 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992), h. 6.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

4

Menurut Ahmad Miru perjanjian baku adalah perjanjian yang mengikat

para pihak yang menandatanganinnya, walaupun harus diakui bahwa klausula

yang terdapat dalam perjanjian baku banyak mengalihkan beban tanggung

gugat dari pihak perancang perjanjian baku kepada pihak lawannya, namun

setiap kerugian yang timbul dikemudian hari akan tetap ditanggung oleh para

pihak yang harus bertanggung gugat berdasarkan klausula perjanjian tersebut,

kecuali jika klausula tersebut merupakan klausula yang dilarang berdasarkan

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.4 Perjanjian baku (standar) itu sebagai perjanjian yang hampir

seluruh klausula-klausula dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain

pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk meminta perubahan. Adapun

yang belum dibakukan adalah beberapa hal lainnya yang sifatnya sangat

spesifik dari obyek yang diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian baku

(standar) adalah perjanjian yang diterapkan secara sepihak oleh

produsen/pelaku usaha/penjual yang mengandung ketentuan yang berlaku

umum (massal) sehingga pihak konsumen hanya mempunyai dua pilihan saja

yaitu menyetujui atau menolaknya.

Namun perlu diketahui bahwa yang menjadi permasalahan dalam

perjanjian baku adalah bukan perjanjian baku, melainkan terdapatnya

perjanjian baku (standard contract) yang bersifat eksonerasi (klausula

eksonerasi). Rikjen mengatakan bahwa klausula eksonerasi adalah klausula

yang dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak

menghindarkan diri umtuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi

seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan

melawan hukum.5

Perjanjian baku atau standar contract memiliki karakteristik sebagai ciri-

ciri dari suatu perjanjian baku sebagai berikut:

4 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 108.

5 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni, 1994), h. 47.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

5

1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya)

kuat.

2. Masyarakat (debitur/konsumen) sama sekali tidak bersama-sama

menentukan perjanjian.

3. Terdorong oleh kebutuhannya debitur/konsumen terpaksa menerima

perjanjian itu.

4. Bentuk tertentu (tertulis).

5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.6

Dalam ajang lomba lari bali marathon yang diselanggarakan oleh PT.

MayBank Indonesia ditemukan klausul-klausul eksonerasi yang pada

hakikatnya dilarang oleh Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen. Perjanjian baku yang diterapkan dalam

ajang lomba lari marathon mengandung klausula eksonerasi di dalamnya

yang sudah pasti merugikan konsumen. Perjanjian baku dengan klausula

eksonerasinya pada prinsipnya hanya menguntungkan pelaku usaha dan

merugikan konsumen, karena klausulanya tidak seimbang dan tidak

mencerminkan keadilan. Dominasi pengusaha lebih besar dibandingkan

dengan dominasi konsumen, disini posisi konsumen lemah yang hanya

menerima perjanjian dengan klausula baku tersebut begitu saja. Beban yang

seharusnya dipikul oleh pelaku usaha, menjadi beban konsumen karena

adanya klausula eksonerasi tersebut.

Faktor utama yang menjadikan konsumen lemah adalah tingkat kesadaran

konsumen akan haknya masih rendah. Posisi konsumen sebagai pihak yang

lemah juga diakui secara internasional sebagaimana tercermin dalam Resolusi

Majelis Umum PBB, No. A/RES/39/248 Tahun 1985 Tentang Pedoman

untuk Perlindungan Konsumen (Guidelines for Consumer Protection), yang

menghendaki agar konsumen mempunyai hak-hak dasar tertentu yakni hak

mendapatkan keamanan dan keselamatan, hak untuk memilih, hak untuk

6 Salim H.S., Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), (Jakarta: PT. Sinar

Grafika, 2003), h. 146.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

6

didengar, hak untuk mendapatkan ganti rugi, hak untuk mendapatkan

kebutuhan dasar manusia, hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik, dan

hak untuk mendapatkan pendidikan dasar.7

Pembatasan atau larangan penggunaan klausula eksonerasi dapat kita

temui dalam hukum positif di Indonesia yaitu dalam Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan

larangan pencantuman klausula eksonerasi karena berupaya membebaskan

atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lain

dalam hal yang bersangkutan tidak melaksanakan kewajibannya. Tujuan lain

dari larangan pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian

dimaksudkan untuk menempatkan para pihak setara di hadapan hukum yaitu

dalam hal perjanjian. Bila kondisi ini terjadi maka posisi kedudukan

konsumen dan pelaku usaha tidak lagi setara sesuai asas kebebasan

berkontrak. Menurut asas kebebasan berkontrak idealnya para pihak yang

terikat dalam perjanjian berada dalam posisi tawar yang seimbang antara satu

sama lain.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti

tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan mengambil judul

Perlindungan Hukum Bagi Pelari Terhadap Perjanjian Baku Dalam

Ajang Bali Marathon.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen telah diatur klausula baku.

7 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara

Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: Prenadamedia Group,2015), h. 2-3.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

7

b. Perjanjian baku boleh saja digunakan oleh pelaku usaha asalkan tidak

mengandung klausula eksonerasi

c. Pelaku usaha mengabaikan pelarangan pencantuman klausula baku

yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen

d. Konsumen banyak dirugikan atas pengalihan tanggungjawab oleh

pihak pelaku usaha atas pencantuman klausula eksonerasi yang

tercantum dalam ajang Bali Marathon

e. Terjadi ketidakseimbangan hak dan kewajiban antara pihak konsumen

dan pelaku usaha .

f. Bagaimana perlindungan hukum pelari terhadap pencantuman

perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi

g. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pelari terhadap perjanjian

baku yang mengandung klausula eksonerasi dalam ajang Bali

Marathon

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya

dengan apa yang sebenarnya, antara apa yang diperlukan dengan apa yang

tersedia, antara harapan dengan capaian atau singkatnya antara das sollen

dengan das sein.8 Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan

dibahas pada penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah yang akan

diteliti dan hanya berfokus pada perlindungan hukum konsumen terhadap

perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi dalam ajang Bali

Marathon.

3. Perumusan Masalah

Beberapa tahun belakangan, banyak para pelaku usaha

menyelanggarakan ajang lomba lari marathon. Dalam ajang lomba lari di

Bali Marathon ditemukan klausul-klausul eksonerasi yang pada hakikatnya

8 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005),

h. 103.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

8

dilarang oleh Pasal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen. Pihak Penyelenggara mengabaikan larangan

pencantuman klausula baku dalam Pasal 18 UUPK . Beban yang

seharusnya dipikul oleh pelaku usaha menjadi beban konsumen karena

adanya klausula eksonerasi tersebut, maka dari itu dapat dijabarkan lagi

beberapa pertanyaan penelitian yang ingin dikaji lebih lanjut dan

mendalam, yakni sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaturan perjanjian baku terhadap pelari dalam ajang

Bali Marathon?

b. Upaya hukum apa yang dapat dilakukan pelari dalam memperoleh

perlindungan terhadap perjanjian baku yang mengandung klausula

eksonerasi dalam ajang Bali Marathon?

c. Bagaimana akibat hukum terhadap pelari atas perjanjian baku yang

mengandung klasula eksonerasi yang merugikan konsumen?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berangkat dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dijabarkan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan klausula eksonerasi dalam perjanjian

baku ajang Bali Marathon.

b. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat dilakukan konsumen

terhadap perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi dalam

ajang Bali Marathon.

c. Untuk mengetahui akibat hukum atas perjanjian baku yang

mengandung klausula eksonerasi dalam ajang Bali Marathon.

2. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang baik yang tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk akademis dan

masyarakat umum.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

9

a. Manfaat Akademis

1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti

lain serta perkembangan ilmu hukum kedepannya, khususnya

dalam hukum bisnis

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi

peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut

dibidang perlindungan konsumen

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan masukan bagi pihak penyelenggara ajang lari

marathon dan pelari dalam melakukan kegiatan ajang lari

2) marathon serta resiko dan langkah-langkah untuk memperoleh

kepastian hukum

3) Sebagai pedoman untuk menyelesaikan permasalahan sejenis

tentang perlindungan konsumen dalam perjanjian baku lomba lari

marathon

4) Sebagai bahan masukan bagi para konsumen dalam melakukan

upaya hukum untuk memperoleh haknya apabila terjadi sesuatu

yang diluar kehendak pihak penyelenggara dan pelari

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa

dan konstruksi, yang dilakukan secara metologis, sistematis dan konsisten.

Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis

adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya

hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.9

1. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah penelitian normatif. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum

9 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori

Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), h. 30.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

10

dengan penedekatan yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah

penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma hukum yang

terdapat pada peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta

norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut

kebiasaan yang berlaku di masyarakat.10

Sifat dari penelitian yang

digunakan peneliti adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan prosuder pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan melukiskan keadaan

subyek atau obyek pada saat sekarang berdasarkan dengan fakta yang

nampak.

2. Pendekatan Masalah

Berkaitan dengan tipe penelitian yang peneliti lakukan, peneliti

menggunakan penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach)11

Dalam hal pendekatan menggunakan perundang-undangan (Statute

Approach) peraturan perundang-undangan yang digunakan khususnya

pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

b. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus diterapkan dalam mengamati kasus yang telah

terjadi yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat.

3. Sumber Data

Sumber pada penelitian skripsi ini antara lain mencakup bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non hukum (tersier).

10

Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam

Penelitian Hukum, (Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979), h. 18.

11 Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. III, (Jawa Timur:

Bayumedia Pubishing, 2007), h. 302.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

11

a. Bahan hukum primer

Baham hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

terdiri atas perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.12

Bahan hukum primer merupakan bahan utama. Bahan hukum

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen.

3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yakni bahan yang erat kaitannya dengan

bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder merupakan bahan

hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer, yang berupa rancangan peraturan perundang-undangan, hasil

penelitian, buku-buku, teks, jurnal, media cetak, dan media

elektronik.13

c. Bahan non- hukum (tersier)

Bahan non-hukum (tersier) adalah bahan diluar bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder yang dipandang perlu. Bahan non-

hukum (tersier) dapat berupa buku-buku mengenai Ilmu Ekonomi,

Sosiologi, Filsafat atau laporan-laporan penelitian non-hukum

sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian. Bahan-bahan

12

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Ed. Revisi, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia,

2005), h. 181.

13 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, Dualisme Hukum Normatif dan Empiris,

(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 157-158.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

12

non-hukum tersebut dimaksudkan untuk memperkaya dan

memperluas wawasan peneliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penulisan penelitian hukum normatif

menggunakan prosedur pengumpulan bahan hukum dengan cara studi

kepustakaan (library research) terhadap bahan-bahan hukum maupun non

hukum yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik kepustakaan

(library research) yakni upaya untuk memperoleh data atau upaya mencari

dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan,

artikel, dan serta jurnal hukum yang tentunya relevan dengan penelitian

agar dapat dipakai untuk menjawab suatu pertanyaan atau dalam memecah

suatu masalah.14

5. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan adalah mengelola data

sedemikian rupa sehingga data dan bahan hukum tersebut tersusun secara

sistematis. Sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis dan

menarik kesimpulan dari pembahasan masalah yang ada.

6. Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini akan dikaji dengan analisis kualitatif. Analisis kualitatif

artinya dianalisis dengan data-data yang sudah ada. Metode analisis dan

secara kualitatif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk

menentukan isi atau makna aturan hukum yang djadikan rujukan dalam

menyajikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.15

Data yang sudah ada akan diolah dan dianalisis secara deduktif, yang

selanjutnya dikaitkan dengan norma-norma hukum, doktrin-doktrin

hukum, dan teori ilmu hukum yang ada. Penelitian secara kualitatif ini

mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-

14

Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera, 2009), h.

56.

15 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h. 107.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

13

undanfan dan putusan pengadilan, serta norma-norma yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat.16

7. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam

menyusun skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang

terdapat dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2017”.

E. Rancangan Sistematika Penelitian

Untuk menjelaskan isi skripsi ini secara menyeluruh ke dalam penulisan

yang sistematis dan terstruktur,maka skripsi ini disusun dengan sistematika

penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab sebagai berikut:

BAB I: Dalam bab ini menguraikan mengenai alasan dalam pemilihan

judul, diuraikan juga mengenai Latar Belakang Masalah,

Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Rancangan

Sistematika Penulisan.

BAB II: Dalam bab ini menguraikan kerangka konseptual, tinjauan tentang

hukum perlindungan konsumen, tinjaun tentang perjanjian, dan

tinjauan (review) kajian terdahulu, yang sama sama membahas

mengenai perlindungan konsumen.

BAB III: Dalam bab ini berisi profil penyelenggara ajang Bali Marathon,

tinjauan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, hubungan

hukum antara pelari dengan pihak penyelenggara, dan

perlindungan hukum bagi pelari terhadap perjanjian baku yang

mengandung klausula eksonerasi.

16

Lexi J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002), h. 103.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

14

BAB IV: Dalam bab ini merupakan inti dari penelitian skripsi yaitu berisi

analisis hasil penelitian mengenai perjanjian baku yang

mengandung klausula eksonerasi.

BAB V: Dalam bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian skripsi,

berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi peneliti yang

didapatkan berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

15

BAB II

TEORI PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN DAN PERJANJIAN

BAKU

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan pedoman yang lebih konkrit dari

kerangka teori yang berisi definisi operasional yang menjadi pegangan dalam

penelitian skripsi1 Sumber yang digunakan untuk menentukan definisi

diambil dari perundang-undangan dan penelitian perpustakaan sehingga

metode yang digunakan adalah metode paraphrase2 yaitu menjelaskan arti

dengan menggunakan kalimat yang lain.

1. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen merumuskan

bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen

Konsumen menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,

maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

3. Pelaku Usaha

Pelaku usaha menurut Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 133.

2 Paraphrase adalah istilah linguistic yang berarti pengungkapan kembali suatu konsep

dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Paraphrase

memberi kemungkinan kepada sang penulis untuk memberi penekanan yang agak berlainan

dengan penulis asli.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

16

maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan

usaha dalam berbagai badan ekonomi.

4. Jasa

Jasa menurut Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang

disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.

5. Klausula Baku

Klausula baku menurut Pasal 1 Angka 10 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah setiap aturan dan ketentuan syarat-syarat yang telah

dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku

usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang

mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

6. Bali Marathon

Bali Marathon merupakan ajang lomba lari marathon berbayar yang

diselenggarakan oleh PT. Maybank Indonesia sejak tahun 2012 di Bali.

Ajang tersebut diselenggarakan dengan jarak 42,195 Kilometer (full

marathon), 21,00975 Kilometer (half marathon) dan 10 Kilometer.

