16
Perkawinan Antara yang Berlainan Agama Menurut Hukum Positif dan Agama Kelompok 1: Angling Zanifiar H Laila Aulia RavIta Dewi N

Perkawinan Antara Yang Berlainan Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, maka penulisan makalah ini yang bertema “ANTI BIOTIK” dapat terselesaikan dengan baik. Terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami berharap makalah ini dapat berguna bagi saya dan teman-teman pada umumnya, dalam perkuliahan kita nantinya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belum dapat di katakan baik, masih banyak kesalahan yang terdapat di dalam makalah yang kami buat ini. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian demi perbaikan makalah-makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

Citation preview

PowerPoint Presentation

Perkawinan Antara yang Berlainan AgamaMenurut Hukum Positif dan AgamaKelompok 1:

Angling Zanifiar HLaila AuliaRavIta Dewi NPerkawinan merupakan suatu peristiwa dalamkehidupan manusia, karena perkawinancalon suami istri. Tetapi juga menyangkutTidak saja menyangkut pribadi keduaurusan keluarga2SYARAT - SYARAT PERKAWINAN DAN RUKUNNYACalon mempelai pria:

Laki-lakiBeragama islamJelas orangnyaDapat memberikan persetujuanTidak terdapat halangan perkawinan

Syarat-syarat perkawinan dan rukunnya4Calon Mempelai Wanita:

PerempuanBeragama meskipun yahudi ataupun nasraniJelas orangnyaDapat diminta persetujuanTidak terdapat halangan perkawinanPernikahan beda Agama dalam hukum IslamMasalah pernikahan berbeda keyakinan ini sebenarnya terbagi dalam 2 kasus keadaan, antara lain:Kasus 1: Pernikahan antara laki-laki non-muslim dengan wanita muslimKasus 2: Pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita non-muslim

Pada kasus 1 kedua pihak ulama sepakat untuk mengharamkan pernikahan yang terjadi pada keadaan seperti itu, seorang wanita muslim haram hukumnya dan pernikahannya tidak sah bila menikah dengan laki-laki non-muslim Al-Quran menjelaskan Dalam surat Al-Baqarah 221

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Surat Al-Baqarah Ayat 221)

Sedang pada kasus ke-2. Seorang laki-laki muslim dilarang menikah dengan wanita non-muslim kecuali wanita ahli kitab, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 5

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar maskawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.(Al-Maaidah Ayat 5)

Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif IndonesiaDasar hukum perkawinan di Indonesia yang berlaku sekarang ada beberapa peraturan, diantaranya adalah :1. Buku I Kitab Undang-undang Hukum Perdata2.UU No. 1/1974 tentang Perkawinan3.UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama4.PP No. 9/1975 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 1/19745.Intruksi Presiden No. 1/1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia

Mengenai perkawinan beda agama yang dilakukan oleh pasangan calon suami isteri dapat dilihat dalam UU No.1/1974 tentang perkawinan pada pasal 2 ayat 1, bahwa Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya.

Pertama, penafsiran yang berpendapat bahwa perkawinan beda agama merupakan pelanggaran terhadap UU No. 1/1974 pasal 2 ayat 1 pasal 8 f.

Pendapat kedua, bahwa perkawinan antar agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah tercakup dalam perkawinan campuran, dengan argumentasi pada pasal 57 tentang perkawinan campuran yang menitikberatkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, yang berarti pasal ini mengatur perkawinan antara dua orang yang berbeda kewarganegaraan juga mengatur dua orang yang berbeda agama.

Pendapat ketiga bahwa perkawinan antar agama sama sekali tidak diatur dalam UU No. 1/1974, oleh karena itu berdasarkan pasal 66 UU No. 1/1974 maka persoalan perkawinan beda agama dapat merujuk pada peraturan perkawinan campuran, karena belum diatur dalam undang-undang perkawinan.

APAKAH ADA YANG INGIN BERTANYA?

???

TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA