124
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!! Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

  • Upload
    lyque

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA

Page 2: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

STUDI MENGENAI INTENSI UNTUK MEROKOK PADA SISWA KEL AS 2

SMAN 22 BANDUNG MELALUI PENDEKATAN DESKRIPTIF

(Kajian berdasarkan Theory of Planned Behavior dari Icek Ajzen)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian sarjana pada

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh :

ANINDA DWI WAYANTHY

NPM. 10050007136

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

BANDUNG

2012

Page 3: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

LEMBAR PENGESAHAN

STUDI MENGENAI INTENSI UNTUK MEROKOK PADA SISWA KEL AS 2

SMAN 22 BANDUNG MELALUI PENDEKATAN DESKRIPTIF

NAMA : ANINDA DWI WAYANTHY

NPM : 10050007136

Bandung, September 2012

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS PSIKOLOGI

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Milda Yanuvianti, S.Psi., M.A. Fanni Putri, M.Psi.

Mengetahui,

Dekan Fakultas Psikologi,

DR. H. Umar Yusuf, M.Si., Psikolog

Page 4: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

ا���ر ���� ا��� وإ�� ا��رض � و� ا����وات � � و���

AliAliAliAli 'ImranImranImranImran. {109109109109}

Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan

kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.

Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan

sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya....”

(HR. alHR. alHR. alHR. al----BukhBukhBukhBukhāāāāriy dan Muslim)riy dan Muslim)riy dan Muslim)riy dan Muslim)

Page 5: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Skripsi ini kupersembahkanSkripsi ini kupersembahkanSkripsi ini kupersembahkanSkripsi ini kupersembahkan sebagai tanda sebagai tanda sebagai tanda sebagai tanda

terima kasih, terima kasih, terima kasih, terima kasih, baktibaktibaktibakti dan sayangku kepada ayah, dan sayangku kepada ayah, dan sayangku kepada ayah, dan sayangku kepada ayah,

mammammammama, kakaka, kakaka, kakaka, kakak dan adikdan adikdan adikdan adik----adikku yangadikku yangadikku yangadikku yang senantiasa senantiasa senantiasa senantiasa

memberikan do’a, memberi dukungan dan bantuan memberikan do’a, memberi dukungan dan bantuan memberikan do’a, memberi dukungan dan bantuan memberikan do’a, memberi dukungan dan bantuan

yang tak terhingga. Semoga Allah S.W.T senantiasayang tak terhingga. Semoga Allah S.W.T senantiasayang tak terhingga. Semoga Allah S.W.T senantiasayang tak terhingga. Semoga Allah S.W.T senantiasa

menuntun,menuntun,menuntun,menuntun, memberikan memberikan memberikan memberikan rahmat, kelancaran serta rahmat, kelancaran serta rahmat, kelancaran serta rahmat, kelancaran serta

kemudahakemudahakemudahakemudahan dalam segala sesuatu yang kitan dalam segala sesuatu yang kitan dalam segala sesuatu yang kitan dalam segala sesuatu yang kita lakukan. lakukan. lakukan. lakukan.

Amien..Amien..Amien..Amien..

Page 6: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

i

ABSTRAK

ANINDA DWI WAYANTHY 10050007I36. STUDI MENGENAI INT ENSI UNTUK MEROKOK PADA SISWA KELAS 2 SMAN 22 BANDUNG MELALUI PENDEKATAN DESKRIPTIF

Perilaku merokok merupakan hal yang tidak mengherankan lagi di dunia pendidikan. Banyak peningkatan jumlah perokok yang terjadi, terutama pada remaja. Fenomena ini juga terlihat pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung yang memiliki jumlah perokok yang lebih tinggi dibandingkan siswa SMAN Bandung lainnya. Berdasarkan hasil wawancara pada siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung, siswa memiliki pandangan yang positif untuk merokok namun ada sebagian dari siswa yang masih ragu menampilkan perilaku merokok tersebut. Dalam hal ini siswa yang menampilkan perilaku merokok, salah satunya di karena siswa mendapat dorongan dari teman-temannya yang selalu bersama untuk merokok dan yakin akan mendapatkan konsekuensi yang menguntungkan baginya, sedangkan siswa yang tidak merokok memiliki pandangan yang negatif terhadap konsekuensi yang didapat dari perilaku merokok seperti hanya akan merusak kesehatan, takut akan dihukum jika ketahuan merokok dan membuang-buang uang jajan mereka.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai intensi untuk menampilkan perilaku merokok pada siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung dilihat dari sikap terhadap perilaku merokok, norma subjektif terhadap perilaku merokok, dan perceived behavioral control terhadap perilaku merokok.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda penelitian deskriptif. Penentuan sampel menggunakan teknik population.

Didapatkan sampel sebanyak 44 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi sesuai dengan Theory Planned of Behavior dari Icek Ajzen. Data yang diperoleh merupakan data yang berskala interval dan dilakukan pengujian statistik analisis jalur.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa sebanyak 54,55% responden memiliki intensi yang kuat untuk menampilkan perilaku merokok atau hampir sebagian siswa memiliki kecenderungan yang besar untuk merokok. Selain itu faktor yang paling berkontribusi terhadap kekuatan intensi yang kuat untuk menampilkan perilaku merokok adalah norma subjektif terhadap perilaku merokok yaitu sebesar 25,669%. Hal ini menunjukkan persepsi siswa yang positif terhadap harapan orang-orang yang penting serta adanya dorongan yang kuat untuk memenuhi harapan yang dianggap penting dalam menampilkan perilaku merokok siswa.

Page 7: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim,

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur Kehadirat Allah S.W.T atas

segala rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ STUDI MENGENAI INTENSI UNTUK

MEROKOK PADA SISWA KELAS 2 SMAN 22 BANDUNG MELALUI

PENDEKATAN DESKRIPTIF” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

sarjana psikologi S1 di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan Oleh

karena itu, segala kritik dan saran sangatlah berharga bagi peneliti. Karena kritik dan

saran tersebut merupakan alat motivasi bagi peneliti untuk dapat berkarya lebih baik

lagi di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, September 2012

Peneliti

Page 8: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullilah berkat bantuan serta bimbingan dan dorongan dari berbagai

pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan

ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, kasih sayang,

kesehatan, keluarga, persahabatan, serta kenikmatan lainnya yang tak

terhitung jumlahnya.

2. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan do’a, dukungan dan kepercayaan

kepada peneliti.

3. Kakak dan adik-adikku yang selalu membantu serta memberikan do’a dan

semangat kepada peneliti.

4. Ibu Milda Yanuvianti, S.Psi., M.A., selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktunya, pemikirannya, bimbingan, nasihat dan masukan-

masukan yang sangat berharga untuk membantu keberhasilan peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Fanni Putri, M.Psi., selaku pembimbing II yang selalu dengan sabar

memberikan banyak masukan mengenai ilmu-ilmunya kepada peneliti.

6. Oki Mardiawan, M.Psi, selaku dosen wali yang telah memberikan waktunya,

ilmu dan bimbingan dalam menempuh perkuliahan selama ini.

Page 9: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

iv

7. Drs. Adjat Sudrajat, M.Si., Selaku kepala sekolah SMAN 22 Bandung yang

telah memberikan izin kepada peneliti sehingga penelitian selesai dengan

baik.

8. Bapak Haris selaku STAF Kepustakaan serta seluruh guru SMAN 22

Bandung yang telah membantu peneliti dalam memberikan informasi serta

membantu mendapatkan data-data yang diperlukan.

9. Siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

10. Teman-teman Psikologi 2007 yang selalu mendukung peneliti dan semua

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas

dengan kebaikan yang berlipat. Amin.

Bandung, September 2012

Peneliti

Page 10: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................... i

KATA PENGHANTAR ............................................................................................ ii

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 5

1.3 Maksud danTujuan Penelitian ............................................................................... 7

1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Remaja.................................................................................................................... 8

2.1.1 Tugas-tugas perkembangan pada masa ramaja.............................................. 8

2.1.2 Ciri-ciri masa remaja..................................................................................... 9

2.2 Perilaku merokok...................................................................................................10

Page 11: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

vi

2.2.1 Tipe perilaku merokok..................................................................................10

2.3 Theory of Planned Behavior……………………………………………………. 11

2.3.1 Sikap Terhadap Tingkah Laku (Attitudes toward behavior)…..…...…….. 14

2.3.2 Norma Subyektif (Subjective norms)…..………………….……..………. 16

2.3.3 Persepsi terhadap kontrol Tingkah Laku ( Perceived Behavior Control)…19

2.3.4 Pembentukan nilai-nilai keyakinan (Belief Formation)………...……..…. 22

2.3.5 Intensi………………………...……………………………….....……...... 24

2.3.6 Dampak variabel eksternal terhadap intensi……….....…………...........… 24

2.4 Kerangka Berfikir……………………………………………………………..... 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................... 29

3.2 Variabel Penelitian ............................................................................................... 29

3.3 Identifikasi Variabel ............................................................................................ 30

3.3.1 Definisi Konseptual .................................................................................... 30

3.3.2 Definisi Operasional ................................................................................... 30

3.4 Populasi Penelitian…............................................................................................ 31

3.5 Instrumen Penelitian............................................................................................. 31

3.5.1 Tahap Elisitasi ............................................................................................ 31

3.5.2 Tahap Penyusunan Alat Ukur .................................................................... 34

3.5.3 Kisi-kisi Alat Ukur ..................................................................................... 34

3.5.4 Sistem Penilaian Alat Ukur......................................................................... 37

Page 12: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

vii

3.5.5 Norma Alat Ukur ........................................................................................ 37

3.5.6 Teknik Analiasi Data................................................................................... 39

3.5.7 Reabilitas Alat Ukur ................................................................................... 43

3.5.8 Validitas Alat Ukur dan Analisis Item......................................................... 44

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 45

3.6.1 Tahap Persiapan........................................................................................... 45

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data........................................................ 45

3.6.3 Tahap Pengolahan Data............................................................................... 46

3.6.4 Tahap Pembahasan...................................................................................... 46

3.6.5 Tahap Penyelesaian..................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................................... 48

4.1.1 Deskripsi Kategori Intensi Merokok .......................................................... 48

4.1.2 Deskripsi Kategori Determinan-determinan Intensi Menurut Kategori

Intensi ......................................................................................................... 49

4.1.3 Deskripsi Tabulasi Silang antara Kategori Determinan-determinan Intensi

dengan Intensi Merokok.............................................................................. 51

4.1.4 Perhitungan Dalam Analisis Jalur .............................................................. 53

4.1.5 Pengaruh Determinan-determinan Intensi Secara Parsial Terhadap Intensi

Merokok...................................................................................................... 59

4.2 Pembahasan ......................................................................................................... 64

Page 13: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................................................. 75

5.2 Saran .................................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 : The Theory of planned behavior……………….……………….….13

Tabel 2.3.6 : The role of background factors in the theory of planned behavior..25

Tabel 2.4 : Kerangka pikir..................................................................................28

Tabel 3.5.3 : Kisi-kisi alat ukur belief, attitude and behavior dan intensi…….....35

Tabel 3.5.5 a : Norma Alat Ukur Intensi…………………………………………..38

Tabel 3.5.5 b : Norma Alat Ukur Sikap....................................................................38

Tabel 3.5.5 c : Norma Alat Ukur Norma Subjektif..................................................38

Tabel 3.5.5 d : Norma Alat Ukur Perceived behavioral control..............................38

Tabel 4.1.1 : Frekuensi dan Persentase Kategori Intensi Merokok Siswa.............48

Tabel 4.1.2 : Frekuensi dan Persentase Kategori Determinan-determinan Intensi

(Attitude Toward Behavior (X1), Subjective norms (X2) , dan

Perceived behavior control (X3) )………………………………….49

Tabel 4.1.3 : Tabulasi Silang antara Kategori Determinan-determinan Intensi

dengan Kategori Intensi....................................................................51

Tabel 4.1.4 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……..................................54

Page 15: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 2 : Rekapitulasi data mentah

Lampiran 3 : Skor interval untuk setiap item

Lampiran 4 : Hasil perhitungan statistik analisisi jalur

Lampiran 5 : Hasil elisitasi

Lampiran 6 : Alat ukur

Page 16: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan taraf

perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

disebut anak kecil lagi, tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf

perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini, terjadi pencarian jati diri

sehingga perilaku mereka sering terpengaruh oleh lingkungan yang ada disekitarnya

terutama lingkungan luar. Terkadang, terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan

psikis dan sosial dimana upaya pencarian jati diri tidak selalu dapat berjalan sesuai

dengan harapan masyarakat.

Remaja umumnya berada pada tingkat pendidikan SMP dan SMA. Pada

tingkat ini mereka merupakan sasaran didik yang memiliki sejumlah potensi. Potensi

yang dimiliki remaja perlu dibina dan dimanfaatkan sehingga dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal menjadi manusia yang berkompeten. Saat berjalannya

proses pendidikan, banyak yang didapat oleh individu baik berupa pengetahuan,

keterampilan, serta kesempatan untuk bersosialisasi dengan individu lainnya.

Pembelajaran di berbagai aspek yang mereka dapatkan, tak lain untuk menjadikan

para remaja berguna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsa.

Page 17: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

2

SMAN 22 Bandung adalah salah satu sekolah menengah atas negeri yang

berada di Bandung, yang banyak diminati oleh siswa SMP yang akan memasuki

Sekolah Menengah Atas. SMA ini memiliki akreditasi A (Baik Sekali) dan memiliki

siswa yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal ini

terlihat dari prestasi yang diraih antara lain Juara II Sains Se-Bandung, juara II lomba

baca berita SMA Se-Bandung, Juara I Cheerleading Competition dan masih banyak

prestasi lainnya.

Dari adanya visi SMAN 22 Bandung yaitu, mewujudkan sumber daya

manusia yang berakhlak mulia yang mampu bersaing secara global, harapannya

adalah dapat menghasilkan siswa yang berkualitas dan memiliki kompetensi tidak

hanya ditingkat nasional tetapi di tingkat internasional. SMAN 22 Bandung juga

memiliki penyaringan yang ketat dalam menerima murid baru yang masuk yaitu

memiliki standar NEM sekolah yang tinggi, yaitu 36,3 (Data passing grade SMAN

22 Bandung 2009/2010) selain itu, sekolah ini memiliki program jalur prestasi bagi

siswa yang memiliki prestasi dibidang tertentu, seperti prestasi dibidang akademik

maupun non akademik. Diharapkan nantinya dapat memiliki siswa-siswa yang

unggul baik dalam proses belajarnya maupun lulusannya. Akan tetapi dalam dunia

pendidikan yang sedang mereka jalani ini ditemukan sebuah fenomena yang telah

menjadi kebiasaan dikalangan remaja, yaitu perilaku merokok. Hal ini terlihat jelas

pada siswa SMA dan sudah menjadi semacam trend atau bukan merupakan suatu hal

yang mengherankan lagi. Meskipun sekolah telah berupaya untuk menegakkan

peraturan yang tertib dan ketat seperti mengadakan pemeriksaan dan razia yang

Page 18: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

3

dilakukan secara berkala selama sebulan dua kali, namun tetap saja banyak siswa

yang melanggar dan tidak peduli

Fenomena merokok pada remaja di SMAN 22 Bandung ini banyak terlihat

pada siswa-siswi kelas 2, banyak siswa yang ketahuan merokok oleh guru pada saat

proses belajar berlangsung. Mereka sengaja keluar kelas dan mengajak siswa lain

mencari tempat-tempat tersembunyi di sekolah untuk merokok seperti toilet, tempat

mereka berkumpul dalam sekolah maupun di kantin sekolah. Siswa juga lebih

memilih membeli rokok diwarung dekat sekolah dari pada membeli makanan atau

minuman, dan jika siswa tidak memiliki rokok mereka akan berusaha meminta rokok

kepada siswa yang membawa rokok. Menurut informasi dari guru BP, jumlah

perokok siswa-siswi kelas 2 lebih banyak dibandingkan kelas 1 dan kelas 3, bahkan

siswa kelas 2 lebih sering tertangkap basah sedang merokok saat mereka berada

dalam kelompoknya di dalam sekolah. Siswa juga sering merokok di tempat

berkumpul mereka diluar sekolah baik diwarung maupun minimarket yang ada

disekitar SMA tersebut, dan ternyata rokok termasuk barang yang cukup laku, ada

sekitar kurang lebih 30-40 batang rokok terjual setiap harinya pada setiap warung dan

pembelinya adalah siswa yang masih berseragam sekolah.

Sejak 1987, Depdiknas telah mengeluarkan larangan merokok di kawasan

sekolah mulai SD hingga perguruan tinggi, sehingga para siswa, guru, karyawan dan

mereka yang berada di ruang sekolah tidak dapat merokok seenaknya.

Tingginya jumlah perokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan.

Menurut laporan Dr Budiono, Kepala Balitbang Depdiknas, (Gatra, 2001) sekitar

Page 19: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

4

13,2 % dari remaja Indonesia usia 15-19 tahun telah merokok. Pada tahun 2007

jumlah perokok usia 10 tahun keatas hanya 23 ,7 persen. Berdasarkan hasil riset dasar

kesehatan Kementerian Kesehatan tahun 2010 jumlah perokok anak berusia di atas 10

tahun sejak tahun 2007 mengalami peningkatan, dengan prevalensi mencapai 28,2

persen (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2010). Artinya terjadi kenaikan sekitar lima

persen dimana mereka memiliki resiko kanker paru-paru sebesar 20-25 persen.

(Merokok akan mengakibatkan 25 jenis penyakit, antara lain kanker paru dan

tenggorokan, jantung dan hipertensi). Karena itu, Depdiknas terus meningkatkan

kampanye bahaya merokok bagi kesehatan, dimulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA

hingga perguruan tinggi melalui pembentukan kawasan bebas rokok di setiap

sekolah. Profesional kesehatan juga melakukan pergeseran penekanan dalam

mencegah pemberlakuan merokok di kalangan dewasa menjadi lebih terfokus pada

kalangan remaja atau anak-anak (McCaul et al, 1982.), Karena hampir semua

perokok dewasa memulai kebiasaan selama masa remaja, biasanya antara usia 12-14

(Evans, Henderson, Hill, & Raines, 1979). Selain itu pencegahan merokok di

kalangan remaja dianggap penting bukan hanya karena efek merusak kesehatannya,

tetapi karena bukti menunjukkan bahwa merokok dapat bertindak sebagai gateway

untuk obat lain dan penggunaan alkohol dan penyalahgunaan (Kandel, 1975).

Berdasarkan hasil survei dan wawancara awal kepada 375 siswa kelas 2

SMAN 22 Bandung, terdapat 164 siswa yang merokok yaitu, 148 siswa pria dan 16

siswa wanita. Mereka menyatakan bahwa mereka pernah mencoba merokok baik

sekedar hanya mencoba-coba, merokok karena ajakan teman, stress ataupun hanya

Page 20: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

5

untuk kesenangan semata. Mereka juga mengatakan bahwa sering sembunyi atau

diam-diam merokok di dalam toilet sekolah karena takut ketahuan oleh guru, sebab

guru melarang siswa merokok saat berada di lingkungan sekolah. Guru atau pihak

sekolah akan menghukum atau memberi peringatan apabila ada siswa tertangkap

basah sedang merokok. Oleh karena itu, banyak siswa memilih merokok di tempat

mereka berkumpul atau di warung dekat sekolah. Rata-rata rokok yang mereka

konsumsi perhari adalah satu bungkus rokok untuk siswa pria sedangkan siswi wanita

rata-rata 3-5 batang rokok. Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan

jumlah rokok yang dihisap dalam sehari yaitu perokok ringan menghabiskan 1-4

batang rokok, perokok sedang menghabiskan 5-14 batang rokok dalam sehari dan

perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

Perilaku merokok yang ditunjukkan siswa sering terlihat saat mereka sedang

bersama dengan teman-temannya dan mereka mengatakan lebih memilih untuk

membeli rokok dibandingkan untuk membeli makanan atau minuman. Selain itu

siswa sering merokok saat tidak ada guru saat di sekolah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terlihat bahwa terdapat

kecenderungan siswa untuk merokok. Untuk menjelaskan permasalahan tersebut,

maka peneliti menggunakan Theory of Planned Behavior dari Ajzen & Fishbein

untuk menjelaskan kemunculan suatu tingkah laku yang ditandai dengan adanya

kecenderungan (intensi) individu untuk bertingkah laku tertentu. Maka, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung.

Page 21: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

6

1.2 Identifikasi Masalah

Setiap siswa yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada berbagai

permasalahan, diantaranya adalah problematika pergaulan teman sebaya.

Pembentukan sikap, tingkah laku dan perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh

pengaruh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Dengan proses peralihan yang

masih ada pada siswa SMAN 22 Bandung, terlihat perilaku yang tidak diharapkan

yaitu perilaku merokok disekolah. Menurut laporan yang didapat dari guru BP,

siswa-siswi kelas 2 jumlah perokoknya lebih banyak dari pada kelas 1 dan kelas 3.

Intensi merupakan indikasi seberapa besar seorang individu akan berusaha

untuk memunculkan tingkah laku tertentu ( Fishbein dan Ajzen, 1975:288). Menurut

Theory of planned behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga determinan dasar.

Determinan pertama adalah faktor personal secara alami, yaitu sikap terhadap tingkah

laku (Attitudes Toward Behavior). Determinan kedua adalah faktor merefleksikan

pengaruh sosial, yaitu norma subyektif (Subjective norms). Determinan terakhir

adalah berhubungan dengan kontrol, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku

(Perceived behavioral control).

Siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung ini mengatakan bahwa dengan

merokok mereka merasa lebih percaya diri, terbebas dari stres dan terlihat lebih

dewasa, hal ini menggambarkan Attitudes Toward Behavior. Mereka mengajak siswa

lain berkumpul untuk merokok dan saling menawarkan rokok satu sama lain, yang

menggambarkan Subjective norms. Saat guru tidak ada, mereka juga secara diam-

diam mencari tempat untuk merokok baik di toilet maupun dikantin sekolah, hal ini

Page 22: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

7

mengambarkan Perceived behavioral control. Perilaku merokok pada siswa ini

didasari oleh adanya dorongan teman sebaya, adanya tempat dan kesempatan serta

keyakinan yang mereka yakini atau keyakinan kelompok remaja tersebut untuk

merokok, hal ini menggambarkan bahwa siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung ini

memiliki keyakinan atau kecenderungan untuk merokok.

Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti kemukakan pada latar belakang

masalah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ”Bagaimanakah

gambaran intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menggali, mengkaji

dan mengorganisasikan informasi teoritik dan empirik tentang gambaran secara

deskriptif mengenai intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis ingin memberikan informasi secara deskriptif mengenai intensi

untuk merokok ditinjau dari Theory of planned behavior pada siswa kelas 2 SMAN

22 Bandung.

Page 23: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN

8

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada guru

maupun orang tua, lembaga atau pihak yang terkait mengenai intensi untuk merokok

yang dilakukan oleh siswa SMAN 22 Bandung.

Page 24: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

9

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Remaja

Remaja (adolecence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara

masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-

emosional (Santrock, 2003:26).

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan

masa kanak kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah

dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses

pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan

bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk

fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir

secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001)

2.1.1 Tugas- Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan

sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan

bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja

menurut Hurlock (dalam Muhammad Ali, 2008 : 10) adalah :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya;

Page 25: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

10

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan

jenis;

4. Mencapai kemandirian emosional;

5. Mencapai kemandirian ekonomi;

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;

8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa;

9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;

10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan

keluarga.

2.1.2. Ciri- Ciri masa Remaja

Ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (1992). Masa

remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya . Ciri-

ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Page 26: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

11

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa.

2.2 Perilaku Merokok

Perilaku merokok didefinisikan sebagai kegiatan menghisap asap tembakau

yang telah menjadi cerutu kemudian disulut api. Tembakau berasal dari tanaman

nicotiana tabacum. Ada dua tipe merokok, pertama adalah menghisap rokok secara

langsung yang disebut perokok aktif, dan yang kedua mereka yang secara tidak

langsung menghisap rokok, namun turut menghisap asap rokok disebut perokok pasif

(Oskamp 1984).

2.2.1 Tipe Perilaku Merokok.

Ada 4 tahap perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok

(Lavental & Clearly, dalam Komalasari & Helmi, 2000), yaitu :

1. Tahap Preparatory. Seorang mendapatkan gambaran yang

menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar,

melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat

untuk merokok.

2. Tahap Initiation. tahap perintisan merokok yaitu tahap apakan

seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

Page 27: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12

3. Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah

mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka

mempunyai kecenderungan menjadi perokok.

4. Tahap Maintenance of Smoking. Pada tahap ini merokok sudah

menjadi salah satu bagian dari pengaturan diri (Self Regulation).

Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang

menyenangkan.

Menurut Smet (1994) Ada tiga tipe perokok yang dapat

diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok

tersebut adalah:

1. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2.3 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior berpijak pada asumsi bahwa individu pada

umumnya bertingkah laku secara rasional, yakni selalu mempertimbangkan

informasi-informasi dan implikasi dari tindakannya baik secara implisit maupun

eksplisit. Teori ini mempostulatkan kecenderungan (intensi) seseorang untuk

menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku, yang merupakan determinan

paling dekat dengan tingkah laku yang ditampilkan.

Page 28: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

13

Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975 (dalam Ajzen, 1988) mendefinisikan

intensi sebagai lokasi dalam suatu dimensi kemungkinan subyektif individu untuk

melakukan tingkah laku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975:288). Intensi merupakan

indikasi seberapa besar seseorang individu akan berusaha untuk memunculkan

tingkah laku tertentu (Ajzen, 1988:113). Intensi akan tetap menjadi kecenderungan

untuk bertingkah laku sampai sebuah usaha yang dilakukan oleh individu untuk

merealisasi intensi menjadi tingkah laku. Intensi merupakan kecenderungan

bertingkah laku yang paling dekat dengan tingkah laku itu sendiri.

Menurut Theory of planned behavior, intensi merupakan fungsi dari tiga

determinan dasar. Determinan pertama adalah faktor personal secara alami, yaitu

sikap terhadap tingkah laku (Attitudes Toward Behavior). Determinan kedua adalah

faktor merefleksikan pengaruh sosial, yaitu norma subyektif (Subjective norms).

Determinan terakhir adalah berhubungan dengan kontrol, yaitu persepsi terhadap

kontrol tingkah laku (Perceived behavioral control). Skema dari Theory of Planned

Behavior disajikan pada bagan berikut ini.

Page 29: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

14

Gambar 2.3. The Theory of planned behavior

Seperti ditunjukkan pada bagan, kekuatan intensi ditentukan oleh tiga macam

faktor. Faktor-faktor ini adalah sikap terhadap tingkah laku tertentu (Attitudes

Toward the Behavior), norma subyektif (Subjektif Norms) dan persepsi mengenai

kontrol tingkah laku (Perceived behavioral control). Ketiga faktor ini dipengaruhi

oleh belief. Belief adalah informasi yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri

dan dunianya (Ajzen, 1988:122). Ketiga belief ini antara lain belief tentang

konsekuensi dari tingkah laku yang mungkin terjadi (behavioral belief), belief

harapan tentang orang lain terhadap dirinya yang berkaitan dengan nilai-nilai

(normative belief) dan belief tentang keberadaan faktor-faktor yang dapat

memfasilitasi maupun menghalangi munculnya tingkah laku tersebut (control belief).

Faktor-faktor penentu intensi, adalah:

Page 30: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

15

2.3.1 Sikap Terhadap Tingkah Laku (Attitudes toward behavior)

a. Pengertian Sikap

“Attitude is a psychological tendency that expressed by evaluating a

particular entity with some degree of favor or disafavor.” (The Psychological

of Attitude , 1993).

“Sikap merupakan kecenderungan yang dipelajari untuk berespon

terhadap suatu obyek yang dinyatakan secara konsisten dalam perasaan menyukai

atau tidak menyukai suatu obyek tersebut.” (Attitudes, Personality, and Behavior,

Icek Ajzen, 1988).

Dari definisi yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein tersebut,

terdapat tiga aspek dasar dari sikap:

1. Sikap merupakan hal yang dipelajari

2. Sikap merupakan predisposisi dari tindakan

3. Tindakan tersebut secara konsisten menunjukan perasaan suka atau tidak

suka terhadap suatu obyek.

Sikap terhadap tingkah laku (Attitudes toward behaviors) di

definisikan sebagai,

“...the individual’s positif or negative evaluation of performing the particular

of interest.” (Attitudes, Personality, and Behavior, Icek Ajzen, 1988).

Page 31: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

16

Sikap terhadap tingkah laku adalah evaluasi positif atau negatif terhadap

konsekuensi dari tingkah laku yang akan dimunculkan. (Attitudes, Personality,

and Behavior, Icek Ajzen, 1988).

b. Obyek sikap (Attitudinal Objects)

Suatu evaluasi selalu dibuat berdasarkan jumlah bentuk (entity) atau

sesuatu yang menjadi obyek dari evaluasi (attitudinal objects). Segala sesuatu

yang nyata dapat dibedakan, maka dapat dievaluasi dan berfungsi sebagai obyek

sikap. Beberapa obyek sikap adalah abstrak dan beberapa lainnya adalah

kongkrit. Bentuk tertentu dapat berfungsi sebagai obyek sikap seperti juga bentuk

lainnya, tingkah laku dan jenis-jenis tingkah laku dapat berfungsi sebagai obyek

sikap.

c. Determinan dari sikap terhadap tingkah laku (Determinants of Attitude

Toward Behavior)

Fishbein (1993:168) menyebutkan Attitudes toward behaviors sebagai,

“...a function of behavioral beliefs, which represents the perceived

consequences of the act.”

Dalam model ini, sikap ditentukan oleh dua hal, yaitu keyakinan (beliefs) dan

evaluasi terhadap konsekuensi atau hasil (outcomes). Beliefs mempresentasikan

konsekuensi yang didapat dari suatu tindakan (behavioral beliefs), dan beliefs ini

Page 32: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

17

menghubungkan dengan evaluasi subjek terhadap konsekuensi dalam

memunculkan suatu sikap.

Beliefs yang berhubungan dengan sikap terhadap tingkah laku tertentu

disebut behavioral beliefs. Individu yang yakin bahwa jika ia melakukan tingkah

laku tertentu akan mengarahkannya pada konsekuensi tertentu, yaitu konsekuensi

terhadap hasil yang positif, ia akan menganggapnya sebagai suatu tingkah laku

yang disukai (favorable attitude). Individu yang yakin bahwa melakukan tingkah

laku tertentu akan mengarahkannya pada konsekuensi terhadap hasil yang

negatif, ia akan menganggapnya sebagai tingkah laku yang tidak disukai

(unfavorable attitude).

2.3.2 Norma Subyektif

a. Pengertian Norma Subyektif

Norma subyektif berkaitan dengan pengaruh lingkungan sosial. Ajzen dan

Fishbein (1975) mendefinisikan norma subyektif sebagai berikut:

“...is the person’s perception that most people who important to him think

he should or not perform the behavior in question.”

Norma subyektif adalah persepsi individu terhadap dorongan dari

significant person yang mengharapkan individu menampilkan atau tidak

menampilkan suatu tingkah laku.

Page 33: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

18

Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif sebagai dorongan yang

dipersepsikan oleh seseorang untuk melibatkan diri atau tidak melibatkan diri

dalam sebuah perilaku.

Dorongan ini dapat berasal dari orang-orang yang dianggap penting bagi

individu (significant person) dan menjadi acuan (referent) yang memunculkan

motivasi individu untuk memenuhi atau tidak memenuhi harapan orang-orang

tersebut, misalnya orangtua, teman dalam kelompok, pasangan, dan sebagainya.

Individu akan memiliki intensi untuk menampilkan suatu tingkah laku

ketika ia mengevaluasi bahwa melakukan tingkah laku tersebut merupakan suatu

hal yang positif dan ketika ia yakin bahwa orang-orang yang penting baginya

(secara perorangan maupun kelompok) mengharapkan ia menampilkan tingkah

laku yang diinginkan.

Normative beliefs sendiri merupakan keyakinan individu bahwa orang-

orang tertentu dalam hidupnya berpikir bahwa individu tersebut harus melakukan

atau tidak melakukan tingkah laku tertentu. Individu yang berpikir bahwa

kebanyakan orang-orang yang menjadi rujukannya beranggapan ia seharusnya

tidak melakukan tingkah laku tertentu, akan memiliki norma subyektif yang

menekan individu untuk menghindari tingkah laku tersebut, demikian juga

sebaliknya.

Norma subyektif dapat langsung diketahui dengan cara menanyakan

kepada subyek, sejauh mana orang yang dianggap berarti baginya akan setuju

Page 34: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

19

atau mengharapkan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu tingkah

laku tertentu.

b. Determinan dari Norma Subjektif (Determinant of Subjective norms)

Dalam model ini, norma subyektif adalah fungsi dari normative beliefs

dan motivasi. Normative beliefs mempresentasikan persepsi terhadap persetujuan

orang yang signifikan mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya

ditampilkan dalam suatu tingkah laku. Anggota keluarga (orang tua), teman

dekat, pasangan, dan guru bisa menjadi rujukan seorang individu (remaja) dalam

bertingkah laku. Motivation to comply merupakan dorongan seseorang untuk

memenuhi harapan dari orang terdekat atau rujukan untuk menampilkan tingkah

laku tersebut.

Seorang individu akan mempersepsikan harapan atau keyakinan dari

orang yang signifikan mengenai apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya

dilakukan. Individu akan mencoba mempersepsikan apakah dirinya telah sesuai

dengan harapan dari orang-orang yang signifikan bagi dirinya atau dipersepsikan

memberi kesetujuan untuk bertingkah laku tertentu, maka hal tersebut akan

menjadi acuan atau menjadi suatu belief bagi individu tersebut dalam melakukan

tingkah laku tertentu.

Begitu pula sebaliknya, jika kebanyakan orang yang signifikan dipersepsi

seorang individu memberikan ketidaksetujuannya untuk bertingkah laku tertentu,

Page 35: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

20

maka hal tersebut akan menjadi acuan atau menjadi suatu belief bagi individu

untuk tidak melakukan tingkah laku tersebut.

2.3.3 Persepsi terhadap kontrol Tingkah Laku (Perceived Behavior Control)

a. Pengertian Percieved Behavioral Control

Ajzen (1988) mendefinisikan Perceived behavioral control sebagai

berikut,

“...this factor refers to the perceived ease or difficulty of performing the

behavior and it assumed to reflect past experience as well as anticipated

impediment and abstracles.”

Faktor ini menggambarkan persepsi individu mengenai mudah atau

sulitnya menampilkan tingkah laku tertentu yang diasumsikan sebagai refleksi

pengalaman masa lalu dan hambatan yang diantisipasi.

Gambar 2.1 menunjukkan dua hal penting dari Theory of Planned

Behavior. Pada gambar diatas terdapat dua jalur hubungan antara Perceived

behavioral control (PBC) dan perilaku :

1. Garis penuh menuju perantara intensi

2. Garis Putus-putus tanpa melalui intensi

Hal penting pertama, teori ini berasumsi bahwa Perceived behavioral

control memiliki sumber daya kesempatan untuk menampilkan perilaku

Page 36: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21

tertentu cenderung tidak membentuk intensi yang kuat untuk melakukannya

walaupun jika ia memiliki sikap yang favorable terhadap perilaku itu dan ia

percaya bahwa orang-orang terdekatnya akan mendukung perilakunya itu. Hal

ini menggambarkan bahwa asosiasi antara Perceived behavioral control dan

intensi tidak di tengahi oleh sikap dan norma subjektif. Hal ini di gambarkan

oleh panah yang menghubungkan Perceived behavioral control dan intensi

(Ajzen, 2005).

Hal penting kedua adalah hubungan langsung antara Perceived

behavioral control dan perilaku yang digambarkan dengan panah putus-putus.

Dalam beberapa contoh menunjukkan bahwa perilaku tidak hanya tergantung

pada motivasi untuk melakukannya, namun juga pada kontrol yang cukup

kuat terhadap perilaku yang hendak diramalkan. Kontrol perilaku aktual

(actual behavioral control) merupakan derajat sejauh mana seseorang

memiliki keterampilan, sumber-sumber daya, dan prasyarat-prasyarat lain

yang dibutuhkan untuk menampilkan sebuah perilaku. Keberhasilan dalam

menampilkan sebuah perilaku tidak hanya bergantung pada intensi yang

favorabel, tetapi juga tergantung pada tingkat Perceived behavioral control.

Sejauh mana Perceived behavioral control itu akurat, maka Perceived

behavioral control juga dapat menjadi wakil (proxy) dari kontrol perilaku

akurat, serta dapat digunakan untuk meramalkan terjadinya perilaku (Ajzen,

2005).

Page 37: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

22

b. Determinan dari persepsi terhadap kontrol tingkah laku (Determinant of

Perceived behavioral control)

Pada dasarnya Perceived behavioral control mengindikasikan bahwa

motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana tingkat kesulitan dari suatu

perilaku yang disadari menjadi nyata, sebagaimana persepsi mengenai bagaimana

seorang individu yang sukses mampu menampilkan suatu perilaku.

Perceived behavioral control ditentukan oleh sejumlah control belief

tertentu yang memberikan sarana bagi terbentuknya perilaku. Perceived control

behavior, diasumsikan sebagai fungsi dari keyakinan, keyakinan ini tentang ada

atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku

(Ajzen, 2005). Misalnya keyakinan mengenai adanya faktor-faktor yang dapat

memfasilitasi atau menghalangi munculnya suatu tingkah laku tertentu. Lebih

fokus lagi kekuatan dari masing-masing control belief dipengaruhi oleh kekuatan

dari adanya kesadaran akan faktor-faktor yang mampu dikontrol dan hasil-hasil

yang mampu diperoleh (perceived power).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Perceived behavioral control

terbentuk dari keyakinan-keyakinan (belief) yang disebut control belief dan

persepsi individu terhadap hambatan realistis yang ada ketika menampilkan

tingkah laku tertentu.

Perceived behavioral control diasumsikan mempunyai implikasi

motivasional terhadap intensi. Motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana

tingkat kesulitan dari suatu perilaku yang disadari menjadi nyata, sebagaimana

Page 38: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

23

persepsi mengenai bagaimana seorang individu mampu menampilkan suatu

perilaku.

2.3.4 Pembentukan nilai-nilai keyakinan (Belief Formation)

Menurut Ajzen dan Fishbein (1975) keyakinan atau belief mengenai suatu

objek merupakan dasar dari pembentukan sikap terhadap obyek yang pada akhirnya

akan menentukan intensi perilakunya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa keyakinan

merupakan peluang penilaian individu terhadap aspek-aspek khusus dalam dunia

yang dihayatinya. Secara khusus disebutkan bahwa keyakinan merupakan hubungan

probabilitas subyektif antara individu dengan suatu obyek keyakinan seperti nilai-

nilai, konsep-konsep, atau atribut-atribut tertentu.

Dari definisi tersebut dapat dinilai bahwa pembentukan keyakinan melibatkan

kaitan antara dua aspek dari dunia individu. Pembentukan keyakinan tergantung pada

informasi yang diperoleh dan pengolahan informasi tersebut oleh individu.

Keyakinan-keyakinan yang terbentuk berbeda, sesuai dengan informasi yang

diperoleh. Proses pembentukan belief atau keyakinan ini dapat dibedakan menjadi

tiga proses (Ajzen dan Fishbein, 1975), yaitu:

a. Melalui pengalaman langsung dengan objek yang berhubungan yang akan

membentuk descriptive beliefs. Descriptive beliefs diperoleh 25 melalui

observasi langsung bahwa suatu objek memiliki airibut tertentu mengenai

indera-indera yang dimiliki, misalnya seorang dapat merasakan atau melihat

Page 39: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

24

bahwa cincin itu bulat, atau dapat mencium sate kambing yang sedang

dibakar, atau melihat wanita yang cantik.

b. Melalui suatu proses penyimpulan dari data atau fenomena yang ada (logika

berfikir individu) yang akan membentuk inferential beliefs. Belief yang

terbentuk melalui proses ini biasanya berupa beliefs mengenai karakteristik

yang tidak terobservasi langsung, misalnya jujur, ramah, tertutup, sopan atau

pintar. Kesimpulan yang diambil mengenai beliefs tersebut didasarkan pada

descriptive beliefs yang sudah ada, atau didasarkan pada inferesntial beliefs

yang sudah ada.

c. Melalui penerimaan informasi yang tersedia di luar dirinya yang akan

membentuk informational beliefs. Informasi yang diterima bisa berasal dari

koran, buku, majalah, televisi, radia, pengajat, teman, saudara, rekan kerja.

Informasi yang terdia dapat juga menghasilkan descriptive beliefs artinya

bahwa individu akan meyakini bahwa sumber tersebut akan menyediakan

informasi mengenai hubungan suatu objek dengan beberapa atribut tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa beliefs dapat dibentuk melalui setidaknya dua cara

yaitu melalui pengalaman langsung dalam suatu situasi sehingga individu akan

menyedari atau mengetahui adanya hubungan antara objek dengan suatu atribut, dan

atau individu dapat diberitahu melalui sumber yang ada di dalam dirinya bahwa suatu

objek memiliki hubungan dengan atribut tertentu.

Page 40: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

25

2.3.5 Intensi

Ajzen dan Fisbein mendefinisikan intensi sebagai beliefs seseorang mengenai

apa yang akan dilakukan dalam suatu tingkah laku, atau harapan seseorang mengenai

apa yang akan dilakukan dalam suatu tingkah laku atau harapan seseorang mengenai

tingkah laku mereka sendiri dalam setting yang ada (Eagly, 1993: 184).

Berangkat dari Theory of planned behavior yang menyatakan bahwa intensi

merupakan determinan langsung dari tingkah laku maka dapat disebutkan bahwa

tingkah laku individu tertentu akan konsisten dengan intensinya terhadap tingkah laku

tersebut. Jika ada intensi untuk bertingkah laku tertentu, maka ia akan melakukan

perilaku tersebut.

2.3.6 Dampak Variabel Eksternal terhadap Intensi

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti sikap terhadap

target, sifat-sifat kepribadian, dan karakteristik-karakteristik demografis sering kali

berhubungan dengan tingkah laku. Walaupun mengakui arti penting faktor-faktor

tersebut. Ajzen dan Fishbein tidak memasukkan faktor-faktor tersebut sebagai

bagian yang menyatu dalam teorinya, tetapi menempatkannya sebagai variabel

eksternal.

Menurut Ajzen dan Fishbein, secara tidak langsung variabel eksternal dapat

mempengaruhi belief yang dipegang oleh individu atau relativitas derajat kepentingan

belief yang berhubungan dengan sikap dan pertimbangan normatif (Azjen dan

Page 41: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

26

Fishbein, 2005:134). Variabel eksternal tersebut dapat berupa jenis kelamin, suku,

agama, pendidikan, pekerjaan, intelegensi, dan lain-lain.

Berikut peranan background factors pada teori planned behavior dalam

Azjen (2005):

Gambar 2.3.6 The role of background factors in the theory of planned

behavior

Variabel eksternal akan mempengaruhi pembentukan beliefs dengan beberapa

cara:

1. Mempengaruhi individu untuk memiliki beliefs tertentu

2. Mempengaruhi kekuatan satu atau beberapa beliefs yang dipegang oleh individu

3. Mempengaruhi penilaian atau evaluasi individu terhadap hasil tingkah laku

Page 42: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

27

2.4 Kerangka Pikir

Masalah merokok pada remaja bukanlah suatu hal yang baru ditemukan di

Indonesia, karena jumlah pelajar yang merokok semakin meningkat. Seperti halnya

yang terjadi pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung, jumlah perokok pada siswa kelas

2, lebih banyak dari pada jumlah perokok pada siswa kelas 1 dan kelas 3 termasuk

siswi wanita. Terdapat 164 siswa yang merokok yaitu, 148 siswa pria dan 16 siswa

wanita yang melakukan perilaku merokok baik dikalangan sekolah maupun diluar

sekolah. Meskipun sekolah telah berupaya untuk menegakkan peraturan yang tertib

dan ketat seperti mengadakan pemeriksaan dan razia yang dilakukan secara berkala

selama sebulan dua kali, namun tetap saja banyak siswa yang melanggar dan tidak

peduli.

Perilaku merokok siswa ini menggambarkan adanya kecenderungan atau

intensi seperti yang dijelaskan Menurut Fishbein dan Ajzen (1975:288). Intensi

merupakan indikasi seberapa besar seseorang individu akan berusaha untuk

memunculkan tingkah laku tertentu (Ajzen, 1988:113). Intensi akan tetap menjadi

kecenderungan untuk bertingkah laku sampai sebuah usaha yang dilakukan oleh

individu untuk merealisasi intensi menjadi tingkah laku. Intensi merupakan

kecenderungan bertingkah laku yang paling dekat dengan tingkah laku itu sendiri.

Oleh karena itu, ekspresi intensi dari seorang individu dapat memberikan prediksi

yang akurat akan tingkah laku yang muncul. Menurut Theory of planned behavior,

intensi merupakan fungsi dari tiga determinan dasar. Determinan pertama adalah

faktor personal secara alami, yaitu sikap terhadap tingkah laku (Attitudes Toward

Page 43: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

28

Behavior). Determinan kedua adalah faktor merefleksikan pengaruh sosial, yaitu

norma subyektif (Subjective norms). Determinan terakhir adalah berhubungan dengan

kontrol, yaitu persepsi terhadap kontrol tingkah laku (Perceived behavioral control).

Berdasarkan hasil wawancara pada siswa-siswi SMAN 22 Bandung, mereka

mengatakan bahwa merokok dapat membuat mereka merasa lebih percaya diri,

terlihat lebih hebat dari pada orang lain dan merasa lebih dewasa yang

menggambarkan adanya sikap terhadap perilaku merokok (Attitude Toward

Behavior), bahkan mereka secara diam-diam mencari tempat untuk merokok yang

tidak diketahui oleh guru atau pihak sekolah, hal ini menggambarkan adanya persepsi

terhadap faktor-faktor yang mengendalikan perilaku merokok siswa (Perceived

behavioral control). Siswa – siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung ini sering terlihat

merokok dan saling mengajak serta menawarkan rokok saat mereka sedang

berkumpul dengan teman-temannya yang merokok, hal ini menggambarkan adanya

dorongan sosial dari orang terdekat yang yang mempengaruhi subjek untuk merokok

(Subjective norms). Selain itu, mereka mengatakan sering menghabiskan banyak

rokok hingga sebungkus dalam sehari.

Perilaku merokok pada siswa tersebut merupakan kecenderungan atau

indikasi yang didasari oleh belief atau keyakinan terhadap tujuan yang mereka

harapkan setelah melakukannya, hal ini juga karena mereka mendapatkan dukungan

teman serta kesempatan atau kemudahan dalam melakukan perilaku merokok

tersebut.

Page 44: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

29

Intensi siswa untuk merok ok

Siswa terlihat merokok saat sedang berkumpul bersama dengan teman-temannya dan saling menawarkan/ mengajak siswa lain untuk rokok

Siswa berusaha mencari tempat untuk merokok, seperti: di toilet sekolah, di kantin sekolah dan warung dekat sekolah saat sekolah sepi dan guru tidak ada

Siswa yakin merokok karena merasa lebih percaya diri, merasa nyaman dan terlihat lebih dewasa

Behavioral Beliefs

Control Beliefs

Normative Beliefs

Perilaku merokok siswa

SMAN 22 Bandung

Berangkat dari Theory of planned behavior yang menyatakan bahwa intensi

merupakan determinan langsung dari tingkah laku maka dapat disebutkan bahwa

tingkah laku individu tertentu akan konsisten dengan intensinya terhadap suatu

tingkah laku. Jika ada intensi untuk bertingkah laku tertentu, maka ia akan melakukan

tingkah laku tersebut. Sama halnya dengan perilaku merokok remaja dalam penelitian

ini yaitu siswa yang berperilaku merokok akan terus berperilaku seperti itu, karena

kecenderungan dan keyakinan yang dimilikinya untuk melakukan perilaku merokok.

Bagan 2.4 Kerangka Pikir

Page 45: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak

memerlukan pengontrolan terhadap suatu perlakuan, juga tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tertentu, namun hanya menggambarkan keadaan yang sebenarnya

tentang suatu variabel, keadaan atau suatu gejala (Suharsimi Arikunto:2006).

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai intensi untuk

merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,

karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang

satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).

3.2. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Intensi untuk merokok

pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung.

Page 46: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

31

3.3. Identifikasi Variabel

3.3.1 Definisi Konseptual

Intensi adalah indikasi seberapa besar atau seberapa keras usaha seseorang

untuk menampilkan atau melakukan suatu perilaku yang mereka rencanakan (Ajzen,

1988:113). intensi dipengaruhi secara langsung oleh sikap dan keyakinan yang

dimiliki seseorang atau yang dimiliki oleh orang lain (Ajzen, 1975).

3.3.2 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, intensi merupakan seberapa besar atau kecil usaha siswa

kelas 2 SMAN 22 Bandung untuk melakukan perilaku merokok.

Aspek-aspek atau faktor-faktor penentu intensi yang akan diukur menurut

Theory of planned behavior :

1. Sikap terhadap tingkah laku merokok (Attitude toward behavior) adalah

keyakinan siswa terhadap konsekuensi positif atau negatif akan perilaku

merokok serta evaluasi siswa atas konsekuensi yang didapat dari perilaku

merokok tersebut.

2. Norma subyektif (Subjective norms) dalam penelitian ini adalah persepsi

siswa terhadap harapan dari orang terdekat yang dianggap penting seperti:

teman, keluarga, guru, kakak kelas untuk memunculkan perilaku merokok

serta seberapa kuat dorongan siswa tersebut untuk memenuhi harapan dari

orang-orang terdekat.

Page 47: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

32

3. Persepsi mengenai kontrol tingkah laku untuk merokok (Perceived behavioral

control) adalah keyakinan akan faktor yang mengendalikan perilaku

merokok serta penghayatan atau pemaknaan siswa terhadap faktor yang

dipersepsikan mengendalikan perilaku merokok tersebut.

3.4 Populasi Penelitian

3.4.1 Populasi

Menurut Suharsimi (1996: 115) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 2 SMAN 22 Bandung yang

temasuk perokok ringan, sebanyak 44 orang. Oleh karena itu penelitian ini dikatakan

studi terhadap populasi.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen pada penelitian ini terdiri dari dua alat ukur, yang pertama

kuesioner elisitas belief yang digunakan untuk bisa melihat salient belief responden,

dan kuesioner intensi (berdasarkan model Fishbein dan Ajzen, 2006) untuk merokok

pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung yang digunakan untuk melihat determinan-

determinan intensi serta intensi itu sendiri.

3.5.1 Pedoman Pernyataan Elisitas Belief

Ajzen (2006) menyatakan bahwa dalam Theory of planned behavior

terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, norma

subjektif, persepsi terhadap kontrol tingkah laku dan intensi. Metode pertama

Page 48: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

33

yaitu pengukuran langsung dimana item-item pernyataan disusun berdasarkan

konstruk teoritis. Konstruk teoritis diperoleh melalui menanyakan beberapa

pertanyaan yang diambil sesuai keinginan peneliti, atau dengan mengadaptasi

dari penelitian dengan konstruk penelitian yang sama yng sudah dilakukan

sebelumnya.

Metode yang kedua adalah pengukuran tak langsung. Pada metode ini

item-item kuesioner disusun berdasarkan proses elisitas salient belief dari

kelompok responden penelitian. Belief memainkan peranan penting dalam

Theory of planned behavior. Mereka diasumsikan menyediakan dasar kognitif

dan afeksi untuk sikap, Subjective norms, dan Perceived behavioral control.

Informasi yang kita peroleh setelah mengukur belief sangat tidak ternilai

harganya untuk mendesain program intervensi tingkah laku yang efektif.

Peneliti menggunakan metode pengukuran tidak langsung dalam

penelitian ini, sehingga pengumpulan data dilaksanakan dalam dua tahap yaitu

elisitas salient belief dan kuesioner model fishbein dan ajzen. Elisitas salient

belief bertujuan untuk mengkonstruk urutan modal salient belief atau dalam

kata lain daftar beliefs yang umum ada dalam populasi penelitian. Modal

salient beliefs tersebut nantinya dapat menjadi dasar untuk menyusun

kuesioner utama penelitian. Perlu diketahui sebelumnya elisitas salient beliefs

diperoleh dengan mengajukan beberapa peryataan mengikuti pedoman yang

diberikan oleh Ajzen (2006). Berikut adalah pernyataan yang diajukan peneliti

kepada responden penelitian :

Page 49: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

34

Behavioral Belief :

1. Apa keuntungan-keuntungan yang anda yakini akan anda peroleh apabila

anda merokok?

2. Apa kerugian-kerugian yang anda yakini akan anda peroleh apabila anda

merokok?

3. apakah ada hal lain yang muncul di pikiran anda, yang merupakan

konsekuensi dari perilaku merokok yang anda lakukan?

Normative Belief:

1. Siapa sajakah individu atau kelompok yang mendukung anda untuk

merokok?

2. Siapa sajakah individu atau kelompok yang menghambat anda untuk

merokok?

3. Siapa sajakah individu atau kelompok lain yang muncul dipikiran anda, yang

mempengaruhi perilaku anda untuk merokok?

Control Belief

1. Hal apa sajakah yang mendukung anda untuk merokok?

2. Hal apa sajakah yang menghambat anda untuk merokok?

3. Apa kendala/kesulitan yang anda hadapi untuk merokok?

3.5.1.1 Responden elisitas

Sebelum melakukan pengambilan kuesioner penelitian, peneliti

melakukan tahap elisitas salient belief. Jumlah responden yang diteliti pada

Page 50: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

35

tahap elisitas salient beliefs mengacu pada Godin dan dok, 2004 (dalam

Iswari, 2007) yaitu sebanyak 25 orang. Jumlah partisipan yang direncanakan

untuk pengambilan data minimal adalah 44 orang.

3.5.2 Tahap Penyusunan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner Model Fishbein dan

Ajzen (2006). Tujuannya adalah untuk mengukur perilaku remaja untuk merokok

pada siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung. Alat ukur dalam penelitian ini berbentuk

kuesioner dengan skala Osgood. Tujuan dari skala ini adalah menempatkan individu

pada titik tertentu pada kuantinum yang didasarkan pada norma dari alat ukur yang

telah disusun. Angket menurunkan indikator berdasarkan konsep teori dari Theory of

Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen yang membagi intensi menjadi 3

determinan yaitu Attitudes Toward Behavior, Subjective norms dan Perceived

behavioral control.

3.5.3 Kisi-kisi Alat Ukur Intensi

Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari satu buah kuesinoner

yang didalamnya mengukur intensi untuk merokok dan kuesioner sikap terhadap

perilaku merokok siswa, Norma subjektif siswa terhadap perilaku merokok siswa dan

persepsi mengenai kontrol perilaku merokok siswa.

Alat ukur ini berisi item-item yang disusun untuk mengukur intensi dan

determinan penyusunan secara langsung (direct measures). Item-item yang digunakan

Page 51: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

36

merupakan item-item yang biasa digunakan dalam penelitian-penelitian yang

menggunakan Theory of Planned Behavior yang disesuaikan dengan tingkah laku

yang diteliti yaitu perilaku merokok remaja. Dibawah ini adalah kisi-kisi alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.5.3. Kisi-kisi alat ukur belief, attitude and behavior dan Intensi

ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR ITEM Attitudes Toward Behavior

Behavioral belief (Keyakinan subjek tentang konsekuensi perilaku merokok)

Merasa yakin bahwa merokok akan mendapatkan keuntungan Merasa yakin bahwa merokok akan mendapatan kerugian.

25, 26, 27, 28, 29(-),

30(-), 31(-), 32(-), 33(-)

Outcome evaluation (Evaluasi hasil tentang konsekuensi dari perilaku merokok)

Penilaian akan konsekuensi perilaku merokok akan mendapatkan keuntungan Penilaian akan konsekuensi perilaku merokok akan mendapatkan kerugian

1, 2, 3, 4, 5(-), 6(-), 7(-), 8(-),

9(-)

Subjective norms

Normative belief (Persepsi subyek terhadap harapan orang-orang yang berpengaruh dalam menampilkan perilaku merokok)

Persepsi terhadap harapan teman dalam menampilkan perilaku merokok. Persepsi terhadap harapan orang tua dalam menampilkan perilaku merokok. Persepsi terhadap harapan guru dalam menampilkan perilaku merokok.

54

55(-)

56(-)

Motivation to Comply (dorongan untuk memenuhi harapan orang-orang yang dianggap penting/ berpengaruh berkaitan dengan perilaku merokok)

Dorongan untuk memenuhi harapan teman terhadap perilaku merokok Dorongan untuk memenuhi harapan orang tua terhadap perilaku merokok Dorongan untuk memenuhi harapan guru terhadap perilaku merokok

22

23(-)

24(-)

Page 52: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

37

Perceived behavior control

Control belief (Keyakinan terhadap faktor-faktor yang mengendalikan perilaku merokok)

Keyakinan terhadap peran teman perokok dalam mengendalikan perilaku merokok Keyakinan terhadap adanya tempat dalam mengendalikan perilaku merokok Keyakinan terhadap peran orang tua dalam mengendalikan perilaku merokok Keyakinan terhadap peran aturan sekolah dalam mengendalikan perilaku merokok

34, 35, 36

37, 38(-)

39(-), 40(-)

41(-), 42(-), 43(-)

Perceived power (Penghayatan/pemaknaan mengenai faktor-faktor yang mengendalikan perilaku merokok)

Penghayatan/pemaknaan terhadap peran teman dalam mengendalikan perilaku merokok Penghayatan/pemaknaan terhadap adanya tempat dalam mengendalikan perilaku merokok Penghayatan/pemaknaan terhadap keberadaan orang tua dalam mengendalikan perilaku merokok Penghayatan/pemaknaan terhadap keberadaan aturan sekolah dalam megendalikan perilaku merokok

44, 45, 46

47, 48(-)

49(-), 50(-)

51(-), 52(-), 53(-)

Intensi 10(-), 11, 12, 13, 14, 15, 16(-), 17(-), 18,

19(-), 20, 21

Page 53: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

38

3.5.4 Sistem Penilaian Alat Ukur

Data yang dihasilkan oleh kedua alat ukur ini merupakan data yang

berskala interval dan dilakukan pengujian statistik analisis jalur (akan

dijelaskan kemudian).

3.5.5 Norma Alat Ukur

Untuk membedakan derajat intensi perilaku merokok, maka dibuat dua

kelompok derajat kekuatan intensi. Pembagian dua kelompok derajat kekuatan

intensi ini dimaksudkan akar terlihat perbedaan yang jelas antara responden

yang memiliki intensi yang kuat dan responden yang memiliki intensi yang

lemah.

Kategorisasi ini diperoleh dari perhitungan nilai skor maksimum dan

minimum dari setiap alat ukur sesuai dengan validitas. Kemudian skor

maksimum dikurangi skor minimun dan dibagi menjadi dua untuk mengetahui

rentang kategori. Kategori ini diperoleh dari rata-rata skor, kemudian dibagi

menjadi dua bagian, yaitu intensi kuat dan intensi lemah. Kategori sikap,

norma subjektif, dan Perceived behavioral control

Berdasarkan prosedur diatas maka diperoleh kategori derajat kekuatan

intensi sebagai berikut :

Page 54: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

39

Tabel 3.5.5 a Norma Alat Ukur Intensi

Rentang Skor Kategori

9 – 31 Intensi kuat

31,5 – 54 Intensi lemah

Tabel 3.5.5 b Norma Alat Ukur Sikap

Rentang Skor Kategori

13 – 45 Sikap negatif

45,5 – 78 Sikap positif

Tabel 3.5.5 c Norma Alat Ukur Norma Subjektif

Rentang Skor Kategori

6 – 20 Norma Subjektif Lemah

21 – 36 Norma Subjektif Kuat

Tabel 3.5.5 d Norma Alat Ukur Perceived behavioral control

Rentang skor Kategori

12 – 41 Perceived behavioral control lemah

42 – 72 Perceived behavioral control kuat

Page 55: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

40

3.5.6 Teknik Analisis Data

Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

deskriptif dan metode inferens.

3.5.5.1. Statistik Deskriptif

Metode statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman

pada tabulasi dari Sitepu (1995:18) yang menyebutkan bahwa :

1. Nilai Indeks Minimum, yaitu skor minimum dikali jumlah pertanyaan

2. Nilai Indeks Maksimum, yaitu skor maksimum dikali jumlah pertanyaan

3. Jenjang Range, yaitu selisih antara nilai indeks maksimum dikurangi nilai indeks

minimum dibagi dengan jumlah jenjang yang diinginkan yaitu rendah dan tinggi.

Analisis Jalur

Metode statistik inferens yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

jalur. Analisis jalur bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel

sebab terhadap variabel akibat, di mana di antara variabel-variabel sebabnya saling

berkorelasi dalam mempengaruhi variabel akibat. Dalam analisis jalur mensyaratkan

data minimal berskala pengukuran interval dan berdistribusi normal. Data dalam

penelitian ini menggunakan skala Semantic Diffrential yang berskala pengukuran

interval. Mengingat analisis jalur merupakan analisis statistik parametrik, maka data

penelitian X1, X2, X3, dan Y perlu memenuhi asumsi data berdistribusi normal.

Salah satu cara pengujian asumsi normalitas data adalah menggunakan Uji

Kolmogorov-Smirnov.

Page 56: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

41

Setelah diketahui bahwa data dalam penelitian telah memenuhi asumsi

berdistribusi normal, maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan yang diperlukan

dalam analisis jalur. Langkah-langkah dalam analisis jalur adalah sebagai berikut:

a. Gambarkan diagram jalur untuk hubungan antara variabel secara lengkap,

yang mencerminkan hipotesis konseptual yang diajukan, sehingga tampak

jelas yang mana variabel sebab dan yang mana variabel akibat.

b. Hitung koefisien jalur untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel

sebab dan variabel akibat.

Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien jalur dilakukan dengan

menggunakan metode modifikasi Al-Rasyid, sebagai berikut:

- Berdasarkan data dengan skor yang skalanya minimal interval dihitung

koefisien korelasi antara variabel sebab dengan variabel akibat dan

koefisien korelasi antara variabel sebab dengan variabel sebab, dengan

rumus sebagai berikut:

ki

XjhXnXihXn

XXXXnr

n

hjh

n

h

n

hih

n

h

n

h

n

hjhih

n

hjhih

Yx ...,2,1;2

11

2

2

11

2

1 111

=

−=

∑∑∑∑

∑ ∑∑

====

= ==

di mana : k = banyaknya variabel sebab Xi = variabel sebab Y = variabel akibat

Page 57: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

42

dan

kji

XjhXnXihXn

XXXXnr

n

hjh

n

h

n

hih

n

h

n

h

n

hjhih

n

hjhih

xx j...,2,1;

2

11

2

2

11

2

1 111

=≠

−=

∑∑∑∑

∑ ∑∑

====

= ==

di mana : k = banyaknya variabel sebab Xi = variabel sebab Xj = variabel sebab lainnya

- Masukkan harga koefisien korelasi antara variabel sebab dengan variabel

akibat yang diperoleh ke dalam sebuah matriks korelasi yang bentuknya:

Y

kk X

X

X

YX

YX

YX

MM

2

1

2

1

- Masukkan harga koefisien korelasi antara variabel sebab dengan variabel

sebab yang diperoleh ke dalam sebuah matriks korelasi yang bentuknya:

X1 X2 ... Xk

kkkkk

K

K

X

X

X

XXX

XXX

XXX

M

K

MMMM

K

K

2

1

21

22221

11211

- Hitung matriks invers korelasi antara variabel sebab dengan variabel

sebab.

X1 X2 ... Xk

Page 58: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

43

KKKKK

K

K

X

X

X

CRCRCR

CRCRCR

CRCRCR

M

K

MMMM

K

K

2

1

21

22221

11211

- Hitung koefisien jalur dengan rumus modifikasi dari Al Rasyid dalam

(Sitepu, 1994: 19) yaitu :

k ...., 2, 1,;1

==∑=

iCRP r YXi

K

JijYXi

Keterangan : PYXi = Merupakan koefisien jalur dari variabel Xi terhadap variabel Y. rYXi = Unsur atau elemen pada baris ke i dan kolom ke j dari matriks

invers korelasi. atau menggunakan rumus :

=

YXk

YX

YX

kkkk

k

k

YXk

YX

YX

r

r

r

CRCRCR

CRCRCR

CRCRCR

P

P

P

M

L

MMMM

L

L

M

2

1

21

22221

11212

2

1

- Hitung koefisien determinasi total dari X1, X2, dan X3 terhadap Y untuk

mengetahui pengaruh X1, X2, dan X3 terhadap Y secara keseluruhan

dengan rumus:

[ ]

=

YXk

YX

YX

YXkYXYXXXYX

r

r

r

PPPRM

L2

1

213212

- Hitung koefisien jalur antara variabel lain yang tidak diteliti (epsilon)

terhadap variabel akibat untuk mengetahui pengaruh variabel lain yang

tidak diteliti (epsilon) terhadap variabel akibat:

Page 59: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

44

c. Lakukan pengujian koefisien jalur bila data penelitian yang digunakan adalah

data sampel. Bila data yang digunakan adalah data populasi, maka pengujian

koefisien jalur tidak diperlukan. Mengingat dalam penelitian ini menggunakan

data populasi, maka tidak dilakukan pengujian koefisien jalur.

Menurut Sugiono (1999:209) mengatakan bahwa apabila penelitian dilakukan

pada seluruh populasi, maka tidak diperlukan pengukuran signifikansi

terhadap koefisien yang ditemukan. Hal ini berarti peneliti tidak merumuskan

dan menguji instrumen statistik. Hal ini dikarenakan hasil penelitian yang

diperoleh telah menggambarkan populasi penelitian.

d. Ambil kesimpulan atau interpretasikan hasil analisis jalur.

3.5.7 Reliabilitas Alat Ukur

Suatu tes dikatakan reliabel bila tes tersebut dapat diandalkan untuk

menghasilkan skor yang sesuai dengan keadaan dari subjeknya. Oleh karena

itu, hasil tes yang didapat dari seorang subjek tidak akan berubah kecuali

subjek tersebut telah mengalami penambahan pengetahuan atau perubahan

karakteristik.

Untuk memastikan alat ukur pada penelitian ini memiliki reliabilitas

yang baik, maka perlu diadakan perhitungan reliabilitas. Perhitungan xx

reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach,

yaitu :

23211 XXYXY RP −=ε

Page 60: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

45

−= ∑

x1

1xx

2

2

ααi

K

KR

Keterangan :

k = Jumlah Item

σi² = Varians tiap item

σ²x = Varians tes

∑σi² = Jumlah varian tiap item

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui derajat reliabilitas dari alat ukur

adalah kriteria Brown Thompson, yaitu :

σ > 0,7 berarti alat ukur dapat diandalkan

σ < 0,7 berarti alat ukur tidak dapat diandalkan

3.5.8 Validitas Alat Ukur dan Analisis Item

Analisis validitas menyatakan karakteristik apa yang diukur oleh alat

tes (Friedenberg, 1995:221). Suatu alat tes dikatakan valid jika dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan menganalisa validitas dari alat

tes, kita dapat mengetahui apakah karakteristik yang diukur oleh suatu alat tes

memang mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Untuk memperoleh validitas yang baik, perumusan item-item dalam

kuesioner ini disusun berdasarkan pada teori yang melandasinya yaitu theory of

planned behavior . Dengan cara ini, diharapkan akan diperoleh alat ukur yang

Page 61: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

46

memiliki validitas konstruk yang baik, yaitu ada kesesuaian yang tinggi antara

konsep dengan hasil pengukuran yang diperoleh.

3.6 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam Pelaksanaan penelitian ini, terdapat prosedur yang harus dilakukan

yang dibagi ke dalam beberapa tahap. Adapun tahap-tahap dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

3.6.1 Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi awal di SMAN 22 Bandung untuk membicarakan

masalah perizinan dan menjaring permasalahan yang ada.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai landasan teoritis tentang variabel-

variabel penelitian.

c. Mempersiapkan surat izin yang diperlukan untuk melakukan penelitian

dari Pihak Fakultas Psikologi UNISBA.

d. Menyusun usulan rancangan penelitian sesuai dengan permasalahan yang

akan diteliti.

e. Menetapkan populasi penelitian

f. Menetapkan desain penelitian dan alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Pengambilan Data

a. Menyelesaikan urusan perizinan di SMAN 22 Bandung

Page 62: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

47

b. Memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian yang

dilakukan dan memohon kesediaan para siswa dan siswi untuk di jadikan

sebagai responden dalam penelitian ini kemudian mereka diberikan

petunjuk mengenai tata cara pengisian kuesioner.

c. Melaksanakan pengambilan data, yaitu subjek diminta untuk mengisi

kuesioner yang telah disediakan dan dilakukan secara individual.

3.6.3 Tahap Pengolahan data

a. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.

b. Melakukan skoring dengan menilai setiap hasil kuesioner yang telah diisi

oleh responden dan merangking data yang diperoleh pada setiap alat ukur

tersebut.

c. Menghitung, mentabulasikan data yang diperoleh kemudian

memasukkannya kedalam tabel data.

d. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk

menguji hipotesis penelitian dan korelasi antara variabel penelitian.

3.6.4 Tahap pembahasan

a. Menginterpretasikan hasil analisis statistik yang dibahas berdasarkan teori

dan kerangka pikir yang digunakan.

b. Membuat kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengujian

statistik.

Page 63: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN

48

3.6.5 Tahap penyelesaian

a. Menyusun laporan hasil penelitian.

b. Memperbaiki dan menyempurnakan hasil penelitian secara keseluruhan.

Page 64: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari 44

orang subjek, yang memuat data mengenai intensi secara keseluruhan dan data

mengenai determinan-determinan pembentuk intensi dengan menggunakan analisis

jalur

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Kategori Intensi Merokok

Berikut akan dideskripsikan kategori frekuensi dan persentase kategori

determinan-determinan intensi yang dimiliki oleh siswa dalam penelitian ini:

Tabel 4.1.1 Frekuensi dan Persentase Kategori Intensi Merokok Siswa

Intensi Merokok (Y) F %

Rendah 20 45,45

Tinggi 24 54,55

Jumlah 44 100

Bila divisualisasikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:

Page 65: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

50

Gambar 4.1.1

Diagram Pie Frekuensi dan Persentase Kategori Intensi Merokok Siswa

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat 54,55% (24 orang) siswa

memiliki intensi merokok tinggi. Sedangkan 45,45% (20 orang) siswa lainnya

memiliki intensi merokok rendah.

4.1.2. Deskripsi Kategori Determinan-determinan Intensi (Attitudes toward

behavior, Subjective norms, dan Perceived Behavior Control)

Berikut akan dideskripsikan frekuensi dan persentase kategori determinan-

determinan intensi yang dimiliki oleh siswa dalam penelitian ini:

Tabel 4.1.2 Frekuensi dan Persentase Kategori Determinan-determinan Intensi

(Attitude Toward Behavior (X1), Subjective norms (X2) , dan Perceived behavior control (X3) )

Determinan-determinan Intensi (X1, X2, X3) F %

Ketiga Determinan Tinggi X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Tinggi 11 25,00 Dua Determinan Tinggi, Satu Determinan Rendah

X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Rendah 1 2,27 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Tinggi 14 31,82

Dua Determinan Rendah, Satu Determinan Tinggi

X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Rendah 3 6,82 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Tinggi 5 11,36

Ketiga Determinan Rendah X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Rendah 10 22,73 Jumlah 44 100

Page 66: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

51

Bila divisualisasikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.2 Diagram Pie Frekuensi dan Persentase Kategori Determinan-determinan Intensi

(Attitude Toward Behavior (X1), Subjective norms (X2) , dan Perceived behavior

control (X3) )

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat 25% (11 orang) siswa

memiliki ketiga determinan intensi yang tinggi (Attitudes toward behavior tinggi,

Subjective norms tinggi, dan Perceived behavior control tinggi). Kemudian, terdapat

34,09% (15 orang) siswa memiliki dua determinan intensi yang tinggi dan satu

determinan intensi yang rendah, yang terdiri dari 2,27% (1 orang) siswa memiliki

Attitudes toward behavior tinggi, Subjective norms tinggi, dan Perceived behavior

control rendah serta 31,82% (14 orang) siswa memiliki Attitudes toward behavior

tinggi, Subjective norms rendah, dan Perceived behavior control tinggi. Selanjutnya,

terdapat 18,18% (8 orang) siswa memiliki dua determinan intensi yang rendah dan

Page 67: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

52

satu determinan intensi yang tinggi, yang terdiri dari 6,82% (3 orang) siswa memiliki

Attitudes toward behavior tinggi, Subjective norms rendah, dan Perceived behavior

control rendah serta 11,36% (5 orang) siswa memiliki Attitudes toward behavior

rendah, Subjective norms rendah, dan Perceived behavior control tinggi. Berikutnya,

terdapat 22,73% (10 orang) siswa memiliki ketiga determinan intensi yang rendah

(Attitudes toward behavior rendah, Subjective norms rendah, dan Perceived behavior

control rendah).

4.1.3. Deskripsi Tabulasi Silang antara Kategori Determinan-determinan Intensi

(Attitudes toward behavior (X1) , Subjective norms (X2) dan Perceived behavior

control (X3) dengan Intensi Merokok.

Untuk mendeskripsikan keterkaitan antara Kategori determinan-determinan

intensi dengan Kategorinya intensi yang dimiliki oleh siswa dalam penelitian ini

dapat ditunjukkan melalui tabulasi silang antara Kategori determinan-determinan

intensi dengan Kategorinya intensi yang dimiliki oleh siswa, sebagai berikut:

Tabel 4.1.3 Tabulasi Silang antara Kategori Determinan-determinan Intensi dengan

Kategori Intensi

Intensi Merokok (Y) Rendah Tinggi Jumlah Determinan-determinan Intensi (X1, X2,

X3) F % f % F %

X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Tinggi 0 0.00 11 25.00 11 25.00 X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Rendah 0 0.00 1 2.27 1 2.27 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Tinggi 2 4.55 12 27.27 14 31.82 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Rendah 3 6.82 0 0.00 3 6.82 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Tinggi 5 11.36 0 0.00 5 11.36 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Rendah 10 22.73 0 0.00 10 22.73

Jumlah 20 45.45 24 54.55 44 100

Page 68: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

53

Bila divisualisasikan dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.3 Diagram Pie Tabulasi Silang antara Frekuensi dan Persentase Kategori Determinan-

determinan Intensi dengan Frekuensi dan Persentase Kategori Intensi

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat 25% (11 orang) siswa yang

memiliki determinan intensi Attitudes toward behavior tinggi (ATB), Subjective

norms (SN) tinggi, dan Perceived Behavior Control (PBC) tinggi, seluruhnya

memiliki intensi merokok yang tinggi, tidak ada seorangpun yang memiliki intensi

merokok rendah. Kemudian, dari 34,09% (15 orang) siswa memiliki dua determinan

intensi yang tinggi dan satu determinan intensi yang rendah (ATB tinggi, SN tinggi,

dan PBC rendah dan ATB tinggi, SN rendah, dan PBC tinggi), 29,54% (13 orang)

siswa memiliki intensi merokok yang tinggi, sedangkan hanya 4,55% (2 orang) siswa

yang memiliki determinan-determinan intensi ATB tinggi, SN rendah, dan PBC

tinggi, memiliki intensi merokok yang rendah dan tidak seorangpun siswa yang

Page 69: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

54

memiliki determinan-determinan intensi ATB tinggi, SN tinggi, dan PBC rendah,

memiliki intensi merokok yang rendah. Selanjutnya, dari 18,18% (8 orang) siswa

memiliki dua determinan intensi yang rendah dan satu determinan intensi yang tinggi

(ATB tinggi, SN rendah, dan PBC rendah dan ATB rendah, SN rendah, dan PBC

tinggi), seluruhnya memiliki intensi merokok yang rendah, tidak ada seorang

siswapun yang memiliki intensi merokok tinggi. Berikutnya, dari 22,73% (10 orang)

siswa memiliki ketiga determinan intensi yang rendah (ATB rendah, SN rendah, dan

PBC rendah), seluruhnya memiliki intensi merokok yang rendah, tidak seorangpun

yang memiliki intensi merokok tinggi.

4.1.4. Perhitungan dalam Analisis Jalur

a. Perhitungan Uji Normalitas Data

Sebelum melakukan analisis jalur, maka sebelumnya dilakukan uji

normalitas data dahulu. Hal ini dikarenakan syarat analisis jalur, datanya harus

berdistribusi normal. Untuk mempermudah perhitungan dalam uji asumsi normalitas

data digunakan alat bantu program SPSS. Berikut hasil uji normalitas data dengan

menggunakan SPSS:

Page 70: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

55

Tabel 4.1.4 a Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 X2 X3 Y

N 44 44 44 44 Normal iParametersa,,b

Mean 50.07 16.82 45.70 30.20 Std. Deviation

9.827 6.252 10.099 8.717

Most Extreme Differences

Absolute .088 .103 .119 .127 Positive .065 .097 .100 .082 Negative -.088 -.103 -.119 -.127

Kolmogorov-Smirnov Z .585 .680 .791 .843 Asymp. Sig. (2-tailed) .884 .744 .559 .476

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Dari tabel di atas, dapat dilihat nilai asymp.sig. 0,884 untuk variabel Attitudes

toward behavior (X1), nilai asymp.sig. 0,744 untuk variabel Subjective norms (X2),

dan nilai asymp.sig. 0,559 untuk variabel Perceived behavior control (X3)

(Determinan-determinan Intensi) serta nilai asymp.sig. 0,476 untuk variabel Y

(Intensi Merokok) lebih besar dari α = 0,05. Ini menunjukkan data variabel X1, X2, X3

dan Y berdistribusi normal.

b. Perhitungan Koefisien Jalur

Dalam penelitian ini ingin diketahui pengaruh Determinan Attitudes toward

behavior (X1), Determinan Subjective norms (X2), dan Determinan Percieved

behavior control (X3) terhadap Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung, di mana determinan-determinan intensi Atitttude toward behavior,

Subjective norms dan Perceived behavior control (X1, X2, dan X3) sebagai variabel

sebab saling berkorelasi dalam mempengaruhi intensi merokok sebagai variabel

Page 71: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

56

akibat. Oleh karena itu, analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

jalur.

Mengingat penelitian ini dilakukan pada populasi penelitian, maka dalam

penelitian tidak perlu melakukan pengujian signifikansi terhadap koefisien jalur yang

ditemukan baik secara simultan maupun secara parsial. Menurut Sugiono (1999:209)

mengatakan bahwa apabila penelitian dilakukan pada seluruh populasi, maka tidak

diperlukan pengukuran signifikansi terhadap koefisien jalur yang ditemukan. Hal ini

berarti peneliti tidak merumuskan dan menguji instrumen statistik. Hal ini

dikarenakan hasil penelitian yang diperoleh telah menggambarkan populasi

penelitian.

Dalam melakukan analisis jalur, terlebih dahulu digambarkan terlebih dahulu

diagram jalur untuk hubungan antara variabel secara lengkap, yang mencerminkan

hipotesis konseptual yang diajukan, sehingga tampak jelas yang mana variabel sebab

dan yang mana variabel akibat,

Gambar 4.1.4 b

Diagram Jalur Lengkap dari Pengaruh Determinan-determinan Intensi Terhadap Intensi

Merokok pada Siswa SMAN 22 Bandung

Pyx2

Pyx3

Pyx1

rx2x3

rx1x2

rx1x3

X1

X2

X3

Ű

Y

PyŰ

Page 72: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

57

Berdasarkan diagram jalur di atas, kemudian dihitung koefisien jalur untuk

mengetahui pengaruh dari variabel sebab Determinan-determinan Intensi yaitu,

Atitttudes toward behavior, Subjective norms dan Perceived behavior control (X1,

X2, dan X3) terhadap variabel akibat Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN

22 Bandung. Dari hasil pengolahan data diperoleh:

a. Matriks korelasi antar variabel sebab (X1, X2, dan X3) dengan variabel akibat

(Y):

=

YYYXYXYX

YXXXXXXX

YXXXXXXX

YXXXXXXX

rrrr

rrrr

rrrr

rrrr

R

321

3332313

2322212

1312111

=

10,622350,713820,69945

0,6223510,504530,47614

0,713820,5045310,62517

0,699450,476140,625171

b. Matriks korelasi antar variabel sebab (X1, X2, dan X3):

=

332313

322212

312111

XXXXXX

XXXXXX

XXXXXX

x

rrr

rrr

rrr

R

=10,504530,47614

0,5045310,62517

0,476140,625171

Page 73: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

58

c. Invers matriks korelasi antar variabel sebab (X1, X2, dan X3):

=−

333231

232221

1312111

CCC

CCC

CCC

XR

=1,422390,48302-0,37529-

0,48302-1,805610,89882-

0,37529-0,89882-1,74060

Untuk memperoleh koefisien jalur, maka matriks invers korelasi dikalikan

dengan matriks korelasi antar variabel sebab (X1, X2, dan X3) dengan variabel akibat

Y (Intensi merokok), sebagai berikut:

=

YX3

YX2

YX1

333231

232221

131211

YX3

YX2

YX1

r

r

r

CCC

CCC

CCC

P

P

P

=0,62235

0,71382

0,69945

1,422390,48302-0,37529-

0,48302-1,805610,89882-

0,37529-0,89882-1,74060

=0,27794

0,35960

0,34230

Dengan demikian, diperoleh koefisien jalur ATB (X1) terhadap Y PYX1 =

0,34320, koefisien jalur X2 terhadap Y PYX2 = 0,35960, dan koefisien jalur PBC (X3)

terhadap Y PYX3 = 0,27794.

Page 74: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

59

Setelah koefisien jalur diperoleh, maka besar pengaruh Determinan ATB (X1),

Determinan NS (X2), dan Determinan PBC (X3) secara keseluruhan terhadap Intensi

Merokok (Y) pada Siswa SMAN 22 Bandung dapat ditentukan:

( ) [ ]

=

3

2

1

321321

YX

YX

YX

YXYXYX2

XXYX

r

r

r

PPPR

( ) [ ]

=0,62235

0,71382

0,69945

27794,035960,034230,0R2XXYX 321

( ) 0,66909R2XXXYX 4321

=

Jadi besarnya pengaruh determinan-determinan intensi terhadap intensi

merokok adalah sebesar 66,909%. Nilai R2 ini menunjukkan derajat pengaruh

determinan-determinan intensi terhadap intensi merokok siswa yang sangat kuat

jika dibandingkan variabel lain yang tidak diteliti. Sedangkan besarnya pengaruh

dari variabel lain yang tidak diteliti dalam persentase adalah sebesar 33,091%.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diagram jalur dapat digambarkan

beserta nilai koefisien-koefisien jalur variabel sebab terhadap variabel akibat dan

koefisien korelasi di antara variabel sebab untuk mempermudah dalam interpretasi

hasil analisis jalur:

Page 75: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

60

di mana :

rx1x2 0,62517 rx1x3 0,47614 rx2x3 0,50453 Pyx1 0,34230 Pyx2 0,35960 Pyx3 0,27794 Pyε 0,57525

Gambar 4.1.4.c Diagram Jalur Lengkap Beserta Nilai Koefisien Jalur Variabel Sebab Terhadap

Variabel Akibat dan Koefisien Korelasi Antara Variabel Sebab

4.1.5. Pengaruh Determinan-determinan Intensi Secara Parsial Terhadap

Intensi Merokok Pada Siswa SMAN 22 Bandung

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa mengingat penelitian ini

dilakukan pada populasi penelitian, maka dalam penelitian tidak perlu melakukan

pengujian signifikansi terhadap koefisien jalur yang ditemukan baik secara simultan

maupun secara parsial. Menurut Sugiono (1999:209) mengatakan bahwa apabila

penelitian dilakukan pada seluruh populasi, maka tidak diperlukan pengukuran

signifikansi terhadap koefisien jalur yang ditemukan. Hal ini berarti peneliti tidak

Pyx2

Pyx3

Pyx1

rx2x3

rx1x2

rx1x3

X1

X2

X3

Ű

Y

PyŰ

Page 76: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

61

merumuskan dan menguji instrumen statistik. Hal ini dikarenakan hasil penelitian

yang diperoleh telah menggambarkan populasi penelitian.

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil yaitu terdapat pengaruh

antara Determinan Attitudes toward behavior (X1), Determinan Subjective norms

(X2), dan Determinan Perceived Behavior Control (X3), terhadap Intensi Merokok

(Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung. Untuk melihat lebih jauh tentang

besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari masing-masing variabel sebab

terhadap variabel akibat (secara parsial). Berikut disajikan rincian pengaruh langsung

dan tidak langsung,

4.1.5.1. Besar Pengaruh Determinan Attitudes toward behavior Secara Parsial

Terhadap Intensi Merokok.

Pengaruh langsung Determinan Attitudes toward behavior (X1) terhadap

Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung (PYX1)2 adalah sebesar

(0,34230)2 = 0,11717. Artinya Determinan Attitudes toward behavior (X1)

mempengaruhi Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung secara

langsung sebesar 11,717%, sedangkan pengaruh tidak langsung Determinan Attitudes

toward behavior (X1) melalui Determinan Subjective norms (X2) dan Determinan

Perceived Behavior Control (X3) terhadap Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2

SMAN 22 Bandung sebesar 12,225% dengan rincian sebagai berikut:

Page 77: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

62

Pengaruh X1 langsung terhadap Y (0,34230)2 = 0,11717

Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 = (0,34230) (0,62517) (0,35960) = 0,07695

Pengaruh X1 terhadap Y melalui X3 = (0,34230) (0,47614) (0,27794) = 0,04530

Pengaruh total X1 ke Y = 0,23942

Dengan demikian, pengaruh Determinan Attitudes toward behavior (X1)

terhadap Intensi Merokok (Y) secara keseluruhan pada Siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung sebesar 0,23942 atau 23,942%.

4.1.5.2. Besar Pengaruh Determinan Subjective norms Secara Parsial Terhadap

Intensi Merokok.

Pengaruh langsung Determinan Subjective norms (X2) terhadap Intensi

Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung (PYX2)2 adalah sebesar

(0,35960)2 = 0,12931. Artinya Determinan Subjective norms (X2) mempengaruhi

Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung secara langsung sebesar

12,931%, sedangkan pengaruh tidak langsung Determinan Subjective norms (X2)

melalui Determinan Attitudes toward behavior (X1) dan Determinan Perceived

Behavior Control (X3) terhadap Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung sebesar 12,738% dengan rincian sebagai berikut:

Page 78: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

63

Pengaruh X2 langsung terhadap Y (0,35960)2 = 0,12931

Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = (0,35960) (0,62517) (0,34230) = 0,07695

Pengaruh X2 terhadap Y melalui X3 = (0,35960) (0,50453) (0,27794) = 0,05043

Pengaruh total X2 ke Y = 0,25669

Dengan demikian, pengaruh Determinan Subjective norms (X2) terhadap

Intensi Merokok (Y) secara keseluruhan pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung

sebesar 0,25669 atau 25,669%.

4.1.5.3. Besar Pengaruh Determinan Perceived Behavior Control Secara Parsial

Terhadap Intensi Merokok.

Pengaruh langsung Determinan Perceived Behavior Control (X3) terhadap

Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung (PYX3)2 adalah sebesar

(0,27794)2 = 0,07725. Artinya Determinan Perceived Behavior Control (X3)

mempengaruhi Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung secara

langsung sebesar 7,725%, sedangkan pengaruh tidak langsung Determinan Perceived

Behavior Control (X3) melalui Determinan Attitudes toward behavior (X1) dan

Determinan Subjective norms (X2) terhadap Intensi Merokok (Y) pada Siswa kelas 2

SMAN 22 Bandung sebesar 11,423% dengan rincian sebagai berikut:

Page 79: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

64

Pengaruh langsung X3 terhadap Y = (0,27794)2 = 0,07725

Pengaruh X3 terhadap Y melalui X1 = (0,27794) (0,47614) (0,34230) = 0,04530

Pengaruh X3 terhadap Y melalui X2 = (0,27794) (0,50453) (0,35960) = 0,05043

Pengaruh total X3 ke Y = 0,17297

Dengan demikian, pengaruh Determinan Perceived Behavior Control (X3)

terhadap Intensi Merokok (Y) secara keseluruhan pada Siswa Kelas 2 SMAN 22

Bandung sebesar 0,17297 atau 17,297%.

4.1.5.4. Pengaruh Determinan-determinan Intensi Secara Simultan Terhadap

Intensi merokok Pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung

Pengaruh determinan-determinan Intensi (Attitudes toward behavior (X1),

Subjective norms (X2), dan Perceived Behavior Control (X3)) secara simultan

(bersama-sama) terhadap intensi merokok (Y) dapat diketahui dari penjumlahan

pengaruh total Attitudes toward behavior (X1) ke Intensi merokok (Y), pengaruh

total Subjective norms (X2) ke Intensi merokok (Y), dan pengaruh total Perceived

Behavior Control (X3) ke Intensi merokok (Y), yaitu: 0,23942 + 0,25669 + 0,17297

= 0,66909 atau melalui koefisien determinansi total dari X1, X2, dan X3 terhadap Y

yaitu: R2YX1X2X3 = 0,66909. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa besarnya

pengaruh antara determinan-determinan Intensi (X1, X2, dan X3) terhadap intensi

merokok (Y) secara keseluruhan adalah sebesar 66,909%.

Page 80: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

65

4.1.5.5. Pengaruh Variabel Lain (Epsilon/variabel yang tidak diteliti) Terhadap Intensi merokok pada Siswa SMAN 22 Bandung

Pengaruh lain (epsilon) di luar Determinan-determinan Intensi terhadap

Intensi Merokok pada Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung adalah sebesar P2Yε =

(0,57525)2 atau 33,091%. Adapun besaran pengaruh lain tersebut adalah pengaruh

dari variabel lain yang tidak diteliti dalam mempengaruhi Intensi Merokok, seperti :

faktor pribadi (emosi, intelligence, general attitudes, personal trait), faktor sosial

(umur, jenis kelamin, kebudayaan, pendidikan, agama, pendapatan) dan faktor

informasi (pengalaman, pengetahuan, media).

4. 2 Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini berdasarkan pada Theory of planned

behavior melalui kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya. Ajzen

(2005) mengemukakan bahwa intensi adalah kecenderungan seseorang untuk

melakukan suatu tingkah laku tertentu. Intensi merupakan indikasi atau usaha siswa

untuk memunculkan tingkah laku sehingga dianggap sebagai determinan yang paling

dekat dengan tingkah laku. Tingkah laku yang menjadi objek intensi dalam penelitian

ini adalah perilaku merokok siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung.

Dari hasil pengolahan data dan pengelompokan norma, diperoleh sebanyak 24

orang atau 54,55 % siswa penelitian memiliki intensi yang kuat untuk merokok.

Dengan demikian siswa tersebut memiliki kecendrungan yang besar untuk merokok,

yaitu siswa akan terus sengaja keluar kelas dan mengajak siswa lain mencari tempat-

Page 81: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

66

tempat tersembunyi di sekolah untuk merokok, Siswa juga akan lebih memilih

membeli rokok diwarung dekat sekolah dari pada membeli makanan atau minuman,

dan jika siswa tidak memiliki rokok mereka akan berusaha meminta rokok kepada

siswa yang membawa rokok. Padahal SMAN 22 Bandung sudah menerapkan

peraturan yang ketat dengan mengadakan razia, melarang siswanya membawa rokok

kesekolah, menegur siswa yang ketahuan merokok dan memberikan hukuman bagi

siswa-siswa yang ketahuan merokok di dalam sekolah.

Berbagai kemungkinan dapat terjadi sehingga menyebabkan siswa memiliki

intensi untuk merokok yang kuat. Kemungkinan tersebut bergantung pada determinan

pembentuknya, yang akan dijelaskan berikut ini.

Dari hasil pengukuran terhadap tiga determinan pembentuk intensi. Pada

kelompok siswa dengan intensi yang kuat, sebagian besar memiliki determinan

pembentuk intensi yang positif. Sedangkan kelompok siswa dengan intensi yang

lemah, memiliki determinan pembentuk intensi yang negatif. Hal ini menandakan

bahwa semakin positif determinan Attitudes toward behavior, Subjective norms dan

Perceived behavioral control siswa terhadap perilaku merokok maka akan semakin

kuat intensinya untuk merokok. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif determinan

Attitudes toward behavior, Subjective norms dan Perceived behavioral control untuk

merokok, maka akan semakin lemah intensi merokoknya.

Salah satu determinan yang paling berkontribusi dalam pembentukan intensi

yang tinggi tersebut adalah Subjective norms yaitu sebesar 25,669%, yang

mengindikasikan bahwa siswa yang merokok memiliki keyakinan bahwa mereka

Page 82: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

67

merokok karena melihat teman-temannya yang merokok dan siswa terdorong untuk

menampilkan hal yang sama serta siswa yakin adanya ajakan teman memperkuat

perilaku mereka untuk menampilkan perilaku merokok. Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan siswa untuk merokok dipengaruhi oleh persepsi siswa terhadap

harapan dari orang terdekat yang dianggap penting (significant persons) yaitu teman,

orang tua dan guru. Selain itu terdapat dorongan yang kuat dari siswa untuk

memenuhi harapan dari significant persons tersebut. Setelah itu diikuti determinan

sikap sebesar 23,942%, yang mengindikasikan bahwa siswa merokok karena yakin

dengan keuntungan yang didapat dari melakukan perilaku tersebut, seperti : siswa

yakin merokok membuat percaya diri, yakin dengan merokok membuat lebih dewasa.

Hal ini di evaluasi siswa dengan positif bahwa konsekuensi-konsekuensi merokok

tersebut menguntungkan baginya.

Kemudian sebanyak 20 orang atau sebanyak 45,45% siswa memiliki intensi

yang lemah untuk merokok atau dapat dikatakan siswa memiliki kecenderungan lebih

besar untuk tidak merokok disebabkan oleh sikap mereka yang merasa bahwa

merokok akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, menuruti perintah

orang tua dan guru untuk tidak merokok, dan siswa mampu mengendalikan

perilakunya untuk tidak merokok. Sikap siswa tersebut karena melihat dari

pengalaman masa lalu orang lain dan belum siap menanggung konsekuensi negatif

yang akan didapatkannya, sehingga intensi merokoknya lemah.

Berdasarkan determinan-determinan intensi, terdapat 11 siswa yaitu sebesar

25,00% yang masuk pada kriteria tinggi dalam ketiga determinan intensi (Atittude

Page 83: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

68

toward behvior tinggi, Subjective norms tinggi dan perceived behavioral tinggi). Hal

ini mengindikasikan bahwa kecenderungan siswa tersebut untuk merokok termasuk

intensi merokok tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa yakin terhadap perilaku

merokok yang akan ditampilkannya dan yakin akan mendapatkan konsekuensi yang

positif, yaitu siswa yakin merokok akan membuatnya terlihat lebih dewasa, lebih

percaya diri, membuat terbebas dari masalah. Dari konsekuensi-konsekuensi tersebut

siswa mengevaluasi keyakinan tersebut sebagai sesuatu hal yang positif dan mereka

menyukai perilaku tersebut. Keyakinan siswa ini juga didukung oleh peran teman

yang mendorong dan mengajak siswa untuk merokok serta adanya keyakinan dan

penghayatan siswa yang memfasilitasi atau mendukung siswa untuk merokok seperti

adanya tempat untuk merokok, kesempatan untuk merokok dan longgarnya aturan

sekolah dan aturan di rumah sehingga mereka memiliki kecenderungan yang kuat

untuk merokok.

Terdapat satu siswa atau sebesar 2,27% dengan Attitudes toward behavior

tinggi, Subjective norms tinggi dan Perceived behavioral rendah. Hal ini

mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki kecenderungan untuk merokok,

yang ditandai dengan adanya keyakinan siswa bahwa merokok akan membuat lebih

terlihat dewasa, percaya diri, merasa terbebas dari stres atau masalah. Hal ini

diperkuat dengan adanya penghayatan siswa terhadap pengaruh teman yang

mendorong atau mengajak untuk menampilkan perilaku merokok, walaupun ada

faktor-faktor yang memfasilitasi siswa untuk tidak merokok seperti ada aturan

sekolah yang memberatkan bagi perokok, kurang adanya fasilitas dan tempat untuk

Page 84: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

69

merokok, hal tersebut tidak membuat kecendrungan siswa untuk merokok menjadi

lebih rendah.

Terdapat 14 siswa atau sebesar 31,82% dengan determinan Attitudes toward

behavior tinggi , Subjective norms rendah dan perceived behavior control tinggi, hal

ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki keyakinan yang tinggi dalam dirinya

untuk merokok walaupun peran teman-temannya tidak terlalu memberikan pengaruh

yang besar. Bahkan, lebih banyak orang-orang penting baginya yang menginginkan

siswa untuk tidak merokok, namun siswa yakin untuk tetap merokok karena memiliki

keyakinan akan mendapatkan konsekuensi yang positif seperti, membuat dirinya

percaya diri, merasa terbebas dari stres dan terlihat lebih dewasa sehingga siswa

memiliki kecenderungan untuk merokok. Selain itu siswa memiliki keyakinan dan

penghayatan yang kuat terhadap faktor-faktor yang mengendalikan dan yang

memfasilitasinya untuk merokok seperti mencari tempat untuk merokok jika bertemu

kawasan bebas rokok, tetap merokok walaupun aturan sekolah tidak memperbolehkan

dan hal ini didasari pula atas keyakinannya yang tertanam untuk tetap merokok. Dari

data yang diperoleh juga terdapat 2 siswa atau 4,55% yang memiliki intensi rendah.

Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari variabel lain atau variabel eksternal

yang tidak diteliti oleh penelitian ini, antara lain kondisi emosi yang lebih berperan

dalam menampilkan perilaku merokok.

Selain itu, terdapat 3 siswa atau sebesar 6,82% yang memiliki intensi rendah

dengan determinan Attitudes toward behavior tinggi, Subjective norms rendah dan

perceived behavioral rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut memiliki

Page 85: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

70

intensi rendah untuk menampilkan perilaku merokok, siswa memiliki keyakinan

bahwa merokok membuat percaya diri, terlihat lebih dewasa, dan terbebas dari stres

tetapi di lain sisi siswa mempersepsi bahwa pengaruh dari teman-temannya yang

mengajak untuk merokok merupakan hal yang kurang baik. Selain itu, siswa juga

menghayati jika ada faktor-faktor yang dapat mengendalikan siswa tersebut untuk

tidak merokok, serta siswa takut jika perilaku merokoknya akan mendapatkan

hukuman. Pada siswa kelompok ini, ada kesadaran bahwa banyak orang-orang yang

penting (orang tua, guru) menginginkan dirinya untuk tidak merokok.

Selanjutnya terdapat 11,36% atau 5 siswa yang memiliki intensi yang rendah,

dengan determinan Attitudes toward behavior rendah, subjective norms rendah dan

perceived behavior control tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki

kecenderungan untuk tidak merokok, yang ditandai dengan adanya keyakinan bahwa

merokok hanya akan merusak kesehatan dan membuang uang jajan mereka dan

orang-orang penting disekitar mereka, seperti: teman, orang tua dan guru mendorong

untuk tidak merokok walaupun ada faktor-faktor yang mendukung mereka untuk

menampilkan perilaku merokoknya tersebut, seperti adanya tempat bebas merokok

dan warung atau minimarket yang menjual rokok. Namun siswa akan memiliki

kecenderungan untuk merokok apabila actual behavioral controlnya kuat. Sebab

perilaku tidak hanya tergantung pada memotivasi untuk melakukannya, namun juga

pada kontrol yang kuat terhadap perilaku yang hendak diramalkan. Keberhasilan

dalam menampilkan sebuah perilaku tidak hanya bergantung pada intensi yang

favorable, tetapi juga tergantung pada tingkat perceived behavior control.

Page 86: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

71

Hasil berikutnya adalah siswa yang memiliki persentasi rendah di ketiga

determinan yaitu Attitudes toward behavior rendah, Subjective norms rendah dan

perceived behavior control rendah sebanyak 10 orang atau 22,73%. Hal ini

mengindikasikan bahwa mereka memiliki kecenderungan yang rendah untuk terus

merokok sebab mereka memiliki sikap yang negatif terhadap merokok, adanya

dukungan dari orang yang mereka anggap penting yang melarang siswa tersebut

untuk merokok, persepsi siswa yang positif terhadap faktor-faktor yang memfasilitasi

untuk tidak menampilkan perilaku merokok.

Sikap negatif siswa dibentuk oleh belief siswa dan evaluasinya. Menurut

Ajzen dan Fishbein (1975) keyakinan atau belief tentang suatu objek merupakan

dasar dari pembentukan sikap, yang kemudian akan menentukan intensi perilakunya.

Kemudian dikemukakan bahwa belief adalah peluang penilaian oleh siswa terhadap

aspek-aspek khusus dalam dunia yang dihayatinya. Pembentukan belief siswa

melibatkan kaitan antara dua aspek dari dunia subjektifnya.

Pembentukan belief tergantung pada informasi yang diperoleh dan pengolahan

informasi tersebut oleh siswa. Belief-belief yang terbentuk dapat berbeda sesuai

dengan informasi yang diperoleh. Proses pembentukan belief ini menurut Ajzen dan

Fishbein dapat dibentuk melalui setidaknya dua cara. Pertama yaitu melalui

pengalaman langsung oleh siswa dalam suatu situasi sehingga siswa menyadari atau

mengetahui informasi mengenai perilaku merokok serta konsekuensi-konsekuensinya

yang akan didapat, namun siswa lebih melihat konsekuensi negatif yang bisa

diperolehnya. Kedua yaitu siswa mendapat informasi melalui sumber yang ada di luar

Page 87: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

72

dirinya bahwa merokok memiliki konsekuensi tertentu di masa yang akan datang.

Dilihat dari sifat belief yang lebih kuat mengakar dalam pikiran siswa maka hal itu

yang membuat sikap siswa negatif terhadap perilaku merokok. Siswa yang yakin

bahwa jika merokok akan mengarahkannya pada hasil (outcomes) yang negatif, maka

ia akan menganggapnya sebagai tingkah laku yang tidak disukai.

Dari hasil analisis data kontribusi determinan-determinan intensi terhadap

intensi merokok siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung memiliki kecenderungan yang kuat untuk menampilkan perilaku merokok

yaitu sebesar 66,909%. Hal ini disebabkan karena intensi juga ditentukan oleh ketiga

determinan yang tinggi yaitu Subjective norms dan Attitudes toward behavior. Hasil

juga menunjukkan bahwa determinan penentu tersebut mengindikasikan

kecenderungan siswa untuk menampilkan perilaku merokok, walaupun salah satu

determinan seperti Perceived behavior control hanya memfasilitasi siswa sebesar

17,297%. Dapat dikatakan Perceived behavior control memberikan pengaruh yang

tidak terlalu besar dalam pembentukan perilaku merokok siswa, berbeda dengan

determinan Subjective norms dan Attitudes toward behavior yang memiliki peluang

yang besar sebagai faktor penentu siswa untuk merokok. Oleh karena itu, dari hasil

penelitian ini tergambar bahwa terdapat dua determinan yang mendukung siswa kelas 2

SMAN 22 Bandung untuk merokok dari pada untuk tidak merokok.

Menurut Ajzen, pada umumnya seorang individu lebih berniat untuk

melakukan tingkah laku jika ia merasa mampu untuk melakukannya. Dari hasil

Page 88: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

73

perhitungan memperlihatkan bahwa siswa dengan intensi yang tinggi yaitu sebanyak

54,55% siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kemampuan menampilkan

perilaku untuk merokok. Siswa dengan intensi yang tinggi ini secara umum

merencanakan, berusaha, tertarik mengajak teman-temannya untuk merokok. Oleh

karena itu terdapat kemungkinan yang besar bahwa siswa kelas 2 yang memiliki

intensi tinggi ini cenderung meneruskan untuk merokok. Salah satu hal yang dapat

menentukan kuatnya intensi pada siswa untuk merokok adalah adanya kesetujuan

atau ketidaksetujuan dari orang-orang yang penting baginya (significant persons)

yang mengharapkan atau tidak mengharapkan siswa untuk merokok. Adapun orang-

orang penting dalam penelitian ini adalah teman, orang tua dan guru, Namun yang

sangat berperan dalam pembentukan intensi dalam penelitian ini adalah peran teman.

Kemudian di dukung oleh determinan sikap yang merupakan keyakinan siswa untuk

merokok dengan konsekuensi yang akan didapatkannya seperti merokok membuat

siswa lebih percaya diri, merokok membuat siswa tenang dan nyaman serta membuat

siswa terlihat lebih dewasa.

Dari berbagai penjelasan diatas, terlihat bahwa ketiga determinan menentukan

kekuatan dari intensi siswa. Ketiga determinan pembentuk intensi merokok siswa ini

juga mampu memprediksi keputusan siswa mengenai apakah siswa akan meneruskan

untuk merokok atau tidak. Selain itu, berbagai faktor-faktor untuk merokok dapat

menentukan lemahnya kekuatan intensi merokok pada siswa. Faktor yang

mempengaruhi siswa untuk merokok terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Page 89: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

74

Dilihat dari penjelasan diatas dan dikaitkan dengan faktor internal, dapat kita lihat

bahwa ternyata siswa cenderung memiliki persepsi yang positif terhadap harapan dari

temannya untuk merokok serta siswa memiliki keinginan memenuhi harapan dari

orang yang dianggap penting tersebut sehingga intensi merokok siswa tinggi. Maka

dalam hal perilaku merokok siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung ini, penghayatan siswa

mengenai ada atau tidaknya dorongan sosial (significant persons) yang

mengharapkan siswa untuk merokok atau Subjective Norms merupakan hal yang

paling dipertimbangkan oleh siswa. Selain itu, faktor keyakinan terhadap konsekuensi

positif yang didapat dari merokok (Attitudes toward behavior) juga memperkuat

intensi merokok siswa.

Berbeda dengan determinan Perceived behavior control yang memberikan

pengaruh namun tidak sebesar kedua determinan lain yaitu yaitu Attitudes toward

behavior dan Subjective norms. Siswa dengan determinan Perceived Behavior control

yang tinggi untuk tidak merokok ini, erat kaitannya dengan sampel penelitian yang

merupakan pelajar SMA atau remaja yang dimana mereka masih takut untuk

merokok dan takut mendapatkan hukuman jika mereka ketahuan merokok. Siswa

lebih menghayati bahwa hambatan untuk menampilkan perilaku merokok lebih besar,

seperti larangan orang tua dan guru serta larangan dari teman terdekat yang tidak

merokok, juga tidak adanya tempat dan kesempatan yang memfasilitasi siswa untuk

merokok. Selain itu adanya aturan sekolah bahkan aturan rumah yang mereka hayati

Page 90: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

75

harus dipenuhi agar tidak mendapatkan konsekuensi yang negatif (hukuman) yang

merugikan mereka sendiri.

Page 91: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

76

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut :

1. Secara keseluruhan kontribusi dari ketiga determinan intensi merokok

terhadap intensi merokok siswa sebesar 66,909%, menunjukkan bahwa

perilaku merokok siswa dipengeruhi secara signifikan oleh determinan

penentu intensi merokok siswa sehingga siswa memiliki kecenderungan

yang tinggi untuk merokok.

2. Sebanyak 54,55% (24 orang) siswa memiliki intensi yang tinggi untuk

merokok. Hal ini berarti bahwa lebih dari setengah siswa kelas 2 yang

termasuk perokok ringan memiliki kecenderungan yang besar untuk

merokok atau lebih dari setengah siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung

memiliki kecenderungan untuk merokok.

3. Dari tiga faktor penentu intensi Norma subjektif (Subjective norms) dan

sikap terhadap perilaku (Attitudes toward behavior) untuk merokok

merupakan determinan yang paling memberikan pengaruh dalam

menentukan kuatnya intensi untuk merokok pada siswa kelas 2 SMAN 22

Bandung.

4. Sebanyak 45,45% dari siswa memiliki intensi yang rendah untuk

merokok, yang berarti bahwa sebagian siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung

memiliki kecenderungan untuk tidak merokok. Hal ini dapat disebabkan

Page 92: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

77

karena Siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung memiliki persepsi mengenai

kontrol tingkah laku yang baik terhadap dampak yang negatif dari perilaku

merokok dan dikarenakan adanya pengalaman masa lalu siswa yang

memandang bahwa merokok merusak kesehatan, serta adanya perasaan

takut akan dihukum jika ketahuan merokok.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti

merumuskan beberapa hal yang dapat disaran adalah sebagai berikut :

1. Subjective norms merupakan determinan yang paling menentukan

tingginya intensi pada siswa untuk merokok. Untuk mengubah persepsi

siswa akan harapan dari significant persons serta dorongan untuk

memenuhi harapan untuk merokok, dapat diupayakan dengan mengubah

belief yang terdapat dalam normative belief yang negatif menjadi positif

dan membentuk belief baru bahwa kebanyakan orang-orang yang menjadi

rujukannya beranggapan ia seharusnya tidak merokok, kondisi ini akan

membentuk norma subyektif baru yang menekan individu untuk

menghindari tingkah laku merokok

2. Pembentukan atau belief baru dapat dilakukan dengan cara memberikan

informasi tentang merokok lewat penyuluhan- penyuluhan ke sekolah atau

kelas yang rutin diselenggarakan. Penyuluhan ini dapat berisi mengenai

Page 93: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

78

sesuatu yang praktis mengenai apa itu rokok, bahaya merokok, cara-cara

untuk berhenti merokok, profil orang-orang yang sakit akibat merokok.

3. Bagi pihak Sekolah sebaiknya memperketat peraturan sekolah terutama

dalam pelarangan merokok sebab siswa memiliki kecenderungan yang

tinggi untuk melakukan perilaku merokok. Selain itu pihak sekolah

hendaknya memberikan hukuman yang tegas dan konsisten kepada siswa

yang ketahuan merokok.

4. Bagi orang tua hendaknya mendampingi dan mendukung kearah perilaku

yang baik secara fisik maupun secara psikologis bagi perkembangan

anaknya, sehingga anak-anaknya tidak salah memilih lingkungan atau

teman yang dapat membuat mereka menjadi perokok.

5. Sangat diharapkan siswa-siswi mampu untuk bisa bersikap Asertif, yaitu

mampu mengatakan secara tegas dan lugas pada orang lain tanpa

menyakiti, dalam artian siswa-siswi mampu menolak ajakan teman untuk

tidak merokok. Hal ini dapat membantu siswa untuk meminimalisir

tingginya intensi merokok siswa sebab peran dari teman-teman (Subjektive

norms) memberikan pengaruh terbesar dalam menentukan intensi

merokok siswa kelas 2 SMAN 22 Bandung.

6. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya memperluas variabel penelitian

sebab terdapat pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini sebesar Ű = 33,091% yang berkontribusi dalam membentuk

Page 94: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

79

intensi merokok siswa, seperti : faktor pribadi (emosi, intelligence,

general attitudes, personal trait), faktor sosial (umur, jenis kelamin,

kebudayaan, pendidikan, agama, pendapatan) dan faktor informasi

(pengalaman, pengetahuan, media).

Page 95: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Daftar Pustaka

Ajzen, Icek. 2005 Attitude, Personality and Behavior. Milton Keynes: Open

University Press.

Fishbein, M & Ajzen. l. 1975. Belief, Attitude, Intention and behavior, an Intro in

Theory and Research. Sddison-wesley Publishing Company. Reading,

Massacusetts.

Mc Gee, dkk. (2005). Is Cigarette Smoking Associated With Suicidal Ideation

Among Young People? : The American Journal of Psychology. Washington.

http://www.proquest.com/. (on-line).

Aritonang, M.R (1997). Fenomena Wanita Merokok. Jurnal Psikologi Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press

Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku

Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 28: 37-47.

Mengapa Remaja Merokok, 2004.

http://www.mqmedia.com/tabloid_mq/apr03/mq_remaja_pernik.htm (on line)

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia

Chakravarti, Laha, and Roy, (1967). Handbook of Methods of Applied

Statistics,Volume I, John Wiley and Sons, pp. 392-394.

http://www.teori/perilaku/merokok/«unik-unik/bagus/nih.htm

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/12/03/ciri-ciri-remaja /

Page 96: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

http://episentrum.com/search/teori/remaja.

http://www.jevuska.com/topic/teori+remaja.html.

http://www.bascommetro.com/2009/11/teori-tentang-remaja.html.

Santrock, John W. 1995. Live-span development edisi kelima Jilid II. Jakarta :

Erlangga.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Page 97: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

LAMPIRAN

Page 98: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lampiran 1 UJI VALIDITAS

No. Item rshit Keterangan 1 0.95 Diterima

2 0.00 Ditolak

3 0.48 Diterima

4 0.67 Diterima

5 0.56 Diterima

6 0.14 Ditolak

7 0.00 Ditolak

8 1 Diterima

9 0.63 Diterima

10 0.63 Diterima

11 0.51 Diterima

12 1 Diterima

13 0.37 Diterima

14 0.56 Diterima

15 0.79 Diterima

16 0.62 Diterima

17 0.32 Diterima

18 0.37 Diterima

19 0.14 Ditolak

20 0.02 Ditolak

21 0.07 Ditolak

22 0.86 Diterima

23 0.65 Diterima

24 0.76 Diterima

25 0.00 Ditolak

26 0.37 Diterima

27 0.71 Diterima

28 1 Diterima

29 0.53 Diterima

30 0.00 Ditolak

31 0.46 Diterima

32 0.56 Diterima

33 0.62 Diterima

34 0.41 Diterima

35 0.29 Ditolak

36 0.12 Ditolak

37 0.76 Diterima

38 0.37 Diterima

39 0.86 Diterima

40 0.89 Diterima

41 0.11 Ditolak

42 0.2 Ditolak

43 1 Diterima

44 0.37 Diterima

45 0.49 Diterima

46 0.4 Diterima

47 0.4 Diterima

48 0.32 Diterima

49 0.2 Ditolak

50 0.48 Diterima

51 0.12 Ditolak

52 0.09 Ditolak

53 0.2 Ditolak

54 0.37 Diterima

55 0.41 Diterima

56 0.32 Diterima

Page 99: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

UJI RELIABILITAS

Reliability Attitude Toward Behavior

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 44 100.0

Excludeda 0 .0

Total 44 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.857 13

Reliability Subjective Norms

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 44 100.0

Excludeda 0 .0

Total 44 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.842 6

Page 100: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Reliability Perceived Behavioral control

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 44 100.0

Excludeda 0 .0

Total 44 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.825 12

Reliability Intensi

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 44 100.0

Excludeda 0 .0

Total 44 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.816 9

Page 101: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lampiran 2 DATA VARIABEL X1

Responden

Attitude Toward Behavior (X1) Total

01 03 04 05 08 09 26 27 28 29 31 32 33 1 6 3 6 6 6 6 5 2 5 1 3 2 3 54 2 5 4 6 5 5 6 5 4 4 1 4 1 4 54 3 6 5 6 6 6 6 1 2 1 5 4 6 6 60 4 5 4 6 6 6 5 2 1 4 2 4 4 2 51 5 5 4 6 5 5 6 4 5 6 5 4 2 3 60 6 5 3 5 5 4 3 5 4 5 5 5 5 5 59 7 5 4 4 5 5 6 4 2 3 2 4 3 3 50 8 5 3 6 6 6 6 2 2 2 1 2 1 2 44 9 6 6 6 6 6 6 6 5 6 4 4 4 6 71 10 3 3 4 5 5 6 4 2 5 2 5 3 3 50 11 6 4 6 6 5 6 3 1 2 1 1 1 1 43 12 6 5 5 3 4 6 5 3 5 2 3 3 3 53 13 5 4 5 5 6 5 4 2 5 4 4 5 5 59 14 5 3 5 3 3 2 5 4 4 3 4 3 5 49 15 6 5 6 4 4 4 6 5 6 4 5 5 6 66 16 6 3 5 5 6 6 2 1 2 2 1 1 2 42 17 5 4 5 6 5 5 4 4 4 2 3 2 5 54 18 6 5 6 6 6 6 4 4 5 1 3 2 2 56 19 5 3 6 6 5 5 1 1 2 4 3 2 5 48 20 6 4 6 6 4 6 1 1 1 1 6 1 1 44 21 6 6 6 2 5 3 5 6 6 2 3 2 4 56 22 5 5 6 3 3 1 6 5 6 3 5 5 6 59 23 4 4 5 6 6 4 4 3 5 1 4 1 3 50 24 6 4 6 6 6 4 4 2 6 1 1 1 4 51 25 4 3 6 5 5 6 3 2 3 2 5 4 3 51 26 4 5 6 5 4 6 3 3 4 1 3 3 6 53 27 4 5 6 6 6 3 5 5 5 1 6 6 6 64 28 5 5 3 2 5 4 4 3 3 2 2 2 3 43 29 6 6 6 6 4 6 4 2 6 1 4 3 4 58 30 5 6 6 6 6 5 5 4 5 1 6 2 5 62 31 6 5 6 5 5 5 6 4 6 3 2 3 4 60 32 2 4 2 1 1 1 3 4 6 4 3 1 5 37 33 4 4 2 6 6 6 5 4 5 2 5 2 1 52 34 1 1 1 6 6 6 1 1 1 1 6 1 6 38 35 2 2 2 2 5 5 1 1 1 6 6 6 6 45 36 1 1 1 6 6 6 1 1 1 1 6 1 6 38 37 1 1 1 6 6 6 1 1 1 1 1 1 1 28 38 3 3 5 2 4 5 4 2 6 1 1 1 3 40 39 3 2 2 6 6 6 5 2 3 3 3 2 4 47 40 1 1 6 6 6 6 1 1 1 1 1 1 3 35 41 4 4 4 6 6 3 4 4 4 6 6 6 3 60 42 1 2 2 2 6 6 1 1 1 1 1 1 1 26 43 6 5 5 1 1 3 4 5 5 2 2 2 2 43 44 4 3 4 5 5 3 3 2 3 3 1 2 2 40

Page 102: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

DATA VARIABEL X2 Responden

Subjective Norms (X2) Total

22 23 24 54 55 56 1 4 3 3 2 3 3 18 2 4 3 3 5 6 6 27 3 1 1 2 2 2 2 10 4 4 1 3 6 1 4 19 5 2 2 2 2 2 2 12 6 5 4 4 5 6 5 29 7 5 2 2 5 2 2 18 8 1 1 1 4 1 1 9 9 5 5 5 4 3 3 25

10 5 2 2 6 3 3 21 11 6 1 1 4 1 1 14 12 1 1 1 2 6 6 17 13 5 4 4 5 1 3 22 14 5 2 4 2 1 1 15 15 5 4 6 5 2 1 23 16 1 1 2 5 1 1 11 17 4 3 3 5 2 2 19 18 4 2 3 6 1 1 17 19 3 4 4 4 4 4 23 20 1 1 1 1 1 1 6 21 3 4 4 3 2 2 18 22 3 5 5 4 3 2 22 23 3 3 4 2 1 1 14 24 2 3 3 3 3 3 17 25 3 3 3 1 6 6 22 26 5 5 2 5 1 2 20 27 1 6 6 1 6 6 26 28 2 2 2 2 5 5 18 29 4 2 2 6 1 1 16 30 4 5 5 1 6 6 27 31 4 4 5 4 4 5 26 32 1 3 6 6 3 1 20 33 3 1 1 1 1 1 8 34 1 1 1 1 1 1 6 35 6 1 1 1 1 1 11 36 1 1 1 1 1 1 6 37 1 1 1 6 1 1 11 38 3 1 6 1 2 4 17 39 5 2 2 4 1 1 15 40 6 1 1 1 1 1 11 41 3 3 3 6 1 1 17 42 1 1 1 1 1 1 6 43 2 2 2 3 1 1 11 44 6 5 2 4 1 2 20

Page 103: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

DATA VARIABEL X3 Responden

Perceived Behavior Control (X3) Total

34 37 38 39 40 43 44 45 46 47 48 50 1 1 5 5 5 1 3 2 1 1 3 2 4 33 2 3 6 5 4 3 2 4 5 4 3 3 2 44 3 6 1 1 1 5 1 4 4 3 2 1 4 33 4 6 2 2 3 4 4 6 5 5 5 3 3 48 5 6 5 2 2 4 2 5 6 6 4 2 6 50 6 6 4 3 3 4 3 5 5 5 3 4 3 48 7 5 1 3 2 5 3 5 4 4 4 4 3 43 8 5 2 1 1 6 2 4 4 4 1 1 1 32 9 6 6 4 4 6 6 6 6 6 6 6 6 68 10 4 3 2 2 4 4 5 5 4 4 2 3 42 11 6 1 1 1 5 6 1 1 1 2 1 2 28 12 6 1 4 4 6 6 6 5 6 1 1 1 47 13 5 4 4 5 4 6 5 5 5 5 3 2 53 14 5 4 2 2 5 5 6 5 6 2 1 1 44 15 6 4 4 5 5 5 6 6 6 1 4 1 53 16 3 3 3 4 3 4 3 4 3 1 1 1 33 17 1 6 3 4 3 2 5 6 6 6 5 4 51 18 1 6 3 4 2 3 6 6 6 2 5 3 47 19 2 4 6 4 6 2 5 5 5 6 6 5 56 20 2 4 5 2 2 4 1 1 6 1 1 1 30 21 6 6 4 4 5 4 6 6 6 2 4 2 55 22 6 1 1 6 6 3 6 6 6 1 4 5 51 23 6 2 4 3 2 2 6 6 6 6 1 6 50 24 6 3 4 4 4 5 5 6 6 4 1 1 49 25 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 55 26 6 6 4 4 5 3 6 6 5 4 1 4 54 27 5 1 2 2 5 3 1 1 1 6 6 6 39 28 5 2 4 4 2 3 5 5 4 3 2 2 41 29 6 3 6 6 2 6 6 6 6 5 6 5 63 30 5 5 3 3 5 5 6 5 4 5 5 6 57 31 6 4 3 3 5 5 6 6 6 6 5 5 60 32 1 4 6 3 5 6 6 6 1 5 1 4 48 33 6 6 3 1 6 5 6 6 6 4 1 2 52 34 6 6 4 4 4 3 1 1 1 6 6 6 48 35 3 4 2 2 5 5 1 1 2 1 1 1 28 36 6 6 4 4 3 3 1 1 1 6 6 6 47 37 6 4 1 1 6 5 6 6 1 1 1 1 39 38 6 5 6 6 4 4 3 6 5 6 6 6 63 39 5 3 5 5 6 3 5 5 5 1 1 1 45 40 6 6 1 1 6 6 1 1 1 6 6 6 47 41 3 6 3 3 1 4 1 1 1 6 6 6 41 42 4 3 1 1 5 6 1 1 1 1 1 1 26 43 5 2 1 1 5 3 3 2 6 2 1 2 33 44 3 4 6 2 3 4 3 4 4 2 1 1 37

Page 104: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

DATA VARIABEL Y Responden

Intensi (Y) Total

10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 5 2 2 4 5 3 2 2 3 28 2 5 6 4 4 5 1 5 1 4 35 3 1 1 1 4 2 1 1 2 2 15 4 3 4 4 6 6 3 2 1 4 33 5 6 4 5 4 4 3 2 2 2 32 6 3 4 5 6 4 4 5 3 4 38 7 3 2 3 3 3 5 3 2 2 26 8 2 1 2 6 5 1 2 1 5 25 9 5 2 5 6 6 6 6 2 6 44 10 4 3 3 5 5 5 2 2 5 34 11 1 1 1 6 3 2 2 1 1 18 12 5 1 3 4 6 3 1 1 5 29 13 5 2 5 5 5 3 3 2 5 35 14 6 3 4 6 6 4 4 5 6 44 15 6 1 6 6 6 4 5 1 6 41 16 2 1 2 3 4 1 1 1 3 18 17 4 5 2 6 6 2 4 2 5 36 18 5 6 4 6 6 1 1 1 4 34 19 6 2 6 6 2 6 6 2 5 41 20 6 1 2 6 6 1 1 1 1 25 21 5 1 6 6 6 4 2 2 6 38 22 6 5 5 6 6 5 1 4 6 44 23 4 3 4 6 5 1 4 1 4 32 24 3 3 5 6 6 3 1 1 4 32 25 6 1 4 1 6 6 4 6 4 38 26 5 4 4 6 4 4 3 3 3 36 27 4 6 3 6 6 1 6 6 4 42 28 2 2 2 5 3 2 2 3 2 23 29 6 1 4 6 6 4 1 1 6 35 30 5 3 6 6 6 4 2 2 5 39 31 5 3 4 6 6 4 1 1 6 36 32 4 4 3 5 2 3 1 3 3 28 33 5 3 5 6 6 4 3 1 4 37 34 1 1 1 6 1 1 1 1 1 14 35 1 1 1 6 6 1 1 1 1 19 36 1 1 1 6 1 1 1 1 1 14 37 1 1 1 6 6 1 1 1 1 19 38 4 1 2 6 3 3 1 2 2 24 39 4 1 4 3 4 3 6 6 3 34 40 1 1 1 6 6 1 1 6 1 24 41 1 1 6 4 1 6 1 1 6 27 42 1 1 1 6 6 1 1 1 1 19 43 2 1 2 6 5 2 1 1 2 22 44 3 3 3 4 3 1 1 2 2 22

Page 105: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

DATA SKOR VARIABEL X1, X2, X3 DAN Y

Responden X1 X2 X3 Y

1 54 18 33 28 2 54 27 44 35 3 60 10 33 15 4 51 19 48 33 5 60 12 50 32 6 59 29 48 38 7 50 18 43 26 8 44 9 32 25 9 71 25 68 44 10 50 21 42 34 11 43 14 28 18 12 53 17 47 29 13 59 22 53 35 14 49 15 44 44 15 66 23 53 41 16 42 11 33 18 17 54 19 51 36 18 56 17 47 34 19 48 23 56 41 20 44 6 30 25 21 56 18 55 38 22 59 22 51 44 23 50 14 50 32 24 51 17 49 32 25 51 22 55 38 26 53 20 54 36 27 64 26 39 42 28 43 18 41 23 29 58 16 63 35 30 62 27 57 39 31 60 26 60 36 32 37 20 48 28 33 52 8 52 37 34 38 6 48 14 35 45 11 28 19 36 38 6 47 14 37 28 11 39 19 38 40 17 63 24 39 47 15 45 34 40 35 11 47 24 41 60 17 41 27 42 26 6 26 19 43 43 11 33 22 44 40 20 37 22

Page 106: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lampiran 3

PERHITUNGAN KRITERIA TINGGI RENDAH VARIABEL X1, X2, X3 DAN Y

a. Aspek Sikap (X1) Jumlah Pertanyaan = 13 Skor Maksimum = 6 Skor Minimum = 1 Kemungkinan Maksimum = 78 Kemungkinan Minimum = 13 Rentang = 65 Jumlah Jenjang = 2 Jenjang Range = 32,5 Interval Kelas Kategori = Rendah = 13 - 45 Tinggi = 45,5 - 78

b. Aspek Norma (X2) Jumlah Pertanyaan = 6 Jawaban Terbesar = 6 Jawaban Terkecil = 1 Kemungkinan Maksimum = 36 Kemungkinan Minimum = 6 Rentang = 30 Jumlah Jenjang = 2 Jenjang Range = 15 Interval Kelas Kategori = Rendah = 6 - 20 Tinggi = 21 - 36

c. Aspek Kontrol (X3) Jumlah Pertanyaan = 12 Jawaban Terbesar = 6 Jawaban Terkecil = 1 Kemungkinan Maksimum = 72 Kemungkinan Minimum = 12 Rentang = 60 Jumlah Jenjang = 2 Jenjang Range = 30 Interval Kelas Kategori =

Page 107: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Rendah = 12 - 41 Tinggi = 42 - 72

d. Intensi Merokok (Y)

Jumlah Pertanyaan = 9 Jawaban Terbesar = 6 Jawaban Terkecil = 1 Kemungkinan Maksimum = 54 Kemungkinan Minimum = 9 Rentang = 45 Kategori = 2 Jenjang Range = 22,5 Interval Kelas Kategori = Rendah = 9 - 31 Tinggi = 31,5 - 54

Page 108: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

DATA SKOR DAN KRITERIA VARIABEL X1, X2, X3 DAN Y

Responden X1 X2 X3 Y

SKOR KRITERIA SKOR KRITERIA SKOR KRITERIA SKOR KRITERIA 1 54 Tinggi 18 Rendah 33 Rendah 28 Rendah 2 54 Tinggi 27 Tinggi 44 Tinggi 35 Tinggi 3 60 Tinggi 10 Rendah 33 Rendah 15 Rendah 4 51 Tinggi 19 Rendah 48 Tinggi 33 Tinggi 5 60 Tinggi 12 Rendah 50 Tinggi 32 Tinggi 6 59 Tinggi 29 Tinggi 48 Tinggi 38 Tinggi 7 50 Tinggi 18 Rendah 43 Tinggi 26 Rendah 8 44 Rendah 9 Rendah 32 Rendah 25 Rendah 9 71 Tinggi 25 Tinggi 68 Tinggi 44 Tinggi 10 50 Tinggi 21 Tinggi 42 Tinggi 34 Tinggi 11 43 Rendah 14 Rendah 28 Rendah 18 Rendah 12 53 Tinggi 17 Rendah 47 Tinggi 29 Rendah 13 59 Tinggi 22 Tinggi 53 Tinggi 35 Tinggi 14 49 Tinggi 15 Rendah 44 Tinggi 44 Tinggi 15 66 Tinggi 23 Tinggi 53 Tinggi 41 Tinggi 16 42 Rendah 11 Rendah 33 Rendah 18 Rendah 17 54 Tinggi 19 Rendah 51 Tinggi 36 Tinggi 18 56 Tinggi 17 Rendah 47 Tinggi 34 Tinggi 19 48 Tinggi 23 Tinggi 56 Tinggi 41 Tinggi 20 44 Rendah 6 Rendah 30 Rendah 25 Rendah 21 56 Tinggi 18 Rendah 55 Tinggi 38 Tinggi 22 59 Tinggi 22 Tinggi 51 Tinggi 44 Tinggi 23 50 Tinggi 14 Rendah 50 TinIggi 32 Tinggi 24 51 Tinggi 17 Rendah 49 Tinggi 32 Tinggi 25 51 Tinggi 22 Tinggi 55 Tinggi 38 Tinggi 26 53 Tinggi 20 Rendah 54 Tinggi 36 Tinggi 27 64 Tinggi 26 Tinggi 39 Rendah 42 Tinggi 28 43 Rendah 18 Rendah 41 Rendah 23 Rendah 29 58 Tinggi 16 Rendah 63 Tinggi 35 Tinggi 30 62 Tinggi 27 Tinggi 57 Tinggi 39 Tinggi 31 60 Tinggi 26 Tinggi 60 Tinggi 36 Tinggi 32 37 Rendah 20 Rendah 48 Tinggi 28 Rendah 33 52 Tinggi 8 Rendah 52 Tinggi 37 Tinggi 34 38 Rendah 6 Rendah 48 Tinggi 14 Rendah 35 45 Rendah 11 Rendah 28 Rendah 19 Rendah 36 38 Rendah 6 Rendah 47 Tinggi 14 Rendah 37 28 Rendah 11 Rendah 39 Rendah 19 Rendah 38 40 Rendah 17 Rendah 63 Tinggi 24 Rendah 39 47 Tinggi 15 Rendah 45 Tinggi 34 Tinggi 40 35 Rendah 11 Rendah 47 Tinggi 24 Rendah 41 60 Tinggi 17 Rendah 41 Rendah 27 Rendah 42 26 Rendah 6 Rendah 26 Rendah 19 Rendah 43 43 Rendah 11 Rendah 33 Rendah 22 Rendah 44 40 Rendah 20 Rendah 37 Rendah 22 Rendah

Page 109: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

HASIL PERHITUNGAN FREKUENSI DAN PERSENTASE TINGGI RENDAH ASPEK-ASPEK INTENSI

(X1, X2, X3)

Aspek-aspek Intensi (X1, X2, X3) F % Ketiga Aspek Tinggi X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Tinggi 11 25,00

Dua Aspek Tinggi, Satu Aspek Rendah X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Rendah 1 2,27 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Tinggi 14 31,82

Dua Aspek Rendah, Satu Aspek Tinggi X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Rendah 3 6,82 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Tinggi 5 11,36

Ketiga Aspek Rendah X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Rendah 10 22,73 Jumlah 44 100

HASIL PERHITUNGAN FREKUENSI DAN PERSENTASE

TINGGI RENDAH INTENSI MEROKOK (Y)

Intensi Merokok (Y) F % Rendah 20 45,45 Tinggi 24 54,55

Jumlah 44 100

HASIL PERHITUNGAN TABULASI SILANG FREKUENSI DAN

PERSENTASE ANTARA ASPEK-ASPEK INTENSI (X1, X2, X3) DAN TINGGI RENDAH

INTENSI MEROKOK (Y)

Intensi Merokok (Y) Rendah Tinggi Jumlah

Aspek-aspek Intensi (X1, X2, X3) f % f % f % X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Tinggi 0 0.00 11 25.00 11 25.00 X1 Tinggi, X2 Tinggi, X3 Rendah 0 0.00 1 2.27 1 2.27 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Tinggi 2 4.55 12 27.27 14 31.82 X1 Tinggi, X2 Rendah, X3 Rendah 3 6.82 0 0.00 3 6.82 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Tinggi 5 11.36 0 0.00 5 11.36 X1 Rendah, X2 Rendah, X3 Rendah 10 22.73 0 0.00 10 22.73

Jumlah 20 45.45 24 54.55 44 100

Page 110: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lampiran 4

HASIL PERHITUNGAN UNTUK NILAI-NILAI YANG DIPERLUKAN

DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN JALUR DENGAN MENGGUNAKAN

PROGRAM SPSS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2 X3 Y N 44 44 44 44

Normal Parametersa,,b

Mean 50.07 16.82 45.70 30.20

Std. Deviation

9.827 6.252 10.099 8.717

Most Extreme Differences

Absolute .088 .103 .119 .127

Positive .065 .097 .100 .082

Negative -.088 -.103 -.119 -.127

Kolmogorov-Smirnov Z .585 .680 .791 .843

Asymp. Sig. (2-tailed) .884 .744 .559 .476

Correlations

X1 X2 X3 X1 Pearson Correlation 1 .625** .476**

Sig. (2-tailed) .000 .001 N 44 44 44

X2 Pearson Correlation .625** 1 .505** Sig. (2-tailed) .000 .000 N 44 44 44

X3 Pearson Correlation .476** .505** 1 Sig. (2-tailed) .001 .000 N 44 44 44

Model Summary

Model R R

Square 1 .818a .669

Correlations X1 X2 X3 Y

X1 Pearson Correlation 1 .625** .476** .699** Sig. (2-tailed) .000 .001 .000 N 44 44 44 44

X2 Pearson Correlation .625** 1 .505** .714** Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 44 44 44 44

X3 Pearson Correlation .476** .505** 1 .622** Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 N 44 44 44 44

Y Pearson Correlation .699** .714** .622** 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 N 44 44 44 44

Page 111: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

HASIL PERHITUNGAN MATRIKS INVERS YANG DIPERLUKAN DALAM PERHITUNGAN KOEFISIEN JALUR

DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MINITAB

MTB > Read 3 3 M1. DATA> 1 0.62517 0.47614 DATA> 0.62517 1 0.50453 DATA> 0.47614 0.50453 1 3 rows read. MTB > print M1

Data Display Matrix M1 1.00000 0.62517 0.47614 0.62517 1.00000 0.50453 0.47614 0.50453 1.00000 MTB > Invert M1 M2. MTB > PRINT M2

Data Display Matrix M2 1.74060 -0.89882 -0.37529 -0.89882 1.80561 -0.48302 -0.37529 -0.48302 1.42239

Page 112: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

PROSES PERHITUNGAN ANALISIS JALUR

A. Hitung Matrik Korelasi dari Variabel Bebas (X 1, X2, dan X3) dan Variabel Tak Bebas (Y)

=

YYYXYXYX

YXXXXXXX

YXXXXXXX

YXXXXXXX

rrrr

rrrr

rrrr

rrrr

R

321

3332313

2322212

1312111

=

10,622350,713820,69945

0,6223510,504530,47614

0,713820,5045310,62517

0,699450,476140,625171

B. Hitung Matrik Korelasi Antar Variabel Bebas

=

332313

322212

312111

XXXXXX

XXXXXX

XXXXXX

x

rrr

rrr

rrr

R

=10,504530,47614

0,5045310,62517

0,476140,625171

C. Hitung Matriks Invers Dari R X

=−

333231

232221

1312111

CCC

CCC

CCC

XR

=1,422390,48302-0,37529-

0,48302-1,805610,89882-

0,37529-0,89882-1,74060

Page 113: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

D. Hitung Koefisien Jalur Secara Matriks

=

YX3

YX2

YX1

333231

232221

131211

YX3

YX2

YX1

r

r

r

CCC

CCC

CCC

P

P

P

=0,62235

0,71382

0,69945

1,422390,48302-0,37529-

0,48302-1,805610,89882-

0,37529-0,89882-1,74060

=0,27794

0,35960

0,34230

E. Hitung R2 Berdasarkan Koefisien Jalur yang Diperoleh

( ) [ ]

=

3

2

1

321321

YX

YX

YX

YXYXYX2

XXYX

r

r

r

PPPR

( ) [ ]

=0,62235

0,71382

0,69945

27794,035960,034230,0R2XXYX 321

= 0,66909

Selanjutnya dihitung Pyε

( ) 0,575250,669091R1 2XXYX 321

=−=−=εyp

Setelah keseluruhan koefisien jalur dihitung, maka diagram jalur dapat

digambarkan beserta nilai koefisien-koefisien jalur variabel sebab terhadap

variabel akibat dan koefisien korelasi di antara variabel sebab untuk

mempermudah dalam interpretasi hasil analisis jalur:

Page 114: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

di mana :

rx1x2 0,62517 rx1x3 0,47614 rx2x3 0,50453 Pyx1 0,34230 Pyx2 0,35960 Pyx3 0,27794 Pyε 0,57525

F. Besarnya Pengaruh Secara Parsial

a. X1 ke Y Pengaruh X1 langsung terhadap Y (0,34230)2 = 0,11717 Pengaruh X1 terhadap Y melalui X2 = (0,34230) (0,62517) (0,35960) = 0,07695 Pengaruh X1 terhadap Y melalui X3 = (0,34230) (0,47614) (0,27794) = 0,04530 Pengaruh total X1 ke Y = 0,23942

b. X2 ke Y Pengaruh X2 langsung terhadap Y (0,35960)2 = 0,12931

Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = (0,35960) (0,62517) (0,34230) = 0,07695 Pengaruh X2 terhadap Y melalui X3 = (0,35960) (0,50453) (0,27794) = 0,05043 Pengaruh total X2 ke Y = 0,25669

c. X3 ke Y Pengaruh langsung X3 terhadap Y = (0,27794)2 = 0,07725 Pengaruh X3 terhadap Y melalui X1 = (0,27794) (0,47614) (0,34230) = 0,04530 Pengaruh X3 terhadap Y melalui X2 = (0,27794) (0,50453) (0,35960) = 0,05043 Pengaruh total X3 ke Y = 0,17297

d. Besarnya pengaruh keseluruhan yang diterima oleh Y yang berasal dari X1,

X2, dan X3 = 0,23942 + 0,25669 + 0,17297 = 0,66909 atau 66,909% e. Pengaruh yang diterima oleh Y bukan hanya dari X1, X2, dan X3 saja, tetapi

masih banyak pengaruh dari variabel lain yang secara keseluruhan dilambangkan oleh ε. Jadi besarnya pengaruh variabel-variabel lain ke Y di luar X1, X2, dan X3 = 1- 0,66909 = 0,33091 atau 33,091%.

Pyx2

Pyx3

Pyx1

rx2x3

rx1x2

rx1x3

X1

X2

X3

Ű

Y

PyŰ

Page 115: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Lampiran 5

Hasil Elisitasi beliefs dari 25 responden :

Berdasarkan elisitas, diperoleh distribusi frekuensi sebagai berikut:

Behavioral beliefs merupakan keyakinan atas konsekuensi yang akan didapat dari perilaku

merokok siswa.

No Beliefs Persentase (%)

1 Membuat percaya diri 16

2 Melupakan masalah yang dihadapi sehingga tidak stress 12

3 Terlihat dewasa 12

4 Membuat tenang dan nyaman 12

5 Memiliki kesehatan yang buruk 8

6 Mengurangi uang jajan 8

7 Menghabiskan uang 8

8 Merusak kesehatan 8

9 Masalah tidak terselesaikan 8

10 Kelihatan macho 4

11 Biar lebih gaul 4

12 Memunculkan ide 4

Normative Beliefs merupakan keyakinan siswa atas pengaruh significant person dalam melakukan

atau tidak melakukan perilaku merokok. Berikut significant person yang diperoleh dari elisitasi:

No Beliefs Persentase (%)

1 Teman 56

2 Orang tua 24

3 Guru 20

Page 116: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

Control beliefs merupakan keyakinan siswa atas keberadaan hal-hal yang mendukung atau

menghambat perilaku merokok.

No Beliefs Persentase (%)

1 Bertemu dengan teman yang merokok 16

2 Bertemu teman yang membawa rokok 14

3 Berkumpul dengan teman yang merokok 12

4 Menemukan area bebas rokok 12

5 Sulit merokok jika banyak guru disekolah 10

6 Jika bersama orang tua sulit merokok 10

7 Sulit merokok jika tidak diberi uang jajan 8

8 Mematuhi tata tertib sekolah sulit merokok 8

9 Sulit merokok saat dirumah 4

10 Jika ada razia sulit untuk merokok 4

Page 117: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

Asalamuallaikum Wr. Wb

Saya Aninda Dwi Wayanthy, mahasiswa Fakultas Psikologi Unisba yang sedang

melaksanakan penelitian guna penyusunan skripsi sebagai tugas akhir. Berkenaan dengan

hal tersebut, saya meminta kesediaan Saudara untuk mengisi kuesioner mengenai intensi

merokok. Kuesioner ini dilengkapi dengan petunjuk pengisian, dan identitas saudara akan

saya rahasiakan. Atas kerjasama dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.

Wasalamuallaikum Wr. Wb

Nama (Boleh Inisial) :

JenisKelamin : L / P

Usia :

Petunjuk Pengisian

1. Pada halaman berikut terdapat pertanyaan-pertanyaan yang memperlihatkan

keyakinan, perasaan, kontrol tingkah laku dan intensi yang berkaitan dengan

perilaku merokok Anda diminta untuk menjawab sesuai dengan keadaan anda

2. Anda diminta untuk memberikan hanya satu jawaban terhadap setiap pertanyaan,

dengan cara melingkari (O) salah satu angka diantara 1 sampai dengan 6 yang

sesuai dengan keadaan anda

Contoh :

Saya yakin bahwa merokok akan merusak kesehatan

Semakin anda yakin bahwa merokok akan merusak kesehatan maka pilihlah

angka yang semakin besar, begitu pula sebaliknya bila Anda yakin bahwa

merokok tidak akan merusak kesehatan, maka lingkarilah angka yang semakin

kecil.

Tidak yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Yakin

3. Pastikan tidak ada nomor yang anda lewatkan

4. Jawablah sesuai dengan keadaan anda

5. Bekerjalah dengan teliti

6. Identitas anda akan kami rahasiakan

SELAMAT MENGERJAKAN

Page 118: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

Silahkan menjawab setiap pertanyaan dengan melingkari angka yang paling

menggambarkan pendapat anda Beberapa pertanyaan mungkin tampak mirip, tetapi

dalam mengatasi masalah tersebut yang agak berbeda Silakan baca setiap pertanyaan

dengan hati-hati

Instruksi untuk no 1-9

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan apa yang anda rasakan bila anda

merokok

1. Bagi saya memiliki kepercayaan diri itu

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

2. Bagi saya kehilangan masalah yang dapat membuat saya terbebas dari stres

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

3. Bagi saya menjadi terlihat lebih dewasa

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

4. Bagi saya mendapatkan ketenangan dan kenyamanan

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

5. Bagi saya memiliki kesehatan yang buruk

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

6. Bagi saya pengurangan jatah uang jajan

Sangat penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak penting

7. Bagi saya menghabiskan uang untuk kegiatan yang tidak bermanfaat

Sangat penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak penting

Page 119: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

8. Bagi saya melakukan sesuatu yang merusak kesehatan

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

9. Bagi saya memiliki masalah yang tidak dapat diselesaikan adalah

Sangat baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat buruk

Instruksi untuk no 10-21

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa besar kecenderungan anda

untuk merokok

10. Bagi saya untuk tidak merokok adalah hal

Sangat sulit : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat mudah

11. Kebanyakan orang yang penting bagi saya, seperti orang tua dan guru berfikir

bahwa

Saya akan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Saya tidak akan

Berhenti untuk merokok

12. Saya berencana untuk tetap merokok

Sangat mungkin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak mungkin

13. Keputusan saya untuk tetap merokok atau berhenti merokok adalah sepenuhnya

terserah kepada saya

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

14. Sebagian teman saya yang tidak terlalu saya kenal juga banyak yang merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai

15. Bagi saya untuk terus merokok adalah

Sangat bermanfaat : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak bermanfaat

Page 120: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

16. Saya yakin jika saya ingin, saya pasti bisa untuk tidak merokok

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

17. Orang tua dan guru mengharapkan saya untuk tidak terus merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

18. Bagi saya untuk tetap merokok

Sangat mungkin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak mungkin

19. Kebanyakan orang berpendapat bahwa mereka mendukung saya untuk tidak

merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai

20. Bagi saya merokok adalah hal

Sangat penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tak penting

21. Saya berniat tetap merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai

Instruksi untuk no 22-24

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa kuat keinginan anda untuk

memenuhi harapan dari orang-orang terdekat untuk merokok

22. Secara umum, seberapa pedulikah anda terhadap pendapat teman anda sehingga

anda terdorong untuk merokok?

Sangat tidak peduli : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat peduli

23. Secara umum, seberapa pedulikah anda terhadap pendapat orang tua anda

sehingga anda tidak terdorong untuk merokok?

Sangat tidak peduli : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat peduli

Page 121: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

24. Secara umum, seberapa pedulikah anda terhadap pendapat guru anda sehingga

anda tidak terdorong untuk merokok?

Sangat tidak peduli : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat peduli

Instruksi untuk no 25-33

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan seberapa yakin anda atas konsekuensi

yang diperoleh dari merokok

25. Merokok membuat saya percaya diri

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

26. Merokok membuat saya terbebas dari stres

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

27. Merokok membuat saya terlihat lebih dewasa

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

28. Merokok membuat saya merasa tenang dan nyaman

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

29. Merokok membawa dampak yang buruk bagi kesehatan

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

30. Merokok hanya membuang-buang uang jajan saya

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

31. Merokok sebagai pelampiasan yang tidak bermanfaat, seperti menghabiskan uang

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

32. Merokok adalah hal yang tidak bermanfaat sebab merusak kesehatan

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

Page 122: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

33. Merokok membuat masalah yang saya hadapi tidak dapat diselesaikan

Sangat yakin : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak yakin

Instruksi untuk no 34-43

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan keyakinan terhadap faktor-faktor yang

menghambat atau mendorong anda untuk merokok

34. Seberapa sering anda melihat teman-teman anda merokok di depan anda?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

35. Seberapa sering anda melihat teman anda membawa rokok?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

36. Seberapa sering anda berkumpul bersama teman-teman anda yang merokok?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

37. Seberapa sering anda menemukan area bebas merokok?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

38. Seberapa sering anda berada di rumah?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

39. Seberapa sering anda bersama dengan orang tua anda?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

40. Seberapa sering orang tua anda tidak memberikan uang jajan?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

41. Seberapa sering anda mematuhi tata-terib sekolah ?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

Page 123: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

42. Seberapa sering anda bertemu dengan guru di sekolah?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

43. Seberapa sering anda mengalami razia di sekolah?

Sangat jarang : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat Sering

Instruksi untuk no 44-53

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan penghayatan terhadap faktor-faktor

yang menghambat atau mendorong anda untuk merokok

44. Jika saya bertemu dengan teman-teman yang merokok, akan membuat saya lebih

mudah untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

45. Jika saya bertemu dengan teman saya yang membawa rokok, akan membuat saya

lebih mudah untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

46. Jika saya berkumpul dengan teman-teman yang merokok, akan membuat saya

lebih mudah untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

47. Jika saya menemukan area bebas rokok, akan membuat saya lebih sulit untuk

merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

48. Jika saya berada di rumah, akan membuat saya lebih sulit untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

49. Jika saya bersama orang tua, akan membuat saya lebih sulit untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

Page 124: PERINGATAN - elibrary.unisba.ac.idelibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.50.07136.pdf · perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

RAHASIA

50. Jika orang tua saya tidak memberikan saya uang jajan, membuat saya lebih sulit

untuk membeli rokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

51. Jika saya mematuhi tata-tertib sekolah, membuat saya lebih sulit untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

52. Jika banyak guru yang memantau di sekolah, membuat saya lebih sulit untuk

merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

53. Jika diadakan razia di dalam sekolah, membuat saya lebih sulit untuk merokok

Sangat setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak setuju

Instruksi untuk no 54-56

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan bagaimana anda mempersepsi tekanan

dari orang-orang terdekat anda untuk merokok

54. Teman-teman saya berfikir bahwa saya harus merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai

55. Orang tua saya berfikir bahwa saya seharusnya tidak merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai

56. Guru saya berfikir bahwa saya seharusnya tidak merokok

Sangat sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : Sangat tidak sesuai