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen

1. Teori Perlindungan Hukum

Pada zaman sekarang ini hukum banyak diwarnai dan dibahas dengan

berbagai topik tak terkecuali pembahasan mengenai perlindungan hukum.

Berbicara mengenai perlindungan hukum, hal tersebut merupakan salah

satu hal terpenting dari unsur suatu negara hukum. Dianggap penting

karena dalam pembentukan suatu negara akan dibentuk pula hukum yang

mengatur tiap-tiap warga negaranya.

Sudah lazim untuk diketahui bahwa suatu negara akan terjadi suatu

hubungan timbal balik antara warga negaranya sendiri. Dalam hal tersebut

akan melahirkan suatu hak dan kewajiban satu sama lain. Perlindungan

hukum akan menjadi hak tiap warga negaranya. Namun, disisi lain dapat

dirasakan juga bahwa perlindungan hukum merupakan kewajiban bagi

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

17

negara itu sendiri, oleh karenanya negara wajib memberikan perlindungan

hukum kepada warga negaranya.

Pada teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang menjelaskan

tentang bahasan pada teori ini, antara lain yaitu Fitzgerald, Satjipto

Raharjo, Philips M. Hadjon dan Lily Rasyidi.

Fitzgerald telah mengutip istilah teori perlindungan hukum dari

Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam

suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu

dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain

pihak. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan

manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus

melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat.3 Menurut Satjipto Rahardjo,

perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi

manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum.4

Selanjutnya menurut Philipus M. Hadjon memberikan definisi

mengenai perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah

yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan

tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan

berdasar diskresi dan perlindungan yang represif adalah bertujuan untuk

3 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2000), h. 53.

4 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum..., h. 69.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

18

mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di lembaga

peradilan.5 Sedangkan menurut Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra bahwa

hukum dapat didisfungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang

sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel,melainkan juga predektif dan

antisipatif.6

Berdasarkan pendapat dari 4 tokoh diatas, ada persamaan dan

perbedaan tentang perlindungan hukum. Persamaannya adalah para tokoh

diatas sepakat bahwa kita sebagai rakyat wajib mendapatkan perlindungan

hukum agar hak-hak kita tidak dilanggar. Selanjutnya perbedaannya

adalah Fitzgerald dan Satjipto Rahardjo hanya berpendapat mengenai apa

itu perlindungan hukum dan bagaimana cara mendapatkan perlindungan

hukum tersebut, sedangkan Philipus M. Hadjon, Lili Rasjidi, dan I.B.

Wyasa Putra berpendapat lebih detail bahwa perlindungan hukum bagi

rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.

Jadi bertujuan untuk mencegah adanya sengketa dan cara menanganinnya

setelah terjadi sengketa, sehingga hukum dapat didisfungsikan untuk

mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan

fleksibel, melainkan juga predektif dan antisipatif

Sesuai dengan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa fungsi hukum

adalah melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan yang dapat merugikan

dan menderitakan hidupnya dari orang lain, masyarakat maupun penguasa.

Selain itu, berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta menjadi sarana

untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Pengertian perlindungan hukum menurut Undang-Undang nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yaitu adalah segala daya upaya

yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga

pemerintah, swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan,

5 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum..., h. 54.

6 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Sebuah Sistem, (Bandung: Remaja

Rusdakarya, 1993), h. 118.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

19

penguasaan, dan pemenuhan kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak

asasi yang ada.

Hukum harus memberikan perlindungan terhadap semua pihak sesuai

dengan status hukumnya karena setiap orang memiliki kedudukan yang

sama dihadapan hukum. Aparat penegak hukum wajib menegakkan hukum

dan dengan berfungsinya aturan hukum, maka secara tidak langsung pula

hukum akan memberikan perlindungan pada tiap hubungan hukum atau

segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat yang diatur oleh hukum.

Perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan

implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat

dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip negara

hukum yang berdasarkan pancasila. Setiap orang berhak mendapatkan

perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus

mendapatkan perlindungan dari hukum.

Dapat dilihat secara keseluruhan, bahwa perlindungan hukum adalah

segala upaya perlindungan yang dilakukan oleh seseorang/ pemerintah/

swasta terhadap korban/ saksi/ pihak yang merasa dirugikan berdasarkan

aturan dan prosedur hukum yang berlaku baik secara tertulis maupun tidak

tertulis dalam rangka memenuhi hak-hak korban yang dirugikan oleh

oknum sehingga tercipta rasa aman bagi korban.

2. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan oleh

banyak orang. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu

menjadi bahan pembicaraan di masyarakat. Selama masih banyak yang

dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu,

permasalahan perlindungan konsumen perlu diperhatikan.

Hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen merupakan

dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batasannya. Pada

intinya hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum

konsumen dan tidak dapat dipisahkan. Pada dasarnya, baik hukum

konsumen dan hukum perlindungan konsumen memberikan hal yang

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

20

sama, yakni kepentingan hak-hak (hukum) konsumen. Bagaimana hak-hak

konsumen itu diakui dan diatur didalam hukum, serta bagaimana di

implementasikan dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Az. Nasution hukum konsumen adalah sebagai keseluruhan

asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah

penyediaan penggunaan produk (barang dan/ jasa) antara penyedia dan

penggunaannya dalam kehidupan masyarakat, sedangkan hukum

perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah

yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungannya dengan

masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara

penyedia dan penggunannya dalam kehidupan masyarakat.7 Sedangkan

hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-

kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungannya

dengan penyediaan dan penggunaanya dalam kehidupan masyarakat.8

Menurut N.H.T Siahaan sesungguhnya baik istilah hukum konsumen

dan hukum perlindungan konsumen tidak perlu dibedakan, dengan dua

alasan/pertimbangan yaitu:9

a. Jika membicarakan hukum dalam hubungannya dengan konsumen

atau hukum dalam hubungannya dengan perlindungan konsumen,

maka keduanya tentu tidak luput dari pembahasan mengenai hak-hak

konsumen, kepentingannya, upaya-upaya pemberdayaannya, atau

kesetaraannya dalam hukum dengan pelaku usaha.

b. Seluruh kaidah hukum di negeri ini dapat hadir dan tunduk dibawah

sebuah payung hukum dasar yang bersumber dari Pancasila dan

7 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta: Diadit Media,

2007) h. 22.

8 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar..., h. 22.

9 N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen : Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab

Produk, (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 33.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

21

Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 merupakan segala sumber hukum nasional, yang secara filosofis

memberikan perlindungan keadilan bagi semua bangsa dan golongan

di negeri ini termasuk dalam hukum konsumen. Jadi pada hakikatnya

hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen tidak perlu

dibedakan.

Perlindungan hukum kepada konsumen ini dapat berasal dari lingkup

berbagai disiplin hukum, diantaranya Hukum Privat (Hukum Perdata),

maupun dari Hukum Publik (Hukum Pidana dan Hukum Administrasi

Negara). Keterlibatan berbagai disiplin hukum ini mempertegas

kedudukan hukum perlindungan konsumen berada dalam kajian hukum

ekonomi. Hal ini sesuai dengan sifat hukum ekonomi, yang tidak hanya

melibatkan aspek hukum perdata namun pada saat yang bersamaan juga

melibatkan aspek hukum publik.

Dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

menyatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Menurut Az. Nasution kepastian hukum itu meliputi segala

upaya untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan

pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta mempertahankan

atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha

penyedia kebutuhan konsumen tersebut.10

Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas, meliputi

perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap

kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat

dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.11

10

Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum

Acara Serta Kendala Impelementasinya, Cet. 3, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015) h. 4.

11 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013)

h. 21-22.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

22

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua

aspek, yaitu:12

a. Perlindungan terhadap barang yang diserahkan kepada konsumen

yang tidak sesuai dengan apa yang disepakati atau melanggar

ketentuan undang-undang.

b. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil

kepada konsumen.

Dengan pemahaman bahwa perlindungan konsumen mempersoalkan

perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya

untuk memperoleh barang dan/atau jasa dari kemungkinan timbulnya

kerugian karena penggunaannya, maka hukum perlindungan konsumen

dapat dikatakan sebagai hukum yang mengatur tentang pemberian

perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya

sebagai konsumen.

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Sudikno Mertokusumo mendefinisikan asas hukum bukan sebagai

hukum konkrit merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau

merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam dan

dibelakag setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-

undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat

ditemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam

peraturan konkrit tersebut.13

Hubungan antar konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah yang

seimbang menjadi harapan bagi terwujudnya perlindungan konsumen di

Indonesia. Perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha

bersama seluruh pihak yang terkait, masyarakat, pelaku usaha, dan

12

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 22.

13 Yusuf Shofie, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, (Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2002), h. 25.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

23

pemerintah berdasarkan lima asas, yaitu menurut Pasal 2, Undang-Undang

Perlindungan Konsumen adalah:14

a. Asas Manfaat

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen

dan pelaku usaha secara keseluruhan ;

Asas ini mempunyai makna bahwa dalam menerapkan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen harus memberikan manfaat kepada

pihak-pihak yang bersangkutan yaitu konsumen dan pelaku usaha

sehingga tidak ada satu pihak yang merasa kedudukannya lebih tinggi.

b. Asas Keadilan

Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil;

Asas keadilan mempunyai makna agar antara pelaku usaha dan

konsumen masing-masing memperoleh keadilan dan melakukan

kewajiban dan keadilan dalam menerima hak-haknya, karena itu

Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur hak dan

kewajiban konsumen dan pelaku usaha.

c. Asas Keseimbangan

Asas Keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, konsumen, dan

pemerintah.

Dengan adanya asas ini diharapkan antara kepentingan konsumen,

pelaku usaha, dan pemerintah agar dapat terwujud secara seimbang.

Tidak ada pihak yang merasa dirinya lebih dilindungi dari pihak lain.

14

Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004) h. 25-26.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

24

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Kerja

Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberi jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen

dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang dikonsumsi atau digunakan;

Asas ini mempunyai makna adanya suatu jaminan atas keamanan dan

keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang akan dimanfaatkan atau

digunakan. Bahwa produk yang akan dimanfaatkan atau digunakan

tidak akan mengancam ketentraman, keselamatan jiwa, dan harta

bendanya.

e. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

penyelenggaraan perlindungan hukum bagi konsumen, negara dalam

hal ini turut menjamin adanya kepastian hukum tersebut;

Asas ini dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati

hukum yang berlaku dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-

hari agar memperoleh keadilan. Oleh karena itu, negara menjamin

akan adanya kepastian hukum tersebut.

Memperhatikan substansi pada Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen demikian, tampak bahwa perumusannya mengacu pada

filosofis pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia

seutuhnya yang berlandaskan kepada falsafah Republik Indonesia.

Kelima asas yang disebutkan pada pasal tersebut, jika diperhatikan

substansinya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas, yaitu;

a. Asas kemanfaatan yang didalamnya meliputi asas keamanan dan

keselamatan konsumen.

b. Asas keadilan yang didalamnya meliputi asas keseimbangan, dan

c. Asas kepastian hukum

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

25

Asas kepastian dan keseimbangan yang dikelompokkan ke dalam asas

keadilan, mengingat bahwa hakikat keseimbangan yang dimaksud adalah

juga keadilan bagi kepentingan masing-masing para pihak, yakni

konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah. Sedangkan menyangkut asas

keamanan dan keselamatan konsumen yang dikelompokkan ke dalam asas

manfaat, karena keamanan dan keselamatan konsumen itu sendiri

merupakan bagian dari manfaat penyelenggara perlindungan yang

diberikan kepada konsumen disamping kepentingan pelaku usaha secara

keseluruhan.15

Selain merumuskan asas dalam perlindungan konsumen, Undang-

Undang Perlindungan Konsumen juga merumuskan tujuan perlindungan

onsumen. Perlindungan Konsumen perlu diwujudkan dalam kegiatan

ekonomi yang berhubungan dengan kepentingan konsumen sebagaimana

telah diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang

bertujuan untuk mewujudkan, yaitu;

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang dan/atau

jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta ekses untuk

mendapatkan informasi;

15

Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 26.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

26

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini bermaksud untuk

melindungi kepentingan konsumen. Yang dimaksud kepentingan

konsumen adalah “setiap kepentingan dari benih hidup dalam rahim ibu

sampai dengan tempat pemakaman dan seluruh kepentingan diantara

keduanya”.16

Mengamati asas-asas dan tujuan yang terkandung dalam UUPK

diatas, jelaslah bahwa undang-undang tersebut membawa misi yang besar

dan mulia dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

4. Hak dan Kewajiban Konsumen

Pengertian konsumen dalam arti umum adalah pemakai, pengguna,

dan atau pemanfaat barang dan atau jasa untuk tujuan tertentu.17

Sedangkan pengertian konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Pasal 1 Angka 2 adalah setiap orang pemakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga orang lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk

diperdagangkan. Dengan demikian, konsumen bisa orang-perorangan atau

sekelompok masyarakat maupun makhluk hidup lain yang membutuhkan

barang dan/atau jasa untuk dikonsumsi oleh yang bersangkutan, atau

dengan kata lain barang/jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan.18

16

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar..., h. 25.

17 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010) h. 30.

18 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Edisi Revisi

Cet. 9, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016) h. 194.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

27

Untuk menghindari kerancuan pemakaian istilah “konsumen” yang

mengaburkan dari maksud yang sesungguhnya, pengertian konsumen

dapat terdiri dari 3 (tiga) pengertian, yaitu:

a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau

jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.

b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang

dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan/komersial.

Melihat pada sifat penggunaan barang dan/atau jasa tersebut,

konsumen antara ini sesungguhnya adalah pengusaha yang berbentuk

badan hukum atau tidak, baik pengusaha swasta maupun pengusaha

publik, dan dapat terdiri dari penyedia dana, pembuat produk akhir

yang digunakan oleh konsumen akhir atau produsen, atau penyedia

atau penjual produk akhir seperti supplier, atau pedagang.

c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami (natuurlijkepersoon) yang

mendapatkan barang dan/atau jasa, yang digunakan untuk tujuan

memenuhi kebutuhan hidup pribadinya, keluarga dan/atau rumah

tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah konsumen akhir, yakni pengguna terakhir atau

pemanfaat akhir suatu produk (end user).19

Sebagai payung undang-

undang (umbrela act), Undang-Undang Perlindungan Konsumen

seharusnya dapat mengatur hak-hak konsumen itu secara komprehensif.

Langkah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen harus

diawali dengan upaya untuk memahami hak-hak pokok konsumen, yang

dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak

tersebut.

