24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 21 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Melemahnya permintaan masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri menurunkan tekanan inflasi secara seasonal. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari menurunnya produksi akibat gangguan cuaca. Di sisi lain, tekanan administered price turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan. 2.1 INFLASI GORONTALO Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tingginya tekanan inflasi terutama akibat dari volatile food sebesar 16,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,71% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,89% (y.o.y). Sementara itu, administered price sebesar 5,25% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,63% (y.o.y). Sedangkan core inflation sebesar 2,68% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 3,43% (y.o.y). Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah) Tekanan permintaan masyarakat pada triwulan IV-2010 secara seasonal cenderung melemah dibandingkan triwulan sebelumnya karena kegiatan daerah meliputi perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru relatif kurang semarak bila dibandingkan saat perayaan Ibadah Puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun, kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari turunnya produksi karena gangguan cuaca. Di sisi lain, berkurangnya pasokan bensin turut membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan. 2009 DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES Total Inflasi 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43% Core Inflation 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40% 3.06% 2.87% 2.68% Volatile Food 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71% 11.21% 11.28% 16.30% Administered Price 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30% 4.49% 4.77% 5.25% 2010 Disagregasi

PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

  • Upload
    lamque

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 21

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan Gorontalo tercatat sebesar 7,43% (y.o.y),

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh

lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Melemahnya permintaan

masyarakat pasca Hari Raya Idul Fitri menurunkan tekanan inflasi secara seasonal. Namun,

kenaikan harga-harga komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari

menurunnya produksi akibat gangguan cuaca. Di sisi lain, tekanan administered price turut

membayangi inflasi Gorontalo pada periode laporan.

2.1 INFLASI GORONTALO

Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) sedikit lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60 (y.o.y), namun jauh lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tingginya tekanan inflasi terutama

akibat dari volatile food sebesar 16,30% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 15,71% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 7,89% (y.o.y).

Sementara itu, administered price sebesar 5,25% (y.o.y) sedikit lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y), namun lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 1,63% (y.o.y). Sedangkan core inflation sebesar 2,68% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30% (y.o.y) dan tahun sebelumnya

sebesar 3,43% (y.o.y).

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Tekanan permintaan masyarakat pada triwulan IV-2010 secara seasonal cenderung

melemah dibandingkan triwulan sebelumnya karena kegiatan daerah meliputi perayaan Hari

Raya Natal dan Tahun Baru relatif kurang semarak bila dibandingkan saat perayaan Ibadah

Puasa dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan sebelumnya. Namun, kenaikan harga-harga

komoditas bahan makanan tetap persisten terutama akibat dari turunnya produksi karena

gangguan cuaca. Di sisi lain, berkurangnya pasokan bensin turut membayangi inflasi

Gorontalo pada periode laporan.

2009

DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OKT NOV DES

Total Inflasi 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43%

Core Inflation 3.43% 3.89% 3.55% 3.32% 3.05% 3.09% 3.41% 4.46% 5.03% 3.40% 3.06% 2.87% 2.68%

Volatile Food 7.89% 5.31% 7.97% 5.05% 3.50% 2.28% 1.95% 3.09% 12.80% 15.71% 11.21% 11.28% 16.30%

Administered Price 1.63% 2.76% 3.35% 2.13% 1.07% 2.41% 2.39% 3.91% 4.17% 5.30% 4.49% 4.77% 5.25%

2010Disagregasi

Page 2: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Core inflation atau inflasi inti pada triwulan IV-2010 sebesar 2,69% (y.o.y) cenderung

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,40% (y.o.y) dan tahun sebelumnya

sebesar 3,43% (y.o.y) seiring dengan melemahnya berbagai tekanan faktor fundamental

meliputi output gap dan imported inflation. Melemahnya permintaan masyarakat diperkirakan

mengurangi munculnya Output gap negatif. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim

relatif tidak terlalu semarak dalam merayakan Hari Raya Natal dan Tahun Baru

dibandingkan dengan perayaan Ibadah Ramadhan dan Idul Fitri pada triwulan sebelumnya.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Indeks Keyakinan Konsumen

Menurunnya tekanan permintaan masyarakat dapat tercermin dari hasil Survey

Konsumen (SK) Desember 2010 yang menunjukkan penurunan Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) sebesar 134,58 lebih rendah dibandingkan September 2010 sebesar

161,88. Penurunan IKK didukung oleh penurunan pada seluruh komponen pembentuknya

yaitu penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, ketersediaan lapangan kerja saat

Page 3: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 23

ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6

bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang, dan

kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang.

Faktor penurunan harga-harga barang yang diimpor (imported inflation) dari luar

daerah mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi inti Gorontalo. Provinsi Gorontalo belum

mampu memproduksi kebutuhan masyarakat sepenuhnya untuk komoditas tertentu seperti

semen sehingga sebagian besar harus impor dari luar provinsi. Adanya penurunan harga-

harga komoditas dimaksud akan menyumbang pada penurunan inflasi inti. Berdasarkan

Survey Pemantauan Harga terjadi penurunan harga komoditas semen yang pasokannya

diimpor dari luar Provinsi.

Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Semen di Gorontalo

Namun, ekspektasi inflasi diperkirakan masih tinggi karena pada umumnya

masyarakat beranggapan bahwa harga barang yang telah mengalami kenaikan cenderung

sulit untuk turun. Hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa Indeks Perubahan Harga

Periode Akan Datang tetap menunjukkan tren peningkatan pada triwulan laporan.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.4 Indeks Perubahan Harga Periode Akan Datang

Page 4: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Faktor non-fundamental sangat berperan penting dalam memberi tekanan inflasi

pada triwulan IV-2010. Lonjakan harga komoditas volatile food yang pada umumnya

merupakan komoditas bahan makanan sangat mendominasi, sementara administered price

inflation turut membayangi terkait dengan berkurangnya pasokan bensin pada periode

laporan.

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi kelompok Bahan makanan

Permintaan yang tinggi terhadap komoditas bahan makanan memberi tekanan

terhadap kenaikan harga-harga komoditas tersebut. Aspek distribusi yang tidak merata dan

dominasi pedagang besar menjadi permasalahan yang menyebabkan peningkatan harga-

harga komoditas bumbu-bumbuan. Cuaca yang kurang mendukung (hujan berlebihan) juga

menghambat produksi pertanian. Menurut BMKG, distribusi sifat hujan di Provinsi Gorontalo

pada periode laporan berada di atas normal.

Sumber : BMKG

Gambar 2.1 Distribusi Sifat Hujan Hujan di Indonesia

Page 5: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 25

Tingginya biaya dalam distribusi barang dan jasa juga menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan persistennya harga-harga komoditas di Gorontalo. Indikasi adanya

permasalahan dalam saluran distribusi pengangkutan laut menyebabkan harga-harga

komoditas yang menggunakan transportasi laut harganya cenderung tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan biaya pengangkutan laut tujuan Gorontalo yang relatif tinggi

dibandingkan provinsi Lain.

Tabel 2.2 Biaya Pengangkutan Laut dari Pelabuhan di Makassar

Sumber : PT. Samudera Indonesia, PT. Haris Global, PT. Tanto Intim Line (diolah)

Sementara itu, berkurangnya pasokan bensin pada periode laporan menyebabkan

terjadinya kelangkaan BBM di Provinsi Gorontalo yang diindikasikan dengan antrian-antrian

panjang di SPBU se-Provinsi Gorontalo. Hasil pemantauan pada periode laporan

menunjukkan harga bensin eceran per liter yang biasanya sebesar Rp5000 melonjak hingga

mencapai Rp10.000 per liter. Kelangkaan ini mendorong inflasi kelompok transportasi,

komunikasi, dan jasa keuangan ke level yang relatif tinggi sebesar 2,53% (y.o.y).

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Grafik 2.6 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Tujuan Biaya Pengangkutan / Kontainer (20 feet ) (US$)

Makassar - Kendari 800

Makassar - Palu 600

Makassar - Gorontalo 800

Makassar - Bitung 550

Makassar - Ternate 1110

Makassar - Ambon 1000

Makassar - Jayapura 1250

Page 6: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan IV-2010 sebesar 7,43% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,60% (y.o.y), namun lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,35% (y.o.y). Tekanan kenaikan harga terutama

terjadi pada kelompok bahan makanan akibat gangguan di sisi produksi. Kondisi cuaca

hujan berlebihan mengurangi produktivitas hasil pertanian sehingga aspek supply

terganggu.

Tabel 2.3

Inflasi Tahunan Kelompok Barang dan Jasa (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Kenaikan inflasi kelompok bahan makanan terutama didorong oleh kenaikan sub

kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya.

Pada triwulan IV-2010, inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 16,20% (y.o.y)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,63% (y.o.y) dan tahun

sebelumnya sebesar 7,70% (y.o.y). Penyebab utama tingginya tekanan inflasi pada

kelompok ini karena perkembangan harga subkelompok bumbu-bumbuan mengalami

lonjakan yang sangat signifikan sebesar 77,12% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 49,00% (y.o.y) dan tahun sebelumnya sebesar 14,98% (y.o.y). Hasil

Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi lonjakan harga beberapa komoditas bumbu-

bumbuan meliputi bawang merah, bawang putih dan cabai merah.

Tabel 2.4

Inflasi Tahunan Sub-kelompok Bahan Makanan (y.o.y)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Umum 4.35% 4.07% 4.89% 3.59% 2.74% 2.69% 2.73% 3.91% 7.28% 7.60% 5.90% 5.93% 7.43%

1 Bahan makanan 7.70% 5.26% 7.98% 5.10% 3.54% 2.34% 2.03% 3.13% 12.76% 15.63% 11.15% 11.25% 16.20%

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1.69% 8.13% 8.52% 5.93% 4.09% 5.83% 5.56% 8.41% 8.22% 7.87% 7.06% 6.87% 13.43%

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -6.31% 3.57% 3.17% 3.06% 2.98% 3.06% 3.57% 4.45% 5.42% 3.45% 3.11% 2.68% 12.53%

4 Sandang 0.00% 2.63% 0.42% -0.18% 0.27% 1.17% 2.25% 2.30% 3.21% 3.05% 3.39% 3.71% 6.39%

5 Kesehatan 8.22% 7.81% 8.10% 9.35% 7.86% 7.31% 7.36% 7.64% 7.86% 2.37% 2.33% 2.27% 2.32%

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.57% 0.53% 0.28% 0.36% 0.18% 0.35% 0.35% 0.47% 0.52% 0.41% 0.51% 0.51% 0.51%

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -2.50% -0.97% -0.09% -0.06% -0.20% -0.36% -0.40% 0.65% 0.94% 2.57% 1.55% 2.13% 2.53%

NoInflasi Tahunan 2009 2010

DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT OCT NOV DEC

BAHAN MAKANAN 7.7 5.26 7.98 5.1 3.54 2.34 2.03 3.13 12.76 15.63 11.15 11.25 16.20

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 8.86 5.41 9.06 7.46 4.17 3.36 5.97 7.25 19.29 16.62 16.1 18.2 20.20

Daging dan Hasil-hasilnya -3.05 -4.86 -1.62 0.31 1.59 0.86 0.63 0.68 3.72 5.29 7.51 5.25 6.19

Ikan Segar 11.08 5.18 5.74 5.58 -0.55 -10.89 -8.8 -4.83 6.68 15.86 16.49 13.04 8.83

Ikan Diawetkan -7.72 0.75 8.67 10.14 7.56 7.8 9.94 6.66 8.44 8.01 6.04 8.26 6.86

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -4.55 -5.81 -2.3 -2.47 -4.7 -5.14 -2.91 -0.81 -1.01 -0.92 -1.5 -1.73 3.27

Sayur-sayuran -1 -7.25 8.55 25.92 10.17 21.99 30.25 -11.72 14.53 21.8 -11.06 -28.14 -0.96

Kacang - kacangan 10 11.58 10.85 4.09 1.65 6.85 9.04 9.65 10.77 4.57 2.09 8.7 14.95

Buah - buahan 21.68 29.04 40.99 27.79 24.31 24.21 -4.61 2.61 25.87 20.07 3.99 9.65 9.93

Bumbu - bumbuan 14.98 21.23 8.32 -17.84 9.74 44.9 26.78 47.83 43.11 49 34.51 53.96 77.12

Lemak dan Minyak 3.99 5.86 7.34 6.45 2.8 -8.82 -7.23 -7.61 -7.29 -7.73 -9.56 -6.32 -3.42

Bahan Makanan Lainnya 3.53 2.49 5.01 2.3 0.95 0.95 0.95 1.87 1.87 0.83 0.83 3.95 4.37

Kelompok / Sub kelompok

2009 2010

Page 7: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 27

Sumber : Diskoperindag Prov. Gorontalo

Grafik 2.7 Perkembangan Harga Komoditas Bahan Makanan di Gorontalo

Subsektor padi-padian pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar 20,20%

(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,62% (y.o.y) dan tahun

sebelumnya sebesar 8,86% (y.o.y). Kenaikan inflasi subsektor padi-padian terutama

disebabkan oleh kenaikan harga beras. Cuaca ekstrim yaitu hujan sepanjang tahun

menyebabkan proses produksi dan pengeringan beras menjadi terhambat. Sementara,

permintaan beras tetap tinggi karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga

menyebabkan harga beras meningkat. Hasil Survei Pemantauan Harga mengkonfirmasi

dengan tingginya harga beras hampir sepanjang tahun 2010.

Page 8: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)

Secara triwulanan, perkembangan harga-harga di Gorontalo pada triwulan IV-2010

mengalami inflasi sebesar 1,12% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 12,57% (q.t.q). Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas

bahan makanan pasca perayaan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi

penyebab utama melemahnya tekanan inflasi secara triwulanan.

Tabel 2.5 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Subkelompok bahan makanan pada triwulan IV-2010 mengalami inflasi sebesar

1,12% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,57% (qtq).

Melemahnya permintaan masyarakat terhadap komoditas bahan makanan pasca perayaan

Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri menjadi penyebab utama melemahnya tekanan

inflasi secara triwulanan. Masyarakat Gorontalo yang mayoritas Muslim cenderung sangat

konsumtif dalam merayakan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri. Jenis hidangan

yang istimewa selalu menjadi menu utama oleh seluruh lapisan masyarakat Gorontalo pada

periode tersebut, sehingga harga-harga bahan makanan melonjak sangat tinggi. Namun,

pada triwulan IV-2010 konsumsi masyarakat Gorontalo terhadap jenis hidangan istimewa

relatif berkurang karena perayaan Raya Natal dan Tahun Baru tidak terlalu semarak

dibandingkan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya idul Fitri.

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Umum 0.53% 0.47% 1.23% 1.59% 0.32% -0.92% -0.25% 2.09% 5.47% 5.63% 2.93% 0.13% 0.36%

1 Bahan makanan 0.62% -0.18% 2.73% 4.25% 1.02% -4.04% -2.07% 2.22% 12.67% 12.57% 7.84% 0.17% 1.12%

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau -5.18% 1.18% 1.48% 7.45% 0.17% 1.80% 1.57% 4.95% 3.59% 4.24% 0.65% -0.14% -0.29%

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar -8.16% 1.03% 0.41% 9.85% -0.18% 0.25% 0.42% 1.55% 2.45% 2.11% 0.67% -0.42% -0.11%

4 Sandang -1.61% 1.13% 0.32% 2.34% -0.49% 0.17% 1.33% 1.35% 2.01% 1.00% 1.37% 1.17% 1.58%

5 Kesehatan 0.08% 0.08% 0.40% 1.67% 1.53% 1.17% -0.08% 0.16% 0.68% 0.69% 0.54% 0.01% 0.03%

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.01% 0.03% -0.05% -0.05% -0.13% 0.19% 0.19% 0.40% 0.15% 0.26% 0.21% 0.22% 0.11%

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan -0.17% 0.08% 0.04% 0.05% 0.02% -0.15% -0.21% 0.84% 1.32% 2.91% 0.61% 0.92% -0.21%

NoInflasi Triwulanan

2009 2010

Page 9: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 29

BOX 2 : TIM PENGENDALIAN INFLASI DAN PEMBERDAYAAN

EKONOMI DAERAH PROVINSI GORONTALO

Latar Belakang

Tingkat inflasi yang tinggi dan tidak stabil dapat menimbulkan dampak negatif

terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat serta mengurangi pendapatan riil masyarakat.

Sementara itu, dampak langsung dari ketidakstabilan serta tingginya tingkat inflasi telah

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah sehingga perlu untuk segera dibangun

langkah dan upaya konkrit langkah pengendalian inflasi. Di sisi lain, untuk memperkuat

struktur ekonomi daerah serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

berkelanjutan maka perlu dilakukan langkah-langkah pemberdayaan ekonomi daerah.

Pada 29 Oktober 2010 telah ditandatangani MoU (Memorandum of Understanding)

antara Gubernur Gorontalo, Bpk. Dr. Ir. Gusnar Ismail, MM dengan Gubernur Bank

Indonesia, Bpk. Dr. Darmin Nasution mengenai Tim Pengendalian Inflasi dan

Pemberdayaan Ekonomi Daerah Provinsi Gorontalo yang ditindaklanjuti dengan

penandatanganan Surat Keputusan Gubernur Gorontalo No.294/03/X/2010 tentang

Pembentukan Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan Ekonomi Provinsi Gorontalo

(TPIPED). Pembentukan TPIPED merupakan suatu upaya konkrit untuk memperkuat

koordinasi lintas vertikal dan lintas sektoral untuk mengakselerasi kinerja perekonomian

daerah melalui pengendalian inflasi serta pemberdayaan ekonomi di Provinsi Gorontalo.

Penandatangan MoU TPIPED

Page 10: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Mekanisme Kerja

TPIPED merupakan wadah koordinasi antar dinas/intansi atau lembaga terkait di

tingkat provinsi dan kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo yang memiliki tugas sebagai

berikut:

1. Melakukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya strategis

terkait dengan pengendalian inflasi dan pemberdayaan ekonomi daerah.

2. Menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada pihak-pihak terkait tentang upaya-upaya

strategis serta penerapan kebijakan dalam rangka pengendalian inflasi dan

pemberdayaan ekonomi daerah.

3. Memberikan informasi dan diseminasi untuk menjaga ekspektasi stakeholders dalam

rangka mencapai tingkat inflasi daerah yang rendah dan stabil.

4. Membangun koordinasi dengan pihak-pihak terkait di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo dalam hal pengendalian inflasi dan pemberdayaan

ekonomi daerah.

Mekanisme Kerja TPIPED

Dalam melaksanakan tugasnya serta memberikan rekomendasi kebijakan yang

efektif, TPIPED memiliki mekanisme kerja sebagai berikut:

1. Kelompok Pengkaji melakukan evaluasi program, survei, kajian, penelitian, analisa, dan

monitoring terkait dengan perkembangan kondisi inflasi dan pemberdayaan ekonomi

daerah di Provinsi Gorontalo untuk disampaikan kepada Tim Pengendalian Inflasi

dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah .

Page 11: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN II-2010 31

2. Hasil survey/kajian/penelitian/analisa/monitoring oleh Kelompok Pengkaji

dikoordinasikan dan dimatangkan oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau

Pemberdayaan Ekonomi Daerah untuk kemudian disarikan menjadi suatu rekomendasi

kebijakan dan disampaikan kepada Pengarah.

3. Rekomendasi kebijakan yang telah disampaikan kepada Pengarah menjadi

pertimbangan kebijakan ekonomi daerah dan menjadi acuan dinas/pihak terkait untuk

ditindaklanjuti, dikoordinasikan, dan diimplementasikan dalam tataran teknis.

4. Kebijakan ekonomi daerah yang telah diimplementasikan kemudian akan dimonitor dan

dievaluasi oleh Tim Pengendalian Inflasi dan/atau Pemberdayaan Ekonomi Daerah.

5. Monitoring dan evaluasi implementasi kebijakan ekonomi daerah secara teknis akan

dilaksanakan oleh Kelompok Pengkaji dan stakeholders.

Page 12: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2010| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 33

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Perbankan di Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami peningkatan

dibanding tahun 2009 lalu, seperti tercermin dari beberapa indikator seperti penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. DPK sejak triwulan September-2010

mengalami pertumbuhan 2 digit, demikian pula dengan kredit yang sepanjang tahun 2010

tumbuh diatas 30% (y.o.y). Satu hal yang menggembirakan dari pertumbuhan kredit

tersebut adalah penyaluran kredit diikuti oleh risiko kredit yang relatif terkendali seperti

tercermin dari indikator NPLs yang masih berada pada level wajar (dibawah 5%). Namun

demikian, penghimpunan Dana Pihak Ketiga masih perlu mendapat perhatian mengingat

rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) menunjukkan angka yang semakin tinggi.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Secara umum, fungsi intermediasi perbankan di Gorontalo hingga triwulan IV-2010

menunjukkan perkembangan yang sangat baik seperti tercermin dari indikator Loan to

Deposit Ratio (LDR) sebesar 167,92%, artinya bahwa dana yang diserap perbankan

seluruhnya tersalurkan ke dunia usaha. Namun demikian, angka tersebut menunjukkan

bahwa penghimpunan simpanan/DPK oleh perbankan masih perlu mendapat perhatian.

