40
Dosen Pengampu : 1. Dra. Amelia Tristiana, M.si.,Psikolog 2. Umniyah Saleh, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog 3. Nirwana Permatasari, S.Psi.,M.Pd MASA BAYI DAN BALITA Dwiana Fajriati (Q111 12 013) Alfina Dewi H (Q111 12 254) Wahid Hasyim (Q111 12 261) Vriska Kemala Thayeb (Q111 13 027) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Perkembangan Bayi Dan Balita

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi Anak Usia Dini

Citation preview

Dosen Pengampu :

1. Dra. Amelia Tristiana, M.si.,Psikolog2. Umniyah Saleh, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog3. Nirwana Permatasari, S.Psi.,M.Pd

MASA BAYI DAN BALITA

Dwiana Fajriati (Q111 12 013)

Alfina Dewi H (Q111 12 254)Wahid Hasyim (Q111 12 261)

Vriska Kemala Thayeb (Q111 13 027)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

A. Perkembangan Fisik

a. Masa bayi (0-2 tahun) Masa neonatal (0 2 minggu)

Pada masa ini, biasanya perkembangan fisik terjadi penurunan berat badan akibat kesulitan menyesuaikan diri secara cepat pada lingkungan yang baru. Penyesuaian ini mencakup perubahan suhu, mengisap, menelan, bernafas, dan membuang kotoran. Seringkali terdapat bulu halus di kepala dan punggung, tetapi pada punggung biasanya akan segera menghilang. Proporsi kepala dengan panjang tubuh bayi pada masa ini kira-kira 1:4. 2 minggu 2 tahunSelama enam bulan pertama, pertumbuhan fisik terus terjadi dengan pesat, dan kemudian menurun. Pada tahun kedua, pertumbuhan fisik terus mengalami penurunan dengan pesat. Selama tahun pertama, bayi mengalami peningkatan berat badan yang pesat daripada tinggi badannya. Namun, pada tahun kedua, terjadi kebalikannya. Proporsi tubuh yang awalnya mengalami berat di kepala berangsur-angsur menjadi berkurang dan terjadi pertumbuhan badan dan tungkai meningkat. Sehingga pada masa akhir, bayi tampak lebih ramping dan tidak gempalb. Masa balita (3-5 tahun) Anak bertambah tinggi 2 inci dan bertambah berat 5-7 pon setiap tahunnya.

Pada usia 3 tahun, ukuran otak anak ukuran otak dewasa.

Pada usia 5 tahun ukuran otak anak hamper menyerupai ukuran otak anak ketika dewasa.

B. Perkembangan Motorik

a. Masa bayi (0-2 tahun) Gerak refleks tersenyum muncul pada minggu pertama, sedangkan senyum sosial (reaksi terhadap senyum orang lain) mulai terjadi antara bulan ketiga dan keempat. Dalam posisi tengkurap, bayi dapat menahan kepala secara tegak ketika berusia 1 bulan, sedangkan dalam posisi telentang pada usia 5 bulan, dan dalam posisi duduk pada usia 4 atau 6 bulan. Pada usia 2 bulan, bayi dapat berguling dari samping ke belakang. Sedangkan pada usia 4 bulan, bayi dapat berguling dari posisi tengkurap ke samping, dan pada usia 6 bulan bayi sudah dapat berguling sepenuhnya. Pada usia 4 bulan, bayi dapat ditarik ke posisi duduk (dipangku). Usia 5 bulan dapat duduk dengan dibantu, sedangkan pada usia 7 bulan bayi sudah bisa duduk sendiri tanpa dibantu, namun hanya sebentar. Bayi baru dapat duduk sendiri tanpa dibantu untuk waktu yang relatif lama (sekitar 10 menit), pada usia 9 bulan. Pada usia 3 4 bulan, bayi mulai dapat menggerakkan Ibu jarinya untuk menjauhi jari-jari yang lain dalam usaha menggenggam. Sementara pada usia 8 10 bulan, bayi sudah dapat mengambil benda. Setelah berusia dua minggu biasanya bayi sudah dapat memindahkan tubuhnya dengan cara menendang-nendangkan kaki pada alas tidur. Sementara pada usia 6 bulan, bayi sudah dapat bergerak dalam posisi duduk. Kemampuan bayi untuk bisa merangkak, terjadi pada usia 8 10 bulan. Sedangkan kemampuannya untuk menarik diri sendiri pada posisi berdiri (rambatan), terjadi ketika bayi berusia 10 bulan. Bayi dapat berdiri dengan bantuan pada usia 11 bulan, dan akhirnya berjalan sendiri tanpa bantuan pada usia 13 14 bulan.b. Masa balita (3-5 tahun) Pada usia 3 tahun: Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-gant dan berpegangan pada tangga Berlari berputar-putar tanpa kendala Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali Melompat dengan salah satu kaki 5 kali Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada Mendorong, menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak Menjiplak garis vertical, horizontal dan silang Menjiplak lingkaran Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas Menggambar mengikuti bentuk Membuka menutup kotak Memegang kertas dengan satu tangan dan mempergunakan gunting untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian. Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus. Pada usia 4 tahun:

Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik

Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki

Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit

Lomba lari

Melompat ke depan 10 kali

Melompat ke belakang sekali

Bersalto/berguling ke depan

Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan

Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki

Melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-5 kaki darinya

Membangun menara setinggi 11 kotak

Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut

Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari

Menjiplak gambar kotak

Menulis beberapa huruf

Menyelesaikan puzzle 4 keping

Menggunting zig-zag, melengkung, membentuk dengan lilin.

Mulai menulis sesuatu dan mampu mengontrol gerakan tangannya.

Pada usia 5 tahun: Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik

Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping

Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut

Melompat dua meter dengan salah satu kaki

Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola

Menangkap bola tennis dengan kedua tangan

Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan

Mengayun tanpa bantuan

Menangkap dengan mantap

Menulis nama depan

Membangun menara setinggi 12 kotak

Mewarnai dengan garis-garis

Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari

Menggambar orang beserta rambut dan hidung

Menjiplak persegi panjang dan segitiga

Memotong bentuk-bentuk sederhana.

Melipat

Menggunting sesuai pola

Menyusun konstruksi banguna

Meniru tulisan Tangan, lengan, dan tubuh semuanya bergerak bersama di bawah komando mataC. Perkembangan Emosi

a. Masa bayi

1. Emosi-emosi AwalAhli terkemuka di bidang perkembangan emosional bayi Michael Lewis (2007-2008) membedakan antara emosi primer dan emosi sadar-diri.

a. Emosi Primer

Adalah emosi yang dimiliki oleh makhluk hidup baik manusia dan binatang. Emosi-emosi ini diekspresikan dalam enam bulan pertama kehidupan bayi manusia. Emosi primer termasuk di dalamnya terkejut, tertarik, gembira, marah, sedih, takut dan jijik. b. Emosi Sadar-Diri

Emosi ini memerlukan kewaspadaan diri yang melibatkan kesadaran dan rasa ke-aku-an. Emosi sadar-diri termasuk di dalamnya cemburu, empati, malu, bangga, rasa bersalah dan menyesal yang kebanyakan muncul pertama kali pada usia sembilan bulan tahun pertama. Beberapa ahli menyebut emosi-emosi sadar diri seperti malu, menyesal, rasa bersalah dan bangga sebagai emosi sadar-orang lain. Karena, melibatkan reaksi-reaksi emosi dari oranglain ketika emosi tersebut muncul.

Para peneliti seperti Joseph Campos (2005) dan Michael Lewis (2007) memperdebatkan mengenai seberapa awalkah emosi-emosi di atas muncul pertama kali dalam masa bayi dan balita dan bagaimanakah urutannya. Misalnya rasa cemburu, beberapa peneliti berargumen bahwa rasa cemburu tidak muncul hingga sekitar 18 bulan. Sementara para peneliti lain menyatakan bahwa emosi ini diperlihatkan lebih awal. Debat mengenai awal munculnya emosi seperti rasa cemburu ini mengilustrasikan kompleksitas dan kesulitan dalam menyadari emosi-emosi awal. Jadi, beberapa ahli perkembangan sosioemosional bayi seperti Jerome Kagan (2010) menyimpulkan karena belum matangnya otak bayi secara struktural maka emosi-emosi yang memerlukan pemikiran seperti rasa bersalah, bangga, tak berdaya, empati dan cemburu cenderung belum dapat muncul di tahun pertama.

2. Ekspresi Emosi dan Relasi SosialEkspresi emosi memiliki peran dalam relasi bayi yang pertama. kemampuan untuk mengkomunikasikan emosi memungkinkan interaksi yang terkoordinasi dengan pengasuhnya dan merupakan awal suatu ikatan emosional diantara mereka (Thombson, 2010) karena adanya koordinasi seperti itu interaksi ini dinyatakan bersifat resifprokal atau sinkron ketika semuanya berlangsung baik.Tangisan dan senyuman adalah dua ekspresi emosi yang diperlihatkan baik ketika berinteraksi dengan orangtua. inilah bentuk pertama dari komunikasi emosi pada bayi.3. Tangisan

Menangis adalah mekanisme paling penting yang dikembangkan oleh bayi baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. bayi memiliki tiga jenis tangisan yakni :a. Tangisan Dasar (basic cry)

Pola berimarama yang biasanya terdiri dari satu tangisan, diikuti diam sesat, diteruskan dengan siulan kecil pendek dengan nada agak lebih tinggi dibandingkan tangisan utama, lalu diakhiri dengan diam singkat lagi sebelum tangisan berikutnya. beberapa ahli mengenai tangisan bayi yakin bahwa rasa lapar adalah salah satu kondisi yang mendorong tangisan anak.

b. Tangisan Kemarahan (anger cry)Variasi dari tangisan dasar dengan lebih banyak udara dikeluarkan melalui tali suara.c. Tangisan Kesakitan (pain cry)

Tangisan spontan yang panjang dan tiba-tiba diikuti menahan nafas cukup lama, tanpa rintihan atau erangan pendahuluan. tangisan kesakitan dirangsang oleh stimulus berintensitas tinggi.

4. Senyuman

Senyum berperan kritis sebagai alat mengembangkan keterampilann sosial baru dan merupakan signal sosial yang penting (Campos, 2009) ada dua jenis senyuman yang diketahui pada bayi, yakni : Senyuman Refleksif : Senyuman yang bukan merupakan respon stimuli eksternal dan muncul selama satu bulan pertama setelah kelahiran, biasanya selama tidur.

Senyuman Sosial : Senyuman yang terjadi sebagai respon terhadap stimulus eksternal, biasanya terhadap wajah yang dilihat bayi yang biasanya berlangsung di awal perkembangan ketika bayi berusia 2 bulan.

5. Rasa Takut

Rasa Takut adalah emosi pada bayi yang paling awal biansanya muncul pertama kali diusia sekitar 6 bulan. namun, bayi yang mengalami kekerasan dan diabaikan dapat memperlihatkan emosi takut pada usia 3 bulan.

Ekspresi takut yang paling sering diperlihatkan pada bayi adalah kecemasan terhadap orang asing (stranger anxiety) dimana bayi menunjukkan rasa takut dabn khawatirnya terhadap orang asing. ekspresi ini biasanya muncul secara bertahap. awalnya, muncul pada usia sekitar 6 bulan dalam bentuk reaksi khawatir. dan pada usia 9 bulan takut terhadap orang asing seringkali berkembang menjadi lebih kuat dan terus meningkat hingga ulang tahun pertama sang bayi, kemudian menurun (Scher & Harel 2008).

6. Regulasi Emosional dan Coping

Selama satu tahun pertama, bayi secara bertahap mengembangkan kemampuan untuk menahan diri atau meminimalisasi intensitas dan lamanya reaksi emosi mereka (Kopp, 2008). Sejak awal masa bayi, bayi mengisap jempolnya untuk menenangkan diri, namun awalnya pada bayi terutama tergantung pada "pengasuh" untuk membantu mereka menenangkan emosi-emosinya. Seperti ketika seorang pengasuh membuai si bayi agar tertidur, menyanyikan nina bobo secara lembut, mengusapnya dan sebagainya.

Diusia lebih dewasa ketika emosi bayi menjadi tergugah (arroused) kadangkala mereka dapat memindahkan atensinya atau mengalihkan minatnya agar dapat mengurangi ketergugahannya. Diusia lebih dewasa bayi dapat menggunakan bahasa untuk mendefinisikan kondisi perasaan mereka dan konteks yang membuat mereka gelisah (Kopp, 2008). Konteks dapat mempengaruhi regulasi emosi (Thompson, 2010; Thompson & Virmani, 2010). bayi seringkali dipengaruhi oleh kelelahan, rasa lapar, waktu, dan orang-orang disekitarnya. bayi harus beradaptasi di berbagai konteks yang menuntut regulasi emosi. selain itu, ketika bayi lebih dewasa ia juga lebih dihadapkan pada tuntutan-tuntutan baru dan orang tua mengubah ekspektasi terhadapnya. sebagai contoh, orangtua akan mendekat apabila bayi berusia 6 bulan berteriak namun orangtua dapat bereaksi secara berbeda jika yang berteriak adalah anak yangberusia satu setengah tahun. Kontroversi masih melingkupi pertanyaan mengenai bagaimanakah respon yang sebaiknya diberikan oleh orangtua terhadap bayinya yang menangis ( Lewis & Ramsay, 1999). meski demikian para ahli perkembangan semakin banyak yangberpendapat bahwa bayi tidak mungkin menjadi terlalu dimanja di satu tahun pertama di kehidupannya, yang memperlihatkan baha orang tua sebaiknya menenangkan bayinya yang menangis. reaksi ini seharusnya membantu bayi mengembangkan rasa percaya dan kedekatan yang aman dengan pengasuh.7. Temperamen adalah gaya perilaku dan cara merespon yang sifatnya individual. Menurut Chess dan Thomas :a. Anak bertemperamen mudah (easy child) adalah anak yang pada umumnya memiliki suasana hati positif, cepat membangun rutinitas pada masa bayi dan mudah beradaptasi dengan pengalaman-pengalaman baru.

b. Anak bertemperamen sulit (difficult child) adalah anak yang cenderung bereaksi secara negatif dan sering menangis, melibatkan diri dalam hal-hal rutin sehari-hari secara teratur dan lambat menerima pengalaman-pengalaman baru.

c. Anak bertemperamen lambat (slow-to-warm-up child) memiliki tingkat aktivitas rendah, agak negatif, dan memperlihatkan suasana hati yang intensitasnya rendah.

Menurut Rothbart dan Bates :

a. Ekstraversi/surgeri (extraversion/surgery) meliputi antisipasi positif, inpulsivitas, tingkat akttivitas dan pencarian sensasi (Rothbart, 2004 h. 495).

b. Afektivitas negatif meliputi takut, frustasi, sedih, dan tidak nyaman (Rothbart, 2004 h. 495). anak-anak ini mudah tertekan sering cemas dan menangis

b. Masa balitaDalam memahami emosi anak-anak usia 3-5 tahun telah terkait secara positif dengan kompetensi social (seperti memberikan respons empati terhadap anak lain) dan terkait secara negative dengan internalisasi mereka (tingkat kecemasan yang tinggi misalnya) serta masalah eksternalisasi (perilaku agresif yang tinggi, misalnya) (Trentacosta & Fine, 2009). Antara usia 2 hingga 4 tahun, anak-anak memperlihatkan peningkatan jumlah istilah yang mereka gunakan untuk mendeskripsikan emosi. Selama masa ini, anak-anak juga belajar mengetahui penyebab dan konsekuensi dari perasaan-perasaan. (Denham, Bassett & Wyatt, 2007) Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa anak usia 4 tahun mengenali dan menyusun strategi untuk mengendalikan amarahnya lebih baik dari anak usia 3 tahun (Cole dkk,2009)D. Perkembangan Kepribadian

a. Masa bayi

Menurut Erik-Erikson masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust vs mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 tahun.Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoron (eliminsi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil.E. Perkembangan Sosial

a. Masa bayi

Bayi muda memandang penuh perhatian pada wajah-wajah dan mengenali suara-suara manusia, terutama suara pengasuhnya (Ramsay-Rennels & Langlois, 2007). Di masa selanjutnya, bayi lebih pandai untuk menerjemahkan arti ekspresi wajah. Bermain secara beratatapan muka (face to face play) terjadi ketika bayi berusia 2 hingga 3 bulan. Interaksi bermain secara bertatapan muka yang berfokus mencakup vokalisasi, sentuhan dan bahasa tubuh. Bayi berespons secara berbeda di usia 2 hingga 3 bulan, di usia ini kebanyakan bayi berekspektasi bahwa orang bereaksi secara positif ketika ia melakukan perilaku tertentu, seperi tersenyum atau membuat vokalisasi. Lalu sejak usia 6 bulan bayi sudah menunjukkan minat terhadap bayi lain.Adapun konsep Kelekatan (Attachment) menurut Bowlby (Schaffer, 1996) :

Tahap 1 : Dari Lahir hingga usia 2 bulan. Secara insting bayi menjalin kelekatan dengan manusia. Orang asing, saudara, dan orang tua memiliki peluang yang sama untuk membangkitkan senyuman atau tangisan dari bayi.

Tahap 2 : Dari usia 2 hingga 7 bulan. Kelekatan menjadi berfokus pada satu individu, biasanya kepada pengasuh utama, bersamaan dengan bayi belajar secara bertahap membedakan antara orang yang dikenal dan tidak dikenalnya.

Tahap 3 : Dari usia 7 hingga 24 bulan. Kelekatan yang khusus berkembang ketika keterampilan lokomotor meningkat, bayi secara aktif berusaha menjalin kontak secara teratur dengan para pengasuh seperti ibu atau ayah.

Tahap 4 : Dari usia 24 bulan dan seterusnya. Anak-anak menjadi lebih menyadari perasaan, tujuan dan rencana orang lain, serta mulai mempertimbangkan hal-hal ini dalam menentukan tindakannya sendiri.

b. Masa balita

Pengaruh social berupa relasi dan teman sebaya, pada anak usia 3 tahun akan lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kawan-kawan sesama gender dibandingkan dengan lawan jenis. Dalam teori Psikoanalitis Erik-Erikson

Tahap kedua yakni Otonomi vs Rasa malu dan keragu-raguan yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru mulai berjalan (1 hingga 3 tahun). Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuhnya, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah keputusan mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa kemandirian atau otonominya. Jika bayi terlalu banyak dibatasi dan dihukum terlalu keras, mereka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.

Prakarsa vs Rasa Bersalah, yang merupakan tahap ketiga dari perkembangan menurut Erikson, berlangsung selama masa prasekolah. Ketika anak-anak prasekolah mulai memasuki dunia social yang luas, mereka dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang menuntut mereka untuk mengembangkan perilaku yang aktif dan bertujuan. Anak-anak diharapkan mampu bertanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Namun, perasaan bersalah dapat muncul apabila anak dianggap tidak bertanggung jawab dan menjadi sangat cemas

F. Perkembangan Moral pada Balita

Pengasuhan dan perkembangan moral terkait adanya hati nurani pada anak-anak, peneliti telah menemukan bahwa anak-anak telah menyadari hal yang benar dan yang salah, memiliki kapasitas untuk menunjukkan empatinya terhadap orang lain, mengalami rasa bersalah, menunjukkan perasaan tidak nyaman setelah melakukan pelanggaran, dan sensitive apabila melanggar peraturan (Kochanska & Aksan, 2007; Kochanska dkk, 2009)

1. Tingkat Moralitas Pra-Konvensional

Penalaran pra-konvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal. Seperti dalam tahap heteronomous Piaget, anak-anak menerima aturan figur otoritas, dan tindakan yang dinilai oleh konsekuensi mereka.

Perilaku yang mengakibatkan hukuman dipandang sebagai buruk, dan mereka yang mengarah pada penghargaan dilihat sebagai baik. Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat ini biasanya ada pada anak-anak yang berusia empat hingga sepuluh tahun. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.

a. Tahap 1: Orientasi Kepatuhan dan Hukuman.

Orientasi hukuman dan kepatuhan (punishment and obedience orientation) ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman, seseorang memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Anak-anak pada tahap ini sulit untuk mempertimbangkan dua sudut pandang dalam dilema moral. Akibatnya, mereka mengabaikan niat orang-orang dan bukan fokus pada ketakutan otoritas dan menghindari hukuman sebagai alasan untuk bersikap secara moral.

b. Tahap 2: Orientasi Minat Pribadi (Apa untungnya buat saya?)

Individualisme dan tujuan (individualism and purpose) ialah tahap kedua dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah. Anak-anak menyadari bahwa orang dapat memiliki perspektif yang berbeda dalam dilema moral, tetapi pemahaman ini adalah pada awalnya sangat konkret. Mereka melihat tindakan yang benar sebagai yang mengalir dari kepentingan diri sendiri. Timbal balik dipahami sebagai pertukaran yang sama nikmat Anda melakukan ini untuk saya dan saya akan melakukannya untuk Anda.

G. Perkembangan Kognitif

Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yang mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi dan psikologis( perkembangan jiwa). Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh: manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian dan kendaraan untuk transportasi.Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi olehmaturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.

Tahap tahapPerkembanganPiaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 Tahapan utama yang seiring pertambahan usia :

1. Tahapan sensorimotor (usia 02 tahun)

2. Tahapan pra-operasional (usia 27 tahun)

3. Tahapan operasional konkrit (usia 711 tahun)

4. Tahapan operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Namun untuk bayi dan balita hanya sampai pada tahap kedua, yakni ditengah periode pra-operasional.

a. Tahap sensorimotor

Pada tahap sensorimotor bayi membangun suatu pemahaman mengenai dunia dengan cara mengoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris melalui tindakan-tindakan fisikmotorik. Piaget (Santrock, 2012) membagi tahap sensorimotor ke dalam enam subtahapan, yaitu:1) Refleks sederhana

Berlangsung sejak lahir hingga usai satu bulan. Pada subtahap ini koordinasi sensasi dan tindakan melalui perilaku refleks. Bayi kemudian mampu menampilkan perilaku yang menyerupai refleks tersebut tanpa adanya stimulus yang memicu refleks itu. Bahkan, pada bulan pertama kehidupannya, bayi akan memulai tindakan mandiri dan secara aktif menstrukturisasi pengalaman-pengalamannya.

2) Kebiasaan awal dan reaksi sirkuler

Berlangsung pada usia 1 - 4 bulan. Pada subtahap ini bayi mencoba mengkoordinasikan sensasi dan dua tipe skema, yaitu kebiasaan dan reaksi sirkuler primer. Kebiasaan adalah skema yang didasarkan pada refleks yang pada akhirnya akan menjadi reaksi yang sepenuhnya terpisah dari rangsangan asli yang membangkitkan refleks itu, sedangkan reaksi sirkuler adalah tindakan yang diulang-ulang (Santrock, 2012). Pada subtahap ini skema berkembang dari upaya-upaya bayi untuk memproduksi suatu peristiwa yang pada mulanya terjadi secara kebetulan. Kebiasaan dan reaksi-reaksi sirkuler bersifat stereotype, artinya bayi akan mengulang-ulang dengan cara yang sama. Di samping itu, hal yang juga menjadi ciri adalah bahwa bayi lebih terpusat pada tubuhnya sendiri dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

3) Reaksi sirkuler sekunder

Berlangsung antara usia 4 -8 bulan. Pada subtahap ini bayi lebih berorientasi pada objek, melampaui preokupasi diri. Skema yang terbentuk belum terarah pada sasaran. Bayi mengulang-ulang sesuatu karena konsekuensi dari tindakan tersebut. Selain itu, bayi juga melakukan peniruan terhadap sejumlah tindakan sederhana. Dalam hal ini bayi hanya melakukan peniruan terhadap tindakantindakan yang memang telah mampu dihasilkannya sendiri.

4) Koordinasi sirkuler sekunder

Subtahap sensorimotor yang berlangsung antara usia 8 12 bulan. Pada subtahap ini bayi telah mampu mengoordinasikan penglihatan dan sentuhan, yaitu tangan dan mata. Tindakan-tindakan menjadi lebih diarahkan keluar. Perubahan besar yang terjadi pada subtahap ini melibatkan koordinasi skema-skema dan kesengajaan. Artinya, bayi telah mampu mengombinasikan maupun mengombinasikan ulang secara terkoordinasi skema-skema yang sebelumnya telah dipelajari.

5) Reaksi sirkuler tersier, kesenagan terhadap hal baru, dan keingintahuan

Subtahap sensorimotor yang berlangsung antara usia 12 18 bulan. Pada subtahap ini minat bayi semakin tergugah terhadap berbagai karakterisitk objek ataupun segala tindakan yang dapat mereka lakukan terhadap objek itu. Reaksi sirkuler tersier adalah skema dari ekplorasi kesengajaan oleh bayi terhdap kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat dilakukan pada objek tertentu dan mengamati hasilnya. Piaget mengatakan bahwa subtahap ini merupakan titik awal perkembnagan keingintahuan dan minat bayi terhadap hal baru.6) Internalisasi skema

Subtahap sensorimotor yang terakhir, yaitu berlangsung antara usia 18 24 bulan. Pada subtahap ini bayi mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol primitive. Simbol-simbol primitive memungkinkan bayi untuk memikirkan peristiwa-peristiwa konkret tanpa harus secara langsung melakukan atau melihatnya. Selain itu, simbol-simbol tersebut juga memungkinkan bayi untuk memanipulasi dan mentransformasi peristiwa-peristiwa dengan cara sederhana.Di samping pencapaian-pencapaian di atas, salah satu hal yang menjadi ciri perkembangan kognitif di masa bayi yaitu ketetapan objek (Piaget dalam Santrock, 2012). Bayi secara umum telah paham bahwa objek-objek masih tetap ada meskipun tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh.Penelitian-penelitian selanjutnya menggambarkan hasil yang berbeda dari apa yang dikemukakan oleh Piaget terkait perkembangan kognitif masa bayi. Sejumlah penelitian menemukan bahwa tidak lama setelah bayi lahir, yaitu pada usia sekitar 3 4 bulan bayi telah memahami bahwa objek-objek bersifat bulat, utuh, padat, dan terpisah dari lingkungannya. Kemampuan persepsi bayi berkembang sangat pesat di usia yang sangat dini dalam kehidupan (Hurlock, 1999). Singka kata, penelitian telah menemukan bahwa dunia perceptual yang stabil dan terdiferensiasi telah dicapai di waktu yang lebih awal dibandingkan dengan yang diperkirakan oleh Piaget (Santrock, 2012). Selain itu, bayi juga telah mulai mengembangka konsep-konsep pada tahap sensorimotor ini. Mandler (dalam Santrock, 2012) berpendapat bhawa kategori konseptual baru terbentuk di usia 7 hingga 9 bulan ke atas. Konsep pertama yang dimiliki oleh bayi masih bersifat sangat luas. Namun, selama dua tahun pertama, konsep tersebut secara bertahap menjadi semakin terdiferensiasi.Aspek-aspek kognitif lainnya, seperti atensi, persepsi, dan memori mulai berkembang pada masa bayi. Sebagaimana telah dikemukakan di awal bahwa kemampuan persepsi bayi berkembang pesat di usia yang sangat dini. Bayi telah mampu mengoordinasikan informas dari dua atau lebih modalitas senoris. Di usia 6 hingga 8 bulan bayi telah mempersepsikan gravitasi dan tumpuan (Santrock, 1999). Seiring dengan perkembangan bayi, pengalaman dan tindakan mereka terhadap objek-objek akan mampu membantu mereka dalam memahami hukum-hukum fisik. Adapun terkait dengan memori, dijelaskan bahwa di akhir tahun kedua, mamori jangka panjang telah lebih berperan dan stabil sebagai akibat dari perkembangan hipokampus dan lobus frontal otak (Santrock, 2012; Hurlock, 1999).Adapun perkembangan bahasa pada masa bayi dikemukakan oleh Hurlock (1999) dalam beberapa tonggak bersejarah, yaitu menangis (lahir), mendekut (1 hingga 2 bulan), berceloteh (6 bulan), melakukan transisi dari bahsa universal menjadi bahasa pendengar spesifik (7 hingga 11 bulan), menggunakan bahasa tubuh (8 hingga 12 bulan), kata pertama yang diucapkan (13 bulan), vocabulary spurt (18 bulan), perluasan opemahaman kata-kata yang berlangsung cepat (18 hingga 24 bulan), dan ungkapan dua kata (18 hingga 24 bulan).

b. Tahapan Pra-operasional

Tahap kedua dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah tahap praoperaional yang berlangsung pada usia 2 7 tahun. Piaget (Santrock, 2012) membagi tahap ini menjad dua subtahapan, yaitu subtahapan fungsi simbolik dan subtahapan pemikiran intuitif. Pada usia 2 hingga 4 tahun anak-anak mulai melakukan pemaknaan terhadap simbol-simbol, baik berupa kata-kata, bayangan (permainan khayalan), maupun gambar.

Pada subtahapan simbolik ini pemikiran anak-anak juga ditandai dengan egosentrisme dan animisme (Hurlock, 1999). Piaget berpendapat bahwa anak-anak yang berada dalam tahap pemikiran praoperasional, seringkali egosentrikmenganggap bahwa segala sesuatunya berasal dari satu sudut pandang saja (perspektif tunggal). Egosentrisme juga diartikan sebagai ketidakmampuan anak untuk membedakaan yang mana persepektif dari dirinya sendiri dan yang mana persepektif milik orang lain. Egosentrisme memengaruhi anak dalam ucapannya, seperti saat mereka terlibat dalam sebuah monolog bersama (Crain, 2007).

Selanjutnya, selamat subtahapan pemirian intuitif, yaitu pada usia 4 hingga 7 tahun anak mulai membentuk konsep yang stabil dan mulai bernalar dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada orang dewasa. Piaget (Crain, 2007) mengatakan bahwa baru pada akhir tahap inilah (hampir memasuki tahap operasional konkret) yang diperkirakan berusia sekitar 7 tahun seorang anak memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, logis dan lebih terorganisir. Pemikiran pada subtahapan ini disebut intuitif karena anak-anak tampaknya begitu yakin akan pengetahuannya, namun tidak menyadari bagaimana caranya hingga mereka dapat mengetahui apa yang mereka ketahui tersebut (Hurlock, 1999).

Selama masa kanak-kanak awal, kemampuan anak dalam menaggapi stimuli bertambah. Selain itu, terjadi pula kemajuan di dalam memori jangka pendek anak. Walau demikian, anak-anak kecil biasanya belum mampu menggunakan strategi agar dapat mengingat, namun mereka dapat belajar menggunaka strategi-strategi pemecahan maslah sederhana. Pada usia 2 hingga 3 tahun, anak-anak mulai memahami kondisi mental yang mencakup persepsi, keinginan, dan emosi, smentara pada usia 4 hingga 5 tahun anak-anak menyadari bahwa manusia dapat memiliki keyakinan yang keliru (Santrock, 2012). Terkait dengan perkembangan bahasa, kemampuan bahasa mengalami perkembangan pesat di tahap ini, tepatnya pada usia 2 - 4 tahun, di mana bahasa bagi anak di tahapan ini lebih sebagai suatu pra-konsepsi (Crain, 2007).

MASALAH-MASALAH PERKEMBANGAN PADA BAYI DAN BALITA

a) Masa BayiMasa bayi merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi. Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua (Hurlock, 1993).Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi, bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak.

Pada perkembangan fisik, beberapa bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi (Hurlock, 1993).Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras.Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.

b) Masa Balita

Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa balita, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di masa balita dikarenakan balita sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu (Hurlock, 1993).Pada perkembangan fisik, pertumbuhan selama masa balita berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan balita tidak sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak disukai. Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik (Hurlock, 1993)

STIMULASI DALAM TUMBUH KEMBANG ANAKKemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi.

Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif (pendengaran), taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan anak akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara. Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan. Selain itu anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik.Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya (kecerdasan).

Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu sebagai berikut.

1. Perkembangan Sensorik Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi. Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya. Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya pada lingkungan sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan pertama. Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) adalah sangat penting untuk perkembangan bahasanya (verbaal),terutama pada tahun pertama kehidupannya.Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayng yang diperlukan oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal lingkungan yang berberda.

2. Perkembangan Intelektual Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran.Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak.Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan berbahasa.Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan hubungan baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara fantasi

3. Perkembangan Sosialisasi dan Moral Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan ketertarikan dan kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan etika,belajar mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya mengamati objek di sekitarnya.Pada usia 2-3 tahun,biasanya anak suka bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu dan lain-lain. 4. Kreativitas

Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk berkreasi dari pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang lain.Memungkinkan fantasi dan imajinasi dan meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk mengembangkan kreasi anak diperlukan lingkunagan yang mendukung

5. Nilai Terapeutik

Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan. Dengan bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan atas situsi sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di dunia nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan nonverbal tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.

PERMAINAN SEBAGAI ALAT STIMULASI UNTUK ANAK DIBAWAH USIA 5 TAHUN

Kania (2010) mengemukakan beberapa jenis permainan yang dapat digunakan untuk anak usia dibawah 5 tahun sebagai berikut:a) Peremainan untuk usia 0 12 bulanTujuan:

Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. Melatih kerja sama mata dengan tangan

Melatih kerja sama mata dengan telinga

Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan

Melatih mengenal sumber asal suara

Melatih kepekaan perabaan

Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang

Alat permainan yang dianjurkan:

Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka

Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang

Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara

Alat permainan berupa selimut dan boneka

Giring-giring

b) Permainan untuk usia 12 24 bulanTujuan:

Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara

Memperkenalkan sumber suara

Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik

Melatih imajinasinya

Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiata yang menarikAlat permainan yang dianjurkan:

Genderang, bola denga giring-giring didalamnya

Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik

Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring, sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil warna.

c) Permainan untuk usia 25 36 bulanTujuan:

Menyalurkan emosi/perasaan anak

Mengembangkan ketrampilan berbahasa

Melatih motorik halus dan kasar

Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna)

Melatih kerja sama mata dan tangan

Melatih daya imajinasi

Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda

Alat permainan yang dianjurkan:

Lilin yang dapat dibentuk

Alat-alat untuk menggambar

Puzzle sederhana

Manik-manik ukuran besar

Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda

Bola

d) Permainan untuk usia 36 60 bulanTujuan:

Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan Mengembangkan kemampuan berbahasa

Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi

Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara)

Membedakan benda dengan perabaan

Menumbuhkan sportivitas

Mengembangkan kepercayaan diri

Mengembang kreativitas

Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)

Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar

Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya

Alat permainan yang dianjurkan:

Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah

Daftar pustaka::Cahyono, C.H & Suparyo, W. (1985). Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Malang: IKIP Malang.Kania, N. (2010). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh Kembang Yang Optimal.Retrieved 1 Maret 2015 from http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/stimulasi_tumbuh_kembang_anak_optimal.pdf

Hurlock, Elizabeth B. (1993). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.Santrock, John W. (2012). LIFE-SPAN DEVELOPMENT Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas, Jilid 1.Erlangga: Jakarta.