Dari pengertian di atas, konsumen dalam hal ini mempunyai hak dan

kewajiban yang harus dilindungi dan diperhatikan. Istilah “perlindungan

konsumen” berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu,

19

Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 7.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

28

perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan dengan

perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen. Secara

umum ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu:

(a) Hak untuk mendapatkan keamanan (the right safety);

(b) Hak untuk mendapatkan informasi (the right to informed);

(c) Hak untuk memilih (the right to choose);

(d) Hak untuk didengar (the right to be heard).20

Empat hak dasar yang diakui secara internasional dalam

perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam

The International Organization of Consumer Union (IOCU)

menambahkan lagi beberapa hak, seperti hak untuk mendapatkan

pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.21

Menurut ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen memiliki hak sebagai berikut:22

a. Hak atas keamanan, kenyamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapat barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang diajukan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur dan mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat atau keluhnya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan.

20

Shidrata, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 16-17.

21 Celiana Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,

2011), h. 31.

22 Celiana Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 33-40

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

29

e. Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur secara

tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

Mengingat bahwa pelaku usaha berada dalam kedudukan yang lebih

kuat, baik secara ekonomis maupun dari segi kekuasaan dibanding dengan

konsumen, maka konsumen perlu mendapat advokasi, perlindungan, serta

upaya penyelesaian sengketa secara patut atas hak-haknya. Perlindungan

itu dibuat dalam suatu peraturan perundang-undangan serta dilaksanakan

dengan baik.

Apabila konsumen benar-benar akan dilindungi, maka hak konsumen

yang disebutkan di atas harus dipenuhi, baik oleh pemerintah maupun oleh

produsen karena pemenuhan hak-hak konsumen tersebut akan melindungi

konsumen dari kerugian.23

Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, serta upaya

penyelesaian sengketa secara patut itu perlu ditegaskan dalam suatu

perundang-undangan sehingga semua pihak, baik konsumen itu sendiri,

pelaku usaha, maupun pemerintah mempunyai persepsi yang sama dalam

mewujudkannya. Ini berkaitan dengan upaya hukum dalam

mempertahankan hak-hak konsumen. Artinya, hak-hak konsumen yang

dilanggar dapat dipertahankan melalui jalan hukum, dengan cara dan

prosedur yang diatur di dalam suatu perundang-undangan. Menurut

peneliti, bagian inilah yang paling penting, yaitu bagaimana seorang

konsumen yang dilanggar haknya atau menderita kerugian dapat

23

Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 14-15.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

30

memperoleh haknya kembali. Ini merupakan inti dari penyebutan dan

penegasan tentang adanya hak-hak konsumen. Menetapkan hak-hak

konsumen dalam suatu perundang-undangan tanpa dapat dipertahankan

atau dituntut secara hukum pemenuhannya, tidaklah cukup karena hanya

berfungsi sebagai huruf-huruf mati dan tidak bermanfaat bagi konsumen.

Selain memperoleh hak-hak tersebut, sebagai balance konsumen juga

mempunyai beberapa kewajiban. Kewajiban-kewajiban tersebut diatur

dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakain

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesain hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

Adanya kewajiban konsumen membaca atau mengikuti petunjuk

informasi dan prosedur pemakaian barang dan/atau jasa demi keamanan

dan keselamatan, merupakan hal penting mendapat pengaturan. Adapun

pentingnya kewajiban ini karena sering pelaku usaha telah menyampaikan

peringatan secara jelas pada label suatu produk, namun konsumen tidak

membaca peringatan yang telah dismpaikan kepadanya. Pengaturan

kewajiban ini memberikan konsekuensi pelaku usaha yang tidak

bertanggungjawab jika konsumen yang bersangkutan menderita kerugian

akibat mengabaikan kewajiban tersebut.

5. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Undang-Undang dalam Perlindungan Konsumen juga mengatur

mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha. Hal ini karena pada dasarnya

hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha memiliki saling

ketergantungan satu sama lain dan saling membutuhkan, sehingga sudah

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

31

seharusnya kedudukan konsumen dan pelaku usaha berada pada posisi

yang seimbang.

Pengertian pelaku usaha menurut Undang-Undang Perlindungan

Konsumen Pasal 1 Ayat (3) adalah setiap perseorangan atau badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah

hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen hak-hak pelaku

usaha diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

yaitu:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang bertitikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum

bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang undangan

lainnya.

Sedangkan kewajiban-kewajiban bagi pelaku usaha telah diatur dalam

Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yakni:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

32

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

doperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

C. TINJAUAN UMUM PERJANJIAN BAKU

1. Perjanjian pada Umumnya

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua

pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari

pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi

tuntutan itu. Sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana

seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, munculah suatu

hubugan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.24

Perjanjian berdasarkan definisi yang diberikan dalam Pasal 1313

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah suatu perbuatan yang

mengikatkan dirinya antara satu orang atau lebih terhadap satu orang lain

atau lebih, Sedangkan menurut Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani

24

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2010), h. 1.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

33

pengikatan, seperti telah diuraikan dalam Bab IV buku III KUH Perdata

oleh Pasal 1320 KUH Perdata dirumuskan dalam bentuk:25

a. Kesepakatan yang bebas;

b. Dilakukan oleh pihak yang demi hukum dianggap cakap untuk

bertindak;

c. Untuk melakukan suatu prestasi tertentu;

d. Prestasi tersebut haruslah suatu prestasi yang diperkenankan oleh

hukum, kepatuhan, kesusilaan, ketertiban umum dan kebiasaan yang

berlaku dalam masyarakat luas (atau biasa disebut dengan suatu

klausa yang halal).

Undang-Undang memberikan hak kepada setiap orang untuk secara

bebas membuat dan melaksanakan perjanjian, selama keempat unsur di

atas terpenuhi. Pihak-pihak dalam perjanjian adalah bebas menentukan

aturan main yang mereka kehendaki dalam perjanjian tersebut, dan

selanjutnya untuk melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.

2. Pengertian Perjanjian Baku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perjanjian baku berasal dari

dua kata yaitu kata “perjanjian” dan kata “baku”. Perjanjian adalah

persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masimg-masing

bersepakat dalam menaati apa yang disebut dalam perjanjian itu.

Sedangkan baku adalah tolak ukur yang berlaku untuk kuantitas atau

kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan standar.

Definisi perjanjian baku (klausula baku) menurut para ahli memang

bermacam-macam, sebagaimana peneliti uraikan dibawah ini:

a. Prof. Sutan Remi Sjahdeni, S.H.

Perjanjian baku adalah perjanjian yang hampir seluruh klausul-

klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain

25

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 52.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

34

pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau

meminta perubahan.26

b. Ahmad Miru dan Sutarman Yodo

Perjanjian baku tetap merupakan perjanjian yang mengikat para pihak

yang menandatanganinnya, walaupun harus diakui bahwa klausula

yang terdapat dalam perjanjian baku banyak mengalihkan beban

tanggung gugat dari pihak perancang perjanjian baku kepada pihak

lawannya, namun setiap kerugian yang timbul di kemudian hari akan

tetap ditanggung oleh para pihak yang bertanggung jawab berdasarkan

klausula perjanjian tersebut, kecuali jika klausula tersebut merupakan

klausula yang dilarang berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen.27

c. Munir Fuady

Kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh

satu pihak dalam kontrak tersebut bahkan seringkali kontrak tersebut

sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu

oleh satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut di

tandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data

informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam

klausula-klausulanya, dimana pihak lain dalam kontrak tersebut tidak

mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk

menegoisasi atau mengubah klausula-klausula yang sudah dibuat oleh

salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat

sebelah.28

26

Sutan Reny Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1994), h. 66.

27 Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen..., h. 118.

28 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h.76

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

35

Perjanjian standar atau yang biasa disebut perjanjian baku (klausul

baku) sebenarnya telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Plato (423-347

SM), misalnya pernah memaparkan praktik penjualan makanan yang

harganya ditentukan secara sepihak oleh si penjual. Dalam

perkembangannya, tentu saja penentuan secara sepihak oleh

produsen/penyalur produk (penjual), tidak lagi sekedar masalah harga,

tetapi mencakup syarat-syarat yang lebih detail. Selain itu, bidang-bidang

yang diatur dalam perjanjian standar pun semakin bertambah luas.

Tujuan dibuatnya perjanjian standar atau perjanjian baku yaitu untuk

memberikan kemudahan bagi para pihak yang bersangkutan. Oleh karena

itu, bertolak dari tujuan itu, Mariam Darul Badrulzaman mendefinisikan

perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan

dituangkan dalam bentuk formulir.29

3. Ciri-Ciri Perjanjian Baku

Sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka ciri-ciri

perjanjian baku mengikuti dan menyesuaikan dengan perkembangan

tuntutan masyarakat. Ciri-ciri tersebut yakni:30

a. Bentuk Perjanjian Tertulis

Yang dimaksud dengan perjanjian ialah naskah perjanjian keseluruhan

dan dokumen bukti perjanjian yang memuat syarat-syarat baku. Kata-

kata atau kalimat pernyataan kehendak yang termuat dalam syarat-

syarat baku dibuat secara tertulis berupa akta otientik atau akta di

bawah tangan. Karena dibuat secara tertulis maka, perjanjian yang

memuat syarat-syarat baku itu menggunakan kata-kata atau susunan

kalimat yang teratur dan rapi. Jika huruf yang dipakai kecil-kecil

kelihatan isinya sangat padat dan sulit dibaca dalam waktu singkat.

Contoh perjanjian baku ialah perjanjian jual beli, perjanjian polis

29

Shidarta, Hukum Perlindugan Konsumen..., h.146.

30 Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,

(Bandumg: PT. Citra Aditya Bakti, 1992), h. 2.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

36

asuransi, charter party, sedangkan contoh dokumen bukti perjanjian

ialah konsumen, nota pesanan, nota pembelian, tiket pengangkutan.

b. Format Perjanjian Dibakukan

Format perjanjian meliputi model, rumusan dan ukuran. Format ini

dibakukan artinya sudah ditentukan model, rumusan dan ukurannya,

sehingga tidak dapat diganti, diubah atau dibuat dengan cara lain

karena sudah dicetak. Model perjanjian dapat berupa blanko, naskah

perjanjian lengkap, atau blanko formulir yang dilampiri dengan

naskah syarat-syarat perjanjian yang memuat syarat-syarat baku.

Contoh format perjanjian baku ialah polis asuransi, akta pejabat

pembuat akta tanah, perjanjian sewa beli, penggunaan kartu kredit dan

sertifikat obligasi.

c. Syarat-Syarat Perjanjian Ditentukan oleh Pengusaha

Syarat-syarat perjsnjisn yang merupakan pernyataan kehendak

ditentukan sendiri oleh pengusaha atau organisasi pengusaha. Karena

syarat-syarat perjanjian itu dimonopoli oleh pengusaha, maka sifatnya

cenderung lebih menguntungkan pengusaha daripada konsumen. Hal

ini tergambar dari klausula eksonerasi berupa pembebasan tanggung

jawab pengusaha, tanggung jawab tersebut menjadi beban konsumen.

Penentuan secara sepihak oleh pengusaha dapat diketahui melalui

format perjanjian yang sudah siap pakai, jika konsumen setuju, maka

di tanda tanganilah perjanjian tersebut.

d. Konsumen Hanya Menerima atau Menolak

Jika konsumen bersedia menerima syarat-syarat perjanjian yang

disodorkan kepadanya, maka ditandatanganilah perjanjian tersebut.

Penandatanganan itu menunjukan bahwa konsumen bersedia memikul

beban tanggung jawab walaupun mungkin ia tidak bersalah. Jika

konsumen tidak setuju dengan syarat-syarat perjanjian yang

disodorkan itu, ia tidak boleh menawar syarat yang sudah dibakukan

itu. Menawar syarat-syarat baku berarti menolak perjanjian.

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

37

e. Penyelesaian Sengketa Melalui Musyawarah/Peradilan

Syarat-syarat perjanjian terdapat standar baku mengenai penyelesaian

sengketa. Jika terjadi sengketa dalam dalam pelaksanaan perjanjian,

maka penyelesaiannya dilakukan melalui arbitrase. Tetapi jika ada

pihak yang menghendaki, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian

sengketa melalui Pengadilan Negeri.

f. Perjanjian Baku Menguntungkan Pengusaha

Kenyataan menunjukkan bahwa kecenderungan perkembangan

perjanjian ialah dari lisan ke bentuk tulisan, dari perjanjian tertulis

biasa ke perjanjian tertulis yang dibakukan, syarat-syarat baku dimuat

lengkap dalam naskah perjanjian atau ditulis sebagai lampiran yang

tidak terpisah dengan formulir perjanjian, atau ditulis dalam dokumen

bukti perjanjian. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa perjanjian

baku yang dirancang secara sepihak oleh pengusaha menguntungkan

pengusaha berupa;

1) Efisiensi biaya, waktu dan tenaga;

2) Praktis karena sudah tersedia naskah yang dicetak berupa formulir

atau blanko yang siap diisi dan ditandatangani;

3) Penyelesain cepat karena konsumen hanya menyetujui dan atau

menandatangani perjanjian yang disodorkan kepadanya;

4) Homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang banyak.

4. Jenis Perjanjian dengan Klausula Baku

Prof Mariam Darus Badrulzaman membedakan macam-macam jenis

perjanjian dengan klausula baku dalam 4 (empat) jenis yaitu;

a. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh

pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang

kuat di disini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi

(ekonomi) kuat dibanding pihak kreditor;

b. Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya

ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjan baku yang

pihak-pihaknya terdiri dari pihak majikan (kreditur) dan pihak lainnya

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

38

buruh (debitur). Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi,

misalnya dalam perjanjian buruh kolektif;

c. Perjanjian baku yang ditetapkan pemerintah, ialah perjanjian baku

yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan

hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai

obyek hak-hak atas tanah;

d. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat

adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula adalah

disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang

minta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. Di dalam

kepustakaan Bealanda, jenis keempat ini disebut dengan kontrak

model.31

Secara umum bentuk perjanjian dengan syarat-syarat baku atau

klausula baku terdiri dari 2 bentuk, bentuk dokumen dan bentuk

persyaratan-persyaratan dalam perjanjian. Lebih lanjut Az. Nasution

menjabarkan menjadi:

1) Dalam bentuk dokumen

Perjanjian baku dalam bentuk dokumen mempunyai bentuk-bentuk

lain, yaitu syarat-syarat khusus yang termuat dalam berbagai kuitansi,

tanda penerimaan atau tanda penjualan, kartu-kartu tertentu, pada

papan pengumuman yang diletakkan di ruang penerimaan tamu atau

di lapangan atau secarik kertas tertentu yang termuat di dalam

kemasan atau wadah produk yang bersangkutan.

2) Dalam bentuk perjanjian

Perjanjian baku dakam bentuk perjanjian merupakan suatu perjanjian

yang konsepnya atau draftnya telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Perjanjian ini disamping memuat aturan yang umumnya tercantum

dalam suatu perjanjian, memuat pula persyaratan khusus berkenaan

31

Mariam Darus Badrulzaman, “Beberapa Guru Besar Berbicara Tentang Hukum dan

Pendidikan Hukum”, Kumpulan Pidato Pengukuhan (Bandung: Alumni, 1981), h. 98.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

39

dengan pelaksanaan perjanjian, syarat tentang resiko tertentu, hal-hal

tertentu yang tidak ditanggung dan/atau berbagai persyaratan lain

yang menyimpang dari ketentuanyang berlaku. Berkaitan dengan

masalah berlakunya ketentuan syarat umum yang telah ditentutkan

atau ditunjuk oleh perusahaan tertentu, termuat pula ketentuan tentang

ganti rugi dari jaminan-jaminan tertentu dari suatu produk.32

5. Klausula Eksonerasi

Rikjen mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang

dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak

menghindarkan diri untuk memnuhi kewajibannya membayar ganti rugi

seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan

melanggar hukum.33

Tidak semua kontrak baku adalah klausula eksonerasi. Jika melihat

pada Pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, klausula

baku dan klausula eksonerasi berbeda dan tidak sama. Artinya klausula

baku adalah klausula yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya

tidak boleh mengarah kepada klausula eksonerasi. Klausula eksonerasi

hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik.

Eksonerasi yang timbul karena kesengajaan pengusaha/penyedia jasa dan

menyebabkan kerugian bagi konsumen, bertentangan dengan kesusilaan.

Karena itu pengadilan dapat mengesampingkan klausula eksonerasi

tersebut.34

Pada umumnya syarat-syarat eksonerasi itu dituangkan dalam 3 (tiga)

macam bentuk yuridis, yaitu:

32

Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar..., h. 99-101.

33 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni 1994), h. 47.

34 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis..., h. 76.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

40

a. Bentuk bahwa tanggungjawab untuk akibat hukum karena tidak atau

kurang baik memenuhi kewajiban-kewajiban, dikurangi atau

dihapuskan (misalnya ganti kerugian dalam hal ingkar janji);

b. Bentuk bahwa kewajiban-kewajiban sendiri, yang biasanya

dibebankan pada pihak untuk mana syarat dibuat, dibatasi atau

dihapuskan (misalnya perluasan pengertian keadaan darurat);

c. Bentuk bahwa kewajiban-kewajiban dicipta syarat-syarat pembebasan

(vrijwarings bedingen); salah satu pihak dibebankan dengan

kewajiban untuk memikul tanggungjawab pihak lain yang mungkin

ada untuk kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.

Syarat-syarat eksonerasi ini merupakan suatu ketentuan yang dibuat

untuk menghindari adanya ketidakadilan yang menyebabkan kerugian bagi

salah satu pihak dalam pelaksanaan perjanjian.

D. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

Untuk menghindari kesamaan pada penulisan skripsi ini dengan penelitian

tentang klausula eksonerasi dalam hukum perlindungan konsumen, maka

penulis melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian terlebih dahulu,

diantaranya penelitian-penelitian tersebut yakni :

1. Skripsi yang disusun oleh Tiara Agustavia, dari Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2016, dengan judul “Perlindungan Konsumen Terhadap Perjanjian Baku

Pada Jual Beli Perumahan. Penelitian ini membahas tentang perjanjian

yang mengandung klausula merugikan yang terdapat pada tranksaksi jual

beli perumahan yang berakibat pada hangusnya uang konsumen.

Perbedaannya terdapat pada objek kajian yakni pada penelitian skripsi ini

membahas tentang klausula eksonerasi yang terdapat dalam ajang lomba

lari di Bali Marathon.

2. Buku yang ditulis oleh Janus Sidabalok tahun 2014, dengan judul

“Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”. Dalam buku ini

dijelaskan tentang bagaimana perlindungan konsumen, hubungan hukum

antara konsumen dan pelaku usaha serta akibat hukum dari pelanggaran

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

41

terhadap konsumen. Perbedaannya peneliti lebih mengacu kepada

perlindungan konsumen dalam bisnis jasa. Konsumen dirugikan karena

adanya perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi.

3. Jurnal Al’adl Volume IX Nomor 3 Desember 2017 yang ditulis oleh

Zakiyah mengenai “Klausula Eksonerasi Dalam Perspektif Perlindungan

Konsumen”. Jurnal ini hanya terfokus pada keberadaan klausula

eksonerasi terhadap perlindungan konsumen. Sedangkan peneliti

menjelaskan lebih detail pencantuman perjanjian baku yang mengandung

klausula eksonerasi pada ajang Bali Marathon.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

42

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN

BAKU DALAM AJANG BALI MARATHON

A. Profil Penyelenggara Ajang Bali Marathon (Maybank Indonesia)

Nama : PT Bank Maybank Indonesia Tbk

Alamat Kantor Pusat : Sentral Senayan III

Jl. Asia Afrika No. 8

Kelurahan Gelora Kecamatan Tanah Abang

Jakarta Pusat

DKI Jakarta Raya 10270

Telepon : +62 21 29228888

Fax : +62 21 29228914

Website : www.maybank.co.id

Email : [email protected]

Tanggal berdiri : 19 Mei 1959

Bidang Usaha : Bank Umum

Status/Dasar Hukum : Ijin usaha sebagai Bank Umum melalui Surat

Keputusan Menteri Keuangan Republik

Indonesia No. 138412/U.M.II tanggal 13 Oktober

1959, yang telah diubah dengan Surat Keputusan

Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan No.

18/KDK.03/2015 tanggal 23 September 2015 Ijin

usaha sebagai Bank Devisa melalui Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia No.

21/11/Dir/UPPS tanggal 9 November 1988

Visi : Menjadi penyedia layanan keuangan terkemuka di

Indonesia, yang didukung oleh sumber daya

manusia yang berkomitmen penuh dan inovatif

untuk menciptakan nilai dan melayani komunitas

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

43

Misi : 1. Menyediakan akses layanan perbankan

2. Memberikan persyaratan dan harga yang

wajar

3. Memberikan advice kepada nasabah

berdasarkan kebutuhan

4. Berada di tengah komunitas

PT. Bank Maybank Indonesia Tbk (“Maybank Indonesia” atau “Bank”)

adalah salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia yang merupakan

bagian dari grup Malayan Banking Berhad (Maybank), salah satu grup

penyedia layanan keuangan terbesar di ASEAN. Sebelumnya, Maybank

Indonesia bernama PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) yang

didirikan pada 19 Mei 1959, mendapatkan ijin sebagai bank devisa pada 1988

dan mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta

dan Surabaya (sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia) pada

1989.

Maybank Indonesia merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang

memiliki jaringan regional maupun internasional Grup Maybank. Maybank

Indonesia menyedia serangkaian produk dan jasa komprehensif nagi nasabah

individu maupun korporasi melalui layanan Community Financial Services

(Perbankan Ritel dan Perbankan Non-Ritel) dan Perbankan Global, serta

pembiayaan otomotif melalui entitas anak yaitu WOM Finance untuk

kendaraan roda dua dan Maybank Finance untuk kendaaraan roda empat.

Maybank Indonesia juga terus mengembangkan layanan dan kapasitas E-

banking melalui Mobile Banking, Internet Banking, Maybank2U (mobile

banking berbasis internet banking), MOVE (Maybank Online Savings

Opening) dan berbagai saluran lainnya.

Per 31 Desember 2017, Maybank Indonesia memiliki 407 cabang

termasuk cabang Syariah dan Kantor Fungsional Mikro yang tersebar di

Indonesia serta dua cabang luar negeri (Maurutius dan Muambai, India), 19

Mobil Kas Keliling dan 1.606 ATM termasuk CDM (Cash Deposit Machine)

yang terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM tergabung dalam jaringan

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

44

ATM Prima, ATM Bersama, ALTO, CIRRUS dan terhubung dengan 3.500

ATM Maybank di Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Hingga akhir

tahun 2017, Maybank Indonesia mengelola simpanan nasabah sebesar Rp

121,3triliun dan memiliki total asset senilai Rp 173,3 triliun.1

Pada tanggal 30 Januari 2018, PT. Bank Maybank Indonesia Tbk

(Maybank Indonesia) mengumumkan tanggal berlangsungnya Maybank Bali

Marathon 2018 (MBM 2018) yaitu pada tanggal 9 September 2018 yang akan

dilaksanakan di Gianyar, Bali. Maybank Bali Marathon merupakan lomba lari

marathon yang diselenggarakan Maybank Indonesia sejak 2012 yang

memperlombakan ajang marathon dengan jarak 42,195 Kilometer (Full

Marathon), 21,0975 Kilometer (half marathon) dan 10 Kilometer.

Jumlah peserta Maybank Bali Marathon (MBM) 2018 yang akan

berlangsung pada tanggal 9 September 2018 meningkat dibanding

penyelenggaraan tahun sebelumnya. Hal ini dikemukakan Presiden Direktur

PT. Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) dalam konferensi pers

yang berlangsung di Jakarta mengenai persiapan final penyelenggaraan

Maybank Bali Marathon (MBM) 2018. Tahun lalu tercatat 9.637 peserta

mendaftarkan diri di Maybank Bali Marathon. Tahun ini, lebih dari 10.000

peserta, tepatnya adalah 10.749 atau setara dengan kenaikan sebanyak 12,9

persen, papar Taswin.

Dari jumlah tersebut, 2.724 orang terdaftar sebagai peserta kategori 42,195

(full marathon), dengan 207 peserta berasal dari luar negeri. Para peserta itu

antara lain datang dari Kenya, Ethiopia, Australia, dan lain-lain. 4.912 orang

terdaftar sebagai peserta kategori 21,0975 Kilometer (half marathon), dengan

384 peserta berasal dari luar negeri. Selanjutnya, 1.113 orang terdaftar

sebagai peserta kategori 10 Kilometer, dengan 273 peserta berasal dari luar

1 https://www.maybank.co.id/about/Pages/Overview.aspx (diakses pada tanggal 17 Juni 2018

pukul 16.45 WIB).

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

45

negeri.2 Dari tahun ke tahun ajang Bali Marathon selalu mengalami

peningkatan jumlah peserta.

B. Peranan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

1. Pengertian dan Latar Belakang

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) merupakan sebuah

organisasi masyarakat yang bersifat nirlaba dan independen yang didirikan

pada tanggal 11 Mei 1973. Keberadaan Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) diarahkan pada usaha meningkatkan kepedulian kritis

konsumen atas hak dan kewajibannya, dalam upaya melindungi dirinya

sendiri, keluarga, serta lingkungannya. Tujuan berdirinya Yayasan

Lembaga Konsumen Indonesia adalah untuk meningkatkan kesadaran

kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat

melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya. Untuk mencapai tujuannya

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia melaksanakan berbagai kegiatan

yang diorganisasikan dalam berbagai bidang berikut:

a) Bidang Penelitian

Bidang penelitian bertujuan untuk memberikan informasi yang

objektif mengenai mutu barang karena informasi yang tersedia hanya

berasal dari produsen secara sepihak.

b) Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan

pengetahuan konsumen, misalnya, tentang hak dan kewajibannya

sebagai konsumen, bagaimana menjadi konsumen yang baik dan

bijak, dan sebagainya. Kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan

bidang ini, antara lain, ceramah, menyusun materi penyuluhan,

membimbing mahasiswa dan pelajar, serta membuat karya tulis.

c) Bidang Penerbitan

Bidang penerbitan bertujuan untuk menyebarluaskan pandangan dan

2 https://olahraga.kompas.com/read/2018/08/28/16480608/maybank-bali-marathon-2018-

siap-digelar-ini-jumlah-pesertanya (diakses pada tanggal 26 Juni 2018 pukul 08.15 WIB).

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

46

hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia tentang

produk dan soal-soal lain sekitar perlindungan konsumen.

d) Bidang Pengaduan

Bidang pengaduan, yaitu menerima pengaduan dari masyarakat dan

kemudian mencoba mencari jalan penyelesaiannya, antara lain,

dengan bekerja sama, baik dengan produsen terkait maupun dengan

pemerintah. Pengaduan yang ditindaklanjuti dapat berupa pengaduan

langsung dari konsumen ataupun pengaduan yang disampaikan melaui

media massa.

e) Bidang Umum dan Keuangan

Bidang umum dan keuangan berupa bidang yang berkaitan dengan

organisasi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia sehingga dapat

berjalan sebagaimana direncanakan.

Pada awalnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia berdiri karena

keprihatinan sekelompok ibu-ibu akan kegemaran konsumen Indonesia

pada waktu itu dalam mengkonsumsi produk luar negeri. Terdorong oleh

keinginan agar produk dalam negeri mendapat tempat di hati masyarakat

Indonesia maka para pendiri Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

tersebut menyelenggarakan aksi promosi berbagai jenis hasil industri

dalam negeri.

Latar belakang berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

pada 11 Mei 1973 berawal dari kepedulian sekelompok masyarakat akan

penggunaan produk-produk dalam negeri serta bagaimana melindunginya.

Sedangkan tujuan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia adalah

memberi bimbingan dan perlindungan kepada masyarakat konsumen

menuju kesejahteraan keluarga.

2. Kedudukan dan Tugas

Berdasarkan Pasal 1 Bab 9 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) adalah

lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang

mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen. Sedangkan

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

47

tugasnya dalam Pasal 44 Angka 3 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen adalah:

a) Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas

hak dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b) Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan

c) Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen.

d) Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen.

e) Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap

pelaksanaan perlindungan konsumen.

3. Visi dan Misi

Seperti lembaga yang lainnya, Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia juga memiliki visi dan misi yang ingin dicapainya. Visi dari

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yaitu, tatanan masyarakat yang

adil dan konsumen berani memperjuangkan hak-haknya secara individual

dan kelompok. Sebagai organisasi yang bergerak di perlindungan

konsumen, sesuai dengan visi yang ingin dicapainya, Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia juga memiliki misi, yaitu:

a) Melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen.

b) Memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok konsumen.

c) Mendorong keterlibatan masyarakat sebagai kebijakan publik.

d) Mengantisipasi kebijakan global yang berdampak bagi konsumen.3

Selain visi dan misi dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

terdapat nilai-nilai dasar dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

yaitu, non partisipan, tidak diskriminatif, demokratis keadilan sosial,

keadilan gender, keadilan antar generasi, hak asasi, solidaritas konsumen,

dan independen. Keberadaan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

3 https://ylki.or.id/profil/visi-misi/ (diakses pada tanggal 13 Agustus 2018 pukul 14.24 WIB).

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

48

diharapkan mampu meberi manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa

dibatasi berbagai perbedaan sosial dan ekonomi. Kesadaran atas hal ini

ditunjukkan secara nyata melalui keterlibatan para pendiri dan simpatisan

organisasi ini yang berasal dari beragam etnis, suku, agama, dan profesi,

serta latar belakang pemikiran dan ideologi yang berbeda-beda.

C. Hubungan Hukum Antara Pihak Penyelenggara Dengan Pelari Dalam

Ajang Bali Marathon

Hubungan hukum (rechtbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subyek

hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan

dengan hak dan kewajiban pihak lain. Hubungan hukum memiliki syarat-

syarat yaitu adanya dasar hukum dan adanya peristiwa hukum.4 Hubungan

hukum dapat terjadi antara sesama subyek hukum dan antara subyek hukum

yang benda. Hubungan antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara

orang, orang dengan badan hukum, dan antara sesama badan hukum.

Hubungan hukum antara subyek hukum dengan benda berupa hak apa yang

dikuasai oleh subyek hukum itu atas benda tersebut, baik benda berwujud,

benda bergerak, atau benda tidak bergerak.5

Pada Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui

perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalm berbagai bidang ekonomi.

Sedangkan pada Pasal 1 Angka 2, konsumen adalah setiap orang pemakai

barang dan/atau jasa yang tersedia dalm masyarakat, baik bagi kepentingan

4 Soeroso R, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), h. 269-271.

5 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h.

269.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

49

diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk

diperdagangkan.

Menurut Ernest Barker, agar hak-hak konsumen itu sempurna harus

memenuhi 3 (tiga) syarat, yakni hak itu dibutuhkan untuk perkembangan

manusia, hak itu diakui oleh masyarakat dan hak itu dinyatakan demikian dan

karena itu dilindungi dan dijamin oleh lembaga negara.6 Di indonesia hak-hak

konsumen diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

terutama huruf b yang menyatakan “hak untuk memilih barang dan/atau jasa

serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jamninan yang dijanjikan”, dan huruf c menyatakan bahwa “hak

atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa”. Dengan menggunakan kedua ayat pada Pasal 4

Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut, maka dapat diketahui

bahwa konsumen berhak atas segala janji yang dijanjikan oleh pelaku usaha

dalam mempromosikan barang dan/atau jasa serta berhak atas segala

informasi terkait barang dan/atau jasa. Untuk itu dapat dikatakan bahwa

pelaku usaha di sisi lain berkewajiban untuk menepati janji-janji serta

memberikan segala informasi terkait barang dan/atau jasa.

Selain pengaturan mengenai hak-hak konsumen, diatur juga mengenai

kewajiban dari pelaku usaha pada Pasal 7 huruf b Undang-Undang

Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “kewajiban pelaku usaha

memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,

perbaikan, dan pemeliharaan, dimana kewajiban dari pelaku usaha tersebut

dapat dilihat juga sebagai hak dari konsumen”.

Pelaku usaha dalam memberikan informasi barang dan/atau jasa harus

memperhatikan ketentuan dari Pasal 9 dan 10 Undang Undang Perlindungan

Konsumen bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan,

6 Adrian Sutendi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2008), h. 50.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

50

mengiklankan suatu barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan sebelum konsumen membeli atau

memperoleh barang dan/atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku usaha.

Berkaitan dengan hal tersebut, hubungan hukum antara pihak

penyelanggara dengan runner telah terjadi ketika pihak penyelenggara

sebagai pelaku usaha memberikan janji-janji serta informasi terkait acara

lomba lari marathon tersebut, selain itu adanya transaksi tiket pembayaran

peserta lomba lari marathon untuk sejumlah fasilitas yang dijanjikan juga

menjadi salah satu alasan kuat bahwa hubungan hukum antara pihak

penyelenggara dengan runner adalah hubungan hukum antar pelaku usaha

dengan konsumen, dimana pelaku usaha telah sepakat terhadap apa yang

dijanjikan pada saat memberikan janji-janji pada sebuah iklan, ataupun

selebaran, atau brosur, sehingga janji-janji rersebut akan berlaku sebagai

undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Peristiwa hukum yang

terjadi terhadap pelaku usaha dengan konsumen tersebut adalah perdagangan

berupa jasa. Hubungan hukum tersebut tersebut didasarkan pada Pasal 1320

dan 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),

Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan empat

syarat sahnya perjanjian, yaitu:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum

3. Adanya objek

4. Adanya kausa yang halal.7

Namun, harus dipahami bahwa maksud dari Pasal 1320 KUH Perdata yang

merupakan hukum peninggalan kolonial Belanda adalah asas kebebasan

berkontrak dapat diterapkan apabila kedudukan para pihak seimbang. Apabila

kedudukan para pihak tidak seimbang, penerapan asas kebebasan berkontrak

akan membawa kecenderungan terjadinya eksploitasi dari pihak yang kuat

(produsen/pelaku usaha) kepada pihak yang lemah (konsumen).8

7 Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang, (Jakarta: FSH Press, 2016), h. 57

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

51

Di Indonesia, hukum perjanjian menganut beberapa asas hukum, salah

satunya yaitu asas kebebasan berkontrak (freedom of contract). Dengan

adanya asas ini para pihak yang membuat dan mengadakan perjanjian

diperbolehkan untuk menyusun dan membuat kesepakatan atau perjanjian

yang melahirkan kewajiban apa saja, selama dan sepanjang prestasi yang

dilakukan tersebut bukanlah sesuatu yang terlarang.

Sistem hukum perdata mengenal asas kebebasan berkontrak, sebagaimana

dianut dalam KUH Perdata buku III Perikatan. Asas ini disebut dengan

(freedom of contract atau laissez faire). Asas kebebasan berkontrak yang

biasa disebut dengan “sistem terbuka”, artinya bahwa setiap orang bebas

untuk mengadakan perjanjian baik yang sudah diatur maupun yang belum

diatur di dalam undang-undang.9 Asas ini terkandung di dalam Pasal 1338

KUH Perdata.

Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang merupakan

tiangnya Hukum Perdata berkaitan dengan penjabaran dari asas kebebasan

berkontrak, yaitu:

a. Bebas membuat jenis perjanjian apapun

b. Bebas mengatur isinya

c. Bebas mengatur bentuknya.10

D. Perlindugan Hukum Konsumen Terhadap Klausula Eksonerasi Dalam

Ajang Lomba Lari Marathon

Fitzgerald telah mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,

perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara

8 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, (Bandung: Citra Aditya, 1999), h. 52.

9 Syafrudin Makmur, Hukum Kontrak Dagang..., h. 5.

10 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), h. 18.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

52

membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah

mengurusi hak dan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan

masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-

anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat.11

Pengertian perlindungan hukum menurut Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yaitu adalah segala daya upaya yang

dilakukan secara sadar oleh setiap orang maupun lembaga pemerintah, swasta

yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan pemenuhan

kesejahteraan hidup sesuai dengan hak-hak asasi yang ada.

Menurut Philipus M. Hadjon, bahwa sarana perlindungan hukum ada dua

macam, yaitu :12

a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif

Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan

kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya sengketa.

b. Sarana Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum yang refresif bertujuan untuk menyelesaikan

sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan

Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan

hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah

tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena

menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan

11

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2000), h. 53.

12 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1987), h. 29-30.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

53

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada

pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan

pemerintah.

Pada dasarnya perlindungan terhadap pelari sudah diawali dengan adanya

asas keseimbangan dan keselarasan yang tercantum dalam norma dasar

negara kita, yakni Pancasila khususnya sila ke lima yaitu”Keadilan Sosial

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Berdasarkan asas keseimbangan ini maka

tidak dikehendaki adanya suatu hubungan yang timpang diantara sesama

manusia Indonesia dimana yang satu lebih kuat dan mendominasi yang

lainnya.

Asas ini kemudian dituangkan dalam batang tubuh UUD 1945, mengatur

bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya. Ini berarti tidak ada seorang warga negara pun

yang memiliki kedudukan istimewa di muka hukum. Begitu pula halnya

terhadap runner maupun penyelenggara yang ada dalam perjanjian ajang

lomba lari Bali Marathon. Semua adalah sederajat dan memiliki hak-hak yang

seimbang satu sama lain. Namun, demikian mengingat kedudukannya sebagai

dasar negara dan UUD, perlindungan yang diberikan ini masih begitu umum

dan abstrak, sehingga masih memerlukan peraturan perundang-undangan lain

dibawahnya.

Secara garis besar, perlindungan hukum bagi pelari atas penggunaan

klausula eksonerasi dalam perjanjian baku ajang lari marathon dapat diambil

dari dua sumber hukum, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang ini tidak pernah menyebutkan dan memberikan definisi

baku dari standart contract perjanjian baku dalam ajang lomba lari

marathon, yang ada hanyalah tentang klausula baku dan secara singkat

diatur dalam Pasal 18. Namun, bukan berarti UUPK tidak memberikan

perlindungan terhadap runner atas adanya standart contract tersebut,

perlindungan itu tetap ada walaupun hanya bersifat umum. Perlindungan

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

54

umum yang dimaksud, disebutkan dalam Pasal 2 UUPK yang

menyebutkan adanya lima asas perlindungan konsumen, yakni asas

manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan, serta asas

kepastian hukum.

Selanjutnya, perlindungan terhadap runner ada pula dalam ketentuan Pasal

7 butir a dan b UUPK. Dalam pasal ini diurakan bahwa pelaku usaha

termasuk PT Maybank Indonesia sebagai pihak penyelenggara jasa dalam

ajang lomba lari marathon berkewajiban untuk melakukan kegiatan usaha

dengan beritikad baik dan untuk memberikan informasi yang benar, jelas,

dan jujur mengenai kondisi jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

Dilatar belakangi oleh kegiatan tersebut, lebih khusus UUPK memberikan

pembatasan dalam pasal 18 Ayat (1) dan (2) yang intinya pelaku usaha

dalam menawarkan produk barang dan/atau jasa yang ditujukkan untuk

diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada

setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan

tanggung jawab serta pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku

yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas,

atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Adapun maksud pembatasan

pencantuman klausula baku dalam standart contract ini adalah untuk

menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha

berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak. Sehubungan dengan

perlindungan terhadap konsumen, yang perlu mendapat perhatian utama

dalam perjanjian baku adalah mengenai klausula eksonerasi (exoneratie

klausule exemption clausule). Yaitu klausula yang berisi pembebasan atau

pembatasan pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha yang lazimnya

terdapat dalam jenis perjanjian tersebut. Konsep itu sudah tidak sesuai lagi,

sebab sudah tidak selaras dengan nafas hukum yang terus berkembang.13

13

Bure Teguh Satria, “Eksistensi Dan Akibat Hukum Klausula Eksonerasi”, Jurnal Lex

Privatum, Vol. 2, No. 3, Agustus-Oktober 2014.

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

55

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

Secara substansial, hukum keperdataan yang di Indonesia secara umum

diatur dalam KUH Perdata, merupakan area hukum yang sangat luas dan

paling dinamis. Khususnya dalam lapangan hukum perjanjian yang

bersifat terbuka sehingga memberi kesempatan kepada para pihak untuk

membuat jenis perjanjian baru yang sebelumya tidak pernah ada dan tidak

diatur dalam KUH perdata itu sendiri. Perjanjian dalam lomba lari

marathon merupakan salah satu perjanjian baru yg sebelumnya pernah ada

dan diatur dalam KUH Perdata. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa

perjanjian dengan jenis baru tersebut dapat membebaskan para pihak untuk

tidak tunduk pada ketentuan KUH Perdata. KUH perdata terus berlaku

sepanjang mengenai asas dan prinsip dasar dari perjanjian. Hal ini berarti

bahwa perjanjian dalam lomba marathon juga harus tunduk pada ketentuan

yang berlaku dalam hukum perjanjian yang terdapat dalam buku III KUH

Perdata.

Dalam Pasal 1320 KUH perdata tentang syarat syahnya perjanjian telah

diketahui bahwa pada dasarnya setiap orang dapat membuat perjanjian

asalkan syarat sahnya suatu perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320

KUH Perdata telah terpenuhi. Syarat-syarat tersebut adalah adanya

kesepakatan kedua belah pihak, cakap hukum, adanya objek, dan sebab

yang halal. Begitu pula dalam perjanjian lomba marathon, untuk dapat

berlaku sah dan mengikat diantara para pihak yang membuatnya, maka

terpenuhinya ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata menjadi suatu syarat.

Akan tetapi pihak penyelenggara acapkali tidak mengindahkan apa yang

disyaratkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Disini pihak penyelenggara

lomba lari marathon sebagai pelaku usaha masih mencantumkan klausula

eksonerasi dalam perjanjian baku. Klausula tersebut sangat bertentangan

dengan asas kepatutan. Seperti diketahui, kepatutan adalah sesuatu yang

oleh masyarakat dianggap layak dan patut sehingga harus diperhatikan

dikehidupan sehari-hari. Dalam suatu perjanjian, memperjanjikan sesuatu

yang belum pasti adalah sesuatu hal yang tidak patut. Ini berarti para pihak

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

56

yang memperjanjikan sesuatu yang salah satu pihak belum mengerti dan

memahaminya. Ditinjau dari sisi runner, tentu saja dapat merugikan

dikarenakan bisa saja ketentuan-ketentuan yang ada di kemudian hari itu

akan sangat memberatkan posisinya, sementara pihak penyelenggara

lomba dengan berdalih pada klausula yang sama, menghendaki agar

perjanjian terus dilaksanakan. Walaupun pada akhirnya perjanjian seperti

ini disepakati oleh para piha, namun tetap saja mengandung konsekuensi

yuridis perjanjian menjadi batal demi hukum dikarenakan tidak memenuhi

syarat obyektif perjanjian.

Selanjutnya, dalam Pasal 1338 Ayat (3) menyebutkan bahwa harus adanya

itikad baik. Menurut R. Setiawan, itikad baik dalam suatu perjanjian itu

dianggap ada apabila perjanjian di buat dan dilaksanakan menurut

kepatutan dan keadlian. Artinya itikadbaik itu tidak boleh ditafsirkan

secara sempit, yakni hanya pada saat pembuatan perjanjian saja, tetapi juga

termasuk rangkaian dari proses hubungan timbal balik yang terjadi antara

pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Saat pelaksanaan perjanjian tidak

bisa dipisahkan dengan saat pembuatan atau penandatanganan perjanjian.

Demikian pula saat penandatanganan perjanjian tidak bisa dipisahkan

dengan periode negoisasi yang mendahuluinya. Oleh karena itu, itikad

baik tidak hanya disyaratkan pada pelaksanaan melainkan juga pada saat

pembuatan dan bahkan pada periode negoisasi yang mendahului lahirnya

suatu perjanjian. Selain itu, sesuatu yang diperjanjikan itu harus layak,

mengandung nilai-nilai etis, serta memberikan hak dan tanggung jawab

yang seimbang bagi semua pihak. Adanya itikad baik dalam pasal 1338

ayat 3 KUH Perdata berlaku mutlak dan tidak dapat disimpangi. Ini

berarti, walaupun para pihak telah bersepakat untuk mencantumkan

klausula-klausula eksonerasi yang berat sebelah.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

57

Artinya : “Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai

subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila

telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang

menghembus pada buhul-buhul dan dari kejahatan pendengki bila ia

dengki." (Q.S Al- Falaq ayat 1-5)

Dalam Surat Al-Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan

dari keburukan yang samar dan mengajarkan kepada manusia hanya

kepada Allah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan. Ayat

Al-Quran pada surat ini bisa menjadi acuan perlindungan konsumen pada

umumnya.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

58

BAB IV

UPAYA HUKUM DAN AKIBAT PERJANJIAN BAKU DALAM AJANG

BALI MARATHON

A. Penyimpangan Penggunaan Klausula Eksonerasi Pada Peraturan

Peserta Lomba Ajang Lomba Lari Terhadap Undang-Undang

Perlindungan Konsumen

Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini adalah peraturan-peraturan dalam

ajang lomba lari Bali Marathon yang isinya bertentangan dengan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen yang berlaku, karena pihak penyelenggara

selaku kreditur telah menggunakan perjanjian baku yang mengandung

klausula eksonerasi yang dimana pencantuman klausula eksonerasi dilarang

dalam Pasal 18 Ayat (2) UUPK, berikut peraturan-peraturan dalam ajang Bali

Marathon yang mengandung klausula eksonerasi :

SYARAT DAN KETENTUAN

1. Peserta Marathon penuh wajib berusia 18 tahun atau lebih. Peserta Half

Marathon wajib berusia 17 tahun atau lebih. Peserta 10km wajib berusia

12 tahun atau lebih. Penyelenggara berhak melakukan verifikasi atas usia

peserta sebelum, pada saat, dan sesudah lomba. Pengecualian atas hal ini

hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan Penyelenggara.

2. Penyelenggara berhak menutup pendaftaran jika seluruh kuota pesertanya

telah terisi penuh.

3. Pendaftaran akan diproses setelah pembayaran pendaftaran selesai

dilakukan.

4. Pemindahtanganan dan/atau praktek jual-beli pendaftaran lomba tidak

diperbolehkan. Penyelenggara berhak untuk melakukan pembatalan

pendaftaran apabila ditemukan indikasi pemindahtanganan dan/atau

penjualan registrasi ini.

5. Penyelenggara berhak untuk membatasi dan menolak pendaftaran tanpa

alasan.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

59

6. Penyelenggara berhak menghubungi dan mewawancarai Peserta melalui

telepon atau cara lain untuk mendapatkan data yang diperlukan

sehubungan dengan pendaftaran mereka.

7. Biaya pendaftaran adalah tidak dapat diminta kembali (non-refundable).

Penyelenggara berhak untuk menolak pendaftaran jika pendaftar

memberikan informasi yang salah, tidak melakukan pembayaran atau

gagal memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam form pendaftaran.

8. Jika lomba dibatalan karena alasan di luar kekuasaan Penyelenggara

(termasuk hujan deras, petir atau bencana, demonstrasi), Penyelenggara

tidak akan mengembalikan biaya pendaftaran yang telah diterima dan

Penyelenggara tidak bertanggung jawab atau kewajiban apapun atas hal

tersebut.

9. Olah raga lari bukanlah merupakan olah raga yang tidak memiliki risiko

dan karenanya masing-masing pelari wajib memastikan bahwa kondisi

kesehatannya fit sebelum dan pada saat berpartisipasi dalam lomba.

Masing-masing pelari bertanggung jawab atas kondisi kesehatannya

masing-masing. Penyelenggara bertanggung jawab atas cidera ataupun

kematian yang timbul selama atau sesudah lomba yang diakibatkan

secara langsung merupakan akibat dari kelalaian yang disengaja atau

gross negligence Penyelenggara.

10. Penyelenggara berhak untuk tidak mengizinkan atau mendiskualifikasi

peserta yang diketahui atau tidak diduga tidak fit untuk mengikuti lomba.

Jika ada peserta yang cidera pada saat lomba, dalam keadaan tertentu

sesuai dengan rekomendasi petugas kesehatan yang ditunjuk

Penyelenggara untuk mengawasi lona, peserta tersebut dapat dirawat di

rumah sakit yang ditunjuk Penyelenggara dengan biaya perawatan tidak

melebihi jumlah yang disepakati oleh Penyelenggara dan rumah sakit

tersebut.

11. Penyelenggara berhak untuk mendiskualifikasi peserta dan/atau

membatalkan hasil lomba sebagai akibat dari adanya pelanggaran atau

tidak dipenuhinya ketentuan International Association of Athletics

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

60

Federations (IAAF) atau PASI atau ketentuan lomba. Penyelenggara

tidak wajib mengembalikan biaya pendaftaran dalam hal tersebut.

PEMBEBASAN DAN PENGESAMPINGAN TANGGUNG JAWAB

Peserta dengan ini mengesampingkan, membebaskan, menyatakan tidak akan

menuntut Penyelenggara dan akan membebaskan Penyelenggara dan segala

pihak yangb berhubungan dengan penyelenggara atas segala tanggung jawab,

klaim, tindakan atau kerugian yang mungkin timbul atau berhubungan dengan

pendaftaran atau keikutsertaan Peserta pada event Maybank Bali Marathon.

Penyelenggara, anak perusahaan/cabang, direksi, pejabat, Karyawan, agen,

partner, dan penerima lisensi tidak bertanggung jawab atas segala kerugian

immaterial baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk namun

tidak terbatas pada kehilangan potensi profit, nama baik data ataupun hal

immaterial lainnya.

Dengan tidak mengesampingkan ketentuan sebelumnya, Peserta dengan ini

setuju bahwa maksimum penggantian kerugian yang akan diberikan oleh

Penyelenggara adalah sebesar uang yang diterima oleh Penyelenggara dari

peserta.1

Berdasarkan syarat dan ketentuan serta pembebasan dan pengesampingan

tanggung jawab dalam ajang Bali Marathon di atas bahwa peraturan tersebut

mencantumkan perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi.

Terlihat jelas pada syarat dan ketentuan nomor 8 serta hampir semua yang

terdapat pada pembebasan dan pengesampingan tanggung jawab. Hal ini

dilarang oleh pasal 18 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen.

Dalam hukum perjanjian di Indonesia tidak melarang pembuatan

perjanjian baku atau klausula baku melainkan terdapatnya klausula baku yang

bersifat eksonerasi (klausula eksonerasi) yang biasanya berisi pengalihan

1 http://www.balimarathon.com/rules/release-and-waiver-liability (diakses pada tanggal 12

November 2018 pukul 21.05 WIB)

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

61

tanggung jawab atau pembebasan tanggung jawab pelaku usaha pada

konsumen. Namun, dalam praktiknya masih banyak para pelaku usaha yang

membuat perjanjian baku dengan mencantumkan klausula eksonerasi, tanpa

memikirkan posisi debitur yang harus memikul tanggung jawab yang

seharusnya menjadi tanggung jawab para pelaku usaha selaku kreditur.

Ada beberapa faktor-faktor penyebab sehingga seringkali kontrak baku

menjadi sangat berat sebelah adalah sebagai berikut:

1. Kurang adanya atau bahkan tidak adanya kesempatan bagi salah satu pihak

untuk melakukan tawar-menawar, sehingga pihak yang kepadanya

disodorkan kontrak tidak banyak kesempatan untuk mengetahui isi kontrak

tersebut, apalagi ada kontrak yang ditulis dengan huruf-huruf yang sangat

kecil.

2. Karena penyusunan kontrak yang sepihak, maka pihak penyedia dokumen

biasanya memiliki cukup banyak waktu untuk memikirkan mengenai

klausula-klausula dalam dokumen tersebut, bahkan mungkin saja sudah

berkonsultasi dengan para ahli atau dokumen tersebut justru dibuat oleh

para ahli. Sedangkan pihak yang kepadanya disodorkan dokumen tidak

banyak kesempatan dan seringkali tidak familiar dengan klausula klausula

tersebut.

3. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku menempati kedudukan

yang sangat tertekan, sehingga hanya dapat bersikap menerima atau

menolaknya (take it or leave it).2

Secara hukum sebenarnya kontrak baku itu sendiri tidak begitu menjadi

persoalan, mengingat kontrak baku sudah merupakan kebiasaan sehari-hari.

Yang menjadi persoalan adalah apabila kontrak baku tersebut mengandung

unsur-unsur yang tidak adil (berat sebelah) bagi salah satu pihak.

2 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2003), h. 78.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

62

Keberadaan klausula baku tentu saja sangat menguntungkan bagi para

pelaku usaha, karena klausula baku sendiri dibuat dengan maksud tujuan

untuk memberikan keuntungan padanya. Proses pembuatan suatu klausula

baku pun harus memperhatikan ketentuan-ketentuan tentang pencantuman

klausula baku yang telah diatur dalam Pasal 18 UUPK.

Suatu perusahaan penyelenggara ajang lomba lari marathon dalam

melakukan kegiatan usaha seharusnya memberikan jasa pelayanan yang baik

dan maksimal kepada peserta lari. Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UUPK,

bahwa konsumen berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

menggunakan barang dan/atau jasa. Namun, ketika pihak penyelanggara

lomba lari lalai melaksanakan kewajibannya dalam menjaga dan mengawasi

keberlangsungan lomba yang menyebabkan terjadinya kerugian yang dialami

oleh para peserta lomba.

Ketentuan yang mengatur tentang pencantuman klausula baku pada suatu

dokumen dan/atau perjanjian diatur dalam Pasal 18 Ayat (1) dan (2) UUPK

yang menyatakan bahwa:

Pasal 18

(1) Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan

untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula

baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyeraha kembali

barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen konsumen kepada

pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

63

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa

atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual

beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa

aturan baru, tambahan lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang

dibuat secara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen

memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha

untuk pembebasan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan

terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak dan

bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti.

Larangan dan persyaratan tentang penggunaan klausula baku di atas

dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen agar setara dengan

pelaku usaha dan mencegah kemungkinan timbulnya tindakan yang

merugikan konsumen karena faktor ketidaktahuan, kedudukan yang tidak

seimbang, yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha

B. Upaya Hukum yang dapat Dilakukan Konsumen terhadap Pelanggaran

yang Dilakukan oleh Pelaku Usaha

Pada dasarnya penyelesaian ganti rugi dapat dilakukan secara damai antara

konsumen dengan pelaku usaha. Penyelesaian secara damai adalah

penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang bersengketa

(pelaku usaha dan konsumen) tanpa melalui pengadilan atau Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen dan tidak bertentangan dengan Undang-

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

64

Undang Perlindungan Konsumen.3Namun, apabila upaya damai tersebut

gagal ditempuh maka upaya yang dilakukan konsumen adalah penyelesaian

sengketa sesuai yang diatur oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Ketentuan tentang penyelesian sengketa konsumen diatur dalam Pasal 45

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

yang menyebutkan bahwa:

1. Setiap Konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui

lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan

umum.

2. Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau

diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang

bersengketa.

3. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada

Ayat (2) tidak menghilangkan tanggung jawab pidana sebagaimana diatur

dalam undang-undang.

4. Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya ditempuh apabila upaya

tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para

pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ialah penyelesaian melalui

lembaga yang bertugas menyelesaiakan sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha (yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dan/atau forum lain

untuk mencapai kesepakatan. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, forum

yang dimaksud adalah forum konsiliasi, mediasi, arbitrase. Sedangkan

penyelesaian sengketa melalui badan peradilan ialah penyelesian melalui

pengadilan yang berada di lingkungan peradilan umum.

3 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 63.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

65

Pelari yang merasa dirugikan terhadap perjanjian baku dapat melakukan

upaya-upaya untuk memperoleh perlindungan terhadap haknya dengan cara

sebagai berikut:

1. Penyelesaian Langsung Kepada Pihak Penyelenggara.

Yang dimaksud penyelesaian sengketa secara langsung kepada pihak

penyelenggara yaitu para pelari dapat mengajukan komplain kepada pihak

penyelenggara untuk menyelesaikan masalah perjanjian baku yang

mengandung klausula eksonerasi, dengan menunjukkan bukti-bukti yang

kuat berupa tiket pembayaraan kepesertaan dan keterangan saksi-saksi.

2. Melapor ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

Para pelari yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha dapat mengadu

ke YLKI. Atas aduan yang diterima oleh YLKI, maka YLKI akan meneliti

kebenarannya terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan sebagai bukti bahwa

pembelaan YLKI terhadap konsumen bukan dilandasi oleh keinginan

untuk menjatuhkan pelaku usaha, tetapi untuk menegakkan kebenaran dan

membela konsumen yang dirugikan.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengaku baru

mengetahui adanya model klausula baku berupa eksonerasi (pengalihan

tanggung jawab) dalam ajang lomba lari. Menurut Mustofa dari Bidang

Pengaduan dan Hukum YLKI, klausula baku semacam itu dilarang keras

oleh UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UU

Perlindungan Konsumen).

Mustofa merujuk Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen mengenai

larangan tersebut. “Sangat dilarang UU Perlindungan Konsumen, bahkan

ada ancaman pidananya,” jelasnya kepada hukumonline. Mustofa

menjelaskan bahwa yang menjadi masalah bukan soal klausula baku,

melainkan isi dari klausula bakunya. “Klausula baku itu diizinkan,

memang dipandang keniscayaan sebagai akibat makin kompleksnya

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

66

transaksi yang ada, tapi tidak semena-mena eksploitasi pihak yang lemah,

diatur batasannya di Pasal 18,” ungkapnya.4

3. Melapor ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Di luar peradilan umum, UU Perlindungan Konsumen membuat

terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan

dengan mengajukan gugatan ke pelaku usaha di luar pengadilan, yaitu

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Mekanisme gugatan

dilakukan secara sukarela dari kedua belah pihak yang bersengketa. Hal ini

berlaku untuk gugatan secara perorangan, sedangkan gugatan secara

kelompok (class action) dilakukan melalui peradilan umum.

BPSK adalah pengadilan khusus konsumen (small claim court) yang

sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses

berperkara berjalan cepat, mudah, dan murah. Cepat karena penyelesaian

sengketa melalui BPSK harus sudah diputus dalam tenggang waktu 21 hari

kerja, dan tidk dimungkinkan banding yang dapat memperlama

penyelesaian perkara.5 Mudah karena prosedur administratif dan proses

pengambilan putusan yang sangat sederhana, dan dapat dilakukan sendiri

oleh para pihak tanpa diperlukan kuasa hukum. Murah karena biaya

persidangan yang dibebankan sangat ringan dan dapat terjangkau oleh

konsumen.6

Adapun 3 (tiga) macam bentuk upaya penyelesaian sengketa yang

dilakukan oleh BPSK yaitu:

a. Konsiliasi, yaitu merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa

yang juga bisa ditempuh di luar pengadilan. Konsiliasi ini juga

4 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a180bfa92abf/aspek-perlindungan-hukum-

bagi-irunner-i-dalam-ajang-lomba-lari

5 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum Acara

Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta: PT. Media Grafika, 2008), h. 75.

6 Yusuf Sofie dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai Persoalan

Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), (Jakarta: PT. Piramedia, 2004), h. 17.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

67

dimungkinkan sebagai alternatif penyelesain sengketa konsumen

berdasarkan UUPK. Penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan melalui BPSK ini mempertemukan para pihak yang

bersengketa, dan proses penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak

yang bersengketa, sedangkan Majelis BPSK bersifat pasif (sebagai

pengarah).

b. Mediasi, yaitu proses penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan dengan perantara BPSK, untuk mempertemukan para pihak

yang bersengketa dan proses penyelesaiannya diserahkan kepada para

pihak, namun Majelis BPSK bertindak sebagai mediator atau penasehat

agar proses persidangan berjalan sesuai ketentuan.

c. Arbitrase, yaitu proses penyelesaian sengketa konsumen di luar

pengadilan dengan perantara BPSK, untuk mempertemukan para pihak

bersengketa, namun proses penyelesainnya secara penuh diserahkan

kepada Majelis BPSK melalui penunjukan arbiter masing-masing.

Kemudian BPSK akan memberikan kebebasan kepada para pihak yang

bersangkutan untuk memilih salah satu dari ketiga cara tersebut.

Keberadaan BPSK dapat menjadi bagian dari pemerataan keadilan,

terutama bagi konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha, karena

sengketa diantara konsumen dan pelaku usaha, biasanya nominalnya kecil

sehingga tidak bisa mengajukan sengketanya di pengadilan karena tidak

sebanding antara biaya perkara dengan besarnya kerugian yang akan

dituntut.

Jika putusan BPSK dapat diterima oleh kedua belah pihak, maka

putusan BPSK bersifat final dan mengikat, sehingga tidak perlu diajukan

ke pengadilan. Keberadaan BPSK juga diharapkan akan mengurangi beban

tumpukan perkara di pengadilan.

4. Penyelesaian Melalui Peradilan Umum.

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dijelaskan dalam Pasal 48

UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dijelaskan

bahwa penyelesaian sengketa melalui pengadilan mengacu pada ketentuan

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

68

tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperlihatkan ketentuan

yang terdapat dalam Pasal 45 UUPK.

Walaupun putusan yang dijatuhkan majelis BPSK bersifat final dan

mengikat , pihak-pihak yang tidak setuju atas putusan tersebut dapat

mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri untuk diputuskan dalam

waktu 21 hari dengan waktu 14 hari untuk mengajukan keberatan ke

pengadilan negeri. Terhadap putusan pengadilan negeri ini dapat diajukan

hukum kasasi ke Mahkamah Agung RI yang akan diputuskan dalam waktu 30

hari, dengan waktu 14 hari untuk mengajukan kasasi.7

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan, dalam dunia bisnis merupakan

suatu masalah tersendiri, dikarenakan dalam penyelesaian sengketa di dalam

pengadilan sangat membutuhkan biaya banyak, sedangkan kita tahu bahwa

dunia bisnis sangat menghendaki penyelesaian sengketa dengan harga murah

dan cepat. Disamping itu penyelesaian sengketa di dalam pengadilan dapat

merusak hubungan pelaku usaha bisnis dengan siapa dia pernah terlibat

sengketa, dikarenakan penyelesaian sengketa dalam pengadilan akan berakhir

dengan kekalahan salah satu pihak.

Upaya-upaya hukum yang telah disebutkan di atas dapat ditempuh oleh

para pelari yang merasa dirugikan terhadap perjanjian baku yang

mengandung klausula eksonerasi dalam ajang Bali Marathon. Walaupun

terdapat upaya hukum yang dijamin oleh Undang-Undang Perlindungan

Konsumen, ternyata dalam prakteknya konsumen sering mengalami kesulitan

dalam mengajukan gugatan

Apabila sudah memilih untuk menempuh forum dan cara Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen, penyelesaian melalui forum dan cara

pengadilan tidak dapat lagi ditempuh sebagaimana ditentukan pada Pasal 45

ayat (4) Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Pasal 45 Ayat (4)

menentukan:

7 http://heyshanata.blogspot.com/2012/11/perlindungan-konsumen.html (artikel ini diakses

pada tanggal 9 November 2018 pukul 08.20 WIB)

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

69

“Apabila telah dipilih upaya penyelesian sengketa konsumen di

luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh

apabila upaya tersebut dinyatakan tidak tidak berhasil oleh salah satu

pihak atau oleh para pihak yang bersengketa.”

Demikian halnya bahwa sengketa konsumen tidak dapat diajukan ke

pengadilan dan di luar pengadulan sekaligus, misalnya, salah satu pihak

mengajukan gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan juga ke

pengadilan atau pihak yang satu mengajukan ke Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen sementara pihak lain mengajukan ke pengadilan.8

B. Analisis Akibat Hukum Perjanjian Ajang Lomba Lari Marathon dengan

Klausula Baku

Hadirnya klausula baku dalam perjanjian ajang lomba lari marathon dalam

bentuk “Peserta dengan ini mengesampingkan, membebaskan, menyatakan

tidak akan menuntut Penyelenggara dan akan membebaskan Penyelenggara

dan segala pihak yangb berhubungan dengan penyelenggara atas segala

tanggung jawab, klaim, tindakan atau kerugian yang mungkin timbul atau

berhubungan dengan pendaftaran atau keikutsertaan Peserta pada event

Maybank Bali Marathon. Penyelenggara, anak perusahaan/cabang, direksi,

pejabat, Karyawan, agen, partner, dan penerima lisensi tidak bertanggung

jawab atas segala kerugian immaterial baik secara langsung maupun tidak

langsung, termasuk namun tidak terbatas pada kehilangan potensi profit,

nama baik data ataupun hal immaterial lainnya. Dengan tidak

mengesampingkan ketentuan sebelumnya, Peserta dengan ini setuju bahwa

maksimum penggantian kerugian yang akan diberikan oleh Penyelenggara

adalah sebesar uang yang diterima oleh Penyelenggara dari peserta.”

Perjanjian baku tersebut melanggar ketentuan pasal 18 ayat (1) Undang-

Undang Perlindungan Konsumen.

8 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (PT. Citra Aditya Bakti,

2014), h. 129.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

70

Ketentuan Pasal 18 Ayat (1) dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukkan untuk diperdagangkan

dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen

dan/atau perjanjian dimana klausula tersebut akan mengakibatkan:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyeraha kembali

barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen konsumen kepada pelaku

usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan

segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara

sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang

dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebasan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Terlepas dari beberapa pendapat dan kritikan tentang perjanjian baku, di

era globalisasi sekarang ini kehadiran perjanjian baku sudah tidak bisa

dihindarkan lagi. Dengan alasan kepraktisan dan efesiensi dari segi waktu,

biaya dan tenaga, maka perjanjian baku sudah merupakan model perjanjian

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

71

yang merupakan suatu wujud kebebasan individu (pelaku usaha) dalam

menyatakan kehendaknya dalam sebuah perjanjian.9

Pasal 1320 KUH Perdata menentukan bahwa syarat sahnya perjanjian

diperlakukan empat syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya adalah asas esensial dalam

hukum perjanjian, asas ini dinamakan asas konsensualisme. Arti asas

konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul

karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan

perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-

hal yang pokok dan tidaklah diperlukan sesuai formalitas.10

Pada klausula

yang terdapat pada perjanjian ajang lari marathon terdapat perbedaan posisi

para pihak ketika perjanjian baku tersebut diadakan karena tidak memberikan

kesempatan pada debitur untuk mengadakan real bargaining dengan pelaku

usaha. Konsumen tidak mempunyai kekuatan untuk mengutarakan kehendak

dan kebebasannya dalam menentukan isi perjanjian baku.

Hukum perjanjian dikenal adanya asas kebebasan berkontrak yang terdapat

pada Pasal 1338 KUH Perdata Ayat (1) yang berbunyi: “semua perjanjian

yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”.

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk:11

9 Zakiyah, “Klausula Eksonerasi Dalam Perspektif Perlindungan Konsumen”, Jurnal Al’Adl,

Vol. 9, No. 3, Desember 2017.

10 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2010), h. 15.

11 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,

2013), h. 9.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

72

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian

b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya dan

d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan

Selain itu, pada Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu sebab

adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Hal tersebut

merupakan penegasan kembali akan sifat kebebasan berkontrak yang diatur

pada pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata.

Kebebasan berkontrak pada pasal 1338 Ayat (1) KUH Perdata harus

memperhatikan Pasal 1337 KUH Perdata yang berisi bahwa suatu sebab

adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.

Selain itu, dari Pasal 1320 KUH Perdata dapat ditarik kesimpulan bahwa

klausula baku pada perjanjian seperti halnya suatu perjanjian pada umumnya

harus memenuhi baik syarat-syarat obyektif maupun syarat-syarat subyektif

dari sahnya suatu perjanjian serta memenuhi asas kebebasan berkontrak, asas

konsensualisme serta kedudukan yang seimbang dari para pihak yang

membuat perjanjian. Jika salah satu syarat obyektif dari syarat sahnya

perjanjian tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum,

yang berarti bahwa perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada sejak

semula.

Sedangkan jika syarat subyektif yang tidak terpenuhi maka perjanjian

tersebut terancam dengan kebatalan, dengan pengertian bahwa setiap salah

satu pihak perjanjian tersebut dapat memohon agar perjanjian tersebut

dibatalkan.12

Artinya, menurut Pasal 1320 KUH Perdata perjanjian antara

para pihak dalam ajang lomba lari marathon yang mengandung klausula baku

tidak memenuhi syarat objektif karena di dalam perjanjian ajang lomba lari

12

David M.L. Tobing, Parkir & Perlindungan Hukum Konsumen, (Jakarta: PT. Timpani

Agung, 2007), h. 41.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

73

marathon yang mengandung klausula baku tersebut tidak mengandung syarat

sahnya perjanjian yakni Suatu sebab yang halal. Suatu sebab yang halal

dimaksud adalah melingkupi segala ketentuan pada pasal 1337 KUH Perdata.

Ketentuan Pasal 18 Ayat (1) dikatakan bahwa para pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukkan untuk diperdagangkan

dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen

dan/atau perjanjian dimana klausula tersebut akan mengakibatkan:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyeraha kembali

barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali

uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen konsumen kepada pelaku

usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan

segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau

pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau

mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan

baru, tambahan lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat secara

sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang

dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk

pembebasan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang

yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.

Selanjutnya, dalam Pasal 18 Ayat (2) dijelaskan bahwa pelaku usaha

dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

74

atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit

dimengerti.

Akibat atas pelanggaran terhadap Pasal 18 Ayat (1) dan (2), Pasal 18 Ayat

(3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan setiap perjanjian

atau klausula baku yang memenuhi ketentuan Pasal 18 Ayat (1) dan (2)

dinyatakan batal demi hukum dan pelaku usaha harus menyesuaikan dengan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Artinya, perjanjian ajang lomba lari marathon dengan klausula baku yang

memuat isi sebagaimana dilarang dalam Pasal 18 ayat (1) dan (2) dianggap

tidak pernah ada dan tidak mengikat para pihak. Para pihak tersebut yakni,

pelaku usaha dan konsumen yang melaksanakan transaksi ajang lomba lari

marathon tersebut.

Atas kebatalan demi hukum dari klausula sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 18 Ayat (3), Pasal 18 Ayat (4) Undang-Undang Perlindngan Konsumen

selanjutnya mewajibkan para pelaku usaha untuk menyesuaikan dengan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen.13

Mengenai ketentuan sanksi dalam Undang-Undang Perlindungan

Konsumen mencantumkan tiga sanksi yakni sanksi administratif, sanksi

pidana dan sanksi tambahan. Sanksi administratif dapat berupa denda maupun

pencabutan kegiatan usaha terhadap pelanggaran Pasal 18 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen. Sanksi pidana pokok bagi pelaku usaha yang

melanggar ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

tentang klausula baku, terdapat pada pasal 62 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen yakni dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

Selain itu sanksi tambahan bagi pelanggar ketentuan mengenai klausula baku

yaitu dapat berupa sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62,

dapat dijatuhkan hukuman tambahan, berupa:

a. Perampasan barang terntentu;

13

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen..., h. 57.

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

75

b. Pengumuman keputusan hakim;

c. Pembayaran ganti rugi;

d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya

kerugian konsumen

e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau

f. Pencabutan izin usaha

عنهمب في انمكبتت شروطهم ثينهم. وقبل اثه عمر ، أو عمر كم شر وقبل جبثر ثه ط عجد هللا ، رضي هللاه

.خبنف كتبة هللا فهى ثبطم وإن اشترط مئة شرط

Artinya: “Segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah (

Hukum Allah) adalah batal, sekalipun sejuta syarat” (HR Bukhori )”

Maksud dari hadist di atas adalah dalam sebuah akad harus di dasari oleh

kesepakatan kedua belah pihak, yaitu masing-masing pihak ridho/rela akan isi

akad tersebut atau dengan perkataan lain harus merupakan kehendak bebas

masing-masing pihak. Dalam hal ini berarti tidak boleh ada paksaan dari

pihak satu ke pihak lain.14

14

Ismail Nawawi, Fikih Muamalah, (Bogor : PT. Ghalia Indonesia, 2012), h. 26.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya

maka peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa:

1. Peraturan-peraturan dalam ajang Bali Marathon yang isinya bertentangan

dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen sudah pasti merugikan

konsumen , karena pihak penyelenggara selaku kreditur telah

menggunakan perjanjian baku yang mengandung klausula eksonerasi yang

dimana pencantuman klausula eksonerasi dilarang dalam Pasal 18 Ayat (1)

dan (2) UUPK. Adapun klausula baku yang melanggar ketentuan Undang-

Undang Perlindungan Konsumen adalah “Peserta dengan ini

mengesampingkan, membebaskan, menyatakan tidak akan menuntut

Penyelenggara dan akan membebaskan Penyelenggara dan segala pihak

yangb berhubungan dengan penyelenggara atas segala tanggung jawab,

klaim, tindakan atau kerugian yang mungkin timbul atau berhubungan

dengan pendaftaran atau keikutsertaan Peserta pada event Maybank Bali

Marathon. Penyelenggara, anak perusahaan/cabang, direksi, pejabat,

Karyawan, agen, partner, dan penerima lisensi tidak bertanggung jawab

atas segala kerugian immaterial baik secara langsung maupun tidak

langsung, termasuk namun tidak terbatas pada kehilangan potensi profit,

nama baik data ataupun hal immaterial lainnya. Dengan tidak

mengesampingkan ketentuan sebelumnya, Peserta dengan ini setuju

bahwa maksimum penggantian kerugian yang akan diberikan oleh

Penyelenggara adalah sebesar uang yang diterima oleh Penyelenggara

dari peserta.”

2. Para pelari yang merasa dirugikan sebagai konsumen karena adanya

pencantuman klausula eksonerasi dalam peraturan-peraturan ajang Bali

Marathon dapat melakukan upaya-upaya hukum yang tercantum dalam

Pasal 45 UUPK yaitu dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

77

pengadilan. Penyelesaian melaui pengadilan prosesnya sanagat lambat dan

biaya perkaranya mahal, sedangkan penyelesaian di luar pengadilan dapat

melalui komplain langsung kepada pelaku usaha, melapor ke YLKI, dan

melapor ke BPSK dengan melalui upaya tersebut penyelesaian sengketa

dapat dinyatakan secara damai karana tidak ada pihak-pihak yang merasa

menang atau kalah. Namun, penyelesaian sengketa konsumen tidak dapat

diajukan ke pengadilan dan di luar pengadulan sekaligus, misalnya, salah

satu pihak mengajukan gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen dan juga ke pengadilan atau pihak yang satu mengajukan ke

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sementara pihak lain

mengajukan ke pengadilan.

3. Hadirnya klausula baku yang mengandung klausula eksonerasi melanggar

ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Klausula tersebut

sangat merugikan konsumen, dan melanggar ketentuan Pasal 18 Ayat (1)

dan (2) UUPK. Akibat hukum atas pencantuman klausula baku dalam

ajang Bali Marathon, sebagaimana Pasal 18 Ayat (3) UUPK maka

perjanjian tersebut dinyatakan batal demi hukum (nietigheid van

rechtswege).

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat berguns bagi upaya

perlindungan konsumen, khususnya dalam hal perlindungan konsumen

terhadap klausula baku yang merugikan. Adapun saran tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Para pelari agar lebih berhat-hati sebelum mengikuti ajang lari marathon

yang mencantukan klausula baku berupa klausula eksonerasi yang sudah

pasti merugikan konsumen.

2. Pihak penyelenggara sebagai pelaku usaha seharusnya memperhatikan

ketentuan-ketentuan untuk melakukan kegiatan usahanya. Klausula baku

memang diizinkan mengingat menghemat waktu, akan tetapi pelaku usaha

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

78

tidak boleh mencantumkan klausula baku berupa pengalihan tanggung

jawab. Ketentuan tersebut sudah pada pasal 18 UUPK.

3. Seluruh lapisan masyarakat, baik pemerintah, lembaga swadaya konsumen

serta konsumen harus lebih aktif melakukan penelitian dan pengawasan

terhadap klausula yang merugikan konsumen.

4. Advokasi dan edukasi perlindungan konsumen harus lebih disosialisasikan

dan ditingkatkan. Hal ini bertujuan agar masyarakat paham akan hak dan

kewajibannya sebagai konsumen maupun sebagai konsumen. Selain itu,

konsumen juga dapat mengetahui upaya-upaya apa sajakah yang bisa

dilakukan ketika terjadi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pelaku

usaha.

5. Perlu adanya penegakan hukum (law inforcement) yang lebih baik dalam

rangka perlindungan konsumen. Dan diharapkan kepada pelaku usaha

yang melakukan pelanggaran diberikan sanksi yang tegas sehingga dapat

memberikan efek jera bagi pelaku usaha yang lainnya.

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

79

DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Suci

Al-Qur’anul Karim

B. Buku

Ali, Zainudin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.

Asyhadie, Zaeni, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya Di Indonesia, Edisi

Revisi Cet. 9, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.

Badrulzaman, Mariam Darus, Aneka Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994.

Barkatullah, Abdul Halim, Hak-Hak Konsumen, Bandung: Nusa Media, 2010.

Dewata, Mukti Fajar Nur dan Yulianto Ahmad, Dualisme Hukum Normatif dan

Empiris, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Diantha, I Made Pasek, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi

Teori Hukum, Jakarta: Prenada Media Group, 2016.

Fuady, Munir , Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2003.

Hadjon, Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT Bina

Ilmu, 1987.

H.S, Salim., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: PT. Sinar

Grafika, 2003.

Ibrahim, Johny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. III, Jawa

Timur: Bayumedia Pubishing, 2007

Kristiyanti, Celiana Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Makmur, Syafrudin , Hukum Kontrak Dagang, Jakarta: FSH Press, 2016.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Ed. Revisi, Jakarta: Kencana

Prenadamedia, 2005.

Miru, Ahmad dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004

Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002.

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

80

Muhammad, Abdulkadir, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992.

Nasution, A.Z, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta: Diadit

Media, 2007.

Nawawi, Ismail, Fikih Muamalah, Bogor : PT. Ghalia Indonesia, 2012.

Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari Hukum

Acara Serta Kendala Impelementasinya, Cet. 3, Jakarta: Prenada Media Group,

2015.

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya, 2000.

Rasjidi, Lili dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Sebuah Sistem, Bandung: Remaja

Rusdakarya, 1993.

R, Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006.

Santoso, Lukman, Hukum Perjanjian Kontrak, Jakarta: Kompas Gramedia, 2012.

Shidrata, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Grasindo, 2006.

Shofie, Yusuf, Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi, Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2002.

Shofie, Yusuf dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai

Persoalan Mendasar Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Jakarta:

PT. Piramedia, 2004.

Siahaan, N.H.T, Hukum Konsumen : Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab

Produk, Jakarta: Panta Rei, 2005.

Sidabalok, Janus , Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2014.

Sinamo, Nomensen, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Bumi Intitama Sejahtera,

2009.

Sjahdeni, Sutan Reny, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi

Para Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir

Indonesia, 1994.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di

Dalam Penelitian Hukum, Jakarta: Pusat Dokumen Universitas Indonesia, 1979.

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2010.

Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung: Citra Aditya, 1999.

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

81

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005.

Sutendi, Adrian, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,

Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Tobing, David M.L, Parkir & Perlindungan Hukum Konsumen, Jakarta: PT. Timpani

Agung, 2007.

Widjaja, Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan

Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2013.

C. Jurnal

Bure Teguh Satria, “Eksistensi Dan Akibat Hukum Klausula Eksonerasi”, Jurnal Lex

Privatum, Vol. 2, No. 3, Agustus-Oktober 2014.

Zakiyah, “Klausula Eksonerasi Dalam Perspektif Perlindungan Konsumen”, Jurnal

Al’Adl, Vol. 9, No. 3, Desember 2017.

D. Website

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a180bfa92abf/aspek-perlindungan-

hukum-bagi-irunner-i-dalam-ajang-lomba-lari.

https://www.maybank.co.id/about/Pages/Overview.aspx.

https://olahraga.kompas.com/read/2018/08/28/16480608/maybank-bali-marathon-

2018-siap-digelar-ini-jumlah-pesertanya.

https://ylki.or.id/profil/visi-misi/.

http://www.balimarathon.com/rules/release-and-waiver-liability.

http://heyshanata.blogspot.com/2012/11/perlindungan-konsumen.html.

E. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

1/25/2019 Syarat dan Ketentuan | Maybank Bali Marathon 2018

http://www.balimarathon.com/node/49 1/4

(/)

COUNTDOWN TO MAYBANK BALI MARATHON 2018

0 weeks, 0 days, 0 hours, 0 minutes and 0 seconds left

FOLLOW (http://www.facebook.com/balimarathon) (http://www.twitter.com/balimarathon)

(http://instagram.com/balimarathon) (https://www.youtube.com/channel/UCWfv9ZueAhK7Hx_Wlhx4DZA)

Search

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

RACE RESULT(HTTPS://RESULTS.SPORTHIVE.COM/EVENTS/6445210340230545408)

HIGHLIGHTS

RACE INFORMATIONRace Day : Sunday, 9 September 2018Registration Open : Thursday, 1 March 2018Race venue : Gianyar, Bali, IndonesiaCategory : Full Marathon, Half Marathon, 10K, Children's Sprint

(https://www.maybank.co.id/promo/Documents/others/balimarathon/dowload-mbmpay.html )

BACK TOTOP

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

1/25/2019 Syarat dan Ketentuan | Maybank Bali Marathon 2018

http://www.balimarathon.com/node/49 3/4

1. Peserta Marathon Penuh wajib berusia 18 tahun atau lebih. Peserta Half Marathon wajib berusia 17tahun atau lebih. Peserta 10km wajib berusia 12 tahun atau lebih. Penyelenggara berhakmelakukan verifikasi atas usia peserta sebelum, pada saat dan sesudah lomba. Pengecualian atashal ini hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan Penyelenggara.

2. Penyelenggara berhak menutup pendaftaran jika seluruh kuota pesertanya telah terisi penuh.

3. Pendaftaran akan diproses setelah pembayaran pendaftaran selesai dilakukan.

4. Pemindahtanganan dan/atau praktek jual-beli pendaftaran lomba tidak diperbolehkan.Penyelenggara berhak untuk melakukan pembatalan pendaftaran apabila ditemukan indikasipemindahantanganan dan/atau penjualan registrasi ini.

5. Penyelenggara berhak untuk membatasi dan menolak pendaftaran tanpa alasan.

6. Penyelenggara berhak menghubungi dan mewawancarai Peserta melalui telepon atau cara lainuntuk mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan pendaftaran mereka.

7. Biaya pendaftaran adalah tidak dapat diminta kembali (non-refundable). Penyelenggara berhakuntuk menolak pendaftaran jika pendaftar memberikaninformasi yang salah, tidak melakukanpembayaran atau gagal memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam form pendaftaran.

8. Jika lomba dibatalkan karena alasan di luar kekuasaan Penyelenggara (termasuk hujan deras, petiratau bencana, demonstrasi), Penyelenggara tidak akan mengembalikan biaya pendaftaran yangtelah diterima dan Penyelenggara tidak bertanggung jawab atau kewajiban apapun atas haltersebut.

9. Olah raga lari bukanlah merupakan olah raga yang tidak memiliki risiko dan karenanya masing-masing pelari wajib memastikan bahwa kondisi kesehatannya fitk sebelum dan pada saatberpartisipasi dalam lomba. Masing-masing pelari bertanggung jawab atas kondisi kesehatannyamasing-masing. Penyelenggara bertanggung jawab atas cidera ataupun kematian yang timbulselama atau sesudah lomba yang diakibatkan secara langsung merupakan akibat dari kelalaianyang disengaja atau gross negligence Penyelenggara.

10. Penyelenggara berhak untuk tidak mengizinkan atau mendiskualifikasi peserta yang diketahui ataudiduga tidak fit untuk mengikuti lomba. Jika ada peserta yang cidera pada saat lomba, dalamkeadaan tertentu sesuai dengan rekomendasi petugas kesehatan yang ditunjuk Penyelenggarauntuk mengawasi lomba, peserta tersebut dapat dirawat di rumah sakit yang ditunjukPenyelenggara dengan biaya perawatan tidak melebihi jumlah yang disepakati oleh Penyelenggaradan rumah sakit tersebut.

11. Penyelenggara berhak untuk mendiskualifikasi peserta dan/atau membatalkan hasil lomba sebagaiakibat dari adanya pelanggaran atau tidak dipenuhinya ketentuan International Association ofAthletics Federations (IAAF) atau PASI atau ketentuan lomba. Penyelenggara tidak wajibmengembalikan biaya pendaftaran dalam hal tersebut.

TITLE SPONSOR & OWNER

(https://www.maybank.co.id/Pages/Home.aspx)

BACK TOTOP

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

1/25/2019 Release and Waiver of Liability | Maybank Bali Marathon 2018

http://www.balimarathon.com/rules/release-and-waiver-liability 1/2

(/)

COUNTDOWN TO MAYBANK BALI MARATHON 2018

0 weeks, 0 days, 0 hours, 0 minutes and 0 seconds left

FOLLOW (http://www.facebook.com/balimarathon) (http://www.twitter.com/balimarathon)

(http://instagram.com/balimarathon) (https://www.youtube.com/channel/UCWfv9ZueAhK7Hx_Wlhx4DZA)

Search

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

RACE RESULT(HTTPS://RESULTS.SPORTHIVE.COM/EVENTS/6445210340230545408)

RULES

Important Notice (/rules/important-notice)

Registration (/rules/registration)

Terms and Conditions (/rules/terms-and-conditions)

Official Rules (/rules/official-rules)

Course Monitoring (/rules/course-monitoring)

RACE INFORMATIONRace Day : Sunday, 9 September 2018Registration Open : Thursday, 1 March 2018Race venue : Gianyar, Bali, IndonesiaCategory : Full Marathon, Half Marathon, 10K, Children's Sprint

BACK TOTOP

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELARI TERHADAP PERJANJIAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · bagi pelari terhadap perjanjian baku dalam ajang Bali Marathon. Dalam

1/25/2019 Release and Waiver of Liability | Maybank Bali Marathon 2018

http://www.balimarathon.com/rules/release-and-waiver-liability 2/2

RELEASE AND WAIVER OF LIABILITY

Participant hereby waive, release, covenant not to sue and forever discharge active and all other personsassociated with the event, for all liabilities, claims, actions, or damages that the Participant may haveagainst them arising out of or in any way connected with the participant’s registration and/or participationin the MAYBANK BALI MARATHON.

The Organizer, its subsidiaries/, affiliates, directors, officers, employees, agents, partners and licensorsshall not be liable to the Participant for any direct, indirect, incidental, special, consequential or exemplarydamages, including, but not limited to, damages for loss of profits, goodwill, use, data or other intangiblelosses.

Subject to the above condition, the Participant agree that active's maximum liability to the Participant, forany reason or cause whatsoever, shall not exceed the total amount of monies received by active from theParticipant.

In the case of discrepancies between the Indonesian and English versions, the Indonesianversions shall prevail.

Copyright@2012 Balimarathon.com. All rights reserved. Web Design by Swara Technology (http://www.swaratechnology.com). Hosting by Web Hosting Bali

(http://www.webhostingbali.com)

Timing Chip and BIB Number (/rules/timing-chip-and-bib-number)

Deposit Bag Facility (/rules/deposit-bag-facility)

Prize Money (/rules/prize-money)

Pictures and Documentation (/rules/pictures-and-documentation)

Ammendments / Reservations / Acknowledgements (/rules/ammendments-reservations-acknowledgements)

Release and Waiver of Liability (/rules/release-and-waiver-liability)

Release and Waiver of LiabilityHome Race Information Rules

BACK TOTOP