Dari aspek penggunaan, meskipun pangsanya relatif mengalami penurunan namun kredit

terbesar yang disalurkan perbankan masih untuk konsumsi dengan pangsa sebesar

58,65%, sedangkan secara sektoral kredit terbesar disalurkan untuk sektor perdagangan

dengan pangsa sebesar 27,82%.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 10 Bank Umum

Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor

Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 15

kantor cabang, 28 kantor cabang pembantu, 14 kantor kas serta 22 kantor unit. Sedangkan,

jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 2 kantor kas.

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Pada posisi akhir triwulan IV-2010 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp2,05

triliun, tumbuh sebesar 12,45% (y.o.y) dibandingkan triwulan IV-2009 yang hanya tercatat

Rp1,82 trilliun. Tabungan sebagai komponen DPK dengan share tertinggi sebesar 61,55%

mengalami pertumbuhan sebesar 13,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009

sebesar 10,43% (y.o.y). Aktivitas perbankan untuk mendorong penyerapan dana pihak

Page 14: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JUL

I

AG

T

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

JAN

FE

B

MA

R

AP

R

ME

I

JUN

JUL

I

AG

T

SE

P

OK

T

NO

V

DE

S

2009 2010

Pe

rtu

mb

uh

an

(y

oy

) (%

)

DPK

Giro

Deposito

Tabungan

ketiga antara lain melalui program TabunganKu dan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung

memberikan sumbangan yang efektif dalam menggali potensi dana pihak ketiga khususnya

tabungan yang ada di masyarakat. Sementara itu, dana tabungan selama triwulan IV-2010

mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu 13,61% (y.o.y) dibandingkan komponen DPK

lainnya. Selain itu, hasil survey konsumen Desember 2010 menunjukkan bahwa pada

triwulan IV-2010 pendapatan masyarakat juga mengalami peningkatan sehingga

memungkinkan sebagian pendapatan tersebut ditabung.

Pada triwulan IV-2010, simpanan giro memiliki share terhadap DPK terkecil sebesar

13,15%. Simpanan jenis ini mengalami pertumbuhan sebesar 13,15%, lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang sebesar 18,06%. Penurunan tersebut antara lain disebabkan

oleh adanya realisasi proyek pemerintah serta perpindahan dari jenis simpanan giro ke jenis

simpanan lain.

Komponen pembentuk DPK lainnya yaitu deposito, pada triwulan laporan

menunjukkan peningkatan atau tumbuh sebesar 12,91% (y.o.y) dibandingkan tahun

sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -2,07% (y.o.y). Namun demikian, seperti

halnya komponen DPK lainnya, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

pertumbuhan deposito juga menunjukkan kontraksi yaitu -8,39% .

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga

Untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR), penghimpunan dana hingga triwulan IV-2010

tercatat sebesar Rp.13,9 milliar, mengalami peningkatan sebesar 33,35% (y.o.y) dan

52,58% (q.t.q). Peningkatan jumlah DPK tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan

jumlah tabungan 20,62% (y.o.y) dan 56,36% (q.t.q). Hal yang sama juga terjadi pada

deposito yang mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp8,10 miliiar atau tumbuh 44,30%

(y.o.y) dan 49,97% (q.t.q).

Secara umum penyerapan dana masyarakat di Gorontalo secara umum masih relatif

kecil, yang terefleksi dari angka LDR yang mencapai 167,92% (Bank Umum) dan 145,94%

13%

25%

62%

Giro Deposito Tabungan

Page 15: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 35

(BPR). Dalam rangka mendorong pertumbuhan DPK, maka selain launching produk

tabunganku pada Februari 2010 lalu, Bank Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan

perbankan di Gorontalo mencanangkan Gerakan Siswa Gorontalo Menabung (GSGM) pada

23 sekolah (SMU dan SMP) sejak bulan November 2010 lalu. Respon masyarakat

khususnya siswa cukup baik seperti tercermin dari perkembangan jumlah rekening dan

nominal tabungan GSGM dimana sejak diluncurkan hingga akhir Desember jumlah dana

siswa yang terserap adalah sebesar Rp276,54 juta yang bersumber dari 874 rekening siswa

atau rata-rata saldo per rekening adalah Rp316 ribu. Untuk mendorong peningkatan produk

ini, intensifikasi sosialisasi dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya ke sekolah-

sekolah terus dilakukan, dan saat ini salah satu bank memprakarsai pendirian bank mini

pada sekolah yang berfungsi untuk memberikan kemudahan akses kepada siswa untuk

melakukan transaksi tabungan dengan bank.

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp3,44

triliun, tumbuh 33,28% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 29,01% (y.o.y). Pertumbuhan kredit yang relatif tinggi terutama

didorong oleh perkembangan kredit investasi yang tercatat tumbuh cukup menggembirakan

yaitu sebesar 110,64% (y.o.y) jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya sebesar 24,38% (y.o.y). Pertumbuhan kredit investasi tersebut merefleksikan

adanya aktivitas ekspansi dunia usaha yang nantinya akan berdampak pada perluasan

lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat di Gorontalo. Meskipun demikian,

pangsa kredit investasi terhadap portofolio kredit masih relatif rendah yaitu hanya sebesar

9,41%.

Sementara itu, share tertinggi komponen penggunaan kredit masih didominasi oleh

kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 58,65%, sedangkan kredit modal kerja tercatat

memiliki pangsa sebesar 31,94% terhadap total kredit. Dari sisi risiko, portofolio kredit yang

didominasi oleh kredit konsumtif merupakan hal yang baik karena kredit konsumsi memiliki

exposure resiko yang relatif rendah. Namun, dari segi perannya terhadap perekonomian

daerah, dominasi kredit konsumtif menunjukkan bahwa peran perbankan dalam

menstimulus pertumbuhan ekonomi kurang optimal karena kredit konsumtif tidak

memberikan efek multiplier yang tinggi bila dibandingkan kredit investasi atau modal kerja.

Pertumbuhan positif yang cukup tinggi dari kredit investasi sepanjang tahun 2010

diharapkan menjadi sinyal perbaikan dan peningkatan iklim investasi di Gorontalo sehingga

diharapkan kegiatan konsumsi masyarakat diimbangi oleh pertumbuhan investasi, sehingga

Page 16: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

peran perbankan dapat benar-benar dirasakan oleh masyarakat dan perekonomian secara

keseluruhan.

Untuk BPR, jumlah kredit yang disalurkan hingga triwulan laporan tercatat sebesar

Rp20,34 milliar atau tumbuh sebesar 2,85% (y.o.y). Pertumbuhan kredit BPR tersebut

didorong oleh perkembangan kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 15,94% (y.o.y),

relatif lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 82,09%

(y.o.y). Sedangkan kredit investasi dan modal kerja menunjukkan penurunan yaitu masing-

masing sebesar -12,77% dan -3,54%. Ini memberikan indikasi bahwa aktivitas perkreditan

BPR di Gorontalo pada triwulan IV-2010 mengalami kontraksi.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan

Dari sisi sektoral, kredit sektor primer menunjukkan perlambatan selama triwulan IV-

2010. Seperti halnya triwulan sebelumnya, kredit pada sektor pertanian dan sektor

pertambangan mengalami kontraksi masing-masing sebesar -34,63% (y.o.y), -30,91%

(y.o.y). Kondisi cuaca yang kurang kondusif bagi aktivitas sektor tersebut diperkirakan

mempengaruhi penurunan jumlah kredit pada sektor tersebut. Gangguan tersebut

tercermin dari hasil survei dunia usaha triwulan IV-2010 dimana terjadi kecenderungan

penurunan usaha pada kedua sektor tersebut yang karena faktor cuaca sehingga kegiatan

petani dan penambang sedikit berkurang.

Sektor yang masih menunjukkan ekspansi kredit adalah sektor angkutan yang

tumbuh sebesar 396,26% (y.o.y) dibanding triwulan yang sama tahun 2009. Ekspansi kredit

sektor ini dipengaruhi oleh peningkatan permintaan sehubungan dengan beberapa even

antara lain lebaran idul adha, natal, dan pergantian tahun yang mendorong peningkatan

mobilitas masyarakat ke luar Gorontalo seperti Manado dan Makassar. Sektor lainnya yang

juga menunjukkan peningkatan adalah sektor industri, konstruksi, perdagangan, dan jasa

sosial yang secara umum terkait dengan meningkatnya permintaan.

9%

32%

59%

Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi

-40.00%

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

120.00%

140.00%

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

Pe

rtu

mb

uh

an

(y

oy

) (%

)

Total Kredit Investasi Modal Kerja Konsumsi

Page 17: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 37

Untuk BPR, dari total kredit sebesar Rp.20,34 milliar, kredit terbesar disalurkan ke

sektor perdagangan yaitu sebesar Rp.8.96 milliar atau 44,02% dari total kredit. Penyaluran

kredit BPR nampaknya disesuaikan dengan karakteristik wilayah Gorontalo yang umumnya

didominasi oleh sektor PHR. Adapun kredit sektor pertanian dan industri hanya memiliki

share yang relatif kecil yaitu masing-masing 1,20% dan 1,37% dari total kredit.

Peran perbankan terhadap perekonomian makro juga terlihat dari pangsa

kredit/pembiayaan bank terhadap total PDRB di Provinsi Gorontalo. Data yang ada

menunjukkan bahwa selama tahun 2010 pangsa kredit produktif (investasi dan modal kerja)

terhadap pembentukan PDRB Gorontalo hanya sebesar 17,83%, angka yang masih relatif

kecil dibandingkan daerah lain yang telah mencapai di atas 35%. Dengan kondisi tersebut,

diharapkan kredit produktif terus ditingkatkan dalam mendukung pengembangan sektor

riil/produktif yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian akselerasi pertumbuhan

ekonomi daerah Provinsi Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Grafik 3.6 Komposisi Kredit Sektoral

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat sebesar Rp2.96 triliun atau mengambil

pangsa sebesar 85,86% dari total kredit di Gorontalo, yang merefleksikan bahwa sebagian

besar kredit yang disalurkan di Gorontalo merupakan skala menengah kebawah. Kredit

UMKM tersebut tumbuh 95,27% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 77,67% (y.o.y), yang tak lepas dari peran semua pihak, termasuk perbankan,

dalam rangka pengembangan dunia usaha khususnya menengah ke bawah. Ke depan

diharapkan sektor riil khususnya usaha mikro dan kecil dapat berkembang lebih baik, yang

tentu diiringi dengan feasible dan bankable, agar mampu akses kredit/pembiayaan ke

perbankan di Gorontalo. Dalam jangka panjang, kondisi tersebut tentunya akan bermuara

pada adanya mutualisme dalam hubungan antara perbankan dan usaha mikro, kecil dan

menengah kesan bahwa bank tidak berpihak kepada usaha mikro dan kecil dapat

- 50,000 100,000 150,000 200,000

6,278

-

22,443

154,374

590

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2009 2010

Pe

rtu

mb

uh

an

(y

oy

) (%

)

Pertanian

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Page 18: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

diminimalisir pad amasa mendatang. Keterlibatan dari semua pihak mutlak diperlukan,

bukan hanya kepedulian perbankan, namun juga kemauan dan kepedulian dari petani,

pemerintah dan unsure masyarakat lainnya untuk mengembangkan sektor riil dan

perekonomian di Provinsi Gorontalo.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit UMKM

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Ditinjau dari aspek stabilitas sistem perbankan di Gorontalo, hal yang perlu mendapat

perhatian adalah risiko likuiditas, sedangkan risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali.

Data perbankan hingga triwulan laporan menunjukkan bahwa rasio kredit bermasalah

(NPLs) masih berada pada batas wajar sesuai ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Namun

demikian, hal yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi intermediasi perbankan yang

tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) karena berada di ambang ‘tidak wajar’ karena

mencapai 167,92% yang berpotensi mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.

Sedangkan volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar,

karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum hingga triwulan IV-

2010 secara umum masih berada pada level wajar yaitu 2,06% (bruto) yang tercatat

mengalami perbaikan (lebih rendah) dibandingkan triwulan tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 2.25%. Angka NPLs tersebut merefleksikan bahwa penyaluran kredit kredit di

Gorontalo cukup baik dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian karena rasio kredit

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2009 2010

Pe

rtu

mb

uh

an K

red

it U

MK

M (

%)

Kredit UMKM -Plafon s.d. 5 M (Jutaan …

Page 19: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 39

bermasalah masih terjaga pada level wajar sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

yaitu 5% (bruto). Secara sektoral, kualitas kredit yang masih perlu mendapat perhatian

adalah kredit sektor pertanian dan konstruksi dengan rasio NPLs masing-masing sebesar

4,96% dan 4,81%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.8 Perkembangan NPL Grafik 3.9 NPL per Sektor

Untuk BPR, kredit bermasalah masih perlu mendapat perhatian khusus, mengingat

rasio NPLs hingga triwulan IV-2010 tercatat cukup tinggi yaitu 24,50% atau cukup jauh dari

rasio NPLs wajar yang diharapkan sebesar 5%. Penyumbang pembentukan NPLs terbesar

antara lain sektor pertanian dengan rasio sebesar 58,70% yang diperkirakan karena adanya

gangguan pada kegiatan produksi pertanian khususnya subsektor tanaman pangan dan

perikanan yang tercermin dari hasil survey dunia usaha dimana realisasi kegiatan usaha

pada kedua subsektor tersebut mengalami kontraksi masing-masing sebesar -4,33% dan -

1,41%.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.10 Konsentrasi Kredit

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2009 2010

NPLs Gross (%)

NPLs Gross (%)

2%0% 1%0%2%

28%

1%

0%1%

65%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas & Air

Konstruksi

Perdagangan

Angkutan

Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial

Lainnya (Konsumsi)

-

1

2

3

4

5

6

NP

L (

%)

Page 20: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan

Deposit Ratio menunjukkan risiko likuiditas pada tahun 2010 perlu mendapat perhatian. Hal

tersebut terlihat dari komposisi dana jangka menengah panjang yang lebih kecil dari dana

jangka pendek. Komposisi dana jangka panjang yaitu deposito hanya mencapai 25,29% dari

total DPK yang relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

27,44% dari total DPK. Sementara itu, dana jangka pendek mencapai lebih dari 74,71%

dalam struktur dana pihak ketiga yaitu giro sebesar 13,15% dan tabungan sebesar 61,55%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dana pihak ketiga di Gorontalo masih sangat likuid

sehingga berpotensi mengganggu likuiditas bank.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 167,92% (bank umum) dan 145,94%

(BPR) menunjukkan bahwa likuiditas Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR

merefleksikan masih rendahnya kemandirian penyaluran kredit/pembiayaan perbankan di

Gorontalo karena hanya sekitar 60% dari kebutuhan kredit/pembiayaan yang mampu

dibiayai oleh dana yang dihimpun perbankan di Provinsi di Gorontalo. Hal tersebut tentunya

hal ini patut mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil

dananya dalam jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada likuiditas

perbankan. Untuk itu, perbankan Gorontalo bekerja ekstra kerja untuk meningkatkan

kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit

yang digelontorkan menuju tingkat LDR yang dinilai optimal berada pada kisaran tidak jauh

dari 90%.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

Giro Deposito Tabungan

Page 21: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 41

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

3.2.3 RISIKO PASAR

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas

suku bunga dan kurs. Kebijakan Bank Indonesia untuk menetapkan suku bunga acuan yang

mendukung sektor rill dengan mempertimbangkan potensi tekanan inflasi ke depan

diharapkan dapat meningkatkan penyaluran kredit. Sehubungan dengan hal tersebut,

sepanjang tahun 2010 Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,50%.

Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap kinerja

perbankan Gorontalo, karena paparan terhadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.

Sepanjang tahun 2010, kurs rupiah terhadap dollar Amerika relatif menguat dibanding tahun

sebelumnyasebagaimana terlihat dalam grafik.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.13 Perkembangan Kurs USD dan BI-Rate

100.00

110.00

120.00

130.00

140.00

150.00

160.00

170.00

180.00

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

JAN

FEB

MA

R

AP

R

MEI

JUN

JULI

AG

T

SEP

OK

T

NO

V

DES

2009 2010

Loan

to

De

po

sit

Rat

io (

%)

L D R (%)

6.20%

6.30%

6.40%

6.50%

6.60%

6.70%

6.80%

6.90%

7.00%

7.10%

8000

8500

9000

9500

10000

10500

KURS TENGAH RATA-RATA (US$1) BI RATE (%)

Page 22: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

BOX 3 : MENGGALI POTENSI DPK DARI SISWA

Merujuk perkembangan ekonomi regional, sumber pembiayaan ekonomi selama

sembilan tahun masih menjadikan APBD sebagai sumber pembiayaan utama sementara

sumber pembiayaan masyarakat yang tercermin pada DPK Perbankan tumbuh relatif

lambat. Pada tahun 2001 APBD Provinsi Gorontalo sebesar Rp 471 Miliar dengan posisi

DPK mencapai Rp 480 Miliar, namun setelah sepuluh tahun membangun DPK baru

mencapai Rp2,05 triliun ketika sumber pendanaan APBD telah mencapai Rp 5 Trilliun. Di

sisi lain, data perbankan menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit cukup jauh dibanding

pertumbuhan dana pihak ketiga yang tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)

Bank Umum Gorontalo pada posisi Desember mencapai 167,92%. Kondisi tersebut

memberikan indikasi bahwa penghimpunan dana pihak ketiga di Gorontalo masih perlu

mendapat perhatian dari seluruh pihak.

Potensi penghimpunan dana di Gorontalo pada dasarnya masih terbuka lebar, hal ini

terlihat dari hasil survei Bank Indonesia Gorontalo terhadap persepsi masyarakat tentang

bank yang telah dilakukan di bulan Januari 2010. Hasil survey menunjukkan bahwa masih

besarnya potensi dana masyarakat yang belum digarap oleh perbankan. Dana-dana

tersebut tersimpan di-talilo (celengan bambu) yang masih banyak digunakan oleh nelayan,

petani dan peternak yang hidup di pesisir Gorontalo.

Mencermati kondisi tersebut di atas, maka Bank Indonesia bekerjasama dengan

perbankan nasional telah menginisiasi untuk lebih menggugah kesadaran masyarakat untuk

menabung, salah satunya melalui penerbitan produk bersama TabunganKu yang

diharapkan melalui produk TabunganKu dan ekspansi jaringan bank di tahun 2010 mampu

mendekatkan bank kepada masyarakat. Gerakan ini bertujuan menumbuhkan budaya

menabung di masyarakat dan secara tidak langsung mendidik masyarakat dalam mengelola

pengeluarannya. Sampai dengan tahun 2010 Provinsi Gorontalo masih tercatat sebagai

salah satu provinsi di Indonesia yang pertumbuhannya masih dominan didorong oleh kinerja

konsumsi daripada usaha produktif.

Melihat pertumbuhan dana TabunganKu

yang cukup baik sepanjang tahun 2010 yaitu

mencapai Rp.16,55 milliar, maka Kantor Bank

Indonesia Gorontalo bekerjasama dengan

Badan Musyawarah Perbankan Daerah

Gorontalo pada tanggal 21 November 2010

melakukan pencanangan Gerakan Siswa

Gorontalo Menabung (GSGM) yang bertujuan

Page 23: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010 43

untuk mendidik para siswa untuk berhemat dan mempersiapkan masa depan sejak dini

dengan cara menyisihkan sebagian uang yang diperoleh untuk ditabung sebagai persiapan

bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan dan/atau keperluan lainnya di masa mendatang.

Acara dimaksud dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Gorontalo, Bapak Tonny Uloli, SE di

SMU Negeri 3 Gorontalo.

Hasil evaluasi hingga desember 2010 menunjukkan bahwa respons sekolah,

khususnya para siswa, cukup baik terhadap program ini, yang tercermin dari data jumlah

rekening dan tabungan siswa. Sejak dilaunching pada 21 November 2010 lalu, hingga

posisi Desember 2010 program ini telah diikuti oleh 23 sekolah yang terdiri dari 5 sekolah

dasar, 9 sekolah menengah pertama, dan 9 sekolah menengah umum/sederajat. Jumlah

rekening tabungan siswa hingga desember 2010 tercatat sebanyak 874 rekening dengan

jumlah dana terhimpun sebesar Rp276,55 juta atau rata-rata Rp316,41 ribu per rekening.

Untuk lebih mengefektifkan program edukasi siswa dan penghimpunan dana oleh

perbankan, maka saat ini salah satu sekolah bekerjasama dengan salah satu bank di

Gorontalo menggagas pembentukan layanan bank mini yang bertujuan disamping sebagai

sarana edukasi perbankan, juga memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk

menyetorkan dananya ke perbankan.

Page 24: PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id · ini, ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2010| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan